• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kadar Nitric Oxide (No) Dalam Saliva Perokok Berat Sebagai Potensi Terjadinya Kanker Rongga Mulut Pada Tukang Becak Di Sekitar Kampus Usu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengukuran Kadar Nitric Oxide (No) Dalam Saliva Perokok Berat Sebagai Potensi Terjadinya Kanker Rongga Mulut Pada Tukang Becak Di Sekitar Kampus Usu"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth:

Saudara

………

Bersama ini saya, Miskatul Adawiyah, yang sedang menjalani program pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya

dengan judul “ESTIMASI KADAR NITRIC OXIDE DALAM SALIVA

PEROKOK BERAT SEBAGAI POTENSI TERJADINYA KANKER RONGGA MULUT PADA TUKANG BECAK DI SEKITAR KAMPUS USU MEDAN”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Nitric Oxide dalam saliva perokok kretek pada Tukang Becak di sekitar Kampus USU Medan. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi tentang kadar Nitric oxide pada saliva perokok sebagai potensi terjadinya kanker rongga mulut

Saudara sekalian, merokok dapat menimbulkan dampak negatif pada rongga mulut, salah satunya yang sering terjadi saat ini adalah kanker rongga mulut. Penelitian yang akan saya lakukan menggunakan kuesioner dan pengambilan air liur dari rongga mulut. Dalam penelitian ini, saya akan meminta saudara untuk mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang disediakan. Setelah pengisian kuesioner selesai, kuesioner dikembalikan kepada saya. Setelah itu saya akan melakukan pengambilak air liur dengan menggunakan tempat air liur yang telah disediakan dan melakukan pengukuran kadar Nitric oxide pada air liur terebut di laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU. Pemeriksaan ini tidak akan menimbulkan rasa sakit pada rongga mulut Saudara.

Jika saudara sudah mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya saudarauntuk mengisi dan menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir pada lembar berikutnya. Surat kesediaan tersebut tidak bersifat mengikat dan saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian bila saudara merasa keberatan.

(4)

Miskatul Adawiyah

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp: 085762625617

Peneliti,

(5)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Tanggal lahir : Jenis kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai subjek pada penelitian yang berjudul “ PENGUKURAN KADAR NITRIC OXIDE DALAM SALIVA PEROKOK BERAT SEBAGAI POTENSI TERJADINYA KANKER RONGGA MULUT PADA TUKANG BECAK DI SEKITAR KAMPUS USU MEDAN “ dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan dikemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan,………….2016

Subjek penelitian

(6)

Lampiran 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

KUESIONER PENELITIAN

PENGUKURAN KADAR NITRIC OXIDE (NO) DALAM SALIVA PEROKOK BERAT SEBAGAI POTENSI TERJADINYA KANKER

RONGGA MULUT PADA TUKANG BECAK

DI SEKITAR KAMPUS USU’’

No. Kartu : Tanggal :

Nama :

Usia :

A. Kebiasaan merokok.

1. Apakah bapak merokok setiap hari? a. Ya

b. Tidak

2. Sudah berapa lama bapak merokok? a. 10-15 tahun

(7)

3. Berapa batang rokok yang bapak konsumsi setiap hari? a. <10 batang /hari

b. 10-20 batang/hari c. >20 batang/hari

4.Apakah bapak sedang / pernah menderita penyakit seperti dibawah ini? a. Diabetes mellitus/gula

b. Hipertensi/darah tinggi c. Tidak

d. Lain-lain (sebutkan)...

(8)

Kadar NO Pada Saliva Tukang Becak Perokok Berat

Kadar NO Pada Saliva Bukan Perokok

(9)
(10)
(11)
(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tanuwihardja RK, Susanto AD. Rokok elektronik (Electronic cigarette). J Respir Indo 2012; 32(1): 54-5.

2. ZamzamiF. Perokok RI terbanyak di Dunia. http ://www.republika.co.id /kanal /koran/kesra/perokok-RI-Terbanyak-di- dunia.html. (01september 2016). 3. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. Riset

kesehatan dasar: RISKESDAS 2013 Litbang Depkes RI. Jakarta 2013: 170-6. 4. TCSC – IAKMI. Fakta tembakau di Indonesia. Jakarta 2008: 1-4.

5. WHO report on the Global tobacco epidemic. Implementing smoke-free environments. Executive summary 2009: 1.

6. Ministry of Health Republik of Indonesia. The tobacco source book data to support a national tobacco control strategy english translation. Jakarta 2004:1-5. 7. Cancer Council. Understanding head and neck cancers, a guide for people with

cancer, their families and friends. Australia: 2015: 16.

8. Hanim A. Efek perilaku menyirih dan menyuntil terhadap peningkatan kadar Nitric oxide dalam saliva sebagai potensial karsinogenik pada perempuan

penyirih suku karo di Kecamatan Pancur Batu. Tesis. Medan: Univ. Sumatera lichenoid reactions. J Clin Diagn Res 2016: 34-60.

11. Choudhari SK, Chaudhary M, Bagde S, Gadbail AR, Joshi V. Nitric oxide and cancer: a review. World J of Surgical Oncology 2013: 1.

(13)

13. Istindiah HN, Auerkari EI. Penggunaan saliva untuk mendeteksi kanker. JKGUI 2003;10(Edisi Khusus): 279-283.

14. Wadha D, Bey A, Hasija M, Moin S, et al. Determination of levels of nitric oxide in smoker and nonsmoker patients with chronic periodontitis. J Periodontol implant Sci 2013; 43: 216-8.

15. Kusuma ARP. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut. Majalah Sultan Agung 2011: 1-3.

16. Kusuma DA, Yuwono SS, Wulan SN. Studi kadar nikotin dan tar sembilan merk rokok kretek filter yang beredar di wilayah kabupaten nganjuk. J.Tek.Pert ;5(3): 151-2.

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. Republik Indonesia. www.hukumonline.com. (1 september 2016).

18. Nasution AS. Pengaruh pemberian ekstrak kulit buah naga super merah (Hylocereus cotaricensis) terhadap malondialdehid dan gambaran histopatologi paru tikus wistar yang dipapar asap rokok. Tesis. Surabaya: Univ. Airlangga, 2014: 11-7.

19. Aripin. Pengaruh aktivitas fisik, merokok dan riwayat penyakit dasar terhadap terjadinya hipertensi di puskesmas sempu Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015. Tesis. Denpasar: Univ. Udayana,2015: 18.

20. Gondodiputro S. Bahaya tembakau dan bentuk-bentuk sediaan tembakau. Bandung: Univ. Padjadjaran, 2007: 9-11.

21. Cooper GM. The cell a moleculer approach. 2nd ed. Sinauer Associates, 2000: 1. 22. Laskaris G. Atlas saku penyakit mulut. edisi 2. Jakarta: EGC, 2012: 172-174. 23. Pichandi S, Pasupathi P, Rao YY, Farook J, et al. The effect of smoking on

cancer: a review. Int J Biod Med Res 2011; 2(2): 599.

24. Robbins, Kumar, cotran. Buku ajar paologi. ed 7. Jakarta: EGC, 2012: 222. 25. Haryati. Pengaruh latihan progressive muscle relaxation terhadap status

(14)

kemoterapidi RS dr. Wahidin sudirohusodo Makassar. Tesis. Depok: Univ. Indonesia, 2009: 20-1.

26. Zabokova-Bilbilova e, Stefanovska E, Ivanovski K. Correlation between dental health status and saliva. Stomatoloski vjesnik 2013; 2(2): 100.

27. Berkovitz B, Moxham B, Linden R, Sloan A. Master dentistry. Volume Three. Oral biology. Toronto: Elsevier, 2011: 79-81.

28. Malamud D, Rodriguez-Chavez. Saliva as A Diagnostic Fluid. Dent Clin North Am 2011; 55(1): 7-8.

29. Katakura A, Kamiyama I, Takano N, Shibahara T, et al. Comparison of salivary cytokine levels in oral cancer patients and healthy subjects. Bull Tokyo Dent Call 2007; 48(4): 199-202.

30. Gokul S. Salivary diagnostics in oral cancer. YMT Dental College and Hospital 2012: 229.

31. Karthik B, Shruthi D, Singh J, Tegginamani AS, et al. Do tobacco stimulate the production of nitric oxide by regulation of inducible nitric synthesis in cancer: immunohistochemial of inducible nitric oxide synthesis in oral squamous cell carcinoma – a comparative study in tobacco habituers. JCRT 2014; 10(2): 244-50.

32. Panjwani S, Bagewadi A, Keluskar V, Malik R, et al. Estimation and comparison of levels of salivary nitric oxide in patients with oral lichen planus and controls. Int J Prev Med 2013; 4(6): 710-714.

33. Sari DP. Perilaku menyirih dengan dan tanpa pinang dihubungkan dengan peningkatan kadar Nitric oxide saliva sebagai potensial karsinogenik pada perempuan penyirih suku karo di Kecamatan Pancur Batu. Tesis. Medan:Univ.Sumatera Utara, 2016: 28.

(15)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain case control, bertujuan untuk mengukur kadar Nitric oxide dalam saliva perokok berat dan bukan perokok.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian 1. Pengambilan saliva :

Pengambilan saliva responden dilakukan di sekitar Kampus USU. 2. Pengukuran kadar saliva

Pengukuran kadar saliva dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2016 sampai dengan Januari 2017 yang meliputi penelitian, pengolahan data dan penulisan hasil penelitian.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah tukang becak di sekitar Kampus USU Jl. Dr Mansyur Medan.

3.3.2 Sampel

(16)

a. Kriteria inklusi : 1. Pria

2. Bersedia menjadi responden

3. Tidak ada peradangan pada jaringan periodonsium (khusus untuk responden yang tidak merokok)

b. Kriteria Eksklusi : 1. Menderita penyakit sistemik 2. Peminum alkohol

3.3.3 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus penelitian yaitu:

P1 = Proporsi pada kelompok 1 penelitian terdahulu

P2 = Proporsi pada kelompok 2 penelitian terdahulu

Z1-α/2 = Nilai Z derajat kemaknaan yang dikehendaki

(17)

Dari hasil perhitungan, besar sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 10 sampel.

(18)

3.5Pengumpulan data

1. Identitas responden pasien diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner, lalu didapatkan perokok dan bukan perokok sesuai dengan kriteria inklusi.

2. Responden diberikan lembar penjelasan penelitian, responden yang bersedia berpartisipasi menandatangani lembar informed consent yang telah disediakan.

3.6Prosedur Penelitian

3.6.1 Pengumpulan Saliva

1. Pengumpulan saliva dilakukan menggunakan metode spitting sebanyak 3 ml, diberi label A pada perokok berat dan label B pada bukan perokok, diisolasi dengan parafilm, dan dimasukkan kedalam cooling pack yang telah diisi dengan ice blue gel sehingga suhunya diperkirakan 2-8oC.

2. Cooling pack yang telah berisi 10 sampel saliva perokok berat, 10 sampel saliva bukan perokok segera dibawa ke laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU untuk disimpan didalam freezer sampai nanti di analisis.

3.6.2 Prosedur Penelitian Laboratorium Untuk Pemeriksaan Konsentrasi

Nitric oxide dalam saliva

1. Perlakuan Terhadap Sampel

a. Preparasi dan proses sentrifugasi. Semua dikeluarkan dari freezer, dibiarkan mencair didalam suhu ruangan, kemudian masing-masing sampel dipindahkan ke microtube 1,5 ml sebanyak 1 ml untuk disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit pada suhu 40C menggunakan sentrifugator.

(19)

Gambar 2. Tempat penyimpanan sampel -800C

Gambar 3. Sampel Penelitian

(20)

Gambar 5. Sentrifugasi pada sampel

Gambar 6. Pengenceran sampel 2. Prosedur Pada 96 Well Plate

Prosedur pada well plate dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Preparasi sampel

Diambil 85 µl masing-masing sampel yang sudah diencerkan dimasukkan kedalam 96 well plate.

2. Prosedur Assay

a. Ditambahkan 5 µl Nitrat Reductase semua sampel b. Ditambahkan 5 µl Enzim Cofactor semua sampel

(21)

d. Ditambahkan 5 µ l Enhancer lalu inkubasi dengan suhu ruang selama 10 menit.

e. Ditambahkan 50 µl Griess Reagent R1 semua sampel f. Ditambahkan 50 µl Griess Reagent R2 semua sampel g. Perubahan warna setelah 10 menit dalam suhu ruang

h. Lalu dibaca dengan Spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.

Gambar 7. PemberianReagen Nitric Oxide(NO) pada sampel penelitian 96 Well Plate

(22)

3.7Pengolahan dan Analisis Data

(23)

3.8 Prosedur Penelitian

Pengumpulan saliva dilakukan menggunakan metode spitting di tempat perkumpulan tukang becak di sekitar kampus USU.

Saliva dimasukkan kedalam cooling packs yang telah diisi dengan ice blue gel sehingga suhunya diperkirakan 2-8oC.

Cooling pack yang telah berisi saliva segera dibawa ke laboratorium untuk disimpan didalam freezer sampai nanti di analisis.

Proses pengukuran kadar NO, yaitu pada preparasi dan proses sentrifugasi. Semua saliva dikeluarkan dari freezer, dibiarkan mencair didalam suhu ruangan, kemudian masing-masing sampel dipindahkan ke microtube 1,5 ml sebanyak 1 ml untuk disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit

pada suhu 40C menggunakan sentrifugator.

Setelah disentrifugasi, supernatant pada sampel saliva diambil sebanyak 2 µl untuk selanjutnya dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquabides, kemudian dihomogenkan dengan alat vortex. Lalu proses pada

96 well plate

Pengolahan dan analisis data

Kesimpulan

(24)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden Penelitian

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden 60% perokok berat berada pada rentang usia 36-50 tahun sedangkan pada responden bukan perokok semuanya 100% berada pada rentang usia 20-35 tahun.

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok

4.2 Data Keadaan Responden Perokok Berat Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 80% responden perokok berat sudah melakukan kebiasaan merokok selama 20-30 tahun. Berdasarkan frekuensi, bahwa jumlah rokok yang dikonsumsi semua responden perokok berat 100% adalah sebanyak 20-30 batang perhari.

(25)

4.3 Rata-Rata Kadar NO Berdasarkan Lama Merokok pada Responden Perokok Berat

Tabel 3 menunjukkan rata-rata kadar NO pada responden perokok berat yang sudah melakukan kebiasaan merokok selama 20-30 tahun adalah 137,95±34,34 µM. Sementara kadar NO pada perokok berat yang sudah melakukan kebiasaan merokok >30 tahun sebesar 170,95±2,60 µM.

Tabel 3. Rata-Rata Kadar NO Berdasarkan Lama Merokok pada Responden Pero kok Berat (n=10)

4.4 Rerata Kadar NO pada Kelompok Perokok Berat Dan Bukan Perokok Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar NO pada responden perokok berat adalah 144,55±33,34 µM. Pada responden bukan perokok menunjukkan nilai rata-rata kadar NO adalah 128,52±25,67 µM.

Tabel 4. Rerata Kadar NO Pada Kelompok Perokok Berat dan Kelompok Bukan Pe-

Perokok Berat 10 100,73 202,20 144,55±33,44

Bukan perokok 10 94,85 180,10 128,52±25,67

4.5 Perbedaan Kadar NO pada Kelompok Perokok Berat dan Kelompok Bukan Perokok

(26)

yang signifikan kadar NO antara reponden perokok berat dan responden bukan perokok (p=0,024).

Tabel 5. Perbedaan Kadar NO pada Kelompok Perokok Berat dan Kelompok bukan Perokok

Kelompok n Kadar

(µM)

Hasil Analisis (p)

Perokok Berat 10 144,55±33,34

0,024

(27)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia perokok berat terbanyak terdapat pada rentang usia 36-50 tahun dengan persentase 60% (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan pernyataan RISKESDAS 2013 yang menyatakan bahwa proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada usia 30-34 tahun sebesar 33,4%, usia 35-39 tahun sebesar 32,2%, usia 40-44 tahun sebesar 31,0% dan usia 45-49 tahun sebesar 31,4%.3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden perokok berat sudah melakukan kebiasaan merokok 20-30 tahun dengan persentase 80%. Berdasarkan frekuensi jumlah rokok yang dikonsumsi responden perokok berat yaitu 20-30 batang perhari dengan persentase 100% (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlina dkk. yang menunjukkan bahwa lama merokok yang terbanyak dengan persentase 48,5% pada responden yaitu lebih dari 20 tahun. Begitu juga dengan frekuensi jumlah rokok yang dikonsumsi oleh responden adalah 20-30 batang perhari sebanyak 66,7%.33 Jumlah responden yang digunakan pada penelitian Herlina dkk. adalah sebanyak 33 orang, sementara pada penelitian ini responden berjumlah 10 orang, hal ini disebabkan karena keterbatasan reagen pada penelitian. Berdasarkan data terakhir RISKESDAS 2013, perokok aktif mulai dari 10 tahun keatas berjumlah 58.750.592 orang. Hal ini menunjukkan bahwa 616.881.205 batang rokok di konsumsi setiap harinya.3

(28)

yang dihisap oleh perokok berat. Kandungan nikotin pada rokok kretek lebih banyak daripada rokok putih. Kebiasaan merokok dapat mengiduksi perubahan inflamasi di mukosa mulut. Peradangan kronis yang terjadi akibat merokok akan menyebabkan kerusakan genetik dan mengiduksi proliferasi jaringan. Kerusakan tersebut disebabkan oleh kerusakan oksidatif dari produk DNA yang berasal dari peradangan yang menginduksi enzim yang akan menghasilkan NO.10

Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata kadar NO pada saliva perokok berat sebesar 144,55±33,34 µM dan kadar NO pada saliva bukan perokok sebesar 128,52±25,67 µM. Hasil analisis data menunjukkan perbedaan kadar NO yang signifikan pada perokok berat dan bukan perokok (p=0,024) yaitu kadar NO pada perokok berat lebih tinggi dibandingkan bukan perokok (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wadhwa et al menunjukkan bahwa kadar NO mengalami peningkatan pada kelompok responden yang merokok disertai dengan periodontitis yaitu 153,84±44,04 µM dibandingkan dengan kelompok responden bukan perokok disertai periodontitis 79±24,88 µM.14 Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Kurku dkk yang menunjukkan bahwa kadar NO pada perokok 278±159 mol/L berbeda dengan responden bukan perokok yaitu 210±170 mol/L.34 Hal ini mungkin disebabkan karena NO didalam tubuh di produksi secara alami tetapi akibat penambahan dari produksi tembakau yang merupakan bahan dasar dari rokok akan meningkatkan produksi kadar NO dalam saliva. NO berfungsi mengontrol tonus pembuluh darah pada kelenjar ludah selama istirahat dan setelah stimulasi pada saraf otonom. Banyak bukti yang mengatakan bahwa NO akan dilepaskan kedalam saliva, dan saliva secara fisiologis berperan sebagai antibakteri dan detoksifikasi saliva.34 Perbedaan rerata kadar yang diperoleh masing-masing peneliti bisa berbeda. Hal ini mungkin disebabkan oleh sampel populasi dari setiap peneliti berbeda. Hal yang mempengaruhi perbedaan tersebut juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti konsentrasi aktivitas molekul biologis pada masing- masing individu.32

(29)
(30)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rerata kadar NO dalam saliva perokok berat pada Tukang Becak di sekitar Kampus USU adalah 144,55±33,34 µM.

2. Rerata kadar NO dalam saliva bukan perokok di sekitar Kampus USU adalah 128,52±25,67 µM.

3. Adanya perbedaan kadar NO yang signifikan pada perokok berat dan bukan perokok (p=0,024).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya komunitas perokok tentang bahaya merokok yaitu terjadinya peningkatan kadar Nitric oxide sebagai pemicu terjadinya kanker rongga mulut.

2. Diharapkan bagi dokter gigi untuk merencanakan program pelayanan smoking cessation (berhenti merokok) bagi pasien yang memiliki kebiasaan merokok.

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan asap rokok adalah penyebab berbagai penyakit, pada perokok aktif maupun pasif.15 Rokok adalah produk yang mengandung zat-zat yang bersifat adiktif (menimbulkan kecanduan) dan sangat berbahaya dalam tubuh. Karena dalam rokok terdapat kurang lebih 4000 macam zat kimia, antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan kanker.16 Meskipun kebiasaan merokok berdampak buruk pada kesehatan, tapi prevalensi perokok terus meningkat tiap tahunnya.

2.1Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang di hasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.17 Rokok berbentuk silinder yang terbuat dari kertas berukuran panjang antara 70 mm hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang didalamnya terdapat daun-daun tembakau yang telah dicacah.18 Rokok juga merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia yang akan dibakar dan akan menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang dapat di endapkan didalam tubuh ketika di hisap.15

(32)

2.1.1Jenis Rokok

Ada beberapa jenis rokok berdasarkan bahan baku yaitu:

1. Rokok putih: rokok putih merupakan rokok yang bahan baku atau isinya hanya berasal dari daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.18

2. Rokok kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berasal dari daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.18

3. Rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berasal dari daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok yang paling banyak digunakan di Indonesia merupakan rokok kretek. Rokok kretek merupakan salah satu jenis rokok khas Indonesia dimana bahan utamanya selain tembakau juga terdapat cengkeh dan bahan lain yang ditambahkan pada waktu proses pembuatan rokok kretek.18

Gambar 1. Rokok Kretek 2.1.2Komponen rokok

(33)

dalam tubuh ketika di hisap. Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%).15 Asap rokok terdiri atas 2 fase yaitu fase gas dan fase tar atau padat. Dalam asap rokok banyak mengandung radikal bebas. Fase tar dalam asap rokok mengandung radikal bebas yang stabil adalah quinine-hidroquinone kompleks dan fase gas memiliki lebih dari 600 µg Nitric oxide. Dalam asap rokok selain mengandung radikal bebas dalam tubuh, dimana substansi itu antara lain naftilamin,

pyrene, benzio (a) pyrene, urethane, dibenzacridine, cadmium dan

dimethynitrosamine.18

Komponen gas asap rokok terdiri atas karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Partikel rokok terdiri dari tar, nikotin, benzantraccne, benzopiren, fenol, cadmium, indol,

karbazol dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker.15

1. Karbon monoksida (CO)

Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang/karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6%, dan gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin sel darah merah maka akan berkurang oksigen yang ada pada sel darah merah yang akan dapat menciutkan pembuluh darah.20

2. Nikotin

Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5-3 nanogram, dan semuanya diserap sehingga didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1 mlnya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamine yang bersifat karsinogenik.20

3. Tar

(34)

4. Nitrous oxide (N2O)

Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, bila terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan rasa sakit.20

5. N-Nitrosamina dibentuk oleh nitrosasi amina. Asap tembakau mengandung jenis utama nitrosamine, yaitu Volatile Nitrosamina (VNA) dan Tobacco N-Nitrosamina. Hampir semua Volatile N-Nitrosamina ditahan oleh sistem pernapasan

pada inhalasi asap tembakau. Jenis asap tembakau VNA diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensial.20

2.2 Kanker Rongga Mulut

Kanker merupakan proliferasi sel abnormal yang berkembang secara terus menerus dengan cara tidak teratur. Sel- sel kanker akan terus tumbuh dan membelah secara tidak terkendali, akan menyerang jaringan normal dan organ juga akan bermetastasis ke seluruh tubuh.21 Kanker rongga mulut merupakan bentuk dari pertumbuhan sel abnormal yang tumbuh dan berkembang disetiap bagian rongga mulut.

Kanker rongga mulut dapat tampak sebagai lesi putih, lesi merah, atau keduanya, atau bahkan tampak sebagai masa eksofitik. Namun, persentasi klinis yang umumnya ditemukan berupa erosi atau ulkus. Permukaan lesi klasik ulkus karsinomatosa terdiri dari tonjolan papilari yang tidak beraturan, tepi lesi lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dasar lesi teraba keras pada saat di palpasi. Lesi ini hampir selalu bersifat kronis dan disertai indurasi. Tepi lateral, permukaan ventral lidah dan bibir merupakan daerah yang biasanya terkena, diikuti dasar mulut, gingiva, mukosa alveolar, mukosa pipi, dan palatum.22

(35)

nitroso terdapat di asap rokok dan setelah di serap dapat menimbulkan kanker pada banyak organ.24

Kanker adalah mekanisme yang terjadi di tingkat gen yang pada awalnya merupakan proses karsinogenesis akan mengakibatkan kerusakan DNA. Beberapa faktor penyebab kanker adalah virus, bahan kimia, radiasi dan susunan genetik individu berperan dalam proses karsinogenesis. ROS (Reactive Oxygen Species) dan RNS (Reactive Nitrogen Species) adalah dua agen yang berperan penting dalam kerusakan DNA. Besarnya kerusakan ini disebut stres oksidatif. Terjadi peningkatan stres oksidatif dalam beberapa kondisi patologis manusia seperti rheumatoid arthritis, penyakit jantung iskemik, beberapa gangguan autoimun dan kanker.12

ROS / RNS terlibat dalam tahapan kedua proses karsinogenesis yaitu pada tahap inisiasi dan promosi.12 Tahap inisiasi, pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan ini disebabkan oleh suatu karsinogen berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar matahari yang berperan sebagai organ inisiator dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan DNA. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.25

(36)

2.3 Saliva

2.3.1 Fisiologis Saliva

Saliva adalah salah satu cairan tubuh paling kompleks yang menyediakan berbagai macam kebutuhan fisiologis. Saliva mempunyai peran penting dalam menjaga integritas jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut, melindungi jaringan rongga mulut dari bakteri imunologi, jamur dan infeksi virus.26

Saliva mengandung 99% air dan sisanya berupa ion dan komponen organik. Substansi organik dalam saliva mengandung molekul besar dan kecil. Molekul yang besar umumnya berupa protein dalam bentuk glikoprotein, serum albumin dan enzim sedangkan yang termasuk dalam molekul kecil yaitu glukosa, urea dan kreatinin. Hampir seluruh substansi organik diproduksi oleh sel kelenjar saliva, sisanya ditransportasi ke saliva melalui darah. Substansi anorganik terdiri atas kalsium, fosfor, sodium, potasium, magnesium dan karbondioksida, oksigen, nitrogen, natrium, kalium, klor, bikarbonat, fosfat, tiosianat, fluoride, timbal, cadmium, tembaga, nitrit dan nitrat yang terlarut. Enzim saliva yang utama adalah enzim amilase namun apabila menderita suatu penyakit, banyak enzim yang terbentuk akibat aktivitas bakteri dan leukosit.27,31

2.3.2Saliva Sebagai Cairan Diagnostik

Saliva sebagai cairan diagnostik dapat digunakan sebagai sarana deteksi pilihan karena memiliki keunggulan secara diagnostik dan logistik dibandingkan serum. Hal ini karena teknik pengumpulan saliva cukup aman, tanpa penusukan jarum, mudah sederhana dan dapat diambil berulang – ulang tanpa membuat pasien menderita.13

(37)

saliva telah berkembang saat ini khususnya mendiagnosis penyakit sistemik dan penyakit mulut.28

Protein saliva sebagian besar disekresi oleh sel-sel asinar yang merupakan sel utama pada proses sekresi protein selain sel-sel lain pada kelenjar saliva. Saat ini saliva telah terbukti sebagai media diagnostik untuk mendeteksi berbagai molekul yang terdapat dalam plasma dan pada tingkat yang ekivalen dengan yang terdapat dalam darah. Karena itu, saliva sebagai media diagnostik dapat memberikan informasi yang serupa dengan status seseorang seperti yang didapat dari test darah, tanpa mengambil spesimennya secara invasif.13

Penelitian yang dilakukan oleh Katakura dkk. untuk mencari informasi tentang biomarker saliva khusus untuk kanker rongga mulut menggunakan empat macam sitokin dalam saliva dan ELISA, menemukan bahwa konsentrasi keempat sitokin lebih tinggi pada grup pasien yang menderita kanker rongga mulut dibanding dengan grup kontrol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa saliva berpotensi untuk mendeteksi lesi pra-kanker.29 Estimasi dari nitrat dalam saliva dapat memprediksi perkembangan karsinoma.30

2.4 Nitric oxide (NO) Sebagai Risiko Penyebab Kanker Rongga Mulut

Tembakau yang merupakan bahan dasar daripada rokok akan meningkatkan produksi radikal bebas seperti NO, anion superoksida dan lain-lain, dengan adanya peningkatan produksi radikal ini, maka akan menghasilkan produk yang mampu merangsang berbagai jenis stres dan efek biologis dan akan terlibat dalam proses karsinogenesis. Nikotin dari asap rokok juga telah terbukti merangsang produksi NO neurologis dan juga merangsang angiogenesis dan meningkatkan pertumbuhan tumor yang berupa mediasi dari produksi NO.31

(38)

molekul dalam sel.12 Proses ini sebagian besar merupakan efek tidak langsung dari NO melainkan melalui reaksi oksidasi, nitrosasi, dan nitrasi akan membentuk zat tertentu berupa zat karsinogen yang dapat menyebabkan kerusakan DNA.31

NO adalah gas radikal bebas yang sangat reaktif yang ditemukan pada jaringan normal dan ganas. Kadar NO jauh lebih tinggi pada jaringan ganas yang merupakan hasil dari enzim yang disebut Nitric Oxide Synthase (NOS). NOS tersedia dalam tiga isoform NOS1 atau tipe 1 atau nNOS (neuronal), NOS2 atau tipe 2 atau iNOS (inducible), NOS3 atau tipe 3 atau eNOS (endotel).31

Sudah banyak terbukti bahwa iNOS akan menghasilkan NO secara terus menerus dalam tumor ganas. NO yang diproduksi oleh iNOS terbukti memiliki peran ganda dalam proses kanker. NO terlibat dalam kedua tahap promosi dan menghambat kerja tumor. Menghambat seperti menginduksi apoptosis dan mempromosikan tindakan menjadi induksi angiogenesis, merendahkan matriks ekstraseluler, inaktivasi p53, dan menginduksi metastasis.31

2.5 Kadar Nitric oxide Sebagai faktor Risiko Penyebab Kanker Rongga Mulut

Penelitian yang dilakukan oleh Preethi dkk. ada peningkatan kadar NO yang sangat signifikan pada perokok, pengunyah tembakau dan pasien dengan reaksi likenoid dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian Preethi dkk. menyatakan bahwa merokok tembakau, kebiasaan mengunyah tembakau dan reaksi likenoid dapat menginduksi perubahan inflamasi di mukosa mulut. Peradangan kronis akan menyebabkan kerusakan genetik dan mengiduksi proliferasi jaringan, dan ini disebabkan oleh kerusakan oksidatif dari produk DNA yang berasal dari peradangan yang menginduksi enzim, seperti (NOS) yang pada akhirnya akan menghasilkan NO. Ohashi dkk. telah melaporkan bahwa peningkatan kadar NO dalam saliva pada OLP dan SAR merupakan akibat dari kerusakan sel.10

(39)

merupakan salah satu patogenesis dari penyakit dan peningkatan kadar Nitric oxide pada saliva ini berupa patofisiologi untuk OLP dan SAR.10

Hal ini terlihat bahwa reaksi likenoid berupa inflamasi, akan meningkatkan kadar Nitric oxide ditandai dengan pelepasan berbagai mediator inflamasi, dan peningkatan ini dapat terjadi dalam tembakau dan produk-produknya, yang menjelaskan bahwa adanya peningkatan kadar Nitric oxide pada pasien dengan reaksi likenoid yang dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah tembakau. Peningkatan kadar Nitric oxide ini akan menyebabkan kerusakan DNA dan akan berlanjut kearah keganasan.10

2.6 Metode Pengukuran Kadar Nitric Oxide

2.6.1 Spektrofotometer

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan pada metode analisis kuantitatif substansi kimia, fisik, biokimia melalui absorbsi cahaya dengan pengukuran intensitas cahaya yang dihasilkan oleh larutan sampel. Setiap bahan kimia akan diabsorbsi, diteruskan, atau direfleksikan cahayanya (radiasi elektromagnetik) dengan panjang gelombang tertentu.8 Pada analisis menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak dilakukan pemilihan panjang gelombang dan pembuatan kurva kalibrasi menunjukkan hubungan antara absorbansi dan konsentrasi baku pada konsentrasi tertentu. Kurva kalibrasi menunjukkan hubungan antara absorbansi dan konsentrasi baku sehingga diperoleh persamaan regresi linier. Persamaan linier ini dipakai untuk menghitung kadar dalam sampel.32

Berdasarkan panjang gelombang dari sumber cahaya, spektrofotometer dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu: 8

1. UV (Ultra Violet) – visible spectrophotometer: mengamati pada rentang ultra violet 185-400 nm dan visibel 400-700 nm dari spektrum radiasi elektromagnetik.

(40)
(41)

2.7Kerangka Teori

Perokok

Rokok

Jenis rokok

Rokok putih Rokok kretek Rokok klembak

Komponen rokok

CO

Nikotin Tar Nitrous oxide

Nitrosamine

Kanker rongga mulut

Nitric oxide sebagai risiko penyebab terjadinya kanker rongga mulut

Saliva

Fisiologi saliva

Saliva sebagai cairan diagnostik

(42)

2.8 Kerangka Konsep

Perokok berat

Tidak merokok

(43)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan masalah kesehatan dunia. World Health Organitation (WHO) memperkirakan jumlah perokok didunia sebanyak 2,5 milyar

orang dengan dua pertiganya dijumpai di negara berkembang dan paling sedikit satu dari empat orang dewasa. Prevalensi perokok lebih tinggi di negara dengan pendapatan perkapita yang rendah dan terbanyak pada kelompok penduduk dewasa muda dengan perbandingan 27% laki-laki dan 21% perempuan. Prevalensi perokok di Amerika Serikat sebesar 26% laki- laki dan 21% perempuan. Sedangkan di Inggris sekitar 27% laki-laki dan 25% perempuan.1

Merokok sudah menjadi gaya hidup bagi 36,3% masyarakat Indonesia yang termasuk negara berkembang dengan jumlah perokok terbesar di dunia.2,3 Rokok yang diisap di dunia mencapai 15 milyar setiap harinya. Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam mengonsumsi rokok setelah Cina (1.643 milyar batang), Amerika (451 milyar batang), Jepang (328 milyar batang), Rusia (258 milyar batang). Data terakhir yang di publikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa Indonesia setiap tahunnya mengonsumsi 215 milyar batang rokok. Berdasarkan hasil survey TCSC-IAKMI, konsumsi rokok di Indonesia tahun 2008 mencapai 240 milyar batang atau 658 juta batang per hari.4

Pemerintah Indonesia sudah berupaya membatasi peredaran rokok, melalui promosi kesehatan dalam media masa, namun prevalensi perokok tidak menurun dan cenderung meningkat dari 34,2% ditahun 2007, 34,7% ditahun 2010 dan 36,3% di tahun 2013.3 Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi perokok aktif pada kelompok dewasa di Indonesia adalah 47,5 % laki-laki dan 1,1% perempuan.3

(44)

lebih dari 5 juta orang di setiap tahun diseluruh dunia dan umumnya terjadi di negara dengan pendapatan perkapita rendah hingga sedang. Jika dibiarkan, pada tahun 2030 rokok diperkirakan akan membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun diseluruh dunia dan 80% terjadi pada negara dengan pendapatan perkapita rendah hingga sedang.5

Saat ini banyak artikel ilmiah yang telah menunjukkan hubungan antara penggunaan produk tembakau dengan terjadinya kanker pada rongga mulut, faring dan laring, esofagus, paru-paru, pankreas, kandung kemih, penyakit jantung koroner, aneurisma aorta, penyakit pembuluh darah perifer, arteriosklerosis, gangguan pembuluh darah otak, bronkitis kronis, emfisema, tuberculosis paru, asma, radang paru, dan penyakit saluran pernafasan lainnya.6 Sebesar 75% insidensi kanker rongga mulut dan bagian kepala dan leher disebabkan oleh kebiasaan merokok.7

Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas yang berkembang di bagian rongga mulut. Kanker rongga mulut merupakan masalah yang serius di berbagai negara, karena kanker ini berada pada peringkat keenam dari seluruh kasus kanker yang terjadi. Sekitar 60% pasien yang telah didiagnosa menderita penyakit kanker rongga mulut memiliki angka kelangsungan hidup selama lima tahun.8 American cancer society membuat perkiraan untuk Amerika Serikat terdapat 48.330 orang

yang menderita kanker rongga mulut dan kanker faring yang kematiannya sebanyak 9.570 orang pada tahun 2016 dan ini kebanyakan disebabkan oleh kebiasaan merokok.9

(45)

mikromolar.10 NO berperan penting pada proses berbagai macam karsinogenesis yang dijumpai pada manusia.11 NO merupakan gas radikal bebas yang dapat berdifusi kedalam sel dan membran sel ketika bereaksi dengan molekul targetnya. NO dapat bereaksi dengan radikal lain untuk membentuk senyawa sitotoksik, seperti peroxynitrite, yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dan protein oleh karena

pembentukan nitrosamin berupa karsinogenik serta menghambat mekanisme perbaikan DNA.10,12

NO di dalam rongga mulut dapat dideteksi melalui pemeriksaan saliva. Saliva sebagai cairan diagnostik dapat digunakan sebagai sarana deteksi pilihan karena memiliki beberapa keunggulan secara diagnostik dan logistik. Hal ini karena teknik pengumpulan saliva cukup aman, tanpa membuat pasien menderita.13 Di dalam saliva terdapat komponen-komponen tertentu yang dapat dijadikan sebagai biomarker tertentu dalam menilai dan menentukan suatu kelainan patogen di rongga mulut, termasuk kanker rongga mulut.13

Kadar NO meningkat secara signifikan pada saliva penyirih dan penyuntil yang merupakan faktor predisposisi terjadinya kanker rongga mulut, kebiasaan merokok juga termasuk faktor predisposisi terjadinya kanker rongga mulut. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Wadhwa dkk. pada tahun 2013 bahwa adanya peningkatan kadar NO dalam saliva subjek periodontitis kronis dengan merokok dibandingkan subjek periodontitis kronis yang bukan perokok. Pada subjek periodontitis kronis dengan merokok yaitu 153,84±44,04 µM pada subjek periodontitis kronis bukan perokok 79±24,88 µM dan pada subjek sehat tidak perokok 27,70±8,4 µM.14 Terdapat perbedaan kadar NO pada subjek periodontitis kronis dengan merokok dengan subjek periodontitis bukan perokok.

(46)

1.2Rumusan Masalah

1. Berapa kadar NO dalam saliva perokok berat sebagai potensi terjadinya kanker rongga mulut pada tukang becak di sekitar Kampus USU?

2. Berapa kadar NO dalam saliva bukan perokok di sekitar Kampus USU? 3. Apakah ada perbedaan kadar NO pada saliva perokok berat dengan bukan perokok?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar NO dalam saliva perokok berat pada tukang becak di sekitar Kampus USU.

2. Untuk mengetahui kadar NO pada saliva bukan perokok di sekitar Kampus USU.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar NO pada saliva perokok berat dan bukan perokok.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat Teoritis

1. Sebagai informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran gigi mengenai peningkatan kadar NO dalam saliva perokok berat sebagai deteksi dini kanker rongga mulut.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat agar meningkatkan pengetahuan, kesadaran, serta waspada terhadap efek negatif yang dapat terjadi akibat kebiasaan merokok.

1.4.2Manfaat Praktis

1. Sebagai informasi kepada penyelenggara kesehatan untuk program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat mengenai dampak dari merokok sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok.

(47)

1.5Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak Ada perbedaan kadar NO dalam saliva perokok berat dengan

(48)

Pencegahan /Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2017

Miskatul Adawiyah

Pengukuran Kadar Nitric oxide (NO) dalam Saliva Perokok Berat sebagai Potensi Terjadinya Kanker Rongga Mulut pada Tukang Becak di Sekitar Kampus USU.

x + 36 halaman

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kanker rongga mulut. Tembakau yang merupakan bahan dasar rokok dapat meningkatkan produksi NO yaitu gas radikal bebas yang dapat bereaksi dengan radikal lain akan membentuk nitrosamin berupa zat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar NO dalam saliva 10 orang perokok berat dan 10 orang bukan perokok serta perbedaan kadar NO pada perokok berat dan bukan perokok di sekitar Kampus USU. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain case control. Pengambilan saliva dilakukan dengan metode spitting sedangkan kadar

NO diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Analisis statistik dilakukan dengan uji t tidak berpasangan untuk melihat perbedaan kadar NO pada perokok berat dengan bukan perokok. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata kadar NO pada saliva perokok berat lebih tinggi yaitu 144,55±33,34 µM sedangkan yang bukan perokok sebesar 128,52±25,67 µM. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan kadar NO yang signifikan antara perokok berat dan bukan perokok (p=0,024). Sebagai kesimpulan, bahwa perokok berat lebih berisiko terhadap terjadinya kanker rongga mulut.

(49)

KANKER RONGGA MULUT PADA TUKANG BECAK

DI SEKITAR KAMPUS USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi

Oleh:

MISKATUL ADAWIYAH NIM : 130600012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(50)

Pencegahan /Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2017

Miskatul Adawiyah

Pengukuran Kadar Nitric oxide (NO) dalam Saliva Perokok Berat sebagai Potensi Terjadinya Kanker Rongga Mulut pada Tukang Becak di Sekitar Kampus USU.

x + 36 halaman

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kanker rongga mulut. Tembakau yang merupakan bahan dasar rokok dapat meningkatkan produksi NO yaitu gas radikal bebas yang dapat bereaksi dengan radikal lain akan membentuk nitrosamin berupa zat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar NO dalam saliva 10 orang perokok berat dan 10 orang bukan perokok serta perbedaan kadar NO pada perokok berat dan bukan perokok di sekitar Kampus USU. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain case control. Pengambilan saliva dilakukan dengan metode spitting sedangkan kadar

NO diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Analisis statistik dilakukan dengan uji t tidak berpasangan untuk melihat perbedaan kadar NO pada perokok berat dengan bukan perokok. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata kadar NO pada saliva perokok berat lebih tinggi yaitu 144,55±33,34 µM sedangkan yang bukan perokok sebesar 128,52±25,67 µM. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan kadar NO yang signifikan antara perokok berat dan bukan perokok (p=0,024). Sebagai kesimpulan, bahwa perokok berat lebih berisiko terhadap terjadinya kanker rongga mulut.

(51)
(52)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 31 Januari 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes

(53)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan segala kemudahan, petunjuk serta kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K) Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan /Kesehatan Gigi Masyarakat.

3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Darmayanti Siregar, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku dosen penguji skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Palit Lubis dan Ibunda Rahma Nasution atas segala kasih sayang, doa, dukungan, motivasi dan bantuan moril maupun materil yang senantiasa diberikan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(54)

8. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf dan pegawai di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat atas bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang senantiasa membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

10.Kakak dan abang penulis: Ainun, Enni, Yusniar, Asiah, Fatimah, Sukri, Ahyar dan ponakan tersayang juga sahabat-sahabat penulis Putri, Zili, drg Aida, kakak dan adik K-MUS, IC, Phandam, Liqo, Gajebo, dan seluruh teman-teman FKG USU angkatan 2013 yang memberikan motivasi dan doa kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat serta di kalangan masyarakat.

Medan, 31 Januari 2017 Penulis

(55)

2.5 Kadar Nitric oxide Sebagai Risiko Penyebab Kanker Rongga Mulut ... 13

2.6 Metode Pengukuran Kadar Nitric oxide ... 14

(56)

2.7 Kerangka Teori ... 16

3.6.2 Prosedur Penelitian Laboratorium Untuk Pemeriksaan Kon- sentrasi Nitric oxide dalam saliva ... 22

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 25

3.8 Prosedur Penelitian ... 26

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik responden penelitian ... 27

4.2 Data keadaan responden perokok berat berdasarkan kebiasaan merokok ... 27

4.3 Rata-rata kadar NO berdasarkan lama merokok pada responden perokok berat ... 28

4.4 Rerata kadar NO pada kelompok perokok berat dan bukan pe- rokok ... 28

(57)

Tabel Halaman

1 Karakteristik responden penelitian... 28 2 Data keadaan responden perokok berat berdasarkan kebisaan mero-

kok ... 28 3 Rata-rata kadar NO berdasarkan lama merokok pada responden pero-

kok berat ... 29 4 Rerata kadar NO pada kelompok perokok berat dan bukan perokok 29 5 Perbedaan kadar NO pada kelompok perokok berat dan kelompok

(58)

Gambar Halaman

1 Rokok Kretek ... 7

2 Tempat penyimpanan sampel ... 22

3 Sampel Penelitian ... 22

4 Pengambilan sampel sebanyak 1 ml ... 22

5 Dilakukan sentrifugasi pada sampel ... 23

6 Pengenceran sampel ... 23

7 Pemberian Reagen Nitric Oxide (NO) pada sampel penelitian di 96 Well Plate ... 24

(59)

Lampiran

1 Surat persetujuan komisi etik penelitian Ethical Clearance

2. Surat keterangan selesai penelitian dari Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian 4. Lembar persetujuan subjek penelitian

Gambar

Gambar 4. Pengambilan sampel sebanyak 1 ml
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel 3. Rata-Rata Kadar NO  Berdasarkan Lama  Merokok  pada  Responden  Pero                kok Berat (n=10)

Referensi

Dokumen terkait

The categories consisted of subject-verb agreement, parallel structure, comparative and superlative, the use of the verbs, the forms of the verbs, passive verbs,

Permasalahan penelitian yang menjadi fokus penelitian ini adalah; Pertama, Karakteristik budaya organisasi pada sekolah Islam berprestasi, Kedua, ragam nilai spiritual

Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai maksimum aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasi daerah fuzzy, dan

[r]

beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan jasa pelabuhan adalah: (a) Tingkat Pelayanan Pelabuhan antara lain: sikap petugas dalam melayani penumpang;

Kameswari., W.M., 20108, Dalam Skripsi dengan judul, “ Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Distribution Point (Kasus pada PT.Telkom Area Pelayanan

[r]

Berdasarkan pengujian terhadap 10 data di atas diketahui lebar jalan dan faktor koreksi memiliki nilai yang sama untuk jumlah kendaraan yang bervariasi hal ini dikarenakan