• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

MELALUI PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING

(CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010

SKRIPSI

Oleh :

TRI SUSANTO

NIM : X7108773

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

MELALUI PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL)

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

Oleh :

TRI SUSANTO

NIM : X7108773

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalaui Pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010

Oleh

Nama : Tri Susanto

NIM : X7108773

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari : Jum’at

Tanggal : 06 Agustus 2010

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalaui Pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010

Oleh

Nama : Tri Susanto

NIM : X7108773

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Jum’at

Tanggal : 06 Agustus 2010

Tim Penguji

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd ………

Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd ………

Anggota I : Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd ………

Anggota II : Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn ………

Di sahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Tri Susanto. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : (1) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010. (2) untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010 melalui pendekatan kontekstual.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Begalon I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi/pengamatan, Teknik in-dept Ineterview (wawancara mendalam), kajian dokumen, angket, Tes/Unjuk Kerja. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas berlangsung. Berdasarkan hasil penelitiaan dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis deskripsi setelah dilakukan tindakan kelas melalui pendekatan kontekstual.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Tri Susanto. DESCRIPTION WRITING SKILLS IMPROVEMENT THROUGH TEACHING AND LEARNING APPROACH Contextual (CTL) IN CLASS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA YEAR 2010. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Eleven March Surakarta University, August 2010.

The purpose of this classroom action research are: (1) to improve lesson quality in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010. (2) to improve students' writing skills in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010 through a contextual approach.

Research is a form of class action by using three cycles. Each cycle consists of four stages, namely planning, execution, observation, and reflection. As the subject of this study was class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta. Data collection technique used observation, in-dept Interview (depth interviews), document review, questionnaire, tests / Performance. Analysis using techniques of critical analysis. Techniques include activities to reveal weaknesses and strengths of students and teacher performance in teaching-learning process that occurs within the class lasts. Based on the results of the research can be concluded that there is increasing on writing skills after the class action through a contextual approach. This can be demonstrated with increasing writing skills before and after the description of actions undertaken.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Kendati sabar pertama kali rasanya pahit, sungguh pada akhirnya aku menemui

buahnya yang manis.

(Muhammad Bin Ja’far)

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

Ayah Lamno dan Ibu Rukini tercinta yang

membesarkan dengan penuh kasih sayang

yang dan selalu mendoakan, memberikan

bimbingan dengan tulus ikhlas serta

mendukung disetiap langkahku.

 Pendamping hidupku Iva Sari EkaNuri

 Sahabat-sahabat yang aku sayangi, terima

kasih atas dukungannya dan motivasi yang

selalu kalian berikan.

 Rekan-rekan Mahasiswa S1 PGSD UNS dan

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan hidayahnya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS

DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) (Pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta) TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010 ini diajukan

untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan

berhasiltanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi

dalam menyusun skripsi ini. Untuk ini dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada

semua pihak, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan

membimbing dengan sabar sehingga selesainya skripsi ini.

5. Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn selaku Pembimbing II yang mengarahkan

dan membimbing sehingga selesainya skripsi ini.

6. Dra. Sri Lestari selaku Kepala Sekolah SD Negeri Begalon I yang telah

memberikan izin dan tempat penelitian kepada penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

(10)

commit to user

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena

keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan. Harapan panulis semoga skripsi ini dapat

bermanfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I. Hakikat Keterampilan Menulis Deskripsi ... 8

1. Pengertian Menulis ... 8

2. Tahap-tahap Penulisan ... 9

3. Pembelajaran Menulis ... 11

4. Jenis Tulisan ... 14

5. Tulisan Deskripsi ... 17

II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 19

(12)

commit to user

B. Subjek Penelitian ... 28

C. Sumber Data ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Validitas Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

G. Indikator Kinerja ... 32

H. Prosedur Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Daftar nilai menulis deskripsi kondisi awal ... 75

Lampiran 02 Daftar nilai menulis deskripsi siklus I ... 76

Lampiran 03 Daftar nilai menulis deskripsi siklus II ... 77

Lampiran 04 Daftar nilai menulis deskripsi siklus III ... 78

Lampiran 05 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan I ... 79

Lampiran 06 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan II ... 80

Lampiran 07 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan I ... 81

Lampiran 08 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan II ... 82

Lampiran 09 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan I ... 83

Lampiran 10 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan II ... 84

Lampiran 11 Presentase aktivitas guru ... 85

Lampiran 12 Angket pendapat siswa ... 86

Lampiran 13 Hasil observasi aktivitas siswa ... 88

Lampiran 14 Paduan wawancara guru ... 89

Lampiran 15 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I ... 90

Lampiran 16 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II ... 94

Lampiran 17 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus III ... 98

Lampiran 18 Journal of online learning and teaching ... 102

(14)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki

peranan penting dalam dunia pendidikan. Dalam pengajaran bahasa indonesia,

terdapat empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas: keterampilan

menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan

menulis. Keempat keterampilan tersebut saling bertalian satu sama lain. Henry

Guntur Tarigan (1993: 1) menyatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan

berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang runtut.

Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak dan berbicara, sesudah itu

membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki

jenjang di sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah.

Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau

merupakan catur tunggal.

Selanjutnya pengajaran bahasa indonesia perlu dilakukan sejak dini,

yakni mulai tingkat sekolah dasar (SD) yang nantinya berguna sebagai

landasan untuk jenjang tingkat lanjut dan juga sebagai upaya untuk

meningkatkan mutu penggunaan bahasa tersebut. Pembelajaran bahasa

Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dapat dilihat dari penguasaan

empat keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan (menyimak),

berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat pula

berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari keterampilan

seseorang dalam berbahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.

Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan

pikirannya.

Sejak pelaksanaan kurikulum 1994 sudah ditentukan bahwa

pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

benar, baik secara lisan maupun tulis. Jelas sekali bahwa siswa diharapkan

untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu

menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Akan tetapi,

yang terjadi sekarang ini siswa kurang dapat mengembangkan keterampilan

berbahasa tersebut khususnya dalam kaitannya dengan keterampilan menulis.

Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu antara

keterampilan yang satu dengan yang lain seperti keterampilan mendengar,

berbicara, dan membaca, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang

disebut tulisan. Sedangkan kemampuan atau keterampilan menulis adalah

kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan kepada pihak

lain dengan melalui bahasa tulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,

sering kita temui siswa yang telah menguasai bahasa Indonesia secara tertulis

dan bagaimana menuliskannya. Siswa sering kali merasa kesulitan untuk

mengungkapkan ide dan gagasannya secara tertulis. Hal ini dapat disebabkan

kurangnya produktivitas siswa dalam menghasilkan suatu karya tertulis.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan wawancara dengan guru

bahasa Indonesia yang bersangkutan, mengindikasikan bahwa keterampilan

menulis deskripsi siswa perlu ditingkatkan. Kegiatan keterampilan menulis

deskripsi yang dilakukan siswa saat ini dirasa belum optimal. Hasil yang

dicapai pun kurang memuaskan. Siswa kurang dapat mengekspresikan ide,

gagasan, ataupun pendapat dalam bahasa tulis. Bisa juga disebabkan oleh

siswa yang belum terbiasa maupun tidak tertarik dengan kegiatan menulis.

Kegiatan menulis sering dianggap sebagai momok dalam pembelajaran bahasa

Indonesia. Padahal berdasarkan kurikulum yang ada siswa diharapkan

mempelajari bahasa dan sastra Indonesia berkaitan dengan keterampilan

menulis dan siswa diharapkan mampu mengekspresikan berbagai, pikiran,

gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai bentuk ragam tulisan baik

sastra maupun nonsastra.

Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah.

Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang

(16)

commit to user

mempraktikkannya tidak cukup sekali-dua kali. Frekuensi latihan menulis

akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis (Khaerudin

Kurniawan: 2006). Dunia tulis-menulis bisa menghantarkan siswa pada

jendela pengetahuan dan pemikirannya sendiri. Sejauh mana penalaran dan

pemahaman siswa terhadap suatu permasalahan sehingga dengan cara

menuliskannya selain mampu mengetahui kemampuan penalaran juga terdapat

suatu kemampuan penyerapan ilmu pengetahuan secara terus menerus, karena

dengan tulisan berarti telah merekam dan melestarikan pemikirannya. Oleh

sebab itu, selain kelebihan tersebut yang dapat dipetik dan dinikmati hasilnya,

juga dilatih untuk membiasakan diri menulis segala sesuatu yang menjadi

pengalamannya. Siswa bisa menuliskan pengalaman memandang suatu objek

yang indah sehingga selain pengalaman objek visual yang diterjemahkan ke

dalam bahasa kata atau kalimat siswa juga dapat mengungkapkan perasaannya

ketika menikmati objek yang indah tersebut.

Dari informasi yang ada diperoleh kesimpulan bahwa pada tes menulis

deskripsi hanya ada 51% dari 20 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas

ketuntasan SD Negeri Begalon I Surakarta) sedangkan sebagian besar siswa

mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 53. Hal ini

menunjukkan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V SD

Begalon I Surakarta tergolong rendah.

Mengenai masalah rendahnya ketarampilan menulis deskripsi, peneliti

bersama guru kelas V mengindentifikasi penyebab kegagalan siswa dalam

pembelajaran menulis adalah adanya kualitas pembelajaran yang masih

rendah. Siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran karena selama ini

pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi tertentu. Ketiadaan

variasi dalam pembelajaran membuat pembelajaran menulis terasa

menjemukan bagi sebagian besar siswa. Biasanya, dalam proses pembelajaran

Bahasa Indonesia khususnya menulis, guru terlalu terpancang pada buku teks

sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar. Selain itu, sebagian besar siswa

masih belum terbiasa untuk memanfaatkan media tulis sebagai ruang untuk

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

terbiasa dengan tradisi menulis dalam bentuk tulisan apapun. Hal ini

menyebabkan sebagian besar siswa membutuhkan waktu cukup lama untuk

dapat menuangkan ide dan gagasannya apalagi untuk dapat menggambarkan

dalam bentuk kata-kata tentang gambaran suatu objek.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V diperoleh informasi

bahwa selama ini guru kesulitan untuk menemukan teknik atau metode yang

tepat untuk mengajarkan materi menulis dengan baik sehingga proses

pembelajaran kurang optimal.

Salah satu upaya yang dapat diusahakan oleh guru agar dapat

meningkatkan pembelajaran menulis deskripsi adalah dengan mengadakan

strategi variasi dalam pembelajaran. Mulyasa (2006: 78) mengemukakan

bahwa variasi dalam pembelajaran bertujuan: (1) meningkatkan perhatian

peserta didik terhadap materi standar yang relevan; (2) memberikan

kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru

dalam pembelajaran; (3) memupuk perilaku positif peserta didik terhadap

pembelajaran; dan (4) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar

sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Salah satu hal yang

bisa dilakukan dalam mengadakan variasi dalam pembelajaran ialah dengan

menerapkan pendekatan.

Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yng diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan, antara pengetahuan yang

dimilikinya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat (Depdiknas, 2002 : 1). Siswa perlu diberi kesempatan untuk

menghubungkan kegiatan pembelajaran yang mereka alami dengan konteks

kehidupan yang sesungguhnya. Dalam penerapan metode pengejaran

tradisional, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.

Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam CTL, yaitu (1)

(18)

commit to user

(Authentic Assesment). Dengan menerapkan ketujuh komponen tersebut, siswa diajak untuk terlibat langsung mulai dari pemahaman materi, kegiatan diskusi,

pembentukan kelompok belajar, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan mengenai pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di atas dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diperkirakan dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran menulis

deskripsi, dengan alasan: (1) Situasi pembelajaran lebih kondusif, karena

peserta didik dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran dan posisi guru

lebih bervariasi (di depan, di tengah-tengah, dan di belakang). (2) Pendidik

tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga pembelajaran lebih

berpusat pada peserta didik dan peserta didik menjadi lebih aktif. (3) Peserta

didik tidak lagi disuguhi ceramah oleh pendidik yang membuat peserta didik

cepat bosan. (4) Pendidik akan lebih kreatif dalam menemukan metode yang

tepat untuk meingkatkan keterampilan menulis deskripsi dan (5) Pendidik

akan lebih termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru (modelling) dari berbagai sumber, karena pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) mengarahkan pendidik untuk menggunakan media pembelajaran yang

lebih bervariasi untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta didik selama

pembelajaran berlangsung.

Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, untuk

mengetahui apakah dengan pendekatan contextual teaching and learning

dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa maka penelitian ini

dilakukan.

B. Perumusan Masalah

Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian,

dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian

ini, yaitu :

1. Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Apakah dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V

SD Negeri Begalon I Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V

SD Begalon I Surakarta dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat

teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang

inovatif dan mendukung teori CTL (Contextual Teaching and Learning).

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran menulis

dengan pendekatan Contextual Teching and Learning (CTL). 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Menumbuhkan motivasi siswa dalam dalam melakukan kegiatan

menulis deskripsi.

2) Mengembangkan daya imajinasi siswa.

3) Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa.

b. Bagi Guru

(20)

commit to user

2) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran

menulis

3) Sebagai sarana untuk membina kreativitas siswa dalam kegiatan

menulis

4) Mewujudan pembelajaran yang inovatif

c. Bagi Peneliti

1. Mengembangkan wawasan dan mendapatkan pengalaman

2. Mendapatkan fakta bahwa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa.

3. Memberi sumbangan terhadap perbaikan pembelajaran menulis

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

I. Hakekat Menulis Deskripsi

1. Pengertian Menulis

Tarigan (1993:3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu

keterampilan bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan

suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai

mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu

tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi yang terkandung

dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar

manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat

dilihat dan disepakati pemakainya (Sabarti Akhaidah, dkk., 1996:1).

Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif,

produktif dan kreatif. Oleh karena itu, keterampilan ini menyaratkan

sesuatu yang lebih kompleks daripada membaca (Yant Mujiyanto, dkk.,

2000:64). Keterampilan berbicara termasuk keterampilan berbahasa yang

bersifat aktif-produktif. Akan tetapi, menulis berbeda dengan berbicara,

kalau dalam berbicara orang (pembicara) menggunakan pesan komunikasi

(gagasan, pikiran, dan perasaan) dengan bahasa lisan. Selama proses

menulis seseorang mengungkapkan pesan komunikasi dengan bahasa tulis.

Pendapat lain menyatakan bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran

atau perasaan ke dalam bentuk lambang- lambang bahasa (N. Atar Semi,

190:8).

Pada dasarnya kegiatan menulis bukan hanya berupa melahirkan

pikiran atau perasaan, melahirkan juga merupakan kegiatan pengungkapan

ide, pengetahuan ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa

(22)

commit to user

dipahami dengan tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis. Oleh

karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan

tidak perlu dipelajari.

Bardasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk

menyampaikan pesan dengan mengunakan tulisan sebagai medianya.

Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala

kelengkapan lambang tulisan yang diorganisasikan secara logis dan

sistematis. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.

2. Tahap-tahap Penulisan

Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan.

Didalamnya terdapat beberapa tahap-tahap penulisan, dan tahap revisi

(Sabarti Akhadiah, dkk., 1996:2-5). Ketiga tahap penulisan itu

menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Di dalam tahap pra penulisan

ditentukan dalam tahap penulisan: mengembangkan gagasan dalam

kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab, atau bagian. Adapun tahap revisi

yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali yang telah ditulis,

memperbaiki, mengubah bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi.

Sabarti Akhadiah, dkk. (1996:2-5), mengemukakan tahap-tahap

yang harus dilalui dalam menulis meliputi :

a. Tahap pra Penulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di

dalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan menulis

karangan meliputi :

1) Menentukan Topik

Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam

tulisannya. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu,

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2) Membatasi Topik

Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan.

Untuk mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan,

diagram, atau cara visualisasi yang lainnya.

3) Menentukan Tujuan Penulisan

Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang

akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan

diberlakukan.

4) Menentukan Bahan Penulisan

Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk

mencapai data penulisan.

5) Membuat Kerangka Karangan

Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada

tahap persiapan penulisan.

b. Tahap Penulisan

Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam

susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu

kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai

kata-kata yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih

kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca

dengan tepat pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat

efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi

paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan

tanda baca secara tepat.

c. Tahap Revisi

Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis

meneliti secara menyeluruh, mengenal logika, sistematika, ejaan, tanda

baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya.

Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah

(24)

commit to user

S. Effendi (dalam Yant Mujiyanto, dkk., 2000:71) menjabarkan

tahapan yang harus ditempuh dalam menulis, yaitu (1) mencatat pokok

tulisan, (2) mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan, (3)

memilih bahan yang paling berkaitan dan menatanya dalam bentuk

kerangka tulisan, (4) menguraikan rumusan kerangka tulisan ke dalam

bentuk karangan, dan (5) menyunting karangan tersebut sebelumnya

menerbitkannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kegiatan menulis terbagi menjadi 3, yaitu prapenulisan, penulisan, dan

revisi. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu rangkaian

kegiatan yang disebut proses menulis. Penulis harus melampaui semua

tahapan tersebut untuk menghasilkan tulisan yang baik. Di dalam

penelitian ini, guru dan peneliti menerapkan teknik koreksi sendiri untuk

menganalisis tulisan siswa. Siswa diminta menganalisis kesalahan

penulisan yang mereka lakukan; dan guru mengajarka bagaimana cara

membenahi tulisan mereka. Teknik tersebut dilaksanakan dalam siklus 3.

3. Pembelajaran Menulis

Setiap manusia mempunyai kelebihan tersendiri dalam

mengungkapkan isi hatinya. Ada yang mampu mengungkapkannya secara

lisan ataupun tertulis. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kecepatan

berpikir tiap individu. Untuk menjembatani keadaan itu, maka

pembelajaran keterampilan menulis perlu ditempatkan sebagai suatu hal

utama. Keterampilan menulis harus mendapat prioritas dalam pengajaran

keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa lainnya merupakan

penunjang pengajaran keterampilan menulis.

Pembelajaran menulis mengkaji beberapa keterampilan yaitu

menyimak, berbicara dan membaca. Melalui keterampilan menulis, siswa

mampu mengembangkan kreativitas, intuisi, imajinasi, dan daya nalarnya.

Prinsip penting dalam pembelajaran menulis adalah materi pembelajaran

yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuannya pada

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yang memakan waktu cukup lama, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu,

dari yang sederhana sampai yang rumit, pendeknya memerlukan suatu

tahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa, materi

pembelajaran yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan

berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu lainnya. Tanpa

adanya kesesuaian antara siswa dengan materi yang diajarkan,

penyampaian pembelajaran akan mengalami kegagalan.

Pembelajaran menulis menyibukkan para siswa untuk belajar

bahasa. Menulis di sini dimaksudkan sebagai suatu proses pengiriman dan

penerimaan pesan akibat adanya hubungan antara manusia satu dengan

yang lain. Proses berkomunikasi secara tertulis ini berlangsung melalui

tiga media, yaitu : (1) visual, (2) lisan, dan (3) tulisan (Tarigan, 1993:19).

Pembelajaran menulis sangat erat hubungannya dengan komunikasi lisan

dan komunikasi tulis karena sifat penggunaannya saling berkaitan dalam

bahasa. Terdapat sejumlah situasi yang sekaligus membutuhkan

kedua-duanya dan situasi-situasi lainnya yang membutuhkan dua bahkan tiga

jenis media.

Tarigan (1993:19) membagi empat jenis aspek proses komunikasi,

yaitu (1) komunikator, (2) pesan, (3) saluran, dan (4) penonton, pendengar

dan pemirsa. Keempat jenis aspek proses komunikasi itu sangat penting

dalam melakukan kegiatan menulis. Kemampuan menulis akan menulis

akan mudah dikuasai apabila penulis mampu menerjamahkan keempat

aspek proses komunikasi tersebut. Berkaitan dengan penjelasan di atas,

ada beberapa hal yang perlu disikapi dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran menulis, antara lain :

a. Tujuan Pembelajaran Menulis

Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa

penting untuk dikuasai. Pembinaan dan peningkatan kemampuan

menulis diharapkan dapat bermanfaat untuk keperluan di masyarakat.

Tujuan yang ingin dicapai dalam kemampuan menulis ini, antara lain :

(26)

commit to user

Tujuan-tujuan tersebut lebih lazim disebut sebagai tujuan :

memberitahukan / mengajar, meyakinkan / mendesak, menghibur /

menyenangkan, dan ekspresif diri (Tarigan, 1993:23).

Imam Koermen (dalam Budinuryanta, dkk., 1997:12.1)

mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran menulis, antara lain :

memberitahukan/menginstruksikan, meyakinkan/mempersuasikan, dan

menghibur/menyenangkan. Tujuan-tujuan tersebut lazim disebut

sebagai tujuan : informatif, persuasif, literer, dan ekspresif. Keempat

tujuan tersebut diharapkan membawa manfaat yang besar bagi

masyarakat.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa tujuan pembelajaran menulis dibagi menjadi empat, yaitu : (a)

tujuan informatif, penulis berusaha memberikan informasi

sejelas-jelasnya kepada pembaca agar pesan yang ingin disampaikannya dapat

dimengerti oleh pembaca, (b) tujuan persuasif, penulis berusaha

mempengaruhi pembaca agar pembaca memiliki keyakinan yang besar

terhadap pesan yang ingin disampaikannya dan berusaha untuk dapat

melaksanakan pesan itu dengan penuh kesadaran, (c) tujuan literer,

penulis berusaha menghibur dan menyenangkan pembaca sehingga

pembaca bisa memperoleh kesan kuat terhadap pesan yang

disampaikan penulis, (d) tujuan ekspresif, penulis berusaha

mencurahkan perasaan yang sedalam-dalamnya kepada pembaca.

b. Fungsi dan Manfaat Pembelajaran Menulis

Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi

secara tidak langsung. Menulis sangat penting dalam dunia pendidikan

karena memudahkan seorang berpikir kritis, di samping itu menulis

dapat memperdalam persepsi, memecahkan masalah, dan menjelaskan

pikiran kita. Menulis bukan hanya suatu bentuk berpikir, tetapi juga

berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

berpikir, yang akan menolongnya mencapai maksud dan tujuan

penulis.

Kemampuan menulis merupakan tuntutan segala zaman, karena

dengan menulis umur manusia akan semakin panjang. Kemampuan

menulis bukan monopili orang berbakat. Semua orang mampu menulis

jika berlatih secara benar. Tujuan mempelajari keterampilan menulis

tiada lain agar seseorang memiliki kemampuan dan pengalaman

menulis serta memanfaatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan.

Kemampuan menulis menurut Imam Koermen (dalam Budinuryanta,

dkk., 1997:12.2) memberikan beberapa keuntungan bagi orang yang

bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih mengenali

kemampuan yang bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih

mengenali kemampuan dan potensi diri, (b) penulis dapat

mengembangkan berbagai gagasan, (c) penulis dapat memeperluas

wawasan teoretis dan praktis, (d) penulis dapat memperjelas

permasalah yang samar-samar, (e) penulis dapat menilai gagasan

sendiri secara objektif, (f) penulis dapat memecahkan masalah, (g)

penulis dapat mendorong belajar secara aktif, dan (h) penulis

membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.

Memperhatikan uraian di depan dapat disimpulkan bahwa

manfaat menulis bagi penulis itu sendiri, antara lain (a) dapat

mengembangkan berbagai gagasan, (b) dapat mengenali kemampuan

dan potensi diri, (c) dapat menilai gagasan secara objektif, (d) dapat

mengorganisasikan gagasan secara sistematis, (e) lebih mudah

memecahkan masalah, (f) lebih banyak menyerap, mencari, dan

menguasai informasi, (g) mendorong belajar secara aktif, dan (h)

membiasakan berpikir dan berbahasa secara tertib.

4. Jenis Tulisan

M. Atar Semi (1990 : 32) mengungkapkan bahwa secara umum

tulisan dapat dikembangkan menjadi 4 jenis, yaitu narasi, eksposisi,

(28)

commit to user

tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan peristiwa atau

pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Suluh Numpang Nulis (2006:1) mengemukakan bahwa narasi adalah

sebuah paragraf yang memiliki gaya bertutur mengikuti sistematika waktu

kejadian.

Berdasarkan rumusan itu jelas bahwa narasi merupakan

penyampaian seperangkat peristiwa atau pengalaman tentang diri sendiri

dan orang lain pada suatu saat atau suatu kurun waktu tertentu. Sebagai

cerita ia bermaksud memberitahukan apa yang diketahui dan dialami

kepada pembaca atau pendengar dengan tujuan agar mereka dapat

merasakan dan mengetahui peristiwa tersebut dan menimbulkan kesan di

hatinya, baik berupa kesan tentang peristiwa atau kejadian estetik.

Menurut Gorys Keraf (2000:17) narasi adalah semacam bentuk wacana

yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca

suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan

“Apa yang telah terjadi?”.

M.Atar Semi (1990:39) menyatakan bahwa eksposisi adalah tulisan

yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu.

Ciri penanda eksposisi adalah sebagai berikut : (1) berupa tulisan yang

memberikan pengertian dan pengetahuan, (2) menjawab pertanyaan

tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana, (3) disampaikan dengan

lugas serta berbahasa baku, dan (4) menggunakan nada netral, tidak

memihak, dan memaksakan sikap penulis terhadap pembaca. Tulisan

eksposisi bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang

sesuatu. Eksposisi yang baik bertujuan memberikan tambahan pengertian

dan pengetahuan yang memiliki syarat akurat, jelas, dan singkat.

Paragraf yang cara bertuturnya merupakan ungkapan atau

penggambaran akan sesuatu hal seperti keadaan emosi atau keadaan

lingkungan tertentu dinamakan dengan paragraf deskriptif (Suluh

Numpang Nulis, 2006 :1). Tulisan deskripsi memberikan perincian atau

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

sensitifitas dan imajinasi pembaca atau pendengar, seolah-olah pembaca

ikut melihat, mendengar atau mengalami langsung objek tersebut. M. Atar

Semi (1990:43) menyatakan bahwa ciri penanda deskripsi adalah (1)

berupaya memerlihatkan detail atau perincian tentang objek, (2) bersifat

memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca (3)

disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan kata yang

menggugah, (4) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat

dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda, alam, dan manusia,

dan (5) organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan

ruang.

M. Atar Semi (1990:47) menyatakan bahwa argumentasi

merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca

tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis Argumen adalah

suatu proses penalaran. Ada dua cara bernalar dalam argumen, yaitu secara

deduktif dan induktif. Deduktif adalah metode bernalar bergerak dari hal

yang bersifat umum ke hal khusus. Merode deduktif dimulai dari

kesimpulan kemudian diiringi dengan uraian, penjelasan, atau

contoh-contoh. Induktif adalah metode bernalar yang dimulai dengan

mengemukakan pernyataan bersifat khusus kemudian diiringi dengan

kesimpulan umum. Metode induktif dimulai dari uraian, penjelasan,

kemudian baru disampaikan kesimpulan.

Argumentasi yang baik biasanya menggunakan kaidah-kaidah

logika yang benar. Silogisme atau tautologi sering digunakan dalam

mengungkapkan atau membentuk paragraf argumentasi. Demikian juga

kesesuaian isi dengan realitas kehidupan sehari-hari merupakan suatu

landasan yang berguna dalam menyusun paragraf argumentasi (Suluh

Numpang Nulis, 2006:1). Adapun ciri penanda argumentasi sekaligus

merupakan ciri penanda eksposisi menurut M. Atar Semi (1990:48) adalah

sebagai berikut : (a) bertujuan meyakinkan orang lain (eksposisi memberi

informasi), (b) berusaha membuktikan kebenaran suatu pernyataan atau

(30)

commit to user

pembaca (eksposisi menyerahkan keputusan kepada pembaca), dan (d)

fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian (eksposisi

menggunakan fakta sebagai alat mengkonkretkan).

5. Tulisan Deskripsi

Deskripsi adalah penggambaran/pelukisan sesuatu dengan

kata-kata dengan satu tujuan yakni pembaca/pendengar mendapatkan gambaran

tentang sesuatu itu. Dengan pilihan kata dan susunan kalimat, keterpaduan

antar kalimat dalam paragraf serta keterpaduan antar paragraf dalam

keseluruhan tulisan pembaca/pendengar diharapkan bisa menangkap

sesuatu (objek yang dideskripsikan) sebagaimana penulisnya melihat,

mendengar, merasakan sesuatu yang dideskripsikan. Dengan kata lain

diskripsi adalah tulisan yang dihasilkan oleh seseorang setelah ia, dengan

segenap inderanya, mengalami secara langsung dengan melihat,

merasakan, emndengar, meraba, mencium suatu objek tertentu semisal

sebuah tempat, seseorang, benda ataupun keadaan.

Deskripsi bertujuan menghadirkan suatu objek seperti apa adanya.

Penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan

dan perasaannya secara rinci wujud yang dapat ditemukan pada objek

yang dideskripsikan kepada calon pembacanya. Ketajaman indera,

kepiawaian memilih kata dan menyusun kalimat adalah penentu hidup

tidaknya, menawan tidaknya, menggetarkan tidaknya sebuah diskripsi.

Kegagalan seorang penulis pemula dalam menulis deskripsi biasanya

hanya mengandalkan salah satu atau dua indera saja. Misalnya jika

penggambaran suatu objek hanya menghadirkan tangkapan indera

penglihatan saja maka apa yang dideskripsikan terasa kering dan akhirnya

pembaca tidak mendapatkan kesan tentang sesuatu yang dideskripsikan

itu. (http://gurubahasa.com)

Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian

tentang deskripsi objek sehingga dapat memberi pengarahan pada

sensitivitas dan imajinasi pembaca dan pendengar, bagaikan mereka ikut

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

perincian tentang merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut.

Agar menghasilkan tulisan deskripsi yang baik, seorang penulis harus

memahami objek tulisan, sehingga dapat disajikan dengan hasilnya

bagaikan potret kenyataan yang sebenarnya (Atar Semi, 1990 : 42)

Muchlisoh (1992:349) menyatakan bahwa deskripsi adalah karya

tulis yang melukiskan sesuatu. Artinya, apa yang dapat diamati oleh

penulis yang mungkin juga dirasakan oleh pembaca. Penulis berusaha

memaparkan keadaan nyata dari sebuah objek sesuai dengan kemampuan

dan keinginan penulis dalam mengindera (mendengar, melihat, merasakan,

dsb) tentang objek dari karya tulisnya. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi penginderaan penulis dalam memaparkan suatu objek

adalah tujuan penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan ini akan

menjadi sumber bagi si penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan

ini akan menjadi sumber bagi si penulis di dalam mengadakan pendekatan

terhadap objek itu. Sebagai contoh, penulis A dan B mengamati suatu

objek tertentu (misalnya sebuah bukit), mungkin di antara dua penulis itu

akan mendeskripsikan bukit tersebut dengan cara berbeda. Penulis A ingin

menuliskan bagaimana indahnya pemandangan di bukit. Penulis B

menuliskan bagaimana seramnya bukit tersebut karena penulis B melihat

di bukit itu terdapat sebuah pohon yang sangat besar dan sudah tua. Jadi,

dengan adanya perbedaan keinginan tujuan pada penulis yang berbeda

akan menyebabkan deskripsi atau paparan tentang objek yang sama akan

menjadi berlainan. Penulis A menyatakan indah, penulis B menyatakan

seram.

Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa deskripsi

adalah jenis karya tulis yang ada di dalamnya menuliskan suatu situasi

atau keadaan dengan kata-kata sehingga pembaca seolah-olah melihat,

mendengar, dan merasakan sendiri objek yang dilukiskan dalam deskripsi.

Atar Semi (1990:43) mengungkapkan ciri-ciri penanda deskripsi

adalah: (1) lebih berusaha memperlihatkan detail atau perincian tentang

(32)

commit to user

pembaca, (3) disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang

menggugah, (4) deskripsi lebih banyak memaparkan sesuatu yang dapat

didengar, dilihat dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda,

alam, warna, dan manusia, dan (5) organisasi penyampaian tulisan

deskripsi lebih banyak menggunakan susunan hati itu. Berkaitan dengan

urutan penyajiannya, penulis dituntut mampu menetapkan urutan yang

paling baik dengan menampilkan detail-detail yang dipilih.

Dalam tulisan deskripsi, untuk mendeskripsikan seorang tokoh

dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu : (1) menggambarkan fisik

yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang

keadaan tubuh seorang tokoh, (2) menggambarkan tindak-tanduk seorang

tokoh, (3) menggambarkan keadaan yang mengelilingi tokoh; (4)

menggambarkan perasaan dan pikiran tokoh, dan (5) menggambarkan

watak seseorang.

II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menciptakan

sistem pengajaran yang sukses, sedangkan siswa diminta untuk mengikuti

pembelajaran secara aktif. Semua itu tentu saja tidak bisa dilakukan dengan

mudah. Siswa yang ada pada sebuah kelas memiliki karakteristik yang

berbeda-beda. Kemampuan yang dimiliki siswa yang satu tidak sama dengan

kemampuan siswa yang lain. Sebagai tenaga pendidik, guru hendaknya

mengetahui dan memahami karakteristik yang ada pada diri siswa serta

berusaha memenuhi kbutuhan siswa sehubungan dengan proses

pembelajaran. Untuk itu, guru diharapkan dapat dengan cermat menentukan

strategi belajar dengan menggunakan metode atau pendekatan pembelajaran

yang tepat.

Salah satu pendekatan yang bisa diterapkan dalam suatu pengajaran

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang

mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika

mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman

yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat (US Departement Of Education, 2001). Pendekatan CTL adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002 :1).

Pendekatan konstektual yang diterapkan dengan sungguh-sungguh

diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan

potensi yang ada pada diri siswa.

Sementara Nurhadi, Furhanuddin, dan Sendak (2003:13) memberikan

batasan tentang pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) sebagai berikut:

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

(34)

commit to user

Depdiknas (2002: 10-19) juga menyatakan bahwa pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme

(Contructivisme), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Assesment). Berikut adalah penjelasan dari setiap komponen-komponen:

1. Konstruktivisme (Contructivisme)

Konstruktivisme (Contruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit, yang hasil diperluas melalui konteks yang

terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan

untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi

dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan

semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksikan

pengetahuan di benak mereka.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis CTL. Pengetahuan dan keetrampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari

menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk

pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan.

Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat berkembang.

Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi

begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat

menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan

keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting

karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif, yaitu

berguna untuk : (a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam

penguasaan pelajaran, (b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar,

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

siswa pada sesuatu yang diinginkan, (e) Membimbing siswa untuk

menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari

“bertanya”. Sebelum orang tahu kota Palu, seseorang bertanya “Mana arah ke kota Palu?”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama

pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai

kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan

berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting

dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali

informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

4. Masyarakat Belajar (learning Community)

Konsep Learning Community menyatakan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari

“sahring” antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan

pmbelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok yang angotanya heterogen, yang pandai mengajari

yang lemah. Yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat

menangkap mendorong temannya yang lamat, yang mempunyai gagasan

segera memberi usul, dan seterusnya.

5. Pemodelan (Modelling)

Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam

sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model

yang bisa ditiru. Model itu berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara

melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan

bahasa inggris, dan sebagainya. Atau guru memberi contoh cara

mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model “bagaimana

cara belajar”.

(36)

commit to user

Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan

pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita

lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya

sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau

revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap

kejadian, aktivitas, atau pelajaran yang baru diterima.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan

belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa

mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang

dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa mengalami kemacetan dalam

belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa

terbebas dari kemacetan belajar.

Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar menurut Sugianto (2008) adalah sebagai berikut :

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok

-kelompok).

5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir penemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Bertolak dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata agar

pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Pendekatan CTL banyak

memiliki kelebihan, yaitu : (a) Mengutamakan pengalaman nyata, (b)

Pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru, (c) Siswa menjadi

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Pendekatan CTL membuat siswa lebih dekat dengan kehidupan nyata

karena siswa mengalami pembelajaran, bukan hanya menghafal materi

saja, (e) Hasil pembelajaran diukur dengan berbagai cara (dilihat dari

proses dan hasil), bukan hanya dengan tes.

B. HASIL PENELITAIN YANG RELEVAN

Berdasarkan hasil penelitian Kartono dkk yang berjudul Pembelajaran

Kontekstual Pada Sains Guna Meningkatkan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa

Kelas V Sekolah Dasar didapat kesimpulan sebagai berikut : Pembelajaran

kontekstual dapat meningkatan keterampilan kerja ilmiah pada murid kelas V SD

Negeri Begalon I, Laweyan, Surakarta. Peningkatan yang signifikan ada pada : (1)

jumlah murid Yang melakukan keterampilan kerja ilmiah, dan (2) pencapaian

keterampilan kerja ilmiah. Sedangkan jumlah keterampilan kerja ilmiah yang

dilakukan murid tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Elen

Inderasari (2008). Elen Inderasari menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi drama. Hasil penelitian yang dapat dikemukakan ialah

terjadinya peningkatan baik proses maupun hasil belajar siswa.

C. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan teori-teori ataupun konsep yang telah diuraikan di depan,

kerangka berpikir penelitian ini dapat diterangkan sebagai berikut : kondisi awal

sebelum tindakan dilaksanakan, diperoleh gambaran (yang dilakukan pada

kegiatan prasurvei dengan observasi, wawancara, dan angket) bahwa kemampuan

menulis deskripsi siswa kelas V SD Negeri I Begalon Surakarta rendah apabila

dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia

lainnya, media yang digunakan guru terbatas, serta metode mengajar guru

menonton. Agar kemampuan menulis deskripsi siswa meningkat, peneliti

memebrikan solusi dengan agar menggunakan pendekatan CTL untuk

(38)

commit to user

menggunakan model pelatihan untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi

siswa. Peneliti bekerjasama dengan guru merumuskan bentuk pembelajaran yang

menarik dan menimbulkan minat siswa untuk menulis deskripsi.

Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan pemberian hadiah.

Bila tindakan tersebut dilakukan, maka diduga pembelajaran menulis deskripsi

akan berlangsung aktif dan menarik. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia

khusunya menulis deskripsi dengan pendekatan CTL ini nantinya siswa diajak

untuk belajar menulis deskripsi dengan cara menyenangkan. Perwujudan

pembelajaran menulis yang demikian itu, cenderung membuat siswa akan lebih

tertarik, senang, aktif, dan termotivasi. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

1. Perencanaan

Tindakan

2. Pelaksanaan

Tindakan

4. Analisis dan

refleksi

3. Observasi dan

Interpretasi

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir KONDISI AWAL

 Pembelajaran menulis kurang berhasil

 Keterampilan menulis deskripsi siswa tergolong rendah

TINDAKAN PTK

PTK

Pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan CTL

KONDISI AKHIR

 Pembelajaran menulis berhasil

(40)

commit to user

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran menulis deskripsi dapat :

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V

SD Negeri Begalon I Surakarta.

2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemilihan sekolah dan kelas V sebagai tempat penelitian adalah karena

pertama, peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan guru kelas V. Kedua, terdapat keterampilan menulis yang tergolong rendah di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan April

2010. Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah

sebagai berikut :

Tabel 3 : rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri

(42)

commit to user

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis deskripsi di kelas V

SD Negeri Begalon I Surakarta.

C. SUMBER DATA

Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan

pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut

meliputi :

1. Peristiwa proses belajar mengajar keterampilan menulis deskripsi

Data yang dikumpulkan yaitu data tentang bagaimana proses

pembelajaran keterampilan menulis deskripsi yang berlangsung di kelas V SD

Negeri Begalon I Surakarta.

2. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V

yang berjumlah 20 anak karena dalam kelas ini pembelajaran menulis

deskripsi masih tergolong rendah.

3. Dokumen

Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa: hasil karangan

siswa, angket motivasi, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran

yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat

pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan.

Dalam kegiatan ini, peneliti termasuk sebagai partisipan pasif. Peneliti

tidak melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang

berlangsung. Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

kelas yang dipimpin oleh guru. Guru melaksanakan proses pembelajaran

sesuai dengan yang direncanakan peneliti. Peneliti mengambil posisi di tempat

duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran di kelas

yang dipimpin oleh guru, apakah pembelajaran yang dilaksanakan guru sesuai

dengan yang direncanakan. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling

belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala

sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada

di tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk

mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa.

Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan

untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai

kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan

yang ada. Hasil diskusi berupa solusi untuk berbagai kelemahan tersebut

kemudian dilaksanakan dalam siklus.

Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam

mengelola kelas, merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang

sedang berlangsung. Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada

keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, motivasi siswa terhadap

pembelajaran yang berlangsung terutama pembelajaran menulis dengan

menggunakan metode field trip.

2. Teknik in-dept Inetrview (wawancara mendalam)

Wawancara dilakukan terhadap siswa, guru dan informan lain. Teknik

ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan

pembelajaran menulis, berbagai informan mengenai kesulitan yang dialami

guru dalam pembelajaran menulis, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu,

peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui metode

pembelajaran menulis karangan yang diterapkan oleh guru dan untuk

mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang

digunakan oleh guru tersebut, serta untuk mengetahui keterampilan menulis

(44)

commit to user

3. Angket

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta

informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan

penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan

data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak memungkinkan untuk

diwawancarai satu persatu. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa

kelas V yang berjumlah 20 siswa.

4. Tes/Unjuk Kerja

Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan

pelaksanaan tindakan. Usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka

mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan sesudah

pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru melaksanakan dua kali tes,

yakni pre-tes dilakukan dengan cara memberikan tugas menulis karangan yang

bertujuan untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam menulis, serta

post-tes untuk mengetahui keterampilan siswa setelah mengikuti pembelajaran

menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL).

E. TEKNIK VALIDASAI DATA

Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

triangulasi sumber data, triangulasi metode. Dalam mengumpulkan data, peneliti

menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Data yang merupakan

dokumen akan lebih mantap kebenarannya bila didukung dengan tindakan

demikian, apa yang telah diperoleh dari sumber data yang berupa dokumen bisa

teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari

sumber lain yang berbeda.

Triangulasi sumber data memanfaatkan sumber data yang berbeda-beda

untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memeproleh data yang

berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data dari

narasumber dengan teknik wawancara mendalam yang kebenarannya dapat

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
Tabel 3 : rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Tabel 4 : Rincian Indikator Kinerja Penelitian
Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Lamanya waktu penanganan gangguan (42 hari), sedangkan reaktor tetap harus beoperasi maka ada beberapa solusi yang diambil, suku cadang dipinjamkan dari sistem lain

Adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut: Bagaimana peran guru-guru wanita dalam memposisikan diri sebagai wanita karir dan disis lain sebagai ibu rumah

 Siswa melatih pemahamannya tentang kosakata yang berkaitan dengan Heat Effect in Life dalam buku siswa, kemudian siswa mencari hal penting dalam teks dialog

Hipotesis kerja penelitian (H i ) yaitu: terdapat pengaruh yang berarti dari penggunaan bahan ajar mengintegrasikan Matematika Sains lainnya Teknologi Bencana dan

Kombinasi gen yang baru sebagai hasil hibrida antar galur akan terbentuk konfigurasi gen baru atau akan menutup gen-gen yang tidak diingin- kan, dan hasilnya

Tingkat Pendidikan bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan health literacy (pvalue: 0,705), namun menurut Denuwara, dkk menyatakan bahwa akses terhadap

Secara keseluruhan sistem pakar harus memiliki maintenance yang baik agar dapat digunakan terus menerus sehingga sistem pakar ini dapat digunakan secara optimal

In a previuos paper, we reported the isolation and identification of iridoid and isoquinoline alkaloid glycosides from the stem bark of this plant [4].. The present paper