• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Pidana Pencurian Sepeda Motor Yang di Lakukan Oleh Sindikat di Bandar Lampung (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Pidana Pencurian Sepeda Motor Yang di Lakukan Oleh Sindikat di Bandar Lampung (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR YANG DILAKUKAN

OLEH SINDIKAT DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)

Oleh Gagan Ghautama

Kepolisian sebagai pengayom masyarakat mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya penegakan hukum di Indonesia. Termasuk dalam hal penegakan hukum tindak pidana pencurian. Salah satu bentuk upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian khususnya Tim Reskrim Polsekta Kedaton adalah tidak henti-hentinya dalam membongkar sindikat pencurian kendaraan bermotor dengan berbagai modus dan berbagaicara. Permasalahan dalam skripsi ini adalah, a) Bagaimanakah Peran Kepolisian dalam penegakan hukum pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung,b) Apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat Kepolisian dalam penegakan hukum terhadap pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan masalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber data yang digunakan berupa data primer, dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari penelitian di lapangan dengan cara melakukan wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan.

(2)

dalam penegakan hukum pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung, sudah sepatutnya kepolisian terus mengupayakan terciptanya suatu keamanan yang seperti diinginkan masyarakat agar terlepas dari itu tidak menciptakan kesan buruk bagi institusi Kepolisian itu sendiri. b) Perlu meningkatkan kuantitas atau jumlah personil dan sarana prasarana taktis dari penegak hukum (kepolisian) yang masih kurang serta terus mengupayakan melakukan pembinaan melalui polmas (Polisi Masyarakat) kepada masyarakat apabila terjadi suatu tindak pidana pencurian oleh sindikat pencurian yang ada di Bandar Lampung.

(3)
(4)

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR YANG DILAKUKAN

OLEH SINDIKAT DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)

( Skripsi )

OLEH : Gagan Ghautama

UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS HUKUM

(5)
(6)
(7)

MOTO:

Salah satu sifat kegagalan hidup adalah membiarkan fikiran cemerlang diperbudak oleh tubuh yang

mendahulukan istirahat sebelum lelah

(Gagan Ghautama)

Makin banyak belajar, makin insaflah kita betapa sedikitnya yang kita ketahui.

(Kong Fu Tse)

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang yang khusyu”.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 16

II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Kepolisian RI ... 18

1. Tugas dan Fungsi Kepolisian RI ... 18

2. Fungsi Kepolisian RI dalam Masyarakat ... 20

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ... 24

C. Tinjauan Umum Tidak Pidana Pencurian ... 28

1. Pencurian Ringan ... 29

2. Pencurian Dengan Pemberatan ... 30

D. Pengertian Penyertaan dalam tindak Pidana ... 35

III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 42

B. Jenis Dan Sumber Data ... 42

C. Penentuan Populasi dan Sampel... 43

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 44

(9)

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden………... 46

B. Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencurian Sepeda Motor Yang Dilakukan Oleh Sindikat Di Bandar

Lampung ……… 47

C. Faktor-Faktor Penghambat Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian Sepeda Motor Yang Dilakukan Oleh Sindikat Di Bandar Lampung Lampung... 57

V PENUTUP

A. Simpulan ... 63 B. Saran ... 64

(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukurku sebagai hamba yang lemah kepada Allah SWT

atas semua nikmat dan karunia-Nya.

Sebagai wujud ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang serta bhakti yang tulus,

kupersembahkan karya ini

untuk :

Ayah dan Ibuku tercinta yang selama ini berjuang keras mendidik hingga Gagan

Ghautama dewasa. Memberikan dukungan moril maupun materiil, Gagan optimis

dan percaya untuk membuat kalian bangga kelak. Dan untuk keluargaku yang

tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu

Kakak dan adikku tersayang

yang selalu memberi motivasi dan semangat.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Gagan Ghautama beragama islam dilahirkan di

Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 25 Februari 1987,

sebagai anak ke-dua dari empat bersaudara, dari Bapak Hargono

dan Ibu Karsiyati (Alm).

Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Dharma Wanita,

Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1994, Sekolah Dasar Negeri 5 Bandar

Lampung diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) Negeri 21 Bandar Lampung di selesaikan pada tahun 2003, dan SMK

Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru dan kemudian mengambil

minat pada bagian Hukum Pidana.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan

kemahasiswaan, Selain itu penulis mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan

dalam program KKN di Mahkamah Konstitusi dan Badan Narkotika Nasional

(12)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT serta Sholawat dan Salam tak hentinya kita sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW atas segala berkat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: “PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR YANG DILAKUKAN OLEH SINDIKAT DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kepolisian Sektor Kedaton)”.

”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas

Lampung.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan, bimbingan, dan arahan yang datang dari berbagai pihak. Untuk itu,

dengan hati yang besar penulis mengucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Heriyandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum;

2. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan

selaku Pembimbing I, yang telah sabar memberikan saran dan masukan yang

bermanfaat guna penyelesaian skripsi ini dan penyelesaian studi;

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Sekertaris Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung;

4. Ibu Dona Raisa Monica, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II, yang telah sabar

memberikan saran dan masukan yang bermanfaat guna penyelesaian skripsi

(13)

5. Ibu Dr. Nikmah R, S.H., M.H., selaku Pembahas I, yang telah memberikan

masukan dan saran guna perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini;

6. Bapak Budi Riski, S.H., M.H., selaku Pembahas II, yang telah memberikan

masukan dan saran selama proses perbaikan skripsi ini;

7. Bapak Yusdiyanto S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis;

8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan

wawasan dan cakrawala pengetahuan ilmu hukum yang sangat berguna bagi

pengembangan wawasan penulis;

9. Seluruh Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

10.Kedua Ayah dan Ibuku yang cukup sabar mengasuh, mendidik, membesarkan

penulis sampai kelak menjadi seorang Sarjana Hukum. Semoga Allah SWT

memberikan Rahmat Nya kepada kalian hingga akhir kelak;

11.Kakak dan adik yang senantiasa selalu menayakan kapan lulus, yang

memberikan motivasi untuk segera melaksanakan kewajiban tersebut;

12.Sahabat sejalan menyatukan perbedaan menimbulkan kekuatan dan saling

mengisi yang menjadikan penulis semakin semangat dalam menjalani

kehidupan, terima kasih Huex 08 Brother’s Akhmad Ramadani Said S.H, Lira

Fetricia Farryal S.H, Lulu Amzah S.H, Dwi Rahmad Saputra S.H, Redo Bayu

Pratama S.H, Fega Sury Marlinda Bujung S.H, Jury Aji Stihali, Dedi

Kurniawan S.sos, Sulis Trianto S,H, Ira Yulyatin S.Pd (bondol) Inti

Kurniasari (acil) dan Oni Dia Kumala (Moot) yang menemaniku dikala susah

maupun senang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

(14)

civitas akademik Universitas Lampung dan bagi ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Oktober 2014

Penulis

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) sehingga saling melengkapi satu

sama lainnya. Dari adanya hubungan tersebut masing- masing dari individu

tersebut mempunyai kewajiban dan haknya dalam bermasyarakat yang

berpedoman pada norma-norma yang ada, sehingga dapat menciptakan keadaan

yang aman dan tentram saat tidak ada pelanggaran norma.

Kejahatan bersumber dari masyarakat,masyarakat yang memberi kesempatan dan

masyarakat itu sendiri yang menanggung akibat dari kejahatan itu walau tidak

secara langsung. Aksi pencurian dan kejahatan adalah salah satu bentuk kejahatan

yang akan terus ada dalam masyarakat yang merupakan bagian keseimbangan

antara kebajikan dan kebatilan.

Upaya penegakan hukum terhadap gangguan keamanan, ketertiban, dan tindak

kriminalitas telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan walaupun

masih ditemukan gangguan keamanan dan hambatan yang dapat mengganggu

suasana yang sudah kondusif tersebut.1 Langkah Pemerintah khususnya

Kepolisian tersebut akan terus dilakukan secara konsisten dan seyogyanya

1

(16)

didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat agar kondisi aman dan tertib

dapat semakin diwujudkan.

Kepolisian dalam hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai pengayom

masyarakat mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya penegakan hukum

terhadap kasus pencurian. Pihak kepolisian yang begitu dekat dengan masyarakat

diharapkan mampu mengambil tindakan yang tepat dalam menyikapi fenomena

fenomena kejahatan di masyarakat.2

Upaya memberantas kejahatan khususnya ditengah masyarakat maka seluruh

jajaran Polri memiliki kewajiban untuk melakukan penegakan hukum dalam hal

gangguan keamanan pencurian dan kejahatan guna meminimalisir kejahatan dan

menciptakan situasi yang aman dan tenteram. Dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan yang ada danberlaku serta pedoman pelaksanaan Polri yang

telah diatur dalam undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia.

Pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362

KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi:

barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang

lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena

pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun, yang terdiri dari

unsur-unsur objektif (perbuatan mengambil, objeknya suatu benda, dan unsur-unsur keadaan

yang melekat pada benda untuk dimiliki secara sebagian ataupun seluruhnya milik

2

(17)

3

orang lain) dan unsur-unsur subjektif (adanya maksud, yang ditujukan untuk

memiliki, dan dengan melawan hukum).

Sebagai contoh akhir-akhir ini di Provinsi Lampung khususnya di Wilayah

Hukum Kedaton Bandar Lampung pada khususnya terdapat kecendrungan

meningkatnya kasus terhadap pencurian kendaraan bermotor. Selain melukai

korban kejahatannya, pelaku juga tega menghilangkan nyawa orang lain.

Kejahatan pencurian sepeda motor dengan biasanya menimpa para pengemudi

ojek seperti akhir-akhir ini. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian sepeda

motor memang tidak akan dapat tertekan akibat laju pertumbuhan kendaraan

bermotor yang cukup tinggi di Bandar Lampung.3

Indikasi meningkatnya kejahatan pencurian kendaraan bermotor tidak saja

disebabkan oleh laju pertumbuhan kendaraan bermotor semata, namun juga

diperlihatkan dengan banyaknya laporan kehilangan kendaraan bermotor yang

diterima oleh pihak berwajib dalam hal ini pihak kepolisian. Laporan yang

diterima pihak kepolisian Polresta Bandar Lampung selama tahun 2013 – 2014

sekitar 1391 kasus untuk pencurian roda dua dan 328 kasus pencurian roda empat.

Meskipun polresta Bandar Lampung berupaya menekan angka laju kejahatan

pencurian kendaraan bermotor cenderung masih menunjukan angka kejahatan

yang cukup tinggi. Keadaan ini cukup memprihatinkan, mengingat terjadi

keresahan masyarakat korban kejahatan pencurian kendaraan

bermotor.Masyarakat yang menjadi korban kejahatan akan mempertanyakan

3

(18)

kinerja aparat keamanan dalam hal ini pihak kepolisian dalam menjalankan

tugasnya mencegah kejahatan pencurian kendaraan bermotor.

Seperti dikutip di beberapa harian dan surat kabar yang menjelaskan banyak

terjadinya kasus pencurian dengan beberapa modus dan dengan sindikat pencurian

yang profesional dengan pelaku kejahatan orang dewasa hingga masih berstatus

pelajar seperti beberapa kasus diantaranya, tertangkapanya pelajar SMP yang

terlibat dalam sindikat pencurian oleh Kepolisian Sektor Kedaton, Kapolsekta

Kedaton Kompol Yohanes Agustiandaru mengatakan, (11/02/2014) Tim Reskrim

Polsekta Kedaton berhasil membongkar sindikat pencuri motor yang dilakukan

oleh pelaku yang masih dibawah umur. Mereka yakni pelajar SMP di Bandar

Lampung. Polsek Kedaton berhasil membongkar sindikat pencurian kendaraan

bermotor (curanmor), yang melibatkan pelajar SMP. Petugas meringkus dua

pelajar SMP, sebagai pelaku dan pembeli, berikut barang bukti dua unit motor,

dan kunci letter T.4

Wilayah Bandar Lampung lain juga tidak luput menjadi sasaran dari para sindikat

pencurian kendaraan motor seperti di lansir berita yang telah dilakukan oleh

aparat penegak hukum yaitu Kepolisian Unit reskrim Polsekta Teluk Betung Utara

meringkus empat remaja yang diduga menjadi sindikat pencurian kendaraan

bermotor (Curanmor) di wilayah Teluk Betung dan Kedaton, penangkapan empat

tersangka ini berdasarkan laporan tindak pidana pencurian sepeda motor di dua

lokasi perkara yakni oleh korban Emmi Indriyani warga Jalan Gg. Aster kelurahan

Kupang Teba dan korban Enjang Wawan warga Kupang Teba, barang bukti ada

4

(19)

5

empat, tapi hanya tiga yang berhasil diamankan karena satu motor sudah dijual

oleh tersangka ke penadah di wilayah Padang Cermin yang masih DPO seharga

Rp2 juta, perbuatannya para tersangka akan dijerat pasal 363 KUHP dengan

pencurian dengan pemberatan dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun

penjara.5

Kepolisian tidak pernah henti-hentinya dalam membongkar sindikat pencurian

kendaraan motor, dengan berbagai modus dan cara, di kutip pernyataan Kasat

Reskrim Polresta Bandar Lampung Kompol Takdir Matanette dalam penangkapan

sindikat pencurian kendaraan motor di wilayah kota Bandar Lampung sindikat

pencuri motor tersebut dalam beraksi modusnya mereka menggunakan kunci leter

T, dengn cara merusak setang dan kontak motor, dengan pelaku dan penadah

kebanyakan dari luar Bandar Lampung seperti Kotabumi dan Lampung timur.6

Pemberian sanksi terhadap pelaku tindak pidana pencurian merupakan bentuk

pertanggungjawaban pidana yang melalui proses penegakan hukum, ketertiban

dan perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat

terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga

keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan

oleh nilai-nilai aktual didalam masyarakat beradab. Apabila sarana pidana

dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik

hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapaihasil

5

Toni. Astaga Remaja jadi Sindikat Curanmor. http://www.kupastuntaslampung.com/16-05-2014 (22:33)

6

(20)

undangan pidana yangsesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan

untuk masa-masa yang akan datang7.

Penegakan hukum terhadap kejahatan merupakan salah satu tujuan dalam satu

sistem peradilan pidana yang terpadu. Sistem peradilan pidana yang terpadu

adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi masalah kejahatan

bertujuan agar kejahatan tetap berada dalam batas toleransi masyarakat8. Sistem

ini akan dianggap berhasil apabila terjadi keterpaduan antara ketiga komponen

penegakan hukum, dalam hal ini kepolisian, kejaksaan dan kehakiman. Mencegah

masyarakat menjadi korban kejahatan memang bukan tanggung jawab kepolisian

semata, serta ketiga komponen penegak hukum lainya, melainkan dibutuhkan juga

peran serta masyarakat dalam pihak kepolisian pada khususnya9.

Luasnya ruang lingkup tindak pidana oleh sindikat pencurian kendaraan bermotor

dengan berbagai macam cara dan modus baik secara bersama dengan cara

sembunyi-sembunyi maupun kekerasan sudah sangat meresahkan masyarakat

Bandar Lampung pada umumnya sehingga sudah menjadi tugas dan tanggung

jawab aparat penegak hukum khususnya Kepolisian untuk mengungkap kasus

sindikat pencurian bermotor tersebut. Hal inilah yang melatar belakangi penulis

memilih kasus pencurian dengan sindikat pencurian sebagai penelitian skripsi

penulis, yaitu suatu “Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Pidana

Pencurian Sepeda Motor yang Dilakukan oleh Sindikat di Bandar Lampung (Studi

Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)”.

7

Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban dalam Hukum Pidana, Jakarta, Bina Aksara, 1993, hlm. 46.

8

Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana, Jakarta, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, Universitas Indonesia, 1994, hlm. 140.

(21)

7

B. Permasalahan dan Ruang lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan diatas atau pada halaman

sebelumnya, maka masalah yang diangkat atau diajukan dalam penulisan skripsi

ini adalah :

1. Bagaimanakah Peran Kepolisian dalam penegakan hukum pidana pencurian

sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung (Studi Kasus

Kepolisian Sektor Kedaton)?

2. Apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat Kepolisian dalam penegakan

hukum terhadap pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat

di Bandar Lampung (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)?

2. Ruang Lingkup

Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka dibatasi ruang lingkup penelitian

dalam ruang lingkup hukum pidana, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

guna mendapatkan data dalam menjawab permasalahan dengan ruang lingkup

penelitian yaitu peran Kepolisian dalam penegakan hukum pidana pencurian

sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung, yang menjadi

ruang lingkup dan lokasi adalah Kepolisian Sektor Kedaton Bandar Lampung dan

(22)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, maka

tujuan penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui peran Kepolisian dalam penegakan hokum pidana

pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung

(Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton).

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Kepolisian dalam penegakan

hukum terhadap pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat

di Bandar Lampung (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton).

2. Kegunaan Penelitian

Secara garis besar dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka kegunaan penelitian

ini dapat dibagi menjadi beberapa. Adapun kegunaan yang diharapkan dalam

penulisan skripsi ini :

a. Kegunaan Teoritis

Menjadi sumbangsih bagi pemerintah, khususnya bagi Kepolisian sebagai

bahan pengetahuan mengenai Peran Kepolisian dalam penegakan hukum

terhadap pencurian sepeda motor oleh sindikat dan faktor penghambatnya,

demi terciptanya keamanan dan ketentraman bagi masyarakat.

b. Kegunaan Praktis

a) Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan khususnya

(23)

9

b) Memberikan kontribusi kepada kalangan akademisi dan praktisi,

penambahan pengetahuan hukum umumnya dan hukum pidana

c) Memberikan pengetahuan kepada kita semua tentang tugas dan fungsi

aparat penegak hukum dalam penegakan hukum khususnya Tindak Pidana

Pencurian oleh Sindikat atau secara bersama-sama.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil

pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan

identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.10

Manusia sebagaimana diakui oleh hukum (pendukung hak dan kewajiban hukum)

pada dasarnya secara normal mengikuti hak-hak yang dimiliki manusia. Hal ini

berkaitan dengan arti hukum yang memberikan pengayom, kedamaian dan

ketentraman seluruh umat manusia dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Setiap penelitian itu akan ada suatu kerangka teoritis yang menjadi acuan dan

bertujuan untuk mengidentifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan

oleh peneliti.11 Kata teoritis adalah bentuk adjective dari kata “teori”. Teori adalah

anggapan yang teruji kebenarannya, atau pendapat/cara/aturan untuk melakukan

sesuatu, atau asas/hukum umum yang menjadi dasar ilmu pengetahuan.

10

Soerjano, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cetakan 3, Jakarta, Universitas Indonesia pres, 2007, hlm.127.

(24)

Pengertian peranan yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dalam hal ini dia

mengatakan bahwa “peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya,

maka ia menjalankan suatu peranan.”12

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kududukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat

dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai

macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal

tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi

masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.13

Peranan menurut Soerjono Soekanto menyatakan bahwa suatu peranan tertentu

dapat dijabarkan kedalam dasar-dasar berikut:14

1. Peranan yang ideal (ideal role)

2. Peranan yang seharusnya (expected role)

3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)

4. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role)

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan

antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan itu sendiri

12

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.243.

13

Ibid,hlm.268.

14

(25)

11

diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi seseorang

menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan.Peranan mencakup tiga hal, yaitu : 15

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang menjadi pedoman/membimbing seseorang untuk

melakukan suatu aktifitas dalam kehidupan masyarakat;

b. Peran dalam suatu konsep, perihal yang dapat dilakukan oleh seorang dalam

masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian kegiatan yang

dianggap paling tepat atau ideal yang dilakukan seseorang dalam kedudukan

di masyarakat dalam menjalani tugasnya,

c. Peranan yang kenyataannya dapat dilakukan seseorang dalam aktifitasnya

yang berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat, peranan dalam arti

ini adalah peran konkrit yang dilakukan seseorang karena situasi dan kondisi

yang ada disekitarnya, sehingga wujud nyata dari peran tersebut adalah berupa

kebijakan-kebijakan yang belum tentu sesuai dengan aturan yang berlaku dan

tidak perlu sebagai suatu aktifitas yang seharusnya (yang ideal), melainkan

aktifitas yang lahir karena keadaan yang nyata yang mempengaruhinya.

Pengertian tindak pidana maupun strafbaar feit menurut Simons, strafbaar feit

adalah

“Kelakuan atau handeling yang diancam dengan pidana yang bersifat

melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan oleh

orang yang mampu bertanggungjawab” 16

15

(26)

Penegakan hukum pidana merupakan bagian dari formulasi kebijakan

penanggulangan kejahatan (politik kriminal), dengan tujuan akhir adalah

perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian

penegakkan hukum pidana yang merupakan bagian hukum pidana perlu di

tanggulangi dengan penegakan hukum pidana berupa penyempurnaan peraturan

perundang-undangan dengan penerapan dan pelaksanaan hukum pidana dan

meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi

tindak pidana.

Masalah penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif dan

negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut, faktor-faktor penegakan hukum

adalah sebagai berikut:17

a. Faktor Perundang-undangan (substansi hukum)

Praktek menyelenggarakan penegakan hukum di lapangan sering sekali terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan

konsepsi keadilan merupakansuatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan

kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif.

b. Faktor penegak hukum

Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas

atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan

hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa

16

Ruslan Saleh, Beberapa Asas-asas Hukum Pidana dalam Perspektif, Jakarta, Aksara Baru, 1981, hlm. 21.

17

(27)

13

kebenaran adalah suatu kebejatan.Penegakan kejahatan tanpa kejujuran adalah

suatu kemunafikan.Maka keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus

terasa dan terlihat serta harus diaktualisasikan.

3. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung

Sarana dan faslitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, orgnisasi yang baik, peralatan yang memadai,

keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan

hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin

menjalankan peranannya sebagaimaa mestinya.

4. Faktor masyarakat

Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan

hukum.Sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai dalam masyarakat.Bagian yang terpenting dalam menentukan

penegak hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. Semakintinggi

kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan

hukum yang baik. Sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran hukum

masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan penegakan hukum

yang baik.

5. Faktor kebudayaan

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum

adat.Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan

nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin

(28)

masyarakat, apabila peraturan-peraturan perundang-undangan tiak sesuai atau

bertentangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin sukar untuk

melaksanakan dan menegakan peraturan tersebut.

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang akan diteliti, baik dalam penelitian hukum normatif

maupun empiris. Biasanya telah merumuskan dalam definisi-definisi tertentu atau

telah menjalankan lebih lanjut dari konsep tertentu.18 Kerangka konseptual

merupakan kerangka yang menghubungkan atau menggambarkan konsep-konsep

khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah.19

Upaya memudahkan pengertian yang terkandung dalam kalimat judul penelitian

ini, maka penulis dalam konseptual ini menguraikan pengertian-pengertian yang

berhubungan erat dengan penulisan sekripsi ini, maka akan dijelaskan beberapa

istilah yang dipakai, yaitu sebagai berikut :

a. Peranan dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

sosial masyarakat, yang lebih anyak menekankan pada fungsi, penyesuaian

diri dan sebagai suatu proses .20

b. Kepolisian Menurut Hoegeng, polisi secara universal mencakup fungsi dan

organ yang merupakan lembaga resmi yang diberi mandat untuk memelihara

ketertiban umum, perlindungan orang serta segala sesuatu yang dimilikinya

18

Sanusi Husin, Penuntun Praktis Penulisan Skripsi, Bandar Lampung, Fakultas Hukum Universitas Lampung, 1991, hlm. 9.

19

Soerjono, Soekanto.. Pengantar Penelitian Hukum Cetakan 3, Jakarta, Universitas Indonesia pres , 2007, hlm. 32.

20

(29)

15

dari keadaaan bahaya atau gangguan umum serta tindakan-tindakan melanggar

hukum.21

c. Penegakan hukum Pidana adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai

yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah/pandangan nilai yang mantap dan

mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap

akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian

pergaulan hidup.22

d. Pengertian Tindak pidana maupun strafbaar feit menurut Simons, strafbaar

feit adalah “Kelakuan atau handeling yang diancam dengan pidana yang

bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan

oleh orang yang mampu bertanggungjawab” 23

e. Pengertian pencurian dengan Sindikat adalah, Pencurian sendiri dapat

dirumuskan yaitu mengambil barang sebagian atau seluruhnya milik orang

lain, untuk dimilikinya dengan cara melanggar hukum. 24

f. Sindikat sendiri dapat berarti sindikat Kriminal, yaitu merupakan

perkumpulan dari sejumlah orang yang terbentuk untuk melakukan aktivitas

criminal.25 Atau dalam arti lain merupakan suatu kejahatan terorganisir yaitu

suatu kejahatan yang dilakukan lebih dari satu orang yang memiliki kesetiaan

terhadap perkumpulannya untuk menyelenggarakan kejahatan. Ruang lingkup

21

Ari Santoso dkk, Hoegeng, Yogyakarta, Betang pustaka, 2009, hlm. 4. 22

Soerjono, Soekanto, Factor-faktor Yang Mempengaruhi penegakan hukum, Jakarta, Rajawali pers, 2005.

23

Ruslan Saleh, Beberapa Asas-asas Hukum Pidana dalam Perspektif'.Jakarta, Aksara Baru. 1981, hlm . 21.

24

R Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Bogor, poilitea.1991.hlm.15.

25

(30)

dari kejahatan ini meliputi kekejaman, pencurian, korupsi monopoli, ekonomi,

penipuan, dan menimbulkan korban.26

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini secara keseluruhan dapat mudah dipahami dari sitematika penulisannya

yang disusun sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang pendahuluan yang merupakan latar belakang yang

menjadi perumusan permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan

penelitian, kerangka teoritis dan konseptual yang menjelaskan teori dan istilah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar yang berisikan tentang pengertian-pengertian umum

pengertian Kepolisian, Penegakan Hukum, Tindak Pidana Pencurian.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini membahas metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian, terdiri

dari pendekatan masalah, sumber dan jenis data, populasi dan sampel, prosedur

pengumpulan data dan pengolahan data secara analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang membahas

permasalahan-permasalahan yang ada, yaitu: mengenai Peran Kepolisian dalam penegakan

26

(31)

17

hukum pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar

Lampung (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton).

V. PENUTUP

Bab ini merupakan hasil akhir yang berisikan kesimpulan dari penulisan

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan saran yang berkaitan dengan

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kepolisian RI

1. Tugas dan Fungsi Kepolisian Republik Indonesia

Eksistensi Kepolisian menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian yang harus dijalankan sehubungan dengan perlengkapan serta atribut

yang melekat pada individu maupun instansi, dalam hal ini diberikan oleh Polri

didasarkan atas asas Legalitas Undang-Undang yang karenanya merupakan

kewajiban untuk dipatuhi oleh masyarakat. Agar peran ini bisa dijalankan dengan

benar, pemahaman yang tepat atas peran yang diberikan harus diperoleh.

Pemaknaan akan Pelindung, Pengayom, dan Pelayan masyarakat bisa beragam

dari berbagai tinjauan, namun untuk kesamaan persepsi bagi kita dan langkah bagi

kita, pemaknaan itu dapat dirumuskan: 1) Pelindung: adalah anggota POLRI yang

memiliki kemampuan memberikanperlindungan bagi warga masyarakat, sehingga

terbebas dari rasa takut, bebas dari ancaman atau bahaya, serta merasa tentram dan

damai, 2) Pengayom: adalah anggota POLRI yang memiliki kemampuan

memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dorongan, ajakan, pesan dan nasehat

yang dirasakan bermanfaat bagi warga masyarakat.3) Pelayan: adalah anggota

POLRI yang setiap langkah pengabdiannya dilakukan secara bermoral, beretika,

(33)

19

Pemaknaan dari peran Pelindung, Pengayom dan Pelayan seyogianya tidak hanya

tampil dalam setiap langkah kegiatan apapun yang dilakukan oleh personil Polri

berkaitan dengan tugasnya, melainkan juga dalam perilaku kehidupannya

sehari-hari Tampilan perilaku dimaksud akan sangat tergantung pula kepada integritas

pribadi masing-masing anggota Polri, untuk bisa dilaksanakan secara sadar, baik

dan tulus. Pada intinya, perilaku yang ditampilkan dapat berwujud :

Sebagai Pelindung : berikan bantuan kepada masyarakat yang merasa terancam

dari gangguan fisik dan psikis tanpa perbedaan perlakuan

1. Sebagai Pengayom : dalam setiap kiprahnya, mengutamakan tindakan yang

bersifat persuasif dan edukatif

2. Sebagai Pelayan : layani masyarakat dengan kemudahan, cepat, simpatik,

ramah, sopan serta pembebanan biaya yang tidak semestinya

3. Sebagai pengayom : POLRI harus selalu simpati dan ramah tamah. Disini

ada tiga konsep policy Kapolri yang relevan, yaitu etis,tanggap dan jangan

semena mena. Sedangkan sebagai pengawas masyarakat, Polri harus tegas,

berwibawa dan kalau perlu keras. Satu lagi konsep policy Polri adalah

relevan kuat, yaitu Polri harus sadar bahwa dirinya adalah sebagai ”Crime Hunter”.

Polisi harus bertindak keras tetapi tidak bengis, harus melakukan pelayanan yang

efisien tapi tidak mengharap apapun, tidak memihak pada kesatuan apapun

(khususnya bidang politik) demi tegaknya azas kepolisian. Bagi kepolisian,

hal-hal itu merupakan falsafah pelaksanaan tugas yang bersifat universal, sebagai

(34)

tentang Peran TNI dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka

peranan Kepolisian adalah :

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat

2. Dalam menjalankan perannya, Kepolisian Negara Republik Indonesia

wajib memiliki keahlian dan keterampilan secara profesional

2. Fungsi Kepolisian RI Dalam Masyarakat

Tugas yuridis Kepolisian tertuang dalam UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan di dalam UU Pertahanan dan Keamanan.

Selanjutnya dalam Pasal 15 UU No. 2 tahun 2002 disebutkan :

(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 dan Pasal 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum

berwenang :

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

menggangu ketertiban umum

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalan lingkup kewenangan

(35)

21

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian

dalam rangka pencegahan

g. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang

i. Mencari keterangan dan barang bukti

j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional

k. Mengeluarkan surat dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain serta kegiatan masyarakat

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu

Tugas pokok tersebut dirinci lebih luas sebagai berikut :

1. Aspek ketertiban dan keamanan umum

2. Aspek perlindungan terhadap perorangan dan masyarakat (dari gangguan atau

perbuatan melanggar hukum/kejahatan, dari penyakit-penyakit masyarakat dan

aliran-aliran kepercayaan yang membahayakan termasuk aspek pelayanan

masyarakat dengan memberikan perlindungan dan pertolongan)

3. Aspek pendidikan sosial di bidang ketaatan/kepatuhan hukum warga

masyarakat

4. Aspek penegakan hukum di bidang peradilan, khususnya di bidang

penyelidikan dan penyidikan

Mengamati tugas yuridis Kepolisian yang demikian luas tetapi luhur dan mulia

(36)

menjalankan tugasnya itu harus selalu menjungjung tinggi hak-hak asasi rakyat

dan hukum negara, khususnya dalam melaksanakan kewenangannya dibidang

penyidikan. Ditegaskan pula agar senantiasa mengindahkan norma-norma

keagamaan, perikemanusiaan, kesopanan dan kesusilaan. Beban tugas yang

demikian berat dan ideal itu tentunya harus didukung pula oleh aparat pelaksana

yang berkualitas dan berdedikasi tinggi.

Memperhatikan perincian tugas dan wewenang kepolisian seperti telah

dikemukakan diatas, terlihat bahwa pada intinya ada dua tugas kepolisian

dibidang penegakan hukum, yaitu :

1. Penegakan hukum dibidang Peradilan pidana (dengan sarana penal)

2. Penegakan hukum dengan sarana non-penal

Tugas penegakan hukum dibidang Peradilan (dengan sarana penal) sebenarnya

hanya merupakan salah satu atau bagian kecil saja dari tugas kepolisian, sebagian

tugas kepolisian justru terletak diluar penegakan hukum pidana (non-penal).

Tugas Kepolisian dibidang peradilan pidana hanya terbatas dibidang penyelidikan

dan penyidikan, tugas lainnya tidak secara langsung berkaitan dengan hukum

pidana walaupun memang ada beberapa aspek hukum pidanya. Misalnya, tugas

memelihara ketertiban dan keamanan umum, mencegah penyakit-penyakit

masyarakat, memelihara keselamatan, perlindungan dan pertolongan kepada

masyarakat dan penanggulangan dalam konflik sosial, mengusahakan ketaatan

hukum warga masyarakat tentunya merupakan tugas yang lebih luas dari yang

sekedar dinyatakan sebagai tindak pidana (kejahatan/pelanggaran) menurut

(37)

23

Uraian diatas ingin diungkapkan bahwa tugas dan wewenang kepolisian yang

lebih berorientasi pada aspek sosial atau aspek kemasyarakatan (yang bersifat

pelayanan dan pengabdian) sebenarnya lebih banyak daripada tugas yuridisnya

sebagai penegak hukum dibidang peradilan pidana. Dengan demikian dalam

menjalankan tugas dan wewenangya, kepolisian sebenarnya berperan ganda baik

sebagai penegak hukum maupun sebagai pekerja sosial untuk menggambarkan

kedua tugas peran ganda ini. Kongres PBB ke-5 (mengenai Prevention of crime

and the treatment of offenders) pernah menggunakan istilah ”service oriented

task” dan “law enforcement duties”.

Perihal kepolisian dengan tugas dan wewenangnya, ada diatur dalam UU No.2

tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam

Undang-Undang tersebut dikatakan bahwa, kepolisian adalah segala hal-ikhwal yang

berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan perundang-undangan.

Keterangan pasal tersebut, maka dapat dipahami suatu kenyataan bahwa

tugas-tugas yang diemban oleh polisi adalah sangat komplek dan rumit sekali terutama

didalam bertindak sebagai penyidik kejahatan atau tindak pidana bahkan dalam

penanggulangan konflik sosial antar kampung.

Sebagai alat perlengkapan negara, polisi bertanggungjawab melaksanakan tugas

pemerintah sehari-hari, yaitu menimbulkan rasa aman pada warga masyarakat.

Tugas pemerintah ini dilakukan polisi melalui penegakan hukum pidana,

khususnya melalui pencegahan dan menyelesaikan kejahatan prostitusi yang

(38)

memelihara ketertiban dan keteraturan. Tetapi untuk keperluan analisa kedua

fungsi tersebut harus dibedakan, karena menyangkut profesional yang berbeda.

Undang Undang Kepolisian (Undang Undang No. 2 tahun 2002) memberikan

tugas dan wewenang yang sangat luas kepada polisi, mandat yang diberikan ini

pada hakikatnya dapat dibagi dalam dua kategori dasar, pertama adalah untuk

mencegah dan menyidik kejahatan, dimana akan tampil wajah polisi sebagai alat

negara (penegak hukum). Mandat kedua agak lebih sukar menggambarkannya,

polisi disini bertugas adalah sebagai Pengayom yang memberikan perlindungan

dan pelayanan kepada masyarakat.

Sebagaimana telah disebut diatas, masyarakat menginginkan bahwa polisi harus

menegakkan hukum pidana dalam penegakan hukum tindak pidana pencurian

secara bersama atau dalam bentuk sindikat, polisi harus berusaha melakukan

upaya meminimalisir kejahatan pencurian dengan melakukan tugasnya dengan

lebih cepat.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Masalah penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif dan

negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. faktor-faktor penegakan hukum

adalah sebagai berikut:27

a. Faktor hukumnya sendiri, Undang-Undang.

27

(39)

25

b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentu maupun

menerapkan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan.

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

1. Faktor Hukum

Penegakan hukum, adakalanya terjadinya pertentangan antara kepastian hukum

dan keadilan hukum. Keadilan merupakan suatu yang abstrak, sedangkan kepatian

hukum merupakan suatu prosedur yang telah di tentukan secara normatif.

Telah lebih lanjut, sebenarnya segala tindakan atau kebijakan yang dilakukan

tanpa melanggar hukum akan dapat di ketegorikan sebagai sebuah kebajikan,

karena sesungguhnya penyelenggaraan hukum bukan hanya merupakan sebuah

penegakan hukum dalam kenyataan tertulis saja, akan tetapi juga harus

mengandung penyerasian antara nilai kaedah dan pola prilaku nyata yang

bertujuan untuk mencapai kedamaian dan keadilan.

Hukum yang di golongkan dalam bab ini ada 2, yaitu hukum baik dan hukum

buruk. Hukum yang baik adalah Peraturan hukum yang di buat berdasar

kesepakatan melalui kepentingan politik yang berbeda, sedangkan Hukum yang

buruk merupakan Peraturan hukum yang di buat berdasar kesepakatan melalui

(40)

2. Faktor penegak hukum

Aparat penegak hukum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

pelaksanaan hukum, tanpa mereka hukum sulit tercapai, meski dengan

keberadaanya hukum hanya dalam posisi mungkin bisa tercapai. Ini bukan hanya

tentang permasalahan ada atau tidaknya penegak hukum, tapi baik atau tidaknya

kualitas penegak hukum akan sangat mempengaruhi kualitas hukum.

Polisi, Jaksa, dan Kpk merupakan aparat penegak hukum di indonesia, tapi lihat

saja bagaimana sepak terjang tiga aparat penegak hukum di negara kita ini. Jika

masih seperti ini, maka kualitas hukum yang terjadi di Indonesia tidak akan

berubah menjadi baik, dan mungkin akan semakin terpuruk ketika para Markus

(makelar kasus) menjadi sahabat para penegak hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas pendukung

Fasilitas bukan hal yang asing lagi sebagai sarana pendukung, ini memang

merupakn hal yang juga menentukan terhadap pelaksanaan hukum. Tanpa sarana

atau fasilitas, penegakan hukum akan mengalami sedikit kendala. Tapi uniknya

kadang faktor pendukung ini di jadikan sebagai faktor utama dalam keikutsertaan

para aparat hukum dalam mengabdi pada negara, sehingga sekarang bisa dilihat

sendiri hasilnya.

KIB (Kabinet Indonesia Bersatu) jilid II, memberikan fasilitas berupa mobil untuk

pemerintah seharga Rp. 1,3 milyar dengan menukar mobil lamanya Toyota Camri

(41)

27

kelengkapan dan kemewahan fasilitas tetap menjadi prioritas utama dalam

penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat atau SDM masyarakat

Penegakan hukum yang dilakukan untuk sebuah keadilan dan kedamaian bagi

masyarakat akan menuntut masyarakatnya untuk banyak berparisipasi. Kesadaran

masyarakat sangatlah penting sehingga ketika masyarakat menjalankan hukum

karena takut, maka hukum akan berlalu begitu saja. Lain halnya ketika masyarakat

melaksanakan hukum karena kesadarannya.

Di indonesia kesadaran masyarakat terhadap hukum sangat jarang sekali di temui,

pelaksanaan hukum masih terpaku pada menonjolnya sikap apatis serta

menganggap bahwa penegakan hukum merupakan urusan aparat penegak hukum

semata dan tidak berangkat dari kesadaran masyarakat.

5. Faktor kebudayaan

Sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan kebudayaan

menurut Soerjono Sukanto, mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia

dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana

seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika mereka tak

berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian kebudayaan adalah suatu garis

pokok yang menentukan peraturan dan menetapkan mengenai apa yang harus

(42)

Masalah budaya, lebih mengenaskan beberapa budaya kita sudah di curi malasyia.

Dan budaya barat lebih populer di negara berlambang garuda ini, budaya kita kini

memang tengah mengalami keterasingan di negara sendiri, padahal budaya sangat

menentukan hukum. Bagaimana kelanjutan penegakan hukum di Indonesia dapat

menjadi lebih baik, jika kelima faktor penegakan hukum sudah tidak dimiliki oleh

bangsa ini. Bagi siapa saja yang membaca ini, marilah kita tumbuhkan kecintaan

kita terhadap Indonesia dengan memunculkan kesadaran hukum kita agar

kedamaian dan keadilan dapat di wujudkan di negara kita yang tercinta ini.

C. Tinjauan Umum Tindak Pidana Pencurian

Tindak pidana maupun strafbaar feit menurut Simons, hakikatnya merupakan

adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun

tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas tindakannya

dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat

dihukum28. Tindak pidana itu adalah suatu perbuatan yang melawan memenuhi

rumusan delik, bersifat melawan hukum dan dilakukan dengan kesalahan.

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan, larangan mana

disertai dengan ancaman (sanksi), yang berupa pidana tertentu, bagi siapa saja

yang melanggar larangan tersebut. Perbuatan pidana yang diancam dengan sanksi

pidana tersebut dapat dipaksakan kepada pelakunya oleh aparat penegak hukum

dalam rangka menjaga ketertiban, keamanan serta norma-norma hukum pidana itu

sendiri29.

28

Ruslan Saleh, Beberapa Asas-asas Hukum Pidana dalam Perspektif', Jakarta, Aksara Baru, 1981, hlm. 21.

29Ibid

(43)

29

Perbuatan pidana menurut sistem KUHP kita dibagi dalam dua jenis yaitu

kejahatan dan pelanggaran. Penggolongan jenis-jenis delik yang ada dalam KUHP

terdiri dari kejahatan, disusun dalam Buku II KUHP, sedangkan Pelanggaran

disusun dalam Buku III KUHP. Undang-undang hanya memberikan

penggolongan kejahatan dan pelanggaran, akan tetapi tidak memberikan arti yang

jelas.

Secara yuridis dapat dikatakan bahwa tindak pidana merupakan perbuatan yang

bertentangan dengan moral, kemanusiaan dan merugikan masyarakat serta

sifatnya yang melanggar atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum

pidana yang berlaku. Tindak pidana itu sendiri diatur dalam KUHP yaitu dalam

Buku kedua tentang Kejahatan dan Buku Ketiga tentang Pelanggaran.

1. Pencurian Ringan

Pencurian ringan dijelaska Pasal 364 “Perbuatan yang diterangkan dalam pasal

362, dan pasal 363ayat (1) no. 4, begitu juga perbuatan yang diterangkan dalam

pasal 363 ayat (1) no. 5, asal saja tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam

pekarangan tertutup yang ada rumahnya dan jika barang yang dicuri itu tidak lebih

dari dua ratus lima puluh rupiah, dihukum sebagai pencurian ringan, dengan

hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya

sembilan ratus rupiah”.

Adapun unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1. Perbuatan yang diatur dalam Pasal 362 : pencurian biasa

2. Perbuatan yang diatur dalam Pasal 363 ayat 1 no. 4: Pencurian dilakukan

(44)

3. Perbuatan yang diatur dalam Pasal 363 no. 5:

Pencurian, dimana yang bersalah memasuki tempat kejahatannya atau dimana

ia mencapai barang yang akan diambil itu, dengan cara:

1.Membongkar atau merusak;

2.Memanjat;

3.Memakai anak kunci palsu;

4.Memakai perintah palsu;

5.Memakai pakaian jabatan palsu.

Perbuatan itu tidak dilakukan dalam suatu rumah atau dipekarangan tertutup

dimana berdiri sebuah rumah.

Harga dari pada barang yang diambil tidak melebihi jumlah Rp 250,-

2. Pencurian Dengan Pemberatan

Pencurian dengan Pemberatan dinamakan juga pencurian dikualifikasi dengan

ancaman hukuman yang lebih berat jika dibandingkan dengan pencurian biasa,

sesuai dengan Pasal 363 KUHP, "Barang siapa mengambil suatu benda yang

seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5

tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah".

Dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun :

1. Pencurian ternak

2. Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi, atau gempa

laut, peletusan gunung api, kapal karena terdampar, kecelakaan kereta api,

(45)

31

3. Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau dipekarangan tertutup yang

ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya

atau tiada dengan kemauan yang berhak.

4. Pencurian yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih bersama-sama.

5. Pencurian yang dilakukan untuk dapat masuk ketempat kejahatan atau untuk

dapat mengambil barang yang akan dicuri itu, dengan jalan membongkar,

merusak atau memanjat atau memakai anak kunci palsu atau pakaian jabatan

palsu.

Pencurian yang diterangkan dalam nomor tiga disertai dengan salah satu hal

tersebut dalam no. 4 dan 5, maka dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya

sembilan tahun.Pencurian ini atau ayat 2 adalah pencurian pokok yang ditambah

salah keadaan yang ada pada Pasal 363 KUHP.

ke-1: Jika barang yang dicuri itu adalah hewan yang dimaksud dengan hewan

adalah yang disebut pada Pasal 101 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: ”Ternak berarti hewan yang berkuku satu, hewan yang memamah biak”.

Pencurian hewan ini dianggap pencurian berat, dasar pertimbangan nya

adalah hewan milik seorang petani yang penting atau sangat berguna

sebagai penunjang kerja dalam hidup sehari-hari.

ke-2: Bila pencurian itu dilakukan dalam keadaan seperti pada Pasal 363 KUHP

ayat ke-2, maka diancam hukuman lebih berat karena pada kedaan seperti

ini orang dalam keributan dan kebingungan dan barang-barang dalam

kedaan tidak terjaga. Sedangkan orang yang mempergunakan kesempatan

(46)

dianggap rendah budinya. Antara terjadinya malapetaka dengan terjadinya

pencurian harus ada hubungannya maksudnya pencurian itu harus

benar-benar tahu dalam mempergunakan untuk mencuri. Tidak termasuk dalam

pengertian jika terjadi malapetaka atau bencana yang lain, karena pencuri

benar-benar tidak tahu dan tidak saja mempergunakan kesempatan ini.

ke-3: Yang dimaksud dengan malam adalah sesuai dengan ketentuan dengan

Pasal 98 KUHP yang menyatakan: ” Malam berarti waktu antara matahari

terbenam dan matahari terbit”. Sedang dimaksud dengan rumah adalah

tempat yang digunakan untuk didiami siang dan malam artinya: ”Untuk

tidur dan sebagainya”. Sebuah gedung yang tidak dipergunakan makan dan

tidur tidak termasuk pengertian rumah, sedang peran kereta api yang

didiami siang dan malam termasuk dalam pengertian rumah. Sedangkan

pakaian jabatan palsu, pakaian yang dipakai oleh orang yang tidakberhak

untuk itu misalnya pencuri yang masuk kedalam rumah dengan

menggunakan pakaian polisi dan yang terpenting pakaian itu tidak harus

instansi pemerintah, dari instansi swasta-pun bias dimasukan pengertian

pakaian palsu.

3. Pencurian dengan Kekerasan

Sesuai dengan Pasal 365 KUHP maka adalah sebagai berikut:

(1) Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana

pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau

(47)

33

kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan

kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap

tinggal di tempatnya.

(2) Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan:

a. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau

dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum atau di

dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.

b. Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih

c. Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan

memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

d. Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat.

e. Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima tahun jika perbuatan

ituberakibat ada orang mati.

(4) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara

selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang

luka atau mati dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau

lebih dan lagi pula disertai salah satu hal yang diterangkan dalam Nomor 1

dan Nomor 3.

a. Yang dimaksud dengan kekerasan menurut Pasal 89 KUHP yang berbunyi ”Yang dimaksud dengan melakukan kekerasan”, yaitu membuat orang jadi

pingsan atau tidak berdaya lagi.Sedangkan melakukan kekerasan menurut

Soesila mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara

tidak syah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala senjata,

(48)

kekerasan adalah mengikat orang yang punya rumah, menutup orang

dalam kamar dan sebagainya dan yang penting kekerasan itu dilakukan

pada orang dan bukan pada barang.

b. Ancaman hukumannya diperberat lagi yaitu selama-lamanya dua belas

tahun jika perbuatan itu dilakukan pada malam hari disebuah rumah

tertutup, atau pekarangan yang di dalamnya ada rumah, atau dilakukan

pertama-tama dengan pelaku yang lain sesuai yang disebutkan dalam Pasal

88 KUHP atau cara masuk ke tempat dengan menggunakan anak kunci

palsu, membongkar dan memanjat dan lain-lain. Kecuali jika itu perbuatan

menjadikan adanya yang luka berat sesuai dengan Pasal 90 KUHP yaitu:

Luka berat berarti:

1) Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan

sempurna atau yang mendatangkan bahaya maut.

2) Senantiasa tidak cukap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan

pencahariaan.

3) Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra.

4) Mendapat cacat besar.

5) Lumpuh (kelumpuhan).

6) Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu.

7) Gugurnya atau matinya kandungan seseorang perempuan.

c. Jika pencurian dengan kekerasan itu berakibat dengan matinya orang maka

ancaman diperberat lagi selama-lamanya lima belas tahun, hanya saja yang

(49)

35

d. Hukuman mati bisa dijatuhkan jika pencurian itu mengakibatkan matinya

orang luka berat dan perbuatan itu dilakuakan oleh dua orang atau lebih

bersama-sama atau sesuai dengan Pasal 88 KUHP yaitu: ”Mufakat jahat

berwujud apabila dua orang atau lebih bersama-sama sepakat akan melakukan kejahatan itu”.

D. Pengertian Penyertaan Dalam Tindak Pidana

Penyertaan adalah dua orang atau lebih yang melakukan tindak pidana atau

dengan kata lain pelaksanaan ada dua orang atau lebih mengambil sebagian untuk

mewujudkan suatau tindak pidana.30

Secara luas dapat disebutkan bahwa seseorang turut serta ambil bagian dalam

hubungannya dengan orang lain, untuk mewujudkan tindak pidana, mungkin jauh

sebelum terjadinya (merencanakan), dekat sebelum terjadinya (menyuruh atau

menggerakkan untuk melakukan, memberikan keterangan), saat terjadinya (turut

serta, bersama-sama melakukan), setelah terjadinya tindak pidana

(menyembunyikan pelaku/hasil tindak pidana).

Ternyata dalam Bab V KUHP yang ditentukan mengenai penyertaan terbatas

hanya sejauh yang tercantum dalam Pasal 55 sampai dengan Pasal 60 yang pada

garis besaranya bentuk penyertaan dalam arti sempit (Pasal 55) dan pembantu

(Pasal 56 dan 59). Pembagian Penyertaan menurut KUHP Indonesia, ialah :

30

(50)

1. Pelaku (Pleger)

Pelaku adalah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi

perumusan delik dan dipandang paling bertanggung jawab atas kejahatan.

2. Orang yang menyuruh lakukan (Doenpleger)

Doenpleger adalah orang yang melakukan perbuatan dengan perantaraan orang

lain, sedang perantara itu hanya digunakan sebagai alat. Dengan demikian ada dua

pihak, yaitu pembuat langsung (manus ministra/auctor physicus), dan pembuat

tidak langsung (manus domina/auctor intellectualis).

Unsur-unsur pada doenpleger adalah:

a. Alat yang dipakai adalah manusia;

b. Alat yang dipakai berbuat;

c. Alat yang dipakai tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan hal-hal yang menyebabkan alat (pembuat materiel) tidak apat

dipertanggungjawabkan adalah:

a. Bila ia tidak sempurna pertumbuhan jiwanya (Pasal 44)

b. Bila ia berbuat karena daya paksa (Pasal 48)

c. Bila ia berbuat karena perintah jabatan yang tidak sah (Pasal 51 (2))

d. Bila ia sesat (keliru) mengenai salah satu unsur delik

e. Bila ia tidak mempunyai maksud seperti yang disyaratkan untuk kejahatan.

Jika yang disuruhlakukan seorang anak kecil yang belum cukup umur maka tetap

mengacu pada Pasal 45 dan Pasal 47 jo. UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang

(51)

37

3. Orang yang turut serta (Medepleger)

Medepleger menurut MvT adalah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau

turut mengejakan terjadinya sesuatu. Oleh karena itu, kualitas masing-masing

peserta tindak pidana adalah sama.

Syarat adanya medepleger :

a. Ada kerjasama secara sadar kerjasama dilakukan secara sengaja untuk bekerja

sama dan ditujukan kepada hal yang dilarang undang-undang.

b. Ada pelaksanaan bersama secara fisik, yang menimbulkan selesainya delik

tersebut.

4. Penganjur (Uitlokker)

Penganjur adalah orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu

tindak pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang ditentukan oleh

undang-undang secara limitatif, yaitu memberi atau menjanjikan sesuatu,

menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, kekerasan, ancaman, atau penyesatan,

dengan memberi kesempatan, sarana, atau keterangan (Pasal 55 (1) angka 2).

Penganjuran (uitloken) mirip dengan menyuruhlakukan (doenplegen), yaitu

melalui perbuatan orang lain sebagai perantara. Namun perbedaannya terletak

pada:

a. Pada penganjuran, menggerakkan dengan sarana-sarana tertentu (limitatif)

yang tersebut dalam undang-undang (KUHP), sedangkan menyuruhlakukan

menggerakkannya dengan sarana yang tidak ditentukan.

b. Pada penganjuran, pembuat materiel dapat dipertanggungjawabkan, sedang

(52)

Syarat penganjuran yang dapat dipidana:

a. Ada kesengajaan menggerakkan orang lain

b. Menggerakkan dengan sarana/upaya seperti tersebut limitatif dalam KUHP

c. Putusan kehendak pembuat materiel ditimbulkan karena upaya-upaya tersebut.

d. Pembuat materiil melakukan / mencoba melakukan tindak pidana yang

dianjurkan

e. Pembuat materiel dapat dipertanggungjawabkan Penganjuran yang gagal tetap

dipidana berdasarkan Pasal 163 bis KUHP.

5. Pembantuan (Medeplichtige)

Sebagaimana disebutkan alam Pasal 56 KUHP, pembantuan ada dua jenis:

a. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Cara bagaimana pembantuannya

tidak disebutkan dalam KUHP. Ini mirip dengan medeplegen (turut serta),

namun perbedaannya terletak pada:

1. pada pembantuan perbuatannya hanya bersifat membantu/menunjang,

sedang pada turut serta merupakan perbuatan pelaksanaan.

2. pada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa

disyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan/berkepentingan

sendiri, sedangkan dalam turut serta, orang yang turut serta sengaja

melakukan tindak pidana, dengan cara bekerja sama dan mempunyai

tujuan sendiri.

3. pembantuan dalam pelanggaran tidak dipidana (Pasal 60 KUHP),

sedangkan turut serta dalam pelanggaran tetap dipidana.

4. Maksimum pidana pembantu adalah maksimum pidana yang

(53)

39

b. Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan, yang dilakukan dengan cara

memberi kesempatan, sarana atau keterangan. Ini mirip dengan penganjuran

(uitlokking). Perbedaannya pad niat/kehendak, pada pembantuan kehendak

jahat pembuat materiel sudah ada sejak semula/tidak ditimbulkan oleh

pembantu, sedangkan dalam penganjuran, kehendak melakukan kejahatan pada

pembuat materiel ditimbulkan oleh si penganjur.

Setiap tindak pidana yang terjadi dilakukan oleh beberapa orang jadi pada setiap

tindak pidana itu terlibat lebih dari seorang pelaku yang berarti terdapat beberapa

orang yang turut serta dalam pelaksanaan tindak pidana itu diluar seorang pelaku.

Dapat dikatakan bahwa deelneming pada suatu straafbaarfeit atau delicti terdapat:

“ apabila dalam suatu delik tersangkut beberapa orang atau lebih dari seorang.

Prof. Van Hamel mengatakan ajaran mengenai deelneming itu sebagai suatu

ajaran mengenai pertanggungjawaban yakni dalam hal dimana suatu delik yang

menurut rumusan undang-undang dapat dilakukan oleh seorang secar sendirian,

akan tetapi dalam kenyataannya telah dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam

suatu kerja sama yang terpadu baik secara psikis maupun materiial ”.31

Istilah deelneming adalah istilah yang digunakan oleh negara Belanda. Oleh

karena Negara kita adalah bekas jajahan Negara Belanda, maka kita juga

menggunakan istilah deelneming seperti yang terdapat dalam “Wetboek van

Strafrecht (WvS)” yang diterjemahkan menjadi “Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana”. Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal-pasal

31

(54)

mengenai penyertaan terdapat pada Buku I dan Buku V yaitu Pasal 55 dan Pasal

56 KUHP.

Penyertaan diartikan sebagai perbarengan kejahatan dimana terdapat beberapa

pihak yang menjalankan suatu kejahatan yang memiliki pertanggungjawaban

pidana yang berbeda. Harus dibedakan antara seseorang yang menyuruh dan

orang yang disuruh, dengan hubungan seseorang yang menggerakkan (uitlokker)

terhadap yang digerakkan (uitgelokte) : hubungan antara seseorang dengan orang

lain yang bersama-sama (berbarengan) melakukan tindak pidana, dengan

seseorang yang dibantu dengan orang lain yang melakukan kejahatan.

Pasal 55 KUHP menentukan :

a) Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana:

1. Mereka yang melakukan, menyuruh lakukan yang turut serta

melakukan perbuatan;

2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan

men

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan tangkai buah nenas sangat penting karena pada karakter tangkai buah dengan diameter sempit dan ukuran tangkai tinggi serta karakter bagian buah yang besar

Berdarakan hasil uji ahli materi dan uji media yang menghasilkan data kualitatif bahwa produk media sumpit asertif yang dikembangkan berkategori sangat layak,

Adapun tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memberikan tes awal ( pre test ) kepada murid, tes tersebut terdiri dari 5 butir soal dalam bentuk

sedangkan pada kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

Dalam penetapan biaya untuk layanan referensi di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh pasca perpindahan lokasi sesuai dengan Standar Badan Arsip dan Perpustakaan tahun 2016

Setelah data terkumpul maka penulis akan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menggambarkan kasusu tentang uraian dari perkara penolakan izin poligami dengan

PENGUMUMAN PENETAPAN LOKASI PEMBANGUNAN PENETAPAN LOKASI PEMBANGUNAN KONSULTASI PUBLIK MENGENAI RENCANA PEMBANGUNAN PENDATAAN AWAL LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN PEMBERITAHUAN

Penulis meneliti bagaimana cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 berdasarkan Undang Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan stdd Undang Undang