• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan Bramasto Januardi 23-2008-019 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I Pendahuluan Bramasto Januardi 23-2008-019 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan populasi

mencapai 2.5 juta jiwa dimana kota ini merupakan salah satu kota terpadat di

Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13024 jiwa/km2. Sebagai ibukota

Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung menjadi kota yang sangat dinamis baik dalam hal

ekonomi maupun sosialnya. Struktur ekonomi di Kota Bandung didominasi oleh

sektor perdagangan dan jasa dimana Kota Bandung telah menjadi kota yang

memberikan kontribusi terbesar dari segi ekonomi untuk Provinsi Jawa Barat yaitu

sebesar 11.74% dibandingkan dengan kabupaten/kota di sekitarnya yaitu Kota

Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat yang hanya

memberikan kontribusi untuk Provinsi Jawa Barat antara 2% hingga 7% saja (BPS,

2012).

Sebagai sebuah kota yang menjadi pusat perputaran uang terbesar di wilayah

Jawa Barat dan Banten, yaitu mencapai 5.3 triliyun per tahun 2013 (sumber: Bank

Indonesia Wilayah Jabar Banten) dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang

penting bagi Provinsi Jawa Barat maupun bagi Indonesia dengan pertumbuhan

ekonomi mencapai 8.53%, hal ini menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan favorit

urbanisasi karena Kota Bandung dianggap mejanjikan peningkatan taraf hidup bagi

para urban. Kendati Kota Bandung merupakan kota dengan pertumbuhan ekonomi

yang tinggi, namun angka kemiskinan dan pengangguran di kota ini menjadi

permasalahan yang cukup serius bagi pemerintah Kota Bandung. Tercatat angka

kemiskinan Kota Bandung mencapai 13.97% dari penduduk Kota Bandung atau

sekitar 304.939 orang di Kota ini tergolong masyarakat miskin (PPLS, 2011).

Walaupun telah diklaim mengalami penurunan namun angka pengangguran di Kota

Bandung yang mencapai 4.93% atau sekitar 107.384 orang (Depnakertrans, 2012),

(2)

Angka kemiskinan dan pengangguran yang cukup tinggi menimbulkan

dampak baru dari segi keamanan. Berdasarkan data dari Mapolda Jawa Barat, pada

tahun 2012 saja telah terjadi sedikitnya 5.379 kasus tindak pidana ringan dan

sebanyak 1.195 kasus diantaranya adalah kasus pencurian kendaraan bermotor

(curanmor). Angka kejahatan curanmor ini meningkat sebanyak 70 kasus dari tahun

sebelumnya. Sebagai ilustrasi, Polwiltabes Bandung menyatakan bahwa setiap 1

(satu) jam 40 menit terjadi satu kejahatan di Kota Bandung.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh jajaran Muspida Kota Bandung dalam

rangka menekan angka kejahatan di Kota Bandung, dari mulai peningkatan frekuensi

patroli hingga pembatasan aktifitas di malam hari. Hal ini dilakukan untuk

meningkatkan rasa aman bagi warga Kota Bandung dan bagi para calon investor yang

akan masuk ke Kota Bandung.

Dalam kaitannya dengan upaya pencegahan terjadinya tindak kriminalitas,

diperlukan sebuah perangkat yang mampu mengidentifikasi daerah-daerah yang

termasuk dalam kategori rawan kejahatan. Seiring dengan perkembangan teknologi,

Sistem Informasi Geografis mampu menganalisis parameter-parameter utama yang

mempengaruhi suatu daerah tergolong sebagai daerah yang rawan kejahatan atau

tidak dengan cara melakukan pembobotan pada setiap parameter utama penyebab

terjadinya kejahatan di daerah tersebut. Kemudian data hasil analisis akan di

gabungkan dengan data dari kepolisian.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana

menentukan zonasi daerah rawan kejahatan di Kota Bandung dengan menggunakan

metode pembobotan dalam SIG.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi daerah rawan kejahatan di

(3)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan kajian bagi para pengambil

kebijakan dalam mengidentifikasi daerah rawan kejahatan di Kota Bandung dan juga

sebagai bahan kajian bagi para investor yang akan membangun usaha di Kota

Bandung.

1.5 Batasan Masalah

Kejahatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kejahatan-kejahatan

pidana ringan, seperti pencurian, pemerasan, penjambretan, dan lain sebagainya.

Parameter yang digunakan merupakan parameter-parameter sosial, seperti

kemiskinan, kepadatan penduduk, dan aktifitas keramaian di suatu daerah. Dalam

penelitian ini tidak melibatkan aspek psikologis masyarakat yang juga berperan besar

dalam terjadinya suatu tindak kejahatan di suatu daerah.

1.6 Metodologi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan tahapan pelaksanaan penelitian

yang dibagi menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu: persiapan, identifikasi parameter utama

penyebab terjadinya kejahatan, pembobotan dan skoring, analisis spasial, dan zonasi

daerah rawan kejahatan.

1.6.1 Persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi literatur mengenai

penelitian-penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya dan

referensi-referensi tulisan atau data-data yang berkaitan dengan zonasi rawan kejahatan

serta dilakukan juga pengumpulan data-data pendukung untuk keperluan

analisis spasialnya. Identifikasi Parameter Utama Penyebab Terjadinya

Kejahatan

Penentuan data parameter utama penyebab terjadinya kejahatan di Kota

Bandung dilakukan berdasarkan hasil studi literatur dan wawancara dengan

pihak kepolisian di Kota Bandung. Parameter yang digunakan dalam penelitian

(4)

 Data kemiskinan

 Data kepadatan penduduk

 Data lokasi kantor polisi

 Data pusat aktifitas ekonomi, dan

 Data pusat keramaian

1.6.2 Pembobotan dan Skoring

Tahapan pembobotan dan skoring merupakan tahapan dimana dilakukan

penilaian terhadap data parameternya berdasarkan pengaruh dan

kontribusinya terhadap terjadinya suatu tindak kejahatan di Kota Bandung.

Semakin besar pengaruhnya sebuah parameter tingkat kerawanan kejahatan

ditentukan semakin besar pula bobot dan skor yang diberikan.

Gambar 1.1. menunjukan model analisis klasifikasi kerawanan terhadap

kejahatan di Kota Bandung.

Dari bobot dan skor yang diperoleh akan ditentukan klasifikasinya dengan

[image:4.595.113.548.187.602.2] [image:4.595.117.553.392.614.2]

menggunakan persamaan di bawah ini:

(5)

C= Wi × Si

n

i= 1

Dimana;

C = Tingkat kerawanan kejahatan

Wi = Bobot / Weight parameter ke-i

Si = Skor parameter ke-i

n = Jumlah parameter

1.6.3 Analisis Spasial

Tahapan analisis spasial ini adalah tahapan dimana dilakukan proses

tumpang tindih (overlay) untuk seluruh parameter utama yang digunakan dan

kemudian ditentukan jumlah bobot yang diterima pada masing-masing

lokasi.

1.6.4 Zonasi Daerah Rawan Kejahatan

Tahapan ini adalah pembagian kelas klasifikasi tingkat kerawanan terhadap

kejahatan menjadi 3 (tiga) kelas kerawanan, yaitu kurang rawan kejahatan,

cukup rawan kejahatan, dan sangat rawan kejahatan. Pembagian range bobot

dalam kelas ini menggunakan metode equal interval, dimana selisih

perolehan bobot tertinggi dikurangi dengan perolehan bobot terendah

kemudian dibagi jumlah kelasnya. Penentuan range kelas tingkat kerawanan

kejahatan menggunakan persamaan di baawah ini:

(6)

Dimana;

R = range Kelas

C max = nilai tingkat kerawanan tertinggi

C min = nilai tingkat kerawanan terendah

Nk = jumlah kelas tingkat kerawanan

Diagram metodologi penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.2.

1.7 Data dan Peralatan yang Digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data-data sekunder dan

primer yang diperoleh dari berbagai instansi di lingkungan pemerintah Provinsi

Jawa Barat maupun di lingkungan pemerintah Kota Bandung dan juga hasil

survei identifikasi lokasi kantor polisi di Kota Bandung. Adapun data yang

digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu data parameter

utama dan data penunjang.

[image:6.595.206.338.280.492.2]
(7)

No. Kategori Nama Data Skala Tahun Sumber Keterangan

1

Data Parameter Utama

a. Pusat Keramaian - 2014 Survei Lapangan

Taman dan Supermarket 24 jam

b. Lokasi Kantor Polisi - 2014 Survei Lapangan

c. Pusat Aktifitas

Ekonomi - 2014 Survei Lapangan

Pasar Tradisional, Terminal Bus, dan Stasiun KA

d. Kepadatan Pemukiman 1 : 50000 2012 Bappeda Prov. Jawa Barat

e. Kemiskinan - 2012 Olahan dari data

BPS

2 Data

Penunjang

a. Batas administrasi 1 : 50000 2012 BIG

b. Data Kriminalitas - 2012 Polwiltabes

Bandung

Peralatan pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Perangkat lunak: ArcGis Ver.10.

b. Perangkat keras: Laptop dengan spesifikasi minimal prosesor Pentium dual

core, ram 2 (dua) GB, VGA card 256 mb, dan hard diks 120 GB. untuk

[image:7.595.82.534.157.363.2]

pengolahan data dalam SIG.

Gambar

Gambar 1.1. menunjukan model analisis klasifikasi kerawanan terhadap
Gambar 1.2. Metodologi Penelitian
Tabel.1 Data yang digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah Revolusi Islam yang terjadi pada tahun 1979 berhasil menumbangkan Shah Reza Pahlevi, arah kebijakan Amerika Serikat terhadap Iran berubah secara drastis demikian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel independen yang merupakan komponen fraud triangle terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan hasil pengujian pengaruh yang telah diuraikan tentang pengaruh pola komunikasi antar suku terhadap pembentukan sikap

Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah diketahui memiliki pengaruh terhadap citra Bank Indonesia, namun untuk indikator dalam variabel sosialisasi ciri-ciri

Dalam penelitian ini uji validitas dan reabilitas data didasarkan pada uji validitas isi dimana fokus utama yaitu penilaian tentang isi butir-butir atau indikator-indikator

Hasil ini menyimpulkan bahwa nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05 maka dapat diartikan bahwa pengujian simultan dari variabel kecerdasan emosional dan perilaku belajar

Jika ada kasus anak tunagrahita sedang atau berat pihak sekolah tetap akan menerima anak tersebut dan akan melihat perkembangannya selama 1 tahun sampai 2 tahun

KTH Ngudi Lestari bukan merupakan pemegang HGU, sehingga verifier ada serikat pekerja atau kebijakan perusahaan yang membolehkan untuk membentuk atau terlibat dalam kegiatan