perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING
(CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010
SKRIPSI
Oleh :
TRI SUSANTO
NIM : X7108773
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL)
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
Oleh :
TRI SUSANTO
NIM : X7108773
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalaui Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010
Oleh
Nama : Tri Susanto
NIM : X7108773
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari : Jum’at
Tanggal : 06 Agustus 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalaui Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010
Oleh
Nama : Tri Susanto
NIM : X7108773
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Jum’at
Tanggal : 06 Agustus 2010
Tim Penguji
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd ………
Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd ………
Anggota I : Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd ………
Anggota II : Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn ………
Di sahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Tri Susanto. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : (1) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010. (2) untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010 melalui pendekatan kontekstual.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Begalon I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi/pengamatan, Teknik in-dept Ineterview (wawancara mendalam), kajian dokumen, angket, Tes/Unjuk Kerja. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas berlangsung. Berdasarkan hasil penelitiaan dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis deskripsi setelah dilakukan tindakan kelas melalui pendekatan kontekstual.
commit to user
vi
ABSTRACT
Tri Susanto. DESCRIPTION WRITING SKILLS IMPROVEMENT THROUGH TEACHING AND LEARNING APPROACH Contextual (CTL) IN CLASS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA YEAR 2010. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Eleven March Surakarta University, August 2010.
The purpose of this classroom action research are: (1) to improve lesson quality in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010. (2) to improve students' writing skills in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010 through a contextual approach.
Research is a form of class action by using three cycles. Each cycle consists of four stages, namely planning, execution, observation, and reflection. As the subject of this study was class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta. Data collection technique used observation, in-dept Interview (depth interviews), document review, questionnaire, tests / Performance. Analysis using techniques of critical analysis. Techniques include activities to reveal weaknesses and strengths of students and teacher performance in teaching-learning process that occurs within the class lasts. Based on the results of the research can be concluded that there is increasing on writing skills after the class action through a contextual approach. This can be demonstrated with increasing writing skills before and after the description of actions undertaken.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Kendati sabar pertama kali rasanya pahit, sungguh pada akhirnya aku menemui
buahnya yang manis.
(Muhammad Bin Ja’far)
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
Ayah Lamno dan Ibu Rukini tercinta yang
membesarkan dengan penuh kasih sayang
yang dan selalu mendoakan, memberikan
bimbingan dengan tulus ikhlas serta
mendukung disetiap langkahku.
Pendamping hidupku Iva Sari EkaNuri
Sahabat-sahabat yang aku sayangi, terima
kasih atas dukungannya dan motivasi yang
selalu kalian berikan.
Rekan-rekan Mahasiswa S1 PGSD UNS dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayahnya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) (Pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta) TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010 ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan
berhasiltanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi
dalam menyusun skripsi ini. Untuk ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar sehingga selesainya skripsi ini.
5. Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn selaku Pembimbing II yang mengarahkan
dan membimbing sehingga selesainya skripsi ini.
6. Dra. Sri Lestari selaku Kepala Sekolah SD Negeri Begalon I yang telah
memberikan izin dan tempat penelitian kepada penulis.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
commit to user
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Harapan panulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. Hakikat Keterampilan Menulis Deskripsi ... 8
1. Pengertian Menulis ... 8
2. Tahap-tahap Penulisan ... 9
3. Pembelajaran Menulis ... 11
4. Jenis Tulisan ... 14
5. Tulisan Deskripsi ... 17
II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 19
commit to user
B. Subjek Penelitian ... 28
C. Sumber Data ... 29
D. Teknik Pengumpulan Data ... 29
E. Validitas Data ... 31
F. Teknik Analisis Data ... 32
G. Indikator Kinerja ... 32
H. Prosedur Penelitian ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Hasil Penelitian ... 59
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Implikasi ... 68
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01 Daftar nilai menulis deskripsi kondisi awal ... 75
Lampiran 02 Daftar nilai menulis deskripsi siklus I ... 76
Lampiran 03 Daftar nilai menulis deskripsi siklus II ... 77
Lampiran 04 Daftar nilai menulis deskripsi siklus III ... 78
Lampiran 05 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan I ... 79
Lampiran 06 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan II ... 80
Lampiran 07 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan I ... 81
Lampiran 08 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan II ... 82
Lampiran 09 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan I ... 83
Lampiran 10 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan II ... 84
Lampiran 11 Presentase aktivitas guru ... 85
Lampiran 12 Angket pendapat siswa ... 86
Lampiran 13 Hasil observasi aktivitas siswa ... 88
Lampiran 14 Paduan wawancara guru ... 89
Lampiran 15 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I ... 90
Lampiran 16 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II ... 94
Lampiran 17 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus III ... 98
Lampiran 18 Journal of online learning and teaching ... 102
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki
peranan penting dalam dunia pendidikan. Dalam pengajaran bahasa indonesia,
terdapat empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas: keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Keempat keterampilan tersebut saling bertalian satu sama lain. Henry
Guntur Tarigan (1993: 1) menyatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang runtut.
Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak dan berbicara, sesudah itu
membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki
jenjang di sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah.
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau
merupakan catur tunggal.
Selanjutnya pengajaran bahasa indonesia perlu dilakukan sejak dini,
yakni mulai tingkat sekolah dasar (SD) yang nantinya berguna sebagai
landasan untuk jenjang tingkat lanjut dan juga sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu penggunaan bahasa tersebut. Pembelajaran bahasa
Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dapat dilihat dari penguasaan
empat keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat pula
berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari keterampilan
seseorang dalam berbahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan
pikirannya.
Sejak pelaksanaan kurikulum 1994 sudah ditentukan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
benar, baik secara lisan maupun tulis. Jelas sekali bahwa siswa diharapkan
untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Akan tetapi,
yang terjadi sekarang ini siswa kurang dapat mengembangkan keterampilan
berbahasa tersebut khususnya dalam kaitannya dengan keterampilan menulis.
Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu antara
keterampilan yang satu dengan yang lain seperti keterampilan mendengar,
berbicara, dan membaca, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang
disebut tulisan. Sedangkan kemampuan atau keterampilan menulis adalah
kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan kepada pihak
lain dengan melalui bahasa tulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
sering kita temui siswa yang telah menguasai bahasa Indonesia secara tertulis
dan bagaimana menuliskannya. Siswa sering kali merasa kesulitan untuk
mengungkapkan ide dan gagasannya secara tertulis. Hal ini dapat disebabkan
kurangnya produktivitas siswa dalam menghasilkan suatu karya tertulis.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan wawancara dengan guru
bahasa Indonesia yang bersangkutan, mengindikasikan bahwa keterampilan
menulis deskripsi siswa perlu ditingkatkan. Kegiatan keterampilan menulis
deskripsi yang dilakukan siswa saat ini dirasa belum optimal. Hasil yang
dicapai pun kurang memuaskan. Siswa kurang dapat mengekspresikan ide,
gagasan, ataupun pendapat dalam bahasa tulis. Bisa juga disebabkan oleh
siswa yang belum terbiasa maupun tidak tertarik dengan kegiatan menulis.
Kegiatan menulis sering dianggap sebagai momok dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Padahal berdasarkan kurikulum yang ada siswa diharapkan
mempelajari bahasa dan sastra Indonesia berkaitan dengan keterampilan
menulis dan siswa diharapkan mampu mengekspresikan berbagai, pikiran,
gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai bentuk ragam tulisan baik
sastra maupun nonsastra.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah.
Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang
commit to user
mempraktikkannya tidak cukup sekali-dua kali. Frekuensi latihan menulis
akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis (Khaerudin
Kurniawan: 2006). Dunia tulis-menulis bisa menghantarkan siswa pada
jendela pengetahuan dan pemikirannya sendiri. Sejauh mana penalaran dan
pemahaman siswa terhadap suatu permasalahan sehingga dengan cara
menuliskannya selain mampu mengetahui kemampuan penalaran juga terdapat
suatu kemampuan penyerapan ilmu pengetahuan secara terus menerus, karena
dengan tulisan berarti telah merekam dan melestarikan pemikirannya. Oleh
sebab itu, selain kelebihan tersebut yang dapat dipetik dan dinikmati hasilnya,
juga dilatih untuk membiasakan diri menulis segala sesuatu yang menjadi
pengalamannya. Siswa bisa menuliskan pengalaman memandang suatu objek
yang indah sehingga selain pengalaman objek visual yang diterjemahkan ke
dalam bahasa kata atau kalimat siswa juga dapat mengungkapkan perasaannya
ketika menikmati objek yang indah tersebut.
Dari informasi yang ada diperoleh kesimpulan bahwa pada tes menulis
deskripsi hanya ada 51% dari 20 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas
ketuntasan SD Negeri Begalon I Surakarta) sedangkan sebagian besar siswa
mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 53. Hal ini
menunjukkan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V SD
Begalon I Surakarta tergolong rendah.
Mengenai masalah rendahnya ketarampilan menulis deskripsi, peneliti
bersama guru kelas V mengindentifikasi penyebab kegagalan siswa dalam
pembelajaran menulis adalah adanya kualitas pembelajaran yang masih
rendah. Siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran karena selama ini
pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi tertentu. Ketiadaan
variasi dalam pembelajaran membuat pembelajaran menulis terasa
menjemukan bagi sebagian besar siswa. Biasanya, dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya menulis, guru terlalu terpancang pada buku teks
sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar. Selain itu, sebagian besar siswa
masih belum terbiasa untuk memanfaatkan media tulis sebagai ruang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
terbiasa dengan tradisi menulis dalam bentuk tulisan apapun. Hal ini
menyebabkan sebagian besar siswa membutuhkan waktu cukup lama untuk
dapat menuangkan ide dan gagasannya apalagi untuk dapat menggambarkan
dalam bentuk kata-kata tentang gambaran suatu objek.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V diperoleh informasi
bahwa selama ini guru kesulitan untuk menemukan teknik atau metode yang
tepat untuk mengajarkan materi menulis dengan baik sehingga proses
pembelajaran kurang optimal.
Salah satu upaya yang dapat diusahakan oleh guru agar dapat
meningkatkan pembelajaran menulis deskripsi adalah dengan mengadakan
strategi variasi dalam pembelajaran. Mulyasa (2006: 78) mengemukakan
bahwa variasi dalam pembelajaran bertujuan: (1) meningkatkan perhatian
peserta didik terhadap materi standar yang relevan; (2) memberikan
kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru
dalam pembelajaran; (3) memupuk perilaku positif peserta didik terhadap
pembelajaran; dan (4) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Salah satu hal yang
bisa dilakukan dalam mengadakan variasi dalam pembelajaran ialah dengan
menerapkan pendekatan.
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yng diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan, antara pengetahuan yang
dimilikinya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Depdiknas, 2002 : 1). Siswa perlu diberi kesempatan untuk
menghubungkan kegiatan pembelajaran yang mereka alami dengan konteks
kehidupan yang sesungguhnya. Dalam penerapan metode pengejaran
tradisional, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.
Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam CTL, yaitu (1)
commit to user
(Authentic Assesment). Dengan menerapkan ketujuh komponen tersebut, siswa diajak untuk terlibat langsung mulai dari pemahaman materi, kegiatan diskusi,
pembentukan kelompok belajar, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan mengenai pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di atas dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diperkirakan dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran menulis
deskripsi, dengan alasan: (1) Situasi pembelajaran lebih kondusif, karena
peserta didik dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran dan posisi guru
lebih bervariasi (di depan, di tengah-tengah, dan di belakang). (2) Pendidik
tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga pembelajaran lebih
berpusat pada peserta didik dan peserta didik menjadi lebih aktif. (3) Peserta
didik tidak lagi disuguhi ceramah oleh pendidik yang membuat peserta didik
cepat bosan. (4) Pendidik akan lebih kreatif dalam menemukan metode yang
tepat untuk meingkatkan keterampilan menulis deskripsi dan (5) Pendidik
akan lebih termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru (modelling) dari berbagai sumber, karena pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) mengarahkan pendidik untuk menggunakan media pembelajaran yang
lebih bervariasi untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta didik selama
pembelajaran berlangsung.
Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, untuk
mengetahui apakah dengan pendekatan contextual teaching and learning
dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa maka penelitian ini
dilakukan.
B. Perumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian,
dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini, yaitu :
1. Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Apakah dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V
SD Negeri Begalon I Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V
SD Begalon I Surakarta dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat
teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang
inovatif dan mendukung teori CTL (Contextual Teaching and Learning).
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran menulis
dengan pendekatan Contextual Teching and Learning (CTL). 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Menumbuhkan motivasi siswa dalam dalam melakukan kegiatan
menulis deskripsi.
2) Mengembangkan daya imajinasi siswa.
3) Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa.
b. Bagi Guru
commit to user
2) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran
menulis
3) Sebagai sarana untuk membina kreativitas siswa dalam kegiatan
menulis
4) Mewujudan pembelajaran yang inovatif
c. Bagi Peneliti
1. Mengembangkan wawasan dan mendapatkan pengalaman
2. Mendapatkan fakta bahwa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa.
3. Memberi sumbangan terhadap perbaikan pembelajaran menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
I. Hakekat Menulis Deskripsi
1. Pengertian Menulis
Tarigan (1993:3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu
keterampilan bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan
suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai
mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu
tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi yang terkandung
dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar
manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat
dilihat dan disepakati pemakainya (Sabarti Akhaidah, dkk., 1996:1).
Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif,
produktif dan kreatif. Oleh karena itu, keterampilan ini menyaratkan
sesuatu yang lebih kompleks daripada membaca (Yant Mujiyanto, dkk.,
2000:64). Keterampilan berbicara termasuk keterampilan berbahasa yang
bersifat aktif-produktif. Akan tetapi, menulis berbeda dengan berbicara,
kalau dalam berbicara orang (pembicara) menggunakan pesan komunikasi
(gagasan, pikiran, dan perasaan) dengan bahasa lisan. Selama proses
menulis seseorang mengungkapkan pesan komunikasi dengan bahasa tulis.
Pendapat lain menyatakan bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran
atau perasaan ke dalam bentuk lambang- lambang bahasa (N. Atar Semi,
190:8).
Pada dasarnya kegiatan menulis bukan hanya berupa melahirkan
pikiran atau perasaan, melahirkan juga merupakan kegiatan pengungkapan
ide, pengetahuan ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa
commit to user
dipahami dengan tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis. Oleh
karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan
tidak perlu dipelajari.
Bardasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk
menyampaikan pesan dengan mengunakan tulisan sebagai medianya.
Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala
kelengkapan lambang tulisan yang diorganisasikan secara logis dan
sistematis. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.
2. Tahap-tahap Penulisan
Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan.
Didalamnya terdapat beberapa tahap-tahap penulisan, dan tahap revisi
(Sabarti Akhadiah, dkk., 1996:2-5). Ketiga tahap penulisan itu
menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Di dalam tahap pra penulisan
ditentukan dalam tahap penulisan: mengembangkan gagasan dalam
kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab, atau bagian. Adapun tahap revisi
yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali yang telah ditulis,
memperbaiki, mengubah bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi.
Sabarti Akhadiah, dkk. (1996:2-5), mengemukakan tahap-tahap
yang harus dilalui dalam menulis meliputi :
a. Tahap pra Penulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di
dalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan menulis
karangan meliputi :
1) Menentukan Topik
Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam
tulisannya. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Membatasi Topik
Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan.
Untuk mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan,
diagram, atau cara visualisasi yang lainnya.
3) Menentukan Tujuan Penulisan
Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang
akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan
diberlakukan.
4) Menentukan Bahan Penulisan
Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk
mencapai data penulisan.
5) Membuat Kerangka Karangan
Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada
tahap persiapan penulisan.
b. Tahap Penulisan
Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam
susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu
kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai
kata-kata yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih
kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca
dengan tepat pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat
efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi
paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan
tanda baca secara tepat.
c. Tahap Revisi
Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis
meneliti secara menyeluruh, mengenal logika, sistematika, ejaan, tanda
baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya.
Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah
commit to user
S. Effendi (dalam Yant Mujiyanto, dkk., 2000:71) menjabarkan
tahapan yang harus ditempuh dalam menulis, yaitu (1) mencatat pokok
tulisan, (2) mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan, (3)
memilih bahan yang paling berkaitan dan menatanya dalam bentuk
kerangka tulisan, (4) menguraikan rumusan kerangka tulisan ke dalam
bentuk karangan, dan (5) menyunting karangan tersebut sebelumnya
menerbitkannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan menulis terbagi menjadi 3, yaitu prapenulisan, penulisan, dan
revisi. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu rangkaian
kegiatan yang disebut proses menulis. Penulis harus melampaui semua
tahapan tersebut untuk menghasilkan tulisan yang baik. Di dalam
penelitian ini, guru dan peneliti menerapkan teknik koreksi sendiri untuk
menganalisis tulisan siswa. Siswa diminta menganalisis kesalahan
penulisan yang mereka lakukan; dan guru mengajarka bagaimana cara
membenahi tulisan mereka. Teknik tersebut dilaksanakan dalam siklus 3.
3. Pembelajaran Menulis
Setiap manusia mempunyai kelebihan tersendiri dalam
mengungkapkan isi hatinya. Ada yang mampu mengungkapkannya secara
lisan ataupun tertulis. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kecepatan
berpikir tiap individu. Untuk menjembatani keadaan itu, maka
pembelajaran keterampilan menulis perlu ditempatkan sebagai suatu hal
utama. Keterampilan menulis harus mendapat prioritas dalam pengajaran
keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa lainnya merupakan
penunjang pengajaran keterampilan menulis.
Pembelajaran menulis mengkaji beberapa keterampilan yaitu
menyimak, berbicara dan membaca. Melalui keterampilan menulis, siswa
mampu mengembangkan kreativitas, intuisi, imajinasi, dan daya nalarnya.
Prinsip penting dalam pembelajaran menulis adalah materi pembelajaran
yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuannya pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yang memakan waktu cukup lama, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu,
dari yang sederhana sampai yang rumit, pendeknya memerlukan suatu
tahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa, materi
pembelajaran yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan
berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu lainnya. Tanpa
adanya kesesuaian antara siswa dengan materi yang diajarkan,
penyampaian pembelajaran akan mengalami kegagalan.
Pembelajaran menulis menyibukkan para siswa untuk belajar
bahasa. Menulis di sini dimaksudkan sebagai suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan akibat adanya hubungan antara manusia satu dengan
yang lain. Proses berkomunikasi secara tertulis ini berlangsung melalui
tiga media, yaitu : (1) visual, (2) lisan, dan (3) tulisan (Tarigan, 1993:19).
Pembelajaran menulis sangat erat hubungannya dengan komunikasi lisan
dan komunikasi tulis karena sifat penggunaannya saling berkaitan dalam
bahasa. Terdapat sejumlah situasi yang sekaligus membutuhkan
kedua-duanya dan situasi-situasi lainnya yang membutuhkan dua bahkan tiga
jenis media.
Tarigan (1993:19) membagi empat jenis aspek proses komunikasi,
yaitu (1) komunikator, (2) pesan, (3) saluran, dan (4) penonton, pendengar
dan pemirsa. Keempat jenis aspek proses komunikasi itu sangat penting
dalam melakukan kegiatan menulis. Kemampuan menulis akan menulis
akan mudah dikuasai apabila penulis mampu menerjamahkan keempat
aspek proses komunikasi tersebut. Berkaitan dengan penjelasan di atas,
ada beberapa hal yang perlu disikapi dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran menulis, antara lain :
a. Tujuan Pembelajaran Menulis
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa
penting untuk dikuasai. Pembinaan dan peningkatan kemampuan
menulis diharapkan dapat bermanfaat untuk keperluan di masyarakat.
Tujuan yang ingin dicapai dalam kemampuan menulis ini, antara lain :
commit to user
Tujuan-tujuan tersebut lebih lazim disebut sebagai tujuan :
memberitahukan / mengajar, meyakinkan / mendesak, menghibur /
menyenangkan, dan ekspresif diri (Tarigan, 1993:23).
Imam Koermen (dalam Budinuryanta, dkk., 1997:12.1)
mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran menulis, antara lain :
memberitahukan/menginstruksikan, meyakinkan/mempersuasikan, dan
menghibur/menyenangkan. Tujuan-tujuan tersebut lazim disebut
sebagai tujuan : informatif, persuasif, literer, dan ekspresif. Keempat
tujuan tersebut diharapkan membawa manfaat yang besar bagi
masyarakat.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa tujuan pembelajaran menulis dibagi menjadi empat, yaitu : (a)
tujuan informatif, penulis berusaha memberikan informasi
sejelas-jelasnya kepada pembaca agar pesan yang ingin disampaikannya dapat
dimengerti oleh pembaca, (b) tujuan persuasif, penulis berusaha
mempengaruhi pembaca agar pembaca memiliki keyakinan yang besar
terhadap pesan yang ingin disampaikannya dan berusaha untuk dapat
melaksanakan pesan itu dengan penuh kesadaran, (c) tujuan literer,
penulis berusaha menghibur dan menyenangkan pembaca sehingga
pembaca bisa memperoleh kesan kuat terhadap pesan yang
disampaikan penulis, (d) tujuan ekspresif, penulis berusaha
mencurahkan perasaan yang sedalam-dalamnya kepada pembaca.
b. Fungsi dan Manfaat Pembelajaran Menulis
Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi
secara tidak langsung. Menulis sangat penting dalam dunia pendidikan
karena memudahkan seorang berpikir kritis, di samping itu menulis
dapat memperdalam persepsi, memecahkan masalah, dan menjelaskan
pikiran kita. Menulis bukan hanya suatu bentuk berpikir, tetapi juga
berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
berpikir, yang akan menolongnya mencapai maksud dan tujuan
penulis.
Kemampuan menulis merupakan tuntutan segala zaman, karena
dengan menulis umur manusia akan semakin panjang. Kemampuan
menulis bukan monopili orang berbakat. Semua orang mampu menulis
jika berlatih secara benar. Tujuan mempelajari keterampilan menulis
tiada lain agar seseorang memiliki kemampuan dan pengalaman
menulis serta memanfaatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan.
Kemampuan menulis menurut Imam Koermen (dalam Budinuryanta,
dkk., 1997:12.2) memberikan beberapa keuntungan bagi orang yang
bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih mengenali
kemampuan yang bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih
mengenali kemampuan dan potensi diri, (b) penulis dapat
mengembangkan berbagai gagasan, (c) penulis dapat memeperluas
wawasan teoretis dan praktis, (d) penulis dapat memperjelas
permasalah yang samar-samar, (e) penulis dapat menilai gagasan
sendiri secara objektif, (f) penulis dapat memecahkan masalah, (g)
penulis dapat mendorong belajar secara aktif, dan (h) penulis
membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.
Memperhatikan uraian di depan dapat disimpulkan bahwa
manfaat menulis bagi penulis itu sendiri, antara lain (a) dapat
mengembangkan berbagai gagasan, (b) dapat mengenali kemampuan
dan potensi diri, (c) dapat menilai gagasan secara objektif, (d) dapat
mengorganisasikan gagasan secara sistematis, (e) lebih mudah
memecahkan masalah, (f) lebih banyak menyerap, mencari, dan
menguasai informasi, (g) mendorong belajar secara aktif, dan (h)
membiasakan berpikir dan berbahasa secara tertib.
4. Jenis Tulisan
M. Atar Semi (1990 : 32) mengungkapkan bahwa secara umum
tulisan dapat dikembangkan menjadi 4 jenis, yaitu narasi, eksposisi,
commit to user
tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan peristiwa atau
pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.
Suluh Numpang Nulis (2006:1) mengemukakan bahwa narasi adalah
sebuah paragraf yang memiliki gaya bertutur mengikuti sistematika waktu
kejadian.
Berdasarkan rumusan itu jelas bahwa narasi merupakan
penyampaian seperangkat peristiwa atau pengalaman tentang diri sendiri
dan orang lain pada suatu saat atau suatu kurun waktu tertentu. Sebagai
cerita ia bermaksud memberitahukan apa yang diketahui dan dialami
kepada pembaca atau pendengar dengan tujuan agar mereka dapat
merasakan dan mengetahui peristiwa tersebut dan menimbulkan kesan di
hatinya, baik berupa kesan tentang peristiwa atau kejadian estetik.
Menurut Gorys Keraf (2000:17) narasi adalah semacam bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan
“Apa yang telah terjadi?”.
M.Atar Semi (1990:39) menyatakan bahwa eksposisi adalah tulisan
yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu.
Ciri penanda eksposisi adalah sebagai berikut : (1) berupa tulisan yang
memberikan pengertian dan pengetahuan, (2) menjawab pertanyaan
tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana, (3) disampaikan dengan
lugas serta berbahasa baku, dan (4) menggunakan nada netral, tidak
memihak, dan memaksakan sikap penulis terhadap pembaca. Tulisan
eksposisi bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang
sesuatu. Eksposisi yang baik bertujuan memberikan tambahan pengertian
dan pengetahuan yang memiliki syarat akurat, jelas, dan singkat.
Paragraf yang cara bertuturnya merupakan ungkapan atau
penggambaran akan sesuatu hal seperti keadaan emosi atau keadaan
lingkungan tertentu dinamakan dengan paragraf deskriptif (Suluh
Numpang Nulis, 2006 :1). Tulisan deskripsi memberikan perincian atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sensitifitas dan imajinasi pembaca atau pendengar, seolah-olah pembaca
ikut melihat, mendengar atau mengalami langsung objek tersebut. M. Atar
Semi (1990:43) menyatakan bahwa ciri penanda deskripsi adalah (1)
berupaya memerlihatkan detail atau perincian tentang objek, (2) bersifat
memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca (3)
disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan kata yang
menggugah, (4) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat
dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda, alam, dan manusia,
dan (5) organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan
ruang.
M. Atar Semi (1990:47) menyatakan bahwa argumentasi
merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca
tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis Argumen adalah
suatu proses penalaran. Ada dua cara bernalar dalam argumen, yaitu secara
deduktif dan induktif. Deduktif adalah metode bernalar bergerak dari hal
yang bersifat umum ke hal khusus. Merode deduktif dimulai dari
kesimpulan kemudian diiringi dengan uraian, penjelasan, atau
contoh-contoh. Induktif adalah metode bernalar yang dimulai dengan
mengemukakan pernyataan bersifat khusus kemudian diiringi dengan
kesimpulan umum. Metode induktif dimulai dari uraian, penjelasan,
kemudian baru disampaikan kesimpulan.
Argumentasi yang baik biasanya menggunakan kaidah-kaidah
logika yang benar. Silogisme atau tautologi sering digunakan dalam
mengungkapkan atau membentuk paragraf argumentasi. Demikian juga
kesesuaian isi dengan realitas kehidupan sehari-hari merupakan suatu
landasan yang berguna dalam menyusun paragraf argumentasi (Suluh
Numpang Nulis, 2006:1). Adapun ciri penanda argumentasi sekaligus
merupakan ciri penanda eksposisi menurut M. Atar Semi (1990:48) adalah
sebagai berikut : (a) bertujuan meyakinkan orang lain (eksposisi memberi
informasi), (b) berusaha membuktikan kebenaran suatu pernyataan atau
commit to user
pembaca (eksposisi menyerahkan keputusan kepada pembaca), dan (d)
fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian (eksposisi
menggunakan fakta sebagai alat mengkonkretkan).
5. Tulisan Deskripsi
Deskripsi adalah penggambaran/pelukisan sesuatu dengan
kata-kata dengan satu tujuan yakni pembaca/pendengar mendapatkan gambaran
tentang sesuatu itu. Dengan pilihan kata dan susunan kalimat, keterpaduan
antar kalimat dalam paragraf serta keterpaduan antar paragraf dalam
keseluruhan tulisan pembaca/pendengar diharapkan bisa menangkap
sesuatu (objek yang dideskripsikan) sebagaimana penulisnya melihat,
mendengar, merasakan sesuatu yang dideskripsikan. Dengan kata lain
diskripsi adalah tulisan yang dihasilkan oleh seseorang setelah ia, dengan
segenap inderanya, mengalami secara langsung dengan melihat,
merasakan, emndengar, meraba, mencium suatu objek tertentu semisal
sebuah tempat, seseorang, benda ataupun keadaan.
Deskripsi bertujuan menghadirkan suatu objek seperti apa adanya.
Penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan
dan perasaannya secara rinci wujud yang dapat ditemukan pada objek
yang dideskripsikan kepada calon pembacanya. Ketajaman indera,
kepiawaian memilih kata dan menyusun kalimat adalah penentu hidup
tidaknya, menawan tidaknya, menggetarkan tidaknya sebuah diskripsi.
Kegagalan seorang penulis pemula dalam menulis deskripsi biasanya
hanya mengandalkan salah satu atau dua indera saja. Misalnya jika
penggambaran suatu objek hanya menghadirkan tangkapan indera
penglihatan saja maka apa yang dideskripsikan terasa kering dan akhirnya
pembaca tidak mendapatkan kesan tentang sesuatu yang dideskripsikan
itu. (http://gurubahasa.com)
Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian
tentang deskripsi objek sehingga dapat memberi pengarahan pada
sensitivitas dan imajinasi pembaca dan pendengar, bagaikan mereka ikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
perincian tentang merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut.
Agar menghasilkan tulisan deskripsi yang baik, seorang penulis harus
memahami objek tulisan, sehingga dapat disajikan dengan hasilnya
bagaikan potret kenyataan yang sebenarnya (Atar Semi, 1990 : 42)
Muchlisoh (1992:349) menyatakan bahwa deskripsi adalah karya
tulis yang melukiskan sesuatu. Artinya, apa yang dapat diamati oleh
penulis yang mungkin juga dirasakan oleh pembaca. Penulis berusaha
memaparkan keadaan nyata dari sebuah objek sesuai dengan kemampuan
dan keinginan penulis dalam mengindera (mendengar, melihat, merasakan,
dsb) tentang objek dari karya tulisnya. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi penginderaan penulis dalam memaparkan suatu objek
adalah tujuan penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan ini akan
menjadi sumber bagi si penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan
ini akan menjadi sumber bagi si penulis di dalam mengadakan pendekatan
terhadap objek itu. Sebagai contoh, penulis A dan B mengamati suatu
objek tertentu (misalnya sebuah bukit), mungkin di antara dua penulis itu
akan mendeskripsikan bukit tersebut dengan cara berbeda. Penulis A ingin
menuliskan bagaimana indahnya pemandangan di bukit. Penulis B
menuliskan bagaimana seramnya bukit tersebut karena penulis B melihat
di bukit itu terdapat sebuah pohon yang sangat besar dan sudah tua. Jadi,
dengan adanya perbedaan keinginan tujuan pada penulis yang berbeda
akan menyebabkan deskripsi atau paparan tentang objek yang sama akan
menjadi berlainan. Penulis A menyatakan indah, penulis B menyatakan
seram.
Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa deskripsi
adalah jenis karya tulis yang ada di dalamnya menuliskan suatu situasi
atau keadaan dengan kata-kata sehingga pembaca seolah-olah melihat,
mendengar, dan merasakan sendiri objek yang dilukiskan dalam deskripsi.
Atar Semi (1990:43) mengungkapkan ciri-ciri penanda deskripsi
adalah: (1) lebih berusaha memperlihatkan detail atau perincian tentang
commit to user
pembaca, (3) disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang
menggugah, (4) deskripsi lebih banyak memaparkan sesuatu yang dapat
didengar, dilihat dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda,
alam, warna, dan manusia, dan (5) organisasi penyampaian tulisan
deskripsi lebih banyak menggunakan susunan hati itu. Berkaitan dengan
urutan penyajiannya, penulis dituntut mampu menetapkan urutan yang
paling baik dengan menampilkan detail-detail yang dipilih.
Dalam tulisan deskripsi, untuk mendeskripsikan seorang tokoh
dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu : (1) menggambarkan fisik
yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang
keadaan tubuh seorang tokoh, (2) menggambarkan tindak-tanduk seorang
tokoh, (3) menggambarkan keadaan yang mengelilingi tokoh; (4)
menggambarkan perasaan dan pikiran tokoh, dan (5) menggambarkan
watak seseorang.
II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menciptakan
sistem pengajaran yang sukses, sedangkan siswa diminta untuk mengikuti
pembelajaran secara aktif. Semua itu tentu saja tidak bisa dilakukan dengan
mudah. Siswa yang ada pada sebuah kelas memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Kemampuan yang dimiliki siswa yang satu tidak sama dengan
kemampuan siswa yang lain. Sebagai tenaga pendidik, guru hendaknya
mengetahui dan memahami karakteristik yang ada pada diri siswa serta
berusaha memenuhi kbutuhan siswa sehubungan dengan proses
pembelajaran. Untuk itu, guru diharapkan dapat dengan cermat menentukan
strategi belajar dengan menggunakan metode atau pendekatan pembelajaran
yang tepat.
Salah satu pendekatan yang bisa diterapkan dalam suatu pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang
mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika
mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman
yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement Of Education, 2001). Pendekatan CTL adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002 :1).
Pendekatan konstektual yang diterapkan dengan sungguh-sungguh
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan
potensi yang ada pada diri siswa.
Sementara Nurhadi, Furhanuddin, dan Sendak (2003:13) memberikan
batasan tentang pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) sebagai berikut:
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
commit to user
Depdiknas (2002: 10-19) juga menyatakan bahwa pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme
(Contructivisme), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Assesment). Berikut adalah penjelasan dari setiap komponen-komponen:
1. Konstruktivisme (Contructivisme)
Konstruktivisme (Contruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasil diperluas melalui konteks yang
terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan
semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan di benak mereka.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL. Pengetahuan dan keetrampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan.
Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat berkembang.
Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi
begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat
menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan
keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting
karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif, yaitu
berguna untuk : (a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan pelajaran, (b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
siswa pada sesuatu yang diinginkan, (e) Membimbing siswa untuk
menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari
“bertanya”. Sebelum orang tahu kota Palu, seseorang bertanya “Mana arah ke kota Palu?”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama
pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting
dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4. Masyarakat Belajar (learning Community)
Konsep Learning Community menyatakan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
“sahring” antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan
pmbelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang angotanya heterogen, yang pandai mengajari
yang lemah. Yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat
menangkap mendorong temannya yang lamat, yang mempunyai gagasan
segera memberi usul, dan seterusnya.
5. Pemodelan (Modelling)
Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam
sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model
yang bisa ditiru. Model itu berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan
bahasa inggris, dan sebagainya. Atau guru memberi contoh cara
mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model “bagaimana
cara belajar”.
commit to user
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan
pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pelajaran yang baru diterima.
7. Penilaian yang Sebenarnya (Assesment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan
belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang
dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa mengalami kemacetan dalam
belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa
terbebas dari kemacetan belajar.
Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar menurut Sugianto (2008) adalah sebagai berikut :
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok
-kelompok).
5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir penemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Bertolak dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata agar
pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Pendekatan CTL banyak
memiliki kelebihan, yaitu : (a) Mengutamakan pengalaman nyata, (b)
Pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru, (c) Siswa menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pendekatan CTL membuat siswa lebih dekat dengan kehidupan nyata
karena siswa mengalami pembelajaran, bukan hanya menghafal materi
saja, (e) Hasil pembelajaran diukur dengan berbagai cara (dilihat dari
proses dan hasil), bukan hanya dengan tes.
B. HASIL PENELITAIN YANG RELEVAN
Berdasarkan hasil penelitian Kartono dkk yang berjudul Pembelajaran
Kontekstual Pada Sains Guna Meningkatkan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa
Kelas V Sekolah Dasar didapat kesimpulan sebagai berikut : Pembelajaran
kontekstual dapat meningkatan keterampilan kerja ilmiah pada murid kelas V SD
Negeri Begalon I, Laweyan, Surakarta. Peningkatan yang signifikan ada pada : (1)
jumlah murid Yang melakukan keterampilan kerja ilmiah, dan (2) pencapaian
keterampilan kerja ilmiah. Sedangkan jumlah keterampilan kerja ilmiah yang
dilakukan murid tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Elen
Inderasari (2008). Elen Inderasari menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi drama. Hasil penelitian yang dapat dikemukakan ialah
terjadinya peningkatan baik proses maupun hasil belajar siswa.
C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan teori-teori ataupun konsep yang telah diuraikan di depan,
kerangka berpikir penelitian ini dapat diterangkan sebagai berikut : kondisi awal
sebelum tindakan dilaksanakan, diperoleh gambaran (yang dilakukan pada
kegiatan prasurvei dengan observasi, wawancara, dan angket) bahwa kemampuan
menulis deskripsi siswa kelas V SD Negeri I Begalon Surakarta rendah apabila
dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia
lainnya, media yang digunakan guru terbatas, serta metode mengajar guru
menonton. Agar kemampuan menulis deskripsi siswa meningkat, peneliti
memebrikan solusi dengan agar menggunakan pendekatan CTL untuk
commit to user
menggunakan model pelatihan untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi
siswa. Peneliti bekerjasama dengan guru merumuskan bentuk pembelajaran yang
menarik dan menimbulkan minat siswa untuk menulis deskripsi.
Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan pemberian hadiah.
Bila tindakan tersebut dilakukan, maka diduga pembelajaran menulis deskripsi
akan berlangsung aktif dan menarik. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khusunya menulis deskripsi dengan pendekatan CTL ini nantinya siswa diajak
untuk belajar menulis deskripsi dengan cara menyenangkan. Perwujudan
pembelajaran menulis yang demikian itu, cenderung membuat siswa akan lebih
tertarik, senang, aktif, dan termotivasi. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Perencanaan
Tindakan
2. Pelaksanaan
Tindakan
4. Analisis dan
refleksi
3. Observasi dan
Interpretasi
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir KONDISI AWAL
Pembelajaran menulis kurang berhasil
Keterampilan menulis deskripsi siswa tergolong rendah
TINDAKAN PTK
PTK
Pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan CTL
KONDISI AKHIR
Pembelajaran menulis berhasil
commit to user
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran menulis deskripsi dapat :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V
SD Negeri Begalon I Surakarta.
2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pemilihan sekolah dan kelas V sebagai tempat penelitian adalah karena
pertama, peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan guru kelas V. Kedua, terdapat keterampilan menulis yang tergolong rendah di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan April
2010. Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah
sebagai berikut :
Tabel 3 : rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri
commit to user
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis deskripsi di kelas V
SD Negeri Begalon I Surakarta.
C. SUMBER DATA
Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan
pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut
meliputi :
1. Peristiwa proses belajar mengajar keterampilan menulis deskripsi
Data yang dikumpulkan yaitu data tentang bagaimana proses
pembelajaran keterampilan menulis deskripsi yang berlangsung di kelas V SD
Negeri Begalon I Surakarta.
2. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V
yang berjumlah 20 anak karena dalam kelas ini pembelajaran menulis
deskripsi masih tergolong rendah.
3. Dokumen
Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa: hasil karangan
siswa, angket motivasi, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran
yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat
pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan.
Dalam kegiatan ini, peneliti termasuk sebagai partisipan pasif. Peneliti
tidak melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang
berlangsung. Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kelas yang dipimpin oleh guru. Guru melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan yang direncanakan peneliti. Peneliti mengambil posisi di tempat
duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran di kelas
yang dipimpin oleh guru, apakah pembelajaran yang dilaksanakan guru sesuai
dengan yang direncanakan. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling
belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala
sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada
di tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk
mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa.
Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan
untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai
kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan
yang ada. Hasil diskusi berupa solusi untuk berbagai kelemahan tersebut
kemudian dilaksanakan dalam siklus.
Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas, merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang
sedang berlangsung. Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, motivasi siswa terhadap
pembelajaran yang berlangsung terutama pembelajaran menulis dengan
menggunakan metode field trip.
2. Teknik in-dept Inetrview (wawancara mendalam)
Wawancara dilakukan terhadap siswa, guru dan informan lain. Teknik
ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan
pembelajaran menulis, berbagai informan mengenai kesulitan yang dialami
guru dalam pembelajaran menulis, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu,
peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui metode
pembelajaran menulis karangan yang diterapkan oleh guru dan untuk
mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang
digunakan oleh guru tersebut, serta untuk mengetahui keterampilan menulis
commit to user
3. Angket
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta
informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan
data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak memungkinkan untuk
diwawancarai satu persatu. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa
kelas V yang berjumlah 20 siswa.
4. Tes/Unjuk Kerja
Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan
pelaksanaan tindakan. Usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka
mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan sesudah
pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru melaksanakan dua kali tes,
yakni pre-tes dilakukan dengan cara memberikan tugas menulis karangan yang
bertujuan untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam menulis, serta
post-tes untuk mengetahui keterampilan siswa setelah mengikuti pembelajaran
menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL).
E. TEKNIK VALIDASAI DATA
Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi sumber data, triangulasi metode. Dalam mengumpulkan data, peneliti
menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Data yang merupakan
dokumen akan lebih mantap kebenarannya bila didukung dengan tindakan
demikian, apa yang telah diperoleh dari sumber data yang berupa dokumen bisa
teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari
sumber lain yang berbeda.
Triangulasi sumber data memanfaatkan sumber data yang berbeda-beda
untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memeproleh data yang
berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data dari
narasumber dengan teknik wawancara mendalam yang kebenarannya dapat