• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI UMUR SIMPAN KERUPUK KEMPLANG DALAM KEMASAN PLASTIK POLIPROPILEN KETEBALAN 0,3 mm, 0,5 mm, DAN 0,7 mm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PREDIKSI UMUR SIMPAN KERUPUK KEMPLANG DALAM KEMASAN PLASTIK POLIPROPILEN KETEBALAN 0,3 mm, 0,5 mm, DAN 0,7 mm"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI UMUR SIMPAN KERUPUK KEMPLANG DALAM KEMASAN PLASTIK POLIPROPILEN KETEBALAN 0,3 mm, 0,5 mm,

DAN 0,7 mm

Oleh

ASTRID WULANDARI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PREDIKSI UMUR SIMPAN KERUPUK KEMPLANG DALAM KEMASAN PLASTIK POLIPROPILEN KETEBALAN 0,3 mm, 0,5 mm,

DAN 0,7 mm

Oleh

ASTRID WULANDARI

Kerupuk kemplang memiliki sifat mudah menyerap uap air dari udara sekitar. Hal tersebut membuat kerupuk kemplang mudah melempem dan teksturnya menjadi lebih alot. Oleh karena itu pengemasan menjadi faktor penting dalam mempertahankan kualitas dan umur simpan kerupuk kemplang. Pada penelitian ini kerupuk kemplang disimpan pada plastik polipropilen (PP) dengan tiga ketebalan yang berbeda: 0,3 mm, 0,5 mm, dan 0,7 mm dan perbedaan RH yaitu RH lingkungan (± 63%) dan RH stoples penyimpanan (± 53%). Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi umur simpan kerupuk kemplang yang dikemas dalam plastik PP dan disimpan dalam lingkungan penyimpanan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerupuk kemplang yang disimpan pada RH yang lebih rendah dan dalam plastik yang lebih tebal memiliki umur simpan yang lebih panjang. Umur simpan kerupuk kemplang pada RH lingkungan dan ketebalan kemasan PP 0,3 mm, 0,5 mm, dan 0,7 mm berturut-turut adalah 12 hari, 14 hari, dan 33 hari, sedangkan umur simpan kerupuk kemplang pada RH ± 53% dengan ketebalan kemasan PP 0,3 mm diprediksi selama 185 hari, pada ketebalan kemasan PP 0,5 mm dan 0,7 mm diprediksi selama >365 hari.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemplang merupakan salah satu makanan ringan yang digemari masyarakat Indonesia khususnya Sumatra bagian Selatan. Bahan baku kerupuk kemplang adalah semua jenis ikan segar yang dapat ditangani atau diolah untuk dijadikan produk. Jenis bahan baku yang umumnya digunakan sebagai bahan baku kerupuk kemplang adalah ikan tenggiri, ikan gabus, ikan kakap, ikan gurame, dan ikan nila (Ambasari, 2000).

Priyanto, dkk.(2012), melaporkan bahwa hasil pengukuran kadar air kerupuk kemplang matang berkisar antara 1,42% sampai dengan 2,56%. Kemplang yang melempem, teksturnya lebih alot sehingga kurang nikmat untuk dikonsumsi. Kemplang merupakan produk pangan kering yang cenderung menyerap uap air dari udara sekitar. Penyerapan uap air mengakibatkan kenaikan kadar air bahan makanan yang dapat menyebabkan bahan makanan tidak renyah dan mendorong pertumbuhan jamur. Oleh karena itu diperlukan kemasan yang berfungsi untuk menjaga kualitas dan memperpanjang umur simpan produk

(9)

2

Pengemasan merupakan salah satu cara pengawetan karena dapat memperpanjang umur simpan dan tidak menurunkan kualitas bahan. Kemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran (Triyanto, dkk., 2013). Menurut Mareta (2011), pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk

ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik.

Plastik merupakan salah satu jenis bahan kemas yang sering digunakan (Mareta, 2011). Selain itu plastik sebagai bahan pengemas memiliki keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang kuat, termoplastis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O₂, dan CO₂ (Amna, 2012).

Beberapa jenis plastik yang sering digunakan dalam kemasan bahan pangan dan mudah diperoleh diantaranya polipropilen dan polietilen (Surhaini dan Indriyani, 2009). Pengemasan kerupuk kemplang yang ada dipasaran umumnya

menggunakan jenis plastik Polipropilen (PP), karena murah, mudah didapat, kuat dan bersifat transparan.

Pengemasan yang tepat untuk produk bahan makanan kering sangat berpengaruh terhadap umur simpannya. Umur simpan merupakan suatu parameter produk selama penyimpanan. Salah satu kendala yang dijumpai oleh industri dalam pendugaan umur simpan suatu produk adalah masalah waktu, oleh karena itu diperlukan metode pendugaan umur simpan yang paling cepat, mudah,

(10)

3

bersangkutan (Hutasoit, 2009). Metode penentuan umur simpan terdiri dari metode konvensional dan metode akselerasi. Penentuan umur simpan dengan metode konvensional dilakukan dengan cara menganalisis kadar air suatu bahan, memplot kadar air tersebut pada grafik. Dalam pelaksanaan metode ini

memerlukan waktu yang lama karena kinetika reaksi yang berjalan lambat (Nugroho, 2007). Metode akselerasi atau Accelerated Storage Studies (ASS) adalah konsep studi peyimpanan untuk menentukan umur simpan produk yang menggunakan suatu kondisi lingkungan yang dapat mempercepat reaksi

deteriorasi (penurunan mutu) produk. Keuntungan dari metode ini membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat, namun tetap memilki ketepatan dan akurasi yang tinggi (Maulana, 2011).

Keterangan umur simpan (masa kadaluarsa) produk pangan merupakan salah satu informasi yang wajib dicantumkan oleh produsen pangan sebagai jaminan mutu pada saat produk sampai ke tangan konsumen. Kewajiban pencantuman masa umur simpan pada label pangan diatur dalam Undang-undang Pangan no. 7/1996 serta Peraturan Pemerintah No. 69/1999 (Kusnandar, 2010). Menurut Herawati (2008), faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu produk pangan adalah perubahan kadar air dalam produk. Penambahan kadar air pada bahan juga dipengaruhi oleh kelembaban udara ruang penyimpanan.

1.2Rumusan Masalah

(11)

4

menyerap uap air di udara sekitar. Hal ini dapat mengakibatkan produk mudah melempem dan mendorong pertumbuhan jamur sehingga tidak memenuhi selera konsumen.

Memilih ketebalan kemasan yang tepat menjadikan produk bertahan dalam rentan waktu maksimal. Memilih ketebalan plastik dapat menjadi acuan dalam

penentuan umur simpan melalui kegiatan penelitian ini.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai konstanta laju penambahan air (k) dan memprediksi umur simpan kerupuk kemplang dalam plastik polipropilen (PP) pada ketebalan 0,3 mm, 0,5 mm, dan 0,7 mm, yang disimpan pada RH lingkungan

(±63%), RH stoples penyimpanan (±53%) dan suhu lingkungan (±30˚C).

1.4Manfaat Penelitian

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aktifitas Air (Aw)

Aktivitas air atau water activity (aw) sering disebut juga air bebas, karena mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi pada bahan pangan. Bahan pangan yang mempunyai kandungan atau nilai aw tinggi pada umumnya cepat mengalami kerusakan, baik akibat pertumbuhan mikroba maupun akibat reaksi kimia tertentu seperti oksidasi dan reaksi

enzimatik. Aktivitas air pada bahan pangan pada umumnya sangat mudah untuk dibekukan maupun diuapkan.

Hubungan kadar air dengan aktivitas air (aw) ditunjukkan dengan kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar air maka semakin tinggi pula nilai aw nya. Kadarair dinyatakan dalam persen (%) pada kisaran skala 0-100, sedangkan nilai aw dinyatakan dalam angka desimal pada kisaran skala 0-1,0 (Legowo dan Nurmanto, 2004).

Aktivitas air juga dinyatakan sebagai potensi kimia dari air yang nilainya

(13)

6

kimia. Sedangkan nilai aktivitas air sama dengan 1 berarti potensi air dalam proses kimia pada kondisi maksimal (Waluyo, 2001).

2.2 Kadar Air (moisture content)

Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukkan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan berdasarkan bobot basah (wet basis) atau berdasarkan bobot kering (dry basis). Kadar air bobot basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan bobot kering dapat lebih dari 100 persen, karena pada kadar air basis kering jumlah air pada bahan dibagi dengan berat kering bahan (Refli, 2011).

Persamaan perubahan kadar air selama penyimpanan dikemukakan dengan persamaan sebagai berikut:

Dari persamaan di atas, nilai kadar air pada waktu tertentu (Mt) dapat ditentukan dengan menurunkan persamaan di atas sebagai berikut:

2.3 Kelembaban Relatif Udara (RH)

(14)

7

maksimumpada suhu tertentu, maka uap air dikatakan dalam kondisi uap air jenuh. Jika suhu udara meningkat atau menurun, dan mengandung jumlah uap air yang sama, RH-nya akan berubah juga, sebaliknya jika suhu udara menurun maka kondisi RH-nya meningkat (Utama, 2006).

Larutan garam jenuh memiliki keuntungan dalam mempertahankan suatu kelembaban yang konstan selama jumlah garam yang ada masih diatas tingkat kejenuhannya. Namun demikian, kemurnian garam, luas permukaan cairan, dan volume larutan garam jenuh juga penting sekali jika pengukuran yang tepat dikehendaki (Somala, 2002).

Tabel 1. Kelembaban Nisbi Larutan Garam Jenuh

Garam Rumus Bangun

Kelembaban Nisbi (%) Suhu (°C)

20 25 30 35

Lithium klorida LiCl 12 11 11 11

Potassium asetat CH3COOK 23 23 23 23 Magnesium klorida MgCl2.6H2O 33 33 32 32 Potassium karbonat K2CO3 44 43 42 41 Magnesium nitrat Mg(NO3)2 53 52 52 51

Sodium Nitrit NaNO2 65 64 63 62

Sodium klorida NaCl 75 75 75 75

Ammonium sulfat (NH4)2SO4 80 80 79 79

Potassium klorida KCl 85 85 84 84

Barium klorida BaCl2.2H2O 91 90 89 88

Potassium nitrat KNO3 94 93 92 91

Potassium sulfat K2SO4 97 97 97 96

Sumber : Buckle et al., (1987 dalam Somala, 2002)

2.4 Bahan Kemas Plastik

(15)

8

dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Julianti dan Nurminah, 2006).

Untuk membuat barang-barang plastik agar memiliki sifat-sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau aditif. Penggunaan bahan tambahan tergantung pada bahan baku yang digunakan dan mutu produk yang dihasilkan (Mujiarto, 2005).

Plastik sebagai bahan kemasan dapat dilihat dari karakteristiknya. Karakteristik yang diuji dalam menentukan bahan kemasan yang tepat meliputi karakteristik mekanik dan permeabilitas plastik. Karakteristik mekanik suatu film kemasan terdiri dari, kuat tarik (tensile strength), kuat tusuk (puncture strength), persen pemanjangan (elongation to break) dan elastisitas (elastic/young modulus). Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh film selama

pengukuran berlangsung. Kuat tarik dipengaruhi oleh bahan pemlastis yang ditambahkan dalam proses pembuatan film. Sedangkan kuat tusuk

(16)

9

Perubahan kadar air bahan di dalam kemasan juga dipengaruhi oleh permeabilitas kemasan. Permeabilitas uap air kemasan turut mempengaruhi umur simpan bahan. Kemampuan permeabilitas tiap kemasan berbeda-beda dan akan

berpengaruh terhadap laju transmisi uap air. Semakin rendah laju transmisi uap air suatu kemasan, semakin sedikit jumlah uap air yang mampu menembus kemasan (Sembiring, 2012). Menurut Gunasoraya (2001), permeabilitas uap air kemasan adalah kemampuan uap air untuk menembus suatu kemasan pada kondisi suhu dan RH tertentu, sehingga semakin kecil permeabilitas air kemasan maka daya tembus uap air semakin kecil begitupun sebaliknya. Selain ketebalan, suhu lingkungan penyimpanan juga berpengaruh terhadap daya simpan produk. Semakin tinggi suhu, maka pori-pori plastik akan semakin membesar sehingga permeabilitas plastik meningkat.

2.3.1 Plastik Polipropilen (PP)

Polipropilen merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerisasi gas propilena. Polipropilen mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190-200 ºC), sedangkan titik kristalisasinya antara 130-135 ºC. Polipropilen mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (hemical resistance) yang tinggi, tetapi

ketahanan pukul (impact strength)nya rendah (Mujiarto,2005).

Menurut Rahimah (2011), polipropilen memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Ringan (densitas 0,9 g/cm3), mudah dibentuk, tembus pandang, dan jernih. b. Kekuatan tarik lebih besar dibandingkan polietilen.

(17)

10

d. Permeabilitas air rendah, tidak baik untuk makanan yang mudah teroksidasi.

e. Tahan sampai suhu 150 ºC.

f. Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak.

2.3.2 Plastik Polietilen (PE)

Polietilen adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat dengan proses

polimerisasi adisidari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri minyak dan batubara. Proses polimerisasidapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

polimerisasi dalam bejana bertekanan tinggi (1000-300 atm) menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang.

Plastik jenis PE ini sering digunakan sebagai pengemas aneka produk olahan, sayuran, buah-buahan, mentega dan margarin. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai

ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik. Konversi etilen menjadi polietilen (PE) secara komersial semula dilakukan dengan tekanan tinggi, namun ditemukan cara tanpa tekanan tinggi (Julianti dan Nurminah, 2006).

(18)

11

dapat diberikan yaitu dengan perbedaan suhu yang besar, dengan pemberian aliran listrik tegangan tinggi dan dengan kloronasi (Ceritadise, 2011).

2.5 Umur Simpan

Umur simpan adalah waktu yang dibutuhkan suatu produk pangan hingga menjadi tidak layak dikonsumsi lagi jika dilihat dari segi keamanan, nutrisi, sifat fisik dan organoleptik setelah disimpan dalam kondisi yang direkomendasikan

(Gunasoraya, 2011). Dalam penentuan umur simpan, hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor masa simpan dari suatu produk pangan. Menurut Waluyo (2001), umur simpan produk pangan adalah periode waktu dimana produk tersebut masih layak dan aman untuk dikonsumsi.

(19)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November 2012 - Maret 2013.

3.2 Alat dan Bahan

(20)

13

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan

Tahap pertama dimulai dengan membeli dan memilih kemplang yang diperoleh dari produsen kemplang dengan merk Ango yang berada di Kecamatan Teluk Betung Selatan. Kemplang yang dipilih umumnya memiliki penampakan tekstur yang seragam, bentuk yang relatif bulat dan rata.

Menyiapkan wadah plastik kedap uap air yang memiliki ukuran sedikit lebih besar dibandingkan sampel.

Menyiapkan plastik PP dan memotongnya menyesuaikan ukuran wadah plastik.

Menyediakan bahan-bahan pendukung seperti gunting, label, dan lain-lain.

Menyiapkan wadah (stoples) penyimpanan.

Menyiapkan garam jenuh (Magnesium Nitrat) sebanyak 30 gram pada masing-masing stoples untuk mengkondisikan RH dalam stoples

penyimpanan. Garam jenuh diletakkan di dasar stoples menyimpanan dan dibiarkan menguap dalam kondisi stoples tertutup rapat.

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian

Setelah semua alat dan bahan tersedia, dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

Sampel yang akan digunakan ditimbang menggunakan timbangan analitis untuk mengetahui bobot awal kemplang.

(21)

14

Wadah plastik yang telah berisi sampel, kemudian ditutup menggunakan plastik Polipropilen dengan ketebalan tertentu (0,3 mm, 0,5 mm, dan 0,7 mm). Setiap tingkat ketebalan plastik, dilakukan tiga kali sebagai ulangan. Wadah yang telah ditutup plastik dengan rapat, selanjutnya disimpan pada suhu lingkungan dan dua tingkat RH (lingkungan dan stoples

penyimpanan). Ilustrasi penyimpanan kerupuk kemplang ditunjukkan sebagaimana Gambar 1, sedangkan matrik perlakuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 1. Ilustrasi penyimpanan sampel pada penelitian Keterangan:

1. Penutup stoples (ruang penyimpanan) 2. Wadah plastik kedap uap air

3. Plastik polipropilen 4. Saringan atau penyanggah

(22)

15

Tabel 1. Matrik perlakuan penelitian dan jumlah ulangan.

RH (%) Ketebalan (mm)

3 5 7

Stoples penyimpanan (± 53%) 3x 3x 3x

Lingkungan (± 63%) 3x 3x 3x

Selama penyimpanan sampel ditimbang setiap harinya untuk mengetahui perubahan bobot sampel hingga tercapai Me (kadar air kesetimbangan).

Setelah Me tercapai, sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105°C selama 24 jam untuk mengetahui bobot kering sampel.

(23)

16

Prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai diagram alir berikut:

Gambar 2. Diagram alir penelitian Mulai

Sampel dihitung bobot awal

Sampel dimasukkan ke dalam wadah plastik kedap uap air.

Wadah ditutup plastik PP dengan ketebalan 0,3 mm. (3 buah sebagai ulangan)

Wadah ditutup plastik PP dengan ketebalan 0,5 mm . (3 buah sebagai ulangan)

Wadah ditutup plastik PP dengan ketebalan 0,7 mm. (3 buah sebagai ulangan)

Wadah plastik berisi sampel diletakkan dalam ruangan dengan suhu dan RH lingkungan

Wadah plastik berisi sampel dimasukkan ke dalam stoples yang kondisi RH-nya telah direkayasa menggunakan Magnesium Nitrat

Bobot sampel dihitung setiap hari sampai Me (kadar air kesetimbangan) tercapai.

Sampel dikeluarkan dari stoples, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 24 jam.

Sampel dikeluarkan, dihitung bobot akhir untuk mengetahui kadar air.

Analisis Data

(24)

17

3.3.3 Pengukuran Bobot Sampel (kerupuk kemplang)

Selama penyimpanan bobot sampel diukur perubahannya. Pengukuran bobot sampel dilakukan setiap hari (dari hari ke-1 hingga hari ke-34) menggunakan timbangan digital. Untuk masing-masing perlakuan, tiga buah sampel dilakukan hal yang sama sebagai ulangan.

3.4 Analisis Data

Data-data hasil pengukuran kadar air dan perubahan bobot kerupuk kemplang dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3.4.1 Menentukan Kadar Air

Dengan menggunakan data bobot sampel yang diukur setiap hari selama penyimpanan maka kadar air bahan dapat dihitung menggunakan rumus:

Bobot sampel ditimbang setiap harinya selama penyimpanan sedangkan bobot sampel kering diperoleh setelah sampeldikeringkan dalam oven selama 24 jam dan bobotnya ditimbang.

3.4.2 Uji Organoleptik

Uji organoleptik kerenyahan kerupuk kemplang dilakukan dengan cara pemberian skor yaitu pemberian nilai mutu sensorik terhadap sampel yang diuji.

(25)

18

lingkungantanpa kemasan sampai perubahan kadar air kemplang tercapai. Peningkatan kadar air kerupuk kemplang dilakukan dengan cara meletakkan sampel diatas air yang sedang dimasak menggunakan saringan kasa. Data-data atau nilai hasil yang diberikan oleh seluruh panelis mengenai kerenyahan kerupuk kemplang akan dianalisis secara statistik. Skor uji kerenyahan kerupuk kemplang setelah penyimpanan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Skor uji organoleptik kriteria kerenyahan kerupuk kemplang No. Kriteria kerenyahan Skor

1 Sangat tidak renyah 1

2 Tidak renyah 2

3 Agak renyah 3

4 Renyah 4

3.4.3 Menentukan Umur Simpan (t)

(26)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Nilai konstanta laju penambahan air (k) kerupuk kemplang pada RH lingkungan dalam ketebalan plastik PP 0,3 mm, 0,5 mm, dan 0,7 mm sebesar 0,0516, 0,0485, dan 0,0365 sedangkan nilai k kerupuk kemplang pada RH stoples penyimpanan dalam ketebalan plastik PP 0,3 mm, 0,5 mm, dan 0,7 mm sebesar 0,0376, 0,0280, dan 0,0276.

2. Umur simpan kerupuk kemplang pada RH lingkungan dengan ketebalan kemasan plastikPP 0,3 mm, 0,5 mm, dan 0,7 mm diprediksi dapat bertahan selama 12 hari, 14 hari, dan 33 hari, sedangkan umur simpan kerupuk kemplang pada RH stoples penyimpanan dengan ketebalan kemasan plastik PP 0,3 mm diprediksi dapat bertahan selama 185 hari dan pada ketebalan kemasan plastik PP 0,5 mm dan 0,7 mm diprediksi dapat bertahan selama >365 hari.

5.2 Saran

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk

(27)

30

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Ambasari, D.N. 2000. Analisis Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Industri Kecil Kerupuk Ikan (Kemplang). [Skripsi]. Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. 80 hlm.

Amna. 2012. Mengukur Permeabilitas Uap Air.

http://amna-ika.blogspot.com/2012/03/mengukur-permeabilitas-uap-air-dari.html. [Diunduh pada 8 Juli 2013].

Ceritadise. 2011. Kemasan Plastik.http://ceritadise.wordpress.com/2011/03/09/ kemasan-plastik/. [Diakses pada 9 Maret 2011].

Gunasoraya. 2011. Penentuan Umur Simpan Produk Terkemas. http:// gunasoraya.blogspot.com/2011/01/alpukat-persea-americana.html. [Diakses pada 13 Januari 2011].

Herawati, H. 2008. Penentuan Umur Simpan pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 27(4) : 124-130.

Hutasoid, N. 2009. Penentuan Umur Simpan Fish Snack (Produksi Ekstrusi) Menggunakan Metode Akselerasi dengan Pendekatan Kadar Air Keritis dan Metode Konvensional. [Skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. 127 hlm. Julianti, E dan M. Nurminah. 2006. Teknologi Pengemasan. Buku Ajar.

Departemen Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian, USU. Sumatera Utara. 163 hlm.

Kusnandar, F., D. R. Adawiyah, dan M. Fitria. 2010. Pendugaan Umur Simpan Produk Biskuit dengan Metode Akselerasi berdasarkan Pendekatan Kadar Air Kritis. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, XXI (2) : 117-122.

(29)

33

Mareta, D.T. dan Sofia N. A. 2011. Pengemasan Produk Sayuran dengan Bahan Kemas Plastik pada Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu Dingin. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 7 (1) : 26-40.

Maulana, F. 2011. Pendugaan Umur Simpan Keripik Salak. [Skripsi]. Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. 21 hlm.

Mujiarto, I. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif. Traksi. 3 (2) : 1-9. AMNI Semarang.

Nugroho, A. 2007. Kajian Metode Penentuan Umur Simpan Produk Flat Wafer dengan Metode Akselerasi berdasarkan Pendekatan Model Kadar Air Kritis. [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. 133 hlm.

Priyanto, G., N. Sari, dan B. Hamzah. 2012. Hubungan Sifat Fisik dan Karakteristik Sensori Kemplang Panggang dalam Kaitannya dengan Substitusi Penggunaan Buah Aren. Prosiding Seminar Nasional PERTETA. Malang. Jawa Timur. 58-77.

Rahimah, S. 2011. http://blogs.unpad.ac.id/souvia/files/2011/03/kemasan-plastik-Compatibility-Mode.pdf. [Diakses pada 7 September 2012].

Refli. 2011. Air dalam Bahan Pangan.http://reflitepe08 .blogspot.com /2011/03/ air-dalam-bahan-pangan.html. [Diakses pada 28 Maret 2011].

Sembiring, B.S. dan T. Hidayat. 2012. Perubahan Mutu Lada Hijau Kering Selama Penyimpanan Pada Tiga Macam Kemasan dan Tingkatan Suhu. Jurnal Littri 18(3): 115-124.

Somala, W. 2002. Pengaruh Kelembaban Udara terhadap Mutu Rumput Laut Kering Tawar Jenis Eucheuma cottonii selama Penyimpanan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. 69 hlm.

Surhaini dan Indriyani. 2009. Pengaruh Jenis Plastik dan Cara Kemas terhadap Mutu Tomat Selama dalam Pemasaran. Jurnal Agronomi, 13 (2) : 44-50. Triyanto E., B.W.H.E. Prasetiyono, dan S. Mukodiningsih. 2013.Pengaruh Bahan

Pengemas dan Lama Simpan terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Wafer Pakan komplit Berbasis limbah Agroindustri. Animal Agriculture Journal, 2. (1) : 400-409.

Utomo, B. 2006. Ekologi Benih. Karya Ilmiah. Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian, USU. Sumatera Utara. 41 hlm.

Gambar

Tabel 1.  Kelembaban Nisbi Larutan Garam Jenuh
Gambar 1.  Ilustrasi penyimpanan sampel pada penelitian
Tabel 1.  Matrik perlakuan penelitian dan jumlah ulangan.
Gambar 2.  Diagram alir penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyimpanan jamur tiram dalam kemasan plastik polypropylene dapat mempertahankan laju penurunan mutu dan umur simpan jamur tiram putih segar

Berdasarkan analisis mikroba selama penyimpanan di suhu 30 o C, batas umur simpan cumi-cumi olahan dengan kemasan non-vakum, dikemas dengan kemasan PP vakum dan PE vakum adalah 12

Skripsi yang berjudul “ Pendugaan Umur Simpan Kue Kering Jagung dalam Kemasan Plastik OPP-PP dan Metalized Plastic dengan Metode Accelerated Shelf-Life

Sebagai pelaksanaan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul “Umur Simpan Cumi-cumi ( Loligo sp.) Olahan dengan Kemasan Vakum” di Laboratorium Pengemasan

Kadar air awal yang digunakan untuk memprediksi umur simpan tepung jagung instan adalah kadar air lapis tunggal BET yaitu untuk tepung jagung kuning instan dan

Pengelola UKM dapat menentukan umur simpan bumbu rujak dalam kemasan dengan menekankan pada perubahan nilai pH bumbu sebagai parameter mutu kritis, sehingga pengelola

4.2.2 Pengaruh Lama Paparan Sinar UV-C terhadap Kualitas Cabai Rawit Hijau Selama Masa Simpan dengan Kemasan Plastik Pengemasan merupakan perlakuan yang dapat dilakukan untuk

Hasil perhitungan pendugaan umur simpan menunjukkan bahwa kerupuk mentah yang disimpan pada RH yang lebih tinggi memiliki umur simpan yang lebih pendek dan kerupuk mentah yang dikemas