• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Cangkang Rajungan (Portunus sp.) Sebagai Sumber Kalsium Dan Fosfor Dalam Pembuatan Produk Crackers

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Cangkang Rajungan (Portunus sp.) Sebagai Sumber Kalsium Dan Fosfor Dalam Pembuatan Produk Crackers"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

! " # #$ $ # % $ #% & # %# % # ' !! ( ' ! ! " & ) % !!( # ( % (

* ) '' & % !! ' ) # % $ #' " # # % &

#$ ) '' & % + #' $## $$ ) # ( , %# &

' #$ ' ! % !! - . # / % #$ 0 ' #

# % ) '' & % !! #) # & )# ' # ) ' #

# ! %#% ' % ! % % % %! & #! ! #$

-. . # % & ' # #$ ) '' & % !! #) ' ! # $$ % & $ % ! # %#% ' % ! % % % 1 #) ( ) ' # # %

& ! ! # ! ! & #$ #! ! #$ - . ' #

& #$ ) '' & % !! #) $$ %# % # 23( 3 45( 6 5( 7 75

8 339: # % %* # % # $$ % & $ % ! # #

2# & #! %: ' # & %# & 1 $# ' !! &

#$ ) '' & % !! #) &( ' ! $# ' ! ; ) % # #

! %#% ' % ! # - %* $# ' ! ; %# &

' #$ - . & $ % ! $$ # # $# ' ! %! &

%#'' % ! # % 1 #) % %* $# ' ! & % #! !

#$ - . ) ! ) <7 679 54 3=9 % ! -# ' & > %

#$ % %* $# ' ! ) !! %# - . ? ' 7 >49 5 <59

% ! ( ) % %* $# ' ! ; = 449 > 6=91 ) ' # !!

(4)

# % ! " ; ' & #!

. ' $ ' * ! ' &#! ! ' ! * *

% # ' !( ' ' $ ! ' & !* % &* &(

! &( / # * ! - &* & / & ! ! ' ' & !* & ! & / & ; &

& ( ! ' ' ' * & ' ! && ' - .

/ ! ! ' ' & % &* & / & & ' #

' # * & ' & ! * * * $ *#@* '

' * * ! - . # ' & % &* & / & *

' ' & % * * * $ *#@* ' ( ' #

' & !* ' ! && * ! - . * ! && &* & ' # * & . ' & % &* & / &

& *# 231 3(451 6(51 7(75 8(339: * ! ' # * *

& ' # 2# & #! *: ' ! ! / *# &(

&& *# ' * % ! $# ' ! ; !

* ! * * * $ *#@* ' $# ' ! ; ' & &

-. ! ' / '! && & $# ' ! ! ' *

# * *#' !1 $# ' ! ' ' * ! - .

&& & ! @ <7(67 9 54(3=9 &*# ' >

* & $# ' ! ' ' &* * - . ' &@

' & 7(>49 5(<591 &* $# ' ! ; =(449

(5)
(6)
(7)
(8)

*

* # + $ * , -+ $

.

*

-* - /

0 # 1

* # 2 -+ $ * # - . + $

(9)

& (

) & & * +& & '

,

-.' ) ' * ' /& & & & (' '

'

0' ) ' 1 ('

'

* &

'

2' ) ' * ' 3 (' &

& '

4' * ' ( & &

&

' $ ) 5 3 6 5 (

2 7 $ ) % ( 7 $ $ % ((7

, ' &

' & , 8 '

9' )

'

'

:' + (

(10)

<' + "( ) & & , ( )

( 1 * ( * ( = + #

'

>' & 3 >> + ?

& '

.@' A@9 "+ + ) 3 ) ( % (

#' &

'

3

&

'

+& & / 0@@<

(11)
(12)
(13)

! " # #$ $ # % $ #% & # %# % # ' !! ( ' ! ! " & ) % !!( # ( % (

* ) '' & % !! ' ) # % $ #' " # # % &

#$ ) '' & % + #' $## $$ ) # ( , %# &

' #$ ' ! % !! - . # / % #$ 0 ' #

# % ) '' & % !! #) # & )# ' # ) ' #

# ! %#% ' % ! % % % %! & #! ! #$

-. . # % & ' # #$ ) '' & % !! #) ' ! # $$ % & $ % ! # %#% ' % ! % % % 1 #) ( ) ' # # %

& ! ! # ! ! & #$ #! ! #$ - . ' #

& #$ ) '' & % !! #) $$ %# % # 23( 3 45( 6 5( 7 75

8 339: # % %* # % # $$ % & $ % ! # #

2# & #! %: ' # & %# & 1 $# ' !! &

#$ ) '' & % !! #) &( ' ! $# ' ! ; ) % # #

! %#% ' % ! # - %* $# ' ! ; %# &

' #$ - . & $ % ! $$ # # $# ' ! %! &

%#'' % ! # % 1 #) % %* $# ' ! & % #! !

#$ - . ) ! ) <7 679 54 3=9 % ! -# ' & > %

#$ % %* $# ' ! ) !! %# - . ? ' 7 >49 5 <59

% ! ( ) % %* $# ' ! ; = 449 > 6=91 ) ' # !!

(14)

# % ! " ; ' & #!

. ' $ ' * ! ' &#! ! ' ! * *

% # ' !( ' ' $ ! ' & !* % &* &(

! &( / # * ! - &* & / & ! ! ' ' & !* & ! & / & ; &

& ( ! ' ' ' * & ' ! && ' - .

/ ! ! ' ' & % &* & / & & ' #

' # * & ' & ! * * * $ *#@* '

' * * ! - . # ' & % &* & / & *

' ' & % * * * $ *#@* ' ( ' #

' & !* ' ! && * ! - . * ! && &* & ' # * & . ' & % &* & / &

& *# 231 3(451 6(51 7(75 8(339: * ! ' # * *

& ' # 2# & #! *: ' ! ! / *# &(

&& *# ' * % ! $# ' ! ; !

* ! * * * $ *#@* ' $# ' ! ; ' & &

-. ! ' / '! && & $# ' ! ! ' *

# * *#' !1 $# ' ! ' ' * ! - .

&& & ! @ <7(67 9 54(3=9 &*# ' >

* & $# ' ! ' ' &* * - . ' &@

' & 7(>49 5(<591 &* $# ' ! ; =(449

(15)
(16)
(17)
(18)

*

* # + $ * , -+ $

.

*

-* - /

0 # 1

* # 2 -+ $ * # - . + $

(19)

& (

) & & * +& & '

,

-.' ) ' * ' /& & & & (' '

'

0' ) ' 1 ('

'

* &

'

2' ) ' * ' 3 (' &

& '

4' * ' ( & &

&

' $ ) 5 3 6 5 (

2 7 $ ) % ( 7 $ $ % ((7

, ' &

' & , 8 '

9' )

'

'

:' + (

(20)

<' + "( ) & & , ( )

( 1 * ( * ( = + #

'

>' & 3 >> + ?

& '

.@' A@9 "+ + ) 3 ) ( % (

#' &

'

3

&

'

+& & / 0@@<

(21)

% % % * % %

& + % , $

% %

$ % % '(()-'((.

/ 0 /1 + $ # 2 % # *

+ 0*+ 1

% % # % % ' 3 %

'((4 $ 5 6 2 7 $ 0 1

(22)

' () ! ! '

* + *

, - + .

$ / 0 .

+ ! & ! % % ! (! .

+ ! 1 $ 2

# +) ()! ! 1 $ 2

3

+ !

- 4 !

+ ! ( % ! '

# 5 ( ! 6

' ( % 4 " ! 7

)!&) 2

# + 4 " ! % &)!&) 3

' -) 4 ! / 0

#

# " 84 " ( 4

# 9 9 9 6

# : % ( 6

# " % 6

# " 6

# .

# # " ( .

(23)

# ' $ ) ) ( #3

# ' ! ! & ! #

# ' # ! ! #'

# * 1 1)4 % ! ! #7

' - - '

' % " '

' 4 ( 1 $ / 0 '

' + ! & ! ( 1 $ '

' # + ! ( 1 $ ''

' ' -) 4 ! ; % ( 1 $ '6

' '2

' + ! ) ) ( " ! &) ! '2

' $ ! ) '2

' $ ( 4 % ( ! **

' + ! ! ) ! ( " *.

' # + ! + ) ! ( " *7

' ' -) 4 ! ; % ) ! ( " 6#

' * &) ! < 66

* + - - 67

* + ! ( 67

* - 67

- + 62

(24)

! " ( % 1 3

+ % < ( % ( 1 $ '

# & 4 " ! /; 0 % &)!&) / 0 3

' -5 1 ( % 4 ! /- 3 8 2.#8 22 0

* +) ()! ! 4 " 5 % % ( 4 2

6 ) ! ( 1 $ 2

. + ! & ! ( 1 $ '

7 + ! ( 1 $ '*

2 -) 4 ! ; % ( 1 $ '.

3 + ! & ! &) ! % ) ! *7

+ ! &) ! % ) ! *2

-) 4 ! ; % &) ! % ) ! 6#

(25)

$ / 0 7

# ( ! ( 5 ! ( % 1 $ 2

' - ! ( 4 % " 6

* ( 4 ( 1 $ 7

6 )! ! ( 4 #

. ( 1 $ / 0 '

7 & !) 4 ! ; % ( 1 $ % )%

4 ! " % )% 4 % ! ( 5 4 4 % / = '= 60 '7

2 " ! &) ! % ( 4 " ( 1

$ ) ! ! 3> 3=.*> =*3> = *> % #=33? *3

3 8 ( ( ! " % ( ( ( *

8 ( ( ! " % ( @ *

8 ( ( ! " % ( ) *#

# 8 ( ( ! " % ( ! *'

' 8 ( ( ! " % ( ! **

* 4 ( 4 % ( ! &) !

3=.*? % #=33? *6

6 & !) 4 ! ; &) ! /+= = 0 %

) ! 4 % ! ( 6'

. & !) 4 ! &) ! /+= = 0 %

(26)

4 ( $ ) ) ( 1 $

( " % ) ! / 5 % %

( ! 0 ..

# ! ! ! & ! )8 ( 1

$ )% 4 ! " % )% .7

' $ $ 5 ( & ! ( 1 $ .2

* $ $ 5 ( ( 1 $ 73

6 ! ! !) 4 ! ; % ( 1 $ 7

. $ $ 5 !) 4 ! ; ( 1 $ 7

7 $ $ 5 !) 4 ! ( 1 $ 7#

2 $ ) ) ( 7'

3 ! $ % ) ) ( $ ! ) 72

! $ ( 4 % ( ! &) ! ( " %

) ! 23

! ! ( & ! )8 &) ! ( "

% ) ! 2

# $ $ 5 ( ( " 2#

' " % ! 27

* " % &)!&) 3

6 " % ( ) 36

(27)

ekspor rajungan beku sebesar 2813,67 ton tanpa kulit (dagingnya saja), dan

rajungan tidak beku (bentuk segar) sebesar 4312,32 ton. Permintaan komoditas

daging rajungan dalam berbagai bentuk, seperti dalam bentuk segar, beku ataupun

dalam kaleng terus meningkat. Hasil samping dari pengolahan rajungan ini

berupa limbah cair, padat dan gas. Salah satu limbah padat yang dihasilkan

adalah cangkang.

Satu ekor rajungan dengan bobot tubuh berkisar antara 100+350 g, terdapat

cangkang sekitar 51+177 g. Hal ini berarti bobot cangkang rajungan kurang lebih

setengahnya atau 50% dari bobot tubuhnya. Cangkang rajungan mempunyai

kandungan mineral yang tinggi, terutama kalsium (19,97%) dan fosfor (1,81%)

(Multazam 2002). Kalsium merupakan salah satu makromineral, yaitu mineral

yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg/hari

(Almatsier 2003). Di Indonesia, konsumsi kalsium masih rendah yaitu

254 mg/hari (Depkes RI 2004). Kebutuhan kalsium bagi masyarakat Indonesia

yang direkomendasikan berdasarkan golongan umur, yaitu masa kanak+kanak di

bawah umur sepuluh tahun adalah 500 mg/hari, remaja 1000 mg/hari

dan orang hamil sebesar 1150 mg/hari, sedangkan untuk orang dewasa

baik laki+laki dan perempuan memerlukan sebanyak 800 mg/hari

(Widyakarya Pangan dan Gizi 2004).

Fungsi dari kalsium dalam tubuh manusia adalah sebagai mineral dalam

pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi, pengatur pembekuan darah,

katalisator reaksi biologis, pengatur reaksi otot dan mineral yang mempengaruhi

pertumbuhan tubuh (Guthrie 1975). Kalsium dibutuhkan agar tulang dan gigi

mencapai ukuran dan kekuatan yang maksimal (Williams 1995).

Kekurangan kalsium dalam asupan tubuh manusia menyebabkan

abnormalitas metabolisme terutama pada usia rawan gizi, yaitu pada masa

(28)

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan menyebabkan gangguan

pertumbuhan seperti tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh. Orang

dewasa setelah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnya sehingga

menjadi rapuh dan mudah patah yang disebut osteoporosis (Almatsier 2003).

Osteoporosis atau keropos tulang adalah kondisi tulang menjadi tipis, rapuh,

keropos dan mudah patah sebagai akibat berkurangnya masa tulang akibat

bertambahnya usia. Keberadaan penyakit ini sering tidak disadari. Oleh karena

itu, osteoporosis sering disebut sebagai (Depkes RI 2004).

Kelebihan kalsium dapat menimbulkan gangguan ginjal dan konstipasi (susah

buang air besar) (Almatsier 2003).

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh setelah kalsium,

yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 58% fosfor di dalam tubuh terdapat

sebagai garam kalsium fosfat, yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam

tulang dan gigi yang tidak dapat larut. Hidroksiapatit memberi kekuatan dan

kekakuan pada tulang. Fosfor di dalam tulang berada dalam perbandingan 1:2

dengan kalsium. Fosfor selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh,

separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan ekstraselular (Almatsier 2003).

Rasio antara kalsium dan fosfor memegang peranan penting dalam proses

absorbsi keduanya. Dimana Ca dan P membentuk kompleks hidroksiapatit dan

berperan dalam struktur dan pertumbuhan tulang (Casidey dan Frey 2001).

Mineral akan bersifat (jumlah zat dari nutrisi bahan pangan

yang dapat digunakan sepenuhnya oleh tubuh) apabila mineral tersebut dalam

bentuk mineral terlarut, namun tidak semua mineral terlarut bersifat

Kondisi mineral terlarut diperlukan untuk memudahkan dalam penyerapan

mineral di dalam tubuh (Newman dan Jagoe 1994). Solubilitas kalsium di dalam

usus dipengaruhi oleh bentuk makanan (yang mengandung kalsium) dan pH

usus (Casidey dan Frey 2001). Faktor pendorong lainnya adalah suhu dan

keberadaan vitamin (Sediaoetama 1993). Faktor yang merupakan penghambat

adalah kondisi pH basa, keberadaan serat, asam fitat, dan interaksi antara mineral

yang satu dengan mineral yang lainnya (Almatsier 2003).

Cangkang rajungan merupakan limbah padat yang dapat menimbulkan

(29)

mengurangi pencemaran sekaligus memberikan nilai tambah. Selama ini nilai

tambah cangkang rajungan hanya diperoleh dari industri pakan. Mengingat

limbah cangkang rajungan kaya akan kandungan mineralnya, maka dalam

penelitian ini dititikberatkan terhadap mineral kalsium dan fosfor. Pemilihan

cangkang rajungan sebagai sumber kalsium dan fosfor dalam penelitian ini untuk

mengurangi limbah hasil pengolahan dan meminimalkan pencemaran lingkungan.

Selain itu juga sebagai alternatif sumber kalsium pengganti susu dikarenakan

harga susu yang mahal dan tidak semua kalangan masyarakat dapat membelinya.

Pengolahan cangkang rajungan menjadi tepung sudah dilakukan oleh dua

orang peneliti yaitu pemanfaatan cangkang rajungan ( sp.) sebagai

alternatif sumber kalsium pada kue kering ( ) (Muna 2005) dan

pemanfaatan cangkang rajungan ( sp.) sebagai flavor (Ismiwarti 2005).

Akan tetapi kajian terhadap solubilitas kalsium dan fosfor dalam hubungannya

dengan metode penepungan (metode basah dan kering) belum pernah dilaporkan.

adalah jenis biskuit yang terbuat dari adonan keras melalui proses

fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang mengarah kepada rasa asin dan

relatif renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis+lapis

(Manley 2001). dipilih sebagai salah satu jenis makanan yang

ditambahkan tepung cangkang rajungan karena mudah dibuat dalam

skala rumah tangga maupun industri dan dengan pertimbangan penerimaan bagi

masyarakat dalam segala usia maupun tingkatan ekonomi.

Permintaan komoditas daging rajungan yang terus meningkat menyebabkan

meningkatnya limbah dari pengolahan rajungan baik berupa limbah cair, padat

dan gas. Salah satu limbah padat yaitu cangkang rajungan. Pemanfaatan limbah

cangkang rajungan belum dilakukan secara optimal. Selama ini limbah padat

tersebut hanya dimanfaatkan sebagai pakan. Padahal cangkang rajungan memiliki

kandungan mineral yang tinggi terutama kalsium dan fosfor, sehingga dapat

dijadikan sebagai alternatif pengganti susu sebagai sumber kalsium. Oleh karena

(30)

dan fosfor dalam pembuatan produk sangat diperlukan, selain untuk

meningkatkan gizi masyarakat, juga mampu mengurangi laju osteoporosis.

Adanya pengaruh yang terjadi terhadap kelarutan mineral (Ca dan P) dalam

hubungannya dengan metode penepungan dan adanya interaksi dengan komponen

gizi lain sehingga akan mempengaruhi nilai bioavailabilitasnya. Oleh karena itu,

perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh metode penepungan terhadap

kelarutan mineral pada berbagai pH (2, 4, 6) termasuk interaksi dengan komponen

gizi lain dalam produk .

Tujuan umum penelitian ini adalah memanfaatkan limbah cangkang

rajungan untuk dijadikan tepung dan mengaplikasikannya ke dalam produk

. Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1) Menentukan metode penepungan terbaik antara metode basah dan kering

dalam kaitannya dengan sifat fisiko+kimia tepung yang dihasilkan, termasuk

kelarutan Ca dan P.

2) Formulasi dengan penambahan tepung cangkang rajungan pada

berbagai konsentrasi dan mengevaluasi karakteristik fisiko+kimanya.

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam

pemenuhan kebutuhan kalsium dan fosfor yang berasal dari tepung cangkang

rajungan.

! "#

Hipotesis penelitian ini adalah:

(1) Metode penepungan berpengaruh terhadap karakteristik fisiko+kimia

tepung cangkang rajungan, termasuk solubilitas Ca dan P.

(2) Penambahan tepung cangkang rajungan ke dalam produk

berpengaruh terhadap karakteristik fisiko+kimia termasuk solubilitas Ca

(31)

$ %

Rajungan mengandung 25% bahan padat, 20–25% daging yang dapat

dimakan, dan sekitar 50–60% berupa hasil buangan (Angka dan Suhartono 2000).

Cangkang merupakan limbah padat dari hasil pengolahan rajungan yang dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga memerlukan penanganan yang

serius untuk mengurangi pencemaran sekaligus memberikan nilai tambah.

Selama ini cangkang rajungan hanya dimanfaatkan sebagai pakan. Mengingat

cangkang rajungan memiliki kandungan mineral yang tinggi terutama kalsium dan

fosfor, maka dalam penelitian ini dititikberatkan terhadap kalsium dan fosfor.

Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah cangkang rajungan dan

meminimalkan pencemaran lingkungan akibat limbah hasil perikanan adalah

dengan pengolahan cangkang rajungan menjadi tepung yang kemudian

diaplikasikan ke produk pangan ( ). Metode penepungan dilakukan

dengan dua cara yaitu metode penepungan basah (perebusan dengan autoklaf)

dan metode penepungan kering (pengovenan) untuk mengetahui pengaruh

karakteristik fisiko+kimia termasuk solubilitas kalsium dan fosfor dari tepung

cangkang rajngan yang dihasilkan.

Pemilihan sebagai salah satu produk pangan yang ditambahkan

tepung cangkang rajungan karena mudah dibuat dalam skala rumah tangga

maupun industri dan dengan pertimbangan penerimaan bagi masyarakat dalam

segala usia maupun tingkatan ekonomi. yang ditambahkan tepung

cangkang rajungan akan memiliki kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi

sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pemenuhan kebutuhan manusia

akan kalsium dan fosfor. Selain itu juga sebagai sumber kalsium untuk mencegah

osteoporosis dan osteomalasia. Untuk lebih jelas kerangka pemikiran penelitian

(32)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Cangkang Rajungan

Metode Penepungan Basah (Perebusan dengan autoklaf)

Metode Penepungan Kering (Pengovenan)

kaya kalsium dan fosfor Tinggi kandungan kalsium dan fosfor

Tepung cangkang rajungan

• Sumber alternatif pemenuhan kebutuhan kalsium dan fosfor

• Sumber kalsium untuk mencegah osteoporosis dan osteomalasia

• Meningkatkan nilai tambah cangkang rajungan

(33)

& '

(

%

) * +

Rajungan ( ) merupakan salah satu komoditas perikanan

yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pada umumnya rajungan

berbeda dengan kepiting ( sp.). Tanda khusus yang dapat membedakan

jenis kepiting dan rajungan adalah dengan melihat bentuk dan ukuran karapasnya.

Rajungan dicirikan dengan karapas yang relatif lebih panjang dan memiliki

duri cangkang yang lebih panjang dibandingkan dengan kepiting bakau

(BBPMHP 1995 Hafiluddin 2003).

% "

Klasifikasi rajungan menurut Martin dan Davis (1978) adalah sebagai

berikut :

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Subordo : Pleocyemata

Infraordo : Brachyura

Famili : Portunidae

Genus : Portunus

Spesies :

Hewan ini mempunyai karapas yang sangat menonjol dibandingkan

abdomennya. Lebar karapas pada hewan dewasa dapat mencapai 18,5 cm.

Abdomennya berbentuk segitiga (meruncing pada jantan dan melebar pada

betina), tereduksi dan melipat ke sisi ventral karapas. Pada kedua sisi muka

(antero lateral) karapas terdapat 9 buah duri. Duri pertama di anterior berukuran

lebih besar daripada ketujuh duri di belakangnya, sedangkan duri ke+9 yang

terletak di sisi karapas merupakan duri terbesar. Kaki jalan berjumlah 5 pasang,

(34)

memegang serta memasukkan makanan ke dalam mulutnya, sedangkan pasangan

kaki jalan kelima berfungsi sebagai pendayung atau alat renang, sehingga sering

disebut sebagai kepiting renang ( ). Kaki renang tereduksi dan

tersembunyi di balik abdomen. Kaki renang pada hewan betina juga berfungsi

sebagai alat pemegang dan inkubasi telur (Oemarjati dan Wardana 1990).

Ukuran dan warna rajungan jantan berbeda dengan betina. Hewan jantan

berukuran lebih besar dan berwarna biru serta terdapat bercak+bercak putih,

sedangkan betina berwarna hijau kecoklatan dengan bercak+bercak putih kotor.

Rajungan ( ) hidup membenamkan diri dalam pasir di daerah

pantai berlumpur, hutan bakau, batu karang atau terkadang dapat dijumpai sedang

berenang ke permukaan laut. Hewan dewasa memakan moluska, krustasea, ikan

atau bangkai pada malam hari. Larva rajungan bersifat planktonik, berkembang

menjadi dewasa melalui stadia , dan rajungan dewasa

(Oemarjati dan Wardana 1990). Bentuk umum rajungan dapat dilihat pada

Gambar 2.

(35)

% ,

Lapisan penyusun cangkang rajungan disebut . Lapisan paling luar

dari disebut . Lapisan dicirikan dengan adanya

sedikit kandungan kitin. Lapisan di bawah disebut .

Lapisan tersusun dari kitin, protein dan garam kalsium. Dalam

lapisan terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan

dan . Lapisan terdiri dari dua

lapisan yaitu dan . Lapisan di bawah

disebut lapisan epidermis. Susunan lengkap cangkang rajungan

adalah: epikutikula, , , ,

epidermis, dan (Green dan Neff (1972) Ellis dan

Mantel (1985)). Susunan umum cangkang rajungan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Lapisan penyusun pada cangkang rajungan (Ellis dan Mantel 1985)

%# "# ,

Cangkang merupakan bagian terkeras dari semua komponen rajungan dan

selama ini baru dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pupuk organik mengingat

kandungan mineral, terutama kalsiumnya cukup tinggi. Cangkang rajungan

mengandung kitin, protein, CaCO3 serta sedikit MgCO3 dan pigmen

(36)

rajungan beserta daging yang masih melekat pada cangkang dapat dilihat pada

Tabel 1.

Golongan krustase seperti rajungan pada umumnya mengandung 25% bahan

padat yang sebagian besar terdiri atas kitin, 20–25% daging yang dapat dimakan,

dan sekitar 50–60% berupa hasil buangan (Angka dan Suhartono 2000). Hasil

pengolahan limbah rajungan pada PT. Philips Seafood terdiri dari 23% daging

yang melekat pada cangkang dan organ pencernaan, 57% cangkang dan 20%

sisanya adalah (Anonim 1994).

Tabel 1 Komposisi kimia cangkang rajungan dan daging yang masih melekat pada cangkang

Parameter Jumlah

Air (%) 8,10

Protein (%) 15,58

Lemak (%) 0,19

Abu (%) 53,38

Karbohidrat (%) 22,75

Sumber: Fawzya . (2004).

Cangkang merupakan bagian terkeras dari semua komponen rajungan.

merupakan air rebusan rajungan dan memiliki aroma rajungan yang cukup

kuat sehingga air rebusan ini cukup potensial untuk dijadikan bahan dasar

pembuatan kerupuk (Anonim 1994). Jenis rajungan yang umum dimakan adalah

rajungan yang ukurannya cukup besar yaitu rajungan yang termasuk dalam famili

Portunidae dan Podopthalmine (Aktani 1991).

Unsur+unsur mineral adalah unsur+unsur kimia selain karbon, hidrogen,

oksigen dan nitrogen yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam makanan, unsur+unsur

tersebut kebanyakan terdapat sebagai garam anorganik, misalnya natrium klorida,

tetapi beberapa mineral terdapat dalam senyawa organik, seperti sulfur dan fosfor

(37)

Unsur mineral dikenal sebagai bahan anorganik atau kadar abu. Pada proses

pembakaran, bahan+bahan organik terbakar akan tetapi zat anorganiknya tidak,

karena itu disebut sebagai abu. Di dalam tubuh unsur mineral berfungsi sebagai

zat pembangun dan pengatur. Unsur mineral natrium, kalium, kalsium,

magnesium dan fosfor terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar dan

karenanya disebut unsur mineral makro. Unsur mineral lain seperti besi, iodium,

tembaga dan seng terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang kecil saja, karena itu

disebut mineral mikro (Winarno 1997).

Mineral merupakan bagian dari unsur pembentuk tubuh yang memegang

peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan,

organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Di samping itu, mineral

berperan pula dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor

dalam aktivitas enzim. Keseimbangan ion+ion mineral dalam cairan tubuh

diperlukan untuk mengatur pekerjaan enzim, pemeliharaan keseimbangan asam

basa, membantu ikatan+ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan

kepekaan otot syaraf terhadap rangsangan. Mineral dapat digolongkan ke dalam

mineral makro dan mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh

dalam jumlah lebih dari 100 mg per hari, sedangkan mikro dibutuhkan kurang dari

100 mg per hari (Almatsier 2003).

%

Kalsium merupakan mineral bernama internasional dengan simbol

Ca. Mineral bernomor atom 20 ini memiliki masa atom 40,078 g, merupakan

anggota dari grup alkali metal nomor 2 dengan nomor periode 4. Kalsium

memiliki struktur elektron [Ar] 4S2, berwujud padat pada suhu 25 oC, memiliki

titik didih 1440 oC, titik leleh 838 oC, massa jenis 1,55 g/m3 dan berwarna putih

metalik (Anonim 2004).

Kalsium adalah materi esensial pertama yang diketahui dalam makanan.

Unsur ini pertama kali ditemukan oleh Sir Humphrey Davy (Inggris) tahun 1808.

Pada awal 1842, Chossat (ilmuwan asal Perancis) melakukan percobaan

pemberian diet rendah kalsium pada merpati yang mengakibatkan pertumbuhan

(38)

Manusia memerlukan kalsium yang terkandung sekitar 2% dari tubuh.

Kalsium memberikan kekuatan dan struktur pada tulang dan gigi. Kalsium juga

mengontrol kontraksi detak jantung, transmisi impuls syaraf dan aktivasi enzim

(Ensminger 1995).

Sembilan puluh sembilan persen (99%) kalsium dalam tubuh berada dalam

tulang dan gigi, dimana garam kalsium (terutama kalsium fosfat) membentuk

matriks sel untuk membangun kekuatan bentuk tubuh. Tulang juga memerlukan

kalsium untuk menjaga konsentrasi plasma tulang agar tetap konstan. Sekitar

700 mg kalsium diperkirakan keluar masuk matriks tulang setiap harinya pada

laki+laki dewasa. Komposisi kimia gigi sama dengan tulang, tetapi bila

dibandingkan dengan tulang, enamel gigi lebih keras dan memiliki

kandungan air yang lebih rendah (sekitar 5%). Kalsium dalam gigi tidak dapat

tergantikan, maka dari itu gigi tidak dapat memperbaiki kerusakannya sendiri

(Ensminger 1995).

Berdasarkan pemenuhan kebutuhan kalsium dapat diyakini bahwa semua

kalsium dalam tubuh berasal dari makanan dan dengan demikian diet kalsium

diperlukan untuk membangun serta menjaga keseimbangan tubuh.

(

-Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahannya, seperti keju. Ikan

yang dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering dan cangkang rajungan

merupakan sumber kalsium yang baik. Serealia, seperti kacang+kacangan dan

hasil olahannya, tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium

yang baik pula, tetapi bahan makanan ini banyak mengandung zat yang dapat

menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat. Kebutuhan

kalsium akan terpenuhi bila mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang tiap

hari (Almatsier 2003).

Cangkang rajungan memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi

diantaranya P, Ca, Cu, Fe, Zn, Mn dan Mg dan mengandung sejenis polisakarida

berupa kitin (Lestari 2005). Cangkang rajungan memiliki 19,97% kalsium dan

(39)

Tepung ikan yang dibuat dari keseluruhan tubuh ikan memiliki kandungan

kalsium yang sangat tinggi baik dalam ukuran 100 g per porsi maupun per

100 kkal. Tulang ikan ini bisa dijadikan sumber kalsium dan protein yang penting

bagi negara yang tidak mampu menyediakan susu (Guthrie 1975).

Sumber kalsium yang biasa digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok (Kaup 1991), yaitu:

(1) Tepung tulang, mono+kalsium dan di+kalsium fosfat yang ketersediaannya

paling tinggi diantara sumber kalsium lain.

(2) (batuan kapur yang biasanya mengandung magnesium dan

bersifat agak asam), fosfat (garam kalsium fosfat yang masih

mengandung fluor yang bersifat racun bila kadarnya berlebihan) dan kalsium

karbonat. Kelompok ini merupakan sumber kalsium yang ketersediaannya

sedang.

(3) , yaitu kalsium yang berikatan dengan mineral lain yang sukar larut.

Sumber ini memiliki ketersediaan yang rendah.

Beberapa bahan sumber nabati dapat mengandung cukup banyak kalsium,

tetapi kalsium tersebut mungkin tidak dapat digunakan karena tingginya kadar

oksalat atau fitat. Kebanyakan kalsium bahan nabati tidak dapat digunakan

dengan baik karena berikatan dengan oksalat yang dapat membentuk garam yang

tidak larut dengan air (Linder 1992).

Kalsium pada ikan terutama tulang, membentuk kompleks dengan fosfor

dalam bentuk apatit atau tri kalsium fosfat. Bentuk kompleks ini terdapat pada

abu tulang yang dapat diserap dengan baik oleh tubuh, yaitu berkisar

60+70% (Lutwak 1982).

Metode sederhana yang dilakukan untuk mendapatkan kalsium yang

bersumber dari tulang adalah dengan cara pembakaran. Ada tiga tahap pembuatan

abu tulang dengan metode pembakaran, yaitu sterilisasi tulang, pembakaran tulang

untuk menghilangkan darah, ossein, sumsum, lemak dan pengecilan ukuran

kalsium tulang dalam mortar, namun cara demikian dapat menimbulkan polusi

udara yang disebabkan oleh proses pembakaran (Mann 1967).

Sada (1984) menyatakan bahwa pengekstrakan kalsium ikan dengan cara

(40)

mendapatkan kalsium ikan. Penghilangan protein pada kulit krustasea menurut

Knoor (1984), umumnya menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi 2+3%

dengan suhu 63+65oC dalam waktu 1+2 jam dan teknik ini merupakan dasar untuk

menghilangkan protein pada tulang ikan.

Tepung tulang yang diperoleh dengan cara pemasakan dengan tekanan dan

pengeringan disebut !rata+rata mengandung 30,14% kalsium dan

14,53% fosfor. Tepung tulang yang diperoleh dari pengukusan akan kehilangan

protein, selain itu kandungan fosfor serta kalsiumnya rendah. Komposisi tepung

tulang ini terdiri dari 26% protein, 5% lemak, 22,96% kalsium, dan 10,25%

fosfor (Morrison 1958).

Salah satu perusahaan di Amerika, International Seafood of Alaska (ISA)

memproduksi tepung tulang ikan dengan harapan mengandung mineral seperti

kalsium dan fosfor tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan alami untuk

mengatasi penyakit osteoporosis pada wanita. Kandungan gizi tepung tulang ikan

dan tepung cangkang rajungan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kandungan gizi tepung tulang ikan dan tepung cangkang rajungan

Zat Gizi ISA’s (%)a BBPMHP (%)b

Air 3,6 4,45

Abu 33,1 55,21

Protein 34,2 13,58

Lemak 5,6 0,54

Kalsium 11,9 24,78

Fosfor 11,6 0,49

a)

Tulang ikan, Kodiak (2001). b)

Cangkang rajungan, BBPMHP (2000).

% "

Fungsi kalsium dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut :

(a) Pembentukan tulang dan gigi

Kalsium di dalam tulang mempunyai dua fungsi: (a) sebagai bagian integral

(41)

Pada tahap pembentukan janin manusia, matriks sebagai cikal bakal tulang

tumbuh. Bentuknya sama dengan tulang tetapi masih lunak dan lentur hingga

setelah lahir. Matriks yang merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas

serabut yang terbuat dari protein kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin.

Segera setelah bayi manusia lahir, matriks mulai menguat melalui proses

kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral. Kristal ini terdiri dari kalsium

fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan kalsium hidroksida yang dinamakan

hidroksiapatit (3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2). Kalsium dan fosfor merupakan mineral

utama dalam ikatan ini, sehingga keduanya harus berada dalam jumlah yang

cukup di dalam cairan yang mengelilingi matriks tulang. Batang tulang yang

merupakan bagian terkeras matriks, mengandung kalsium fosfat, magnesium,

seng, natrium karbonat dan fluor disamping hidroksiapatit.

Selama pertumbuhan, proses kalsifikasi berlangsung terus dengan cepat.

Pada ujung tulang panjang ada bagian yang berpori yang dinamakan ,

yang menyediakan suplai kalsium siap pakai guna mempertahankan konsentrasi

kalsium normal dalam darah. Selama manusia hidup, tulang senantiasa

mengalami perubahan, baik dalam bentuk maupun kepadatan, sesuai dengan usia

dan perubahan berat badan.

Mineral yang membentuk dentin dan email yang merupakan bagian tengah

dan luar dari gigi adalah mineral yang sama dengan mineral pembentuk tulang.

Akan tetapi, kristal gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah. Pertukaran

antara kalsium gigi dan kalsium tubuh berlangsung lambat dan pertukaran ini

terjadi pada lapisan dentin. Sedikit pertukaran kalsium mungkin juga terjadi di

antara lapisan email dan ludah.

(b) Mengatur pembekuan darah

Bila terjadi luka, ion kalsium di dalam darah merangsang pembekuan

fosfolipida tromboplastin dari platelet darah yang terluka. Tromboplastin ini

mengkatalisis perubahan protrombin, bagian darah normal, menjadi trombin.

Trombin kemudian membantu perubahan fibrinogen, bagian lain dari darah,

menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah. Mekanisme pembekuan darah

(42)

Tromboplastin

Trombin

Gambar 4 Skema mekanisme pembekuan darah (Guthrie 1975)

(c) Katalisator reaksi biologis

Kalsium berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biologis, seperti

absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pankreas, ekskresi

insulin oleh pankreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin, yaitu bahan yang

diperlukan dalam transmisi suatu rangsangan dari serabut syaraf yang satu ke

yang lainnya. Kalsium yang diperlukan untuk mengkatalisis reaksi+reaksi ini

diambil dari persediaan kalsium dalam tubuh.

(d) Kontraksi otot

Pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi protein

di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila darah kalsium kurang dari normal,

otot tidak bisa mengendur setelah kontraksi. Tubuh akan kaku dan dapat

menimbulkan kejang.

Beberapa fungsi kalsium lain adalah meningkatkan fungsi transpor membran

sel, kemungkinan dengan bertindak sebagai katalisator membran dan transmisi ion

melalui membran organel sel (Almatsier 2003).

. "

Garam kalsium lebih larut dalam larutan asam, penyerapannya dalam tubuh

berlangsung pada daerah duodenal dari usus kecil dan tidak semua kalsium dari

makanan dapat diserap oleh tubuh. Kalsium dari asupan makanan hanya 20+30%

yang diserap tubuh pada saluran pencernaan dan masuk ke aliran darah Protrombin

Platelet darah p

Kalsium

Kalsium

Fibrinogen (pembekuan darah)Fibrin

(43)

dalam kondisi normal. Penyerapan kalsium tergantung kepada keperluan tubuh,

tipe makanan dan jumlah kalsium yang dicerna. Pada anak+anak yang sedang

dalam pertumbuhan dan wanita yang sedang hamil atau menyusui dapat

menyerap sekitar 40% kalsium yang ada dalam diet mereka. Tubuh juga

memerlukan kalsium dalam jumlah yang besar dalam proses pemulihan tulang

(Ensminger 1995).

Faktor+faktor yang dapat mempengaruhi penyerapan kalsium dalam tubuh

adalah:

(1) Vitamin D

Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi penyerapan kalsium

dalam tubuh adalah pasokan vitamin D yang cukup, yaitu dari kandungan diet

maupun dari radiasi ultraviolet sinar matahari. Vitamin D atau turunannya

(25+hydroxycholecalciferol, 25+HCC) dapat meningkatkan penyerapan kalsium

dengan cara mengikat kalsium dengan protein yang dapat memfasilitasi transpor

kalsium melewati dinding usus.

(2) Protein

Protein yang terkandung dalam makanan dapat meningkatkan penyerapan

kalsium pada usus kecil. Asam amino seperti lisin dan arginin dari protein

mampu membebaskan kalsium dari garam kalsium agar lebih mudah diserap usus.

Makanan yang mengandung protein tinggi juga menjaga keseimbangan kalsium

dengan membuang sisa kelebihan kalsium melalui urin.

(3) Laktosa

Makanan yang mengandung laktosa (seperti susu) mengatur penyerapan

kalsium pada usus kecil. Penyerapan kalsium tergantung pada aktivitas enzim

laktase yang menghidrolisis laktosa (Ensminger 1995).

(4) Media Asam

Penyerapan kalsium lebih baik dalam kondisi pH rendah atau keadaan asam,

karena dapat mempertahankan kelarutan kalsium. Ini menyebabkan penyerapan

kalsium banyak terjadi pada duodenum. Kalsium membutuhkan pH < 6 agar

dapat berada dalam keadaan larut. Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat

dalam bentuk larut air dan tidak terikat karena unsur makanan lain, seperti

(44)

! " -

Kekurangan kalsium dalam masa pertumbuhan dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan seperti tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.

Pada orang dewasa, terutama setelah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari

tulangnya sehingga menjadi rapuh dan mudah patah (osteoporosis) yang dapat

dipercepat oleh keadaan stres sehari+hari. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada

wanita daripada pria dan lebih banyak pada orang kulit putih dari pada kulit

warna. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada perokok dan peminum alkohol

(Almatsier 2003).

Penyebab osteoporosis dipengaruhi berbagai faktor seperti gaya hidup tidak

sehat (mengkonsumsi nutrisi dengan kadar rendah serat dan tinggi lemak), kurang

gerak/tidak berolah raga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang

(konsumsi kalsium masyarakat Indonesia yang masih rendah yaitu 254 mg per

hari, padahal berdasarkan standar internasional adalah 1000–1200 mg per hari).

Cara yang paling tepat mencegah osteoporosis adalah melalui upaya pencegahan

sedini mungkin dengan membudayakan “Perilaku Hidup Sehat” yang intinya

mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi

dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium (1000–1200 mg kalsium

per hari), berolah raga secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi

alkohol. Merokok dan mengkonsumsi alkohol yang tinggi dapat meningkatkan

resiko osteoporosis 2 kali lipat (Depkes RI 2004).

Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia! yang

dinamakan juga pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena

kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor.

Mineralisasi matriks tulang terganggu, sehingga kandungan kalsium dalam tulang

menurun (Almatsier 2003). Osteoporosis dan osteomalasia lebih sering terjadi

pada wanita karena hilangnya stimulasi pembentukan tulang tubuh disebabkan

oleh hormon esterogen, yaitu hormon seks pada wanita (Guthrie 1975).

Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau

kejang. Kepekaan serabut syaraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga

terjadi kejang otot, misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu hamil yang

(45)

fosfor. Tetani kadang terjadi pada bayi yang diberi minum susu sapi tidak

diencerkan dan mempunyai rasio kalsium : fosfor rendah (Almatsier 2003). Diet

dengan perbandingan satu bagian kalsium dan satu bagian fosfor (1:1) merupakan

rasio yang membuat absorbsi kedua mineral tersebut menjadi maksimal

(Guthrie 1975).

Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg per hari. Kelebihan

kalsium dapat menimbulkan gangguan ginjal dan konstipasi (susah buang air

besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium

dalam bentuk tablet atau bentuk lain (Almatsier 2003).

/# #

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh setelah kalsium,

yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat

sebagai garam kalsium fosfat, yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam

tulang dan gigi yang tidak dapat larut. Hidroksiapatit memberi kekuatan dan

kekakuan pada tulang. Fosfor di dalam tulang berada dalam perbandingan 1:2

dengan kalsium. Fosfor selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh,

separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan ekstraselular. Fosfor merupakan

bagian dari asam nukleat, DNA dan RNA yang terdapat dalam setiap inti sel dan

sitoplasma tiap sel hidup. Sebagai fosfolipida, fosfor merupakan komponen

struktural dinding sel. Sebagai fosfat organik, fosfor memegang peranan penting

dalam reaksi yang berkaitan dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam

bentuk adenosin trifosfat (ATP) (Almatsier 2003).

Masukan fosfor yang sangat besar dapat menurunkan ketersediaan kalsium

dan menyebabkan defisiensi kalsium. Sedangkan kekurangan fosfor dapat

menyebabkan keterlambatan pertumbuhan, kelainan bentuk tulang rangka, dan

rasa sakit pada tulang yang diakibatkan gangguan mineralisasi tulang seperti

osteoporosis (Olson . 1988).

Hubungan antara kalsium dan fosfor memegang peranan penting dalam

proses absorbsi keduanya (Casidey dan Frey 2001). Diet dengan perbandingan

(46)

absorbsi kedua mineral tersebut menjadi maksimal. Perbandingan antara kalsium

dan fosfor yang di rekomendasikan untuk bayi adalah 1,3 : 1 (Guthrie 1975).

% - # #

Kebutuhan kalsium dan fosfor dalam tubuh manusia berbeda menurut usia

dan jenis kelamin. Kebutuhan kalsium dan fosfor tubuh orang Indonesia per hari

yang ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi (2004) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Daftar kebutuhan kalsium (Ca) dan fosfor (P)

Kelompok Umur Kebutuhan Ca

(mg/hari)

Trimester 1 +150 +0

Trimester 2 +150 +0

Trimester 3 +150 +0

Menyusui 1000 1000

6 bulan pertama +150 +0

6 bulan kedua +150 +0

(47)

! (# - * +

Mineral akan bersifat (jumlah zat dari nutrisi bahan pangan

yang dapat digunakan sepenuhnya oleh tubuh) apabila mineral tersebut dalam

bentuk mineral terlarut, namun tidak semua mineral terlarut bersifat

Mineral dalam fungsi pemanfaatannya oleh tubuh diperlukan dalam kondisi

mineral terlarut. Kondisi mineral terlarut diperlukan untuk memudahkan dalam

penyerapan mineral di dalam tubuh (Newman dan Jagoe 1994).

Daya serap dari mineral dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keberadaan

dari faktor pendorong dan faktor penghambat. Faktor pendorong dari daya larut

mineral dapat memecah dan mereduksi molekul+molekul mineral tersebut menjadi

bentuk yang memudahkan untuk diserap oleh tubuh. Faktor yang dapat dijadikan

faktor pendorong adalah suhu dan kondisi pH asam (Sediaoetama 1993). Pada

faktor penghambat, molekul+molekul mineral tersebut akan diikat dan membentuk

senyawa yang tidak larut sehingga menyulitkan dalam hal penyerapan oleh tubuh

(Newman dan Jagoe 1994). Faktor yang merupakan penghambat adalah kondisi

pH basa, keberadaan serat dan asam fitat (Almatsier 2003).

Faktor+faktor lain yang mempengaruhi ketersediaan mineral terlarut tersebut

adalah interaksi antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya dan

keberadaan vitamin. Mineral dengan jumlah muatan (valensi) yang sama akan

bersaing satu sama lainnya untuk diabsorpsi. Mineral seperti kalsium dan besi

yang mempunyai bilangan valensi yang sama +2 akan bersaing untuk diabsorpsi.

Kalsium yang terlalu banyak dikonsumsi akan menghambat absorpsi zat besi.

Keberadaan vitamin C akan meningkatkan absorpsi besi apabila dimakan dalam

waktu bersamaan, sedangkan vitamin D akan meningkatkan daya absorpsi dari

kalsium (Almatsier 2003).

Faktor yang juga mempengaruhi dalam absorpsi mineral adalah interaksi

serat dengan mineral. Ketersediaan mineral banyak dipengaruhi oleh bahan

nonmineral di dalam makanan. Asam fitat dalam serat kacang+kacangan dan

serealia serta asam oksalat dalam bayam mengikat mineral+mineral tertentu

sehingga tidak dapat diabsorpsi. Makanan dengan kandungan serat yang tinggi

(> 35 g sehari) akan menghambat absorpsi dari kalsium, besi, seng dan

(48)

adalah jenis biskuit yang terbuat dari adonan keras melalui proses

fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang mengarah kepada rasa asin dan

relatif renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis+lapis

(Manley 2001). tanpa pemanis merupakan tipe yang paling populer

yang dapat dikonsumsi sebagai pengganti roti dan penggunaannya lebih luas

sebagai makanan diet. Ciri+ciri yang baik adalah tekstur renyah, tidak

keras apabila digigit, tidak hancur dan mudah mencair apabila dikunyah

(Manley 1983). Tabel 4 menyajikan syarat mutu mengacu pada biskuit

berdasarkan SNI 01+2973+1992.

Tabel 4 Syarat mutu mengacu pada biskuit (SNI 01+2973+1992)

Kriteria Persyaratan

Air (% b/b) Maksimum 5 %

Protein (% b/b) Minimum 9 %

Lemak (% b/b) Minimum 9,5 %

Karbohidrat (% b/b) Minimum 70 %

Abu (% b/b) Maksimum 1,5 %

Logam berbahaya Negatif

Serat kasar (% b/b) Maksimum 0,5 %

Energi (kkal/100 g) Minimum 400

Jenis tepung Terigu

Bau dan rasa Normal, tidak tengik

Warna Normal

Sumber : SNI 01+2973+1992.

0- "

-Bahan+bahan yang digunakan dalam pembuatan adalah tepung

terigu, mentega putih, margarin, bahan pengembang, susu skim, air, garam dapur

dan ragi roti (Artama 2001).

(a) Tepung terigu

Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan dan

komponennya paling banyak. Tepung berfungsi sebagai pembentuk adonan

selama proses pencampuran, menarik atau mengikat bahan lainnya serta

(49)

selama pemanggangan. Selain itu, tepung juga memegang peranan penting dalam

pembentukan citarasa (Matz dan Matz 1978).

Komposisi gandum bervariasi tergantung jenisnya. Hal ini juga berpengaruh

pada kekuatan glutennya. Kekuatan tepung lebih tergantung pada mutu daripada

jumlah gluten. Tepung yang kuat adalah tepung yang menghasilkan tepung yang

sukar meregang dan mempunyai sifat dapat menahan gas yang baik. Umumnya

jenis tepung ini cocok untuk pembuatan roti, sedangkan tepung yang lemah cocok

untuk pembuatan kue dan biskuit (Gaman dan Sherrington 1992).

Berdasarkan kandungan gluten (protein), tepung terigu yang beredar di

pasaran dapat dibedakan menjadi 3 macam sebagai berikut:

" . Tepung ini berkualitas paling baik. Kandungan protein 12–13%.

Tepung ini biasanya digunakan untuk pembuatan roti dan mi berkualitas tinggi.

Contohnya adalah terigu “Cakra Kembar”.

" # . Tepung jenis ini mengandung protein 9,5–11%. Tepung ini

banyak digunakan untuk pembuatan roti, mi dan macam+macam kue, serta

biskuit. Contohnya terigu “Segitiga Biru“.

" . Terigu ini mengandung protein sebesar 7–8,5%. Penggunaannya

cocok sebagai pembuatan kue dan biskuit. Contohnya terigu “Kunci Biru“

(Astawan 1999).

(b) Mentega putih ( )

Mentega putih adalah lemak padat yang umumnya berwarna putih dan

mempunyai titik cair, sifat plastis dan kestabilan tertentu. Bahan ini diperoleh

dari hasil pencampuran dua macam lemak atau lebih, atau dengan cara

hidrogenasi (Ketaren 1986).

Mentega putih banyak digunakan dalam bahan pangan, terutama pada

pembuatan kue dan roti yang dipanggang. Dalam pembuatan roti dan kue, lemak

berfungsi sebagai bumbu yang memperbaiki cita rasa, struktur, tekstur,

keempukan dan memperbesar volume roti dan kue (Ketaren 1986). Pada

pembuatan , mentega putih berfungsi untuk meningkatkan tekstur dan

(50)

(c) Margarin

Margarin merupakan emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan tidak

kurang 80% lemak (Winarno 1997). Dalam pembuatan kue yang dipanggang,

margarin digunakan sebagai pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi,

rasa dan nilai gizi yang hampir sama. Fungsi margarin sama dengan mentega

putih dan relatif lebih murah.

(d) Bahan pengembang

Bahan pengembang adalah senyawa kimia yang apabila terurai akan

menghasilkan gas dalam adonan (Winarno 1997). Pada pembuatan

bahan pengembang berfungsi dalam pembentukan volume dan membuat produk

jadi ringan. Selain itu juga berfungsi untuk menetralkan keasaman tepung dan

adonan selama proses fermentasi. Netralisasi adonan sangat penting untuk

membentuk rasa produk akhir yang dihasilkan (Faridi 1994). Bahan pengembang

yang umum digunakan adalah sodium bikarbonat, amonium bikarbonat dan

. Menurut Matz dan Matz (1978) dibuat dari

campuran asam (asam karbonat dan garam+garam asam fosfat) dengan natrium

bikarbonat (NaHCO3).

(e) Susu

Susu adalah suatu emulsi lemak dalam air yang mengandung garam+garam

mineral, gula dan protein. Salah satu keuntungan penambahan susu

adalah meningkatkan nilai gizi produk. Penambahan susu di dalam

berfungsi sebagai penguat protein tepung dan memperbaiki . Susu

selain sumber protein dan lemak juga mengandung karbohidrat, vitamin

(terutama vitamin A dan niasin) serta mineral (kalsium dan fosfor)

(Muchtadi dan Sugiyono 1989). Penggunaan susu dalam pembuatan biskuit

termasuk berperan sebagai bahan pengisi untuk meningkatkan

kandungan gizi yang dihasilkan (Buckle 1987).

(f) Air

Air memungkinkan terbentuknya gluten gandum yang mengandung protein

dalam bentuk glutenin dan gliadin, jika ditambah air maka akan membentuk

gluten, air juga berperan mengontrol kepadatan adonan. Selain itu, air juga

(51)

melarutkan garam, menahan dan menyebarkan bahan+bahan secara seragam.

Air membasahi serta mengembangkan pati dan memungkinkan terjadinya

kegiatan enzim (Almond 1989).

(g) Garam dapur

Garam adalah bahan utama untuk mengatur rasa. Garam akan memberikan

rasa pada bahan+bahan lainnya dan membantu untuk meningkatkan sifat+sifat

adonan. Sebagian formula biskuit menggunakan satu persen garam atau kurang.

Pemakaian lebih dari satu persen akan menghambat fermentasi (Sultan 1983

Artama 2001).

Garam biasanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Tepung yang

berkadar protein rendah biasanya banyak membutuhkan garam. Sebab garam

berpengaruh untuk memperkuat protein. Faktor lain yang menentukan jumlah

garam adalah resep atau formula yang dipakai (Matz dan Matz 1978).

(h) Ragi roti

Ragi roti adalah produk yang dibuat dengan cara membiakkan khamir jenis

dalam media serealia atau bahan lain yang sesuai,

dalam keadaan saniter, dikeringkan dan mempunyai kemampuan meragikan

adonan tepung terigu dengan atau tanpa campuran tepung lain pada pembuatan

roti dan kue (SNI 01+2973+1992).

Ragi adalah sumber penting dalam penyediaan enzim. Enzim dihasilkan

oleh sel+sel yang hidup baik nabati atau hewani. Enzim yang penting dalam ragi

adalah invertase, maltase dan zymase. Ragi berfungsi untuk memperingan adonan

dan memberikan aroma serta rasa. Ragi adalah tumbuh+tumbuhan bersel satu,

tergolong dalam keluarga cendawan. Ragi berkembangbiak dengan pertunasan

( ), atau dan yang menyebabkan peragian

(fermentasi) apabila dipakai sesuai dengan dosis (Susanti 2001).

Tepung mengandung amilase yang oleh adanya air merubah pati menjadi

maltosa. Enzim maltase yang dikeluarkan oleh khamir meneruskan pemecahan

maltosa menjadi glukosa. Kemudian, glukosa difermentasi oleh beberapa enzim

dalam khamir yang dikenal sebagai zymase. Hasil+hasil fermentasi adalah CO2

(karbondioksida) yang mengisi adonan dengan udara dan etanol yang dikeluarkan

(52)

1 1 12&

3 "

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2006 sampai dengan bulan

Mei 2007. Penelitian ini dilakukan di beberapa laboratorium yaitu: Laboratorium

Pengolahan Hasil Perikanan dan Unit Produksi Hasil Perikanan untuk preparasi

cangkang rajungan dan pembuatan . Laboratorium Mikrobiologi dan

Biokimia Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB untuk analisis kadar air dan

kadar abu tepung cangkang rajungan. Pilot Plan Pusat Antar Universitas Pangan

dan Gizi IPB untuk proses penepungan dengan menggunakan drum dryer.

Laboratorium Pengolahan Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB untuk

analisis derajat putih, daya serap air, densitas kamba tepung cangkang rajungan

dan kekerasan . Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas

Peternakan IPB untuk analisis kadar Ca, kadar P, pH, solubilitas Ca dan P tepung

cangkang rajungan dan . Laboratorium Kimia Terpadu Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi IPB untuk analisis proksimat .

Laboratorium Terpadu Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas

Kedokteran Hewan IPB untuk sentrifuse sampel tepung cangkang rajungan dan

. Laboratorium Organoleptik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

untuk pengujian organoleptik .

Bahan baku untuk membuat tepung cangkang rajungan adalah limbah padat

berupa cangkang rajungan ( ) dari CV. SURYA BAHARI

JAYA GROUP, Muara Duwur, Cirebon. Cangkang tersebut sudah mengalami

perebusan di perusahaan pengolahan daging rajungan dan penjemuran alami

dengan sinar matahari selama tiga hari.

Pembuatan menggunakan bahan+bahan sebagai berikut: tepung

terigu produksi Bogasari Cap Kunci Biru, mentega putih, margarin, bahan

(53)

memerlukan bahan+bahan seperti tablet kjeltab, H2SO4, akuades, NaOH,

H3BO3, HCl, larutan heksana, buffer asam dan basa serta akuades.

Alat+alat yang digunakan untuk pembuatan tepung cangkang rajungan

( sp.) adalah baki, pisau, kompor gas, oven, autoklaf, , dan

timbangan analitik. dibuat dengan alat+alat seperti mangkuk kaca,

, , spatula, pencetak kue, sendok makan, loyang, dan plastik.

Alat+alat yang digunakan untuk analisis fisiko+kimia adalah

(KETT C+1003), $ merk RE 3350 Yamaden, AAS (% %

! AA+680 & ' +SHIMADZU),

(UNICO CAMSPEC UV+2100 ), tabung

() ! ) ! destruktor, labu takar, buret, cawan porselen, oven,

desikator, labu lemak, alat , kertas saring, kapas bebas lemak, kompor

listrik, tanur, pH meter, corong, gelas ukur, kertas saring Whatman 42, dan alat

bantu lainnya untuk uji organoleptik seperti !piring, dan .

"

Penelitian dilakukan dalam 2 bagian, yaitu penelitian pendahuluan dan

penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan pembuatan tepung

cangkang rajungan dan evaluasi karakteristiknya. Pada penelitian utama

dilakukan pembuatan dengan formulasi yang berbeda, yaitu penambahan

tepung cangkang rajungan pada berbagai konsentrasi dan analisis mutu

meliputi uji organoleptik dan analisis fisiko+kimia formulasi terpilih berdasarkan

hasil uji organoleptik.

"

Pembuatan tepung cangkang rajungan dilakukan dengan 2 metode, yaitu

metode basah dan metode kering. Terhadap kedua tepung cangkang rajungan yang

dihasilkan dilakukan analisis sifat fisik (rendemen, derajat putih, daya serap air,

(54)

dan fosfor). Tepung cangkang rajungan yang dipilih untuk formulasi

adalah tepung cangkang rajungan yang memiliki solubilitas kalsium dan fosfor

tinggi. Diagram alir proses pembuatan tepung cangkang rajungan dapat dilihat

pada Gambar 5.

Keterangan: * = bagian yang dimodifikasi,

= proses yang dilakukan, = bahan.

Gambar 5 Diagram alir pembuatan tepung cangkang rajungan (Modifikasi Sada 1984)

Tepung Cangkang Rajungan (Tepung A)

Pembersihan

Pengecilan ukuran (1+2 cm)

Pengeringan dengan oven 70oC, 3 jam

Pengecilan ukuran (100 mesh)

Cangkang Rajungan

Perebusan suhu 100oC (30 menit)

Pembersihan dengan air 2x

Perebusan dengan autoklaf 121oC selama 15 menit

* Pengeringan dengan oven 105oC selama 90 menit

Pengecilan ukuran (100 mesh)

(55)

dibuat mengacu pada metode Artama (2001) yang dimodifikasi.

Bahan+bahan utama yang digunakan untuk pembuatan adalah tepung

terigu, mentega putih, margarin, dan susu skim; sedangkan bahan pembantu

adalah bahan pengembang, air, garam dapur, dan ragi roti. Komposisi bahan

dan formulasi penambahan tepung cangkang rajungan masing+masing

dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.

Tabel 5 Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan (modifikasi Artama 2001)

Bahan Jumlah

Tepung terigu 200 g

Tepung cangkang rajungan X g

Margarin 30 g

Mentega putih 30 g

* 2 g

Susu 10 g

Air 70 g

Garam dapur 5 g

Ragi 5 g

Bahan pengisi:

Tepung terigu 30 g

Mentega 10 g

Garam 0,4 g

* 0,4 g

Tabel 6 Formulasi tepung cangkang rajungan

Formulasi

Penambahan tepung cangkang

rajungan (%)

Tepung cangkang rajungan (X) g yang ditambahkan berdasarkan

tepung terigu 200 g

K 0 0

A 0,75 1,5

B 1,50 3,0

C 2,25 4,5

D 3,00 6,0

Tahap awal proses pembuatan ! bahan+bahan berupa margarin,

mentega putih, soda kue, susu, dan garam dicampur dan diaduk selama

(56)

secara merata. Tepung cangkang rajungan dan air dicampurkan ke dalam adonan

dan diaduk hingga kalis.

Adonan difermentasi selama 30 menit, bertujuan untuk menghasilkan

adonan yang elastis mengembang dan mempunyai daya renggang yang baik.

Kemudian adonan dipipihkan membentuk lembaran dan bahan pengisi diisi pada

sebagian lembaran, bagian yang tidak dilapisi dengan bahan pengisi dilipat

menutup setengah bagian lembaran. Selanjutnya adonan dilipat lagi secara

berulang+ulang. Sebelum adonan dipipihkan membentuk lembaran, bahan pengisi

dibuat dengan mencampurkan tepung terigu, mentega, garam dan ,

kemudian diaduk hingga kalis. Diagram alir proses pembuatan dapat

dilihat pada Gambar 6.

Adonan dicetak menggunakan cetakan dan difermentasi selama 10 menit.

dihasilkan dengan 3 tahapan pemanggangan bertingkat, yaitu (1) suhu

200 oC selama 3 menit, (2) suhu 175 oC selama 5 menit, dan (3) suhu 150 oC

selama 7 menit, bertujuan untuk mengeringkan tanpa menimbulkan

penggosongan. Selama pemanggangan, laminasi akan terangkat dan terpisah+

pisah sehingga menimbulkan yang mempunyai struktur berlapis+lapis.

Analisis meliputi uji organoleptik (uji skoring dan perbandingan

pasangan), analisis fisik (ketebalan, diameter, berat, dan kekerasan ), dan

analisis kimia (kadar air, protein, lemak, abu, karbohidrat, kalsium, fosfor, serta

solubilitas kalsium dan fosfor).

!

! # # "

Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji mutu dengan menggunakan uji

skoring. Uji ini berfungsi untuk menilai suatu sifat organoleptik yang spesifik dan

untuk mengetahui kelebihan (baik, buruk, atau netral) hasil formulasi

dibanding produk komersial (perbandingan pasangan). Uji organoleptik

(57)

Keterangan: * = bagian yang dimodifikasi, = proses yang dilakukan, = bahan.

Gambar 6 Proses pembuatan (Artama 2001)

Pencampuran terigu + ragi

Air * Tepung

cangkang rajungan

Pengadukan sampai kalis

Fermentasi (30 menit)

Pemipihan adonan membentuk lembaran

Pengisian bahan pengisi pada sebagian lembaran

Pelipatan bagian yang tidak dilapisi menutup ½ bagian lembaran

Pencetakan dengan ukuran seragam

Fermentasi (10 menit)

Pemanggangan dengan tahapan: 1. T = 200oC, t = 3 menit 2. T = 175oC, t = 5 menit 3. T = 150oC, t = 7 menit

Margarin, mentega putih, , susu,

(58)

(1) Uji skoring (Soekarto 1985)

Pada uji ini diberikan penilaian terhadap mutu sensorik dalam suatu jenjang

mutu. Tujuan uji skoring adalah pemberian suatu nilai atau skor tertentu terhadap

suatu karakteristik mutu. Pemberian skor dapat dikaitkan dengan skala hedonik

yang jumlah skalanya tergantung pada tingkat kelas yang dikehendaki. Pengujian

organoleptik meliputi penampakan, warna, aroma, rasa, dan tekstur terhadap

yang telah diformulasikan dengan tepung cangkang rajungan dengan

nilai berkisar dari 1 sampai dengan 7. Lembar penilaian uji organoleptik dengan

uji skoring secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

(2) Uji perbandingan pasangan (Soekarto 1985)

Uji perbandingan pasangan adalah uji yang digunakan untuk mengetahui

kelebihan suatu contoh dibandingkan dengan contoh lainnya. yang

terpilih adalah yang paling tinggi nilai rata+ratanya berdasarkan uji

skoring. Kemudian formulasi dilakukan uji perbandingan pasangan

dengan komersial merek ”Jacob’s Hi+Calcium”. Parameter yang diuji

dalam uji perbandingan pasangan meliputi warna, rasa, kerenyahan, dan

penampakan dengan skala +3 sampai dengan 3, dimana +3= sangat lebih buruk,

+2= lebih buruk, +1= agak lebih buruk, 0= tidak berbeda, +1= agak lebih baik,

+2= lebih baik, +3= sangat lebih baik (Lampiran 2). Keempat parameter tersebut

digunakan untuk pertimbangan mampu mewakili ketertarikan konsumen terhadap

produk

!

(1) Rendemen (AOAC 1995)

Rendemen merupakan hasil akhir yang dihitung berdasarkan proses input

dan output. Rendemen dihitung sebagai berikut:

Berat akhir

Rendemen (%) = x 100%

(59)

(2) Derajat putih (Kett Electric Laboratory 1981)

Pengukuran derajat putih tepung dilakukan dengan menggunakan

(KETT C – 1003). Sampel sebanyak ± 10 g dimasukkan ke

dalam tabung pada tempat yang telah disediakan. Nilai derajat putih dapat dilihat

pada monitor alat dan nilai yang tertera akan meningkat seiring dengan semakin

tinggi derajat putih sampel. Sebagai standar digunakan bubuk BaSO4.

Derajat putih sampel

Derajat putih (%) = x 100%

110

(3) Kekerasan (Rangganan 1986)

Kekerasan merupakan gaya yang dibutukan untuk menekan suatu bahan atau

produk sehingga terjadi perubahan bentuk yang diinginkan. Pengukuran kekerasan

dilakukan dengan menggunakan $ RE 3350 dengan jarak 400 x 0,01 mm;

sensitifitas 0,2 V; kecepatan 1 mm/s.

Sampel ditimbang beratnya dan dimasukkan ke dalam suatu wadah yang

berbentuk empat persegi panjang ( yang berlubang di bagian bawahnya).

Sejumlah mata pisau dengan diberi beban 50 kg dimasukkan ke dalam sehingga

terjadi penekanan, pemotongan terhadap sampel. Pisau naik ke atas dan wadah

yang berisi sampel dapat dibuka. Pembacaan nilai kekerasan dapat dilakukan

dengan melihat grafik yang terbentuk yaitu dengan membagi peak yang terbentuk

dalam kertas grafik dengan milimeter penurunan awal pengujian dan berat sampel.

Kekerasan berhubungan dengan kerenyahan , yaitu mudah tidaknya

menjadi remuk (pecah).

(4) Analisis daya serap air metode gravimetri (Fardiaz 1992)

Sebanyak 1 g contoh ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam tabung

sentrifuse. Selanjutnya ditambahkan 10 ml air dan dikocok dengan menggunakan

. Kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3500 rpm selama

30 menit. Selanjutnya volume supernatan diukur dengan menggunakan gelas

ukur 10 ml. Daya serap air ini dihitung sebagai berikut:

(Volume air awal – Volume supernatan)

Daya serap air (%) = x 100%

(60)

(5) Analisis densitas kamba (Wirakartakusumah 1992)

Gelas ukur kosong ditimbang kemudian diterakan. Sampel dihancurkan

hingga halus, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 ml hingga penuh (A).

Perhitungannya:

A (g) Densitas kamba (g/ml) =

10 ml

!

(1) Kadar air (SNI 01+2973+1992)

Cawan kosong dikeringkan pada suhu 100+102 oC selama 15 menit,

didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Contoh sebanyak 5 g

dimasukkan dalam cawan, kemudian dikeringkan dalam oven pada 100+102 oC

selama 6 jam. Cawan berisi contoh didinginkan dalam desikator selama 30 menit

dan timbang hingga diperoleh bobot tetap. Kadar air dihitung dengan rumus:

B1– B2

Kadar air (%) = x 100%

B

Keterangan: B = berat sampel (g)

B1= berat (sampel + cawan) sebelum dikeringkan

B2= berat (sampel + cawan) setelah dikeringkan

(2) Kadar protein (SNI 01+2973+1992)

Ditimbang dengan teliti 1+2 g contoh. Kemudian dimasukkan ke dalam labu

Kjeldahl dan ditambahkan 10 g campuran selen (Kjeltab) serta 30 ml H2SO4pekat

teknis. Setelah itu dipanaskan di ruang asam hingga warna cairan menjadi hijau

jernih dan didinginkan.

Sampel diencerkan dengan 250+300 ml akuades dan dipindahkan ke dalam

tabung destilasi yang telah diberi batu didih. Setelah itu ditambahkan dengan

12 ml NaOH 30% dan segera disambung dengan alat destilasi dan didestilasikan

hingga ⅔ dari cairan tersebut menjadi destilat.

Hasil destilasi ditampung dengan gelas erlenmeyer 125 ml yang telah berisi

(61)

Hasil dari destilasi ini dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N. Blanko juga

dikerjakan seperti prosedur di atas. Kadar protein dapat dihitung dengan rumus:

(ml HCl sampel–ml HCl blanko)x N HCl x 14,007x 6,25

Kadar protein (%)= x100%

Berat sampel (mg)

(3) Kadar lemak (SNI 01+2973+1992)

Ditimbang dengan teliti ± 5 g contoh, kemudian dibungkus dengan kertas

saring halus bebas lemak dan diikat dengan benang. Contoh dimasukkan ke

dalam labu soxhlet. Labu lemak yang telah dioven 103 oC selama 3 jam,

ditimbang (A).

Kemudian dilakukan ekstraksi dengan soxhlet (dipasangkan alat kondensor

di atasnya dan labu lemak di bawahnya). Pelarut dietil eter dituangkan ke dalam

labu soxhlet secukupnya dan dilakukan refluks minimal selama 5 jam sampai

pelarut yang turun kembali ke labu soxhlet berwarna jernih, lalu dilakukan

destilasi pelarut yang ada di dalam labu lemak, pelarutnya ditampung. Labu

lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC

selama 5 jam, kemudian dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam

desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang setelah dingin (B).

Kadar lemak dalam bahan dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:

B – A

Kadar lemak (%) = x 100%

Berat contoh

(4) Kadar abu (SNI 01+2973+1992)

Ditimbang dengan teliti 2+3 g contoh (A) kemudian dimasukkan ke dalam

cawan yang telah diketahui bobotnya (B). Sampel diarangkan hingga tak berasap

dan dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 550 oC selama 4 jam. Setelah itu

didinginkan dan ditimbang hingga bobot tetap (C). Rumus perhitungannya

adalah:

C – B

Kadar abu (%) = x 100%

(62)

(5) Kadar karbohidrat (SNI 01+2973+1992)

Penghitungan kadar karbohidrat dilakukan dengan menghitung sisa

( ). Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

Kadar karbohidrat = 100% + Kadar (air + protein + lemak + abu)

(6) Analisis kalsium metode AAS dengan (Reitz 1987)

Pembuatan Larutan Standar

Terhadap larutan stok Ca 1000 ppm, dibuat deret standar 2, 4, 8 ppm dengan

memipet 0,2; 0,4; 0,8 larutan stok Ca 1000 ppm, masing+masing ke dalam labu

ukur 100 ml. Ditambahkan larutan Cl3La.7H2O (lantan) sebanyak 1 ml ke dalam

masing+masing labu takar dan ditambahkan akuades sampai volume tepat 100 ml.

Penetapan Sampel

Pengabuan basah ( ) menggunakan HNO365%, H2SO496+98%,

HClO4 60%, dan HCl 37%. Sebanyak 1 g sampel dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 150 ml dan diberi HNO3 5 ml, kemudian didiamkan selama 1 jam.

Sampel selanjutnya dipanaskan selama 4 jam di atas , dan didinginkan.

Setelah itu ditambahkan H2SO4 (pa = pro analisis) sebanyak 0,4 ml dan

dipanaskan kembali selama 30 menit. Sampel diangkat dari dan diberi

larutan HClO4:HNO3 (2:1) sebanyak 3 ml, kembali dipanaskan selama 15 menit

hingga sampel menjadi bening. Sampel ditambahkan dengan 2 ml akuades dan

0,6 ml HCl (pa), setelah bening dipanaskan hingga larut dan didinginkan. Sampel

diencerkan sampai volume tertentu (aliquot 100 ml), kemudian disaring dengan

kertas saring Whatman 42. Aliquot diambil sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi dan ditambahkan akuades 4 ml serta lantan 0,05 ml selanjutnya

divortex, disentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit dan filtrat

dibaca dengan nyala atomisasi AAS pada panjang gelombang (λ) 422,7 nm. Hasil

absorbansinya dibandingkan dengan standar Ca yang telah diketahui.

Perhitungannya:

(ml aliquot / 1000) x Fp x (ppm sampel – ppm blanko)

Ca (%) = x 100%

mg sampel Ca (mg/100 g) = % Ca x 1000;

Gambar

Gambar�1�Kerangka�pemikiran�penelitian�
Gambar�3�Lapisan�penyusun�pada�cangkang�rajungan�(Ellis�dan�Mantel�1985)�
Tabel�1�Komposisi�kimia�cangkang�rajungan�dan�daging�yang�masih�melekat��pada�cangkang�
Tabel�2�Kandungan�gizi�tepung�tulang�ikan�dan�tepung�cangkang�rajungan�
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Gambut eutrofik adalah gambut yang subur yang kaya akan bahan mineral dan basa-basa serta unsur hara lainnya.

PT.Virtus Venturama berupaya untuk berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan dengan cara menghasilkan produk kemasan yang Eco Friendly, ramah lingkungan serta aman bagi

Adapun Construct Reliability dari kesepuluh dimensi yang digunakan untuk mengukur variabel proses pengambilan keputusan pembelian pelanggan masih lebih besar dan yang

Kajian penelitian ini berfokus pada literasi tulis berupa karya tulis ilmiah sebagai salah satu tridharma perguruan tinggi. Penurunan minat baca menarik

Pada tahun ketiga program IbPE, UKM Lestari Jaya memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 25 orang, hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 150 persen dibandingkan

Pembelajaran kontekstual sesuatu proses pendidikan membantu pelajar dalam pelajaran dengan cara menghubungkaitkan dengan konteks kehidupan mereka seharian sama ada

Telur Aedes spp dapat menetas pada air comberan,meskipun belum diketahui ketahanan hidup dan pertumbuhan larva menjadi pupa dan nyamuk dewasa.. Tujuan : mengetahui ketahanan

[r]