PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK
SKRIPSI
Oleh: OKTAFIL ULYA
F14054386
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : OKTAFIL ULYA
F14054386
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : OKTAFIL ULYA
F14054386
Dilahirkan pada tanggal 26 Oktober 1986 Di Jember
Tangggal lulus:
Menyetujui, Bogor, September 2009
Dr. Ir. E Namaken Sembiring, MS Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen
Oktafil Ulya. F14054386. Pengujian Prototipe Alat Tebang Tebu Manual Tipe
Tajak. Dibawah bimbingan Dr. Ir. E Namaken Sembiring, MS.
RINGKASAN
Proses pemanenan tebu di Indonesia masih cukup banyak yang menggunakan alat tebang tebu manual. Penggunaan alat tebang manual ini banyak meninggalkan tunggul di lahan yang cukup tinggi. Sisa tunggul ini nantinya akan dikepras dan dibuang. Tunggul ini adalah pangkal tebu atau ruas tebu bagian bawah. Ruas-ruas terbawah batang tebu ini adalah bagian dimana terdapat kandungan gula terbanyak. Sehingga apabila pada ruas tebu bagian bawah tidak terpotong atau dibuang di lahan, maka dapat dibayangkan berapa banyak gula yang hilang di lahan.
Penelitian ini dilakukan dengan merancang, membuat, dan menguji alat tebang tebu (Saccharum Officinarum L) manual tipe tajak yang bertujuan untuk mengetahui waktu tebang dan perbandingan jumlah gula yang hilang.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, tahap pertama mempelajari karakteristik tanaman tebu, tahap kedua mempelajari cara kerja alat tebang tebu, ketiga perancangan dan pembuatan alat, keempat demo cara pemakaian alat (tajak), kelima pengujian alat dengan parameter yang diukur meliputi pengukuran waktu tebang, gula yang hilang, kecepatan tebang, gaya, usaha dan daya penebangan, dan tahap terakhir analisis hasil.
Hasil pada tahap perancangan dan pembuatan alat berupa tajak dengan panjang total 128 cm, dengan rincian panjang mata pisau 20 cm, penghubung tajak dan pegangan 10 cm, pegangan 100 cm dan sudut ketajamannya 20°. Berat keseluruhan tajak 2,2 kg.
Pada tahap kelima didapatkan hasil rata-rata waktu tebang dengan menggunakan parang 0,49 detik, dan dengan tajak 0,53 detik. Rata-rata tinggi tunggul yang tertinggal hasil penebangan dengan parang dan tajak adalah 10,38 cm dan 2,81 cm. Total gula yang hilang per Ha dengan menggunakan parang dan tajak adalah 175,35 Kg dan 44,78 Kg. Kecepatan tebang dengan menggunakan parang 47,38 detik/m dan tajak 48,51 detik/m.
Perhitungan tenaga dilakukan dengan dua metode. Metode pertama dengan menghitung luas permukaan tunggul tebu hasil penebangan didapatkan hasil gaya menebang dengan menggunakan parang sebesar 1,52 N, usaha 7,95 Joule dan daya 15,65 Watt. Sedangkan penebangan dengan menggunakan tajak, dibutuhkan rata-rata gaya sebesar 1,79 N, dengan usaha 10,77 Joule dan daya 19,43 Watt. Metode kedua dengan pengukuran percepatan didapatkan hasil gaya menebang dengan menggunakan parang sebesar 1,25 N, dengan usaha 5,59 Joule dan daya 13,88 Watt. Sedangkan penebangan dengan menggunakan tajak, dibutuhkan rata-rata gaya sebesar 1,32 N, dengan usaha 7,13 Joule dan daya 14,11 Watt.
RIWAYAT HIDUP
Oktafil Ulya dilahirkan di Jember, Jawa timur pada
tanggal 26 Oktober 1986 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ir. Djempari Thojib dan Endang Sulasmini. Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al-Furqan, Jember. Penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menegah pertama yaitu SLTP Negeri 3 Jember dan lulus pada tahun 2002. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah pertama penulis melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Jember, lulus tahun 2005 dan melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Saringan Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Penulis diterima di IPB pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis mengambil Bagian Teknik Mesin Budidaya Pertanian.
Selama di IPB penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Teknik Pertanian (2006-2007) sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa. Penulis juga mengikuti Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikatan Mahasiswa Jember Bogor (IMJB) sebagai Ketua (2005-2007). Selain itu penulis juga menjadi penyiar di Radio Kampus IPB (2007-2008). Dalam menyelesaikan studi, penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum mata kuliah seperti Menggambar Teknik (2009) dan Praktikum Terpadu Mekanika Bahan Teknik (2009). Pada Tahun 2007, penulis magang di PT Mitra Tani 27. Pada tahun 2008 penulis melakukan praktek lapang dengan judul “ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DI PT
NEWMONT, BATU HIJAU, NUSA TENGGARA BARAT”. Pada tahun 2009
penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di IPB dengan judul tugas akhir “PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurah pada baginda Nabi Muhammad Saw, keluarga serta sahabat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengujian Prototipe Alat Tebang Tebu Manual Tipe Tajak”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. E. Namaken Sembiring, MS selaku pembimbing akademik atas bimbingan, masukan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Desrial, M.Eng dan Ir. Parlaungan Adil Rangkuti M,Si sebagai dosen penguji skripsi.
3. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberi semangat dan doa.
4. Kakak-kakak penulis, M.Ramadhani ST ,Nurul Fatmawati SP, M.Yanuar SE dan Desyana SE yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 5. Keponakan penulis, Azka, Ara, Annida dan calon adik Annida.
6. Teman-teman di Wisma Zulfa (Tia, Dede dan Iki) yang telah banyak membantu dan memberikan banyak saran dalam peneyelesaian skripsi ini. 7. Seluruh teman-teman Teknik Pertanian IPB, Sofie, Samun, Dayu, Lovita,
Hadi, Reza, Kak Arif, Rinaldi, dan Dolly yang telah membantu dalam pelaksanaan dan memberikan banyak saran dan semangat kepada penulis. 8. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu atas
dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan sebagai masukan yang sangat berharga untuk perbaikan di masa mendatang. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan memberi manfaat bagi kita semua.
Bogor, September 2009
DAFTAR ISI
3.7. Analisis gaya, usaha dan daya ... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1. Proses Pemanenan Tebu ... 23
4.2. Hasil Pengujian Lapang ... 24
4.3.1. Waktu Tebang ... 24
4.3.2. Gula yang Hilang ... 28
4.3.3. Kecepatan Tebang ... 30
4.3.4. Gaya, Usaha dan Daya Pemotongan ... 31
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1. Kesimpulan ... 34
5.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... ... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Bagian- bagian batang tebu (James, 2004)………... 5
2 Bagian-bagian akar tebu (James, 2004)... 5
3 Urutan pertumbuhan batang tebu dari potongan tebu yang terdapat di bawah permukaan tanah (James, 2004) ... 6
4 Skema dari penampang batang tanaman (Persson 1987, dalam Feri 2008)...………... 7
5 Arah gerakan pemotongan tidak membentuk sudut (a) dan membentuk sudut (b) (Wiraatmadja, 1995)………... 9
6 Beberapa metode pemotongan bahan pertanian (Sitkei 1986 alam Lisyanto 2007).………... 10
7 Penebangan Tebu (Pramana, 2008)………... 10
8 Mata pisau yang tajam dan tumpul (a), runcing dan tidak runcing (b) (Lisyanto, 2007)... 12
9 Tajak alat tebang tebu manual…... 15
10 Mata pisau tajak ...………... 15
11 Diagram alir prosedur penelitian …………..……… 15
12 Rancangan mata pisau dari tajak ………..………. 18
18 Waktu mulai menebang menggunakan parang….………. 25
19 Waktu akhir menebang menggunakan parang……… 25
20 Waktu mulai menebang menggunakan tajak... 25
21 Waktu akhir menebang menggunakan tajak………….………. 25
22 Grafik waktu terhadap luas penampang potongan………. 26
24 Tinggi Tunggul Tertinggal dari Penggunaan Parang ……….... 29
PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK
SKRIPSI
Oleh: OKTAFIL ULYA
F14054386
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : OKTAFIL ULYA
F14054386
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : OKTAFIL ULYA
F14054386
Dilahirkan pada tanggal 26 Oktober 1986 Di Jember
Tangggal lulus:
Menyetujui, Bogor, September 2009
Dr. Ir. E Namaken Sembiring, MS Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen
Oktafil Ulya. F14054386. Pengujian Prototipe Alat Tebang Tebu Manual Tipe
Tajak. Dibawah bimbingan Dr. Ir. E Namaken Sembiring, MS.
RINGKASAN
Proses pemanenan tebu di Indonesia masih cukup banyak yang menggunakan alat tebang tebu manual. Penggunaan alat tebang manual ini banyak meninggalkan tunggul di lahan yang cukup tinggi. Sisa tunggul ini nantinya akan dikepras dan dibuang. Tunggul ini adalah pangkal tebu atau ruas tebu bagian bawah. Ruas-ruas terbawah batang tebu ini adalah bagian dimana terdapat kandungan gula terbanyak. Sehingga apabila pada ruas tebu bagian bawah tidak terpotong atau dibuang di lahan, maka dapat dibayangkan berapa banyak gula yang hilang di lahan.
Penelitian ini dilakukan dengan merancang, membuat, dan menguji alat tebang tebu (Saccharum Officinarum L) manual tipe tajak yang bertujuan untuk mengetahui waktu tebang dan perbandingan jumlah gula yang hilang.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, tahap pertama mempelajari karakteristik tanaman tebu, tahap kedua mempelajari cara kerja alat tebang tebu, ketiga perancangan dan pembuatan alat, keempat demo cara pemakaian alat (tajak), kelima pengujian alat dengan parameter yang diukur meliputi pengukuran waktu tebang, gula yang hilang, kecepatan tebang, gaya, usaha dan daya penebangan, dan tahap terakhir analisis hasil.
Hasil pada tahap perancangan dan pembuatan alat berupa tajak dengan panjang total 128 cm, dengan rincian panjang mata pisau 20 cm, penghubung tajak dan pegangan 10 cm, pegangan 100 cm dan sudut ketajamannya 20°. Berat keseluruhan tajak 2,2 kg.
Pada tahap kelima didapatkan hasil rata-rata waktu tebang dengan menggunakan parang 0,49 detik, dan dengan tajak 0,53 detik. Rata-rata tinggi tunggul yang tertinggal hasil penebangan dengan parang dan tajak adalah 10,38 cm dan 2,81 cm. Total gula yang hilang per Ha dengan menggunakan parang dan tajak adalah 175,35 Kg dan 44,78 Kg. Kecepatan tebang dengan menggunakan parang 47,38 detik/m dan tajak 48,51 detik/m.
Perhitungan tenaga dilakukan dengan dua metode. Metode pertama dengan menghitung luas permukaan tunggul tebu hasil penebangan didapatkan hasil gaya menebang dengan menggunakan parang sebesar 1,52 N, usaha 7,95 Joule dan daya 15,65 Watt. Sedangkan penebangan dengan menggunakan tajak, dibutuhkan rata-rata gaya sebesar 1,79 N, dengan usaha 10,77 Joule dan daya 19,43 Watt. Metode kedua dengan pengukuran percepatan didapatkan hasil gaya menebang dengan menggunakan parang sebesar 1,25 N, dengan usaha 5,59 Joule dan daya 13,88 Watt. Sedangkan penebangan dengan menggunakan tajak, dibutuhkan rata-rata gaya sebesar 1,32 N, dengan usaha 7,13 Joule dan daya 14,11 Watt.
RIWAYAT HIDUP
Oktafil Ulya dilahirkan di Jember, Jawa timur pada
tanggal 26 Oktober 1986 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ir. Djempari Thojib dan Endang Sulasmini. Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al-Furqan, Jember. Penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menegah pertama yaitu SLTP Negeri 3 Jember dan lulus pada tahun 2002. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah pertama penulis melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Jember, lulus tahun 2005 dan melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Saringan Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Penulis diterima di IPB pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis mengambil Bagian Teknik Mesin Budidaya Pertanian.
Selama di IPB penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Teknik Pertanian (2006-2007) sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa. Penulis juga mengikuti Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikatan Mahasiswa Jember Bogor (IMJB) sebagai Ketua (2005-2007). Selain itu penulis juga menjadi penyiar di Radio Kampus IPB (2007-2008). Dalam menyelesaikan studi, penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum mata kuliah seperti Menggambar Teknik (2009) dan Praktikum Terpadu Mekanika Bahan Teknik (2009). Pada Tahun 2007, penulis magang di PT Mitra Tani 27. Pada tahun 2008 penulis melakukan praktek lapang dengan judul “ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DI PT
NEWMONT, BATU HIJAU, NUSA TENGGARA BARAT”. Pada tahun 2009
penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di IPB dengan judul tugas akhir “PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurah pada baginda Nabi Muhammad Saw, keluarga serta sahabat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengujian Prototipe Alat Tebang Tebu Manual Tipe Tajak”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. E. Namaken Sembiring, MS selaku pembimbing akademik atas bimbingan, masukan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Desrial, M.Eng dan Ir. Parlaungan Adil Rangkuti M,Si sebagai dosen penguji skripsi.
3. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberi semangat dan doa.
4. Kakak-kakak penulis, M.Ramadhani ST ,Nurul Fatmawati SP, M.Yanuar SE dan Desyana SE yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 5. Keponakan penulis, Azka, Ara, Annida dan calon adik Annida.
6. Teman-teman di Wisma Zulfa (Tia, Dede dan Iki) yang telah banyak membantu dan memberikan banyak saran dalam peneyelesaian skripsi ini. 7. Seluruh teman-teman Teknik Pertanian IPB, Sofie, Samun, Dayu, Lovita,
Hadi, Reza, Kak Arif, Rinaldi, dan Dolly yang telah membantu dalam pelaksanaan dan memberikan banyak saran dan semangat kepada penulis. 8. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu atas
dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan sebagai masukan yang sangat berharga untuk perbaikan di masa mendatang. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan memberi manfaat bagi kita semua.
Bogor, September 2009
DAFTAR ISI
3.7. Analisis gaya, usaha dan daya ... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1. Proses Pemanenan Tebu ... 23
4.2. Hasil Pengujian Lapang ... 24
4.3.1. Waktu Tebang ... 24
4.3.2. Gula yang Hilang ... 28
4.3.3. Kecepatan Tebang ... 30
4.3.4. Gaya, Usaha dan Daya Pemotongan ... 31
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1. Kesimpulan ... 34
5.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... ... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Bagian- bagian batang tebu (James, 2004)………... 5
2 Bagian-bagian akar tebu (James, 2004)... 5
3 Urutan pertumbuhan batang tebu dari potongan tebu yang terdapat di bawah permukaan tanah (James, 2004) ... 6
4 Skema dari penampang batang tanaman (Persson 1987, dalam Feri 2008)...………... 7
5 Arah gerakan pemotongan tidak membentuk sudut (a) dan membentuk sudut (b) (Wiraatmadja, 1995)………... 9
6 Beberapa metode pemotongan bahan pertanian (Sitkei 1986 alam Lisyanto 2007).………... 10
7 Penebangan Tebu (Pramana, 2008)………... 10
8 Mata pisau yang tajam dan tumpul (a), runcing dan tidak runcing (b) (Lisyanto, 2007)... 12
9 Tajak alat tebang tebu manual…... 15
10 Mata pisau tajak ...………... 15
11 Diagram alir prosedur penelitian …………..……… 15
12 Rancangan mata pisau dari tajak ………..………. 18
18 Waktu mulai menebang menggunakan parang….………. 25
19 Waktu akhir menebang menggunakan parang……… 25
20 Waktu mulai menebang menggunakan tajak... 25
21 Waktu akhir menebang menggunakan tajak………….………. 25
22 Grafik waktu terhadap luas penampang potongan………. 26
24 Tinggi Tunggul Tertinggal dari Penggunaan Parang ……….... 29
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Luas areal tebu dan produksi gula Indonesia Tahun 2000-200... 1
2 Nilai luas penampang potongan dan waktu satu kali pemotongan penggunan parang... 25
3 Nilai luas penampang potongan dan waktu satu kali pemotongan penggunan tajak... 26
4 Nilai tinggi tunggul (cm) dan gula hilang (g)……… 28
5 Perbandingan tinggi tunggul dan gula yang hilang per Ha…... 30
6 Kecepatan tebang (detik/meter).……... 31
7 Gaya, usaha dan daya penebangan dengan metode perhitungan luas permukaan hasil potongan tunggul tebu.………... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Gula yang hilang pada penggunaan parang………... 39
2 Gula yang hilang pada penggunaan tajak………... 44
3 Perhitungan gula dalam satu batang tebu... 49
4 Pengukuran kecepatan tebang...……… 50
5 Perhitungan gaya, usaha dan daya penebangan dengan parang
berdasarkan F = (fs x A) + (w sin θ)... 51 6 Perhitungan gaya, usaha dan daya penebangan dengan tajak
berdasarkan F = (fs x A) + (w sin θ)... 59 7 Perhitungan gaya, usaha dan daya penebangan dengan parang berdasarkan
F = m x a... 67
8 Perhitungan gaya, usaha dan daya penebangan dengan tajak berdasarkan
F = m x a... 75
9 Gambar pictorial mata pisau tajak………..………... 83
10 Gambar atas mata pisau tajak………..………... 84
11 Gambar samping mata pisau tajak………..………... 85
12 Gambar depan mata pisau tajak………..………... 86
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tebu sebagai tanaman penghasil gula memegang peranan penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masayarakat. Tabel 1 menunjukkan bahwa, dari tahun 2000 hingga 2007 produksi gula nasional mengalami kenaikan seiring dengan pertambahan luas areal tebu. Luas areal tebu mengalami perluasan sebesar 25 %, Perluasan ini diimbangai dengan kenaikan produksi gula sebesar 55 %.
Tabel 1. Luas areal tebu dan produksi gula Indonesia Tahun 2000-2008
Tahun Luas Areal Nasional (Ha) Produksi Gula Nasional (Ton)
2000 340 660 1 690 004
[*] : Angka sementara/Preliminary Sumber : Departemen Pertanian, 2008.
Proses pemanenan tebu di Indonesia, sampai dengan sekarang masih banyak yang menggunakan alat tebang tebu manual, diantaranya adalah parang. Hasil tunggul tebu sisa penebangan dari pengggunaan parang cukup tinggi yakni sekitar 15-20 cm dari permukaan guludan (Lisyanto, 2007), kenyataannya pabrik menginginkan tebu dipotong mepet tanah atau rata tanah (± 3 cm)1. Hal ini dikarenakan kandungan gula terbanyak terdapat pada bagian paling bawah batang tebu, sehingga apabila pada bagian bawah tebu tidak terpotong, maka dapat
dibayangkan berapa banyak gula yang hilang di kebun. Tingginya tunggul yang tertinggal ini salah satunya dikarenakan penggunaan alat yang mengharuskan penebang membungkuk untuk mendapatkan hasil rata tanah. Posisi penebang membungkuk menyebabkan kelelahan dan dampaknya juga pada kesehatan penebang.
Tebang rata tanah sangat diperlukan, selain untuk menaikkan produksi gula juga untuk pertumbuhan tunas selanjutnya. Bibit tebu yang dihasilkan dari bibit tanaman sebelumnya tanpa menanam dari awal disebut tebu kepras. Tanaman tebu mempunyai kemampuan memproduksi tunas-tunas baru dari tunggul dalam tanah setelah tanaman dipanen. Tepatnya tunas itu tumbuh dari ruas-ruas batang tebu yang telah dipanen (King NJ et al, 1953). Melalui budidaya tebu keprasan kegiatan pengolahan tanah semakin berkurang, kelestarian tanah dapat dipertahankan dan biaya produksi pada tiap satuan hasil menjadi lebih rendah (Lisyanto, 2007).
Pengeprasan membutuhkan tenaga kepras 10 sampai 14 orang untuk tiap hektar (wawancara dengan sinder tebang, 9 Juni 2009). Apabila pada tunggul tersisa yang cukup panjang tidak dilakukan kepras, maka akar akan tumbuh pada ruas-ruas batang yang berada di atas permukaan tanah, sehingga akar dari tanaman tebu yang baru tergantung-gantung di atas permukaan tanah.
Pengeprasan membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup banyak. Pengeprasan ini dilakukan setelah seluruh tebu di lahan sudah terpanen semua. Tidak jarang tunas-tunas tebu yang telah tumbuh harus dipotong, karena tumbuh beberapa cm diatas permukaan guludan. Pengeprasan dapat dihindari apabila tunggul sisa tebangan mepet tanah atau rata tanah (± 3 cm).
proses penebangan tebu. Selain itu, penebang tidak perlu membungkuk saat menebang, karena tangkainya yang cukup panjang. Untuk membedakan dodos sebagai alat pemanen kelapa sawit dengan alat yang penulis teliti untuk penebangan tebu, penulis memberi nama tajak.
Penelitian dan pengembangan alat yang digunakan dalam proses-proses di perkebunan tebu terus dilakukan untuk memperoleh alat-alat yang ergonomis pada saat penggunaannya. Penelitian ini dikhususkan pada rancang bangun alat yang digunakan pada proses penebangan tebu secara manual yaitu alat tebang tajak.
1.2. TUJUAN
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Tebu
Tanaman tebu (Sacharum Officinarum L) merupakan tanaman perkebunan semusim yang mempunyai sifat tersendiri, sebab kandungan sukrosanya paling tinggi. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan (Graminae) seperti halnya padi, gelagah, bambu dan lain-lain (Supriyadi,1992). Tebu adalah tanaman tropis, dimana batangnya tidak bercabang dan tingginya sekitar 2 sampai 4 m atau bisa juga lebih tinggi. Diameter batangnya sekitar 3-5 cm. Tebu ini ditanam untuk diambil batangnya, dimana di dalam batang tersebut mengandung gula (James, 2004). Tanaman tebu membutuhkan banyak air pada masa pertumbuhannya dan keadaaan kering menjelang pemasakannya. Tanaman ini akan tumbuh dengan baik pada daerah yang panas dan lembab yaitu pada suhu 28-34°C dan kelembapan udara >70%. Di dataran yang rendah dan panas, tanaman tebu akan menghasilkan hasil yang baik, sedangkan di dataran tinggi yang dingin tanaman tebu akan lambat pertumbuhannya dan rendah rendemennya (Sudiatso, 1983 dalam Fery, 2008). Hujan yang terus-menerus pada masa pemasakan akan mengakibatkan pertumbuhan terus berlangsung dan tidak ada kesempatan untuk masak, sehingga rendemennya rendah (Notojoewono, 1960).
Batang tebu memiliki bentuk silindris dan terdiri atas beberapa bagian. Bagian tersebut diantaranya adalah mata tunas (eye atau bud), buku (node), ruas tebu (inter node), bagian melingkar yang meyerupai cincin dan mengandung lilin (wax ring), dan pita akar (root band). Root Band merupakan bagian yang paling keras dari satu ruas tebu (Humbert, 1968). Bagian-bagian batang tebu secara detil dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagian- bagian batang tebu (James, 2004)
Batang tebu yang masih tersisa dibawah permukaan tanah setelah penebangan dapat tumbuh kembali sebagai tebu keprasan. Cadangan makanan untuk tunas-tunas baru dari tebu keprasan tersebut pada awalnya disuplai oleh sistem perakaran tebu sebelumnya. Setelah tunas-tunas tersebut tumbuh menjadi batang tebu yang memiliki sistem perakaran sendiri, maka fungsi akar lama diambil alih oleh sistem perakaran tebu yang baru. Akar-akar lama tersebut kemudian berubah warnanya menjadi gelap (kehitam-hitaman) dan tidak efektif lagi dalam melakukan suplai makanan, sehingga akar-akar tersebut akhirnya mati dan terurai dalam tanah (James, 2004).
Pangkal tebu yang berada tepat dibawah permukaan tanah (ground level) memiliki ruas yang semakin pendek dan memanjang dengan cepat. Mata tunas pada pangkal pertama (primary stem) tumbuh menjadi batang kedua (secondary stem) dan mata tunas pada pangkal batang kedua berkembang menjadi batang ketiga (tertiary stem). Pertumbuhan tersebut berlangsung secara berurutan, terus-menerus dan memiliki posisi selang-seling sesuai dengan posisi tunas pada pangkal tebu (James,2004). Urutan-urutan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Urutan pertumbuhan batang tebu dari potongan tebu yang terdapat di bawah permukaan tanah (James, 2004)
Gambar 4. Skema dari penampang batang tanaman (Persson, 1987 dalam Feri, 2008)
Kekerasan tebu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu banyaknya ikatan pembuluh kayu dalam batang tebu dan banyaknya sklerenkim yang mengelilingi pembuluh angkut. Sehubungan dengan hal tersebut jenis dan varietas tebu berpengaruh terhadap kekerasan batang tebu, sehingga besarnya gaya pemotongan yang dibutuhkan juga tidak sama (Hutasoit, 1978 dalam Feri, 2008).
2.2. Budidaya Tebu
Tanaman tebu yang dibudidayakan terdiri atas dua kategori yaitu tanaman pertama atau Plant Cane dan tanaman keprasan atau Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu yang ditanam langsung dari bibit hasil kebun bibit. Sedangkan Ratoon Cane adalah tanaman tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang tebu yang masih tertinggal dalam tanah atau setelah tebu ditebang (Pramana, 2008).
kebun bibit pokok dapat dijadikan bibit untuk empat hektar kebun bibit nenek. Begitu seterusnya sampai dengan meperoleh bibit untuk kebun bibit datar. Bibit pada kebun bibit datar setelah berusia enam sampai tujuh bulan, bibit ini ditebang untuk dijadikan bibit pada kebun tebu giling. Satu hektar tebu dari kebun bibit datar dapat dijadikan bibit untuk empat hektar kebun tebu giling. Bibit pada kebun tebu giling setelah berusia 12 – 13 bulan ditebang untuk dijadikan bahan baku utama produksi gula (Pramana, 2008).
Tanaman keprasan (Ratoon Cane) merupakan pemotongan sisa-sisa tunggul setelah penebangan, yang dilakukan pada posisi tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan (Koswara, 1989 dalam Feri 2008). Tanaman keprasan merupakan hasil tunas tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah setelah ditebang (Barnes, 1964 dalam Lisyanto 2007). Budidaya tebu dengan cara keprasan banyak dipakai di perkebunan tebu karena menghemat biaya produksi. Alat kepras yang dipakai pada umunya adalah cangkul dan golok, per hektar dibutuhkan 10 sampai dengan 14 orang untuk menyelesaikan pengeprasan (Pramana, 2008).
2.3. Penebangan Tebu
Gambar 5. Arah gerakan pemotongan tidak membentuk sudut (a) dan membentuk sudut (b) (Wiraatmadja, 1995)
Gambar (5.a) menunjukkan pemotongan dengan arah gerak pisau pemotong tegak lurus terhadap poros bahan yang dipotong. Pemotongan dengan cara ini kemungkinan akan menyebabkan ujung bahan yang dipotong memar atau rusak akibat dari tekanan pisau, terutama bila pisaunya kurang tajam dan bahan yang dipotongnya berserat. Pada pemotongan tanpa menggunakan landasan, cara pemotongan dengan arah tegak lurus tersebut sulit dilakukan karena tekanan dari pisau hanya ditahan oleh bahan yang dipotong (Wiraatmadja, 1995).
Gambar (5.b) menunjukkan pemotongan dengan arah gerak pisau membentuk sudut dengan poros bahan yang dipotong. Cara pemotongan seperti itu akan memberikan hasil yang lebih baik. Selain itu, tenaga yang digunakan akan lebih kecil. Pemotongan tanpa landasan umumnya dilakukan dengan cara tersebut (Wiraatmadja, 1995).
Terdapat empat metode pemotongan yang umum digunakan untuk bahan-bahan pertanian (Sitkei, 1986 dalam Lisyanto, 2007). Pertama countermoving blade (kedua belah pisau potong bergerak berlawanan arah). Metode pemotongan
tersebut sama halnya dengan menggunting (Gambar 6.a), sehingga hasil potongannya memiliki permukaan yang lebih rata dan halus. Kedua, resting and moving blade (landasan diam dan pisau pemotongan bergerak). Contoh praktis pada proses ini adalah pada perajangan keripik singkong dengan alat chipper (Gambar 6.b). Ketiga, pemotongan lapisan tipis atau mengiris (Gambar 6.c), dimana distribusi tegangan di sekitar mata pisau mengalami distorsi yang sangat besar akibat permukaan bebas pada sekitar bidang pemotongan. Keempat, free
cutting (pemotongan secara impak). Pemotongan dilakukan menggunakan gaya yang tinggi sehingga kecepatan pisau merupakan parameter yang sangat penting. Metode ini adalah metode pemotongan yang saat ini banyak dilakukan (Gambar 6.d).
Gambar 6. Beberapa metode pemotongan bahan pertanian (Sitkei, 1986 dalam Lisyanto, 2007)
Penebangan adalah salah satu kegiatan penyiapan tebu untuk diangkut ke pabrik. Tebang didefinisikan sebagai kegiatan penebasan atau pemotongan batang tebu 5 cm dari tanah dengan menggunakan parang, pemotongan pucuk tebu dan pembersihan tebu dari daun dan kotoran sampai penumpukan tebu menjadi 1 ikatan tebu. Penebangan pada waktu yang tepat serta pengangkutan yang dilakukan secepat mungkin sampai proses digiling, merupakan syarat penting untuk mencapai hasil pengolahan gula yang produktif dan berkualitas. Penebangan yang dilakukan apabila tebu telah masak atau cukup umur mempunyai rendemen cukup tinggi (Pramana, 2008).
Gambar 7. Penebangan Tebu (Pramana, 2008)
Penebangan manual dilakukan dengan menggunakan golok atau parang (Gambar 8) (Pramana, 2008).Tanaman tebu harus ditebang pada umur rata-rata antara 12-14 bulan. Apabila tanaman telah cukup umur, usaha terpenting adalah penentuan awal giling dan penentuan kebun-kebun mana yang ditebang terlebih dahulu, sesuai dengan tingkat kemasakan tebu (Notojoewono, 1968).
Tanaman tebu yang dipanen harus memiliki umur tebang optimum. Umur tebang optimum bervariasi menurut varietas dan iklim. Pada dasarnya tanaman tebu ditebang apabila telah mencapai tingkat kemasakan yang maksimal berdasarkan analisa pendahuluan. Saat yang lazim untuk memulai kegiatan tebang adalah apabila hasil analisis pendahuluan menunjukan bahwa luas tanaman tebu atau jumlah petak tebangan telah mencapai tingkat kemasakan yang cukup tinggi. Kemasakan tebu sebelum dipanen dapat diketahui melalui analisa pendahuluan yang dilakukan setiap 15 hari sekali. Berdasarkan hasil analisa dapat segera ditentukan areal kebun yang telah mencapai kemasakan optimum, sehingga perlu segera ditebang. Jalannya proses kemasakan tebu berjalan dari ruas bawah ke ruas atas. Tingkat kemasakan dari tiap ruas akan berbanding lurus dengan umurnya. Ruas-ruas tebu bagian bawah mengandung kadar gula yang lebih tinggi dari ruas-ruas bagian atas.
Sistem pemanenan akan mempengaruhi besarnya susut yang terjadi. Pemanenan dengan tenaga manusia sebenarnya mempunyai kemungkinan untuk menebang batang tebu pada bagian yang tepat. Tetapi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan memerlukan sistem pengawasan yang ketat. Sedangkan ketepatan pemotongan batang tebu dengan menggunakan mesin panen tebu mekanis banyak ditentukan oleh keadaan lahan serta keadaan tanaman tebu itu sendiri saat dipanen. Keadaan tanah yang relative seragam dan sedikitnya jumlah tebu yang rebah akan banyak membantu dalam usaha pengurangan susut yang terjadi saat pemanenan (Pramudya, 1989).
2.4. Parang dan Ketajamannya
pekerjaan dimana digunakan peralatan tradisional dapat dicapai efisiensi kerja yang tinggi disamping keselamatan dan kenyamanan kerjanya tetap terjamin (Effendy, 1983).
Menurut Vriadi (1998), parang terdiri dari berbagai macam bentuk sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, yaitu; Parang Gadubang, Parang Bengkok (Koluok), Parang Babatan dan Parang Panjang. Parang gadubang atau parang pendek merupakan jenis parang yang utama dalam keperluan rumah tangga, khususnya di rumah tangga pedesaan. Panjang parang ini biasanya 40 cm. Parang Bengkok (Koluok) disebut parang bengkok karena bentuk badannya bengkok. Panjang parang ini lebih kurang 43 cm, lebih panjang dari parang gadubang. Parang babatan tidak kalah terkenal dengan parang gadubang, karena parang ini juga banyak dijual di pasar-pasar untuk keperluan para petani untuk membabat runput ilalang yang tumbuh di lahan garapan mereka. Ukuran panjang parang ini biasanya hanya 34 cm. Parang panjang biasanya digunakan untuk memotong kayu bakar, selain itu juga digunakan untuk memotong daging dan ikan oleh pedagang daging dan ikan. Parang ini merupakan yang terpanjang makanya disebut parang panjang. Ukuran panjangnya lebih kurang 50 cm.
Gambar 8. Mata pisau yang tajam dan tumpul (a), runcing dan tidak runcing (b) (Lisyanto, 2007)
Kebalikan dari ketajaman adalah ketumpulan (dullness),sedangkan kebalikan dari keruncingan disebut tidak runcing (bluntness) (Gambar 9) (Lisyanto, 2007).
Sudut mata pisau memiliki efek yang signifikan terhadap gaya pemotongan maksimum. Pisau yang memiliki sudut mata pisau yang kecil (fine) membutuhkan gaya pemotongan maksimum yang relative rendah. Sudut mata pisau yang kecil (fine) menghasilkan penampang mata pisau yang kecil sehingga gaya yang diperlukan untuk penetrasi pisau ke material yang dipotong juga relative rendah (Lisyanto, 2007).
III. METODOLOGI
PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Agustus 2009.
Perancangan tajak sebagai alat tebang tebu manual dilakukan di Laboratorium
Teknik Mesin Budidaya Pertanian dan Agricultural Engineering Design Studio (AEDC), Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pembuatannya
dilakukan di “Bengkel Pandai Besi” pembuat parang yang digunakan para
penebang tebu. Pengujian dilakukan di lahan Tegal Besar PG Semboro, PTPN XI,
Jember, Jawa Timur.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
1. Tanaman Tebu
Tanaman tebu yang digunakan adalah tanaman tebu varietas PA 198
dengan umur rata-rata antara 12 bulan. Tebu ini adalah tebu yang masak
yang siap untuk dipanen (tebang). Tebu varietas PA 198 ini adalah tebu
yang paling banyak dibudidayakan di lahan tebu di pulau Jawa.
2. Alat penebang tebu
Alat penebang tebu yang digunakan adalah adalah parang atau golok
yang umum digunakan para penebang dan tajak alat tebang tebu manual.
Penebang tebu telah berpengalaman sekitar dua tahun. Gambar 10
memperlihatkan tajak secara keseluruhan dan mata pisau tajak diperlihatkan
pada Gambar 11.
Panjang tajak dari ujung mata pisau sampai dengan ujung gagang 128
cm, dengan rincian panjang mata pisau 20 cm, penghubung tajak dan
pegangan 10 cm, dan pegangan 100 cm (Lampiran 9 dan 10). Berat
Gambar 9. Tajak alat tebang tebu
manual
Gambar 10. Mata pisau tajak
3.3. Prosedur Penelitian
Gambar 11. Diagram alir prosedur penelitian Mempelajari karakteristik tanaman tebu
Mempelajari cara kerja alat tebang tebu
Tinggi Tunggul Waktu Tebang
Perancangan dan Pembuatan alat
Demo cara pemakaian alat (tajak)
Pengujian alat (tajak)
3.4. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diambil dengan melakukan pengukuran secara langsung ke
lapangan, yang akan dilakukan di PTPN XI Pabrik Gula Semboro,
Jember, Jawa Timur.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang akan digunakan diperoleh dari literatur.
3.5. Perancangan dan Pembuatan Tajak
3.5.1. Kriteria Perancangan
Perancangan suatu alat maupun mesin akan terdapat beberapa masalah,
baik masalah dari hasil rancangan alat dan mesin sebelumnya mupun masalah dari
rancangan alat dan mesin yang akan dibuat. Maka dari itu dilakukan perumusan
masalah-masalah yang ada untuk mempermudah pembuatan alat dan mesin
selanjutnya. Dalam parang penebang sebelumnya terdapat beberapa masalah,
yaitu :
1. Sisa tunggul tebu di lahan terlalu tinggi.
2. Tunggul tersisa yang terlalu tinggi akan menyebabkan semakin banyaknya
gula yang hilang di lahan.
3. Penggunaan parang membuat penebang harus membungkuk untuk menebang
tebu di pangkalnya.
Masalah-masalah yang terdapat pada parang penebang sebelumnya,
diharapkan adanya penyelesaian masalah supaya rancangan alat dan mesin
selanjutnya lebih baik. Penyelesaian masalah yang timbul dari rancangan parang
sebagai alat tebang tebu manual sebelumnya, yaitu :
1. Perlunya pengembangan alat tebang tebu yang bisa menghasilkan tunggul tebu
yang rendah atau rata dengan permukaan guludan/rata tanah.
2. Perlunya rancangan alat tebang tebu dimana dalam penggunaannya
memudahkan penebang, membuat penebang tidak harus membungkuk saat
3.5.2. Rancangan Fungsional
Rancangan fungsional dari alat tebang tebu manual ini terdiri dari :
a. Mata pisau
b. Pegangan pisau
Dari komponen di atas dapat diketahui fungsi – fungsi yang digunakan
pada rancangan alat ini adalah sebagai berikut :
a. Memotong tebu di pangkal tebu
b. Memotong tebu dengan mengusahakan agar penebang tidak
membungkuk saat menebang tabu.
Adapun alasan pemakaian mekanisme komponen sesuai fungsinya, yaitu :
a. Mengusahakan tebu terpotong rata tanah/guludan.
b. Penggunaannya memudahkan penebang, dengan tidak membungkuk
saat menebang.
c. Sederhana dan praktis.
3.5.3. Rancangan Strukutral
a. Mata pisau
Prinsip pemotongan tebu dengan prinsip tajak ini adalah dengan
menghunjamkan (menajak) tajak ke pangkal tebu. Sehingga mata pisau
tajak harus tahan dengan benturan benda keras seperti batu yang terdapat
di lahan tebu. Mata pisau berasal dari pisau gergaji pemotong kayu yang
biasa digunakan untuk menebang pepohonan besar. Bahan dari mata pisau
ini adalah plat baja tebal 4 mm.
Penentuan sudut ketajaman (kelancipan) pisau berdasarkan hasil
penelitian Wirza (2002), Lisyanto (2007) dan ketajaman parang penebang.
Berdasarkan penelitian Wirza (2002), sudut mata pisau yang dipakai untuk
memotong rumput pada pisau pemangkas rumput tipe rotari sebesar 15°.
Sedangkan pada penelitian Lisyanto (2007), sudut mata piring untuk
pengeprasan tebu sebesar 34°. Berdasarkan data tersebut, maka ditentukan
sudut dari mata pisau tajak ini adalah 20°. Mata pisau tajak ini dibuat lebih
menghindari pecahnya tunggul (Lampiran 9-12). Pembuatan mata pisau ini
dengan cara ditempa di “Pandai Besi”.
Gambar 12. Rancangan mata pisau dari tajak
b. Pegangan pisau
Pegangan pisau dibuat dari kayu kapuk, dengan pertimbangan kayu ini
ringan, cukup kuat, mudah dibentuk dan mudah didapat. Sebagian besar
pegangan dari parang penebang juga menggunakan kayu kapuk. Diameter
pegangan pisau ini sebesar 5 cm dan panjangnya 100 cm (Lampiran 13).
Disesuaikan dengan genggaman tangan orang dewasa.
3.6. Pengamatan dan Pengukuran
3.5.1.Waktu Penebangan
Waktu penebangan ini dibagi menjadi 2, yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan satu kali gerakan mengayunkan alat tebang untuk
memotong batang tebu (waktu tebang) dan waktu yang dibutuhkan dari
mulai gerakan menjangkau, menebang, membersihkan trash, menaruh tebu
di tumpukan dan menganggur (waktu untuk proses tebang secara
keseluruhan).
Waktu penebangan dihitung tiap penebangan 10 batang tebu dan tiap
meter. Perhitungan waktu penebangan ini menggunakan stopwatch. Pengamatan waktu penebangan ini juga dilakukan dengan merekam proses
penebangan menggunakan camera video, sehingga waktu 1 kali penebangan dapat diketahui pasti. Untuk mengetahui lama waktu setiap elemen gerak
digunakan software Pinnacle Studio Plus versi 9.4.
Jumlah contoh yang digunakan adalah 17 penebang dengan tiap kali
penebang menebang 10 kali tebangan untuk tiap-tiap alat.
3.5.2.Permukaan Hasil Potongan
Hasil potongan diamati kebersihan, arah potongan dan ketinggian
hasil potongan. Hasil potongan yang diinginkan adalah hasil potongan
dengan penampang miring (bentuk ellips) dan permukaannya tidak pecah,
karena menurut Mandor di lapangan, pabrik tidak mau menerima tebu
dengan permukaan potongan pecah.
Pengamatan permukaan hasil potongan ini bertujuan untuk mengukur
panjang melintang/radius panjang dari penampang potongan tebu (sumbu
mayor) dan panjang membujur/radius pendek dari penampang potongan
tebu (sumbu minor). Jumlah contoh yang digunakan adalah 17 penebang
dengan tiap kali penebang menebang 10 kali tebangan untuk tiap-tiap alat.
Pengukuran sumbu mayor dan minor ini untuk menghitung luas
permukaan penampang potongan tebu yang berbentuk ellips dengan rumus :
Ket :
A : Luas penampang potongan (mm2)
p : sumbu mayor (mm)
q : sumbu minor (mm)
Gambar 14. Penampang potongan tebu.
3.5.3.Tinggi Tunggul Tertinggal
Pengamatan tinggi tunggul tertinggal ini dilakukan untuk melihat
berapa banyak gula yang hilang di kebun atau tidak ikut tergiling. Hasil
tunggul tebu yang tertinggal di atas permukaan tanah/guludan tidak lebih
dari 5 cm. Hal ini untuk menghindari diadakannya kepras dan bumbun.
Kepras dilakukan apabila potongan tebu lebih dari 5 cm, untuk menghindari
tunas dan akar tumbuh di node yang berada di atas permukaan tanah.
Jumlah contoh yang digunakan adalah 17 penebang dengan tiap kali
penebang menebang 10 kali tebangan untuk tiap-tiap alat.
Rumus perhitungan gula dengan diketahui rendemen :
Gula (kg) = rendemen tebu (%) × tebu (kg)……… (2)
100 %
3.6. Analisis Gaya, Usaha dan Daya
Analisis gaya yang terjadi pada proses penebangan tebu dengan
menggunakan parang modifikasi, dianalisis dengan menghubungkan Hukum
Newton kedua. Dimana Hukum Newton kedua berbunyi, “Percepatan p
sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan
berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah
gaya total yang bekerja padanya” (Giancoli, 2001).
F = m × a ………... (3)
Ket :
F : Gaya (Newton)
m : Massa (kg)
a : Percepatan (m/s2)
Percepatan didapatkan dari kecepatan (v) dibagi dengan (t). Kecepatan
ini didapatkan dari panjang lintasan (panjang sumbu mayor dari permukaan
hasil potongan) dibagi dengan waktu tebang.
Gaya total sebuah benda adalah jumlah vector dari semua gaya yang
bekerja padanya (Krauskopf, 2000). Gaya yang bekerja pada proses
penebasan tebu terdiri dari gaya tahanan potong tebu dan gaya tarik
gravitasi atau berat benda itu sesungguhnya (dalam bidang miring, w).
Dapat dilihat seperti berikut:
Gambar 15. Skema gaya pemotongan tebu
F = (fs × A) - (w sin θ) ………... (4) F = (fs × A) - (m g sin θ) ………... (5)
fs × A
w sin θ
w
θ
Ket :
fs : Tahanan potong (N mm-2)
A : Luas penampang potongan (mm2)
m : Massa alat tebang (Kg)
g : gravitasi (9,81 m/s2)
Usaha adalah hasil kali besar perpindahan dengan komponen gaya
yang sejajar dengan perpindahan (Miller, 1959).
U F s ………... (6) Ket :
U : Usaha (Joule)
F : Gaya (N)
s : Jarak lintasan pemotongan (m)
θ : Sudut arah gerak (°)
Daya didefinisikan kecepatan dilakukannya usaha (usaha yang
dilakukan dibagi waktu untuk melakukannya), atau kecepatan perubahan
energy (Giancoli, 2001).
P = U ………... (7)
Ket :
P : Daya (Watt)
U : Usaha (Joule)
IV. HASIL
DAN
PEMBAHASAN
4.1. Pemanenan Tebu di PG Semboro (PTPN XI)
Tebu yang menjadi bahan baku PG. Semboro berasal dari tebu sendiri dan tebu rakyat. Tebu sendiri adalah tebu milik PTPN di areal PTPN. Berdasarkan data tahun 2009, total areal kebun tebu yang tebunya digiling di PG. Semboro seluas 9700 Ha, dengan luas kebun tebu sendiri ini 250 Ha dan luas kebun tebu rakyat 9450 Ha. Tebu rakyat adalah tebu yang ditanam rakyat di lahan rakyat dan mendapat bantuan dari PTPN. Saat ini tebu rakyat menduduki porsi 97 % dari total produksi tebu PG. Semboro.
Tebu yang layak digiling adalah tebu bersih dan bebas dari kotoran (trash). Trash yang dimaksud meliputi pucuk tebu, daduk, sogolan, tebu mati, akar dan
siwilan. Penentuan waktu tebang didasarkan pada umur tebu, kategori tanam, varietas dan keadaan fisik tanam. Penentuan waktu tebang yang dipakai di PG. Semboro adalah dengan melihat nilai brix. Tebu yang masak dan sudah layak untuk ditebang apabila nilai brixnya bernilai 17 ke atas.
Proses tebang merupakan tahap akhir dari kegiatan budidaya tebu, dalam proses ini PG Semboro menetapkan syarat-syarat tebang, diantaranya adalah tebang mepet tanah <3 cm. Tenaga tebang dilakukan oleh tenaga tebang manual. Penebangan ini dilakukan berkelompok. Berdasarkan wawancara dengan sinder tebang, satu kelompok terdiri dari 10 orang dan dapat menyelesaikan penebangan 1 ha dalam waktu 4 hari (8 jam kerja). Jam kerja para penebang tidak seluruhnya digunakan untuk menebang. Selain menebang, penebang juga harus mengangkut tebu ke atas truck. Pengangkutan tebu yang dilakukan penebang ini menghabiskan waktu kerja separuh dari jam kerja penebang dalam sehari.
Hasil penimbangan tebu dalam 1 ha adalah 94,3 ton. Maka, satu orang tenaga tebang dapat menebang 2,4 ton/hari. Satu ton tebu dihargai Rp 15000,- oleh pabrik. Pengangkutan tebu dari lahan ke pabrik diangkut oleh truck dengan kapasitas 6 ton/truck.
bagian pegangan sampai dengan ujung (bentuk lurus) dan 19 cm untuk bagian ujungnya (bagian yang tajam). Berat dari parang ini 1,6 kg. Penggunaan parang ini membuat para penebang harus membungkuk tiap kali melakukan penebangan. Gambar 17 memperlihatkan penebang yang menebang tebu menggunakan tajak.
Gambar 16. Parang Penebang
Gambar 17. Penggunaan Tajak
4.2. Hasil Pengujian Lapang
4.2.1. Waktu Tebang
Waktu tebang ini dibagi menjadi 2, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali gerakan mengayunkan alat tebang untuk memotong batang tebu (waktu tebang) dan waktu yang dibutuhkan dari mulai gerakan menjangkau, menebang, membersihkan trash, menaruh tebu di tumpukan dan menganggur (waktu untuk proses tebang secara keseluruhan).
Pengukuran waktu tebang ini dimulai saat diangkatnya tangan yang memegang alat tebang sampai terpotongnya batang tebu. Gambar 18
19
memperlihatkan waktu dimulainya satu kali tebang tebu untuk penebangan menggunakan parang dan Gambar 19 memperlihatkan waktu berhentinya.
Cara pengukuran waktu penebangan tebu dengan menggunakan tajak sama dengan pengukuran waktu penebangan dengan menggunakan parang. Gambar 20 memperlihatkan waktu dimulainya satu kali tebang tebu untuk penebangan menggunakan tajak dan Gambar 21 memperlihatkan waktu berhentinya
Gambar 18. Waktu mulai menebang menggunakan parang
Gambar 19. Waktu akhir menebang menggunakan parang
Gambar 20. Waktu mulai menebang menggunakan tajak
Gambar 21. Waktu akhir menebang menggunakan tajak
Tabel 2. Nilai luas penampang potongan dan waktu satu kali pemotongan penggunan parang
Keterangan Luas Penampang (cm2)
Waktu tebang (detik)
Min 9,79 0,36
Max 15,99 0,62
Rata-rata 13,33 0,49
S.D 1,66 0,08
Tabel 3. Nilai luas penampang potongan dan waktu satu kali pemotongan penggunan tajak
Keterangan Luas Penampang (cm2)
Waktu tebang (detik)
Min 10,84 0,47
Max 17,94 0,6
Rata-rata 15,49 0,53
S.D 1,86 0,03
C.V 0,12 0,07
Berdasarkan Tabel 2 dan 3 diatas dapat dikatakan bahwa penebangan dengan menggunakan parang menghasilkan luas permukaan potongan yang lebih kecil dibandingkan penebangan dengan menggunakan tajak. Untuk luas permukaan yang kecil, penebangan dengan parang lebih cepat dibandingkan dengan tajak, sebaliknya untuk luas permukaan yang lebih besar, penebangan dengan tajak lebih cepat daripada penebangan dengan menggunakan parang.
Gambar 22. Grafik waktu terhadap luas penampang potongan
lebih singkat dibandingkan dengan parang. Hal ini terlihat pada grafik, saat pemotongan dengan parang mencapai luas pemotongan 13,95 cm2, waktu yang dibutuhkan 0,52 detik. Sedangkan saat pemotongan dengan menggunakan tajak, pada luas pemotongan 14,45 cm2, waktu yang dibutuhkan 0,5 detik. Terlihat bahwa penggunaan tajak lebih baik digunakan pada luas penampang potongan yang cukup besar .
Perbedaan luas penampang potongan dipengaruhi oleh perbedaan cara penebangan dan diameter tebu. Penebangan dengan menggunakan parang, dilakukan dengan mengarahkan pisaunya ke samping atau mendekati tegak lulus terhadap batang tebu (Gambar 23a). Sedangkan penebangan dengan menggunakan tajak, dilakukan dengan mengarahkan pisaunya ke bawah atau mendekati sejajar terhadap batang tebu (Gambar 23b). Gambar 23 memperlihatkan pemotongan dengan menggunakan parang dan tajak pada tebu dengan diameter yang sama.
Gambar 23. Pemotongan batang tebu dengan menggunakan parang (a) dan tajak (b)
Pada pengukuran yang dilakukan, diketahui untuk penebangan dengan menggunakan parang dalam sekali tebangan membutuhkan waktu 0,49 detik, sedangkan dengan menggunakan tajak 0,53 detik. Hasil pengukuran waktu tebang tersebut memperlihatkan bahwa penebangan menggunakan parang lebih cepat dibandingkan dengan penebangan menggunakan tajak. Hal ini dikarenakan parang yang digunakan (1,6 Kg) lebih ringan dibandingkan dengan tajak (2,2 Kg). Hasil
ini lebih cepat dengan yang dilaporkan oleh Rohman (2008), bahwa waktu yang dibutuhkan dalam satu kali menebang tebu 0,67 detik dengan berat parang 400-550 gram. Hal ini dikarenakan perbedaan ukuran parang yang digunakan dalam penelitian ini dan parang yang digunakan oleh Rohman serta proses pemotongan tebu yang dilakukan oleh Rohman memotong tebu dengan beberapa kali ayunan.
4.2.2. Gula yang Hilang
Tinggi tunggul yang tertinggal atau tersisa di lahan di ukur untuk mengetahui berapa banyak gula yang hilang atau yang tertinggal di lahan. Pengukuran ini dilakukan langsung setelah tebu di potong dengan menggunakan penggaris. Tinggi tunggul yang tertinggal dihitung dari permukaan tanah.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa tebu varietas PA 198 ini menghasilkan 94,3 ton tebu/ha. Dari wawancara dengan sinder tebang diketahui bahwa rendemen dari tebu yang diamati adalah 6%. Berat 1 batang tebu 1,42 kg. Maka setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa untuk 1 cm batang tebu beratnya 4,74 gram (Lampiran 3).
Tabel 4. Nilai tinggi tunggul (cm) dan gula hilang (g)
Keterangan
Parang Tajak tinggi
(cm)
gula hilang (g)
tinggi (cm)
gula hilang (g)
Min 7,96 2,27 0,55 0,16
Max 13,24 3,78 4,71 1,34
Rata-rata 10,38 2,96 2,81 0,79
S.D 1,58 0,45 1,33 0,39 C.V 0,15 0,15 0,48 0,49
ini, penebangan dengan menggunakan tajak dianggap tidak memerlukan dilakukan kepras lagi. Lain halnya dengan penebangan dengan menggunakan parang, rata-rata tinggi tunggulnya 10,38 cm. Tinggi tunggul penebangan parang ini jauh di atas syarat yang ditetapkan pabrik, maka untuk penebangan dengan menggunakan parang masih perlu dilakukan kepras.
Gambar 24. Tinggi Tunggul Tertinggal dari Penggunaan Parang
Gambar 25. Tinggi Tunggul Tertinggal dari Penggunaan Tajak
Faktor yang mempengaruhi tingginya sisa tunggul di lahan adalah ukuran dan bentuk alat tebang serta penebang itu sendiri. Gula yang hilang di lahan dengan menggunakan parang berkisar antara 2-4 gram, sedangkan dengan menggunakan tajak berkisar antara 0-1 gram.
Tabel 5. Perbandingan tinggi tunggul dan gula yang hilang per Ha
Keterangan Tinggi tunggul (cm) Gula yang hilang (kg)
Parang Tajak Parang Tajak
Jumlah 615528,5 157192,4 175,35 44,78
Selisih 458336,1 130,54
Pada perhitungan yang telah dilakukan, terlihat pada Tabel 5 bahwa total gula yang hilang per Ha dengan menggunakan parang dan tajak adalah 175,35 kg dan 44,78 kg (Lampiran 1 dan 2). Maka dengan penggunaan tajak sebagai alat tebang tebu, total gula yang hilang per Ha dapat dikurangi sebanyak 130,54 kg. Harga gula Rp. 8500,- per kg. Maka gula yang hilang seharga Rp. 1109590,- per Ha. Dari hasil tersebut terlihat adanya perbedaan yang signifikan terhadap total gula yang hilang per Ha dengan menggunakan parang dan tajak. Penebangan dengan menggunakan parang, menghasilkan gula hilang lebih tinggi akibat tingginya tunggul yang tertinggal.
Ketidakseragaman jumlah susut gula untuk setiap penebang, dipengaruhi adanya perbedaan usia dan pengalaman kerja penebang. Hal ini menyebabkan perbedaan sisa tunggul tebu yang signifikan antara penebang satu dengan penebang lainnya.
4.2.3. Kecepatan Tebang
Kecepatan tebang ini dibagi menjadi 2, yaitu kecepatan yang dihasilkan dalam melakukan satu kali gerakan mengayunkan alat tebang untuk memotong batang tebu (waktu tebang, detik per batang) dan kecepatan yang dihasilkan dari mulai gerakan menjangkau, menebang, membersihkan trash, menaruh tebu di tumpukan dan menganggur (waktu untuk proses tebang secara keseluruhan, meter per detik).
Pengukuran kecepatan tebang ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas tebang yang dapat dihasilkan oleh kedua parang ini. Hasil dari keduanya akan dibandingkan. Pengukuran proses penebangan ini dilakukan secara kontinu untuk 10 kali tebangan.
menebang satu batang tebu adalah 0,49 detik. Waktu ini hanya untuk proses tebang dimulai dari diangkatnya alat tebang sampai batang tebu terpotong.
Waktu untuk proses penebangan dimulai dari diangkatnya alat tebang sampai kontak dengan batang tebu dengan menggunakan tajak 0,53 detik per batang.
Tabel 6. Kecepatan tebang (detik/meter)
Keterangan Jumlah tebu/m Waktu (detik)
parang tajak parang tajak
Min 7 5 40,27 33,03
Max 14 13 55,83 78,8
Rata-rata 9,5 8,17 47,38 48,51
Berdasarkan pengamatan rekaman proses tebang, tabel 6 menyebutkan bahwa rata-rata proses tebang menggunakan parang dari mulai gerakan menjangkau, menebang, membersihkan trash, menaruh tebu di tumpukan dan menganggur adalah 47,38 detik/m. Sedangkan penebangan dengan menggunakan tajak membutuhkan waktu 48,51 detik/m (Lampiran 4).
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa waktu total penebangan dengan menggunakan parang 83 jam/ha (jarak guludan 159 cm), sedangkan waktu total penebangan dengan menggunakan tajak 85 jam/ha. Penebangan menggunakan tajak lebih lama 2 jam dibandingkan penebangan dengan menggunakan parang.
4.3.4. Gaya, Usaha, dan Daya Penebangan
adanya perbedaaan berat alat dan luas permukaan potongan, dimana berat tajak lebih berat 0,6 Kg dari berat parang.
Tabel 7. Gaya, usaha dan daya penebangan dengan metode perhitungan luas permukaan hasil potongan tunggul tebu.
Keterangan
Parang Tajak Gaya (N) Usaha
Rata-rata 1,52 7,95 15,65 1,79 10,77 19,43
Pengaruh luas permukaan hasil potongan berpengaruh cukup signifikan, dikarenakan pada pengolahan data, perhitungan gaya didapatkan dari perkalian tahanan potong dengan luas permukaan potongan, sehingga semakin besar luas permukaan potongan maka semakin besar pula gaya yang dibutuhkan. Luas hasil potongan tebangan tebu dengan menggunakan parang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan tajak. Hal ini disebabkan arah potongan yang berbeda pada kedua alat. Arah potongan pada parang cenderung horizontal, sehingga bentuk hasil potongannya mendekati bentuk lingkaran. Sedangkan pada penggunaan tajak, arah potongannya miring ke bawah mengikuti alur serat tebu, sehingga bentuk hasil potongannya berbentuk ellips.
Tabel 8. Gaya, usaha dan daya penebangan dengan metode perhitungan percepatan penebangan.
Keterangan
Rata-rata 1,25 5,59 13,88 1,32 7,13 14,11
potongan tunggul tebu, daya minimum terdapat pada penebangan dengan menggunakan tajak, akan tetapi rata-rata gaya, daya dan usaha pada penebangan tebu menggunakan parang lebih rendah dibandingkan dengan penebangan menggunakan tajak (Lampiran 7 dan 8).
Perbedaan hasil yang didapatkan pada kedua perhitungan gaya dengan menggunakan parameter yang berbeda dikarenakan beberapa hal. Pada perhitungan gaya dengan menggunakan luas permukaan hasil potongan tunggul tebu dipengaruhi oleh tahanan potong (fs), gaya gravitasi, berat alat tebang, luas
permukaan potongan, dan sudut pemotongan. Sedangkan pada perhitungan gaya dengan menggunakan percepatan dipengaruhi oleh berat alat tebang dan percepatan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Penebangan dengan menggunakan parang dalam sekali tebangan membutuhkan waktu 0,49 detik, sedangkan dengan menggunakan tajak 0,53 detik.
b. Total gula yang hilang per Ha dengan menggunakan parang dan tajak adalah 175,35 Kg dan 44,78 Kg. Maka dengan penggunaan tajak sebagai alat tebang tebu, total gula yang hilang per Ha dapat dikurangi sebanyak 130,54 Kg.
c. Proses tebang menggunakan parang dari mulai gerakan menjangkau, menebang, membersihkan trash, menaruh tebu di tumpukan dan menganggur adalah 47,38 detik/m. Sedangkan penebangan dengan menggunakan tajak membutuhkan waktu 48,51 detik/m.
d. Pada metode perhitungan luas permukaan hasil potongan tunggul tebu, gaya untuk menebang satu batang tebu dengan menggunakan parang sebesar 1,52 N, dengan usaha 7,95 Joule dan daya 15,65 Watt. Sedangkan penebangan dengan menggunakan tajak, dibutuhkan rata-rata gaya sebesar 1,79 N, dengan usaha 10,77 Joule dan daya 19,43 Watt.
e. Pada metode perhitungan percepatan penebangan, gaya untuk menebang satu batang tebu dengan menggunakan parang sebesar 1,25 N, dengan usaha 5,59 Joule dan daya 13,88 Watt. Sedangkan penebangan dengan menggunakan tajak, dibutuhkan rata-rata gaya sebesar 1,32 N, dengan usaha 7,13 Joule dan daya 14,11 Watt
5.2. Saran
a. Perlu diberikan insentip kepada penebang tebu yang melakukan penebangan dekat permukaan tanah (mepet tanah) untuk memberikan dorongan dalam penggunaan tajak.
b. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menentukan kualitas pisau dikaitkan dengan berat tajak yang ideal sesuai dengan kemampuan manusia untuk menebang tebu.
DAFTAR PUSTAKA
Daywin FJ, Radja GS, Imam H. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[Deptan]. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia 2006-2008. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan.
Feri. 2008. Pengujian Prototipe Alat Kepras Tebu Tipe Piringan Berputar [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Giancoli DC. 2001. Fisika Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga.
Harsokusoemo HD. 1999. Pengantar Perancangan Teknik. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Humbert RP. 1968. The Growing of Sugar Cane. Amsterdam: Elsevier Publishing Company.
James G. 2004. Sugarcane, Second Edition. Blackwell Science Ltd. USA.
King NJ, Mungomery RW, Hughes CG. 1953. Manual of Cane Growing. Halstead Press. Sidney. 349p.
Krauskopf KB. 1910. The Physical Universe, Ninth Edition. McGraw-Hill Companies, Inc. USA.
Lisyanto. 2007. Evaluasi Parameter Design Piring Pengolah Tanah Diputar untuk Pengepras Tebu Lahan Kering [disertasi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Meriam JL, Kraige LG. 1996. Mekanika Teknik Statika, Volume 1, Edisi Kedua. Mulia T,penerjemah; Sianipar Y,editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Engineering Mechanics, Statics, Volume 1, 2nd Edition.
Meriam JL, Kraige LG. 2004. Engineering Mechanics Statics Fifth Edition SI Version. Singapore: John Willey & Sons, Inc.
Miller, Frankin Jr. 1957. College Physics. Harcourt, Brace & World, Inc. New York.
Notojoewono RAW. 1960. Berkebun Tebu Lengkap. BPU-BPN Gula Inspeksi VI. 504 hal.
Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat [praktek lapang]. Bogor: Fakultas Teknik Pertanian, IPB.
Pramudya B. 1989. Permodelan Sistem pada Perencanaan Mekanisasi dalam Kegiatan Pemanenan Tebu untuk Industri Gula [disertasi]. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, IPB.
Pearson, Harris S, Lambert HW. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Persson S. 1987. Mechanics of Cutting Plant Material. Michigan: American Society of Agricultural Engineers.
Rohman AMH. 2008. Studi Gerak dan Waktu dengan Analisis Biomekanika pada Proses Panen Tebu di PG. Bungamayang, Lampung [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Roni AA. 2001. Uji Performansi dan Perbaikan Penggunaan Golok Sebagai Alat Panen Tebu di PT Sweet Indo Lampung [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Srivastava AK, et al. 2006. Engineering Principles of Agricultural Machines. American Society of Agricultural ad Biological Engineering. USA.
Supriyadi A. 1992. Rendemen Tebu. Kanisius. Yogyakarta.
Sutardjo RM. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta
Ullman DG. 2004. The Mechanical Design Proses, Third Edition. McGraw-Hill Companies, Inc. New York.
Vriadi D. 1998. Analisis Energi Pada Proses Alat-alat Pertanian Sederhana di Industri Pandai Besi Pasubila, Air Tiris, Kabupaten Kampar, Riau [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Wibowo R. 2007. Revitalisasi Komoditas Unggulan Perkebunan Jawa Timur. Perhepi. Jakarta.
Lampiran 1
Gula yang hilang pada penggunaan parang
Ulangan
1 16 6 284 1348,43 80,91 85,46 4,56
2 6 6 294 1395,91 83,75 85,46 1,71
3 8,8 6 291,2 1382,62 82,96 85,46 2,51
4 11 6 289 1372,17 82,33 85,46 3,13
5 9,5 6 290,5 1379,29 82,76 85,46 2,71
6 7 6 293 1391,16 83,47 85,46 1,99
7 11,5 6 288,5 1369,80 82,19 85,46 3,28
8 9 6 291 1381,67 82,90 85,46 2,56
9 8 6 292 1386,42 83,18 85,46 2,28
10 7 6 293 1391,16 83,47 85,46 1,99
11 7,5 6 292,5 1388,79 83,33 85,46 2,14
12 11,5 6 288,5 1369,80 82,19 85,46 3,28
13 9,5 6 290,5 1379,29 82,76 85,46 2,71
14 7,5 6 292,5 1388,79 83,33 85,46 2,14
15 10 6 290 1376,92 82,62 85,46 2,85
16 10 6 290 1376,92 82,62 85,46 2,85
17 13,5 6 286,5 1360,30 81,62 85,46 3,85
18 12 6 288 1367,42 82,05 85,46 3,42
19 8,7 6 291,3 1383,09 82,99 85,46 2,48
20 6,5 6 293,5 1393,54 83,61 85,46 1,85
21 8 6 292 1386,42 83,18 85,46 2,28
22 7 6 293 1391,16 83,47 85,46 1,99
23 8,5 6 291,5 1384,04 83,04 85,46 2,42
24 7 6 293 1391,16 83,47 85,46 1,99
25 9,5 6 290,5 1379,29 82,76 85,46 2,71
26 6,4 6 293,6 1394,01 83,64 85,46 1,82
27 13,3 6 286,7 1361,25 81,68 85,46 3,79
28 9,5 6 290,5 1379,29 82,76 85,46 2,71
29 13 6 287 1362,68 81,76 85,46 3,70
30 6,7 6 293,3 1392,59 83,56 85,46 1,91
31 7,4 6 292,6 1389,26 83,36 85,46 2,11
32 7 6 293 1391,16 83,47 85,46 1,99
33 8 6 292 1386,42 83,18 85,46 2,28
34 8,5 6 291,5 1384,04 83,04 85,46 2,42
35 6,4 6 293,6 1394,01 83,64 85,46 1,82
36 8 6 292 1386,42 83,18 85,46 2,28
38 18 6 282 1338,94 80,34 85,46 5,13
39 13 6 287 1362,68 81,76 85,46 3,70
40 10,5 6 289,5 1374,55 82,47 85,46 2,99
41 19 6 281 1334,19 80,05 85,46 5,41
42 13,5 6 286,5 1360,30 81,62 85,46 3,85
43 9,4 6 290,6 1379,77 82,79 85,46 2,68
44 16 6 284 1348,43 80,91 85,46 4,56
45 12 6 288 1367,42 82,05 85,46 3,42
46 12 6 288 1367,42 82,05 85,46 3,42
47 9 6 291 1381,67 82,90 85,46 2,56
48 13 6 287 1362,68 81,76 85,46 3,70
49 9 6 291 1381,67 82,90 85,46 2,56
50 10 6 290 1376,92 82,62 85,46 2,85
51 8 6 292 1386,42 83,18 85,46 2,28
52 6,5 6 293,5 1393,54 83,61 85,46 1,85
53 6 6 294 1395,91 83,75 85,46 1,71
54 6,4 6 293,6 1394,01 83,64 85,46 1,82
55 6,5 6 293,5 1393,54 83,61 85,46 1,85
56 11,1 6 288,9 1371,70 82,30 85,46 3,16
57 13 6 287 1362,68 81,76 85,46 3,70
58 7,5 6 292,5 1388,79 83,33 85,46 2,14
59 8,5 6 291,5 1384,04 83,04 85,46 2,42
60 6,1 6 293,9 1395,44 83,73 85,46 1,74
61 6 6 294 1395,91 83,75 85,46 1,71
62 11 6 289 1372,17 82,33 85,46 3,13
63 20,5 6 279,5 1327,07 79,62 85,46 5,84
64 12,3 6 287,7 1366,00 81,96 85,46 3,50
65 14 6 286 1357,93 81,48 85,46 3,99
66 8,4 6 291,6 1384,52 83,07 85,46 2,39
67 13 6 287 1362,68 81,76 85,46 3,70
68 12 6 288 1367,42 82,05 85,46 3,42
69 13,9 6 286,1 1358,40 81,50 85,46 3,96
70 10,6 6 289,4 1374,07 82,44 85,46 3,02
71 16,5 6 283,5 1346,06 80,76 85,46 4,70
72 14 6 286 1357,93 81,48 85,46 3,99
73 7,5 6 292,5 1388,79 83,33 85,46 2,14
74 11,7 6 288,3 1368,85 82,13 85,46 3,33
75 7,7 6 292,3 1387,84 83,27 85,46 2,19