DASAR FILOSOFI
• Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong.
• Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
• Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Muchlas Yusak
Latar Belakang
Dasar pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak
“mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan
“mengetahui”nya.
Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
M. Yusak.2004
Bagaimana pemecahannya ?
Tren masa kini adalah Contextual Teaching and Learning (CTL), di mana :
Guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi
Pengetahuan diperoleh dari “menemukan sendiri” bukan “apa kata guru”
Kontekstual sebagai strategi pembelajara yang dikembangkan agar pembelajaran
berjalan lebih produktif dan bermakna
Pendekatan kontekstual dapat dijalankan
tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada
LPMP Jawa Tengah
Contextual Teaching and Learning
(Pendekatan Kontekstual)
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat, dan pengetahuan yang diperoleh dari usaha siswa
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar
LPMP Jateng
Mengapa Pendekatan Kontekstual?
• Pendidikan masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, ceramah merupakan pilihan utama dalam strategi pembelajar
• Melalui CTL siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”
• Pengetahuan dikonstruksikan oleh
sipembelajar melalui pengalaman yang diperolehnya
• Pengetahuan selalu berubah sejalan dengan fenomena baru yang muncul
Ditswestyvir.2004
Dasar Pendekatan Kontekstual ditinjau dari pemikiran tentang belajar
1. Proses Belajar
• Belajar tidak sekedar menghafal tetapi harus mengkonstruksikan pengetahuan
• Belajar dari mengalami, dan bermakna bukan sekedar diberi oleh guru
• Pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang menmdalam tentang sesuatu persoalan (subject matter)
LPMP Jawa Tengah
lanjutan
• Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang
terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan
• Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam mensikapi situasi baru
• Dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna, dan bergelut dengan ide-
• ide Proses belajar dapat mengubah struktur otak yang berpengaruh pada perilaku
LPMP Jateng
lanjutan
2. Transfer Belajar
Belajar dari “mengalami”, bukan dari
“pemberian”.
Keterampilan dan pengetahuan itu
diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit demi sedikit.
Tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana menggunakan pengetahuan dan
keterampilan itu
Muna .2004
lanjutan
3. Siswa sebagai Pembelajar
Ada kecenderungan untuk belajar hal baru dengan cepat
Hal-hal yang sulit perlu strategi belajar
Peran guru membantu menghubungkan antar
“yang baru” dan yang sudah diketahui
Tugas guru sebagai fasilitator agar informasi baru bermakna, siswa menemukan dan
menerapkan idenya sendiri
LPMP Jawa Tengah
lanjutan
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
Belajar berpusat pada siswa
Strategi belajar lebih dipentingkan dibanding hasilnya
Proses penilaian (assessment) yang benar, sebagi umpan balik
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok
Muchlas Yusak
Hakikat Pembelajaran Kontekstual
Konsep belajar yang melibatkan tujuh komponen utama belajar efekttif
- konstruktivisme (Contructivism) - bertanya (Questioning)
- menemukan (Inquiry)
- masyarakat belajar (learning community)
- pemodelan (Modelling) - refleksi (reflection)
- penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Muna .2004
1. Konstruktivisme ( Constructivism )
Manusia harus mengkonstruksikan
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata
Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi atau akomodasi
LPMP Jawa Tengah
Proses Asimilasi dan Akomodasi
Hal Baru
(benda, peristiwa, gagasan)
Pada mulanya mengingat konsep yang telah dimiliki
Cocok
Tidak cocok Penguatan
Asimilasi
Ketidak seimbangan
Akomodasi Adaptasi (belajar)
Cocok
transformasi
Keseimbangan Mengerti
Jalan buntu (tidak mengerti)
Muchlas Yusak
Dalam pandangan konstruktivisme, “Strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan
“seberapa banyak” siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan
Tugas Guru adalah memfasilitasi dengan :
1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
2. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
Muna .2004
Mengapa Konstruiktivisme?
• Lebih bermakna
• Pembelajaran tidak sia-sia
• Interaksi sosial (social interaction)
• Membuat masuk akal (sense making)
• Pengetahuan dikonstruksikan dari pengalaman
• Menekankan aktivitas hand-on dan minds- on
LPMP Jawa Tengah
2. Menemukan (Inquiry)
Sikklus Inkuiri
Observasi (Observation )
Bertanya (Questioning)
Mengajukan dugaan (Hiphotesis)
Pengumpulan Data (Data gathering)
Penyimpulan (Conclusion)
MUCHLAS YUSAK
Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inkuiri)
Merumuskan masalah
Mengamati atau melakukan observasi
Menganalisis dan menyajikan hasil
dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya
Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audien yang lain
Nilai positip belajar penemuan
Pengetahuan bertahan lama dan lebih mudah diingat
Konsep atau prinsip yang ditemukan lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru
Meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas
Melatih keterampilan kognitif siswaq untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain
Membangkitkan keingintahuan siswa
Memberi motivasi untuk bekerja terus sampai
menemukan jawabannya
3. Bertanya (Questioning)
Kegiatan bertanya berguna untuk Menggali informasi
Mengecek pemahaman siswa
Membangkitkan respon kepada siswa
Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa
Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
Memfokuskan perhatian siswa
Membangkitkan lebih banyak pertanyaan
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
4. Masyarakat Belajar
(Learning Community)
• Hasil belajar diperoleh dari kerjasama dengan orang lain
• Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman/kelompok
• Pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok, yang pandai membantu yang lemah
• Kolaborasi dengan mendatangkan “ahli”
• Masyarakat belajar dapat terjadi jika ada proses komunikasi dua arah
• Setiap orang dapat menjadi sumber belajar
5. Pemodelan (Modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu , ada model yang
bisa ditiru, sebagai model bisa guru, siswa atau orang lain/luar
LPMP Jawa Tengah
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu Realisasinya :
pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu
catatan atau jurnal di buku siswa
kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
diskusi
hasil karya
MUNA 2004
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa yang akan dipakai oleh guru untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dialami
benar
Autehentic Assessment
Menekankan ”apakah anak-anak belajar”,
bukan “apa yang sudah diketahui”
Karakteristik Authentic Assessment
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
Yang diukur keterampilan dan
performansi, bukan mengingat fakta
Berkesinambungan
Terintegrasi
Dapat digunakan sebagai feed back
Sasaran penilaian sebagai dasar menilai prestasi siswa
1.
Proyek / kegiatan dan laporannya
2.
Pekerjaan Rumah
3.
Kuis
4.
Karya siswa
5.
Presentasi atau penampilan siswa
6.
Demonstrasi
7.
Laporan
8.
Jurnal
9.
Hasil Tes tertulis
10.
Karya Tulis
Lima Elemen Pembelajaran Kontekstual
(Zahorik, 1995, 14-22)
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2. Pemerolehan pengetahuan baru
(acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan
dulu, kemudian memperhatikan
detailnya
lanjutan
3. Pemahaman pengetahuan
(understanding knowledge) yaitu dengan cara menyusun :
a. konsep sementara (hipotesis)
b. melakukan sharing untuk validasi c. revisi konsep dan pengembangan 4. Mempraktekkan pengetahuan dan
pengalaman tersebut (applying knowledge)
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut
Karakteristik Pembelajaran Berbasis CTL
Kerja sama
Saling menunjang
Menyenangkan, tidak membosankan
Belajar dengan bergairah
Pembelajaran terintegrasi
Menggunakan berbagai sumber
Siswa aktif
Sharing dengan teman
Siswa kritis guru kreatif
Dinding kelas & lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dll
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor,
tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum,
karangan siswa dll
Strategi Pengajaran yang berasosiasi dengan CTL
• CBSA
• Pendekatan proses
• Life Skills Education
• Authentic Instruction
• Inquiry–Based Learning
• Problem–Based Learning
• Cooperative–Learning
• Service Learning
Muna.2004
Kata-kata Kunci Pembelajaran CTL
Real-World Learning
Mengutamakan pengalaman nyata
Berpikir tingkat tinggi
Berpusat pada siswa
Siswa aktif, kritis, dan kreatif
Pengetahuan bermakna dalam kehidupan
Dekat dengan kehidupan nyata
Perubahan perilaku
lanjutan
Siswa praktek, bukan menghafal
Learning bukan Teaching
Pendidikan (Education) , bukan pengajaran
(Instruction)
Pembentukan “manusia”
Memecahkan masalah
Siswa “akting”, guru mengarahkan
Hasil belajar diukur dengan berbagai cara
bukan hanya dengan tes
Penerapan CTL dalam kelas
• Kembangkan pemikiran: belajar bermakna,
belajar penemuan, mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan
• Laksanakan kegiatan inkuiri
• Kembangkan sifat ingin tahu dengan bertanya
• Ciptakan “masyarakat belajar”
• Hadirkan model
• Lakukan refleksi
• Lakukan penilaian sebenarnya
LPMP Jawa Tengah
Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Pendekatan CTL 1. Siswa aktif terlibat 2. Belajar dengan kerja
sama
3. Berkait dengan kehidupan nyata
4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri
5. Keterampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman
6. Memperoleh kepuasan diri
Pendekatan Tradisional 1. Siswa penerima
informasi
2. Belajar individual 3. Abstrak dan teoritis
4. Perilaku dibangun atas kebiasaan
5. Keterampilan
dikembangkan atas dasar latihan
6. Memperoleh pujian dan nilai saja
lanjutan
CTL
7. Kesadaran tidak
melakukan yang jelak tumbuh dari dalam
8. Bahasa diajarkan dengan pendekatan
komunikatif, digunakan dalam kontek nyata
9. Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa
10.Pemahaman rumus relatif berbeda
Tradisional
7. Tidak melakukan yang jelek karena takut
hukuman
8. Bahasa diajarkan dengan pendekatan Struktural, kemudian dilatihkan
9. Rumus ada di luar diri siswa, yang harus
diterangkan, diterima, dihafalkan, dan
dilatihkan
10.Rumus adalah
kebenaran absolut
lanjutan
CTL
11. Siswa aktif, kritis bergelut dengan ide
12. Pengetahuan dibangun dari kebermaknaan
13. Pengetahuan selalu berkembang sejalan dengan fenomena baru 14. Siswa bertanggungjawab
memonitor dan mengembangkan pembelajaran
15. Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
Tradisional
11. Siswa pasif hanya
menerima tanpa kontribusi ide
12. Pengetahuan ditangkap dari fakta, konsep, atau hukum 13. Kebenaran bersifat absolut
dan pengetahuan bersifat final
14. Guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran
15. Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
LPMP Jawa Tengah
lanjutan
CTL
16. Hasil belajar diukur dengan prinsip Alternative
Assessment
17. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting
18. Penyesalan adalah
hukuman dari perilaku jelek 19. Perilaku baik berdasar
motivasi instrinsik
20. Berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
Tradisional
16. Hasil belajar diukur dengan tes
17. Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas
18.Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
19. Perilaku baik berdasar motivasi akstrinsik
20. Berperilaku baik karena terbiasa melakukan begitu, dan karena mendapat hadiah
Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Nyatakan kegiatan utama pembelajaran, yaitu
sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Kompetensi Dasar, Materi Pokok, dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Nyatakan tujuan umum pembelajaran (lihat IPHB)
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
Buatlah skenario tahap-demi tahap kegiatan siswa
Nyatakan Authentic Assessment-nya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran
LPMP Jawa Tengah