• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan perilaku komunikasi dengan perilaku usahatani petani minyak kayu putih: kasus di Desa Piru Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan perilaku komunikasi dengan perilaku usahatani petani minyak kayu putih: kasus di Desa Piru Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN

PERILAKU USAHATANI PETANI MINYAK KAYU PUTIH

(Kasas di Desa Piru Kecatnatat~ Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat)

PAULUS MELKIANUS PUTTILEIHALAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

PAULUS MELKIANUS PUTTILEIHALAT. Hubungan Antara Perilaku Komunikasi dengan Perilaku Usahatani Petani Minyak Kayu Putih (Kasus di Desa Piru, Kecamatan Seram barat, Kabupaten Seram Bagian Barat). Dibimbing oleh DJUARA LUBIS dan RICHARD W. E. LUMINTANG

Penelitian ini bertujuan u n t ~ ~ k niengetahui hubungan antara karakteristik petani dan karakteristik usahatani dengan perilaku komunikasi, dan hnbungan antara perilaku komunikasi dengan perilaltu usahatani. Penelitian ini dilakukan di Desa Piru, Kecamatan Serani barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.

Metode penentuan respoden dilakukan dengan cara represeniatifsample of

ir7tncr .systenz, yaitu; pengambilan secara keseluruhan (lengkap) terhadap sampel, di~iiana semua orang mempunyai peluang yang sama untuk diwawancarai dengan ~nelihat Iiubungan-hubungan interpersonal petani dalam sruktur jaringan komunikasi (menggunakan medode sensus). Unit analisis adalah petani minyak kayu putih di Desa Piru sebanyak 31 orang, dan didesain sebagai penelitian deskriptif korelasional. Data primer diperoleh melalui observasi, penyebaran kusioner dan pendeltatan sosiometri. Analisis jaringan komunikasi menggunakan teknik sosiometri dan hubungan antar peubah dianalisis dengan menggunakan uji statistilt Rank Sparman dan Khi Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) karakteristik petani dan karakteristik usahatani yang berhubungan dengan perilaku komunikasi adalah umur, pengalanian usahatani, dan status pekerjaan. Sedangkan karakteristik usahatani adalah luas lahan, modal usaha dan status lahan. (2) Perilaku Itomuniltasi (sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan, dan keterdedahan media massa) secara keseluruhan berhubungan nyata dengan perilaku usahatani (pengetahuan, sikap, dan tindaltan) dalarn kegiatan usahatani minyak kayu putih.

(3)

SURATPERNYATAAN

Dengan i ~ i i saya menyatakan bahwa tesis tIubungan Perilaku Komunikasi dengan Perilaku Usahatani Petani Minyak Kayu Putih; Kasus di Desa Piru Kecatnatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun lcepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang cliterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalaln teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2007

(4)

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN

PERILAKU USAHATANI PETANI MINYAK KAYU PUTIH

(Kasus di Desa Piru Kecamatan Scram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat)

PAULUS MELKIANUS PUTTILEIHALAT

Tesis

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

PRAKATA

Puji syukur periulis panjatkan kepada Yesus Kristus, atas berltat dan Itarunia-Nya, sehingga tesis berjudul Hubungan Perilaku Komunikasi dengall Perilaku Usahataui Petani Minyak Kayu Putih di Desa Piru Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, dapat diselesaikan.

Terima ltasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Pembimbing: Dr. Ir. Djuara Lubis, MS. dan anggota Komisi Pembimbing Ir. Richard W.

E.

Lurnintang, MSEA, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, serta terima kasih pula saya sampaikan ltepada Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi.

Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Rektor Universitas Pattimura dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Patti~nura Ambon yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi ke Program Magister di Institut Pertanian Bogor.

Penghargaan dari rasa terima kasih penulis sampaikan kepada BUPATI Kabupaten Seram Bagian Barat, Camat Seram Barat, dan Kepala Desa Piru yang telah bersedia rnemberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian dan semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian.

Ungkapan terima kasih yang sangat mendalam disampaikan kepada:

1. Almarhum Bapak Drs. Simon Puttileihalat dan Ibu Asnath Puttileihalat yang sangat dicintai dan dihormati serta saudara-saudaraku Bu Leksi dan keluarga, Usi An, Yopi dan keluarga, Ruth dan keluarga serta Eke yang dengan setia da11 penuh cinta kasih selalu mendukung penulis baik dalam materi maupun doa.

2. Bu Remon Puttileihalat dan keluarga yang selalu memberikan dukungan bagi penulis baik dalam materi niaupun doa.

(6)

4. Sahabat "kandungku" (teman terbaik) Roni Kesaulya dan Ema Balubull dan lteluarga yang dengan setia dan penuh cinta kasih selalu mendukung penulis baik dalam materi maupun doa. Thanks ya. Beta bangga punya sahabat terbaik seperti kalian.

5. Teman-teman PERMAMA; Bu Tjo, Usi Debi, Usi Ivon, Bu Mon, Bu Nus, Berty dan seluruh keluarga besar PERMAMA di Bogor yang telah memberikan dorongan dan doa pada penulis.

6. Rekan-rekan mahasiswa Koinunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Angkatan 2004 (Ica, Pegy, Yuni, Bagio, Jufri, Dini) yang telah memberikan dultungan dan motivasi bagi penulis

Seinoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, Juli 2007

(7)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL ... . . .... .. . .

.

.

.

. .

. . .

..

. .

. . . .

.. .

...

. . . . ...

.

..

... . .... vii

DAFTAR GAMBAR . . . ... ..

.

.

. .

. . . .. .

.

. .

.

.

.

.

. . .. . ... . . ... .. . . . ... . .. ...

viii

DAFTAR LAMPIRAN

....

. . . .. . .. . ... .. . ... . ... ... . .. ... .. . ...

.. . ix

I PENDAHULUAN 1 1 . 1 . Latar Belakang 1 1.2. Tujuan Peneliti ... 5

. .

1.3. Keguiiaan Peneht~an

...

5

I1 TINJAUAN PUSTA 2.1. Usahatani Minyak K . .

. .

.

. .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

. .

.

. .

.

. . .

. . .

2.2. Perilaku 2.3. Perilaku .

.

2.4. Jaringan K o n ~ u n ~ k a s ~

...

... 2.5. Keterdedahan Media Massa

...

2.6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Komunikasi

...

2.7. Perilaku Usahatani

...

I11 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ...

. .

3.1. Kerangka Berp~kir 3.2. Hipotesis

...

IV METODOLOGI PENELITI 4.1. Lokasi dan Waktu Peneli 4.2. Metode Penentuan Responden.

. .

4.3. Definis~ Operasional

...

35

4.4. Pengumpulan Data 37 4.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen . . . . 38

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

...

40

V HASIL DAN PEMBAHASAN

...

42

5.1. Gambaran Unium Wilayah Penelitian 42 5.1 . l . Kabupaten Seram Bagian Barat

...

.

.

...

42

5.1.2. Kecamatan Seram Barat

...

43

5.1.3. Desa Piru

..

...

46

5.1.4. Karakteristik Petani dan Karakteristik Usahatani

...

48

5.2. Perilaku Komui~iltasi dan Faktor-faktor yang Berl~ubungan 51 Dengannya ...

.

.

.

.

...

5.2.1. Sosigram Jaringan Komunikasi Petani Minyak Kayu 51 Putih

...

.

.

....

... ...

5.2.2. Analisis Parameter Jaringan Komunikasi

...

60
(8)

...

5.2.2.2. Level Klik 64

...

5.2.3. Keterdedahan Media Massa

.

.

... 65 5.2.4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku

Ko~nunika 71

5.3. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Perilaku Usahatani

...

80 5.3.1. Perilaku Usahatani ...

.

.

...

80 5.3.2. Analisis Hubungan Perilaku Komunikasi dengan

...

...

Perilaku Usahatani

.

.

82

...

SIMPULAN DAN SARAN 86

. ...

1 Simpulan 86

2 Saran .

...

87

...

(9)

DAFTAR

TABEL

Halaman

...

Jaringan komunikasi dan kriteria evaluasi..

...

Perbedaan efek komunikasi dengan jaringan komunikasi

...

J ~ ~ m l a l ~ lcepala beluarga dan jiwa di Kecalnatan Seram Barat..

Jumlah penduduk menurut lapangan usaha di Kecamatan Seram Barat

...

Jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Seram Barat..

...

Proporsi responden petani minyak kayu putih di Desa Piru menurut

. .

karakter~stik petani..

...

Proporsi responden petani minyak kayu putih di Desa Piru menurut

. .

karakterist~k usahatani..

...

Nilai rata-rata, maksimum, minimum jaringan komunikasi petani minyak kayu putih di Desa Piru

...

Nilai sentralitas lokal, kebersamaan dan keterbukaan petani minyak kayu putih di Desa Piru

Distribusi frekuensi keterdedahan petani pada media massa

Distribusi tingkat ketersediaan informasi minyak kayu putih pada media lnassa

Analisis hubungan antara karakteristik petani dengan perilaku komunikasi di Desa Piru

Analisa hubungan antara karakteristik usahatani dengan perilaku komunikasi di Desa Piru

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

. .

1. Jaringan komunikasi umum.. ... 11

...

2. Kerangka pemikiran dalam penelitian 33

3. Sosiogram jaringan komunikasi ailtar petani illinyak kayu putih di

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Peta wilayah desa penelitian ... ... . ..

.

..

.

...

.. . . .... . .... . .. . . ... . ..

88 2. Produksi Minyak Kayu Putih di Propinsi Maluku Periode 2001

-

89

2004 ...

3. Nilai sentralitas lokal, sentralitas global, dan kebersamaan dalam 90

. .

.

.

jarlngan komun~kasi

...

.

.

4. Data sosiometri jaringan komunikasi

.... ...

92 5. Data status pilihan responden ...

.

.

93 6 . Hasil analisis hubungan dengan menggunakan alat uji statistik Rank 94

Sprrrman .. . .. .

...

. . .. . .. . .. . ... ... .. ..

...

.

...

. . . . ... . . ...

.

..

. .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. .

..

...

. ..

7. Hasil analisis hubungan dengan menggunakan alat uji statistik

Chi

97
(12)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) tersurat beberapa harapan dan sekaligus tujuan bangsa Indonesia yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah dan seluruh segenap rakyat Indonesia sama-sama berperan aktif untuk melakukan pembangunan, termasuk pembangunan pertanian.

Otonomi daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 merupakan jaminan pelaksanaan pembangunan pertanian di daerah serta bertujuan untuk dapat mewujudkan dua hal, yaitu: (1) memberikan kewenangan yang lebih besar kepada masyarakat uniuk mengambil keputusan sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat setempat, (2) meningkatkan tingkat partisipasi lokal di dalam pembangunan. Tujuan utama dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah membuka akses yang lebih besar kepada masyarakat untuk berpatisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaannya di daerah (Haemman, 2005).

Kabupaten Seram Bagian Barat mempakan salah satu wilayah di Provinsi Maluku yang memiliki potensi lahan yang baik untuk pengembangan produksi minyak kayu putih selain di Pulau BUN. Tanaman ini tumbuh dengan subur tanpa pembudidayaan di daerah-daerah perbukitan dengan ketinggian kurang lebih 100 meter dari permukaan laut dan temperatur udara yang panas. Tanaman kayu putih yang diusahakan masyarakat (petani minyak kayu putih) memiliki ciri-ciri daun berkuncup kuning. Menumt Hatta (2003) bahwa tanaman kayu putih yang berkuncup kuning memiliki kandungan sinoel dan rendamen minyak lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman kayu putih dengan ciri-ciri kuncup daun benvama merah.

(13)

baru yang semakin baik, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang tinggi bagi daerah terutama petani minyak kayu putih dan keluarganya di pedesaan. Namun, walaupun daerah ini dikatakan sebagai daerah penghasil minyak kayu putih dan memiliki kualitas daun yang baik, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku (2005), tercatat bahwa pada tahun 2001, produksi minyak kayu putih di Maluku sebesar 80.000 liter. Pada Tahun 2002, produksi naik sebesar 288.058 liter, dan Provinsi Maluku merupakan penyumbang terbesar untuk produksi minyak kayu putih untuk Indonesia dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat sebesar 72.062 liter dan Provinsi Jawa Timur sebesar 77.448 liter. Tahun 2003, produksi menurun sebesar 196.594 liter, dan pada Tahun 2004 tejadi lagi peningkatan produksi sebesar 253.190 liter. Data ini menyebutkan bahwa laju peningkatan volume produksi minyak kayu putih di Provinsi Maluku dari tahun ke tahun belum menunjukkan peningkatan volume produksi secara siknifikan, dan masih bersifat fluktuatif. Hal ini berkaitan dengan tragedi kemanusiaan yang melanda Provinsi Maluku pada Tahun 1999. Tragedi ini menyebabkan terjadinya eksodus penduduk dengan mobilitas yang tinggi untuk mencari daerahdaerah tempat tinggal yang aman (baik dalam daerah maupun di luar daerah Maluku) sehingga sebagian lahan tidak terkelola dan kurangnya tenaga kerja. Hal ini juga menyebabkan sarana dan prasarana pendukung maupun saluran informasi antara masyarakat juga menjadi hancur dan sangat terbatas dalam berkomunikasi. Keterbatasan masyarakat dalam berinteraksi dan berkomunikasi menunjukkan ketersediaan informasi bagi masyarakat juga semakin rendah, khususnya petani minyak kayu putih di Desa P ~ N . Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi petani, khususnya petani yang b a n melakukan kegiatan usahatani minyak kayu putih pasca konflik kemanusiaan yang melanda bumi Maluku beberapa tahun lalu.

(14)

Kurangnya informasi menyebabkan tingkat kontak petani dengan berbagai sumber informasi sangat terbatas dalam pelaksanaan kegiatan usahatani minyak kayu putih. Keterbatasan informasi umumnya disebabkan kurangnya komunikasi antara petani dengan sumber-sumber informasi Wnyuluh, tokoh masyarakaf dan pihak-pihak sumber informasi lainnya). Petani dalam melakukan kegiatan usahatani selalu memperoleh informasi minyak kayu putih melalui komunikasi interpersonal antara petani dalam lingkungannya saja, dan mengandalkan kemampuan dan pengalaman pribadi sebagai sumber informasi. Dijelaskan juga bahwa, media massa (media elektronik dan media cetak) juga sudah masuk di daerah tersebut, namun informasi tentang minyak kayu putih juga kurang tersedia dengan baik bagi petani selaku produsen minyak kayu putih baik sebelum dan sesudah konflik te jadi.

(15)

Ketersediaan informasi yang berhubungan dengan usahatani minyak kayu putih, apakah itu bersumber dari hubungan-hubungan interpersonal sesama petani, maupun dari media massa, dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan petani, menguatkan sikap dan tingkah laku atau tindakan, selanjutnya ada kemungkinan terjadi perubahan pada diri petani. Perubahan itu bempa pembahan sikap dan tingkah laku atau tindakan dalam melakukan kegiatan usahatani. Diyakini bahwa melalui hubungan-hubungan interpersonal dan informasi dari media massa kepada petani (berkaitan dengan i~~formasi minyak kayu putih), dapat memotivasi petani untuk melakukan dan memperbaiki cam-cam dalam berusahatani minyak kayu putih.

Hubungan-hubungan interpersonal petani dan keterdedahan petani terhadap media massa untuk memperoleh informasi, dapat dianalisis melalui jaringan komunikasi. Analisa terhadap jaringan komunikasi merupakan salah satu bentuk analisis yang tepat untuk melihat alur pesan komunikasi. Alur pesan komunikasi dapat terbentuk dari hubungan-hubungan interpersonal petani. Hubungan interpersonal yang tejadi memperlihatkan struktur jaringan komunikasi. Struktur jaringan komunikasi akan menggambarkan pola jaringan komunikasi. Menurut Roger dan Kincaid (1981), analisis jaringan komunikasi (communication nemork analisys) meliputi; (I) mengidentifikasi klik dalam suatu sistem; (2)

mengidentifikasi peranan khusus seseomng daiam jaringan, misainya; sebagai Iiasons, bridges dan isolated, serta (3) mengukur berbagai indikator (indeks) stmktur komunikasi, sepefii; keterhubungan klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik dan lain sebagainya Jaringan ini penting dipelajari untuk melihat alur pesan komunikasi di antam petani dalam kelompok, siapa akan berkomunikasi dengan siapa, mengatakan apa dan selanjutnya kepada siapa.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dimmuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana hubungan karakteristik petani dan karakteristik usahatani dengan perilaku komunikasi petani minyak kayu putih?

(16)

1.2. Tujnan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk : 1 Mengetahui hubungan karakteristik petani dan karakteristik usahatani dengan

munikasi petani minyak kayu putih

2. bungan perilaku komunikasi dengan perilaku usahatani petani minyak kayu putih.

1.3. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini berguna untuk :

1. Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya disiplin Ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

2. Hasil Penelitian ini diharapkan dipakai sebagai pelengkap untuk penelitian lebih lanjut bagi pihak-pihak yang tertarik untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan perilaku komunikasi petani minyak kayu putih.

(17)

11.

TJNJAUAN PUSTAKA

2.1. Usahatani Minyak Kayu Putih

2.1.1. Tanaman Kayu Putih

Tanaman kayu putih merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, karena dapat menghasilkan minyak kayu putih (cajoput oit) yang berkhasiat sebagai obaf insektisida dan wangi-wagian. Tanaman ini dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti dalam proses pemanasan minyak kayu putih dalam wadah penyulingan dan lain-lain.

Jenis tanaman kayu putih terdiri dari dua jenis, yaitu; tanaman kayu putih yang berjenis daun hijau dan jenis daun merah. Berdasarkan hasil penelitian, yang berdaun hijau memiliki kandungan atau kadar sinoel dalam daun lebih banyak dari tanarnan yang berdaun merah (Hatta, 2003). Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah dan di dataran tinggi (pegunungan) dengan kondisi lahan yang kritis dan temperatur udara yang panas.

Tanaman kayu putih yang tumbuh di daerah pegunungan biasanya memiliki kadar sinoel di dalam daun dan menghasilkan minyak lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman kayu putih yang berada di daerah yang berdataran rendah dan berawah (Hattzz 2003). Tanaman ini akan mengeluarkan banyaknya daun setelah tejadi kebakaran lahan yang disebabkan tingginya suhu udara. Dalam setahun dilakukan pemanenan daun kayu putih sebanyak dua kali untuk kelangsungan produksi. Daun yang masih terlalu muda atau sudah terlampau tua akan menghasilkan rendamen minyak sedikit dengan mutu yang rendah. Tempat penimbunan daun sebelum disuling sebaiknya dibuat dalam bentuk rak-rak atau menebarkan daun di lantai yang kering dengan ketinggian kurang lebih 20 sentimeter (cm), dengan kondisi suhu kamar dan sirkulasi udara yang terbatas. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya fermentasi daun yang dapat menurunkan kadar sinoel dalam daun.

(18)

untuk kebutuhan kalori pembakaran, dan alat penampung minyak yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak, dengan waktu penyulingan antara 3 sampai dengan 4 jam. Selesai penyulingan kemudian minyak disuling di dalam botol atau drumdrum tempat penampungan kemudian ditutup rapat-rapat mulut botol atau drum untuk menghindari penguapan.

2.1.2. Produksi dan Pemasaran Minyak Kayu Putih

Di Indonesia ada beberapa daerah yang memproduksi minyak kayu putih, seperti di Jawa Barat dan Jawa Timur, NTT, Papua dan Maluku. Luas areal tanaman kayu putih di daerah Jawa secara keseluruhan kurang lebih 26.714 hektar (Toni, 2005). Produksi minyak kayu putih di Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2000 mencapai 56.219 ton, pada Tahun 2001 mencapai 56.754 ton, dan pada Tahun 2002 mencapai 72.062 ton. Provinsi Jawa Timur Tahun 2000 mencapai 72.062 ton, Tahun 2001 mencapai 73.089 ton, dan Tahun 2002 mencapai 77.48 ton (Parem, 2005). Negara yang menjadi tujuan eksport produksi minyak kayu putih antara lain; Hongkong, Jepang, Taiwan, Malaysia, RRC, India, Nepal dan beberapa negara lain yang ada di benua Eropa dan Benua Amerika. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap produksi minyak kayu putih cukup tinggi.

Menurut Toni (2005), secara kuantitas produksi minyak kayu putih di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga untuk pemenuhannya hams dilakukan impor tambahan minyak kayu putih dari luar negeri sebanyak 1000 ton olahan per tahun untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan minyak kayu putih di dalam negeri. Oleh sebab itu, pemerintah perlu memperluas lahan pohon kayu putih seluar 56.000 hektar, dan senantiasa memberikan penyuluhan, pembimbingan, informasi pasar yang relevan, dan teknologi yang memadai sehingga dapat merangsang petani produsen untuk melakukan kegiatan produksi.

(19)

antara 32.494 ton sampai 265.013 ton per tahun (Balai Ristand lndag Ambon, 2003). Produksi hasil olahan minyak kayu putih sebagian besar dipasarkan ke Pulau Jawa dalam bentuk kemasan botol atau drum yang tidak berlebel, oleh agen-agen minyak kayu putih di daerah. Ada juga yang dipasarkan di dalam daerah saja.

Kegiatan produksi minyak kayu putih di Kabupaten Seram Bagian Barat, masih menggunakan cam-cara yang lama atau tradisional dalam proses pengolahannya. Kondisi ini juga kurang didukung dengan ketersediaan informasi yang relevan, modal usaha dan bantuan lembaga ekonomi bagi petani, sehingga belum menimbulkan gairah petani untuk melakukan kegiatan usahatani minyak kayu putih secara optimal. Petani dalam memasarkan produksinya sebagian besar hanya berlaku di daerah tempat tinggalnya saja, dan mengharapkan ada pedagang yang datang untuk membeli, baik pedagang pada tingkat desa, kabupaten, antar pulau maupun pesanan dari konsumen. Harga yang dijual oleh masing-masing petani pun bervariasi tergantung pendekatan antara pedagang dengan petani. Umumnya dalam posisi tawar menawar, petani selalu berada pada posisi yang tidak menguntungkan, disebabkan karena kebutuhan ekonominya.

2.2. Perilaku

2.2.1. Pengertian Periiaku

(20)

Menurut Walgito (2002). perilaku dalam pengertian yang luas adalah perilaku yang nampak (over behavior) dan perilaku yang tidak nampak (inert behavior). Hal tersebut (aktivitas motorik) terrnasuk aktivitas emosional dan kognitif. Perilaku yang ada pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus ekstemal maupun stimulus internal. Perilaku dibedakan menjadi, (I) perilaku yang alami (innate behavior), (2) perilaku operan (operant behavior). Perilaku alami adalah perilaku yang dibawah sejak organisme dilahirkan dan perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme bersangkutan. Dikatakan bahwa, pada manusia perilaku psikologis inilah yang dominan, di mana sebagian besar perilaku yang dibentuk diperoleh melalui proses belajar. Perilaku disebabkan oleh insting, karena merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

Perilaku adalah segala tindak tanduk ucapan maupun perbuatan seseorang yang dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung melalui panca indera (Slamet, 1978). Wardhani yang diacu dalam Tomatala (2004) menjelaskan bahwa, perilaku merupakan fungsi gabungan dari situasi dan sikap-sikap yang dibawah individu kepada situasi dan situasi kompleks yang memuat sejumlah sikapsikap sekaligus menjadi relevan, sekali situasi itu sudah terperinci, maka perilaku menjadi semacam resultante dari berbagai sikap yang relevan.

Soedjanvo (1993) menunjukkan beberapa karakteristik perilaku, yaitu: 1. Arah perilaku, menunjukkan apakah seseorang menyetujui atau tidak

menyetujui, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak, apakah menggunakan tidak menggunakan, atau memanfaatkan atau tidak memanfaatkan suatu obyek. Seorang yang mempunyai perilaku mendukung suatu obyek mempunyai sikap positif terhadap obyek tersebut.

(21)

terhadap suatu obyek, namun mungkin beda perilakunya yaitu ada yang berperilaku positif dan betperilaku negatif.

3. Kekuasaan perilakq menunjukkan luasnya cakupan aspek obyek perilaku yang disetujui atau tidak disetujui seseorang.

4. Konsistensi perilaku, ditunjukkan oleh kesesuaian antara pemyataan perilaku yang dikemukakan oleh subyek, dengan responsnya terhadap obyek perilaku tersebut. Konsistensi perilaku juga ditunjukkan oleh tidak adanya keseimbangan dalam perbuatan seseorang. Sekali waktu berperilaku setuju dan waktu yang lain berperilaku tidak mendukung obyek tersebut.

5. Spontanitas yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk menyatakan perilakunya secara spontan. Suatu perilaku mempunyai spontanitas yang tinggi apabila perbuatamya itu tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan agar subyek menyatakan perilakunya.

2.3. Perilaku Komuoikasi

Setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sepetti dikatakan Hovland yang di acu dalam Effendy (2001) bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the proces to mod13 the behavior of other individuals). Menurut Jahi (1998), ada tiga efek komunikasi massa, yaitu kognitif, afektif, dan konotif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadatan, belajar dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap (attitude). Efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tettentu.

(22)

perlakuannya ketika terlibat dalarn proses komunikasi dengan pihak lain (individu maupun kelompok).

2.4. Jariogan Komunikasi

2.4.1. Pengertian Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi (communication Network) adalah suatu hubungan yang relatif stabil antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses pengiriman dan penerimaan informasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Hal ini sependapat dengan Lewis (1987) yang mengatakan bahwa jaringan komunikasi adalah sistem yang merupakan garis komunikasi yang menghubungkan pengirim pesan dengan penerima pesan. Rogers (1983) mengemukakan bahwa jaringan komunikasi adalah suatu jaringan yang terdiri dari individu-individu yang d i n g berhubungan oleh arus komunikasi yang terpola. Pemyataan ini diperkuat oleh Berger dan Chaffe yang diacu dalam Purnomo (2002) menyatakan bahwa jaringan komunikasi sebagai suatu pola yang teratur dari kontak-kontak antara individu yang dapat diidentifikasi sebagai pertukaran informasi yang dialami seseorang di daiam sistem sosialnya.

Robins yang diacu dalam Mislini (2006) berpendapat bahwa jaringan komunikasi adalah dimensi vertikal dan horisontal dalam komunikasi organisasi yang dibangunkan dalam bermacam-macam pola. Jaringan komunikasi dibagi daiam lima macam jaringan, yaitu; jaringan rantai, jaringan Y, roda, lingkaran dan jaringan semua saluran, seperti terlihat pada Gambar 1 berikut ini:

[image:22.547.75.471.514.676.2]

Rantai Y Rodatstar Semua saluran Lingkaran

(23)

Berdasarkan kriteria tersebut bahwa tidak ada satupun jaringan yang akan menjadi terbaik untuk semua kejadian. Apabila kecepatan yang penting, maka jaringan Foda dan semua saluran yang lebih disukai. Jaringan rantai, jaringan Y dan jaringan roda mendapat nilai tinggi untuk kecermatamya Susunan jaringan semua saluran adalah yang terbaik apabila tujuannya adalah untuk mencapai kepuasan pegawai yang tinggi. Tabel I menunjukkan bahwa untuk mengukur efektifitas jaringan komunikasi maka dapat menggunakan empat kriteria.

Tabel 1 Jaringan komunikasi dao kriteria evaluasi

Jenis Jaringan Komunikasi

Kriteria Rantai Y Rods Lingkaran Semua

Saluran

Kecepatan Sedang Sedang Cepat Lamban Cepat

Kecermatan Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sedang

Timbulnya

Sedang Sedang Tinggi Tidak ada Tidak ada Pemimpin

Ada Moril Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi

Sumber: Robins, SP (1984)

Berkaitan dengan prespektifjaringan, maka ada beberapa konsep yang perlu dipahami, sehingga dapat mempertajam analisis terhadap jaringan komunikasi, yaitu konsep jaringan sentralisasi versus desentralisasi. Konsep ini kemudian dikenal dengan jaringan komunikasi model

Y,

bintang, all chonnel, rantai, konsep independen di mana anggota bebas dari pemilihan terhadap posisinya untuk menjadi apa kemudian informasi (berkomunikasi) lebih dapat terpuaskan, Beebe dan Masterson yang diacu dalam Mislini (2006). [image:23.547.87.468.246.394.2]
(24)

2.4.2. Analisa Jaringan Komunikasi

Komunikasi diberi batasan sebagai suatu proses di mana para partisipan membuat dan membagi informasi antara satu sama lain dengan tujuan mencapai suatu saling pengertian. Komunikasi selalu merupakan tindakan bemama, suatu proses bersama dalam berbagi informasi antara dua atau lebih orang-orang (Suprapto, 2006). Konsepsi analisis jaringan komunikasi menekankan komunikasi dianggap sebagai suatu proses saling tukar-menukar informasi. Analisis jaringan komunikasi dalam perilaku manusia maka digunakan pendekatan komunikasi konvergen (Kincaid dan Schramm, 1987). Komunikasi konvergen, masalah- masalah pokok yang ditayangkan oleh peneliti komunikasi, berubah dari " apa efek komunikasi " kepada apa yang dilakukan manusia dalam berkomunikasi (Suprapto, 2006).

Komunikasi konvergen adalah suatu kecenderungan menuju suatu titik yang sama atau menuju satu sama lain. Proses komunikasi konvergen dapat berlangsung di mana dua orang atau lebih berpatisipasi dalam tukar menukar informasi untuk mencapai suatu saling pengertian antara yang satu dengan yang lainnya. Pada waktu yang bersamaan maka dapat pula tejadi suatu kecenderungan menjauh atau memisah satu sama lain yang disebut divergensi. Meskipun saling pengertian merupakan tujuan atau fungsi utama komunikasi, tetapi ha1 ini bukan pengertian absolut karena tidak adanya ketidak pastian pada pertukaran informasi. Namun beberapa pertukaran lingkaran pertukaran informasi mengenai suatu topik mungkin menambah saling pengertian, tetapi tidak melengkapinya. Hal ini karena pengertian bersama tidak pernah dicapai secara mutlak, mengingat kenyataan bahwa pengertian bersama seperti halnya pengertian, merupakan proses pertanyaan yang tidak pernah mengenal akhir, oleh dua orang atau lebih. Proses bertanya ini selalu dapat berlanjut terus, memasuki tingkat pengertian bersama yang lebih mendalam iagi.

(25)

menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem. Analisa jaringan komunikasi mendeskipsikan hubungan-hubungan antara unsur dan hubungannya dengan struktur komunkasi interpersonal. Shuktur komunikasi itu sendiri adalah susunan dari unsur-unsur yang berlainan yang dapat dikenal melalui pola arus komunikasi dalam suatu sistim. Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara efek komunikasi dengan jaringan komunikasi.

Tabel 2 Perbedaan efek komunikasi dengan jaringan komunikasi

Keterangan Pendekatan Analisa

Efek Komunikasi Jaringan Komunikasi

Model yang

digunakan pada Model linier Model konvergen

pendekatai ini

.

Unit analisis Individual Beberapa tipe hubungan interpersonal Indeks dari struktur komunikasi Tujuan variabel-

Karakteristik individu (contoh: indek keterkaitan dan indek

variabel integrasi)

independen

Efek dari komunikasi 1. Siapa berkomunikasi dengan siapa Tujuan variabel-

(pengetahuan, sikap, 2. Persetujuan dan pengertian indivi- variabel

dan atau perilaku du dalam jaringan dependen

yang nyata) Sumber: Rogers (1986)

Inti dari perbedaan di atas adalah bahwa komunikasi konvergen sebagai proses pertukaran informasi dengan satu atau lebih individu lainnya, sementara komunikasi linier adalah sebagai proses komunikasi satu arah. Analisis jaringan komunikasi menggambarkan jaringan hubungan interpersonal yang dihasilkan lewat pertukaran informasi dalam struktur komunikasi interpersonal. Rogers (1986) mendefinisikan bahwa jaringan komunikasi terdiri dari saling keterkaitan antara individu-individu yang dihubungkan oleh arus atau alur komunikasi yang terpola.

(26)

adalah bagian dari sistem (sub sistem) di mana anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi (Rogers dan Kincai41981).

Dasar untuk mengetahui apakah individu-individu itu dapat dimasukan ke dalam suatu klik atau tidak, ada tiga kritera yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi klik, yaitu: (1) setiap klik minimal harus terdiri dari tiga anggota;

(2) setiap anggota klik minimal hams mempunyai derajad keterhubungan 50 persen dari hubungan-hubungannya di dalam klik; dan (3) selumh anggota klik baik secara langsung maupun tidak langsung hams saling berhubungan melalui suatu rantai hubungan hadic yang berlangsung secara kontinyu dan menyeluruh di dalam klik (Rogers dan Kincaid, 198 1).

Pengidentifikasian klik juga dipakai untuk mengukur derajad stmlaur komunikasinya. Melalui klik juga dapat dilacak tingkat keinovatian anggota- anggotanya yaitu dengan melihat tingkat (derajad) keterbukaan dari klik (Clique Openness). Keterbukaan suatu klik dapat dilihat dari pola hubungan antara anggota-anggotanya dengan individu-individu di luar batas klik tersebut. Semakin banyak angota klik yang berhubungan dengan anggota lain di luar klik tersebuf maka semakin tinggi derajad keterbukaan klik tersebut. Semakin tinggi derajat keterbukaan klik berarti semakin banyak informasi-informasi bam yang diterima oleh anggota-anggota klik. Oleh karenanya suatu klik yang lebih terbuka, secara teoiritis akan membawa anggota-anggota klik lebih inovatif.

Liason adalah seorang individu yang menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistem, namun tidak menjadi anggota klik manapun. Bridge adalah seorang individu yang menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistem, dan menjadi anggota dari klik-klik tersebut. Isolated adalah individu yang tidak menjadi angota dalam suatu sistem atau individu yang tidak terlibat dalam jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981).

(27)

individu juga terdapat individu lain yang terlibat dan mungkin dapat mempengaruhi terhadap persepsi, kepercayaan dan tindakan dari masing-masing individu. Analisis jaringan, langkah-langkah ini tidak hanya berhenti pada penjumlahan dari tingkah laku sosial saja, dan (2) di dalam jaringan per111 diperhatikan berbagai tingkatan struktur dalam sistem. Sebab suatu struktur sosial tertentu berisi keteraturan pola hubungan dari suatu keadaan konkrit.

Muhamad (1995), menyatakan bahwa untuk mengetahui jaringan komunikasi serta perannya dapat digunakan analisis jaringan. Hasil analisis jaringan dapat mengetahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam organisasi. Beberapa istilah komunikasi yaitu:

1. Opinion leader yaitu pemimpin informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka

2. Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Gate keepers dapat menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan, menghindarkan informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang penting-penting saja terhadap mereka. Dalam ha1 ini gate keepers mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak.

3. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lain. lndividu ini membantu saling memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan mengkoordinasikan kelompok.

(28)

5. Liason sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya lndividu ini juga membantu dalam berbagai infonnasi yang relevan di antara kelompok-kelompok organisasi. 6. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak terbatas dengan

orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya.

Menurut Scot yang diacu dolam Sopiana (2003), indikator untuk menganalisa jaringan komunikasi terdiri atas 5 (lima) bagian, yaitu;

1. Koneksi (Connectedness) adalah derajad di mana anggota-anggota sistem berhubungan dengan anggota-anggota lain dalam sistem. Nilai Connecredness diukur dengan membandingkan semua ikatan yang sedang terbentuk dengan kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi.

2. Kete rjangkauan (Reachabilify) adalah jumlah hubungan yang menghubungkan seorang individu dengan individu lain dalam jaringan.

3. Reciprociry adalah persetujuan dua orang tentang eksistensi hubungan mereka.

4. Kebersamaan (Betwenness) adalah frekuensi di mana satu titik terletak di antara titik-titik pada jarak yang menghubungkan mereka. Behvenness diukur dari indeks potensi kontrol komunikasi (perantara informasi/penghubung).

5. Sentralitas (Cenrraliry) adalah derajat dimana seseorang berhubungan dengan seseorang yang lain dalam sistem, sehingga sentralitas juga dapat digunakan untuk mengukur keterunggulan seseorang dalam sistem.

(29)

menunjukkan semakin muda bagi seseorang untuk menghubungi semua titik dalam jaringan. Hasil penelitian Wunawarsih yang diacu dalam Mislini (2006)

ditemukan bahwa nelayan dengan sentralitas lokal dan kebersamaan yang tinggi lebih muda untuk beradaptasi karena aktif melakukan interaksi dengan warga masyarakat lainnya sehingga dapat rnemperoleh infonnasi yang berkaitan dengan adaptasi di lokasi pemukiman. Nelayan yang mempunyai nilai sentralitas global rendah lebih mudah beradaptasi dan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghubungi semua individu dalam sistem.

2.4.3. Struktur Jaringan Komunikasi

Jaringan dalam sosiologi lazim dikonsepsikan sebagai suatu tipe hubungan antara aktor, ditandai oleh bentuk interaksi timbal balik yang simetris. Setiap hubungan antar aktor yang terjalin dalam masyarakat adalah suatu bentuk jaringan

(the building block of network) karena merupakan dasar hubungan sosial yang berbeda melahirkan jaringan yang berbeda pula (Usman yang diacu dalam

Muksin, 2002). Menurut Rogers dan Kincaid (1981), dalam menjalin hubungan

-

sosial, setiap aktor membawa ciri-ciri kepribadiannya sendiri, sehingga konfigurasi masuknya atau keluamya seorang aktor dalam jalinan hubungan sosial mempengaruhi struktur interaksi yang diciptakan. Hasil penelitian Muksin (2002),

menunjukkan bahwa pola komunikasi yang terbentuk pada anggota KTMS adalah pola roda merupakan komunikasi yang memusat pada satu orang. Anggota KTMS melakukan komunikasi dengan pola memusat dengan pusat utama komunikasi adalah ketua kelompok.

Rogers dan Kincaid (1981), membedakan pola atau model jaringan komunikasi ke dalam jaringan personal jari-jari (radial personal network) dan jaringan personal saling mengunci (interlocking personal network). Model jaringan demikian bersifat memusat dan menyebar. Jaringan personal yang memusat (interlocking) mempunyai derajad integrasi yang tinggi. Sementara jaringan personal yang menyebar (radial) mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat keterbukaan terhadap lingkungannya. Rogers dan Kincaid menegaskan, individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi

(30)

2.5. Keterdedahan Media Massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak (Cangara, 2000). Media komunikasi yang dimaksud adalah media m a s y yakni media elektronik (radio dan televisi) dan

media cetak (surat kabar, majalah, buky brosur, leaflet, dan lain-lain). Kedua media massa tersebut termasuk media moderen yang paling berhasil menyiarkan hasil pembangunan ke seluruh penjuruh negeri, di mana media tersebut mempunyai kemampuan meliput wilayah yang luas dan dapat melangkah batas- batas literasi (Jahi, 1988). Menurut Van den Ban and Hawkins (1999), media massa dapat digunakan untuk mengubah pola perilaku, terutama yang kecil dan relatif kurang, atau pembahan untuk memenuhi keinginan yang ada.

Depari dan McAndrews (1998), mengatakan bahwa peranan media massa dalam pembangunan adalah sebagai agen pembaharu (agent of social chnnge). Letak peranannya adalah membantu mempercepat proses peralihan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat moderen.

Informasi baru tentang pertanian yang dikomunikasikan melalui berbagai macam saiuran, secara umum dapat diklasifikasikan (Rogers, 1966) sebagai berikut:

1. Media massa terdiri dari majalah pertanian, surat kabar, siaran pertanian melalui radio dan televisi.

2. Sumber informasi terdiri dari tetangga, petani dan teman, kelompok usaha, kelompok profesi dan kelompok sosial.

3. Sumber komersial terdiri dari hubungan petani dengan pedagang dan dealer, demonstrator dan bulletin komersial.

4. Sumber agen pemerintah terdiri dari bulletin, pertemuan dan hubungan petani dengan penyuluh dan ahli.

(31)

berkomunikasi (1) berbeda dalam jarak yang dekat, (2) mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan baik secara verbal maupun nonverbal.

Menumt Tubbs clan Moss (2000), komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi disebut juga komunikasi insani (humun communication) yang diartikan sebagai proses pembentukkan makna di antara dua orang atau lebih. Jahi (1988) mengemukakan efek komunikasi massa ada tiga dimensi, yakni dimensi kognitif (meliputi peningkatan k e s a d a r a ~ belajar dan pengetahuan), afektif (meliputi emosi, perasaan dan sikap) dan bnafif(meliputi perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu atau tindakan menurut cara tertentu).

Menurut Depari dan McAndrews (1998), mengatakan dalam tugas menjangkau dan mempengamhi audiens yang besar jumlahnya, penggabungan media masa dengan komunikasi anlar pribadi mempakan sarana yang paling efektif untuk menjangkau masyarakat, dalam usaha memperkenalkan ide baru dan membujuk masyarakat untuk memanfaatkan inovasi bam. Menurut Jahi (1988), televisi masih mempakan fenomena urban seperti media massa laimya, televisi dapat dipakai untuk memberitahu rakyat tentang berbagai ha1 yang menyangkut pembangunan nasional, membantu masyarakat berpatisipasi dalam pembuatan keputusan dan mendidik rakyat, agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan sosial maupun ekonomi. Siaran radio merupakan satu-satunya cam yang paling efektif untuk mencapai khalayak, maka radio dinilai tetap mempakan media siaran utama yang dapat diandalkan.

Keterdedahan adalah mendengarkan, membaca, melihat atau secara lebih umum mengalami dengan sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan media. Menurut Rogers (1966), keterdedahan pada media massa mempunyai korelasi yang tinggi, sehingga dapat dibuat suatu indeks keterdedahan pada media massa paling tidak dikotomikan ke dalam ha1 berikut;

1. Setidaknya pemah terdedah (misalnya; kebiasaan membaca surat kabar sekali seminggu).

2. Tidak terdedah

(32)

meningkatkan produktivitasnya Gonzales yang diacu dalam Jahi (1988) menegaskan bahwa khalayak sesungguhnya aktif, terutama dalam memilih keterdedahannya, memilih hal-ha1 yang patut diperhatikan untuk diingat dan dipelajari.

2.6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku komunikasi

2.6.1. Karakteristik Petani

Karakteristik petani sangat menentukan dengan siapa petani berkomunikasi dalam jaringan komunikasi. Berdasarkan kerangka penelitian yang diajukkan oleh Rogers dan Kincaid (1981) mengenai pengaruh jaringan komunikasi pada pembahan perilaky salah satu unsur yang mempenganhi terbentuknya jaringan komunikasi adalah karakteristik individu (petani). Karakteristik petani ialah ciri- ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungannya (Zulkarnain,

yang diacu dalam Mislini, 2006). Hasii penelilitian Purnomo (2002) ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara tipe diri dengan jaringan komunikasi menunjukkan bahwa karakteristik individu bukan faktor utama yang mempengaruhi jaringan komunikasi.

Menurut Lionberger dan Gwin (1982), karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi; umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologinya. McLeod dan O'Keefe yang diacu dalam Mislini, (2006) mengemukakan bahwa variabel demografi seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan untuk menerangkan perilaku komunikasi. Hasil penelitian Wardhani yang diacu dalam Mislini (2006) menunjukkan bahwa ka~akteristik demografis berhubungan dengan sumber- sumber informasi tentang ayam buras.

Sumber pengaruh di masyarakat pedesaan menurut Tubbs dan Moss (2001) biasanya berasal dari orang-orang yang dikenal sebagai pemuka pendapat atau

(33)

Berdasarkan tinjauan di atas, karakteristik individu adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan di lingkungannya. Karakteristik individu berupa umur, pendidikan formal, status pekerjaan dan pengalaman berusaha.

a. Umur

Umur dapat menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat perbedaan keragam perilakunya berdasarkan usia yang dimiliki. Menumt Bettinghaus yang diacu &lam Ramdhani (2002), terdapat perbedaan antara individu yang berbeda usianya. Keragaman itu mungkin tidak terletak dalam segala sifat yang melekat di antara yang mudah dan yang tua, tetapi agaknya pada perbedaan pengalaman yang dimilikinya, hakekat dan jenis dari stnrktur sikap

(atifude) serta pemprosesan informasi yang dipunyai masing-masing individu. Berdasarkan perbedaan kemampuan mental dan pengalaman yang dimiliki seseorang dikaitkan dengan umumya, maka perilaku komunikasi seseorang juga akan berbeda sesuai dengan umur yang dimilikinya. Hasil penelitian Kuswamo

yang diacu dalam Tomatala 2004, ditemukan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin tinggi motivasi untuk mendengarkan radio dan mendengarkan televisi.

b. Pendidikau

(34)

dengan dinamika kelompok KSM, dimana anggota KSM yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, memahami isi proposal yang dianjurkan, saling menghargai dan menerima informasi sehingga berpengamh positif terhadap kedinamisan kelompok.

Gonzales yang diacu dalam Jahi (1988) merangkum pendapat beberapa ilmuwan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi, sehingga menggunakan lebih banyak jenis su~nber informasi dan lebih terbuka terhadap media massa.

c. Pengalaman Usahatani

Pengalaman merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam kumn waktu yang tidak ditentukan. Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sudah berapa lamakah petani melakukan kegiatan usahatani minyak kayu putih. Secara psikologi semua pikiran manusia, kepribadian dan tempramen ditentukan oleh pengalaman indera. Pemikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku, tetapi disebabkan karena penyebab masa lalu (Rakhmat, 2001). Seorang yang bekeja dalam bidang tertentu pada waktu relatif lama akan semakin banyak memperoleh pengalaman. Pengalaman berupa keahlian dan dibarengi dengan banyak belajar (membaca) maka pengetahuan yang diperoleh semakin tinggi dan dapat meningkatkan kepekaan dalam menyerap sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.

Pengalaman adalah akumulasi dari proses belajar mengajar yang dialami oleh seseorang (Gagne yang diacu dalam Mislini, 2006). Kecenderungan seseotang untuk berbuat, tergantung dari pengalamannya, karena menentukan minat dan kebutuhan yang dirasakan. Hasil penelitian Murtiyeni yang diacu dalam Tomatala (2004) ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat pengalaman dan status peternak sapi perah, maka semakin tinggi pula respons petemak pada saluran interpersonal.

(35)

yang diacu dalam Ramdhani, 2002). Hasil penelitian Pasaribu (2001) ditemukan bahwa pengalaman usahatani berhubungan dengan peranan individu pada Kelompok Tani Jetis Prenggan dan Kelompok Tani Sembuh Wetan di Desa Sidikarto, Yogyakarta.

d. Status Pekerjaan

Pekejaan digambarkan sebagai jenis mata pencaharian yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Pada prinsipnya jenis pekejaan yang dimiliki oleh setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang memilih satu jenis pekejaan sebagai pekerjaan pokok atau utama, namun ada yang lebih dari satu jenis pekejaan yang dikatakan sebagai pekerjaan sampingan. Hal ini disebabkan karena keinginan manusia yang menginginkan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi secara layak. Menurut Maslow yang diacu dalam Umar (2005) bahwa manusia merupakan mahkluk yang keinginannya tak terbatas atau tanpa benti. Keinginan ini yang menghamskan seseorang untuk ekstra kerja di luar pekejaan pokoknya guna mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas maka tingkat perhatian seseorang terhadap suatu pekejaan yang dijalankannya dikaitkan dengan status peke jaan, maka perilaku komunikasi orang tersebut juga berbeda sesuai dengan status pekejaannya Hasil penelitian Minar (1988) mengatakan bahwa status peke jaan berhubungan dengan tingkat adopsi inovasi rumput unggul.

2.6.2. Karakteristik Usahataoi

(36)

kegiatan usahatani. Seorang individu yang menguasai dan atau memiliki unsur- unsur pokok tadi dapat memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas maka karakteristik usahatani adalah unsur-unsur pokok yang terdapat dalam suatu kegiatan produksi yang dimiliki dan dikuasai oleh seseorang dalam melakukan kegiatan usahataninya Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur karakteristik usahatani, yaitu; luas lahan, modal usahatani dan status lahan.

a. Luas lahan

Lahan merupakan media untuk melakukan kegiatan produksi usahatani. Lahan adalah sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan sangat penting dalam berbagai segi kehidupan manusia, khususnya petani (Mosher yang diacu dalam Fadholi, 1989). Menurut Fadholi (1989), lahan digunakan sebagai ukuran untuk melihat besar kecilnya usahatani.

Luas lahan merupakan salah satu faktor yang tumt mempengamhi jumlah produksi yang dihasilkan dari suatu kegiatan usahatani. Semakin besamya luas lahan, maka semakin banyak frekuensi hubungan yang dapat dibuat oleh seorang individu dengan pihak-pihak sumber informasi, untuk meningkatkan kegiatan usahataninya. Pada umumnya petani dengan pemilikan lahan yang luas, menempati posisi status sosial lebih tinggi di lingkungan sosialnya (Mardikanto

yang diacu dalam Ramdhani, 2002). Hal ini juga dikatakan oleh Salkin yang diacu dalam Damihartini (2005), bahwa luas lahan garapan mempengamhi kecepatan petani dalam menerima suatu inovasi.

b. Status Lahan

Status lahan merupakan hubungan tanah atau lahan yang dijadikan usaha dengan pengolahannya, sehingga dapat memberikan kontribusi. Menurut Fadholi (1989), tanah atau dapat dikelola (lahan) berdasarkan statusnya dapat digolongkan atas 5 (lima), yaitu; tanah milik, tanah sewa, tanah sakaf tanah gadai dan tanah pinjaman.

(37)

pengelolaannya si pemilik bebas merencanakan dan menentukan kegiatan usaha apa yang diusahakannya serta bebas dalam segala hal. Lahan dengan status bukan milik ( baik itu; tanah sewa, tanah sakat, tanah gadai clan tanah pinjaman) adalah lahan yang memiliki keterbatasan dalam pengelolaannya.

Perbedaan tingkat status lahan petani, berpengaruh terhadap cara pengelolahan maupun perilaku komunikasi petani. Berdasarkan hasil penelitian Muslih yang diocu dalam Damihartini (2005), bahwa status lahan tidak berhubungan dengan pemahaman prosedur pengajuan kredit pangan.

c. Modal Usahataoi

Modal adalah faktor penunjang utama dalam suatu kegiatan usahatani. Tanpa modal, petani merasa sulit untuk mengembangkan usahataninya. Menurut Fadholi (1989), modal berdasarkan sumbernya dapat dikelompokan atas 5 (lima) bagian, yaitu; modal pribadi, pinjaman atau kredit, hadiah warisan, dari usaha lain dan kontrak sewa.

Modal usahatani dapat berupa tanah, bangunan, alat-alat pertanian, tanaman, ternak, bahan pertanian @upuk, bibit, obat-abatan), piutang di bank dan uang tunai. Modal usahatani yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu modal berupa uang tunai yang digunakan sebagai modal usahatani. Hubungan dengan ketersediaan modal, sumber modal merupakan salah satu faktor penting untuk pembiayaan suatu kegiatan usahatani. Modal yang bersumber dari kantong pribadi seorang petani bebas dalam penggunaannya. Modal yang bersumber dari bukan kantong pribadi (pinjaman atau kredit, hadiah warisan, dari usaha lain dan kontrak sewa) adalah sumber modal yang memiliki keterbatasan dalam penggunaannya.

(38)

2.7. Perilaku Usahatani

Usahatani adalah ilrnu yang mempelajari tentang manusia, lahan dan tanaman atau hewan. Manusia menyangkut intern usahatani yang meliputi petani, keluarga petani dan bagaimana petani mengelola usahataninya. Lahan menyangkut kondisi fisik dari faktor produksi yang dimiliki dan dikuasai oleh petani. Sedangkan tanaman atau hewan menyangkut proses budidaya dan proses biologi. Timmer ymg diacu daIum Fadholi (1989) menyatakan bahwa ilmu usahatani mempakan penghubung antara ilmu teknik pertanian dan ilmu pertanian sosial dengan senantiasa menyelenggarakan dan memperbaiki keberadaannya di dalam ilmu pertanian. B e m i ada suatu tindakan atau perlakuan dan interaksi yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu obyek yang mengarah pada suatu pembahan, baik pada perubahan perilaku maupun usaha yang dilakukannya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa perilaku usahatani adalah tindakan atau kegiatan seorang petani atau keluarga petani dengan memanfaatkan lahan dan faktor produksi yang ada dengan menggunakan teknik pertanian (cara- cam pembudidayaan atau biologi) dan teknik pertanian sosial (hubungan yang dapat dibentuk dengan orang lain untuk memperoleh informasi) guna memperbaiki keberadaan usahataninya.

Petani adalah mahkluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain untuk mendapatkan informasi guna meningkatkan kegiatan usahatani yang diusahakannya. Komunikasi dapat menjambatani hubungan antar manusia yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) atau alat sebagai media (Effendy, 2001).

(39)

a. Pengetahuan

Walgito (2002) menyatakan bahwa pengetahuan adalah mengenal suatu obyek baru selanjutnya menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai pengetahuan tentang obyek itu. Seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek berarti orang tersebut telah mengetahuinya.

Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai ingatan mengenai sesuatu yang bersifat spesifik atau umum; ingatan mengenai metode atau proses; ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan (Kibler yang diacu dalam Zahid, 1997). Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Winkel (1987) bahwa pengetahuan merupakan ingatan tentang hal-ha1 yang pernah dipelajari (fakta, kaidah, prinsip atau metode).

Menurut Soekanto (2001), pengetahuan adalah kesan dalam pikiran seseorang sebagai hasil penggunaan panca indera. Sementara Supriadi yang diacu dalam Zahid, 1997 mengemukakan bahwa pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang dipahami, dan dipercleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian din sendiri maupun lingkungannya. Individu mendapatkan pengetahuan baik melalui proses belajar, pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori individu.

b. Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap timbul dari pengalaman tidak dibawah sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Oleh sebab itu, sikap dapat dipertegull atau diubah (Rakhmaf 2002). Hal yang sama dikemukakan oleh Walgito (2002) bahwa sikap terbentuk dalam perkembangan individu dan faktor pengalaman individu mempunyai peranan sangat penting dalam rangka pembentukan sikap individu yang bersangkutan.

(40)

kecendemngan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Hal ini sejalan dengan pernyataan Meyrs yang diacu dalam Sanvono (2002) bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang.

Mar'at (1981) menyebutkan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut, selanjutnya memberikan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik dan buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap.

Menurut Arif (1995), sikap mempakan tingkah laku manusia yang masih terselubung atau belum menampakan diri keluar, yang dapat dikatakan sebagai kesiapan atau kecenderungan untuk bereaksi terhadap obyek tertentu yang di hadapi, dilihat, diraba, didengar, dicium dan d i m pada situasi lingkungan tertentu.

c. Tindakan

Tindakan mempakan suatu keputusan yang dibuat oleh seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang berlangsung dari suatu proses komunikasi yang tejadi. Tindakan adalah h a i l kumulatif selumh proses komunikasi, sehingga biasanya efektivitas komunikasi diukur dari tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh komunikate (Rakhmat, 2002).

Arif (1995) menjelaskan bahwa perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatan. Tindakan yang diambil oleh seseorang dalam melakukan suatu kegiatan biasanya didasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya, baik dari proses belajar atau pengalaman untuk bertindak maupun secara spontanitas muncul dalam diri seseorang karena teimotivasi. Tindakan ini didasarkan pada sikap subyek yang sudah mengetahui atau mengenal obyek yang ditelitinya.

(41)
(42)

111. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Berpikir

Perilaku komunikasi adalah ciri-ciri yang nampak atau melekat dalam diri individu yang menjadi kebiasaan dalam perlakuannya ketika terlibat dalam proses komunikasi dengan pihak lain (individu maupun kelompok). Perilaku komunikasi (communicafion behavior) berarti tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi (Effendy, 2001). Komunikasi m e ~ p a k a n jembatan terjadinya proses pembahan perilaku. Proses pembahan perilaku sangat tergantung pada isi pesan yang disampaikan oleh sumber ke penerima dalam suatu proses komunikasi. Proses pembahan perilaku juga dapat terjadi melalui pemanfaatan media komunikasi baik media elektronik maupun media cetak. Media elektronik maupun media cetak merupakan sarana komunikasi bagi khalayak untuk memperoleh infotmasi.

(43)

Media massa merupakan proses komunikasi bersifat seuah. Dikatakan searah karena media massa tidak dapat memberikan umpan balik tentang apa yang dikomunikasikan. Media massa hanya alat yang berfungsi untuk membantu petani memperoleh sejumlah informasi dalam pengembangan usahataninya Seberapa besar informasi yang diterima petani melalui terpaan media massa sedikit banyaknya tergantung dari tingkat keterdedahan petani terhadap media massa. Tingkat keterdedahan diukur dari; jenis media, frekuensi ( berapa kali petani menonton, mendengar, membaca dalam jangka waktu satu minggu), intensitas (lamanya) dan isi pesan (ketersedian isi pesan tentang minyak kayu putih dari berbagai media massa).

Tingkat keterdedahan petani terhadap media massa dan hubungan-hubungan interpersonal petani dalam kegiatan usahatani minyak kayu putih dapat menggambarkan perilaku komunikasi petani untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber-sumber informasi guna pelaksanaan kegiatan usahataninya. Salah satu faktor yang turut berperan dan menentukan perilaku komunikasi petani memperoleh informasi tentang usahatani minyak kayu putih yaitu karakteristik petani dan karakteristik usahatani. Karakteristik petani dan karakteristik usahatani merupakan faktor-faktor personal dan situasional yang berhubungan dengan perilaku komunikasi petani dan mempakan sebab tidak langsung terhadap perilaku usahatani. Semakin banyak informasi yang petani peroleh dari hubungan-hubungan interpersonalnya dan keterdedahan petani terhadap media massa, maka dapat meningkatkan pengetahuan, memperkuat sikap dan tindakan petani untuk melakukan kegiatan tersebut.

(44)

KARAKTERISTIK PETANI

(XI)

XI 1 Umur

1

X I 2 Pendidikan

PERILAKU

I I

KOMUNIKASI

-

sentralitas lokal X 14 Status peke jaan

-

senhalitas global X13 Pengalaman

usahatani

-

kebersamaan X3 1 Jaringan

komunikasi

/

X32 Keterdedahan media massa KARAKTERISrn

USAHATAM (X2)

X22 Modal usahatani

X23 Status lahan

-

jenis media

-

frekuensi

X21 Luas lahan

- intensitas

[image:44.550.74.465.76.498.2]

-

isi pesan

Gambar 2 Kerangka pemikiran hubungan ~erilaku komunikasi dengan perilaku usahatani petani minyak kayu putih

-

3.2. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Karalcteristik petani dan karakteristik usahatani berhubungan dengan perilaku

-+

komunikasi petani minyak kayu putih.

b. Perilaku komunikasi berhubungan dengan perilaku usahatani petani minyak PERILAKU US AHATANI

0')

Y 1 1 Pengetahuan

Y12 Sikap

Y 13 Tindakan

(45)

IV. METODOLOGI PENELITLAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seran Bagian Baraf dengan pertirnbangan daerah ini memiliki tanaman kayu putih yang tumbuh dengan baik pada kondisi lahan yang kristis dengan temperatur suhu udara yang cukup tinggi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2006.

4.2. Metode Penentuan Responden

(46)

4.3. Definisi Operasional

a. Umur adalah usia responden atau petani yang dihitung sejak dilahirkan sampai saat penelitian dilakukan (saat responden diwawancarai). Satuan umur dinyatakan dalam tahun, dan dibagi dalam tiga kategori: muda (24

-

3 6 tahun), baya (37

-

49 tahun),dan tua (50

-

62 tahun), yang diukur dengan menggunakan skala ordinal.

b. Pendidikan formal adalah jenjang sekolah yang pernah diikuti responden hingga dilakukannya wawancara. Pengukuran dengan kategori rendah (tamat SD) skor 1, sedang (tamat SMP) skor 2, dan tinggi (tamat SMA) skor 3, yang diukur dengan menggunakan skala ordinal.

c. Pengalaman usahatani adalah lamanya petani (tahun) menekuni kegiatan usaha minyak kayu putih dihitung mulai dari awal berusahatani minyak kayu putih sampai dengan saat penelitian dilakukan. Satuan pengalaman dinyatakan dalam tahun, dan dibagi dalam tiga kategori; rendah (2

-

6 tahun) skor 1, sedang (7

-

11 tahun) skor 2 dan tinggi (12

-

16 tahun) skor 3, yang diukur dengan menggunakan skala ordinal.

d. Status Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang ditekuni oleh responden sebagai satu-satunya sumber pokok mata pencahariannya. Status pekerjaan dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu; (a) pekejaan pokok dan (b) pekerjaan sampingan, yang diukur dengan menggunakan skala nominal. e. Luas lahan kayu putih adalah luas lahan yang digunakan oleh petani untuk

usaha minyak kayu putih, dinyatakan &lam satuan luas. Lahan dinyatakan dalam hektar (ha), dan dibagi dalam tiga kategori; rendah (1

-

7 ha) skor 1,

sedang (8

- 15

ha), dan tinggi (16 - 23 ha), yang diukur dengan menggunakan skala ordinal.

f. Modal Usahatani adalah dukungan dana b e ~ p a uang tunai yang digunakan petani pada awal usaha dilakukan. Satuan modal usaha dinyatakan dalam nilai uang, dan dibagi dalam tiga kategori; rendah (1,2

-

2,4 juta rupiah) skor 1,
(47)

g. Status lahan adalah keberadaan kepemilikan dari suatu tanah atau lahan yang diusahakan oleh seorarlg petani. Hasil pengukuran dikategorikan: (a) pribadi dan (b) sewa. Status lahan pribadi adalah lahan yang secara hukum sah dimiliki oleh petani dalam melakukan aktivitas usahanya. Sedangkan Status lahan sewa adalah lahan yang bukan menjadi milik pribadi, yang diukur dengan menggunakan skala nominal.

h. Sentralitas lokal adalah derajad dimana seorang individu berhubungan dengan individu lain dalam satu sistem yang didasari pada kepentingan individu akan keadaan saat ini (Scot yang diacu oleh Mislini 2006). Di UCMET IV, nilai sentralitas lokal diperoleh melalui normalized degree centrality (dalam persen) atau centrality degree. Nilai sentralitas lokal diperoleh melalui

ne~ork>centraIi@>degree, kemudian dibagi dalam tiga kategori; rendah (2

-

6) skor 1, sedang (6

-

10) skor 2, dan tinggi (I 1

-

14) skor 3, yang diukur dengan menggunakan skala ordinal.

i. Sentralitas global adalah nilai yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang individu untuk dapat menghubungi semua individu dalam sistem. Di UCMET IV, Boorgati el al., yang diacu oleh Mislini 2006 menyebutnya "closeness centrality". Nilai sentralitas global diperoleh melalui nenvork>centrality>closeness, kemudian dibagi dalam tiga kategori; rendah (1023,8 - 1266,l) skor 1, sedang (781,4

-

1023,7) skor 2 dan tinggi (539

-

781,3) skor 3, yang diukur menggunakan skala ordinal.

j. Kebersamaan adaiah memjuk pada frekuensi seorang individu melakukan

hubungan dengan satu klik di a

Gambar

Gambar I Jaringan komunikasi umum (Robbins, 1984)
Tabel 1 Jaringan komunikasi dao kriteria evaluasi
Gambar 2 Kerangka pemikiran hubungan ~erilaku komunikasi dengan perilaku
Tabel 3 Jumlah kepala keluarga dan jiwa di Kecamatan Seram Barat, 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proposal pendanaan Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) usulannya wajib melalui seleksi dari LPPM/ LPM/ UP2M/ UP3M/ Lembaga Penelitian/ Lembaga

for pulling her back, worried that Jill would fall off, she push Eustace and wrenched. her hand out of his which make Eustace fall off the

53.685.000,00 Praktek klinik asuhan keperawatan Gawat Darurat..

Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier dan Moderate Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian ini, secara parsial Pengetahuan Produk Bank Syariah,

Aplikasi Monitoring proses belajar mengajar di SMK TELKOM BANDUNG merupakan aplikasi berbasis web yang digunakan untuk mempermudah staff kurikulum dalam memantau

Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 4 tahun 2011 tentang pajak restoran,. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 tahun 2011 tentang

Berisi solusi dan saran dari psikolog untuk masalah yang ditanyakan langsung oleh pembaca... Berisi solusi dan

Pada hasil akhir penelitian membuktikan bahwa konsep diri dengan pengembangan karir pada guru SMA Antartika Sidoarjo memiliki korelasi hubungan yang positif