• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SD NEGERI KEBOGADUNG 02 BREBES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SD NEGERI KEBOGADUNG 02 BREBES"

Copied!
279
0
0

Teks penuh

(1)

KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA CD INTERAKTIF

PADA SD NEGERI KEBOGADUNG 02 BREBES

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Pendidikan pada Program Studi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Negeri Semarang

Oleh

Catur Wiji Kurniasih

1401910043

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PERYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Catur Wiji Kurniasih

NIM : 1401910043

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Pecahan

Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Media CD Interaktif pada

SD Negeri Kebogadung 02 Brebes

menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan

jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan

orang lain dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik ilmiah.

Brebes, Juli 2013

Peneliti

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika

Pecahan melalui Pendekatan Kontekstual dengan Media CD Interaktif pada SD

Negeri Kebogadung 02 Brebes”, ditulis oleh Catur Wiji Kurniasih NIM 1401910043,

telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan Ke Sidang Panitia Ujian Skripsi

pada:

hari : Kamis

tanggal : 4 Juli 2013

Semarang, 4 Juli 2013

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Noening Andrijati,M.Pd Tri Murtini, M.Pd

NIP 196806101993032002 NIP 198105102006042002

Diketahui Oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(4)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika

Pecahan melalui Pendekatan Kontekstual dengan Media CD Interaktif pada SD

Negeri Kebogadung 02 Brebes”, ditulis oleh Catur Wiji Kurniasih NIM 1401910043,

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan Pendidikan

Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Kamis

tanggal : 11 Juli 2013

Panitia Ujian Skripsi,

Ketua, Sekertaris,

Drs. Hardjono, M.Pd. Dra. Hartati, M.Pd.

NIP 195108011979031007 NIP 195510051980122001

Penguji Utama,

Umar Samadhy,M.Pd

NIP 195604031982031003

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Noening Andrijati,M.Pd Tri Murtini, M.Pd

(5)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Seorang yang berakal adalah ia yang sabar menempuh segala kesulitan. Bahkan tidak

pernah mundur didalam mencapai cita-cita.

(Syekh Musthafa AL Ghalayini)

Sifat-sifat yang baik tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar

dan tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan

besar.

(Funshilat ayat 35)

Jangan pernah sungkan untuk mengajarkan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, kita

harus berupaya agar ilmu dan pengalaman yang ada pada diri kita bisa menjadi jalan

bagi kesuksesan orang lain.

(Penulis)

PERSEMBAHAN

1.

Kedua orang tuaku

2.

Suamiku

(6)

KATA PENGATAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan

segala kemudahan kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Pecahan

melalui Pendekatan Kontekstual dengan CD Interaktif pada SD Negeri Kebogadung

02 Brebes”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Peneliti menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, perkenalkanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Agus Wahyudin, M. Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2.

Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3.

Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri

Semarang.

4.

Noening Andrijati,M.Pd, Dosen Pembimbing I, yang selalu meluangkan waktunya

untuk memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi.

5.

Tri Murtini,M.Pd, Dosen Pembimbing II, yang selalu meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi.

6.

Keluarga besar SD Negeri Kebogadung 02 Brebes, yang senantiasa mendukung

dalam menyusun skripsi.

7.

Semua rekan-rekan mahasiswa SI PJJ PGSD Universitas Negeri Semarang.

Akhirnya hanya kepada Allah Swt kita tawakal dan memohon hidayah dan

inayah-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Brebes, Juni 2013

Peneliti

(7)

ABSTRAK

Wiji,Catur 2013

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Pecahan

melalui Pendekatan Kontekstual dengan Media CD Interaktif pada SD

Negeri Kebogadung 02 Brebes. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I:

Noening Andrijati,M.Pd, Pembimbing II: Tri Murtini,M.Pd

Berdasarkan data awal di SD Negeri Kebogadung 02 Brebes ditemukan

berbagai masalah dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas III antara lain:

didalam pembelajaran guru menggunakan metode tidak sesuai dengan materi.

Sehingga mengolah kelas kurang maksimal yang menjadikan siswa tidak aktif,

kuarang kritis, bahkan siswa tidak menguasai matematika pecahan. Faktor tersebut

mengakibatkan pada hasil belajar siswa rendah. Dengan melalui pendekatan

kontekstual dengan media cd interaktif merupakan aternatif solusi untuk mengatasi

masalah dalam pembelajaran Matematika pecahan pada SD Negeri Kebogadung 02.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang

terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, dan refleksi. Penelitian menggunakan metode demonstrasi berbasis

lingkungan. Penelitian dilakukan di SD Negei Kebogadung 02 Brebes, dengan subjek

penelitian kelas III dengan jumlah 9 siswa, terdiri dari 5 laki-laki dan 4 perempuan.

Variabel yang digunakan adalah aktivitas siswa, keterampilan guru,dan hasil belajar

siswa. Sumber data berasal dari guru, foto, dan instrumen yang digunakan adalah

observasi dan catatan lapangan.

Hasil penelitian menunjukan keterampilan guru siklus I memperoleh skor

16 dengan kreteria kurang, Siklus II memperoleh skor 20 dengan kreteria cukup, dan

siklus III memperoleh skor 30 dengan kreteria sangat baik. Aktivitas siswa pada

siklus I mendapat skor 17 dengan kreteria cukup, siklus II mendapat skor 23 dengan

kreteria baik,. Hasil belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I

ketuntasan klasikal 60%, siklus II ketuntasan klasikal meningkat menjadi 85%.

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika

melalui pendekatan kontekstual dapat berhasil, sehingga dapat dijadikan salah satu

aternatif solusi untuk meningkatkan pembelajaran Matematika di SD.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………...

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ...

v

KATA PENGATAR ...

vi

ABSTRAK ...

vii

DAFTAR ISI ...

viii

DAFTAR TABEL ...

xi

DAFTAR DIAGRAM ...

xii

DAFTAR FOTO ...

xiii

DAFTAR LAMPIRAN...

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ...

1

1.2

Rumusan dan Pemecahan Masalah ...

7

1.3

Tujuan Penelitian ...

9

1.4

Manfaat Penelitian ...

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Kerangka Teori ...

11

2.1.1 Pengertian

Belajar

…………... 11

2.1.2

Hakekat Matematika ... ...

12

2.1.3 Pendekatan

CTL……....………...…... 17

2.1.4

Penerapan Pendekatan CTL di kelas...

19

2.1.5 Kualitas

Pembelajaran... 22

(9)

2.1.7 Pengertian

Media

………... 26

2.1.8

CD Interaktif ………...………...

27

2.1.9

Karakteristik Siswa SD …………. ...

28

2.1.10

Aktivitas Siswa …...

30

2.1.11

Hasil Belajar …. ...

32

2.1.11.1

Pengertian Hasil Belajar ... ...

32

2.1.11.2

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar...

34

2.1.12

Keterampilan Guru ………...…...

33

2.1.13

Materi Pecahan …….………..………...

36

2.2

Kajian Empiris ……….………...

40

2.3

Kerangka Berfikir ………...

42

2.4

Hipotesis Tindakan ………..

44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan

dan

Penelitian... 45

3.1.1 Perencanaan

……... 45

3.1.2

Pelaksanaan Tindakan ...

46

3.1.3 Observasi

... 47

3.1.4 Refleksi...

…... 47

3.2

Perencanaan Tahap Penelitian ...……...

48

3.2.1

Perencanaan Siklus I... ...

48

3.2.2

Tahap Pelaksanaan Tindakan ………...

48

3.2.3 Observasi

………... 49

3.2.4

Refleksi ………… ...………...

50

3.2.2 Siklus

II... 50

3.2.2.1

Perencanaan Siklus II ……...………..

50

3.2.2.2

Tahap Pelaksanaan Tindakan ..……...

50

3.2.2.3

3.2.2.4

Observasi …...

Refleksi ………...…...………...

(10)

3.3

Subjek Penelitian … ……..…………...………...

52

3.6.1

3.7

3.8

3.8.1

3.8.2

3.8.3

3.9

Jenis Data ……….………...

Teknik Pengumpulan data ……….

Teknik Analisa Data …………..……….………

Teknik Analisa Data Kuantitatif ……….………

Teknik Analisa Data Kualitatif ………...

Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verivikasi Data ………

Indikator Keberhasilan ………...

54

54

56

56

58

58

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Penelitian ... ...

63

4.1.1

4.1.1.1

4.1.1.2

4.1.1.3

4.1.1.4

Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ...

Paparan Hasil Belajar Siklus I ………

Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran ...

Observasi ………...

Refleksi ………...

63

63

65

73

87

4.1.1.5 Revisi

………...

89

4.1.2

4.1.2.1

Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II …...

Paparan Hasil Belajar Siswa Siklus II …...

90

90

4.1.2.2

4.1.3.2.2

4.1.3.2.3

4.1.3.2.4

4.1.3.2.5

4.1.3.2.6

4.2

4.2.1

4.2.2

Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran ...

Perencanaan…………..………...

Perencanaan Tindakan ……….…………...

Observasi ………

Refleksi …...………

Revisi ……….……….

Pembahasan ………

Pemaknaan Hasil Temuan Penelitian ….………

Implikasi Hasil Penelitian ………...

(11)

BAB V

PENUTUP

(12)

DAFTAR TABEL

3.1

Ketuntasan Klasikal ………...

3.2

Klasifikasi Kategori ………...

3.3

Klasifikasi Kategori Penilaian Aktivitas Siswa ………...

3.4

Klasifikasi kategori penilaian hasil aktivitas siswa ………

3.5

Klasifikasi kategori penilaian keterampilan guru ………

4.1

Distribusi frekfensi hasil belajar siklus I ………...

4.2

Hasil observasi keterampilan guru siklus I ………....

4.3

Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I pertemuan I ……….…

4.4

Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I pertemuan II ………....

4.5 Distribusi frekuensi hasil belajar siswa siklus II ………....

4.6 Hasil observasi kompetensi guru siklus II ………...

4.7 Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus II pertemuan I ………....

4.8 Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus II pertemuan II ………...

Hal

(13)

DAFTAR

BAGAN

Bagan

1 Kerangka berpikir ……….. 45

2 Skema tahapan siklus ………. 47

3 Diagram hasil belajar siswa siklus I ……….. 66

4 Diagram hasil belajar siswa siklus II pertemuan I ………. 93

DAFTAR FOTO

Foto 1

Guru sedang menggunakan benda konkrit ...…...

255

(14)

Foto 3

Foto 4

Guru Menerangkan tentang pecahan ………...

Siswa menjadi Model Pembelajaran

256

256

Foto 5

Guru Sedang Berkeliling ke semua penjuru …... 257

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

4. RPP Siklus I Pertemuan II ………... 174

5. Lembar Kerja Siswa II ………. 180

6. RPP Siklus II Pertemuan I ……… 183

7. Lembar Kerja Siswa ………... 189

8. RPP Siklus II Pertemuan II ……….. 191

9. Lembar Kerja Siswa ……… 187

10. Misi-kisi Intrumen Penelitian ………... 202

11. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa ………. 206

12. Daftar Nilai hasil Belajar Siswa ………. 207

13. Sintak Berbasis Demonstrasi Berbasis Pecahan ………. 208

14. Lembar Observasi Kompetensi Guru ……….. 209

15. Lembar Observasi Kompetensi Guru ………... 213

16. Hasil Observasi Kompetensi Guru ………. 217

17. Lembar Observasi Kompetensi Guru ………. 218

18. Lembar Observasi Kompetensi Guru ………. 223

19. Hasil Observasi Kompetensi Guru ……….. 227

20 Lembar Observasi Aktivitas Siswa …..……… 228

21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……… 232

22. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ………. 236

23. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……… 236

24. Lembaar Observasisi Aktivitas Siswa ……… 241

25. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ……….. 245

26. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I .…………. 246

27. Hasli Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II …………. 247

28. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I …………. 248

29. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II ………… 249

30. Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan I ……….. 250

31. Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan II ……….... 252

(16)

33. Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan II ……… 254

DAFTAR GAMBAR

(17)

Gambar 41

Gambar 42

Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I……...

Diagram Hasil Belajar Siklus II...

(18)

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, tergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan suatu yang wajar, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berpikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan. Untuk kepentingan kebi jakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat me -ngimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktiknya. Dalam Undangundang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa pen -didikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri -nya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepriba -dian , kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, ma -syarakat, bangsa dan negara (Sudibyo 2006:3)

(19)

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI ten- tang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembanagan pesat di bidang teknologi informasi dan komuni -kasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan analisa diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan ber- pikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Dediknas 2006:575)

Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan ini mengajukan masa -lah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga CD interaktif atau alat media lainnya.

(20)

konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, mela -kukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menye- lesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Mengkomunikasikan ga -gasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidu -pan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari ma -tematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (KTSP Dharma,Bhakti 2006:38)

Hasil temuan Riyanto (2010:160), sejauh ini pendidikan kita masih dido -minasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian guru tidak menggunakan multimedia dalam kegiatan pembelajaran. Un- tuk itu diperlukan strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Hasil temuan para ahli (dalam Martinis Yamin,2007:76) terdapat kecenderungan perilaku guru dalam kegiatan pembelajaran yang lesu, pasif, dan perilaku

(21)

Dari hasil penelitian yang dilakukan Puspita Dwi pada siswa kelas III De- mak tahun pelajaran 2011/2012 dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CTL pada siswa kelas V SDN Weding I Demak menunjukan bahwa implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran CTL berbantuan LKS dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SD 3 Sambangan. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan skor rata-rata kelas dari 76% pada siklus I menjadi 88% pada siklus II. Rerata tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan adalah 43,29 yang tergolong sa -ngat positif. Selama pembelajaran terlihat yaitu siswa tampak senang mengikuti pembelajaran. Siswa berani mengemukakan pendapat maupun mengajukan per -tanyaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Edi Subagio (2005) pada siswa kelas III SD Negeri Brebes dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas III SD Negeri Brebes pada pokok bahasan bangun datar sebagai implementasi pende -katan CTL menunjukan bahwa hasil belajar siswa SD kelas III Brebes meningkat. Hal ini di tunjukan pada siklus I siswa mencapai nilai rata-rata kelas minimal 6,27, sedangkan ketuntasan belajarnya adalah 50%. Siklus II mencapai nilai rata-rata kelas 7,2 dan ketuntasan belajarnya adalah 78,5%. Berdasarkan hasil belajar siswa diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Kebogadung 02 Brebes pada pokok bahasan bangun datar.

(22)

lainnya. Pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif. Siswa pasif hanya menerima pengetahuan dari guru dan tidak aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa diberikan rumus oleh guru untuk diterima dan dihafalkan, kemudian siswa mengerjakan soal-soal latihan. Siswa tidak dibiasakan memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pelajaran matematika. Guru jarang menggunakan alat peraga atau media cd interaktif pelajaran matematika sehingga siswa kesulitan dalam menemukan kon -sep matematika. Guru jarang membahas materi matematika dengan mengguna -kan kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Hanya guru satu-satunya yang menjadi model pembelajaran tanpa melibatkan siswanya. Target guru dalam pengajaran matematika lebih mengarahkan agar siswa mampu mengerjakan soal tes. Hasil belajar hanya diukur dengan tes. Akibatnya kualitas pembelajaran matematika di SDN Kebogadung 02 rendah.

Hal tersebut tampak dari data hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Kebogadung 02 pada ulangan semester masih dibawah KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Data hasil belajar matematika siswa ditunjukan sebagai berikut: nilai terendah 45, nilai tertinggi 85, dan rata-rata kelas 61,7. Jadi siswa yang telah mencapai standar ketuntasan ada 4 siswa (44%), sedangkan siswa yang belum mencapai standar ketuntasan 5 siswa (55%). Siswa masih banyak yang belum mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pem -belajaran matematika. Berdasarkan perolehan hasil pembelajaran tersebut ter- bukti bahwa pembelajaran matematika belum berhasil sehingga proses pembela -jaran perlu ditingkatkan kualitasnya.

(23)

meningkatkan aktivitas belajar siswa, meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan ketrampilan guru. Untuk mengatasi masalah yang timbul di kelas III pada mata pelajaran matematika, maka salah satu alternatif pendekatan pem- belajaran yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di SDN Kebogadung 02 Brebes sebagai sarana penelitian adalah pendekatan CTL.

CTL membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III pada materi Pecahan Melalui Pendekatan Kontekstual Dengan Media CD Interaktif di SDN kebogadung 02 Jatibarang Brebes”

1.2 RUMUSAN MASALAH dan PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan se -bagai berikut:

(1) Apakah penerapan pendekatan kontekstual dengan media CD Interaktif dapat

(24)

(2) Apakah penerapan pendekatan kontekstual dengan media CD Interaktif dapat

meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran siswa kelas III pada materi pokok pecahan di SD Negeri Kebogadung 02?

(3) Apakah penerapan pendekatan kontekstual dengan media CD Interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada materi pokok pecahan di SD Negeri Kebogadung 02 ?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan tersebut, dengan mengkaji latar bela -kang dan uraian lain sebelumnya, maka fokus dalam penelitian ini adalah me - ningkatkan aktivitas hasil belajar siswa kelas III Semester II SD Negeri Kebo gadung 02 Jatibarang Brebes pada materi pokok pecahan melalui pendekatan kontekstual dengan media CD Interaktif dengan langkah-langkah pendekatan kontekstual (CTL) dengan menggunakan CD interaktif adalah:

(1) Mengembangkan pemikiran dengan cara bekerja menemukan sendiri, mengkontruksi sendiri pengetahuan, dan keterampilan barunya.

Guru mengarahkan siswa dalam menemukan pecahan. (2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan Inquiri.

Guru membimbing siswa untuk mengemukakan pertanyaan terhadap materi yang dipelajari

(3) Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.

(25)

(4) Menciptakan masyarakat belajar dalam kelompok

Guru membimbing siswa dalam kelompok-kelompok belajar dalam me- ngatasi masalah

(5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran

Guru membagikan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan (6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan

Guru melakukan refleksi terhadap pekerjaan siswa serta menyimpulkan isi materi yang telah diajarkan

(7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai macam cara pen -dekatan kontekstual

Guru mengevaluasi penyelidikan siswa dan proses yang mereka lakukan

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika kelas III SDN Kebogadung 02 Jatibarang Brebes.

1.3.2 Tujuan Khusus

(1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas III pada materi pokok pecahan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan CD Interaktif di SD Negeri Kebogadung 02 .

(26)

(3) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada materi pokok pecahan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan CD Interaktif di SD Negeri Kebogadung 02 .

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan kon -tribusi pada pengembangan matematika di SD . Selain itu dapat memberikan manfaat bagi :

1.4.1 Manfaat Bagi siswa

(1) Meningkatnya aktivitas siswa pada pembelajaran pecahan di SD Negeri Kebogadung 02 .

(2) Meningkatnya hasil belajar matematika pada materi pecahan di kelas III SD Negeri Kebogadung 02.

1.4.2 Manfaat Bagi guru.

(1) Meningkatnya keterampilan dalam pembelajaran pecahan di kelas III SD Negeri Kebogadung 02.

(2) Tersedianya alternatif pendekatan dalam pembelajaran matematika khusus -nya pendidikan di kelas III SD Negeri Kebogadung 02.

1.4.3 Manfaat Bagi Sekolah

(27)

2.1 KERANGKA TEORI 2.1.1 Pengertian Belajar

Berbagai ahli mendefinisikan belajar sesuai aliran filsafat yang dianutnya sebagai berikut. Bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang sebagai berikut. Bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung da -lam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan bahan perubahan da -lam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai Perubahan itu bersifat se -cara relatif kontan dan berbekas.http://sulanan.susun-ampel.ac.id/?p=51

Belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indra. Dengan kata lain bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintiasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu atau belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman ( Suprijono,Agus 2011:105-106)

(28)

Riyanto menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan ba- ru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubungkan pengetahuan atau il- mu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan de -ngan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses untuk mengubah kompetensi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat meng hasilkan perbaikan keterampilan guru (Riyanto, Yatim (http://sulanam.sunan-ampel.ac.id/?p=51. Rabu,01-09-2012, 23.00)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan ling -kungan, menggunakan panca indra, dan dianggapnya properti sekolah dan belajar juga merupakan proses mendapatkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru.

2.1.2 Hakekat Matematika

(29)

Matematika adalah sumber kehidupan. Pernyataan ini mungkin berlebihan dan

terlalu mendramatisir sesuatu, tapi tidak bagi kehidupan besar ilmuwan ber -kaliber

dunia bahkan yang paling berpengaruh seperti Sir Isaac Newton, Euklides, Leonhard

Euler, sampai Cari Friedrich Gauss. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai

bentuk , susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang

lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar,

analisis, dan geometri (Mulyani,Sri 2011:13)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah

bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu

tentang keteraturan, dan memiliki objek tujuan abstrak, yang bertumpu pada

kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif dan sumber kehidupan.

2.1.2.1 Tujuan

Tujuan pembelajaran matematika di SD BNSP (2008:44) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah

(30)

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, me -rancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan dan masalah.

(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, pengertian dan minat dalam mempelajari mate -matika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Per -mendiknas nomor 22 tahun 2006).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembela -jaran matematika adalah untuk mengajarkan konsep, penalaran dan pemecahan masalah kepada siswa, kemudian menyajikan data dan memberikan rangsangan keingintahuan kepada siswa dalam hal belajar.

2.1.2.2 Langkah Pembelajaran Matematika Di Sekolah dasar

Heruman merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisiensi, sesuai dengan kurikulum pada pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menye -nangi pelajaran matematika.

(31)

lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matema -tika,(Heruman 2010:3)

(1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep) yaitu pembelajaran konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yaitu dicirikan de -ngan kata mengenal. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkankemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam ke -giatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

(2) Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan lan -jutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan dari pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

(3)

Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep

dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan

agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan ke -terampilan juga

(32)

Kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan

yang berbeda, tetapi masih merupakan lan- jutan dari nanaman konsep dan

pemahaman konsep. Pada pertemuan ter -sebut, penanaman dan pemahaman

konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya,disemester

atau kelas sebelumnya

(

http://syarifartikel.blogspot.com/2009/01/langkah-langkah-pembelajaran-matematika_11.html. 13 Januari 2012 00.06 WIB)

2.1.2.4 Teori Belajar Bruner

Bruner mengemukakan bahwa dalam belajar anak sebaiknya diberi ke -sempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga a -nak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat pada benda yang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak di -hubungkan dengan keterampilan intuitif yang telah melekat pada dirinya. http://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s-bruner/

Tiga tahapan dalam teori Jerome Bruner tentang perkembangan intelektual adalah: (1) Enactif, dimana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi terhadap objek.

(2) Iconic, dimana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-gambar.

(33)

pengetahuan yang diperlukannya. “Menemukan” disini terutama adalah menemukan lagi

(discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh karena itu, materi yang disajikan kepada siswa bukan dalam bentukakhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Guru harus lebih ba -nyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu(Suprijono, Agus.2011:30)

Atas dasar uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika haruslah dimulai dari penjelasan materi secara konkrit terlebih da -hulu, mengingat usia anak sekolah dasar masih dalam tahapan berpikir operasio -nal konkrit. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa lebih mudah mengetahui dan memahami tentang materi yang diajarkan dengan menggunakan media pembela -jaran yang sesuai. Setelah dari tahapan berfikir konkrit selesai dikemudian dapat lanjutkan ke tahapan berfikir yang abstrak. Dengan demikian peneliti melaksana- kan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan CTL.

2.1.3 Pendekatan CTL

Untuk beradaptasi dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan tek -nologi, pembelajaran matematika di SD perlu terus ditingkatkan kualitasnya. Kita melihat bahwa informasi yang diketahui oleh manusia setiap hari begitu beraneka ragam, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dengan demikian, kita harus memanfaatkan cara atau strategi tertentu untuk memperolehnya. Pembelajaran CTL atau Contextual Teaching and Learning

(34)

da -lam masyarakat.Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mere -ka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat(Suprijono, Agus 2011: 89-91)

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penera -pannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pe -ngetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (http://mamansherman. wordpress. com/2008/11/04/hello-world/)

CTL merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diapli -kasikan dan ditransfer dari satu konteks

permasalahan yang satu kepermasalahan lainnya

(http://abuhasanlpmppalu.wordpress.com/2013/02/12/pendekatan-ctl-cocok-dalam-implementasi-kurikulum-2013/)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

Con-

textual Teaching and Learning

(TCL)merupakan salah satu pendekatan yang dapat

(35)

kurikulum KTSP, serta merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep ini diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi

siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan. Siswa

bekerja dan mengalami, bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Strategi atau proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil dari

pembelajaran.

2.1.4 Penerapan Pendekatan CTL di Kelas

Pendekatan Kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama yaitu kontruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning), masyarakat Belajar (Community Learning), Pemodelan (Modelling ), Refleksi (Reflection), Penilaian Otentik (Authebtic Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut da -lam pembelajarannya.

(1) Kontruktivisme (Constructivisme)

Merupakan landasan berpikir yang dipergunakan dalam pembelajaran kon -tekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi se -dikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Siswa perlu di biasakan untuk memecahkan masalah, menemukan Sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide–ide.

(36)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, artinya bahwa dalam pembelajaran kontekstual harus ada penemuan suatu konsep atau pengetahuan baru dari proses yang dilakukan sendiri oleh siswa.Tahapan inquiry

meliputi sebagai berikut : mengamati, menemukan dan merumuskan masalah, mengajukan dugaan jawaban, me -ngumpulkan data, menganalisa data, membuat kesimpulan

(3) Bertanya (Questioning)

ertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual artinya dalam pembelajaran harus muncul banyak pertanyaan untuk menggiring siswa dalam menemukan konsep baru.

Bertanya merupakan suatu kegiatan guru dalam mendorong, membimbing, dan menilai berfikir siswa.

(4) Masyarakat Belajar (Community Learning)

Dalam pembelajaran kontekstual harus dapat diciptakan masyarakat belajar, dalam hal ini siswa belajar dalam bentuk kelompok untuk melakukan kerja- sama. Guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen.

(5) Pemodelan (Modelling )

(37)

(6) Refleksi (Reflection)

Artinya bahwa konsep / pengetahuan yang telah ditemukan dapat dire -flek sikan (kebelakang maupun kedepan) agar memiliki makna dalam ke -hidupan siswa sendiri.

(7) Penilaian yang sebenarnya (Authebtic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa.

Peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif tersebut dalam kelas. Diharapkan kualitas pembelajaran da- pat meningkat dan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Langkah- langkah penerapan pendekatan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut: (1) Kembangkan pemikiran dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan meng -konstruksi sendiri ketrampilan dan pengetahuannya, (2) Langkah sejauh mungkin kegiatan inquiri, (3) Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan cara bertanya, (4) Citakan masyarakat belajar, kerja kelompok, (5) Hadirkan model dalam con -toh pembelajaran, (6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan (Panitia sertivikasi,2011.Sertivikasi Guru Sekolah Dasar.Semarang:UNNES)

2.1.5 Kualitas Pembelajaran

(38)

yang amat penting. Peningkatan kua -litas pembelajaran di sekolah merupakan perwujudan yang mendukung upaya perbaikan pengelolaan pendidikan. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dili -hat dari kualitas perilaku pembelajaran guru (teacher’s behavior),

perilaku belajar siswa (student’s behavior), iklim pembelajaran (learning climate), materi pem -belajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran di sekolah (Depdiknas,2005). Diantara indikator-indikator tersebut peneliti fokuskan pada perilaku pembelajaran guru

(keterampilan guru) dan perilaku belajar siswa (http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/hakikat-kualitas-pembelajaran.html)

Kualitas perilaku pembelajaran guru dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain: (1) Kemampuan guru dalam membangun perspepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar; (2) Penguasaan ilmu yang luas dan mendalam serta mampu memilih, menata, mengemas, dan menyajikan materi sesuai kebutuhan siswa; (3) Kemampuan memahami keunikan setiap siswa dengan segenap kelebihan dan kekurangannya; (4) Kemampuan memahami lingkungan keluarga, sosial budaya, dankemajemukan masyarakat tempat kehidupan siswa; (5) kemampuan mengolah pembelajaran yang mendidik berorientasi pada siswa yang tercermin dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran secara dinamis untuk membentuk kompetensi siswa; (6) Kemampuan mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan secara berkelanjuatan (http://tlingus.wordpress.com/2009/12/03/peran-guru-dalam-pelaksanaan-pembelajaran-dan-manajemen-kelas/)

(39)

Kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya secara bermakna; (5) Kemampuan membangun kebiasaan berfikir, bersikap, dan bekerja produktif.

Keterampilan guru dan aktivitas siswa memegang peranan penting dalam mencapai pembelajaran yang berkualitas. Atas uraian tersebut maka peneliti ini di fokuskan pada keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembela -jaran yang selanjutnya berdampak pada hasil belajar siswa (http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/hakikat-kualitas-pembelajaran.html. Jumat)

2.1.6 Keterampilan Dasar Mengajar guru

Menurut Rusman (2011:80) keterampilan dasar mengajar guru secara aplikasi indikatornya dikelompokan menjadi sembilan yaitu: keterampilan mem -buka pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, kete- rampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membim- bing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan pem -belajaran perseorangan, dan keterampilan menutup pelajaran.Berikut uraian ke -terampilan dasar mengajar guru:

(1) Keterampilan membuka pelajaran.

(40)

menjelaskan tujuan pembela -jaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus dan RPP.

(2) Keterampilan Bertanya

Menurut Winataputra (2003:24) pada dasarnya keterampilan bertanya dike- lompokan menjadi dua yaitu keterampilan bertanya dasar yaitu (a) penga -juan pertanyaan secara jelas dan singkat, (b) pemberian acuan, (c) pemu -satan, (d) pemindahan giliran, (e) penyebaran, (f) pemberian waktu berpikir, (g) pemberian tuntunan. dan keterampilan bertanya lanjut terdiri dari, (a) pengubahan tuntunan kognitif dalam menjawab pertanyaan, (b) pengaturan urutan bertanya, (c) penggunaan pertanyaan pelacak, (d) peningkatan terjadinya interaksi.

(3) Keterampilan Memberi Penguatan

Teknik pemberian penguatan dalam pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan yang di -nyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu dan lain-lain, dalam Darmadi Hamid (2009:2)

(4) Keterampilan mengadakan variasi dibagi menjadi tiga yaitu: (a) variasi gaya mengajar, (b) variasi pola interaksi dan kegiatan, (c) variasi penggunaan alat bantu pengajaran yang meliputi alat atau bahan yang dapat di dengar, dilihat dan dimanipulasi.

(41)

(6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, komponen-komponen yang dikuasai guru dalam membimbing diskusi kelompok, dalam Rusman (2011:89) yaitu: (a) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, (b) memperjelas masalah untuk menghindarkan kesalahpahaman, (c) menganalisis pandangan siswa, (d) meningkatkan urunan siswa, (e) memberikan kesempatan untuk berpartisipasi, (f) menutup diskusi.

(7) Keterampilan mengelola kelas yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, keterampilan yang berhubungan pengembalian kondisi belajar yang optimal, menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

(8) Keterampilan pembelajaran perorangan adalah keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(9) Keterampilan menutup pelajaran adalah dapat dilakukan dengan merang -kum inti pelajaran dan membuat ringkasan. Membuat tanya jawab secara lisan, mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasi ide baru, menyatakan pendapat tentang masalah yang dibahas, memberikan soal-soal tertulis

(http://www.slideshare.net/YandraHelira/8-keterampilan-dasar-mengajar-guru-profesional)

2.1.7 Pengertian Media

(42)

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa.

2.1.8 CD Interaktif

CD Interaktif adalah merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tu- juan aplikasi interaktif di dalamnya. CD ROM merupakan satu-satunya dan pro -gram dalam CD ( http://pengertian-interaktif.blogspot.com/)

Kelebihan CD Interaktif adalah sebagai Media Pembelajaran saat ini sudah semakin beragam, mulai dari media konvensional seperti buku dan alat peraga tradisional sampai dengan media modern audio visual berupa kaset tape, VCD (Video Compact Disk), maupun alat modern lainnya. Dengan beragam media tersebut, maka suatu sistem pembelajaran yang dapat menghadirkan suasana me- nyenangkan mutlak diperlukan. Oleh karena itu tidak salah jika CD Interaktif me- rupakan salah satu alternatif media yang dapat menjawab kebutuhan tersebut.

Menurut praktisi media Augus Savara dalam program e-Lifestyle Metro TV, Sabtu 9 Agustus 2003, kelebihan CD Interaktif antara lain:

(43)

(2) Kemudian kedua adalah menambah pengetahuan. Pengetahuan di sini ada -lah materi pembelajaran yang dirancang kemudahannya dalam CD Interaktif bagi pengguna. (3) Kelebihan ketiga adalah tampilan audio visual yang menarik. Menarik di sini tentu

saja jika dibandingkan dengan media konvensional seperti buku atau media dua dimensi lainnya. Kemenarikan di sini utamanya karena sis -tem interaksi yang tidak dimiliki oleh media cetak (buku) maupun media elektroniklain (http://edyawml. wordpress.com/ 2011/06 / 23/kelebihan-dan-kelemahan-cd-pembelajaran/)

Keunggulan CD Interaktif dapat membantu mempertajam pesan yang di -sampaikan dengan kelebihannya menarik indera dan menarik minat, karena me -rupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan (Suyanto:18). Di Indo -nesia banyak sekali dijual CD Interaktif. CD tersebut ada yang buatan asing dan ada pula yang buatan lokal atau dalam negeri. Ada CD Interaktif untuk anak-nak balita, yang tujuannya merangsang aspek kognitif anak, ada juga untuk pelajar SD, yang isinya antara lain mengenal huruf, belajar membaca

dan berhitung dan yang berisi aneka gambar tubuh manusia (Tim Metro TV, 2004:22) . ( http:// edyawm1.wordpress.com/2011/06/23/kelebihan-dan-kelemahan-cd-pembelajaran/)

(44)

2.1.9 Karakteristik Siswa SD

Karakteristik siswa SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menurut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembe -lajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hen -daknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya di acak antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pen -didikan jasmani atau Seni Budaya (http:// evie 4210. blogspot.com/)

Siswa SD berusia 7 tahun sampai dengan 12 tahun menurut teori perkem -bangan intelektual Piaget dalam Muchtar A.Karim,dkk (1997:20-21), siswa ber- ada pada tahap operasional konkret. Selama tahap siswa mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak. Di Indonesia, kisaran usia anak sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun dan pada kelompok kelas 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun, menurut Witherington (1952) yang dikembangkan sikap indi -vidualis sebagai tahap lanjut dari usia 6–9 tahun dengan ciri perkembangan sosial yang pesat. Pada anak atau siswi berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Jika proses itu tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukar beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itulah sekolah memiiki tanggung jawab untuk menanggulanginya. Sekolah seba -gai tempat terjadinya proses menumbuhkembangkan seluruh aspek siswa memi -liki tugas dalam membantu perkembangan anak sekolah.

(45)

a) Mengembangkan konsep–konsep yang perlu dibagi kehidupan sehari–hari. b) Mengembangkan kata hati , moralitas dan suatu skala, nilai–nilai

c) Mencapai kebebasan pribadi

d) Mengembangkan sikap–sikap terhadap kelompok–kelompok dan institusi sosial.( http://evie4210.blogspot.com/)

Dari kesimpulan para ahli bahwa pada dasarnya karakteristik siswa SD adalah senang bermain sehingga dapat mengembangkan konsep dengan meng -gunakan benda-benda konkret, mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai serta dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan masyarakat atau kelompoknya.

2.1.10 Aktivitas Siswa

Menurut Supriyati dalam Hamalik (2004:4) aktivitas artinya kegiatan, jadi segala sesuatu yang dilakukan oleh orang yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan suatu aktifitas. Menurut Tri Anni (2004:4). Aktifitas belajar akan ter -jadi pada diri kita apabila terdapat interaksi antara situasi simulasi dengan isi me -mori sehingga perilaku berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya situasi simulasi tersebut. Perubahan perilaku pada diri pembelajaran itu menunjukan bahwa pembelajaran telah melakukan aktivitas belajar. Menurut Soemanto dalam Saputri Ayu Dona (2006:107). Bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan dan peri -laku siswa yang selama proses pembelajaran berlangsung, dan situasi ini akan menentukan tindakan terhadap belajar yang dipilih oleh beberapa aktifitas belajar siswa dalam beberapa situasi yaitu:

(46)

(2) Memandang atau melihat adalah member kesempatan bagi seseorang untuk belajar dari lingkungan kita ini merupakan obyek yang member kesempatan untuk belajar memandang atau melihat dengan tindakan tertentu untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan perkembangan dari kita, maka dalam hal demikian kita sudah belajar. (3) Menulis atau mencatat adalah belajar. Mencatat yang termasuk sebagai belajar yaitu

apabila dalam mencatat itu orang memahami dan memanfaat -kan informasi bagi perkembangan pribadi kita, sera menggunakan tindakan tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapian tujuan belajar.

(4) Membaca adalah untuk keperluan harus pula menggunakan tindakan de -ngan memulai memperhatikan judul bab, topic utama dengan berorientasi kepada kebutuhan dan tujuan.

(5) Membuat ringkasan adalah untuk membantu kita mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.

(6) Mengingat adalah aktifitas yang didasari atau kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar termasuk aktifitas anak dalam belajar.

(7) Berpikir adalah orang memperoleh penemuan baru, setidaknya orang men -jadi tau tentang hubungan antar sesuatu.

(8) Latihan atau praktek adalah membantu siswa untuk lebih lama mengingat materi atau pelajaran yang telah disampaikan

(47)

2.1.11 Hasil Belajar

2.1.11.1 Pengertian hasil belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah melakukan aktif belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku ter -sebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar Catharina Tri Anni (2004:4). Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang yang berupa tingkah laku baru setelah orang itu melakukan kegiatan belajar. Menurut Anni (2004:4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktifitas belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah ke -mampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Suprijono Agus.2011:5-7)

Menurut Poerwadarminta dalam Anjangsari (2005:9) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang diperoleh seseorang setelah mengajarkan se -suatu yang tertentu atau tinggi rendahnya hasil yang dicapai seseorang dari suatu kegiatan yang dapat di ukur dengan alat ukur tertentu.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku setelah melakukan aktivitas belajar atau kemampuan yang di -miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya sehingga hasil yang di -capai seseorang dari suatu kegi atan yang dapat di ukur dengan alat ukur tertentu.

(48)

Menurut Slameto (2005:54), hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor intern) maupun faktor dari luar (ekstern) terdiri dari:

Faktor jasmaniah, misalnya faktor kesehatan dan cacat tubuh. (2) faktor psikologi , seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Faktor ekstern terdiri dari : (1) faktor keluarga, misalnya orang tua cara mendidik anaknya, keadaan ekonomi keluarga, perhatian dan pengertian kedua orang tua dan latar belakang kebudayaan. (2) Faktor sekolah : misal cara metode guru mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah dan metode balajar.Faktor masya -rakat : misal kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan bermasyarakat (Suprijono, Agus.2011:11)

Menurut para ahli diatas bahwa hasil belajar merupakan hasil yang inte- raksi dari faktor jasmaniah, psikologi yang mempunyai latar belakang kebuda -yaan yang disiplin di keluarga maupun di sekolah dalam bentuk berkehidupan bermasyarakat.

2.1.12 Keterampilan Guru

(49)

diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Profesi yang dimaksud meliputi de l apan keterampilan dasar mengajar (Usman 1995 : 74-103) yang meliputi : 1) Keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya merupakan cara guru dalam ucapan verbal yang meminta respon dari siswanya. Respon tersebut dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Dengan kata lain, keterampilan bertanya merupakan sitimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir siswa.

2) Keterampilan memberi penguatan

Keterampilan memberi penguatan diartikan dengan tingkah laku guru da- lam merespon secara positif baik yang bersifat verbal ataupun nonverbal yang m erupakan modivikasi suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.

3) Keterampilan menggunakan variasi

Keterampilan menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru da -lam kontek proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukan ketekunan, ke -antusiasan, serta berperan secara aktif.

4) Keterampilan menjelaskan

(50)

5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian agar terpusat ke -pada apa yang akan dipelajari. Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Maksudnya adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Maksudnya adalah memberikan gam -baran tentang apa yang telah pelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.

6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai infromasi atau pengalaman, me -ngambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.

7) Keterampilan mengolah kelas

Keterampilan mengolah kelas merupakan ketrampilan guru untuk men -ciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi jika terjadi ganguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remdial.

8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

(51)

2.1.13 Materi Pecahan

Standar kompetensi memahami pecahan sederhana dan menggunaannya dalam pemecahan sederhana. Kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana, membandingkan pecahan sederhana. Alokasi waktu 2jp x 35 menit. Sesuai dengan pengembangan Silabus kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2012–2013 mata pelajaran matematika materi pokok pecahan sederhana merupakan materi kelas III Semester II. Pecahan merupakan melambangkan perbandingan yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda tersebut. Pernyataan tersebut adalah suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama

b a

dimana a dan b bi -langan bulat, b ≠ 0, a disebut pembilang dan b disebut penyebut.

Adapun sub materi pokok pecahan untuk penelitian meliputi:

a. Menyajikan gambar dengan menuliskan pecahannya. Contoh I.

Gambar 1. Balok Kayu

5 3

atau ditulis tiga perlima.

Jawab : Pecahan

5 3

atau tiga perlima

Contoh 2.

Gambar 2. Balok Kayu.

(52)

Jawab : Jadi pada gambar diatas menunjukan pecahan

6 2

atau dua perenam.

b. Membilang pecahan dengan kata–kata.

(1) Pecahan

8

5

dapat ditulis dengan kata–kata lima perdelapan.

(2) Pecahan

5

2

dapat di tulis dengan kata–kata dua perlima.

c. Membuktikan pecahan dengan lambang pecahan.

Contoh :

(1) Buktikan pecahan tiga perenam dapat ditulis dengan lambang

6

3

(2) Buktikan pecahan tujuh perdelapan dapat di tulis dengan lambang

8

7

d. Menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama.

Untuk menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama, harus menyamakan penyebutnya terlebih dahulu dengan KPK (Kelipatan Persekutuan Kecil)

Contoh: (1) 7 6 + 3 1

= ... KPK 7 dan 3 = 21, maka

7 6 + 3 1 = ( 7 6 x 3 3 ) + ( 3 1 x 7 7 ) = 21 18 + 21 7 = 21 25

= 1

21 4 (2) 2 4 1 + 6 3

= ... KPK 4 dan 6 = 12, maka 2

(53)

= ( 4 9 x 3 3 ) + ( 6 3 x 2 2 ) = 12 27 + 12 6 = 12 33

= 2

12 9

= 2

4 3

(3) 1

5 2

+ 3

3 1

= .... KPK 5 dan 3 = 15, maka 1

5 2 + 3 3 1

= 1+ 2 + (

5 2 x 3 3 ) + ( 3 1 x 5 5 )

= 3 +

15 6

+

15 5

= 3

15 11

e. Menjumlahkan pecahan berpenyebut sama

Contoh: (1) 5 2 + 5 2 = .... 5 2 + 5 3 = 5 3 2+ = 5 5

= 1

(2) 1

6 1

+

6 4

= ... 1

6 1

+

6 4

= 1 +

6 4 1+

= 1

6 5

(3) 2

3 1

+ 2

3 2

= .... 2

3 1

+ 2

3 2

= 1 + 4 +

8 2 1+

= 6

8 3

f. Mengurangkan pecahan berpenyebut tidak sama

Untuk mengurangkan pecahan berpenyebut tidak sama, harus menyamakan penyebutnya terlebih dahulu dengan KPK

1. 7 4 - 3 1 = ( 7 4 x 3 3 ) - ( 3 1 x 7 7 ) = 21 12 - 21 7 = 21 5 2. 6 5 - 3 2 = 6 5 - 6 4 = 6 1

(54)

1. 6 5 - 6 1 = ... 6 5 - 6 1 = 6 1 5− = 6 4 2. 7 4 - 7 1 = ... . 7 4 - 7 1 = 7 1 7− = 7 6 3. 2 6 1 - 6 3

= ... 2

6 1 - 6 3 = 6 13 - 6 3 = 6 7 13− = 6 10

= 1

6 4

= 1

3 2

h. Menjumlahkan arti perbandingan.

Pecahan sebenarnya adalah sebagai perbandingan banyak benda dari suatu kumpulan dengan banyak benda dari kumpulan lain.

Perbandingan dapat dinyatakan sebagai pecahan. Contoh: 1. Perbandingan 3:4 sama dengan pecahan

4

3

1. Pecahan

5

4

sama dengan perbandingan 4:5 Perbandingan harus ditulis dalam bentuk yang paling sederhana. Contoh:

1. Jumlah ayam jantan 15 ekor dan ayam betina 25 ekor • Perbandingan ayam jantan dan ayam betina = 15:25=3:5 • Perbandingan ayam jantan dan seluruh ayam =15:40=3:8 • Perbandingan ayam betina dan seluruh ayam =25:40=5:8 2. Perbandingan A dan B = 6 : 5

(55)

• Perbandingan A dengan jumlah AB = A : ( A+B ) atau

B

A

A

+

=

6

5

6

+

=

11

6

atau 6 : 11

• Perbandingan A dengan selisih AB = A : ( A - B ) atau

B

A

A

=

5

6

6

=

1

6

= 6 : 11

Perbandingan B dengan jumlah AB = B : ( A + B ) atau

B

A

A

+

=

5

6

5

+

=

11

5

= 5 : 11

• Perbandingan B dengan selisih AB = B ( A-B ) atau

B

A

B

=

5

6

5

=

1

5

= 5 : 1

2.2 Kajian Empiris

(56)

siswa juga meningkat dari 52,94% pada siklus I menjadi 79,41% pada siklus II. Rerata tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan adalah 43,29 yang tergolong sangat positif. Selama pembelajaran terlihat yaitu siswa tampak senang mengikuti pembelajaran. Siswa berani mengemukakan pendapat maupun mengajukan pendapat. Saran yang diperoleh peneliti ini adalah guru sebaiknya menggunakan langkah-langkah CTL agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa aktif.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anityas,dian.2012:skripsi S1.Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri Janegara Pada Materi Pokok Pecahan.Anityas,dian. Sebagai Implementasi Pendekatan CTL” menunjukan bahwa hasil belajar siswa SD Kelas III SD Negeri I Brebes meningkat. Hal ini ditunjukan pada siklus I siswa mencapai nilai rata-rata kelas minimal 6,27, sedangkan ketuntasan belajarnya adalah 50%. Siklus II mencapai nilai rata-rata kelas 7,2 dan ketuntasan belajarnya adalah 78,5%. Berdasarkan hasil belajar siswa diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Janegara pada pokok bahasan pecahan. Saran yang diberikan peneliti yaitu sebaiknya metode kontekstual digunakan dalam latihan pecahan karena mempermudah dalam pembelajaran.

(57)

pertemuan I ke pertemuan II naik 10,64%, sehingga dapat disimpulkan dengan pendekatan CTL siswa dapat lulus menjadi 100%. Berdasarkan penelitian tersebut saran yang diberikan yaitu dalam mengatasi kesulitan pembelajaran matematika SD kelas rendah guru dapat menggunakan berbagai bahan manipulatif.

2.3 Kerangka Berpikir

Permasalahan yanag dihadapi dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas III 63% belum mencapai standar ketuntasan nilai dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 65. Permasalahan tersebut dikarenakan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru belum dapat memenuhi kebutuhan siswa, pembelajaran masih berpusat pada guru belum mengaktifkan siswa, guru jarang menggunakan diskusi kelompok, guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dekat dengan lingkungan kehidupan nyata, dan media pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Hasil belajar adalah cermin dari kualitas kegiatan pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan beberapa hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga proses sampai dengan hasil dapat dicapai maksimal.

(58)

Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai berikut:

Siswa

¾ Kurang aktif belajar

¾ Pembelajaran tidak menarik / kurang bermutu

Proses Belajar Mengajar

¾ Pembelajaran berpusat pada guru

¾ Penggunaan media yang kurang optimal

Hasil belajar siswa rendah tidak sesuai dengan harapan

Guru

¾ Pemilihan strategi pembelajaran kurang tepat

Pendekatan Kontekstual (CTL) dengan CD Interaktif

¾ Aktivitas siswa pada materi pokok pecahan dapat meningkat

¾ Hasil belajar siswa pada materi pokok pecahan dapat ditingkatkan

(59)

Gambar. I. Kerangka Berpikir

2.4 HipotesisTindakan

Melalui penerapan pendekatan kontekstual (TCL), dengan menggunakan CD Interaktifmaka :

(1) Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran materi pecahan matematika di kelas III dapat ditingkatkan.

(60)

3.1 RANCANGAN dan PENELITIAN

Penelitian direncanakan dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan, 1 pertemuan pembelajaran dan 1 pertemuan untuk tes formatif. Si -klus II terdiri dari 2 pertemuan, 1 pertemuan pembelajaran dan 1 pertemuan di gunakan untuk tes

formatif. Setiap siklus melalui 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

[image:60.612.155.478.411.540.2]

Secara garis besar tehapan siklus dapat dijelaskan dengan skema sebagaimana gambar 2 berikut.

Perencanaan Tindakan Observasi

Refleksi

Gambar 2. Skema Tahapan siklus 3.1.1 Perencanaan

Dalam tahap perencanaan meliputi sebagai berikut:

(61)

(3) Menetapkan alternatif tindakan untuk pemecahan masalah

(4) Merencanakan pembelajaran berbasis CTL yang akan diterapkan dalam KBM (5) Menyusun silabus sesuai dengan pembelajaran yang direncanakan

(6) Menyusun RPP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL

(7) Menyiapkan alat peraga CD Interaktif, media pembelajaran, dan sumber belajar (8) Menyiapkan alat evaluasi tes tertulis, dan lembar kerja siswa

(9) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan ketrampilan guru 3.1.2 Pelaksanaan Tindakan

Menurut Arikunto pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan didalam kancah yaitu mengenakan tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan ini merupakan penerapan tindakan yang mengacu pada skenario tindakan yang telah direncanakan. Pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Siklus pertemuan pertama dilaksanakan dengan penerapan CTL, siklus pertama per -temuan kedua dilaksanakan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik dalam siklus pertama pertemuan pertama. Siklus kedua dilaksanakan untuk mem- perbaiki siklus pertama

(http://ebookbrowse.com/prosedur-pelaksanaan-penelitian-tindakan-kelas-arikunto-pdf-d345873310)

(62)

kedua pertemuan kedua, tetapi apabila pada siklus kedua pertemuan kedua sudah mencapai indikator keberhasilan, maka sudah se- lesai melakukan tindakannya.

3.1.3 Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan teman sejawat untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL

(http://selvio

Gambar

gambar 2 berikut.
Tabel 3  Klasifikasi Kategori Penilaian Aktivitas Siswa
Tabel 5 Klasifikasi Kategori Penilaian Keterampila Guru
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan yang signifikan dalam motivasi belajar kimia peserta didik antara sebelum dan sesudah mengikuti

Dalam penelitian ini, yang di sebut Masyarakat berasal dari bahasa Arab. “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti

Secara keseluruhan sistem pakar harus memiliki maintenance yang baik agar dapat digunakan terus menerus sehingga sistem pakar ini dapat digunakan secara optimal

In a previuos paper, we reported the isolation and identification of iridoid and isoquinoline alkaloid glycosides from the stem bark of this plant [4].. The present paper

Adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut: Bagaimana peran guru-guru wanita dalam memposisikan diri sebagai wanita karir dan disis lain sebagai ibu rumah

Penempatan flash tank yang cukup memungkinkan adalah didalam feed water tank (umumnya menjadi satu dengan deaerator). Temperatur air didalam feedwater tank sangat penting,

Kombinasi gen yang baru sebagai hasil hibrida antar galur akan terbentuk konfigurasi gen baru atau akan menutup gen-gen yang tidak diingin- kan, dan hasilnya

6/2000 memperingatkan kepada semua warga pensyarah supaya mengambil langkah-langkah yang positif dalam usaha memastikan politeknik sentiasa selamat dan bebas