(SNI 1729:2015)
Studi kasus : Proyek Pembangunan New Noodel Factory PT. Indofood CBP Cirebon – Jawa Barat
Disusun oleh :
INEES KUSUMA WARDHANI 20120110022
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
iii Nomor Mahasiswa : 20120110022
Menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul: “Perencanaa Ulang Struktur Baja Menggunakan Spesifikasi Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, Agustus 2016
iv
Rayulah aku, dan aku mungkin tak mempercayaimu
Kritiklah aku, dan aku mungkin tak menyukaimu
Acuhkan aku, dan aku mungkin tak akan memaafkanmu
Semangatilah aku, dan aku mungkin tak akan melupakanmu
(William Arthur)
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa
bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada
kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu
sendiri yang tersenyum.
v
Kedua orang tuaku, Alm. Papah Suharno dan Mamah Eti Kurniati
Tersayang mas Adriatmoko Ade Nugraha, Kakak Yeni Marisa, Lukman Hakim AB
Terima kasih untuk do’a yang tiada henti, dukungan, kasih sayang, dan segalanya.
Teman seperjuangan Pipin, ela, Agre
Motivasi kalian tiada henti.
Teman-teman wilis Kiki, Anja, Anita, Puji, Mbak Dita, Nisrina, Akih.
Yang selalu memberikan kecerian dan semangat.
Tercinta Aditya Pratama Nugraha
Yang telah menjadi penyemangat tante dengan tagisan dan canda tawa mu.
Serta seluruh keluarga besar di Brebes
vi
Segala Puji bagi AllahSWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat melaksanakan dan menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Ulang Struktur Baja Menggunakan Spesifikasi Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015)”.
Dalam penyusunan dan penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini, tidaklah terlapas dari kerjasama, bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Jaza’ul Ikhsan, ST, MT, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Bagus Soebandono, S.T ., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta koreksi dalam penyusunan laporan ini.
4. Bapak M. Ibnu Syamsi, S.T ., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meneliti hasil laporan serta koreksi dalam penyusunan laporan ini. 5. Bapak, Ibu Dosen pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas ilmu yang telah dibagikan kepada penyusun dan semoga dapat bermanfaat.
6. Bapak dan Ibu Staf pengajaran/TU Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
vii Tugas Akhir ini.
Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalam karya tulis dengan topik ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, Agustus 2016
viii
HALAMAN PENYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
INTISARI ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 2
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan ... 3
E. Manfaat ... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 4
A. Tinjaun Pustaka ... 4
B. Landasan Teori ... 5
BAB III. METODE PENELITIAN ... ... 25
A. Dasar-dasar perencanaan ... 25
B. Metode perencanaan... 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 29
A. Deskripsi Struktur ... 29
B. Data Geometri Struktur.. ... 29
C. Analisis Pembebanan ... 30
D. Desain Balok ... 38
E. Desain Kolom.. ... 45
ix
B. Saran .. ... 100 DAFTAR PUSTAKA
xi
Tabel 2.1 Beban Hidup Terdistribusi Merata dan Terpusat Minimum ... 8
Tabel 2.2 Klasifikasi situs ... 13
Tabel 2.3 Koefisien situs Fa ... 14
Tabel 2.4 Koefisien situs Fv ... 15
Tabel 2.5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons Percepatan pada periode pendek ... 17
Tabel 2.6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons Percepatan pada periode 1 detik ... 18
Tabel 2.7 Pemeliharaan sistem pemikul beban ... 18
Tabel 2.8 R, Cd, dan Ω0 untuk menahan gay gempa ... 18
Tabel 2.9 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung ... 19
Tabel 2.10 Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x ... 19
Tabel 3.1 Data material ... 26
Tabel 4.1 Data material ... 30
Tabel 4.2 Hasil pengujian SPT ... 32
Tabel 4.3 Hasil pengujian SPT ... 32
Tabel 4.4 Hasil perhitungan koefisien situs Fa ... 33
Tabel 4.5 Hasil perhitungan koefisien situs Fv ... 33
Tabel 4.6 Hasil perhitungan SMS dan SM1 ... 34
Tabel 4.7 Hasil perhitungan SDS dan SD1 ... 34
Tabel 4.8 Respons spektrum gempa ... 35
xii
Gambar 2.1 Peta zonasi gempa Indonesia (SS) ... 11
Gambar 2.2 Peta zonasi gempa Indonesia (S1) ... 12
Gambar 2.3 Spektrum respons desain ... 16
Gambar 2.4 Spektrum respon desain wilayah Cirebon ... 17
Gambar 3.1 Model portal ... 25
Gambar 3.2 Bagan alir proses tahapan penelitian ... 28
Gambar 4.1 Model portal ... 29
Gambar 4.2 Spektrum respons ... 35
Gambar 4.3 Analisis portal akibat beban gempa ... 37
Gambar 4.4 Detail angkur ... 50
Gambar 4.5 Detail angkur ... 50
Gambar 4.6 Hasil perencanaan angkur ... 55
Gambar 4.7 Hasil perencanaan angkur ... 61
Gambar 4.8 Hasil perencanaan angkur ... 66
Gambar 4.9 Hasil perencanaan angkur ... 71
Gambar 4.10 Detail sambungan rafter ... 72
Gambar 4.11 Skema sambungan baut ... 74
Gambar 4.12 Detail sambungan rafter dan kolom ... 77
Gambar 4.13 Skema sambungan baut ... 80
Gambar 4.14 Detail samabungan balok dengan kolom ... 83
Gambar 4.15 Skema sambungan baut ... 85
Gambar 4.16 Detail sambungan balok kolom ... 88
Gambar 4.17 Skema sambungan baut ... 91
Gambar 4.18 Setail sambungan balok dan kolom... 94
xiv
INTISARI
Proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP yang terletak di Desa Endah, kecamatan paengenan, kabupaten Cirebon dengan fungsi bangunan yang difungsikan sebagai gudang ataupun pabrik produksi dimana sangat dianjurkan menggunakan strukur baja. Proyek pembangunan ini akan direncenakan ulang dengan membuat pemodelan 2D pada Structure Analisis Programe SAP2000 V.14 dengan menganalisis kapasitas portal yaitu struktur kolom dan balok baja dan menganalisis perhitungan sambungan baut.
Dalam redesain ini mengacu pada Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015), Beban minimum untuk perencanaan bangunan geung dan struktur lain (SNI 1727:2013), dan Pedoman Perencanaan untuk Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 pada proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP dengan pemodelan 2D pada Structure Analisis Programe SAP2000 V.14 serta merencanakan sambungan pada bangunan strukturalnya.
Berdasarkan hasil analisis dan perencanaan ulang pada proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP ditentukan bahwa penampang kolom menggunakan kolom (KB2 IWF 400×400×13×21, KB3 IWF 350×350×12×19), komponen penampang balok (BB1 IWF 500×200×10×16, BB2 IWF 450×200×9×14), dan pada rafter menggunakan (R1 IWF 500×200×10×16). Perencanaan sambungan dilakukan perubahan desain terhadap jumlah baut pada sambungan PD2 dan sambungan KB2 dengan KB3 yaitu dengan menambahkan jumlah baut. Karakteristik sambungan yang digunakan yaitu (PD2A 4 M 25 dengan panjang angkur 400), (PD2 6 M 25 dengan panjang angkur 400), (PD3 4 M 25 dengan panjang angkur 400), (PD3A 4 M 25 dengan panjang angkur 400).
xv
ABSTRACT
The constrution project of New Noodle Fatory PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk which located in Ender village, Pangenan, Cirebon district with the function of buiding as warehouse and prodution building which recomended using steel structure. This construction project will redesign with make 2D modelling in Structure Analysis Programe SAP2000 V.14 with to analyze of frame capacity are column and beam steel structure and bolt onnection analysis.
This redesign steel structure building are refers to “Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI1729:2015)”, “Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013)”, and “Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987” which is used for the design structure and connection building with Structure Anlysis Programe SAP2000.
Based on analysis result of New Noodle Factory PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk building is determined use (KB2 IWF 400×400×13×21, KB3 IWF 350×350×12×19), (BB1 IWF 500×200×10×16, BB2 IWF 450×200×9×14), and section of rafter used to (R1 IWF 500×200×10×16). There is different number of the bolt connection design in the PD2 onnection and splice joint at KB2 and KB3 that is adding a number of bolt. The Charateristic of the connection which is used that (PD2A 4 M 25 with length of anchor bolt 400), (PD2 6 M 25 with length of anchor bolt 400), (PD3 4 M 25 with length of anchor bolt 400), (PD3A 4 M 25 with length of anchor bolt 400).
1
Perencanaan struktur dapat didefinisikan sebagai campuran antara seni dan ilmu pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi seorang ahli struktur mengenai perilaku struktur dengan dasar-dasar pengetahuan dalam statika, dinamika, mekanika bahan, dan analisis struktur, untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan aman, selama masa layanannya. (Agus Setiawan, 2008). Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman di Indonesia manusia dapat berinovasi merancang bangunan-bangunan dengan beberapa gaya bangunan yang lebih modern. Selain itu dalam merancang sebuah bangunan struktur, kita membutuhkan beberapa material yang dapat digunakan sebagai bahan pelaksanaanya. Material struktural yang dapat digunakan diantaranya kayu, bambu, beton bertulang, baja, atau pun material pendukung lainnya.
Beberapa keuntungan lainnya baja memiliki kekuatan tarik ataupun tekan tidak banyak berbeda dan bervariasi dari 300 MPa smpai 2000 MPa. (Kozai Club, 1983).
Penyusunan tugas akhir ini mengkaji perencanaan ulang struktur baja menggunakan spesifikasi bangunan gedung baja struktural (SNI 1729:2015) menggunakan pemodelan Structure Analisis Programe SAP2000 V.14 dengan mengacu SNI terbaru yaitu Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015) serta dengan memperhatikan beban dan
kombinasi beban harus seperti ditetapkan oleh Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013). Untuk
tujuan desain, beban nominal harus diambil seperti beban yang ditetapkan oleh Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987.
B. Batasan Masalah
Suatu penelitian dihadapkan dengan berbagai macam persoalan, serta parameter dan hasil yang diperoleh nantinya, sehingga dapat memberikan hasil yang sesuai dan optimal. Adapun batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. analisis perencanaan struktur pada bangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP dengan tinjauan terhadap ukuran portal terbesar dengan struktur utama menggunakan konstruksi baja,
2. perencanaan pemodelan struktur 2D dengan menggunakan Structure Analisis SAP2000 V.14 serta analisis perhitungan berdasarkan Spesifikasi
untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015),
3. perhitungan pembebanan mengacu pada Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013) dan
untuk beban gempa mengacu pada SNI 1726:2012,
4. khusus beban angin mengacu pada Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987,
C. Rumusan Masalah
Bagaimana proses perencanaan struktur New Noodle Factory PT. Indofood CBP yang sesuai dengan spesifikasi desain struktur yang aman dan memenuhi Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015).
D. Tujuan
Adapun tujuan dari tugas akhir Perencanaan Ulang Struktur Baja Menggunakan Spesifikasi Bangunan Gedung Baja Struktural dengan menggunakan (SNI 1729:2015) yaitu sebagai berikut :
1. mengkaji ulang pemodelan struktur baja 2D dengan menggunakan Structure Analisis Programe (SAP 2000.14),
2. menganalisis kapasitas portal yaitu struktur kolom dan balok baja berdasarkan (SNI 1729:2015),
3. menganalisis perhitungan sambungan baut berdasarkan (SNI 1729:2002).
E. Manfaat
Adapun manfaat dari tugas akhir Perencanaan Ulang New Noodle Factory PT. Indofood CBT dengan Menggunakan Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015) yaitu sebagai berikut :
1. pemodelan struktur dengan mengunakan Structure Analisis Programe (SAP 2000.14) dapat mempercepat dan memudahkan untuk perencanaan suatu bangunan,
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Dalam perencanaan konstruksi bangunan saat ini perencanaan dituntut untuk merencanakan bangunan yang daktail, yaitu yaitu bangunan yang dapat menahan respons spektrum yang diakibatkan oleh beban gempa yaitu yang dikenal sebagai rangka pemikul momen. Dalam zona 5 yaitu wilayah dengan tingkat kegempaan yang tinggi sehingga analisis strukturnya dapat direncanakan dengan metode sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Penelitian ini menggunakan sistem output program ETABS pada bangunan gedung BPJN XI berupa model struktur, dimensi penampang struktur serta gaya dalam yang diperlukan untuk diperiksa terpenuhinya kriteria perencanaan sambungan agar terciptanya strong column weak beam.
(Jasuka Jan Sampakang, 2013).
Dengan banyaknya gempa yang terjadi di Indonesia maka perencanaan struktur gedung tahan gempa menggunakan baja menjadi salah satu solusi untuk mengurangi korban jiwa. Dalam perencanaan struktur gedung baja di daerah zona gempa tinggi menggunakan peraturan-peraturan baja (SNI 03-1729-2002) dan gempa (SNI 03-1726-2002) dengan menggunakan softwere SAP 2000 dan SCIA ENGINEER. Perencanaan atap dalam zona gempa tinggi digunakan profil WF 100×50×5×7, balok induk direncanakan menggunakan WF 350×250×9×14, balok anak menggunakaan WF 350×175×7×11 serta kolom direncanakan menggunakan WF 400×400×15×15. (Makshal Faray Kuddah, 2012).
standar peraturan (SNI) terbaru yang telah diterbitkan, yaitu SNI-1726:2012 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung dan Non-Gedung). Perencanaan gedung ini mengacu pada struktur utama (struktur atas balok kolom dan struktur bawah) serta struktur atap baja dan struktur plat (plat lantai, dinding basement dan tangga). Perhitungan klasifikasi situs tanah termasuk kategori SD (tanah sedang), maka diperoleh nilai SDS dan SD1 adalah 1,226 dan 0,448 sehingga klasifikasi Kategori Desain Seismik (KDS) untuk perencanaan ini termasuk KDS D (resiko gempa besar). Untuk kebutuhan perencanaan beban gempa pada gedung SRPMM, dipakai faktor keutamaan bangunan Ie dan nilai 1,0 (hunian, kategori resiko II) faktor modifikasi renspons (R) sebesar 5, faktor perbesaran defleksi (Cd) bernilai 2,5. Mutu beton yang dipakai fc’ 25 MPa, serta tulangan baja BJTB 400 MPa dan BJTB 240 MPa. Balok struktur direncanakan dengan dimensi 350/700 untuk lantai 1 dan 2, 300/600 untuk lantai 3 sampai dengan 4. Sedangkan untuk kolom direncanakan dengan dimensi 450/600 untuk lantai basement sampai dengan lantai 2 dan 300/500 untuk lantai 3 sampai dengan 4. Struktur bawah direncanakan memakai pondasi telapak dengan kedalaman 1m. (Andy Rosyulianta Irfan, 2015)
B. Landasan Teori
Baja struktur adalah suatu jenis baja yang berdasarkan pertimbangkan ekonomi, kekuatan sifatnya, cocok untuk pemikul beban. (PADOSBAJOYO, 1994). Baja struktur banyak dipakai untuk kolom serta balok bangunan bertingkat, sistem penyangga atap, hanggar, jembatan, menara antena, penahan tanah, fondasi tiang pancang, dan lain-lain.
bangunan terdiri beberapa tahapan antara lain yaitu pekerjaan pondasi, struktur bawah dan struktur atas. Dalam penyusunan tugas akhir ini yaitu “Perencanaan Ulang Struktur Baja Menggunakan Spesifikasi Bangunan Gedung Baja Struktural” yang sesuai dengan Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015) terdapat persyaratan umum untuk
analisis dan desain struktur baja yang berlaku pada spesifikasi tersebut. 1. Ketentuan Umum
Desain dan komponen struktur dan sambungan harus konsisten dengan perilaku dimaksud dari sistem portal dan asumsi yang dibuat dalam analisis struktur. Kecuali dibatasi oleh peraturan bangunan gedung yang berlaku, ketahanan terhadap beban lateral dan stabilitas bisa menggunakan
setiap kombinasi komponen struktur dan sambungan. 2. Beban dan Kombinasi
BebanBeban dan kombinasi beban yang ditetapkan berdasarkan SNI 1727:2013 Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan
struktur lain, serta SNI 1726:2012 Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non dan struktur lainnya
yang dibagi menjadi beberapa aspek yaitu : a. Beban Mati (D)
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektur dan struktural lainnya serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran menurut SNI 1727:2013. Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 :
1) Beton bertulang : 2.400 kg/m
b. Beban Hidup
Tabel 2.1. Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup terpusat minimum
Hunian atau penggunaan Merata psf
(kN/m2)
Terpusat lb (kN)
Susuran tangga, rel pengamandan batang pegangan Lihat gambar 4.5
Helipad 60 (2,87)de tidak
boleh direduksi e,t,g
Rumah sakit:
Ruang operasi, laboratorium 60 (2,87) 1000 (4,45)
Ruang pasien 40 (1,92) 1000 (4,45)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,45)
Hotel (lihat rumah tinggal)
Perpustakan
Ruang baca 60 (2,87) 1000 (4,45)
Ruang penyimpanan 150 (7,18)a,h 1000 (4,45)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,45)
Pabrik 2000 (8,90)
Ringan 125 (6,00)a 3000
Berat 250 (11,97)a 13,4
Gedung perkantoran:
Ruang arsip dan komputer harus direncanakan untuk beban
yang lebih berat berdasarkan pada perkiraan hunia
Lobi dan koridor lantai pertama 100 (4,79) 2000 (8,90)
Kantor 50 (2,40) 2000 (8,90)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3,83) 2000 (8,90)
Lembaga hukum
Blok sel 40 (1,92)
Koridor 100 (4,79)
Tempat rekreasi
Tempat bowling, kolam renang, dan penggunaan yang sama 75 (3,59)a
Bangsal dansa dan ruang dansa 100 (4,79)a
Gimnasium 100 (4,79)a
Tempat nonton baik terbuka atau tertutup 100 (4,79)a
Stadium dan tribun/area dengan tempat duduk tetap (terikat pada lantai) 60 (2,87)a
Rumah tinggal
Hunia (satu keluarga dan dua keluarga)
Loteng yang tidak dapat didiami tanpa gudang 10 (0,48)l
Loteng yang tidak dapat didiami dengan gudang 20 (0,96)m
Loteng yang dapat didiami dan ruang tidur 30 (1,44)
Semua ruang kecuali tangga dan balkon 40 (1,92)
Semua hunian rumah tinggal lainnya
Ruang pribadi dan koridor yang melayani mereka 40 (1,92)
Ruang publik dan koridor yang melayani mereka 100 (4,79)
c. Beban Angin (W)
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang desebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2, ditentukan dengan mengalihkan tekanan tiup yang ditentukan. Tekanan tiup minimum harus diambil 25 kg/m2 serta tekanan tiup dilaut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 km/m2.
d. Beban Gempa (E)
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 beban gempa ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa bumi itu. Dalam hal ini pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa di sini adalah gaya-gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa bumi. Menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI
1726:2012) pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam
Gambar 2.1.Petazonasigempa Indonesia
Gambar 2.2 Peta zonasi gempa Indonesia (S1)
1) Klasifikasi situs
Dalam menentukan sebuah kelas situs digolongkan berdasarkan
sifat-sifat tanah pada situs yaitu diantaranya kelas situs SA, SB,
SC, SE, atau pun SF dengan berdasarkan hasil data
penyelidikan tanah. Seperti yang digambarkan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.2. Klasifikasi situs
Kelas situs V�s (m/detik) N� atau N�ch S�u (kPa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat
padat dan batuan lunak) 350 sampai 750 >50 ≥ 100 SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan karakteristik sebagai beriku :
1. Indeks plastisitas, PI > 20, 2. kadar air, w ≥ 40 %, 3. kuat geser niralir S�u < 25 kPa
SF (tanah khusus, yang membutuhkan investasi geoteknik spesifik dan
analisis respons spesifikasi situs yang mengikuti 6.10.1)
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik berikut :
1. rawan dan berpotensi runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi,
2. lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah, 3. lempung sangat organik dan atau gambut (ketebalan H
> 7,5 m dengan indeks plastisitas PI > 75). Lapisan lempung lunak/sedang teguh dengan ketebalan H > 35 m dengan Su < kPa
Catatan : N/A = tidak dipakai
Sumber : SNI 1726:2012
Dengan nilai N harus ditentukan berdasarkan perumusan berikut :
=
∑��=1 �∑��=1 ��
(2.1)
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter.
Ni = tahanan penetrasi standar.
2) Koefisen-koefisien situs dan parameter-parameter respons spektral
percepatan gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko
Untuk menentukan respons spektral percepatan gempa di
permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasiseismik pada
periode 0,2 detik dan periode 1 detik. Faktor amplifikasi getaran
terkait percepatan pada periode getaran pendek (Fa) dan faktor
amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode 1
detik (Fv). Parameter spektrum respon periode pendek (SMS) dan
periode 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan klasifikasi situs
yaitu sebagai berikut :
SMS = Fa SS (2.2)
SM1 = Fv S1 (2.3)
SS : parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan
untuk periode pendek.
S1 : parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan
untuk periode 0,1 detik.
Untuk koefisien situs Fa dan Fv berdasarkan tabel dibawah ini.
Tabel 2.3. Koefisien situs Fa
Kelas
situs Parameter respons spektral percepatan gempa (MCEterpetakan pada periode pendek, T = 0,2 detik, S R)
S
1. untuk nilai-nilai SS dapat dilakukan interpolasi linier,
2. SS = sitis yang memerlukan investigasi geoteknik spesifikasi dan analisis respons situs-spesifik, lihat 6.10.1
Tabel 2.4. Koefisien situs Fv
Kelas situs Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER) terpetakan pada periode pendek, T = 1 detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5
1. untuk nilai-nilai S1 dapat dilakukan interpolasi linier
2. SS = sitis yang memerlukan investigasi geoteknik spesifikasi dan analisis respons situs-spesifik, lihat 6.10.1
Sumber : SNI 1726:2012
3) Paameter percepatan spektral desain
Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek SDS
dan pada periode 1 detik SD1 ditentukan berdasarkan rumus
berikut.
SDS : parameter respon spektral percepatan desain pada periode
pendek.
SD1 : parameter respons spektral percepatan desain pada periode
1 detik.
4) Spektrum respon desain
Untuk mengetahui nilai spektrum respon desain harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.
a) Untuk periode yang lebih kecil dari T0 , spektrum respon
percepatan desain Sa dengan persamaan sebagai berikut :
b) Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T0 dan
lebih kecil dari atau sama dengan Ts spektru respon
perencanaan desain Sa sama dengan SD1.
c) Untuk periode lebih besar dari TS spektrum respon desain Sa
diambil seperti rumus berikut :
�
=
1 (2.7)T : periode respon fundamental struktur.
0 = 0,2 1
(2.8)
�
=
1(2.9)
Gambar 2.3. Spektrum respons desain
(Sumber : SNI 1726:2012)
Nilai spektrum respon desain juga dapat diketahui dengan
menggunakan aplikasi desain spektra indonesia yang diakses
melalui internet dengan membuka website Pusat Penelitian dan
Penggembangan Permukiman – Kementrian Pekerjaan Umum.
melalui Pusat Penelitian dan Penggembangan Permukiman –
Kementrian Pekerjaan Umum.
Gambar 2.4. Spektum respon desain wilayah Cirebon
(Sumber : puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011)
5) Kategori desain seismik
Struktur harus ditetapkan memiliki kategori desain seismik.
Struktur dengan katagori resiko I, II, atau III. Masing-masing
bangunan dan struktur harus ditetapkan ke dalam kategori
desain seismik yang lebih parah, berdasarkan spesifikasi tabel
2.6. dan tabel 2.7. terlepas dari nilai periode fundamental gtaran
struktur T.
Tabel 2.5. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada periode pendek
Nilai SDS
Kategori risiko
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,5 C D
0,50 ≤ SDS D D
Tabel 2.6. Kategori desain seismik berdasarkan parameter
respons percepatan pada periode 1 detik
Nilai SD1 Kategori risiko
I atau II atau III IV
Berdasarkan tabel 2.6. dan 2.7. kita dapat mengetahui
spesifikasi pemeliharaan sistem pemikul beban gempa yaitu
berdasarkan tabel 3.8. Pemeliharaan sistem pemikul beban.
Tabel 2.7. Pemeliharaan sistem pemikul beban
Peraturan Tingkat Resiko Kegempaan
Rendah Menengah Tinggi
SNI 1726:2012 KDS A,B KDS C KDS D, E, F
SPRMB/M/K SPRMM/K SPRMK
Sumber : SNI 1726:2012
6) Kombinasi sistem perangkai dalam arah yang berbeda
Sistem penahan gaya gempa yang berbeda diijinkan untuk
digunakan, untuk menahan gaya gempa masing-masing arah
kedua sumbu ortogonal struktur. Bila sistem yang berbeda
digunakan, masing-masing nilai R, Cd, dan Ω0 harus dikenakan
pada setiap sistem, termasuk batasan sistem struktur seperti
pada tabel 2.8.
Tabel 2.8. R, Cd, dan Ω0 untuk menahan gaya gempa
Sistem penahan gaya seismik
Koefisien modifikasi respons (R)
Faktor kuat- lebih sistem (Cd)
Faktor pembesaran defleksi (Ω0)
Rangka baja pemikul
mome khusus 8 3 5,5
Rangka baja dengan bresing konsentrik khusus
6 2,5 5
Rangka baja dengan
bresing eksentrik 8 2 4
7) Periode fundamental pendekatan
Periode fundamental pendekatan (Ta), dalam detik harus
ditentukan dari persamaan berikut.
Ta = Ct × ℎ�� (2.10)
Keterangan :
hn adalah tinggi struktur, dalam (m), di atas dasar sampai
tingkat tertinggi struktur, dan koefisin Ct dan x ditentukan
berdasarkan tabel 2.9.
Tabel 2.9. Koefisien untuk batas atas pada periode yang
dihitung
Parameter percepatan respons spektral desain pada 1 detik SD1
Koefisien
Tabel 2.10. Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x
Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihbungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari deflksi jika dikenal dengan gaya gempa
Rangka baja pemikul momen 0,0724a
0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,8
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75 Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731a 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75
Sumber : SNI 1726:2012
Sebagai alternatif, diijinkan untuk menentukan periode
fundamental pendekatan (Ta)dalam detik untuk struktur dengan
gaya gempa terdiridari penahan gaya rangka momen beton atau
baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3
meter.
Ta = 0,1N (2.11)
Periode yang digunakan yaitu sebagai berikut :
a) Jika Tc > Cu Ta maka T = Cu Ta
b) Jika Ta < Tc < Cu Ta maka T = Tc
c) Jika Tc < Ta maka T = Ta
8) Gaya dasar seismik
Gaya dasar seismik V arah yang ditetapkan harus sesuai dengan
persamaan berikut :
V = Cs × W (2.12)
Keterangan :
Cs adalah koefisien respon seismik
W adalah berat saismik efektif
Untuk menentukan koefisien respon seismik Cs harus
ditentukan dengan persamaan berikut :
�
=
9) Distribusi vertikal gaya gempa
Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat
harus ditentukan dari persamaan berikut :
Fx = Cvx × V (2.15)
Cvx = wxhx
k
∑ni=1wihik
e. Beban Hujan
Menurut SNI 1727:2013 setiap bagian suatu atap harus dirancang
mampu menahan beban dari semua air hujan yang terkumpul
apabila sistem drainase primer untuk bagian tersebut tertutup.
3. Kombinasi Beban
Menurut SNI 1726:2012 struktur bangunan gedung dan non gedung
dirancang menggunakan kombinasi pembebanan untuk metode tegangan
ijin. Beban-beban di bawah ini harus ditinjau dengan
kombinasi-kombinasi berikut untuk perencanaan struktur, komponen elemen struktur
dan elemen-elemen fondasi berdasarkan metode tegangan ijin :
a. D
b. D + L
c. D + (Lr atau R)
d. D + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
e. D + (0,6W atau 0,7E)
f. D + 0,75(0,6W atau 0,7E) + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
g. 0,6D + 0,6W
h. 0,6D + 0,7E
4. Metode Load Resistance Factor Design
Berdasarkan metode LRFD, suatu struktur dikatakan aman apabila
memenuhia syarat sebagai berikut :
ᶲRn≥ ∑ ᵞi.Qi (2.17)
Dari persamaan diatas tahanan atau kekakuan sistem setruktur serata beban
yang beban yang harus dipikul. Jika tahanan nominal Rn dikalikan faktor
tahanan ᶲ sehingga didapatkan tahanan rencana, akan tetapi jika beban
dikalikan dengan faktor beban ᵞi untuk mendapatkan jumlah beban
5. Perencanaan portal
a. Desain balok
1) Pemeriksaan kelangsingan penampang balok terdapat pada SNI
1729:2015 tabel B 4.16.
bf
2) Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur seperti pada
pasal F2-5
Maka momen nominal seperti pasal F2-1
Mn = Mp = Zxb×fy (2.22)
Dengan nilai reduksi lentur Φb = 0,9 maka rasio kapasitas lentur
balok :
Rasio momen = Mu
Φb×Mn < 1 (2.23) 3) Periksa kekuatan geser balok
Karena λw ≤ 1,1�kn × Es
fy maka leleh terjadi pada plat badan.
Kuat geser nominal ditentukan berdasarkan pasar G3-1
Vn = 0,6 × fy × ( d × tw )
Dengan nilai reduksi geser Φs = 0,9 maka rasio kapasitas geser
balok :
Rasio shear = Vu
Φs×Vn < 1 (2.27) 4) Pemeriksaan interaksi lendut dan geser
Pemeriksaan interaksi :
Mu
Φb × Mn + 0,625 × Vu
Φs ×Vn < 1,375 (2.28) b. Desain kolom
1) Pemeriksaan kelangsingan penampang kolom
2) Pemeriksaan kelangsingan elemen kolom
Kekuatan kolom dicek terhadap kekuatan aksial kecuali ada gaya
lintang yang bekerja dalam bentang kolom tersebut.
Lbmax = 0,086 × iy × Es
fy (2.34)
3) Pemeriksaan kapasitas aksial kolom
a) Menentukan panjang efektif kolom
Dengan menggunakan Direct Analysis Method (DAM) maka
kx = ky = 1
λx = kx × Lb
ix (2.35)
λy = ky × Lb
iy (2.36)
b) Periksa tegangan lentur tekuk
Fey = π
Maka kapasitas aksial kolom adalah :
ΦPn = Φc × Fcr × As (2.37)
Rasio aksial = Pu
ΦPn < 1 (2.38) 6. Sambungan
Desain sambungan harus dirancang sesuai dengan kekuatan desain ΦRn
dan kekuatan yang diijinkan Rn/Φ . Gaya dan deformasi yang digunakan
harus sesuai konsisten dengan kinerja sambungan yang direncanakan
tersebut dan asusumsi yang digunakan. Kekuatanperlu sambungan harus
ditentukan oleh analisis struktur dan beban desain yang disyaratkan, atau
merupakan proporsi kekuatan yang diperlukan dari komponen struktur
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Dasar-Dasar Perencanaan
1. Deskripsi model struktur
Pengerjaan tugas akhir ini yaitu perencanaan ulang proyek pembangunan
PT. Indofood CBT digunakan pemodelan struktur 2D dari beberapa
sruktur portal yang ada, dipilih portal terbesar yaitu SA karena dapat
mewakili portal-portal yang lain dengan menggunakan Structure Analisis
Programe 2000 versi 14 (SAP) mengacu SNI terbaru yaitu Spesifikasi
untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015).
Gambar 3.1. Model portal
2. Data struktur
Model struktur direncanakan terletak di kota Cirebon dengan jenis tanah
lunak. Struktur ini memiliki 3 lantai dan fungsi gedung sebagai gudang
ataupun pabrik produksi dengan data struktur sebagai berikut.
a. Baja
Profil : ASTM A-36.
Baut : ASTM A-325.
b. Gambar
Adapun gambar yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu gambar
c. Material
d. Tabel 3.1. Data Material
NO KODE UKURAN KETERANGAN
Sumber : Gambar Konstruksi Proyek Pembangunan New Noodle Factory
3. Perturan-peraturan
Perencanaan ulang ini digunakan beberapa pedoman perencangan struktur
yaitu sebagai berikut :
a. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015).
b. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012).
c. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur
lain (SNI 1727:2013).
B. Metode perencanaan
1. Teknik pengolahan data
Semua data yang telah terkumpul selanjutnya diolah. Tahapan-tahapan
pengolahan data tersebut sebagai berikut :
a. Pembuatan pemodelan struktur baja
Membuat contoh peodelan struktur dengan menggunakan Structure
Analisis Programe (SAP 2000 V.14).
b. Perhitungan beban dan kombinasi beban
Perhitungan pembebanan seperti beban hidup, beban mati, beban
gempa, beban angin dan kombinasi beban lainnya digunakan Microsoft
Excel sesuai dengan Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan
c. Memasukan beban yag telah dihitung ke dalam Structure Analisis
Programe (SAP).
d. Menghitung beban gempa yang mengacu pada SNI-1726-2012.
e. Memasukan data beban gempa yang telah dihitung kemudian input ke
dalam Structure Analisis Programe (SAP 2000 V.14) kemudian
dianalisis.
f. Input kombinasi beban yang akan digunakan pada Structure Analisis
Programe (SAP2000 V.14).
g. Menganalisis pemodelan yang telah dibuat pada Structure Analisis
Programe (SAP 2000.14) apakah sudah memenuhi spesifikasi atau
keamanan struktur.
h. Perhitungan sambungan.
Perencanaan ulang struktur baja dapat juga dilihat seperti pada bagan alir
Gambar 3.2. Bagan Alir Proses Tahapan Penelitian
2. Pembahasan Hasil
Hasil analisis struktur yang diperoleh selanjutnya dibandingkan
berdasarkan keadaan dilapangan. Dari hasil tersebut kemudian dapat
diambil kesimpulannya.
Mulai
Pengumpulan data : 1. Gambar struktur dan arsitek 2. Mutu baja dan beton
3. Data profil 4. Literatur
Analisis Pembebanan
Analisis Struktur dengan SAP2000 V.14
Analisis Penampang
Tidak
Perencanaan Sambungan
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Struktur
Tugas akhir ini yaitu perencanan struktur pada bangunan New Noodle
Factory PT. Indofood CBP. Struktur dimodelkan dua dimensi dengan tinjaun
portal terbesar dengan menggunakan Struktur Analisis Program SAP2000
V.14.
Gambar 4.1. Model portal
Perencanaan direncanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015).
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012).
3. Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain
(SNI 1727:2013).
4. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987.
B. Data Geomerti Strktur
Data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini yaitu sebagai
berikut :
1. Baja
a. Profil : ASTM A-36.
2. Material
Tabel 4.1 Data Meterial
NO KODE UKURAN KETERANGAN
C. Analisis Pembebanan
Pada perencanaan struktur ini beban-beban yang bekerja sesuai dengan
Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain (SNI
1727:2013) dan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung 1987.
1. Beban mati pada plat lantai
Beban mati yang direncanakan pada plat lantai yaitu sebagai berikut :
a. Tebal polyurethane (3 mm) = 0,003 meter
b. Berat polyurethane = 36 kg/m3
Beban polyurethane = 0,003 × 36 = 0,108 kg/m2
c. Plat beton (120 mm) = 0,12 meter
d. Berat beton bertulang = 2400 kg/m2
Beban plat beton = 0,12 × 2400 = 288 kg/m2
Beban mati plat lantai = (0,108 + 288) × 6 × 0,5
= 864,324 kg/m
e. Beban tambahan (SDL)
Berat dinding (hebel 20) = 200 kg/m2
Tinggi dinding = 4 m
SDL = 200 × 4 = 800 kg/m
2. Beban mati atap
b. Penutup atap metal gelombang = 10 kg/m2
c. Jarak antar gording = 1,2 m
d. Berat atap = 10 × 1,2 = 12 kg/m
e. Beban mati atap = 4,96 + 12 = 16,96 kg/m
3. Beban angin
a. Sudut kuda-kuda (α) = 5o
b. Q angin = 40 kg/m2
c. Jarak antar kuda-kuda = 6 m
d. Jarak antar gording = 1,2 m
e. Koefisien angin tekan (c) = (0,02α – 0,4)
= (0,02(5) – 0,4) = – 0,3
f. Koefisien angin hisap = – 0,4
g. Beban angin pada kuda-kuda
Angin tekan = – 0,3 × 6 × 40 = 72 kg/m
Angin hisap = – 0,4 × 6 × 40 = 96 kg/m
4. Beban hidup
a. Beban hidup plat lantai = 6 kN/m2
b. Beban hidup atap = 100 kg
5. Beban hujan
40 − 0,8 α
40 − 0,8 (5) = 36 kg/m
6. Beban gempa
a. Klasifikasi situs
Dalam melakukan analisis struktur khususnya dalam mengetahui
klasifikasi suatu situs tanah respon spekrum gempa terlebih dahulu kita
harus mengetahui situs tanah yang akan di dirikan sebagai bangunan
nantinya. Pada perencanaan tersebut perlu dilakukan penyelidikan
tanah di area pembangunan yang dipersiapkan agar mengetahui jenis
tanah berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan
Tabel 4.2. Hasil Penujian SPT
Sumber : BITA ENARCON ENGINEERING, 2014
Tabel 4.3. Hasil Pengujian SPT
DB 9
Sumber : BITA ENARCON ENGINEERING, 2014
Nilai N rata-rata ditentukan dengan rumus :
N= 35
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 5.3 untuk nilai N = 11,590 klasifikasi
tanah situs termasuk jenis Tanah Lunak.
a. Respon spektrum
Analisis respon spektrum mengacu pada SNI 1726:2012 Tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non
gedung. Pada gambar 9 dan 10 SNI 1726:2012 diperoleh nilai SS dan S1.
SS = 0,715 dan S1 = 0,291
Koefisien situs Fa dan Fv diperoleh pada tabel 4.4. dan 4.5. berdasarkan
SNI 1726:2012.
Tabel 4.4. Hasil perhitungan koefisien situs Fa
Kelas Situs
Parameter Respon Spektrum Percepatan Gempa Terpetakan pada Periode Pendek T=0,2s Ss
Tabel 4.5. Hasil perhitungan koefisien situs Fv
Kelas Situs
Untuk menentukan respons spektral percepatan gempa di permukaan
tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasiseismik pada periode 0,2 detik
dan periode 1 detik. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada
periode getaran pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang
mewakili getaran periode 1 detik (Fv). Parameter spektrum respon periode
pendek (SMS) dan periode 1 detik (SM1) yang diperoleh seperti pada tabel
4.6. berdasarkan SNI 1726:2012.
Tabel 4.6. Hasil perhitungan SMS dan SM1
Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek (SDS)dan pada
periode 1 detik (SD1) berdasarkan hasil perhitungan seperti pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil perhitungan SDS dan SD1
Untuk menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung maka
wilayah gempa ditetapkan spektrum respon rencana seperti pada gambar
4.2.
Kelas Situs SMS SM1
SA 0,572 0,233
SB 0,715 0,291
SC 0,797 0,439
SD 0,878 0,529
SE 0,908 0,825
Kelas Situs SDS SD1
SA 0,381 0,155
SB 0,477 0,194
SC 0,531 0,293
SD 0,585 0,353
Gambar 4.2. Spektrum respons
Gambar diatas diperoleh berdasarkan hasil hitungan seperti pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Respons spektrum gempa
Berdasarkan hasil nilai yang diperoleh parameter percepatan spektral
desain untuk periode pendek (SDS) sebesar 0,605serta pada periode 1 detik
(SD1) sebesar 0,550 dengan spesifikasi 0,50 ≤ SDS dan 0,20 ≤ SD1
bedasarkan tabel yang telah dijalaskan pada pembahasan sebelumnya yaitu
memenuhi spesifikasi dengan kategori resiko IV dengan tingkat resiko
kegempaan sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK) dengan nilai
koefisien modifikasi respon (R) 8. Sistem rangka pemikul momen dimana
rangka memikul 100% gaya gempa yang disyaratkan dan tidak melingkupi
atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah
rangka dari defleksi dengan nilai Ct 0,0724, nilai x 0,8 dan nilai koefisien
Cu 1,4.
b. Geser dasar seismik
Cs= SDs
c. Periode fundamental
Ta = Ct × hnx
Ta = 0,0724 × 17,66 0,8
Ta = 0,72 detik maka k = 2
d. Distribusi vertikal gaya gempa
Fx = Cvx × V dan
Cvx= wxhx
k
∑ni=1wi hik
Tabel 4.9. Hasil perhitungan distribusi vertikal gaya gempa
Lantai
D. Desain Balok
1. Data profil rencana BB1 IWF 500×200×10×16
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14
diperoleh gaya dalam balok terbesar yaitu sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang balok
Jadi, penampang balok memenuhi syarat kekompakan.
b. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur
Balok diberi penopang lateral pada setiap jarak 2 meter.
Lb = 6000mm
Dengan nilai reduksi lentur Φb = 0,9 maka rasio kapasitas lentur balok:
Rasio momen = Mu
Φb×Mn= 0,265 <1…(OK) c. Pemeriksaan kuat geser balok
λw= 500
fy maka leleh terjadi pada plat badan.
Kuat geser nominal ditentukan sebagai berikut :
Vn = 0,6 × fy × ( d × tw )
Vn = 0,6 × 0,24 × ( 500 ×10 )
Vn = 720 kN
Dengan nilai reduksi geser Φs = 0,9 maka rasio kapasitas geser balok :
Rasio shear = Vu
Φs×Vn= 0,260 <1…(OK) d. Pemeriksaan interaksi Lentur dan Geser
Persamaan interaksi :
Mu
Φb × Mn + 0,625 × Vu
Φs ×Vn = 0,428 < 1,375…OK 2. Data profil rencana BB2 IWF 450×200×9×14
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14
diperoleh gaya dalam balok terbesar yaitu sebagai berikut :
As = 9676 mm2
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang balok
bf
Jadi, penampang balok memenuhi syarat kekompakan.
b. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur
Balok diberi penopang lateral pada setiap jarak 2 meter.
Lb = 8000mm
4 =2×10
Cek :
Dengan nilai reduksi lentur Φb = 0,9 maka rasio kapasitas lentur balok:
Rasio momen = Mu
Φb×Mn= 0,360 < 1…(OK) c. Pemeriksaan kuat geser balok
λw= d
fy maka leleh terjadi pada plat badan.
Kuat geser nominal ditentukan sebagai berikut :
Vn = 0,6 × fy × ( d × tw )
Vn = 0,6 × 0,24 × ( 450 ×9 )
Dengan nilai reduksi geser Φs = 0,9 maka rasio kapasitas geser balok :
Rasio shear = Vu
Φs×Vn= 0,227 < 1…(OK) d. Pemeriksaan interaksi Lentur dan Geser
Persamaan interaksi :
Mu
Φb × Mn + 0,625 × Vu
Φs ×Vn = 0,502 < 1,375…OK 3. Data profil rencana R1 IWF 500×200×10×16
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14
diperoleh gaya dalam rafter terbesar yaitu sebagai berikut :
Zyb = �bf
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang rafter
bf
Jadi, penampang balok memenuhi syarat kekompakan.
b. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur
Rafter diberi penopang lateral pada setiap jarak 2 meter.
Mn = Mp = 524 kN m
Dengan nilai reduksi lentur Φb = 0,9 maka rasio kapasitas lentur balok:
Rasio momen = Mu
Φb×Mn= 0,064 <1…(OK) c. Pemeriksaan kuat geser balok
λw= d
fy maka leleh terjadi pada plat badan.
Kuat geser nominal ditentukan sebagai berikut :
Vn = 0,6 × fy × ( d × tw )
Vn = 0,6 × 0,24 × ( 500 ×10 )
Vn = 720 kN
Dengan nilai reduksi geser Φs = 0,9 maka rasio kapasitas geser balok :
Rasio shear = Vu
Φs×Vn= 0,039 <1…(OK) d. Pemeriksaan interaksi Lentur dan Geser
Persamaan interaksi :
Mu
Φb × Mn + 0,625 × Vu
Φs ×Vn = 0,088 < 1,375…OK
E. Desain Kolom
1. Data profil rencana KB2 IWF 400×400×13×21
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14
diperoleh gaya dalam kolom terbesar yaitu sebagai berikut :
d = 400 mm
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang kolom
Untuk sayap :
Jadi, penampang kolom tidak kompakan.
b. Pemeriksaan kelangsingan elemen kolom
Lbmax = 0,086 × iy × Es
c. Pemeriksaan kapasitas aksial kolom
1) Menentukan panjang efektif kolom
Dengan menggunakan Direct Analysis Method (DAM) maka kx =
ky = 1
2) Pemeriksa tegangan lentur tekuk
Fey = π
Maka kapasitas aksial kolom
ΦPn = Φc × Fcr × As = 4,042 × 103 kN
Rasio aksial = Pu
ΦPn= 6,629 × 10
2. Data profil rencana KB3 IWF 350×350×12×19
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14
diperoleh gaya dalam kolom terbesar yaitu sebagai berikut :
Pu = 251,7 kN
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang kolom
29,167 ≤ 66,340 ... (OK)
Jadi, penampang kolom tidak kompakan.
b. Pemeriksaan kelangsingan elemen kolom
Lb < Lbmax
c. Pemeriksaan kapasitas aksial kolom
1) Menentukan panjang efektif kolom
Dengan menggunakan Direct Analysis Method (DAM) maka kx =
ky = 1
2) Pemeriksa tegangan lentur tekuk
Fey = π
Maka kapasitas aksial kolom adalah
Rasio aksial = Pu
ΦPn= 0,082 < 1 … (OK)
F. Perhitungan angkur base plat
Gambar 4.4. Detail Angkur
Gamabar 4.5. Detail Angkur
1. Base plat (PD2A) 400×400×13×21
a. Data profil :
B = 550 mm
N = 595 mm
bf = 400 mm
d = 400 mm
tw = 13 mm
tf = 21 mm
b. Karakteristik baut A-307
fc’ = 25 N/mm2
c. Beban-beban ketika gaya aksial maksimum dan gaya lateral
maksimum terjadi.
1) Gaya aksial maksimum
Actual axial load (P) = 24546,77 kg
Actual lateral Fx = 744,72 kg
Actual lateral Fy = 0 kg
Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �744,722+02
Q = 744,72 kg
Tension load :
Actual tension load (T) = 24546,77 kg
2) Gaya lateral maksimum
Actual axial load (P) = 24546,77 kg
Actual lateral Fx = 744,72 kg
Actual lateral Fy = 0 kg
Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �744,722+02
Q = 744,72 kg
d. Tahanan ijin
Fp = 0,35×fc’×10
Fp = 0,35×25×10
Fp = 87,5 kg/mm2
e. Luasan plat :
A1 =24546,77
Diisyaratkan area A1 = 14026,73 mm
g. Tahan tekanan aktual
Tebal plat yang disyaratkan adalah = 12,858 mm
Tebal base plat yang direkomendasikan adalah = 25 mm
h. Karakteristik baut A-307
Fu = 360 N/mm2 (tegangan tarik minimum, 360× 100
9,8067= 3671 kg/cm
2)
Fy = 240 N/mm2 (tegangan leleh minimum, 240× 100
9,8067= 2447 kg/cm
Ft = 310 N/mm2 (tegangan tarik, 310× 100
9,8067= 3161 kg/cm
2)
Fv = 165 N/mm2 (tegangan geser, 165× 100
9,8067= 1683 kg/cm
2)
Fb = 0,9 × 240 = 216 N/mm2 (tahanan ijin, 216 × 100
9,8067= 2203 kg/cm
2)
i. Cek gaya geser
Diameter baut angkur = M 25
Jumlah baut (n) = 4
j. cek tahanan pada plat
t = 25 mm ( tebal base plat direkomdasikan)
k. Cek kekuatan tarik dari batang angkur
Trod = T
Tension and Shear in Bearing-type Connections (AISC'89 Sect. J3.5)
Ft = 179 – (1,8 × 3,720)
Ft = 173 N/mm2 < 310 N/mm2
Trod
Ag =122,599 N/mm
2
< 173 N/mm2
l. Panjang angkur
La = 400 mm
d = 25 mm
fc’ = 25 Mpa
fy = 240 Mpa
Panjang angkur minimum yang diperlukan :
Lmin = fy
�4 × √fc'� × d
Lmin = 240
�4 × √25� × 25 Lmin = 300 mm
Syarat yang harus dipenuhi adalah :
Lmin≤ La
300 ≤ 400
Maka digunakan angkur 4 M 25 dengan panjang angkur 400 mm
2. Base plat (PD2) 400×400×13×21
a. Data profil
B = 550 mm
N = 550 mm
bf = 400 mm
d = 400 mm
tw = 13 mm
tf = 21 mm
b. Karakteristik baut A-307
fy = 240 N/mm2
fc’ = 25 N/mm2
c. Beban-beban ketika gaya aksial maksimum dan gaya lateral
maksimum terjadi.
1) Gaya aksial maksimum
Actual axial load (P) = 48520,85 kg
Actual lateral Fx = 12,42 kg
Actual lateral Fy = 0 kg
Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �12,422+02
Q = 12,420 kg
Tension load :
Actual tension load (T) = 48520,85 kg
2) Gaya lateral maksimum
Actual axial load (P) = 18522,57 kg
Actual lateral Fx = 22,02 kg
Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �22,022+02
Q = 22,02 kg
d. Tahanan ijin
A1≥ 27726,20 mm
Diisyaratkan area A1 = 27726,20 mm
N =�A1+Δ
N =�27726,20 +30
N = 196,51 mm < d = 400 mm
B =A1 N
B =27726,20 196,51
B = 141,09 mm < bf = 400 mm
g. Tahan tekanan aktual
fp = P B ×N
fp =48520,85 550 × 550
fp = 0,160 kg/mm2 = 0,233 kip/in2
0,25 × Fy = 0,25 × 240 × 10 = 600 kg/cm2 = 8,7 kip/in2
m =N - 0,95 ×d 2
m =550 - 0,95 ×400 2
m = 85 mm
m = 8,5 cm = 3,346 in
n =B - 0,8 × bf 2
n =550 - 0,8 ×400 2
n = 115 mm
n = 11,5 cm = 4,528 in
tp = (4,528) �0,233 8,7
tp = 0,740 in
tp = 0,740 × 25,4
tp = 18,803 mm
Tebal plat yang disyaratkan adalah = 18,803mm
Tebal base plat yang direkomendasikan adalah = 25 mm
h. Karakteristik baut A-307
Fu = 360 N/mm2 (tegangan tarik minimum, 360 × 100
9,8067= 3671 kg/cm
2)
Fy = 240 N/mm2 (tegangan leleh minimum, 240× 100
9,8067= 2447 kg/cm
2)
Ft = 310 N/mm2 (tegangan tarik, 310× 100
9,8067= 3161 kg/cm
2)
Fv = 165 N/mm2 (tegangan geser, 165× 100
9,8067= 1683 kg/cm
2)
Fb = 0,9 × 240 = 216 N/mm2 (tahanan ijin, 216 × 100
9,8067= 2203 kg/cm
2)
j. cek tahanan pada plat
Fbtu = 0,06 N/mm2 < Fb allowable OK
k. Cek kekuatan tarik dari batang angkur
Trod =
Tension and Shear in Bearing-type Connections (AISC'89 Sect. J3.5)
Ft (ksi) = 26 – (1,8 × fv) ≤ 20 ksi
l. Panjang angkur
La = 400 mm
d = 25 mm
fc’ = 25 Mpa
fy = 240 Mpa
Panjang angkur minimum yang diperlukan
Lmin =
Syarat yang harus dipenuhi adalah :
Lmin≤ La
300 ≤ 400
Gambar 4.7. Hasil perencanaan angkur
3. Base plat (PD3) 350×350×12×19
a. Data profil
B = 500 mm
N = 500 mm
bf = 350 mm
d = 350 mm
tw = 12 mm
tf = 19 mm
b. Karakteristik baut A-307
fy = 240 N/mm2
fc’ = 25 N/mm2
c. Beban-beban ketika gaya aksial maksimum dan gaya lateral
maksimum
1) Gaya aksial maksimum
Actual axial load (P) = 17617,84 kg
Actual lateral Fx = 50,19 kg
Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �50,192+02
Q = 50,19 kg
Tension load :
Actual tension load (T) = 17617,84 kg
2) Gaya lateral maksimum
Actual axial load (P) = 17617,84 kg
Actual lateral Fx = 50,19 kg
Actual lateral Fy = 0 kg
Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �50,192+02
Q = 50,19 kg
d. Tahanan ijin
Fp = 0,35×fc’×10
Fp = 0,35×25×10
Fp = 87,5 kg/mm2
e. Luasan plat :
A1 = P Fp
A1 =17617,84 87,5
A1 = 201,347 mm2
A2 = B × N
f. Cek
Diisyaratkan area A1 = 10067,34 mm
N =�A1+Δ
g. Tahan tekanan aktual
m =500 - 0,95 ×350
Tebal plat yang disyaratkan adalah = 11,921 mm
Tebal base plat yang direkomendasikan adalah = 25 mm
h. Karakteristik baut A-307
Fu = 360 N/mm2 (tegangan tarik minimum, 360× 100
9,8067= 3671 kg/cm
2)
Fy = 240 N/mm2 (tegangan leleh minimum, 240× 100
9,8067= 2447 kg/cm
2)
Ft = 310 N/mm2 (tegangan tarik, 310× 100
9,8067= 3161 kg/cm
2)
Fv = 165 N/mm2 (tegangan geser, 165× 100
9,8067= 1683 kg/cm
2)
Fb = 0,9 × 240 = 216 N/mm2 (tahanan ijin, 216 × 100
9,8067= 2203 kg/cm
2)
i. Cek gaya geser
Diameter baut angkur = M 25
Jumlah baut (n) = 4
Ag = 491 mm2 (cross section area of bolt)
j. cek tahanan pada plat
t = 25 mm ( tebal base plat direkomdasikan)
k. Cek kekuatan tarik dari batang angkur
Trod = T
Tension and Shear in Bearing-type Connections (AISC'89 Sect. J3.5)
Ft (ksi) = 26 – (1,8 × fv) ≤ 20 ksi
l. Panjang angkur
La = 400 mm
d = 25 mm
fc’ = 25 Mpa
fy = 240 Mpa
Lmin = fy
�4 × √fc'� × d
Lmin =
240
�4 × √25� × 25 Lmin = 300 mm
Syarat yang harus dipenuhi adalah :
Lmin≤ La
300 ≤ 400
Maka digunakan angkur 4 M 25 dengan panjang angkur 400 mm
Gambar 4.8. Hasi perencanaan angkur
4. Base plat (PD3A) 350×350×12×19
a. Data profil
B = 500 mm
N = 570 mm
bf = 350 mm
d = 350 mm
tw = 12 mm
tf = 19 mm
b. Karakteristik baut A-307
fy = 240 N/mm2
c. Beban-beban ketika gaya aksial maksimum dan gaya lateral
maksimum
1) Gaya aksial maksimum
Actual axial load (P) = 11315,62 kg
Actual lateral Fx = 460,03 kg
Actual lateral Fy = 0 kg
Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �460,032+02
Q = 460,03 kg
Tension load :
Actual tension load (T) = 11315,62 kg
2) Gaya lateral maksimum
Actual axial load (P) = -10567,8 kg
Actual lateral Fx = 460,03 kg
Actual lateral Fy = 0 kg
Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �460,0302+02
Q = 460,030 kg
d. Tegangan ijin
Fp = 0,35×fc’×10
Fp = 0,35×25×10
Fp = 87,5 kg/mm2
e. Luasan plat :
A1 =11315,62
g. Tahan tekanan aktual :
fp =
fp =
Tebal plat yang disyaratkan adalah = 9,66 mm
Tebal base plat yang direkomendasikan adalah = 25 mm
h. Karakteristik baut A-307
Fu = 360 N/mm2 (tegangan tarik minimum, 360 × 100
9,8067=3671 kg/cm
2)
Fy = 240 N/mm2 (tegangan leleh minimum, 240× 100
9,8067= 2447 kg/cm
2)
Ft = 310 N/mm2 (tegangan tarik, 310× 100
9,8067= 3161 kg/cm
2)
Fv = 165 N/mm2 (tegangan geser, 165× 100
9,8067= 1683 kg/cm
Fb = 0,9 × 240 = 216 N/mm2 (tahanan ijin, 240× 100
9,8067= 2203 kg/cm
2)
j. Cek tahanan pada plat
t = 25 mm ( tebal base plat direkomdasikan)
k. Cek kekuatan tarik dari batang angkur
Trod = T
Tension and Shear in Bearing-type Connections (AISC'89 Sect. J3.5)
l. Panjang angkur
La = 400 mm
d = 25 mm
fc’ = 25 Mpa
fy = 240 Mpa
Panjang angkur minimum yang diperlukan :
Lmin = fy
�4 × √fc'� × d
Lmin =
240
�4 × √25� × 25 Lmin = 300 mm
Syarat yang harus dipenuhi adalah :
Lmin≤ La
300 ≤ 400
Maka digunakan angkur 4 M 25 dengan panjang angkur 400 mm
G. Perhitungan sambungan
1. R1 dengan KB3
Gambar 4.10. Detail sambungan rafter
(Sumber : PT Bita Enarco Engineering)
R1 WF 500×200×10×16
KB3 WF 350×350×12×19
a. Baut A 325
| = 585 Mpa (Tegangan leleh)
�= σl 1,5
�= 585 1,5
� = 390 Mpa (Tegangan dasar)
�̅ = 0,6 × �
�̅ = 0,6 × 390
�̅ = 234 Mpa (Tegangan geser ijin)
� ta = 0,7 × �
� ta = 0,7 × 390
� ta = 273 Mpa (Tegangan tarik ijin)
� tu = 1,5 × �
� tu = 1,5 × 390
b. Actual loads
Q0 = 7,93 kN (Gaya geser aktual)
N0 = 0,78 kN (Gaya aksial aktual)
M0 = 13,84 kNm (Momen aktual)
c. Dicoba diameter baut M 25
nx = 2 (jumlah baut diatas)
ny = 8
n = 16 (jumlah baut total)
e = 450 mm (eksentrisitas)
α = 5o
α = 5×π
180=0,09 rad
Ny = N × Sin α
Ny = 0,07 kN
Nx = N × Cos α
Nx = 0,78 kN
Qx = Q × Sin α
Qx = 0,69 kN
Qy = Q × Cos α
Qy = 7,90 kN
d. Gaya tahanan yang disebabkan oleh eksentrisitas :
Q1 = Ny + Qy
= 0,07 + 7,90
= 7,97 kN ny
n
nx
Qx
N1 = Nx + Qx
= 0,78 + 0,69
= 1,47 kN
M1 = M0 + (Qx × e) + (Nx × e)
= 13,84 + (0,69 × 450) + (0,78 × 450)
= 14,50 kNm
e. Cek gaya geser
Ag=
1
4×π×D
2
Ag= 1
4× π × 25
2
Ag = 490,86 mm2 (cross section area of bolt)
= Q1
�n× Ag�
= 7,97×1000
(16 × 490,86)
= 1,01 Mpa < �̅ = 234 Mpa OK f. Cek gaya tarik
Gambar 4.11. Skema sambungan baut
y1 = 385 mm y9 = 385 mm
y2 = 305 mm y10 = 305 mm
y3 = 225 mm y11 = 225 mm
y4 = 145 mm y12 = 145 mm
i. Cross section area of bolt j. Kombinasi gaya geser dan gaya tarik
i = � ta2+ 3 2
i = �20,512+ 3 × 1,012
i = 20,58 Mpa < �� = 390 Mpa OK k. Bearing plate thickness (t)
Cek tebal plat yang mengalami tarik
Dari pemodelan menggunakan program SAP :
t ≥ �6 ×M ta
t ≥ 22,239 mm take plat t = 20 mm
l. Check for bearing plate
t = 20 mm (plat thickness)
Atu = t × D
= 20 × 25
= 500 mm2
tu = Q
n × Atu
tu= 7,93 × 1000 16 ×25 × 20
tu = 0,99 Mpa < �tu OK Use bolt 16 M 25
2. R1 dengan KB3
Gambar 4.12. Detail sambungan rafter dengan kolom
(Sumber : PT Bita Enarco Engineering)
R1 WF 500×200×10×16
KB3 WF 350×350×12×19
a. Baut A 325
�= σl 1,5
�= 585 1,5
� = 390 Mpa (Tegangan dasar)
�̅ = 0,6 × �
�̅ = 0,6 × 390
�̅ = 234 Mpa (Tegangan geser ijin)
� ta = 0,7 × �
� ta = 0,7 × 390
� ta = 273 Mpa (Tegangan tarik ijin)
� tu = 1,5 × �
� tu = 1,5 × 390
� tu = 585 Mpa (Tegangan tumpu ijin) b. Actual loads
Q0 = 16,68 kN (Gaya geser aktual)
N0 = 16,86 kN (Gaya aksial aktual)
M0 = 47,20 kNm (Momen aktual)
c. Dicoba diameter baut M 25
nx = 2 (jumlah baut diatas)
ny = 8
n = 16 (jumlah baut total)
e = 450 mm (eksentrisitas)
α = 5o
α = 5×π
180=0,09 rad
ny
n
Ny = N × Sin α
d. Gaya tahanan yang disebabkan oleh eksentrisitas
= 18,09 × 1000
(16 × 490,86)
= 2,30 Mpa < �̅ = 234 Mpa O f. Cek gaya tarik :
Gambar 4.13. Skema sambungan baut
y1 = 385 mm y9 = 385 mm
y2 = 305 mm y10 = 305 mm
y3 = 225 mm y11 = 225 mm
y4 = 145 mm y12 = 145 mm
y5 = 65 mm y13 = 65 mm
y6 = -60 mm y14 = -60 mm
y7 = -140 mm y15 = -140 mm
y8 = -220 mm y16 = -220 mm
∑y2
= 777450 mm2
g. Tension for one bolt by axial (Tan)
Tan=N1 n
Tan=18,25 16
h. Tension for one bolt by moment (Tam)
i. Cross section area of bolt
j. Kombinasi gaya geser dan gaya tarik
i = � ta2+ 3 2
i = �80,592+ 3 × 2,302
i = 80,69 Mpa < �� = 390 Mpa OK k. Bearing plate thickness (t)
Cek tebal plat yang mengalami tarik
Dari pemodelan menggunakan program SAP :
Mtension = 2250,30 kgmm
l. Check for bearing plate