• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI EKOSISTEM PANTAI KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT SEBAGAI HABITAT PENYU TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI EKOSISTEM PANTAI KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT SEBAGAI HABITAT PENYU TAHUN 2014"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DESCRIPTION OF ECOSYSTEM COASTAL SUBDISTRICT NGAMBUR DISTRICT PESISIR BARAT AS A TURTLE HABITAT 2014

By:

BAGUS VIJIARTO

This research aim to know the coastal circumstance ekosistem as turtle habitat in Subdistrict of Ngambur of Regency of Coastal area West. Study in this research cover the coastal ekosistem from biotik and also abiotiknya, society Ngambur, and conservation party as original habitat organizer of year turtle 2014.

Object in this research is coast wise Subdistrict of Ngambur of Regency of Coastal area of West longly is coastal 18,4 km and turtle as coastal dweller. Using observation technique and interview for the data collecting of as much as possible. Method used in this research is descriptive research qualitative.

Pursuant to analysis obtained by result of research which menunjukan that ( 1) keadan biota involve exist good enough , ( 2) climate circumstance represent the climate A, ( 3) normal rainfall intensity, ( 4) dampness. air gyrate 43%, ( 5) temperature or temperature 240 C, ( 6) and circumstance of biota turtle and continuation of nya Year 2014 enough concern.

(2)

ABSTRAK

DESKRIPSI EKOSISTEM PANTAI KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT SEBAGAI HABITAT PENYU TAHUN

2014

Oleh

BAGUS VIJIARTO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan ekosistem pantai sebagai habitat penyu di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat Kajian dalam penelitian ini meliputi ekosistem pantai dari biotik serta abiotiknya, masyarakat Ngambur, dan pihak konservasi sebagai pengelola habitat asli penyu tahun 2014. Objek dalam penelitian ini adalah sepanjang pantai Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat dengan panjang pantai 18,4 km dan penyu sebagai penghuni pantai. Dengan menggunakan observasi dan wawancara untuk pengumpulan data sebanyak-banyaknya. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Berdasarkan analisis diperoleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa (1) keadan biota hayati yang ada cukup baik, (2) keadaan iklim merupakan iklim A, (3) intensitas curah hujan normal, (4) kelembaban udara berkisar 43%, (5) temperatur atau suhu 240 C, (6) dan keadaan biota penyu dan pelestariannya Tahun 2014 cukup memprihatinkan.

(3)
(4)

DESKRIPSI EKOSISTEM PANTAI KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT SEBAGAI HABITAT PENYU

TAHUN 2014 (Skripsi)

Oleh:

BAGUS VIJIARTO

FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

1.4.Kegunaan Penelitian ... 6

1.5.Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 8

2.1.Tinjauan Pustaka... 8

3.1.1 Metode Penelitian Yang Digunakan ... 21

3.1.2 Prosedur Penelitian ... 22

3.2.Objek Penelitian ... 22

3.2.1 Objek Penelitian ... 22

3.3.Variabel Penelitian ... 23

3.3.1 Variabel Penelitian ... 23

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 23

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5.Teknik Analisis Data ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 26

4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kecamatan Ngambur... 26

(6)

4.1.3. Kepadatan Penduduk Kecamatan Ngambur. ... 34

4.1.4. Sejarah Singkat Kecamatan Ngambur. ... 34

4.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan... 35

4.2.1. Keadaan Ekosistem Pantai Habitat Penyu Bertelur ... 38

A. Unsur Hayati (Organisme) ... 43

B. Unsur Non-Hayati (Zat-Zat Tak Hidup) ... 45

a. Iklim ... 45

b. Air ... 46

c. Tanah ... 46

d. Suhu ... 47

e. Curah Hujan... 48

f. Kelembapan ... 49

4.2.2. Kondisi Penyu di Ekosistem Pantai Kecamatan Ngambur. ... 50

A. Penyu Hijau ... 59

B. Penyu Sisik ... 65

C. Penyu Lekang ... 68

D. Penyu Belimbing ... 70

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1. Simpulan. ... 77

5.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Curah Hujan di Kecamatan Ngambur Tahun 2013 ... 28

2. Data Pekon, Peratin, Luas Wilayah, Dan Jumlah Pemangku Kecamatan Ngambur Tahun 2014 ... 29

3. Jumlah Penduduk di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat Perpekon Tahun 2014. ... 33

4. Data Keadaan Ekosistem Pantai Kecamatan Ngambur Tahun 2014 .. 38

5. Data Vegetasi di Pantai Kecamatan Ngambur Tahun 2014 ... 44

6. Data Hewan di Pantai Kecamatan Ngambur Tahun 2014 ... 44

7. Data Keadaan Penyu Pantai Kecamatan Ngambur Tahun 2014 ... 52

(9)
(10)
(11)
(12)

Moto

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan

yang lain”

(Al-Insyirah, 6-7)

“Tak akan kau dapatkan ilmu, kecuali dengan enam hal. Yakni; kecerdasan, semangat keras, rajin dan ulet, biaya yang cukup, bersahabat dengan guru dan

waktu yang lama.”

(Imam Syafi’i)

“Rasulullah SAW bersabda: “ Dan barangsiapa yang berjalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”

(HR. Muslim)

“Semua yang telah dilakukan sudah ada jalan terbaik karena Tuhan tidak akan memberi cobaan ketika hambanya tak sanggup memikulnya. Dan

disetiap kejadian pasti ada berkahnya.”

(13)

Persembahan

Alhamdulillah Hirobbil Alamin....

Puji syukur kehadirat allah SWT atas izin dan ridho-Nya, hingga selesai sudah karya kecil dari peluh dan letihku.

Kupersembahkan dengan tulus kepada:

Bapak tersayang...

Atas doa dan pengorbanan yang tiada terhingga. Semoga semua keringat dan airmata mu, ananda bisa jadi yang terbaik buat bapak. Ananda akan terus mendoakan semoga bapak diberikan hal terindah disana, ananda bangga

menjadi anak bapak..

Mamak tercinta...

Terimakasih atas doa dan kasih sayangnya serta semua pengorbanan yang tak terhingga selama ini, dari ananda kecil hingga ananda dewasa tiada pernah berubah. Ananda akan menjadi yang terbaik buat mamak, selalu dan selalu. Ananda akan selalu membuatmu bahagia. Ananda cinta kepada mak

dan bak.

Adik-adikku dan Sayangku

Terimakasih untuk canda tawa senyum, mamas selalu bangga dengan kalian adik-adikku yang membuatku slalu bisa bengkit dari keterpurukan, akan kujaga kalian dan jadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. Sayang tak pernah menyesal bertemu denganmu, meskipun terkadang terdapat selisih paham diantara kita. Semoga ini menjadi langkah awal kita dalam mencapai

ridho Allah SWT,

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Srimenanti, Lampung Timur pada tanggal 30 April 1993 dengan nama lengkap Bagus Vijiarto. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putra dari pasangan Bapak Juned Rudianto dan Ibu Russiana.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu: 1. TK Al-Huda Srimenanti diselesaikan tahun 1998 2. SD Negeri 2 Sribhawono diselesaikan tahun 2004 3. SMP Negeri 1 Sribhawono diselesaikan tahun 2007 4. SMA Negeri 1 Sribhawono diselesaikan tahun 2010

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasisiwa Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan IPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung

(15)

SANWACANA

Segala pujian dan syukur keharibaan Allah Subhanallahu Wataala atas segala rahmat, kasih sayang, dan kemurahan yang tiada pernah putus, hingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, terdapat begitu banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik redaksional, metode penelitian ataupun substansial. Untuk itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai langkah perbaikan untuk penulis dalam menyusun karya ilmiah atau laporan lain dimasa-masa mendatang.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si, selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik, Ibu Rahma Kurnia Sri Utami, S.Si. M.Pd, selaku pembimbing II, dan Bapak Drs. Rosana, M.Si, selaku penguji yang telah membantu mengarahkan dan memotivasi serta memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(16)

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama, Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung. 5. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan FKIP Universitas Lampung, khususnya

Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang berharga.

6. Bapak Wardana, Handra, dan Erson pengelola konservasi penyu muara tembulih yang telah banyak membantu, memberikan bnyak informasi tanpa pamrih, dan segala bantuannya.

7. Bapak dan Mamak tersayang, terimakasih atas semua yang telah diberikan untukku, doa, senyum, airmata, bahagia, kasih sayang, dan semua pengorbanan mu untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. Semoga Allah selalu menyediakan rahmat-Nya untuk ibu dan bapak. Amin Allahumma Amin.

(17)

SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian. Amin Allahumma Amin.

9. Terimakasih juga buat sayang, Nur Hidayah Rasyid yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan bantuan, terimakasih atas segala pengorbanan mu. Tak ada yang bisa kupersembahkan untuk mu selain pengabdian dan setia ku kelak untukmu, semoga allah meridhoi semua langkah kita.

10. Seluruh keluarga besar, mbah kakung, mbah uti, pakde, bude, bulek, dan semuanya terimakasih atas segala bantuannya dam dukungannya selama ini. 11. Keluarga besar geografi khususnya rekan-rekan seperjuanganku angkatan

2010 terima kasih atas do’a, dukungan dan kebersamaannya selama ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, 2014 Penulis,

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, sekitar 17.508 buah pulau yang membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km dari utara ke selatan. Luas negara Indonesia mencapai 1,9 juta km2 dan luas perairan laut tercatat 7,9 juta km2 (Boston,1996; Encarta, 1998, dalam Supriharyono, 2002 : 1). Sebagai negara yang luas wilayah daratan dan lautannya, Indonesia juga merupakan negara dengan wilayah pesisir pantai yang luas.

Indonesia mempunyai panjang garis pantai sekitar 81.791 km, yang mungkin pantai terpanjang di dunia. Mengingat perairan pantai atau pesisir merupakan perairan yang sangat produktif maka panjangnya pantai Indonesia merupakan potensi sumber daya alam (hayati) yang besar untuk pembangunan ekonomi di negara ini. Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air, yang masih di pengaruhi sifat-sifat air asin (Supriharyono, 2002 : 1).

(19)

2

international yaitu CITES dengan memasukan penyu sebagai satwa appendix 1. Perdagangan satwa liar yang telah masuk dalam Appendix I di larang.

Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan perlindungan terhadap populasi penyu melalui, Surat Keputusan Menteri Kehutanan antara lain: No. 327/Kpts/um/5/1978 untuk penyu belimbing (Dermochelys coriacea); No. 716/Kpts/um/10/1980 untuk penyu lekang (Lepidochelys olivea) dan penyu tempayan (Caretta caretta); No. 882/Kpts-II/1992 untuk penyu sisik (Eretmochelys imbricata); dan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 untuk penyu hijau.

Penyu merupakan salah satu fauna yang dilindungi karena populasinya yang terancam punah. Dari 6 jenis penyu tersebut, 4 jenis ada di provinsi Lampung kabupaten Pesisisir Barat kecamatan Ngambur yang merupakan daerah pesisir pantai yang sangat luas serta merupakan habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Ke empat jenis penyu tersebut antara lain seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae) dan penyu belimbing (Dermocelys coriaceae), mereka melakukan aktifitas hidupnya yaitu bertelur di pantai kecamatan Ngambur.

(20)

3

secara periodik ini mampu menempuh jarak ribuan kilometer melintasi samudra dan batas negara.

Salah satunya penyu tersebut melakukan aktivitas reproduksi yaitu bertelur, mencari makan, mencari sarang dan menemukan pasangannya di pantai kecamatan Ngambur. Konservasi Penyu Muara Tembulih kecamatan Ngambur kabupaten Pesisir Barat adalah salah satu konservasi yang ada di Indonesia. Konservasi tersebut melindungi habitat penyu di ekosistem pantai kecamatan Ngambur dan merupakan daerah pantai dengan jenis ekosistem akuatik.

Di pantai Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat merupakan salah satu ekositem yang ada di dunia ini, cabang ekosistem akuatik salah satunya adalah ekosistem pantai dan menurut SK Bupati No. B/290/kpts/10-IV/2007 yang dikeluarkan pada tanggal 27 Desember 2007 pantai Ngambur juga masuk kedalam daerah konservasi. Kebanyakan ekosistem pantai atau pesisir merupakan zona pasang surut yaitu pertemuan daerah laut dengan pantai mempunyai salinitas diantara laut dan air tawar serta air pasang surut ini merupakan pengatur dari ekosimtem pantai tersebut. Empat contoh dari ekosistem pesisir pantai ini adalah rocky shores (pantai berbatuan), pantai pasir, pantai berlumpur, dan estuaria.

(21)

4

Ekosistem pantai berpasir ditandai oleh organisme seperti jenis tiram, cacing, siput dan kepiting yang dapat bersembunyi dengan di lubang yang dibuat pada pasir. Hewan-hewan tersebut merupakan hewan yang makan dengan cara menyaring makanannya, seperti tiram dan kerang, yang menyaring makanannya dari air, dan yang lain merupakan pemakan-simpan, seperti jenis siput laut yang mengekstraksikan materi organik dari lumpur atau pasir.

Pantai Kecamatan Ngambur sebelum menjadi daerah konservasi penyu dulunya hanya pantai biasa yang menjadi habitat penyu akan tetapi melalui kesadaran masyarakat untuk menjaga kelangsungan populasi penyu dibentuklah kelompok pecinta penyu dan sampai akhirnya ditetapkan sebagai daerah konservasi. Berdasarkan hasil observasi awal dengan pengelola Konservasi Penyu Muara Tembulih Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat diketahui bahwa belum diketahuinya keadaan ekosistem pantai Kecamatan Ngambur sebagai habitat penyu secara spesifik dan seksama pada saat ini, hal tersebut disebabkan karena belum mengertinya pengelola/kelompok konservasi penyu mengenai keadaan yang tepat bagi penyu bertelur, masih belum adanya data spesifik mengenai habitat penyu dan penanganan keadaan ekosistem pantai yang semakin tergerus oleh penduduk.

(22)

5

Kabupaten Pesisir Barat tahun 2014. Untuk menggambarkan keadaan ekosistem pantai yang tepat bagi habitat penyu yang ada. Metode deskriptif mengarahkan penelitian untuk lebih mengetahui dan lebih memahami keadaan ekositem pantai sebagai habitat penyu.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Deskripsi Ekosistem Pantai Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat Sebagai Habitat Penyu Tahun 2014”

1.2Rumusan Masalah

Mengingat luasnya masalah di atas, maka dalam penelitian ini fokus pada deskripsi keadaan ekosistem pantai yang merupakan habitat penyu khusunya:

1. Bagaimana keadaan ekosistem pantai sebagai penunjang habitat penyu di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat?

2. Bagaimana kondisi penyu yang hidup di ekosistem pantai di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat?

1.3Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keadaan ekosistem pantai sebagai habitat penyu di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

(23)

6

1.4Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis.

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2 Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di peroleh di Perguruan Tinggi khususnya yang berhubungan dengan ekologi geografi.

3 Untuk memenerapkan ilmu pengetahuan geografi pada kehidupan sehari-hari, khusunya ekologi geografi mengenai habitat penyu.

Kegunaan praktis

1. Bagi pengelola konservasi data yang diperoleh dapat dijadikan pedoman untuk menjaga dan melestarikan penyu sebagai hewan yang dilindungi di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

2. Bagi masyarakat data penelitian yang ada bisa digunakan sebagai petunjuk mengenal dengan baik bagaimana keadaan ekosistem pantai sebagai habitat hewan yang unik yaitu penyu.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah ekosistem pantai sebagai habitat penyu. 2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. 3. Waktu Penelitian

(24)

7

4. Ruang Lingkup Ilmu adalah Ekologi Geografi

(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Geografi

R. Bintarto mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut mahluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kewilayahan (Sumadi, 2003: 4).

Berdasarkan teori di atas geogafi mempelajari gejala-gejala yang terjadi di permukaan bumi baik fisik maupun sosial dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayaan dan dalam konteks keruangan.

2.1.2 Pengertian Ekologi.

Kata “ecology” pertamakali dikemukakan oleh Ernst Haeckel, seorang ahli zoology bahasa jerman pada tahun 1869. Haeckel mendefinisikan ekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungnnya. Kata “oikos” berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang berarti

“rumah”, atau lingkungan yang dapat diartikan fungsi tempat itu bagi tempat

kehidupan organisme (Ramli, 1989: 2)

(26)

9

mereka, dan apa kedudukan kedudukan mereka pada ekosistem itu (Ramli, 1989: 3).

Kata ekologi mulai digunakan setelah pertengahan abad 19. Tahun 1958 Henry Thoreo menggunakan istilah ini dalam tulisannya, namun dia tidak menjelaskannya. Menurut Ernst Haeckel (1869) ekologi adalah keseluruhan hubungan antara binatang dengan lingkungan organik dan lingkungan anorganik. Definisi ini sangat luas, karena ada empat disiplin ilmu yang sangat erat kaitannya dengan ekologi yaitu genetika, evolusi fisiologi dan tingkah laku (Hadisubroto, 1989: 1).

Dalam ekologi mempelajari organisme alam dalam beberapa tingkatan, yaitu individu, populasi, komunitas, dan ekosistem. Ekosistem sangat berperan penting dalam menunjang kelangsungan hidup makhluk hidup, khususnya kehidupan penyu.

2.1.3 Ekosistem

(27)

10

suatu system yang stabil dimana terjadi pertukaran antara mahluk hidup dengan lingkungannya (Ramli, 1989: 17).

Ekosistem dapat dibagi menjadi bebrapa sub-ekosistem. Pembagian seperti ini berguna untuk mempelajari suatu ekosistem yang besar karena bumi ini terdiri dari komponen yang beragam milasalnya, bumi dapat dibagi menjadi sub-ekosistem lautan (dalam Rahma Kurnia Sri Utami, 2012: 7). Sub sub-ekosistem lautan bisa terdiri dari pantai sampai terus menjorok ke arah laut lepas.

2.1.4 Ekosistem Pantai

Antara laut dan kontinen terdapat daerah ekosistem yang beraneka ragam, yang tidak saja merupakan zona transisi, tetapi juga memiliki sifat-sifat ekologis tersendiri. Faktor-faktor fisik seperti salinitas dan temperatur lebih bervariasi di daerah pantai dari pada laut itu sendiri, kondisi makananpun lebih baik. Di sepanjang pantai hidup ribuan spesies yang sudah beradaptasi yang tidak mungkin ditemukan di laut terbuka, daratan maupun air tawar (Tisno Hadisubroto, 1989:198)

Dijumpai lima tipe ekosistem lain di pantai Sumatera. Tipe–tipe ekosistem tersebut adalah vegetasi pantai yang sedang mengalami proses peninggian (formasi pes-caprae) vegetasi pantai yang sedang mengalami proses pengikisan (formasi Barringtonia), hutan air payau, pantai yang berbatu–batu, dan pantai batu–batu karang (Jazanul Anwar, 1984: 168)

(28)

11

1. Rocky shores (pantai berbatuan)

Merupakan pantai yang di dominasi oleh batuan karang yang mengalami pelapukan atau pengikisan, selain itu di dominasi batuan karang. Serta pantai yang banyak ditutupi oleh tumbuhan laut seperti Facus dan Laminaria; dan hewan-hewan seperti jenis siput laut, jenis udang kecil, lintah laut, kerang yang hidup menempel dengan kuat pada batuan. Pada pelapukan batuannya sering merupakan habitat yang berisi air laut yang banyak dihuni oleh organism seperti kepiting laut, siput laut, anemon laut dan beberapa jenis insekta.(Ramli, 1989: 203)

2. Pantai pasir

Pantai berpasir merupakan pantai yang sedanf mengalami proses peninggian dimana terbentuk tumpukan-tumpukan pasir baru, pantai berpasir tersebut dikolonisasi oleh bentuk vegetasi yang dinamakan formasi pes-caprae. Vegetasi ini hampir kepulauan Indonesia dengan komposisi jenis yang hampir sama. Istilah pes-caprae berhubungan dengan tumbuhan daun barah atau tatapayan Ipomoea pes-caprae, sejenis tumbuhan yang berbunga ungu. Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan dari sejumlah herba rendah yang akarnya mengikat pasir, termasuk rumput-rumputan dan teki yang memiliki akar yang panjang di permukaan pasir. (Jazanul Anwar, 1984: 169)

3. Pantai berlumpur

(29)

12

materi organik dari lumpur dan mencernakannya untuk masuk kedalam saluran pencernaannya. (Ramli, 1989: 204)

4. Estuaria

Pritchard 1967 dalam Ramli, 1989: 204 mendefinisikan estuaria sebagai berikut:

“A semi-enclosed coastal body of water wich has a freeconnection whit the

open sea and within which water is measurably diluted with freshwater direfed from land drainaqe”.

Maksudnya adalah estuaria sebagai sejumlah air tawar yang mengalir dan dipengaruhi oleh evaporasi pada tempat itu dan dengan sifat khas fisika lingkungan yang mempunyai pola sirkulasi air tawar dan air garam yang terjadi. Estuaria juga merupakan muara sungai tempat air tawar dan air laut bercampur.

Dari beberapa jenis ekosistem pantai yang ada salah satunya adalah pantai berpasir yang merupakan pantai yang terbuka serta sangat sulit untuk dihuni oleh hewan-hewan, karena keadaan pasirnya yang tidak stabil dan naik turunnya suhu, Kelembaban dan kadar garam. Banyak sekali jenis hewan kecil sebenarnya hidup menetap di dalam pasir dan tidak pernah muncul ke permukaan. (Jazanul Anwar, 1984: 170)

(30)

13

 Penyu hijau merupakan yang terbanyak dijumpai, di mana telurnya

umumnya dijual di kota-kota di pantai barat Sumatera.

 Penyu sisik (bermulut seperti paruh elang) juga sering ditemukan dan

ditangkap orang untuk mengambil kulitnya: pusat pemasaran di Sibolga. Penyu ini biasanya lebih kecil dibandingkan dengan penyu hijau, beratnya mencapai 80 kg dan panjangnya 90 cm.

 Penyu katong jarang dijumpai, mempunyai punggung yang berkulit tebal;

beratnya mencapai satu ton. Disebut juga dengan penyu belimbing

 Jenis keempat dari penyu yang mungkin menyebar sampai ke Sumatera

ialah penyu sisik.

(Jazanul Anwar, 1984: 171)

2.1.5 Penyu

Penyu laut termasuk ke dalam kelompok reptilia yang mempunyai daerah jelajah yang sangat luas, yang mendiami laut tropis dan subtropis di seluruh dunia. Penyu laut diperkirakan telah menghuni bumi ini lebih dari 100 juta tahun. Oleh karena itu penyu laut dikenal sebagai fosil hidup (Safran Yusri, 2013).

(31)

14

Penyu telah mengalami beberapa adaptasi untuk dapat hidup di laut, diantaranya yaitu dengan adanya tangan dan kaki yang berbentuk seperti sirip dan bentuk tubuh yang lebih ramping untuk memudahkan mereka berenang di air. Penyu laut juga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan garam-garam air laut yang ikut tertelan bersama makanan yang mereka makan dan juga kemampuan untuk tinggal di dalam air dalam waktu yang lama selama kurang lebih 20-30 menit (Safran Yusri, 2013).

Telinga penyu laut tidak dapat dilihat, tetapi mereka memiliki gendang telinga yang dilindungi oleh kulit. Penyu laut dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi rendah dengan sangat baik dan daya penciuman mereka juga mengagumkan. Mereka juga dapat melihat dengan sangat baik di dalam air. Penyu laut memiliki cangkang yang melindungi tubuh mereka dari pemangsa. Penyu laut berbeda dengan kura-kura. Apabila dilihat sepintas, mereka memang terlihat sama. Ciri yang paling khas yang membedakan penyu laut dengan kura-kura yaitu bahwa penyu laut tidak dapat menarik kepalanya ke dalam apabila merasa terancam (Safran Yusri, 2013).

A. Jenis-jenis Penyu di Indonesia.

(Safran Yusri, 2013) Ada tujuh spesies penyu di dunia. enam diantaranya ditemukan di perairan Indonesia. yaitu :

Penyu hijau (Chelonia mydas)

Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)

(32)

15

Penyu lekang (Lepidochelys olivacea)

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)

Penyu pipih (Natator depressus)

Spesies penyu yang paling banyak ditemukan dan memiliki wilayah jelajah yang luas di perairan kepulauan Indonesia adalah Penyu hijau (Chelonia mydas) diikuti oleh Penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Penyu hijau tidak mudah dibedakan dengan penyu-penyu lainnya.

a. Penyu Hijau

Telur penyu hijau berwarna putih, berukuran diameter 4 cm dengan cangkang lunak. Sekali bertelur seekor penyu hijau dapat mengeluarkan sebanyak 100 – 200 butir. Lama pengeraman (inkubasi) bervariasi menurut daerah. Di Kalimantan (Serawak), misalnya berkisar 4 – 70 hari. Anak penyu yang baru lahir (tukik) akan mencari sendiri jalannya keluar dari pasir dan merangkak menuju ke laut. Pada hari-hari pertamanya di air, tukik ini belum bisa belum bisa menyelam karena dalam tubuhnya masih banyak kuning telur yang belum seluruhnya tercerna, hingga berat jenisnya rendah, dan ia hanya bisa beranang mengambang di permukaan. Penyu yang selamat hidup hingga dewasa, biasanya tidak menetap di perairan sekitar sarangnya. Ia dapat mengembara hingga ribuan mil dari tempat ia di lahirkan. (Iranto, 2009: 108)

b. Penyu Sisik

(33)

16

dengan berat dari 80 kg, sisiknya saling bertumpang tindih dan dengan tepi bergerigi. Warna sisiknya indah bila di bersihkan, kekuning–kuningan ditimpa bercak–bercak coklat kemerah–merahan atau coklat kehitam–hitaman. Tiap siripnya mempunyai dua kuku. Kepalanya melancip dengan paruh yang panjang dan melengkung. Penyu sisik ini menjadi dewasa pada usia lebih dari tiga tahun. Telur dan tukiknya lebih kecil daripada penyu hijau. Sarangnya sering menempati wilayah yang sama dengan sarang penyu hijau adalah sulit menentukan musim–musim bersarang penyu sisik kemungkina sekitar bulan Mei. Penyu ini hidup di bawah daerah pasang surut yang berbatu–batu atau di terumbu, seperti di temukan di Ai–Ketapang (Sumbawa) dan Sawangkatung (Bengkulu) (Iranto, 2009: 109).

c. Penyu Belimbing

Penyu belimbing (Dermachelys Coriacea) adalah penyu paling besar ukurannya. Disebut belibing karena bentuknya yang mirip buah belimbing. Karapasnya tidak dilapisi oleh sisik–sisik keras, tetapi oleh kulit berzat tanduk yang lunak dengan 5–7 tonjolan garis yang memanjang dari depan ke belakang. Beratnya umumnya lebih 500 kg dengan rata–rata sekitar 750 kg, warnannya hitam atau coklat tua dengan bercak–bercak keputih–keputihan di sana–sini. (Iranto, 2009: 109).

d. Penyu Tempayang

(34)

17

pantai Jawa sedangkan jenis yang kedua mungkin di Nusa Tenggara. Seperti penyu belimbing, kedua jenis penyu ini juga sudah dilindungi undang–undang (Iranto, 2009: 109).

B. Perkembangbiakkan Penyu

Penyu membutuhkan kurang lebih 15-50 tahun untuk dapat melakukan perkawinan. Selama masa kawin, penyu laut jantan menarik perhatian betinanya dengan menggosok-gosokkan kepalanya atau menggigit leher sang betina. Sang jantan kemudian mengaitkan tubuhnya ke bagian belakang cangkang si betina. Kemudian ia melipat ekornya yang panjang ke bawah cangkang betina. Beberapa jantan dapat saling berkompetisi untuk merebut perhatian si betina (Safran Yusri, 2013).

(35)

18

Penyu umumnya lambat dan canggung apabila berada di darat, dan bertelur adalah hal yang sangat melelahkan. Penyu yang sedang bertelur sering terlihat mengeluarkan air mata, padahal sebenarnya mereka mengeluarkan garam-garam yang berlebihan di dalam tubuhnya. Beberapa penyu dapat menghentikan proses bertelur apabila mereka terganggu atau merasa dalam bahaya. Oleh karena itu, sangat penting diketahui bahwa jangan mengganggu penyu yang sedang bertelur (Safran Yusri, 2013).

C. Habitat Penyu

Habitat penyebaran penyu laut umumnya mendunia, mulai dari perairan laut tropika, subtropika, dan kadang kala terbawa arus ke perairan laut dingin. Mereka bertelur di pantai berpasir. Walaupun demikian, penyu sering dihubungan dengan perairan laut hangat, missal kawasan perairan tropika, seperti Indonesia. Penyu kebanyakan waktunya dihabiskan dengan berdiam di perairan laut, penyu melalui kehidupannya dari pantai, menetas dari telur yang ditanam dalam pasir (Weller et al, 1996) dalam Djohan, 2004: 6).

(36)

19

pemangsannya baik binatang maupun manusia, maka telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu dua bulan (Weller et al, 1996) dalam Djohan, 2004: 6.

Penyu laut dapat melakukan perjalanan sampai 1600 km atau lebih. Dilaporkan bahwa, penyu hijau yang diberi tanda kemudian dilepas di perairan Amerika tengah di Pulau Ascension, penyu tersebut ditemukan kembali sejauh 2240 km dari pantai Brazil. Penyu selalu kembali ke area bertelurnya pada pulau yang sama. Sampai sekarang mekanisme ini belum begitu jelas. Akan tetapi diduga ada hubungannya dengan kombinasi antara penggunaan berbagai sensor, pengelihatan, bau, pendengaran, suhu, ombak atau gelombang, dan sensifitas arus (Weller et al, 1996) dalam Djohan, 2004: 7.

2.2Kerangka Pikir

Keadaan ekosistem pantai merupakan tolak ukur dimana habitat penyu di katakan baik atau buruk. Bila melihat keadaannya belumlah dipahami secara detail ekosistem pantai tersebut. Oleh karena itu dengan mendeskripsikan dan menelitinya secara seksama akan diketahui secara sepesifik keadaan pantai sebagai habitat penyu.

(37)

20

tempat dimana akan dilakukannya penelitian yaitu di Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, Indonesia. Dan yang paling menonjol dalam penelitian ini adalah penyu yang merupakan hewan yang unik dan harus dijaga kelestariannya dan tempat hidup (habitat) penyu. Maka itu semua digambarkan pada diagram alir, sebagai berikut:

(38)

21

III. METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian Yang Digunakan

Penelitian deskriptif adalah yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian deskriptif peneliti tidak mengubah, menambah atau mengadakan manipulasi terhadap obyek atau wilayah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada diri obyek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya (Suharsimi Arikunto (2000: 3).

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3), bahwa metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokan menurut jenis, sifat atau kondisinya dan sesudah datanya lengkap, kemudian ditarik kesimpulan.

(39)

22

3.1.2 Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan observasi awal ke konservasi penyu untuk mengetahui gambaran awal keadaan pantai yang ada.

b. Melakukan pengukuran pantai.

c. Melakukan observasi untuk melihat ekosistem pantai secara kasat mata. d. Melakukan observasi secara cermat keadaan ekosistem pantai.

e. Melakukan wawancara pada pengelola konservasi dan masyarakat mengenai keadaan ekosistem pantai saat ini serta dulu.

f. Data yang diperoleh dideskripsikan dengan data yang sesuai.

g. Menarik kesimpuan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disajikan dalam bentuk deskripsi keadaan ekosistem pantai sebagai habitat penyu.

3.2Objek

3.2.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek alamiah atau natural setting, sehingga penelitian kualitatif sering disebut sebagai objek naturalistik. Objek yang alamiah adalah objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek, setelah berada di objek, dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah (Sugiyono, 2005: 2) dalam Basrowi dan Suwandi, 2008: 44.

(40)

23

dijadikan objek yang akan diteliti adalah Ekosistem Pantai Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat sebagai habitat penyu pada tahun 2014.

3.3Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah Subyek atau Obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1992:19) Jadi variabel penelitian ini adalah keadaan ekosistem pantai yang terpengaruh oleh faktor hayati dan non-hayati, dan mempengaruhi keadaan penyu yang hidup di ekosistem pantai di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Ekosistem merupakan interaksi seluruh komponen biotic yang membentuk komunitas dengan komponen-komponen abiotik. Interaksi antar-populasi mempengaruhi kerapatan dan distribusi populasi antara dua populasi (Irianto, 2009: 22). Salah satu interaksi yang terjadi pada ekosistem khususnya pada ekosistem pantai adalah penyu dan hal yang mempengaruhinya.

(41)

24

2. Kondisi penyu yang hidup di ekosistem pantai adalah penyu yang telah dijumpai, yang saat ini ditangkarkan dan tercatat dalam data konservasi penyu Muara Tembulih.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data keadaan ekosistem pantai Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat sebagai habitat penyu, untuk mengetahui secara spesifik keadaan ekosistem pantai dan keadaan penyu maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Teknik Observasi

Menurut Cholid Narbuko, (2007:70), observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang di selidiki. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan iklim, jenis ekosistem pantai, luas ekosistem pantai, jenis penyu yang hidup di ekosistem pantai, cara pemeliharaan ekosistem pantai, dan tingkat keadaan ekosistem pantai di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

b. Teknik Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006: 231), teknik dokumentasi adalah suatu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

(42)

25

c. Teknik Wawancara

Suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada responden yang memberikan informasi secara jelas adalah pengelola Konservasi Penyu Muara Tembulih Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat yang berjumlah 4 (empat) orang dan masyarakat yang terlibat dengan keberadaan habitat penyu pada tahun 2014. Wawancara bermakna berhadapan langsung antara pewawancara dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan (Subagjo, 2006: 39) Teknik wawancara tidak terstruktur dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan ekosistem pantai sebagai habitat penyu serta keadaan yang sesuai untuk penyu itu sendiri.

3.5Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari dokumentasi dari unit data dan informasi ilmiah akan dianalisis secara kualitatif yaitu dibuat bagaimana keadaannya yang dideskripsikan dalam bentuk data. Data yang diperoleh diklasifikasikan dan diinterpretasikan untuk memberikan pengertian data yang disajikan dan selanjutnya disusun dan dianalisis sebagai hasil laporan.

(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan oleh penulis yaitu sebagai berikut:

1. Ekosistem Pantai Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat sebagai habitat penyu bertelur termasuk ke dalam kriteria yang sesuai untuk penyu karena sudah memenuhi faktor-faktor:

a. Unsur Hayati (Organisme)

Memiliki vegetasi layaknya pesisir hujan hutan tropis yang terdiri atas semak-semak belukar, perdu, vegetasi merambat dan rumpunan pepohonan yang sedikit terbuka.

b. Unsur Non-Hayati (Zat-Zat Tak Hidup)

(44)

76

telurnya yaitu kisaran 250 C sampai dengan 280 C dan rata-rata suhu 240 C.

2. Kondisi spesies penyu yang bertelur di pantai Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat dalam kondisi yang cukup rawan karena banyaknya habitat asli penyu bertelur tergususur oleh faktor pengaruh manusia. Hanya ada 4 jenis penyu yang datang yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae) dan penyu belimbing (Dermocelys coriaceae).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Masyarakat dan pengelola konservasi hendaknya memanfaatkan dan mendayagunakan habitat Pantai Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat karena keadaan ekosistem (abiotik dan biotik) dan habitat yang sudah sesuai untuk penyu bertelur. Hanya saja luas habitat saat ini yang terus tergerus oleh pemukiman masyarakat perlu ditangani secara serius. Seyogyanya manusia dan alam berdampingan secara selaras agar keseimbangan alam terjaga dengan baik khususnya bagi populasi penyu. 2. Pemerintah dari tingkat kecamatan sampai pemerintah pusat seharusnya

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta. Rineka Cipta. Dzaki Ramli. 1989. Ekologi. Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi.

Erna Tri Wibowo. 2007. Rancangan Perlindungan Penyu Hijau (chelonia mydas). Disertasi. Bandung: IPB.

Jazanul Anwar. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Joko Subagjo. 2006. Metode Penelitaian Catakan Kelima. Rineka Cipta: Jakarta Koes Irianto. 2009. Ekologi Laut Indonesia. Bandung: Sarana Ilmu Pustaka (SIP). Koesnadi Hardjasoemantri.1991. Hukum Perlindungan Lingkungan Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

M. Isa Darmawijaya. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press.

MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Kecamatan Ngambur. 2014. Lampung.

Rahma Kurnia Sri Utami. 2012. Buku Bahan Ajar Ekologi Geografi. Diktat. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung: Lampung.

Soedjiran Resosoedarmo dkk. 1985. Pengantar Ekologi. Jakarta. Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta.

Sudarmi. 2013. Buku Bahan Ajar Geografi Regional Indonesia. Diktat. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung: Lampung.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revis 2010). Jakarta. Rineka Cipta.

(46)

Supriharyono. 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama..

Tisno Hadisubroto. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta. Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Tjut Sugandawaty Djohan. 2004. Wokshop Evaluasi Dan Monitoring Kelembagaan Konservasi Penyu 2004. Konsevasi Habitat Penyu. Yogyakarta: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Yogyakarta 28-31 Jjuli 2004.

Totok Sutrisno. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta. Trisnaningsih. 2006. Modul Demografi Teknik. Bandar Lampung. Universitas

Lampung.

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN

Keputusan Mentri Kehutanan No. 327/Ktsp/Um/1978. Dalam KEPMEN Kehutanan 1978.

Keputusan Mentri Kehutanan No. 716/Ktsp/Um/1980. Dalam KEPMEN Kehutanan 1980.

Keputusan Mentri Kehutanan No. 882/Ktsp-II/1992. Dalam KEPMEN Kehutanan 1992.

Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Dalam Peraturan Pemerintah 1999. SK Bupati Lampung Barat No. B/290/Ktsp/10-IV/2007. Dalam SK Bupati Lampung

Barat 2007.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Dalam Undang-Undang 1990.

INTERNET

WWF-Indonesia. 2013. Green Turtle.

(http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/marine/howwework/endang eredmarinespecies/seaturtle_green.cfm diakses pada tanggal 21 November 2013 pukul 21.05 WIB)

Wikipedia. 2014. Penyu.

(http://bits.wikimedia.org/apple-touch/wikipedia.png diakses pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 23.00 WIB)

(47)

(http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=3 5%3Atentang-penyu&catid=16%3Amakhluk-laut&Itemid=12&lang=id di akses pada tanggal 21 November 2013 pukul 21.08 WIB).

Yoanatidung. 2013. Identifikasi dan Morfologi Penyu

(48)
(49)

Gambar

Gambar 1. Penyu.
Gambar 2. Diagram Alir.

Referensi

Dokumen terkait

Disimpulkan bahwa kehadiran dan wacana yang dibicarakan dalam Kitab Hikayat Nur Muhammad, baik langsung ataupun tidak langsung telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap

Berdasarkan penelitian dari fokus masalah yang peneliti kaji ditemukan kesimpulan bahwa manajeman emosi yang ada dalam Surat Yūsuf adalah dzikrullah, Al-‘Afw,

Gambaran tingkat depresi pada lanjut usia (lansia) di panti sosial tresna wredha budi mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.. Diagnosing depression in older adults in primary

Diberitahukan dengan hormat, bahwa skripsi saudara : Iip Kuswandi, NIM : 211010 dengan judul “ Hak Waris Orang Tua Bersama Anak (Studi Komparasi Hukum Islam

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

yang paling besar pada plot B1 (Jati, mangga, pete, teras bangku. dengan penguat teras rumput dan lamtoro) dengan diameter

Berdasarkan pengamatan mengenai penggunaan bahasa Jawa di Kabupaten Tegal, khususnya di desa Pakembaran, terdapat variasi kata yang berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah