• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)
(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agrios G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Barnard, E. L. 1984. Occurrence, Impact, and Fungicidal Control of Girdling Stem Cankers Caused by Cylindrocladium scoparium on Eucalyptus Seedling in a South Florida Nursery.Plants Dissease. 68: 471-473.

Crous, P. W,; Philips, A,J.L.; and Wingfield, M.J. 1991. The genera Cylindrocladium and Cylindrocladiella in South Africa, with Special References to Forest Nurseries 73:69-85.

Departemen Kehutana cgiar.orgOriginally published on cgiar.org anoneCenter for International Forestry Research (CIFOR).

Direktorat Jenderal Kehutanan. 1980. Pedoman Pembuatan Hutan Tanaman. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan

Latifah, S. 2004. Pertanaman dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman Industri

Leahy, Robert M. 1994.Cylindrocladium Root and Crown of Roses. Contribution no 690, Bureau of Entomology, Nematologi, Plant Patology – Plant Patologi Section.

Nair, K. S. S. 2000. Insects Pest Diseases in Indonesian Forest an Assesessment of the Major Threats, Research Efforte and Literature. Center for international Forestry Research (CIFOR). Bogor.

Old, M.K, Wingfield, J.M and Z.Q. Yuan. 2003. A Manual of Diseases of Eucalyptus in South- East Asia. Center for International Forestry Research (CIFOR). Bogor.

Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta

Sembiring, K. A. 2009. Karakteristik Patogen Penyebab Penyakit Hawar Daun Pada Daun Bibit Tanaman Eucalyptus spp. Di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Skripsi Medan.

(4)

Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Skripsi. http://www.repository.usu.ac.id [28 Mei 2016]

Silalahi, N.R. 2008.Inventarisasi Fungi Patogen pada Daun Bibit Tanaman Eucalyptus spp. (Studi Kasus Di Pembibitan PT.Toba Pulp Lestari Porsea Sumatera Utara). Departemen Ilmu Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan.

Sinaga, S. N. 2003. Ilmu Penyakit Hutan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wingfield, M. J. 2006. Survey of Plantation Diseases in the Kerinci and Lake Toba Areas Belonging, to the April Group. A Report for PT. Riau Andalan Pulp Paper & PT. Toba Pulp Lestari. Forestry And Agricultural Biotecnology Institute(FABI). University of Pretoria. Pretoria. Republic of South Africa.

Wingfield, M. J. 2008. Survey of Plantation Diseases in the Kerinci and Lake Toba Areas Belonging, to the April Group. A Report for PT. Riau Andalan Pulp Paper & PT. Toba Pulp Lestari. Forestry And Agricultural Biotecnology Institute(FABI). University of Pretoria. Pretoria. Republic of South Africa.

Yunasfi, 2007. Permasalahan Hama, Penyakit dan Gulma Dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri dan Usaha Pengendaliannya. USU Repository. Medan.

(5)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Toba Pulp Lestari dan di Laboratorium

Bioteknologi Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan yang dimulai pada bulan Juli 2015- Februari 2016.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah gunting, cawan petri,

timbangan analitik, selotip, autoklaf, pembakar bunsen, laminar air flow, spatula,

erlenmeyer, hand sprayer, microskop, kompor gas, kaca preparat, kaca object,

kamera digital, kalkulator, sungkup plastic, kain kasa dan corong.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit tanaman

Eukaliptus bebas penyakit umur 2 bulan, daun eukaliptus yang berpenyakit,

alkohol 70 %, akuades, spritus, kapas, PDA (Potatoe Dextrose Agar), tanah top

soil, aluminium foil, polybag, dan kertas lebel.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tiga klon hibrid turunanE.grandis x

E.urophylla di lokasi pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Porsea. Yang

diamati yaitu luas serangan dan intensitas serangan penyakit pada daun hibrid

(6)

Tahapan prosedur penelitian ini adalah:

a. Pengambilan Sampel tanaman yang sakit dan yang sehat

Tanaman ekaliptus yang sakit atau yang bergejala digunakan sebagai bahan

isolasi untuk mencari patogen Cylindrocladium sp. Bagian tanaman yang

digunakan adalah daun yang bergejala penyakit Cylindrocladium. Bibit tanaman

ekaliptus yang digunakan sebagai sampel untuk uji infeksi merupakan ekaliptus

hasil persilangan antara E. urophylla dengan E. grandis. Banyak bibit jenis yang

digunakan sebanyak tiga klon yakni klon IND 68, IND 70 dan IND 73.

Masing-masing klon sebanyak sepuluh ulangan. Umur tiap bibit seragam yakni dua bulan.

Sampel daun berpenyakit dan bibit tanaman sehat diperoleh dari lokasi

pembibitan PT. Toba Pulp Lestari central, kecamatan Parmaksian. Bibit

dipindahkan dalam polybag dan diinkubasi selama seminggu.

b. Isolasi patogen

Sampel daun yang berpenyakit atau yang bergejala dibersikan diair mengalir

serta menggunakan alkohol 70%, setelah dibersikan diambil menggunakan pinset

dan dikering anginkan lalu dipotong dengan ukuran 1x1 cm dilakukan di LAF.

Kemudian diisolasikan ke dalam cawan petri dengan menggunakan media PDA

(Potatoe Dextrose Agar). Setelah 1-3 hari dilakukan pengisolasian kembali untuk

memperoleh biakan murni. Setelah mendapatkan biakan yang murni maka

patogen tersebut dibiakan selama 14 hari dan dilakukan identifikasi fungi dengan

menggunakan mikroskop.

c. Identifikasi Cylindrocladium

Jamur yang telah berumur 14 hari diambil dengan cara dipotong dan diambil

(7)

kaca preparat dan ditutupi dengan kacaobjek lalu dimasukkan dalam kotak tray.

Setelah 4 hari dapat diamati dibawah mikroskop. Pengamatan dilakuan di bawah

mikroskop dengan pembesaran 40kali untuk mengidentifikasi Cylindrocladiumsp.

Hasil pengamatan lalu difoto untuk identifikasi jamur Cylindrocladium

sp.Identifikasi dilakukan berdasarkan ciri mikroskopis dan makroskopis

Cylindrocladium sesuai buku A Manual of Diseases of Eucalypts in South-East

AsiaCenter for International Forestry Research (Old et al.,2003).Apabila

Cylindrocladiumsp ditemukan selanjutnya dilakukan perbanyakan isolasi

Cylindrocladium sp.

d. Pembuatan inokulum

Biakan yang digunakan untuk inokulasi adalah biakan yang telah murni dan

berumur 14 hari. Penyiapan inokulum dilakukan dengan menuangkan akuades ke

dalam cawan petri sebanyak 10 ml. Bagian atas biakanyang telah dimurnikan

dikikis menggunakan pengait tanpa mengenai media. Setelah semua bagian

permukaan terkikis, lalu disaring dengan menggunakan kain kasa.Penyaringan

dilakukan sebanyak 30 kali sesuai dengan jumlah sampeltanaman.Hasil saringan

kemudian disimpan dalam tabung reaksi dan diberi label.

e. Pelaksanaan inokulasi

Inokulasi dapat dilaksanakan setelah inoculum diperoleh dan inkubasi

tanaman sampel selama satu minggu dilakukan. Inokulasi dilakukan dengan

metode penyemprotan inokulan ke tanaman. Inokulasi dilakukan menggunakan

hand sprayer. Setiap tanaman disemprotkan sebanyak 10 ml inokulan dengan

kerapatan spora 343.75 spora per media (campuran 10 ml akuades dengan spora

(8)

jam. Keesokan harinya sungkup dibuka dan dimulai pengamatan gejala yang

muncul pada daun tanaman. Pengamatan dilakukan setiap hari selama enam

minggu pengamatan.

f. Pengamatan

Dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan dan luas serangan

Cylindrocladium sp. terhadap tanaman Eucalyptus spp. Agrios (1996)

mengungkapkan intensitas serangan/keparahan penyakit (KpP) didefinisikan

sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang patogen dari total

luasan yang diamati. Luas serangan/keterjadian penyakit (KjP) merupakan

persentase jumlah tanaman yang terserang patogen (n) dari total tanaman yang

diamati (N).

g. Uji Postulat Koch dengan reisolasi daun yang telah menunjukkan gejala

serangan yang diduga akibat infeksi Cylindrocladium sp. yang diinfeksi.

Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati adalah:

1. Intensitas Serangan

Data intensitas serangan di rumah kaca diperoleh dengan cara pengamatan

setiap hari. Pengamatan meliputi perubahan yang muncul pada permukaan daun.

Untuk data intensitas serangan, pengamatan dilakukan terhadap lima tangkai daun

teratas. Menurut Sinaga (2003), bahwa intensitas serangan dapat diamati

berdasarkan tingkat kerusakan, yang ditentukan dengan rumus:

I = � (���)

��� x 100% Keterangan:

(9)

n = Jumlah daun dari setiap kategori serangan

v = Nilai skala dari tiap kategori serangan tertinggi

Z = Harga numerik dari kategori serangan tertinggi

N = Jumlah daun tanaman.

Untuk menentukan skala dari tiap kategori serangan ditentukan dengan

mengetahui kedudukan kerapatan bercak pada daun yang dapat diamati secara

makroskopik, yaitu:

Skala 0 : tidak ada bercak pada daun

Skala 1 : terdapat bercak daun 1/16 bagian

Skala 2 : terdapat bercak daun 1/8 bagian

Skala 3 : terdapat bercak daun 1/4 bagian

Skala 4 : terdapat bercak daun 1/2 bagian

Skala 5 : terdapat bercak pada seluruh bagian permukaan daun.

Tabel 1. Penilaian Tingkat Intensitas Serangan Penyakit dan Reaksi Tanaman Berdasarkan Intensitas Serangan

Intensitas serangan (%) Skor Reaksi tanaman

0 0 Imun (I)

Luas serangan ditentukan dengan cara menghitung jumlah tanaman yang

terserang kemudian membaginya dengan jumlah tanaman keseluruhan yang

diamati. Menurut Sinaga (2003), kedudukan luasan serangan penyakit ditentukan

(10)

A =

x 100 %

Keterangan:

A = Luasan serangan

n = Jumlah tanaman yang terserang spesies penyakit ke-i

N = Jumlah seluruh tanaman yang diamati.

Analisis Data

Pengujian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial, yaitu

melakukan pengamatan pengaruh pemberian patogen Cylindrocladium sp. pada 3

klon tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla. Setiap perlakuan

diulang sebanyak 10 kali, sehingga diperoleh 30 satuan percobaan.

Yij = μ + ԏi +Σij Keterangan:

Yij = nilai pengamatan pada pemberian patogen pada jenis tanaman ke-i dan

pada ulangan ke-j

μ = rata-rata umum

ԏi = pengaruh akibat infeksi Cylindrocladium tanaman ke-i

Σij = pengaruh acak (galad) percobaan pemberian patogen pada jenis

Tanaman ke-i serta pada ulangan ke-j

Rancangan percobaan penilitian ini adalah sebagai berikut:

I. Klon : E. grandis x E. urophylla sebanyak tiga klon

II. Ulangan : 10 ulangan.

Jika hasil sidik ragam berbeda nyata maka analisi dilanjutkan dengan

menggunakan rancangan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Uji lanjutan

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi dan Pemurnian Cylindrocladium sp.

Isolasi daun yang terserang penyakit dilakukan di laboratorium

nurserycentral PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Hasil isolasi diperoleh berupa biakan

murni Cylindrocladium sp. Tampilan macroskopis Cylindrocladium sp. dapat

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil isolasi biakan murni Cylindrocladium umur tujuh hari pada media PDA di Laboratorium Central PT. Toba Pulp Lestari Tbk.

Biakan murni fungi Cylindrocladium sp. berwarna putih kecoklatan dan

penyebaranya merata ke segala arah (Gambar 1). Ciri-ciri biakan murni ini sesuai

dengan ciri-ciri makroskopis fungi Cylindrocladium sp. yang dikemukakan oleh

Sembiring (2009) bahwa Cylindrocladium sp. berwarna coklat muda pada hari

ke-3 dan akan berubah warna menjadi coklat tua setelah hari ke-14.

Selain pengamatan secara makroskopis dilakukan juga pengamatan secara

mikroskopis terhadap biakan murni dengan cara mengamati bentuk konidiospora,

percabangan konidiospora serta klamidospora biakan murni pada kaca preparat.

Pengamatan dilakukan dengan membandingkan visual biakan murni di bawah

(12)

Diseases of Eucalyptus in South-East Asia. Hasil identifikasi disajikan pada Tabel

dibawah..

Tabel 2. Hasil Identifikasi Karakteristik Mikroskopis Cylindrocladium sp. di PT. Toba Pulp Lestari Tbk.

No Keterangan Karakteristik Mikroskopis

Biakan Murni

Karakteristik Mikroskopis Cylindrocladium

1 Konidiospora

2 Percabangan Konidiospora

3 Klamidiospora

Identifikasi fungi dilakukan dengan mengamati bentuk konidiospora,

(13)

seusai dengan pernyataan Zumpetta (1976); dan Hunter and Burnet (1978) yang

menyatakan bahwa kriteria utama dalam identifikasi spesies Cylindrocladium dan

Cylindrocladiella adalah berdasarkan dimensi konidial, bentuk dan ukuran

vesikel, karakteristik stipe, phialides, pola percabangan dan dimensi percabangan

tunggal. Dengan membandingkan karakteristik antara biakan murni dengan

karakteristik C. reteaudii (Old et al., 2003), maka biakan murni yang diperoleh

merupakan biakan murni jamur Cylindrocladium sp.

Gejala Penyakit Cylindrocladium sp. Pada Tanaman Eukaliptus

Dalam penelitian (Crous, et al., 1991) mengatakan bahwa

Cylindrocladium sp merupakan patogen penting Eukaliptus, Akasia dan Pinus.

Juga dikatakan bahwa Cylindrocladium menyebabkan gejala penyakit yang

berbeda. Gejala yang diakibatkan oleh patogen ini meliputi mati pucuk, bercak

daun, kanker batang, dan busuk akar. Gejala ini merupakan penyakit yang banyak

ditemukan pada lokasi pembibitan.

Berdasarkan hasil evaluasi Wingfield (2008) dalam laporannya yang

berjudul Evaluation of Nursery and Tree Health Problems In April Group

Plantation In Kerinci and Lake Toba bahwa Gejala serangan dari infeksi patogen

Cylindrocladium spp., berupa gagalnya pucuk tanaman untuk menumbuhkan akar,

batang tampak menghitam (biasanya hifa berwarna putih terlihat pada sekeliling

batang), serta daun biasanya gosong, layu maupun rontok (Gambar 2). Hal ini

(14)

Gambar 2.Serangan Cylindrocladium sp. pada anakan eukaliptus di lokasi pembibitan central PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.

Serangan Cylindrocladium sp. dilapangan umumnya terlihat pada tahap

perbanyakan bibit. Metode perbanyakan bibit PT. Toba Pulp Lestari

menggunakan metode stek pucuk (cutting) yang diambil dari mother plant hasil

persilangan dua jenis eukaliptus yang berbeda. Metode perbanyakan ini memiliki

resiko serangan yang tinggi. Luka bekas pemotongan pada pucuk tanaman

menyebabkan jamur maupun patogen dapat dengan mudah dalam penetrasi

kedalam jaringan tanaman yaitu melalui stomata. Jika Cylindrocladium sp. telah

menginfeksi jaringan tanaman dari luka pemotongan, maka gejala serangan akan

terlihat.

Tabel 3. Variasi Gejala Serangan Penyakit Cylindrocladium sp.

No Klon Masa Inkubasi Variasi Gejala

1 IND 68 1-18 Hari

Timbulnya bercak kekuningan pada daun dan semakin berkembang.

2 IND 70 1-12 Hari

Timbulnya bercak kekuningan pada daun dan

semakin berkembang. Daun seperti layu.

3 IND 73 1-14 Hari

Timbulnya bercak kekuningan pada daun dan

(15)

Teori patogen menyatakan bahwa infeksi suatu patogen akan

menimbulkan reaksi atau gejala yang berbeda pada tanaman yang berbeda. Hasil

pengamatan dirumah kaca, Gejala awal yang ditunjukkan oleh serangan

Cylindrocladium sp. pada IND 68, IND 70, dan IND 73 adalah adanya bintik

kekuningan pada daun. Munculnya gejala awal lumayan cepat, yakni dua minggu

setelah penyemprotan inokulum. Perbedaan kecepatan atau lama waktu

terserangnya masing-masing klon menunjukkan adanya variasi gejala yang

timbul. Kemampuan setiap klon tidak sama dalam hal interaksi antara tanaman

dan penyakit yang diinfeksikan. Klon 70 menunjukkan gejala serangan yang lebih

cepat dibandingkan dengan dua klon yang lain, meskipun demikian ketiga klon ini

merupakan jenis yang resisten terhadap serangan penyakit Cylindrocladium sp.

Hal ini menunjukkan bahwa pada tanaman jenis yang sama (tetapi jenis klon yang

berbeda), gejala yang muncul adalah sama dan temuan ini berbeda dengan teori

patogen. Hal ini diasumsikan karena ketiga klon berasal dari mother plant yang

sama dan berasal dari persilangan jenis yang sama.

Perkembangan Gejala Serangan Cylindrocladium sp. Pada Daun

Bibit Eukaliptus yang digunakan untuk uji infeksi Cylindrocladium sp.

adalah bibit berumur 2 bulan hasil persilangan antara E. grandisx E. urophylla

sebanyak 3 klon yaitu IND 68, IND 70 dan IND 73 dengan sepuluh ulangan

untuk masing-masing klonnya.

Pengamatan dilakukan selama enam minggu dengan selang enam kali

pengamatan. Gejala yang ditunjukkan oleh serangan Cylindrocladium sp. pada

(16)

Munculnya gejala awal cukup lama yakni tiga minggu setelah penyemprotan

inokulum.

Gambar 3.Karakteristik tahapan perkembangan gejala penyakit akibat infeksi Cylindrocladium sp pada klon IND 68.( A. Gejala Awal, B dan C. Perkembangan Gejala) di PT. Toba Pulp Lestari Tbk.

Gejala awal yang muncul pada Klon IND 70 tampak pada minggu ke dua

setelah penyemprotan inokulum. Gejala awal penyakit ditandai dengan munculnya

bintik kekuningan pada daun (Gambar 4). Sama halnya dengan gejala yang

tampak pada IND 68 tetapi dengan perbedaan percepatan perkembangan gejala.

Gambar 4.Karakteristik tahapan perkembangan gejala penyakit akibat infeksi Cylindrocladium sp pada klon IND 70.( A. Gejala Awal, B dan C. Perkembangan Gejala) di PT. Toba Pulp Lestari Tbk.

Pada klon IND 73, gejala serangan tampak pada minggu ke dua setelah

penyemprotan inokulum. Gejala awal penyakit ditandai dengan munculnya bintik

kekuningan pada daun (Gambar 5). Sama halnya dengan gejala yang tampak pada

IND 68 dan IND 70. Namun dengan perbedaan percepatan perkembangan gejala.

A

B

C

(17)

Gambar 5.Karakteristik tahapan perkembangan gejala penyakit akibat infeksi Cylindrocladium sp pada klon IND 73.( A. Gejala Awal, B dan C. Perkembangan Gejala) di PT. Toba Pulp Lestari Tbk.

Dalam penelitian ini, gejala yang ditimbulkan akibat serangan penyakit

Cylindrocladium sp. sama terhadap ketiga klon (IND 68, IND 70, IND 73) yaitu

gejala serangan awal yang terlihat di tandai dengan munculnya bintik kekuningan

pada daun. Terkadang bercak juga terlihat seperti kekurangan unsur hara

(nekrosis). Hal ini sesuai dengan pernyataan Old et al. (2003) yang mengatakan

bahwa gejala awal dari penyakit ini ditandai dengan adanya bintik berwarna

kekuningan dan bersifat basah pada daun muda. Bintik tersebut berkembang

menjadi bercak nekrotik yang besar.

Gejala akhir menyebabkan kematian jaringan pada daun. Pada tahap gejala

lanjutan atau serangan yang parah, bercak nekrotik akan menutupi seluruh

permukaan daun dan akan mematikan pada ujung tunas muda. Gejala inilah yang

disebut sebagai hawar daun berupa seluruh atau sebagian permukaan daun akan

kehilangan kemampuan untuk berfotosintesis. Biasanya daun terlihat gosong

berwarna coklat kekuningan pada sebagian atau seluruh permukaan daun.

Metode inokulasi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode

semprot. Inokulasi dilakukan agar Cylindrocladium berpenetrasi pada permukaan

daun melalui lubang permukaan daun (stomata). Penyemprotan inokulum

(18)

Cylindrocladium sp. menunjukkan adanya interaksi antara tanaman dengan

inokulum dengan munculnya gejala penyakit melalui perubahan warna pada

pemukaaan daun. Gejala penyakit ini ditunjukkan dengan adanya bintik

kekuningan pada daun. Gejala ini muncul pada ketiga klon hibrid. Perubahan

tersebut menunjukkan adanya interaksi antara patogen, inang, dan lingkungan.

Penetrasi akan lebih cepat pada kondisi lingkungan dengan kelembaban dan suhu

yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataanYunasfi (2007) tentang korelasi

antara kondisi lingkungan tempat tumbuh dengan perkembangan jamur pada

tanaman.

Pada kondisi seperti ini fungi akan cepat berkembang karena kondisi

lingkungan yang optimum. Untuk menciptakan kondisi lingkungan seperti ini,

maka dipasang sungkup setelah inokulasi. Sungkup dipasang selama satu hari

penuh (1 x 24 jam). Hasil inokulasi Cylindrocladium sp. terhadap daun tanaman

E. grandis x E. urophylla umur dua bulan selama enam minggu (per tujuh hari)

adalah bercak nekrosis pada daun. Namun gejala yang muncul setelah inokulasi

dilakukan cukup cepat. Gejala mulai muncul setelah minggu ke II dan ke III

sehingga menunjukkan adanya perbedaan variasi serangan dari segi percepatan

perkembangan gejala penyakit yang muncul pada daun tanaman.

Kondisi ini berkaitan erat antara sifat genetik tanaman, virulensi patogen

dan kondisi lingkungan. Pernyataan Yunasfi (2007) mengenai berhasil tidaknya

infeksi bergantung pada tiga hal yaitu, sifat genetik tanaman, virulensi patogen,

dan kondisi lingkungan tempat tumbuh. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan

Old et al. (2003) bahwa patogen ini akan berkembang apabila cuaca dalam

(19)

penyiraman yang berlebihan. Patogen ini banyak menyerang tanaman pembibitan

pada daun muda sampai daun tua yang dapat mengakibatkan daun tidak bias

berfotosintesis.

Intensitas Serangan (IS)

Pengukuran intensitas serangan dilakukan dengan metode scoring pada

lima daun teratas tiap ulangan percobaan. Daun yang diamati diberi tanda dan

disesuaikan dengan nilai skor (0-5) (Sinaga, 2003). Hasil skor tersebut kemudian

ditransformasikan kedalam formula nilai intensitas serangan. Hasil transformasi

data kemudian dirata-ratakan kedalam data per tujuh hari. Nilai rata-rata intensitas

serangan (IS) (dalam %) tiap minggu dapat disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Intensitas Serangan Pengamatan I - IV

No Klon Intensitas Serangan (IS) (%)

I II III IV V VI

1 IND 68 0 0a 12.909 14.977 13.077 12.086 2 IND 70 0 12.177b 17.980 16.980 15.806 14.155

3 IND 73 0 0.909a 13.039 14.376 13.913 13.614 Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama berbeda

nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata.

Intensitas serangan lebih dominan meningkat terjadi pada klon IND 73,

pada minggu kedua sudah terdapat gejala serangan dan terjadi peningkatan hingga

minggu ke empat dengan peningkatan yang cukup tinggi, namun terjadi

penurunan intensitas serangan pada minggu ke lima hingga minggu ke enam.

Sama hal nya dengan intensitas serangan yang terjadi pada klon IND 70. Pada

minggu kedua sudah terlihat gejala serangan dan terjadi peningkatan hingga

minggu ke tiga dengan laju peningkatan yang cukup tinggi dan terjadi penurunan

intensitas serangan mulai minggu ke empat hingga minggu ke enam . Berbeda

(20)

peningkatan hingga minggu ke empat dan terjadi penurunan intensitas serangan

mulai minggu ke lima hingga minggu ke enam. Dapat dilihat dari grafik bahwa

ketiga klon memiliki ketahanan dan karakter yang berbeda, hal ini menunjukkan

bahwa perbedaan sifat setiap tanaman walaupun berasal dari genus yang sama.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Habeshaw (1984) dalam dalam Sondang (2009)

yang menyatakan walaupun inokulum diberikan pada waktu yang sama ke semua

tanaman tetapi ketahanan tanaman tersebut berbeda-beda. Ketiga klon (IND 68,

IND 70, IND 73) mengalami penurunan intensitas serangan disebabkan karena

patogen penyakit Cylindrocladium sp. tidak intens lagi menyerang tanaman,

selain itu laju pertumbuhan daun tiap minggunya juga mengurangi tingkat

intensitas serangan karena produksi senyawa antimikroba (senyawa fenol) pada

(21)

Gambar 6. Grafik Rata-rata Intensitas Serangan Pengamatan I - IV

Nilai intensitas serangan Cylindrocladium sp. pada ketiga klon hibrid E.

grandis x E. urophylla tidak melebihi 25%. Menurut Sinaga (2003) nilai intensitas

antara 0-25% dikategorikan resisten, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga klon

hibrid diatas resisten terhadap penyakit Cylindrocladium sp.

Pengujian DMRT dilakukan sejak pengamatan II hingga pengamatan VI.

Hal ini dilakukan karena pada pengamatan II mulai tampak perbedaan nyata dari

hasil analisis data (Tabel 3). Hasil uji lanjut DMRT pada pengamatan II

memperlihatkan bahwa klon IND 70 menunjukkan respon yang berbeda nyata

terhadap serangan Cylindrocladium, namun tidak berbeda nyata dibandingkan

dengan klon IND 68 dan IND 73. Pengamatan III hingga pengamatan VI tidak

(22)

perbedaan nyata dari hasil analisis data maka uji lanjutan DMRT tidak perlu untuk

dilakukan pada pengamatan III dan pengamatan VI.

Luas Serangan (A)

Luas Serangan ditentukan dengan cara menghitung jumlah tanaman yang

terserang kemudian membaginya dengan jumlah keseluruhan tiap tanaman yang

diamati. Data pengamatan luas serangan juga ditransformasikan kedalam formula

nilai luas serangan. Pengamatan dilakukan setiap minggu sehingga diperoleh

enam data mingguan hasil perhitungan.

Tabel 5. Luas Serangan Pengamatan I - IV

No Klon Luas Serangan (A) (%)

I II III IV V VI

1 IND 68 0 0 90 100 100 100

2 IND 70 0 90 100 100 100 100

3 IND 73 0 20 90 100 100 100

Luas serangan pada ketiga klon menunjukkan kemampuan fungi dalam

menyerang. Klon IND 70 juga lebih mendominasi terserang penyakit

Cylindrocladium sp. karena telah mulai menunjukkan gejala penyakit pada

minggu kedua yaitu 90% dari jumlah tanaman yang diamati dan terjadi

peningkatan hingga minggu ke enam sampai seluruh tanaman yang diamati

terserang 100%. Pada klon IND 73 gejala serangan juga mulai terlihat pada

minggu kedua yaitu 20 % dari jumlah tanaman yang diamati dan terjadi

peningkatan luas serangan hingga 90% dari jumlah tanaman yang diamati pada

minggu ke tiga sampai akhirnya seluruh tanaman yang diamati terserang 100%

hingga minggu ke enam. Berbeda dengan klon IND 68 yang mulai terserang pada

minggu ke tiga yaitu 90% dari jumlah tanaman yang diamati. Pada minggu ke

(23)

100%. Hal ini menjelaskan bahwa masa inkubasi Cylindrocladium sp. pada klon

IND 70 dan IND 73 lebih cepat dibandingkan klon IND 68.

Gambar 7. Grafik Luas Serangan pengamatan I – IV

Ketiga klon ini mengalami peningkatan luas serangan mulai dari minggu

ke dua hingga seluruh tanaman yang diamati terserang 100% sampai minggu ke

enam. Persentase Luas Serangan dapat disebabkan tiga faktor yang saling

mempengaruhi perkembangan penyakit. Luas serangan pada tiap klon

berbeda-beda dapat dilihat dari luas serangan pada minggu ke dua dan ke tiga, setiap klon

memiliki karakter yang berbeda hal ini sesuai dengan pernyataan oleh fry (1982)

yang menyatakan setiap tanaman yang telah diinfeksi memiliki ketahanan yang

(24)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Gejala awal yang diakibatkan oleh infeksi penyakit Cylindrocladium sp.

pada daun E. grandis x E. urophylla adalah hawar daun. Gejala diawali

dengan bintik kekuningan lalu akan melebar (nekrotik) pada seluruh

permukaan daun. Infeksi penyakit Cylindrocladium sp. pada ketiga klon

(IND 68, IND 70 dan IND 73) menimbulkan gejala yang sama yakni

bintik kekuningan.

2. Ketiga klon yang diuji termasuk ke dalam kategori resisten (R) jika dinilai

berdasarkan penilaiaan tingkat intensitas serangan dan luas serangan

penyakit dan reaksi tanaman.

3. Ketiga klon ini mengalami variasi serangan yang berbeda yang

diakibatkan oleh penyakit Cylindrocladium sp dilihat dari masa inkubasi,

perubahan warna daun, dan perubahan bentuk daun.

Saran

Pengujian terhadap klon lain penting dilakukan hingga nilai

resisten tiap klon tanaman dapat diketahui sehingga dapat dijadikan

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Eukaliptus sp

Klasifikasi ilmiah (Scientific Classification) dari tanaman eukaliptus

adalah sebagai berikut, kingdom Plantae, divisi Angiosperms, subdivisi Eudicots,

ordo Myrtales, famili Myrtaceae. Tanaman eukaliptus terdiri dari kurang lebih

700 jenis dan yang dapat dimanfaatkan menjadi pulp sekitar 40% dari keseluruhan

tanaman ini (Departemen Kehutanan, 1994).

Syarat Tumbuh Eucalyptus spp.

Eukaliptus biasanya menyukai daerah iklim bermusim (daerah arid) dan

daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis sebagai tempat hidupnya.

Eukaliptus dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-berbatu, lembab,

berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai

dari tanah-tanah kurus gersang sampai pada tanah yang baik dan subur. Eukaliptus

dapat tumbuh didaerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari

dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai

bagi pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20°-32°C

(Dirjen Kehutanan, 1980).

Penyebaran dan Morfologi Eukaliptus

Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace, mulai

dari 7°’ LU sampai 43°39’ LS meliputi Australia, New Britania, Papua dan

Tazmania.Beberapa sppesies juga ditemukan di Kepulauan Indonesia yaitu Irian

Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor-Timur. Genus Eukaliptus terdiri

atas 500 spesies yang kebanyakan endemik Australia. Hanya ada dua spesies yang

(26)

yaitu Eucalyptus urrophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa spesies menyebar

di Australia bagian Utara menuju bagian Timur. Spesies ini banyak tersebar di

daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Barat Daya. Pada

saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di

benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan dan

Amerika Tengah (Latifah, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Silalahi (2008) yang telah dilakukan

sebelumnya di lokasi pembibitan Toba Pulp Lestari Porsea, diperoleh fungi

patogen penyakit tanaman dengan mengamati ciri makroskopik dan

mikroskopiknya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima spesies fungi yaitu

Cylindrocladium reteaudii, Mycosphaerella sp., Cryptosporiopsis sp. dan ada dua

spesies dari Phaeophleospora sp. Berdasarkan pengamatan gejala penyakit

tanaman pada pembibitan ditemukan tiga jenis gejala yaitu hawar daun, black

mildow, dan bercak daun.

Cylindrocaladiumsp

Fungi ini khususnya menyerang tanaman muda Eukaliptus. Serangan fungi

ini menyebabkan penyakit Cylindrocladium foliar spot dan foliar blight, yang

menyebabkan penyakit pada bagian akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun

dan bercak daun. Penyebaran penyakit dengan konidia dalam jumlah yang besar

terjadi di atas permukaan daun. Banyak variasi gejala yang ditimbulkan oleh

serangan jamur ini. Daun yang terinfeksi oleh jamur ini akan berkembang menjadi

bintik dan bisul. Selama hujan lebat, spora- spora terpercik ke udara dan

menempel pada daun dan pohon- pohon lain. Cylindrocladium sp dapat hidup

(27)

propagulnya. Penularan biasanya mulai dari daun cabang bawah menyebar sampai

ke mahkota. Serangan penyakit yang disebabkan oleh Cylindrocladium sp. banyak

ditemukan pada persemaian dan bagian batang pohon (Old, et al., 2003).

Menurut Barnard (1984) Cylindrocladium scoparium menyebabkan

kerugian semai eukaliptus yang sangat besar pada pembibitan ekaliptus di Florida

Selatan yang menyebabkan penyakit pada bagian bawah batang Eucalyptus

grandis dan E. robusta. Infeksi secara nyata di mulai didaun dan berkembang

melalui tangkai daun hingga bagian batang. Penyakit semakin berkembang karena

kondisi lingkungan nursery, termasuk penyiraman yang berlebihan, temperature

dan kelembaban yang tinggi dan berkurangnya aerasi yang disebabkan rapatnya

jarak antar bibit. Semai dengan batang yang telah mulai terinfeksi sulit diketahui

setelah dipindahkan dari bagian persmaian dan ditanam di lapangan. Semai

dengan batang yang terluka umumnya sulit dikatahui, walaupun beberapa gejala

disebabkan infeksi dari bawah setelah penanaman di lapangan.Oleh sebab itu

perlu dilakukan uji infeksi Cylindrocladium sp pada klon hibrid tanaman

Eukaliptus.

Gejala penyakit akar Cylindrocladium (Cylindrocladium root disease) dan

busuk tajuk biasanya terdiri dari busuk akar, nekrotik pada daun dan busuk

batang, dan layu daun (klorosis). Daun tidak selalu menjadi klorosis pada tahap

awal penyakit ini. Meski pada akhirnya daun akan mati pucuk, abscise, dan

Cylindrocladium sp. mungkin akan mulai melakukan sporulasi pada bagian daun

yang nekrosis dan batang yang lunak. Cylindrocladium sp. menyerang bagian

tanaman yang tidak ditutup maupun yang ditutup setelah pemotongan. Penyakit

(28)

Sangat sulit untuk dapat mengendalikannya terlebih dalam rumah kaca atau

melalui operasi pelaksanaan pembibitan. Patogen ini mungkin berada dalam tanah

yang telah terkontaminasi tanah bekas tanaman sebelumnya, material tanaman,

atau pada tangan, pakaian atau peralatan penanaman. Fungi inokulum berasosiasi

dengan penyakit-penyakit karena pemotongan, daun kotor, dan sisa tanaman juga

meyebabkan ancaman infeksi sekunder dan menyebarkan penyakit (Leahy 1994).

Beberapa tipe struktur patogen tidak harus selalu ada pada tanaman yang

sakit karena pembentukannya berdasarkan kondisi lingkungan. Kebanyakan tanda

penyakit dapat dilihat dan dibedakan dengan bantuan mikroskop. Misalnya

penyebab berupa miselia, spora, tubuh buah fungi, sel atau lender bakteri, tubuh

karena penggumpalan hifa fungi (sklerotial bodies),nematode dengan berbagai

fase telur, juvenile dan imago serta berbagai bagian tumbuhan parasite

(29)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini, percepatan pembangunan hutan tanaman oleh industri maupun

masyarakat dan industri pulp merupakan salah satu prioritas sektor kehutanan

karena diharapkan dapat menjadi salah satu tulang punggung tumbuhnya

perekonomian Indonesia. Namun memperhatikan kondisi dan tingkat degradasi

hutan alam yang sampai saat ini masih menjadi tumpuan penyediaan bahan baku

industri kayu, penerapan prinsip dan persyaratan dalam pembangunan hutan

tanaman, khususnya untuk produksi kayu pulp, perlu direncanakan serta

dikendalikan dengan cermat dan penuh tanggung jawab sehingga tidak

menimbulkan dampak negatif secara ekonomi, sosial maupun lingkungan, tanpa

menghambat kebijakan pengembangan hutan tanaman industri

(Departemen Kehutanan, 2006).

Tanaman Eukaliptus bersasal dari Australia dengan kondisi habitatnya

tandus (arid). Menurut Old, et al. (2003), tanaman Eukaliptus mempunyai laju

pertumbuhan yang cepat, bahkan di tapak yang kritis tanaman dapat tumbuh.

Tanaman Eukaliptus (Myrtaceae) telah banyak ditanam di beberapa negara tropis,

pada lahan yang luas. Spesies-spesies lain yang telah dicoba penanaman dalam

skala kecil, seperti E. camadulensis, E. grandis, E. pelita, E. tereticornis, dan E.

torreliana. Penanaman Eukaliptus paling banyak dilakukan di Sumatera (Aceh,

Sumatera Utara, Jambi) dan Kalimantan (Nair, 2000).

Pembangunan HTI umumnya dilaksanakan secara monokultur dalam skala

(30)

yang pada akhirnya dapat terjadi blooming hama dan penyakit pada tanaman, hal

ini sesuai dengan pernyataan Semangun (2001) yang menyatakan bahwa

pertanaman yang seragam sangat rawan terhadap tanaman karena lebih mudah

terserang penyakit, hama dan gangguan cuaca. Selain tersusun atas tegakan yang

bersifat monokultur, tanaman HTI juga kebanyakan berusia sama. Hal ini dapat

berdampak pada bermunculannya hama dan penyakit yang disebabkan oleh

ketersediaan makanan maupun inang yang cukup banyak sehingga hama dan

penyakit pada tanaman akan dapat berkembang dengan cepat. Keadaan ini

menyebabkan resiko terserang penyakit semakin besar, hutan HTI yang semakin

banyak di usahakan akan semakin besar resiko terserang penyakit. Penyakit yang

dapat menyerang di areal persemaian adalah penyakit daun.

Mengacu pada hasil penelitian Silalahi (2008) yang dilakukan dilokasi

pembibitan PT Toba Pulp Lestari Tbk, terdapat beberapa jenis patogen berupa

fungi. Jenis patogen yang ditemukan tersebut adalah Cylindrocladium reteaudii,

Mycospharella sp, Cryptosporiopsis sp,dan dua spesies dari Phaeophleospora sp.

Sedangkan berdasarkan pengamatan gejala penyakit tanaman pada pembibtan

ditemukan tiga jenis penyakit yaitu Hawar Daun , Black Mildow, dan Bercak

Daun.

Infeksi akan menyebabkan terganggunya sistem metabolism tanaman di

daun hingga mempengaruhi fotosintesis akan mempengaruhi penyediaan dan

penyebaran nutrisi penting keseluruh bagian tanaman. Serangan penyakit pada

lahan yang ditanam dengan teknik monokultur sangat beresiko dengan serangan

penyakit. Infeksi yang terjadi terus menerus akan meningkatkan virulensi patogen

(31)

terjadi, maka suatu waktu akan terjadi outbreak patogen yang akan merugikan

HTI seperti PT. TPL yang selalu mengembangkan jenis klon-klon baru agar

diperoleh klon yang lebih resisten terhadap infeksi patogen.

Klon hybrid E. grandis x E. urophylla adalah salah satu klon yang

dikembangkan oleh PT. TPL. Klon yang dihasilkan adalah klon IND 68, IND 70

dan IND 73. Klon ini belum pernah diuji tingkat ketahanannya, dengan demikian

klon ini belum diketahui daya tahannya terhadap serangan penyakit

Cylindrocladium. Untuk mengetahui dan mengantisipasi hal tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai uji infeksi penyakit Cylindrocladium sp terhadap

tiga klon hybrid tanaman E. grandis x E. urophylla.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui variasi gejala serangan fungi Cylindrocladium sp. pada

E. grandis x E. Urophyllaklon IND 68, IND 70 dan IND 73.

2. Untuk mengukur tingkat ketahanan jenis E. grandis x E. urophylla klon

IND 68, IND 70 dan IND 73terhadap penyakit Cylindrocladium sp.

3. Untuk mengukur virulensi dari infeksi fungi Cylindrocladium sp. pada

E. grandis x E. urophylla klon IND 68, IND 70, dan IND 73.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi atau masukan bagi PT. Toba Pulp Lestari tentang

penyakit Cylindrocladium sp. pada daun bibit tanaman E. grandis x E.

urophylla sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk metode

pengendalian yang tepat untuk penyakit tersebut.

2. Sebagai informasi bagi perusahaan-perusahaan HTI yang akan

(32)

3. Sebagai informasi dasar untuk menentukan teknik pengendalian patogen

yang menyerang daun Eucalyptus sp.

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat variasi gejala serangan fungi Cylindrocladium sp. pada ketiga

klon E. grandis x E. urophylla.

2. Terdapat perbedaan ketahanan ketiga klon jenis E. grandis x E. urophylla

klon IND 68, IND 70dan IND 73 terhadap fungi Cylindrocladium sp.

3. Terdapat perbedaan virulensi dari fungi Cylindrocladium sp. pada ketiga

(33)

ABSTRAK

ROIMEN ROYANTO MALAU. Uji Infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea. Di bawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS dan RIDAHATI RAMBEY S. Hut,. M.Si.

Salah satu penyakit yang menyerang bibit Eukaliptus adalah Cylindrocladium yang menyebabkan penyakit Cylindrocladium foliar spot dan foliar blight. PT Toba Pulp Lestari mengembangkan banyak jenis klon dengan cara vegetative. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi gejala penyakit daun, mengukur tingkat intensitas serangan, luas serangan, serta reaksi tanaman (resistensi) terhadap infeksi Cylindrocladium sp. pada tiga klon hybrid Eukaliptus. Klon yang di uji adalah IND 68, IND 70, IND 73. Inokulasi dilakukan dengan cara penyemprotan. Pengamatan gejala dilakukan setiap hari sejak inokulasi dilaksanakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gejala yang muncul adalah sama. Gejala diawali dengan bintik coklat kekuningan lalu akan melebar (nekrotik) dan berlanjut pada kematian jaringan daun. Berdasarkan kriteria penilaian tingkat intensitas serangan dan luas serangan, ketiga jenis klon termasuk dalam kategori resisten.

(34)

ABSTRACT

ROIMEN ROYANTO MALAU. Infection Test Cylindrocladiumsp. on Three Hybrid Clones of Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla in PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Under academic supervision byDr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS and RIDAHATI RAMBEY S. Hut,. M.Si.

One of the diseases that attack eucalyptus seedling are Cylindrocladium causing Cylindrocladium foliar spots and foliar blight diseases. Eucalyptus clones developed by PT Toba Pulp Lestari done by vegetative propagation. This study aimed to characterize the symptoms of the diseases leaves, measure the level of intensity of attack, widespread attack, as well as the reactions of plants (resistance) against infection Cylindrocladium sp. on three eucalyptus hybrid clones. Type clone which tested were IND 68, IND 70 and IND 73. Inoculation was conducted by spraying. Observation of symptoms is done every day since inoculation implemented. The result showed that the symptoms same. Symptoms caused by infection Cylindrocladium sp. is blight. Symptoms begin with yellowish brown spots and will be widened (necrotic) and continues in death of leaf tissue. Based on the assessment criteria and the level of intensity of widespread attacks, all three types are included in category of resistant clones.

(35)

UJI INFEKSI Cylindrocladiumsp. Pada TIGAKLON HIBRID

TURUNAN Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT.

Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

SKRIPSI OLEH:

ROIMEN ROYANTO MALAU 121201102

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(36)

UJI INFEKSI Cylindrocladiumsp. Pada TIGAKLON HIBRID

TURUNAN Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT.

Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

SKRIPSI OLEH:

ROIMEN ROYANTO MALAU 121201102/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(37)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada TigaKlon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea.

Nama : Roimen Royanto Malau

Nim : 121201102

Program Studi : Kehutanan/Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar MS Ridahati Rambey S. Hut,. M. Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(38)

ABSTRAK

ROIMEN ROYANTO MALAU. Uji Infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea. Di bawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS dan RIDAHATI RAMBEY S. Hut,. M.Si.

Salah satu penyakit yang menyerang bibit Eukaliptus adalah Cylindrocladium yang menyebabkan penyakit Cylindrocladium foliar spot dan foliar blight. PT Toba Pulp Lestari mengembangkan banyak jenis klon dengan cara vegetative. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi gejala penyakit daun, mengukur tingkat intensitas serangan, luas serangan, serta reaksi tanaman (resistensi) terhadap infeksi Cylindrocladium sp. pada tiga klon hybrid Eukaliptus. Klon yang di uji adalah IND 68, IND 70, IND 73. Inokulasi dilakukan dengan cara penyemprotan. Pengamatan gejala dilakukan setiap hari sejak inokulasi dilaksanakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gejala yang muncul adalah sama. Gejala diawali dengan bintik coklat kekuningan lalu akan melebar (nekrotik) dan berlanjut pada kematian jaringan daun. Berdasarkan kriteria penilaian tingkat intensitas serangan dan luas serangan, ketiga jenis klon termasuk dalam kategori resisten.

(39)

ABSTRACT

ROIMEN ROYANTO MALAU. Infection Test Cylindrocladiumsp. on Three Hybrid Clones of Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla in PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Under academic supervision byDr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS and RIDAHATI RAMBEY S. Hut,. M.Si.

One of the diseases that attack eucalyptus seedling are Cylindrocladium causing Cylindrocladium foliar spots and foliar blight diseases. Eucalyptus clones developed by PT Toba Pulp Lestari done by vegetative propagation. This study aimed to characterize the symptoms of the diseases leaves, measure the level of intensity of attack, widespread attack, as well as the reactions of plants (resistance) against infection Cylindrocladium sp. on three eucalyptus hybrid clones. Type clone which tested were IND 68, IND 70 and IND 73. Inoculation was conducted by spraying. Observation of symptoms is done every day since inoculation implemented. The result showed that the symptoms same. Symptoms caused by infection Cylindrocladium sp. is blight. Symptoms begin with yellowish brown spots and will be widened (necrotic) and continues in death of leaf tissue. Based on the assessment criteria and the level of intensity of widespread attacks, all three types are included in category of resistant clones.

(40)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Uji Infeksi Cylindrocladiumsp. Pada

Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT. Toba

Pulp Lestari, Tbk Porsea” Skripsi ini merupakam salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,

Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi gejala penyakit daun yang

disebabkan oleh jamur Cylindrocladium sp. pada klon hybrid turunan persilangan

jenis eucalyptus yakni E. grandis x E. urophylla yang ada di pembibitan PT. Toba

Pulp Lestari, Tbk. Disamping itu juga mengukur tingkat intensitas serangan jamur

Cylindrocladium sp., luasan serangan, serta reaksi tanaman (ketahanan) klon

hybrid E. grandis x E. urophylla yang ada di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS dan Ibu Ridahati Rambey S.Hut,.

M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan

masukan kepada penulis dalam penyelesaian penelitiandan skripsi ini. Secara

pribadi penulis mempersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua dan

saudara-saudari atas segala dukungan doa, motivasi, dan nasehat yang diberikan kepada

penulis. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat

dan pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini. Secara khusus

(41)

Samosir, Sumatera Utara beserta seluruh staf yang telah memberi izin dan

mendampingi selama proses penelitian.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

para pembacanya dalam penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata, penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2016

(42)

DAFTAR ISI

TaksonomiEukaliptus ... 5

Syarat Tumbuh Eucalyptus sp. ... 5

Penyebaran dan Morfologi Eucalyptus ... 5

Cylindrocladiumsp ... 6

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

Alat dan Bahan Penelitian ... 9

Prosedur Penelitian ... 9

a. Pengambilan Sampel tanaman yang sakit dan yang sehat ... 10

b. Isolasi Patogen ... 10

c. Identifikasi Cylindrocladium ... 10

d. Pembuatan Inokulum ... 11

e. Pelaksanaan Inokulasi... 11

f. Pengamatan ... 12

g. Uji Postulat Koch ... 12

Parameter Pengamatan ... 12

Analisis Data ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan pemurnian Cylindrocladiumsp. ... 15

Gejala penyakit Cylindrocladium sp. pada tanaman eucaliptus ... 17

PerkembanganGejala SeranganCylindrocladium sp. ... 19

Intensitas Serangan (IS) ... 22

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(44)

DAFTAR TABEL

No.

Hal

1. Penilaian Tingkat Intensitas Serangan Penyakit dan reaksi Tanaman berdasarkan Intensitas Serangan ... ...13 2. Hasil Identifikasi Karakteristik Mikroskopik Cylindrocladium sp ...

...16 3. Variasi Gejala Serangan Penyakit Cylindrocladium ...

...18 4. Rata-rata Intensitas Serangan pengamatan I-VI ...

...23 5. Luas Serangan pengamatan I-VI ...

(45)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Hasil isolasi biakan murni Cylindrocladium sp umur tujuh hari ... 15 2. Serangan Cylindrocladium sp. pada anakan eucaliptus di lokasi

pembibitan central PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ... 17 3. Karakterisasi tahapan perkembangan gejala penyakit akibat infeksi

Cylindrocladium sp pada klon IND 68 (A. Gejala Awal; B dan C. Perkembangan Gejala ) di PT. Toba Pulp Lestari Tbk ... 19 4. Karakterisasi tahapan perkembangan gejala penyakit akibat infeksi

Cylindrocladium sp pada klon IND 70 (A. Gejala Awal; B dan C. Perkembangan Gejala ) di PT. Toba Pulp Lestari Tbk ... 20 5. Karakterisasi tahapan perkembangan gejala penyakit akibat infeksi

(46)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

Gambar

Tabel Anova
Tabel 1. Penilaian Tingkat Intensitas Serangan Penyakit dan Reaksi Tanaman Berdasarkan Intensitas Serangan
Gambar 1. Hasil isolasi biakan murni  Cylindrocladium umur tujuh hari pada media PDA di Laboratorium Central PT
Tabel 2. Hasil Identifikasi Karakteristik Mikroskopis Cylindrocladium sp.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Luas serangan penyakit paling besar berupa gejala serangan bercak kemerah-merahan sebesar 29.8 % yang diinfeksi oleh Phaeophleospora sp., dan fungi patogen lain yang

Luas serangan penyakit paling besar berupa gejala serangan bercak kemerah-merahan sebesar 29.8 % yang diinfeksi oleh Phaeophleospora sp., dan fungi patogen lain yang

Data Perhitungan Tingkat Intensitas Serangan pada Lokasi Persemaian PT... Data Perhitungan Luas Serangan pada Lokasi

One of the diseases that attack eucalyptus seedling are Cylindrocladium causing Cylindrocladium foliar spots and foliar blight diseases.. Eucalyptus clones developed by PT Toba

Selatan yang menyebabkan penyakit pada bagian bawah batang Eucalyptus. grandis dan

[r]

Karakteristik Patogen Penyebab Penyakit Hawar Daun pada Daun Bibit Tanaman Eucalyptus spp.. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera

Tetapi marga ini belumlah pasti ditemukan pada tanaman Eucalyptus sp., karena banyak variasi gejala yang ditunjukkan oleh infeksi Mycosphaerella dengan hasil yang berbeda