ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN
KABUPATEN WAY KANAN
(Skripsi)
Oleh
Saut Manason Togatorop
JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
ANALYSIS OF INCOME AND WELFARE OF PEPPER
FARMERS IN GUNUNG LABUHAN SUBDISTRICT OF
WAY KANAN REGENCY
By
Saut Manason Togatorop
The purposes of this study were to analyze: (1) the pepperfarmers’income and (2) the level ofhousehold’swelfare by household expenditure of pepper farmers at Gunung Labuhan Sub-district of Way Kanan Regency. This research location was choosen purposively. Sixty three pepper farmers from Way Tuba and Gunung Sari villages were drawn by a simple random sampling method. The data was analyzed by quantitative and descriptive qualitative methodo. The result of this research showed that: (1) the average of pepper farmers’income at Gunung Labuhan Sub-district of Way Kanan Regency was Rp30.559.802,- per year; in which Rp 9.841.199,-(32,20%) was gotten from the pepper farming and (2) based on the BPS indicator, 95,2 percent of the pepper farmers were categorized as prosperous and the rest of 4,8 percent were not properous.
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN
KABUPATEN WAY KANAN Oleh
Saut Manason Togatorop
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pendapatan usaha tani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan (2) tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan data dilaksanakan pada Bulan Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Banyaknya sampel pada penelitian ini adalah 63 petani, berasal dari Desa Way Tuba dan Desa Gunung Sari, yang dipilih dengan menggunakan metode acak sederhana. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif untuk menghitung pendapatan rumah tangga petani, dan metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pendapatan usahatani lada sebesar 32,20 persen dari total pendapatan rumah tangga, dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 9.841.199,- /tahun, (2) berdasarkan kriteria BPS rumah tangga petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan yang masuk dalam kategori sejahtera sebanyak 95,2 persen dan sisanya 4,8 persen rumah tangga di Kecamatan Gunung Labuhan masuk dalam kategori belum sejahtera.
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN
KABUPATEN WAY KANAN
Oleh
Saut Manason Togatorop
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi :ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN
Nama Mahasiswa :Saut Manason Togatorop
Nomor Pokok Mahasiswa : 0914023145
Jurusan : Agribisnis
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S Novi Rosanti, S.P, M.E.P
NIP 196112251987031005 NIP 198111182008122003
2. Ketua Jurusan Agribisnis
Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S ...
Sekretaris :Novi Rosanti, S.P, M.E.P ...
Penguji
Bukan Pembimbing :Dr.Ir. Wuryaningsih DS, M.S ...
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 19610826 198702 1 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 12 Maret 1990 sebagai anak pertama
dari empat bersaudara, pasangan Bapak G Togatorop dan Dewi Anita Sianturi.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Fransiskus
Tanjung Karang pada tahun 1996, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD
Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 2002, pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 2005, dan
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Immanuel Bandar Lampung
pada tahun 2008. Penulis pernah menjalani studi selama satu tahun di Universitas
Darmajaya, Jurusan Akuntansi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 penulis
melanjutkan studi di Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM), dan
terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis.
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) pada tahun 2012 selama tiga puluh
hari di PT Indokom Samudra Persada. Pada tahun yang sama penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Gunung Sari
Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan. Selama menjadi
mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus di UKM-Kristen Universitas
Lampung, dan menjabat sebagai Ketua Divisi 1 UKM-Kristen Universitas
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
mencurahkan kasih karunia dan damai sejahtera sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsiyang berjudul, “Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Petani Lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way
Kanan”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penelitian dan penulisan
skripsi ini:
1. Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S selaku Pembimbing pertama yang telah banyak
memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dukungan dan semangat kepada
penulis. Terima kasih atas saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi.
2. Novi Rosanti, S.P, M.E.P selaku Pembimbing kedua sekaligus pembimbing
akademik, yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan,
dukungan dan semangat kepada penulis. Terima kasih atas saran, serta
nasehat dalam penulisan skripsi.
3. Dr.Ir. Wuryaningsih DS, M.S selaku Dosen Pembahas atas saran, bahasan,
dan arahan yang diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S.selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Seluruh staf administrasi Jurusan Agribisnis, Mbak Iin, Mas Boim, Pak
Margono, Mas Kardi, dan Mbak Aii, atas bantuan yang telah diberikan.
7. Kedua orang tua penulis tercinta, Bapak G Togatorop dan Ibu Dewi Anita
Sianturi yang selalu memberikan semangat dan doa, serta adik-adik penulis
Holong O Togatorop, Samuel Togatorop, Mauli E Togatorop atas perhatian
dan semangat yang telah diberikan.
8. Sahabat seperjuangan : Edi, Rama, Wayan, Mamet dan Rinal untuk
kebersamaan baik suka maupun duka selama penulis menjadi mahasiswa
9. Sahabat sekaligus partner selama perjuangan menyelesaikan skripsi : Felicia,
Melisa, Quen dan Atika
10. Keluarga Besar UKM-Kristen Universitas Lampung: Adatua, Beny, Indra,
Fany, Nindy, Andreasa, Evi, Uli, Bety, dan lain-lain yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu, untuk kebersamaan baik suka maupun duka yang telah
kita lalui bersama.
11. Teman-teman Agribisnis: Ongki, Habil, Hilman, Dedeh, Tasya, Bejo, Arin,
Rani, Adries, pepy, Inke, Meyka, Novi, Peni, Yesica, dede, Yunica, Eka,
Feby, Syani, Firgen, dan teman-teman Agribisnis 2009 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk kebersamaannya dan
sukses menyertai kita senantiasa.
12. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
Semoga Tuhan Yesus melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang
diberikan kepada penulis, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Bandar lampung, 8 Juli 2014
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... III
DAFTAR GAMBAR... VI
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan Penelitian ... 7
C. Kegunaan Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Tinjauan Agronomis Lada ... 9
2. Konsep Usahatani ... 15
3. Teori Pendapatan ... 16
4. Konsep Tingkat Kesejahteraan ... 22
5. Kajian Penelitian Terdahulu ... 28
B. Kerangka Pemikiran ... 31
III. METODE PENELITIAN... 35
A. Konsep Dasar Batasan Operasional ... 35
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 40
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 42
D. Metode Analisis ... 42
1. Pendapatan Rumah Tangga petani ... 43
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 49
A. Keadaan Umum Kabupaten Way Kanan ... 49
B. Keadaan Umum Kecamatan Gunung Labuhan... 51
C. Monografi Desa Way Tuba dan Desa Gunung Sari... 52
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Karakteristik Petani ... 54
B. Keragaan Usahatani Lada di Daerah Penelitian ... 58
C. Biaya Usahatani lada ... 61
D. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Lada... 64
E. Pendapatan rumah Tangga Petani dan Kontribusi terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 67
F. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Petani ... 71
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas areal tanaman perkebunan rakyat (ha) menurut kecamatan dan
jenis tanaman di Kabupaten Way Kanan 2011 ... 4
2. Banyaknya keluarga menurut pentahapan keluarga per kecamatan di Kabupaten Way Kanan 2011 ... 6
3. Spesifikasi persyaratan mutu lada hitam menurut SNI 01 -0005 -1995 ... 14
4. Spesifikasi mutu lada hitam standar basis permintaan Eksportir ... 15
5. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik,
Susenas (2007) disertai variabel, kelas, dan skor ... 44
6. Realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah menurut jenisnya di
Kabupaten Way kanan 2012 ... 49
7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha di Kabupaten Way kanan tahun 2009-2011 (dalam jutaan rupiah ... 49
8. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan menurut komoditi di
Kecamatan Gunung Labuhan tahun 2012 ... 50
9. Panjang jalan menurut jenis/kondisi jalan di Kecamatan Gunung
Labuhan tahun 2012 ... 51
10. Sebaran petani berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Gunung
Labuhan 2013 ... 54
11. Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan
ii
12. Sebaran petani berdasarkan pengalaman dalam berusahatani di
Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 55
13. Sebaran petani berdasarkan jumlah anggota keluarga di Kecamatan
Gunung Labuhan 2013 ... 56
14. Luas lahan garapan petani di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 57
15. Rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani lada di Kecamatan
Gunung Labuhan 2013 ... 61
16. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani di Kecamatan Gunung
Labuhan 2013 ... 62
17. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 63
18. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani lada di
Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 65
19. Rata-rata pendapatan petani dari usahatani non lada di Kecamatan
Gunung Labuhan 2013 ... 67
20. Pendapatan petani responden melalui aktivitasoff farmdi Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 68
21. Rata -rata pendapatan rumah tangga petani lada di Kecamatan
Gunung Labuhan 2013 ... 69
22. Skor perolehan untuk indikator kependudukan rumah tangga petani
Lada di kecamatan gunung labuhan 2013 ... 71
23. Skor perolehan untuk indikator kesehatan dan gizi rumah tangga
petani Lada di kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 72
24. Skor perolehan untuk indikator pendidikan rumah tangga petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 73
25. Skor perolehan untuk indikator ketenagakerjaan rumah tangga petani Lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013... 74
26. Skor perolehan untuk indikator pola konsumsi rumah tangga petani
iii
27. Skor perolehan untuk indikator perumahan dan lingkungan rumah
tangga petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013... 76
28. Skor perolehan untuk indikator sosial dan lain-lain rumah tangga
petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 77
29. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lada di Kecamatan
Gunung Labuhan 2013 ... 78
30. Rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan petani responden per
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perkembangan ekspor lada oleh negara-negara produsen tahun 2006-2010 ... 2
2. Bagan alur pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam
mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor
perkebunan. Besarnya potensi ekspor subsektor perkebunan tersebut didukung
oleh iklim yang cocok untuk tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kopi,
coklat, tembakau dan lada serta tersedianya tenaga kerja yang cukup banyak.
Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu komoditas ekspor di subsektor perkebunan yang dapat memberikan kontribusi bagi devisa Indonesia selain
kelapa kelapa sawit, karet, kopi, dan teh.
International Pepper Community(1996), menyebutkan bahwa Indonesia pada tahun 1995 termasuk dalam lima besar negara pengekspor lada dunia. Pada saat
itu Indonesia mampu menduduki peringkat pertama pengekspor lada dunia.
Prestasi Indonesia sebagai negara pengekspor lada dunia pada saat itu cukup
membanggakan, namun saat ini Indonesia mengalami penurunan produksi lada
dan mengakibatkan juga ekspor lada Indonesia mengalami penurunan. Faktor
tersebut menyebabkan Indonesia hanya mampu menduduki peringkat kedua
pengekspor lada dunia. Perkembangan ekspor lada dunia dapat dilihat pada
2
Gambar 1. Perkembangan ekspor lada oleh negara-negara produsen tahun 2006-2010
Sumber :International Pepper Community, 2011
Pada Gambar 1 terlihat Indonesia pada tahun 2006 menduduki peringkat ketiga
pengekspor lada dunia, namun pada tahun 2007-2010 perkembangan ekspor lada
Indonesia mengalami peningkatan, dan mampu menduduki peringkat kedua
pengekspor lada dunia setelah negara Vietnam. Kontribusi ekspor lada Indonesia
pada tahun 2010 terhadap kebutuhan dunia sebesar 24 persen. Hal ini
menunjukkan potensi dan peluang yang dimiliki Indonesia dalam perdagangan
lada di pasar internasional cukup besar. Provinsi Lampung merupakan salah satu
provinsi di Indonesia yang paling berkontribusi menjadikan Indonesia sebagai
negara produsen utama lada dunia.
Pada tahun 2010, kontribusi produksi lada Lampung terhadap produksi lada di
Indonesia sebesar 26,57 persen, lalu diikuti Provinsi Bangka Belitung sebesar
21,97 persen (Direktorat Jenderal Perkebunan,2011). Kontribusi produksi lada
hitam yang cukup besar, menjadikan Lampung terkenal diantara negara produsen
lada dunia dengan julukanLampung black pepper. Produksi lada di Provinsi
0
2006 2007 2008 2009 2010
3
Lampung dari tahun 2008-2011 berfluktuasi dan cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun 2008 hasil produksi lada di Lampung 22.164 ton, lalu
meningkat di tahun 2009 menjadi 22.311 ton. Penurunan produksi terjadi pada
tahun 2010 menjadi 22.236 ton dan tahun 2011 kembali mengalami penurunan
sebesar 115 ton ( Dirjen Perkebunan, 2012). Salah satu faktor penyebab
penurunan produksi lada yaitu gangguan organisme penganggu tanaman, seperti
penyakit busuk pangkal dan penyakit kuning. Dampak dari penurunan produksi
lada tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani lada, dan
mengakibatkan penurunan tingkat kesejahteraan petani lada.
Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang menjadikan lada sebagai
komoditas perkebunan andalan adalah Kabupaten Way Kanan. Pada tahun 2011
Kabupaten Way kanan mampu memberikan kontribusi produksi lada terhadap
produksi lada Provinsi Lampung sebesar 13,11 persen, setelah Kabupaten
Lampung Barat dengan kontribusi 16,26 persen dan Kabupaten Lampung Utara
dengan kontribusi 45,84 persen (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2011).
Produksi lada di Kabupaten Way Kanan yang dapat bersaing dengan produksi di
kabupaten lainnya di Provinsi Lampung, tentunya ditunjang dengan luas areal
perkebunan lada yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari luas areal
perkebunan lada di Kabupaten Way Kanan pada tahun 2011 menduduki peringkat
ketiga, diantara komoditas perkebunan lain yang dibudidayakan di Kabupaten
Way Kanan, setelah komoditas kopi dan karet. Luas lahan perkebunan menurut
4
Tabel 1. Luas areal tanaman perkebunan rakyat (ha) menurut kecamatan dan jenis tanaman di Kabupaten Way Kanan 2011
Kecamatan Karet Kelapa Kelapa sawit
Kelapa dalam
Kopi Lada Kakao Tebu Cengkeh Banjit 474 67 43 315 9685 956 61 - 426 Baradatu 558 331 85 685 885 2169 59 - 8 Gunung
Labuhan
647 245 182 215 1550 5465 93 - 129 Kasui 1052 73 120 387 7637 2667 209 - 454 Rebang
Way Kanan 41334 2468 5701 6483 25993 14034 1482 3150 1069
Sumber : Way Kanan dalam angka, 2012
Berdasakan Tabel 1 terlihat Kecamatan Gunung Labuhan memiliki luas areal
perkebunan lada terbesar di Kabupaten Way Kanan. Kontribusi produksi lada di
Kecamatan Gunung labuhan pada tahun 2011 terhadap produksi lada di
Kabupaten Way Kanan sebesar 35,10 persen, sehingga membuat Kecamatan
Gunung Labuhan menjadi sentra penghasil lada dan dikenal dengan julukan
“bumi lada”. Namun luas areal perkebunan lada di Kecamatan Gunung Labuhan
yang cukup besar tidak diikuti dengan produksi lada yang maksimal di daerah
tersebut. Hal ini disebabkan lahan perkebunan lada yang menghasilkan hanya
5
menghasilkan hanya 585 ha, sehingga pada tahun 2011 Kecamatan Gunung
Labuhan hanya mampu memproduksi lada sebesar 938 ton (BPS Way Kanan,
2012).
Pengelolaan usaha tani lada yang masih tradisional dengan pengetahuan teknologi
yang rendah pada petani, menyebabkan produksi lada di daerah tersebut tidak
maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas. Di samping itu, skala usahatani
di Kecamatan Gunung Labuhan yang umumnya kecil dan tersebar, dan diikuti
dengan permodalan yang terbatas juga menimbulkan masalah dalam pembiayaan
usahatani lada. Hal ini tentu akan mengakibatkan rendahnya pendapatan dan
dapat menurunkan tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Gunung Labuhan.
Pendapatan usahatani lada yang rendah mengakibatkan banyak petani di daerah
tersebut melakukan peralihan komoditas ke komoditas yang lebih
menguntungkan. Komoditas karet banyak dipilih di daerah tersebut karena dapat
dipanen beberapa kali dalam seminggu, dibandingkan dengan tanaman lada yang
hanya satu kali dalam satu tahun. Peralihan komoditas ini dilakukan dengan
harapan meningkatkan pendapatan mereka dan pada akhirnya tingkat
kesejahteraan petani di daerah tersebut akan ikut meningkat. Berdasarkan data
BPS di Kecamatan Gunung Labuhan terdapat 5.136 rumah tangga yang tergolong
pra sejahtera. Jumlah tersebut menempatkan Kecamatan Gunung labuhan berada
pada urutan ketiga untuk keluarga pra sejahtera yang ada di Kabupaten Way
Kanan. Jumlah rumah tangga pra sejahtera dan sejahtera dapat dilihat pada Tabel
6
Tabel 2. Banyaknya rumah tangga menurut pentahapan rumah tangga per kecamatan di Kabupaten Way Kanan, 2011
Kecamatan Pra
Sejahtera
Rumah tangga Sejahtera
I II III III Plus
Banjit 6.727 5.731 1.061 37 11
Baradatu 5.172 1.447 1.815 55
-Gunung Labuhan 5.136 3.738 2.205 439
-Kasui 3.489 2.240 2.086 1.961
-Rebang Tangkas 1.604 537 398 190 3
Blambangan Umpu 3.255 5.747 780 45
-Way Tuba 3.548 2.901 1.968 176
-Negeri Agung 2.286 1.553 1.236 982
-Bahuga 3.645 1.649 959 -
-Buay Bahuga 4.185 1.127 1.833 561
-Bumi Agung 3.285 2.735 2.041 112
-Pakuan Ratu 2.256 2.149 647 849
-Negeri Batin 1.839 1.121 2.335 241 1
Negeri Besar 3.742 1.642 1.014 477
-Way kanan 50.169 34.317 20.378 6.125 15
Sumber : BPS Kabupaten Way Kanan, 2012
Tingginya angka rumah tangga yang tergolong pra sejahtera di Kecamatan
Gunung Labuhan yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani, membuat peran sektor pertanian dalam meningkatkan kesejahteraan dan
taraf hidup masyarakat kembali dipertanyakan. Padahal sebagian besar
masyarakat di Kecamatan Gunung Labuhan menggantungkan hidupnya dari
sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan. Pada tahun 2011 jumlah total
luas lahan pertanian di Kecamatan Gunung Labuhan sebesar 11.522 ha, yang di
mana untuk jenis lahan kering memiliki luas lahan sebesar 11.253 ha (BPS Way
Kanan, 2012).
Jenis lahan kering di daerah tersebut menurut penggunaannya, lebih mendominasi
pada tanaman perkebunan khususnya komoditas lada (Tabel 1). Oleh karena itu
perlu adanya perhatian dari pemerintah Kabupaten Way Kanan khususnya instansi
7
dipertahankan, dengan mengupayakan peningkatan nilai tambah yang secara
keseluruhan menguntungkan petani lada. Hal ini tentunya akan memicu semangat
petani untuk meningkatkan produksi lada, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Produksi lada yang meningkat pada akhirnya akan berdampak terhadap
peningkatan pendapatan petani, dengan harapan angka keluarga pra sejahtera di
Kecamatan Gunung Labuhan berkurang.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tersebut, dapat dirumuskan beberapa
masalah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini yaitu :
1. Berapa besar pendapatan usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan
Kabupaten Way Kanan?
2. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung
Labuhan Kabupaten Way Kanan ?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah :
1. mengetahui pendapatan usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan
Kabupaten Way Kanan dan
2. mengetahui tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung
Labuhan Kabupaten Way Kanan.
C. Kegunaan Penelitian
8
1. penambah informasi/ bahan masukan informasi bagi petani tentang
pendapatan usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten
Way Kanan dalam mengusahakan usahatani lada
2. penambah wawasan peneliti lain, menambah pemahaman terkait dengan
analisis tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Agronomis Lada
Tanaman lada(Piper nigrum L.)berasal dari daerah barat Ghat, India lalu menyebar ke berbagai negara di Asia termasuk Indonesia. Penyebaran lada di
Indonesia pertama kali dilakukan oleh para koloni Hindu yang sedang
melakukan perjalanan dalam misi penyebaran agamanya, setelah itu lada di
Indonesia menyebar ke berbagai pulau. Provinsi di Indonesia yang
memproduksi lada selain Lampung dan Bangka diantaranya di daerah
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
Aceh, Sumatera Barat dan Jawa Barat yang umumnya merupakan usaha
petani rakyat (Widyastuti, 2005).
Ada tiga komponen syarat tumbuh tanaman lada yang saling berhubungan
yang tidak bisa dipisahkan, yaitu :
a. Kondisi tanah
Tanah yang cocok bagi pertumbuhan lada yaitu tanah yang netral dengan
pH 6,0 -7,0, suhu tanah berkisar antara 14 - 29C. Kemampuan tanah
menjaga kelembapan, jika penyerapan airnya antara 0,2–20 cm selama
✁
b. Ketinggian tanah
Berdasarkan pemantauan dilapangan, dataran rendah merupakan tempat
paling dominan untuk menanam lada dengan ketinggian kurang dari 200
m dpl. Lada yang ditanam di dataran rendah akan menghasilkan
pertumbuhan vegetatif yang terbaik dan berbuah sangat lebat.
c. Iklim
Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan hasil produksi yang
memuaskan, sebaiknya lada ditanam di daerah beriklim tropis dengan
curah hujan rata-rata 1000-3000 mm per tahun.
Tahapan-tahapan dalam budidaya tanaman lada yang baik adalah sebagai
berikut :
a. Persiapan
Menanam tajar lada atau tanaman penegak lada dilakukan satu tahun
sebelum penanaman lada. Jenis tajar lada yang baik adalah gamal
(Gliricidia maculata)atau dadap cangkring pucuk merah (Erythrina fuscaL.). Jarak tanam tajar lada sama dengan jarak tanam lada yaitu 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 2 m. Lubang tanam lada ukuran 45x45x45 cm atau
60x60x60 cm dibuat 10-15 cm di sebelah timur tajar lada. Lubang tanam
dilakukan 0,5–3 bulan sebelum tanam lada. Tanah galian lubang tanam
dipisahkan menjadi dua, tanah bagian atas (top soil) dan tanah bagian bawah (sub soil) ditempatkan terpisah. Tanah bagian atas (top soil) dicampur pupuk organik atau pupuk kandang (5-10 kg), yang telah
✂✂
b. Penanaman
Bibit lada setelah dilepaskan dari polibag atau setek 5- 7 buku yang
sudah tumbuh dan berakar ditanam dengan cara meletakkan miring
(30-45) mengarah ke tajar. Selanjutnya 3-4 buku/setek bagian pangkal
tanpa daun dibenamkan mengarah ke tajar, sedangkan 2-3 ruas sisanya
(berdaun) disandarkan dan diikat pada tajar. Selanjutnya tanah di
sekelilingnya yang telah dicampur pupuk organik dipadatkan. Tanah di
sekitar tanaman lada dibuat sedikit gundukan agar tidak tergenang air di
musim hujan. Setelah ditanam, tanah di sekelilingnya dipadatkan dandi
atas tanaman lada diberi naungan yang diikatkan pada tajar agar tanaman
lada yang baru ditanam terlindungi dari teriknya sinar matahari.
Naungan dilepas apabila tanaman lada telah tumbuh kuat.
c. Pemeliharaan
Apabila pada tanaman lada telah tumbuh 8-10 buku (umur 5-6 bulan),
dilakukan pemangkasan pada ketinggian 25- 30 cm dari permukaan
tanah. Pemangkasan dilakukan di atas 2-3 buku. tujuan pemangkasan
untuk merangsang pembentukan 3 sulur panjat baru. Sulur baru tersebut
harus dilekatkan dan diikatkan pada tajar lada. Pengikatan dilakukan
menggunakan tali rafia yang dibelah 2-4 bagian agar tali rafia tidak
menggangu pertumbuhan lada. Pemangkasan berikutnya dilakukan
apabila telah keluar tunas baru dan telah mencapai 7-9 buku pada umur
sekitar 12 bulan, yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah.
Pemangkasan berikutnya dilakukan pada umur 2 tahun, sehingga
✄ ☎
d. Pemupukan
Tanaman lada memerlukan pupuk organik dan anorganik. Pemberiannya
dapat dilakukan secara terpisah maupun secara bersama-sama dengan
mencampur pupuk organik dan anorganik sebelum diberikan pada
tanaman lada. Tajar dipangkas 7-10 hari sebelum dilakukan pemupukan,
agar tidak terjadi kompetisi hara dan memaksimalkan masuknya sinar
matahari. Pemberian pupuk dilakukan dengan mengikis/mengangkat
permukaan tanah di sekitar tanaman, pupuk disebarkan kemudian ditutup
kembali dengan tanah kikisan ditambah tanah dari sekitar tanaman.
Tanaman lada berumur >12 bulan, dosis pupuk anorganik 1/8 total (200 g
) NPK Mg, pemberian pupukdiberikan 2 kali/tahun. Tanaman berumur
13-24 bulan diberikan 1/4 dosis total (400 gr /tanaman/tahun), dengan
pemberian pupuk 1 kali/tahun ditambah 5-10 kg pupuk kandang pada
waktu pemberian pertama.
e. Panen buah lada
Buah lada yang telah siap dipanen untuk lada hitam ditandai dengan
warna hijau tua, buah telah berumur 6- 7 bulan. Buah lada siap dipanen
apabila dalam satu tandan buah terdiriatas buah lada merah (2 persen),
kuning (23 persen) dan hijau tua (75 persen). Buah lada dipanen
sekaligus dengan tangkainya (tandan buah) dengan cara dipetik
menggunakan tangan. Pemetikan dilakukan sekaligus atau bertahap
sesuai perkembangan buah lada. Alat-alat yang digunakan dalam
✆ ✝
keranjang bambu yang bersih untuk tempat mengumpulkan buah lada
yang sudah dipetik (Suprapto,2006).
Setelah pemanenan buah lada maka dilakukan berbagai tahapan pasca panen
yang dimana pada akhirnya menghasilkan lada hitam yang siap dipasarkan.
Berikut tahapan pengolahan buah lada menjadi lada hitam :
a. Sortasi buah
Lada yang sudah dipetik selanjutnya dihamparkan dan disortir. Buah
lada yang busuk dan tidak normal dipisahkan dan dibuang, sedangkan
buah yang baik dan mulus dikumpulkan dalam satu tempat untuk
diproses lebih lanjut. Proses selanjutnya pemisahan buah dari tangkai
(perontokan), proses perontokan dilakukan dengan cara meremas-remas
tandan buah lada atau diinjak-injak. Memisahkan buah dari tangkainya
juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat perontok tipe pedal atau
motor yang digerakkan oleh bensin/listrik.
b. Pengeringan
Pengeringan buah lada dilakukan dengan caramenjemur di bawah panas
sinar matahari 2-3 hari, sampai kadar air mencapai 15persen yaitu kadar
air yang dikehendakipasar. Saat penjemuran dilakukan beberapa kali
pembalikan atau ditipiskan, dengan ketebalan tumpukan penjemuran 10
cm menggunakan garu dari kayu agar kekeringan buah lada seragam
dalam waktu yang sama.
c. Penampian / sortasi buah
Pemisahan atau sortasi bertujuan untuk memisahkan biji lada hitam yang
serat-✞4
serat dan juga sebagian lada enteng. Penampian dilakukan secara manual
menggunakan tampah, sortasi juga dapat dilakukan dengan mesin yang
digerakkan menggunakan pedal (blower). Alat ini untuk memisahkan buah lada bernas, lada enteng dan kotoran.
d. Pengemasan dan Penyimpanan
Buah lada hitam yang sudah kering dan terlepas dari tangkainya dan telah
disortasi antara lada bernas, lada enteng dan kotoran. Kemudian, lada
bernas dikemas dengan menggunakan karung plastik. Ruang
penyimpanan buah lada hasil sortasi harus kering (kelembaban ±
70persen) untuk menghindari agar lada tidak berjamur dengan lada
enteng dan kotoran. Kualitas lada hitam dapat dipertahankan 3-4 tahun
apabila disimpan di ruangan bersuhu 20-28C. Adapun spesifikasi
persyaratan mutu lada hitam menurut SNI dan permintaan eksportir,
dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
✟ ✠
Tabel 4. Spesifikasi mutu lada hitam standar basis permintaan Eksportir
Jenis uji standart basis Persyaratan
Berat biji lada hitam per 3 liter 1600 gram / 3 liter
Kadar air Maks 19 persen
Kadar debu Maks 4 persen
Sumber : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, tahun 2008
2. Konsep usahatani
Menurut Soekartawi (1989), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada
secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi
pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan
sumberdaya yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya, sedangkan efisien
apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Usahatani merupakan pekerjaan manusia, dimana sekelompok individu melakukan cocok tanam pada suatu wilayah
tertentu. Usahatani terdiri dari (1) lahan/tanah di atasnya tumbuh tanaman,
ternak, ikan, dan tanah yang dapat berupa kolam. (2) bangunan (rumah,
kandang, gudang, dan lantai). (3) alat-alat pertanian (cangkul, parang, gancu,
trakto, dan lain-lain). (4) tenaga kerja, dan (5) adanya perencanaan usahatani.
Mubyarto (1989), menyatakan bahwa produktivitas dan produksi pertanian
yang lebih tinggi dapat dicapai melalui dua cara :
a. Perbaikan alokasi sumberdaya yang dimiliki petani termasuk dalam
penggunaan lahan dan tenaga kerja. Rendahnya produktivitas akan
✡6
harga produk yang sama, maka pendapatan akan lebih tinggi apabila
produktivitasnya lebih tinggi.
b. Memperkenalkan sumberdaya baru dalam bentuk modal dan teknologi.
Teknologi dapat berupa perubahan cuaca, jenis tanaman, serta sarana
lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Suatu teknologi
baru dapat diterima petani jika memberikan keuntungan yang berarti dan
dengan penerapan teknologi akan terjadi peningkatan pendapatan.
3. Teori Pendapatan
Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari
suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha,
pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan
kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya
sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan
produktifitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila
harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga
berubah (Soekartawi, 1990).
Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan
pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari
penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan
yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang
berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih
☛ ☞
dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani
adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan di luar
usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.
a. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi
dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan
yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat
diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang
dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat
pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang
diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi
selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja
dan biaya riil sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah
hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan
pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan
sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi
tersebut (Ahmadi, 2001). Produksi berkaitan dengan penerimaan dan
biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus
dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai
dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).
Menurut Soekartawi (1994), biaya usahatani adalah semua pengeluaran
✌8
dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya
yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan
dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis
sebagai berikut :
π = Y. Py– ΣXi.Pxi–BTT………...(1)
Keterangan :
π = Pendapatan (Rp)
Y = Hasil produksi (Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)
BTT = Biaya tetap total (Rp)
b. Pendapatan Rumah Tangga
Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat
kesejahteraan petani adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa
aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani.
Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan
lapangan kerja.
Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari
✍ ✎
pertanian dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental
(Soekartawi, 1994). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala
keluarga dan beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah
orang yang paling bertanggung jawab terhadap rumah tangga tersebut,
sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang
hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga
yang bersangkutan.
Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting
untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan
rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal
dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut
diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga
petani.
Hernanto (1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur
tanah, air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan
jumlah tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal,
yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana
produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan. Tingkat pendapatan yang
rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha
lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan keluarga
diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang
✏ ✑
lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan
tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan
yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan
modal.
Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:
1) Pendapatan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan
kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran
baik tunai maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.
2) Penghasilan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani
setelah dikurangi dengan bunga modal.
3) Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta
pengelolaan yang dilakukan petani dan anggotanya yang
bertujuanuntuk menambah penghasilan rumah tangga.
4) Pendapatan Keluarga
Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari
sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarga disamping
kegiatan pokoknya.
Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan ke dalam dua sektor,
yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari
✒ ✓
usahatani, ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil.
Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi
pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa,
buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo,
1990).
Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk
tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang
diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja di rumah
tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri
dan anak-anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam
pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.
Menurut Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan untuk
kegiatan:
1) kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan
usahataninya,
2) kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan,
pendidikan, rekreasi, dan pajak,
3) pemeliharaan investasi, dan
✔✔
4. Konsep Tingkat kesejahteraan
Menurut Arsyad (1992) pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat
menyebabkan pendapatan per kapita sebuah negara meningkat untuk periode
jangka panjang dengan syarat, jumlah orang yang hidup di bawah garis
kemiskinan mutlak tidak naik dan distribusi pendapatan tidak semakin
timpang. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam
pendapatan per kapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan
menggunakan tingkat pertambahan PDB untuk tingkat nasional dan PDRB
untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDB ini juga ditentukan oleh
lajunya pertumbuhan penduduk lebih dari PDRB maka ini menunjukkan
perubahan terhadap pendapatan per kapita, maka pertambahan PDRB ini
tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pembangunan
menyangkut perubahan mendasar dari seluruh struktur ekonomi dan ini
menyangkut perubahan-perubahan dalam produksi dan permintaan maupun
peningkatan dalam distribusi pendapatan dan pekerjaan. Konsekuensinya
adalah diciptakan perekonomian yang lebih beragam.
Menurut Todaro, (2000) tujuan dari pembangunan ekonomi adalah untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh kecenderungan
kenaikan pendapatan per kapita dalam jangka panjang. Tapi ini bukan berarti
kenaikan pendapatan per kapita yang terus menerus. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan perekonomian mengalami stagnan bahkan kemunduran
seperti perang, kekacauan politik, dan lain-lain. Apalagi jika kemunduran
perekonomian hanya terjadi sementara saja dan perekonomian cenderung
✕ ✖
Atas dasar inilah maka pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu
proses saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang
menghasilkan pembangunan ekonomi. Dengan cara ini maka dapat diketahui
peristiwa-peristiwa apa saja yang menimbulkan peningkatan maupun
penurunan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dalam suatu tahap
pembangunan ketahap pembangunan lainnya.
Kesejahteraan atau keadaan tidak miskin merupakan keinginan lahiriah setiap
orang. Keadaan semacam ini barulah sekedar memenuhi kepuasan hidup
manusia sebagai makhluk individu, padahal di samping makhluk individu,
manusia juga merupakan makhluk sosial (Dumairy, 1997).
Tolok ukur mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk baik
yang berpendekatan ekonomi maupun sosial menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ditetapkan kriteria kemiskinan
berdasarkan kriteria keluarga pra sejahtera. Keluarga pra sejahtera adalah
apabila :
Menurut BKKBN (Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional,
Kesejahteraan keluarga digolongan kedalam 3 golongan; yaitu :
Keluarga Sejahtera Tahap I dengan kriteria sebagai berikut
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama
2. Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
3. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda dirumah / pergi/bekerja /
sekolah.
✗4
5. Anak sakit ataupun pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber KB dibawa
ke sarana kesehatan.
Keluarga Sejahtera Tahap II, meliputi :
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur.
2. Paling kurang sekali seminggu lauk daging / ikan / telur.
3. Setahun terakhir anggota keluarga menerima satu stel pakaian baru.
4. Luas lantai paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.
5. Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat
melaksanakan tugas.
6. Ada anggota keluarga umur 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap.
7. Anggota keluarga umur 10–60 th. bisa baca tulis latin.
8. Anak umur 7–15 th. Bersekolah.
9. PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai alat kontrasepsi.
Keluarga Sejahtera Tahap III, meliputi
1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung.
3. Keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari untuk berkomunikasi.
4. Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal.
5. Keluarga rekreasi bersama paling kurang sekali dalam enam bulan.
6. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/majalah/TV/radio.
✘ ✙
Keluarga Sejahtera Tahap III Plus, meliputi :
1. Keluarga secara teratur memberikan sumbangan.
2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus yayasan / institusi
Masyarakat.
Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2007) adalah suatu kondisi
dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut
dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dimensi kesejahteraan rakyat
disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat
hanya dapat terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu,
kesejahteraan rakyat dapat diamati dari berbagai aspek yang spesifik yaitu:
a. Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
proses pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat
mengelola sumber daya alam sehingga mampu memenuhi kebutuhan
hidup bagi diri dan keluarganya secara berkelanjutan. Jumlah penduduk
yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam
proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh sebab itu, dalam
menangani masalah kependudukan, pemerintah tidak saja mengarahkan
pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga menitikberatkan
pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Di samping itu,
program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus
✚6
b. Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan
penduduk dalam hal kualitas fisik. Kesehatan dan gizi berguna untuk
melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi,
ketersediaan sarana kesehatan, dan jenis pengobatan yang dilakukan.
c. Pendidikan
Maju tidaknya suatu bangsa terletak pada kondisi tingkat pendidikan
masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin
majulah bangsa tersebut. Pemerintah berharap tingkat pendidikan anak
semakin membaik, dan tentunya akan berdampak pada tingkat
kesejahteraan penduduk.
d. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting untuk
menunjukkan kesejahteraan masyarakat dengan indikator keberhasilan
pembangunan ketenagakerjaan diantaranya adalah Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
e. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga
Pengeluaran rumah tangga juga merupakan salah satu indikator yang
dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin
tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari
pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran
✛ ✜
pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang
bukan makanan pada umumnya tinggi.
f. Perumahan dan lingkungan
Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai tempat untuk berteduh
atau berlindung dari hujan dan panas juga menjadi tempat berkumpulnya
para penghuni yang merupakan satu ikatan keluarga. Secara umum,
kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah
tangga, dimana kualitas tersebut ditentukan oleh fisik rumah tersebut
yang dapat terlihat dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga
tersebut diantaranya dapat terlihat dari luas lantai rumah, sumber air
minum, dan fasilitas tempat buang air besar. Kualitas perumahan yang
baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan
memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
g. Sosial, dan lain-lain
Indikator sosial lainnya yang mencerminkan kesejahteraan adalah
persentase penduduk yang melakukan perjalanan wisata, persentase
penduduk yang menikmati informasi dan hiburan meliputi menonton
televisi, mendengarkan radio, membaca surat kabar, dan mengakses
internet. Selain itu, persentase rumah tangga yang menguasai media
informasi seperti telepon,handphone, dan komputer, serta banyaknya rumah tangga yang membeli beras murah/miskin (raskin) juga dapat
✢8
Wisata dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan seseorang, karena
kegiatan tersebut menunjukkan pemanfaatan waktu luang yang tidak
hanya digunakan untuk mencari nafkah. Sedangkan kepemilikan dan
akses terhadap media informasi merupakan basis perkembangan
pengetahuan seseorang yang dapat merubah pandangan dan cara
hidupnya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, kepemilikan dan
akses terhadap media informasi juga dapat menunjukkan tingkat
kesejahteraan seseorang. Selain itu, persentase rumah tangga yang
membeli raskin menunjukkan seberapa banyak rumah tangga yang
memanfaatkan program pemerintah dalam mensejahterakan rumah
tangga miskin.
5. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian Sahara, Yusuf, dan Suhardi (2003) tentang peningkatan pendapatan
petani lada melalui perbaikan sistem usaha tani, yang dilakukan di Desa
Mowila dan Lakomea, Kecamatan Landano Kabupaten Kendari. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa tingkat produksi lada yang diperoleh petani yang
berusahatani secara terpadu antara lada dengan ternak kambing berbeda
156,63 persen atau berbeda 379,81 kg/ha dengan produksi petani lada
monokultur. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh dari usahatani lada
berbeda 341,85 persen atau secara nominal sebesar Rp 5.536.919,23 per
tahun. Usaha ternak kambing pada sistem usahatani lada dapat menekan biaya
produksi usahatani lada sebesar Rp 1.942.400,00 per tahun atau 50,54 persen
✣ ✤
ternak kambing mampu memberikan kontribusi pendapatan sebesar 27,18
persen dari total pendapatan petani.
Marlinda (2008) melakukan penelitian tentang analisis daya saing lada
Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
komoditi lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan
lada di pasar internasional. Hal ini ditunjukkan melalui nilaiRevealed Comparative Advantage(RCA) yang lebih dari satu. Meskipun Indonesia memiliki keunggulan komparatif, tetapi daya saing komoditi lada Indonesia
masih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam sebagai negara produsen
dan eksportir lada nomor satu di dunia. Kondisi internal komoditi lada
Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada faktor sumberdaya alam.
Pada faktor sumberdaya manusia, ketersediaan dan peran sumber daya
manusianya cukup mendukung, tetapi terdapat kekurangan dalam hal kualitas
tenaga kerja terutama dalam pemanfaatan dan penerapan IPTEK serta bibit
unggul yang belum maksimal.
Amiruddin (2003) melakukan penelitian analisis pendapatan usahatani lada di
Kecamatan Palangga Kabupaten Konawe Selatan. Hasil penelitian
menunjukkan pendapatan bersih (Net Income) usahatani diketahui bahwa pendapatan usaha tani lada memiliki peluang untuk meningkatkan taraf hidup
petani lada, dimana untuk petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 ha dapat
memperoleh pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp 6.896.100,-. Petani
✥ ✦
rata-rata sebesar R p 25.400.200,-. Petani yang memiliki luas lebih dari 1,0 ha
dapat memperoleh keuntungan bersih rata-rata sebesar Rp 81.778.600,-.
Lebih lanjut hasil penelitian yang dilakukan oleh Andarini (1989) tentang
analisis finansial dan pendapatan usaha tani petani peserta proyek PRPTE
(Peremajaan, Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor) lada di Kecamatan
Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Dari hasil perhitungan diperoleh
pendapatan usaha tani lada peserta proyek PRPTE pada tahun 1987/1988
sebesar Rp 706.444,84,-. Efisiensi ekonomi R/C rasio memberikan nilai
sebesar 2,14, yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk
usaha tani lada akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2,14 dalam jangka
waktu setahun. Pendapatan usaha tani lada nonproyek lebih rendah sebesar
Rp 135.794,17 atau sebesar 19,22 persen dibandingkan dengan pendapatan
usaha tani peserta proyek. Namun jika dilihat dari efisiensi ekonomi,usaha
tani lada non proyek lebih efisien. Nilai R/C rasio usaha tani lada nonproyek
adalah 2,19 yaitu lebih besar dibandingkan dengan R/C rasio usaha tani lada
proyek. Walaupun demikian, nilai R/C rasio usaha tani lada yang dihasilkan
oleh petani peserta dan petani non peserta proyek lebih besar dari 2. Hal ini
menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan akan mampu memberikan
pemasukan yang lebih besar.
Berdasarkan hasil kajian penelitian terdahulu yang meneliti tentang
komoditas lada di berbagai daerah di Indonesia, ternyata komoditas lada
memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut diantaranya Indonesia
✧ ★
walaupun masih terdapat kekurangan dalam hal kualitas tenaga kerja terutama
dalam pemanfaatan dan penerapan IPTEK serta bibit unggul yang belum
maksimal. Selain itu pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani lada,
memiliki peluang untuk meningkatkan taraf hidup petani lada, apalagi jika
usahatani lada dibarengi dengan usaha ternak kambing yang terbukti dapat
menekan biaya produksi usahatani lada dan dapat meningkatkan pendapatan
petani lada. Pendapatan petani yang meningkat ternyata tidak selalu diikuti
dengan peningkatan kesejahteraan petani, karena kesejahteraan petani juga
tergantung pada nilai pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani.
Berdasarkan pernyataan tersebut membuat penelitian ini tidak hanya
menganalisis pendapatan usahatani lada, tetapi juga ingin mengetahui
bagaimana tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan.
B. Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya usahatani lada ditujukan untuk mencapai keuntungan yang
maksimum dengan pengolahan yang sebaik-baiknya. Keuntungan usahatani
lada sebagaimana usaha komersil lainnya ditentukan oleh besarnya
penerimaan. Peningkatan produksi lada akan dapat meningkatkan
pendapatan usahatani jika kombinasi input-input yang digunakan optimal. Di
dalam kegiatan usahatani lada, faktor produksi (input) yang umum digunakan
adalah lahan, modal, tenaga kerja dan saprodi.
Lahan merupakan faktor produksi utama yang menentukan tingkat
✩ ✪
topografi seragam. Kepemilikan lahan dan biaya produksi sangat
mempengaruhi perkembangan usahatani lada. Hal ini dikarenakan semakin
luas lahan serta semakin besar modal yang dimiliki oleh petani maka akan
semakin besar potensi petani tersebut untuk mengembangkan usahatani
ladanya.
Petani memerlukan tenaga kerja sebagai faktor produksi untuk melakukan
berbagai kegiatan mulai dari pengolahan lahan sampai dengan pemasaran.
Tenaga kerja yang digunakan dapat berasal dari dalam keluarga petani
maupun luar keluarga petani. Curahan tenaga kerja diduga akan berpengaruh
terhadap produksi lada.
Sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, serta upah tenaga kerja yang
digunakan di dalam usahatani lada akan memiliki pengaruh terhadap produksi
atau output yang dihasilkan. Penggunaan berbagai sarana produksi tersebut
haruslah efektif dan efisien sehingga akan dapat mengurangi biaya produksi
tetapi tetap meningkatkan hasil produksi/output.
Output atau produksi yang dihasilkan dari usaha tani lada jika dikalikan
dengan harga jual akan menghasilkan penerimaan usaha tani. Biaya
produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan
usahatani dalam satu kali musim tanam. Besarnya pendapatan usahatani lada
yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya.
Pendapatan lain yang diterima petani selain dari usahatani lada diantaranya
✫✫
Pendapatan yang diperoleh oleh petani umumnya dialokasikan untuk
mencukupi kebutuhan rumah tangganya untuk konsumsi pangan dan non
pangan. Konsumsi pangan adalah pengeluaran untuk beras, lauk pauk,
makanan lain, dan lain-lain yaitu rokok dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Konsumsi nonpangan yaitu pengeluaran untuk rehab rumah, bahan bakar,
listrik, telepon, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain yang terdiri dari
aneka barang dan jasa, pajak, keperluan pesta, dan lain-lain. Besar kecilnya
kebutuhan rumah tangga petani ditentukan oleh besar kecilnya anggota
keluarga yang menjadi tanggungan petani lada. Semakin besar jumlah
tanggungan keluarga petani, maka makin besar proporsi pengeluaran per
kapita yang dikeluarkan petani lada untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya.
Demikian hubungan antara pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga akan
menentukan tingkat kesejahteraan petani lada. Besarnya pendapatan dan
pengeluaran ditambah indikator lainnya, termasuk di dalamnya kondisi sosial
ekonomi merupakan dasar untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah
tangga petani. Berdasarkan indikator kesejahteraan dari BPS yang meliputi
informasi tentang kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,
konsumsi, perumahan, dan sosial budaya digunakan untuk melihat tingkat
kesejahteraan.
Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani lada
di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan di sajikan pada
✬4
Gambar 2. Bagan alur pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan.
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang
digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan
dengan tujuan penelitian.
Usahatani adalah suatu proses atau aktivitas produksi pertanian dengan
mengkombinasikan berbagai faktor sumberdaya alam, tenaga kerja, dan
modal sesuai dengan kondisi lingkungan untuk mencapai pendapatan
maksimal.
Usahatani lada adalah suatu usaha untuk mengelola lahan untuk penanaman
tanaman lada
Usahatani non lada adalah suatu usaha untuk mengelola lahan untuk
penanaman tanaman selain komoditas lada
Analisis usahatani lada adalah suatu analisis yang mengenai struktur biaya
dan produksi dari suatu usahatani lada
Analisis usahatani non lada adalah suatu analisis yang mengenai struktur
36
Usia adalah jumlah umur yang dihitung sejak seseorang lahir sampai saat
penelitian ini, diukur dalam satuan tahun.
Petani adalah individu atau sekelompok orang yang melakukan usaha guna
memenuhi kebutuhan sebagian atau secara keseluruhan hidupnya dalam
bidang pertanian.
Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani yang
membudidayakan tanaman lada dan mengolah tanaman lada menjadi lada
hitam.
Tanaman lada adalah jenis tanaman merambat yang dapat tumbuh empat
meter dengan bertopang pada pohon, tiang, atau teralis. Lada hitam tumbuh
di tanah yang tidak terlalu kering atau rentan terhadap banjir, lembab, dan
kaya bahan organik.
Lada hitam adalah buah tanamanPiper nigrum Linn, yang dipetik setelah sebagian besar buah lada matang petik untuk lada hitam, dan telah mengalami
pengolahan.
Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima petani yang dihitung dengan
mengalikan jumlah produksi dengan harga produksi di tingkat petani
produsen yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Penerimaan usahatani lada adalah pendapatan kotor yang diterima dari suatu
37
Penerimaan usahatani non lada adalah pendapatan kotor yang diterima dari
usahatani selain tanaman lada
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik dan umumnya tinggal bersama serta kepengurusan
kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang
masih mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena
perkawinan, kelahiran, adopsi dan sebagainya.
Besar keluarga adalah total anggota keluarga yang menjadi tanggungan
keluarga dan tinggal dalam satu rumah, diukur dengan satuan orang.
Pendapatan rumah tangga adalah hasil penjumlahan antara pendapatan
usahatani dan pendapatan non usaha tani.
Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah
dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dalam hal ini biaya
pembelian pupuk, bibit, upah, tenaga kerja, sewa lahan, pajak lahan, dan
biaya penyusutan alat-alat pertanian dalam satu kali musim tanam.
Pendapatan usahatani diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Usaha nonpertanian (non farm) adalah usaha di luar bidang pertanian yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk menambah pendapatan keluarga,
biasanya dilakukan oleh anggota keluarga yang berusia kerja, misalnya,
38
Usaha di luar budidaya (off farm)adalah usaha yang masih berkaitan di bidang pertanian yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk menambah
pendapatan keluarga, misalnya buruh tani, penggarap lahan sewaan dan
lain-lain.
Pendapatan usaha nonpertanian adalah seluruh pendapatan keluarga petani
yang berasal dari usaha nonpertanian setelah dikurangi dengan pengeluaran
tunai yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diperoleh dari usahatani, dan
non pertanian setelah dikurangi dengan biaya, yang diukur dengan satuan
rupiah per tahun (Rp/th).
Pengeluaran adalah seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkan oleh seluruh
anggota rumah tangga petani, yang meliputi pengeluaran pangan dan non
pangan, yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/th).
Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang
dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluarga, yang diukur
dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Pengeluaran nonpangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang
yang dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluarga, yang
39
Pengeluaran keluarga adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh keluarga
petani untuk keperluan-keperluan konsumsi, yaitu pangan dan nonpangan,
yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Biaya total adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk
melakukan usahatani meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap/variabel
dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani
diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha).
Jumlah nilai saprotan adalah banyaknya nilai uang saprotan yang digunakan
petani dalam berusahatani, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Cara
menghitungnya adalah setiap jenis saprotan yang digunakan oleh petani
dikalikan harganya, kemudian dijumlah.
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam
proses produksi. Penggunaan tenaga kerja diukur dalam satuan hari orang
kerja (HOK).
Ongkos angkut adalah jumlah ongkos yang dikeluarkan oleh petani untuk
membawa hasil panen. Cara perhitungannya adalah hasil produksi dikalikan
dengan ongkos angkut, dalam satuan rupiah (Rp).
Harga panen adalah harga yang diterima oleh petani atas penjualan hasil
panen berdasarkan umur tanaman yang diukur dalam satuan rupiah per
40
Produksi adalah jumlah hasil tanaman yang dihasilkan dalam satu musim
tanam (satu kali proses produksi) yang diukur dalam satuan kilogram (kg).
Lama berusahatani adalah lamanya petani mengusahakan tanaman sampai
dilakukan penelitian, yang diukur dalam satuan tahun (th).
Kesejahteraan adalah sesuatu dimana setiap orang mempunyai pedoman,
tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap faktor-faktor yang
menentukan tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan masing-masing
keluarga diukur dengan indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat
Statistik 2006, meliputi informasi mengenai kependudukan, kesehatan dan
gizi, pendidikan, pola konsumsi rumah tangga, kemiskinan, perumahan dan
sosial budaya.
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakcukupan/kekurangan akan
aset-aset penting dan peluang-peluang dimana setiap manusia berhak
memperolehnya
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way
Kanan. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan Kecamatan Gunung Labuhan merupakan sentra
produksi lada hitam terbesar di Kabupaten Way Kanan. Pengambilan data
41
Responden penelitian adalah petani yang membudidayakan tanaman lada dan
mengolah hasil panen lada menjadi lada hitam. Petani-petani tersebut berada
pada dua desa yaitu Desa Way Tuba dan Desa Gunung Sari. Kedua desa ini
dipilih secarapurposivekarena dua desa ini merupakan sentra penghasil lada hitam di Kecamatan Gunung Labuhan. Populasi petani lada di Desa Way
Tuba adalah 200 petani dan di Desa Gunung Sari adalah 150 petani, sehingga
jumlah populasi petani lada di kedua desa adalah 350 petani. Metode
pangambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak
sederhana (simple random sampling) dengan pertimbangan bahwa responden di daerah penelitian cenderung homogen dalam hal penguasaan lahan dan
penggunaan input, serta tidak terlalu tersebar secara geografis. Jumlah
sampel ditentukan secara proporsional dengan rumus (Sugiarto, 2003).
n = NZ2S2 ...(2) Nd2+ Z2S2
dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
S2 = Variasi sampel (5% = 0,05)
Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96) d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus pada persamaan (2)
maka jumlah sampel adalah :
n = 350 x (1,96)2x (0,05)
(350 x 0,052) + (1,962x 0,05)
= 67,2 = 63 Petani
42
Kemudian dari jumlah sampel tersebut dapat ditentukan alokasi proporsi
sampel tiap desa dengan rumus (Nazir, 1988) :
na = Na x nab
Nab...(3)
dimana : na = Jumlah sampel desa A
nab = Jumlah sampel keseluruhan
Na = Jumlah populasi desa A
Nab = Jumlah populasi keseluruhan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus (persamaan 3),
maka diperoleh jumlah sampel dari Desa Way Tuba sebanyak 36 petani
dan dari Desa Gunung Sari sebanyak 27 petani.
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung petani
yang melakukan usaha tani lada dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) yang telah disediakan sebagai alat bantu pengumpulan data. Data
sekunder diperoleh dari studi literatur, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, serta lembaga/instansi yang
terkait dalam penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perkebunan
Propinsi Lampung, dan lain-lain.
D. Metode Analisis
Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif
43
kualitatif untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani. Data yang
diperoleh disederhanakan dalam bentuk tabulasi yang selanjutnya diolah
secara komputasi.
1. Pendapatan Rumah Tangga Petani
Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan
pendapatan keluarga yang berasal dari usahatani dan pendapatan keluarga
yang berasal dari luar usahatani, dengan rumus sebagai berikut :
Prt = Pusahatani+ Pnon usahatani
Keterangan :
Prt = Pendapatan Rumah Tangga
Pusahatani = Pendapatan dari usahatani (on farm+off farm)
Pnon usahatani = Pendapatan dari luar usaha tani (non farm)
Untuk pendapatan dari usaha tani digunakan rumus sebagai berikut :
Y = hasil produksi (kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp) Xi = faktor produksi ke-i
Pxi = harga faktor produksi k-i (Rp/satuan) BTT = biaya tetap total
2. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani
Berdasarkan Kriteria Badan Pusat Statistik (2007) yakni pendekatan tujuh
indikator, pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang
dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Selain itu,