• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINT REVISI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRINT REVISI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN GANGGUAN PROSES PIKIR, ISI PIKIR, DAN ARUS PIKIR

MAKALAH

oleh KELOMPOK 10

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN GANGGUAN PROSES PIKIR, ISI PIKIR, DAN ARUS PIKIR

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa denga Dosen Pemangku Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M. Kep. Sp., Kep. J.

Oleh:

Elsa Windasari 152310101086 Wahyuningtias Rahmadani 152310101097 Anggia Damayanti 152310101243

(3)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa tentang “Asuhan Keperawatan Jiwa Klien Gangguan Proses Pikir, Isi Pikir, dan Arus Pikir” . Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapakan terima kasih kepada :

1. Ns.Erti Ikhtiarini Dewi, M. Kep. Sp., Kep. J., selaku dosen penanggung jawab Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.

2. Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M. Kep. Sp., Kep. J., sebagai dosen yang memberikan tugas makalah ini.

3. Rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan demi terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi substansi maupun susunannya, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat khususnya pembaca.

.

Jember, Februari 2017

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan... 1

BAB 2. PEMBAHASAN... 3

2.1 Contoh Kasus... 3

2.2 Pengertian... 3

2.3 Psikopatologi/Psikodinamika... 5

2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan... 7

2.5 Penatalaksanaan... 7

BAB 3. PENUTUP... 10

3.1 Kesimpulan... 10

(5)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan manifestasinya sangat terkait pada materi. Kesehatan jiwa merupakan keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif. Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Sama seperti halnya fisik, jiwapun da[at mengalami penyimpangan atau gangguan.

Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologi, perilaku, biologi, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat. Salah satu gangguan dari jiwa adalah gangguan proses pikir yang meliputi gangguan isi pikir, arus pikir, dan bentuk pikir. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang holistik harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara tepat pada seluruh aspek yang ada pada manusia termasuk aspek kejiwaan. Oleh karena itu, makalah berjudul Asuhan Keperawatan Terhadap Klien Dengan Gangguan Proses Pikir: Bentuk Pikir, Isi Pikir, Arus Pikir ini dibuat untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa keperawatan mengenai keperawatan pada aspek gangguan proses pikir tersebut.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan pada klien dengan gangguan proses pikir, isi pikir, dan arus pikir.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui: a. Contoh kasus klien dengan gangguan jiwa gangguan proses piker, isi pikir, dan

arus pikir.

b. Pengertian Waham (gangguan proses pikir, isi pikir, dan arus pikir)

(6)

d. Diagnosa medis dan diagnosa keperawatan klien dengan gangguan proses pikir, isi pikir, dan arus pikir

(7)

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Contoh Kasus

Tuan K (30 tahun), masuk Rumah Sakit Jiwa HB. Saanin (10 Juli 2015) untuk ketiga kalinya karena keluyuran dan berbicara kacau, MRSJ pertama pada 2010 karena berteriak-teriak. Klien mengatakan berkali-kali bahwa klien adalah anak Imam Bonjol yang sedang diculik. Klien ingin kuliah lagi tetapi dia tidak lulus SMU. Klien malas untuk menggosok gigi dan mandi. Klien tampak berpenampilan acak-acakan. Bila menjawab sering sering melompat ide pembicaraan, berbelit-belit, cepat dan keras.

2.2 Definisi Waham

2.2.1 PengertianWaham

Proses berfikir meliputi proses pertimbangan ( judgment), pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran ( reasoning ). Arus idea simbul atau asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang di bangkitkan oleh suastu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang terorientasi pada kenyataan merupakan proses berfikir yang normal. Aspek proses berfikir dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikir. Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran non verbal maupun pada isi pikiran verbal diantaranya adalah waham. ( menurut marasmis 2005).

Marasmis juga menekankan bahwa berbagai macam factor yang mempenngaruhi proses pikir itu, umpamanya factor somatic ( gangguan otak, kelelahan). Factor fsikologi (gangguan emosi, psiko, factor social, kegaduhan dan keadaan social yang lain) yang sangat mempengaruhi ketahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses pikir yaitu : bentuk pikir, arus pikir dan isi pikir ditanbah dengan pertimbangan.

(8)

psikopatologi diluar wawasan system wahamnya. Awal mulanya sering terjadi pada umur dewasa , menengah dan lanjut. ( hal 216)

David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan tetap dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan beberapabentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizoprenia. Semakin akut psikosis semakin sering di temui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu ( Marasmis 2005 hal 117).

Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham sebagai salah satu perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau bukti-bukti yang ada.

2.2.2 Proses Terjadinya Waham

1. Fase Kebutuhan manusia rendah (Lack of human need)

Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita. Keinginannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki financial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.

2. Fase Kepercayaan diri rendah (Lack of self esteem)

(9)

Pada tahapan ini, pasien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa yang ia katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi lingkungan pasien justru menolak waham klien dengan tidak adekuat. Sehingga pasien semakin nyaman dengan wahamnya.

4. Fase Dukungan Lingkungan (Environment Support)

Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien menggangap sesuatau yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.

5. Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan kebohongannya 6. Fase Improving

Tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah akan meningkat. 2.2.3 Jenis-Jenis Waham

1. Waham Kebesaan

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini Direktur sebuah bank swasta lo “ atau “saya punya beberapa perusahaan multinasional”.

2. Waham Curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya,” saya tahu kalian semua memasukan racun ke dalam makanan saya”.

3. Waham agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,” Kalau saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kesemua orang”.

4. Waham Somatik

(10)

ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.

5. Waham Nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,” inikan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.

6. Waham Sisip Pikir

Klien yakin bahwa ada ide atau pikiran orang lain yang disisikan di dalam pikirannya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.

7. Waham Siar Pikir

Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun tidak dinyatakannya kepada orang tersebut, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesui kenyataan.

8. Waham kontrol pikir

Klien yakin pikirannya di kontrol oleh kekuatan dari luar diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.

2.3 Psikopatologi/ Psikodinamika

Townsend (1998, hal 158) menagatakan bahwa ‘hal-hal yang menyebabkan gangguan isi pikir : waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain, panic, menekan rasa takut stress yang berat yang mengancam ego yang lemah., kemungkinan factor herediter”.

Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori yaitu :

a. Factor Predisposisi

Menurut Townsend (1998, hal 146-147) factor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai berikut : 1. Teori Biologis

(11)

b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderoita skizoprenia.

c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dupamin neorotransmiter yang dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.

2. Teori Psikososial

a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Komflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk kepada masa dewasa, dimana di masa ini anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.

b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya tehadap orang lain.

c. Teoti psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi orang tua dan anak . karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan yang ekstrem mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan sekmen diri dalam kepribadian.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran yaitu :

(12)

Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

2. Stress lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

3. Pemicu gejala

Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkunag yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress agngguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan sebaigainya.

2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan 2.4.1 DiagnosaMedis

Gangguan delusional 2.4.2 DiagnosaKeperawatan

A. Defisit Perawatan Diri

B. Resiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham. C. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

2.5 Penatalaksanaan 2.5.1 Terapi Medis

a. Farmakoterapi

Dalam keadaan gawat pasien dengan gangguan delusional yang teragitasi parah harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular yang merupakan obat terpilih untuk gangguan delusi.

(13)

Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.

Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.

2.5.2 Terapi Keperawatan

1. bina hubungan saling percaya

2. jangan membantah dan mendukung waham klien

3. yakinkan klien beradadalam keadaan aman dan terlindungi 4. Observasi apakah wahamnya

Rasional: dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien daripada hanya memikirnya.

1. Beri pujian pada penampilan kempuan yang realistis

2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini realistis

(14)

Rasional: dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi, perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya sehingga klien merasa aman dan nyaman.

1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

6. Klien dapat berhubungan dengan realitas

Rasional : menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada

1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).

2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas. 3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien 4. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

(15)

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Waham (delusi) merupakan jenis gangguan jiwa dengan keadaan dimana klien sangat memercayai apa yang diyakininya meskipun tidak sesuai dengan kenyataan. Pada klien delusi ini masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah kerusakan komunikasi verbal karena klien dengan delusi akan sulit diajak berkomunikasi. Selain terapi dengan obat antipsikotik dan terapi oleh psikiater, terapi keperawatan juga merupakan hal yang penting yang dianjurkan untuk mengatasi klien dengan gangguan delusi ini.

3.2 Saran

Untuk mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat yang optimal, dibutuhkan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, berkesinambungan, dan komprehensif. Beberapa upaya kesehatan jiwa, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai upaya kesehatan jiwa yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

a. Upaya Promotif

Menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa serta keterampilan hidup terkait kesehatan jiwa bagi peserta didik sesuai dengan tahap perkembangannya.

b. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan waham kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Untuk aspek preventif, dilakukan rawat jalan. Di dalam rawat jalan, klie meminimalisir faktor penyebab yang mungkin muncul baik dari segi keluarga, lingkungan, maupun pasien itu sendiri. Hal ini diupayakan agar kondisi pasien tidak semakin parah. c. Upaya Kuratif

Upaya kuratif yang dapat dilakukan dengan pengobatan, pengobatannya mempunyai metode khusus dan harus berdasarkan pengawasan medis.

a. Upaya Rehabilitatif

(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawayan Jiwa. Trans Info Media, Jakarta.

Kaplan dan Sandock.1997.Sinopsis Psikiarti, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.Jilid 1.Edisi 7.Jakarta :Binarupa Aksara

Kusuma, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika, Jakarta.

Maramis,W.F.2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

pada pasien gangguan jiwa sesuai dengan masalah utama gangguan perilaku kekerasan. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan jiwa

Maka seseorang yang memiliki gangguan jiwa perilaku kekerasan ini perlu mendapatkan perhatian khususnya dalam perawatan supaya resiko tindakan yang dapat

KLIEN DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ” Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) II dalam Maslim (2001) mendefinisikan gangguan jiwa atau gangguan mental (mental disorder) adalah sindrom atau pola

Penyakit jiwa atau biasa disebut dengan penyakit gangguan jiwa atau gangguan mental ialah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara

1 Gangguan jiwa yang dialami oleh seseorang bisa memiliki gejala yang bermacam-macam seperti perilaku menghindari lingkungan, tidak mau berhubungan atau berbicara dengan orang

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) II dalam Maslim (2001) mendefinisikan gangguan jiwa atau gangguan mental (mental disorder) adalah sindrom atau pola

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah gangguan kesehatan dengan gejala psikologis atau perilaku yang terkait dengan penderitaan dan