• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Perguruan Tinggi Dengan Metode Analytical Hierarchy Process.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Perguruan Tinggi Dengan Metode Analytical Hierarchy Process."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Oleh :

Nama : IMAM GHOZALI

NIM : 98.41010.5009 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan banyaknya jurusan di perguruan tinggi sekarang serta berbagai fasilitas yang ditawarkan seringkali calon mahasiswa kesulitan dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Dengan pertimbangan tersebut maka sebaiknya calon mahasiswa harus memperhatikan beberapa hal, seperti yang ditulis dalam buku “Jurusan Apa Buat Kamu?” karya M. Sinar Dinarga, dkk dijelaskan tentang beberapa alasan dalam memilih perguruan tinggi yaitu perkembangan ilmu, peningkatan jenjang studi, peningkatan jenjang karir/profesi, cita-cita, kebutuhan dunia kerja. Dengan memperhatikan beberapa alasan tersebut maka calon mahasiswa dapat memilih jurusan yang nanti berguna bagi calon mahasiswa ke depan.

Beberapa masalah mengapa calon mahasiswa kesulitan dalam memilih jurusan antara lain kurangnya informasi mengenai jurusan pada perguruan tinggi, kurang dapat menyesuaikan kemampuannya dengan jurusan yang dipilih, belum dapat melihat relevansi pendidikan jurusan dengan kebutuhan kerja akan datang dan adanya tekanan dari orang tua.

Dari beberapa alasan permasalahan di atas apabila digambarkan secara sederhana akan membentuk sebuah hirarki pengambilan keputusan dengan topik permasalahan memilih jurusan pada perguruan tinggi sebagai puncak hirarki. Kriteria dari alasan tersebut yang dapat dijadikan faktor untuk mendukung prioritas penentuan pemilihan jurusan pada perguruan tinggi tersebut. Maka

(3)

yang ditemukan oleh Prof. T.L Saaty yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan pengambilan keputusan pemilihan jurusan di perguruan tinggi yang dapat memberikan beberapa alternatif pilihan jurusan. Karena ada bermacam-macam kriteria yang ada dan juga berbermacam-macam-bermacam-macam alternatif, karena metode

Anaitycal Hierarchy Process ini mempunyai kemampuan untuk memecahkan

masalah yang mempuyai multiobjective dan multicriteria.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat sistem pendukung keputusan dalam memilih jurusan di perguruan tinggi bagi calon mahasiswa.

2. Bagaimana membuat sistem yang dapat memberikan alternatif - alternatif pilihan jurusan dengan beberapa kriteria menggunakan metode Analytical

Hierarchy Process.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dari sistem ini adalah:

(4)

2. Kriteria yang digunakan dalam sistem ini ada lima, yaitu: a. Perkembangan ilmu

b. Peningkatan jenjang studi

c. Peningkatan jenjang karir/profesi d. Kebutuhan dunia kerja

e. Cita – cita

Dimana kriteria-kriteria tersebut menurut M. Dinar Sinarga, dkk (2004) dan sistem ini maksimal sepuluh kriteria.

3. Alternatif pilihan jurusan dibatasi sebanyak tiga alternatif dan maksimal sepuluh alternatif jurusan perguruan tinggi disebabkan setiap penerimaan mahasiswa baru hanya ada tiga pilihan jurusan di perguruan tinggi.

4. Sistem ini tidak termasuk proses skoring pembuatan model tes psikologis dan pembuatan norma dari semua tes psikologis dalam hal ini dilakukan oleh pakar psikologis.

5. Sistem ini di tujukan untuk peserta calon mahasiswa yang mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) perguruan tinggi negeri.

1.4 Tujuan

(5)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini disusun sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah dan penjelasan permasalahan secara umum, perumusan masalah serta batasan masalah yang dibuat, tujuan dari pembuatan tugas akhir ini dan sistematika penulisan buku ini. BAB II LANDASAN TEORI

Menjelaskan secara singkat teori-teori yang berhubungan dan mendukung dalam pembuatan tugas akhir ini.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Menguraikan tentang perancangan Metodologi Penelitian, Analisis Sistem, Data Flow Diagram (DFD), Entity Relationship serta struktur

database yang digunakan dalam pembuatan sistem ini.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Membahas mengenai implementasi dari aplikasi yang dibuat secara keseluruhan dan memberikan penjelasan dari rancangan input dan output. Melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat untuk mengetahui apakah aplikasi tersebut telah dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan.

BAB V PENUTUP

(6)

5

2.1 Lembaga Pendidikan Tinggi

Lembaga pendidikan tinggi menyediakan sumber daya, sarana dan

prasarana untuk merangsang terjadinya interaksi antar warga civitas akademica.

Di Indonesia lembaga pendidikan seperti Akademi, Sekolah Tinggi dan

Universitas disebut dengan Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi itu sendiri berarti

lembaga ilmiah terdiri dari masyarakat ilmiah yang bertanggung jawab dan

berkewajiban untuk melaksanakan peranan atau fungsi guna mencapai tujuan

pendidikan, secara bersama saling menunjang dalam kerangka pelaksanaan proses

pendidikan yang efektif. Pendidikan tinggi membekali mahasiswa dengan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan kematangan emosi. Jurusan dalam

perguruan tinggi adalah suatu bidang ilmu yang menjurus pada arah spesialisi dari

suatu program pendidikan (Taliziduhu Ndraha,1998).

2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi

Data merupakan bentuk yang masih mentah yang belum dapat diolah

menjadi suatu informasi. Sedang Informasi adalah data yang telah berubah

menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi penggunanya.

Sistem Informasi adalah sekumpulan prosedur yang telah diubah

sehingga apabila dijalankan dapat menyediakan informasi yang mempuyai

(7)

Kualitas sistem informasi tergantung tiga hal yaitu:

1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan dan tidak menyesatkan

serta harus jelas mencerminkan maksud informasi.

2. Tepat Waktu, berarti informasi yang masuk pada penerima tidak boleh

terlambat, karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan

keputusan, jika informasi diperoleh terlambat maka pengguna tidak dapat

mengambil keputusan dengan tepat dan cepat.

3. Relevan, berarti yang bermanfaat bagi pemakai harus sesuai untuk tiap-tiap

orang yang berbeda-beda.

Nilai informasi diketahui dari dua hal yaitu manfaat dan biaya, suatu informasi

dikatakan bernilai apabila manfaatnya lebih berguna dari pada biaya mendapatkan

informasi tersebut(Dadan Umar Dhaini, 2001).

2.3 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sarana atau alat bantu

untuk mendukung suatu bentuk keputusan, untuk membantu manusia khususnya

para pengambil keputusan. Setiap keputusan itu bertolak dari beberapa

kemungkinan atau alternatif yang dipilih. Setiap alternatif merupakan konsekuensi

yang berbeda-beda, pilihan yang diambil dari alternatif-alternatif itu harus dapat

memberikan kepuasan karena kepuasan merupakan salah satu aspek paling

penting dalam keputusan.

2.4 Analisis Tes Psikologis

Tes psikologis adalah suatu tes yang dapat memberikan data untuk

(8)

(self-understanding), penilaian diri (self-evolution), dan penerimaan diri

(self-acceptance). Juga hasil pengukuran psikologis dapat digunakan calon mahasiswa

untuk meningkatkan potensi dirinya secara optimal dan mengembangkan

eksplorasi dalam beberapa bidang tertentu. Di samping itu pengukuran psikologis

berfungsi dalam memprediksi, memperkuat dan meyakinkan para calon

mahasiswa dalam pemilihan jurusan. Dalam menyajikan fungsi-fungsi hasil

pengukuran psikologis, tes psikologis dapat digunakan sebagai alat prediksi, suatu

bantuan diagnosis, suatu alat pemantau (Monitoring), dan sebagai instrument

evaluasi (Dewa Ketut Sukardi, 2003).

Berdasarkan keputusan yang akan diambil dalam pengukuran

psikologis, maka tes psikologis mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Seleksi

Yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih, misalnya

bimbingan tes masuk perguruan tinggi atau tes seleksi suatu jenis jabatan

tertentu. Berdasarkan hasil tes psikologis yang dilakukan maka jurusan apa

saja yang sesuai dengan karakter dan kemampuan kita.

2. Fungsi Klasifikasi

Yaitu mengelompokkan individu-individu dalam kelompok sejenis, misalnya

mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah yang sejenis, sehingga

dapat diberikan bantuan yang sesuai dengan masalahnya atau

mengelompokkan siswa ke dalam program khusus tertentu.

3. Fungsi Deskripsi

Yaitu hasil tes psikologis yang telah dilakukan tanpa klasisfikasi tertentu,

(9)

4. Fungsi Evaluasi

Yaitu untuk mengetahui suatu tindakan yang telah dilakukan terhadap

seseorang atau sekelompok individu telah dicapai atau belum, atau seberapa

hasil yang ditimbulkan oleh suatu tindakan tertentu terhadap seseorang atau

sekelompok orang.

5. Menguji Hipotesis

Yaitu untuk mengetahui apakah hipotesis yang dikemukakan itu benar atau

salah, misalnya seorang peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut: ”

makin terang lampu yang digunakan untuk belajar makin baik prestasi belajar

yang akan dicapai”. Untuk menguji betul atau salah hipotesis yang

dikemukakan itu dapat dilakukan suatu eksperimen. Dan akhir eksperimen

dilakukan tes.

Tujuan pengukuran psikologis dalam bimbingan tes calon mahasiswa adalah

sebagai berikut:

1. Agar calon mahasiswa mampu mengenal aspek-aspek diriya seperti

kemampuan, potensi, bakat, minat, kepribadian, sikap dan sebagainya.

2. Dengan mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan calon mahasiswa dapat

menerima keadaan dirinya secara lebih objektif.

3. Membantu calon mahasiswa untuk mampu mengemukakan berbagai aspek

dalam dirinya

4. Membantu calon mahasiswa untuk dapat mengelola informasi dalam dirinya.

5. Membantu calon mahasiswa agar dapat menggunakan informasi dirinya

(10)

2.5 Intelligen Struktur Tes

Intelligen Struktur Tes atau IST adalah tes intelegensi yang dikembangkan

oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt Jerman pada tahun1953. Intellegency

merupakan terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan secara terstruktur

dan dipercaya bahwa struktur intelligensi tertentu menggambarkan pola bekerja

yang tertentu yang akan cocok dengan tuntutan pekerjaan/profesi tertentu pula.

Tes ini dikonstruksikan untuk usia 14 tahun sampai dengan 60 tahun setelah

melalui uji coba ± 4000 orang. Di Indonesia telah dikembangkan, pada awalnya

hanya digunakan oleh psikologi Angkatan Darat ( Astrid Wiratna, 1993).

Faktor-faktor subtes atau component dan interpretasi dalam tes psikologis

penjurusan perguruan tinggi seperti yang terlihat dalam tabel 2.1

Table 2.1 Subtes dan Interpretasi Tes Psikologis

No Kode Subtes Interpretasi

1 SE SATZERGANZUNG

( Sentence Completion )

Daya Pikir Kongkret – Praktis 1. Dapat membuat penilaian 2. Common Sense

3. Menekankan pada hal-hal kongkret praktis

4. Mampu berhadapan dengan realitas

2 WA WORTAUSWAHL

(Word Choice)

Daya Pikir Induktif Verbal

1.Dapat menangkap pengertian isi dari sesuatu yang berbentuk bahasa

2.Rasa Bahasa

3.Kemampuan menghubungkan

4.Ada unsur Reseptif

3 GE GEMEINSAMKEITEN

(Similarity)

Daya Abstraksi

1.Mampu membangun gagasan

2.Berfikir logis melalui bahasa

4 AN ANALOGEN

(Analogy)

Daya Pikir Analogi

1.Kemampuan mengkombinasi

2.Kelincahan dan fleksibilitas dalam berfikir

3.Kemampuan melawan keputusan

(11)

No Kode Subtes Interpretasi

5 RA RECHNENAUFGABEN

(Arithmetic)

Daya Pikir Praktis Bilangan 1.Berfikir praktis aritmatis 2.Berfikir logis matematis 3.Penalaran

6 ZR ZAHLENREIHEN

(Number Arrangement)

Daya Pikir Induktif Bilangan 1.Berpikir teoritis dengan bilangan 2.Kelincahan dan Flexibilitas

berpikir

7 FA FIGURENAUSWAHL

(Figure Choice)

Daya Bayang

1.Kemampuan membayangkan

2.Kaya akan bayangan

3.Mampu benar-benar melihat

8 WU WURFELAUFGABEN

(Cubes Task)

Daya Bayang Ruang 1.Ada Kemampuan analitis

2.Tidak tergantung pada pendidikan konvensional

9 ME MERKAUFGABEN

(Memorizing)

Daya Ingat

1.Kemampuan menghafalkan

2.Kemampuan mengingat yang telah dipelajari

3.Kemampuan mengingat sesuatu dalam jangka waktu lama 4.Ingatan

10 JML Jumlah Nilai Kecerdasan Tingkatan Kecerdasan / IQ

2.6 Analytical Hierarchy Process

The Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu bentuk model

pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi beberapa

kekurangan dari model-model yang lain. Peralatan utama dari model ini adalah

sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan

hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah kedalam

kelompok-kelompok dan kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi

suatu bentuk hirarki.

Perbedaan mencolok antara model AHP dengan model pengambilan

(12)

umumnya memakai input yang kuantitatif atau berasal dari data sekunder.

Otomatis, model tersebut hanya dapat mengolah hal-hal kuantitatif pula. Model

AHP memakai persepsi manusia yang dianggap “Expert” sebagai input utamanya.

Kriteria di sini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah genius, pintar,

bergelar doktor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti

benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya

kepentingan terhadap masalah tersebut. Karena merupakan input yang kualitatif

atau persepsi manusia maka model ini dapat mengolah juga hal-hal kualitatif

disamping hal-hal yang kuantitatif. Pengukuran hal-hal kualitatif, seperti

dijelaskan di atas, menjadi hal-hal yang sangat penting mengingat makin

kompleksnya permasalahan di dunia dan tingkat ketidakpastian yang makin

tinggi. Apabila hal-hal tersebut diabaikan maka ada kemungkinan terjadi

kesalahan sehingga menjadi kerugian. Jadi bisa dikatakan bahwa model AHP

adalah suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif, memperhitungkan

hal-hal kuantitatif dan kualitatif sekaligus (Bambang Permadi S. SE).

Kemampuan AHP adalah memecahkan masalah yang “multiobjective”

dan “multicriteria”. Hal ini disebabkan karena fleksibilitasnya yang tinggi

terutama dalam pembuatan hirarkinya. Sifat fleksibel tersebut membuat model

AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria sekaligus dalam

sebuah model atau sebuah hirarki.

2.6.1 Dasar -dasar Analtycal Hierarchy Process

Model AHP pendekatannya hampir identik dengan model perilaku

politis, yaitu merupakan model keputusan dengan menggunakan pendekatan

(13)

Ada kalanya timbul masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu

diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak mungkin dapat

dicatat secara numerik, hanya secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu

berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup

kemungkinan, bahwa model pendukung keputusan lainnya ikut di pertimbangkan

pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP.

Adapun model umum dari AHP adalah sebagai berikut:

Jenjang 1: Goal / Tujuan,

Merupakan tujuan akhir dari permasalahan yang ada yaitu menentukan

pilihan jurusan yang terbaik untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi.

Jenjang 2: Kriteria,

Merupakan beberapa unsur atau pertimbangan yang mempengaruhi

dalam menentukan pilihan jurusan perguruan tinggi untuk selanjutnya diperiksa

konsistensinya sehingga menghasilkan nilai terbaik di antara beberapa kriteria

yang ada.

Jenjang 3: Alternatif,

Merupakan beberapa pertimbangan tiap-tiap jurusan yang ada untuk

diolah melalui perhitungan matriks dengan tidak mengabaikan nilai kriteria untuk

menghasilkan hasil rangking pilihan jurusan yang tepat yang digunakan oleh

calon mahasiswa sebagai acuan dalam menentukan jurusan.

Prinsip-prinsip dalam menyelesaikan persoalan dengan Analytical

Hierarchy Process yaitu:

Decomposition, berarti memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya.

(14)

terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lagi, sehingga

didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses

analisa ini di namakan hirarki .

Comparative judgement, Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang

kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya

dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena

penilaian akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari

penilaian ini sebaiknya disajikan dalam bentuk matriks yang disebut pairwise

comparison. Agar diperoleh skala prioritas yang bermanfaat ketika

membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban harus

memiliki pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang di bandingkan dan

relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari.

Synthesis of priority. Dari setiap matriks pairwise comparison, didapatkan

localpriority. Sedangkan untuk mendapatkan global priority harus dilakukan

sintesa diantara localpriority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut

bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui

prosedur sintesa dinamakan priority setting.

Logical constistency. Konsistensi memiliki dua makna, yaitu: Pertama adalah

bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman

dan relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan ke dalam

himpunan yang seragam jika kriterianya adalah bulat. Kedua adalah tingkat

(15)

2.6.2 Aksioma -aksiomaAnalitycal Hierarchy Process

Aksioma adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah kebenarannya atau pasti

terjadi. Ada empat buah aksioma yang harus diperhatikan oleh pemakai model

AHP dan pelanggaran dari setiap aksioma berakibat tidak validnya model yang

dipakai (Bambang Permadi S, SE, 1992). Keempat aksioma tersebut adalah:

Aksioma 1:

Resiprocal Comparison, artinya si pengambil keputusan harus bisa

membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu

sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari

B dengan skala x, maka B lebih di sukai dari A dengan skala 1/x.

Aksioma 2:

Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam

skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan

satu sama lain.

Aksioma 3:

Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan

bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada

melainkan oleh obyektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola

ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah ke atas.

Artinya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi

atau bergantung oleh elemen-elemen level di atasnya.

Aksioma 4:

Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki

(16)

keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan objektif yang tersedia atau

diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

2.6.3 Langkah pembentukan model Analitycal Hierarchy Process

Secara garis besar, aplikasi dari model AHP dilakukan dalam dua tahap

yaitu: Penyusunan Hirarki dan Evaluasi Hirarki. Penyusunan hirarki merupakan

bagian terpenting karena dari sinilah validitas dan keampuhan model dapat di uji.

Proses penyusunan hirarki secara praktis adalah sebagai berikut (Thomas L.

Saaty, 1986):

1. Medefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling

bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan dan kriteria

yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan penilaian dari

pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen di

bandingkan dengan elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh penilaian sebanyak

x [(n-1)/2] buah, dengan n banyaknya elemen yang dibandingkan.

5. Menghitug nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka

pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

(17)

penilaian dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki

terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilai lebih dari 10 % maka penilaian data

harus diperbaiki.

2.6.4 Skala prioritas

Skala prioritas menyatakan ukuran perbandingan diantara alternatif yang

menyatakan preferensi (Thomas L. Saaty, 1986), seperti yang terlihat di tabel 2.2.

Tabel 2.2. Skala Prioritas

Skala Prioritas

9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding yang lain 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lain 5 Elemen yang satu sangat penting dibanding yang lain 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding yang lain

1 Kedua elemen sama penting

2,4,6,8 Skala di antara nilai-nilai tersebut Resiprokal Nilai kebalikan dari preferensi

Adanya suatu standar atau batasan tertentu dalam skala prioritas

didasarkan beberapa alasan sebagai berikut:

1. Perbedaan hal-hal yang kualitatif akan mempunyai arti dan dapat dijamin

kekuatannya apabila dibandingkan dalam besaran yang sama dan jelas.

Sebagai contoh, kita tidak akan dapat membandingkan dua hal apabila kita

melihat hal yang satu dari sisi suka sedangkan hal lainnya dari sisi penting.

Harus ada suatu standar bagaimana seseorang menyatakan persepsinya akan

(18)

2. Secara umum seorang dapat menyatakan perbedaan hal-hal kualitatif dalam

lima istilah yaitu sama, lemah, kuat, sangat kuat dan absolut. Kita dapat

membuat kompromi dengan istilah-istilah terdekat apabila kita membutuhkan

penilaian yang lebih detil dan akurat. Dengan berdasarkan pada kelima istilah

tersebut dan kompromi diantara istilah-istilah tersebut maka secara

keseluruhan dibutuhkan sembilan nilai yang berurutan untuk menyatakan

persepsi manusia secara jelas dan tepat.

2.6.5 Penghitungan bobot elemen

Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan

menggunakan suatu matriks. Misalkan dalam suatu sub sistem terdapat n elemen

operasi, yaitu elemen-elemen operasi A1, A2, A3, ..., An, maka hasil perbandingan

secara berpasangan elemen-elemen operasi tersebut membentuk matriks

perbandingan (Bambang Permadi S, SE, 1992), seperti yang terlihat pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1. Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks An x n merupakan matriks resiprocal dan di asumsikan terdapat

n elemen yaitu w1, w2, ..., wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai

perbandingan secara berpasangan antara (wi , wj) dapat direpresentasikan seperti

yang terlihat pada fungsi 1:

A1 A2 ….. An

A1 a11 a12 ….. a1n

A2 a21 a22 ….. a2n

. . . . . An an1 an2 ….. ann

= a(i,j) ; i, j = 1, 2, 3 …., n. ……….1

W1

(19)

Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu

elemen operasi terhadap elemen lainnya untuk tingkat hirarki yang sama. Bila

vektor pembobotan elemen-elemen operasi adalah A1, A2, A3, ..., An, tersebut

dinyatakan dengan vektor W, dengan W = (W1, W2, W3, ..., Wn), maka nilai

intensitas kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan A2 dapat pula dinyatakan

sebagai perbandingan bobot elemen operasi A1 terhadap A2 yakni W1 / W2 yang

sama dengan a12 (Bambang Permadi S. SE, 1992), sehingga matriks perbandingannya dapat dinyatakan sebagai berikut seperti yang terlihat pada

gambar 2.2.

Gambar 2.2. Matriks Preferensi

Nilai-nilai wi/wj , dengan i,j = 1, 2, ..., n, diteliti dari partisipan yaitu

orang-orang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis. Bila matriks

ini dikalikan dengan vektor kolom W = (W1, W2, W3, ..., Wn), maka akan di

peroleh hubungan:

AW = nW

Ternyata perkalian matriks A dengan vektor W tersebut menghasilkan

suatu vektor baru dengan arah yang sama persis dengan vektor W hanya besarnya

A1 A2 ….. An

A1 W1/W1 W1/W2 ….. W1/Wn

A2 W2/W1 W2/W2 ….. W2/Wn

. . . . .

(20)

saja yang berbeda, sehingga vektor baru tersebut bisa dinyatakan dalam bentuk W.

Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W.

2.6.6 Konsistensi

Pengukuran konsistensi dalam AHP di akukan dalam dua tahap, yaitu

mengukur konsistensi setiap matriks perbandingan dan mengukur konsistensi

keseluruhan hirarki.

Konsistensi adalah jenis pengukuran yang tak dapat terjadi begitu saja

atau mempunyai syarat tertentu. Suatu matriks, misalnya dengan tiga unsur (i, j

dan k) dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, akan konsisten 100%

apabila memenuhi syarat sebagai berikut (Bambang Permadi S. SE, 1992):

aij. ajk=aik ... 2

Dengan syarat rumus 2 maka matriks A dapat dinyatakan konsisten karena telah

memenuhi kaidah rumus 2 yaitu:

ij

a . ajk= aik --- 4 . ½ = 2

ik

a . akj= aij --- 2 . 2 = 4

jk

a . aki= aji --- ½. ½ = ¼

Dengan demikian maka matriks A tersebut di katakan konsistensi 100 %

atau tingkat inkonsistensinya 0 %.

Pengukuran konsistensi keseluruhan hirarki dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus 3 dari rasio konsistensi / inkonsistensi: i j k

i A = j k

(21)

CR = CI/RI ... 3

CI = (maks-n) / (n-1)

Dimana: CI = Consistency Indeks

RI = Random Indeks

CR = Consistency Rasio

Dengan nilai RI seperti yang terlihat ditabel 2.3.

Tabel 2.3. Nilai Random Indeks

N 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Bila CI/RI < = 0,1 maka hasil preferensi cukup baik sedangkan untuk CI/RI > 0,1

berarti terdapat inkonsistensi berarti hasil AHP tidak valid, harus ada revisi

penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada

suatu kesalahan (Bambang Permadi S. SE, 1992).

Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak

ada yang baku, hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman, tingkat

inkonsistensi sebesar 10 % ke bawah adalah tingkat inkonsistensi yang masih bisa

diterima

2.7 Analisis dan Perancangan Sistem

Sebelum menyelesaikan suatu permasalahan yang telah dirumuskan

dalam rumusan permasalahan maka terlebih dahulu dilakukan suatu analisis

terhadap permasalahan tersebut, dicari bagaimana cara solusi pemecahannya dan

dibuatlah suatu perancangan sistem yang nantinya dapat membantu dalam proses

(22)

2.7.1 Data flow diagram

Data flow diagram atau yang untuk selanjutnya disebut DFD, adalah

sebuah alat dokumentasi grafis yang menggunakan beberapa simbol untuk

menggambarkan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang terhubung

(Kendall, Kenneth E. Julie E, 2003).

Untuk memahami suatu DFD maka akan dijelaskan sebagai berikut:

1. External Entity atau Boundary

Notasi / Simbol :

Gambar 2.3. External Entity

Simbol ini menunjukan kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat

berupa orang, organisasi, atau sistem lain yang berada di lingkungan luarnya

yang akan memberikan pengaruh berupa input atau menerima output dari

sistem

2. Data Flow / Aliran Data

Notasi / Simbol :

Gambar 2.4. Aliran Data

Aliran data yang masuk atau keluar dari sistem. Aliran data digambarkan

dengan tanda panah dan garis yang diberi nama dari aliran data tersebut.

3. Process

Notasi / Simbol :

(23)

Dalam simbol tersebut akan dituliskan proses yang akan dikerjakan oleh

sistem dari transformasi aliran data yang masuk menjadi aliran data yang

keluar. Suatu proses mempunyai satu atau lebih input data yang menghasilkan

satu atau lebih output data.

4. Data Store

Notasi / Simbol :

Gambar 2.6. Data Store

Data store merupakan simpanan dari data yang dapat berupa file atau

database di sistem komputer, arsip atau catatan manual, suatu agenda atau

buku. Digunakan untuk menyimpan data sebelum dan sesudah proses lebih

lanjut.

2.7.2 Entity relationship diagram

Entity relationship diagram yang untuk selanjutnya disebut ERD, adalah

suatu pemodelan file-file yang membentuk basis data. Pada model data rasional,

hubungan antara file direlasikan dengan kunci relasi yang merupakan kunci utama

tiap file. Relasi antar file dikategorikan menjadi tiga macam yaitu:

1. One to one (1 : 1) relationship

Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah satu berbanding satu.

2. One to many (1 : N) relationship

Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah satu berbanding

(24)

3. Many to many (M : N) relationship

Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah banyak berbanding

banyak.

Struktur logika secara keseluruhan dari sebuah basis data / database

dapat dinyatakan secara grafis yang terdiri dari komponen-komponen sebagai

berikut:

1. Persegi panjang yang melambangkan himpunan entity

Gambar 2.7. Himpunan Entity

2. Elips yang melambangkan atribut atau field atau column.

Gambar 2.8. Atribut

3. Belah ketupat yang menghubungkan atribut-atribut pada himpunan

entity-entity dan himpunan entity pada himpunan hubungan.

Gambar 2.9. Hubungan Atribut

4. Garis yang menghubungkan atribut-atribut pada himpunan entity dan

himpunan entity pada himpunan hubungan.

(25)

2.7.3 Database

Data base merupakan tempat penyimpanan informasi kedalam komputer

yang berupa tabel-tabel yang saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya.

Di setiap tabel, terdapat fields-fields untuk menentukan tipe data seperti string,

date/time, character, numeric, boolean dan panjang dari masing-masing fields. Di

dalam database terdapat istilah record yaitu merupakan kelompok dari beberapa

field yang ada pada table .

Data base atau kumpulan table yang mempunyai kaitan satu dengan

yang lainnya sehingga membentuk satu bangunan data dan membentuk suatu

informasi dalam batasan tertentu. Untuk menunjukkan hubungan antara table

(26)

25

3.1. Uraian Permasalahan

Teknik yang digunakan dalam analisis permasalahan adalah teknik

deskriptif, artinya data yang diperoleh dari penelitian langsung di lembaga

bimbingan belajar dan lembaga bimbingan konseling psikologis, dianalisa dan disusun kemudian dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan sehingga diperoleh solusi alternatif terdiri dari beberapa rangking jurusan yang sesuai dengan hasil tes psikologis dan proses AHP untuk dijadikan sebagai acuan atau pertimbangan dalam menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi bagi calon mahasiswa.

Masalah yang berhasil diidentifikasi di lembaga bimbingan belajar Sony Sugema College Surabaya dan lembaga bimbingan konseling Pesona_Integra Surabaya saat dilakukan survey lapangan adalah masih banyak keraguan yang

dilakukan oleh calon mahasiswa dalam menentukan prioritas pilihan suatu jurusan yang ada kaitannya dengan perkembangan ilmu, kebutuhan dunia kerja, peningkatan jenjang studi, peningkatan jenjang karir/profesi dan cita-cita walaupun telah dibantu dengan seleksi penjurusan berdasarkan minat dan bakat yang dilakukan tes psikologis terhadap masing-masing calon mahsiswa

3.2.Analisis Permasalahan

(27)

melanjutkan ke perguruan tinggi dan jumlah permintaan konseling minat dan bakat oleh beberapa sekolah seperti SMU Nurul Fikri Suarabaya dan SMU Nurul Fikri Malang kepada lembaga bimbingan konseling Persona_Integra.

Setelah dilakukan analisis psikologis dengan melakukan tes psikologis yang terdiri dari beberapa aspek yaitu Daya Pikir Kongkret-Praktis, Daya Pikir

Induktif Verbal, Daya Pikir Analogi, Daya Pikir Abstraki, Daya Pikir Bilangan,

Daya Pikir Induktif Bilangan, Daya Bayang Konstruktif, Daya Abstraksi Ruang, Daya Ingat dan Jumlah Nilai Kecerdasan maka akan diketahui hasil rangking jurusan berdasarkan tes psikologis sesuai minat dan bakat.

Berdasarkan analisis tes psikologis untuk meningkatkan keyakinan calon mahasiswa terhadap plilihan jurusan masih bersifat internal karena menyangkut kualitas diri masing-masing calon mahasiswa dan untuk aspek eksternal dilakukan analisis non psikologis yaitu dengan mengabungkan analisis psikologis dengan salah satu model pengambilan keputusan Analytical Hierarchy Process atau

disingkat AHP. Karena AHP juga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-alternatif dan multi-creteria yang berdasar pada nilai presepsi

manusia. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang sesuai dengan permasalahan pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

3.3. Perancangan Sistem

(28)

Dalam perancangan sistem ini ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Adapun tahapan-tahapan dalam perancangan sistem yang dilakukan adalah pembuatan data flow diagram, entity relationship diagram, struktur

database dan rancangan input output dari aplikasi yang akan dibuat.

3.3.1Diagram Alir

Diagram alir dalah representasi grafik dari sistem informasi,

proses-proses, aliran-aliran data logis, masukan-masukan dan keluaran-keluaran, file-file,

aliran data fisik dan kegiatan-kegiatan operasi yang berhubungan dengan sistem informasi tersebut. Diagram alir ini berisi kegiatan-kegiatan komputer, menampilkan kegiatan-kegiatan logis, menampilkan kegiatan fisik dari siapa, apa, bagaimana dan di mana proses-proses informasi dan proses-proses operasi terjadi. Diagram alirdari proses AHP dari sistem ini seperti yang terlihat di gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram AlirPemilihan Jurusan dengan

(29)

3.3.2Data flow diagram

Langkah selanjutnya adalah pembuatan Data Flow Diagram level 0 atau

juga yang disebut Context Diagram menggambarkan komponen-komponen dari

sebuah sistem, aliran-aliran data di antara tiap komponen tersebut, asal, tujuan dan penyimpanan dari data tersebut. Untuk menggambarkan arus data dalam sistem secara lebih jelas, terinci dan terstruktur, seperti yang terlihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Context Diagram Sistem Pemilihan Jurusan dengan

Metode Analytical Hierarchy Process.

Pada gambar 3.2. menggambarkan alur sistem secara global, ada dua entity yang

berhubungan dengan sistem tersebut adalah Administrasi dan Calon mahasiswa. Administrasi untuk masuk dalam sistem harus melakukan login dengan

(30)
[image:30.612.102.512.73.514.2]

Gambar 3.3. DFD Level 1 Sistem Pemilihan Jurusan dengan

Metode Analytical Hierarchy Process.

Pada gambar 3.3. menggambarkan aliran data yang terdiri dari empat proses, yaitu:

1. Proes Verifikasi User

Proses ini mengambarkan autentifikasi user untuk menyeleksi user sebagai

Administrasi atau sebagai penguna dengan cara memasukan user name dan

(31)

2. Proses Pengolahan Data

Proses ini menggambarkan proses maintenance untuk semua file master yang

terdiri dari proses simpan, koreksi dan hapus 3. Proses Psikologis

Proses ini menggambarkan proses pembandingan antara nilai psikologis yang diperoleh oleh calon Mahasiswa dengan standar nilai psikologis untuk tiap-tiap jurusan, untuk merangking jurusan hasil seleksi psikologis yang nantinya dijadikan alternatif di dalam proses AHP.

4. Proses AHP

(32)
[image:32.612.101.509.79.510.2]

Gambar 3.4. DFD Level 2 Pengolahan Data

Gambar 3.4. ini menggambarkan proses maintenance yang terdiri dari proses

Simpan. Koreksi, dan Hapus untuk file master Calon Mhs, Perguruan Tinggi,

(33)
[image:33.612.103.508.78.492.2]

Gambar 3.5. DFD Level 2 Proses Psikologis.

Pada gambar 3.5. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses membandingkan nilai psikologis

Proses ini membandingkan nilai psikologis calon Mhs dengan nilai standar psikologis jurusan dengan aturan jika Nilai Psikologis Calon Mahasiswa sama dengan atau lebih dari nilai standar psikologis jurusan akan berinlai satu kemudian dijumlah dan dibagi dengan 12 dan dikalikan 100 %.

2. Proses View Rangking Jurusan

Proses ini menampilkan urutan rangking jurusan hasil seleksi psikologis berdasarkan prosentase yang diperoleh dengan prosentase yang besar

(34)

3. Proses View Rangking Perguruan tinggi

Proses ini menampilkan rangking Perguruan tinggi berdasarkan nilai passing

grade mulai urutan grade yang rendah sampai yang tertinggi, perguruan tinggi

akan tampil jika jurusan tersebut diselenggarakan di perguruan tinggi tersebut. 4. Proses Simpan Alternatif

Proses ini untuk menyimpan hasil rangking jurusan setelah dilakukan proses seleksi psikologis ke dalam data base alternatif yang akan di pergunakan

[image:34.612.98.511.287.621.2]

dalam proses selanjutnya yaitu proses AHP

(35)

Pada gambar 3.6. ini terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Menentukan Alternatif dan Kriteria

Proses ini digunakan dalam proses AHP yaitu memilih Kriteria dan Alternatif sesuai dengan keinginan pemakai yang digunakan dalam proses AHP.

2. Proses Perbandingan Data Kriteria

Proses ini untuk menentukan nilai presepsi masing-masing kriteria untuk dicari bobot prioritas kriteria.

3. Proses Perbadingan Data Alternatif

Proses ini untuk memasukan nilai presepsi masing-masing alternatif terhadap kriteria sehingga dapat dicari bobot prioritas tiap-tiap alternatif.

4. Proses Perhitungan Prioritas Global

[image:35.612.101.509.238.662.2]

Proses ini untuk proses perhitungan perkalian matrik antara bobot prioritas kriteria dengan bobot masing-masing alternatif untuk mendapatkan bobot prioritas global.

(36)

Pada gambar 3.7. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data calon mahasiswa di data base Caloan_Mhs

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data calon mahasiswa jika terjadi perubahan atau kekeliruan data calon mahasiswa kemudian di simpan di data base

Caloan_Mhs 3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data calon mahasiswa dari data base Caloan_Mhs

4. Proses Cetak Laporan

[image:36.612.97.512.271.612.2]

Proses ini untuk mencetak laporan data calon mahasiswa

(37)

Pada gambar 3.8. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data perguruan tinggi di data base

Perguruan_Tinggi 2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data perguruan tinggi jika terjadi perubahan atau kekeliruan data perguruan tinggi kemudian di simpan di data base

Perguruan_Tinggi 3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data perguruan tinggi dari data base

Perguruan_Tinggi 4. Proses Cetak Laporan

[image:37.612.99.509.276.641.2]

Proses ini untuk mencetak laporan data perguruan tinggi

(38)

Pada gambar 3.9. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data Jurusan ke dalam data base Jurusan

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Jurusan jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Jurusan kemudian di simpan dalam data base Jurusan

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Jurusan dari data base Jurusan

4. Proses Cetak Laporan

[image:38.612.97.512.277.579.2]

Proses ini untuk mencetak laporan data Jurusan

Gambar 3.10. DFD Level 3 Pengolahan Data Kriteria.

Pada gambar 3.10. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

(39)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Kriteria jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Kriteria kemudian di simpan dalam data base Kriteria

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Kriteria dari data base Kriteria

4. Proses Cetak Laporan

[image:39.612.101.515.273.500.2]

Proses ini untuk mencetak laporan data Kriteria

Gambar 3.11. DFD Level 3 Pengolahan Data

Nilai Psikologis Jurusan. Pada gambar 3.11. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data Nilai Psikologis Jurusan dalam data base

(40)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Kriteria jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Kriteria kemudian disimpan dalam data base Kriteria

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Kriteria dari data base Kriteria

4. Proses Cetak Laporan

[image:40.612.103.514.288.499.2]

Proses ini untuk mencetak laporan data Kriteria

Gambar 3.12. DFD Level 3 Pengolahan Data Nilai

Psikologis Calon Mahasiswa. Pada gambar 3.12. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

Proses ini untuk menyimpan data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa dalam

(41)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa kemudian di simpan dalam data base Nilai_Mhs

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa dari data

base Nilai_Mhs

4. Proses Cetak Laporan

[image:41.612.101.511.294.569.2]

Proses ini untuk mencetak laporan data Nilai Psikologis Calon Mahasiswa

Gambar 3.13. DFD Level 3 Pengolahan Data User.

Pada gambar 3.13. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

(42)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data User jika terjadi perubahan atau kekeliruan

data User kemudian di simpan dalam data baseUser

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data User dari data baseUser

4. Proses Cetak Laporan

[image:42.612.104.513.285.507.2]

Proses ini untuk mencetak laporan data User

Gambar 3.14.DFD Level 3 Pengolahan

Data Grade Jurusan. Pada gambar 3.14. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Simpan

(43)

2. Proses Koreksi

Proses ini untuk mengkoreksi data Grade Jurusan masing-masing perguruan tinggi jika terjadi perubahan atau kekeliruan data Standar_jurusan kemudian di simpan di data base Standar_jurusan

3. Proses Hapus

Proses ini untuk menghapus data Grade Jurusan masing-masing perguruan tinggi dari data base Standar_jurusan

4. Proses Cetak Laporan

Proses ini untuk mencetak laporan data Grade Jurusan masing-masing perguruan tinggi

Gambar 3.15. DFD Level 3 Proses Penentuan

(44)

Pada gambar 3.15. terdapat tiga proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Penentuan Presepsi Kriteria

Proses ini untuk menentukan Kriteria atau memilih kriteria yang akan digunakan oleh pemakai dalam proses AHP.

2. Proses Penentuan Presepsi Alternatif

Proses ini untuk memilih beberapa alternatif jurusan yang telah dihasilkan oleh proses seleksi psikologis untuk digunakan dalam proses AHP berikutnya. 3. Proses View Hirarki

Proses ini untuk menampilkan bentuk hirarki dari kriteria dan alternatif setelah dilakukan pemilihan beberapa kriteria dan alternatif

(45)

Pada gambar 3.16. terdapat enam proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Preferensi Matrik

Proses ini untuk membentuk preferensi matrik setelah ada inputan nilai presepsi dan di simpan dalam sebuah array.

2. Proses Normalisasi Matrik

Proses ini membentuk Normalisasi Matrik dengan cara membagikan tiap-tiap

sel matrik dengan jumlah kolom preferensi matrik..

3. Proses Eigen vektor

Proses ini untuk mencari eigen value dengan cara membagikan nilai bobot

prioritas dengan bobot matrik eigen

4. Proses Cek Konsistensi

Proses ini untuk mengecek apakah inputan dalam preferensi matrik tersebut

konsisten atau tidak konsisten jika tidak konsisten maka inputan presepsi dilakukan pengulangan

5. Proses Catat Bobot Prioritas

Proses ini untuk mencatat bobot dari prioritas kriteria kedalam array jika

matrik tersebut sudah konsisrten

6. Proses Viewgrafik

Proses ini untuk menampilkan grafik dari bobot prioritas dalam bentuk

(46)

Gambar 3.17. DFD Level 3 Proses Perbandingan Data Alternatif.

Pada gambar 3.17. terdapat tiga proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Normalisasi

Proses ini untuk membentuk matrik Normalisasi setelah preferensi matrik

2. Proses Cek Konsistensi

Proses ini untuk mengecek apakah matrik tersebut telah konsisten jika tidak konsisten maka dilakukan inputan dan perhitungan ulang.

3. Proses Bobot Prioritas Alternatif

(47)

Gambar 3.18. DFD Level 3 Proses perhitungan

Bobot Global..

Pada gambar 3.18. terdapat empat proses di dalamnya yaitu: 1. Proses Perkalian Prioritas Kriteria dan Alternatif

Proses ini untuk membuat matrik dengan mengalikan tiap-tiap prioritas alternatif dengan prioritas kriteria sehingga terbentuk bobot prioritas global. 2. Proses ViewGrafik

Proses ini untuk menampilkan grafik dalam bentuk diagram yang sesuai

dengan bobot prioritas global. 3. Proses Cetak Rangking Jurusan

Proses ini untuk membuat laporan hasil dari bobot proritas berupa rangking jurusan sesuai dengan bobot prioritas.

4. Proses simpan Bobot Prioritas Global.

Proses ini untuk menyimpan hasil dari bobot prioritas global ke dalam data

(48)

3.3.3Entity relationship diagram

Entity relationship diagram atau ERD merupakan suatu desain sistem

yang digunakan untuk merepresentasikan, menentukan dan mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan untuk pembuatan data base. Dalam perancangan sistem ini

telah terbentuk ERD yang merupakan lanjutan dari pembuatan desain dengan menggunakan DFD, dalam ERD data-data tersebut digambarkan dengan menggunakan simbol Entity. Dalam sistem ini ada beberapa yang saling terkait

untuk menyediakan data-data yang dibutuhkan oleh sistem, yaitu:

Entity Perguruan_Tinggi, untuk menyimpan data-data perguruan tinggi.

1. Entity Calon_Mahasiswa, untuk menyimpan data-data tentang peserta calon

mahasiswa.

2. Entity Jurusan, untuk menyimpan data-data informasi tentang jurusan yang di

selenggarakan di perguruan tinggi.

3. Entity Nilai _Mahasiswa, untuk menyimpan data-data hasil tes psikologis dan

hasil try out yang berupa nilai psikologis dan nilai grade dari calon mahasiswa.

4. Entity Psikologis_Jurusan, untuk menyimpan data-data nilai psikologis

tiap-tiap jurusan.

5. Entity Standar_Jurusan, untuk menyimpan data-data jurusan dan grade jurusan

yang diselenggarakan di perguruan tinggi.

6. Entity Alternatif, untuk menyimpan data-data jurusan yang telah menjadi

alternatif tiap calon mahasiswa.

7. Entity Kriteria, untuk menyimpan data-data kriteria beserta penjelasannya.

(49)

Entity Relational Diagram secara konseptual dari sistem ini seperti yang terlihat

dalam gambar 3.19.

UserName Nilai_Psikologis Jurusan Bobot Kriteria Bobot Alternatif Kode_Jur Pilihan Jurusan Nilai_Psikologis Mhs Standar_ jurusan Perguruan Tinggi KodePT Nama Alamat Telepon Jurusan KodeJur Nama NamaPdk Pekerjaan Bidang Lain Penunjang Status Calon Mahasiswa No Peserta Nama Tgl Lahir JenisKelamin Sekolah Asal Alamat Pilihan ThAjaran Kriteria Kode Kriteria Nama Penjelasan Status Psikologis_Jurusan SE WA AN GE RA ZR FA WU ME JML nilai_Mhs Grade SE WA AN GE RA ZR FA WU ME JML Bobot Global Bobot Alternatif Status User UserName Password

Gambar 3.19. Konseptual Data Model

Dan Physical Data Model yang menggambarkan beberapa entity dari sistem ini

(50)

USERNAME = USERNAME

KODEJUR = KODEJUR

KODE_KRITERIA = KODE_KRITERIA NO_PESERTA = NO_PESERTA

KODEJUR = KODEJUR

KODEJUR = KODEJUR NO_PESERTA = NO_PESERTA

KODEJUR = KODEJUR NO_PESERTA = NO_PESERTA

KODEPT = KODEPT

PERGURUAN_TINGGI KODEPT varchar(6) NAMA varchar(10) ALAMAT varchar(50) TELEPON varchar(150) JURUSAN KODEJUR numeric NAMAJUR varchar(50) NAMAPDK varchar(5) PEKERJAAN varchar(250) BIDANG_LAIN varchar(250) PENUNJANG varchar(250) STATUS varchar(5) CALON_MAHASISWA NO_PESERTA numeric NAMA varchar(50) TEMPAT_TGL_LAHIR date JENISKELAMIN char(1) SEKOLAH_ASAL varchar(50) ALAMAT varchar PILIHAN varchar USERNAME numeric THAJARAN numeric KRITERIA KODE_KRITERIA varchar(7) NAMA varchar(50) PENJELASAN varchar(250) STATUS varchar(5) PSIKOLOGIS_JURUSAN KODEJUR numeric SE float WA float AN float GE float RA float ZR float FA float WU float ME float JML float NILAI_MHS NO_PESERTA numeric GRADE float SE float WA float AN float GE float RA float ZR float FA float WU float ME float JML float BOBOT_GLOBAL NO_PESERTA numeric KODEJUR numeric KODE_KRITERIA varchar(7) BOBOT float ALTERNATIF NO_PESERTA numeric KODEJUR numeric STATUS varchar(5) STANDAR__JURUSAN KODEPT varchar(6) KODEJUR numeric GRADE float USER USERNAME numeric PASSWORD numeric

Gambar 3.20. Physical Data Model

3.3.4 Struktur database

Software yang digunakan dalam pengelolaan database dari aplikasi

sistem ini adalah SQL Server 7. Dan SQL Server ini sangat baik dalam keamanan

data, selain itu juga memiliki kompatibilitas dengan software yang digunakan

dalam membangun sistem ini. Adapun tabel-tabel dan struktur data base yang

(51)

1. Nama : Perguruan_Tinggi

Primary Key : KodePT

Foreign Key :

[image:51.612.105.510.167.605.2]

Fungsi : Untuk menyimpan data-data perguruam tinggi Tabel 3.1. Perguruan Tinggi

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodePT Varchar 8 PK

2 Nama Varchar 50

3 Alamat Varchar 100

4 Telepon Varchar 10

2. Nama : Calon_Mhs

Primary Key : No

Foreign Key :

Fungsi : Untuk menyimpan data-data peserta calon mahasiswa Tabel 3.2. Calon Mahasiswa

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 No Numeric 8 PK

2 Nama Varchar 50

3 Tgl_Lahir Date

4 JK Char 1

5 Alamat Varchar 150

6 Sekolah Varchar 20

7 Pilihan Varchar 4

8 ThAjaran Numeric 4

3. Nama : Jurusan

Primary Key : KodeJur

Foreign Key :

(52)

Tabel 3.3. Jurusan

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodeJur Numeric 8 PK

2 NamaJur Varchar 20

3 NamaPdk Varchar 10

4 Pekerjaan Varchar 250

5 BidangLain Varchar 250

6 Penunjang Varchar 250

7 Status Varchar 5

4. Nama : Nilai_Mhs

Primary Key : NoPeserta

Foreign Key : Calon_Mhs (No)

[image:52.612.99.513.97.630.2]

Fungsi : Untuk menyimpan data-data nilai psikologis calon mahasiswa

Tabel 3.4.Nilai Mahasiswa

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 NoPeserta Numeric 8 PK, FK No

2 Grade Float 4

3 SE Float 4

4 WA Float 4

5 AN Float 4

6 GE Float 4

7 RA Float 4

8 ZR Float 4

9 FA Float 4

10 WU Float 4

11 ME Float 4

(53)

5. Nama : Psikologis_Jurusan

Primary Key : KodeJur

Foreign Key : Jurusan (KodeJur)

Fungsi : Untuk menyimpan nilai standar nilai psikologis jurusan Tabel 3.5. Psikologis Jurusan

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodeJur Numeric 8 PK, FK KodeJur

2 SE Float 4

3 WA Float 4

4 AN Float 4

5 GE Float 4

6 RA Float 4

7 ZR Float 4

8 FA Float 4

9 WU Float 4

10 ME Float 4

11 JML Float 4

6. Nama : Standar_Jurusan

Primary Key : KodePT, KodeJur

Foreign Key : Jurusan (KodeJur), Perguruan_Tinggi (KodePT)

Fungsi : Untuk menyimpan nilai standar passing grade dan jurusan

[image:53.612.104.514.183.513.2]

yang di selenggarakan di perguruan tinggi Tabel 3.6. Standar Jurusan

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodePT Numeric 8 PK, FK KodePT

2 KodeJur Numeric 8 PK, FK KodeJur

(54)

7. Nama : Alternatif

Primary Key : NoPeserta, KodeJur

Foreign Key : Jurusan (KodeJur), Calon_Mhs (No)

Fungsi : Untuk menyimpan alternatif pilihan jurusan setelah dilakukan seleksi psikologis

Tabel 3.7. Alternatif

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 NoPeserta Numeric 8 PK, FK Calon_Mhs

2 KodeJur Numeric 8 PK, FK Jurusan

3 Status Varchar 5

8. Nama : Kriteria

Primary Key : KodeKriteria Foreign Key :

[image:54.612.105.513.227.545.2]

Fungsi : Untuk menyimpan data-data kriteria Tabel 3.8. Kriteria

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 KodeKriteria Varchar 8 PK

2 Nama Varchar 50

3 Penjelasan Varchar 250

4 Status Varchar 5

9. Nama : Bobot_Global

Primary Key : NoPeserta, KodeJur, KodeKriteria

Foreign Key : Calon_Mhs (No), Jurusan (KodeJur), Kriteria (KodeKriteria)

(55)

Tabel 3.9. Bobot Global

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 NoPerserta Numeric 8 PK, FK No

2 KodeJur Numeric 8 PK, FK KodeJur

3 KodeKriteria Varchar 8 PK, FK KodeKriteria

4 Bobot Float

10. Nama : User

Primary Key :UserName

Foreign Key : Calon_Mhs (No)

Fungsi : Untuk menyimpan password yang digunakan dalam login

Tabel 3.9. User

No Field Data Type Length Constraint FK Coloum

1 UserName Numeric 8 PK, FK No

(56)

55 4.1. Instalasi Program

Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan program aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan tersebut maka komponen-komponen utama komputer yang akan mendukung setiap proses harus sudah terinstall.

4.1.1.Kebutuhan Perangkat Keras

Kebutuhan perangkat keras minimal yang dibutuhkan untuk mengimplementasi dan menjalankan program aplikasi ini adalah:

a. CPU Pentium II 333 MHz atau lebih. b. Memory minimum 64 MB.

c. Harddisk minimum berkapasitas 7,5 GB. d. VGA Card 8 MB.

e. Monitor SVGA dengan resolusi 800 x 600. f. Keyboard, mouse dan printer.

4.1.2.Kebutuhan Perangkat Lunak

Kebutuhan perangkat lunak yang diperlukan untuk pembuatan program aplikasi adalah:

a. Microsoft Windows 98. b. Power Designer.

(57)

4.2. Implementasi Program

Setelah semua komponen-komponen komputer yang mendukung proses aplikasi terinstall, proses selanjutnya adalah implementasi program. Implementasi

program merupakan tahap memanfaatkan program Aplikasi Analytic Hierarchy

Process Untuk Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi. Ketika program aplikasi

pertama kali dijalankan, yang pertama kali tampil adalah Form User Login.

4.2.1.Login

Login digunakan pengguna untuk masuk ke dalam program aplikasi. Pengguna diminta menginputkan Username dan Password pada field yang telah

disediakan. Setelah semua terisi, tekan tombol OK untuk mengecek

Username dan Password yang telah diinputkan. Bila Username dan Password tidak terdaftar, maka akan timbul pesan kesalahan. Dalam contoh ini Username-nya Admin dan Password-nya admin. Bila pengguna menginputkan Username Admin tetapi Passwordnya selain admin, maka akan muncul pesan

kesalahan. Untuk membatalkan atau keluar dari Form User Login tekan tombol

Batal. Tampilan dari Form User Login dan dialog box pesan kesalahan login

dapat dilihat pada gambar 4.1.

(58)

4.2.2.Menu Utama

Setelah proses login sukses, Form Utama akan tampil. Form ini berisi menu-menu pilihan untuk menjalankan fasilitas yang terdapat di dalam program. Menu-menu tersebut adalah menu File Master yanag terdiri menu input

Perguruan tinggi, Jurusan, Calon Mahasiswa, Kriteria. Menu Proses input terdiri

Grade Jurusan, Psiko Jurusan, Nilai Peserta. Menu Proses AHP terdiri Seleksi Awal, Hirarki, Hitung Kriteria, Hitung Alternatif. Dan Menu keluar bentuk tampilan Form Utama dapat dilihat pada gambar 4.2.

[image:58.612.100.514.288.562.2]
(59)

4.2.3.Menu Input

Gambar 4.3. FormInput Perguruan Tinggi

Gambar 4.3. Untuk memasukan data-data perguruan tinggi yang kemudian di simpan dalam database Perguruan_Tinggi, melalui form ini juga

dapat dilakukan maintenance dari data perguruan tinggi.

[image:59.612.101.509.102.663.2]
(60)

Gambar 4.4. Untuk memasukan data-data Jurusan yang kemudian di simpan dalam database Jurusan melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance dari

data Jurusan.

Gambar 4.5. FormInput Calon Mahasiswa

Gambar 4.5. Untuk memasukan data-data Calon Mahasiswa yang kemudian di simpan dalam database Calon Mahasiswa melalui form ini juga dapat dilakukan

maintenance dari Calon Mahasiswa.

[image:60.612.99.513.151.445.2]
(61)

Gambar 4.6. Untuk memasukan data-data Kriteria beserta penjelasan yang kemudian disimpan dalam database kriteria melalui form ini juga dapat dilakukan

maintenance dari kriteria.

Gambar 4.7. FormInput Standar Grade Jurusan

Gambar 4.7. Untuk memasukan data-data Jurusan yang diselenggarakan di perguruan tinggi beserta nilai passing grade yang kemudian disimpan dalam

database standar_jurusan melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance dari

data standar_jurusan.

[image:61.612.101.510.150.662.2]
(62)

Gambar 4.8. Untuk memasukan data-data nilai standar psikologis Jurusan untuk masing-masing jurusan yang diselenggarakan di perguruan tinggi beserta nilai

passing grade yang kemudian di simpan dalam database standar_jurusan melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance dari data psikologis standar_jurusan.

[image:62.612.101.516.180.458.2]

Gambar 4.9. FormInput Nilai Psikologis Mahasiswa

Gambar 4.9. Untuk memasukan data-data nilai standar psikologis Mahasiswa dan nilai grade untuk masing-masing calon mahasiswa yang kemudian disimpan dalam database Nilai_Mhs melalui form ini juga dapat dilakukan maintenance

(63)
[image:63.612.103.510.102.468.2]

4.2.4.Proses Seleksi Psikologis

Gambar 4.10. Form Seleksi Psikologis

Gambar 4.10. Untuk melakukan seleksi psikologis dengan cara membandingkan nilai standar psikologis jurusan dengan nilai psikologis calon mahsiswa setelah dilakukan tes psikologis jika nilai calon mahasiswa sama dengan atau lebih dari nilai standar psikologis jurusan akan bernilai satu dan kemudian dijumlahkan dan dikalikan 100 % hasil rangking dari seleksi ini di simpan dalam database

Alternatif. Dan jika peserta sudah pernah melakukan seleksi psikologis maka akan muncul pesan seperti yang terlihat pada gambar 4.11.

(64)
[image:64.612.104.510.101.583.2]

4.2.5.Analitycal Hierarchy Process

Gambar 4.12. Form Hirarki

Gambar 4.12. Untuk melakukan pemilihan kriteria dan alternatif yang akan digunakan dalam proses AHP berikutnya sehingga akan membentuk hiraraki dari alternatif terhadap kriteria dan jika kriteria yang dipilih kurang dari lima maka akan muncul pesan seperti yang tambak pada gambar 4.13.

(65)
[image:65.612.102.505.77.581.2]

Gambar 4.14. Form Input Nilai Perbandingan Kriteria

Gambar 4.14. Untuk memasukan nilai presepsi para pemakai sistem yang kemudian dicek apakah konsisten atau tidak konsisten, jika konsisten atau tidak konsisten maka akan muncul pesan seperti terlihat pada gambar 4.15.

(66)
[image:66.612.104.517.77.482.2]

Gambar 4.16. Form Input Nilai Perbandingan Alternatif

(67)
[image:67.612.104.519.79.469.2]

Gambar 4.17. Laporan Bobot Prioritas Global

4.3. Evaluasi

Untuk mengevaluasi dari sistem ini maka digunakan data sebenarnya atau data pasti dari penelitian yaitu data peserta bimbingan tes masuk perguruan tinggi. sebelumnya semua data master harus di masukkan dalam sistem. Pada

evalusi ini mengambil dua contoh kasus yaitu: Kasus pertama, calon mahasiswa nomor peserta 10014, nama Dianto Setio Prabowo. Kasus kedua, calon mahasiswa nomor peserta 10080, nama Aan Setiawan.

4.3.1.Seleksi psikologis

(68)
[image:68.612.103.511.126.502.2]

ini karena data hasil tes psikologis yang digunakan, nilai psikologis Dianto Setio Prabowo seperti yang terlihat gambar 4.18.

Gambar 4.18. Nilai Psikologis Calon Mahasiswa

(69)
[image:69.612.101.503.77.599.2]

Gambar 4.19. Hasil Proses Psikologis Kasus Pertama

Gambar 4.20. Hasil Proses Psikologis Kasus Kedua Untuk kasus pertama:

(70)

75 %, Hukum memiliki prosentase kesesuaian 67 %, Tehnik Mesin memiliki prosentase kesesuaian 58 %, Tehnik Perkapalan memiliki prosentase kesesuaian 50 %, dan Tehnik Fisika memiliki prosentase kesesuaian 50 %. Dengan melihat hasil seleksi psikologis pada gambar 4.19. maka yang mempunyai peluang yang tinggi untuk jurusan yang dipilih oleh Dianto Setio Prabowo adalah Jurusan Komunikasi.

Untuk kasus kedua:

Seperti yang terlihat pada gambar 4.20. dihasilkan prosentase urutan jurusan dari hasil seleksi psikologis, Jurusan Tehnik Sipil memiliki prosentase kesesuaian 58 %, Tehnik Mesin memiliki prosentase kesesuaian 50 %, Tehnik Fisika memiliki prosentase kesesuaian 50 %, Tehnik Perminyakan memiliki prosentase kesesuaian 50 %, dan Tehnik Industri memiliki prosentase kesesuaian 50 %. Dengan demikian peluang yang tinggi untuk jurusan yang dipilih oleh Aan Setiawan adalah Jurusan Tehnik Sipil.

4.3.2.Analitycal Hierarchy Process

(71)
[image:71.612.106.493.76.680.2]

Gambar 4.21. Hirarki Alternatif dan Kriteria Kasus Pertama

Selanjutnya dilakukan proses pengisian nilai presepsi dari kriteria dan alternatif dengan syarat nilai presepsi harus konsisten atau untuk inkonsistensi harus dibawah 0,1 jika tidak konsisten, pengisian nilai presepsi harus diulang sampai konsisten proses ini dijelaskan dalam gambar 4.22.

(72)
[image:72.612.102.496.74.513.2]

Gambar 4.23. Bobot Prioritas Global Kasus Pertama Untuk kasus pertama:

Hasil akhir atau bobot prioritas global seperti yang terlihat pada gambar 4.23.

Hasil akhir dari proses AHP menunjukkan bahwa jurusan Komunikasi memiliki bobot akhir 0.337, Jurusan Hukum memiliki bobot akhir 0.324, Jurusan Tehnik Mesin memiliki bobot akhir 0.209, dan Jurusan Tehnik Perkapalan memiliki bobot akhir 0.130.

Dalam proses ini ternyata hasil akhir yang diperoleh dari proses psikologis sama dengan hasil akhir yang diperoleh dari proses Analitycal

Hierarchy Process yaitu: peri

Gambar

Gambar 3.3. DFD Level 1 Sistem Pemilihan Jurusan dengan
Gambar 3.4. DFD Level 2 Pengolahan Data
Gambar 3.5. DFD Level 2 Proses Psikologis.
Gambar 3.6. DFD Level 2 Analytical Hierarchy Process.
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Compare to female respondents, male respondents were more frequently conduct speed violations, high speed violations, stunts, stopping errors/ violations and motorcycle carrying

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Aktivitas Media Relations

Hasil analisis kualitatif ( Gambar 4 ) menyatakan bahwa, dari empat sumur yang digunakan sebagai input pengolahan data seismik terdapat dua sumur yang

Peraturan perundang-undangan adalah yang pertama harus ditegakkan dalam upaya pengembangan program nuklir, yang mencakup pembentukan badan regulator independen yang

(2) Ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dialami secara tunggal, ganda, atau multi dalam jangka waktu lama yang ditetapkan oleh

dengan judul “Sistem Keamanan Dan Monitoring Rumah Pintar Secara Online Menggunakan Perangkat Mobile - Universitas Komputer Indonesia (2016)” Perancangan aplikasi ini

Meskipun e-commerce merupakan sistem yang menguntungkan karena dapat mengurangi biaya transaksi bisnis dan dapat memperbaiki kualitas pelayan pada pelanggan, namun