ABSTRAK
PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR YANG DILAKUKAN
OLEH SINDIKAT DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)
Oleh Gagan Ghautama
Kepolisian sebagai pengayom masyarakat mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya penegakan hukum di Indonesia. Termasuk dalam hal penegakan hukum tindak pidana pencurian. Salah satu bentuk upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian khususnya Tim Reskrim Polsekta Kedaton adalah tidak henti-hentinya dalam membongkar sindikat pencurian kendaraan bermotor dengan berbagai modus dan berbagaicara. Permasalahan dalam skripsi ini adalah, a) Bagaimanakah Peran Kepolisian dalam penegakan hukum pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung,b) Apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat Kepolisian dalam penegakan hukum terhadap pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan masalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber data yang digunakan berupa data primer, dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari penelitian di lapangan dengan cara melakukan wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan.
dalam penegakan hukum pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung, sudah sepatutnya kepolisian terus mengupayakan terciptanya suatu keamanan yang seperti diinginkan masyarakat agar terlepas dari itu tidak menciptakan kesan buruk bagi institusi Kepolisian itu sendiri. b) Perlu meningkatkan kuantitas atau jumlah personil dan sarana prasarana taktis dari penegak hukum (kepolisian) yang masih kurang serta terus mengupayakan melakukan pembinaan melalui polmas (Polisi Masyarakat) kepada masyarakat apabila terjadi suatu tindak pidana pencurian oleh sindikat pencurian yang ada di Bandar Lampung.
PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR YANG DILAKUKAN
OLEH SINDIKAT DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)
( Skripsi )
OLEH : Gagan Ghautama
UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS HUKUM
MOTO:
Salah satu sifat kegagalan hidup adalah membiarkan fikiran cemerlang diperbudak oleh tubuh yang
mendahulukan istirahat sebelum lelah
(Gagan Ghautama)
Makin banyak belajar, makin insaflah kita betapa sedikitnya yang kita ketahui.
(Kong Fu Tse)
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang yang khusyu”.
DAFTAR ISI
Halaman
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 9
E. Sistematika Penulisan ... 16
II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Kepolisian RI ... 18
1. Tugas dan Fungsi Kepolisian RI ... 18
2. Fungsi Kepolisian RI dalam Masyarakat ... 20
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ... 24
C. Tinjauan Umum Tidak Pidana Pencurian ... 28
1. Pencurian Ringan ... 29
2. Pencurian Dengan Pemberatan ... 30
D. Pengertian Penyertaan dalam tindak Pidana ... 35
III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 42
B. Jenis Dan Sumber Data ... 42
C. Penentuan Populasi dan Sampel... 43
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 44
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden………... 46
B. Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencurian Sepeda Motor Yang Dilakukan Oleh Sindikat Di Bandar
Lampung ……… 47
C. Faktor-Faktor Penghambat Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian Sepeda Motor Yang Dilakukan Oleh Sindikat Di Bandar Lampung Lampung... 57
V PENUTUP
A. Simpulan ... 63 B. Saran ... 64
PERSEMBAHAN
Puji syukurku sebagai hamba yang lemah kepada Allah SWT
atas semua nikmat dan karunia-Nya.
Sebagai wujud ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang serta bhakti yang tulus,
kupersembahkan karya ini
untuk :
Ayah dan Ibuku tercinta yang selama ini berjuang keras mendidik hingga Gagan
Ghautama dewasa. Memberikan dukungan moril maupun materiil, Gagan optimis
dan percaya untuk membuat kalian bangga kelak. Dan untuk keluargaku yang
tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu
Kakak dan adikku tersayang
yang selalu memberi motivasi dan semangat.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Gagan Ghautama beragama islam dilahirkan di
Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 25 Februari 1987,
sebagai anak ke-dua dari empat bersaudara, dari Bapak Hargono
dan Ibu Karsiyati (Alm).
Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Dharma Wanita,
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1994, Sekolah Dasar Negeri 5 Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Negeri 21 Bandar Lampung di selesaikan pada tahun 2003, dan SMK
Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006.
Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru dan kemudian mengambil
minat pada bagian Hukum Pidana.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan
kemahasiswaan, Selain itu penulis mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan
dalam program KKN di Mahkamah Konstitusi dan Badan Narkotika Nasional
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT serta Sholawat dan Salam tak hentinya kita sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW atas segala berkat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: “PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR YANG DILAKUKAN OLEH SINDIKAT DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kepolisian Sektor Kedaton)”.
”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas
Lampung.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan, dan arahan yang datang dari berbagai pihak. Untuk itu,
dengan hati yang besar penulis mengucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Heriyandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum;
2. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan
selaku Pembimbing I, yang telah sabar memberikan saran dan masukan yang
bermanfaat guna penyelesaian skripsi ini dan penyelesaian studi;
3. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Sekertaris Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Lampung;
4. Ibu Dona Raisa Monica, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II, yang telah sabar
memberikan saran dan masukan yang bermanfaat guna penyelesaian skripsi
5. Ibu Dr. Nikmah R, S.H., M.H., selaku Pembahas I, yang telah memberikan
masukan dan saran guna perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini;
6. Bapak Budi Riski, S.H., M.H., selaku Pembahas II, yang telah memberikan
masukan dan saran selama proses perbaikan skripsi ini;
7. Bapak Yusdiyanto S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis;
8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan
wawasan dan cakrawala pengetahuan ilmu hukum yang sangat berguna bagi
pengembangan wawasan penulis;
9. Seluruh Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
10.Kedua Ayah dan Ibuku yang cukup sabar mengasuh, mendidik, membesarkan
penulis sampai kelak menjadi seorang Sarjana Hukum. Semoga Allah SWT
memberikan Rahmat Nya kepada kalian hingga akhir kelak;
11.Kakak dan adik yang senantiasa selalu menayakan kapan lulus, yang
memberikan motivasi untuk segera melaksanakan kewajiban tersebut;
12.Sahabat sejalan menyatukan perbedaan menimbulkan kekuatan dan saling
mengisi yang menjadikan penulis semakin semangat dalam menjalani
kehidupan, terima kasih Huex 08 Brother’s Akhmad Ramadani Said S.H, Lira
Fetricia Farryal S.H, Lulu Amzah S.H, Dwi Rahmad Saputra S.H, Redo Bayu
Pratama S.H, Fega Sury Marlinda Bujung S.H, Jury Aji Stihali, Dedi
Kurniawan S.sos, Sulis Trianto S,H, Ira Yulyatin S.Pd (bondol) Inti
Kurniasari (acil) dan Oni Dia Kumala (Moot) yang menemaniku dikala susah
maupun senang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;
civitas akademik Universitas Lampung dan bagi ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) sehingga saling melengkapi satu
sama lainnya. Dari adanya hubungan tersebut masing- masing dari individu
tersebut mempunyai kewajiban dan haknya dalam bermasyarakat yang
berpedoman pada norma-norma yang ada, sehingga dapat menciptakan keadaan
yang aman dan tentram saat tidak ada pelanggaran norma.
Kejahatan bersumber dari masyarakat,masyarakat yang memberi kesempatan dan
masyarakat itu sendiri yang menanggung akibat dari kejahatan itu walau tidak
secara langsung. Aksi pencurian dan kejahatan adalah salah satu bentuk kejahatan
yang akan terus ada dalam masyarakat yang merupakan bagian keseimbangan
antara kebajikan dan kebatilan.
Upaya penegakan hukum terhadap gangguan keamanan, ketertiban, dan tindak
kriminalitas telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan walaupun
masih ditemukan gangguan keamanan dan hambatan yang dapat mengganggu
suasana yang sudah kondusif tersebut.1 Langkah Pemerintah khususnya
Kepolisian tersebut akan terus dilakukan secara konsisten dan seyogyanya
1
didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat agar kondisi aman dan tertib
dapat semakin diwujudkan.
Kepolisian dalam hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai pengayom
masyarakat mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya penegakan hukum
terhadap kasus pencurian. Pihak kepolisian yang begitu dekat dengan masyarakat
diharapkan mampu mengambil tindakan yang tepat dalam menyikapi fenomena
fenomena kejahatan di masyarakat.2
Upaya memberantas kejahatan khususnya ditengah masyarakat maka seluruh
jajaran Polri memiliki kewajiban untuk melakukan penegakan hukum dalam hal
gangguan keamanan pencurian dan kejahatan guna meminimalisir kejahatan dan
menciptakan situasi yang aman dan tenteram. Dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang ada danberlaku serta pedoman pelaksanaan Polri yang
telah diatur dalam undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362
KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi:
barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun, yang terdiri dari
unsur-unsur objektif (perbuatan mengambil, objeknya suatu benda, dan unsur-unsur keadaan
yang melekat pada benda untuk dimiliki secara sebagian ataupun seluruhnya milik
2
3
orang lain) dan unsur-unsur subjektif (adanya maksud, yang ditujukan untuk
memiliki, dan dengan melawan hukum).
Sebagai contoh akhir-akhir ini di Provinsi Lampung khususnya di Wilayah
Hukum Kedaton Bandar Lampung pada khususnya terdapat kecendrungan
meningkatnya kasus terhadap pencurian kendaraan bermotor. Selain melukai
korban kejahatannya, pelaku juga tega menghilangkan nyawa orang lain.
Kejahatan pencurian sepeda motor dengan biasanya menimpa para pengemudi
ojek seperti akhir-akhir ini. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian sepeda
motor memang tidak akan dapat tertekan akibat laju pertumbuhan kendaraan
bermotor yang cukup tinggi di Bandar Lampung.3
Indikasi meningkatnya kejahatan pencurian kendaraan bermotor tidak saja
disebabkan oleh laju pertumbuhan kendaraan bermotor semata, namun juga
diperlihatkan dengan banyaknya laporan kehilangan kendaraan bermotor yang
diterima oleh pihak berwajib dalam hal ini pihak kepolisian. Laporan yang
diterima pihak kepolisian Polresta Bandar Lampung selama tahun 2013 – 2014
sekitar 1391 kasus untuk pencurian roda dua dan 328 kasus pencurian roda empat.
Meskipun polresta Bandar Lampung berupaya menekan angka laju kejahatan
pencurian kendaraan bermotor cenderung masih menunjukan angka kejahatan
yang cukup tinggi. Keadaan ini cukup memprihatinkan, mengingat terjadi
keresahan masyarakat korban kejahatan pencurian kendaraan
bermotor.Masyarakat yang menjadi korban kejahatan akan mempertanyakan
3
kinerja aparat keamanan dalam hal ini pihak kepolisian dalam menjalankan
tugasnya mencegah kejahatan pencurian kendaraan bermotor.
Seperti dikutip di beberapa harian dan surat kabar yang menjelaskan banyak
terjadinya kasus pencurian dengan beberapa modus dan dengan sindikat pencurian
yang profesional dengan pelaku kejahatan orang dewasa hingga masih berstatus
pelajar seperti beberapa kasus diantaranya, tertangkapanya pelajar SMP yang
terlibat dalam sindikat pencurian oleh Kepolisian Sektor Kedaton, Kapolsekta
Kedaton Kompol Yohanes Agustiandaru mengatakan, (11/02/2014) Tim Reskrim
Polsekta Kedaton berhasil membongkar sindikat pencuri motor yang dilakukan
oleh pelaku yang masih dibawah umur. Mereka yakni pelajar SMP di Bandar
Lampung. Polsek Kedaton berhasil membongkar sindikat pencurian kendaraan
bermotor (curanmor), yang melibatkan pelajar SMP. Petugas meringkus dua
pelajar SMP, sebagai pelaku dan pembeli, berikut barang bukti dua unit motor,
dan kunci letter T.4
Wilayah Bandar Lampung lain juga tidak luput menjadi sasaran dari para sindikat
pencurian kendaraan motor seperti di lansir berita yang telah dilakukan oleh
aparat penegak hukum yaitu Kepolisian Unit reskrim Polsekta Teluk Betung Utara
meringkus empat remaja yang diduga menjadi sindikat pencurian kendaraan
bermotor (Curanmor) di wilayah Teluk Betung dan Kedaton, penangkapan empat
tersangka ini berdasarkan laporan tindak pidana pencurian sepeda motor di dua
lokasi perkara yakni oleh korban Emmi Indriyani warga Jalan Gg. Aster kelurahan
Kupang Teba dan korban Enjang Wawan warga Kupang Teba, barang bukti ada
4
5
empat, tapi hanya tiga yang berhasil diamankan karena satu motor sudah dijual
oleh tersangka ke penadah di wilayah Padang Cermin yang masih DPO seharga
Rp2 juta, perbuatannya para tersangka akan dijerat pasal 363 KUHP dengan
pencurian dengan pemberatan dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun
penjara.5
Kepolisian tidak pernah henti-hentinya dalam membongkar sindikat pencurian
kendaraan motor, dengan berbagai modus dan cara, di kutip pernyataan Kasat
Reskrim Polresta Bandar Lampung Kompol Takdir Matanette dalam penangkapan
sindikat pencurian kendaraan motor di wilayah kota Bandar Lampung sindikat
pencuri motor tersebut dalam beraksi modusnya mereka menggunakan kunci leter
T, dengn cara merusak setang dan kontak motor, dengan pelaku dan penadah
kebanyakan dari luar Bandar Lampung seperti Kotabumi dan Lampung timur.6
Pemberian sanksi terhadap pelaku tindak pidana pencurian merupakan bentuk
pertanggungjawaban pidana yang melalui proses penegakan hukum, ketertiban
dan perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat
terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga
keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan
oleh nilai-nilai aktual didalam masyarakat beradab. Apabila sarana pidana
dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik
hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapaihasil
5
Toni. Astaga Remaja jadi Sindikat Curanmor. http://www.kupastuntaslampung.com/16-05-2014 (22:33)
6
undangan pidana yangsesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan
untuk masa-masa yang akan datang7.
Penegakan hukum terhadap kejahatan merupakan salah satu tujuan dalam satu
sistem peradilan pidana yang terpadu. Sistem peradilan pidana yang terpadu
adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi masalah kejahatan
bertujuan agar kejahatan tetap berada dalam batas toleransi masyarakat8. Sistem
ini akan dianggap berhasil apabila terjadi keterpaduan antara ketiga komponen
penegakan hukum, dalam hal ini kepolisian, kejaksaan dan kehakiman. Mencegah
masyarakat menjadi korban kejahatan memang bukan tanggung jawab kepolisian
semata, serta ketiga komponen penegak hukum lainya, melainkan dibutuhkan juga
peran serta masyarakat dalam pihak kepolisian pada khususnya9.
Luasnya ruang lingkup tindak pidana oleh sindikat pencurian kendaraan bermotor
dengan berbagai macam cara dan modus baik secara bersama dengan cara
sembunyi-sembunyi maupun kekerasan sudah sangat meresahkan masyarakat
Bandar Lampung pada umumnya sehingga sudah menjadi tugas dan tanggung
jawab aparat penegak hukum khususnya Kepolisian untuk mengungkap kasus
sindikat pencurian bermotor tersebut. Hal inilah yang melatar belakangi penulis
memilih kasus pencurian dengan sindikat pencurian sebagai penelitian skripsi
penulis, yaitu suatu “Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Pidana
Pencurian Sepeda Motor yang Dilakukan oleh Sindikat di Bandar Lampung (Studi
Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)”.
7
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban dalam Hukum Pidana, Jakarta, Bina Aksara, 1993, hlm. 46.
8
Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana, Jakarta, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, Universitas Indonesia, 1994, hlm. 140.
7
B. Permasalahan dan Ruang lingkup
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan diatas atau pada halaman
sebelumnya, maka masalah yang diangkat atau diajukan dalam penulisan skripsi
ini adalah :
1. Bagaimanakah Peran Kepolisian dalam penegakan hukum pidana pencurian
sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung (Studi Kasus
Kepolisian Sektor Kedaton)?
2. Apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat Kepolisian dalam penegakan
hukum terhadap pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat
di Bandar Lampung (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton)?
2. Ruang Lingkup
Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka dibatasi ruang lingkup penelitian
dalam ruang lingkup hukum pidana, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
guna mendapatkan data dalam menjawab permasalahan dengan ruang lingkup
penelitian yaitu peran Kepolisian dalam penegakan hukum pidana pencurian
sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung, yang menjadi
ruang lingkup dan lokasi adalah Kepolisian Sektor Kedaton Bandar Lampung dan
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, maka
tujuan penulisan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui peran Kepolisian dalam penegakan hokum pidana
pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar Lampung
(Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton).
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Kepolisian dalam penegakan
hukum terhadap pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat
di Bandar Lampung (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton).
2. Kegunaan Penelitian
Secara garis besar dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka kegunaan penelitian
ini dapat dibagi menjadi beberapa. Adapun kegunaan yang diharapkan dalam
penulisan skripsi ini :
a. Kegunaan Teoritis
Menjadi sumbangsih bagi pemerintah, khususnya bagi Kepolisian sebagai
bahan pengetahuan mengenai Peran Kepolisian dalam penegakan hukum
terhadap pencurian sepeda motor oleh sindikat dan faktor penghambatnya,
demi terciptanya keamanan dan ketentraman bagi masyarakat.
b. Kegunaan Praktis
a) Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan khususnya
9
b) Memberikan kontribusi kepada kalangan akademisi dan praktisi,
penambahan pengetahuan hukum umumnya dan hukum pidana
c) Memberikan pengetahuan kepada kita semua tentang tugas dan fungsi
aparat penegak hukum dalam penegakan hukum khususnya Tindak Pidana
Pencurian oleh Sindikat atau secara bersama-sama.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil
pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.10
Manusia sebagaimana diakui oleh hukum (pendukung hak dan kewajiban hukum)
pada dasarnya secara normal mengikuti hak-hak yang dimiliki manusia. Hal ini
berkaitan dengan arti hukum yang memberikan pengayom, kedamaian dan
ketentraman seluruh umat manusia dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Setiap penelitian itu akan ada suatu kerangka teoritis yang menjadi acuan dan
bertujuan untuk mengidentifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan
oleh peneliti.11 Kata teoritis adalah bentuk adjective dari kata “teori”. Teori adalah
anggapan yang teruji kebenarannya, atau pendapat/cara/aturan untuk melakukan
sesuatu, atau asas/hukum umum yang menjadi dasar ilmu pengetahuan.
10
Soerjano, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cetakan 3, Jakarta, Universitas Indonesia pres, 2007, hlm.127.
Pengertian peranan yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dalam hal ini dia
mengatakan bahwa “peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya,
maka ia menjalankan suatu peranan.”12
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kududukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat
dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai
macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal
tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi
masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi,
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.13
Peranan menurut Soerjono Soekanto menyatakan bahwa suatu peranan tertentu
dapat dijabarkan kedalam dasar-dasar berikut:14
1. Peranan yang ideal (ideal role)
2. Peranan yang seharusnya (expected role)
3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)
4. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role)
Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan
antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan itu sendiri
12
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.243.
13
Ibid,hlm.268.
14
11
diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi seseorang
menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu
peranan.Peranan mencakup tiga hal, yaitu : 15
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang menjadi pedoman/membimbing seseorang untuk
melakukan suatu aktifitas dalam kehidupan masyarakat;
b. Peran dalam suatu konsep, perihal yang dapat dilakukan oleh seorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian kegiatan yang
dianggap paling tepat atau ideal yang dilakukan seseorang dalam kedudukan
di masyarakat dalam menjalani tugasnya,
c. Peranan yang kenyataannya dapat dilakukan seseorang dalam aktifitasnya
yang berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat, peranan dalam arti
ini adalah peran konkrit yang dilakukan seseorang karena situasi dan kondisi
yang ada disekitarnya, sehingga wujud nyata dari peran tersebut adalah berupa
kebijakan-kebijakan yang belum tentu sesuai dengan aturan yang berlaku dan
tidak perlu sebagai suatu aktifitas yang seharusnya (yang ideal), melainkan
aktifitas yang lahir karena keadaan yang nyata yang mempengaruhinya.
Pengertian tindak pidana maupun strafbaar feit menurut Simons, strafbaar feit
adalah
“Kelakuan atau handeling yang diancam dengan pidana yang bersifat
melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan oleh
orang yang mampu bertanggungjawab” 16
15
Penegakan hukum pidana merupakan bagian dari formulasi kebijakan
penanggulangan kejahatan (politik kriminal), dengan tujuan akhir adalah
perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian
penegakkan hukum pidana yang merupakan bagian hukum pidana perlu di
tanggulangi dengan penegakan hukum pidana berupa penyempurnaan peraturan
perundang-undangan dengan penerapan dan pelaksanaan hukum pidana dan
meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi
tindak pidana.
Masalah penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif dan
negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut, faktor-faktor penegakan hukum
adalah sebagai berikut:17
a. Faktor Perundang-undangan (substansi hukum)
Praktek menyelenggarakan penegakan hukum di lapangan sering sekali terjadi
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan
konsepsi keadilan merupakansuatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan
kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif.
b. Faktor penegak hukum
Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas
atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan
hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa
16
Ruslan Saleh, Beberapa Asas-asas Hukum Pidana dalam Perspektif, Jakarta, Aksara Baru, 1981, hlm. 21.
17
13
kebenaran adalah suatu kebejatan.Penegakan kejahatan tanpa kejujuran adalah
suatu kemunafikan.Maka keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus
terasa dan terlihat serta harus diaktualisasikan.
3. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung
Sarana dan faslitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil, orgnisasi yang baik, peralatan yang memadai,
keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan
hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin
menjalankan peranannya sebagaimaa mestinya.
4. Faktor masyarakat
Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan
hukum.Sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai dalam masyarakat.Bagian yang terpenting dalam menentukan
penegak hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. Semakintinggi
kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan
hukum yang baik. Sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran hukum
masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan penegakan hukum
yang baik.
5. Faktor kebudayaan
Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum
adat.Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan
nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin
masyarakat, apabila peraturan-peraturan perundang-undangan tiak sesuai atau
bertentangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin sukar untuk
melaksanakan dan menegakan peraturan tersebut.
2. Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara
konsep-konsep khusus yang akan diteliti, baik dalam penelitian hukum normatif
maupun empiris. Biasanya telah merumuskan dalam definisi-definisi tertentu atau
telah menjalankan lebih lanjut dari konsep tertentu.18 Kerangka konseptual
merupakan kerangka yang menghubungkan atau menggambarkan konsep-konsep
khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah.19
Upaya memudahkan pengertian yang terkandung dalam kalimat judul penelitian
ini, maka penulis dalam konseptual ini menguraikan pengertian-pengertian yang
berhubungan erat dengan penulisan sekripsi ini, maka akan dijelaskan beberapa
istilah yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
a. Peranan dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat, yang lebih anyak menekankan pada fungsi, penyesuaian
diri dan sebagai suatu proses .20
b. Kepolisian Menurut Hoegeng, polisi secara universal mencakup fungsi dan
organ yang merupakan lembaga resmi yang diberi mandat untuk memelihara
ketertiban umum, perlindungan orang serta segala sesuatu yang dimilikinya
18
Sanusi Husin, Penuntun Praktis Penulisan Skripsi, Bandar Lampung, Fakultas Hukum Universitas Lampung, 1991, hlm. 9.
19
Soerjono, Soekanto.. Pengantar Penelitian Hukum Cetakan 3, Jakarta, Universitas Indonesia pres , 2007, hlm. 32.
20
15
dari keadaaan bahaya atau gangguan umum serta tindakan-tindakan melanggar
hukum.21
c. Penegakan hukum Pidana adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai
yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah/pandangan nilai yang mantap dan
mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap
akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.22
d. Pengertian Tindak pidana maupun strafbaar feit menurut Simons, strafbaar
feit adalah “Kelakuan atau handeling yang diancam dengan pidana yang
bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan
oleh orang yang mampu bertanggungjawab” 23
e. Pengertian pencurian dengan Sindikat adalah, Pencurian sendiri dapat
dirumuskan yaitu mengambil barang sebagian atau seluruhnya milik orang
lain, untuk dimilikinya dengan cara melanggar hukum. 24
f. Sindikat sendiri dapat berarti sindikat Kriminal, yaitu merupakan
perkumpulan dari sejumlah orang yang terbentuk untuk melakukan aktivitas
criminal.25 Atau dalam arti lain merupakan suatu kejahatan terorganisir yaitu
suatu kejahatan yang dilakukan lebih dari satu orang yang memiliki kesetiaan
terhadap perkumpulannya untuk menyelenggarakan kejahatan. Ruang lingkup
21
Ari Santoso dkk, Hoegeng, Yogyakarta, Betang pustaka, 2009, hlm. 4. 22
Soerjono, Soekanto, Factor-faktor Yang Mempengaruhi penegakan hukum, Jakarta, Rajawali pers, 2005.
23
Ruslan Saleh, Beberapa Asas-asas Hukum Pidana dalam Perspektif'.Jakarta, Aksara Baru. 1981, hlm . 21.
24
R Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Bogor, poilitea.1991.hlm.15.
25
dari kejahatan ini meliputi kekejaman, pencurian, korupsi monopoli, ekonomi,
penipuan, dan menimbulkan korban.26
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini secara keseluruhan dapat mudah dipahami dari sitematika penulisannya
yang disusun sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang pendahuluan yang merupakan latar belakang yang
menjadi perumusan permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan
penelitian, kerangka teoritis dan konseptual yang menjelaskan teori dan istilah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini merupakan pengantar yang berisikan tentang pengertian-pengertian umum
pengertian Kepolisian, Penegakan Hukum, Tindak Pidana Pencurian.
III. METODE PENELITIAN
Bab ini membahas metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian, terdiri
dari pendekatan masalah, sumber dan jenis data, populasi dan sampel, prosedur
pengumpulan data dan pengolahan data secara analisis data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang membahas
permasalahan-permasalahan yang ada, yaitu: mengenai Peran Kepolisian dalam penegakan
26
17
hukum pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh sindikat di Bandar
Lampung (Studi Kasus Kepolisian Sektor Kedaton).
V. PENUTUP
Bab ini merupakan hasil akhir yang berisikan kesimpulan dari penulisan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan saran yang berkaitan dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Kepolisian RI
1. Tugas dan Fungsi Kepolisian Republik Indonesia
Eksistensi Kepolisian menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian yang harus dijalankan sehubungan dengan perlengkapan serta atribut
yang melekat pada individu maupun instansi, dalam hal ini diberikan oleh Polri
didasarkan atas asas Legalitas Undang-Undang yang karenanya merupakan
kewajiban untuk dipatuhi oleh masyarakat. Agar peran ini bisa dijalankan dengan
benar, pemahaman yang tepat atas peran yang diberikan harus diperoleh.
Pemaknaan akan Pelindung, Pengayom, dan Pelayan masyarakat bisa beragam
dari berbagai tinjauan, namun untuk kesamaan persepsi bagi kita dan langkah bagi
kita, pemaknaan itu dapat dirumuskan: 1) Pelindung: adalah anggota POLRI yang
memiliki kemampuan memberikanperlindungan bagi warga masyarakat, sehingga
terbebas dari rasa takut, bebas dari ancaman atau bahaya, serta merasa tentram dan
damai, 2) Pengayom: adalah anggota POLRI yang memiliki kemampuan
memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dorongan, ajakan, pesan dan nasehat
yang dirasakan bermanfaat bagi warga masyarakat.3) Pelayan: adalah anggota
POLRI yang setiap langkah pengabdiannya dilakukan secara bermoral, beretika,
19
Pemaknaan dari peran Pelindung, Pengayom dan Pelayan seyogianya tidak hanya
tampil dalam setiap langkah kegiatan apapun yang dilakukan oleh personil Polri
berkaitan dengan tugasnya, melainkan juga dalam perilaku kehidupannya
sehari-hari Tampilan perilaku dimaksud akan sangat tergantung pula kepada integritas
pribadi masing-masing anggota Polri, untuk bisa dilaksanakan secara sadar, baik
dan tulus. Pada intinya, perilaku yang ditampilkan dapat berwujud :
Sebagai Pelindung : berikan bantuan kepada masyarakat yang merasa terancam
dari gangguan fisik dan psikis tanpa perbedaan perlakuan
1. Sebagai Pengayom : dalam setiap kiprahnya, mengutamakan tindakan yang
bersifat persuasif dan edukatif
2. Sebagai Pelayan : layani masyarakat dengan kemudahan, cepat, simpatik,
ramah, sopan serta pembebanan biaya yang tidak semestinya
3. Sebagai pengayom : POLRI harus selalu simpati dan ramah tamah. Disini
ada tiga konsep policy Kapolri yang relevan, yaitu etis,tanggap dan jangan
semena mena. Sedangkan sebagai pengawas masyarakat, Polri harus tegas,
berwibawa dan kalau perlu keras. Satu lagi konsep policy Polri adalah
relevan kuat, yaitu Polri harus sadar bahwa dirinya adalah sebagai ”Crime Hunter”.
Polisi harus bertindak keras tetapi tidak bengis, harus melakukan pelayanan yang
efisien tapi tidak mengharap apapun, tidak memihak pada kesatuan apapun
(khususnya bidang politik) demi tegaknya azas kepolisian. Bagi kepolisian,
hal-hal itu merupakan falsafah pelaksanaan tugas yang bersifat universal, sebagai
tentang Peran TNI dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka
peranan Kepolisian adalah :
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat
2. Dalam menjalankan perannya, Kepolisian Negara Republik Indonesia
wajib memiliki keahlian dan keterampilan secara profesional
2. Fungsi Kepolisian RI Dalam Masyarakat
Tugas yuridis Kepolisian tertuang dalam UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan di dalam UU Pertahanan dan Keamanan.
Selanjutnya dalam Pasal 15 UU No. 2 tahun 2002 disebutkan :
(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 dan Pasal 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum
berwenang :
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
menggangu ketertiban umum
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalan lingkup kewenangan
21
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan
g. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang
i. Mencari keterangan dan barang bukti
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional
k. Mengeluarkan surat dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain serta kegiatan masyarakat
m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu
Tugas pokok tersebut dirinci lebih luas sebagai berikut :
1. Aspek ketertiban dan keamanan umum
2. Aspek perlindungan terhadap perorangan dan masyarakat (dari gangguan atau
perbuatan melanggar hukum/kejahatan, dari penyakit-penyakit masyarakat dan
aliran-aliran kepercayaan yang membahayakan termasuk aspek pelayanan
masyarakat dengan memberikan perlindungan dan pertolongan)
3. Aspek pendidikan sosial di bidang ketaatan/kepatuhan hukum warga
masyarakat
4. Aspek penegakan hukum di bidang peradilan, khususnya di bidang
penyelidikan dan penyidikan
Mengamati tugas yuridis Kepolisian yang demikian luas tetapi luhur dan mulia
menjalankan tugasnya itu harus selalu menjungjung tinggi hak-hak asasi rakyat
dan hukum negara, khususnya dalam melaksanakan kewenangannya dibidang
penyidikan. Ditegaskan pula agar senantiasa mengindahkan norma-norma
keagamaan, perikemanusiaan, kesopanan dan kesusilaan. Beban tugas yang
demikian berat dan ideal itu tentunya harus didukung pula oleh aparat pelaksana
yang berkualitas dan berdedikasi tinggi.
Memperhatikan perincian tugas dan wewenang kepolisian seperti telah
dikemukakan diatas, terlihat bahwa pada intinya ada dua tugas kepolisian
dibidang penegakan hukum, yaitu :
1. Penegakan hukum dibidang Peradilan pidana (dengan sarana penal)
2. Penegakan hukum dengan sarana non-penal
Tugas penegakan hukum dibidang Peradilan (dengan sarana penal) sebenarnya
hanya merupakan salah satu atau bagian kecil saja dari tugas kepolisian, sebagian
tugas kepolisian justru terletak diluar penegakan hukum pidana (non-penal).
Tugas Kepolisian dibidang peradilan pidana hanya terbatas dibidang penyelidikan
dan penyidikan, tugas lainnya tidak secara langsung berkaitan dengan hukum
pidana walaupun memang ada beberapa aspek hukum pidanya. Misalnya, tugas
memelihara ketertiban dan keamanan umum, mencegah penyakit-penyakit
masyarakat, memelihara keselamatan, perlindungan dan pertolongan kepada
masyarakat dan penanggulangan dalam konflik sosial, mengusahakan ketaatan
hukum warga masyarakat tentunya merupakan tugas yang lebih luas dari yang
sekedar dinyatakan sebagai tindak pidana (kejahatan/pelanggaran) menurut
23
Uraian diatas ingin diungkapkan bahwa tugas dan wewenang kepolisian yang
lebih berorientasi pada aspek sosial atau aspek kemasyarakatan (yang bersifat
pelayanan dan pengabdian) sebenarnya lebih banyak daripada tugas yuridisnya
sebagai penegak hukum dibidang peradilan pidana. Dengan demikian dalam
menjalankan tugas dan wewenangya, kepolisian sebenarnya berperan ganda baik
sebagai penegak hukum maupun sebagai pekerja sosial untuk menggambarkan
kedua tugas peran ganda ini. Kongres PBB ke-5 (mengenai Prevention of crime
and the treatment of offenders) pernah menggunakan istilah ”service oriented
task” dan “law enforcement duties”.
Perihal kepolisian dengan tugas dan wewenangnya, ada diatur dalam UU No.2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam
Undang-Undang tersebut dikatakan bahwa, kepolisian adalah segala hal-ikhwal yang
berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan perundang-undangan.
Keterangan pasal tersebut, maka dapat dipahami suatu kenyataan bahwa
tugas-tugas yang diemban oleh polisi adalah sangat komplek dan rumit sekali terutama
didalam bertindak sebagai penyidik kejahatan atau tindak pidana bahkan dalam
penanggulangan konflik sosial antar kampung.
Sebagai alat perlengkapan negara, polisi bertanggungjawab melaksanakan tugas
pemerintah sehari-hari, yaitu menimbulkan rasa aman pada warga masyarakat.
Tugas pemerintah ini dilakukan polisi melalui penegakan hukum pidana,
khususnya melalui pencegahan dan menyelesaikan kejahatan prostitusi yang
memelihara ketertiban dan keteraturan. Tetapi untuk keperluan analisa kedua
fungsi tersebut harus dibedakan, karena menyangkut profesional yang berbeda.
Undang Undang Kepolisian (Undang Undang No. 2 tahun 2002) memberikan
tugas dan wewenang yang sangat luas kepada polisi, mandat yang diberikan ini
pada hakikatnya dapat dibagi dalam dua kategori dasar, pertama adalah untuk
mencegah dan menyidik kejahatan, dimana akan tampil wajah polisi sebagai alat
negara (penegak hukum). Mandat kedua agak lebih sukar menggambarkannya,
polisi disini bertugas adalah sebagai Pengayom yang memberikan perlindungan
dan pelayanan kepada masyarakat.
Sebagaimana telah disebut diatas, masyarakat menginginkan bahwa polisi harus
menegakkan hukum pidana dalam penegakan hukum tindak pidana pencurian
secara bersama atau dalam bentuk sindikat, polisi harus berusaha melakukan
upaya meminimalisir kejahatan pencurian dengan melakukan tugasnya dengan
lebih cepat.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Masalah penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif dan
negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. faktor-faktor penegakan hukum
adalah sebagai berikut:27
a. Faktor hukumnya sendiri, Undang-Undang.
27
25
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentu maupun
menerapkan hukum.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.
1. Faktor Hukum
Penegakan hukum, adakalanya terjadinya pertentangan antara kepastian hukum
dan keadilan hukum. Keadilan merupakan suatu yang abstrak, sedangkan kepatian
hukum merupakan suatu prosedur yang telah di tentukan secara normatif.
Telah lebih lanjut, sebenarnya segala tindakan atau kebijakan yang dilakukan
tanpa melanggar hukum akan dapat di ketegorikan sebagai sebuah kebajikan,
karena sesungguhnya penyelenggaraan hukum bukan hanya merupakan sebuah
penegakan hukum dalam kenyataan tertulis saja, akan tetapi juga harus
mengandung penyerasian antara nilai kaedah dan pola prilaku nyata yang
bertujuan untuk mencapai kedamaian dan keadilan.
Hukum yang di golongkan dalam bab ini ada 2, yaitu hukum baik dan hukum
buruk. Hukum yang baik adalah Peraturan hukum yang di buat berdasar
kesepakatan melalui kepentingan politik yang berbeda, sedangkan Hukum yang
buruk merupakan Peraturan hukum yang di buat berdasar kesepakatan melalui
2. Faktor penegak hukum
Aparat penegak hukum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
pelaksanaan hukum, tanpa mereka hukum sulit tercapai, meski dengan
keberadaanya hukum hanya dalam posisi mungkin bisa tercapai. Ini bukan hanya
tentang permasalahan ada atau tidaknya penegak hukum, tapi baik atau tidaknya
kualitas penegak hukum akan sangat mempengaruhi kualitas hukum.
Polisi, Jaksa, dan Kpk merupakan aparat penegak hukum di indonesia, tapi lihat
saja bagaimana sepak terjang tiga aparat penegak hukum di negara kita ini. Jika
masih seperti ini, maka kualitas hukum yang terjadi di Indonesia tidak akan
berubah menjadi baik, dan mungkin akan semakin terpuruk ketika para Markus
(makelar kasus) menjadi sahabat para penegak hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas pendukung
Fasilitas bukan hal yang asing lagi sebagai sarana pendukung, ini memang
merupakn hal yang juga menentukan terhadap pelaksanaan hukum. Tanpa sarana
atau fasilitas, penegakan hukum akan mengalami sedikit kendala. Tapi uniknya
kadang faktor pendukung ini di jadikan sebagai faktor utama dalam keikutsertaan
para aparat hukum dalam mengabdi pada negara, sehingga sekarang bisa dilihat
sendiri hasilnya.
KIB (Kabinet Indonesia Bersatu) jilid II, memberikan fasilitas berupa mobil untuk
pemerintah seharga Rp. 1,3 milyar dengan menukar mobil lamanya Toyota Camri
27
kelengkapan dan kemewahan fasilitas tetap menjadi prioritas utama dalam
penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat atau SDM masyarakat
Penegakan hukum yang dilakukan untuk sebuah keadilan dan kedamaian bagi
masyarakat akan menuntut masyarakatnya untuk banyak berparisipasi. Kesadaran
masyarakat sangatlah penting sehingga ketika masyarakat menjalankan hukum
karena takut, maka hukum akan berlalu begitu saja. Lain halnya ketika masyarakat
melaksanakan hukum karena kesadarannya.
Di indonesia kesadaran masyarakat terhadap hukum sangat jarang sekali di temui,
pelaksanaan hukum masih terpaku pada menonjolnya sikap apatis serta
menganggap bahwa penegakan hukum merupakan urusan aparat penegak hukum
semata dan tidak berangkat dari kesadaran masyarakat.
5. Faktor kebudayaan
Sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan kebudayaan
menurut Soerjono Sukanto, mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia
dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika mereka tak
berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian kebudayaan adalah suatu garis
pokok yang menentukan peraturan dan menetapkan mengenai apa yang harus
Masalah budaya, lebih mengenaskan beberapa budaya kita sudah di curi malasyia.
Dan budaya barat lebih populer di negara berlambang garuda ini, budaya kita kini
memang tengah mengalami keterasingan di negara sendiri, padahal budaya sangat
menentukan hukum. Bagaimana kelanjutan penegakan hukum di Indonesia dapat
menjadi lebih baik, jika kelima faktor penegakan hukum sudah tidak dimiliki oleh
bangsa ini. Bagi siapa saja yang membaca ini, marilah kita tumbuhkan kecintaan
kita terhadap Indonesia dengan memunculkan kesadaran hukum kita agar
kedamaian dan keadilan dapat di wujudkan di negara kita yang tercinta ini.
C. Tinjauan Umum Tindak Pidana Pencurian
Tindak pidana maupun strafbaar feit menurut Simons, hakikatnya merupakan
adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun
tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas tindakannya
dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat
dihukum28. Tindak pidana itu adalah suatu perbuatan yang melawan memenuhi
rumusan delik, bersifat melawan hukum dan dilakukan dengan kesalahan.
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan, larangan mana
disertai dengan ancaman (sanksi), yang berupa pidana tertentu, bagi siapa saja
yang melanggar larangan tersebut. Perbuatan pidana yang diancam dengan sanksi
pidana tersebut dapat dipaksakan kepada pelakunya oleh aparat penegak hukum
dalam rangka menjaga ketertiban, keamanan serta norma-norma hukum pidana itu
sendiri29.
28
Ruslan Saleh, Beberapa Asas-asas Hukum Pidana dalam Perspektif', Jakarta, Aksara Baru, 1981, hlm. 21.
29Ibid
29
Perbuatan pidana menurut sistem KUHP kita dibagi dalam dua jenis yaitu
kejahatan dan pelanggaran. Penggolongan jenis-jenis delik yang ada dalam KUHP
terdiri dari kejahatan, disusun dalam Buku II KUHP, sedangkan Pelanggaran
disusun dalam Buku III KUHP. Undang-undang hanya memberikan
penggolongan kejahatan dan pelanggaran, akan tetapi tidak memberikan arti yang
jelas.
Secara yuridis dapat dikatakan bahwa tindak pidana merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan moral, kemanusiaan dan merugikan masyarakat serta
sifatnya yang melanggar atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum
pidana yang berlaku. Tindak pidana itu sendiri diatur dalam KUHP yaitu dalam
Buku kedua tentang Kejahatan dan Buku Ketiga tentang Pelanggaran.
1. Pencurian Ringan
Pencurian ringan dijelaska Pasal 364 “Perbuatan yang diterangkan dalam pasal
362, dan pasal 363ayat (1) no. 4, begitu juga perbuatan yang diterangkan dalam
pasal 363 ayat (1) no. 5, asal saja tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam
pekarangan tertutup yang ada rumahnya dan jika barang yang dicuri itu tidak lebih
dari dua ratus lima puluh rupiah, dihukum sebagai pencurian ringan, dengan
hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya
sembilan ratus rupiah”.
Adapun unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan yang diatur dalam Pasal 362 : pencurian biasa
2. Perbuatan yang diatur dalam Pasal 363 ayat 1 no. 4: Pencurian dilakukan
3. Perbuatan yang diatur dalam Pasal 363 no. 5:
Pencurian, dimana yang bersalah memasuki tempat kejahatannya atau dimana
ia mencapai barang yang akan diambil itu, dengan cara:
1.Membongkar atau merusak;
2.Memanjat;
3.Memakai anak kunci palsu;
4.Memakai perintah palsu;
5.Memakai pakaian jabatan palsu.
Perbuatan itu tidak dilakukan dalam suatu rumah atau dipekarangan tertutup
dimana berdiri sebuah rumah.
Harga dari pada barang yang diambil tidak melebihi jumlah Rp 250,-
2. Pencurian Dengan Pemberatan
Pencurian dengan Pemberatan dinamakan juga pencurian dikualifikasi dengan
ancaman hukuman yang lebih berat jika dibandingkan dengan pencurian biasa,
sesuai dengan Pasal 363 KUHP, "Barang siapa mengambil suatu benda yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5
tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah".
Dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun :
1. Pencurian ternak
2. Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi, atau gempa
laut, peletusan gunung api, kapal karena terdampar, kecelakaan kereta api,
31
3. Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau dipekarangan tertutup yang
ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya
atau tiada dengan kemauan yang berhak.
4. Pencurian yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih bersama-sama.
5. Pencurian yang dilakukan untuk dapat masuk ketempat kejahatan atau untuk
dapat mengambil barang yang akan dicuri itu, dengan jalan membongkar,
merusak atau memanjat atau memakai anak kunci palsu atau pakaian jabatan
palsu.
Pencurian yang diterangkan dalam nomor tiga disertai dengan salah satu hal
tersebut dalam no. 4 dan 5, maka dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya
sembilan tahun.Pencurian ini atau ayat 2 adalah pencurian pokok yang ditambah
salah keadaan yang ada pada Pasal 363 KUHP.
ke-1: Jika barang yang dicuri itu adalah hewan yang dimaksud dengan hewan
adalah yang disebut pada Pasal 101 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: ”Ternak berarti hewan yang berkuku satu, hewan yang memamah biak”.
Pencurian hewan ini dianggap pencurian berat, dasar pertimbangan nya
adalah hewan milik seorang petani yang penting atau sangat berguna
sebagai penunjang kerja dalam hidup sehari-hari.
ke-2: Bila pencurian itu dilakukan dalam keadaan seperti pada Pasal 363 KUHP
ayat ke-2, maka diancam hukuman lebih berat karena pada kedaan seperti
ini orang dalam keributan dan kebingungan dan barang-barang dalam
kedaan tidak terjaga. Sedangkan orang yang mempergunakan kesempatan
dianggap rendah budinya. Antara terjadinya malapetaka dengan terjadinya
pencurian harus ada hubungannya maksudnya pencurian itu harus
benar-benar tahu dalam mempergunakan untuk mencuri. Tidak termasuk dalam
pengertian jika terjadi malapetaka atau bencana yang lain, karena pencuri
benar-benar tidak tahu dan tidak saja mempergunakan kesempatan ini.
ke-3: Yang dimaksud dengan malam adalah sesuai dengan ketentuan dengan
Pasal 98 KUHP yang menyatakan: ” Malam berarti waktu antara matahari
terbenam dan matahari terbit”. Sedang dimaksud dengan rumah adalah
tempat yang digunakan untuk didiami siang dan malam artinya: ”Untuk
tidur dan sebagainya”. Sebuah gedung yang tidak dipergunakan makan dan
tidur tidak termasuk pengertian rumah, sedang peran kereta api yang
didiami siang dan malam termasuk dalam pengertian rumah. Sedangkan
pakaian jabatan palsu, pakaian yang dipakai oleh orang yang tidakberhak
untuk itu misalnya pencuri yang masuk kedalam rumah dengan
menggunakan pakaian polisi dan yang terpenting pakaian itu tidak harus
instansi pemerintah, dari instansi swasta-pun bias dimasukan pengertian
pakaian palsu.
3. Pencurian dengan Kekerasan
Sesuai dengan Pasal 365 KUHP maka adalah sebagai berikut:
(1) Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau
33
kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan
kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap
tinggal di tempatnya.
(2) Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan:
a. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum atau di
dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.
b. Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih
c. Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan
memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
d. Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat.
e. Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima tahun jika perbuatan
ituberakibat ada orang mati.
(4) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang
luka atau mati dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau
lebih dan lagi pula disertai salah satu hal yang diterangkan dalam Nomor 1
dan Nomor 3.
a. Yang dimaksud dengan kekerasan menurut Pasal 89 KUHP yang berbunyi ”Yang dimaksud dengan melakukan kekerasan”, yaitu membuat orang jadi
pingsan atau tidak berdaya lagi.Sedangkan melakukan kekerasan menurut
Soesila mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara
tidak syah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala senjata,
kekerasan adalah mengikat orang yang punya rumah, menutup orang
dalam kamar dan sebagainya dan yang penting kekerasan itu dilakukan
pada orang dan bukan pada barang.
b. Ancaman hukumannya diperberat lagi yaitu selama-lamanya dua belas
tahun jika perbuatan itu dilakukan pada malam hari disebuah rumah
tertutup, atau pekarangan yang di dalamnya ada rumah, atau dilakukan
pertama-tama dengan pelaku yang lain sesuai yang disebutkan dalam Pasal
88 KUHP atau cara masuk ke tempat dengan menggunakan anak kunci
palsu, membongkar dan memanjat dan lain-lain. Kecuali jika itu perbuatan
menjadikan adanya yang luka berat sesuai dengan Pasal 90 KUHP yaitu:
Luka berat berarti:
1) Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan
sempurna atau yang mendatangkan bahaya maut.
2) Senantiasa tidak cukap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
pencahariaan.
3) Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra.
4) Mendapat cacat besar.
5) Lumpuh (kelumpuhan).
6) Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu.
7) Gugurnya atau matinya kandungan seseorang perempuan.
c. Jika pencurian dengan kekerasan itu berakibat dengan matinya orang maka
ancaman diperberat lagi selama-lamanya lima belas tahun, hanya saja yang
35
d. Hukuman mati bisa dijatuhkan jika pencurian itu mengakibatkan matinya
orang luka berat dan perbuatan itu dilakuakan oleh dua orang atau lebih
bersama-sama atau sesuai dengan Pasal 88 KUHP yaitu: ”Mufakat jahat
berwujud apabila dua orang atau lebih bersama-sama sepakat akan melakukan kejahatan itu”.
D. Pengertian Penyertaan Dalam Tindak Pidana
Penyertaan adalah dua orang atau lebih yang melakukan tindak pidana atau
dengan kata lain pelaksanaan ada dua orang atau lebih mengambil sebagian untuk
mewujudkan suatau tindak pidana.30
Secara luas dapat disebutkan bahwa seseorang turut serta ambil bagian dalam
hubungannya dengan orang lain, untuk mewujudkan tindak pidana, mungkin jauh
sebelum terjadinya (merencanakan), dekat sebelum terjadinya (menyuruh atau
menggerakkan untuk melakukan, memberikan keterangan), saat terjadinya (turut
serta, bersama-sama melakukan), setelah terjadinya tindak pidana
(menyembunyikan pelaku/hasil tindak pidana).
Ternyata dalam Bab V KUHP yang ditentukan mengenai penyertaan terbatas
hanya sejauh yang tercantum dalam Pasal 55 sampai dengan Pasal 60 yang pada
garis besaranya bentuk penyertaan dalam arti sempit (Pasal 55) dan pembantu
(Pasal 56 dan 59). Pembagian Penyertaan menurut KUHP Indonesia, ialah :
30
1. Pelaku (Pleger)
Pelaku adalah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi
perumusan delik dan dipandang paling bertanggung jawab atas kejahatan.
2. Orang yang menyuruh lakukan (Doenpleger)
Doenpleger adalah orang yang melakukan perbuatan dengan perantaraan orang
lain, sedang perantara itu hanya digunakan sebagai alat. Dengan demikian ada dua
pihak, yaitu pembuat langsung (manus ministra/auctor physicus), dan pembuat
tidak langsung (manus domina/auctor intellectualis).
Unsur-unsur pada doenpleger adalah:
a. Alat yang dipakai adalah manusia;
b. Alat yang dipakai berbuat;
c. Alat yang dipakai tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan hal-hal yang menyebabkan alat (pembuat materiel) tidak apat
dipertanggungjawabkan adalah:
a. Bila ia tidak sempurna pertumbuhan jiwanya (Pasal 44)
b. Bila ia berbuat karena daya paksa (Pasal 48)
c. Bila ia berbuat karena perintah jabatan yang tidak sah (Pasal 51 (2))
d. Bila ia sesat (keliru) mengenai salah satu unsur delik
e. Bila ia tidak mempunyai maksud seperti yang disyaratkan untuk kejahatan.
Jika yang disuruhlakukan seorang anak kecil yang belum cukup umur maka tetap
mengacu pada Pasal 45 dan Pasal 47 jo. UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang
37
3. Orang yang turut serta (Medepleger)
Medepleger menurut MvT adalah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau
turut mengejakan terjadinya sesuatu. Oleh karena itu, kualitas masing-masing
peserta tindak pidana adalah sama.
Syarat adanya medepleger :
a. Ada kerjasama secara sadar kerjasama dilakukan secara sengaja untuk bekerja
sama dan ditujukan kepada hal yang dilarang undang-undang.
b. Ada pelaksanaan bersama secara fisik, yang menimbulkan selesainya delik
tersebut.
4. Penganjur (Uitlokker)
Penganjur adalah orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu
tindak pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang ditentukan oleh
undang-undang secara limitatif, yaitu memberi atau menjanjikan sesuatu,
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, kekerasan, ancaman, atau penyesatan,
dengan memberi kesempatan, sarana, atau keterangan (Pasal 55 (1) angka 2).
Penganjuran (uitloken) mirip dengan menyuruhlakukan (doenplegen), yaitu
melalui perbuatan orang lain sebagai perantara. Namun perbedaannya terletak
pada:
a. Pada penganjuran, menggerakkan dengan sarana-sarana tertentu (limitatif)
yang tersebut dalam undang-undang (KUHP), sedangkan menyuruhlakukan
menggerakkannya dengan sarana yang tidak ditentukan.
b. Pada penganjuran, pembuat materiel dapat dipertanggungjawabkan, sedang
Syarat penganjuran yang dapat dipidana:
a. Ada kesengajaan menggerakkan orang lain
b. Menggerakkan dengan sarana/upaya seperti tersebut limitatif dalam KUHP
c. Putusan kehendak pembuat materiel ditimbulkan karena upaya-upaya tersebut.
d. Pembuat materiil melakukan / mencoba melakukan tindak pidana yang
dianjurkan
e. Pembuat materiel dapat dipertanggungjawabkan Penganjuran yang gagal tetap
dipidana berdasarkan Pasal 163 bis KUHP.
5. Pembantuan (Medeplichtige)
Sebagaimana disebutkan alam Pasal 56 KUHP, pembantuan ada dua jenis:
a. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Cara bagaimana pembantuannya
tidak disebutkan dalam KUHP. Ini mirip dengan medeplegen (turut serta),
namun perbedaannya terletak pada:
1. pada pembantuan perbuatannya hanya bersifat membantu/menunjang,
sedang pada turut serta merupakan perbuatan pelaksanaan.
2. pada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa
disyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan/berkepentingan
sendiri, sedangkan dalam turut serta, orang yang turut serta sengaja
melakukan tindak pidana, dengan cara bekerja sama dan mempunyai
tujuan sendiri.
3. pembantuan dalam pelanggaran tidak dipidana (Pasal 60 KUHP),
sedangkan turut serta dalam pelanggaran tetap dipidana.
4. Maksimum pidana pembantu adalah maksimum pidana yang
39
b. Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan, yang dilakukan dengan cara
memberi kesempatan, sarana atau keterangan. Ini mirip dengan penganjuran
(uitlokking). Perbedaannya pad niat/kehendak, pada pembantuan kehendak
jahat pembuat materiel sudah ada sejak semula/tidak ditimbulkan oleh
pembantu, sedangkan dalam penganjuran, kehendak melakukan kejahatan pada
pembuat materiel ditimbulkan oleh si penganjur.
Setiap tindak pidana yang terjadi dilakukan oleh beberapa orang jadi pada setiap
tindak pidana itu terlibat lebih dari seorang pelaku yang berarti terdapat beberapa
orang yang turut serta dalam pelaksanaan tindak pidana itu diluar seorang pelaku.
Dapat dikatakan bahwa deelneming pada suatu straafbaarfeit atau delicti terdapat:
“ apabila dalam suatu delik tersangkut beberapa orang atau lebih dari seorang.
Prof. Van Hamel mengatakan ajaran mengenai deelneming itu sebagai suatu
ajaran mengenai pertanggungjawaban yakni dalam hal dimana suatu delik yang
menurut rumusan undang-undang dapat dilakukan oleh seorang secar sendirian,
akan tetapi dalam kenyataannya telah dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam
suatu kerja sama yang terpadu baik secara psikis maupun materiial ”.31
Istilah deelneming adalah istilah yang digunakan oleh negara Belanda. Oleh
karena Negara kita adalah bekas jajahan Negara Belanda, maka kita juga
menggunakan istilah deelneming seperti yang terdapat dalam “Wetboek van
Strafrecht (WvS)” yang diterjemahkan menjadi “Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana”. Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal-pasal
31
mengenai penyertaan terdapat pada Buku I dan Buku V yaitu Pasal 55 dan Pasal
56 KUHP.
Penyertaan diartikan sebagai perbarengan kejahatan dimana terdapat beberapa
pihak yang menjalankan suatu kejahatan yang memiliki pertanggungjawaban
pidana yang berbeda. Harus dibedakan antara seseorang yang menyuruh dan
orang yang disuruh, dengan hubungan seseorang yang menggerakkan (uitlokker)
terhadap yang digerakkan (uitgelokte) : hubungan antara seseorang dengan orang
lain yang bersama-sama (berbarengan) melakukan tindak pidana, dengan
seseorang yang dibantu dengan orang lain yang melakukan kejahatan.
Pasal 55 KUHP menentukan :
a) Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana:
1. Mereka yang melakukan, menyuruh lakukan yang turut serta
melakukan perbuatan;
2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
men