• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI PISANG AMBON (Musa paradisiaca) DI KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI PISANG AMBON (Musa paradisiaca) DI KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI

PISANG AMBON (Musa paradisiaca) DI KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

Edy Suyanto1, Hurip Santoso2, Rabiatul Adawiyah2

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) besarnya pendapatan petani pisang ambon. ( 2 ) tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Responden dalam penelitian ini adalah 40 petani pisang ambon. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) besarnya pendapatan rumah tangga petani pisang ambon sebesar Rp 38.918.059,95 per tahun dengan rincian Rp 29.945.659,95 per tahun atau 76,95% dari usahatani pisang ambon, Rp 7.088.400,95 per tahun atau 18,21% dari usahatani selain pisang ambon dan sisanya dari luar usahatani yaitu sebesar Rp 1.578.000,00 per tahun atau 4,05%, dari jasa ojek pisang, Rp 276.000,00 per tahun atau 0,71%, dari buruh bangunan dan memproduksi tempe yaitu sebesar Rp 30.000,00 per tahun atau 0,08%. (2) berdasarkan kriteria BPS tahun 2007 rumah tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Padang Cermin Kabupaten Pesawaran masuk kedalam kategori sejahtera sebesar 37 petani atau 92,50%, dan sebanyak 3 petani pisang ambon (7,50%) dalam kategori belum sejahtera.

Kata kunci: Pisang, Petani pisang, Pendapatan Petani, Pendapatan usahatani, Tingkat Kesejahteraan

Keterangan:

(2)

ABSTRACT

INCOME AND WELFARE LEVEL OF BANANA FARMERS (MUSA PARADISIACA) AT PADANG CERMIN SUBDISTRICT

PESAWARAN REGENCY By

Edy Suyanto1, Hurip Santoso2, Rabiatul Adawiyah2

The purpose of this study was to determine (1) the amount of income of banana farmers and (2) the level of banana farmers’welfare. This research was conducted in Padang Cermin Village of Padang Cermin Sub-district, Pesawaran Regency. Respondents in this study were 40 banana farmers chosen by using simple random method . Data analysis used in this study is a quantitative and qualitative descriptive analysis. The results showed that (1) the amount of income of banana farmers in Padang Cermin village was Rp 38,918,059.00 per year consisting of Rp 29,945,659.95 per year (76.95%) from the banana farming, Rp7,088,400.95 per year or (18.21%) from farming other than banana, and the rest was from activities outside of farming, namely: Rp1,578,000.00 per year or (4.05%) from banana delivery service, Rp276,000.00 per year or (0.71%) from construction work, and Rp 30,000.00 per year or (0.08%) from producing fermented soybean. (2) Based on the criteria of Central Bureau of Statistics (BPS), as many as 37 banana farmer household respondents or (92.50%) in Padang Cermin village regency were categorized as prosperous and 3 banana farmers or (7.50%) were categorized as less

prosperous.

Key Words: Bananas, Banana farmers, Farmers’Income, Farming Income, Welfare Level

(3)

PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

PETANI PISANG AMBON (

Musa paradisiaca

)

DI KECAMATAN PADANG CERMIN

KABUPATEN PESAWARAN

Oleh EDY SUYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 16 November 1989 sebagai anak keempat

dari delapan bersaudara, pasangan Bapak M. Kasman (Alm) dan Ibu Yatini.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Enggal

Bandarlampung pada tahun 2002, pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP

Negeri 1 Bandarlampung pada tahun 2005, dan pendidikan sekolah menengah atas

SMA Arjuna Bandarlampung pada tahun 2009. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2009 melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Rumah Pisang Desa

Hanau Berak Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Pada tahun yang sama

penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Way Suluh Kecamatan

Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat. Selama kuliah, penulis pernah menjadi

Asisten Dosen mata kuliah Pengembangan Masyarakat pada semester genap tahun

(7)

SANWACANA

Bismillahhirrohmanirrohim

Alahamdulillahirobil ‘alamin,segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah

memberikan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga

kepada keluarga, sahabat dan penerus-penerus-Nya.

Skripsi yang berjudul“Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Pisang

Ambon (Musa paradisiaca) di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran”, adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

di Universitas Lampung. Dalam hal ini, telah banyak pihal yang memberikan

sumbahsih, bantuan, nasihat serta saran yang membangun. Oleh karena itu,

dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ir. Hurip Santoso., M.S., sebagai Pembimbing Pertama, atas segala arahan,

kritik dan saran selama penyusunan skripsi, serta bimbingannya selama

penulis menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah.

2. Ir. Rabiatul Adawiyah., M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas masukan,

arahan dan nasihatnya selama penyusunan skripsi, serta bimbingannya selama

(8)

3. Dr. Ir. Zainal Abidin., M.E.S., sebagai Dosen Penguji Skripsi, atas

bimbingan, masukan, arahan dan nasihat yang telah diberikan.

4. Ir. Suarno Sadar, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak

membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dari awal

hingga akhir selesainya penyusunan skripsi.

5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria., M.S., selaku Dekan Fakultas Petanian

Universitas Lampung.

6. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi., M.S., selaku Ketua Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian/Agribisnis Fakultas Petanian Universitas Lampung.

7. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis yang

telah memberikan ilmu dan pelajaran yang bermanfaat kepada penulis.

8. Seluruh karyawan di Jurusan Agribisnis, Mba Iin, Mba Iyi, Mas Bukhori,

Mas Boim, dan Mas Kardi, atas semua bantuan yang telah diberikan.

9. Keluargaku tercinta: ayah M. Kasman (Alm), ibu Yatini, dan ketiga kakak ku

Mas No’, Mas Man, Mas Min, serta keempat adikku Maryanto, Budianto,

Dewi Anjani dan Bambang Irawan yang selalu mendoakan, memberikan

kasih sayang, perhatian dan dukungan kepada penulis.

10. Keluarga keduaku tercinta, Bapak Prof. Dr. Ir. H. Harris Hasyim., M.A.,

(Alm), Ibu Ir. Idalina Harris, M.S., dan semua saudaraku di rumah Pahoman

yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan kepada

penulis.

11. Sahabat dan kerabat Agribisnis 2009, Rama, Wayan, Saut, Bakti, Queen,

Yunica, Dedeh, Tasya, Erzia, Loni, Sayida, Ongki, Syani, Rinaldi, Yesica,

(9)

Khoirunnisa, Novi, serta kanda yunda, adinda Agribisnis 07,08, 010, dan 011

yang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa

memberikan pengertian, canda tawa, dorongan, semangat, saran, motivasi,

bantuan, do’a dan kebersamaan kita selama ini.

12. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT, memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

Diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga

karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Akhirkata, penulis mohon maaf jika ada kesalahn kepada Allah SWT penulis

mohon ampun.

Bandar Lampung, 23 Juni 2014

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xiv

1. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Tanaman Pisang ... 8

2. Pisang Ambon ... 10

3. Konsep Usahatani... 11

4. Teori Pedapatan Petani... 11

5. Kesejahteraan Petani... 13

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 16

C. Kerangka Pemikiran ... 18

III. METODE PENELITIAN... 24

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 24

1. Konsep Dasar ... 24

2. Definisi Operasional Variabel... 27

B. Lokasi Penelitian, dan Waktu Penelitian ... 30

(11)

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 31

E. Metode Analisis Data ... 32

1. Pendapatan Petani ... 32

2. Tingkat Kesejahteraan Petani... ... 33

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN... 38

A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran... 38

1. Keadaan Geografis ... 38

2. Keadaan Topografi dan Iklim ... 39

B. Keadaan Umum Desa Padang Cermin ... 40

1. Keadaan Geografis ... 40

2. Potensi Pertanian ... 41

3. Potensi Peternakan ... 42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

A. Karakteristik Petani ... 43

1. Umur Petani ... 43

2. Pendidikan Petani ... 44

3. Lama Berusahatani Pisang Ambon ... 45

4. Jumlah Anggota Keluarga Petani ... ... 45

5. Luas Lahan dan Status Kepemilikan ... 46

B. Keragaan Usahatani Pisang Ambon di Daerah Penelitian ... 47

C. Biaya Usahatani Pisang Ambon ... 53

1. Biaya Produksi ... 53

2. Biaya Tenaga Kerja Petani ... 56

3. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian ... 57

D. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Pisang Ambon ... 59

E. Kontribusi Pendapatan Usahatani di Luar Kegiatan Budidaya ... 61

1. Sumber-sumber Pendapatan Petani ... 61

2. Pendapatan dan Kontribusinya terhadap Total Pendapatan Petani... 63

F. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Petani... 64

1. Indikator Badan Pusat Statistik (BPS) ... 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 77

(12)

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA... 78

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung menurut daerah,

tahun 2007-2012 ... 2

2. Jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi

Lampung, 2005-2011... 3

3. Produksi buah pisang menurut kabupaten/kota di Provinsi

Lampung, tahun 2008-2012 ... 4

4. Luas panen, dan produksi buah pisang di Kabupaten Pesawaran

tahun 2010-2011 ... 5

5. Definisi Variabel Kesejahteraan ... 28

6. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik

dan Susenas 2007 disertai variabel, kelas dan skor... 34

7. Sebaran penduduk Kabupaten Pesawaran berdasarkan kelompok

umur tahun 2012 ... 39

8. Sebaran petani berdasarkan kelompok umur di Desa Padang

Cermin tahun 2013... 43

9. Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Padang

Cermin tahun 2013... 44

10. Sebaran petani berdasarkan pengalaman dalam berusahatani

di Desa Padang Cermin tahun 2013... 45

11. Sebaran petani berdasarkan jumlah anggota keluarga di

Desa Padang Cermin tahun 2013... 46

(14)

13. Rata-rata penggunaan pupuk petani pada usahatani pisang

ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013 (Rp/tahun)... 54

14. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani di Desa

Padang Cermin tahun 2013(Rp/tahun)... 55

15. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dan biaya tenaga kerja pada usahatani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun

2013(HOK/tahun)... 56

16. Penyusutan alat-alat pertanian pada usahatani pisang ambon

di Desa Padang Cermin tahun 2013 (Rp/tahun)... 58

17. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani pisang

ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013 (Rp/tahun)... 59

18. Rata-rata pendapatan petani melalui aktivitas usahatani dan selain usahatani di Desa Padang Cermin tahun

2013... 61

19. Rata-rata pendapatan petani melalui aktivitas luar usahatani

di Desa Padang Cermin tahun 2013... 62

20. Rata-rata kontribusi sumber pendapatan rumah tangga petani

pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 63

21. Skor perolehan untuk indikator kependudukan rumah tangga

petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 64

22. Skor perolehan untuk indikator kesehatan dan gizi rumah tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun

2013... 65

23. Skor perolehan untuk indikator pendidikan rumah tangga

petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 67

24. Skor perolehan untuk indikator ketenagakerjaan rumah tangga Petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun

2013... 68

25. Skor perolehan untuk indikator pola konsumsi rumah tangga

petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 69

26. Skor perolehan untuk indikator perumahan dan lingkungan rumah tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin

(15)

27. Skor perolehan untuk indikator sosial dan lain-lain rumah tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin

tahun 2013 ... 71

28. Skor perolehan untuk 7 indikator rumah tangga petani

pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 72

29. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani pisang ambon di

Desa Padang Cermin tahun 2013... 73

30. Keragaan pengeluaran pangan dan non pangan petani per bulan,

tahun 2013... 75

31. Identitas petani pisang ambon di Desa Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran ... 83

32. Lahan Petani Pisang Ambon di Desa Padang Cermin... 84

33. Rata-rata nilai penyusutan peralatan petani pisang ambon

di Desa Padang Cermin... 85

34. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani pisang ambon di

Desa Padang Cermin ... 88

35. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani pisang ambon

di Desa Padang Cermin ... 90

36. Rata-rata Penggunaan TK dan Biaya TK Petani pisang

ambon di Desa Padang Cermin ... 93

37. Rata-rata Penerimaan Usahatani Pisang ambon di Desa

Padang Cermin ... 102

38. Pendapatan usahatani non pisang ambon di Desa Padang

Cermin... 104

39. Rata-rata penghasilan petani non pisang ambon di Desa Padang

Cermin... 105

40. Pendapatan petani pertanian di Desa Padang Cermin... 106

41. Pendapatan petani non pertanian di Desa Padang Cermin ... 107

42. Rata-rata penghasilan petani diluar usahatani di Desa Padang

Cermin.,... 108

43. Rata-rata biaya transportasi petani pisang ambon di Desa

(16)

44. Rekapitulasi pendapatan usahatani pisang ambon di Desa

Padang Cermin ... 112

45. Rekapitulasi pendapatan rumah tangga petani pisang ambon

di Desa Padang Cermin ... 115

46. Rincian skor tujuh indikator pendapatan dan tingkat

kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin.... 116

47. Rekapitulasi skor tujuh indikator pendapatan dan tingkat

kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin.... 118

48. Kriteria penilaian pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani

pisang ambon di Desa Padang Cermin ... 119

49. Pengeluaran pangan di Desa Padang Cermin, tahun 2013... 120

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, tahun 2013... 24

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menopang kehidupan

masyarakat Indonesia karena berperan dalam pembangunan nasional. Hal ini

terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya (Soekartawi,

1994). Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

mayoritas perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian. Pada tahun 2012,

sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 60% dari total PDRB Provinsi

Lampung. Hal ini membuktikan bahwa penduduk Provinsi Lampung banyak

yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini (BPS, 2012). Kemampuan sektor

pertanian untuk memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani tergantung pada tingkat pendapatan

usahatani dan surplus yang dihasilkan oleh sektor itu sendiri. Dengan demikian,

tingkat pendapatan usahatani, disamping merupakan penentu utama kesejahteraan

rumah tangga tani, juga muncul sebagai salah satu faktor penting yang

mengkondisikan pertumbuhan ekonomi.

Angka kemiskinan di Provinsi Lampung setiap tahunnya terus mengalami

(19)

2

dari seluruh penduduk Provinsi Lampung yang berjumlah 7.608.405 jiwa yang

merupakan penduduk miskin (BPS, 2012). Jumlah penduduk miskin di Provinsi

Lampung menurut daerah tahun 2007-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah penduduk miskin menurut desa dan kota di Provinsi Lampung tahun 2007-2012.

Tahun Jumlah penduduk miskin (jiwa)

Kota Persentase (%) Desa Persentase (%) Kota+Desa

2007 366,00 19,65 1.295,70 18,65 1.661,70 2008 365,60 19,63 1.226,00 17,64 1.591,60 2009 349,30 18,75 1.209,00 17,40 1.558,30 2010 301,70 16,20 1.178,20 16,70 1.479,90 2011 241,94 12,99 1.056,77 15,21 1.298,71 2012 237,90 12,77 981,10 14,12 1.219,00

Jumlah 1.862,44 100,00 6.946,77 100,00 8.809,21

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2013

Tabel 1 dapat dilihat bahwa kemiskinan di Provinsi Lampung masih didominasi

oleh penduduk yang tinggal di pedesaan. Penduduk di pedesaan mayoritas

bermatapencaharian dan menggantungkan hidupnya sebagai petani, dan ciri

masyarakat petani sangat dekat dengan kemiskinan. Kenyataan di atas

menunjukkan bahwa rumah tangga yang banyak hidup dalam kemiskinan adalah

rumah tangga yang pekerjaannya adalah sebagai petani. Jumlah penduduk miskin

menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2005-2011 dapat dilihat pada

(20)

3

Tabel 2. Jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2005-2011.

Kabupaten Penduduk Miskin (Ribu)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Lampung Barat 96,8 96,2 96,7 86,1 79,5 71,8 67,9 Tanggamus 167,3 181,0 188,2 179,3 174,9 98,0 92,7 Lampung Selatan 329,2 364,5 371,8 351,2 222,5 187,9 177,7 Lampung Timur 248,4 256,2 261,9 228,4 206,3 200,4 189,5 Lampung Tengah 228,2 252,7 263,0 242,0 230,7 197,7 187,0 Lampung Utara 182,5 181,2 185,3 182,9 171,0 164,7 155,8 Way Kanan 108,0 94,6 96,8 84,1 79,2 76,6 72,5 Tulangbawang 122,0 106,1 103,6 90,9 86,8 43,0 40,7

Pesawaran - - - - 100,9 81,5 77,1

Pringsewu - - - - - 45,4 43,0

Mesuji - - - - - 16,2 15,3

Tulangbawang Barat - - - - - 19,1 18,1 Bandarlampung 81,2 89,9 78,8 130,9 123,9 128,6 121,0 Metro 8,6 15,5 15,5 22,1 21,2 20,1 19,0

Lampung 1.572,2 1.637,9 1.661,6 1.597,9 1.496,9 1.351,0 1.277,3

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2006-2012

Tabel 2 dapat dilihat bahwa kemiskinan di Kabupaten Pesawaran tergolong tinggi,

sekitar 6,03% dari persentase penduduk miskin Provinsi Lampung pada tahun

2012 namun dibeberapa tahun sempat mengalami penurunan.

Tanaman hortikultura merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan.

Salah satunya jenis tanaman hortikultura yang berpotensial untuk dikembangkan

adalah komoditas buah-buahan yang mempunyai pengaruh yang besar untuk

memberikan kontribusi dalam upaya pemulihan ekonomi daerah. Komoditi

buah-buahan di Indonesia banyak menopang kehidupan keluarga petani. Di Indonesia,

pisang menduduki tempat pertama diantara berbagai jenis buah-buahan baik dari

(21)

4

Total produksi pisang terbesar Indonesia terjadi pada tahun 2012 sekitar 5.133.456

ton dan Provinsi Lampung menyumbang 696.840 ton (13,58%) dari produksi

pisang nasional dan menduduki urutan ke-4 dari sepuluh sentra pisang terbesar di

Indonesia. Namun demikian, secara umum produktivitas pisang yang

dikembangkan masyarakat masih cukup rendah. Hal ini dikarenakan pisang

ditanam di lahan pekarangan (hampir 70% produksi pisang berasal dari

pekarangan), varietasnya beragam yang berdampak terhadap kualitas, dan kurang

memperhatikan nilai komersialnya (Departemen Pertanian, 2005). Produksi buah

pisang menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008-2012 dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi buah pisang menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008-2012.

No Kabupaten Produksi (Ton)

2008 2009 2010 2011 2012

1 Pesawaran 3.135,751 2.875,845 2.632,89 2.483,01 4.169,58

2 Lampung Selatan 1.242,020 2.325,288 1.162,92 1.993,79 1.994,16 3 Lampung Timur 1.150,723 1.038,614 1.853,39 1.121,07 1.534,91

4 Way Kanan 233,276 75,643 153,557 77,44 56,873

5 Tanggamus 193,157 193,522 187,96 145,04 87,499

6 Lampung Tengah 130,295 93,195 174,608 133,625 77,124 7 Lampung Barat 101,057 93,771 95,247 136,769 82,359 8 Lampung Utara 77,836 42,353 242,775 123,771 85,836

9 Tulang Bawang 56,815 28,893 15,018 14,546 12,756

10 Bandarlampung 16,954 9,246 7,398 6,043 6,37

11 Metro 4,613 4,234 3,679 1,63 0,848

12 Pringsewu - - 210,187 13,722 15,19

13 Tulang Bawang Barat - - 26,444 10,164 22,995

14 Mesuji - - 13,975 16,997 29,571

Lampung 6.342,497 6.780,604 6.780,04 6.277,61 8.176,06

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortkultura 2009-2013

Tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi buah pisang menurut kabupaten/kota di

Provinsi Lampung tahun 2009-2013, dimana sentra produksi pisang terbanyak

(22)

5

apakah hal tersebut sudah dapat meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan

petaninya. Luas panen, produksi dan produktivitas buah pisang di Kabupaten

Pesawaran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas panen, produksi dan produktivitas buah pisang per kecamatan di Kabupaten Pesawaran tahun 2010-2011.

Sumber: BPS Kabupaten Pesawaran, Pesawaran dalam Angka 2011-2012

Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Padang Cermin memiliki luas panen

terbesar diantara kecamatan lain di Kabupaten Pesawaran. Kecamatan Padang

Cermin memiliki luas lahan 6.117.369 ha (54,04%) dan produksi pisang

374.812,0 ton (84,99%) terbesar pada tahun 2011 dibandingkan dengan

kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Pesawaran. Desa Padang Cermin

memiliki luas wilayah terluas (3,278 ha) dibanding dengan desa-desa yang ada di

Kecamatan Padang Cermin. Dengan luas area tersebut tentu akan berpotensi pada

produksi dan produktivitas tanaman buah-buahan yang ada di kecamatan tersebut

khususnya tanaman pisang ambon (Anonim, 2012). Pisang ambon merupakan

salah satu jenis pisang yang sedang banyak dikembangkan di Kecamatan Padang

Cermin beberapa tahun terakhir karena harganya yang terbilang mahal bila

Kecamatan

Cermin 7.279.800 473.117,9 0,06 6.117.369 374.812,0 0,06

Way Lima 5.729.900 157.572,2 0,03 4.842.619 147.370,6 0,03 Gedung Tataan 670.000 144.860 0,21 330.000 141.600 0,42

Punduh Pidada 3.600 143,5 0,03 4.850 191,0 0,03

Tegineneng 26.266 527,1 0,02 25.250 483,2 0,01

Negeri Katon 505 153 0,30 490 150 0,30

(23)

6

dibandingkan dengan harga jenis pisang yang lain, sehingga akan menjadi faktor

utama dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di Kecamatan

Padang Cermin.

Pendapatan rumah tangga menjadi hal terpenting dari kesejahteraan, karena

beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat

pendapatan (Mosher, 1987), upaya peningkatan pendapatan petani secara nyata

tidak selalu diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani. Pendapatan petani

pisang ambon sangat erat kaitannya dengan perolehan tingkat kesejahteraan rumah

tangga petani pisang ambon tersebut. Produktivitas yang tinggi dan harga jual

yang yang terus meningkat apakah sudah membuat petani pisang ambon di Desa

Padang Cemin bila dilihat dari segi pendapatan dan tingkat kesejahteraannya ikut

meningkat.

Petani pisang ambon juga terkendala oleh modal dan pengetahuan dalam

berusahatani. Teknik budidaya pisang ambon belum mengarah ke pertanian

agribisnis; dilakukan sebagai usahatani sampingan, ditanam di sela-sela tanaman

perkebunan kakao dan kopi, atau di pekarangan. Sumber bibit berasal dari anakan

pisang di sekitar kebun dan ditanam secara tidak beraturan baik dari sisi jenis bibit

ataupun jenis pisangnya (Hasyim, 2009). Hal ini dikarenakan kurangnya

ketentuan ataupun arahan bagi petani, baik dari gapoktan, pemerintah ataupun dari

penyuluh pertanian setempat tentang jenis pisang dan teknik budidaya yang

dianjurkan. Pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan petani

pisang ambon. Petani pisang ambon juga umumnya menguasai lahan yang relatif

(24)

7

kebutuhan dasar rumah tangga. Selain itu sifat pertanian yang musiman dan

terbatasnya pendapatan dari sektor pertanian menyebabkan rumah tangga di

perdesaan mencari pekerjaan di luar sektor pertanian.

Badan Pusat Statistik (2012) mengemukakan untuk mengukur tingkat

kesejahteraan dapat menggunakan Indeks Kedalaman Kemiskinan yang

merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Metode yang digunakan adalah dengan

menghitung garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari dua komponen, yaitu garis

kemiskinan makanan (GKM) yang merupakan nilai pengeluaran kebutuhan

minimum makanan dan garis kemiskinan bukan-makanan (GKBM), sebagai

berikut:

GK = GKM + GKBM ………..…………. (1)

keterangan:

GKM : nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari.

GKBM : kebutuhan minimum untuk perumahan, pendidikan dan kesehatan.

Model ini adalah membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan Garis

Kemiskinan (GK) yaitu jumlah rupiah untuk konsumsi per orang per bulan. Garis

kemiskinan, yakni kebutuhan dasar makanan setara 2.100 kalori energi per kapita

per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang

paling pokok. Penghitungan GK dilakukan secara terpisah untuk daerah

(25)

8

Dari sisi pengeluaran, komoditas pangan terdiri dari padi-padian dan

hasil-hasilnya, umbi-umbian dan hasil-hasil-hasilnya, ikan dan hasil-hasil-hasilnya, daging, telur,

susu dan hasil-hasil dari susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan,

konsumsi lainnya, makanan yang sudah jadi, minuman yang mengandung alkohol,

tembakau dan sirih. Komoditas bukan pangan adalah perumahan, bahan bakar,

penerangan, air, barang-barang dan jasa-jasa, pakaian, alas kaki dan tutup kepala,

barang-barang yang tahan lama, keperluan pesta dan upacara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan

tersebut sebagai berikut:

1. berapa besar pendapatan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?.

2. bagaimana tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang

Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?.

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian

ini adalah:

1. Mengetahui besarnya pendapatan petani pisang ambon di Desa Padang

Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

2. Mengetahui tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang

(26)

9

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Petani, sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola usahatani pisang

ambon guna meningkatkan pendapatan.

2. peneliti lain, sebagai bahan pertimbangan dan informasi untuk penelitian

(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Pisang

Pisang (Musa paradisiaca) termasuk keluargaMusaceae, yang sangat digemari

orang karena enak dimakan sebagai buah meja atau melalui pengolahan terlebih

dahulu (Nuswamarhaeni, 1989). Tanaman pisang berasal dari Asia Tenggara,

tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Buah pisang

sangat popular dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Pisang merupakan

tanaman semak yang berbatang semu (pseudostem), tingginya bervariasi antara

1-4 m (Sumarjono, 1997).

Tanaman pisang dapat tumbuh di daerah tropis, baik dataran rendah maupun

dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih dari 1.600 m di atas permukaan laut

(dpl). Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 27°C, dan suhu maksimumnya

38°C, dengan keasaman tanah (pH) 4,5-7,5. Curah hujan yang optimum untuk

pertumbuhan tanaman pisang berkisar antara 2000-2500 mm/tahun atau paling

baik 100 mm/bulan. Apabila suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut

melebihi 3 bulan, maka tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar

(28)

11

Jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung

kapur atau alluvial dengan pH antara 4,5-7,5. Karenanya, tanaman pisang yang

tumbuh di tanah berkapur sangat baik. Di daerah beriklim kering antara 4-5 bulan

pun pisang masih tumbuh subur asalkan air tanah tidak lebih dari 150 cm di

bawah permukaan tanah. Sementara kedalaman air tanah yang sesuai untuk

tanaman pisang yang ditanam diiklim biasa adalah 50-200 cm di bawah

permukaan tanah.

Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah

berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya tanaman pisang ditanam di

tanah berhumus dengan pemupukan. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh

menggenang karena pertanaman pisang harus dialiri dengan intensif. Ketinggian

air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100-200 cm

dan di daerah kering 50-150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan

menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air.

Pisang tidak hidup pada tanah pada tanah yang mengandung garam 0,07%.

Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia, umumnya

tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi

2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian

1.000 m dpl (Suyanti dan Ahmad , 2000).

Pisang merupakan buah unggulan Indonesia. Produksi komoditas ini merata di

seluruh pelosok tanah air, akan tetapi kualitasnya masih beragam. Oleh karena itu

perlu penanganan yang serius supaya komoditas itu mampu berkompetisi dengan

(29)

12

disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya karena Indonesia merupakan

sentra primer keragaman varietas pisang, dan ditanam di lahan pekarangan rakyat

yang masing-masing kurang memperhatikan nilai komersial tanaman itu. Hampir

70% produksi pisang di tanah air kita berasal dari pekarangan (Departemen

Pertanian, 2005).

Adapun klasifikasi tanaman pisang adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Lilipsida

Genus : Musa

Spesies : Musa sp (Tjitrosoepomo, 2000).

2. Pisang Ambon

Pisang adalah nama mum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun

besar memanjang dari suku Musacea. Pisang ambon menurut ahli sejarah berasal

dari daerah Asia Tenggara termasuk juga Iandonesia (Roedyato, 1997). Pisang

ambon dapat ditanam didataran rendah hangat bersuhu 21-32 derajat celsius dan

beriklim lembab. Topografi yang dikehendaki tanaman tanaman pisang ambon ini

berupa lahan datar dengan kemiringan 8 derajat. Lahan itu terletak di daerah

(30)

13

derajat celsius atau lebih dari 38 derajat celsius maka tanaman pisang akan

berhenti tumbuh dan akhir mati (Suyanti dan Ahmad, 2008).

3. Konsep Usahatani

Usahatani adalah himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang

diperlakukan untuk produksi pertanian seperti tumbuh-tumbuhan, air, dan tanah,

perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,

bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan lain sebagainya. Sesuai

batasannya pada setiap usahatani akan selalu ada unsur lahan yang mewakili untuk

alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga petani, unsur

modal yang beraneka ragam jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang

peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Keempat unsur

tersebut tidak dapat dipisah-pisah karena kedudukannya dalam usahatani sama

pentingnya (Mosher, 1987).

Usahatani sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan

sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan memperoleh

keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau

produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (kuasai)

sebaik-baiknya, dan dikatakan efesien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut

menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi,

(31)

14

4. Teori Pedapatan Petani

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang

dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha (Sukartawi 1995).

Pendapatan dibedakan atas dua pengertian, yaitu: (1) Pendapatan kotor usahatani,

sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga dalam jangka waktu tertentu baik

yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran atau ada

digudang pada akhir tahun; (2) Pendapatan bersih usahatani, merupakan selisih

antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani

(Soekartawi, 1995).

Soekartawi (1994) juga mengatakan bahwa, pendapatan keluarga mencerminkan

tingkat kekayaan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar

mencerminkan dana yang besar dalam usahatani, sedangkan pendapatan yang

rendah dapat menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal,

pendapatan bersih petani hasil kotor dari produksi yang dinilai dengan uang

kemudian hasil kotor tersebut dikurangi dengan biaya produksi dan biaya

pemasaran.

Pendapatan seorang individu didefinisikan sebagai jumlah penghasilan yang

diperoleh dari jasa-jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya

dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih daripada penjumlahan

dari semua pendapatan individu (Aukley, 1983).

Pendapatan diperlukan oleh rumah tangga petani untuk memenuhi kebutuhan,

(32)

15

dimaksimalkan itulah yang selalu diharapkan petani dari usahatani. Ditambahkan

oleh Mosher (1991), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam

bentuk uang setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani

(Adiwilanga, 1992).

Tolak ukur yang penting dalam melihat kesejahteraan petani adalah pendapatan

rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat

pendapatan petani. Besarnya pendapatan petani sendiri akan mempengaruhi

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu pangan, sandang, papan, dan lapangan

pekerjaan. Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator penting untuk

mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah rangga di

pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber

pendapatan (Mosher, 1987).

Ada lima faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani; (1) luas usaha,

meliputi areal pertanaman, luas tanaman rata-rata; (2) tingkat produksi, yang

diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman; (3) pilihan dan kombinasi;

(4) intensitas perusahaan pertanaman; (5) efesiensi tenaga kerja (Hernanto, 1994).

5. Kesejahteraan Petani

Kesejahteraan adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari

kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan (Mosher,1987).

Kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subyektif, sehingga setiap orang yang

(33)

16

yang berbeda tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan

(Sukirno, 1985).

Terdapat beberapa parameter yang umum digunakan untuk menentukan tingkat

kesejahteraan, salah satunya adalah BPS (2012). Badan Pusat Statistik (2008),

mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar

minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non

makanan. Inti model ini adalah membandingkan tingkat konsumsi penduduk

dengan Garis Kemiskinan (GK), yaitu jumlah rupiah untuk konsumsi per orang

per bulan. Garis kemiskinan, yaitu kebutuhan dasar makanan setara 2.100 kalori

energi per kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar

bukan makanan yang paling pokok.

Tingkat kesejahteraan merupakan konsep yang digunakan untuk menyatakan

kualitas hidup suatu masyarakat atau individu di suatu wilayah pada satu kurun

waktu tertentu. Konsep kesejahteraan atau rasa sejahtera yang dimiliki bersifat

relatif, tergantung bagaimana penilaian masing-masing individu terhadap

kesejahteraan itu sendiri. Sejahtera bagi seseorang dengan tingkat pendapatan

tertentu belum dapat juga dikatakan sejahtera bagi orang lain.

Badan Pusat Statistik (2012), menjelaskan kesejahteraan adalah suatu kondisi

dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat

dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dimensi kesejahteraan rakyat disadari

sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat

terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu, kesejahteraan rakyat dapat

(34)

17

a. Kependudukan

Penduduk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam

proses pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat

mengelola sumberdaya alam sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup

bagi diri sendiri dan keluarganya secara berkelanjutan. Jumlah penduduk

yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam

proses pembangunan jika kualitas rendah. Oleh sebab itu, dalam

menangani masalah kependudukan, pemerintah tidak saja mengarahkan

pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga menitikberatkan

pada peningkatan kualiitas sumberdaya manusianya.

b. Kesehatan dan gizi

Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan

penduduk dalam hal kualitass fisik. Kesehatan dan gizi berguna untuk

melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status

kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi,

ketersediaan sarana kesehatan, dan jenis pengobatan yang dilakukan.

c. Pendidikan

Maju tidaknya suatu bangsa terletak pada kondisi tingkat pendidikan

masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin

maju bangsa tersebut. Pemerintah berharap tingkat pendidikan anak

semakin membaik dan tentunya akan berdampak pada tingkat

(35)

18

d. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting untuk menunjukkan

masyarakat dengan indikator keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan

diantaranya adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

e. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga

Pengeluaran rumah tangga juga merupakan salah satu indikator yang dapat

memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi

pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergerser dari pengeluaran

untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola

pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada

umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadapat barang

bukan makanan pada umumnya tinggi.

f. Perumahan dan lingkungan

Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai tempat untuk berteduh

atau berlindung dari hujan dan panas juga menjadi tempat berkumpulnya

para penghuni yang merupakan satu ikatan keluarga. Secara umum,

kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah

tangga, dimana kualitas dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Barbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah

tangga tersebut diantaranya dapat terlihat dari luuas lantai rumah, sumber

air minum, dan fasilitas tempat buang air besar. Kualitas perumahan yang

baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan

(36)

19

g. Sosial, dan lain-lain

Indikator sosial lainnya yang mencerminkan kesejahteraan adalah

persentase penduduk yang melakukan perjalanan wisata, persentase

penduduk yang menikmati informasi dan hiburan meliputi menonton

televisi, mendengarkan radio, membaca surat kabar, dan mengakses

internet. Selain itu, persentase rumah tangga yang menguasai media

informasi seperti telepon,handphone, dan komputer, serta banyaknya

rumah tangga yang membeli beras murah/miskin (raskin) juga dapat

dijadikan sebagai indikator kesejahteraan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Hasil penelitian Purwadi (2009) mengenai analisis pendapatan usahatani

pisang ambon melalui program primatani, menunjukkan bahwa produksi

per hektar yang dihasilkan oleh petani di Desa Telaga sebesar 20.526,48

kg. Dari jumlah produksi petani mendapatkan penerimaan tunai sebesar

Rp 33.937.045,18 dan pendapatan yang diperoleh selama satu tahun dari

luas lahan satu hektar adalah sebesar Rp 16.945.968,69.

2. Hasil penelitian Herdeynan (2011) mengenai analisis efesiensi pemasaran

pisang arames di Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan bahwa nilai

rata-rata harga jual di tingkat petani Rp352,88/kg untuk Kecamatan

Kalianda dan nilai rata-rata Rp 319,87/kg untuk Kecamatan Bakauheni.

3. Hasil penelitian Penelitian Fairuzi (2008) mengenai prospek

pengembangan pisang di Sumatera Barat menunjukkan bahwa data yang

(37)

20

pisang di Sumatera Barat. Kelebihan produksi ini memberikan peluang

pisang di Sumatera Barat untuk diperluas pemasarannya. Teknologi yang

digunakan petani pisang di Sumatera Barat khususnya masalah bibit yang

ditanam masih berupa anakan dan pengelolaan usahatani pisang belum

dilaksanakan secara intensif. Ketersediaan sarana produksi sudah cukup

memadai dan ditunjang oleh kondisi transportasi yang telah mendukung

kelancaran pemasaran pisng dari sentra produksi ke pasar.

4. Penelitian Husinsyah (2005) mengenai sistem tataniaga pisang kepok

untuk meningkatkan ekonomi masyarakat tani di Provinsi Kalimantan

Timur menunjukkan bahwafarmer sharerata-rata rendah, hanya 24,76%

dari harga eceran, yang mencakup biaya produksi (10,96%) dan

keuntungan petani (13,80%).

5. Penelitiaan Wirawan (2013) mengenai permintaan buah pisang ambon

oleh rumah tangga di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi

Bali menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

buah pisang ambon di Kecamatan Denpasar Barat adalah harga buah lain,

pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, dan tingkat

pendidikan formal ibu rumah tangga.

C. Kerangka Pemikiran

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

masyarakat Indonesia karena berperan dalam pembangunan nasional.

(38)

21

terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani tergantung

pada tingkat pendapatan usahatani dansurplusyang dihasilkan oleh sektor itu

sendiri. Dengan demikian, tingkat pendapatan usahatani pisang ambon disamping

merupakan penentu utama kesejahteraan rumah tangga petani, juga sebagai salah

satu faktor penting yang mengkondisikan pertumbuhan ekonomi.

Penduduk miskin di Provinsi Lampung masih banyak yang tinggal di pedesaan.

Sebanyak 80,49% penduduk miskin di Lampung masih terkonsentrasi di

pedesaan, dan ciri masyarakat pedesaan adalah sumber matapencahariaannya

adalah sebagai petani. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang banyak

hidup dalam kemiskinan adalah rumah tangga yang pekerjaan utama sebagai

petani.

Tanaman hortikultura merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan.

Salah satunya jenis tanaman hortikultura yang berpotensial untuk dikembangkan

adalah komoditas buah-buahan yang mempunyai pengaruh yang besar untuk

memberikan kontribusi dalam upaya pemulihan ekonomi daerah. Komoditi

buah-buahan banyak menopang kehidupan keluarga petani.

Pendapatan rumah tangga menjadi hal terpenting dari kesejahteraan, karena

beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat

pendapatan, namun upaya peningkatan pendapatan petani secara nyata tidak selalu

diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani. Pendapatan petani pisang

ambon sangat erat kaitannya dengan perolehan tingkat kesejahteraan rumah

(39)

22

harga jual yang yang terus meningkat apakah sudah membuat petani pisang

ambon di Desa Padang Cemin bila dilihat dari segi pendapatan dan tingkat

kesejahteraannya ikut meningkat. Usahatani pisang ambon tidak terlepas dari

permasalahan dimulai dariinputsampaioutputdan pasca panen. Pengadaan

faktor produksi dalam usahatani pisang dibutuhkan biaya produksi, yaitu semua

biaya yang dikeluarkan petani dalam memproduksi tanaman pisang ambon dan

besarnya biaya produksi ditentukan oleh banyaknya faktor produksi yang

digunakan dan harga faktor produksi.

Penjualanoutputberupa hasil panen pisang ambon akan menghasilkan

penerimaan bagi petani pisang dan besarnya penerimaan bergantung dari jumlah

hasil panen yang dikaali dengan harganya. Selisih penerimaan dengan biaya

produksi merupakan pendapatan bagi petani pisang ambon. Pendapatan yang

diperoleh petani pisang ambon dapat dijadikan salah satu indikator untuk melihat

kesejahteraan rumah tangga petani pisang, karena beberapa aspek dari

kesejahteraan bergantung pada tingkat pendapatan dimana besarnya pendapatan

yang diperoleh akan mempengaruhi terhadap kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan lapangan pekerjaan.

Peningkatan pendapatan diharapkan akan turut pula meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat petani pisang ambon. Pendapatan petani pisang ambon

merupakan penerimaan petani yang diperoleh dari hasil penjualan setelah melalui

proses produksi. Pendapatan petani pisang ambon merupakan ukuran balas jasa

terhadap faktor-faktor yang digunakan dalam proses produksi. Pada akhirnya para

(40)

23

disebut dengan pendapatan usahatani pisang ambon. Berdasarkan pendapatan dan

pengeluaran rumah tangga petani, maka dapat dilihat tingkat kesejahteraan petani.

Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan dari rumah tangga

tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan tingkatan hidup. Besarnya pendapatan dan

tingkat kesejahteraan petani berdasarkan indikator dari BPS yang meliputi

informasi tentang kependudukan, kemiskinan, kesehatan, pendidikan, konsumsi,

ketenagakerjaan, sosial budaya, dan lain-lain digunakan untuk melihat tingkat

kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan petani dapat diilihat dari persentase

pengeluaran rumah tangganya baik pengeluaran untuk kebutuhan pangan ataupun

non pangan.

Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga petani yang

dimiliki terutama bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan

rumah tangga maka persentase untuk pangan akan semakin berkurang atau apabila

terjadi peningkatan pendapatan tersebut tidak merubah pola komsumsi, maka

rumah tangga tersebut bisa dikatakan sejahtera, begitu pula sebaliknya, apabila

peningkatan pendapatan dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga

tersebut tidak sejahtera. Skema kerangka pemikiran pendapatan dan tingkat

kesejahteraan petani pisang ambon di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

(41)

24

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Pisang Ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2013.

Petani Pisang Ambon (pangan dan non pangan)

Indikator-indikator - Sosial dan lain-lain Tingkat kesejahteraan

Sektor Pertanian

Kemiskinan

Pendapatan luar usahatani: - jasa ojek pisang - buruh bangunan - produksi tempe Pendapatan

Usahatani: - pisang ambon - selain pisang ambon

(42)

25

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan

untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan penelitian.

1. Konsep Dasar

Usahatani adalah suatu proses atau aktivitas produksi pertanian dengan

mengkombinasikan berbagai sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal sesuai

dengan kondisi lingkungan untuk mencapai pendapatan maksimal.

Usahatani pisang adalah suatu kegiatan pengalokasian sumber daya yang ada

secara efektif dan efesien untuk memperoleh pendapatan usahatani pisang yang

tinggi pada waktu tertentu.

Petani adalah individu atau kelompok orang yang melakukan usaha guna

memenuhi kebutuhan sebagian atau secara keseluruhan hidupnya dalam bidang

pertanian. Petani pisang adalah individu atau sekelompok orang yang melakukan

usahatani pisang guna memenuh kebutuhan hidupnya.

Petani gurem adalah petani yang memiliki luas penguasaan lahan pertanian pada

(43)

26

lahan pertanian pada kisaran 0,55-1,00 hektar. Petani kaya adalah petani yang

memiliki luas penguasaan lahan pertanian lebih besar dari 1,00 hektar. Petani

pisang adalah orang yang bermatapencaharian utama atau sampingannya adalah

sebagai petani pisang.

Responden adalah orang yang menjadi narasumber dalam penelitian.

Umur ekonomis alat adalah perkiraaan usia alat-alat yang digunakan yang masih

berfungsi dengan baik.

Tingkat pendidikan petani adalah lamanya petani mengenyam bangku sekolah.

Lama berusahatani adalah lamanya petani mengusahakan tanaman sampai

dilakukan penelitian

Bibit pisang adalah anakan yang diperleh dari indukan pisang baru yang kemudian

siap untuk ditanam.

Pupuk urea merupakan pupuk kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi.

Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea

berbentuk butir-butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimia

NH2 CONH2 merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat

mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat

kering dan tertutup rapat.

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternak. Hewan

ternak yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan

(44)

27

Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang bersal dari air

seni (urine) hewan yang digunakan untuk pemupukan tanaman pertanian.

Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat,

atau membasmi organisme pengganggu. Pestisida adalah sbstansi kimia dan

bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan

berbagai hama.

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakcukupan/kekurangan akan aset-aset

penting dan peluang-peluang dimana setiap manusia berhak memperolehnya.

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar manakan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran. Kemiskinan juga berkaintan erat denganoutcomeyang kurang/tidak

cukup dalam hubungannya dengan (1) kependudukan, (2) kesehatan, (3)

pendidikan, (4) ketenagakerjaan, (5) konsumsi, (6) perumahan, dan (7) sosial

lainnya (BPS, 2012).

Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlahoutput

atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh petani.

Produksi pisang adalah jumlah pisang yang dihasilkan dalam waktu satu musim

tanam (satu kali proses produksi).

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang

dikeluarkan, dimana pendapatan merupakan harapan bagi petani dalam melakukan

usaha, pendapatan dapat diterima jika penerimaan (penghasilan) lebih besar dari

(45)

28

penghasilan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari

pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota rumah tangga.

Biaya usahatani pisang ambon adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

usahatani pisang ambon selama satu musim tanam. Biaya tunai adalah biaya yang

langsung dikeluarkan pada saat proses produksi. Biaya yang diperhitungkan

adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam kegiatan usahataninya tetapi tidak

dikeluarkan secara tunai.

Lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani pisang

ambon diatas sebidang tanah.

Tenaga kerja adalah orang yang terlibat dalam proses produksi. Tenaga kerja

dalam keluarga adalah orang yang terlibat dalam proses produksi dan berasal dari

dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga adalah orang yang terlibat dalam

proses produksi dan berasal dari luar keluarga.

2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 5. Definisi Variabel Kesejahteraan

No Variabel Satuan

1. Kemiskinan yaitu ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang

diukur dari sisi pengeluaran. Rp/th

2. Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan

(46)

29

Tabel 5. Lanjutan

3. Pengeluaran adalah seluruh biaya pengeluaran yang

dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga petani,

yang meliputi pengeluaran pangan dan non pangan. Rp/th

4. Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan

dan barang yang dinilai dengan uang untuk konsumsi

semua anggota keluarga. Rp/th

5. Pengeluaran non pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan

dan barang yang dinilai dengan uang untuk konsumsi semua

anggota keluarga. Rp/th

B. Lokasi Penelitian, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metodesurveydan wawancara menggunakan

kuisioner kepada petani pisang ambon. Panelitian ini dilaksanakan di Desa

Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Penentuan

lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

bahwa Kabupaten Pesawaran merupakan sentra pengembangan agribisnis pisang

di Provinsi Lampung (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortkultura, 2013).

Kecamatan Padang Cermin dipilih dengan pertimbangan bahwa kecamatan

tersebut memiliki luas panen tertinggi diantara kecamatan lainnya di Kabupaten

Pesawaran (BPS Kabupaten Pesawaran, 2011-2012) dan Desa Padang Cermin

memiliki luas areal terluas di Kecamantan Padang Cermin. Waktu penelitian

untuk proses pengambilan data yang dilakukan mulai bulan Februari sampai

(47)

30

C. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani pisang ambon yang diambil dengan

metode acak sederhana (simple random sampling). Menurut hasil rekapitulasi

data kependudukan tahun 2009, Desa Padang Cermin memiliki jumlah penduduk

8.586 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 2.255 KK, terdiri dari penduduk

laki-laki sebanyak 4.282 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 4.304 jiwa.

Padang Cermin merupakan desa pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian

besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani sebanyak 4.116 jiwa,

pedagang 152 jiwa, PNS 66 jiwa, TNI 6 jiwa, Polri 12 jiwa, buruh tani 715 jiwa.

Populasi petani berjumlah 155 petani pisang ambon. Jumlah sampel secara

proporsional ditentukan dengan rumus (Sugiarto, 2003).

n = NZ2σ2 ... (2) Nδ2+ Z2σ2

keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran petani pisang ambon (155) Z = Derajat kepercayaan Z (90% = 1,645)

σ2 = Varian sampel (5% = 0,05)

δ2 = Standar deviasi (5% = 0,05)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh

jumlah sampel dari Desa Padang Cermin sebanyak 40 petani pisang ambon.

(48)

31

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui penyebaran

kuisioner kepada responden. Data primer meliputi produksi pisang, harga jual

pisang ambon, harga pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya angkut pisang ambon,

dan penyusutan pelaratan. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi

pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini, misalnya Badan Pusat

Statistik (BPS), Dinas Kecamatan Padang Cermin, Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, publikasi, dan pustaka lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis deskriptif

kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan

usahatani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran. Metode analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk

menggambarkan keadaan objek penelitian saat pada saat sekarang yaitu mengenai

tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

1. Pendapatan Petani

a. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan

(49)

32

satu tahun. Soekartawi (1994). Untuk mengetahui pendapatan petani digunakan

rumus Soekartawi (1994):

π = YPy-∑ XiPxi... (3)

keterangan:

π = Pendapatan (Rp)

Y = Produksi (Rp)

Py = Harga hasil produksi (Rp/Kg)

∑ Xi = Jumlah faktor produksi ke-i (i = 1,2,3,...n) Pxi = Harga faktor produksi (Rp/satuan)

b. Pendapatan Rumah Tangga Petani

Pendapatan rumah tangga petani diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan

keluarga yang berasal dari usahatani dan pendapatan keluarga yang berasal dari

luar usahatani. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara total

penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang

dikeluarkan dalam satu tahun. Berdasarkan perhitungan tersebut maka akan

diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga petani dalam satu tahun. Untuk

mengetahui pendapatan rumah tangga petani digunakan rumus Hastuti dan Rahim

(2008).

Prt = Pusahatani+ Pnon usahatani+ Pluar pertanian... (4)

keterangan:

Prt = Pendapatan Rumah Tangga petani per tahun Pusahatani = Pendapatan dari usahatani

(50)

33

2. Tingkat Kesejahteraan Petani

Berdasarkan kriterian BPS (2012), pengeluaran rumah tangga merupakan salah

satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan

penduduk. Indikator lain yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan

petani didasarkan pada kriteria Badan Pusat Statistik (2012), tentang kesejahteraan

yaitu informasi kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan,

pola konsumsi atau pengeluaran petani, perumahan dan lingkungan, dan sosial

lainnya. Klasifikasi kesejahteraan yang digunakan terdiri dari dua klasifikasi, yaitu

petani dalam kategori sejahtera dan belum sejahtera. Variabel pengamatan yang

diamati dari responden adalah sebanyak 7 variabel indikator kesejahteraan

masyarakat. Variabel pengamatan disertai dengan klasifikasi dan skor dapat

dilihat pada Tabel 6.

Masing-masing klasifikasi ditentukan dengan cara mengurangkan jumlah skor

tertinggi dengan jumlah skor terendah. Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah

klasifikasi atau indikator yang digunakan. Kesejahteraan dikelompokkan menjadi

dua yaitu sejahtera dan belum sejahtera. Rumus penentu rentang kelas adalah

(Badan Pusat Statistik, 2007).

RS = SkT–SkR ... (5)

JKl keterangan:

RS = Range skor

Skt = Skor tertinggi (7 x 3 = 21) Skr = Skor terendah (7 x 1 = 7)

(51)

34

Hasil perhitungan berdasarkan rumus diperoleh rentang kelas (SR sama dengan 7),

sehingga dapat dilihat interval skor yang akan menggambarkan tingkat

kesejahteraan petani. Hubungan antara interval skor dan tingkat kesejahteraan

adalah:

Skor antara 7-14: petani pisang ambon di Desa Padang Cermin belum sejahtera.

Skor 15-21: petani pisang ambon di Desa Padang Cermin sejahtera.

Untuk setiap indikator sendiri dapat diketahui tingkat kesejahteraan

masing-masing indikator didalam keluarga apakah rendah, sedang atau tinggi sesuai

dengan skor masing-masing indikator tersebut (BPS, 2007).

Tabel 6. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik dan Susenas 2007 disertai variabel, kelas dan skor.

No Indikator Kesejahteraan Kelas Skor

1. Kependudukan Baik 3

1. Status sebagai kepala keluarga: (10-12)

a. suami istri (3) b. Duda (2) c. Janda (1)

Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal: Cukup 2 a.≤4 orang (3) b. 5 orang (2) c.≥ 5 orang (1) (7-9) Berapa tanggungan dalam keluarga:

a.≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang (1) Kurang 1

Jumlah orang yang ikut tinggal: (4-6)

a. 1 orang (3) b. 2 orang (2) c.≥ orang (1)

2. Kesehatan dan gizi

Pendapatan mengenai gizi selain karbohidrat: a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. Tidak perlu (1) Anggota keluarga mengalami keluhan kesehatan: a. tidak (3) b. kadang-kadang (2). c. ya (1)

Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas sehari-hari: Baik 3 a. tidak (3) b. kadang-kadang (2). c. ya (1) (26-33) Keluhan setiap bulannya menyediakan dana untuk

kesehatan: Cukup 2

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak pernah (1) (18-25)

Sarana kesehatan yang ada: Kurang 1

(52)

35

Tabel 6. Lanjutan

Tenaga kesehatan yang biasa digunakan keluarga: a. dokter (3) b. Bidan (2) c. dukun (1)

Tempat persalinan bayi:

a. bidan (3) b. dukun (2) c. rumah (1) Tempat keluarga memperoleh obat:

a. peskesmas (3) b. dukun (2) c. obat warung (1) Biaya obat:

a. terjangkau (3) b. cukup terjangkau (2) c. sulit terjangkau (1) Arti kesehatan bagi keluarga:

a. penting (3) b. kurang penting (2) c. tidak penting (1)

3. Pendidikan

Anggota keluarga berusia 15 tahun ke atas lancar membaca–

dan menulis: Baik 3

a. lancar (3) b. kurang lancar (2) c. tidak lancar (1) (17-21) Pendapat mengenai pendidikan putra-putri:

a. penting (3) b. kurang penting (2) c. tidak penting (1)

Kesanggupan mengenai pendidikan: Cukup 2

a. sanggup (3) b. kurang sanggup (2) c. tidak sanggup (1) (12-16)

Jenjang pendidikan tinggi: Kurang 1

a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. tidak perlu (1) (7-11) Sarana pendidikan anak:

a. memadai (3) b. kurang memadai (2) c. tidak memadai (1) Rata-rata jenjang pendidikan anak:

a.≥ SMP (3) b. SD (2) c. tidak tamat SD (1)

Perlu pendidikan luarr sekolah:

a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. tidak perlu (1)

4. Ketenagakerjaan

Jumlah orang yang bekerja dalam keluarga:

a.≥ 3 orang (3) b. 2 orang (2) c. 1 orang (1)

Jumlah jam dalam seminggu untuk melakukan pekerjaan: Baik 3 a. > 35 jam (3) b. 31-35 jam (2) c. < 30 jam (1) (17-21) Selain berusaha anggota keluarga melakukan pekerjaan–

tambahan: Cukup 2

a. ya (3) b. sedang mencari (2) c. tidak ada (1) (12-16) Jenis pekerjaan tambahan:

a. wiraswasta (3) b. buruh (2) c. tidak ada (1)

Waktu dalam melakukan pekerjaan tambahan: Kurang 1

a. sepanjang tahun (3) b. setelah musim garap (2)

c. tidak tentu (1) (7-11)

Pendapat mengenai pekerjaan memerlukan keahlian: a. ya (3) b. kurang perlu (2) c. tidak (1)

Pendapat tentang upah yang diterima:

a. sesuai (3) b. belum sesuai (2) c. tidak sesuai (1)

5. Konsumsi/pengeluaran Rumah Tangga

(53)

36

Tabel 6. Lanjutan

pokok: Baik 3

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1) (15-18)

Konsumsi daging/susu/ayam per minggu: Cukup 2

a. rutin (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak/jarang (1) (10-14)

Bahan bakar untuk memasak sehari-hari: Kurang 1

a. gas (3) b. minyak tanah (2) c. kayu bakar (1) (6-9) Kecakupan pendapatan keluarga per bulan untuk konsimsi–

pangan dan non-pangan:

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak cukup (1) Keluarga menyisakan dana untuk kebutuhan sandang-dan perumahan:

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)

Pendapatan per bulan dapat ditabung atau untuk menanam modal: a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)

6. Perumahan dan Lingkungan Status rumah tempat tinggal:

a. milik sendiri (3) b. menyewa (2) c. menumpang (1) Status tanah tempat tinggal:

a. milik sendiri (3) b. menyewa (2) c. menumpang (1) Jenis perumahan:

a. permanen (3) b. semi permanen (2) b. sangat sederhana (1) Jenis dinding rumah:

a. semen (3) b. papan (2) c. geribik (1) Baik 3 Rata-rata lantai mencukupi setiap anggota keluarga: (26-33) a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1)

Jenis penerangan yang digunakan: Cukup 2

a. listrik (3) b. patromak (2) c. lampu teplok (1) (18-25) Jenis sumber air minum dalam keluarga:

a. PAM/ledeng (3) b. sumur (2) c. sungai (1) Kepemilikan WC:

a. ya (3) b. menumpang (2) c. tidak (1) Kurang 1

Jenis WC yang digunakan: (10-17)

a. WC jongkok (3) b. WC cemplung (2) c. sungai (1) Tempat pembuangan sampah:

a. lubang sampah (3) b. pekarangan (2) c. sungai (1)

7. Sosial dan lain-lain

Ketersediaan dan pemanfaatan tempat ibadah: a. tersedian dan dimanfaatkan (3)

b. tersedia dan tidak dimanfaatkan (2) c. tidak tersedia (1)

Hubungan dengan penganut agama lain: Baik 3

a. baik (3) b. cukup baik (2) c. tidak baik (1) (17-21)

Keamanan lingkungan sekitar: Cukup 2

a. aman (3) b. cukup aman (2) c. tidak aman (1) (12-16)

(54)

37

Tabel 6. Lanjutan

a. TV (3) b. radio (2) c. tidak ada (1) (7-11)

Akses tempat wisata:

a. mudah dan sering (3) b. mudah tapi tidak sering (2) c. tidak pernah (1)

Fasilitas olahraga:

a. tersedia dan dimanfaatkan (3) b. tersedia dan tidak dimanfaatkan (2) c. tidak tersedia (1)

Biaya untuk hiburan dan olahraga; a. mudah (3) b. cukup (2) c. sulit (1)

(55)

38

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran

1. Keadaan Geografis

Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan pada tanggal 10 Agustus 2007 dengan

pusat pemerintahan di Gedongtataan. Berdasarkan Pesawaran dalam Angka

(2012), Kabupaten Pesawawan terletak pada posisi 5010’-5050’ Bujur Timur dan

antara 1050-105020’ Lintang Selatan. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten

Pesawaran adalah 1.173,77 km2atau 117.377 ha dengan Kecamatan Padang

Cermin sebagai kecamatan terluas, yaitu 32.78 ha yang sebelumnya merupakan

wilayah Kabupaten Lampung Selatan memiliki 7 kecamatan dan 133 desa (BPS,

2012).

Batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Pesawaran:

a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah

b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus

c. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus

d. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kota

(56)

39

2. Keadaan Topografi dan Iklim

Menurut Pesawaran dalam Angka (2012), topografi wilayah Kabupaten

Pesawaran bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi, yang sebagian

merupakan daerah berbukit sampai bergunung dengan ketinggian dari permukaan

laut antara 19 sampai dengan 162 meter.

Iklim di Kabupaten Pesawaran merupakan iklim tropis, dengan curah hujan per

tahun berkisar antara 2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan jumlah hari hujan

antara 90 sampai dengan 176 hari/tahun. Rata-rata tekanan udara minimal dan

maksimal di Kabupaten Pesawaran adalah 1.012,14 mb dan 1.015,88 mb

(Pesawaran dalam Angka, 2012).

Jumlah penduduk Kabupaten Pesawaran tahun 2012 adalah 397.294 jiwa, yang

terdiri atas 212.266 laki-laki dan 185.028 perempuan. Dari data tersebut, sebagian

besar (7,161%) memeluk agama Islam, agama Hindu (0,100%), agama Protestan

(0,77%), agama Katolik (0,71%), agama Budha (0,46%), serta kepercayaan

lainnya (0,79%) (Pesawaran dalam Angka, 2012). Sebaran penduduk Kabupaten

Pesawaran berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran penduduk Kabupaten Pesawaran berdasarkan kelompok umur tahun 2012.

Kelompok umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)

0-14 112.466 28,30

15-64 264.265 66,52

65+ 20.563 5,18

Total 397.294 100,00

Gambar

Tabel 1.  Jumlah penduduk miskin menurut desa dan kota di Provinsi Lampungtahun 2007-2012.
Tabel 2. Jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampungtahun 2005-2011.
Tabel 3. Produksi buah pisang menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampungtahun 2008-2012.
Tabel 4. Luas panen, produksi dan produktivitas buah pisang per kecamatan diKabupaten Pesawaran tahun 2010-2011.
+6

Referensi

Dokumen terkait

pendapatan usaha tangkap nelayan jaring insang hanyut dan kesejahteraan di.. wilayah pesisir pantai Mutun Desa Lempasing Kabupaten Pesawaran

Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai kontribusi dari komposisi tanaman agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga petani agroforestri di Desa

Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usahatani kakao di Desa Gunung Rejo Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran adalah harga pupuk SP-36 (X3), harga KCL (X4), harga

Pengaruh tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

Perencanaan saluran pipa air baku untuk dialiri di Kecamatan Punduh Pidada dan Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran dengan sistem gravitasi yaitu air di dalam pipa

Total pendapatan petani kelapa sawit sebesar Rp.101.344.806 /tahun ; (2) Hasil analisis tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit di Desa Sape Kecamatan Jangkang

STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN DI DESA SIDODADI KECAMATAN PADANG CERMIN. KABUPATEN PESAWARAN

Pendapatan usahatani sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan Budong – Budong Kabupaten Mamuju Tengah dan petani