• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MAHASISWA PSIK UMY SAAT MENGHADAPI UJIAN OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) TERHADAP SKOR OSCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MAHASISWA PSIK UMY SAAT MENGHADAPI UJIAN OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) TERHADAP SKOR OSCE"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

MENGHADAPI UJIAN OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL

EXAMINATION (OSCE) TERHADAP SKOR OSCE

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh: DWI SASMOKO ADJI

20120320023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

MENGHADAPI UJIAN OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL

EXAMINATION (OSCE) TERHADAP SKOR OSCE

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh: DWI SASMOKO ADJI

20120320023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)
(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dwi Sasmoko Adji

NIM : 20120320023

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis

tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka

dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 18 Juli2016

Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

kaya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa PSIK UMY Saat Menghadapi Ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE)

Terhadap Skor OSCE”.

Tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah ini untuk memenuhi sebagian syarat

untuk memperoleh derajat sarjana keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Terwujudnya karya tulis ilmiah ini, tidak terlepas dari bimbingan, dukungan

serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penghargaan dan ungkapan

terima kasih dari penulis kepada:

1. H. Budi Santo S.Pd, Hj. Suremi S.Pd, Dewi Ari Utami S.Kep., Ns selaku

keluarga dan orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, semangat,

motivasi, do‟a dengan sabar kepada penulis serta menjadi sumber semangat

dan inspirasi dalam hidup peneliti.

2. Dr. H. Ardi Pramono, Sp An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

(7)

vi

4. Shanti Wardaningsih, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J, Ph.D selaku pembimbing yang

senantiasa dengan ikhlas meluangkan waktu di sela-sela kesibukanya,

membimbing, mengarahkan, membantu dan memberikan nasehat serta saran

yang membangun kepada penulis dalam menyusun proposal karya tulis ilmiah

ini.

5. Lisa Musharyanti, Ns., M. Med. Ed selaku penguji yang memberikan saran/

masukan sehingga penelitian ini bisa bermanfaat dan sejalan sebagaimana

mestinya.

6. Segenap dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Karyawan Tata Usaha, dan

Karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan pelayanan

dengan baik.

7. Teman-teman satu penelitian yang selalu memberikan motivasi belajar, yang

telah banyak membantu peneliti selama menyelesaikan studi dan memberikan

dorongan kepada peneliti.

8. Keluarga kecil rumah Bening Agus gunadi, Fajar abrori, Afri. Sahabat

Plankton, bapak, jong, jum, kentung, tole, hastoro, cak no, dian dan si hitam.

Anak Playon Jogja, Anak TRY Jogja dan pihak-pihak yang tidak dapat peneliti

sebutkan satu per satu, semoga Allah SWT mebalas kebaikan Anda semua.

9. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012.

Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin,namun penulis

menyadari masih ada kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyajian

(8)

vii

demi penyempurnaan dan peningkatan kualitas dalam penulisan dimasa

mendatang. Akhir kalam, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat

digunakan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan serta penelitian ini

dapat diteruskan lagi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta,1 Januari 2016

Yang membuat pernyataan

(9)

viii

DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Objective Structure Clinical Examination (OSCE) ... 11

2. Kecemasan ... 14

3. Kecemasan Mahasiswa ... 23

B. Kerangka Teori ... 25

C. Kerangka Konsep ... 27

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Definisi Operasional... 33

F. Instrumen Penelitian... 34

G. Cara Pengumpulan Data ... 35

H. Jalannya Penelitian ... 36

I. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

J. Pengolahan dan Analisa Data ... 40

K. Etika Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil penelitian ... 45

1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 45

2. Gambaran Data Demografi Mahasiswa ... 46

3. Gambaran Jawaban Tentang Kecemasan Mahasiswa Saat Menghadapi Ujian OSCE ... 47

(10)

ix

5. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Standar Kelulusan Dalam Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE)

Dengan Skor OSCE ... 49

6. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Cara Yang Tidak Memadahi Dalam Bimbingan Tes Keterampilan (OSCE) terhadap Skor OSCE ... 50

7. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Keefektifan Dari Keterampilan Mahasiswa Terhadap Skor OSCE ... 51

8. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Sikap Guru Yang Menguji Tes Keterampilan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 52

9. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Situasi Selama Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 53

10. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 54

B. Pembahasan ... 55

1. Gambaran Skor OSCE ... 55

2. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Standar Kelulusan Dalam Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE . 57 3. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Cara Yang Tidak Memadahi Dalam Bimbingan Tes Keterampilan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 59

4. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Keefektifan Dari Keterampilan Mahasiswa Terhadap Skor OSCE. ... 62

5. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Sikap Guru Yang Menguji Tes Keterampilan (OSCE) Terhadap Skor OSCE. ... 64

6. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Situasi Selama Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE. ... 66

7. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE. ... 69

C. Kekuatan dan Kelemahan penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. KESIMPULAN ... 73

B. SARAN ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 84

Lampiran I Surat Izin Survey Pendahuluan ... 85

Lampiran II Surat Permohonan Menjadi Responden ... 86

Lampiran III Surat Persetujuan Menjadi Responden ... 87

Lampiran IV Surat Ijin Penelitian ... 88

Lampiran V Surat Balasan Ijin Penelitian ... 89

Lampiran VI Lembar Informasi Penelitian ... 90

Lampiran VII Back Translation Kuesioner NSTAS... 93

Lampiran VIII Kuesioner Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) ... 94

(11)

x

Lampiran X Surat Balasan Ijin Validitas Kuesioner Kecemasan NSTAS ... 96 Lampiran XI Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kecemasan

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 33 Tabel 3.2 Teknik penilaian instrumen NursingSkills Test Anxiety Scale ... 34 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisiensi Korelasi ... 42 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden pada bulan Maret 2016

(N=90) ... 46 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Kecemasan Mahasiswa saat

Menghadapi Ujian OSCE pada bulan maret 2016 (N=90) ... 47 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi skor OSCE mahasiswa setelah melaksanakan

ujian OSCE pada bulan maret 2016 (N=90) ... 48 Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Standar

Kelulusan Dalam Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 49 Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Cara

Yang Tidak Memadahi Dalam Bimbingan Tes Keterampilan (OSCE) terhadap Skor OSCE ... 50 Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang

Keefektifan Dari Keterampilan Mahasiswa Terhadap Skor OSCE ... 51 Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Sikap

Guru Yang Menguji Tes Keterampilan (OSCE) Terhadap Skor

OSCE ... 52 Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Situasi

Selama Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor

OSCE ... 53 Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Tes

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

(14)

xiii

DAFTAR SINGKATAN

BM : Belajar Mandiri

EBN : Evidence Based Nursing

EBP : Evidence Based Practice

HRS- A : Hamilton Ranting Scale for Anxiety

IQ : Intelligence Quotient

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KMC : Kangaroo Mother Care

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

NIM : Nomor Induk Mahasiswa

NSTAS : NursingSkills Test Anxiety Scale

OSCE : Objective Structured Clinical Examination

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

T-MAS : Taylor Manifest Anxiety Scale

(15)
(16)

xiv

Dwi Sasmoko Adji (2016) Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa PSIK UMY Saat Menghadapi Ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Terhadap Skor OSCE

Pembimbing:

Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J, Ph.D.

INTISARI

Latar Belakang: Mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari pasti pernah mengalami kecemasan. Kecemasan muncul antara lain ketika menghadapi tes keterampilan (OSCE), sikap penguji, cara yang tidak memadahi dalam bimbingan, situasi ujian, standar kelulusan ujian dan keefektifan keterampilan mahasiswa. Kecemasan dapat mengganggu proses belajar mahasiswa dengan menurunnya kemampuan memusatkan perhatian, menurunnya daya ingat dan berkurangnya kemampuan mahasiswa dalam menghadapi ujian sehingga mempengaruhi prestasi mahasiswa.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa PSIK UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap skor OSCE.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimental yang bersifat deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 90 responden menggunakan purposive sampling. Penelitian dilaksanakan bulan Oktober-Maret 2016 di PSIK UMY. Analisis hipotesis korelasi menggunakan Uji Spearman Rank dengan nilai p<0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antar variabel.

Hasil Penelitian: Skor OSCE didominasi oleh 3 skill yang lulus berjumlah 29 responden (32,2%). Hasil analisis hipotesis korelasi antara ketidak yakinan dengan standar kelulusan OSCE terhadap skor OSCE (p=0,01), analisa korelasi antara kekhawatiran tentang cara dalam bimbingan OSCE terhadap skor OSCE (p=0,436), analisa korelasi antara kekhawatiran tentang keefektifan dari keterampilan mahasiswa terhadap skor OSCE (p=0,905), analisa korelasi antara kekhawatiran dengan sikap guru penguji terhadap skor OSCE (p=0,687), analisa korelasi antara kekhawatiran tentang situasi OSCE terhadap skor OSCE (p=0,293, analisa korelasi antara kecemasan terhadap tes keterampilan (OSCE) terhadap skor OSCE (p=0,036).

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara ketidak yakinan dengan standar kelulusan OSCE dan kecemasan terhadap tes keterampilan (OSCE) terhadap skor OSCE. Tidak terdapat hubungan antara kekhawatiran tentang cara dalam bimbingan OSCE, kekhawatiran tentang keefektifan dari keterampilan mahasiswa, kekhawatiran dengan sikap guru penguji, dan kekhawatiran tentang situasi OSCE terhadap skor OSCE.

(17)

xv

Dwi Sasmoko Adji (2016) Relationship Between Anxiety of Students of PSIK UMY When Facing Exam Objective Structured Clinical Examination (OSCE) toward OSCE Score.

Advisor:

Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J, Ph.D.

ABSTRACT

Backgrounds: Students in daily life must have experienced anxiety. Anxiety arises among others when faced the skills examination (OSCE), attitudes of the examiner, inadequate mentoring, test environtment, passing grade and the effectiveness of students' skills. Anxiety may interferes with the process of learning of students with a decreased ability to concentrate, memory loss and reduced ability of students in the exam that affect student achievement.

Goals: To determine the relationship between anxiety students PSIK UMY when facing exams OSCE to score OSCE.

Research Method: This study was a quantitative non-experimental descriptive correlational cross sectional design approach. Sample of 90 respondents were taken using purposive sampling. The research was conducted in October-March 2016 in PSIK UMY. Test hypothesis analysis using Spearman Rank correlation with p <0.05 means there is a significant correlation between variables.

Results: OSCE score was dominated by three skills passed as much as 29 respondents (32,2%). The results of the analysis of hypothetical correlation between uncertainty of the passing standards of the nursing skills test to OSCE score (p=0,01), correlation analysis between insufficient channels for test consultation of the OSCE to OSCE score (p=0,436), analysis of the correlation between the worries of effectiveness of students' skills to OSCE score (p=0,905), correlation analysis between the worries about the attitude of the teachers monitoring the tests to OSCE score (p=0,687), analysis of the correlation between the worries about the atmosphere during the nursing skills test of the OSCE to OSCE score (p=0,293), analysis of the correlation between the anxiety about the nursing skills test (OSCE) to OSCE score (p=0,036).

Conclusions: There is a significant relationship between uncertainty of the passing standards of the nursing skills test to OSCE score and between the anxiety about the nursing skills test (OSCE) to OSCE score. There are no significant relationship between insufficient channels for test consultation of the OSCE, worries of effectiveness of students' skills, worries about the attitude of the teachers monitoring the tests, worries about the atmosphere during the nursing skills test of the OSCE to OSCE score.

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari pernah mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan hal yang alamiah yang pernah dialami oleh setiap

manusia dan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

(Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan

sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi suatu masalah.

Kecemasan juga merupakan kebingungan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang

akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas, perasaan tidak menentu dan

tidak berdaya (Wong, 2009).

Kecemasan di dunia telah menjadi permasalahan yang berarti, saat ini diperkirakan 23 juta penduduk, Satu dari empat penduduk di Amerika

mengalami kecemasan (Stuard, 2007). Di Indonesia sendiri prevalensi

kecemasan sebanyak 2%-5% dari populasi umum atau 7%-16% dari semua

penderita gangguan jiwa (Pietra, 2001 dalam Ohorella, 2011). Data Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi

gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan sebanyak

6% untuk usia 15 tahun keatas atau sekitar 14 juta orang. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan terhadap kelompok perempuan di sebuah rumah

(19)

et al., 2012). Data prevalensi diatas menunjukkan bahwa individu yang

mengalami kecemasan sangat tinggi sehingga kecemasan merupakan masalah

yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Individu yang mengalami kecemasan biasanya ditandai dengan gejala yang berbeda- beda. Kecemasan ditandai dengan adanya rasa ketakutan, tidak

menyenangkan dan tidak jelas serta seringkali disertai dengan gejala otonom

seperti nyeri kepala, berkeringat, perasaan was-was, gelisah dan detak jantung

meningkat (Kaplan & Saddock 2007). Gejala umum lainnya yaitu cepat marah,

sulit berkonsentrasi, kelelahan, pikiran kosong dan merasa adanya tanda dan

bahaya (Nasir & Muhith, 2011).

Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi individu (Suliswati, et al., 2005).

Kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu maturnitas

(Stuart & Laraia, 2005). Maturnitas merupakan tingkat perkembangan individu

untuk membentuk kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap stressor.

Individu yang mempunyai kematangan kepribadian akan lebih tenang dalam

menghadapi situasi yang mengancam sehingga kecemasan yang dihadapinya

berkurang (Rasmun, 2004).

Kematangan kepribadian individu akan mempengaruhi kecemasan mahasiswa yang akan menghadapi ujian Objective Structured Clinical

Examination (OSCE). Ujian OSCE merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kecemasan mahasiswa (Nevid, et al., 2005). Mahasiswa dengan

(20)

memiliki kecemasan yang rendah (Hawari, 2011). Hal ini dikarenakan

kecemasan dapat mengganggu proses belajar mahasiswa dengan menurunnya

kemampuan memusatkan perhatian, menurunnya daya ingat dan berkurangnya

kemampuan mahasiswa dalam menghadapi ujian mengakibatkan hasil ujian

menjadi buruk (Kaplan & Saddock, 2007). Tentunya kecemasan memiliki

dampak yang sangat tinggi terhadap prestasi belajar mahasiswa dalam

akademik (Nadeem, et al., 2012). Penelitian Fidment (2012) menyatakan

bahwa ujian OSCE mempengaruhi kecemasan mahasiswa dan berpengaruh

dalam performa pelaksanaan dan kelulusan ujian.

OSCE merupakan ujian dengan penilaian berdasarkan keterampilan yang

diobservasi saat melakukan berbagai keterampilan klinis, yang terbukti sudah

valid dan reliabel untuk mengukur keefektifan keterampilan mahasiswa

kesehatsan (McWilliam & Botwinski, 2009). Ujian OSCE di Program Studi

Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Muhammadiyah Yogjakarta (UMY)

dilaksanakan setiap akhir blok dan setiap blok terdiri dari beberapa

keterampilan klinis yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan pembelajaran

blok.

Sehari sebelum pelaksanaan ujian dimulai, mahasiswa diharuskan

mengikuti bimbingan belajar mandiri. Balajar mandiri bertujuan untuk

mendalami kemampuan skill mahasiswa selama mengikuti skill lab

berlangsung yang dibimbing oleh seorang instruktur. Selanjutnya, mahasiswa

yang mengikuti ujian OSCE memasuki pos/ruangan yang telah ditentukan,

(21)

terdapat penguji yang akan menilai keterampilan, probandus sebagai pasien

simulasi yang sudah dilatih dan alat-alat medis sesuai kasus. Mahasiswa mulai

mempraktikkan keterampilannya sesuai kasus yang didapat. Selama OSCE

mahasiswa diberikan waktu 5-10 menit (McCluskey, 2008). Setelah mahasiswa

melakukan keterampilan dalam waktu 10 menit, penguji memberikan penilaian

dan evaluasi kepada mahasiswa supaya mahasiswa bisa mengetahui letak

kesalahannya (Payne, et al., 2008).

Penguji memberikan penilaian bertujuan untuk melihat berhasil tidaknya

mahasiswa dan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa selama

proses belajar mengajar. Mahasiswa dikatakan berhasil/lulus jika nilai yang

dicapai sudah melebihi nilai standar kelulusan yang sudah ditentukan. Nilai

yang dicapai mahasiswa merupakan salah satu tolak ukur penilaian atas

kemampuan, komunikasi dan keterampilan yang sudah dipelajari (Jusuf, 2009).

Peneliti telah melakukan studi pendahuluhan pada tanggal 3 Desember

2015 kepada mahasiswa PSIK UMY angkatan 2015, 2014, 2013 dan 2012,

sebanyak 80 mahasiswa. Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan

sebanyak 76% mahasiswa mengalami cemas sebelum mengahdapi OSCE dan

24% mahasiswa tidak mengalami kecemasan. Kecemasan paling banyak terjadi

pada mahasiswa angkatan 2015 yaitu sebanyak 22% mahasiswa, angkatan 2014

sebanyak 20% mahasiswa, angkatan 2013 sebanyak 19% mahasiswa dan 2012

sebanyak 15% mahasiswa. Tanda dan gejala kecemasan yang sering muncul

(22)

Sebagian mahasiswa juga mengatakan merasa khawatir dengan hasil yang di

peroleh kurang maksimal.

Hasil studi pendahuluan diatas menunjukkan mahasiswa yang mengalami

kecemasan paling tinggi adalah angkatan 2015 PSIK UMY dibanding dengan

angkatan lainnya. Hal ini dikarenakan mahasiswa angkatan 2015 PSIK UMY

merupakan mahasiswa baru. Mahasiswa baru akan menghadapi perubahan

lingkungan belajar, jadwal kuliah yang padat, tugas yang banyak dan sistem

pembelajaran yang berbeda dengan masa SMA (Lallo, et al., 2013). Pada

mahasiswa lama hal ini sudah tidak terlalu mempengaruhi kecemasan karena

mahasiswa sudah dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan

perkuliahannya (Baykan, et al., 2012). Kecemasan pada mahasiswa baru PSIK

UMY belum mendapatkan perhatian khusus, sehingga peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan antara kecemasan mahasiswa angkatan 2015 PSIK UMY

saat menghadapi ujian OSCE terhadap skor OSCE.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana hubungan antara kecemasan mahasiswa PSIK

UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap skor OSCE?

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa PSIK UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap

(23)

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui skor OSCE mahasiswa PSIK UMY.

b. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang standar

kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor

OSCE.

c. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang cara yang

tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE) terhadap skor

OSCE.

d. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang keefektifan

dari keterampilan mahasiswa terhadap skor OSCE.

e. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang sikap guru

yang menguji tes keterampilan (OSCE) terhadap skor OSCE.

f. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang situasi

selama tes keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor OSCE.

g. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang tes

keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor OSCE.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini untuk menambah pengetahuan, wawasan dan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut. Selain itu,

penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk melatih berfikir

secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu

(24)

2. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi

mahasiswa yang akan mengikuti OSCE agar lebih mematangkan

persiapannya ketika akan mengikuti OSCE, tidak hanya persiapan ilmu

pengetahuan tapi juga mental agar dapat meningkatkan peformanya ketika

melaksanakan ujian.

3. Bagi Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap sistem

pembelajaran keterampilan klinis dan penilaian di PSIK UMY, serta dapat

mencari inovasi untuk mengurangi kecemasan mahasiswa dalam

melaksanakan ujian OSCE.

E.Keaslian Penelitian

Penulis menemukan beberapa penelitian yang hampir mendekati dengan penelitian ini, baik topik maupun pembahasan, contohnya sebagai berikut:

1. Carianto (2008) dengan judul “Perbedaan Tingkat Kecemasan Mahasiswa

Antara Mahasiswa Yang Menghadapi Ujian OSCE Dengan Mahasiswa

Yang menghadapi Ujian MCQ Di Fakultas Kedokteran UMY”. Penelitian

ini memfokuskan tingkat kecemasan mahasiswa yang menghadapi OSCE

dengan mahasiswa yang menghadapi ujian MCQ. Penelitian ini dilakukan

dengan pendekatan cros sectional, pengambilan sampel dilakukan secara

random sampling, sampel yang di ambil sebanyak 30 mahasiswa. Alat

ukur kecemasan menggunakan kuesioner Hamilton Ranting Scale for

(25)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang akan dilakukan memfokuskan kecemasan saat menghadapi

ujian OSCE terhadap skor OSCE. Alat ukur kecemasan menggunakan

Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS), pengambilan sampel, jumlah

sampel, variabel yang diteliti, waktu penelitian dan lokasi penelitian.

Persamaan penelitian ini adalah variabel independen yaitu tidak ada.

2. Prayoga (2012) dengan judul “Pengaruh Ujian OSCE Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Kedokteran UMY”. Penelitian ini menggunakan

Quasi Experiment dengan pre dan pos-test tanpa kontrol. Sampel

penelitian sebanyak 40 mahasiswa kedokteran 2009. Alat ukur kecemasan

menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

penelitian yang akan dilakukan memfokuskan kecemasan saat menghadapi

ujian OSCE terhadap skor OSCE. Alat ukur kecemasan menggunakan

Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS), pengambilan sampel, jumlah

sampel, variabel yang diteliti, waktu penelitian dan lokasi penelitian.

Persamaan penelitian ini adalah variabel independen yaitu tidak ada.

3. Dhani (2013) dengan judul “Hubungan Nilai Pretest Skills Lab Terhadap Nilai OSCE Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UMY”. Jenis penelitian ini analitik obsevasional dengan pendekatan cross section.

Subyek penelitian ini 262 mahasiswa angkatan 2008, 2009, 2010, 2011

(26)

nilai pretest Skills Lab dengan nilai OSCE mahasiswa dengan kekuatan

korelasi sangat lemah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

penelitian yang akan dilakukan memfokuskan kecemasan saat menghadapi

ujian OSCE terhadap skor OSCE. Alat ukur kecemasan menggunakan

Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS), pengambilan sampel, jumlah

sampel, variabel yang di teliti, waktu penelitian dan lokasi penelitian.

Persamaan penelitian ini adalah variabel dependen yaitu nilai OSCE.

4. Yang (2014) dengan judul “Developing a short version of the test anxiety scale for baccalaureate nursing skills test- a preliminary study”.Penelitian ini dengan pendekatan cross section. Subyek penelitian sebanyak 250

mahasiswa baru. Penelitian Yang lebih menekankan faktor kecemasan

mahasiswa saat menghadapi ujian skill. Penelitian Yang dilakukan di

Taiwan yang notabenya memiliki fasilitas yang lebih baik, lengkap dan

budaya masyarakat yang berbeda. Alat ukur kecemasan menggunakan

NursingSkills Test Anxiety Scale (NSTAS).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

penelitian yang akan dilakukan memfokuskan kecemasan saat menghadapi

ujian OSCE terhadap skor OSCE. Persamaan penelitian ini adalah

kuesioner kecemasan.

Keempat penelitian di atas memiliki perbedaan maupun persamaan dengan

(27)

menemukan adanya penelitian yang serupa dengan judul “hubungan antara

kecemasan mahasiswa PSIK UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap skor

(28)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

mendukung dan terkait dengan topik yang akan di ambil. Bab II ini akan

menjelaskan tentang landasan teori, kerangka konsep dan hipotesis. Pada landasan

teori akan dijelaskan mengenai (1) gambaran pelaksanaan ujian OSCE, (2) definisi

kecemasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, (3) kecemasan pada

mahasiswa. Pada kerangka teori dan kerangka konsep dijelaskan tentang uraian

inti materi, pada hipotesis dijelaskan tentang Ha

A.Tinjauan Pustaka

1. Objective Structure Clinical Examination (OSCE) a. Gambaran OSCE

Objective Structure Clinical Examination (OSCE) adalah

pemeriksaan yang sering digunakan dalam ilmu kesehatan untuk menguji

kinerja keterampilan klinis dan kompetensi dalam keterampilan seperti

komunikasi, pemeriksaan klinis, prosedur medis, menulis resep, teknik

pemeriksaan, dan interpretasi hasil pemeriksaan. Ujian OSCE pertama

kali diperkenalkan oleh Dr Ronald Harden pada tahun 1975 sebagai

sarana untuk menilai keterampilan klinis mahasiswa kedokteran

(Senany.A & Saif.A, 2012). Meskipun OSCE berkembang dari pendidikan kedokteran tetapi telah digunakan secara luas di dunia

(29)

Ujian OSCE digunakan untuk mengevaluasi keterampilan klinis,

sikapdan perilaku standar yang digunakan oleh praktisi dalam perawatan

pasien. (Ahmed, 2009). Selain itu, ujian OSCE telah didukung sebagai

metode yang tepat dalam mengevaluasi keperawatan keterampilan klinis

karena berbagai keuntungan seperti, meningkatkan kinerja klinis

mahasiswa, mempersiapkan lulusan yang berkualitas dan kompeten,

meningkatkan pengambilan keputusan kemampuan, dan meningkatkan

tingkat pengajaran (El Darir & Abd El Hamid, 2013).

b. Tujuan OSCE

Menurut Buku Panduan Penyelenggaraan ujian OSCE Pendidikan DIII Keperawatan dan Ners (2013). Tujuan ujian OSCE yaitu:

1. Menyeleksi perawat level professional dan vokasional yang kompeten,

2. Menciptakan sistem ujian yang obyektif dan terstandar secara nasional,

3. Melengkapi metode ujian kompetensi dari aspek psikomotor dan

afektif.

c. Pelaksanaan dan Situasi OSCE

Ujian OSCE di PSIK UMY dilaksanakan di Mini Hospistal setiap akhir Blok, setiap 6 minggu sekali. Mini Hospital merupakan tempat

pembelajaran mahasiswa dalam melakukan keterampilan klinis terdiri

dari 12 ruangan . Situasi Mini Hospital dibuat semirip mungkin dengan

rumah sakit. Situasi ini dirancang untuk mengukur pengetahuan dasar,

pemeriksaan fisik dan komunikasi (Health Professional Education

(30)

Tatacara pelaksanaan OSCE setiap mahasiswa memasuki ruangan

yang sudah ditentukan . Setiap ruangan mahasiswa diberikan waktu 5-10

menit (McCluskey, 2008). Masing-masing ruangan sudah ada dosen

sebagai penguji, pasien simulasi, alat alat medis dan check list penilaian

(Su, et al., 2005). Ruangan ujian harus sesuai dengan kompetensi yang

akan diujikan, termasuk pencahayaan dalam ruangan, alat medis dan meja

pemeriksaan disesuaikan dengan penilaian keterampilan (James, 2001).

Keterampilan mahasiswa akan diuji di setiap ruangan dalam

menghadapi suatu kasus. Kasus tersebut berbentuk lembaran kertas yang

berisikan soal, dan mahasiswa memilih salah satu kasus dari lembaran

tersebut. Beberapa kasus sering melibatkan pasien simulasi yang sudah berpengalaman dan terlatih yang nantinya akan memperagakan isi kasus

tersebut (Brannick, et al., 2011). Kasus bertujuan untuk menilai

kemampuan menafsirkan informasi dan berpikir kritis pada mahasiswa

yang mengikuti ujian. Pertanyaan pada kasus ujian berhubungan dengan

pemeriksaan diagnostik, rencana diagnostik dan manajemen dalam

pengobatan pasien (Junger, et al., 2005). Penilaian ujian OSCE ini

berdasar checklist yang dilakukan oleh penguji (Brannick, et al., 2011).

Checklist tersebut berisi tentang prosedur tindakan medis dan non medis

yang akan dilakukan oleh mahasiswa keperawatan dalam menghadapi

suatu kasus yang akan di ujikan (Bartfay, et al., 2004).

Setiap akhir periode ditunjukkan dengan suara bel, di saat itu juga

(31)

Mahasiswa yang nilainya kurang baik diharapkan untuk mengikuti ujian

ulang ,ujian ulang bertujuan untuk memperbaiki nilai yang kurang dan

materi yang gagal (White, et al., 2009).

2. Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam Bahasa Jerman

“angst” kemudian menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan,

merupakan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,

kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih

dalam batas normal (Hawari, 2011).

Cemas merupakan perasaan tidak menyenangkan berupa ketegangan, kegelisahan, dan ketidaknyamanan yang tidak dapat dijelaskan disertai

dengan gejala fisiologis dan psikologis. Kecemasan adalah emosi primer

dari emosi lain seperti kemarahan, rasa bersalah, rasa malu, dan

kesedihan yang dihasilkan. Kecemasan digambarkan dengan istilah

seseorang yang mondar-mandir dengan tangannya meremas-remas dan

jantung berdebar serta bernafas cepat (Gorman & Sultan, 2008).

Menurut Suliswati, et al., (2005) kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami

oleh semua mahkluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan

merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat di

(32)

objek yang spesifik. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman

terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi

keberadaan individu.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat

mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya

ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang

buruk akan terjadi.

b. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart (2013), faktor yang mempengaruhi kecemasan dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Faktor prediposisi yang menyangkut tentang teori kecemasan:

a) Teori Psikoanalitik

Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian diantaranya Id dan Ego.

Id memiliki dorongan insting dan impuls primitive seseorang,

sedangkan Ego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Fungsi

kecemasan dalam ego adalah mengingatkan ego bahwa adanya

bahaya yang akan datang (Stuart, 2013).

b) Teori Interpersonal

Teori Interpersonal menjelaskan kecemasan timbul dari

(33)

interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan

trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan

kecemasan. Individu dengan harga diri yang rendah akan mudah

mengalami kecemasan (Stuart, 2013).

c) Teori perilaku

Teori perilaku menjelaskan kecemasan disebabkan oleh

stimulus lingkungan spesifik. Pola berpikir yang salah, atau tidak

produktif dapat menyebabkan perilaku maladaptive. Individu yang

mengalami cemas cenderung menilai lebih terhadap adanya bahaya

dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk

mengatasi ancaman (Stuart, 2013).

d) Teori bilologis

Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi (GABA)

yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungn

dengan kecemasan. Kecemasan biasanya disertai dengan gangguan

fisik dan selajutnya menurunkan kemampuan individu untuk

mengatasi stressor.

2) Faktor presipitasi

a) Faktor Eksternal

1. Ancaman Integritas Fisik

Meliputi ketidakmampuan fisiologis terhadap kebutuhan

(34)

2. Ancaman Sistem Diri

Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri,

kehilangan, dan perubahan status dan peran, tekanan kelompok,

sosial budaya.

b) Faktor Internal

1. Usia

Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih

mudah mengalami gangguan kecemasan dibandingkan individu

dengan usia yang lebih tua (Kaplan & Sadock, 2007).

2. Stressor

Stressor merupakan keadaan yang menyebabkan perubahan

dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk beradaptasi.

Sifat stresor dapat berubah secara tiba – tiba dan dapat

mempengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan,

tergantung mekanisme koping seseorang. Contohnya semakin

banyak stresor yang dialami mahasiswa, semakin besar

dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi stressor yang

kecil dapat mengakibatkan reaksi berlebihan (Kaplan & Sadock,

2007).

3. Jenis kelamin

Kecemasan lebih sering-sering dialami wanita daripada pria.

Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi

(35)

dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap

perasaan cemasnya (Kaplan & Sadock, 2007).

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap

kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap

informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah

individu dalam menguraikan masalah baru (Kaplan & Sadock,

2007).

Menurut Lallo, et al., (2013) faktor pendidikan yang

mempengaruhi kelulusan mahasiswa saat menghadapi ujian

OSCE yaitu kemampuan mahasiswa. Kemampuan tersebut biasanya dikenal dengan Intelligence Quotient (IQ) atau disebut juga tingkat kepintaran mahasiswa. Hal yang dapat mempengaruhi tingkat kepintaran mahasiswa adalah persiapan mahasiswa tentang pemahaman materi dan kemampuan skill yang didapat sebelum menghadapi ujian Jika persiapan yang dilakukan mahasiswa baik maka hasil ujian yang akan diperoleh akan baik.

c. Respon Kecemasan

Menurut Stuart (2013) dampak yang dialami individu ketika mengalami kecemasan akan menyebabkan beberapa respon tubuh yaitu:

1) Respon Fisiologis

a) Sistem Pernapasan: napas cepat, sesak napas, napas dangkal ,

(36)

b) Sistem Gastrointestinal: hilangnya nafsu makan, perut tidak

nyaman, diare, mual.

c) Sistem Integument: wajah pucat, tubuh berkeringat, wajah

kemerahan, telapak tangan berkeringat.

d) Sistem Kardiovaskuler: tekanan darah meningkat, jantung

berdebar-debar, detak jantung meningkat.

e) Sistem Neuromuskuler: reaksi terkejut, insomnia, tremor, gelisah,

gugup, wajah tegang.

f) Sistem Saluran Perkemihan: tidak dapat menahan kencing, sering

kencing.

2) Respon Perilaku

Respon perilaku biasanya menunjukkan tanda dan gejala seperti:

gelisah, ketegangan fisik, gugup, menarik diri, menghindar, reaksi

terkejut, bicara cepat, mondar mandir.

3) Respon Kognitif

Respon kognitif biasanya menunjukkan tanda dan gejala seperti:

tidak fokus, perhatian terganggu sulit konsentrasi, menjadi pelupa,

sulit berfikir, kreatifitas menurun, bingung, sulit memberikan

penilaian.

4) Respon Afektif

Respon afektif biasanya menunjukan tanda dan gejala seperti:

khawatir, waspada, mudah cepat marah, gelisah, tegang, ketakutan,

(37)

d. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2013) tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu : 1) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada

dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Tanda dan

gejala pada kecemasan ringan seperti: kelelahan, lapang persepsi

meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi

meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

2) Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memfokuskan hal yang penting

dan mengesampingkan hal yang lain. Sehingga seseorang mengalami

perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih

terarah. Tanda dan gejala pada kecemasan sedang seperti: kelelahan

meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan meningkat,

ketenangan otot meningkat, berbicara cepat dengan volume tinggi,

lahan persepsi menyempit, mampu belajar namun tidak optimal,

konsentrasi menurun, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa,

marah dan menangis.

3) Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi persepsi seseorang.

(38)

spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku di

tujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan

pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain. Tanda dan

gejala kecemasan berat seperti: sakit kepala, denyut jantung

meningkat, insomnia, sering kencing/diare, lahan persepsi menyempit,

tidak bisa belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri,

perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

4) Panik

Panik berhubungan dengan ketakutan akan suatu hal di tandai

dengan kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak dapat

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan dari orang lain.

Panik terjadi karena peningkatan aktivitas motorik, menurunnya

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tanda dan

gejala panik seperti: susah bernapas, pucat, dilatasi pupil, pembicaraan

inkoheren, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi.

Gambar 2.1 rentang respon kecemasan

(39)

Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan

maladaptif. Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang

bersifat membangun (kontruktif) dalam menghadapi kecemasan

berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang bersifat

merusak (destruktif). Seperti individu menghindar dari orang lain atau

mengurung diri dan tidak mau mengurus diri (Stuart, 2013).

e. Gejala Kecemasan

Menurut Townsend (2008) kecemasan mempunyai dua gejala antara lain:

1) Gejala Fisiologis

Gejala fisiologis kecemasan seperti gelisah, perhatian yang

berlebihan, perasaan cemas, khawatir yang berlebihan, berkeringat,

respon terkejut yang berlebihan, insomnia, pengulangan kata, mimpi

buruk, mudah tersinggung, sering marah-marah.

2) Gejala Psikologis

Sedangkan, gejala psikologis biasanya di tandai dengan tegang,

gelisah, khawatir, gugup, gemetar, kesulitan berkonsentrasi dan

perasaan tidak menentu (Hawari, 2011).

f. Alat Ukur Kecemasan

Alat ukur kecemasan dalam penelitian ini menggunakan Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) yang pernah digunakan untuk

mengukur kecemasan pada mahasiswa tahun pertama dariDepartment of

(40)

Health Sciences Taiwan saat menghadapi ujian skills lab. Nursing Skills

Test Anxiety Scale terdiri dari 6pertanyaan yang mengarah ke kecemasan

dengan menggunakan skala likert. Setiap pertanyaan memiliki penilaian

1: sangat tidak setuju, 2: tidak setuju, 3: netral, 4: setuju dan 5: sangat

setuju (Yang, et al., 2014).

3. Kecemasan Mahasiswa

Mahasiswa adalah kaum akademis yang berintelektual terdidik dengan segala potensi yang memiliki kesempatan dan ruang untuk berada dalam

lingkungan. Mahasiswa sebagai agent of change yaitu sebagai agen

pembawa perubahan dan menjadi orang yang dapat memberikan solusi bagi

permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini. Oleh sebab itu, mahasiswa

mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengemban tugas untuk

menjadi orang yang aktif dalam segala hal baik akademisi maupun

organisasi (Ohorela, 2011).

Mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun (Monks, et al., 2001). Tahap ini dapat digolongkan pada

masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi

perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa yaitu pemantapan

pendirian hidup (Yusuf, 2012).

Selama menjalani pendidikan mahasiswa diharuskan mengikuti perkuliahan, praktikum, tutorial dan ujian. Ujian adalah kegiatan untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan mahasiswa dalam proses

(41)

Tingkat keberhasilan dilihat dari penilaian dari ujian kognitif dan ujian

psikomotor. Ujian psikomotor salah satunya adalah ujian OSCE, OSCE

merupakan ujian keterampilan klinis yang terdiri dari serangkaian simulasi

yang digunakan untuk menilai keterampilan klinis dalam diagnosis dan

penatalaksanaa (Varkey, et al., 2008). Sebagian mahasiswa yang sudah

pernah mengikuti ujian OSCE, mereka mengatakan cemas.

Menurut Yang, et al., (2014) penyebab kecemasan dalam melaksanakan

ujian skill keperawatan yaitu standar kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE), cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE), keefektifan dari keterampilan (OSCE), sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE), situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE) dan tes keterampilan keperawatan (OSCE).

Kecemasan sering memunculkan respon multisistem dalam menghadapi situasi yang mengancam, yang berpengaruh pada respon fisik, emosional,

dan kognisi. Respon tersebut saling berkaitan dengan sistem simpatis dan

parasimpatis yang akan menyebabkan mahasiswa tidak fokus, gugup,

gelisah, tegang dan denyut jantung menjadi meningkat. Meningkatnya

denyut jantung menggambarkan kegagalan dan kecemasan mahasiswa

dalam melaksanakan ujian, sehingga akan mempengaruhi hasil ujian OSCE

(42)

B.Kerangka Teori

1. Standar kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE).

2. Cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE).

3. Keefektifan dari keterampilan (OSCE).

4. Sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE).

5. Situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE).

6. Tes keterampilan keperawatan (OSCE).

(Yang., Lu., Chung., & Chang, 2014)

Skor OSCE

a. Ancaman integritas diri b. Ancaman sistem diri 2. Faktor Internal

a. Usia b. Stressor c. Jenis kelamin

(43)

Berdasarkan bagan di atas dapat diketahui bahwa faktor-fakor yang

mempengaruhi kecemasan mahasiswa terbagi menjadi 2 yaitu faktor

prediposisi dan faktor presipitasi. Faktor presipitasi terdiri dari psikoanalitik,

interpersonal, perilaku dan biologi. Faktor presipitasi terbagi menjadi 2 yaitu

faktor internal yang terdiri dari ancaman integritas diri dan ancaman sistem diri.

Sedangkan faktor internal terdiri dari usia, stressor, jenis kelamin dan

pendidikan yang dapat menimbulkan kecemasan mahasiwa saat menghadapi

ujian seperti kecemasan mahasiswa tentang standar kelulusan dalam tes

keterampilan keperawatan (OSCE), cara yang tidak memadahi dalam

bimbingan tes keterampilan (OSCE), keefektifan dari keterampilan (OSCE),

sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE), situasi selama tes

keterampilan keperawatan (OSCE) dan tes keterampilan keperawatan (OSCE)

saat mahasiswa menghadapi ujian OSCE menimbulkan respon bagi mahasiswa

yaitu respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif. Respon dari kecemasan

akan mempengaruhi skor OSCE, sehingga hasil yang diperoleh mahasiswa

(44)

C.Kerangka Konsep

Gambar 2.3 kerangka konsep

Keterangan :

: Yang diteliti

Kecemasan mahasiswa tentang standar kelulusan dalam tes keterampilan

keperawatan (OSCE), cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes

keterampilan (OSCE), keefektifan dari keterampilan (OSCE), sikap guru yang

menguji tes keterampilan (OSCE), situasi selama tes keterampilan keperawatan

(OSCE), tes keterampilan keperawatan (OSCE) mempengaruhi skor OSCE.

D.Hipotesis

Hipotesa adalah jawaban atau penjelasan sementara terhadap permasalahan terkait hubungan antara dua atau lebih variabel. Penelitian ini terdapat 6

kemungkinan hasil hipotesa yaitu :

Skor OSCE

1. Semua skill lulus : Skor 5 2. Hanya 4 skill yang lulus : Skor 4 3. Hanya 3 skill yang lulus : Skor 3 4. Hanya 2 skill yang lulus : Skor 2 5. Hanya 1 skill yang lulus : Skor 1 6. Tidak ada skill yang lulus: Skor 0

Kecemasan Mahasiswa tentang: 1. Standar kelulusan dalam tes

keterampilan keperawatan (OSCE).

2. Cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE).

3. Keefektifan dari keterampilan (OSCE).

4. Sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE).

5. Situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE).

(45)

1. Variabel 1 standar kelulusan OSCE

Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang standar

kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor

OSCE.

2. Variabel 2 cara dalam bimbingan OSCE

Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang cara yang

tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE) terhadap skor

OSCE.

3. Variabel 3 keefektifan keterampilan mahasiswa

Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang keefektifan

dari keterampilan mahasiswa terhadap skor OSCE.

4. Variabel 4 sikap guru yang menguji OSCE

Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang sikap guru

yang menguji tes keterampilan (OSCE) terhadap skor OSCE.

5. Variabel 5 situasi selama OSCE

Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang situasi selama

tes keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor OSCE.

6. Variabel 6 OSCE

Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang tes

(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini berisikan rancangan penelitian yang akan diteliti. Rancangan

penelitian diawali dengan desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi dan

waktu penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

jalannya penelitian, uji validitas dan reabilitas, pengolahan data, analisis data dan

etika penelitian.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non eksperimen, dengan rancangan deskriptif korelasional dan pendekatan cross sectional. Penelitian

korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap

hubungan korelatif antar variabel. Pendekatan cross sectional merupakan jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan

mahasiswa angkatan 2015 PSIK UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap

skor OSCE.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek

yang mempunyai karakteritik tertentu yang diciptakan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi

(47)

PSIK UMY sebanyak 115 mahasiswa. Karena berdasarkan studi

pendahuluan kepada mahasiswa PSIK UMY angkatan 2015, 2014, 2013 dan

2012, tingkat kecemasan saat menghadapi ujian OSCE paling banyak terjadi

pada angkatan PSIK 2015.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi (Sugiyono, 2011). Pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu tehnik penetapan

sampel yang memenuhi kriteria inklusi maupun eklusi sebagai subyek

penelitian dangan cara memilih sampel yang dikehendaki peneliti sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2013).

Jumlah atau besar sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini

sesuai dengan hasil rumus sampling (Nursalam, 2013) .

n �

1+� � 2

keterangan:

n : Besar sampel

N : Besar populasi

d : Derajat kesalahan(0,05)

Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

n : Besar sampel

N : 115

(48)

�= �

1+� (�)2

�= 115

1+115 (0,05)2

�= 115

1.2875

n = 89,32 dibulatkan menjadi 90 mahasiswa.

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan

eksklusi. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Subyek yang dapat di ikut sertakan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Mahasiswa angkatan 2015 PSIK UMY.

2. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden saat pembagian

kuesioner dan mengisi kuesioner.

3. Mahasiswa yang secara syarat boleh mengikuti ujian OSCE.

b. Kriteria Ekslusi

Subyek yang tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Mahasiswa yang sedang sakit.

2. Mahasiswa yang sedang menjalani cuti.

3. Mahasiswa yang terlambat datang saat melaksanakan ujian OSCE.

4. Mahasiswa yang tidak hadir dalam melaksanakan ujian OSCE.

Jika kriteria inklusi melebihi jumlah sampel yang sudah ditentukan maka

(49)

yaitu dengan mengundi Nomor Induk Mahasiswa (NIM) kemudian NIM

yang keluar tidak dijadikan sebagai sampel penelitian.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PSIK FKIK UMY, Kecamatan Kasihan,

Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan 1 Oktober 2015 hingga Juni

2016.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki anggota suatu kelompok

yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan di ukur yaitu:

1. Variabel bebas (independent)

Menurut Nursalam (2013) variabel independent adalah variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Variabel

independent dalam penelitian ini yaitu kecemasan mahasiswa tentang:

a. Standar kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE).

b. Cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE).

c. Keefektifan dari keterampilan (OSCE).

d. Sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE).

e. Situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE).

(50)

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan

oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel dependent dalam penelitian ini

adalah skor OSCE.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1.Data demografi bedakan menjadi laki-laki dan perempuan.

Kecemasan yang dialami mahasiswa saat ujian OSCE yang berhubungan dengan kecemasan tentang standar kelulusan OSCE, cara yang tidak memadahi dalam bimbingan OSCE, keefektifan dari keterampilan OSCE, sikap

(51)

F. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Untuk mengetahui kecemasan mahasiswa saat menghadapi ujian OSCE,

peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner. Peneliti menggunakan

kuesioner Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) berupa skala likert.

Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) adalah alat ukur kecemasan

untuk mengukur kecemasan pada mahasiswa tahun pertama dariDepartment

of Nursing, College of Nursing, National Taipei University of Nursing and

Health Sciences Taiwan saat menghadapi ujian skills lab (Yang, et al.,

2014),

Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) memiliki 6 pertanyaan yang

terdiri dari pertanyaan 1, Saya tidak yakin dengan standar kelulusan dalam

tes keterampilan keperawatan (OSCE). 2, Saya khawatir tentang cara yang

tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE). 3, Saya

khawatir tentang keefektifan dari keterampilan saya. 4, Saya khawatir

dengan sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE). 5, Saya khawatir

tentang situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE). 6, Saya sangat

cemas terhadap tes keterampilan keperawatan (OSCE). Setiap pertanyaan

memiliki penilaian/ penskoran sebagai berikut:

Tabel 3.2 Teknik penilaian instrumen NursingSkills Test Anxiety Scale Pertanyaan

Kecemasan

Jawaban Responden

Sangat tidak setuju

Tidak setuju

Netral Setuju Sangat

setuju

(52)

2. Data nilai ujian OSCE

Data nilai ujian OSCE blok 4 angkatan 2015 Program Studi Ilmu Keperawatan UMY digunakan untuk mengetahui lulus/tidak lulus

mahasiswa dalam melaksanakan ujian OSCE. Materi ujian OSCE yang di

ujikan pada blok 4 PSIK angkatan 2015 UMY terdiri dari 5 skill yaitu: 1.

Pijat bayi, 2. Pengkajian neonatus, 3. Memandikan bayi, perawatan tali

pusat dan kangaroo mosther care (KMC), 4. Pengkajian anak, 5. Pengkajian

lansia. Materi skill yang diujikan nantinya dibagi menjadi 5 ruangan dengan

kasus yang berbeda. Data nilai ujian OSCE blok 4 angkatan 2015 diperoleh

peneliti dari bagian pengelola nilai akademik di Fakultas Kedokteran Ilmu

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selanjutnya ke 4 nilai

materi skill yang diujikan dikategorikan berdasarkan tujuan dari penelitian

yaitu:

1. Semua skill lulus : Skor 5

2. Hanya 4 skill yang lulus : Skor 4

3. Hanya 3 skill yang lulus : Skor 3

4. Hanya 2 skill yang lulus : Skor 2

5. Hanya 1 skill yang lulus : Skor 1

6. Tidak ada skill yang lulus: Skor 0

G. Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan

(53)

subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011). Pengambilan

data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Nursing Skills Test Anxiety

Scale (NSTAS) yang berisi 6 pertanyaan untuk mengetahui kecemasan

mahasiswa. Kuesioner NursingSkills Test Anxiety Scale (NSTAS) dibagikan

kepada mahasiswa angkatan 2015 PSIK, 30 menit sebelum melaksanakan

ujian OSCE atau ketika mahasiswa datang. Mahasiswa angkatan 2015 PSIK

yang menjadi responden sebelumnya telah dijelaskan tujuan penelitian dan

cara pengisian kuesioner serta telah mengumpulkan lembar informed

consent. Selanjutnya peneliti menaruh kotak kardus kosong di lobi mini

hospital dengan tujuan menjaga privasi responden saat pengumpulan

kuesioner yang telah selesai di isi oleh responden.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya (Saryono, 2011). Adapun

data sekunder yang diperoleh yaitu data nilai ujian OSCE blok 4 angkatan

2015 PSIK UMY yang terdiri dari 4 skill yang di ujikan. Data nilai

diperoleh dari bagian pengelola nilai akademik di Program Studi Ilmu

Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

H. Jalannya Penelitian

1. Persiapan

Tahap persiapan dilakukan pada bulan September 2015. Pada tahap

(54)

fenomena (masalah), gambaran tentang tempat, populasi, dan sampel

penelitian. Selanjutnya peneliti mengajukan judul penelitian kepada dosen

pembimbing Karya Tulis Ilmiah. Peneliti menyusun proposal penelitian,

mengikuti ujian proposal penelitian, melakukan revisi proposal penelitian,

kemudian mengurus surat perijinan untuk melakukan penelitian terhadap

pihak terkait.

2. Pelaksanaan

Penelitian ini akan dimulai dengan melakukan pengumpulan data pada

bulan 1 Oktober 2015 yang meliputi:

1. Sehari sebelum ujian OSCE peneliti memberikan penjelasan pada

mahasiswa tentang maksut dan tujuan dari penelitian ini. Kemudian

peneliti menanyakan kebersediaan mahasiswa untuk menjadi responden.

Setelah itu peneliti memberikan lampiran yang berisikan lembar

permohonan dan persetujuan menjadi responden (informed consent)

kepada mahasiswa.

2. Peneliti mengecek ulang lampiran yang sudah dikumpulkan responden

kemudian peneliti mengurutkan berdasarkan nomor urut ujian.

3. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden pada saat penelitian diberi

kuesioner kecemasan Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) 30

menit sebelum ujian OSCE di mulai atau ketika mahasiswa datang.

4. Responden mengisi form yang sudah diberikan

5. Responden mengumpulkan form kedalam kotak kardus yang sudah di

(55)

3. Tahap penilaian

Setelah semua kuesioner terkumpul peneliti mengecek kelengkapan data

yang sudah diisi oleh responden kemudian diolah dan di analisa

mengunakan uji statistik.

4. Tahap akhir

Tahap penyusunan laporan meliputi pembahasan hasil, perumusan

kesimpulan, seminar hasil penelitian dan revisi hasil penelitan, penjilidan

dan pengumpulan hasil penelitian.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen kecemasan Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) disusun

oleh Rea-Jeng Yang, Yu-Ying Lu, Mei-Ling Chung, Shu-Fang Chang pada

tahun 2014 dan telah distandarisasi. NursingSkills Test Anxiety Scale (NSTAS)

digunakan untuk mengukur kecemasan pada mahasiswa sebelum melakukan

ujian skills lab. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yang akan

dilakukan sudah valid dan reliabel dalam menilai kecemasan. Reliabilitas

kuesioner NSTAS dengan responden mahasiswa ilmu keperawatan berkisar

antara 0,77 dan validitas critical ration nya (CR >4) 9,58-17,74 (Yang, et al.,

2014).

Dalam penelitian ini, peneliti tetap melakukan uji validitas dan reliabilitas

karena belum terdapat kuesioner Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS)

dalam bahasa indonesia yang digunakan untuk mengukur kecemasan

mahasiswa ilmu keperawatan saat ujian skills lab. Sebelum dilakukan uji

Gambar

Gambar 2.1 rentang respon kecemasan
Gambar 2.2 kerangka teori
Gambar 2.3 kerangka konsep
Tabel 3.1 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menggali hubungan intensitas membaca Alquran dengan kecemasan mahasiswa saat menghadapi ujian Objective Structured Clinical Examination

Alhamdulillahhirobbil’aalamin, segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan dan kemudahan-Nya kepada penulis, sehingga

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin meneliti pengaruh tingkat stres terhadap ujian OSCE yang akan dilakukan mahasiswa program studi pendidikan

menunjukkan persentase tertinggi pada kelompok usia dan kecemasan terdapat pada kelompok usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 4 orang (50%) dengan tingkat kecemasan berat,

Cemas sedang merupakan tingkat kecemasan paling banyak yang dilaporkan dalam penelitian ini hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Meylita Zahra pada

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGARUH KEEFEKTIFAN SUMBER BELAJAR PADA PENCAPAIAN NILAI UJIAN OSCE (OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION) ”.. Pada kesempatan