ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DLAM MENINGKTKAN PENGUASAAN KONSEP
HUKUM-HUKUM DASAR KIMI SISWA
Oleh
EKA YUNITA ZULIANA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hukum-hukum dasar kimia dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non-Equivalent (Pretes-Posttes) Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA N 1 Kotaagung, kelas X IPA4 sebagai eksperimen dan kelas XI IPA3 sebagai kontrolpengambilan sampel
dengan cara purposive sampling. Efektivitas model pembelajaran inkuiri
terbimbing diukur berdasarkan perbedaan n-Gain penguasan konsep siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata n-Gain penguasaan konsep untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 0,62 dan 0,37. Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t, didapat kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kutdalom Tanggamus pada tanggal 28 Juni 1988, sebagai anak pertama dari lima bersaudara, Dari pasangan Bapak M. Suja’i S. Pd dan Ibu Rusmaini.
Mengawali pendidikan formal di SDN 1 Tebabunuk kecamatan Kotaagung Barat yang diselesaikan tahun 2000, Sekolah Lanjutan Yingkat Pertama (SLTA) di SMP Negeri 1Kotaagung pada tahun 2003, dan sekolah menengah atas (SMA) di SMA Muhamaddiyah 1 Gisting Tanggamus pada tahun 2006.
Persembahan
Bismillahi rohmaani rohim………..
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada:
Bapak dan Ibu tersayang yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan, dan tak kenal lelah dalam mewujudkan mimpiku. Mudah-mudahan kelak aku dapat membahagiakankalian.
“Ya Allah Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya atas didikan
mereka padaku Dan pahala yang besar atas kesayangan yang mereka
limpahkan padaku Peliharalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku....”
Adik-adikku tercinta; Iwan, Ipan, Izul dan Nisa yang menanti
keberhasilan saya. Saya akan terus berusaha menjadi kakak yang
terbaik untuk kalian.
MOTO
Pada saat anda meraih bintang, anda mungkin tidak berhasil
mendapat satupun, tetapi anda tidak akan pulang
dengan tangan hampa, karena tidak ada
kata terlambat selagi mau berdo
’
a
dan berusaha
(Eka Y)
Allah memberikan kelebihan disetiap kekurangan, memberikan
kekuatan disetiap kelemahan, memberikan senyuman
dibalik kesedihan, memberikan harapan dibalik
keputus-asaan, akan tetapi sehebat
`
SANWACANA
Bismillahirrahmaanirrahiim…
Puji syukur khadiran Allah SWT, karena ats rahmat dan karunian Nya dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Hukum Hukum Dasar Kimia Siswa”. sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.
Pada kesempatan ini disampaikan terima ksih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, dan selaku
Pembimbing I atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Tasviri Effkar, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia dan Staf Administrasi PMIPA Unila. 8. Bapak Drs.M. Yunus selaku Kepala SMA Negeri 1 Kotaagung atas izin yang
diberikan untuk melaksanakan penelitian.dan Ibu Yulizar, S.Pd. selaku guru mitra atas kerja sama, masukan, dan bimbingannya
9. Keluargaku, Terutama Bapak dan Ibu serta adek- adek dan cinta sejati aku yang selalu mendo’akan disetiap waktu tanpa lelah dan memperjuangkan segalanya untuk keberhasilanku.
10. Teman seperjuangan menyusun skripsi: Desia, Elia, Komang`, Reli, Rosma, Pipit, Yogi, Andri K, dan Putri atas dukunganya, saran serta motivasi yang selalu dberikan . Sahabatku di pendidikan Kimia angkatan 2006 : Ria M, Yogi, Eri, Wasito, Ety, Desi, Uni, Titis, Ulif, Riska, Miswanti, Frissil, Lita, Se2, Nurul, Oca, Liza, Eka romni, Bayu, Eko, Arif, Mona, Hanik, Ria Jiyuk, Ira. Sahabatku : Ria, Paulus, Rika, Lina, Diana, Linda, Santi, Ema, Rapa dan Sintia atas
dukungan dan bantuan yang selalu diberikan. Sahabat hidup, yang selalu bersabar menunggu dan menguatkanku untuk menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah−Nya, dan skripsi ini berman-faat bagi kita semua, Aamin.
Bandar Lampung, 14 Januari 2015 Penulis,
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Efektivitas Pembelajaran ... 7
B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7
C. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 10
D. Penguasaan Konsep ... 14
E. Kerangka Pemikiran... 15
F. Anggapan Dasar ... 17
G. Hiipotesis ... 17
III. METODE PENELITIAN ... A. Populasi dan Sampel ... 18
C. Metode dan Desain Penelitian ... 19
D. Variabel Penelitian ... 20
E. Instrumen Penelitian ... 20
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 21
G. Analisis Data ... 23
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 28
B. Pembahasan ... 33
V. SIMPULAN DAN SARAN ... A. Simpulan ... 45
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... A. Silabus Eksperimen ... 49
B. RPP Eksperimen ... 54
C. LKS ... 83
D. Soal Postes ... 107
E. Rubrik Penilaian Soal Postes ... 116
F. Kisi-Kisi Soal Postes...117
G. Perhitungan Dan Analisis Data...119
H. Lembar Aktivitas Siswa ... 133
I. Lembar Observasi Guru ... 142
v DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahap pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 13
2. Desain penelitian ... 19
3. Rancangan kegiatan kedua kelas... 23
4. Data normalitas n-Gain penguasaan konsep ………... ... 31
5. Data homogenitas n-Gain penguasaan konsep ... 32
6. Data uji perbedaan dua rata-rata penguasaan konsep ... 32
7. Data n-Gain penguasaan konsep kelas eksperimen ... 119
8. Data n-Gain penguasaan konsep kelas kontrol ... 120
9. Daftar distribusi frekuensi penguasaan konsep kelas eksperimen...123
10. Uji normalitas penguasaan konsep siswa kelas eksperimen...124
11. Daftar distribusi frekuensi penguasaan konsep kelas kontrol...126
vi DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1111
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia
mempunyai karakteristik IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan penergetika zat. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah) dan kimia sebagai sikap. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memper hatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (BSNP, 2006)
2
siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Mereka tidak dapat menjadi seorang pelajar mandiri yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dengan
pengetahuan yang dimilikinya (BSNP, 2006).
Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja; tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukanya konsep, hukum, dan teori tersebut; sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya
menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut (BSNP, 2006).
Penguasaan konsep materi sangat mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Pendapat ini didukung oleh (Djamarah dan Zain, 2006) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktivitas belajar
Hukum-Hukum Dasar kimia adalah salah satu materi pada pembelajaran kimia SMA kelas X semester 2. Kompetensi dasar pada materi tersebut adalah Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan
3
hukum kekekalan massa, (2) menjelaskan hukum perbandingan tetap, (3)
menjelaskan hukum perbandingan, (4) menjelaskan hukum perbandingan volum.
Karakteristik konsep hukum-hukum dasar kimia adalah suatu pembelajaran yang bersifat konkrit sampai yang bersifat abstrak, pembelajaran hukum-hukum dasar kimia yang bersifat konkrit dapat dilakukan dengan pembelajaran melalui metode eksperimen atau praktikum, sedangkan yang bersifat abstrak dapat dilakukan dengan cara pengamatan terhadap data-data hasil percobaan. Hal ini bertujuan agar siswa dapat membangun pengetahuannya lebih mendalam (bukan sekedar hafalan). Sehingga mampu menguasai konsepsendiri setelah pembeljaran berlangsung.
Hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas X IPA di SMA Negeri 1 Kotaagung bahwa materi hukum-hukum dasar kimia masih disampaikan dengan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, latihan atau diberi tugas sehingga siswa kurang termotivasi untuk lebih aktif dan tidak memiliki kemampuan untuk menggali serta mencari informasi secara mandiri. Selain itu, dalam pembelajaran kimia siswa kurang berinteraksi untuk saling berbagi gagasan sehingga dalam meningkatkan pengusaan konsep sangat kurang. Hal ini di perkuat bahwa dalam pembelajaran kimia siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi, mengerjakan soal latian
4
Dalam melatih meningkatkan penguasaan konsep siswa, diperlukan model pembelajaran yang bersifat konstruktivisme, yakni pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat memacu dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini terdiri dari lima langkah pembelajaran yang meliputi : (1) mengajukan pertanyaan atau permasalahan; (2) membuat hipotesis; (3) mengumpulkan data; (4) menganalisis data, dan (5) membuat kesimpulan. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah untuk diselesaikan oleh siswa.
Pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada
diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah, 1998).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Katamso (2010) pada materi Hukum-hukum Dasar Kimia kelas X3 SMA Persada Bandarlampung, menunjukkan bahwa
5
Dengan latar belakang dan uraian di atas, dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Penguasaan
Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasan konsep siswa pada materi Hukum-hukum Dasar Kimia.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi Hukum-hukum Dasar Kimia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Siswa
Memberi pengalaman baru bagi siswa dalam pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia dan meningkatkan penguasaan konsep siswa melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Guru
6
3. Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Materi kimia dalam penelitian ini adalah materi hukum-hukum dasar kimia meliputi Hukum Kekekalan Lavoiser, Hukum Proust, Hukum Dalton, Hukum Gay Lussac dan Hipotesis Avogadro.
2. Efektivitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria
keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada Wicaksono (2008), yaitu Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan penguasaan konsep kima siswa apabila secara statistik penguasaan konsep kimia siswa
menunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dengan cara membimbing siswa dalam menemukan konsep kimia dengan langkah-langkah mengajukan permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
Menurut Wicaksono (2008), kriteria keefektifan dalam suatu penelitian mengacu pada :
a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai ≥ 65 dalam peningkatan hasil belajar.
b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).
c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
B. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Von Glaserfeld (Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu, 2001) menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
8
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman-nya Trianto (Atika, 2011).
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997) yaitu: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif,
2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar,
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan
6. Guru adalah fasilitator
Menurut Von Glaserfeld (Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari
pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya. 3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.
Pembelajaran yang baik adalah yang menekankan pada ketiga ranah; yang
9
dan estetika. Hal senada diungkapkan oleh (Dimyati dan Mujiono, 2002), bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut kaum kontruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkontruksi arti, wacana, dialog, dan pengalaman fisik. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang dimiliki siswa sehingga
pengetahuannya berkembang. Proses belajar tersebut mempunyai ciri-ciri belajar membentuk makna, belajar merupakan pengembangan pemikiran, belajar dalam mengontruksi arti merupakan proses yang terus menerus (Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu, 2001).
Demikian juga menurut Suparno (1997), bahwa pengetahuan merupakan proses kontruksi yang terus-menerus, dan belajar adalah proses organik untuk
menemukan sesuatu di mana pelajar membangun sendiri pengetahuannya dan guru membantu sebagai mediator.
10
C. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Sund (Trianto, 2010) menyatakan bahwa inquiry merupakan perluasan proses
discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris
inquiry, berarti pertanyaan ataupemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukanmanusia untuk mencari atau memahami informasi.
Menurut Sanjaya (2007), strategi pembelajaran inkuiri akan efektif, jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian, dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebgai tujuan utama
pembelajaran, tetapi yang lebih diutamakan adalah proses belajar. 2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Jika jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
5. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Menurut Sanjaya (2007), kelemahan pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu : 1. Jika pembelajaran inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran maka
akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Pada pembelajaran inkuiri ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru
11
Sund dan Trowbridge (Dewi, 2010) mengungkapan beberapa macam model inkuiri yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu :
1. Guided Inquiry
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak
merumuskan masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai
intelejensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan dan siswa mempunyai intelejensi tinggi tidak memonopoli kegiatan.
2. Modified Inquiry
Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Selain itu , guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah.
3. Free Inquiry
12
4. Inquiry Role Approach
Model pembelajaran inkuiri pendekatan peranan ini melibatkan siswa dala tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat orang untuk memceahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggota memegang peranan yang berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.
5. Invitation Into Inquiry
Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara yang lain ditempuh para ilmuwan.
Madel pembelajrn yang digunakan pada materi Hukum-Hukum Dasar Kimia adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Martin dan Hansen Dewi, (2010) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) memberikan kesempatan pada siswa dalam merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil keputusan secara mandiri, sedangkan guru bertugas dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, artinya bahwa guru berperan sebagai pemimbing dan fasilitator.
13
Tabel 1. Tahap pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengajukan pada siswa untuk curah
pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprio-ritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan pada tiap siswa untuk menyampaikan hasil peng-olahan data yang terkumpul
Siswa mengumpulkan dan
Menurut Roestiyah (2008), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
14
Kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:
1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan.
Kelemahan inquiry dapat diatasi dengan cara:
1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal
2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi
3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.
D. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil
berpikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat
ditingkatkan lebih maksimal (Djamarah dan Zain, 2006).
Penguasaan konsep biasanya dinilai dengan mengacu pada Taksonomi Bloom. Menurut Rustaman (2005), untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah lebih ditekankan pada pengetahuan kognitif yaitu pengetahuan atau ingatan,
15
menjadi dua dimensi : (1) dimensi proses kognitif; (2) dimensi pengetahuan (Anderson, 2001).
Dimensi kognitif meliputi mengingat (C1), mengerti (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Sedangkan dimensi pengetahuan meliputi pengetahuan faktual, prosedural, dan metakognitif. Jenjang taksonomi ini merupakam hasil revisi dari taksonomi Bloom lama
(Anderson, 2001).
Penguasaan konsep yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada kaitannya dengan konsep yang dimiliki. Dalam penguasaan konsep siswa tidak terbatas hanya mengenal, tetapi siswa harus dapat menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan diuji apakah pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia. Pada kelas eksperimen akan diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dan untuk kelas kontrol akan diterapkan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel bebasnya menggunakan model pembelajaran inkuiri Terbimbingdan
16
Pada tahap mengajukan permasalahan, guru menghadapkan siswa dengan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Tahap kedua, untuk memecahkan masalah tersebut, siswa mencari informasi dan merumuskan hipotesis dari permasalahan yang diberikan.
Kemudian tahap ketiga, guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau telaah literatur dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS, bila siswa tidak mengerti dapat bertanya langsung pada guru. Tahap selanjutnya, siswa menganalisis data dari hasil percobaan secara terbimbing. Tahap terakhir, yaitu membuat kesimpulan, guru membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah diperoleh.
Masing-masing kelas diberi pretest yang sama dari materi yang akan mereka terima, yaitu materi hukum-hukum dasar kimia. Soal pretest yang diberikan disusun untuk mengungkap pengetahuan siswa sebelum siswa menerima pembelajaran.
17
F. Anggapan Dasar
1. Anggapan dasar dari penilitian ini yaitu Siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Kotaagung tahun pelajaran 2013-2014 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam penguasaan konsep kimia. 2. Siswa memperoleh materi pembelajaran kimia dari guru yang sama dan
jangka waktu pembelajaran yang sama.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penelitian diabaikan.
4. Perbedaan nilai rata-rata n-gain penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran
G. Hipotesis
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Kotaagung Tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 121 siswa dan tersebar dalam empat kelas. Dalam penelitian ini diambil sebagian dari populasi yang akan di jadikan sampel yaitu dua kelas dari empat kelas yang ada. Kelas X IPA4 sebagai
kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing sedangkan kelas X IPA3 sebagai kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Oleh
karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat penguasaan konsep dan kemampuan kognitif yang sama, peneliti memilih teknik purposive sampling
dalam pengambilan sampel. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yaitu ingin
mendapatkan sampel dengan kemampuan akademik relatif sama
Dalam pelaksana anya, peneliti meminta bantuan guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk mempertimbangkan kelas yang akan dijadikan sampel dan peneliti menentukan kelas X IPA4 kelas
19
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kuantitatif. Data kuantitatif berupa data hasil tes sebelum pembelajaran (pretes), hasil tes setelah pembelajaran (postes), data aktivitas siswa dan data kinerja guru. Adapun sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non Equivalent (Pretest-Posttest) Control Group Design (Creswell, 1997) yang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Desain penelitian.
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
Keterangan:
X : Perlakuan pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran inkuiri
terbimbing
(-) : Perlakuan pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran konvensional O1: Pretesyang diberikan sebelum perlakuan
20
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat atau fasilitas yang dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Arikunto, 2006). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pretes dan postes yang berupa soal penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda, instrumen penelitian yang berbasis model inkuiri terbimbing yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS),
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, serta lembar penilaian aktivitas siswa dan lembar penilaian kinerja guru siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia. Dalam pelaksanaannya, kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soal pretes adalah materi pokok hukum-hukum dasar kimia yang terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda untuk mengukur penguasaan konsep.
21
konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.
Instrumen ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat ke sesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang
bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka perlu meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian untuk menilainya
F Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu:
1. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, yaitu di SMA Negeri 1 Kotaagung.
2. Menentukan populasi dan sampel, yaitu kelas X IPA SMA Negeri 1 Kotaagung .
22
4. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas kontrol.
5. Soal pretesdan postes yang digunakan telah divalidasi. 6. Pelaksanaan pretesdi kedua kelas
7. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas eksperimen menggunakan model inkuiri terbimbing dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
8. Pelaksanaan postes di kedua kelas.
9. Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian. 10.Penarikan kesimpulan.
Adapun langkah-langkah penelitian yaitu
`
Gambar 1. Alur penelitia
Menentukan Populasi dan Sampel
23
1. Perhitungan Nilai Siswa
Nilai pretes dan postes untuk penguasaan konsep kimia siswa dirumuskan sebagai berikut:
∑ (1)
Setelah data nilai diperoleh kemudian ditentukan n-Gain masing-masing siswa selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.
2. Perhitungan Gain Ternormalisasi
Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Menurut Meltzer, besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (n-Gain), yaitu :
(2)
Tabel 3. Kriteria interpertasi n-gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu :
Besarnya g Interpretasi. g > 0.7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang g ≤ 0,3 Rendah
NilaiMaksimum-NilaiPretes
Pretes Nilai -Postes Nilai24
G. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan uji perbedaan dua rata-rata ada uji prasyarat yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
a. Uji normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat berikut (Sudjana, 2005):
∑ (3)
dengan kriteria uji: terima H0 jika2hitung 2tabel dengan taraf nyata 5%
Keterangan:
Oi : frekuensi pengamatan
25
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dua varians digunakan unuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.
H0 = data penelitian mempunyai varians yang homogen.
H1 = data penelitian mempunyai varians yang tidak homogen.
1. Rumusan hipotesis
H0 : σ12= σ22 Sampel memiliki varians yang homogen.
H1 : σ12≠ σ22 Sampel memiliki varians yang tidak homogen
Keterangan :
= varians nilai kelompok 1 = varians nilai kelompok 2
2. Rumus statistik yang digunakan adalah uji-F :
.
(4) Keterangan :
F = Kesamaan dua varians
= varians terbesar
26
∑ ̅
(5)
dengan:
S = simpangan baku x = n-Gain siswa ̅ = rata-rata n-Gain
n = jumlah siswa
3. Kriteria Uji
Tolak H0 jika atau dengan didapat dari
distribusi F dengan peluang , derajat kebebasan dan . Taraf nyata 5%.
c. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Uji yang digunakan adalah uji t yang dipengaruhi oleh hasil uji kesamaan dua varians Dan untuk menentukan apakah model inkuiri terbimbing berlaku untuk populasi
Rumus hipotesis untuk uji ini adalah
H0: μ1y ≤ μ 2y : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada materi Hukum-Hukum
Dasar Kimia di kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain penguasaan konsep di kelas kontrol.
H1: μ1y >μ 2y : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada materi Hukum-Hukum
27
Keterangan :
µ1 = rata-rata n-Gain (y) kelas eksperimen
µ2 = rata-rata n-Gain (y) kelas kontrol
y = penguasaan konsep
Karena data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen 2 2 2
1
, maka
pengujian statistik yang digunakan ialah uji-t (Sudjana, 2002).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia di SMA Negeri 1 Kotaagung.
2. Pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotaagung.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa, sangat penting untuk mempersiapkan observer yang akan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru. Data observasi ini bermanfaat untuk menunjukkan
46
2. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ferry, J. H. 2011. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan
Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Hukum-hukum Dasar Kimia. (Skripsi). FKIP Unila Bandarlampung. Tidak Diterbitkan.
Hamalik, O. 2011. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Ibrahim, M. 2007. Pembelajaran Inkuiri. http://org/index.php?option=com_frontpage&
itemid-28. Tanggal Akses : 7 Desember 2013.
Islami, K. N. 2013. Efektifitas model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Penguasan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia dan Stoikiometri. (Skripsi).FKIP Unila Bandarlampung.Tidak Diterbitkan
.
Panen, P.D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.
Roestiyah, N. K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana Perdana Media Group.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Prenada
Victorya, T.T. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Hukum-hukum Dasar Kimia Siswa (Pra Eksperimen Pada Kelas X SMA Muhammadiyah I Way Jepara). (Skripsi).
Lampung. FKIP Unila.
Wicaksono, A. 2008. Efektitivitas Pembelajaran. [Online]. Tersedia di :