• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelayanan Perpustakaan menggunakan Metode SERVQUAL (Studi Kasus pada Perpustakaan STMIK Kristen Neumann Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Pelayanan Perpustakaan menggunakan Metode SERVQUAL (Studi Kasus pada Perpustakaan STMIK Kristen Neumann Medan)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAYANAN PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL

(Studi Kasus pada Perpustakaan STMIK Kristen Neumann Medan)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam

bidang Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Oleh:

Ade Lina Juni Rossa Nim: 090709011

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Rossa, Ade Lina Juni. 2014. Evaluasi Pelayanan Perpustakaan menggunakan Metode SERVQUAL (Studi Kasus pada Perpustakaan STMIK Kristen Neumann Medan).

Penelitian ini dilakukan di perpustakaan STMIK Kristen Neumann yang beralamat di jalan Jamin Ginting Km 10,5 Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui harapan dan persepsi pengguna akan layanan perpustakaan yang memenuhi kebutuhan pengguna. Persepsi pengguna yang dimaksud pada metode SERVQUAL adalah penilaian tentang layanan yang diterima pengguna secara nyata. Populasi adalah sebanyak 288 orang, jumlah sampel menggunakan penentuan ukuran Slovin sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 74 orang tersebar pada program studi Teknik Informatika (S1) dan Manajemen Informatika (D3).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Data yang diperoleh ditabulasi dengan menyusunnya ke dalam tabel kemudian dihitung` rata-ratanya, selanjutnya dievaluasi dan diinterpretasikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas layanan di Perpustakaan STMIK Kristen Neumann telah memenuhi harapan pengguna pada dimensi bukti fisik (Tangibles) dengan nilai MSA sebesar 0,01. Namun pada dimensi reliabilitas (Reliability) dengan nilai MSA sebesar -0,19, dimensi daya tanggap (Responsiveness) dengan nilai MSA sebesar -0,51, dimensi jaminan (Assurance) dengan nilai MSA sebesar -0,68, dan dimensi empati (Empathy) dengan nilai MSA sebesar -0,52. Dengan nilai MSA yang menunjukkan nilai negatif maka dapat dikatakan bahwa layanan perpustakaan STMIK Kristen Neumann masih belum memenuhi harapan minimum pengguna, yang dapat diartikan pengguna belum puas terhadap layanan yang diterimanya terutama pada layanan perpustakaan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Pelayanan Perpustakaan Dengan Menggunakan Metode SERVQUAL (Studi Kasus pada Perpustakaan STMIK Kristen Neumann)”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial.

Dalam penulisan ini, saya menyadari masih jauh dari kesempuran. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya sebagai manusia yang tidak luput dari segala kekurangan.

Selama penulisa skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawaty Kahar, M.Pd selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU.

3. Ibu Hotlan Siahaan S.Sos, M.I.Kom selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktu serta penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

4. Bapak Ishak S.S, M.Hum. selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu serta penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

5. Bapak Dr. A. Ridwan Siregar, M.Lib selaku dosen penguji I, dan Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos, MP selaku dosen penguji II, yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si selaku dosen penasihat akademik penulis, terima kasih atas masukannya selama perkuliahan. 7. Seluruh staff pengajar PSIP USU yang memberikan pengetahuan dan

ilmu selama dalam perkuliahan.

(4)

mu ayahku. Dan Ibunda (Sri Ulina Br Keliat) yang telah banyak memberi dukungan, semangat, dan senantiasa mendo’akan penulis selama ini.

9. Buat keluarga kecilku, terutama suami ku tersayang Pramananda Purba yang telah mendukung saya, baik dalam bentuk motivasi maupun materil. Juga buat anak ku tercinta Javier Kieran Alfaro Purba terima kasih atas senyuman dan tawanya untuk menjadi motivasi ibu dalam menyelesaikan skripsi ini anakku sayang.

10.Buat abangnda dan adinda, Andreanta Prima dan Ami Tri Ananda, terima kasih atas dukungan, motivasi dan doanya buat penulis selama ini.

11.Buat teman-teman seperjuangan stambuk ’09. Lentina, Grace, Ani, Heroplin, Andi, Deny, Habibi, Eci, Dian, Erica, Melati, juga buat kak Dewi Zebua.Terima kasih atas dukungan, motivasi dan doanya. Begitu juga buat teman-teman yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.

12.Buat Kakakku Ertina Sabarita S.T, M.Kom, terima kasih atas semua bantuannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan do’a selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2013

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup ... 4

BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 5

2.1. Evaluasi ... 5

2.1.1 Pengertian Evaluasi ... 5

2.1.2 Tujuan Evaluasi ... 6

2.1.3 Fungsi Evaluasi ... 7

2.1.4 Teknik Evaluasi ... 7

2.1.5 Prinsip Evaluasi ... 8

2.2. Evaluasi Pelayanan ... 9

2.3. Pelayanan Perpustakaan ... 9

2.3.1 Sistem layanan informasi perpustakaan ... 11

2.4 Jenis – jenis pelayanan perpustakaan ... 13

2.4.1 Layanan sirkulasi ... 14

2.4.2 Layanan Referensi ... 17

2.4.3 Layanan audiovisual... 18

2.4.4 Layanan terbitan berseri ... 18

2.4.5 Orientasi Perpustakaan ... 19

2.4.6 Jasa Kesiagaan Informasi ... 20

2.4.7 Penelusuran Pustaka ... 20

2.4.8 Layanan Foto Kopi ... 21

2.4.9 Layanan Kerjasama Pinjam Antar Perpustakaan ... 21

2.4.10 Layanan Kerjasama Silang Layan ... 21

2.5. Metode Pengukuran Kualitas Layanan ... 21

2.5.1 Pengertian SERVQUAL ... 22

2.5.2 Dimensi Service Quality ... 23

(6)

2.6. Total Quality Service ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Lokasi Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1 Populasi ... 30

3.3.2. Sampel ... 31

3.3. Variabel Penelitian ... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5. Jenis dan sumber data ... 33

3.6 Instrumen Penelitian ... 33

3.6.1. Definisi Operasional Variabel ... 34

3.7 Analisis Data ... 35

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Evaluasi Kualitas Layanan ... 37

4.1.1 Evaluasi Berdasarkan Dimensi Kualitas Layanan ... 37

4.1.2. Evaluasi Berdasarkan Butir Pernyataan ... 42

4.1.3 Evaluasi Secara Umum ... 47

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1. Kesimpulan ... 49

5.2. Saran ... 50

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Mahasiswa di Stmik Kristen Neumann . . . 31

Tabel 3.2 Penentuan sampel berdasarkan Strata/Stratum . . . 32

Tabel 3.3 Variabel Kualitas Layanan dengan ServQual . . . 34

Tabel 4.1 Evaluasi Data Berdasarkan Dimensi Reliability . . . . . . 38

Tabel 4.2 Evaluasi Data Berdasarkan Dimensi Responsiveness . . . 39

Tabel 4.3 Evaluasi Data Berdasarkan Dimensi Assurance . . . . . . . 40

Tabel 4.4 Evaluasi Data Berdasarkan Dimensi Emphaty . . . .41

Tabel 4.5 Evaluasi Data Berdasarkan Dimensi Tangibles . . . 42

Tabel 4.6 Evaluasi Berdasarkan Butir Pernyataan MSA Positif . . . 43

Tabel 4.7 Evaluasi Berdasarkan Butir Pernyataan MSA Negatif. . . 45

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Penelitian. . . 52

Lampiran 2 : Rekapitulasi Persepsi. . . 60

Lampiran 3 : Rekapitulasi Harapan Diinginkan. . . 64

Lampiran 4 : Rekapitulasi Harapan Minimum . . . 68

Lampiran 5 : Hasil Perhitungan . . . 72

Lampiran 6 : Grafik Skor Rata-rata persepsi per dimensi . . . 73

Lampiran 7 : Grafik Total Skor Persepsi . . . 74

Lampiran 8 : Grafik Skor Rata-rata Desired per dimensi . . . 75

Lampiran 9 : Grafik Total Skor Desired. . . 76

Lampiran 10 : Grafik Skor Rata-rata Adequate per dimensi . . . 77

(9)

ABSTRAK

Rossa, Ade Lina Juni. 2014. Evaluasi Pelayanan Perpustakaan menggunakan Metode SERVQUAL (Studi Kasus pada Perpustakaan STMIK Kristen Neumann Medan).

Penelitian ini dilakukan di perpustakaan STMIK Kristen Neumann yang beralamat di jalan Jamin Ginting Km 10,5 Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui harapan dan persepsi pengguna akan layanan perpustakaan yang memenuhi kebutuhan pengguna. Persepsi pengguna yang dimaksud pada metode SERVQUAL adalah penilaian tentang layanan yang diterima pengguna secara nyata. Populasi adalah sebanyak 288 orang, jumlah sampel menggunakan penentuan ukuran Slovin sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 74 orang tersebar pada program studi Teknik Informatika (S1) dan Manajemen Informatika (D3).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Data yang diperoleh ditabulasi dengan menyusunnya ke dalam tabel kemudian dihitung` rata-ratanya, selanjutnya dievaluasi dan diinterpretasikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas layanan di Perpustakaan STMIK Kristen Neumann telah memenuhi harapan pengguna pada dimensi bukti fisik (Tangibles) dengan nilai MSA sebesar 0,01. Namun pada dimensi reliabilitas (Reliability) dengan nilai MSA sebesar -0,19, dimensi daya tanggap (Responsiveness) dengan nilai MSA sebesar -0,51, dimensi jaminan (Assurance) dengan nilai MSA sebesar -0,68, dan dimensi empati (Empathy) dengan nilai MSA sebesar -0,52. Dengan nilai MSA yang menunjukkan nilai negatif maka dapat dikatakan bahwa layanan perpustakaan STMIK Kristen Neumann masih belum memenuhi harapan minimum pengguna, yang dapat diartikan pengguna belum puas terhadap layanan yang diterimanya terutama pada layanan perpustakaan.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi, informasi telah menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan manusia, terutama pada dunia pendidikan. Menurut Lasa (1994), pada saat ini setiap lembaga pendidikan diharuskan mempunyai sebuah perpustakaan untuk menunjang proses pembelajarannya. Salah satu contoh perpustakaan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan adalah perpustakaan perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya untuk berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi, misi perguruan tinggi. Dikatakan perguruan tinggi adalah universitas, institusi, sekolah tinggi, akademi, politeknik, dan lain–lain.

Perguruan tinggi merupakan suatu tingkat jenjang pendidikan yang tinggi, dimana pada jenjang ini lah mahasiswa dituntun untuk lebih mandiri dalam mencari ilmu pengetahuan, oleh karena itulah sebuah perguruan tinggi diharuskan memiliki sebuah perpustakaan sebagai saran mahasiswa untuk mencari informasi tentang pengetahuan yang mereka butuhkan. Seperti yang dinyatakan Lasa (1994) bahwa perpustakaan perguruan tinggi mempunyai fungsi sebagai berikut: fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi, fungsi deposit, fungsi interprestasi. Selain berperan sebagai membantu proses pembelajaran mahasiswa dan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perpustakaan juga berperan sebagai lembaga yang memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa, dosen, dan para pengguna perpustakaan. Adapun tugas dari sebuah perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan koleksi, mengolah dan merawat bahan perpustakaan, memberikan layanan, serta melaksanakan administrasi perpustakaan.

(11)

perpustakaan memberikan respon yang positif maka dapat diketahui bahwa kualitas layanan perpustakaan itu sudah memenuhi standar. Adapun layanan perpustakaan yang baik adalah memahami kebutuhan pengguna, memberikan informasi tepat pada waktu dibutuhkan, ramah terhadap pengguna, berpenampilan menarik. Jadi, jika sebuah perpustakaan telah membangun layanan yang sesuai dengan standar maka pengguna perpustakaan akan merasa nyaman, dan mempunyai kesan yang tersendiri.

Kualitas layanan sudah biasa didengar di dunia pemasaran jasa. Menurut Tjiptono (2008),menyebutkan definisi umum tentang service quality atau yang seringkali disingkat SERVQUAL “a customer’s judgment of the overall execellence or superiority of a service”. SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu persepsi pelanggan atas layanan nyata yang mereka terima (Perceived Service) dengan layanan yang sesungguhnya yang diharapkan/diinginkan (Expected Service). Dengan demikian service quality dapat didefinisikan sebagai seberapah jauh perbedaan antara kenyataan dengan harapan pengguna atas layanan yang mereka terima/peroleh. Harapan para pengguna pada dasarnya sama dengan layanan seperti apakah seharusnya diberikan oleh perpustakaan kepada pengguna. Harapan para pengguna ini didasarkan pada informasi dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman di masa lampau, dan komunikasi eksternal (iklan dan berbagai bentuk promosi perpustakaan lainnya).

(12)

pelanggan dan memilliki jam operasi yang nyaman. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan/perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi perusahaan.

Perpustakaan yang akan diteliti adalah Perpustakaan STMIK Kristen Neumann Medan. Perpustakaan ini dalam perkembangannya sudah berupaya untuk terus meningkatkan kualitas layanan mereka, baik secara sistematis maupun secara terencana seiring dengan perkembangan teknologi, serta kebutuhan penggunanya yang dalam mengakses informasi secara cepat, tepat dan mudah. Perpustakaan mempunyai jam buka mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Pelayanan pada Perpustakaan STMIK Kristen Neumann menggunakan sistem pelayanan terbuka, yang lain menggunakan OPAC dalam penelusuran informasi, yang hanya digunakan oleh pegawai perpustakaan. Untuk meningkatkan kualitas layanannya perpustakaan memberikan beberapa jenis layanan, yaitu layanan koleksi terbitan berseri, buku teks, dan layanan digital yang memiliki 4 buah unit komputer, yang dilayani oleh 2 orang pegawai perpustakaan, dimana pegawai tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan. Semua layanan ini terdapat dalam satu ruangan saja. Perpustakaan memiliki pengunjung yang rata-rata per harinya adalah 40 orang. Perpustakaan juga memiliki sarana komunikasi berupa petunjuk-petunjuk, peraturan yang berlaku di perpustakaan tersebut, seperti ketentuan atau syarat menjadi anggota perpustakaan. Layanan di perpustakaan STMIK Kristen Neumann dalam hal koleksinya masih belum memenuhi kebutuhan pengguna, selain itu pengguna juga masih sering kesulitan dalam menemukan bahan koleksi yang dibutuhkan. Jumlah koleksi keseluruhan yang di miliki perpustakaan tersebut adalah 1250 eksemplar (termasuk terbitan berseri, skripsi, jurnal). Dengan adanya penilaian terhadap kualitas layanan perpustakaan STMIK Kristen Neumann diharapkan maka nantinya perpustakaan STMIK Kristen Neumann dapat meningkatkan kualitas layanan untuk kedepannya.

(13)

(Responsiveness), Jaminan (Assurance), Empati (Empathy), dan Bukti fisik (Tangibles).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Evaluasi Pelayanan Perpustakaan Menggunakan Metode SERVQUAL (Studi Kasus pada Perpustakaan STMIK Kristen Neumann)”

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas penulis merumuskan pertanyaan penelitian “Bagaimanakah kualitas layanan perpustakaan STMIK Kristen Neumann jika diukur dengan menggunakan metode SERVQUAL ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas layanan perpustakaan jika diukur dengan metode SERVQUAL pada perpustakaan STMIK Kristen Neumann.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi lembaga atau institusi tempat penelitian, dapat memberikan masukan atau pertimbangan dalam meningkatkan kualitas layanan perpustakaan. 2. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis dapat menambah

wawasan dalam pengukuran kualitas layanan.

3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan referensi.

1.5. Ruang Lingkup

(14)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Kata evaluasi merupakan salah satu kosa kata dalam istilah bahasa Indonesia. Menurut Echols dan Shadily (2000) pada awalnya evaluasi merupakan sebuah kosa kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (p.202).

Kata evaluasi seringkali digunakan dalam sebuah penilaian dan perkiraan hasil mengenai suatu objek tertentu. Dalam hal ini Ajick (2009), menyatakan bahwa “Evaluasi adalah penggunaan teknik penelitian untuk mengukur kebutuhan pemakai serta tujuan–tujuan yang dapat mencapai suatu program dalam proses mengoleksi, menganalisis dan mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi” (p.2).

Pemahaman mengenai evaluasi sangat berbeda–beda sesuai dengan pengertian para pakar evaluasi.Uzer (2003), menyatakan:

Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif – alternatif ini harus diberikan nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus proses pengambilan keputusan (p.120).

Stufflebeam dikutip oleh Lababa (2008), evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa evaluasi merupakan proses yang menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif kepuasan.

(15)

dasar ukur atau kriteria tertentu, misalnya sentimeter, meter, kilometer, dan sebagainya. Pengukuran pada dasarnya bersifat kuantitatif. Menilai adalah pengambilan keputusan terhadap sesuatu berdasarkan ukuran baik atau buruknya, sehat atau sakit, pandai atau bodohnya dan masih banyak lagi. Dan pada dasarnya penilaian bersifat kuantitatif.

Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto (2004) bahwa:

Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menemukan alternatife yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak dection maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan (p.1).

Berdasarkan pengertian–pengertian yang dikemukan oleh para ahli dapat disimpulkan evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan dalam penilaian dan pengukuran sebuah pelayanan jasa tertentu, dimana untuk menilainya dapat di lihat dari dampak atau hasil sebuah pelayanan tersebut. Oleh karena itu, jika mencapai sebuah keberhasilan kita juga mencapai sebuah efektifitas dan efesiensi. Menurut Sudharsono dikutip oleh Lababa (2008:2) menyatakan bahwa efektifitas adalah sebuah perbandingan antara output dengan input sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk mengahasilkan output lewat suatu proses”.

2.1.2 Tujuan Evaluasi

Sebuah kegiatan atau sebuah pekerjaan pasti ada tujuan yang ingin kita capai melakukan evaluasi terhadap suatu objek tertentu. Adapun menurut Arikunto (2002) “tujuan evaluasi adalah tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen” (p.13).

(16)

2.1.3 Fungsi Evaluasi

Sejalan dengan tujuan evaluasi juga mempunyai fungsi yang dianggap penting dalam melakukan sebuah penilaian terhadap suatu objek tertentu. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi para pemimpin untuk mengambil kebijakan yang akan diambil berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan. Oleh karena itu evaluasi yang dilakukan diharapkan menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

Adapun menurut Crawford (2000) menyatakan fungsi evaluasi adalah : 1. untuk mencapai mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

telah tercapai dalam kegiatan

2. untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil 3. untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan

4. untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan (p.30).

2.1.4 Teknik Evaluasi

Teknik adalah suatu cara atau proses untuk mencapai sebuah hasil. Jika teknik evaluasi adalah cara yang digunakan untuk melakukan penilaian atas sebuah objek yang akan diteliti, berdasarkan hasil akhirnya atau dampak dari adanya objek tersebut. Ada banyak cara penilaian yang dapat dilakukan secara saling melengkapi dengan kompetensi yang dinilai antara lain tes, observasi, penugasan, inventori jurnal.

Menurut Sudijono (2006) ada dua macam teknik evaluasi: 1. Teknik tes

Teknik tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuraan dan penilaian dibidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah oleh tes sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku dengan nilai-nilai yang dicapai oleh tes lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

2. Teknik non teknis

Dengan teknik non tes, maka penilaian atau evaluasi dilakukan dengan tanpa menguji peserta (p.67).

(17)

pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan untuk pengujian dengan menghasilkan nilai sehingga nilai tersebut nantinya dibandingkan dengan nilai standar.

Sedangkan menurut Zaini dalam Qomari (2008) mengelompokkan tes sebagai berikut:

1. Menurut bentuknya: secara umum terdapat dua bentuk tes objektif dan tes subjekti. Tes objektif adalah bentuk tes yang diskor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak berdasarkan pada penilaian dari korektor tes. Tes dalam bentuk ini menyediakan beberapa opition untuk dipilih peserta tes, yang setiap butirnya memiliki satu jawaban yang benar. Tes subjektif adalah tes yang diskor dengan memasukkan penilaian dari korektor, tes jenis ini atara lain: tes esai, lisan.

2. Menurut ragamnya: tes esai dapat diklasifikasi menjadi tes esai terbatas (retricted essay), dan tes esai bebas (extended essay). Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: tes benar-salah, tes menjodohkan dan tes pilihan ganda (p.8).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa teknik evaluasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu menurut bentuknya, dan menurut ragamnya.

2.1.5 Prinsip Evaluasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian dalam Bekti (2012) evaluasi didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Sahih, berarti evaluasi didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur.

2. Objektif, berarti evaluasi didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3. Adil, berarti evaluasi tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik

karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. Terpadu, berarti evaluasi merupakan salah satu komponen yang tak

terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, berarti prosedur evaluasi, kriteria evaluasi, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti evaluasi mencakup semua

aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7. Sistematis, berarti evaluasi dilakukan secara berencana dan bertahap

(18)

8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan.

9. Akuntabel, berarti evaluasi dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi

teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sebuah evaluasi mempunyai prinsip–prinsip yang dijadikan sebagai landasan sebuah evaluasi. Adapun prinsip–prinsip evaluasi tersebut adalah sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.

2.2. Evaluasi Pelayanan

Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi, bahwa “evaluasi pelayanan adalah penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan”. Tujuannya adalah untuk melihat kembali tingkat keakuratan dan ketepatan penerapan standar pelayanan yang sudah disusun dengan proses penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi, sehingga organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pelayanan suatu penilaian terhadap suatu hasil pelaksanaan layanan pada sebuah lembaga atau organisasi. Dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh tercapai pelaksanaan tersebut sesuai dengan standar pelayanan.

2.3. Pelayanan Perpustakaan

Sebuah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta pasti memiliki sebuah perpustakaan, dimana perpustakaan tersebut memiliki pelayanan perpustakaan. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi pelayanan perpustakaan pada umumnya adalah “pelayanan sirkulasi, rujukan (referensi ), majalah, penelusuran pustaka, fotokopi, dan kerjasama antara perpustakaan”(p.33).

(19)

Adapaun menurut UU no. 43 tahun 2007 pada bab v pasal 14 dinyatakan bahwa:

1. Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka.

2. Setiap perpustakaan menerapkan tata cara layanan perpustakaan berdasarkan standar nasional perpustakaan.

3. Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

4. Layanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka.

5. Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai dengan standar nasional perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka. 6. Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerja sama

antarperpustakaan.

7. Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaksanakan melalui jejaring telematika.

Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (1979) dijelaskan bahwa pengelompokan program kerja pelayanan di perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut:

1. Kelompok kegiatan kerja pelayanan teknis

Yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program pelayanan teknis, yang terdiri atas kegiatan kerja pengadaan, inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi dan pemeliharaan koleksi.

2. Kelompok kegiatan kerja pelayanan pemakaian, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program pelayanan pemakai, yang terdiri atas kegiatan kerja sirkulasi koleksi, pelayanan referensi, pendidikan pemakai, dan penyebarluasan informasi.

(20)

4. Kelompok kegiatan kerja pengelolaan, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk menyelaraskan semua kelompok kegiatan kerja sehingga berjalan harmonis dan terpadu (p.4).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan membuat empat bagian kelompok kerja yaitu, kelompok kegiatan kerja pelayanan teknis, kelompok kegiatan kerja pelayanan pemakai, kelompok kegiatan kerja pelayanan teknis, dan dibangun sebuah kelompok kegiatan kerja pengelolaan yang bertugas untuk menyelarasakan dari ketiga kelompok kegiatan kerja yang ada.

Selain itu juga dapat dilihat dari pengertian di atas bahwasanya layanan perpustakaan itu adalah suatu layanan yang berorientasikan kepada kebutuhan pengguna untuk menciptakan layanan prima. Dan dikembangkan dari sumberdaya perpustakaan untuk pemanfaatan bagi pengguna perpustakaan.

2.3.1 Sistem layanan informasi perpustakaan

Layanan yang dimiliki perpustakaan sangat banyak salah satunya adalah sistem layanan informasi perpustakaan. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi bahwa “sistem layanan informasi yang dilaksanakan di perpustakaan perguruan tinggi terbagi kedalam dua jenis layanan, yaitu sistem terbuka dan tertutup” (p.33).

2.3.1.1 Sistem layanan terbuka (opened access)

Sistem layanan terbuka adalah salah satu sistem yang ada diperpustakaan perguruan tinggi. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi) sistem layanan terbuka adalah “sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna perpustakaan dalam hal memilih dan mengambil sendiri pustaka yang dikehendakinya dari ruang koleksi” (p.33).

(21)

Menurut Darmono (2001) keuntungan dan kerugian sistem layanan terbuka antara lain:

Keuntungan:

1. Pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaraan koleksi.

2. Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan

3. Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak ditemukan.

4. Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengembalikan bahan pustaka tidak diperlukan sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain.

Kerugian:

1. Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran) menjadi kacau karena ketika mereka melakukan browsing. Buku yang sudah dicabut dari jajaran rak dikembalikan lagi oleh pemakai secara tidak tepat. 2. Ada kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar bila dibandingkan

dengan sistem yang bersifat tertutup.

3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar lalu lintas/mobilitas pemakai lebih leluasa.

4. Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai akses seperti peningkatan kehilangan atau perobekan bahan pustaka (p.140).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu sistem layanan terbuka adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan terhadap pengguna untuk mengambil bahan koleksi yang sesuai dengan kebutuhannya tanpa harus melalui pegawai. Tetapi ada juga kerugian yang didapat jika kita mengguna sistem ini. Ada kemungkinan akan ada beberapa lembar atau halaman buku yang akan hilang. Hal ini disebabkan oleh kecurangan dari pengguna perpustakaan.

2.3.1.2 Sistem layanan tertutup (closed access)

(22)

Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi sistem layanan tertutup adalah:

Suatu sistem perpustakaan yang mengharuskan pengguna menggunakan katalog yang tersedia untuk memilih pustaka yang diperlukannya. Pengguna tidak dapat mengambil sendiri bahan pustaka dari ruang koleksi, akan tetapi akan dibantu oleh petugas bagian sirkulasi (p.33).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem layanan tertutup adalah suatu sistem yang mengharus pengguna untuk menggunakan katalog, setelah itu meminta pegawai perpustakaan untuk mengambil bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan pengguna ke ruang koleksi.

Menurut Lasa (1994) keuntungan dan kerugian sistem layanan tertutup antara lain:

Keuntungan:

1. Daya tampung koleksi lebih banyak, karena jajaran rak satu dengan yang lain lebih dekat

2. Susunan buku akan lebih teratur dan tidak mudah rusak

3. Kerusakan dan kehilangan koleksi lebih sedikit bila dibandingkan dengan sistem terbuka

4. Tidak memerlukan meja baca dan ruang koleksi.

Kerugian :

1. Banyak energi yang terserap di bagian sirkulasi ini

2. Terdapat sejumlah koleksi yang tidak pernah keluar/dipinjam

3. Sering menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan misalnya salah pengertian antara petugas dan peminjam

4. Antrian meminjam maupun mengembalikan buku di bagian ini sering berjubel. Keadaan ini berarti membuang waktu (p.5).

Dari uraian di atas didapat kesimpulan bahwa layanan tertutup (closed acces) merupakan suatu layanan yang tidak memungkinkan pengguna memilih dan mengambil langsung bahan pustaka yang dibutuhkan akan tetapi dibantu oleh petugas.

2.4 Jenis – jenis pelayanan perpustakaan

(23)

Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi, jenis-jenis pelayanan adalah dijabarkan sebagai berikut.

2.4.1 Layanan sirkulasi

Perpustakaan memiliki beberapa layanan perpustakaan, salah satunya adalah layanan sirkulasi. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi layanan sirkulasi adalah “kegiatan peredaran koleksi perpustakaan di luar perpustakaan. Pelayanan ini diberikan agar pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan dan meminjam pustaka secara tepat guna”.

Sedangkan menurut Lasa (1994) menyatakan bahwa layanan sirkulasi adalah “mencakup semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan, penggunaan koleksi perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pengguna jasa perpustakaan” (p.1).

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa layanan sirkulasi yang merupakan suatu kegiatan, pekerjaan perpustakaan yang berkaitan dengan peminjaman dan pengembalian.

2.4.1.1 Tujuan layanan sirkulasi

Layanan sirkulasi merupakan suatu layanan yang dekat dengan pengguna perpustakaan. Lasa (1994) menyatakan bahwa tujuan layanan sirkulasi adalah:

1. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin

2. Mudah diketahui siapa yang meminjam koleksi terteentu, di mana alamatnya serta kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian apabila koleksi itu diperlukan peminat lain, akan segera dapat diketahui alamat peminjam atau dinantikan pada waktu pengembalian

3. Terjaminnya pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas. Dengan demikian keamanan bahan pustaka akan terjaga

4. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi

(24)

2.4.1.2 Jenis Tugas Sirkulasi

Dalam sebuah sistem pelayanan sirkulasi terdapat sejumlah tugas yang saling terkaitan antara satu terkaitan antara satu dengan yang lain. Adapun menurut Lasa (1994) tugas-tugas itu antara lain:

1. Peminjaman koleksi ada yang boleh dibawa pulang dan ada sejumlah koleksi yang hanya boleh dibaca di tempat. Sedangkan jangka waktu pinjam juga sangat bervariasi misalnya:

a. Jangka lama: setahun, semester, sekuartal, sebulan b. Jangka menegah: setengah bulan, sepuluh hari, seminggu c. Jangka waktu pendek: tiga hari, dua hari, sehari

d. Jangka waktu singkat: semalam, sesiang, sejam

2. Pengembalian, pada perpustakaan kecil, bagian pengembalian sering dijadikan satu dengan bagian peminjaman. Akan tetapi, bagi perpustakaan yang besar bagian ini dapat berdiri sendiri. Petugas dibagian ini harus tegas dan teliti. Sebab sering terjadi pelanggaran misalnya: keterlambatan dalam pengembalian, penyobekan halaman, terdapat coretan, pemalsuan pada tanggal kembali.

3. Penagihan, jika terjadi keterlambatan pengembalian yang melebihi batas kewajaran perlu diadakan pengihan. Penagihan dapat dilakukan dengan surat maupun lisan. Sering terjadi pada kelompok masyarakat tertentu terdapat kecenderungan untuk memonopoli pemanfaatan koleksi.

4. Sangsi yang dikenakan kepada pelanggar hendaknya bersifat mendidik agar mereka menyadari bahwa pustaka itu juga diperlukan oleh orang lain.

5. Bebas pinjam, untuk menjaga keutuhan koleki secara keseluruhan, maka tiap anggota yang telah habis masa keanggotaannya atau untuk keperluan lain, diperlukan keterangan bebas pinjam. Kegunaan bebas pinjam ini untuk mengecek apakah pinjaman telah kembali semua atau belum.

6. Statistik, dengan adanya statistik yang baik dapat diketahui perkembangan perpustakaan. Statistik ini dapat dibuat untuk mengetahui jumlah pengunjung, peminjaman, pengembalian, buku yang dibaca di tempat pada waktu tertentu (hari, bulan, tahun) (p.2).

Sejalan dengan uraian di atas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004) menyatakan bahwa layanan sirkulasi mempunyai dua pembagian sistem kendali sirkulasi, yaitu:

(25)

peminjaman seringkali disebut dengan sistem kendali sirkulasi atau sistem sirkulasi. Sistem peminjaman mengalami banyak perubahan, akan tetapi sistem apapun yang digunakan, hendaknya dipilih sistem yang memerlukan waktu sesingkat mungkin dalam hal peminjaman dan pengendalian buku, serta ekonomis.

2. Sistem peminjaman yang dikenal, yaitu: a. Sistem buku besar

Pada sistem ini setiap peminjam mendapat jatah satu halaman atau lebih. Buku besar ini disertai indeks nama peminjam pada bagian akhir halaman untuk memudahkan pencaria nama peminjam. Setiap kali seseorang peminjam meminjam buku, maka data bibliografi buku yang dipinjam berserta tanggal pinjam dan kembali dicatat dalam buku besar dan ditandatangani oleh peminjam.

b. Sistem Browne

Setiap anggota perpustakaan mendapat tiket (kantong) pembaca, jumlahnya sama dengan jumlah buku yang boleh dipinjam pada satu waktu. Jumlah buku yang boleh dipinjam tergantung pada masing-masing kebijakan perpustakaan. Kantong pembaca berisi nama anggota, nomor serta alamat dicatat pada masing-masing kantong. Kartu buku yang berisi nomor panggil, nomor induk, pengarang, judul, edisi dan tahun terbit dicabut dari kantong buku dan dimasukkan kedalam kantong anggota

c. Sistem Newark

Anggota perpustakaan mendapat kartu peminjam, yang berisi nama, alamat, nomor, tanggal berlakunya kartu anggota, tanda tangan serta kolom tanggal pinjam dan tanggal kembali. Peminjam membawa buku yang akan dipinjamnya beserta kartu anggota ke meja peminjaman. Petugas sirkulasi mencap tanggal kembali pada kartu peminjam, slip tanggal dan kartu buku. Anggota diminta memberi paraf pada kartu buku disamping nomor buku dan kartu anggota diserahkan pada peminjam, kartu buku dijajarkan menurut tanggal kembali. Pencatatan pustaka yang dipinjam oleh anggota dapat dilakukan secara manual atau berbantuan komputer dengan menggunakan program khusus untuk sirkulasi (p.34).

(26)

2.4.2 Layanan Referensi

Layanan perpustakaan memiliki sebuah layanan referensi, yang digunakan untuk meningkatkan layanan perpustakaan tersebut.Adapun Sumardji (1992) menyatakan bahwa layanan referensi sebagai berikut:

1. Salah satu kegiatan pokok yang dilakukan di perpustakaan yang khusus menyajikan koleksi referensi kepada para pemakai perpustakaan.

2. Suatu kegiatan layanan untuk membantu para pemakai/pengunjung perpustakaan menemukan informasi dengan cara:

a. Menerima pertanyaan-pertanyaan dari para pemakai perpustakaan dan kemudian menjawab dengan menggunakan koleksi referensi

b. Memberikan bimbingan untuk menemukan koleksi referensi yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai

c. Memberikan bimbingan kepada pemakai perpustakaan bagaimana menggunakan setiap bahan pustaka koleksi referensi (p.101).

Ada persamaan dengan apa yang dinyatakan oleh Rahayuningsih (2007) dalam pendapatnya bahwa:

Layanan referensi adalah suatu kegiatan untuk membantu pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yaitu dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi, serta memberikan bimbingan untuk menemukan dan memakai koleksi referensi (p.103).

Keterangan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan referensi merupakan kegiatan pokok yang dilakukan di perpustakaan dengan cara membimbing dan membantu para pengguna dalam menggunakan bahan pustaka koleksi referensi.

Menurut Rahayuningsih (2007) pelayanan referensi mempunyai tujuan, fungsi dan penunjang, pemaparan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan layanan referensi

a. Memungkinkan pengguna menemukan informasi secara cepat dan tepat.

b. Memungkinkan pengguna menelusur informasi dengan pilihan yang lebih luas.

c. Memungkinkan pengguna menggunakan koleksi referensi dengan lebih tepat guna.

2. Fungsi layanan referensi

(27)

b. Bimbingan: Memberikan bimbingan untuk menemukan bahan pustaka yang tepat sesuai dengan minat pengguna.

c. Pengarahan/instruksi: Memberikan pengarahan dan bantuan pada pengguna mengenai cara menggunakan perpustakaan maupun koleksi referensi.

3. Penunjang: Untuk menunjang tujuan dan fungsi layanan referensi, diperlukan

a. Petugas perpustakaan yang cakap.

b. Koleksi referensi yang memadai dan disajikan dalam rak terbuka serta mudah dicapai.

c. Kerja sama antar perpustakaan (p.104).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan refrensi memiliki tujuan memberikan informasi yang tepat kepada pengguna, memungkinkan kepenggunaan layanan referensi lebih tepat guna. Begitu juga fungsi layanan referensi adalah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para pengguna dengan tepat, memberikan bimbingan dalam menggunakan layanan referensi sesuai dengan yanng dibutuhkan pengguna dan pengarahan dalam menjelaskan cara menggunakan perpustakaan maupun koleksi refrensi.

2.4.3 Layanan audiovisual

Salah satu dari beberapa layanan yang ada di perpustakaan adalah layanan audiovisual. Menurut Karmidi (1993) “layanan audiovisual adalah layanan yang sangat bermanfaat untuk belajar mandiri maupun balajar kelompok. Untuk layanan peminjaman mandiri, disediakan “study carrel” meja untuk belajar sendiri. Dan biasanya layanan semacam ini untuk perpustakaan perguruan tinggi” (p.5).

Biasanya pada layanan ini dibutuhkan beberapa perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).

2.4.4 Layanan terbitan berseri

(28)

jenis layanan yang terdapat pada perpustakaan yaitu pelayanan terbitan berseri. Sedangkan Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi pelayanan terbitan berseri adalah “Kegiatan melayankan terbitan berseri kepada pengguna perpustakaan misalnya jurnal, surat kabar, majalah, dan terbitan lain yang mempunyai kala terbit tertentu” (p.40).

Menurut Rahayuningsih ( 2007) dalam pelayanan terbitan berseri, baik surat kabar, tabloid, jurnal ataupun majalah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Tata ruang

Perpustakaan perlu menentukan ruang untuk koleksi terbitan berseri. Ruang tersebut dapat bergabung dengan ruang koleksi buku atau dipisahkan antara ruangan untuk koleksi buku dan terbitan berseri. 2. Akses pengguna terhadap koleksi

Koleksi hendaknya diusahakan agar ditempatkan pada tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh pengguna, misalnya dengan menempatkan koleksi terbitan berseri didekat pintu masuk perpustakaan.

3. Informasi susunan koleksi

Perpustakaan hendaknya membuat informasi tentang susunan koleksi atau berupa petunjuk nomor klasifikasi atau abjad.

4. Promosi terbitan berseri

Informasi yang ada pada terbitan berseri hendaknya dipromosikan agar informasi terkini dapat tersampaikan kepada pengguna dengan cepat. Promosi dapat dilakukan dengan display/pemajangan terbitan berseri, fotokopi daftar isi jurnal atau majalah, atau fotokopi artikel (p.122).

Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelayanan terbitan berseri ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangakan, yaitu tata ruang, akses pengguna terhadap koleksi, informasi susunan koleksi dan promosi terbitan berseri.

2.4.5 Orientasi Perpustakaan

(29)

tinggi mengatakan bahwa “ orientasi ini dilaksanakan pada waktu orientasi pendidikan bagi mahasiswa baru, layanan ini dapat pula diselenggarakan untuk para staf akademik dan peneliti perguruan tinggi yang bersangkutan” (p.34).

2.4.6 Jasa Kesiagaan Informasi

Sebuah perpustakaan akan memiliki kualitas layanan yang baik jika perpustakaan tersebut memiliki layanan jasa kesiagaan informasi. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam Buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi menyatakan bahwa:

Jasa ini sangat bermanfaat untuk membantu pemakai perpustakaan mengetahui dengan cepat koleksi baru yang tersedia di perpustakaan. Jasa kesiagaan informasi ini dapat berupa daftar tambahan koleksi atau penyebaran informasi terseleksi. Jasa ini dapat dilakukan secara manual atau melalui suatu jaringan informasi yang disebarluaskan melalui internet atau intranet” (p.39).

2.4.7 Penelusuran Pustaka

Sebuah perpustakaan akan memberikan layanan yang efektif dan efisien bagi para pengguna. Oleh karena itu, sebuah perpustakaan akan memberikan layanan penelusuran pustaka. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Layanan internet

Perpustakaan yang sudah memiliki fasilitas tersambung pada jaringan internet dapat memberikan pelayanan tersebut kepada penggunanya. Perpustakaan harus mengusahakan komputer yang cukup sesuai dengan kebutuhan pengguna. Selain itu diperlukan pula petugas yang dapat membantu pengguna yang awam.

2. Layanan CD-ROM

(30)

2.4.8 Layanan Foto Kopi

Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi menyatakan bahwa:

Pada umumnya perpustakaan dilengkapi pula dengan sarana foto kopi untuk mengandakan sumber informasi yang tidak dapat dibawa keluar perpustakaan, seperti koleksi rujukan atau majalah. Ada perpustakaan yang tidak memperbolehkan penggunanya mengandakan koleksi tertentu seperti skripsi, tesis, atau disertasi karena alasan tertentu (p.40).

2.4.9 Layanan Kerjasama Pinjam Antar Perpustakaan

Definisi layanan kerjasama pinjam antar perpustakaan menurut Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah “Suatu kerjasama yang melibatkan dua perpustakaan atau lebih”. Kerjasama ini dilakukan karena tidak ada satu perpustakaan pun yang dapat memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Perpustakaan dapat meminjam atau meminjamkan koleksinya ke perpustakaan lain untuk keperluan anggotanya.

2.4.10 Layanan Kerjasama Silang Layan

Perpustakaan akan berusaha untuk memberikan kepuasan kepada para pengguna perpustakaan, hal tersebutlah yang mengharuskan perpustakaan untuk membuat sebuah layanan kerjasama silang layan. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) dalam buku Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi menyatakan “Kerjasama silang layan ini melibatkan dua perpustakaan atau lebih dalam pemberian jasa informasi berupa jasa penelusuran maupun rujukan yang melibatkan seluruh sumber daya yang ada di perpustakaan” (p.40).

2.5. Metode Pengukuran Kualitas Layanan

(31)

2.5.1 Pengertian SERVQUAL

Suatu hal yang tidak mudah mendefinisikan kualitas dengan tepat, tetapi umumnya kualitas dapat dirinci. Dalam buku pemasaran jasa dan kualitas pelayanan yang ditulis oleh Arief (2005), mengutip pernyataan dalam perspektif TQM (Total Quality Management), “kulitas dipandang secara lebih luas, di mana tidak hanya aspek hasil saja yang direkam, melainkan juga proses, lingkungan, dan manusia” (p.117).

Sejalan dengan pengertian di atas, menurut Goesth dan Davis dalam Arief (2005) bahwa “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan” (p.117).

Sementara itu, Philip Kotler juga mendefinisikan kualitas dalam Arief (2005:117) adalah “keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat” (p.117).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah sebuah pandangan tentang hasil, proses, lingkungan dan manusia yang memenuhi atau melebihi harapan, yang merupakan ciri serta sifat suatu pelayanan yang memberikan pengaruh untuk memuaskan kebutuhan pengguna, baik yang tersirat atau pun yang dinyatakan.

Menurut Zeithaml, et all (2009) pengertian Service Quality adalah sebagai berikut:

Service quality, a critical element of cutomer of customer perceptions. In the case of pure service (e.g., health care, financial service, education), service quality will be the dominant element in customers’evaluation. In case in which customer service or services are offered in combination with a physical product (e.g., IT services, auto servics) service quality may also be very critical in determining customer satisfaction(p.111).

(32)

hal ini service quality akan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi terhadap pengguna.

Sejalan dengan hal ini juga Lovelock (2011) menyatakan bahwa “Marketing’s interest in service quality is obvious: Poor quality places a firm at a competitive disadvantage, potentially driving away dissatisfied customers” (p.404).

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa service quality adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan suatu lembaga yang memberikan layanan jasa. Dan dalam service quality ini yang paling menarik adalah sebuah kejelasan tentang layanan.

Parasuraman, et all (1990) menggunakan skala 1-7 (untuk memberikan respons terhadap suatu pernyataan atas satu aspek kualitas jasa), yakni sangat tidak setuju (1) sampai sangat setuju (7). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman dan kawan-kawan disimpulkan dari ke-5 dimensi tersebut terdapat kepentingan relatif yang berbeda-beda.

2.5.2 Dimensi Service Quality

Menurut Zeithaml et all,(2009) bahwa :

The dimensions of service quality have been identified through the pioneering research of Parsu Parasuraman, Valarie Zeithaml, and Leonard Berry. Their research identified five specific dimensions of service quality that apply across a variety of service contexts. The five dimensions is:

1. Reliability: ability to perform the promised service dependably and accurately

2. Responsiveness: willingness to help customers and provide prompt service

3. Assurance: employees’knowledge and courtesty and their ability to inspire trust and confidence

4. Empathy: caring, individualized attention given to customers

(33)

Sedangkan menurut Parasuraman et all, dalam Tjiptono (2008) pada tahun 1985 berhasil mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok kualitas layanan: reabilitas, responsivitas atau daya tanggap, kompetensi, akses, kesopanan (courtesy), komunikasi, kreabilitas, keamanan, kemampuan memahami pelanggan, dan bukti fisik (tangibles) (p.95). Sedangkan dalam riset berikutnya pada tahun 1988, mereka menemukan adanya overlapping di antara beberapa dimensi di atas. Oleh sebab itu, mereka menyederhanakan sepuluh dimensi tersebut menjadi lima dimensi pokok. Kompentensi, kesopanan, kreadibilitas, dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance). Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan memahami pelanggan diintergrasikan menjadi empati (empathy). Dengan demikian, menurut Tjiptono (2008) terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya sebagai berikut:

1. Reliabilitas (Reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali. Sebagai contoh, sebuah perusahaan barang kali memilih konsultan semata-mata berdasarkan reputasi. Apabila konsultan tersebut mampu memberikan apa yang diinginkan klien, klien tersebut akan merasa puas dan membayar fee konsultasi. Namun, bila konsultan tersebut gagal mewujudkan apa yang diharapkan klien, fee konsultasi tidak akan dibayar penuh (tentunya, tergantung pada negoisasi awal). 2. Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan

kemampuan penyediaan layanan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera.

3. Jaminan (assurance). Berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya (trust) dan keyakinan pelanggan (confindence).

4. Empati (empathy), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memilliki jam operasi yang nyaman.

(34)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dulunya service quality mempunyai 10 dimensi. Tetapi setelah dievaluasi lagi dan ditemukan ada kesenjangan dari 10 dimensi tersebut. Dan hasil terakhir 10 dimensi tersebut dipersempit menjadi 5 dimensi, yaitu reliability, responsieness, assurance, empathy, dan tangibles.

Dalam Arief (2005), Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) memformulasikan model kualitas pelayanan (service quality model) yang menjadi prasyarat untuk menyampaikan kualitas pelayanan yang baik. Dari model ini diidentifikasikan lima gap yang menyebabkan ketidaksuksesannya penyampaian jasa, yaitu:

1. Gap between constumer expection and management perception

Kesenjangan antara harapan pengguna dan persepsi manajemen timbul karena manajemen tidak mengetahui sepenuhnya apa keinginan pengguna. Misalnya, orang datang ke bengkel tidak hanya ingin mobilnya dirawat atau diperbaiki yang benar, tetapi juga menginginkan jangka waktu perbaikan tidak terlalu lama dan ingin mendapat petujuk tentang pemeliharaan mobil. Intinya masalahnya ialah manajemen tidak mengetahui apa yang diharapkan oleh pengguna.

(35)

3. Gap between service-quality specifications and service delivery

Kesenjangan kualitas jasa dengan penyampaian jasa. Mungkin kualitas jasa menurut spesifikasinya sudah baik, tetapi karena karyawan yang kurang terlatih, masih baru, dan kaku maka cara penyampaiannya kurang baik dan tidak sempurna. Kata kuncinya ialah manajemen tidak sanggup menyampaikan jasa secara memuaskan kepada pengguna. 4. Gap between service delivery and external communicatios

Kesenjangan penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal dapat terjadi akibat perbedaan antara jasa yang diberikan dan janji-janji yang diobral dalam iklan, brosur, atau media promosi lainnya. Ternyata jasa yang diterima pengguna tidak sesuai dengan kenyataan. Kata kuncinya ialah iklan atau promosi lainnya, telalu muluk tidak sesuai dengan kenyataan.

5. Gap between perceived service and expected service

Kesenjangan jasa yang dialami/dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan. Ini gap yang kebanyakan terjadi, yaitu jasa yang diterima oleh pengguna tidak sesuai dengan apa yang di bayangkan/harapkan, yang perlu diciptakan oleh manajemen ialah promosi dari mulut ke mulut yang menginformasikan keindahan/keistimewaan jasa yang ditawarkan (p.135).

2.5.3 Pengukuran SERVQUAL

Model SERVQUAL didasarkan pada asumsi bahwa konsumen membandingkan kinerja layanan pada atribut-atribut relevan dengan standar ideal untuk masing-masing atribut layanan. Bila kinerja sesuai dengan atau melebihi standar, maka persepsi terhadap kualitas layanan keseluruhan akan positif dan sebaliknya. Menurut Tjiptono (2008) menyatakan “model SERQUAL menganalisis gap antara dua variabel pokok, yakni layanan yang diharapkan (expected service) dan persepsi pelanggan terhadap layanan yang diterima (perceived service)” (p.120).

(36)

serta gap diantara keduanya pada lima dimensi utama kualitas layanan (reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik). Kelima dimensi utama tersebut dijabarkan kedalam masing-masing 22 atribut rinci untuk variabel ekspektasi dan variabel persepsi, yang disusun dalam pernyataan-pernyataan berdasarkan skala Likert, dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 7 ( sangat setuju). Evaluasi kualitas layanan menggunakan model SERVQUAL mencakaup perhitungan perbedaan di antara nilai yang diberikan para pelanggan untuk setiap pasangan pernyataan berkaitan dengan ekspektasi dan persepsi. Skor SERVQUAL untuk setiap pasang pernyataan, bagi masing-masing pelanggan dapat dihitung berdasarkan rumus yang dinyatakan Zeithaml et all, dalam Tjiptono (2008), yaitu:

Skor SERVQUAL = Skor Persepsi – Skor Ekspektasi

Pada prinsipnya, data yang diperoleh melalui istrument SERVQUAL dapat dipakai untuk menghitung skor gap kualitas layanan pada berbagai level secara rinci:

1. Item-by-item analysis, P1-H1 (persepsi item 1-ekspektasi item 1), P2-H2, dan seterunya

2. Dimension-by-dimensions analysis, contohnya, (P1+P2+P3+P4/4) – (H1+H2+H3+H4/4) dimana P1 sampai P4 dan H1 sampai H4 mencerminkan empat pernyataan persepsi dan ekspektasi berkaitan dengan pertama ( bentuk fisik)

3. Perhitungan ukuran tunggal kualitas layanan atau gap SERVQUAL,yaitu(P1+P2+P3+...+P22/22)-(H1+H2+H3+...

+H22/22) (p.121).

2.6. Total Quality Service

(37)

berkesinambungan proses-proses organisasi, agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan” (p.56).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Total Quality Service adalah suatu sistem atau cara strategi yang dilakukan oleh seluruh anggota suatu organisasi yang memberikan layanan jasa, yang menggunakan cara yang kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki layanan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal.

Menurut Tjiptono (1997) Total Quality Service berfokus pada lima bidang berikut:

1. Fokus pada pengguna (customer fokus)

Identifikasi pengguna (internal, eksternal, dan atau perantara) merupakan prioritas utama. Apabila ini sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka. Kemudian perlu dirancang sistem yang bisa memberikan jasa tertentu yang memenuhi tuntutan tersebut. selain itu, organisasi juga wajib menjalin hubungan kemitraan dengan para pemasok kunci atas dasar win-win situation.

2. Keterlibatan total (total involvement)

Keterlibatan total mengandung arti komitmen total. Manajemen harus memberikan peluang perbaikan kualitas semua karyawan dan menunjukkan kualitas kepemimpinan yang bisa memberikan inspirasi positif (lewat partisipasi aktif dan tindakan nyata) bagi organisasi yang dipimpinnya. Manajemen juga harus mendelegasikan tanggung jawab dan wewena penyempurnaan proses kerja kepada mereka yang secara aktual melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan. Manajemen juga dituntut memberdayakan para karyawannya. Untuk itu perlu diciptakan iklim yang kondusif dan mendukung tim kerja multidisipliner dan lintas fungsional agar dapat berperan aktif dalam merancang dan memperbaiki produk, jasa, proses, sistem,dan lingkungan perusahaan. 3. Pengukuran

Dalam hal ini, kebutuhan pokoknya adalah menyususn ukuran-ukuran dasar, baik internal maupun eksternal bagi organisasi dan pelanggan. Unsur-unsur sistem pengukuran tersebut terdiri atas:

1. Menyusun ukuran proses dan hasil

2. Mengidentifikasi output dari proses-proses kerja kritis dan mengukur kesesuaiannya dengan tuntutan pelanggan.

3. Mengkoreksi penyimpanan dan meningkatkan kinerja 4. Dukungan sistematis

Manajemen bertanggung jawab dalam mengelola proses kualitas dengan cara:

(38)

2. Menghubungkan kualitas dengan sistem manajemen yang ada, seperti:

a) Perencanaan strategik b) Manajemen kinerja

c) Pengakuan, penghargaan, dan promosi karyawan d) Komunikasi

5. Perbaikan berkesinambungan

Setiap orang bertanggung jawab untuk:

a) Memandang semua pekerjaan sebagai satu proses

b) Mengatisipasi perubahan kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan

c) Melakukan perbaikan inkremental d) Mengurangi waktu siklus

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Medode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang dapat membantu penulis untuk menjelaskan karakteristik dari sebuah subjek yang diteliti. Menurut Erlina (2011) “penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasi, industri atau perspektif yang lainnya” (p.20).

Dalam hal ini Soejono (1999) juga menyatakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (p.23).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada perpustakaan STMIK Kristen Neumann yang beralamat di Jalan Jamin Ginting Km 10,5 Medan. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari observasi awal sampai selesai diperkirakan enam bulan lamanya terhitung mulai bulan April.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Erlina (2011) "populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap dapat berupa orang, kejadiaan, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian” (p.80).

(40)
[image:40.595.162.487.137.276.2]

Tabel 3.1. Jumlah Mahasiswa di Stmik Kristen Neumann

No. Program Studi Jumlah

Mahasiswa

1. Manajemen informatika 135

2. Teknik informatika 153

Jumlah 288

3.3.2. Sampel

Dilihat dari jumlah populasi dapat diketahui bahwa jumlah populasi tidak terlalu besar. Tetapi jika semua populasi dijadikan sampel akan membutuh waktu yang cukup panjang. Oleh karena itulah peneliti akan mengambil sampel, untuk menghemat waktu.

Adapun pengertian sampel menurut Hasan (2002) “adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi” (p.58).

Sedangkan dalam penentuan ukuran sampel menurut Slovin dikutip oleh Selvilla (1993) adalah sebagai berikut:

N n = 1+Ne²

keterangan :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahn pengambilan sampel populasi) (p.163).

(41)

288 n = 1+ 288(0,1)²

= 74

Maka dapat diketahui n = 74

Karena populasi berstrata maka dalam penentuan kriteria sampel penelitian digunakan metode proportionate stratified random sampling. Metode ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

[image:41.595.116.524.388.494.2]

Adapun penentuan ukuran sampel untuk populasi yang berstrata pada STMIK Kristem Neumann adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penentuan sampel berdasarkan Strata/Stratum Program studi Jumlah mahasiswa Jumlah sampel Manajemen informatika 135 135 x 74 = 34,6 = 35

288

Teknik informatika 153 153 x 74 = 39, 3 = 39 288

Jumlah 288 74

3.3. Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui harapan dan persepsi pengguna. Harapan yang dimaksud, keinginan pengguna akan layanan tertentu yang memenuhi kebutuhannya. Persepsi pengguna yang dimaksud pada metode SERVQUAL adalah penilaian tentang layanan yang diterima pengguna secara nyata.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang tercakup dalam metode SERVQUAL. Adapun menurut Tjiptono (2008) yaitu:

1. Reliabilitas (Reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali. 2. Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan

(42)

3. Jaminan (assurance). Berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya (trust) dan keyakinan pelanggan (confindence).

4. Empati (empathy), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

5. Bukti fisik (tangibel), berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan/perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi perusahaan (p.95).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Angket, yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pernyataan (angket) untuk diisi oleh responden .

2. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke Perpustakaan Stmik Kristen Neumann untuk mengamati keadaan perpustakaan secara keseluruhan.

3. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui bahan perpustakaan yang dijadikan sebagi sumber informasi.

3.5. Jenis dan sumber data

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari responden melalui angket. 2. Data Sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang bersumber

dari buku, buku peminjaman dan pengembalian dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

Pada umumnya alat pengumpulan data dalam suatu penelitian terdiri dari beberapa macam, hal ini erat hubungannya dengan sifat penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal ini metode penelitian yang digunakan disesuaikan dengan instrumennya sebagaimana yang dinyatakan oleh Arikunto (2002: 126) bahwa:

(43)

2. Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner

3. Instrumen untuk metode observasi adalah check list

4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau check list

3.6.1. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini, penulis menggunakan angket sebagai instrumen penelitian. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Angket penelitian ini mencakup satu variabel dimensi pengukuran kualitas layanan perpustakaan dengan menggunakan metode SERVQUAL. Pada angket penelitian ini pengukuran kualitas layanan perpustakaan dengan metode SERVQUAL mencakup 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Harapan minimum (adequate), yaitu tingkat layanan minimum yang dapat diterima

2. Harapan yang diinginkan (desired), yaitu tingkat layanan yang diinginkan

3. Persepsi (perceived), yaitu tingkat layanan yang diterima

(44)
[image:44.595.113.516.117.348.2]

Tabel 3.3 Variabel Kualitas Layanan dengan SERVQUAL

DIMENSI INDIKATOR NO

Reliabilitas (Reliability)

1.Kemampuan memberikan layanan secara akurat

1,2,3,4

Daya tanggap (Responsiveness)

1.Kesediaan dan kemampuan penyediaan layanan

2.Memberikan respon dengan segera

5,6,7,8

Jaminan (Assurance)

1.Pengetahuan dan kesopanan pegawai 2.Kemampuan menumbuhkan rasa

percaya dan keyakinan pengguna

9,10,11,12,13

Empati (Emphaty)

1.Memahami masalah para pengguna 2.Perhatian personal kepada pengguna 3. Jam layanan perpustakaan

14,15,16,17

Bukti fisik (Tangibles)

1.Fasilitas fisik layanan 2.Peralatan/perlengkapan 3.Sumber daya manusia

18,19,20,21,22,23

3.7 Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh maka penulis menggunakan metode deskriptif, dimana metode analisis yang digunakan berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu data sehingga dapat memberikan suatu informasi yang berguna. Metode analisis data deskriptif ini digunakan untuk menganalisis harapan dan persepsi responden terhadap variabel penelitian yang mencakup dimensi kualitas layanan berdasarkan metode Servqual.

Proses alur kerja yang akan digunakan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Menghitung total skor harapan minimum (adequate), total skor harapan yang diinginkan (desired), dan total skor persepsi (perceived) untuk setiap butir pernyataan.

2. Menghitung skor rata-rata harapan minimum (adequate), skor rata-rata harapan yang diinginkan (desired) dan skor rata-rata persepsi (perceived).

(45)

Dalam perhitungan ini terdapat tiga istilah perhitungan, yaitu sebagai berikut: 1) MSS (Measure of service superiority) adalah nilai selisih yang diperoleh

dari: Perceived Service – Desired Service

2) MSA (Measure of service adequacy) adalah nilai selisih yang diperoleh dari: Perceived Service – Adequate Service

3) Zone of tolerance adalah nilai selisih yang diperoleh dari: Desired Service – Adequate Service.

• Apabila MSS (Measure of service superiority) menunjukkan nilai positif

dan melebihi nilai dari zone of tolerance maka hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan kepada pengguna melebihi harapan pengguna, dapat diartikan bahwa pengguna sangat puas terhadap layanan yang diterimanya.

• Apabila MSS (Measure of service superiority) menunjukkan nilai negatif dan memiliki nilai lebih rendah dari zone of tolerance maka hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan kepada pengguna tidak memenuhi harapan pengguna, dapat diartikan bahwa pengguna belum puas terhadap layanan yang diterimanya.

• Apabila MSA (Measure of service adequacy) menunjukkan nilai positif maka hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan kepada pengguna telah melebihi harapan minimum pengguna, dapat diartikan bahwa pengguna merasa cukup puas dengan layanan yang diterimanya.

• Apabila MSA (Measure of service adequacy) menunjukkan nilai negatif

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Evaluasi Kualitas Layanan

Evaluasi kualitas layanan perpustakaan dibagi menjadi beberapa bagian agar dapat menggambarkan kualitas layanan dari berbagai sudut pandang, yaitu:

1. Evaluasi berdasarkan dimensi kualitas layanan menggunakan SERVQUAL

2. Evaluasi berdasarkan butir pertanyaan menggunakan SERVQUAL 3. Evaluasi secara umum menggunakan

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah Mahasiswa di Stmik Kristen Neumann
Tabel 3.2  Penentuan sampel berdasarkan Strata/Stratum
Tabel 3.3 Variabel Kualitas Layanan dengan SERVQUAL
Tabel 4.1 Evaluasi Data Berdasarkan Dimensi Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corporate life cycle memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, corporate social responsibility

1 TUJUAN TUGAS: Mahasiswa mampu menyusun silabus pembelajaran bahasa Inggris untuk tujuan khusus (English for Specific Purposes) berdasarkan hasil analisis kebutuhan pembelajar..

Dalam penjilidan kembali bahan pustaka atau buku pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen di lakukan dengan menggunakan lem.. Penjilidan dengan menggunakan paku dan hekter

Tulisan ini bertujuan mengkaji struktur ketenagakerjaan di pedesaan yang dirinci atas aspek tenaga kerja, angkatan kerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Metode

PT Bakti Mekindo Tatamulia untuk memenangkan tender dengan melakukan penilaian yang tidak wajar yaitu mengatur nilai yang dilakukan dengan cara memberikan penilaian

Oleh karena itulah peneliti akan menguraikan hasil penelitian lapangan sesuai dengan masalah yang dikaji yaitu melihat kebijakan kepemimpinan Kepala Kampung

Olimpiade terdiri Dari 3 tahap. Tahap pertama yaitu babak penyisihan yang merupakan babak penentuan tim yang akan masuk semifinal. Tahap kedua adalah semifinal yang merupakan