• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN

KABUPATEN WAY KANAN

(Skripsi)

Oleh

Saut Manason Togatorop

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF INCOME AND WELFARE OF PEPPER

FARMERS IN GUNUNG LABUHAN SUBDISTRICT OF

WAY KANAN REGENCY

By

Saut Manason Togatorop

The purposes of this study were to analyze: (1) the pepperfarmers’income and (2) the level ofhousehold’swelfare by household expenditure of pepper farmers at Gunung Labuhan Sub-district of Way Kanan Regency. This research location was choosen purposively. Sixty three pepper farmers from Way Tuba and Gunung Sari villages were drawn by a simple random sampling method. The data was analyzed by quantitative and descriptive qualitative methodo. The result of this research showed that: (1) the average of pepper farmers’income at Gunung Labuhan Sub-district of Way Kanan Regency was Rp30.559.802,- per year; in which Rp 9.841.199,-(32,20%) was gotten from the pepper farming and (2) based on the BPS indicator, 95,2 percent of the pepper farmers were categorized as prosperous and the rest of 4,8 percent were not properous.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN

KABUPATEN WAY KANAN Oleh

Saut Manason Togatorop

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pendapatan usaha tani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan (2) tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan data dilaksanakan pada Bulan Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Banyaknya sampel pada penelitian ini adalah 63 petani, berasal dari Desa Way Tuba dan Desa Gunung Sari, yang dipilih dengan menggunakan metode acak sederhana. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif untuk menghitung pendapatan rumah tangga petani, dan metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pendapatan usahatani lada sebesar 32,20 persen dari total pendapatan rumah tangga, dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 9.841.199,- /tahun, (2) berdasarkan kriteria BPS rumah tangga petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan yang masuk dalam kategori sejahtera sebanyak 95,2 persen dan sisanya 4,8 persen rumah tangga di Kecamatan Gunung Labuhan masuk dalam kategori belum sejahtera.

(4)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN

KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

Saut Manason Togatorop

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi :ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN

Nama Mahasiswa :Saut Manason Togatorop

Nomor Pokok Mahasiswa : 0914023145

Jurusan : Agribisnis

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S Novi Rosanti, S.P, M.E.P

NIP 196112251987031005 NIP 198111182008122003

2. Ketua Jurusan Agribisnis

Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S ...

Sekretaris :Novi Rosanti, S.P, M.E.P ...

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr.Ir. Wuryaningsih DS, M.S ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP 19610826 198702 1 001

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 12 Maret 1990 sebagai anak pertama

dari empat bersaudara, pasangan Bapak G Togatorop dan Dewi Anita Sianturi.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Fransiskus

Tanjung Karang pada tahun 1996, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD

Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 2002, pendidikan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) di SMP Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 2005, dan

pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Immanuel Bandar Lampung

pada tahun 2008. Penulis pernah menjalani studi selama satu tahun di Universitas

Darmajaya, Jurusan Akuntansi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 penulis

melanjutkan studi di Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM), dan

terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis.

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) pada tahun 2012 selama tiga puluh

hari di PT Indokom Samudra Persada. Pada tahun yang sama penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Gunung Sari

Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan. Selama menjadi

mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus di UKM-Kristen Universitas

Lampung, dan menjabat sebagai Ketua Divisi 1 UKM-Kristen Universitas

(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

mencurahkan kasih karunia dan damai sejahtera sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsiyang berjudul, “Analisis Pendapatan dan Tingkat

Kesejahteraan Petani Lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way

Kanan”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penelitian dan penulisan

skripsi ini:

1. Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S selaku Pembimbing pertama yang telah banyak

memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dukungan dan semangat kepada

penulis. Terima kasih atas saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi.

2. Novi Rosanti, S.P, M.E.P selaku Pembimbing kedua sekaligus pembimbing

akademik, yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan,

dukungan dan semangat kepada penulis. Terima kasih atas saran, serta

nasehat dalam penulisan skripsi.

3. Dr.Ir. Wuryaningsih DS, M.S selaku Dosen Pembahas atas saran, bahasan,

dan arahan yang diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

(9)

5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S.selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh staf administrasi Jurusan Agribisnis, Mbak Iin, Mas Boim, Pak

Margono, Mas Kardi, dan Mbak Aii, atas bantuan yang telah diberikan.

7. Kedua orang tua penulis tercinta, Bapak G Togatorop dan Ibu Dewi Anita

Sianturi yang selalu memberikan semangat dan doa, serta adik-adik penulis

Holong O Togatorop, Samuel Togatorop, Mauli E Togatorop atas perhatian

dan semangat yang telah diberikan.

8. Sahabat seperjuangan : Edi, Rama, Wayan, Mamet dan Rinal untuk

kebersamaan baik suka maupun duka selama penulis menjadi mahasiswa

9. Sahabat sekaligus partner selama perjuangan menyelesaikan skripsi : Felicia,

Melisa, Quen dan Atika

10. Keluarga Besar UKM-Kristen Universitas Lampung: Adatua, Beny, Indra,

Fany, Nindy, Andreasa, Evi, Uli, Bety, dan lain-lain yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu, untuk kebersamaan baik suka maupun duka yang telah

kita lalui bersama.

11. Teman-teman Agribisnis: Ongki, Habil, Hilman, Dedeh, Tasya, Bejo, Arin,

Rani, Adries, pepy, Inke, Meyka, Novi, Peni, Yesica, dede, Yunica, Eka,

Feby, Syani, Firgen, dan teman-teman Agribisnis 2009 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk kebersamaannya dan

sukses menyertai kita senantiasa.

12. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

(10)

Semoga Tuhan Yesus melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang

diberikan kepada penulis, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bandar lampung, 8 Juli 2014

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... III

DAFTAR GAMBAR... VI

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Tinjauan Agronomis Lada ... 9

2. Konsep Usahatani ... 15

3. Teori Pendapatan ... 16

4. Konsep Tingkat Kesejahteraan ... 22

5. Kajian Penelitian Terdahulu ... 28

B. Kerangka Pemikiran ... 31

III. METODE PENELITIAN... 35

A. Konsep Dasar Batasan Operasional ... 35

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 40

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 42

D. Metode Analisis ... 42

1. Pendapatan Rumah Tangga petani ... 43

(12)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 49

A. Keadaan Umum Kabupaten Way Kanan ... 49

B. Keadaan Umum Kecamatan Gunung Labuhan... 51

C. Monografi Desa Way Tuba dan Desa Gunung Sari... 52

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Karakteristik Petani ... 54

B. Keragaan Usahatani Lada di Daerah Penelitian ... 58

C. Biaya Usahatani lada ... 61

D. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Lada... 64

E. Pendapatan rumah Tangga Petani dan Kontribusi terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 67

F. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Petani ... 71

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas areal tanaman perkebunan rakyat (ha) menurut kecamatan dan

jenis tanaman di Kabupaten Way Kanan 2011 ... 4

2. Banyaknya keluarga menurut pentahapan keluarga per kecamatan di Kabupaten Way Kanan 2011 ... 6

3. Spesifikasi persyaratan mutu lada hitam menurut SNI 01 -0005 -1995 ... 14

4. Spesifikasi mutu lada hitam standar basis permintaan Eksportir ... 15

5. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik,

Susenas (2007) disertai variabel, kelas, dan skor ... 44

6. Realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah menurut jenisnya di

Kabupaten Way kanan 2012 ... 49

7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha di Kabupaten Way kanan tahun 2009-2011 (dalam jutaan rupiah ... 49

8. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan menurut komoditi di

Kecamatan Gunung Labuhan tahun 2012 ... 50

9. Panjang jalan menurut jenis/kondisi jalan di Kecamatan Gunung

Labuhan tahun 2012 ... 51

10. Sebaran petani berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Gunung

Labuhan 2013 ... 54

11. Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan

(14)

ii

12. Sebaran petani berdasarkan pengalaman dalam berusahatani di

Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 55

13. Sebaran petani berdasarkan jumlah anggota keluarga di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 56

14. Luas lahan garapan petani di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 57

15. Rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani lada di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 61

16. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani di Kecamatan Gunung

Labuhan 2013 ... 62

17. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 63

18. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani lada di

Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 65

19. Rata-rata pendapatan petani dari usahatani non lada di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 67

20. Pendapatan petani responden melalui aktivitasoff farmdi Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 68

21. Rata -rata pendapatan rumah tangga petani lada di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 69

22. Skor perolehan untuk indikator kependudukan rumah tangga petani

Lada di kecamatan gunung labuhan 2013 ... 71

23. Skor perolehan untuk indikator kesehatan dan gizi rumah tangga

petani Lada di kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 72

24. Skor perolehan untuk indikator pendidikan rumah tangga petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 73

25. Skor perolehan untuk indikator ketenagakerjaan rumah tangga petani Lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013... 74

26. Skor perolehan untuk indikator pola konsumsi rumah tangga petani

(15)

iii

27. Skor perolehan untuk indikator perumahan dan lingkungan rumah

tangga petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013... 76

28. Skor perolehan untuk indikator sosial dan lain-lain rumah tangga

petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 77

29. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lada di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 78

30. Rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan petani responden per

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan ekspor lada oleh negara-negara produsen tahun 2006-2010 ... 2

2. Bagan alur pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor

perkebunan. Besarnya potensi ekspor subsektor perkebunan tersebut didukung

oleh iklim yang cocok untuk tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kopi,

coklat, tembakau dan lada serta tersedianya tenaga kerja yang cukup banyak.

Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu komoditas ekspor di subsektor perkebunan yang dapat memberikan kontribusi bagi devisa Indonesia selain

kelapa kelapa sawit, karet, kopi, dan teh.

International Pepper Community(1996), menyebutkan bahwa Indonesia pada tahun 1995 termasuk dalam lima besar negara pengekspor lada dunia. Pada saat

itu Indonesia mampu menduduki peringkat pertama pengekspor lada dunia.

Prestasi Indonesia sebagai negara pengekspor lada dunia pada saat itu cukup

membanggakan, namun saat ini Indonesia mengalami penurunan produksi lada

dan mengakibatkan juga ekspor lada Indonesia mengalami penurunan. Faktor

tersebut menyebabkan Indonesia hanya mampu menduduki peringkat kedua

pengekspor lada dunia. Perkembangan ekspor lada dunia dapat dilihat pada

(18)

2

Gambar 1. Perkembangan ekspor lada oleh negara-negara produsen tahun 2006-2010

Sumber :International Pepper Community, 2011

Pada Gambar 1 terlihat Indonesia pada tahun 2006 menduduki peringkat ketiga

pengekspor lada dunia, namun pada tahun 2007-2010 perkembangan ekspor lada

Indonesia mengalami peningkatan, dan mampu menduduki peringkat kedua

pengekspor lada dunia setelah negara Vietnam. Kontribusi ekspor lada Indonesia

pada tahun 2010 terhadap kebutuhan dunia sebesar 24 persen. Hal ini

menunjukkan potensi dan peluang yang dimiliki Indonesia dalam perdagangan

lada di pasar internasional cukup besar. Provinsi Lampung merupakan salah satu

provinsi di Indonesia yang paling berkontribusi menjadikan Indonesia sebagai

negara produsen utama lada dunia.

Pada tahun 2010, kontribusi produksi lada Lampung terhadap produksi lada di

Indonesia sebesar 26,57 persen, lalu diikuti Provinsi Bangka Belitung sebesar

21,97 persen (Direktorat Jenderal Perkebunan,2011). Kontribusi produksi lada

hitam yang cukup besar, menjadikan Lampung terkenal diantara negara produsen

lada dunia dengan julukanLampung black pepper. Produksi lada di Provinsi

0

2006 2007 2008 2009 2010

(19)

3

Lampung dari tahun 2008-2011 berfluktuasi dan cenderung mengalami

penurunan. Pada tahun 2008 hasil produksi lada di Lampung 22.164 ton, lalu

meningkat di tahun 2009 menjadi 22.311 ton. Penurunan produksi terjadi pada

tahun 2010 menjadi 22.236 ton dan tahun 2011 kembali mengalami penurunan

sebesar 115 ton ( Dirjen Perkebunan, 2012). Salah satu faktor penyebab

penurunan produksi lada yaitu gangguan organisme penganggu tanaman, seperti

penyakit busuk pangkal dan penyakit kuning. Dampak dari penurunan produksi

lada tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani lada, dan

mengakibatkan penurunan tingkat kesejahteraan petani lada.

Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang menjadikan lada sebagai

komoditas perkebunan andalan adalah Kabupaten Way Kanan. Pada tahun 2011

Kabupaten Way kanan mampu memberikan kontribusi produksi lada terhadap

produksi lada Provinsi Lampung sebesar 13,11 persen, setelah Kabupaten

Lampung Barat dengan kontribusi 16,26 persen dan Kabupaten Lampung Utara

dengan kontribusi 45,84 persen (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2011).

Produksi lada di Kabupaten Way Kanan yang dapat bersaing dengan produksi di

kabupaten lainnya di Provinsi Lampung, tentunya ditunjang dengan luas areal

perkebunan lada yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari luas areal

perkebunan lada di Kabupaten Way Kanan pada tahun 2011 menduduki peringkat

ketiga, diantara komoditas perkebunan lain yang dibudidayakan di Kabupaten

Way Kanan, setelah komoditas kopi dan karet. Luas lahan perkebunan menurut

(20)

4

Tabel 1. Luas areal tanaman perkebunan rakyat (ha) menurut kecamatan dan jenis tanaman di Kabupaten Way Kanan 2011

Kecamatan Karet Kelapa Kelapa sawit

Kelapa dalam

Kopi Lada Kakao Tebu Cengkeh Banjit 474 67 43 315 9685 956 61 - 426 Baradatu 558 331 85 685 885 2169 59 - 8 Gunung

Labuhan

647 245 182 215 1550 5465 93 - 129 Kasui 1052 73 120 387 7637 2667 209 - 454 Rebang

Way Kanan 41334 2468 5701 6483 25993 14034 1482 3150 1069

Sumber : Way Kanan dalam angka, 2012

Berdasakan Tabel 1 terlihat Kecamatan Gunung Labuhan memiliki luas areal

perkebunan lada terbesar di Kabupaten Way Kanan. Kontribusi produksi lada di

Kecamatan Gunung labuhan pada tahun 2011 terhadap produksi lada di

Kabupaten Way Kanan sebesar 35,10 persen, sehingga membuat Kecamatan

Gunung Labuhan menjadi sentra penghasil lada dan dikenal dengan julukan

“bumi lada”. Namun luas areal perkebunan lada di Kecamatan Gunung Labuhan

yang cukup besar tidak diikuti dengan produksi lada yang maksimal di daerah

tersebut. Hal ini disebabkan lahan perkebunan lada yang menghasilkan hanya

(21)

5

menghasilkan hanya 585 ha, sehingga pada tahun 2011 Kecamatan Gunung

Labuhan hanya mampu memproduksi lada sebesar 938 ton (BPS Way Kanan,

2012).

Pengelolaan usaha tani lada yang masih tradisional dengan pengetahuan teknologi

yang rendah pada petani, menyebabkan produksi lada di daerah tersebut tidak

maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas. Di samping itu, skala usahatani

di Kecamatan Gunung Labuhan yang umumnya kecil dan tersebar, dan diikuti

dengan permodalan yang terbatas juga menimbulkan masalah dalam pembiayaan

usahatani lada. Hal ini tentu akan mengakibatkan rendahnya pendapatan dan

dapat menurunkan tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Gunung Labuhan.

Pendapatan usahatani lada yang rendah mengakibatkan banyak petani di daerah

tersebut melakukan peralihan komoditas ke komoditas yang lebih

menguntungkan. Komoditas karet banyak dipilih di daerah tersebut karena dapat

dipanen beberapa kali dalam seminggu, dibandingkan dengan tanaman lada yang

hanya satu kali dalam satu tahun. Peralihan komoditas ini dilakukan dengan

harapan meningkatkan pendapatan mereka dan pada akhirnya tingkat

kesejahteraan petani di daerah tersebut akan ikut meningkat. Berdasarkan data

BPS di Kecamatan Gunung Labuhan terdapat 5.136 rumah tangga yang tergolong

pra sejahtera. Jumlah tersebut menempatkan Kecamatan Gunung labuhan berada

pada urutan ketiga untuk keluarga pra sejahtera yang ada di Kabupaten Way

Kanan. Jumlah rumah tangga pra sejahtera dan sejahtera dapat dilihat pada Tabel

(22)

6

Tabel 2. Banyaknya rumah tangga menurut pentahapan rumah tangga per kecamatan di Kabupaten Way Kanan, 2011

Kecamatan Pra

Sejahtera

Rumah tangga Sejahtera

I II III III Plus

Banjit 6.727 5.731 1.061 37 11

Baradatu 5.172 1.447 1.815 55

-Gunung Labuhan 5.136 3.738 2.205 439

-Kasui 3.489 2.240 2.086 1.961

-Rebang Tangkas 1.604 537 398 190 3

Blambangan Umpu 3.255 5.747 780 45

-Way Tuba 3.548 2.901 1.968 176

-Negeri Agung 2.286 1.553 1.236 982

-Bahuga 3.645 1.649 959 -

-Buay Bahuga 4.185 1.127 1.833 561

-Bumi Agung 3.285 2.735 2.041 112

-Pakuan Ratu 2.256 2.149 647 849

-Negeri Batin 1.839 1.121 2.335 241 1

Negeri Besar 3.742 1.642 1.014 477

-Way kanan 50.169 34.317 20.378 6.125 15

Sumber : BPS Kabupaten Way Kanan, 2012

Tingginya angka rumah tangga yang tergolong pra sejahtera di Kecamatan

Gunung Labuhan yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai

petani, membuat peran sektor pertanian dalam meningkatkan kesejahteraan dan

taraf hidup masyarakat kembali dipertanyakan. Padahal sebagian besar

masyarakat di Kecamatan Gunung Labuhan menggantungkan hidupnya dari

sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan. Pada tahun 2011 jumlah total

luas lahan pertanian di Kecamatan Gunung Labuhan sebesar 11.522 ha, yang di

mana untuk jenis lahan kering memiliki luas lahan sebesar 11.253 ha (BPS Way

Kanan, 2012).

Jenis lahan kering di daerah tersebut menurut penggunaannya, lebih mendominasi

pada tanaman perkebunan khususnya komoditas lada (Tabel 1). Oleh karena itu

perlu adanya perhatian dari pemerintah Kabupaten Way Kanan khususnya instansi

(23)

7

dipertahankan, dengan mengupayakan peningkatan nilai tambah yang secara

keseluruhan menguntungkan petani lada. Hal ini tentunya akan memicu semangat

petani untuk meningkatkan produksi lada, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Produksi lada yang meningkat pada akhirnya akan berdampak terhadap

peningkatan pendapatan petani, dengan harapan angka keluarga pra sejahtera di

Kecamatan Gunung Labuhan berkurang.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tersebut, dapat dirumuskan beberapa

masalah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini yaitu :

1. Berapa besar pendapatan usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan

Kabupaten Way Kanan?

2. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung

Labuhan Kabupaten Way Kanan ?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah :

1. mengetahui pendapatan usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan

Kabupaten Way Kanan dan

2. mengetahui tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung

Labuhan Kabupaten Way Kanan.

C. Kegunaan Penelitian

(24)

8

1. penambah informasi/ bahan masukan informasi bagi petani tentang

pendapatan usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten

Way Kanan dalam mengusahakan usahatani lada

2. penambah wawasan peneliti lain, menambah pemahaman terkait dengan

analisis tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Agronomis Lada

Tanaman lada(Piper nigrum L.)berasal dari daerah barat Ghat, India lalu menyebar ke berbagai negara di Asia termasuk Indonesia. Penyebaran lada di

Indonesia pertama kali dilakukan oleh para koloni Hindu yang sedang

melakukan perjalanan dalam misi penyebaran agamanya, setelah itu lada di

Indonesia menyebar ke berbagai pulau. Provinsi di Indonesia yang

memproduksi lada selain Lampung dan Bangka diantaranya di daerah

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,

Aceh, Sumatera Barat dan Jawa Barat yang umumnya merupakan usaha

petani rakyat (Widyastuti, 2005).

Ada tiga komponen syarat tumbuh tanaman lada yang saling berhubungan

yang tidak bisa dipisahkan, yaitu :

a. Kondisi tanah

Tanah yang cocok bagi pertumbuhan lada yaitu tanah yang netral dengan

pH 6,0 -7,0, suhu tanah berkisar antara 14 - 29C. Kemampuan tanah

menjaga kelembapan, jika penyerapan airnya antara 0,2–20 cm selama

(26)

b. Ketinggian tanah

Berdasarkan pemantauan dilapangan, dataran rendah merupakan tempat

paling dominan untuk menanam lada dengan ketinggian kurang dari 200

m dpl. Lada yang ditanam di dataran rendah akan menghasilkan

pertumbuhan vegetatif yang terbaik dan berbuah sangat lebat.

c. Iklim

Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan hasil produksi yang

memuaskan, sebaiknya lada ditanam di daerah beriklim tropis dengan

curah hujan rata-rata 1000-3000 mm per tahun.

Tahapan-tahapan dalam budidaya tanaman lada yang baik adalah sebagai

berikut :

a. Persiapan

Menanam tajar lada atau tanaman penegak lada dilakukan satu tahun

sebelum penanaman lada. Jenis tajar lada yang baik adalah gamal

(Gliricidia maculata)atau dadap cangkring pucuk merah (Erythrina fuscaL.). Jarak tanam tajar lada sama dengan jarak tanam lada yaitu 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 2 m. Lubang tanam lada ukuran 45x45x45 cm atau

60x60x60 cm dibuat 10-15 cm di sebelah timur tajar lada. Lubang tanam

dilakukan 0,5–3 bulan sebelum tanam lada. Tanah galian lubang tanam

dipisahkan menjadi dua, tanah bagian atas (top soil) dan tanah bagian bawah (sub soil) ditempatkan terpisah. Tanah bagian atas (top soil) dicampur pupuk organik atau pupuk kandang (5-10 kg), yang telah

(27)

✂✂

b. Penanaman

Bibit lada setelah dilepaskan dari polibag atau setek 5- 7 buku yang

sudah tumbuh dan berakar ditanam dengan cara meletakkan miring

(30-45) mengarah ke tajar. Selanjutnya 3-4 buku/setek bagian pangkal

tanpa daun dibenamkan mengarah ke tajar, sedangkan 2-3 ruas sisanya

(berdaun) disandarkan dan diikat pada tajar. Selanjutnya tanah di

sekelilingnya yang telah dicampur pupuk organik dipadatkan. Tanah di

sekitar tanaman lada dibuat sedikit gundukan agar tidak tergenang air di

musim hujan. Setelah ditanam, tanah di sekelilingnya dipadatkan dandi

atas tanaman lada diberi naungan yang diikatkan pada tajar agar tanaman

lada yang baru ditanam terlindungi dari teriknya sinar matahari.

Naungan dilepas apabila tanaman lada telah tumbuh kuat.

c. Pemeliharaan

Apabila pada tanaman lada telah tumbuh 8-10 buku (umur 5-6 bulan),

dilakukan pemangkasan pada ketinggian 25- 30 cm dari permukaan

tanah. Pemangkasan dilakukan di atas 2-3 buku. tujuan pemangkasan

untuk merangsang pembentukan 3 sulur panjat baru. Sulur baru tersebut

harus dilekatkan dan diikatkan pada tajar lada. Pengikatan dilakukan

menggunakan tali rafia yang dibelah 2-4 bagian agar tali rafia tidak

menggangu pertumbuhan lada. Pemangkasan berikutnya dilakukan

apabila telah keluar tunas baru dan telah mencapai 7-9 buku pada umur

sekitar 12 bulan, yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah.

Pemangkasan berikutnya dilakukan pada umur 2 tahun, sehingga

(28)

✄ ☎

d. Pemupukan

Tanaman lada memerlukan pupuk organik dan anorganik. Pemberiannya

dapat dilakukan secara terpisah maupun secara bersama-sama dengan

mencampur pupuk organik dan anorganik sebelum diberikan pada

tanaman lada. Tajar dipangkas 7-10 hari sebelum dilakukan pemupukan,

agar tidak terjadi kompetisi hara dan memaksimalkan masuknya sinar

matahari. Pemberian pupuk dilakukan dengan mengikis/mengangkat

permukaan tanah di sekitar tanaman, pupuk disebarkan kemudian ditutup

kembali dengan tanah kikisan ditambah tanah dari sekitar tanaman.

Tanaman lada berumur >12 bulan, dosis pupuk anorganik 1/8 total (200 g

) NPK Mg, pemberian pupukdiberikan 2 kali/tahun. Tanaman berumur

13-24 bulan diberikan 1/4 dosis total (400 gr /tanaman/tahun), dengan

pemberian pupuk 1 kali/tahun ditambah 5-10 kg pupuk kandang pada

waktu pemberian pertama.

e. Panen buah lada

Buah lada yang telah siap dipanen untuk lada hitam ditandai dengan

warna hijau tua, buah telah berumur 6- 7 bulan. Buah lada siap dipanen

apabila dalam satu tandan buah terdiriatas buah lada merah (2 persen),

kuning (23 persen) dan hijau tua (75 persen). Buah lada dipanen

sekaligus dengan tangkainya (tandan buah) dengan cara dipetik

menggunakan tangan. Pemetikan dilakukan sekaligus atau bertahap

sesuai perkembangan buah lada. Alat-alat yang digunakan dalam

(29)

✆ ✝

keranjang bambu yang bersih untuk tempat mengumpulkan buah lada

yang sudah dipetik (Suprapto,2006).

Setelah pemanenan buah lada maka dilakukan berbagai tahapan pasca panen

yang dimana pada akhirnya menghasilkan lada hitam yang siap dipasarkan.

Berikut tahapan pengolahan buah lada menjadi lada hitam :

a. Sortasi buah

Lada yang sudah dipetik selanjutnya dihamparkan dan disortir. Buah

lada yang busuk dan tidak normal dipisahkan dan dibuang, sedangkan

buah yang baik dan mulus dikumpulkan dalam satu tempat untuk

diproses lebih lanjut. Proses selanjutnya pemisahan buah dari tangkai

(perontokan), proses perontokan dilakukan dengan cara meremas-remas

tandan buah lada atau diinjak-injak. Memisahkan buah dari tangkainya

juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat perontok tipe pedal atau

motor yang digerakkan oleh bensin/listrik.

b. Pengeringan

Pengeringan buah lada dilakukan dengan caramenjemur di bawah panas

sinar matahari 2-3 hari, sampai kadar air mencapai 15persen yaitu kadar

air yang dikehendakipasar. Saat penjemuran dilakukan beberapa kali

pembalikan atau ditipiskan, dengan ketebalan tumpukan penjemuran 10

cm menggunakan garu dari kayu agar kekeringan buah lada seragam

dalam waktu yang sama.

c. Penampian / sortasi buah

Pemisahan atau sortasi bertujuan untuk memisahkan biji lada hitam yang

(30)

serat-✞4

serat dan juga sebagian lada enteng. Penampian dilakukan secara manual

menggunakan tampah, sortasi juga dapat dilakukan dengan mesin yang

digerakkan menggunakan pedal (blower). Alat ini untuk memisahkan buah lada bernas, lada enteng dan kotoran.

d. Pengemasan dan Penyimpanan

Buah lada hitam yang sudah kering dan terlepas dari tangkainya dan telah

disortasi antara lada bernas, lada enteng dan kotoran. Kemudian, lada

bernas dikemas dengan menggunakan karung plastik. Ruang

penyimpanan buah lada hasil sortasi harus kering (kelembaban ±

70persen) untuk menghindari agar lada tidak berjamur dengan lada

enteng dan kotoran. Kualitas lada hitam dapat dipertahankan 3-4 tahun

apabila disimpan di ruangan bersuhu 20-28C. Adapun spesifikasi

persyaratan mutu lada hitam menurut SNI dan permintaan eksportir,

dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

(31)

✟ ✠

Tabel 4. Spesifikasi mutu lada hitam standar basis permintaan Eksportir

Jenis uji standart basis Persyaratan

Berat biji lada hitam per 3 liter 1600 gram / 3 liter

Kadar air Maks 19 persen

Kadar debu Maks 4 persen

Sumber : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, tahun 2008

2. Konsep usahatani

Menurut Soekartawi (1989), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada

secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi

pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan

sumberdaya yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya, sedangkan efisien

apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Usahatani merupakan pekerjaan manusia, dimana sekelompok individu melakukan cocok tanam pada suatu wilayah

tertentu. Usahatani terdiri dari (1) lahan/tanah di atasnya tumbuh tanaman,

ternak, ikan, dan tanah yang dapat berupa kolam. (2) bangunan (rumah,

kandang, gudang, dan lantai). (3) alat-alat pertanian (cangkul, parang, gancu,

trakto, dan lain-lain). (4) tenaga kerja, dan (5) adanya perencanaan usahatani.

Mubyarto (1989), menyatakan bahwa produktivitas dan produksi pertanian

yang lebih tinggi dapat dicapai melalui dua cara :

a. Perbaikan alokasi sumberdaya yang dimiliki petani termasuk dalam

penggunaan lahan dan tenaga kerja. Rendahnya produktivitas akan

(32)

✡6

harga produk yang sama, maka pendapatan akan lebih tinggi apabila

produktivitasnya lebih tinggi.

b. Memperkenalkan sumberdaya baru dalam bentuk modal dan teknologi.

Teknologi dapat berupa perubahan cuaca, jenis tanaman, serta sarana

lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Suatu teknologi

baru dapat diterima petani jika memberikan keuntungan yang berarti dan

dengan penerapan teknologi akan terjadi peningkatan pendapatan.

3. Teori Pendapatan

Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari

suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang

mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha,

pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan

kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya

sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan

produktifitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila

harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga

berubah (Soekartawi, 1990).

Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan

pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari

penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan

yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang

berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih

(33)

☛ ☞

dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani

adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan di luar

usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.

a. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi

dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan

yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat

diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang

dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat

pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang

diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi

selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja

dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah

hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan

pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan

sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi

tersebut (Ahmadi, 2001). Produksi berkaitan dengan penerimaan dan

biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus

dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai

dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).

Menurut Soekartawi (1994), biaya usahatani adalah semua pengeluaran

(34)

✌8

dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya

yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan

dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh volume produksi.

Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis

sebagai berikut :

π = Y. Py– ΣXi.Pxi–BTT………...(1)

Keterangan :

π = Pendapatan (Rp)

Y = Hasil produksi (Kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp)

Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)

Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

b. Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat

kesejahteraan petani adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa

aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani.

Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan

dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan

lapangan kerja.

Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari

(35)

✍ ✎

pertanian dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental

(Soekartawi, 1994). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala

keluarga dan beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah

orang yang paling bertanggung jawab terhadap rumah tangga tersebut,

sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang

hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga

yang bersangkutan.

Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting

untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan

rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal

dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut

diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga

petani.

Hernanto (1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur

tanah, air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan

jumlah tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal,

yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana

produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan. Tingkat pendapatan yang

rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha

lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan keluarga

diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang

(36)

✏ ✑

lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan

tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan

yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan

modal.

Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:

1) Pendapatan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan

kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran

baik tunai maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.

2) Penghasilan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani

setelah dikurangi dengan bunga modal.

3) Pendapatan Kerja Keluarga

Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta

pengelolaan yang dilakukan petani dan anggotanya yang

bertujuanuntuk menambah penghasilan rumah tangga.

4) Pendapatan Keluarga

Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari

sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarga disamping

kegiatan pokoknya.

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan ke dalam dua sektor,

yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari

(37)

✒ ✓

usahatani, ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil.

Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi

pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa,

buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo,

1990).

Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk

tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang

diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja di rumah

tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya.

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri

dan anak-anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam

pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.

Menurut Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan untuk

kegiatan:

1) kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan

usahataninya,

2) kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan,

pendidikan, rekreasi, dan pajak,

3) pemeliharaan investasi, dan

(38)

✔✔

4. Konsep Tingkat kesejahteraan

Menurut Arsyad (1992) pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat

menyebabkan pendapatan per kapita sebuah negara meningkat untuk periode

jangka panjang dengan syarat, jumlah orang yang hidup di bawah garis

kemiskinan mutlak tidak naik dan distribusi pendapatan tidak semakin

timpang. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam

pendapatan per kapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan

menggunakan tingkat pertambahan PDB untuk tingkat nasional dan PDRB

untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDB ini juga ditentukan oleh

lajunya pertumbuhan penduduk lebih dari PDRB maka ini menunjukkan

perubahan terhadap pendapatan per kapita, maka pertambahan PDRB ini

tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pembangunan

menyangkut perubahan mendasar dari seluruh struktur ekonomi dan ini

menyangkut perubahan-perubahan dalam produksi dan permintaan maupun

peningkatan dalam distribusi pendapatan dan pekerjaan. Konsekuensinya

adalah diciptakan perekonomian yang lebih beragam.

Menurut Todaro, (2000) tujuan dari pembangunan ekonomi adalah untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh kecenderungan

kenaikan pendapatan per kapita dalam jangka panjang. Tapi ini bukan berarti

kenaikan pendapatan per kapita yang terus menerus. Banyak faktor yang

dapat menyebabkan perekonomian mengalami stagnan bahkan kemunduran

seperti perang, kekacauan politik, dan lain-lain. Apalagi jika kemunduran

perekonomian hanya terjadi sementara saja dan perekonomian cenderung

(39)

✕ ✖

Atas dasar inilah maka pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu

proses saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang

menghasilkan pembangunan ekonomi. Dengan cara ini maka dapat diketahui

peristiwa-peristiwa apa saja yang menimbulkan peningkatan maupun

penurunan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dalam suatu tahap

pembangunan ketahap pembangunan lainnya.

Kesejahteraan atau keadaan tidak miskin merupakan keinginan lahiriah setiap

orang. Keadaan semacam ini barulah sekedar memenuhi kepuasan hidup

manusia sebagai makhluk individu, padahal di samping makhluk individu,

manusia juga merupakan makhluk sosial (Dumairy, 1997).

Tolok ukur mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk baik

yang berpendekatan ekonomi maupun sosial menurut Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ditetapkan kriteria kemiskinan

berdasarkan kriteria keluarga pra sejahtera. Keluarga pra sejahtera adalah

apabila :

Menurut BKKBN (Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional,

Kesejahteraan keluarga digolongan kedalam 3 golongan; yaitu :

Keluarga Sejahtera Tahap I dengan kriteria sebagai berikut

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama

2. Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.

3. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda dirumah / pergi/bekerja /

sekolah.

(40)

✗4

5. Anak sakit ataupun pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber KB dibawa

ke sarana kesehatan.

Keluarga Sejahtera Tahap II, meliputi :

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur.

2. Paling kurang sekali seminggu lauk daging / ikan / telur.

3. Setahun terakhir anggota keluarga menerima satu stel pakaian baru.

4. Luas lantai paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.

5. Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat

melaksanakan tugas.

6. Ada anggota keluarga umur 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap.

7. Anggota keluarga umur 10–60 th. bisa baca tulis latin.

8. Anak umur 7–15 th. Bersekolah.

9. PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai alat kontrasepsi.

Keluarga Sejahtera Tahap III, meliputi

1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.

2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung.

3. Keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari untuk berkomunikasi.

4. Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat

tinggal.

5. Keluarga rekreasi bersama paling kurang sekali dalam enam bulan.

6. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/majalah/TV/radio.

(41)

✘ ✙

Keluarga Sejahtera Tahap III Plus, meliputi :

1. Keluarga secara teratur memberikan sumbangan.

2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus yayasan / institusi

Masyarakat.

Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2007) adalah suatu kondisi

dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut

dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dimensi kesejahteraan rakyat

disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat

hanya dapat terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu,

kesejahteraan rakyat dapat diamati dari berbagai aspek yang spesifik yaitu:

a. Kependudukan

Penduduk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam

proses pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat

mengelola sumber daya alam sehingga mampu memenuhi kebutuhan

hidup bagi diri dan keluarganya secara berkelanjutan. Jumlah penduduk

yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam

proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh sebab itu, dalam

menangani masalah kependudukan, pemerintah tidak saja mengarahkan

pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga menitikberatkan

pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Di samping itu,

program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus

(42)

✚6

b. Kesehatan dan gizi

Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan

penduduk dalam hal kualitas fisik. Kesehatan dan gizi berguna untuk

melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status

kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi,

ketersediaan sarana kesehatan, dan jenis pengobatan yang dilakukan.

c. Pendidikan

Maju tidaknya suatu bangsa terletak pada kondisi tingkat pendidikan

masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin

majulah bangsa tersebut. Pemerintah berharap tingkat pendidikan anak

semakin membaik, dan tentunya akan berdampak pada tingkat

kesejahteraan penduduk.

d. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting untuk

menunjukkan kesejahteraan masyarakat dengan indikator keberhasilan

pembangunan ketenagakerjaan diantaranya adalah Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

e. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga

Pengeluaran rumah tangga juga merupakan salah satu indikator yang

dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin

tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari

pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran

(43)

✛ ✜

pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang

bukan makanan pada umumnya tinggi.

f. Perumahan dan lingkungan

Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai tempat untuk berteduh

atau berlindung dari hujan dan panas juga menjadi tempat berkumpulnya

para penghuni yang merupakan satu ikatan keluarga. Secara umum,

kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah

tangga, dimana kualitas tersebut ditentukan oleh fisik rumah tersebut

yang dapat terlihat dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga

tersebut diantaranya dapat terlihat dari luas lantai rumah, sumber air

minum, dan fasilitas tempat buang air besar. Kualitas perumahan yang

baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan

memberikan kenyamanan bagi penghuninya.

g. Sosial, dan lain-lain

Indikator sosial lainnya yang mencerminkan kesejahteraan adalah

persentase penduduk yang melakukan perjalanan wisata, persentase

penduduk yang menikmati informasi dan hiburan meliputi menonton

televisi, mendengarkan radio, membaca surat kabar, dan mengakses

internet. Selain itu, persentase rumah tangga yang menguasai media

informasi seperti telepon,handphone, dan komputer, serta banyaknya rumah tangga yang membeli beras murah/miskin (raskin) juga dapat

(44)

✢8

Wisata dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan seseorang, karena

kegiatan tersebut menunjukkan pemanfaatan waktu luang yang tidak

hanya digunakan untuk mencari nafkah. Sedangkan kepemilikan dan

akses terhadap media informasi merupakan basis perkembangan

pengetahuan seseorang yang dapat merubah pandangan dan cara

hidupnya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, kepemilikan dan

akses terhadap media informasi juga dapat menunjukkan tingkat

kesejahteraan seseorang. Selain itu, persentase rumah tangga yang

membeli raskin menunjukkan seberapa banyak rumah tangga yang

memanfaatkan program pemerintah dalam mensejahterakan rumah

tangga miskin.

5. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian Sahara, Yusuf, dan Suhardi (2003) tentang peningkatan pendapatan

petani lada melalui perbaikan sistem usaha tani, yang dilakukan di Desa

Mowila dan Lakomea, Kecamatan Landano Kabupaten Kendari. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa tingkat produksi lada yang diperoleh petani yang

berusahatani secara terpadu antara lada dengan ternak kambing berbeda

156,63 persen atau berbeda 379,81 kg/ha dengan produksi petani lada

monokultur. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh dari usahatani lada

berbeda 341,85 persen atau secara nominal sebesar Rp 5.536.919,23 per

tahun. Usaha ternak kambing pada sistem usahatani lada dapat menekan biaya

produksi usahatani lada sebesar Rp 1.942.400,00 per tahun atau 50,54 persen

(45)

✣ ✤

ternak kambing mampu memberikan kontribusi pendapatan sebesar 27,18

persen dari total pendapatan petani.

Marlinda (2008) melakukan penelitian tentang analisis daya saing lada

Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

komoditi lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan

lada di pasar internasional. Hal ini ditunjukkan melalui nilaiRevealed Comparative Advantage(RCA) yang lebih dari satu. Meskipun Indonesia memiliki keunggulan komparatif, tetapi daya saing komoditi lada Indonesia

masih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam sebagai negara produsen

dan eksportir lada nomor satu di dunia. Kondisi internal komoditi lada

Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada faktor sumberdaya alam.

Pada faktor sumberdaya manusia, ketersediaan dan peran sumber daya

manusianya cukup mendukung, tetapi terdapat kekurangan dalam hal kualitas

tenaga kerja terutama dalam pemanfaatan dan penerapan IPTEK serta bibit

unggul yang belum maksimal.

Amiruddin (2003) melakukan penelitian analisis pendapatan usahatani lada di

Kecamatan Palangga Kabupaten Konawe Selatan. Hasil penelitian

menunjukkan pendapatan bersih (Net Income) usahatani diketahui bahwa pendapatan usaha tani lada memiliki peluang untuk meningkatkan taraf hidup

petani lada, dimana untuk petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 ha dapat

memperoleh pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp 6.896.100,-. Petani

(46)

✥ ✦

rata-rata sebesar R p 25.400.200,-. Petani yang memiliki luas lebih dari 1,0 ha

dapat memperoleh keuntungan bersih rata-rata sebesar Rp 81.778.600,-.

Lebih lanjut hasil penelitian yang dilakukan oleh Andarini (1989) tentang

analisis finansial dan pendapatan usaha tani petani peserta proyek PRPTE

(Peremajaan, Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor) lada di Kecamatan

Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Dari hasil perhitungan diperoleh

pendapatan usaha tani lada peserta proyek PRPTE pada tahun 1987/1988

sebesar Rp 706.444,84,-. Efisiensi ekonomi R/C rasio memberikan nilai

sebesar 2,14, yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk

usaha tani lada akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2,14 dalam jangka

waktu setahun. Pendapatan usaha tani lada nonproyek lebih rendah sebesar

Rp 135.794,17 atau sebesar 19,22 persen dibandingkan dengan pendapatan

usaha tani peserta proyek. Namun jika dilihat dari efisiensi ekonomi,usaha

tani lada non proyek lebih efisien. Nilai R/C rasio usaha tani lada nonproyek

adalah 2,19 yaitu lebih besar dibandingkan dengan R/C rasio usaha tani lada

proyek. Walaupun demikian, nilai R/C rasio usaha tani lada yang dihasilkan

oleh petani peserta dan petani non peserta proyek lebih besar dari 2. Hal ini

menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan akan mampu memberikan

pemasukan yang lebih besar.

Berdasarkan hasil kajian penelitian terdahulu yang meneliti tentang

komoditas lada di berbagai daerah di Indonesia, ternyata komoditas lada

memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut diantaranya Indonesia

(47)

✧ ★

walaupun masih terdapat kekurangan dalam hal kualitas tenaga kerja terutama

dalam pemanfaatan dan penerapan IPTEK serta bibit unggul yang belum

maksimal. Selain itu pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani lada,

memiliki peluang untuk meningkatkan taraf hidup petani lada, apalagi jika

usahatani lada dibarengi dengan usaha ternak kambing yang terbukti dapat

menekan biaya produksi usahatani lada dan dapat meningkatkan pendapatan

petani lada. Pendapatan petani yang meningkat ternyata tidak selalu diikuti

dengan peningkatan kesejahteraan petani, karena kesejahteraan petani juga

tergantung pada nilai pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani.

Berdasarkan pernyataan tersebut membuat penelitian ini tidak hanya

menganalisis pendapatan usahatani lada, tetapi juga ingin mengetahui

bagaimana tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan.

B. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya usahatani lada ditujukan untuk mencapai keuntungan yang

maksimum dengan pengolahan yang sebaik-baiknya. Keuntungan usahatani

lada sebagaimana usaha komersil lainnya ditentukan oleh besarnya

penerimaan. Peningkatan produksi lada akan dapat meningkatkan

pendapatan usahatani jika kombinasi input-input yang digunakan optimal. Di

dalam kegiatan usahatani lada, faktor produksi (input) yang umum digunakan

adalah lahan, modal, tenaga kerja dan saprodi.

Lahan merupakan faktor produksi utama yang menentukan tingkat

(48)

✩ ✪

topografi seragam. Kepemilikan lahan dan biaya produksi sangat

mempengaruhi perkembangan usahatani lada. Hal ini dikarenakan semakin

luas lahan serta semakin besar modal yang dimiliki oleh petani maka akan

semakin besar potensi petani tersebut untuk mengembangkan usahatani

ladanya.

Petani memerlukan tenaga kerja sebagai faktor produksi untuk melakukan

berbagai kegiatan mulai dari pengolahan lahan sampai dengan pemasaran.

Tenaga kerja yang digunakan dapat berasal dari dalam keluarga petani

maupun luar keluarga petani. Curahan tenaga kerja diduga akan berpengaruh

terhadap produksi lada.

Sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, serta upah tenaga kerja yang

digunakan di dalam usahatani lada akan memiliki pengaruh terhadap produksi

atau output yang dihasilkan. Penggunaan berbagai sarana produksi tersebut

haruslah efektif dan efisien sehingga akan dapat mengurangi biaya produksi

tetapi tetap meningkatkan hasil produksi/output.

Output atau produksi yang dihasilkan dari usaha tani lada jika dikalikan

dengan harga jual akan menghasilkan penerimaan usaha tani. Biaya

produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan

usahatani dalam satu kali musim tanam. Besarnya pendapatan usahatani lada

yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya.

Pendapatan lain yang diterima petani selain dari usahatani lada diantaranya

(49)

✫✫

Pendapatan yang diperoleh oleh petani umumnya dialokasikan untuk

mencukupi kebutuhan rumah tangganya untuk konsumsi pangan dan non

pangan. Konsumsi pangan adalah pengeluaran untuk beras, lauk pauk,

makanan lain, dan lain-lain yaitu rokok dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Konsumsi nonpangan yaitu pengeluaran untuk rehab rumah, bahan bakar,

listrik, telepon, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain yang terdiri dari

aneka barang dan jasa, pajak, keperluan pesta, dan lain-lain. Besar kecilnya

kebutuhan rumah tangga petani ditentukan oleh besar kecilnya anggota

keluarga yang menjadi tanggungan petani lada. Semakin besar jumlah

tanggungan keluarga petani, maka makin besar proporsi pengeluaran per

kapita yang dikeluarkan petani lada untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya.

Demikian hubungan antara pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga akan

menentukan tingkat kesejahteraan petani lada. Besarnya pendapatan dan

pengeluaran ditambah indikator lainnya, termasuk di dalamnya kondisi sosial

ekonomi merupakan dasar untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah

tangga petani. Berdasarkan indikator kesejahteraan dari BPS yang meliputi

informasi tentang kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,

konsumsi, perumahan, dan sosial budaya digunakan untuk melihat tingkat

kesejahteraan.

Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani lada

di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan di sajikan pada

(50)

✬4

Gambar 2. Bagan alur pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan.

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

dengan tujuan penelitian.

Usahatani adalah suatu proses atau aktivitas produksi pertanian dengan

mengkombinasikan berbagai faktor sumberdaya alam, tenaga kerja, dan

modal sesuai dengan kondisi lingkungan untuk mencapai pendapatan

maksimal.

Usahatani lada adalah suatu usaha untuk mengelola lahan untuk penanaman

tanaman lada

Usahatani non lada adalah suatu usaha untuk mengelola lahan untuk

penanaman tanaman selain komoditas lada

Analisis usahatani lada adalah suatu analisis yang mengenai struktur biaya

dan produksi dari suatu usahatani lada

Analisis usahatani non lada adalah suatu analisis yang mengenai struktur

(52)

36

Usia adalah jumlah umur yang dihitung sejak seseorang lahir sampai saat

penelitian ini, diukur dalam satuan tahun.

Petani adalah individu atau sekelompok orang yang melakukan usaha guna

memenuhi kebutuhan sebagian atau secara keseluruhan hidupnya dalam

bidang pertanian.

Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani yang

membudidayakan tanaman lada dan mengolah tanaman lada menjadi lada

hitam.

Tanaman lada adalah jenis tanaman merambat yang dapat tumbuh empat

meter dengan bertopang pada pohon, tiang, atau teralis. Lada hitam tumbuh

di tanah yang tidak terlalu kering atau rentan terhadap banjir, lembab, dan

kaya bahan organik.

Lada hitam adalah buah tanamanPiper nigrum Linn, yang dipetik setelah sebagian besar buah lada matang petik untuk lada hitam, dan telah mengalami

pengolahan.

Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima petani yang dihitung dengan

mengalikan jumlah produksi dengan harga produksi di tingkat petani

produsen yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Penerimaan usahatani lada adalah pendapatan kotor yang diterima dari suatu

(53)

37

Penerimaan usahatani non lada adalah pendapatan kotor yang diterima dari

usahatani selain tanaman lada

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau

seluruh bangunan fisik dan umumnya tinggal bersama serta kepengurusan

kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama.

Keluarga adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang

masih mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena

perkawinan, kelahiran, adopsi dan sebagainya.

Besar keluarga adalah total anggota keluarga yang menjadi tanggungan

keluarga dan tinggal dalam satu rumah, diukur dengan satuan orang.

Pendapatan rumah tangga adalah hasil penjumlahan antara pendapatan

usahatani dan pendapatan non usaha tani.

Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah

dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dalam hal ini biaya

pembelian pupuk, bibit, upah, tenaga kerja, sewa lahan, pajak lahan, dan

biaya penyusutan alat-alat pertanian dalam satu kali musim tanam.

Pendapatan usahatani diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Usaha nonpertanian (non farm) adalah usaha di luar bidang pertanian yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk menambah pendapatan keluarga,

biasanya dilakukan oleh anggota keluarga yang berusia kerja, misalnya,

(54)

38

Usaha di luar budidaya (off farm)adalah usaha yang masih berkaitan di bidang pertanian yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk menambah

pendapatan keluarga, misalnya buruh tani, penggarap lahan sewaan dan

lain-lain.

Pendapatan usaha nonpertanian adalah seluruh pendapatan keluarga petani

yang berasal dari usaha nonpertanian setelah dikurangi dengan pengeluaran

tunai yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diperoleh dari usahatani, dan

non pertanian setelah dikurangi dengan biaya, yang diukur dengan satuan

rupiah per tahun (Rp/th).

Pengeluaran adalah seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkan oleh seluruh

anggota rumah tangga petani, yang meliputi pengeluaran pangan dan non

pangan, yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/th).

Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang

dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluarga, yang diukur

dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pengeluaran nonpangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang

yang dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluarga, yang

(55)

39

Pengeluaran keluarga adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh keluarga

petani untuk keperluan-keperluan konsumsi, yaitu pangan dan nonpangan,

yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Biaya total adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk

melakukan usahatani meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap/variabel

dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani

diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha).

Jumlah nilai saprotan adalah banyaknya nilai uang saprotan yang digunakan

petani dalam berusahatani, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Cara

menghitungnya adalah setiap jenis saprotan yang digunakan oleh petani

dikalikan harganya, kemudian dijumlah.

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam

proses produksi. Penggunaan tenaga kerja diukur dalam satuan hari orang

kerja (HOK).

Ongkos angkut adalah jumlah ongkos yang dikeluarkan oleh petani untuk

membawa hasil panen. Cara perhitungannya adalah hasil produksi dikalikan

dengan ongkos angkut, dalam satuan rupiah (Rp).

Harga panen adalah harga yang diterima oleh petani atas penjualan hasil

panen berdasarkan umur tanaman yang diukur dalam satuan rupiah per

(56)

40

Produksi adalah jumlah hasil tanaman yang dihasilkan dalam satu musim

tanam (satu kali proses produksi) yang diukur dalam satuan kilogram (kg).

Lama berusahatani adalah lamanya petani mengusahakan tanaman sampai

dilakukan penelitian, yang diukur dalam satuan tahun (th).

Kesejahteraan adalah sesuatu dimana setiap orang mempunyai pedoman,

tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap faktor-faktor yang

menentukan tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan masing-masing

keluarga diukur dengan indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat

Statistik 2006, meliputi informasi mengenai kependudukan, kesehatan dan

gizi, pendidikan, pola konsumsi rumah tangga, kemiskinan, perumahan dan

sosial budaya.

Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakcukupan/kekurangan akan

aset-aset penting dan peluang-peluang dimana setiap manusia berhak

memperolehnya

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way

Kanan. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan Kecamatan Gunung Labuhan merupakan sentra

produksi lada hitam terbesar di Kabupaten Way Kanan. Pengambilan data

(57)

41

Responden penelitian adalah petani yang membudidayakan tanaman lada dan

mengolah hasil panen lada menjadi lada hitam. Petani-petani tersebut berada

pada dua desa yaitu Desa Way Tuba dan Desa Gunung Sari. Kedua desa ini

dipilih secarapurposivekarena dua desa ini merupakan sentra penghasil lada hitam di Kecamatan Gunung Labuhan. Populasi petani lada di Desa Way

Tuba adalah 200 petani dan di Desa Gunung Sari adalah 150 petani, sehingga

jumlah populasi petani lada di kedua desa adalah 350 petani. Metode

pangambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak

sederhana (simple random sampling) dengan pertimbangan bahwa responden di daerah penelitian cenderung homogen dalam hal penguasaan lahan dan

penggunaan input, serta tidak terlalu tersebar secara geografis. Jumlah

sampel ditentukan secara proporsional dengan rumus (Sugiarto, 2003).

n = NZ2S2 ...(2) Nd2+ Z2S2

dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

S2 = Variasi sampel (5% = 0,05)

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96) d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus pada persamaan (2)

maka jumlah sampel adalah :

n = 350 x (1,96)2x (0,05)

(350 x 0,052) + (1,962x 0,05)

= 67,2 = 63 Petani

(58)

42

Kemudian dari jumlah sampel tersebut dapat ditentukan alokasi proporsi

sampel tiap desa dengan rumus (Nazir, 1988) :

na = Na x nab

Nab...(3)

dimana : na = Jumlah sampel desa A

nab = Jumlah sampel keseluruhan

Na = Jumlah populasi desa A

Nab = Jumlah populasi keseluruhan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus (persamaan 3),

maka diperoleh jumlah sampel dari Desa Way Tuba sebanyak 36 petani

dan dari Desa Gunung Sari sebanyak 27 petani.

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung petani

yang melakukan usaha tani lada dengan menggunakan daftar pertanyaan

(kuesioner) yang telah disediakan sebagai alat bantu pengumpulan data. Data

sekunder diperoleh dari studi literatur, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka

lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, serta lembaga/instansi yang

terkait dalam penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perkebunan

Propinsi Lampung, dan lain-lain.

D. Metode Analisis

Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif

(59)

43

kualitatif untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani. Data yang

diperoleh disederhanakan dalam bentuk tabulasi yang selanjutnya diolah

secara komputasi.

1. Pendapatan Rumah Tangga Petani

Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan

pendapatan keluarga yang berasal dari usahatani dan pendapatan keluarga

yang berasal dari luar usahatani, dengan rumus sebagai berikut :

Prt = Pusahatani+ Pnon usahatani

Keterangan :

Prt = Pendapatan Rumah Tangga

Pusahatani = Pendapatan dari usahatani (on farm+off farm)

Pnon usahatani = Pendapatan dari luar usaha tani (non farm)

Untuk pendapatan dari usaha tani digunakan rumus sebagai berikut :



Y = hasil produksi (kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp) Xi = faktor produksi ke-i

Pxi = harga faktor produksi k-i (Rp/satuan) BTT = biaya tetap total

2. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani

Berdasarkan Kriteria Badan Pusat Statistik (2007) yakni pendekatan tujuh

indikator, pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang

dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Selain itu,

Gambar

Gambar 2. Bagan alur pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraanpetani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan.
Tabel 5. Variabel tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik, Susenas(2007) disertai indikator, kelas, dan skor.
Tabel 6.  Realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah menurut jenisnya diKabupaten Way kanan 2012
Tabel 32. Lahan Lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung di hutan produksi desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan pada bulan Mei –

Awalul Rizal: Analisis usaha tani kopi dalam meningkatkan pendapatan petani, 2000 USU e-Repository © 2008... Awalul Rizal: Analisis usaha tani kopi dalam meningkatkan

Skema kerangka pemikiran Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Pisang Ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2013. Petani Pisang

Skema kerangka pemikiran Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Pisang Ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2013. Petani Pisang

pengembalian setelah memasuki tahun keempat. Penyebab-penyebab di atas yang memungkinkan petani untuk menghentikan usahatani ladanya dan mengalihfungsikan lahannya untuk

“Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Jagung di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”, jurnal ilmu-ilmu agribisnis, volume 2

Total pendapatan rumah tangga petani teh merupakan jumlah pendapatan diperoleh petani baik dari usaha tani teh maupun dari usaha non tani teh. Total pendapatan rumah tangga

Analisis Pendapatan dan Tingkat Purdiwiyianto, Astuti, Ratri 108 pendapatan usaha tani Salak Nglumut di Gapoktan Ngudi Luhur Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung yaitu menghitung biaya