ABSTRACT
EVALUATION PERFORMANCE OF TEACHER AFTER THE CERTIFICATION PROGRAM IN HIGH SCHOOL VOCATIONAL LAND
METRO CITY
By
CINDY CELIA RAKASIWI
The research aims to evaluate the teachers performance and known the results performance of teachers after the certification program in high school vocational land Metro City. The result of this research can be considered for schools and related department in improving performance of teachers.
The method of this research is descriptive research with quantitative approach. This research population is all certification teacher SMK 1, 2, and 3 with a total sample is 61 teachers with random sampling technique. Data Analysis which used is descriptive statistical analysis. Based on the result done can be conclude variable performance evaluation of teachers get the result a good enough of 3,32% in terms of fourth assessment dimensions competence.
ABSTRAK
EVALUASI KINERJA GURU PASCA PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KOTA METRO
Oleh
CINDY CELIA RAKASIWI
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja guru dan mengetahui hasil kinerja guru pasca program sertifikasi guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah dan dinas terkait dalam meningkatkan kinerja guru.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini yaitu seluruh guru sertifikasi SMK Negeri 1, 2, dan 3 dengan jumlah sampel sebesar 61 guru dengan teknik random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel penilaian kinerja mendapatkan hasil yang cukup baik yaitu sebesar 3,32% yang ditinjau dari keempat dimensi penilaian kinerja guru.
EVALUASI KINERJA GURU PASCA PROGRAM
SERTIFIKASI GURU DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
NEGERI KOTA METRO
Oleh
Cindy Celia Rakasiwi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Evaluasi Kinerja Guru Pasca Program Sertifikasi Guru di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro
(Skripsi)
Oleh
CINDY CELIA RAKASIWI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
iv
DAFTAR GAMBAR
i
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 9
3. Standar Kompetensi Guru ... 10
4. Konsep Evaluasi/Penilaian Kinerja Guru ... 12
5. Tujuan Penilaian Kinerja Guru ... 14
6. Indikator Penilaian Kinerja Guru ... 15
B. SERTIFIKASI GURU ... 16
1. Hakikat Sertifikasi Guru ... 16
2. Sistem Pelaksanaan Sertifiksi Guru ... 21
3. Beban Kerja Guru Tersertifikasi ... 23
4. Landasan Hukum Sertifikasi Guru ... 24
5. Prinsip Sertifikasi Guru ... 24
6. Tujuan Sertifikasi Guru ... 26
7. Manfaat Sertifikasi Guru ... 27
8. Indikator Sertifikasi Guru ... 27
C. Hubungan Sertifikasi Guru dengan Kinerja Guru ... 28
D. Kerangka Pikir ... 29
E. Hipotesis ... 31
III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 32
B. Definisi Konseptual ... 33
C. Definisi Operasional ... 33
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35
E. Jenis dan Sumber Data ... 38
ii
G. Skala Pengukuran Variabel ... 40
H. Teknik Pengolahan Data ... 40
I. Uji Intrumen Penelitian ... 42
J. Teknik Analisis Data ... 44
K. Regresi Linier Sederhana ... 47
L. Uji Hipotesis ... 49
2. Karakteristik Responden ... 62
3. Hasil Analisis Data ... 65
4. Hasil Regresi Linear Sederhana ... 102
5. Hasil Uji Hipotesis ... 104
B. Pembahasan ... 105
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 112
B. Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Operasional Variabel... 34
Tabel 2. Jumlah Guru Bersertifikasi Tahun 2014 ... 36
Tabel 3. Jumlah Sampel Guru Bersertifikasi SMK N Metro tahun 2014 ... 38
Tabel 4. Skor jawaban responden ... 40
Tabel 5. Klasifikasi Nilai Kategorisasi Rata-Rata ... 47
Tabel 6. Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 48
Tabel 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sertifikasi Guru ... 60
Tabel 8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kinerja Guru ... 61
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Jam Mengajar/Minggu 62
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 62
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 63
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 64
Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempuh Mengajar ... 64
Tabel 14. Deskriptif Varabel Sertifiksi Guru ... 65
Tabel 15. Deskriptif Dimensi Penilaian Kompetensi Pedagogis ... 71
Tabel 16. Deskriptif Dimensi Penilaian Kompetensi Profesional ... 74
Tabel 17. Deskriptif Dimensi Penilaian Kompetensi Kepribadian ... 78
Tabel 18. Deskriptif Dimensi Penilaian Kompetensi Sosial ... 81
Tabel 19. Tanggapan Responden Tentang Objektif, Transparan, Kredibel, dan Akuntabel ... 85
Tabel 20. Tanggapan Responden Tentang Berorientasi Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional ... 87
Tabel 21. Tanggapan Responden Tentang Taat Azaz ... 88
Tabel 22. Tanggapan Responden Tentang Terencana dan Sistematis ... 89
Tabel 23. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Kompetensi Pedagogis .... 90
Tabel 24. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Kompetensi Profesional... 94
Tabel 25. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Kompetensi Kepribadian . 97 Tabel 26. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Kompetensi Sosial ... 100
Tabel 27. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ... 103
Tabel 28. Hasil Uji R ... 103
MOTO
Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh
keikhlasan, istiqomah dalam menghadapi cobaan, yakin,
ikhlas, istiqomah (Tgkh. M. Zainuddin Abdul Majid)
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula
lihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar anda
dengan penuh kesadaran (James Thurber)
Jangan takut akan gelap, karena setiap tetes hujan yang jatuh
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dengan ini saya persembahkan karya tulis ini kepada:
Bapak dan Ibu tersayang
Widi Widodo & Susiyanti,
adikku Muhammad Mufid KH. Ramadhan.
Keluarga Besarku yang selalu memberikan doa dan
dukungan demi keberhasilan dan kesuksesanku.
Sahabat yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan
doanya.
Seluruh guru dan dosen yang telah berjasa dalam
membimbing, mengajari, mengarahkan, dan membagi
ilmunya demi keberhasilanku.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mulyojati, Metro Barat pada tanggal 4 Juli 1993,
sebagai putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Widi
Widodo dan Ibu Susiyanti. Latar belakang pendidikan yang telah
dijalankan yaitu penulis menyelesaikan Pendidikan Formal dari
Taman Kanak-Kanak PKK Metro Barat pada tahun 1997-1999.
Sekolah dasar di SD Negeri 3 Metro Barat pada tahun 1999-2005.
Kemudian pada tahun 2005-2008, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Kota
Metro, dan pada tahun 2008-2011, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas
di SMA Negeri 2 Metro. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui
jalur SNMPTN Undangan. Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
SANWACANA
Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam penulis ucapkan
kepada Nabi Besar Muhamad S.A.W, sang motivator bagi penulis untuk selalu
ikhlas dan bertanggung jawab dalam melakukan segala hal. Atas segala kehendak
dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul : “Evaluasi Kinerja Guru Pasca Program Sertifikasi Guru di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Lampung.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada
pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
antara lain :
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara
3. Bapak Dr. Novita Tresiana, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing utama.
Terimakasih bu, yang selalu sabar dalam membimbing atas penyelesaian
skripsi ini. Terimakasih juga atas saran, masukan, motivasi dan
bimbingannya yang telah banyak membantu. Semoga ibu selalu diberi
kesehatan, kebaikan, dan kebahagiaan. Amin
4. Bapak Nana Mulyana, S.I.P, M.Si. selaku dosen pembahas. Terima kasih
bapak atas arahan, saran, masukan, waktu, kesabaran yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos, M.Si selaku dosen Pembimbing
Akademik. Terimakasih Ibu atas saran dan masukannya yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancaran
adminstrasi skripsi ini
7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu
yang sangat bermanfaat untuk penulis, semoga dapat menjadi bekal yang
berharga dalam kehidupan penulis ke depannya.
8. Pihak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro yang telah
memberikan izin melakukan penelitian, memberikan informasi, masukan
dan kerjasama sehingga skripsi ini dapat diselesaikan..
9. Bapak dan Ibu Tersayang yang tak pernah henti mendoakanku disetiap
sholat dan sujudnya. Terima kasih pak, telah mendidik dan memberikan
yang selalu dipanjatkan untuk masa depan dan kesuksesan anak-anaknya.
Terimakasih buat Ibu paling hebat di dunia, yang senantiasa berdoa bagi
kebahagian dan kesuksesan anak-anaknya, mengingatkan untuk solat dan
selalu berupaya memberikan keyakinan bagi anak-anaknya bahwa kami
bisa melakukan sesuatu yang terbaik. Ibuku penyemangatku, inspirasiku,
dan motivasiku.
10.Untuk seluruh keluarga besarku, pakwo, makwo, si mbok, bude, pakde,
bukle’, om, adik-adik sepupuku, keponak-keponakan ku terimakasih untuk
semangatnya. Terimakasih untuk adik tersayangku Muhammad Mufid
Khoirul Ramadan. Adik penyemangatku, inspirasiku, pendorong agar
kakak menjadi lebih baik dan dewasa lagi.
11.Sahabat-sahabatku Novilia, Lily, Hesti, Alisa, Seza, Astri, Iid, Tiwi,
Farrah Shibal, Raras, Pikechu, Okta, Cristy, Ria, Bulan, Iis, Destriana,
Jenny, Juzna, Mut Mulyani, Tika, terima kasih selalu menemani,
membantu, memberikan semangat dan dukungan, serta doanya selama
penyusunan skripsi ini. Semangat untuk kita, sukses bersama. Cayooo!!
12.Para pembahas mahasiswa dan moderatorku dari proposal sampai hasil,
terimakasih udah nyempetin waktunya.
13.Semua angkatan ANE 011 Esa, Amel, Ayu, Fatma, Yori, Rinanda, Rendy,
Ciko, Ade, Deo, Ibnu, Riza, Silvia, Octa, Eka, Novi Nurkholis, Toto, Faiz,
Leni, Watik, Ririn, Ninda, Wulan, Nisa, Rio, Iksan, Widi, David, Devin,
Menceng, Frendy, Fredy, Kiyo, Leli, Juzna, Mut, Fitri, Manda, Popo,
panggo, Rosyid, Rano, Andi, Wahyu, Sigit, Ahmed, Akbar, makasih atas
14.Sahabat-sahabat terbaikku Citra Cinta, Nurul, Bella, Sella, terimakasih
untuk semangat, doa, dan keceriaannya.
15.Teman-Teman Kost’an: Lia, Yoppy, Mba Fiema. terimakasih untuk semua
dukungan dan doanya.
16.Keluarga Besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama
saya belajar di Universitas Lampung, dan Almamater kebanggaanku.
17.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas bantuannya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung, 06 Oktober 2015
Penulis
1
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Sesuai dengan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
(Sisdiknas, Pasal 3), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta betanggung jawab. Untuk mewujudkan
tujuan nasional tersebut, pendidikan harus mampu menghasilkan SDM (Sumber
Daya Manusia) yang berkualitas dan profesional. Dalam hal ini, kualitas
pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan sistematik terhadap seluruh
komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran
guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang
memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan
pemerintah, baik di pusat maupun di daerah.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses
2
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh kinerja guru yang profesional
dan bermutu (berkualitas). Djojonegoro dalam Sudarwan (2002: 39)
mengemukakan bahwa, “guru yang bermutu dalam tingkatan teori merupakan
mereka yang memiliki kemampuan profesional sebagai pendidik, dengan empat
faktor utama yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, waktu yang
dicurahkan untuk kegiatan profesional, dan kesesuaian antara keahlian dengan
pekerjaan”.
Kota Metro memiliki visi sebagai Kota Pendidikan yang unggul dan
masyarakatnya sejahtera serta didukung pula oleh misinya yaitu membangun
sumber daya manusia yang bertaqwa, berkualitas, profesional, unggul, berdaya
saing, dan berakhlak mulia. Untuk menunjang visi Kota Metro tersebut tidak
terlepas dari pentingnya peran guru sehingga perlu upaya untuk meningkatkan
mutu (kualitas) guru di mana guru harus bisa menjadi pendidik yang profesional,
selalu mengikuti perkembangan dan mampu mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya untuk disampaikan ke peserta didik selain mengajar sesuai dengan
kurikulum, agar peserta didik dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas.
Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu
guru dan kinerja guru adalah melaksanakan sertifikasi guru sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
undang-3
undang tersebut telah memberikan penjabaran tentang kualifikasi dan kompetensi
guru secara umum, bahwa guru minimal berkualifikasi sarjana (S1) atau diploma
(D4), dan setiap guru secara ideal harus memiliki kompetensi dan sertifikasi
profesi. Namun program ini juga tidak akan mencapai tujuannya jika para guru
itu sendiri kurang memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan perubahan.
Amtu (2013:263) beranggapan bahwa setiap kebijakan yang diambil selalu
memberikan dampak bagi masyarakat khususnya bagi mereka yang menjadi
sasaran kebijakan itu dalam kurun waktu tertentu. Dengan diberlakukannya
sertifikasi bagi kalangan pendidik khususnya guru, maka keinginan dan harapan
untuk meningkatkan mutu pendidikan dipastikan akan semakin membaik. Bagi
tenaga pendidik yang telah disertifikasi, maka tuntutan untuk mengembangkan
profesionalisasi adalah suatu keharusan, karena pengakuan yang diberikan disertai
dengan penghargaan dan tunjangan kesejahteraan yang juga semakin meningkat.
Antara hak dan kewajiban seorang guru terletak tanggung jawab yang besar untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional yang bermutu dan bermartabat. Oleh karena
itu, banyak pihak menaruh harapan besar terhadap guru dalam meningkatkan
kualitas pendidikan.
Akan tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan sertifikasi guru belum menunjukkan
hasil yang maksimal. Menurut Politisi PKS (Partai Keadilan Sosial) Nasriyanto
Effendi selaku Komisi III DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kota Metro,
kinerja guru sertifikasi dinilai belum memiliki tanggung jawab lebih dibanding
guru lainnya yang tidak bersertifikasi karena belum terlihat adanya peningkatan
4
“Semestinya semakin banyak guru yang bersertifikasi berkorelasi dengan
peningkatan prestasi siswa”. Namun ternyata masih belum terlihat perubahan
yang tampak, sementara di Kota Metro guru yang bersertifikasi jumlahnya terus
bertambah. (Sumber: http://lampost.co/berita.komisi.ii.dprd.metro.html, diakses
pada tanggal 10 Februari 2014, pukul 15.32 WIB).
Berkaitan dengan hal tersebut, Nasriyanto juga mengungkapkan bahwa sekolah
negeri yang dibiayai oleh pemerintah dengan anggaran yang cukup besar, dengan
tenaga guru yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan bersertifikasi belum
mempunyai hasil maksimal, bahkan cenderung kalah semangat dan hasilnya
secara kualitas masih di bawah swasta, padahal sekolah swasta di Kota Metro
hampir semua serba minim baik anggaran maupun infrastrukturnya. (Sumber:
http://detiklampung.com/berita-di-kotametro-swasta-lebih-berkualitas-ketimbang-negeri.html, diakses pada 10 Februari 2015, pukul 15.30 WIB).
Berdasarkan observasi awal peneliti pada tanggal 1 April 2015 dengan Ibu
Gusnety selaku guru adaptif SMK Negeri 1 dan informasi dari Bapak Sutarman
selaku kepala sekolah SMK Negeri 2 Metro menyebutkan bahwa banyak guru
yang kurang termotivasi serta kesadaran dan kesediaan guru untuk melaksanakan
tanggung jawabnya masih rendah. Seorang guru hanya menganggap pekerjaan
sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan sehari-hari bukan untuk prioritas
kemajuan pendidikan, seperti ada yang tidak tepat waktu saat masuk kantor,
menunda tugas mengajar di ruang kelas, terlalu menganggap enteng dengan
5
pada jam pelajaran tanpa keterangan yang sah, serta guru belum melakukan
evaluasi pembelajaran secara objektif dan berkelanjutan.
Berkaitan dengan kebijakan sertifikasi itu sendiri, menurut pengakuan informan
Ibu Agustina, S.Kom menyatakan bahwa adanya sertifikasi guru atau tunjangan
kesejahteraan guru tidak banyak menghasilkan dampak pada kinerja guru.
Manfaat sertifikasi guru hanya terletak pada penerimaan tunjangannya dan tidak
sedikit pula keluhan dari guru-guru dalam mendapatkan sertifikat pendidik
dengan memperoleh tunjangan kesejahteraan, di mana tunjangan yang diterima
tidak semata-mata dapat diperoleh dengan mudah dan tanpa hambatan. Karena
para guru harus disibukkan dengan berbagai persyaratan administrasi sertifikasi,
pemberkasan dan pelatihan sehingga meyebabkan jam belajar mengajar di kelas
terganggu. Dalam pemberian tunjangan juga tidak jarang diberikan secara tepat
waktu, tetapi pencairan dana tunjangan sertifikasi sering dibayarkan terlambat.
Sehingga membuat para guru menunggu dan merasa kecewa terkait seringnya
keterlamabtan pencairan tunjangan tersebut.
Dari berbagai pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya terkait kinerja guru,
pada awalnya kebijakan pemerintah dalam mengeluarkan program sertifikasi guru
diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja. Hal tersebut dipertegas oleh
Muslich (2007:8) yang menyatakan bahwa rasionalnya adalah apabila kompetensi
guru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, maka diharapkan kinerjanya
juga bagus. Apabila kinerjanya bagus maka KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
juga bagus, KBM yang bagus diharapkan dapat menghasilkan pendidikan yang
6
pemerintah sangat serius dalam memberikan apresiasi kepada para guru dengan
mengeluarkan kebijakan sertifikasi guru tersebut.
Namun, sertifikasi atau tunjangan professional yang mengalir sejak tahun 2007
dengan menggunakan dana APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Nasional) atau
APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) ini, dalam pelaksanaannya masih
ditemui berbagai bentuk permasalahan terkait kinerja guru pasca program
sertifikasi. Untuk itu, sangat diperlukan adanya evaluasi kinerja guru
bersertifikasi guna memperbaiki dan menyempurnakan kebijakan yang
diharapkan dapat membawa perubahan menuju ke arah yang diinginkan yaitu
perbaikan mutu pendidikan dan mutu kualitas guru. Evaluasi tersebut dipandang
penting untuk mengetahui sejauh mana hasil dan dampak kebijakan sertifikasi
guru terhadap kinerja guru.
Dengan meihat adanya masalah-masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Evaluasi Kinerja Guru Pasca Program
Sertifikasi Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka peneliti berusaha
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil Kinerja Guru Pasca Program Sertifikasi Guru di Sekolah
7
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam hal ini yang menjadi tujuan
penelitian adalah untuk:
1. Mendapatkan hasil penilaian kinerja guru pasca program sertifikasi guru di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro sebagai upaya peningkatan
kinerja guru dalam program tersebut.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian “Evaluasi Kinerja Guru Pasca Program Sertifikasi Guru
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro” yaitu:
1. Secara teoritisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
menambah wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi Ilmu
Administrasi Negara tentang evaluasi kinerja khususnya kinerja pegawai atau
guru mengenai kebijakan sertifikasi guru.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peneliti dan berguna sebagai acuan atau bahan masukan bagi instansi dan
pihak-pihak terkait dalam perbaikan dan penyempurnaan kebijakan sertifikasi
guna meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas kinerja guru.
3. Sebagai salah satu bahan acuan untuk referensi penelitian lebih lanjut bagi
pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema atau
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi Kinerja Guru
1. Kinerja Pegawai/Guru
Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai
(per individu) dan kinerja organisasi. Pasolong (2010: 175) menyatakan bahwa
kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi,
sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu
organisasi. Terkait dengan hal tersebut, konsep kinerja yang sesuai dengan
penelitian ini adalah kinerja pegawai khususnya guru. Berikut ini adalah berbagai
definisi mengenai kinerja yang dikemukakan oleh para ahli dalam Pasolong
(2010: 175-176):
a. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN-RI) (1999: 3),
“kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dan visi organisasi”.
b. Gibson (1990: 40) mengatakan bahwa, “kinerja seseorang ditentukan oleh
kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan, dikatakan bahwa
pelaksanaan pekerjaan ditentukan oleh interaksi antara kemampuan dan
9
c. Sinambela dkk (2006: 136), “kinerja pegawai sebagai kemampuan pegawai
dalam melakukan sesuatu dengan keahlian tertentu”.
Berdasarkan pengertian kinerja yang telah diungkapkan di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja atau tugas seseorang yang
berkaitan dengan operasi, aktivitas, program, dan misi organisasi yang dapat
diukur kualitas baik atau buruknya dilihat dari tingkat pencapaian yang diperoleh,
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Mangkunegara (2009: 16) menjabarkan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu:
1. Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki
integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah).
Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik maka
individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik
ini merupakan modal utama individu manusia untuk mengelola dan
mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan
atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain
10
menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis,
iklim kerja yang respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang
relatif memadai.
Kinerja memiliki arti penting bagi guru karena dengan adanya penilaian kinerja
guru yang efektif, seorang guru dapat beprestasi, mengembangkan potensi dan
pada akhirnya diberikan penghargaan berupa reward. Ukuran kinerja guru dapat
dilihat dari rasa tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik dalam menjalankan
tugas profesinya dengan berusaha mengembangkan seluruh kompetensi yang
dimiliki dan mampu menciptakan situasi yang ada di lingkungan sekolah sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku.
3. Standar Kompetensi Guru
Seorang guru yang profesional harus memiliki standar kompetensi yang dapat
menjadikan tolok ukur keberhasilan guru dalam mengajar. Menurut Payong (2011:
28-61), standar kompetensi guru sebagaimana yang ditetapkan oleh
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diatur melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Guru adalah:
1. Kompetensi pedagogis, yaitu kemampuan membimbing dan mengelola
pembelajaran peserta didik.
a. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik
11
c. Mengembangkan kurikulum/silabus yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu
d. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
f. Membantu peserta didik mengaktualisasikan potensinya
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
h. Evaluasi hasil belajar
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
2. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.
d. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri
3. Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.
a. Menguasai materi, struktur, dan konsep keilmuan mata pelajaran
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu
12
a. Bersikap sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional
Indonesia
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat
c. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri
d. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
4. Kompetensi sosial
a. Bersikap inklusif (terbuka terhadap berbagai perbedaan), bertidak objektif,
dan tidak diskriminatif
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat
c. Beradaptasi di tempat tugas di deluruh wilayah
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
4. Konsep Evaluasi/Penilaian Kinerja Guru
Evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian atau pengukuran. Dunn (2003: 30)
mengemukakan bahwa istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran
(appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian. Menurut Mangkunegara
(2009: 12), evaluasi/penilaian kinerja merupakan sarana untuk memperbaiki
mereka yang tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam organisasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Parsons (2011: 546) mengemukakan bahwa
13
1) Evaluasi kebijakan dan kandungan programnya.
2) Evaluasi terhadap orang-orang yang bekerja di dalam organisasi yang
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan kebijakan dan program.
Dari kedua aspek yang terkandung dalam evaluasi tersebut, fokus peneliti dalam
penelitian ini lebih kepada aspek yang kedua yaitu evaluasi terhadap orang-orang
di mana orang-orang di sini merupakan para guru yang telah sertifikasi.
Pada hakikatnya, penilaian kinerja guru merupakan suatu kegiatan untuk membina
dan mengembangkan guru profesional yang dilakukan dari guru, oleh guru, dan
untuk guru. Mulyasa (2013: 88) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja guru
dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memperoleh gambaran tentang
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PERMENPANRB) Nomor 16 Tahun 2009 dalam Mulyasa (2013: 88)
menegaskan bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan
tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan, dan jabatannya.
Dari beberapa penjelasan yang dikemukakan para ahli mengenai evaluasi kinerja
guru tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja guru merupakan suatu
penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil kerja guru.
Dengan adanya penilaian terhadap hasil kerja guru maka diharapkan pegawai atau
guru tersebut dapat lebih meningkatkan dan melaksanakan tugas dan tanggung
14
5. Tujuan Penilaian Kinerja Guru
Menurut Payong (2011: 115) tujuan penilaian kinerja dalam penelitian ini
khususnya guru dilakukan untuk memastikan layanan pendidikan yang diberikan
oleh para guru tetap profesional dan berkualitas serta menjadi dasar untuk
peningkatan dan pengembangan karir guru. Secara lebih spesifik, tujuan dari
evaluasi/penilaian kinerja guru sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa
(2013: 91-92) antara lain:
a. Untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu
profesi ditentukan oleh kualitas layanan yang diberikan oleh para anggotanya.
b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya yang akan
memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan.
c. Memberikan jaminan bahwa guru dapat bekerja atau melaksanakan
pekerjaannya secara profesional dan mampu memberikan layanan yang
berkualitas terhadap masyarakat khususnya peserta didik.
d. Sebagai bahan evaluasi diri bagi guru sehingga guru tersebut dapat
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimilikinya.
e. Sebagai dasar untuk melakukan perbaikan, pembinaan dan pengembangan,
serta memberikan nilai prestasi kerja dan perolehan angka kredit guru dalam
rangka pengembangan karirnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
f. Sebagai bahan untuk mengembangkan potensi, karier, dan profil kinerjanya
yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan Program Pengembangan
15
6. Indikator Penilaian Kinerja Guru
Peneliti menggunakan indikator penilaian kinerja guru dalam buku Payong (2011:
28-61) di mana kinerja guru dapat dinilai dari:
1) Kompetensi Pedagogis
2) Kompetensi Profesional
3) Kompetensi Kepribadian
a. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik
b. Menyusun RPP, Silabus, dan Materi Penunjang sebagai pedoman
mengajar
c. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
d. Membantu peserta didik mengaktualisasikan potensinya
e. Evaluasi hasil belajar
a. Menguasai materi, struktur, dan konsep keilmuan mata pelajaran
b. Menggunakan alat peraga dalam mengajar
c. Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar
d. Terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
e. Mengikuti diklat/pelatihan dan seminar untuk mengembangkan diri
a. Bersikap sesuai norma dan aturan yang berlaku
b. Mendidik peserta didik untuk bersikap disiplin dalam segala hal
c. Ketepatan waktu dalam mengajar
d. Tanggung jawab
16
4) Kompetensi Sosial
Peneliti menggunakan indikator tersebut yaitu: kompetensi pedagogis, kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial karena keempat
indikator tersebut merupakan alat ukur yang menurut peneiti paling tepat dalam
menilai baik buruknya kinerja guru sesuai prosedur yang telah ditentukan.
Parameter atau indikator tersebut dapat menggambarkan kinerja guru secara lebih
luas dan spesifik.
B. Tinjauan Tentang Sertifikasi Guru
1. Hakikat Sertifikasi Guru
Standar kompetensi dan sertifikasi guru pada hakikatnya adalah untuk
mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada
umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman (Mulyasa, 2007: 17).
Gary dan Margaret dalam Mulyasa (2007: 21) mengemukakan bahwa guru yang
efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, salah satunya
yaitu kemampuan interpersonal untuk menunjukkan empati dan penghargaan
kepada peserta didik.
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, dan tidak diskriminatif
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat
17
b. Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, yang
berkaitan dengan kemampuan untuk menghadapi dan menangani berbagai
permasalahan peserta didik.
c. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan
(reinforcement), salah satunya yaitu memberikan respon yang sifatnya
membantu terhadap peserta didik yang lamban belajar.
d. Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri, antara lain yaitu menerapkan
kurikulum dan metode mengajar secara inovatif, memperluas dan menambah
pengetahuan tentang metode pembelajaran.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru Bab I
Ketentuan Umum dalam Payong (2011: 158) menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Guru yang memiliki sertifikat pendidik dapat dianggap sebagai guru yang
profesional dan berhak mendapatkan tunjangan profesi dari pemerintah sebesar
satu kali gaji pokok. Sertifikasi guru merupakan program kebijakan yang
ditujukan untuk guru berupa tunjangan profesi atau kesejahteraan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 dalam Mulyasa (2007: 33-34)
tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah:
“Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
18
diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat
pendidik”.
Secara lebih umum, menurut National Commission on Educational Services
(NCES), pengertian tentang sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan
apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar.
Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat
bervariasi, baik dikalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta. Sementara
menurut Mulyasa dalam Syafaruddin (2008: 34) berpendapat bahwa sertifikasi
guru adalah :
“Pada hakikatnya sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan nasional pada umumnya sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Sertifikasi guru merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah terkait dengan amanat Undang-undang Guru dan Dosen, karena melalui standar dan sertifikasi diharapkan dapat dipilah dan dipilih guru-guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesi dan guru
yang tidak profesional sehingga tidak berhak mendapatkannya”.
Dari pemahaman tentang sertifikasi guru di atas, maka dapat dipahami bahwa
sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yaitu memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan
19
Jalal dan Tilaar dalam Mulyasa (2007: 36-39) mengungkapkan bahwa proses
sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus
dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekrutmen guru,
pembinaan, dan peningkatan karir guru.
1. Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan insentif yang diperoleh.
2. Tunjangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya diberikan
dengan mempertimbangkan:
(1) kesulitan tempat bertugas,
(2) kemampuan, keterampilan, dan kreativitas guru,
(3) fungsi, tugas, dan peranan guru di sekolah,
(4) prestasi guru dalam mengajar, menyiapkan bahan ajar, menulis, meneliti,
dan membimbing, serta berhubungan dengan stakeholder.
Dalam hal ini, guru perlu diberikan kesempatan bersaing untuk memperoleh
penghargaan berbentuk insentif.
3. Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat
mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang
diinginkannya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam rekrutmen
dan penempatan adalah:
a. asal tempat calon guru,
b. memperketat persyaratan calon guru yang diangkat dengan melihat hasil
pendidikan dan seleksi,
c. menetapkan batas waktu tugas untuk bisa mengajukan mutasi atau pindah,
d. memberikan insentif dan jaminan lain bagi calon guru yang ditempatkan di
20
e. memperkuat disiplin di tempat tugas dan menerapkan sanksi bagi yang
melanggar,
f. memintakan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat untuk menjamin
kesejahteraan, tempat tinggal, keamanan, kesehatan guru, terutama guru
yang berasal dari daerah lain,
g. untuk mengisi kekurangan guru di SD, SLTP, atau SLTA yang jauh dari
kota, sebaiknya memberdayakan lulusan yang ada di tempat itu dengan
legitimasi dari pemerintah daerah. Mereka yang bukan berasal dari LPTK
(Lembaga Pendidikan Tenaga Kerja) dapat mengambil akta mengajar atau
program PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar).
4. Pendidikan dan pembinaan tenaga guru dapat ditempuh melalui tiga cara,
yaitu:
1) Pembinaan calon guru melalui pendidikan prajabatan.
2) Pembinaan melalui program dalam jabatan yang diberikan oleh
lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas, pemerintah daerah,
organisasi profesi (PGRI), kelompok masyarakat, dan oleh pihak luar
negeri.
3) Pembinaan tenaga guru melalui akta mengajar bagi lulusan diploma dan
21
2. Sistem Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Guru
Menurut Mulyasa (2007: 40-41), kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi
kompetensi guru baik untuk lulusan S1 kependidikan maupun lulusan S1
non-kependidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami Pembentukan
Kompetensi Mengajar (PKM). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh perpendidikan tinggi yang memiliki PPTK
terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen, Dikti, Depdiknas.
2) Lulusan program sarjana non-kependidikan harus terlebih dahulu mengikuti
proses PKM pada perguruan tinggi yang memiliki Program Pengadaan Tenaga
Kependidikan (PPTK) secara terstruktur. Setelah dinyatakan lulusdalam
PKM, baru lulusan S1 non-kependidikan boleh mengikuti uji sertifikasi.
Sementara lulusan program sarjana kependidikan tentu sudah mengalami
proses PKM, tetapi tetap diwajibkan mengikuti uji kompetensi untuk
memperoleh sertifikat kompetensi.
3) Penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK
yang terakreditasi, sedangkan untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai
bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh
LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti, Depdiknas
(Depdiknas, 2004).
4) Peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus baik yang berasal dari
lulusan program sarjana pendidikan maupun non-pendidikan diberikan
22
untuk melakukan praktik dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.
5) Peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas
dalam interval waktu tertentu sepuluh sampai lima belas tahun sebagai bentuk
kegiatan penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Di
samping uji kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas
profesinya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu. Bentuk aktivitas uji
kompetensi untuk kelompok ini adalah dalam kategori resertifikasi. Termasuk
dipersyaratkan mengikuti resertifikasi bagi guru yang ingin menambah
kemampuan dan kewenangan baru. PKM dengan uji kompetensi dilaksanakan
secara terpisah. PKM dilakukan melalui PPTK atau melalui program
pembentukan lainnya. Uji kompetensi hanya dilakukan oleh PPTK
terakreditasi dengan penugasan dari ditjen Dikti.
23
3. Beban Kerja Guru Tersertifikasi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru Bab IV
Beban Kerja dalam Payong (2011: 196) adalah sebagi berikut:
1. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok:
a. Merencanakan pembelajaran
b. Melaksanakan pembelajaran
c. Menilai hasil pembelajaran
d. Membimbing dan melatih peserta didik, dan
e. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan
pokok sesuai dengan beban kerja guru
2. Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memenuhi dua puluh empat (24) jam tatap muka dan paling banyak empat
puluh (40) jam tatap muka dalam satu (1) minggu pada satu atau lebih satuan
pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah
Daerah.
3. Pemenuhan beban kerja paling sedikit dua puluh empat (24) jam tatap muka
dan paling banyak empat puluh (40) jam tatap muka dalam satu (1) minggu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan ketentuan paling
sedikit enam (6) jam tatap muka dalam (satu (1) minggu pada satuan
24
4. Landasan Hukum Sertifikasi Guru
Adapun dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi guru
antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional.
d. Pendidikan.Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
5. Prinsip Sertifikasi Guru
Berdasarkan pedoman penetapan peserta sertifikasi guru tahun 2014, prinsip
sertifikasi guru antara lain sebagai berikut :
1. Penetapan peserta dilaksanakan secara berkeadilan, objektif, transparan,
kredibel, dan akuntabel :
a. Berkeadilan, semua peserta sertifikasi guru ditetapkan berdasarkan urutan
prioritas usia, masa kerja, dan pangkat/ golongan. Guru yang memiliki
rangking atas mendapatkan prioritas lebih awal daripada rangking bawah.
b. Objektif, mengacu kepada kriteria peserta yang telah ditetapkan.
c. Transparan, proses dan hasil penetapan peserta dilakukan secara terbuka,
25
d. Kredibel, proses dan hasil penetapan peserta dapat dipercaya semua pihak.
e. Akuntabel, proses dan hasil penetapan peserta sertifikasi guru dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara
administratif, finansial, dan akademik.
2. Berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan nasional
Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu guru
dan oleh karenanya guru yang lulus sertifikasi dan mendapatkan sertifikat
pendidik harus dapat menjamin (mencerminkan) bahwa guru yang
bersangkutan telah memenuhi standar kompetensi guru yang telah ditentukan
sebagai guru profesional. Sertifikasi guru yang dilaksanakan melalui berbagai
pola, yaitu penilaian portofolio, PLPG, dan PSPL, dipersiapkan secara matang
dan diimplementasikan sebaik-baiknya sehingga dapat dipertanggung
jawabkan secara akademik. Guru yang lulus sertifikasi dengan proses
sebagaimana tersebut di atas akan berkontribusi terhadap peningkatan mutu
pendidikan nasional.
3. Dilaksanakan secara taat azaz
Sertifikasi guru dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan mengacu pada buku pedoman sertifikasi guru yang telah
diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
Pelaksanaan sertifikasi guru didahului dengan pemetaan baik pada aspek
jumlah, jenis mata pelajaran, ketersediaan sumber daya manusia, ketersediaan
26
diharapkan pelaksanaan sertifikasi guru dapat berlangsung secara efektif dan
efisien serta secara nasional dapat selesai pada waktu yang telah ditetapkan.
6. Tujuan Sertifikasi Guru
Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007: 35), sertifikasi bertujuan untuk hal-hal
sebagai berikut:
a) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
b) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga
merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.
c) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap
pelamar yang kompeten.
d) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
kependidikan.
Sementara Payong (2011: 76) mengemukakan beberapa tujuan dari sertifikasi,
diantaranya:
a) Sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
b) Sertifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan.
c) Sertifikasi untuk meningkatkan martabat guru.
27
7. Manfaat Sertifikasi Guru
Selain tujuan yang telah dikemukakan di atas, sertifikasi guru juga memiliki
manfaat tertentu. Adapun manfaat dari uji sertifikasi guru menurut Muslich
(2007: 9) antara lain, sebagai berikut:
a) Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten
sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.
b) Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan
profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan
dari penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.
c) Menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi
sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.
d) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan
eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
8. Indikator Sertifikasi Guru
Penulis menggunakan indikator sertifikasi dalam buku pedoman penetapan
peserta sertifikasi guru tahun 2014 yaitu:
a. Penetapan peserta dilaksanakan secara berkeadilan, objektif, transparan,
kredibel, dan akuntabel
b. Berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan nasional
c. Dilaksanakan secara taat azaz
28
C. Hubungan Sertifikasi dengan Kinerja Pegawai/Guru
Untuk mencapai prestasi kerja guru secara maksimal pemerintah harus mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh guru tersebut sehingga
guru termotivasi untuk berproduktivitas dengan kualitas tinggi dan tujuan utama
pendidikan dapat terwujud.
Dalam upaya meningkatkan kualitas kerja dan mutu pendidikan, pemerintah
memberlakukan kebijakan sertifikasi bagi kalangan pendidik khususnya guru.
Untuk mencapai hasil kinerja yang baik, seorang guru perlu diberikan perhatian
dan pengakuan yang disertai dengan penghargaan dan tunjangan kesejahteraan
terhadap hasil-hasil yang dicapainya, agar pegawai dapat bekerja lebih baik dan
bisa meningkatkan kinerja serta mempunyai rasa tanggung jawab atas
pekerjaannya. Dengan program sertifikasi atau tunjangan kesejahteraan maka
seorang pegawai akan terdorong untuk melakukan atau mengerjakan suatu
kegiatan atau tugasnya dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi sehingga
akan berpengaruh juga terhadap kinerja seorang pegawai.
Terdapat hubungan yang positif antara sertifikasi dengan kinerja sebagaimana
yang diungkapkan oleh Muslich (2007: 8), bahwa rasionalnya adalah apabila
kompetensi guru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, maka diharapkan
kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya bagus maka KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) juga bagus, KBM yang bagus diharapkan dapat menghasilkan
pendidikan yang bermutu. Artinya pegawai yang mempunyai motivasi dengan
29
tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah dimungkinkan karena
motivasinya rendah.
D. Kerangka Pikir
Guru merupakan komponen yang paling menentukan kualitas pendidikan secara
keseluruhan. Sehingga, peran guru sangat penting dalam upaya mewujudkan
tujuan pembangunan nasional, khususnya pendidikan. Oleh karena itu,
kesejahteraan, kenyamanan, keamanan dan masa depan guru harus diperhatikan
dan ditingkatkan secara terus-menerus. Salah satu upaya pemerintah sebagai
bentuk penghargaan terhadap guru yaitu dengan mengeluarkan program sertifikasi
guru yang diharapkan dapat memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan
kualits kinerja guru.
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen menetapkan empat macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian,
dan kompetensi sosial. Penguasaan keempat kompetensi tersebut merupakan cara
atau tolak ukur untuk mengetahui kinerja guru pasca program sertifikasi. Guru
merupakan faktor utama dalam suatu proses pendidikan, yang berhadapan
langsung dengan peserta didik melaui proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru
berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Evaluasi ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru yang akan berdampak
30
kinerja guru SMK negeri Metro ditinjau dari empat kompetensi, maka
dilaksanakan evaluasi kinerja guru pasca program sertifikasi. Evaluasi atau
penilaian ini meliputi penguasaan guru dalam melaksanakan kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan kerangka konsep
sebagai berikut:
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Payong, (2011: a. Objektif, transparan, kredibel,
dan akuntabel
31
E. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013: 59), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan penelitian masalah yang didasarkan atas teori yang relevan. Selanjutnya
peneliti mencoba merumuskan hipotesisnya sebagai berikut:
1. Ha : Ada pengaruh antara sertifikasi guru terhadap kinerja guru
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Tipe Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan tipe
penelitian deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi sekarang
(ketika penelitian ini berlangsung) dan menyajikannya sebagaimana data yang
ada. Sedangkan alasan menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini
karena dalam penelitian ini hubungan antara variabel bersifat sebab-akibat serta
penelitian ini juga bermaksud untuk menguji hipotesis antara sertifikasi guru
terhadap kinerja guru. Menurut Sugiyono (2013: 8-11) pendekatan kuantitatif
ialah pendekatan dengan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian
dengan analisis bersifat statistik yang memiliki tujuan menguji hipotesis yang
telah ditetapkan serta hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti bersifat
kausal.
Pada penelitian ini penulis menentukan subjek sesuai dengan tema yang diangkat
yaitu penilaian kinerja guru SMK Negeri pasca sertifikasi terhadap peningkatan
kualitas pendidikan, sehingga mengarah kepada penelitian deskriptif karena
33
B. Definisi Konseptual
Definisi Konseptual merupakan suatu batasan terhadap masalah yang menjadi
pedoman dalam penelitian sehingga arah dan tujuan penelitian tidak menyimpang.
Adapun konsep dalam penelitian ini adalah mendapatkan hasil penilaian kinerja
guru pasca program sertifikasi guru di SMK Negeri Kota Metro. Definisi
konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Sertifikasi guru merupakan tunjangan kesejahteraan yang diberikan kepada guru
profesional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sertifikasi guru. (Jalal,
2007)”.
“Kinerja guru merupakan hasil penilaian dari pelaksanaan tugas seseorang atau
sekolompok orang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu meliputi
penguasaan guru dalam melaksanakan kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. (Payong, 2011:
28-61)”.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Nazir (2005:34), adalah suatu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Dari definisi
konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya diperoleh empat dimensi yaitu
34
kompetensi kepribadian, dan dimensi kompetensi sosial. Maka peneliti
menguraikan operasionalisasi variabel secara lengkap yang disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Definisi Indikator
Sertifikasi
35
Sumber: Data diolah oleh peneliti dikutip dari Jalal (2007 )dan (Payong, 2011: 28-61).
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk
Penilaian
36
dipelajari (Sugiyono, 2013:80). Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori
yakni:
a. Populasi target ( Target population)
Populasi target merupakan populasi yang telah ditentukan sesuai dengan
masalah penelitian sebelum penelitian dilakukan (seluruh unit populasi).
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh guru bersertifikasi SMK
Negeri Kota Metro.
b. Populasi survei (Survey population)
Populasi survei adalah populasi yang terliput dalam penelitian yang dilakukan
(sub unit dari populasi target) yang kemudian dijadikan sampel. Dalam
penelitian ini yang akan menjadi populasi survei adalah guru bersertifikasi
SMK Negeri Kota Metro yaitu sebanyak 61 guru.
Tabel 2. Jumlah Guru Bersertifikasi SMK Negeri Metro Tahun 2014
No Sekolah Guru Bersertifikasi
1 SMK Negeri 1 Metro 54 2 SMK Negeri 2 Metro 57 3 SMK Negeri 3 Metro 46
Jumlah 157
Sumber: Data diolah oleh peneliti dari dokumentasi Disdikbudpora bidang Dikmen (Pendidikan Menengah), 2014, 2015
2. Sampel
Sugiyono (2013: 73), mengatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel
37
= N
1+Ne²
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat di tolerir, dalam penelitian ini adalah 10%.
Maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel sebesar:
= 157
1 + 157(0,1)²
n = 61
Pertimbangan sampel dalam penelitian ini adalah guru SMK Negeri 1, 2, dan 3
Metro.Berdasarkan rumus di atas terdapat 61 guru yang dijadikan sampel.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik/metode
proportionate randomsampling (acak proporsional). Metode ini diambil karena
terdapat variasi populasi dalam penelitian, sehingga pengambilan sampel acak
tidak bisa dilakukan secara langsung. Klasifikasi yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah guru bersertifikasi di tiga SMK negeri Kota Metro Tahun 2014. Dari
guru bersertifikasi di ketiga SMK negeri yang ada, kemudian dipilih acak
sebanyak 61 guru sebagai sampel. Dari jumlah tersebut, dibagi secara
38
Sampel tiap klasifikasi =jumlah populasi dlm klasifikasi
jumlah seluruh populasi × jumlah sampel
Maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel tiap klasifikasi sebesar:
1) SMK Negeri 1 Metro : 54
157× 61 = 21
2) SMK Negeri 1 Metro : 57
157× 61 = 22
3) SMK Negeri 1 Metro : 46
157× 61 = 18
Tabel 3. Jumlah Sampel dari Setiap Guru BersertifikasiSMKNegeriMetro tahun 2014
Sumber: Data diolah peneliti dari dokumentasi Disdikbudpora jenjang Dikmen (Pendidikan Menengah), 2014, 2015
E. Jenis dan Sumber Data
Data adalah segala sesuatu yang diketahui atau dianggap mempunyai sifat bisa
memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan (Sugiyono, 2013:
34). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
No. Sekolah Populasi Sampel
1 SMK Negeri 1 Metro 54 21 2 SMK Negeri 2 Metro 57 22 3 SMK Negeri 3 Metro 46 18
39
1. Data Primer
Data Primer merupakan data yang dikumpulkan peneliti langsung dari
responden dilapangan. Dalam penelitian ini data primer yang diperoleh
melalaui kuesioner yang diklasifikasikan berdasarkan indikator variabel
penelitian yang diisi oleh guru SMK Negeri tersertifikasi di Kota Metro.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sumbernya berasal dari Sekolah Kejuruan
Negeri Metro, dan kantor Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga
Kota Metro. Adapun data sekunder dalam penelitian ini dapat berupa:
catatan-catatan, data statistik, peraturan perundang-undangan, arsip-arsip, laporan
kegiatan, foto-foto dan dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan materi
dan pembahasan skripsi ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2013: 224).Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara
dan berbagai sumber. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner (angket). Menurut Arikunto (2010: 101) angket/kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan kumpulan
pertanyaan yangdiajukan secara tertulis kepada seseorang (dalam hal ini disebut
responden), dan cara menjawabnya juga dengan tertulis. Kuesioner pada
40
G. Skala Pengukuran Variabel
Menurut Sugiyono (2013: 92), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan dalam pengukuran
akan menghasilkan data kuantitatif, yang dinyatakan dalam bentuk angka
sehingga lebih akurat, efisien dan komunikatif. Pada penelitian ini pengukuran
skor menggunakan skala Likert. Skala Likert menjabarkan variabel yang akan
diukur menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan
atau pertanyaan. Guna mempermudah pengolahan dan pengukuran data, jawaban
dari responden diberi skor atau nilai. Dari jumlah skor-jawaban responden yang
diperoleh, kemudian disusun kriteria penilaian untuk setiap item pernyataan.
Tabel 4. Skor jawaban responden
Nilai/Skor Kategori 1 Sangat Rendah
2 Rendah
3 Sedang
4 Tinggi
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2015
H. Teknik Pengolahan Data
Data penelitian yang telah dikumpulkan dengan kuisoner dan dokumentasi perlu
untuk diolah dan dianalisis untuk memudahkan peneliti agar memahami data yang
didapat. Siswanto (2012: 70) mengatakan bahwa pengolahan data bertujuan