• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MAHASISWA PROFESI PSPDG UMY DI RSGM UMY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MAHASISWA PROFESI PSPDG UMY DI RSGM UMY"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DI RSGM UMY

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

DICKY PRATAMA DEVRIYANTA 20120340030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

GAMBARAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MAHASISWA PROFESI PSPDG UMY

DI RSGM UMY

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

DICKY PRATAMA DEVRIYANTA 20120340030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

iii Nama : Dicky Pratama Devriyanta NIM : 20120340030

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 8 April 2016

Yang membuat pernyataan,

(4)

iv

“TO GET A SUCCESS, YOUR COURAGE MUST

(5)

v

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada :

Allah SWT Nabi Muhammad SAW Bapak Sukamto dan Ibu Sutini

Satria Wira Devriyanta

(6)

vi Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi PSPDG UMY di RSGM UMY”.

Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi sebagian syarat guna menyelesaikan Program Studi Strata 1 (S1) Kedokteran Gigi pada Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak terlepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kesehatan dan jalan kepada umat-Nya dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. drg. Novitasari Ratna Astuti, M.P.H. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar selalu memberikan petunjuk, bimbingan, dorongan serta semangat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

5. drg. Sri Utami, M.P.H. selaku Dosen Penguji yang telah membimbing dan telah memberi masukan serta nasehat bagi penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

(7)

vii sayang, dukungan dan motivasi bagi penulis.

9. Bapak Sukamto, S.H. selaku ayah penulis yang tak pernah berhenti memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasi bagi penulis.

10.Satria Wira Devriyanta selaku saudara penulis yang selalu memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.

11.Ulya Alfrista Sari yang telah membantu banyak hal dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dan menjadi tempat berbagi suka dan duka.

12.Muhammad Rakhim dan Rahmad Umar selaku teman bimbingan Karya Tulis Ilmiah yang selalu berbagi ilmu dan kerja sama yang baik.

13.Sahabat-sahabatku di Club Ceria dan Osce Holic yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.

14.Semua teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter Gigi UMY angkatan 2012, semoga sukses selalu.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran maupun kritik yang bersifat membangun. Semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca.

Yogyakarta, 8 April 2016

(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii

1. Keterampilan Komunikasi ... 6

2. Komunikasi Terapeutik ... 12

3. Mahasiswa profesi PSPDG UMY ... 18

4. Rumah Sakit Gigi dan Mulut UMY ... 19

B. Landasan Teori ... 20

C. Kerangka Konsep ... 22

D. Pertanyaan Penelitian ... 23

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Populasi dan Subyek Penelitian ... 24

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 25

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

E. Variabel Penelitian ... 26

F. Devinisi Operasional ... 26

G. Instrumen Penelitian... 27

H. Jalannya Penelitian ... 27

I. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28

J. Analisis Data ... 29

K. Alur Penelitian ... 30

L. Etika Penelitian ... 31

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

(9)
(10)

x

Gambar 1. Kerangka Konsep ... 22 Gambar 2. Alur Penelitian... 30 Gambar 3. Diagram Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa

(11)

xi

Tabel 3. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi

PSPDG UMY berdasarkan Jenis Kelamin ... 33 Tabel 4. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi

(12)
(13)

xi

terapeutik yang baik akan menciptakan hubungan saling percaya antara dokter dan pasien. Keterampilan komunikasi terapeutik yang baik menjadikan dokter gigi mampu membangun hubungan yang baik dengan pasien, sehingga proses pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan lebih optimal, hal ini pula sangat dibutuhkan oleh mahasiswa profesi kedokteran gigi. Keterampilan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan gigi ini sangat dibutuhkan oleh mahasiswa profesi. Mahasiswa profesi PSPDG UMY sejak S1 telah mendapatkan ilmu keterampilan komunikasi terapeutik sehingga diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu tersebut pada pasien di RSGM UMY.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY di RSGM UMY.

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik simple random sampling yag terdiri dari 105 mahasiswa profesi PSPDG UMY dan 105 pasien di RSGM UMY.

Hasil Penelitian : 75% keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY di RSGM UMY berada pada kategori baik.

Kesimpulan : Keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY di RSGM UMY sebagian besar berada pada kategori baik.

(14)

xii

Backgrounds: Communication in dentistry profession is an ability that must be mastered to determine the success and optimal of patient’s care. The creation of an excellent therapeutic communication will create trustworthiness and build a good relation between doctor and patient. Therapeutic communication skill in dental care is needed by the dental clinical students. Dental clinical students at RSGM UMY had received communication therapeutic skill science since preclinical level, students are expected to apply it to patients in RSGM UMY. Aim: The purpose of this research was to find out the over view of therapeutic communication skill of dental clinical students at PSPDG UMY at RSGM UMY. Method: This research used descriptive research with simple random sampling method, samples were 105 dental clinical students in RSGM UMY.

Result: The result of this research 75% dental clinical students in RSGM UMY have a therapeutic communication in a good category.

Conclusion: The conclusion of this research is dental clinical students in PSPDG UMY at RSGM UMY generally in a good category.

(15)

1

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang menjalankan kehidupannya sebagai individu dalam komunitas, organisasi, maupun masyarakat. Manusia melakukan komunikasi untuk berinteraksi dengan orang lain pada kehidupan sehari-harinya (Liliweri, 2009). Komunikasi di dalam profesi kedokteran gigi merupakan kemampuan yang harus dikuasai untuk menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan gigi pasien. Setiap orang pada dasarnya memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan (Wasisto dkk., 2009).

Perkembangan cepat ilmu dan teknologi kedokteran masih banyak harapan lain yang dikemukakan, salah satunya adalah keterampilan

(16)

memadai, serta teknik dan sikap komunikasi yang baik. Keterampilan komunikasi terapeutik yang baik menjadikan dokter gigi mampu membangun hubungan yang baik antara dokter gigi dengan penderitanya sehingga proses layanan medis gigi dan mulut akan lebih optimal (Soelarso, 2005)

Keterampilan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan gigi sangat dibutuhkan oleh mahasiswa profesi. Suatu pelayanan kesehatan yang optimal akan menimbulkan bukti nyata tentang puas tidaknya seorang pasien terhadap pelayanan (Wijiono, 1999). Mutu pelayanan memiliki empat aspek yang termasuk hal-hal secara langsung tidak langsung dapat berpengaruh terhadap penilaian, antara: aspek klinis, aspek efisiensi dan efektifitas, aspek keselamatan pasien, dan aspek kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah hal yang berhubungan dengan kenyamanan, keramahan, dan kecepatan pelayanan (Sabarguna, 2004).

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan keterampilan komunikasi adalah:

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah: 8).

(17)

tetapi karena kurang perhatian, sehingga tidak ada kesempatan untuk mengungkap apa yang dirasakan sehingga menimbulkan ketidak puasan pasien, maka rumah sakit diharapkan untuk selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan sebagai salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan unit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Ellis, dkk. 1999).

(18)

harapan agar kelak dapat mengaplikasikan keterampilan komunikasi pada saat menjalankan pendidikan profesi di RSGM UMY.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY di RSGM UMY.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diambil rumusan masalah : bagaimana gambaran keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY di RSGM UMY?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui bagaimana gambaran keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY di RSGM UMY.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa profesi PSPDG UMY

Mahasiswa profesi lebih memahami tentang pentingnya keterampilan komunikasi terapeutik yang baik.

2. Bagi RSGM UMY

Sebagai evaluasi dalam hal keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY.

3. Bagi peneliti

(19)

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang serupa pernah dilakukan antara lain adalah:

1. Agnena (2015) dengan judul Analisa Komunikasi Terapeutik Dokter dan Pasien dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Ibu di Rumah Sakit Aisyiyah Samarinda. Variabel yang diteliti adalah komunikasi terapeutik perawat, dengan metode penelitian deskriptif kualitatif dan metode pengambilan sampel accidental sampling dan purposive sampling. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti, metode pengambilan sampel, dan jumlah sampel.

2. Asrin, dkk. (2006) dengan judul Gambaran Praktik Komunikasi Terapeutik dan Komunikasi Sosial Perawat dalam Pemberian Pelayanan Keperawatan. Variabel yang diteliti adalah komunikasi terapeutik perawat, dengan metode penelitian observasional dengan pendekatan kuantitatif. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti, metode yang digunakan, dan jumlah sampel.

(20)

6

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Keterampilan Komunikasi

a. Pengertian Keterampilan Komunikasi

Keterampilan komunikasi adalah pengetahuan seseorang yang digunakan dalam teknik komunikasi verbal, nonverbal dan melalui media komunikasi secara efektif untuk mempertahankan keaktifan dalam bertanya, berinteraksi dan kolaborasi dengan orang lain (Eggen, 2004 cit. Dalimunthe, 2008). Santrock, 2007 cit. Dalimunthe (2008) berpendapat bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari komunikan dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.

(21)

b. Bentuk komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi menurut Potter dan Perry (1993) cit Christina, dkk. (2003) adalah:

1) Komunikasi verbal, mempunyai karakteristik jelas dan ringkas, perbendaharaan kata, mempunyai arti denotatif dan konotatif, intonasi mampu mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara mempunyai tempo dan jeda yang tepat, serta disertai unsur humor. a) Perbendaharaan kata

Penggunaan kata-kata yang digunakan mudah dimengerti oleh pasien. Komunikasi tidak akan berhasil jika penerima pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan komunikator. b) Jelas dan ringkas

Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek, dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil pula kemungkinan terjadi kerancuan dalam komunikasi. Kejelasan dapat dicapai dengan bicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah dipahami.

c) Kecepatan bicara

(22)

d) Arti denotatif dan konotatif

Dokter harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi, dan kondisi pasien.

e) Intonasi

Nada suara mempunyai dampak besar terhadap arti pesan yang disampaikan karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.

f) Humor

Humor meningkatkan keberhasilan perawatan dalam memberikan dukungan emosional terhadap pasien. Selaan humor dapat mengurai ketegangan, namun dokter perlu berhati-hati jangan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan pasien.

2) Komunikasi non verbal, dapat disampaikan melalui beberapa cara seperti sikap tubuh, cara berjalan, penampilan fisik, sentuhan, dan ekspresi wajah.

a) Sikap tubuh dan cara berjalan

(23)

b) Penampilan fisik

Penampilan fisik merupakan hal pertama yng diperhatikan saat komunikasi terapeutik. Kesan tersebut timbul selama 20 detik sampai 4 menit pertama. Kesan tersebut adalah berdasarkan penampilannya, bentuk fisik, cara berpakaian, dan berhias menunjukan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya, dan konsep diri.

c) Sentuhan

Sentuhan merupakan ekspresi dari rasa kasih sayang, dukungan emosional dan perhatian. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan dokter dengan pasien, namun sentuhan disini tetap harus memperhatikan norma sosial dan tidak berlebihan. d) Ekspresi wajah

Wajah merupakan bagian tubuh yang paling ekspresif. Ekspresi wajah dapat berupa rasa terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih. Ekspreksi wajah digunakan sebagai dasar dalam menentukan pendapat terapeutik. Kontak mata juga penting dalam komunikasi terapeutik.

c. Unsur-unsur Komunikasi

(24)

1) Sumber (source)

Sumber merupakan dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan berfungsi sebagai rangka yang memperkuat pesan itu sendiri, sehingga pesan yang diterima mempunyai tingkat validitas tinggi.

2) Pesan

Pesan adalah serangkaian informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator. Pesan yang disampaikan mempunyai isi yaitu inti pesan untuk memengaruhi perilaku komunikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan komunikator.

3) Perumusan pesan

Pesan yang akan disampaikan harus tersusun dengan baik, tepat, dan jelas sehingga sesuatu yang diharapkan dapat tercapai.

4) Komunikator

Komunikator adalah seseorang ataupun kelompok yang menyampaikan pesan kepada komunikan.

5) Media

Saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan. 6) Hasil

(25)

d. Tingkat hubungan komunikasi

Menurut Potter dan Perry (2009) tingkat hubungan komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Komunikasi intrapersonal

Komunikasi intrapersonal ini terjadi dalam individu itu sendiri. Komunikasi ini akan membantu agar seseorang atau individu tetap sadar akan kejadian di sekitarnya. Melamun termasuk dalam komunikasi intrapersonal.

2) Komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau kelompok kecil. Komunikasi ini merupakan inti dari praktik kedokteran karena dapat terjadi antara dokter dengan pasien serta keluarga, dokter dengan dokter, dan dokter dengan tim kesehatan. 3) Komunikasi massa

Komunikasi massa adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok yang besar. Ceramah yang diberikan pada mahasiswa, kampanye, merupakan contoh komunikasi massa.

e. Tujuan Komunikasi

(26)

pasien, termasuk kemampuan finansial, 3) Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien, 4) Mengusahakan terjalinnya komunikasi efektif dokter-pasien, 5) Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit/ masalah yang dihadapi, 6) Membantu mengembalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-hal yang telah disetujui pasien.

2. Komunikasi Terapeutik

a. Pengertian komunikasi terapeutik

(27)

b. Tahap komunikasi terapeutik

Menurut Nasir, dkk. (2009) komunikasi terapeutik dibagi dalam lima tahap, yaitu meliputi :

1) Tahap pra-interaksi

Tahap ini disebut juga tahap apersepsi di mana dokter menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum berhubungan dengan pasien termasuk kondisi kecemasan yang menyelimuti diri dokter sehingga terdapat dua unsur yang perlu dipersiapkan dan dipelajari pada tahap prainteraksi yaitu unsur dari dokter dan unsur dari pasien.

2) Tahap perkenalan

Tahap perkenalan ini merupakan kegiatan yang pertama kali di mana dokter bertemu pertama kali dengan pasien. Tugas dokter pada tahap ini adalah membina hubungan rasa percaya dengan menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.

3) Tahap orientasi

Tahap orientasi yaitu dokter menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien dan divalidasi dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat perumusan diagnosa. Dokter pada tahap ini perlu mendengarkan secara aktif untuk mengumpulkan data-data mengenai pasien.

4) Tahap kerja

(28)

komunikasi dengan pasien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan

5) Tahap terminasi

Tahap terminasi merupakan tahap di mana dokter mengakhiri pertemuan dalam menjalankan tindakan perawatan serta mengakhiri interaksi dengan pasien.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi terapeutik Menurut Yubiliana (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut meluputi: 1) Faktor teknis

Faktor teknis meliputi kurangnya penguasaan teknis komunikasi dan teknik komunikasi mencakup unsur-unsur dalam metode penyampaian pesan.

2) Faktor perilaku

Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat pandangan yang apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang otoriter, ketidakmauan untuk berubah walaupun salah, dan sifat egosentris.

3) Faktor situasional

(29)

4) Keterbatasan waktu

Orang karena keterbatasan waktu sering tidak berkomunikasi, atau berkomunikasi secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bisa memenuhi persyaratan-persyaratan komunikasi.

5) Jarak psikologis atau status sosial

Jarak psikologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu status sosial maupun status dalam pekerjaan, misalnya seorang seorang pesuruh akan sulit berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada jarak psikologis yaitu pesuruh merasa statusnya terlalu jauh terhadap menteri.

6) Adanya evaluasi terlalu dini

Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu kesipulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas menghambat komunikasi yang baik dan benar. 7) Lingkungan yang tidak mendukung

Komunikasi akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang mendukung, jika lingkungan tidak mendukung maka komunikasi tidak bisa berjalan secara lancar contohnya pada keadaan ribut atau bising dan ruang yang terlalu sempit atau kurang keleluasaan pribadi.

8) Gangguan bahasa

(30)

9) Rintangan fisik

Rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai. Rintangan fisik dalam komunikasi antar manusia bisa juga diartikan karena adanya gangguan organik, yaitu tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima.

10) Rintangan kerangka berpikir

Rintangan atau hambatan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara dokter gigi dan pasien terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda.

Rider dkk. (2006) menyatakan kompetensi dan sub kompetensi ketarampilan komunikasi adalah :

a. Builds a relationship (membangun suatu hubungan) 1) Memberi salam dan menunjukan simpati pada pasien.

2) Menggunakan intonasi, kontak mata, dan sikap yang menunjukan kepedulian dan perhatian.

3) Merespon dengan baik pernyataan pasien tentang perasaan dan ide. 4) Menggunakan kata-kata yang menunjukan kepedulian selama

komunikasi.

b. Opens the discussion (membuka diskusi)

(31)

c. Gathers information (mengumpulkan informasi)

1) Memulai komunikasi dengan pasien menggunakan pertanyaan terbuka.

2) Menjelaskan secara detail atau dengan lebih spesifik.

3) Meringkas dan memberikan kesempatan pasien melakukan koreksi atau menambah informasi.

d. Understands the patient’s perspective (memahami perspektif pasien)

1) Menumbuhkan kepercayaan pasien, harapan, dan perhatian tentang perawatan dan penyakit.

2) Menanyakan tentang riwayat hidup, keadaan, orang lain yang mungkin mempengaruhi kesehatan.

e. Shares information (memberikan informasi)

1) Menjelaskan dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami pasien.

2) Menilai pemahaman masalah pasien dan informasi lain.

3) Menanyakan kepada pasien jika pasien mempunyai pertanyaan. f. If new/changed plan (jangkauan persetujuan)

1) Menanyakan tentang kesanggupan pasien untuk mengikuti diagnostik dan rencara perawatan.

2) Melihat kemungkinan saling pengertian dari diagnostik dan rencana perawatan.

(32)

g. Provides closure (penutup)

1) Menanyakan pasien jika ada pertanyaan, perhatian, atau isu lain. 2) Menjelaskan kelanjutan atau pengaturan kontak.

3) Meringkas pembicaraan 4) Menutup wawancara 3. Mahasiswa profesi PSPDG UMY

(33)

tubuh yang pantas, mengetahui jarak sosial, dan penggunaan kontak mata yang tepat (Ellis, dkk. 1999).

4. Rumah Sakit Gigi dan Mulut UMY

Rumah Sakit Gigi dan Mulut merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan pelalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medik. Rumah Sakit Gigi dan Mulut juga digunakan sebagai sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya, dan terikat melalui kerjasama dengan fakultas kedokteran gigi (Depkes RI, 2004). Rumah Sakit Pendidikan merupakan tempat dihasilkannya sumber daya manusia di bidang kesehatan, merupakan sarana pendidikan untuk melaksanakan upaya menumbuhkan dan membina sikap keterampilan profesional kedokteran khususnya, serta tempat penelitian dan penapisan ilmu dan tehnologi terutama kedokteran (Depkes RI, 1997).

(34)

menyeluruh dan berkesinambungan (Majelis Kesehatan PW ‘Aisyiyah Sumatera Utara, 2009).

B. Landasan Teori

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi dalam bentuk verbal maupun non-verbal dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Komunikasi memiliki enam komponen yaitu sumber (source), pesan, perumusan pesan, komunikator, media dan hasil. Komunikasi terapeutik dalam kedokteran gigi berfungsi untuk mempererat hungungan antara dokter dengan pasien agar terjalin komunikasi yang efektif. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang diperlukan dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan yang menyangkut hubungan atau interaksi antara dokter dengan pasien.

Komunikasi terapeutik terbagi menjadi lima tahap, yaitu tahap prainteraksi, tahap perkenalan, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Hubungan yang positif antara dokter gigi dengan pasien akan meningkatkan presepsi dan kepercayaan pasien terhadap kompetesi dokter gigi. Hubungan tersebut dapat dibangun dengan cara terampil saat melakukan komunikasi dengan pasien, terutama pada tahap perkenalan. Tahap perkenalan ini seorang dokter harus menumbuhkan rasa kepercayaan pasien terhadap dirinya dan melakukan komuikasi yang terbuka. Kesan awal ini akan memberikan kesan yang cenderung melekat selamanya bagi pasien.

(35)

a relationship), membuka diskusi (open the discussion), mengumpulkan

informasi (gathers information), memahami perspektif pasien (understands

the patient’s perspective), memberi informasi (shares informaton), jangkauan

(36)

C. Kerangka Konsep

- Membangun suatu hubungan (Builds a relationship)

-Membuka diskusi (Opens the discussion)

-Mengumpulkan informasi (Gathers information)

-Memahami perspektif pasien

(Understands the patient’s

perspective)

-Memberikan informasi (Shares information)

(37)

D. Pertanyaan Penelitian

(38)

24

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan rancangan penelitian deskriptif. Pengamatan dilakukan sesaat atau dalam periode tertentu dan setiap subyek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan (tidak ada follow up) (Machfoedz, dkk., 2005).

B. Populasi dan Subyek Penelitian 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa profesi PSPDG UMY angkatan 2005 sampai 2010 yang masih aktif.

2. Subyek Penelitian

a. Mahasiswa profesi PSPDG UMY

Subyek penelitian diambil dengan metode simple random sampling, yang berarti semua individu yang berada di dalam populasi

bisa berpeluang atau masuk dalam penelitian ini (Saryono, 2011).

(39)

Q = 1-P = 0,5 d = Presisi = 10 %

Zα = 1,96

Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 97 mahasiswa profesi PSPDG UMY dan ditambah 10 % dari jumlah subyek penelitian menjadi 107 mahasiswa profesi PSPDG UMY. Cara pengambilan sampel dibagi secara proporsional berdasarkan tahun masuk mahasiswa profesi, menggunakan perhitungan sebagai berikut :

a. Jumlah persentase angkatan 2009 = 91 x 100% = 49% 183

b. Jumlah persentase angkatan 2010 = 92 x 100% = 51%

183

Tabel 1. Jumlah Subyek Penelitian Jumlah Subyek Penelitian

Mahasiswa Profesi PSPDG UMY Persentase (%) Jumlah Angkatan tahun 2009 49 52

Angkatan tahun 2010 51 55

Total 100 107

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria inklusi

a. Mahasiswa profesi PSPDG UMY yang bersedia ikut dalam penelitian. b. Mahasiswa profesi PSPDG UMY yang masih aktif.

Jumlah mahasiswa tiap angkatan

(40)

2. Kriteria ekslusi

a. Mahasiswa profesi yang tidak mengerjakan pasien pada saat penelitian dilakukan.

b. Pasien anak yang tidak didampingi orang tua. D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian ini dilakukan di RSGM UMY.

2. Waktu penelitian pada bulan November - Desember 2015. E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY.

F. Devinisi Operasional

(41)

information) nomor 14 dan 15, poin jangkauan persetujuan (if

new/changed plan) nomor 16 dan 17, poin penutup (provides closure)

nomor 18, 19, 20, 21.Skala yang digunakan adalah ordinal dengan kategori penilaian mengacu pada nilai mean yaitu sebagai berikut :

a. Jika nilai akhir >mean maka termasuk kategori baik.

b. Jika nilai akhir <mean maka termasuk kategori kurang baik.

2. Mahasiswa profesi adalah mahasiswa PSPDG UMY yang telah lulus program S1 dan sedang menjalani pendidikan profesi di RSGM UMY. G. Instrumen Penelitian

1. Lembar informed consent untuk persetujuan bersedia menjadi responden dalam penelitian.

2. Check list untuk menilai keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY.

H. Jalannya Penelitian 1. Tahap persiapan

a. Konsultasi dengan dosen pembimbing.

b. Penyusunan proposal karya tulis ilmiah dan studi pustaka. c. Pembuatan instrumen penelitian.

d. Ujian proposal penelitian.

e. Pembuatan surat ijin dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY maupun RSGM UMY untuk mendapatkan ijin penelitian.

(42)

2. Tahap pelaksanaan

a. Pengisian informed consent oleh mahasiswa profesi PSPDG UMY dan pasien.

b. Pengisian check list keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY oleh peneliti.

c. Pengisian kuesioner oleh pasien.

d. Pengumpulan kembali informed consent dan kuesioner yang telah diisi oleh pasien.

3. Tahap penyelesaian

a. Melakukan pengolahan data b. Melakukan analisis data I. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik. Menurut Arikunto (2006) uji validitas bertujuan untuk mengetahui suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel dapat dilihat menurut korelasi product moment-pearson. Variabel keterampilan komunikasi terapeutik mempunyai

jumlah item pernyataan. Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner keterampilan komunikasi terapeutik didapat 21 item pernyataan valid.

(43)

valid dibuang (gugur), artinya uji reliabilitas dilakukan setelah dilakukan uji validitas terlebih dahulu. Perhitungan untuk uji reliabilitas terhadap butir-butir amatan instrumen dari masing-masing variabel digunakan rumus koefisien alpha cronbach (Budiman dan Riyanto,2013). Nilai alpha (α) pada instrumen

keterampilan komunikasi terapetik adalah 0,973, maka instrumen dikatakan reliabel.

J. Analisis Data

(44)

K. Alur Penelitian

Gambar 2. Alur Penelitian Pembuatan proposal penelitian

Mengurus perijinan di FKIK UMY dan RSGM UMY

Analisis data

Kesimpulan

Uji validitas dan reliabilitas check list keterampilan komunikasi terapeutik pada 30 mahasiswa profesi PSPDG UMY angkatan 2005, 2006, 2007, dan

2008 di RSGM UMY

Pengisian check list keterampilan komunikasi terapeutik oleh enumerator dengan subyek penelitian mahasiswa profesi PSPDG UMY

(45)

L. Etika Penelitian

Etika penelitian yang harus dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini antara lain:

1. Peneliti mengajukan ethical clearance pada Tim Komite Etik Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Peneliti mengajukan surat ijin penelitian ke RSGM UMY.

3. Responden menandatangani informed consent penelitian yang sebelumnya telah dijelaskan oleh peneliti.

4. Peneliti tidak boleh memaksa dan harus menghormati keputusan responden.

(46)

32

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Analisis Univariat

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG UMY, namun saat jalannya penelitian terdapat 2 responden yang tidak lengkap dalam pengisian kuesioner atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105 responden.

1. Karakteristik mahasiswa profesi

Karakteristik mahasiswa profesi meliputi usia dan jenis kelamin mahasiswa profesi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin No. Karakteristik Presentase (%) Frekuensi

1. Usia (tahun)

(47)

2. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi PSPDG UMY

Gambar 3. Diagram Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi PSPDG UMY angkatan 2009 dan 2010

Gambar 3 memperlihatkan bahwa sebagian besar mahasiswa profesi PSPDG UMY angkatan 2009 dan 2010 mempunyai keterampilan komunikasi terapeutik yang baik yaitu sebesar 74%.

Tabel 3. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi PSPDG UMY berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Baik (%) Kurang baik (%) Jumlah (%)

Laki-laki 64 36 100

Perempuan 80 20 100

Tabel 3 memperlihatkan hasil responden laki-laki yang memiliki keterampilan komuniksi terapeutik baik sebanyak 64% dan perempuan sebanyak 80%

Tabel 4. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi PSPDG UMY berdasarkan Usia

Usia Baik (%) Kurang baik (%) Jumlah (%)

22 tahun 57 43 100

23 tahun 73 27 100

24 tahun 74 26 100

(48)

Tabel 4 memperlihatkan hasil responden usia 22 tahun yang memiliki keterampilan komunikasi terapeutik baik sebanyak 57 % dan usia 25 tahun sebanyak 100%

B. Pembahasan

Penelitian ini melibatkan 105 mahasiswa profesi di RSGM UMY angkatan 2009 dan 2010. Berdasarkan hasil penelitian, usia mahasiswa profesi PSPDG UMY sebagian besar berusia 23 dan 24 tahun. Observasi yang dilakukan peneliti bahwa usia 22 tahun seorang mahasiswa baru saja menyelesaikan jenjang kuliah S1 dan setelah itu baru menjalankan kepaniteraan klinik. Menurut Usman (2014) yang menyatakan bahwa mahasiswa kepaniteraan berada dalam usia 23-26 tahun yang berada dalam kelompok dewasa muda.

Dilihat dari jenis kelamin mahasiswa profesi sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 76,2 %. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Priyanto (2014) yang menyatakan bahwa perempuan mempunyai minat yang lebih tinggi masuk kedokteran gigi dibandingkan dengan laki-laki.

(49)

menyatakan bahwa kepaniteraan klinik sangat berperan dalam membangun keterampilan komunikasi mahasiswa karena dapat memberikan pengalaman klinik langsung, karena mahasiswa secara langsung dapat melakukan kontak dengan pasien dan kasus klinis yang sesungguhnya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, faktor lain yang mempengaruhi adalah adanya pelatihan Skills Lab Komunikasi yang diterapkan di PSPDG UMY selama jenjang pendidikan S1. Menurut Bhakti (2002) pengalaman mengikuti pelatihan komunikasi terapeutik memiliki hubungan yang cukup signifikan terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan pasien. Kounenou, dkk. (2011) juga mengungkapkan pelatihan merupakan salah satu aspek yang dapat meningkatkan kemampuan konseling dan komunikasi yang lebih baik.

(50)

Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa profesi PSPDG UMY berjenis kelamin perempuan yang memiliki keterampilan komunikasi terapeutik yang baik sebanyak 80%, sedangkan laki-laki hanya sebesar 64%. Hasil ini menunjukan bahwa jenis kelamin perempuan memiliki keterampilan komunikasi terapeutik yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan pengamatan peneliti, mahasiswa profesi perempuan lebih sabar dan hati-hati saat melakukan komunikasi terapeutik. Saptoto (2010) juga mengungkapkan perempuan memiliki tingkat keuletan dan ketekunan yang lebih dibandingkan laki-laki, sehingga seorang perempuan dalam melakukan komunikasi bisa lebih baik dibandingkan laki-laki.

Menurut Potter dan Perry (2005) jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang pada saat berinteraksi, hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan pesan yang diterimanya. Pada dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki gaya komunikasi yang berbeda sehingga keterampilan saat menerapkan komunikasi pun juga berbeda.

(51)

37

A. Kesimpulan

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY berada dalam kategori baik (75%)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran kepada : 1. Mahasiswa profesi PSPDG UMY agar mempertahankan keterampilan

komunikasi terapeutik supaya komunikasi dokter pasien tetap berjalan dengan baik.

2. Bagi PSPDG UMY agar meningkatkan pendidikan tentang keterampilan komunikasi terapeutik yang baik supaya mahasiswa memiliki keterampilan komunikasi terapeutik yang lebih baik.

(52)

38

Agnena, S. (2015). Analisa Komunikasi Terapeutik Dokter dan Pasien dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Ibu di Rumah Sakit Aisyiyah Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi, 2015, 3 (1): 155-271

Anas, A., Abdullah, A., Z. (2008). Studi Mutu Pelayanan Berdasarkan Kepuasan Pasien di Klinik Gigi dan Mulut RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar. Dentofasial, 7, (2)

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Hal 168-169

Asrin, Kamaluddin, R., dan Ekowati, R. (2006). Gambaran Praktik Komunikasi Terapeutik dan Komunikasi Sosial Perawat dalam Pemberian Pelayanan Keperawatan

Budiman dan Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 20-23.

Bhakti, W.K. (2002). Hubungan Karakteristik Perawat dan Metode Penugasan Asuhan Keperawatan dengan Pelaksanaan Fase-fase Hubungan Terapeutik Perawat dan Klien di RSU Samsudin Sukabumi.Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta.

Christina, L. I., Untung, S. dan Taufi, I. (2003). Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

Dalimunthe, H., L. (2008). Hubungan Persepsi terhadap Profesionalisme Guru dengan Keterampilan Komunikasi Pada Guru SMA Negeri 2 Medan. Karya tulis ilmiah strata satu, Universitas Sumatera Utara: Medan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). PERMENKES RI tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Standar Rumah Sakit Pendidikan Tingkat Pengembangan Awal. Jakarta.

Enjang, A., S. (2009). Komunikasi Konseling. Bandung: Nuansa. Hal 164

Emilia, O., (2008). Kompetensi Dokter dan Lingkungan Belajar Klinik di Rumah Sakit. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal 4-10

(53)

Hanafi, I., dan Richar, S. D. (2012). Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat , 1-12.

Irene, Soedibyo, S., Satari, H. I. (2009). Pengalaman Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat V di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Kounenou, K.,Aikaterini, K. dan Georgia, K. (2011). Nurses Communication Skills: Exploring Their Relationship with Demographic Variables and Job Satisfaction in a Greek Sample. Procedia-Social and Behavioral Sciences. Lini, P. P. L., Zulharman, dan Chairilsyah, D. (2013). Korelasi Pengalaman Klinik

dengan Keterampilan Komunikasi pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

Liliweri A. (2009). Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Machfoedz, M. (2009). Komunikasi Keperawatan : Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta: Gambika.

Majelis Kesehatan PW ‘Aisyiyah Sumatera Utara. (8 Februari 2009). Wujudkan

Indonesia Sehat 2010, UMY Persiapkan RSGMP. Media Komunikasi. Diakses 4 Mei 2015 pukul 00.19, dari http://mklh-aisyiyah-sumut.blogspot.com/2009/02/wujudkan-indonesia-sehat-2010-umy.html

Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Machfoedz, Ircham., Marianingsih, Endah., Margono., Wahyuningsih, Heni dan Puji. (2005) Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.

Nasir, A., Muhith, A., Sajidin M., Mubarak, W. I. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Hal 38-175.

Priyanto, Y. (2014) Hubungan Komunikasi Mahasiswa Koas 2007 dengan Kepuasan Pasien Berdasarkan Gambaran Karakteristik Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012. Karya tulis ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

(54)

Potter, P.A & Perry, A. G, 2005, Buku Ajar fundamental keperawatan Konsep, Proses, danPraktik, Ed ke- 4 Vol 1, EGC, Jakarta

Priyanto, Agus., (2009). Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika

RSGM UMY. (2011). Panduan Kepaniteraan Klinik. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhhamadiyah Yogyakarta. Hal 1-7.

Rider, Elizabeth, A. dan Keefer, Constance, H. (2006). Communication Skills Competencies: Definitions and A Teaching Toolbox. Medical Education. 40: 624–629.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogyakarta: Nuha Offset. Hal 70.

Saptoto R. (2010). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Coping Adadtif. Jurnal Psikologi. Vol 37. No.1 : Hal. 13-22

Soelarso H., Soebekti, R., H., dan Mufid, A. (2005). Peran Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi (The role of terapeutik communication integrated with medical dental care). Maj. Ked. Gigi (Dent. J.), 38 (3), 124-129.

Sabarguna, S. P. (2004). Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit. Yogyakarta. Supartondo, S. D. (2004). Komunikasi dan empati dalam hubungan dokter-pasien.

Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Taviyanda, Dian. (2010). Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Pegawai Tetap Dengan Perawat Pegawai Kontrak Di Ruang Dewasa Kelas III RS. Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS.Baptis Kediri,3 (2).72-77

Usman, H. (2014). Pesepsi Diri terhadap Estetika Gigi dan Senyum pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Wicaksono, A. (2010). judul Gambaran Komunikasi Terapeutik Perawat di Rumah Sakit Khusus Anak 45 Yogyakarta.

(55)

Wijiono, D. (1999). Manajemen Mutu pelayanan Kesehatan. Jakarta: Airlangga University Press. Vol 1.

(56)
(57)

Lampiran 1.

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur / Kelamin : tahun, Laki-laki* / Perempuan* Pendidikan :

Angkatan tahun :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan Persetujuan Untuk menjadi responden penelitian yang berjudul :

GAMBARAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MAHASISWA PROFESI PSPDG UMY DI RSGM UMY Terhadap Surveyor

Nama : Dicky Pratama Devriyanta

NIM : 20120340030

Fakultas / Program Studi : Kedokteram / Pendidikan Dokter Gigi Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Yang tujuannya untuk mengetahui hubungan keterampilan komunikasi mahasiswa profesi PSPDG UMY terhadap tingkat kepuasan pasien di RSGM UMY yang penjelasannya telah dijelaskan oleh peneliti.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Yogyakarta,

Peneliti Yang membuat pernyataan

(………) (………..)

(58)

Lampiran 2.

CHECK LIST PENELITIAN

“Hubungan Keterampilan Komunikasi Terapeutik

Mahasiswa Profesi PSPDG UMY terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di RSGM UMY”

No. Responden:

IDENTITAS RESPONDEN Petunjuk pengisian:

Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan seksama, lalu isi dan berilah tanda silang

(X) atau centang (√) pada kolom yang disediakan.

Usia : ………… tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Angkatan Tahun : ………….

KETERAMPILAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DOKTER-PASIEN Petunjuk pengisian:

Bacalah pernyataan dibawah ini dengan seksama, lalu berilah tanda silang (X)

atau centang (√) pada kolom yang disediakan.

No. Komponen Penilaian Dilakukan Tidak

Dilakukan Membangun suatu hubungan (Builds a

relationship)

1. Mahasiswa profesi memberi salam dan menunjukan simpati pada pasien. kontak mata, dan sikap yang menunjukan kepedulian dan perhatian.

4. Mahasiswa profesi merespon dengan baik pernyataan pasien.

Membuka diskusi (Opens the discussion) 5. Mahasiswa profesi menanyakan keluhan

pasien.

6. Mahasiswa profesi menggunakan kata-kata yang menunjukan rasa empati.

Mengumpulkan informasi (Gathers information)

(59)

terbuka untuk menggali informasi.

8. Mahasiswa profesi menggunakan pertanyaan tertutup untuk menggali informasi.

9. Mahasiswa profesi tidak memotong

pembicaraan ketika pasien sedang berbicara. 10. Mahasiswa profesi melakukan klarifikasi atas

informasi yang disampaikan oleh pasein. 11. Mahasiswa profesi meringkas informasi yang

disampaikan oleh pasien.

Memahami perspektif pasien (Understands

the patient’s perspective)

12. Mahasiswa profesi menanyakan riwayat kesehatan pasien.

13. Mahasiswa profesi menanyakan riwayat kesehatan keluarga pasien.

Memberikan informasi (Shares information)

14.

Mahasiswa profesi menjelaskan kepada pasien dengan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti.

15.

Mahasiswa profesi memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya mengenai informasi yang diberikan.

Jangkauan persetujuan (if new/changed plan)

16. Mahasiswa profesi menanyakan persetujuan dilakukan perawatan/tindakan medis.

17.

Mahasiswa profesi memberi kesempatan kepada pasien untuk mengemukakan pendapat mengenai rencana perawatan yang akan dijalaninya.

Penutup (Provides closure) 18.

Mahasiswa profesi menanyakan kepada pasien apakah ada yang belum mengerti mengenai masalah kesehatannya.

19. Mahasiswa profesi membuat kontrak untuk rencana perawatan selanjutnya.

20.

Mahasiswa profesi mengingatkan kembali apa yang harus dilakukan dan tidak boleh

dilakukan pasien.

(60)
(61)

usia

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 22.00 7 6.7 6.7 6.7

23.00 49 46.7 46.7 53.3

24.00 41 39.0 39.0 92.4

25.00 8 7.6 7.6 100.0

Total 105 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid laki-laki 25 23.8 23.8 23.8 perempuan 80 76.2 76.2 100.0

(62)
(63)
(64)
(65)
(66)

PSPDG UMY DENTAL CLINICAL STUDENTS AT RSGM UMY GAMBARAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

MAHASISWA PROFESI PSPDG UMY DI RSGM UMY Dicky Pratama Devriyanta¹, Novitasari Ratna Astuti ²

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gig, ²Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi

Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat

ABSTRACT

Backgrounds: Communication in dentistry profession is an ability that must be mastered to determine the success and optimal of patient’s care. The creation of an excellent therapeutic communication will create trustworthiness and build a good relation between doctor and patient. Therapeutic communication skill in dental care is needed by the dental clinical students. Dental clinical students at RSGM UMY had received communication therapeutic skill science since preclinical level, students are expected to apply it to patients in RSGM UMY. Aim: The purpose of this research was to find out the over view of therapeutic communication skill of dental clinical students at PSPDG UMY at RSGM UMY. Method: This research used descriptive research with simple random sampling method, samples were 105 dental clinical students in RSGM UMY.

Result: The result of this research 75% dental clinical students in RSGM UMY have a therapeutic communication in a good category.

Conclusion: The conclusion of this research is dental clinical students in PSPDG UMY at RSGM UMY generally in a good category.

(67)

terapeutik yang baik akan menciptakan hubungan saling percaya antara dokter dan pasien. Keterampilan komunikasi terapeutik yang baik menjadikan dokter gigi mampu membangun hubungan yang baik dengan pasien, sehingga proses pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan lebih optimal, hal ini pula sangat dibutuhkan oleh mahasiswa profesi kedokteran gigi. Keterampilan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan gigi ini sangat dibutuhkan oleh mahasiswa profesi. Mahasiswa profesi PSPDG UMY sejak S1 telah mendapatkan ilmu keterampilan komunikasi terapeutik sehingga diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu tersebut pada pasien di RSGM UMY.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY di RSGM UMY.

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik simple random sampling yag terdiri dari 105 mahasiswa profesi PSPDG UMY dan 105 pasien di RSGM UMY.

Hasil Penelitian : 75% keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY di RSGM UMY berada pada kategori baik.

Kesimpulan : Keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi PSPDG UMY di RSGM UMY sebagian besar berada pada kategori baik.

(68)

Manusia merupakan makhluk sosial yang menjalankan kehidupannya sebagai individu dalam komunitas, organisasi, maupun masyarakat. Manusia melakukan komunikasi untuk berinteraksi dengan orang lain pada kehidupan sehari-harinya1. Komunikasi di dalam profesi kedokteran gigi merupakan kemampuan yang harus dikuasai untuk menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan gigi pasien. Setiap orang pada dasarnya memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan2.

Perkembangan cepat ilmu dan teknologi kedokteran masih banyak harapan lain yang dikemukakan, salah satunya adalah keterampilan komunikasi

(69)

Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan rancangan penelitian deskriptif. Pengamatan dilakukan sesaat atau dalam periode tertentu dan setiap subyek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan (tidak ada follow up)6. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa profesi PSPDG UMY angkatan 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 yang masih aktif di RSGM. Sampel dalam penelitian ini adalah 105 mahasiswa profesi PSPDG UMY angkatan 2009 dan 2010 yang dipilih acak dengan metode simple random sampling.

(70)

Hasil penelitian menunjukan terdapar drop out terhadap 2 responden sehingga tersisa 105 responden yang dilakukan analisis berdasarkan karakteristik usia dan jenis kelamin.

Tabel 1. Karakteristik Responden

No. Karakteristik Presentase (%) Frekuensi 1. Usia (tahun)

Berdasarkan tabel diatas karakteristik responden yang diteliti yaitu 105 mahasiswa profesi angkatan 2009 dan 2010 mayoritas berusia 23 tahun (46,7%) dan mayoritas berjenis kelamin perempuan (76,2%).

Hasil penelitian menunjukan gambaran sebagai berikut:

(71)

b. Tabel 2. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi PSPDG UMY berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Baik (%) Kurang baik (%) Jumlah (%)

Laki-laki 64 36 100

Perempuan 80 20 100

Tabel 2 memperlihatkan hasil responden laki-laki yang memiliki keterampilan komuniksi terapeutik baik sebanyak 64% dan perempuan sebanyak 80%

c. Tabel 3. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi PSPDG UMY berdasarkan Usia

Usia Baik (%) Kurang baik (%) Jumlah (%)

22 tahun 57 43 100

23 tahun 73 27 100

24 tahun 74 26 100

25 tahun 100 0 100

(72)

Penelitian ini melibatkan 105 mahasiswa profesi di RSGM UMY angkatan 2009 dan 2010. Berdasarkan hasil penelitian, usia mahasiswa profesi PSPDG UMY sebagian besar berusia 23 dan 24 tahun. Observasi yang dilakukan peneliti bahwa usia 22 tahun seorang mahasiswa baru saja menyelesaikan jenjang kuliah S1 dan setelah itu baru menjalankan kepaniteraan klinik. Menurut Usman (2014) yang menyatakan bahwa mahasiswa kepaniteraan berada dalam usia 23-26 tahun yang berada dalam kelompok dewasa muda7.

Dilihat dari jenis kelamin mahasiswa profesi sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 76,2 %. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Priyanto (2014) yang menyatakan bahwa perempuan mempunyai minat yang lebih tinggi masuk kedokteran gigi dibandingkan dengan laki-laki8.

(73)

mengikuti pelatihan komunikasi terapeutik memiliki hubungan yang cukup signifikan terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan pasien11. Kounenou, dkk. (2011) juga mengungkapkan pelatihan merupakan salah satu aspek yang dapat meningkatkan kemampuan konseling dan komunikasi yang lebih baik12.

Pada dasarnya Skills Lab Komunikasi adalah bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mahasiswa profesi PSPDG UMY saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien di RSGM UMY. Menurut Hanafi (2012) pengetahuan sangat mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi13. Pengetahuan mengenai dasar dan teknik komunikasi terapeutik telah dimiliki oleh mahasiswa profesi PSPDG UMY. Pengetahuan tersebut akan memudahkan mahasiswa profesi dalam menerima dan mengolah pesan yang diterima dari pasien, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik dan efektif. Mahasiswa profesi yang memiliki keterampilan komunikasi terapeutik yang baik berarti mampu menerapkan bekal yang telah didapatkan selama pendidikan S1 guna menunjang pelayanan medis yang diberikan kepada pasien.

(74)

mahasiswa profesi perempuan lebih sabar dan hati-hati saat melakukan komunikasi terapeutik. Saptoto (2010) juga mengungkapkan perempuan memiliki tingkat keuletan dan ketekunan yang lebih dibandingkan laki-laki, sehingga seorang perempuan dalam melakukan komunikasi bisa lebih baik dibandingkan laki-laki14.

Menurut Potter dan Perry (2005) jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang pada saat berinteraksi, hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan pesan yang diterimanya15. Pada dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki gaya komunikasi yang berbeda sehingga keterampilan saat menerapkan komunikasi pun juga berbeda.

Hasil penelitian menunjukan mahasiswa profesi PSPDG UMY usia 25 tahun yang memiliki keterampilan komunikasi terapeutik baik sebanyak 100%. Berdasarkan pengamatan peneliti, mahasiswa profesi usia 25 tahun telah lebih sering menerapkan secara rutin ilmu komunikasi terapeutik pada pasien. Selain itu, mahasiswa profesi usia 25 tahun telah memiliki pengalaman kerja yang cukup lama dibandingkan dengan usia lainnya. Menurut Taviyanda (2010), kurangnya keterampilan komunikasi terapeutik dapat disebabkan oleh kurangnya pengalaman kerja seorang tenaga medis16.

KESIMPULAN

(75)

1. Mahasiswa profesi PSPDG UMY agar mempertahankan keterampilan komunikasi terapeutik supaya komunikasi dokter pasien tetap berjalan dengan baik.

2. Bagi PSPDG UMY agar meningkatkan pendidikan tentang keterampilan komunikasi terapeutik yang baik supaya mahasiswa memiliki keterampilan komunikasi terapeutik yang lebih baik.

3. Bagi RSGM UMY rutin mengadakan pelatihan tentang keterampilan komunikasi terapeutik yang baik agar dapat mempertahankan keterampilan komunikasi mahasiswa profesi PSPDG UMY yang sudah baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Liliweri A. (2009). Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2. Wasisto, G., Sudjana, G., Zahir, H., Sidi, I., Witjaksono, M., Claramita, M., Ali, M., Hariyani, S., Kharsadi, T., dan Hadad, T. (2009). Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia.

3. Supartondo, S. D. (2004). Komunikasi dan empati dalam hubungan dokter-pasien. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu

(76)

Heni dan Puji. (2005) Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.

7. Usman, H. (2014). Pesepsi Diri terhadap Estetika Gigi dan Senyum pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

8. Priyanto, Y. (2014) Hubungan Komunikasi Mahasiswa Koas 2007 dengan Kepuasan Pasien Berdasarkan Gambaran Karakteristik Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012. Karya tulis ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

9. Lini, P. P. L., Zulharman, dan Chairilsyah, D. (2013). Korelasi Pengalaman Klinik dengan Keterampilan Komunikasi pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

10.Irene, Soedibyo, S., Satari, H. I. (2009). Pengalaman Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat V di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

11.Bhakti, W.K. (2002). Hubungan Karakteristik Perawat dan Metode Penugasan Asuhan Keperawatan dengan Pelaksanaan Fase-fase Hubungan Terapeutik Perawat dan Klien di RSU Samsudin Sukabumi.Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta.

12.Kounenou, K.,Aikaterini, K. dan Georgia, K. (2011). Nurses Communication Skills: Exploring Their Relationship with Demographic Variables and Job Satisfaction in a Greek Sample. Procedia-Social and Behavioral Sciences.

13.Hanafi, I., dan Richar, S. D. (2012). Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat , 1-12.

14.Saptoto R. (2010). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Coping Adadtif. Jurnal Psikologi. Vol 37. No.1 : Hal. 13-22

15.Potter, P.A & Perry, A. G, 2005, Buku Ajar fundamental keperawatan Konsep, Proses, danPraktik, Ed ke- 4 Vol 1, EGC, Jakarta

(77)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep
Tabel 1. Jumlah Subyek Penelitian
Gambar 2. Alur Penelitian
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
+4

Referensi

Dokumen terkait

Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu atau lebih

Hasil penelitian menyimpulkan adanya pengaruh signifikan dari penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap sikap orang tua dalam memberikan pendidikan kesehatan

P50, dan P5, namun hasil data yang akan digunakan sebagai penentuan cadangan hidrokarbon ialah P50, hal jika menggunakan P90 dianggap terlalu optimis dan untuk P5

mendapatkan permintaan yang kuat dari pasar, dengan jumlah pesanan mencapai lebih dari US$ 579 juta atau oversubscribed lebih dari 8x yang berasal dari 52 investor.. Sebanyak

a. Dengan Ibukota Provinsi Pangkalpinang. Namun dislokasi Makorem 045/Gaya saat ini berada di Kabupaten Bangka Tengah. Hal ini sangat menghambat koordinasi dan

Perkembangan akar yang maksimal adalah kunci penyerapan hara, sedangkan penyerapan hara maksimal adalah kunci pertumbuhan tanaman, baik vegetatif (anakan) maupun

Sehingga kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financial distress adalah dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya

teori yang dikemukakan kolb dan pembelajaran yang cocok untuk peserta didik bergaya belajar diverger diatas cocok karena dari hasil pembelajaran dan pengamantan di