MENGHADAPI UJIAN OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL
EXAMINATION (OSCE) TERHADAP SKOR OSCE
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh: DWI SASMOKO ADJI
20120320023
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
MENGHADAPI UJIAN OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL
EXAMINATION (OSCE) TERHADAP SKOR OSCE
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh: DWI SASMOKO ADJI
20120320023
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dwi Sasmoko Adji
NIM : 20120320023
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis
tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka
dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 18 Juli2016
Yang membuat pernyataan,
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
kaya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa PSIK UMY Saat Menghadapi Ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
Terhadap Skor OSCE”.
Tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah ini untuk memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh derajat sarjana keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Terwujudnya karya tulis ilmiah ini, tidak terlepas dari bimbingan, dukungan
serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penghargaan dan ungkapan
terima kasih dari penulis kepada:
1. H. Budi Santo S.Pd, Hj. Suremi S.Pd, Dewi Ari Utami S.Kep., Ns selaku
keluarga dan orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, semangat,
motivasi, do‟a dengan sabar kepada penulis serta menjadi sumber semangat
dan inspirasi dalam hidup peneliti.
2. Dr. H. Ardi Pramono, Sp An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
vi
4. Shanti Wardaningsih, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J, Ph.D selaku pembimbing yang
senantiasa dengan ikhlas meluangkan waktu di sela-sela kesibukanya,
membimbing, mengarahkan, membantu dan memberikan nasehat serta saran
yang membangun kepada penulis dalam menyusun proposal karya tulis ilmiah
ini.
5. Lisa Musharyanti, Ns., M. Med. Ed selaku penguji yang memberikan saran/
masukan sehingga penelitian ini bisa bermanfaat dan sejalan sebagaimana
mestinya.
6. Segenap dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Karyawan Tata Usaha, dan
Karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan pelayanan
dengan baik.
7. Teman-teman satu penelitian yang selalu memberikan motivasi belajar, yang
telah banyak membantu peneliti selama menyelesaikan studi dan memberikan
dorongan kepada peneliti.
8. Keluarga kecil rumah Bening Agus gunadi, Fajar abrori, Afri. Sahabat
Plankton, bapak, jong, jum, kentung, tole, hastoro, cak no, dian dan si hitam.
Anak Playon Jogja, Anak TRY Jogja dan pihak-pihak yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu per satu, semoga Allah SWT mebalas kebaikan Anda semua.
9. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012.
Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin,namun penulis
menyadari masih ada kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyajian
vii
demi penyempurnaan dan peningkatan kualitas dalam penulisan dimasa
mendatang. Akhir kalam, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
digunakan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan serta penelitian ini
dapat diteruskan lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta,1 Januari 2016
Yang membuat pernyataan
viii
DAFTAR ISI
KARYA TULIS ILMIAH ... i
HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Keaslian Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Tinjauan Pustaka ... 11
1. Objective Structure Clinical Examination (OSCE) ... 11
2. Kecemasan ... 14
3. Kecemasan Mahasiswa ... 23
B. Kerangka Teori ... 25
C. Kerangka Konsep ... 27
D. Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Desain Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
D. Variabel Penelitian ... 32
E. Definisi Operasional... 33
F. Instrumen Penelitian... 34
G. Cara Pengumpulan Data ... 35
H. Jalannya Penelitian ... 36
I. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38
J. Pengolahan dan Analisa Data ... 40
K. Etika Penelitian ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Hasil penelitian ... 45
1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 45
2. Gambaran Data Demografi Mahasiswa ... 46
3. Gambaran Jawaban Tentang Kecemasan Mahasiswa Saat Menghadapi Ujian OSCE ... 47
ix
5. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Standar Kelulusan Dalam Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE)
Dengan Skor OSCE ... 49
6. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Cara Yang Tidak Memadahi Dalam Bimbingan Tes Keterampilan (OSCE) terhadap Skor OSCE ... 50
7. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Keefektifan Dari Keterampilan Mahasiswa Terhadap Skor OSCE ... 51
8. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Sikap Guru Yang Menguji Tes Keterampilan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 52
9. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Situasi Selama Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 53
10. Hasil Analisis Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 54
B. Pembahasan ... 55
1. Gambaran Skor OSCE ... 55
2. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Standar Kelulusan Dalam Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE . 57 3. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Cara Yang Tidak Memadahi Dalam Bimbingan Tes Keterampilan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 59
4. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Keefektifan Dari Keterampilan Mahasiswa Terhadap Skor OSCE. ... 62
5. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Sikap Guru Yang Menguji Tes Keterampilan (OSCE) Terhadap Skor OSCE. ... 64
6. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Situasi Selama Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE. ... 66
7. Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE. ... 69
C. Kekuatan dan Kelemahan penelitian ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A. KESIMPULAN ... 73
B. SARAN ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
LAMPIRAN ... 84
Lampiran I Surat Izin Survey Pendahuluan ... 85
Lampiran II Surat Permohonan Menjadi Responden ... 86
Lampiran III Surat Persetujuan Menjadi Responden ... 87
Lampiran IV Surat Ijin Penelitian ... 88
Lampiran V Surat Balasan Ijin Penelitian ... 89
Lampiran VI Lembar Informasi Penelitian ... 90
Lampiran VII Back Translation Kuesioner NSTAS... 93
Lampiran VIII Kuesioner Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) ... 94
x
Lampiran X Surat Balasan Ijin Validitas Kuesioner Kecemasan NSTAS ... 96 Lampiran XI Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kecemasan
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 33 Tabel 3.2 Teknik penilaian instrumen NursingSkills Test Anxiety Scale ... 34 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisiensi Korelasi ... 42 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden pada bulan Maret 2016
(N=90) ... 46 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Kecemasan Mahasiswa saat
Menghadapi Ujian OSCE pada bulan maret 2016 (N=90) ... 47 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi skor OSCE mahasiswa setelah melaksanakan
ujian OSCE pada bulan maret 2016 (N=90) ... 48 Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Standar
Kelulusan Dalam Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor OSCE ... 49 Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Cara
Yang Tidak Memadahi Dalam Bimbingan Tes Keterampilan (OSCE) terhadap Skor OSCE ... 50 Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang
Keefektifan Dari Keterampilan Mahasiswa Terhadap Skor OSCE ... 51 Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Sikap
Guru Yang Menguji Tes Keterampilan (OSCE) Terhadap Skor
OSCE ... 52 Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Situasi
Selama Tes Keterampilan Keperawatan (OSCE) Terhadap Skor
OSCE ... 53 Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Antara Kecemasan Mahasiswa Tentang Tes
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR SINGKATAN
BM : Belajar Mandiri
EBN : Evidence Based Nursing
EBP : Evidence Based Practice
HRS- A : Hamilton Ranting Scale for Anxiety
IQ : Intelligence Quotient
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KMC : Kangaroo Mother Care
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NSTAS : NursingSkills Test Anxiety Scale
OSCE : Objective Structured Clinical Examination
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
T-MAS : Taylor Manifest Anxiety Scale
xiv
Dwi Sasmoko Adji (2016) Hubungan Antara Kecemasan Mahasiswa PSIK UMY Saat Menghadapi Ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Terhadap Skor OSCE
Pembimbing:
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J, Ph.D.
INTISARI
Latar Belakang: Mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari pasti pernah mengalami kecemasan. Kecemasan muncul antara lain ketika menghadapi tes keterampilan (OSCE), sikap penguji, cara yang tidak memadahi dalam bimbingan, situasi ujian, standar kelulusan ujian dan keefektifan keterampilan mahasiswa. Kecemasan dapat mengganggu proses belajar mahasiswa dengan menurunnya kemampuan memusatkan perhatian, menurunnya daya ingat dan berkurangnya kemampuan mahasiswa dalam menghadapi ujian sehingga mempengaruhi prestasi mahasiswa.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa PSIK UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap skor OSCE.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimental yang bersifat deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 90 responden menggunakan purposive sampling. Penelitian dilaksanakan bulan Oktober-Maret 2016 di PSIK UMY. Analisis hipotesis korelasi menggunakan Uji Spearman Rank dengan nilai p<0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antar variabel.
Hasil Penelitian: Skor OSCE didominasi oleh 3 skill yang lulus berjumlah 29 responden (32,2%). Hasil analisis hipotesis korelasi antara ketidak yakinan dengan standar kelulusan OSCE terhadap skor OSCE (p=0,01), analisa korelasi antara kekhawatiran tentang cara dalam bimbingan OSCE terhadap skor OSCE (p=0,436), analisa korelasi antara kekhawatiran tentang keefektifan dari keterampilan mahasiswa terhadap skor OSCE (p=0,905), analisa korelasi antara kekhawatiran dengan sikap guru penguji terhadap skor OSCE (p=0,687), analisa korelasi antara kekhawatiran tentang situasi OSCE terhadap skor OSCE (p=0,293, analisa korelasi antara kecemasan terhadap tes keterampilan (OSCE) terhadap skor OSCE (p=0,036).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara ketidak yakinan dengan standar kelulusan OSCE dan kecemasan terhadap tes keterampilan (OSCE) terhadap skor OSCE. Tidak terdapat hubungan antara kekhawatiran tentang cara dalam bimbingan OSCE, kekhawatiran tentang keefektifan dari keterampilan mahasiswa, kekhawatiran dengan sikap guru penguji, dan kekhawatiran tentang situasi OSCE terhadap skor OSCE.
xv
Dwi Sasmoko Adji (2016) Relationship Between Anxiety of Students of PSIK UMY When Facing Exam Objective Structured Clinical Examination (OSCE) toward OSCE Score.
Advisor:
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J, Ph.D.
ABSTRACT
Backgrounds: Students in daily life must have experienced anxiety. Anxiety arises among others when faced the skills examination (OSCE), attitudes of the examiner, inadequate mentoring, test environtment, passing grade and the effectiveness of students' skills. Anxiety may interferes with the process of learning of students with a decreased ability to concentrate, memory loss and reduced ability of students in the exam that affect student achievement.
Goals: To determine the relationship between anxiety students PSIK UMY when facing exams OSCE to score OSCE.
Research Method: This study was a quantitative non-experimental descriptive correlational cross sectional design approach. Sample of 90 respondents were taken using purposive sampling. The research was conducted in October-March 2016 in PSIK UMY. Test hypothesis analysis using Spearman Rank correlation with p <0.05 means there is a significant correlation between variables.
Results: OSCE score was dominated by three skills passed as much as 29 respondents (32,2%). The results of the analysis of hypothetical correlation between uncertainty of the passing standards of the nursing skills test to OSCE score (p=0,01), correlation analysis between insufficient channels for test consultation of the OSCE to OSCE score (p=0,436), analysis of the correlation between the worries of effectiveness of students' skills to OSCE score (p=0,905), correlation analysis between the worries about the attitude of the teachers monitoring the tests to OSCE score (p=0,687), analysis of the correlation between the worries about the atmosphere during the nursing skills test of the OSCE to OSCE score (p=0,293), analysis of the correlation between the anxiety about the nursing skills test (OSCE) to OSCE score (p=0,036).
Conclusions: There is a significant relationship between uncertainty of the passing standards of the nursing skills test to OSCE score and between the anxiety about the nursing skills test (OSCE) to OSCE score. There are no significant relationship between insufficient channels for test consultation of the OSCE, worries of effectiveness of students' skills, worries about the attitude of the teachers monitoring the tests, worries about the atmosphere during the nursing skills test of the OSCE to OSCE score.
1
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari pernah mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan hal yang alamiah yang pernah dialami oleh setiap
manusia dan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari
(Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu
pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan
sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi suatu masalah.
Kecemasan juga merupakan kebingungan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang
akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas, perasaan tidak menentu dan
tidak berdaya (Wong, 2009).
Kecemasan di dunia telah menjadi permasalahan yang berarti, saat ini diperkirakan 23 juta penduduk, Satu dari empat penduduk di Amerika
mengalami kecemasan (Stuard, 2007). Di Indonesia sendiri prevalensi
kecemasan sebanyak 2%-5% dari populasi umum atau 7%-16% dari semua
penderita gangguan jiwa (Pietra, 2001 dalam Ohorella, 2011). Data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan sebanyak
6% untuk usia 15 tahun keatas atau sekitar 14 juta orang. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan terhadap kelompok perempuan di sebuah rumah
et al., 2012). Data prevalensi diatas menunjukkan bahwa individu yang
mengalami kecemasan sangat tinggi sehingga kecemasan merupakan masalah
yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Individu yang mengalami kecemasan biasanya ditandai dengan gejala yang berbeda- beda. Kecemasan ditandai dengan adanya rasa ketakutan, tidak
menyenangkan dan tidak jelas serta seringkali disertai dengan gejala otonom
seperti nyeri kepala, berkeringat, perasaan was-was, gelisah dan detak jantung
meningkat (Kaplan & Saddock 2007). Gejala umum lainnya yaitu cepat marah,
sulit berkonsentrasi, kelelahan, pikiran kosong dan merasa adanya tanda dan
bahaya (Nasir & Muhith, 2011).
Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi individu (Suliswati, et al., 2005).
Kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu maturnitas
(Stuart & Laraia, 2005). Maturnitas merupakan tingkat perkembangan individu
untuk membentuk kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap stressor.
Individu yang mempunyai kematangan kepribadian akan lebih tenang dalam
menghadapi situasi yang mengancam sehingga kecemasan yang dihadapinya
berkurang (Rasmun, 2004).
Kematangan kepribadian individu akan mempengaruhi kecemasan mahasiswa yang akan menghadapi ujian Objective Structured Clinical
Examination (OSCE). Ujian OSCE merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kecemasan mahasiswa (Nevid, et al., 2005). Mahasiswa dengan
memiliki kecemasan yang rendah (Hawari, 2011). Hal ini dikarenakan
kecemasan dapat mengganggu proses belajar mahasiswa dengan menurunnya
kemampuan memusatkan perhatian, menurunnya daya ingat dan berkurangnya
kemampuan mahasiswa dalam menghadapi ujian mengakibatkan hasil ujian
menjadi buruk (Kaplan & Saddock, 2007). Tentunya kecemasan memiliki
dampak yang sangat tinggi terhadap prestasi belajar mahasiswa dalam
akademik (Nadeem, et al., 2012). Penelitian Fidment (2012) menyatakan
bahwa ujian OSCE mempengaruhi kecemasan mahasiswa dan berpengaruh
dalam performa pelaksanaan dan kelulusan ujian.
OSCE merupakan ujian dengan penilaian berdasarkan keterampilan yang
diobservasi saat melakukan berbagai keterampilan klinis, yang terbukti sudah
valid dan reliabel untuk mengukur keefektifan keterampilan mahasiswa
kesehatsan (McWilliam & Botwinski, 2009). Ujian OSCE di Program Studi
Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Muhammadiyah Yogjakarta (UMY)
dilaksanakan setiap akhir blok dan setiap blok terdiri dari beberapa
keterampilan klinis yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan pembelajaran
blok.
Sehari sebelum pelaksanaan ujian dimulai, mahasiswa diharuskan
mengikuti bimbingan belajar mandiri. Balajar mandiri bertujuan untuk
mendalami kemampuan skill mahasiswa selama mengikuti skill lab
berlangsung yang dibimbing oleh seorang instruktur. Selanjutnya, mahasiswa
yang mengikuti ujian OSCE memasuki pos/ruangan yang telah ditentukan,
terdapat penguji yang akan menilai keterampilan, probandus sebagai pasien
simulasi yang sudah dilatih dan alat-alat medis sesuai kasus. Mahasiswa mulai
mempraktikkan keterampilannya sesuai kasus yang didapat. Selama OSCE
mahasiswa diberikan waktu 5-10 menit (McCluskey, 2008). Setelah mahasiswa
melakukan keterampilan dalam waktu 10 menit, penguji memberikan penilaian
dan evaluasi kepada mahasiswa supaya mahasiswa bisa mengetahui letak
kesalahannya (Payne, et al., 2008).
Penguji memberikan penilaian bertujuan untuk melihat berhasil tidaknya
mahasiswa dan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa selama
proses belajar mengajar. Mahasiswa dikatakan berhasil/lulus jika nilai yang
dicapai sudah melebihi nilai standar kelulusan yang sudah ditentukan. Nilai
yang dicapai mahasiswa merupakan salah satu tolak ukur penilaian atas
kemampuan, komunikasi dan keterampilan yang sudah dipelajari (Jusuf, 2009).
Peneliti telah melakukan studi pendahuluhan pada tanggal 3 Desember
2015 kepada mahasiswa PSIK UMY angkatan 2015, 2014, 2013 dan 2012,
sebanyak 80 mahasiswa. Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan
sebanyak 76% mahasiswa mengalami cemas sebelum mengahdapi OSCE dan
24% mahasiswa tidak mengalami kecemasan. Kecemasan paling banyak terjadi
pada mahasiswa angkatan 2015 yaitu sebanyak 22% mahasiswa, angkatan 2014
sebanyak 20% mahasiswa, angkatan 2013 sebanyak 19% mahasiswa dan 2012
sebanyak 15% mahasiswa. Tanda dan gejala kecemasan yang sering muncul
Sebagian mahasiswa juga mengatakan merasa khawatir dengan hasil yang di
peroleh kurang maksimal.
Hasil studi pendahuluan diatas menunjukkan mahasiswa yang mengalami
kecemasan paling tinggi adalah angkatan 2015 PSIK UMY dibanding dengan
angkatan lainnya. Hal ini dikarenakan mahasiswa angkatan 2015 PSIK UMY
merupakan mahasiswa baru. Mahasiswa baru akan menghadapi perubahan
lingkungan belajar, jadwal kuliah yang padat, tugas yang banyak dan sistem
pembelajaran yang berbeda dengan masa SMA (Lallo, et al., 2013). Pada
mahasiswa lama hal ini sudah tidak terlalu mempengaruhi kecemasan karena
mahasiswa sudah dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan
perkuliahannya (Baykan, et al., 2012). Kecemasan pada mahasiswa baru PSIK
UMY belum mendapatkan perhatian khusus, sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan antara kecemasan mahasiswa angkatan 2015 PSIK UMY
saat menghadapi ujian OSCE terhadap skor OSCE.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana hubungan antara kecemasan mahasiswa PSIK
UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap skor OSCE?
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa PSIK UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui skor OSCE mahasiswa PSIK UMY.
b. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang standar
kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor
OSCE.
c. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang cara yang
tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE) terhadap skor
OSCE.
d. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang keefektifan
dari keterampilan mahasiswa terhadap skor OSCE.
e. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang sikap guru
yang menguji tes keterampilan (OSCE) terhadap skor OSCE.
f. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang situasi
selama tes keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor OSCE.
g. Mengetahui hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang tes
keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor OSCE.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini untuk menambah pengetahuan, wawasan dan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk melatih berfikir
secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu
2. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi
mahasiswa yang akan mengikuti OSCE agar lebih mematangkan
persiapannya ketika akan mengikuti OSCE, tidak hanya persiapan ilmu
pengetahuan tapi juga mental agar dapat meningkatkan peformanya ketika
melaksanakan ujian.
3. Bagi Institusi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap sistem
pembelajaran keterampilan klinis dan penilaian di PSIK UMY, serta dapat
mencari inovasi untuk mengurangi kecemasan mahasiswa dalam
melaksanakan ujian OSCE.
E.Keaslian Penelitian
Penulis menemukan beberapa penelitian yang hampir mendekati dengan penelitian ini, baik topik maupun pembahasan, contohnya sebagai berikut:
1. Carianto (2008) dengan judul “Perbedaan Tingkat Kecemasan Mahasiswa
Antara Mahasiswa Yang Menghadapi Ujian OSCE Dengan Mahasiswa
Yang menghadapi Ujian MCQ Di Fakultas Kedokteran UMY”. Penelitian
ini memfokuskan tingkat kecemasan mahasiswa yang menghadapi OSCE
dengan mahasiswa yang menghadapi ujian MCQ. Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan cros sectional, pengambilan sampel dilakukan secara
random sampling, sampel yang di ambil sebanyak 30 mahasiswa. Alat
ukur kecemasan menggunakan kuesioner Hamilton Ranting Scale for
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang akan dilakukan memfokuskan kecemasan saat menghadapi
ujian OSCE terhadap skor OSCE. Alat ukur kecemasan menggunakan
Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS), pengambilan sampel, jumlah
sampel, variabel yang diteliti, waktu penelitian dan lokasi penelitian.
Persamaan penelitian ini adalah variabel independen yaitu tidak ada.
2. Prayoga (2012) dengan judul “Pengaruh Ujian OSCE Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Kedokteran UMY”. Penelitian ini menggunakan
Quasi Experiment dengan pre dan pos-test tanpa kontrol. Sampel
penelitian sebanyak 40 mahasiswa kedokteran 2009. Alat ukur kecemasan
menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
penelitian yang akan dilakukan memfokuskan kecemasan saat menghadapi
ujian OSCE terhadap skor OSCE. Alat ukur kecemasan menggunakan
Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS), pengambilan sampel, jumlah
sampel, variabel yang diteliti, waktu penelitian dan lokasi penelitian.
Persamaan penelitian ini adalah variabel independen yaitu tidak ada.
3. Dhani (2013) dengan judul “Hubungan Nilai Pretest Skills Lab Terhadap Nilai OSCE Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UMY”. Jenis penelitian ini analitik obsevasional dengan pendekatan cross section.
Subyek penelitian ini 262 mahasiswa angkatan 2008, 2009, 2010, 2011
nilai pretest Skills Lab dengan nilai OSCE mahasiswa dengan kekuatan
korelasi sangat lemah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
penelitian yang akan dilakukan memfokuskan kecemasan saat menghadapi
ujian OSCE terhadap skor OSCE. Alat ukur kecemasan menggunakan
Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS), pengambilan sampel, jumlah
sampel, variabel yang di teliti, waktu penelitian dan lokasi penelitian.
Persamaan penelitian ini adalah variabel dependen yaitu nilai OSCE.
4. Yang (2014) dengan judul “Developing a short version of the test anxiety scale for baccalaureate nursing skills test- a preliminary study”.Penelitian ini dengan pendekatan cross section. Subyek penelitian sebanyak 250
mahasiswa baru. Penelitian Yang lebih menekankan faktor kecemasan
mahasiswa saat menghadapi ujian skill. Penelitian Yang dilakukan di
Taiwan yang notabenya memiliki fasilitas yang lebih baik, lengkap dan
budaya masyarakat yang berbeda. Alat ukur kecemasan menggunakan
NursingSkills Test Anxiety Scale (NSTAS).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
penelitian yang akan dilakukan memfokuskan kecemasan saat menghadapi
ujian OSCE terhadap skor OSCE. Persamaan penelitian ini adalah
kuesioner kecemasan.
Keempat penelitian di atas memiliki perbedaan maupun persamaan dengan
menemukan adanya penelitian yang serupa dengan judul “hubungan antara
kecemasan mahasiswa PSIK UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap skor
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang
mendukung dan terkait dengan topik yang akan di ambil. Bab II ini akan
menjelaskan tentang landasan teori, kerangka konsep dan hipotesis. Pada landasan
teori akan dijelaskan mengenai (1) gambaran pelaksanaan ujian OSCE, (2) definisi
kecemasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, (3) kecemasan pada
mahasiswa. Pada kerangka teori dan kerangka konsep dijelaskan tentang uraian
inti materi, pada hipotesis dijelaskan tentang Ha
A.Tinjauan Pustaka
1. Objective Structure Clinical Examination (OSCE) a. Gambaran OSCE
Objective Structure Clinical Examination (OSCE) adalah
pemeriksaan yang sering digunakan dalam ilmu kesehatan untuk menguji
kinerja keterampilan klinis dan kompetensi dalam keterampilan seperti
komunikasi, pemeriksaan klinis, prosedur medis, menulis resep, teknik
pemeriksaan, dan interpretasi hasil pemeriksaan. Ujian OSCE pertama
kali diperkenalkan oleh Dr Ronald Harden pada tahun 1975 sebagai
sarana untuk menilai keterampilan klinis mahasiswa kedokteran
(Senany.A & Saif.A, 2012). Meskipun OSCE berkembang dari pendidikan kedokteran tetapi telah digunakan secara luas di dunia
Ujian OSCE digunakan untuk mengevaluasi keterampilan klinis,
sikapdan perilaku standar yang digunakan oleh praktisi dalam perawatan
pasien. (Ahmed, 2009). Selain itu, ujian OSCE telah didukung sebagai
metode yang tepat dalam mengevaluasi keperawatan keterampilan klinis
karena berbagai keuntungan seperti, meningkatkan kinerja klinis
mahasiswa, mempersiapkan lulusan yang berkualitas dan kompeten,
meningkatkan pengambilan keputusan kemampuan, dan meningkatkan
tingkat pengajaran (El Darir & Abd El Hamid, 2013).
b. Tujuan OSCE
Menurut Buku Panduan Penyelenggaraan ujian OSCE Pendidikan DIII Keperawatan dan Ners (2013). Tujuan ujian OSCE yaitu:
1. Menyeleksi perawat level professional dan vokasional yang kompeten,
2. Menciptakan sistem ujian yang obyektif dan terstandar secara nasional,
3. Melengkapi metode ujian kompetensi dari aspek psikomotor dan
afektif.
c. Pelaksanaan dan Situasi OSCE
Ujian OSCE di PSIK UMY dilaksanakan di Mini Hospistal setiap akhir Blok, setiap 6 minggu sekali. Mini Hospital merupakan tempat
pembelajaran mahasiswa dalam melakukan keterampilan klinis terdiri
dari 12 ruangan . Situasi Mini Hospital dibuat semirip mungkin dengan
rumah sakit. Situasi ini dirancang untuk mengukur pengetahuan dasar,
pemeriksaan fisik dan komunikasi (Health Professional Education
Tatacara pelaksanaan OSCE setiap mahasiswa memasuki ruangan
yang sudah ditentukan . Setiap ruangan mahasiswa diberikan waktu 5-10
menit (McCluskey, 2008). Masing-masing ruangan sudah ada dosen
sebagai penguji, pasien simulasi, alat alat medis dan check list penilaian
(Su, et al., 2005). Ruangan ujian harus sesuai dengan kompetensi yang
akan diujikan, termasuk pencahayaan dalam ruangan, alat medis dan meja
pemeriksaan disesuaikan dengan penilaian keterampilan (James, 2001).
Keterampilan mahasiswa akan diuji di setiap ruangan dalam
menghadapi suatu kasus. Kasus tersebut berbentuk lembaran kertas yang
berisikan soal, dan mahasiswa memilih salah satu kasus dari lembaran
tersebut. Beberapa kasus sering melibatkan pasien simulasi yang sudah berpengalaman dan terlatih yang nantinya akan memperagakan isi kasus
tersebut (Brannick, et al., 2011). Kasus bertujuan untuk menilai
kemampuan menafsirkan informasi dan berpikir kritis pada mahasiswa
yang mengikuti ujian. Pertanyaan pada kasus ujian berhubungan dengan
pemeriksaan diagnostik, rencana diagnostik dan manajemen dalam
pengobatan pasien (Junger, et al., 2005). Penilaian ujian OSCE ini
berdasar checklist yang dilakukan oleh penguji (Brannick, et al., 2011).
Checklist tersebut berisi tentang prosedur tindakan medis dan non medis
yang akan dilakukan oleh mahasiswa keperawatan dalam menghadapi
suatu kasus yang akan di ujikan (Bartfay, et al., 2004).
Setiap akhir periode ditunjukkan dengan suara bel, di saat itu juga
Mahasiswa yang nilainya kurang baik diharapkan untuk mengikuti ujian
ulang ,ujian ulang bertujuan untuk memperbaiki nilai yang kurang dan
materi yang gagal (White, et al., 2009).
2. Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam Bahasa Jerman
“angst” kemudian menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan,
merupakan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,
kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas normal (Hawari, 2011).
Cemas merupakan perasaan tidak menyenangkan berupa ketegangan, kegelisahan, dan ketidaknyamanan yang tidak dapat dijelaskan disertai
dengan gejala fisiologis dan psikologis. Kecemasan adalah emosi primer
dari emosi lain seperti kemarahan, rasa bersalah, rasa malu, dan
kesedihan yang dihasilkan. Kecemasan digambarkan dengan istilah
seseorang yang mondar-mandir dengan tangannya meremas-remas dan
jantung berdebar serta bernafas cepat (Gorman & Sultan, 2008).
Menurut Suliswati, et al., (2005) kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami
oleh semua mahkluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan
merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat di
objek yang spesifik. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman
terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi
keberadaan individu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Stuart (2013), faktor yang mempengaruhi kecemasan dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Faktor prediposisi yang menyangkut tentang teori kecemasan:
a) Teori Psikoanalitik
Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian diantaranya Id dan Ego.
Id memiliki dorongan insting dan impuls primitive seseorang,
sedangkan Ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Fungsi
kecemasan dalam ego adalah mengingatkan ego bahwa adanya
bahaya yang akan datang (Stuart, 2013).
b) Teori Interpersonal
Teori Interpersonal menjelaskan kecemasan timbul dari
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan
kecemasan. Individu dengan harga diri yang rendah akan mudah
mengalami kecemasan (Stuart, 2013).
c) Teori perilaku
Teori perilaku menjelaskan kecemasan disebabkan oleh
stimulus lingkungan spesifik. Pola berpikir yang salah, atau tidak
produktif dapat menyebabkan perilaku maladaptive. Individu yang
mengalami cemas cenderung menilai lebih terhadap adanya bahaya
dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk
mengatasi ancaman (Stuart, 2013).
d) Teori bilologis
Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi (GABA)
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungn
dengan kecemasan. Kecemasan biasanya disertai dengan gangguan
fisik dan selajutnya menurunkan kemampuan individu untuk
mengatasi stressor.
2) Faktor presipitasi
a) Faktor Eksternal
1. Ancaman Integritas Fisik
Meliputi ketidakmampuan fisiologis terhadap kebutuhan
2. Ancaman Sistem Diri
Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri,
kehilangan, dan perubahan status dan peran, tekanan kelompok,
sosial budaya.
b) Faktor Internal
1. Usia
Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan kecemasan dibandingkan individu
dengan usia yang lebih tua (Kaplan & Sadock, 2007).
2. Stressor
Stressor merupakan keadaan yang menyebabkan perubahan
dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk beradaptasi.
Sifat stresor dapat berubah secara tiba – tiba dan dapat
mempengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan,
tergantung mekanisme koping seseorang. Contohnya semakin
banyak stresor yang dialami mahasiswa, semakin besar
dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi stressor yang
kecil dapat mengakibatkan reaksi berlebihan (Kaplan & Sadock,
2007).
3. Jenis kelamin
Kecemasan lebih sering-sering dialami wanita daripada pria.
Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap
perasaan cemasnya (Kaplan & Sadock, 2007).
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap
informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah
individu dalam menguraikan masalah baru (Kaplan & Sadock,
2007).
Menurut Lallo, et al., (2013) faktor pendidikan yang
mempengaruhi kelulusan mahasiswa saat menghadapi ujian
OSCE yaitu kemampuan mahasiswa. Kemampuan tersebut biasanya dikenal dengan Intelligence Quotient (IQ) atau disebut juga tingkat kepintaran mahasiswa. Hal yang dapat mempengaruhi tingkat kepintaran mahasiswa adalah persiapan mahasiswa tentang pemahaman materi dan kemampuan skill yang didapat sebelum menghadapi ujian Jika persiapan yang dilakukan mahasiswa baik maka hasil ujian yang akan diperoleh akan baik.
c. Respon Kecemasan
Menurut Stuart (2013) dampak yang dialami individu ketika mengalami kecemasan akan menyebabkan beberapa respon tubuh yaitu:
1) Respon Fisiologis
a) Sistem Pernapasan: napas cepat, sesak napas, napas dangkal ,
b) Sistem Gastrointestinal: hilangnya nafsu makan, perut tidak
nyaman, diare, mual.
c) Sistem Integument: wajah pucat, tubuh berkeringat, wajah
kemerahan, telapak tangan berkeringat.
d) Sistem Kardiovaskuler: tekanan darah meningkat, jantung
berdebar-debar, detak jantung meningkat.
e) Sistem Neuromuskuler: reaksi terkejut, insomnia, tremor, gelisah,
gugup, wajah tegang.
f) Sistem Saluran Perkemihan: tidak dapat menahan kencing, sering
kencing.
2) Respon Perilaku
Respon perilaku biasanya menunjukkan tanda dan gejala seperti:
gelisah, ketegangan fisik, gugup, menarik diri, menghindar, reaksi
terkejut, bicara cepat, mondar mandir.
3) Respon Kognitif
Respon kognitif biasanya menunjukkan tanda dan gejala seperti:
tidak fokus, perhatian terganggu sulit konsentrasi, menjadi pelupa,
sulit berfikir, kreatifitas menurun, bingung, sulit memberikan
penilaian.
4) Respon Afektif
Respon afektif biasanya menunjukan tanda dan gejala seperti:
khawatir, waspada, mudah cepat marah, gelisah, tegang, ketakutan,
d. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2013) tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu : 1) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada
dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Tanda dan
gejala pada kecemasan ringan seperti: kelelahan, lapang persepsi
meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi
meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2) Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memfokuskan hal yang penting
dan mengesampingkan hal yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah. Tanda dan gejala pada kecemasan sedang seperti: kelelahan
meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan meningkat,
ketenangan otot meningkat, berbicara cepat dengan volume tinggi,
lahan persepsi menyempit, mampu belajar namun tidak optimal,
konsentrasi menurun, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa,
marah dan menangis.
3) Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi persepsi seseorang.
spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku di
tujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain. Tanda dan
gejala kecemasan berat seperti: sakit kepala, denyut jantung
meningkat, insomnia, sering kencing/diare, lahan persepsi menyempit,
tidak bisa belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri,
perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
4) Panik
Panik berhubungan dengan ketakutan akan suatu hal di tandai
dengan kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak dapat
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan dari orang lain.
Panik terjadi karena peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tanda dan
gejala panik seperti: susah bernapas, pucat, dilatasi pupil, pembicaraan
inkoheren, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi.
Gambar 2.1 rentang respon kecemasan
Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan
maladaptif. Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang
bersifat membangun (kontruktif) dalam menghadapi kecemasan
berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang bersifat
merusak (destruktif). Seperti individu menghindar dari orang lain atau
mengurung diri dan tidak mau mengurus diri (Stuart, 2013).
e. Gejala Kecemasan
Menurut Townsend (2008) kecemasan mempunyai dua gejala antara lain:
1) Gejala Fisiologis
Gejala fisiologis kecemasan seperti gelisah, perhatian yang
berlebihan, perasaan cemas, khawatir yang berlebihan, berkeringat,
respon terkejut yang berlebihan, insomnia, pengulangan kata, mimpi
buruk, mudah tersinggung, sering marah-marah.
2) Gejala Psikologis
Sedangkan, gejala psikologis biasanya di tandai dengan tegang,
gelisah, khawatir, gugup, gemetar, kesulitan berkonsentrasi dan
perasaan tidak menentu (Hawari, 2011).
f. Alat Ukur Kecemasan
Alat ukur kecemasan dalam penelitian ini menggunakan Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) yang pernah digunakan untuk
mengukur kecemasan pada mahasiswa tahun pertama dariDepartment of
Health Sciences Taiwan saat menghadapi ujian skills lab. Nursing Skills
Test Anxiety Scale terdiri dari 6pertanyaan yang mengarah ke kecemasan
dengan menggunakan skala likert. Setiap pertanyaan memiliki penilaian
1: sangat tidak setuju, 2: tidak setuju, 3: netral, 4: setuju dan 5: sangat
setuju (Yang, et al., 2014).
3. Kecemasan Mahasiswa
Mahasiswa adalah kaum akademis yang berintelektual terdidik dengan segala potensi yang memiliki kesempatan dan ruang untuk berada dalam
lingkungan. Mahasiswa sebagai agent of change yaitu sebagai agen
pembawa perubahan dan menjadi orang yang dapat memberikan solusi bagi
permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini. Oleh sebab itu, mahasiswa
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengemban tugas untuk
menjadi orang yang aktif dalam segala hal baik akademisi maupun
organisasi (Ohorela, 2011).
Mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun (Monks, et al., 2001). Tahap ini dapat digolongkan pada
masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi
perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa yaitu pemantapan
pendirian hidup (Yusuf, 2012).
Selama menjalani pendidikan mahasiswa diharuskan mengikuti perkuliahan, praktikum, tutorial dan ujian. Ujian adalah kegiatan untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan mahasiswa dalam proses
Tingkat keberhasilan dilihat dari penilaian dari ujian kognitif dan ujian
psikomotor. Ujian psikomotor salah satunya adalah ujian OSCE, OSCE
merupakan ujian keterampilan klinis yang terdiri dari serangkaian simulasi
yang digunakan untuk menilai keterampilan klinis dalam diagnosis dan
penatalaksanaa (Varkey, et al., 2008). Sebagian mahasiswa yang sudah
pernah mengikuti ujian OSCE, mereka mengatakan cemas.
Menurut Yang, et al., (2014) penyebab kecemasan dalam melaksanakan
ujian skill keperawatan yaitu standar kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE), cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE), keefektifan dari keterampilan (OSCE), sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE), situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE) dan tes keterampilan keperawatan (OSCE).
Kecemasan sering memunculkan respon multisistem dalam menghadapi situasi yang mengancam, yang berpengaruh pada respon fisik, emosional,
dan kognisi. Respon tersebut saling berkaitan dengan sistem simpatis dan
parasimpatis yang akan menyebabkan mahasiswa tidak fokus, gugup,
gelisah, tegang dan denyut jantung menjadi meningkat. Meningkatnya
denyut jantung menggambarkan kegagalan dan kecemasan mahasiswa
dalam melaksanakan ujian, sehingga akan mempengaruhi hasil ujian OSCE
B.Kerangka Teori
1. Standar kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE).
2. Cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE).
3. Keefektifan dari keterampilan (OSCE).
4. Sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE).
5. Situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE).
6. Tes keterampilan keperawatan (OSCE).
(Yang., Lu., Chung., & Chang, 2014)
Skor OSCE
a. Ancaman integritas diri b. Ancaman sistem diri 2. Faktor Internal
a. Usia b. Stressor c. Jenis kelamin
Berdasarkan bagan di atas dapat diketahui bahwa faktor-fakor yang
mempengaruhi kecemasan mahasiswa terbagi menjadi 2 yaitu faktor
prediposisi dan faktor presipitasi. Faktor presipitasi terdiri dari psikoanalitik,
interpersonal, perilaku dan biologi. Faktor presipitasi terbagi menjadi 2 yaitu
faktor internal yang terdiri dari ancaman integritas diri dan ancaman sistem diri.
Sedangkan faktor internal terdiri dari usia, stressor, jenis kelamin dan
pendidikan yang dapat menimbulkan kecemasan mahasiwa saat menghadapi
ujian seperti kecemasan mahasiswa tentang standar kelulusan dalam tes
keterampilan keperawatan (OSCE), cara yang tidak memadahi dalam
bimbingan tes keterampilan (OSCE), keefektifan dari keterampilan (OSCE),
sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE), situasi selama tes
keterampilan keperawatan (OSCE) dan tes keterampilan keperawatan (OSCE)
saat mahasiswa menghadapi ujian OSCE menimbulkan respon bagi mahasiswa
yaitu respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif. Respon dari kecemasan
akan mempengaruhi skor OSCE, sehingga hasil yang diperoleh mahasiswa
C.Kerangka Konsep
Gambar 2.3 kerangka konsep
Keterangan :
: Yang diteliti
Kecemasan mahasiswa tentang standar kelulusan dalam tes keterampilan
keperawatan (OSCE), cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes
keterampilan (OSCE), keefektifan dari keterampilan (OSCE), sikap guru yang
menguji tes keterampilan (OSCE), situasi selama tes keterampilan keperawatan
(OSCE), tes keterampilan keperawatan (OSCE) mempengaruhi skor OSCE.
D.Hipotesis
Hipotesa adalah jawaban atau penjelasan sementara terhadap permasalahan terkait hubungan antara dua atau lebih variabel. Penelitian ini terdapat 6
kemungkinan hasil hipotesa yaitu :
Skor OSCE
1. Semua skill lulus : Skor 5 2. Hanya 4 skill yang lulus : Skor 4 3. Hanya 3 skill yang lulus : Skor 3 4. Hanya 2 skill yang lulus : Skor 2 5. Hanya 1 skill yang lulus : Skor 1 6. Tidak ada skill yang lulus: Skor 0
Kecemasan Mahasiswa tentang: 1. Standar kelulusan dalam tes
keterampilan keperawatan (OSCE).
2. Cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE).
3. Keefektifan dari keterampilan (OSCE).
4. Sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE).
5. Situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE).
1. Variabel 1 standar kelulusan OSCE
Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang standar
kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor
OSCE.
2. Variabel 2 cara dalam bimbingan OSCE
Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang cara yang
tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE) terhadap skor
OSCE.
3. Variabel 3 keefektifan keterampilan mahasiswa
Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang keefektifan
dari keterampilan mahasiswa terhadap skor OSCE.
4. Variabel 4 sikap guru yang menguji OSCE
Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang sikap guru
yang menguji tes keterampilan (OSCE) terhadap skor OSCE.
5. Variabel 5 situasi selama OSCE
Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang situasi selama
tes keterampilan keperawatan (OSCE) terhadap skor OSCE.
6. Variabel 6 OSCE
Ha : Terdapat hubungan antara kecemasan mahasiswa tentang tes
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini berisikan rancangan penelitian yang akan diteliti. Rancangan
penelitian diawali dengan desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi dan
waktu penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,
jalannya penelitian, uji validitas dan reabilitas, pengolahan data, analisis data dan
etika penelitian.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non eksperimen, dengan rancangan deskriptif korelasional dan pendekatan cross sectional. Penelitian
korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap
hubungan korelatif antar variabel. Pendekatan cross sectional merupakan jenis
penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan
mahasiswa angkatan 2015 PSIK UMY saat menghadapi ujian OSCE terhadap
skor OSCE.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang mempunyai karakteritik tertentu yang diciptakan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi
PSIK UMY sebanyak 115 mahasiswa. Karena berdasarkan studi
pendahuluan kepada mahasiswa PSIK UMY angkatan 2015, 2014, 2013 dan
2012, tingkat kecemasan saat menghadapi ujian OSCE paling banyak terjadi
pada angkatan PSIK 2015.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi (Sugiyono, 2011). Pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu tehnik penetapan
sampel yang memenuhi kriteria inklusi maupun eklusi sebagai subyek
penelitian dangan cara memilih sampel yang dikehendaki peneliti sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenal
sebelumnya (Nursalam, 2013).
Jumlah atau besar sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini
sesuai dengan hasil rumus sampling (Nursalam, 2013) .
n �
1+� � 2
keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Derajat kesalahan(0,05)
Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
n : Besar sampel
N : 115
�= �
1+� (�)2
�= 115
1+115 (0,05)2
�= 115
1.2875
n = 89,32 dibulatkan menjadi 90 mahasiswa.
Adapun kriteria sampel pada penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Subyek yang dapat di ikut sertakan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Mahasiswa angkatan 2015 PSIK UMY.
2. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden saat pembagian
kuesioner dan mengisi kuesioner.
3. Mahasiswa yang secara syarat boleh mengikuti ujian OSCE.
b. Kriteria Ekslusi
Subyek yang tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Mahasiswa yang sedang sakit.
2. Mahasiswa yang sedang menjalani cuti.
3. Mahasiswa yang terlambat datang saat melaksanakan ujian OSCE.
4. Mahasiswa yang tidak hadir dalam melaksanakan ujian OSCE.
Jika kriteria inklusi melebihi jumlah sampel yang sudah ditentukan maka
yaitu dengan mengundi Nomor Induk Mahasiswa (NIM) kemudian NIM
yang keluar tidak dijadikan sebagai sampel penelitian.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PSIK FKIK UMY, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan 1 Oktober 2015 hingga Juni
2016.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki anggota suatu kelompok
yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan di ukur yaitu:
1. Variabel bebas (independent)
Menurut Nursalam (2013) variabel independent adalah variabel yang
mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Variabel
independent dalam penelitian ini yaitu kecemasan mahasiswa tentang:
a. Standar kelulusan dalam tes keterampilan keperawatan (OSCE).
b. Cara yang tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE).
c. Keefektifan dari keterampilan (OSCE).
d. Sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE).
e. Situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE).
2. Variabel terikat (dependent)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan
oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel dependent dalam penelitian ini
adalah skor OSCE.
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1.Data demografi bedakan menjadi laki-laki dan perempuan.
Kecemasan yang dialami mahasiswa saat ujian OSCE yang berhubungan dengan kecemasan tentang standar kelulusan OSCE, cara yang tidak memadahi dalam bimbingan OSCE, keefektifan dari keterampilan OSCE, sikap
F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Untuk mengetahui kecemasan mahasiswa saat menghadapi ujian OSCE,
peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner. Peneliti menggunakan
kuesioner Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) berupa skala likert.
Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) adalah alat ukur kecemasan
untuk mengukur kecemasan pada mahasiswa tahun pertama dariDepartment
of Nursing, College of Nursing, National Taipei University of Nursing and
Health Sciences Taiwan saat menghadapi ujian skills lab (Yang, et al.,
2014),
Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) memiliki 6 pertanyaan yang
terdiri dari pertanyaan 1, Saya tidak yakin dengan standar kelulusan dalam
tes keterampilan keperawatan (OSCE). 2, Saya khawatir tentang cara yang
tidak memadahi dalam bimbingan tes keterampilan (OSCE). 3, Saya
khawatir tentang keefektifan dari keterampilan saya. 4, Saya khawatir
dengan sikap guru yang menguji tes keterampilan (OSCE). 5, Saya khawatir
tentang situasi selama tes keterampilan keperawatan (OSCE). 6, Saya sangat
cemas terhadap tes keterampilan keperawatan (OSCE). Setiap pertanyaan
memiliki penilaian/ penskoran sebagai berikut:
Tabel 3.2 Teknik penilaian instrumen NursingSkills Test Anxiety Scale Pertanyaan
Kecemasan
Jawaban Responden
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Netral Setuju Sangat
setuju
2. Data nilai ujian OSCE
Data nilai ujian OSCE blok 4 angkatan 2015 Program Studi Ilmu Keperawatan UMY digunakan untuk mengetahui lulus/tidak lulus
mahasiswa dalam melaksanakan ujian OSCE. Materi ujian OSCE yang di
ujikan pada blok 4 PSIK angkatan 2015 UMY terdiri dari 5 skill yaitu: 1.
Pijat bayi, 2. Pengkajian neonatus, 3. Memandikan bayi, perawatan tali
pusat dan kangaroo mosther care (KMC), 4. Pengkajian anak, 5. Pengkajian
lansia. Materi skill yang diujikan nantinya dibagi menjadi 5 ruangan dengan
kasus yang berbeda. Data nilai ujian OSCE blok 4 angkatan 2015 diperoleh
peneliti dari bagian pengelola nilai akademik di Fakultas Kedokteran Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selanjutnya ke 4 nilai
materi skill yang diujikan dikategorikan berdasarkan tujuan dari penelitian
yaitu:
1. Semua skill lulus : Skor 5
2. Hanya 4 skill yang lulus : Skor 4
3. Hanya 3 skill yang lulus : Skor 3
4. Hanya 2 skill yang lulus : Skor 2
5. Hanya 1 skill yang lulus : Skor 1
6. Tidak ada skill yang lulus: Skor 0
G. Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan
subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011). Pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Nursing Skills Test Anxiety
Scale (NSTAS) yang berisi 6 pertanyaan untuk mengetahui kecemasan
mahasiswa. Kuesioner NursingSkills Test Anxiety Scale (NSTAS) dibagikan
kepada mahasiswa angkatan 2015 PSIK, 30 menit sebelum melaksanakan
ujian OSCE atau ketika mahasiswa datang. Mahasiswa angkatan 2015 PSIK
yang menjadi responden sebelumnya telah dijelaskan tujuan penelitian dan
cara pengisian kuesioner serta telah mengumpulkan lembar informed
consent. Selanjutnya peneliti menaruh kotak kardus kosong di lobi mini
hospital dengan tujuan menjaga privasi responden saat pengumpulan
kuesioner yang telah selesai di isi oleh responden.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya (Saryono, 2011). Adapun
data sekunder yang diperoleh yaitu data nilai ujian OSCE blok 4 angkatan
2015 PSIK UMY yang terdiri dari 4 skill yang di ujikan. Data nilai
diperoleh dari bagian pengelola nilai akademik di Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
H. Jalannya Penelitian
1. Persiapan
Tahap persiapan dilakukan pada bulan September 2015. Pada tahap
fenomena (masalah), gambaran tentang tempat, populasi, dan sampel
penelitian. Selanjutnya peneliti mengajukan judul penelitian kepada dosen
pembimbing Karya Tulis Ilmiah. Peneliti menyusun proposal penelitian,
mengikuti ujian proposal penelitian, melakukan revisi proposal penelitian,
kemudian mengurus surat perijinan untuk melakukan penelitian terhadap
pihak terkait.
2. Pelaksanaan
Penelitian ini akan dimulai dengan melakukan pengumpulan data pada
bulan 1 Oktober 2015 yang meliputi:
1. Sehari sebelum ujian OSCE peneliti memberikan penjelasan pada
mahasiswa tentang maksut dan tujuan dari penelitian ini. Kemudian
peneliti menanyakan kebersediaan mahasiswa untuk menjadi responden.
Setelah itu peneliti memberikan lampiran yang berisikan lembar
permohonan dan persetujuan menjadi responden (informed consent)
kepada mahasiswa.
2. Peneliti mengecek ulang lampiran yang sudah dikumpulkan responden
kemudian peneliti mengurutkan berdasarkan nomor urut ujian.
3. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden pada saat penelitian diberi
kuesioner kecemasan Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) 30
menit sebelum ujian OSCE di mulai atau ketika mahasiswa datang.
4. Responden mengisi form yang sudah diberikan
5. Responden mengumpulkan form kedalam kotak kardus yang sudah di
3. Tahap penilaian
Setelah semua kuesioner terkumpul peneliti mengecek kelengkapan data
yang sudah diisi oleh responden kemudian diolah dan di analisa
mengunakan uji statistik.
4. Tahap akhir
Tahap penyusunan laporan meliputi pembahasan hasil, perumusan
kesimpulan, seminar hasil penelitian dan revisi hasil penelitan, penjilidan
dan pengumpulan hasil penelitian.
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen kecemasan Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS) disusun
oleh Rea-Jeng Yang, Yu-Ying Lu, Mei-Ling Chung, Shu-Fang Chang pada
tahun 2014 dan telah distandarisasi. NursingSkills Test Anxiety Scale (NSTAS)
digunakan untuk mengukur kecemasan pada mahasiswa sebelum melakukan
ujian skills lab. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan sudah valid dan reliabel dalam menilai kecemasan. Reliabilitas
kuesioner NSTAS dengan responden mahasiswa ilmu keperawatan berkisar
antara 0,77 dan validitas critical ration nya (CR >4) 9,58-17,74 (Yang, et al.,
2014).
Dalam penelitian ini, peneliti tetap melakukan uji validitas dan reliabilitas
karena belum terdapat kuesioner Nursing Skills Test Anxiety Scale (NSTAS)
dalam bahasa indonesia yang digunakan untuk mengukur kecemasan
mahasiswa ilmu keperawatan saat ujian skills lab. Sebelum dilakukan uji