• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERATING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERATING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERATING PADA MATERI LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

Oleh DIANTINI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model discovery learn-ing dalam menlearn-ingkatkan kemampuan generatlearn-ing pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Penelitian ini dilakukan di SMAN 7 Bandar Lampung meng-gunakan dua kelas sampel yang diperoleh dengan cara purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan non equivalent pretest-posttest control group design. Efekivitas ini diukur berdasarkan perbeda-an n-Gain yperbeda-ang signifikperbeda-an perbeda-antara kelas kontrol dperbeda-an kelas eksperimen. Hasil pene-litian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain kemampuan generating untuk kelas kon-trol sebesar 0,25 dan eksperimen sebesar 0,59. Berdasarkan pengujian hipotesis, rata-rata n-Gain kemampuan generating pada materi elektrolit dan non-elektrolit dengan pembelajaran menggunakan model discovery learning lebih tinggi dari-pada rata-rata n-Gain kemampuan generating dengan pembelajaran konvensional, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model discovery learning pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam meningkat-kan kemampuan generating.

(2)

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERATING PADA MATERI LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

Oleh DIANTINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 30

2. Rata-rata nilai pretes dan nilai postes kemampuan generating siswa... 37

3. Rata-rata nilai psikomotor siswa kelas eksperimen... 39

4. Rata-rata n-Gain kemampuan generating siswa ... 40

5. Rata-rata penilaian sikap siswa ... ... 41

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran ... 8

B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

C. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 12

D. Taksonomi Bloom ... 16

E. Analisis Konsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ... 18

F. Kerangka Pemikiran ... 22

G. Anggapan Dasar ... 24

(5)

xiii III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 25

B. Data Penelitian ... 26

C. Metode dan Desain Penelitian ... 26

D. Variabel Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ... 27

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 28

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Analisis Data ... 40

C. Pengujian Hipotesis ... 42

D. Pembahasan... 47

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator ... 62

2. Silabus Eksperimen ... 68

3. RPP Eksperimen ... 78

4. LKS ... 88

5. Kisi-Kisi Soal Pretes ... 110

6. Soal Pretes ... 115

7. Rubrik Penilaian Soal Pretes ... 118

8. Kisi-Kisi Soal Postes... 125

9. Soal Postes ... 130

(6)

xiv

11. Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 140

12. Penilaian Sikap Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 142

13. Rubrik Penilaian Sikap Siswa ... 152

14. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 154

15. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa ... 164

16. Data Pretes, Postes dan n-Gain ... 172

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis konsep materi elektrolit dan non-elektrolit ... 20

2. Desain penelitian ... 26

3. Rata-rata sikap siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 38

4. Hasil uji normalitas nilai pretes siswa ... 43

5. Hasil uji homogenitas nilai pretes siswa ... 44

6. Hasil uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes siswa ... 44

7. Hasil uji normalitas n-Gain siswa ... 45

8. Hasil uji homogenitas n-Gain siswa ... 46

(8)
(9)
(10)

MOTO

Bertemanlah dengan rasa sakit

(Diantini) “I q ” - Takutlah kamu kepada Allah

Sangat mudah berterimakasih pada hal-hal indah dalam hidup, tetapi kehidupan yang luar biasa datang kepada mereka yang juga berterimakasih pada hal-hal buruk dalam kehidupannya

(11)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmannirrohim ……

Puji syukur kehadirat ALLAH subhanahuwata’ala, yang

telah memberikan waktu-waktu indah dalam proses hidup, sehingga saya dapat mempersembahkan skripsi ini teruntuk:

 Ibunda dan Ayahanda tercinta, Semoga ALLAH memperkenankan ananda untuk selalu memberikan lebih

banyak kebahagiaan kepada kalian di masa depan.

kakak-kakak (Asdian, Agung, Fitri) dan Adik-adik tersayang (Hesti, Shoni, Hendi, Dian) terimakasih karena atas dukungan dan

dan segala hal yang pernah kita lewati bersama.

Sahabat-sahabat tersayang dan orang-orang yang pernah hadir dalam hidup saya terimakasih atas segala pengalaman suka, duka,

canda, tawa, tangis haru yang telah kita lewati bersama. Semua hal itu akan sangat saya rindukan di masa mendatang.

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus pada tanggal 11 Mei 1993 sebagai putri keempat dari delapan bersaudara buah hati Bapak Heltoni dan Ibu Susanti.

Pendidikan formalnya dimulai di TK Dharma Wanita diselesaikan tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Bandingagung tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Talangpadang tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Talangpadang tahun 2011.

(13)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karu-nia- y , gg y y g j “Efektivitas Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Generating pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”. w g tercurah pada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.. 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia, Pembimbing Akademik serta Pembimbing I, terima kasih atas perhatian,dan kesediaannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik selama perkuliahan dan dalam proses penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Pembimbing II, terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi.

5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik dan saran untuk perbaikan skripsi.

(14)

xi

7. Drs. Suharto, M.Pd selaku Kepala Sekolah, Ibu Rosmelli dan seluruh siswa SMAN 7 Bandar Lampung, terima kasih atas bantuannya selama penelitian. 8. Ibu dan Ayah yang dimuliakan Allah SWT, atas cinta dan kasih sayang yang

tercurah dalam doanya yang tak terputus untuk kelancaran dan keberhasilan mengenyam studi ini dan selama perjalanan hidup saya.

9. Abang Asdian, Abang Agung Kusuma yang dikasihi Allah, Kak Nikmatul Fitri yang sudah tenang berada di sisi-Nya, dan adik-adik selalu saya banggakan Hesti Apri Dianti, Shoni Setiawan, Hendiansyah, Dian Marissa atas senyum dan keceriaan yang menjadi sumber semangat.

10. Para Sahabat yang selalu memberikan semangat Eva, Yovi, Siti, dan Kak Derry, keluarga angkat, keluarga KKN dan Keluarga kosan Dian Pelangi. 11. Rekan seperjuangan skripsi Yeni dan Puput yang telah saling membantu,

melengkapi, memotivasi dan pantang menyerah. Para sahabat pendidikan kimia dan semua rekan pendidikan kimia angkatan 2011 yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, kalian luar biasa. Semua rekan-rekan kampus, Sahabat Himasakta, keluarga FPPI, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rah-mat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya. Aamiin.

Bandarlampung, Juli 2015 Penulis,

(15)
(16)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains atau yang dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk memperoleh pengalaman langsung dalam mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Tim Penyusun, 2006).

(17)

2

tertentu. Oleh karena itu, di dalam mempelajari kimia, pengetahuan bukanlah tujuan utama, melainkan sebagai wahana untuk mengembangkan sikap dan keterampilan-keterampilan tertentu, terutama keterampilan berpikir. Sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan itulah yang nantinya akan berguna dalam men-jalani kehidupan bermasyarakat dan dalam pekerjaan atau kariernya (Fadiawati, 2011; Fadiawati, 2014).

Selain itu, dalam pembelajaran kimia di sekolah sebaiknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses memperoleh pengetahuan yang akan dipelajarinya. Namun faktanya, pembelajaran kimia di sekolah masih cenderung menekankan hanya pada aspek produknya saja. Siswa tidak dilibatkan aktif dalam menemukan konsep-konsep dan teori-teori sehingga menyebabkan tidak tercapainya kese-imbangan antara kemampuan intelektual (pengetahuan) dan psikomotorik (keterampilan).

(18)

3

Guru perlu menggunakan model pembelajaran kimia yang baik dalam menyam-paikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan kurikulum 2013 sesuai dengan karakteristik ilmu kimia. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang saat ini diterapkan diberbagai jenjang pendidikan. Dalam kurikulum 2013, siswa dituntut dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerap-kannya. Oleh karena itu, agar produk pembelajaran ilmu kimia diperoleh secara optimal maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu menuntut siswa agar dapat aktif dan mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengalaman yang mereka alami selama proses pembelajaran (Cakir, 2008; Trianto, 2010; Tim Penyusun, 2013). Salah satu model pembelajaran yang direkomdasikan dalam kurikulum 2013 adalah model discovery learning.

Model discovery learning terdiri dari enam tahap yaitu stimulasi, identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis, pengumpulan data, pengolahan data, pem-buktian, dan generalisasi. Setiap tahap dalam model pembelajaran discovery learning ini akan mendorong siswa berpikir kritis dan analistis serta memahami, menerapkan dan mengembangkan pola pikir yang rasional dan objektif dalam menerima materi pelajaran. Pembelajaran kimia dengan model ini akan melahir-kan siswa yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Priyatni, 2014; Munandar, 2008).

(19)

4

demikian lulusan yang diharapkan adalah lulusan yang berkompetensi dalam tiga ranah tersebut. Kemampuan ini dapat diperoleh melalui aktivitas-aktivitas yang dijabarkan seperti pada langkah langkah discovery learning.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Septiany (2014) yang menyatakan bahwa model discovery learning efektif dalam melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa pada MAN 1 Metro. Selain itu, Penelitian serupa dilakukan olehRokhim (2012) yang menunjukkan bahwa model discovery terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII di kota Semarang.

(20)

5

Kemampuan generating dalam model discovery learning dilatihkan pada tahap identifikasi masalah, setalah siswa dapat melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca hal yang penting dari suatu benda atau objek data tentang fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu pada tahap stimulasi, siswa diharapkan mampu dapat merumuskan suatu masalah dan merumuskan suatu hipotesis sebagai bukti kon-struksi pengetahuannya. Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran discovery learning diharapkan mampu menginspirasi dan mendorong siswa untuk berpikir secara kritis, kreatif, serta melatih kemampuan generating.

Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya meningkatkan kemampuan generating siswa khususnya pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit perlu menggunakan model pembelajaran discovery learning maka dilakukan penelitian ini dengan judul: “ Efektivitas Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Generating pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimanakah efektivitas model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan generating pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

(21)

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model discovery learning dalam kegiatan pembelajaran meningkatkan kemampuan generating siswa dan memberikan pengalaman belajar siswa untuk memecahkan masalah kimia khususnya pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

2. Bagi guru

Pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat menjadi salah satu alternatif guru dalam memilih pembelajaran yang inovatif dan kreatif. 3. Bagi Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Materi pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah larutan elektrolit dan non-elektrolit kelas X KD 3.8.

(22)

7

3. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model discovery learning yang digunakan, yaitu pemberian rangsangan, identifikasi masalah dan merumus-kan hipotesis, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan generali-sasi (Priyatni, 2014).

(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan ting-kat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada:

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila se-kurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.

2. Model dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

3. Model dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau men-capai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna/client.

(24)

9

informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan pengetahu-an, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir. Dengan demikian dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses pem-belajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Jika tidak berminat untuk mem-pelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Jika siswa belajar sesuatu dengan minatnya maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen dkk dalam Warsita (2008) adalah:

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasar-kan kesamaan-kesamaan yang ditemuberdasar-kan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada

peserta didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.

6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.

B. Pembelajaran Konstruktivisme

(25)

10

Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan (Tim Penyusun, 2013d).

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadi-nya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berda-sarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkat-kan perolehan siswa sebagai hasil belajar.

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan me-revisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecah-kan masalah, menemumemecah-kan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori-teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori-teori Bruner (Trianto,2007)

(26)

11

lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga ter-sebut (Trianto 2007).

Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007), konstruktivisme adalah salah satu fil-safat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukan-lah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanbukan-lah gambaran dari dunia ke-nyataan yang ada. Tetapi, pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kon-struksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Secara sederhana, konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengeta-hui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, me-lainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti ha-kikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami,

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus,

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri,

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya,

(27)

12

Dalam upaya mengimplementasikan pembelajaran konstruktivisme, Tytler meng-ajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, yaitu seba-gai berikut:

1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri,

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalaman-nya sehingga menjadi lebih keratif dan imajinatif,

3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, 4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah

dimiliki siswa,

5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan 6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Melalui pembelajaran konstruktivisme, siswa diharapkan dapat menjadi individu yang penuh kepercayaan diri yang memiliki sifat-sifat antara lain:

1. Bersikap terbuka dalam menerima semua pengalaman dan mengem-bangkannya menjadi persepsi atau pengetahuan baru dan selalu dipeba-harui,

2. Percaya diri sehingga dapat berperilaku secara tepat dan dalam mengha-dapi segala sesuatu,

3. Berperasaan bebas tanpa merasa terpaksa dalam melakukan segala se-suatu tanpa mengharapkan atau tergantung pada bantuan orang lain, dan 4. Kreatif dalam mencari pemecahan masalah atau dalam melakukan tugas

yang dihadapinya.

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai penghubung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran.

C. Model Discovery Learning

(28)

13

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2007).

Munandar (2008) menyatakan bahwa mengajar dengan discovery selain berkaitan dengan penemuan juga bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Model discovery merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menemukan sesuatu (benda, manu-sia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Margot Kaplan dan Sanoff mengungkapkan bahwa discovery learning merupakan dasar dari inkuiri dengan konstruktivis sebagai landasan dalam memecahkan masalah, dimana siswa menggunakan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk menarik fakta dan menghubungkannya dengan informasi baru (Mutaharoh, 2011).

Leonard dan Irving pada tahun 1981 memberikan pendapatnya bahwa dalam mengajar dengan discovery learning guru sebagai petunjuk atau fasilisator bukan diktator. Sebagai fasilisator guru harus mencoba mengangkat masalah yang akan membuat siswa tertarik untuk memecahkannya, serta membantu mereka menjelas-kan masalah, mencari fakta, dan memberimenjelas-kan kesimpulan (Mutaharoh, 2011).

(29)

14

coming to know something you didn’t know before”. Discovery adalah kamu mengetahui sesuatu hal yang baru yang sebelumnya kamu belum mengetahuinya, discovery learning terjadi ketika siswa mendapat informasi baru tentang bagaima-na memecahkan masalah yang mereka hadapi dan ini merupakan pengalaman yang bersifat pribadi.

Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian penge-tahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik (Trianto, 2010). Pandangan Bruner terhadap Discovery learning yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery. Individu juga memiliki tingkat perkembangan poten-sial, yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zona yang terletak diantara kedua tingkat perkembangan inilah yang disebutnya sebagai zone of proximal development (Arends, 2008).

Dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas, tahapan atau prose-dur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum ada-lah sebagai berikut:

a) Stimulation (stimulasi)

(30)

15

menyelediki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan belajar meng-ajar dengan mengajukan pertanyaan. Pada tahap ini siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dengan melakukan kegiatan mengamati data tentang fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Dengan adanya kegiatan ini, peserta didik dapat melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca hal yang penting dari suatu benda atau objek. Hal ini sejalan dengan salah satu langkah pembelajaran dalam pendekatan ilmiah yaitu kegiatan mengamati.

b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) dan merumuskan hipotesis

Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan tentang apa yang telah mereka amati pada kegiatan stimulasi. Dalam pendekatan ilmiah, kegiatan ini termasuk dalam kegiatan menanya. Melalui kegiatan bertanya ini dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik dan keterbiasaan siswa untuk menemukan suatu masalah akan semakin terlatih. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

c) Data collection (pengumpulan data)

(31)

16

kegiatan berikutnya yaitu pengolahan data. Dalam pendekatan ilmiah, kegiatan ini termasuk kegiatan mencoba.

d) Data processing (Pengolahan data)

Tahap ini merupakan kelanjutan dari kegiatan data collecting (pengumpulan data). Dalam kegiatan ini, peserta didik melakukan pemrosesan data atau

informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Kegiatan pengolahan data ini sejalan dengan kegiatan menalar dalam pendekatan ilmiah.

e) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

f) Generalization (Menarik kesimpulan/Generalisasi )

Tahap akhir dari model discovery learning ini adalah generalisasi. Dalam tahap ini siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pengetahuan yang diperolehnya dan dapat dipertanggung jawabkan (Priyatni, 2014).

D. Taksonomi Bloom

(32)

17

a. Mengingat (Remember, C1) mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

b. Memahami (Understand, C2) mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsir-kan (interpreting), memberimenafsir-kan contoh (exemplifying), mengklasifikasimenafsir-kan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

c. Mengaplikasikan (Apply, C3) mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

d. Menganalisis (Analyze, C4) yang mencakup tiga macam proses kognitif yaitu membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).

e. Mengevaluasi (Evaluate, C5) yang mencakup dua macam proses kognitif yaitu memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing).

f. Mencipta (Create, C6) yang memiliki tiga macam proses kognitif yaitu mem-buat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).

Dari keenam tingkatan ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom revisi, salah satu proses kognitif mencipta (create) adalah kemampuan generating. Kemampuan generating dalam Anderson (2001) :

Generating involves representing the problem and arriving at alternatives or hypotheses that meet certain criteria. Often the way a problem is initially repre-sented suggests possible solutions, however redefining or coming up with a new representation of the problem may suggests different solutions. When generating transcends the boundaries or constraints of prior knowled-ge and existing theories it involves diverknowled-gent thingking and forms the core of what can be called creative thinking.

(33)

18

kemungkinan alternatif atau hipotesis yang memenuhi kriteria tertentu. Seringkali cara penyelesaian masalah awalnya menyarankan solusi yang mungkin, namun mendefinisikan ulang atau datang dengan representasi baru dari masalah mungkin menyarankan solusi yang berbeda. Kemampuan generating melibatkan berfikir divergen dan membentuk inti dari apa yang dapat disebut berpikir kreatif. Tujuan kemampuan generating dalam ranah kognitif mencipta (create) adalah divergen yaitu, untuk sampai pada berbagai kemungkinan.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembel-ajaran menggunakan model discovery learning pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi ter-utama pada kemampuan generating siswa.

E. Analsis Konsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Analisis konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Analisis konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Analisis konsep juga merupakan suatu upaya pemahaman siswa untuk mema-hami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

(34)

19

konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Piaget dalam Dimyati (2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa meng-ubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

(35)

20

Tabel 1. Analisis Konsep Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit

Label

Atribut Posisi Konsep

Contoh Larutan Campuran homogen

(36)
(37)

22

F. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model discovery learning terutama dalam membel-ajarkan materi larutan elektrolit dan non-elektrolit, merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan dua cara pengajaran yaitu guru sebagai fasilitator juga aktif membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid bersikap aktif. Langkah-langkah pembelajaran dengan model discovery learning adalah pemberian rangsangan (stimulation), pernyataan/identifikasi masalah (problem statement) dan merumuskanhipotesis, pengumpulan data (data collection),

pengolahan data (data processing), pembuktian (verification), dan generalization.

(38)

23

(data collection) untuk menguji suatu hipotesis seperti merancang suatu per-cobaan. Dalam merancang percobaan, siswa diminta menentukan variabel-variabel percobaan, menyusun prosedur percobaan dan menentukan alat serta bahan yang digunakan dalam percobaan sehingga siswa dapat mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan memberikan banyak cara atau saran berkaitan dengan kegiatan tersebut. Selanjutnya siswa melakukan percobaan dengan prosedur yang diberikan guru dan diminta menuliskan hasil percobaan dengan cara mereka sendiri. Langkah berikutnya yaitu pengolahan data (data processing) dalam hal ini menganalisis data percobaan. Pada tahap ini, siswa diberikan pertanyaan dalam bentuk soal diskusi. Siswa menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya untuk kan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya sehingga dapat menemu-kan suatu kesimpulan. Pada langkah ini, siswa dilatih untuk mengenali, mema-hami, dan menanggapi suatu masalah dari informasi maupun data yang diperoleh.

(39)

24

dapat berkembang, siswa dapat menemukan keterkaitan suatu pembelajaran dengan pembelajaran lainnya. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model discovery learning, maka akan dapat meningkatkan kemampuan generating siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan n-Gain kemampuan generating siswa terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.

2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan yang mempengaruhi peningkatan kemampuan generating siswa pada kedua kelas diabaikan.

H. Hipotesis Penelitian

(40)

25

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014-2015 yang berjumlah 341 siswa dan tersebar dalam 10 kelas yaitu kelas X1 sampai dengan X10 yang masing-masing berkisar antara 32-35 siswa. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan di-beri perlakuan dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol.

Penentuan subyek penelitian didasarkan pada teknik pengambilan sampel purposi-ve sampling. Purposipurposi-ve sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang di-dasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, ber-dasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009).

(41)

26

mendapatkan kelas X1 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model discovery learning (X) sedangkan kelas X4 sebagai kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan atau menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian berupa data hasil tes kemampuan gene-rating sebelum penerapan pembelajaran (pretes) dan data hasil tes kemampuan generating setelah penerapan (postes), data sikap, data psikomotor, dan data kinerja guru. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalence pretest and posttest control group design (Craswell, 1997) yaitu desain kuasi ekperimen dengan melihat perbedaan pretes maupun postes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

(42)

27

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah kegiatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menggunakan model discovery learning. Sebagai variabel terikat adalah kemam-puan generating siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014-2015.

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia yang meng-gunakan model discovery learning pada materi larutan elektrolit dan non-elek-trolit sejumlah 3 LKS, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili kemampuan generating, lembar observasi sikap, lembar observasi psikomotor, dan lembar observasi kinerja guru.

(43)

28

menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukur-an, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. dan ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pra penelitian

Tujuan pra penelitian, yaitu:

a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 7 Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung

pelaksanaan penelitian.

(44)

29

2. Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Pada tahap ini, peneliti menyusun analisis Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar-indikator, analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan postes, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar penilaian sikap siswa, lembar penilaian psikomotor siswa, dan lembar kinerja guru.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian yaitu:

(1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(2) Melaksanakan analisis data pretes, yaitu uji persamaan dua rata-rata.

(3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran menggunakan model discovery learning diterapkan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol. (4) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol

c. Analisis dan pelaporan hasil penelitian

(45)

30

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Analisis data

Data skor pretes dan postes siswa yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diubah menjadi nilai siswa.

1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah. 2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah.

P

2. Menyusun instrumen penelitian.

(46)

31

a. Perhitungan nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian kemampuan generating siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dirumuskan sebagai berikut:

100

Setelah data nilai diperoleh kemudian ditentukan n-Gain masing-masing siswa, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.

b. Perhitungan n-Gain

Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Menurut Meltzer besarnya perolehan dihitung dengan rumus normalized gain, yaitu:

ain

c. Perhitungan nilai sikap siswa

Nilai sikap siswa per indikator untuk kelas kontrol dan eksperimen pada setiap pertemuan dirumuskan sebagai berikut:

Kemudian nilai tersebut dirata-ratakan sehinggan diperoleh nilai rata-rata siswa per indikator untuk setiap pertemuan.

d. Perhitungan nilai psikomotor siswa

(47)

32

Dengan kriteria penilaian : 70 < : Kurang (K)

70-80 : Cukup Terampil (C) 81-90 : Terampil (B)

91-100 : Sangat Terampil (AB) 2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik uji t yaitu uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan uji kesamaan dan perbedaan dua rata-rata ada uji prasyarat yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok ber-distribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi kuadrat. Hipotesis untuk uji normalitas:

H0 = kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 = kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

-

Keterangan : 2

= uji Chi-kuadrat Ei = frekuensi observasi Oi = frekuensi harapan

(48)

33

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentu-kan statistik t yang amenentu-kan digunamenentu-kan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Menurut Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Hipotesis

(kedua sampel penelitian memiliki varians yang homogen). (kedua sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen).

2. Statistik Uji

g atau g

dengan:

S = simpangan baku x = n-Gain siswa = rata-rata n-Gain n = jumlah siswa 3. Kriteria uji

(49)

34

c. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal kemampuan generating siswa di kelas eksperimen sama secara signifikan dengan kemampuan awal kemampuan generating siswa di kelas kontrol.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : µ1x = µ2x: Rata-rata pretes kemampuan generating siswa di kelas eksperimen sama dengan rata-rata pretes keterampilan kemampuan generating siswa di kelas kontrol pada materi materi larutan elektrolit dan

non-elektrolit.

H1 : µ1x≠ µ2x : Rata-rata pretes kemampuan generating siswa di kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata pretes kemampuan generating siswa kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Keterangan:

µ1 = Rata-rata pretes (x) pada materi materi larutan elektrolit dan non-elektrolit di kelas eksperimen.

µ2 = Rata-rata pretes (x) pada materi materi larutan elektrolit dan non-elektrolit di kelas kontrol.

x = kemampuan generating siswa.

Kriteria pengujian : terima H0 jika dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1 – ½α).

d. Uji perbedaan dua rata-rata

(50)

35

Rumusan Hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain kemampuan generating siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembel-ajaran menggunakan model discovery learning lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain kemampuan generating siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain kemampuan generating siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembel-ajaran menggunakan model discovery learning lebih tinggi dari-pada rata-rata n-Gain kemampuan generating siswa dari-pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning. µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada

kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. x : kemampuan generating.

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji t dalam Sudjana (2005) dengan rumus sebagai berikut:

g -

g

g g - - -

Keterangan:

thitung = Perbedaan dua rata-rata.

(51)

36

= Rata-rata n-Gain kemampuan generating siswa pada materi larutan larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pem-belajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan discovery learning.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

model discovery learning.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(52)

57

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain kemampuan generating dengan model discovery learning berbeda secara signifikan dibandingkan rata-rata n-Gain kemampuan gene-rating dengan pembelajaran konvensional.

2. Penerapan model discovery learning pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif meningkatkan kemampuan generating.

3. Peningkatan sikap siswa dengan menggunakan model discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. 4. Psikomotor siswa kelas eksperimen berkriteria terampil pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

(53)

58

(54)

37

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning,

Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rinekacipta. Jakarta. Cakir, M. 2008. Contructivist Approaches to Learning in Science and Their

Implications for Science Pedagogy: A Literature Review Inter. J. Environ. Sci. Educ, 3 (4): 193-206

Craswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. Sage Publications. New Delhi.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta.

Djamarah, S.B., Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.

Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.

Fadiawati, N. 2014. Ilmu Kimia Sebagai Wahana Mengembangkan Sikap dan Keterampilan Berpikir. Majalah Eduspot. FKIP. Universitas Lampung, 10: 8-9.Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan

Konstruktivisme. FMIPA UM. Malang.

Husamah dan Yanur S. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

(55)

Joolingen, W. V. 1998. Cognitive Tools for Discovery Learning Inter. J. Artific. Intel. Educ. , 10: 385-397.

Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies. Social Science Press. Australia. Meltzer, E.D. 2005. Relation Between Students’ Problem-Solving Performance

and Representational Format. American Journal of Physics. 73, (5), 463. Munandar, S. C. U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka

Cipta. Jakarta.

Mutoharoh, S. 2011. Pengaruh Model Guided Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi.

Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI. Bandung.

Petrucci, R. H., a.b. Suminar. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern (Edisi Keempat – Jilid 2). Erlangga. Jakarta.

Priyatni, E.P. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Rokhim. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing pada Pembelajaran

Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physics Educstion Journal: 2.

Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Septiany, D. 2014. Penggunaan Model Discovery Learning Pada Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Jakarta.

(56)

Tim Penyusun. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP. Jakarta.

Tim Penyusun. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III : Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung.

Tim Penyusun. 2013. Diklat Guru. Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

______. 2013. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

______. 2013. Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemdikbud. Jakarta. ______. 2013. Model discovery learning. Kemendikbud. Jakarta. ______. 2013. Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemendikbud. Jakarta. ______. 2013. Rasional Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta. ______. 2013. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD). Kemendikbud. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Bandung.

Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. Rineka Karya. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Analisis Konsep Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit
Tabel 1 (lanjutan)
Tabel 2.  Desain penelitian
Gambar 1.  Prosedur pelaksanaan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penyerahan mahasiswa PPL UNY untuk keperluan observasi dilakukan pada bulan Agustus 2015. Observasi lapangan merupakan kegiatan pengamatan terhadap karakteristik

Beraneka ragam ikan, kepiting (ketam) dan ran- jungan. Jenis rumput-rumputan laut yang dapat dimanfaatkan untuk kosmetik maupun obat- obatan. Di samping potensi lahan

Dari hasil kajian ini, diketahui bahwa infeksi parasit dan virus yang disertai dengan menurunnya kualitas lingkungan akibat kegiatan pertambangan telah menyebar di seluruh

Ketika berbicara tentang masa transisi di Indonesia, hal awal yang terbersit dalam pikiran kita adalah masa di mana negara ini mengalami perubahan yang dulu dipercaya

Sedangkan filsafat pendidikan Islam merupakan suatau kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an

Data hasil pembacaan oleh sensor ketinggian air ditampilkan kontrol panel sistem pemantau, lalu data tersebut dikirim ke web server dengan interval pengiriman 5

Didalam penelitian ini ditemukan beberapa kendala. Kendala tersebut adalah sebagai berikut. Data yang diperoleh dari Perusahaan BRT transmusi adalah data operasional bus

Namun untuk fungsi bisnisnya (manajemen sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, dan operasional) PT. Maju Bersama Prima memiliki fungsi bisnis yang masih belum jelas