• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumberdaya Perikanan Ikan Kembung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sumberdaya Perikanan Ikan Kembung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Wilayah Kabupaten Asahan yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka memiliki potensi perikanan yang cukup besar terutama untuk kelompok ikan pelagis kecil antara lain : Karangaid (selar, layang, sunglir), Klupeid (teri, japuh, tembang, lemuru) dan Scombroid (kembung). Berdasarkan hasil survei BRPL (2004) hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari Selat Malaka pada tahun 2000 mencapai 573.000 ton, dimana sekitar 16% diantaranya terdiri dari ikan pelagis kecil. Khususnya untuk perairan Pantai Timur Sumatera Utara, jenis-jenis ikan pelagis kecil yang banyak tertangkap adalah ikan kembung lelaki (33,3%), layang (22,5%), selar (20,6%), kembung perempuan (19,6%) dan tembang (3,9%).

Ikan kembung (Rastrelligerspp) merupakan salah satu komoditi penting dari sektor perikanan Indonesia. Melihat begitu potensialnya sumberdaya perikanan ini, maka diperlukan suatu teknologi yang tepat dalam pemanfaatan potensinya. Salah satu teknologi adalah untuk menangani ketidakpastian letak atau sulitnya mencari daerah penangkapan (fishing ground). Daerah penangkapan ikan dapat berubah sesuai dengan perubahan kondisi perairan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti musim. Peramalan dan penentuan daerah penangkapan untuk mengeksploitasi sumberdaya hayati laut (ikan) secara optimal dapat dilakukan dengan menganalisis faktor -faktor oseanografi pada suatu perairan.

(2)

fenomena upwelling dan thermal front yang merupakan daerah potensial penangkapan ikan dapat semakin baik diramalkan.

Pengembangan perikanan laut sebagai salah satu potensi bidang kelautan pada hakekatnya adalah pemanfaatan sumberdaya hayati laut (ikan) secara optimal dan lestari. Untuk itu dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai keadaan sumberdaya ikan dan lingkungannya di suatu perairan. Informasi ini sangat penting diketahui untuk perencanaan suatu usaha pemanfaatan potensi sumberdaya ikan. Informasi tentang penyebaran kepadatan stok sumberdaya ikan yang sesuai dengan waktu dan tempat merupakan salah satu dasar bagi keberhasilan usaha penangkapan ikan (Suhendrata dan Badrudin 1990).

Kurangnya data dan informasi tentang penyebaran daerah penangkapan ikan kembung di perairan Kabupaten Asahan menyebabkan potensi perikanan tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan daerah penangkapan ikan kembung dan kondisi lingkungannya, sehingga masyarakat nelayan akan lebih mudah menemukan daerah penangkapan ikan. Pemetaan daerah penangkapan ikan adalah pekerjaan yang sulit mengingat banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya dan faktor tersebut bersifat dinamis. Adapun faktor -faktor tersebut antara lain adalah faktor fisik, biologi, dan ekologis.

Penginderaan jauh (inderaja) kelautan saat ini telah berkembang seiring dengan perkembangan teknolo gi informasi. Pemanfaatan teknologi inderaja dalam pemanfaatan sumberdaya ikan telah dilakukan di beberapa negara maju seperti Jepang, Australia, Amerika dan beberapa negara Eropa. Hal ini banyak membantu

(3)

1.2 Permasalahan

Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi pemanfataan sumberdaya perikanan khususnya ikan kembung di perair an Kabupaten Asahan adalah sangat terbatasnya data dan informasi mengenai penyebaran daerah penangkapan ikan yang potensial. Armada penangkap ikan berangkat dari pangkalan masih mencari-cari daerah penangkapan ikan yang selalu berada dalam ketidakpastian yang menyebabkan usaha penangkapan menjadi tidak efisien.

Penentuan daerah potensial penangkapan ikan yang umum dilakukan oleh nelayan sejauh ini masih menggunakan cara-cara tradisional dan pada daerah yang relatif tetap dalam jangkauan yang relatif sempit. Akibatnya, nelayan tidak mampu mengatasi perubahan kondisi oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan ikan yang berubah secara dinamis. Dengan demikian, hasilnya belum mampu menopang pengembangan ekonomi masyarakat nelayan secara signifikan.

Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengelolaan perairan Kabupaten Asahan adalah masih terbatasnya penelitian-penelitian bidang oseanografi sehingga distribusi dan kondisi parameter oseanografi di daerah ini belum banyak diketahui. Distribusi parameter oseanografi berpengaruh terhadap keberadaan ikan-ikan di laut, termasuk ikan kembung karena setiap spesies ikan mempunyai toleransi tertentu terhadap kondisi lingkungan perairan. Distribusi dan kondisi parameter tersebut dengan sendirinya juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan

ikan kembung. Oleh karena itu, output yang diharapkan dari penelitian ini adalah profil parameter oseanografi, khususnya SPL yang mempengaruhi penyebaran ikan kembung, dan SPL optimum untuk memprediksi daerah penangkapan potensial bagi ikan kembung.

(4)

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : (1) Menentukan sebaran SPL di perairan Kabupaten Asahan. (2) Menentukan SPL optimum untuk penangkapan ikan kembung. (3) Menentukan salinitas penyebaran daerah penangkapan ikan kembung. (4) Menentukan zona potensial penangkapan ikan kembung di perairan

Kabupaten Asahan.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :

(1) Sebagai informasi dasar untuk pengelolaan perikanan ikan kembung di Kabupaten Asahan.

(5)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Penginderaan jauh satelit adalah proses perolehan informasi muka bumi dari instrumentasi yang ditempatkan di satelit. Penginderaan jauh satelit memberikan kemampuan pemantauan daerah yang luas secara periodik dan berkesinambungan (Kartasasmita 1999).

Pemanfaatan data penginderaan jauh satelit khususnya data satelit

National Oceanic Atmosfhere and Administration Advanced Very High

Resolution Radiometer (NOAA-AVHRR) merupakan alternatif yang sangat tepat dalam penentuan daerah penangkapan ikan, karena dari data ini dapat ditentukan nilai dan distribusi SPL pada perairan yang luas secara sinoptik, mempunyai frekue nsi pengamatan yang tinggi dan biaya operasional yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan cara lainnya. Kemampuan ini akan sangat berguna untuk pengamatan fenomena oseanografi khususnya umbalan air dan front yang merupakan indikator daerah penangkapa n potensial bagi ikan. Informasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasi penangkapan di laut (Hasyim 1999).

Penentuan posisi daerah penangkapan ikan di laut lepas secara tepat sangat sulit dilakukan karena perairan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat dinamis dari parameter-parameter oseanografi seperti SPL, kekeruhan, konsentrasi klorofil, pola dan arah angin, pasang surut dan arus. Informasi tentang zona potensial perikanan dan dinamika perubahan sudah dapat dijadikan sebagai suatu alat bantu dalam mendukung perencanaan strategis pembangunan pada sektor perikanan khususnya penangkapan ikan (Kartasasmita 1999).

(6)

Butler et al. (1988) menyatakan bahwa deteksi ikan secara langsung tidak selalu dapat dikerjakan dengan mudah, maka deteksi secara tidak langsung mungkin saja dilakukan dengan melaksanakan berbagai observasi terhadap beberapa fenomena permukaan laut yang dikaitkan dengan distribusi spesies. Menurut Widodo (1999) peta SPL telah banyak digunakan oleh armada penangkapan salmon dan tuna. Secara jelas diketahui bahwa beberapa spe sies tuna mencari makan pada bagian air laut yang panas dari suatu front, sedangkan salmon mencari makan pada bagian yang dingin.

2.2 Parameter Oseanografi 2.2.1 Suhu permukaan laut

Menurut Anawat et al. (2000) SPL untuk pemijahan dan penangkapan ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) di sekitar Teluk Thailand berkisar antara 28,00oC – 29,60oC. Mengenai korelasi antara musim penangkapan dengan SPL mempunyai nilai koefisien korelasi positif yang berarti bahwa SPL berpengaruh terhadap kelimpahan ikan kembung perempuan. Ditambahkan oleh Suwarso dan Hariati (2003) SPL untuk penyebaran ikan pelagis seperti layang dan kembung berkisar antara 28,70oC – 31,10oC.

Kasim dan Nasir (1998) menyatakan bahwa SPL di sekitar perairan Pantai Barat Peninsular Malaysia (Selat Malaka) berdasarkan hasil pengukuran langsung (conventional) pada bulan Maret dan November 1998 berkisar antara 28,10oC –

33,00oC. Sementara itu SPL berdasarkan hasil analisis citra NOAA-AVHRR pada wilayah yang sama menemukan bahwa SPL pada wilayah pantai lebih hangat jika dibanding dengan perairan lepas pantai. Dhebataron dan Chotiyapatt (1974) mengemukakan bahwa SPL untuk pemijahan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di perairan Teluk Thailand berkisar antara 28,00oC – 29,39oC.

Reddy (1993) menyatakan bahwa ikan adalah hewan berdarah dingin yang suhu tubuhnya selalu menyesuaikan dengan suhu sekitarnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memilih kisaran suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas

(7)

makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf.

Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa spesies ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting dalam menentukan kekuatan keturunan dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan penting yang komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Perubahan suhu jangka panjang dapat mempengaruhi perpindahan tempat pemijahan (spawning ground) dan daerah penangkapan (fishing ground)

secara periodik (Reddy 1993).

Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin, maka di lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50 - 70 m terjadi pengadukan, sehingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28,00°C) yang homogen. Oleh sebab itu, lapisan teratas ini sering pula disebut lapisan homogen. Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi. Di perairan dangkal lapisan homogen bisa mencapai kedalaman hingga ke dasar. Lapisan permukaan laut yang hangat terpisah dari lapisan dalam yang dingin oleh lapisan tipis dengan perubahan suhu yang cepat yang disebut

termoklin atau lapisan diskontinuitas suhu. Suhu pada lapisan permukaan adalah seragam karena percampuran oleh angin dan gelombang sehingga lapisan ini dikenal sebagai lapisan percampuran (mixed layer). Mixed layer mendukung kehidupan ikan-ikan pelagis, secara pasif mengapungkan plankton, telur ikan, dan larva, sementara lapisan air dingin di bawah termoklin mendukung kehidupan hewan-hewan bentik dan hewan laut dalam (Reddy 1993).

Nontji (1993) menyatakan bahwa pada saat terjadi penaikan massa air (upwelling), lapisan termoklin ini bergerak ke atas dan gradiennya menjadi tidak terlalu tajam sehingga massa air yang kaya zat hara dari lapisan dalam naik ke

(8)

120 m menuju ke Selatan di daerah Arus Equatorial Selatan, kedalaman termoklin mencapai 140 m.

Laevastu dan Hayes (1981) yang telah mempelajari pengaruh faktor oseanografi terhadap sebaran ikan pelagis dari berbagai daerah penangkapan menunjukkan bahwa salah satu parameter utama yang sangat mempengaruhi sebaran ikan pelagis adalah suhu dan arus. Banyaknya hasil tangkapan dan melimpahnya populasi ikan pelagis sangat terkait dengan perubahan suhu perairan. Dalamnya gerombolan ikan pelagis tergantung struktur vertikal suhu. Selanjutnya ditambahkan bahwa beberapa jenis ikan pelagis akan berenang lebih dalam apabila suhu di permukaan perairan hangat. Kedalaman gerombolan ikan

herring sangat tergantung pada luasnya lapisan campuran di permukaan pada malam hari.

2.2.2 Pola arus permukaan

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan dalam densitas air laut, maupun oleh gerakan bergelombang panjang, misalnya pasang surut. Di laut terbuka, arah dan kekuatan arus di lapisan permukaan sangat banyak ditentukan oleh angin (Nontji 1993).

Arah arus permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angin. Perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem angin musim (monsoon) yang mengalami pembalikan arah dua kali setahun (Wyrtki 1961). Pada bulan

Mei-November dipengaruhi oleh angin musim dari Tenggara, mencapai puncaknya pada bulan Juni-Agustus dan disebut sebagai musim Timur karena angin bertiup dari Timur ke Barat. Pada bulan Desember-April dipengaruhi oleh angin musim dari Barat Laut, mencapai puncaknya pada bulan Desember-Februari dan disebut sebagai musim Barat karena angin bertiup dari Barat ke Timur. Bulan Maret-Mei dan September -November disebut sebagai musim peralihan (pancaroba), dimana pada musim ini angin bertiup tidak menentu. Pada setiap awal periode musim ini, pengaruh angin musim sebelumnya masih kuat (Nontji 1993).

Perairan Selat Malaka yang terleta k di ujung Barat Paparan Sunda

(9)

hingga sekitar 350 km. Kondisi hidrografis Selat Malaka sangat dipengaruhi oleh perubahan musim (musim Barat Daya dan musim Timur Laut). Arus permukaan pada kedua musim tersebut selalu menuju ke Utara dengan intensitas yang lebih kuat saat musim Barat Daya (BRPL 2004).

2.2.3 Salinitas

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan ‰ (per mil, gram per liter). Di perairan samudera, salinitas berkisar antara 34‰ - 35‰. Tidak semua organisme laut dapat hidup di air dengan konsentrasi garam yang berbeda. Secara mendasar, ada dua kelompok organisme laut, yaitu : organisme euryhaline, yang toleran terhadap perubahan salinitas, dan organisme stenohaline, yang memerlukan konsentrasi garam yang konstan dan tidak berubah. Kelompok pertama misalnya adalah ikan yang bermigrasi seperti salmon, yang mampu beradaptasi terhadap air laut dan air tawar. Kelompok kedua, seperti udang laut yang tidak dapat bertahan hidup pada perubahan salinitas yang ekstrim (Reddy 1993).

Wyrtki (1956), diacu dalam Potier et al. (1989) menyatakan bahwa salinitas untuk pemijahan ikan kembung lelaki berkisar antara 32‰ – 34‰. Ditambahkan oleh Dhebataron dan Chotiyapatt (1974) bahwa salinitas untuk pemijahan ikan kembung lelaki berkisar antara 32‰ – 32,5‰. Menurut Nugroho et al. (1996)

bahwa gerombolan ikan pelagis kecil seperti layang, kembung ditemukan pada salinitas 29‰ – 31‰ di bagian Selatan Kalimantan.

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran air sungai. Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai kedalaman 50 - 70 m atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Di lapisan dengan salinitas homogen suhu juga biasanya homogen, baru di bawahnya terdapat lapisan pegat dengan degradasi densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara lapisan atas dengan

lapisan bawah (Nontji 1993).

(10)

adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara lingkungan

eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi berbagai stadia hidup (Re ddy 1993).

Menurut Wyrtki (1961) salinitas bulanan rata-rata di Selat Malaka bervariasi antara 29,8‰ – 31,5‰ dimana salinitas minimum terjadi pada bulan Desember pada musim penghujan dan salinitas maksimum terjadi pada bulan Juni pada saat musim kemarau.

2.2.4 Front

Front adalah daerah pertemuan dua massa air yang mempunyai karakteristik berbeda, misalnya pertemuan antara massa air dari Laut Jawa yang agak panas dengan massa air Samudera Hindia yang lebih dingin. Front

merupakan salah satu kriteria dalam menentukan daerah penangkapan ikan yang potensial. Daerah yang memiliki massa air dingin dibandingkan dengan massa air sekelilingnya mempunyai perbedaan suhu mencapai 1 - 2oC, maka daerah dengan massa air yang berbeda ini disebut daerah front (Mann dan Lazier 1996). Menurut Robinson (1991) front penting dalam hal produktivitas perairan laut

karena cenderung membawa bersama-sama air yang dingin dan kaya akan nutrien dibandingkan dengan perairan yang lebih hangat tetapi miskin zat hara. Kombinasi dari tempe ratur dan peningkatan kandungan hara yang timbul dari percampuran ini akan meningkatkan produktivitas plankton. Hal ini akan ditunjukkan dengan meningkatnya stok ikan di daerah tersebut. Selain itu front

atau pertemuan dua massa air merupakan penghalang ba gi migrasi ikan, karena pergerakan air yang cepat dan ombak yang besar.

Front yang terbentuk mempunyai produktifitas yang tinggi karena merupakan perangkap bagi zat hara dari kedua massa air yang bertemu sehingga

Referensi

Dokumen terkait

Nautilus, seperti gambar diatas ini berenang di salah satu perairan di Palau, Mikronesia, nautiluses pertama kali muncul selama periode Permian dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan input tiga fasa tidak seimbang berpengaruh terhadap unjuk kerja motor induksi tiga fasa, hal ini diperlihatkan dengan

Ketika Anda benar-benar menerima kelebihan dan kelemahan diri sendiri, maka Anda tidak akan mencoba untuk menyembunyikan kelebihan anda.... Hidup lebih berkualitas Percaya

Pengendalian kualitas penting untuk dilakukan bagi perusahaan agar pada nantinya produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan spesifikasi yang telah di tetapkan dan dapat

responden selama 4 kali dalam 1 bulan untuk mendapatkan hasil yang baik. untuk bisa membandingkan tekanan darah masing-masing

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang disampaikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pencils dapat meningkatkan pemahaman siswa

Hasil penelitian yang ditunjukkan oleh Tabel 4.2 didapatkan rasa asam pada dadih koro benguk dengan penambahan sari jeruk nipis dan jenis susu yang

Katika beti tatu za shairi hapo juu, mshairi anatumia tamathali za usemi kwa nia ya kufanya mawasiliano na jamii kuhusu UKIMWI. Kitumbua ni neno ambalo limetumika