DAFTAR PUSTAKA
Allaire, E.Paul. 1985. Basic Of The Finite Element Method :Usa. Wm. C. Brown.
Brenner, C.S, And L. Ridgway Scott. 2008. The Mathematical Theory Of Finite
Element Methods. Springer, Usa.
Campbell, N.A, J.B. Reece, Dan L.G. Mitchell, 2004. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Elad, David dan Shmuel Einav. 2004. Standart Handbook of Biomedical
Engineering and Design. Mc.Graw-Hill.
Logan,Daryl L. 2007.Fourth Edition, A First Course In The Finite Element
Method. Thomson. Canada
Maktar, M.F.I., 2011. “Fluida Structure Interactioin of Blood Vessel Using
Comsol” (Laporan Penelitian). Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia
Munson, B.R., D.F. Young, Dan T.H. Okii Shi, 2003. Mekanika Fluida.
Erlangga, Jakarta.
Potter, Merle C. And Wiggert, David C.2011. Schaum’s Outlines Mekanika
Fluida. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rao, Singiresu S. 2011. Fifth Edition, The Finite Element Method Is Engineering.
British Library. USA.
Susatio,Yerri. 2004. Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga. Andi Offset.
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. Perancangan Geometri
Pada dinding pembuluh terdiri dari beberapa lapisan terpisah dari bahan yang
berbeda dengan sifat mekanik yang berbeda . Bahan tersebut terdiri dari sel-sel
endotel , sel otot halus dan kumpulan ekstracellular kolagen dan elastin . Hal ini
menunjukkan bahwa dinding pembuluh memiliki respon regangan - tegangan
yang tidak nonlinear namun dalam penelitian ini, model dianggap mampu
mengatasi beberapa keterbatasan sudut pandang numerik dan komputasi.
Untuk model penelitian ini, parameter dan material yang digunakan berdasarkan
data pada laporan penelitian “Fluida Structure Interactioin of Blood Vessel Using
Comsol” Maktar,M.F.I (2011) dan model aliran darah dalam pembuluh darah
(2D-Axisymmetric).
Tabel 3.1. Parameter Yang Digunakan Untuk Geometri Pembuluh Darah
nama Nilai Keterangan
r0 2.05 mm Radius pembuluh darah
h0 0.2 mm Ketebalan dinding pembuluh darah
L 30 mm Panjang pembuluh darah
p0 11865 Pa Rata-rata tekanan darah
K 0.362 Amplitude
�1 0.5125mm Radius plak pada pembuluh darah untuk penyempitan 25%
�2 1.025 mm Radius plak pada pembuluh darah untuk penyempitan 50%
�3 1.5375 mm Radius plak pada pembuluh darah untuk penyempitan 75%
Tabel 3.2. Material Properties Darah
Properties Nilai
Massa jenis 1000 �� �⁄ 3
Tabel 3.3. Material Properties Pembuluh Darah
Properties Nilai
Massa jenis � = 1200kg/�3
Lame constant λ = 8.22. 106 Pa
Lame constant �= 1.67. 105 Pa
Dengan Comsol digambarkan model pembuluh darah yang sesuai, berikut gambar
pembuluh darah beserta mesh dengan elemen segitiga sebagai berikut:
Gambar 3.1 : Model Geometri Pembuluh Darah
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa model geometri pembuluh darah terdiri atas
bagian yang padat adalah dinding pembuluh darah dan bagian yang cair yaitu
3.2. Tahapan Analisis
3.2.1. Memaparkan hubungan-hubungan pergerakan aliran darah pada persamaan Navier-Stokes
Persamaan Navier Stokes didasarkan atas hukum gerakan Newton dan hukum
gesekan viskos dari Newton yang telah diperluas. Sejauh ini tidak dibatasi dengan
massa jenis yang konstan maupun viskositas yang konstan. Persamaan
Navier-stokes yang dinyatakan secara ringkas dalam notasi vektor sebagai:
� ����� + � .∇�� = −∇�+ ��+ �∇2� (3.1)
Bersama dengan persamaan kontinuitas
∇.�= 0 (3.2)
3.2.2. Menentukan kondisi awal dan batas
Untuk persoalan aliran darah dalam penelitian ini yaitu: fluida yang tak
mampu-mampat (Incompressible fluid), aliran laminar (Laminar flow)
3.2.3. Simulasi Dan Visualisasi Model Dengan Comsol Mutiphysics 4.2
Comsol Mutiphysics 4.2 adalah software untuk analisis Metode Elemen Hingga.
Dalam penelitian ini ada beberapa variasi bentuk penyempitan pembuluh darah
yang akan dilihat distribusi tekanan aliran darah didalamnya. Variasinya adalah
1. Pada Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
outlet
inlet
Gambar 3.2. model geometri dari Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
Gambar 3.2 merupakan model geometri yang menunjukkan bahwa tidak ada nya plak (plaque) yang terdapat disisi dinding pembuluh darah. Dari model geometri juga ditunjukkan arah dari aliran darah dari inlet (aliran masuk) lalu outlet (aliran keluar).
2. Pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 25% outlet
Gambar 3.3 Model Geometri Dari Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan sebesar 25%
Gambar 3.3 menunjukkan bahwa adanya plak (plaque) yang terdapat disisi dinding pembuluh darah dengan bentuk setengah lingkaran. Plak (plaque) yang berukuran 0.5212 mm merupakan 25% dari radius pembuluh darah. Dari model geometri juga ditunjukkan arah dari aliran darah dari inlet (aliran masuk) lalu outlet (aliran keluar) yang sama dengan pembuluh darah yang tidak mengalami penyempitan.
3. Pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 50%
outlet
inlet
Gambar 3.4. Model Geometri Dari Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan sebesar 50%
4. Pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 75%
outlet
inlet
Gambar 3.5. Model Geometri Dari Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan sebesar 75%
Gambar 3.5 menunjukkan bahwa adanya plak (plaque) yang terdapat disisi dinding pembuluh darah. Plak (plaque) yang berukuran 1.5375 mm merupakan 75% dari radius pembuluh darah dengan bentuk setengah lingkaran. Dari model geometri juga ditunjukkan arah dari aliran darah dari inlet (aliran masuk) lalu outlet (aliran keluar) yang sama dengan pembuluh darah yang tidak mengalami penyempitan.
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Persamaan Dasar Dalam Dinamika Fluida
Berdasarkan masalah pergerakan fluida (darah) dalam pembuluh darah, fluida yang akan dibahas dengan sifat sebagai berikut:
1. Incompressible fluid ( fluida tak mampu-mampat) 2. Laminar flow (aliran laminar)
Persamaan Navier-Stokes dalam penelitian ini adalah
� ���������� + (�.��)�= �.�−��+� �������� +������������ (4.1)
Solusi elemen hingga terhadap masalah aliran yang ideal (aliran tak kental
tak mampu-mampat) Contoh umum yang masuk dalam kategori ini adalah aliran
di sekitar silinder, mengalir keluar dari sebuah lubang, dan mengalir di sekitar
sebuah airfoil. Dua dimensi potensial aliran (aliran irrotattional) masalah dapat
dirumuskan dalam hal potensi kecepatan, persamaan yang mengatur untuk
masalah dua dimensi diberikan oleh
�2ɸ
��2 +
�2ɸ
��2 = 0
(4.5)
Dengan komponen kecepatannya adalah:
� = �ɸ
�� ,�= �ɸ ��
(4.6)
Dan kecepatan aliran dinyatakan sebagai
Dalam bentuk umum, pilihan antara kecepatan dan fungsi aliran di rumuskan
dalam analisis elemen hingga tergantung pada kondisi batas, yang lebih spesifik.
Jika geometrinya sederhana, dapat dinyatakan bahwa tidak ada keunggulan yang
satu dengan lainnya. Jika fluida ideal, gerakannya tidak menembus ke dalam atau
terpisah dari permukaan dan meninggalkan ruang kosong.
Hal ini memberikan kondisi batas yang merupakan komponen dari
kecepatan normal fluida ke permukaan harus sesuai dengan komponen dari
kecepatan permukaan ke arah yang sama.
Karena ��⃗.��⃗ = ��⃗�.��⃗
Atau
��� + ��� = ����+ ���� (4.9) Dimana ��⃗ adalah kecepatan dari fluida, ��⃗� adalah kecepatan kondisi batas, dan ��⃗
merupakan komponen yang ditarik normal keluar batas (arah cosinus). Jika batas
ditetapkan sebagai ( ��⃗� = 0), maka tidak akan ada aliran sehingga tidak ada kecepatan yang tegak lurus ke batasnya. Hal ini mengakibatkan batasnya
dianggap sebagai garis arus karena tidak adanya kecepatan fluida yang tegak lurus
ke garis arus. Jika tedapat sebuah garis yang sejajar dengan simetris ke arah
alirannya, garis tersebut juga merupakan garis arus.
Persamaan (4.10) menyatakan derivatif tangensial dari fungsi arus
sepanjang kondisi batas yang ditentukan adalah nol, dimana persamaan (4.11)
menyatakan bahwa fungsi potensial (kecepatan normal dari batas yang
ditentukan) adalah nol.
4.2. Formulasi Fungsi Potensial
Masalah nilai batas untuk potensial aliran dapat dinyatakan sebagai berikut:
4.2.1. Bentuk Persamaan Differensial
Untuk menentukan kecepatan potensial ɸ(x, y) menunjukkan wilayah S yang dikelilingi oleh kurva C, sehingga:
�2ɸ = �2ɸ
4.3. Solusi Elemen Hingga
Langkah untuk menentukan solusi elemen hingga adalah sebagai berikut:
Langkah 1: memilih tipe elemen dan diskritisasi
Gambar : Diskritisasi Padatan Axisimetri Menjadi Elemen Segitiga
Langkah 2: pemilihan fungsi displacement
�� = 1
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.39) dan (2.40) ke persamaan (2.35),
Langkah 3: mendapatkan hubungan strain-displacement dan hubungan
stress-Subsitusikan nilai �1,�2, … sehingga membentuk persamaan:
[�] = 1
Dalam bentuk ringkas ditulis:
Sehingga bentuk umumnya menjadi
[�] = [�] |�|
dimana:
[�] = [�� �� ��]
Stress didefinisikan sebagai:
[�] = [�] [�] |�|
Langkah 4: menurunkan matrik kekakuan elemen dan persamaan kesetimbangan
[�] = �[�]� [�] [�]��
� atau
[�] = 2� � [�]� [�] [�] �����
�
Untuk menghitung matriks kekakuan elemen [K] dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu:
1. Integrasi numerik (Gaussian Quadrature)
2. Perkalian matriks dari mengintegralkan bentuk yang ada
3. Menghitung matrik [B] pada pusat elemen r, z dimana
-4.4. Simulasi Dengan Comsol Multiphysics
Mesh pada pembuluh darah yang dengan elemen segiempat (dua dimensi) untuk diskritisasi elemen diperoleh masing-masing daerah dalam bentuk segitiga untuk mendapatkan estimasi nilai-nilai yang akurat
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa ukuran mesh yang terbentuk pada daerah cair
(aliran darah) lebih besar dari pada mesh yang ada di daerah padat yaitu dinding
pembuluh darah pembuluh darah yang tidak mengalami penyempitan
Gambar 4.2. mesh pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan
sebesar 25%
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa mesh terbentuk pada daerah cair (aliran darah) ,
daerah padat (dinding pembuluh darah) dan pada plak (plaque) yang terjadi di
pembuluh darah sebesar 25% dari radius pembuluh darah. Ukuran mesh yang
terbentuk pada daerah cair (aliran darah) lebih besar dari pada mesh yang ada di
daerah padat yaitu dinding pembuluh dan di daerah plak (plaque) pembuluh darah
Gambar 4.3 mesh pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan
sebesar 50%
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa mesh terbentuk pada daerah cair (aliran darah) ,
daerah padat (dinding pembuluh darah) dan pada plak (plaque) yang terjadi di
pembuluh darah sebesar 50% dari radius pembuluh darah. Ukuran mesh yang
terbentuk pada daerah cair (aliran darah) lebih besar dari pada mesh yang ada di
daerah padat yaitu dinding pembuluh dan di daerah plak (plaque) pembuluh darah
Gambar 4.4 mesh pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa mesh terbentuk pada daerah cair (aliran darah) ,
daerah padat (dinding pembuluh darah) dan pada plak (plaque) yang terjadi di
pembuluh darah sebesar 75% dari radius pembuluh darah. Ukuran mesh yang
terbentuk pada daerah cair (aliran darah) lebih besar dari pada mesh yang ada di
daerah padat yaitu dinding pembuluh dan di daerah plak (plaque) pembuluh darah
4.5. Tekanan Pada Pembuluh Darah
Tekanan merupakan gaya per satuan luas permukaan. Tekanan yang terjadi pada variasi dari penyempitan pembuluh darah akan dijelaskan dalam bentuk 2Dimensi-Axisimetri.
4.5.1. Tekanan Pada Permukaan Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
Gambar 4.5 Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
4.5.2. Tekanan Pada Permukaanpembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 25%
Gambar 4.6 Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
Gambar 4.6 menunjukkan bentuk tekanan yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 25%. Gambar 4.6 menunjukkan kondisi tekanan darah yang terjadi pada detik 3. Tekanan paling rendah ditunjukkan oleh warna biru dan tekanan yang paling tinggi terjadi di tunjukkan oleh warna merah. Pada gambar di tunjukkan bahwa tekanan tertinggi sebesar 11799 Pa dan tekanan yang terendah sebesar 11780 Pa
4.5.3. Tekanan Pada Permukaanpembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 50%
Gambar 4.7 menunjukkan bentuk tekanan yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 50%. Gambar 4.7 menunjukkan kondisi tekanan darah yang terjadi pada detik 3. Tekanan paling rendah ditunjukkan oleh warna biru dan tekanan yang paling tinggi terjadi di tunjukkan oleh warna merah. Pada gambar di tunjukkan bahwa tekanan tertinggi sebesar 11800 Pa dan tekanan yang terendah sebesar 11778 Pa.
4.5.4. Tekanan Pada Permukaanpembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 75%
Gambar 4.8 Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
Gambar 4.8 menunjukkan bentuk tekanan yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 75%. Gambar 4.8 menunjukkan kondisi tekanan darah yang terjadi pada detik 3. Tekanan paling rendah ditunjukkan oleh warna biru dan tekanan yang paling tinggi terjadi di tunjukkan oleh warna merah. Pada gambar di tunjukkan bahwa tekanan tertinggi sebesar 11800 Pa dan tekanan yang terendah sebesar 11781 Pa.
4.6. Distribusi Tekanan
4.6.1. Pada pembuluh darah yang tidak mengalami penyempitan
Gambar 4.9. Aliran tekanan pada pembuluh darah yang tidak mengalami penyempitan
4.6.2. Pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 25%
Gambar 4.10. Aliran tekanan pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 25%
4.6.3. Pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 50%
Gambar 4.11. Aliran Tekanan Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 50%
4.6.4. Pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan sebesar 75%
Gambar 4.12: Aliran Tekanan Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 75%
Dari gambar 4.12 menunjukkan perubahan masing-masing tekanan darah pada setiap waktu. Di waktu 0.18 detik menunjukkan bahwa tekanan yang terjadi sebesar 5860 Pa. Pada waktu 0.36 detik , tekanan terjadi sebesar 8892 Pa. Ketika waktu 1.18 detik, tekanan nya adalah 11443 Pa. Dan pada waktu 3 detik, tekanannya berubah menjadi 11781 Pa.
Dalam tabel berikut akan di tampilkan data distribusi tekanan yang terjadi pada variasi penyempitan pembuluh darah
Tabel Besar Tekanan Yang Terjadi Di Pembuluh Darah
Waktu (s) Penyempitan
0% 25% 50% 75%
0,18 5857 Pa 5864 Pa 5859 Pa 5860 Pa 0,36 8904 Pa 8906 Pa 8908 Pa 8892 Pa 1,18 11450 Pa 11446 Pa 11483 Pa 11443 Pa
Gambar 4.13. Distribusi Tekanan Aliran Pada Pembuluh Darah
Dapat dilihat bahwa distribusi tekanan aliran darah pada setiap penyempitan pembuluh darah, tidak mengalami perubahan yang signifikan. Besarnya tekanan pada setiap variasi penyempitan pembuluh darah memiliki nilai yang hampir sama sehingga masing-masing grafik dari besarnya tekanan di variasi penyempitan pembuluh darah saling berhimpit menyebabkan hanya satu garis yang terlihat pada grafik.
4.7. Tegangan Pada Pembuluh Darah
4.7.1.Tegangan Pada Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
Gambar 4.14 Tegangan Pada Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
Dapat diperhatikan bahwa tegangan terjadi pada di bagian dalam seluruh dinding pembuluh darah adalah konstan yaitu sebesar 14937 Pa. Tidak ada perubahan tegangan di bagian dalam dinding pembuluh darah.
4.7.2.Tegangan Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 25%
Gambar 4.15. Tegangan Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 25%
besar ketika sebelum dan sesudah aliran darah melewati plak (Plaque) yaitu sebesar 14932 Pa. Tegangan yang terjadi pada plak (plaque) hanya sebesar 6289Pa.
4.7.3.Tegangan Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 50%
Gambar 4.16. Tegangan Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 50%
4.7.4.Tegangan Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 75%
Gambar 4.17. Tegangan Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 75%
Dapat diperhatikan bahwa tegangan terjadi pada di bagian dalam seluruh dinding pembuluh darah memiliki nilai-nilai yang berbeda. Tegangan yang terjadi paling besar ketika sebelum dan sesudah aliran darah melewati plak (Plaque) yaitu sebesar 15968 Pa. Tegangan yang terjadi pada plak (plaque) hanya sebesar 8203Pa. Untuk memperlihatkan perubahan tegangan yang terjadi pada variasi penyempitan pembuluh darah, digambarkan dalam grafik berikut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian memperlihatkan distribusi tekanan aliran darah dari variasi
bentuk pembuluh darah. Hasil simulasi Comsol menunjukkan bahwa tekanan
yang terjadi dari variasi bentuk pembuluh darah tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Namun, untuk tegangan yang terjadi pada variasi bentuk pembuluh
darah menunjukkan bahwa semakin besar plak (plaque) atau penyempitan yang
timbul di pembuluh darah maka semakin tinggi tegangan aliran darah yang terjadi.
Sehingga disimpulkan bahwa plak (plaque) atau penyempitan yang semakin
membesar tidak terlalu mengubah besar tekanan yang terjadi, namun sangat
berpengaruh pada tegangan dalam pembuluh darah.
5.2. Saran
Dalam penelitian ini membatasi penyelesaian persoalan aliran darah dengan
metode elemen hingga dan penurunan elemen matriks dan vektor dengan
menggunakan metode Galerkin, ada banyak metode lainnya yang dapat
digunakan. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan metode yang
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Fluida
2.1.1 Pengertian Fluida
Fluida didefinisikan sebagai zat yang berdeformasi terus-menerus selama
dipengaruhi suatu tegangan geser. Tegangan (gaya per satuan luas) geser
terbentuk apabila sebuah gaya tangensial bekerja pada sebuah permukaan,
(Munson, et al, 2003).
Apabila benda-benda padat biasa seperti baja atau logam-logam lainnya
dikenai oleh suatu tegangan geser, mula-mula benda ini akan berdeformasi
(biasanya sangat kecil), tetapi tidak akan terus-menerus berdeformasi (mengalir).
Namun, cairan yang biasa seperti air, minyak, dan udara memenuhi definisi dari
sebuah fluida artinya, zat-zat tersebut akan mengalir apabila padanya bekerja
sebuah tegangan geser.
2.1.2 Jenis – Jenis Fluida
Cairan : Fluida yang cenderung mempertahankan volumenya karena terdiri atas
molekul-molekul tetap rapat dengan gaya kohesif yang relatif kuat dan fluida
cairan praktis tak compressible.
Gas : Fluida yang volumenya tidak tertentu karena jarak antar
molekul-molekul besar dan gaya kohesifnya kecil sehingga gas akan memuai bebas sampai
tertahan oleh dinding yang mengukungnya. Pada fluida gas, gerakan momentum
antara molekulnya sangat tinggi, sehingga sering terjadi tumbukan antar molekul.
Fluida pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar berdasarkan sifatnya,
yaitu fluida cairan dan fluida gas. Fluida diklasifikasikan atas 2, yaitu:
1. Fluida Newtonian : fluida – fluida yang menunjukkan hubungan linier
antara tegangan geser dan gradien kecepatan ( laju perubahan bentuk yang
2. Fluida non-Newtonian : fluida yang tegangan gesernya tidak berhubungan
secara linier terhadap laju regangan geser (laju perubahan bentuk sudut),
seperti Dilatan dan pseudoplastik
Berbagai jenis fluida non-newtonian dibedakan dengan bagaimana viskositas
nyatanya berubah dengan laju geseran.
1. Untuk fluida yang mengencer akibat geseran (shear thinning fluids),
viskositas nyatanya berkurang dengan meningkatnya laju geseran-semakin
kuat fluida mengalami geseran, maka fluida tersebut semakin encer
(viskositasnya berkurang).misalnya, cat lateks tidak menetes dari kuas
karena laju geserannya kecil dan viskositas nyatanya besar. Namun, cat
tersebut mengalir mulus pada dinding karena lapisan tipis cat antara dinding
dengan kuas mengakibatkan laju geseran yang besar dan viskositas nyata
yang kecil.
2. Untuk fluida yang mengental akibat geseran (shear thickening fluids),
viskositas nyatanya meningkat dengan peningkatan laju geseran-semakin
kuat fluida mengalami geseran, maka semakin kental tersebut (viskositasnya
bertambah). Seperti campuran air-tepung jagung (maizena) dan campuran
air-pasir (“quicksand”). Jadi, sulitnya memisahkan sebuah benda dari
campuran air-pasir akan semakin meningkat tajam jika kecepatan
pemisahan meningkat.
2.1.3 Pergerakan Fluida
Secara umum, fluida dikenal memiliki kecenderungan untuk bergerak atau
mengalir. Sangat sulit untuk mengekang fluida agar tidak bergerak. Tegangan
geser yang sangat kecil saja sudah menyebabkan fluida bergerak. Demikian pula
halnya, suatu kesetimbangan dari tegangan (tekanan) normal akan menyebabkan
Gambar 2.1: Tempat Kedudukan Partikel Yang Dinyatakan Dengan Vektor
Posisinya.
Untuk menggambarkan suatu aliran fluida harus ditentukan berbagia
parameter, tidak hanya sebagai fungsi koordinat ruang (misalnya x, y, z) tetapi
juga sebagai fungsi waktu, t.
Contohnya untuk menyatakan temperatur, T didalam sebuah ruang, maka
medan temperaturnya adalah T = T (x, y, z, t). Pada seluruh ruangan pada suatu
waktu sepanjang siang atau malam.
Salah satu variabel yang paling penting dari pergerakan fluida adalah
kecepatannya, yaitu:
�=�(�,�,�,�)�̂+ �(��,�,�,�)�̂+ �(�,�,�,�)�� (2.1)
Dimana �,�, dan � merupakan komponen vektor kecepatan dalam arah �,�, dan
�. Kecepatan sebuah partikel adalah laju perubahan per satuan waktu dari vektor posisi partikel tersebut.
Dari gambar 2.1, posisi partikel A diberikan oleh vektor posisi ��, yang
merupakan fungsi dari waktu (jika partikel bergerak), yaitu ���
��
=
�
� 2.1.4. Jenis – Jenis Aliran Fluida2.1.4.1. Berdasarkan Kemampuan Menahan Tekanan :
Fluida incompressible (tidak termampatkan), yaitu fluida yang tidak dapat
dikompressi atau volumenya tidak dapat ditekan menjadi lebih kecil sehingga
yang dapat dikompressi atau volumenya dapat ditekan menjadi lebih kecil
sehingga massa jenis, � nya tidak konstan.
2.1.4.2. Berdasarkan Sifat Alirannya :
Fluida bersifat Turbulen, dimana alirannya mengalami pergolakan
(berputar-putar). Fluida bersifat Laminar (stream line), dimana alirannya memiliki lintasan
lapisan batas yang panjang, sehingga dikatakan juga aliran berlapis-lapis.
2.1.4.3. Berdasarkan Sifat Kekentalannya
Aliran kental (viscous) dan aliran tak kental (inviscid) : Pada fluida yang mengalir
terdapat perpindahan massa, momentum, energi dari suatu tempat ke tempat lain.
Perpindahan pada skala molekul menimbulkan fenomena difusi massa, viskositas,
dan konduksi termal. Semua aliran molekul memperlihatkan efek phenomena
transport, aliran ini disebut dengan aliran viskous sedangkan pada aliran inviscid
aliran diasumsikan tidak ada gesekan konduksi panas dan diffusi.
2.2.Darah
Darah adalah jaringan ikat dengan sel-sel yang tersuspensi dalam plasma. Tubuh
manusia pada umumnya mengandung 4 sampai 6 L darah. Jika sampel darah
diambil, sel-sel darah dapat dipisahkan dari plasma unsur seluler yang berkisar
sekitar 45% dari volume darah akan mengendap didalam alat sentrifuge yang
diputar dengan kecepatan tertentu. Plasma darah mengandung sekitar 90% air.
Didalamnya terdapat berbagai zat yang berpindah-pindah dari satu bagian tubuh
ke bagian yang lain, yang meliputi nutrien, produk buangan metabolisme, gas-gas
respirasi, dan hormon.
Terdapat tiga unsur sel yang tersebar diseluruh plasma darah: sel darah
merah (eritrosit), yang mengangkut oksigen, sel darah putih, yang berfungsi
dalam pertahanan tubuh, dan keping darah adalah bagian-bagian sel yang terlibat
2.2.1. Sistem Peredaran Darah Pada Manusia
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem
berfungsi memindahkan zat ke dan dari
suhu dan pH tubuh.
Ada dua jenis sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan
sistem peredaran darah tertutup. sistem peredaran darah, yang merupakan juga
bagian dari kinerja
dibentuk. Sistem ini menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh
metabolisme setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan
sifat
1. Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon
dioksida dalam arah yang berlawanan (lihat
2. Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal pencernaan seperti lemak,
gula dan protein dari saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing
untuk mengonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau
disimpan.
Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti
yang kemudian diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi
usus besar). Juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan tubuh
dan bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh.
Pembuluh nadi atau arteri adalah
membawa
fungsi
utamanya adalah menghantarkan
mengangkut zat buangan seperi
kejadian kematian utama disebabkan oleh
2.2.2. Penyempitan Pembuluh Darah Arteri
Aorta adalah arteri terbesar dalam tubuh. Arteri adalah pembuluh yang membawa
darah dari jantung. Berfungsi untuk membawa dan mendistribusikan darah yang
kaya oksigen ke seluruh arteri. Didalam aorta darah mengalir lebih dari seribu kali
lebih cepat (rata-rata sekitar 30 cm/detik) dibandingkan didalam kapiler (sekitar
0,026 cm/detik). Untuk memahami mengapa aliran darah mengalami penurunan
kecepatan, perlu dipertimbangkan hukum kontinuitas, yaitu hukum mengenai
aliran cairan melalui pipa. Jika diameter suatu pipa berubah sepanjang pipa
tersebut, cairan akan mengalir lebih cepat melalui segmen yang lebih sempit
dibandingkan dengan ketika cairan mengalir melewati segmen yang lebih lebar.
Volume aliran perdetik harus konstan disepanjang pipa tersebut, dengan demikian
cairan mengalir lebih cepat ketika luas penampang menyempit.
Cairan memberikan suatu gaya yang disebut tekanan hidrostatik terhadap
permukaan yang mengadakan kontak dengan cairan tersebut, dan tekanan inilah
yang menggerakkan cairan melalui pipa tersebut. Gaya hidrostatik yang diberikan
oleh darah terhadap dinding pembuluh darah disebut tekanan darah. Tekanan
darah adalah gaya utama yang mendorong darah dari jantung melalui arteri dan
arteriola kehamparan kapiler. Cairan selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi
ke daerah bertekanan rendah.
2.3. Medan Percepatan
Percepatan adalah laju perubahan kecepatan terhadap waktu dari sebuah partikel.
secara umum, kecepatan partikel dinyatakan dengan �� untuk partikel A, adalah
sebuah fungsi dari lokasinya dan waktu.
�� = ��(��,�) = �� (��(�),��(�),��(�),�) (2.2)
Dimana �� = ��(�), �� = ��(�), �� = ��(�) mendefinisikan lokasi dari partikel
yang sedang bergerak.
Dengan menggunakan fakta bahwa komponen kecepatan partikel diberikan oleh:
�� = �����, �� = �����, dan �� = ����� (2.3)
Dengan menggunakan dalil rantai turunan, maka
�� = ����� +�� ����� +�� �����+ �� ����� (2.4)
Gambar 2.3 : Kecepatan dan posisi dari partikel A pada waktu t.
Sehingga, medan percepatan dapat dituliskan secara umum sebagai:
�= ��
Disebut sebagai turunan material atau turunan substansial. Turunan material
digunakan untuk menggambarkan laju perubahan terhadap waktu dari sebuah
partikel. Notasi ringkas yang sering digunakan untuk operator turunan material
adalah
∇ adalah operator gradien
,
∇( ) = �( )
Persamaan kontinuitas adalah pernyataan bahwa massa kekal. Jumlah massa
dalam sebuah sistem adalah konstan. Persamaan kontinuitas diturunkan dari
persamaan kekekalan massa.
Maka persamaan differensial untuk kekekalan massa (persamaan
kontinuitas) dengan massa jenis, � dan vektor kecepatan arusnya, v. Persamaan
kontinuitas dapat dituliskan adalah
��
Persamaan ini berlaku untuk aliran yang tunak dan tak tunak, dan fluida
mampu-mampat ataupun tak mampu-mampu-mampat. Dalam notasi vektor dapat dituliskan,
��
�� + �.��= 0
(2.11)
Untuk fluida tak mampu-mampat (incompressible), massa jenis fluida, � konstan.
Persamaan (2.10) dapat disederhanakan menjadi
Atau ��
Hal ini sesuai dengan menyatakan bahwa tidak terdapat dilatasi (pembesaran) dari
volume lokal.
2.5. Persamaan – Persamaan Gerak
Persamaan gerak diperoleh dengan penerapan hukum kedua Newton untuk
turunan volume (������) pada massa ��.
��= ��� (2.13)
Gaya resultan , ��, yang bekerja pada massa differensial adalah kombinasi dari
gaya permukaan resultan (���) dan gaya badan (���)
�� =���+ ��� (2.14)
��� =��� (2.15)
��� = �����̂+ �����̂+ ���� �� (2.16)
Dimana komponen – komponennya:
���� = ���� (2.17 a)
Dimana � adalah pernyataan vektor percepatan gravitasi, � adalah tegangan
normal, dan � adalah tegangan geser.
Dalam bentuk komponen, persamaan (2.12) dapat ditulis dalam bentuk
��� =���� (2.19 a)
��� = ���� (2.19 c)
Dimana ��= �������, sehingga
���+ ������ + ������ + ������ = � ����� +� ����+� ����+ � �����
(2.20 a)
��� + ������ + ������ + ������ = � ����� +� ����+� ����+ � ����� (2.20 b)
��� + ������ + ������ + ������ = � ����� +� ����+� ���� + � ���� � (2.20 c)
Dimana volume elemen ������ saling meniadakan
Gambar 2.4: gaya – gaya permukaan dalam arah x yang bekerja pada elemen
fluida
Untuk fluida yang didalamnya tidak terdapat tegangan geser (tanpa gesekan /
inviscid / nonviskos), tegangan normal pada sebuah titik tidak tergantung pada
arahnya, artinya ��� = ��� = ��� . Dalam hal ini, tekanan didefinisikan sebagai
negatif dari tegangan normal, sehingga
2.6. Hubungan Tegangan-Deformasi
Untuk fluida Newtonian tak mampu-mampat, diketahui bahwa tegangan
berbanding lurus terhadap laju deformasi dan dapat dinyatakan dalam koordinat
Cartesius sebagai (untuk tegangan normal)
��� = −�+ 2����� (2.22)
Dimana p adalah tekanan yang merupakan negatif dari rata-rata tiga tegangan
normal, artinya −�= �1
3� ���� +��� +����
2.7. Persamaan Navier-Stokes
Tegangan yang telah didefinisikan sebelumnya dapat disubstitusikan kedalam
persamaan diferensial gerakan dan disederhanakan dengan menggunakan
persamaan kontinuitas untuk mendapatkan
� ����� +� ��
Suku-suku percepatan berada di ruas kiri dan suku-suku gaya diruas kanan.
Persamaan (2.26) disebut sebagai persamaan Navier-Stokes , dinamakan demikian
untuk menghormati ahli matematika Prancis, L.M.H Navier (1758-1836) dan ahli
mekanika Inggris Sir G.G.Stokes (1819-1903), yang menemukan rumus-rumus
tersebut. Persamaan Navier-Stokes dianggap sebagai persamaan differensial
pengatur dari gerakan fluida Newtonian tak mampu-mampat.
2.8. Potensial Kecepatan
Dimana ∅ disebut sebagai potensial kecepatan. Untuk suatu fluida tak mampu
mampat dari kekekalan massa bahwa
� .�=�
Dan oleh karena itu untuk aliran tak mampu-mampat, tak berotasi (dengan
�= �∅)
Fungsi arus didefinisikan sebagai
� = ��
��, dan �= − ��
�� v (2.31)
Sehingga persamaan kontinuitas dengan ��
�� = 0 terpenuhi untuk semua aliran
�� �� −
�� ��= 0
(2.32)
Dan dinyatakan dalam fungsi arus
�2�
��2 +
�2�
��2 = 0
(2.33)
Tiga sifat dari fungsi arus adalah:
• Fungsi arus memiliki nilai konstan di sepanjang streamline
• Streamline dan garis potensial konstan berpotongan pada sudut siku-siku
• Selisih fungsi-fungsi arus diantara dua garis arus adalah laju aliran � persatuan kedalaman diantara kedua garis arus, sehingga � = �2− �1
Untuk sebuah aliran tak-berotasi pada bidang, dapat menggunakan baik itu
potensial kecepatan atau fungsi arus, keduanya harus memenuhi persamaan
Laplace dua-dimensi.
2.10. Metode Elemen Hingga
Metode elemen hingga (MEH) adalah metode numerik yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan teknik dan problem matematis suatu gejala phisis
(Susatio, 2004).
Konsep dasar metode elemen hingga adalah:
1. Menjadikan elemen – elemen diskrit untuk memperoleh
simpangan-simpangan dan gaya-gaya anggota dari suatu struktur
2. Menggunakan elemen-elemen kontinu untuk memperoleh solusi pendekatan
terhadap permasalahan mekanika fluida, perpindahan panas, dan mekanika
solid
Langkah untuk menyelesaikan permasalahan fisik dengan metode elemen
hingga, yaitu:
Solusi dari masalah kontinum umum dengan metode elemen hingga selalu
mengikuti proses secara bertahap. Berkenaan dengan permasalahan struktural
1. Struktur dibagi menjadi elemen-elemen diskrit (diskritisasi),
2. Pilih interpolasi yang tepat atau model perpindahan (displacement),
3. Turunkan elemen matriks kekakuan dan vektor beban (gaya),
4. Merakit persamaan elemen untuk mendapatkan persamaan ekulibrium
keseluruhan,
Karena struktur yang terdiri dari beberapa elemen hingga, elemen
individual matriks kekakuan dan vektor beban yang akan dirakit dengan
cara yang sesuai dan persamaan ekuilibrium keseluruhan telah
dirumuskan sebagai
[�]Φ���⃗= P��⃗ (2.34)
di mana [�] adalah matriks kekakuan,Φ���⃗ adalah vektor perpindahan
nodal, dan P��⃗ adalah vektor dari gaya nodal untuk struktur lengkap.
5. Memecahkan untuk perpindahan nodal tidak diketahui,
6. Hitung elemen strain dan tekanan.
2.11. Diskritisasi Domain
Langkah awal dari metode elemen hingga adalah membagi daerah/ benda dalam
bagian – bagian kecil (disebut elemen). Langkah ini disebut sebagai diskritisasi.
Objek satu dimensi dibagi ke segmen garis pendek. Badan dua-dimensi dapat
dibagi menjadi segitiga, persegi panjang, segi- empat atau sub daerah lain yang
sesuai.
(a) (b) (c)
(d)
Gambar 2.6 : Elemen Dua-Dimensi
(c)
Gambar 2.7 : Elemen Tiga –Dimensi
(a) (b)
Gambar 2.8 : elemen axisimetri
2.12. Fungsi Interpolasi (Elemen Simpleks Dua Dimensi)
Metode elemen hingga didasarkan atas konsep pendekatan dari fungsi – fungsi
kontinu (seperti temperatur, tekanan, dan perpindahan) ke model diskrit. Bentuk
yang sering digunakan dari fungsi interpolasi adalah bentuk polinomial. Derajat
dari polinomial dipilih bergantung pada banyaknya item yang diketahui dari
fungsi kontinu pada setiap elemen. Terdapat tiga macam fungsi interpolasi yang
dipakai dalam metode elemen hingga, yaitu: simpleks, kompleks, dan multipleks
(Susatio, 2004).
Elemen simpleks adalah pendekatan yang dilakukan dengan polinomial
polinomial sama dengan dimensi dari koordinat ruang yang ada ditambah satu
(Susatio, 2004).
Titik-titik tertentu dalam elemen-elemen, seperti sudut-sudut elemen segitiga,
ditunjuk sebagai titik nodal. Biasanya, polinomial digunakan sebagai fungsi
interpolasi karena mudah untuk didiferensialkan dan diintegralkan. Setiap fungsi
interpolasi polinomial akan selalu kontinu dalam suatu elemen., sehingga kondisi
tersebut berlaku untuk batas antar elemen. Elemen simpleks memiliki polinomial
linier (Allaire, 1985).
Elemen axisimetri terbentuk dari suatu luasan yang diputar disekitar sumbu yang
terletak pada luasan tersebut. Untuk elemen simpleks axisimetri adalah elemen
segitiga dengan fungsi interpolasi linier berbentuk
� (�,�) = �1+�2�+�3� (2.35)
� (�,�) = �4+�5�+�6� (2.36)
Banyaknya koefisien �� adalah 6, yang sama dengan jumlah derajat kebebasan
elemen.
Displacement nodal adalah:
|�| = �
Evaluasi u pada node i:
�(�� ,��) =�� = �1+ �2��+ �3��
Bentuk umum dari fungsi displacment dinyatakan dalam bentuk matriks adalah:
(2.38)
Dengan mensubsitusikan koordinat nodal pada persamaan 2.36, maka besarnya a
masing-masing adalah
Untuk invers matriks pada persamaan 2.37 dan 2.38, dihasilkan
���12
2.13. Menurunkan Elemen Matriks dan Vektor
Matriks karakteristik dan vektor karakteristik dari elemen hingga dapat diturunkan
2.13.1.Direct Approach (Pendekatan Langsung)
Metode ini ditunjukkan bersama dengan beberapa contoh dari bagian yang
berbeda. Metode ini didasari oleh penggunaan penalaran fisik untuk membangun
sifat elemen, yakni matriks karakteristik dan vektor dalam bentuk variabel yang
bersangkutan. Karena pendekatan menggunakan prinsip dasar dari ilmu teknik,
hal itu membantu memahami secara fisik dari metode elemen hingga.
Bagaimanapun, metode ini hanya sesuai untuk masalah sederhana, kesulitan yang
muncul dapat diatasi dengan menggunakan metode untuk masalah yang kompleks
dengan memasukkan dua dan tiga dimensi elemen hingga. Sehingga metode
langsung ini tidak digunakan dalam analisis elemen hingga dari masalah yang
paling praktis.
2.13.2.Varitional Approach (Pendekatan Variasi)
Pada metode ini, analisis elemen hingga diartikan sebagai pendekatan untuk
menyelesaikan masalah varisional. Karena banyak masalah fisik dan teknik dapat
di rumuskan dalam bentuk varisional, metode elemen hingga mudah diterapkan
untuk menemukan solusi pendekatannya. Pendekatan varisional paling banyak
diggunakan dalam literatur untuk merumuskan persamaan elemen hingga.
Keterbatasan utama dari metode ini adalah bahwa ia memerlukan masalah fisik
atau teknik untuk dinyatakan dalam bentuk varitional, yang tidak mungkin dalam
semua kasus.
2.13.3.Weight Residual Approach (Pendekatan Residu Bobot)
Dalam metode ini, elemen matriks dan vektor di turunkan secara langsung dalam
persamaan differensial umum tanpa bergantung dari masalah tanpa tergantung
pada pernyataan varisional dari masalah. Metode ini menawarkan prosedur yang
paling umum untuk menurunkan persamaan elemen hingga dan dapat diterapkan
untuk hampir semua masalah praktis ilmu pengetahuan dan rekayasa. Dalam
pendekatan residu bobot, prosedur penurunan, seperti metode Galerkin dan
metode kuadrat kecil (Least Square) dapat digunakan untuk menurunkan
2.14. Formula Weak
Persamaan weak form biasanya dalam bentuk integral dan memerlukan
kontinuitas lemah pada variabel bidang. Karena kebutuhan yang lebih
lemah pada variabel bidang dan bentuk integral dari persamaan yang
mengatur, formulasi didasarkan pada weak form yang diharapkan
mengarah pada suatu himpunan persamaan untuk sistem diskrit yang
menghasilkan hasil yang lebih akurat, terutama untuk sistem yang
melibatkan geometri yang kompleks. Oleh karena itu, jenis weak form dari
formulasi adalah lebih disukai untuk mendapatkan suatu solusi pendekatan.
Dengan demikian, metode elemen hingga, berdasarkan weak form dari
formulasi seperti prinsip energi atau pendekatan residual tertimbang, telah
menjadi sangat populer.Contoh berikut menunjukkan keuntungan dari
formulasi weak form.
Contoh:
Persamaan yang mengatur defleksi balok, �(�), diberikan oleh
�����4�4 =�(�) (C.1)
di mana �(�) adalah gaya didistribusikan sepanjang balok. Untuk balok
kantilever dikenakan beban akhir dan momen akhir seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.9, mencari defleksi balok menggunakan
metode Galerkin dengan solusi diasumsikan
��(�) =��(�) =�(3�2� − �3) (C.2)
di mana �(�) adalah fungsi trial dan � adalah konstanta. Juga,
menunjukkan keuntungan dari formulasi weak.
3.
Gambar 2.10. Kantilever beam dikenakan beban dan momen
Solusi:
Karena beban didistribusikan �(�) = 0 untuk balok yang ditunjukkan pada
Gambar 2.9, persamaan yang mengatur (governing equation) menjadi
���
4�
��4 = 0 (C.3)
Dalam metode Galerkin, konstanta �dalam solusi diasumsikan ditemukan
dengan menggunakan hubungan
bobot/tertimbang yang diberikan oleh persamaan (C.2). Persamaan (C.4)
dapat ditulis kembali sebagai
� ���
Karena turunan keempat ��(�) adalah nol, akan dikurangi orde turunan
tertinggi ��(�) dengan mengintegrasikan per bagian (integral by parts)
persamaan (C.5):
Integrasi suku kedua di sisi kiri dari persamaan (C.6) per bagian
Dengan menggunakan dua kondisi pertama persamaan (C.8), persamaan
(C.7) dapat dinyatakan sebagai
� �����2�2���2��2 ��
Dari persamaan (C.2) dan Gambar 2.9 diperoleh
�(�) = 2�3,�� Integral pada persamaan (C.9) dapat dihitung dengan hubungan pada
persamaan (C.2) sebagai
Gunakan persamaan (C.10) dan (C.11) pada persamaan (C.9), konstanta C
dapat ditemukan sebagai berikut:
�= �0 ��+
�0
4��� (C.12)
Maka, solusi pendekatan untuk defleksi balok menjadi
��(�) =��0 ��+
�0
4����(3�
2� − �3) (C.13)
yang menghasilkan defleksi pada ujung bebas (�= �) sebagai
��(�) =�0�
trial dan � integral berikut residu tertimbang ditetapkan sama dengan nol:
� �� ��� �
= 0 (2.41)
Persamaan (2.40) menyatakan � persamaan simultan di � tidak diketahui,
Misalkan persamaan diferensial pengatur (governing) dari masalah ekuilibrium
diberikan oleh
�(�) =� dalam � (2.42)
dan kondisi batas
��(�) = g�, �= 1, 2, … ,� pada � (2.43)
Metode Galerkin mengharuskan
� �� ��� − �� �� ��= 0 �
, �= 1, 2, … ,� (2.44)
di mana fungsi trial �� dalam solusi pendekatan
� =� ���� �
�=1
(2.45)
diasumsikan memenuhi kondisi batas persamaan (2.42). Perhatikan bahwa ��
didefinisikan atas seluruh domain dari persoalan. Persamaan (2.43) dapat berlaku
untuk elemen � sebagai
�����(�)� − �(�)��
�(�) ∙ ��(�) = 0, � = 1, 2, … ,� �(�)
(2.46)
di mana model interpolasi diambil dalam bentuk standar seperti
�(�) =��(�)�Φ���⃗(�) =� �
�(�)Φ�(�) �
(2.47)
Persamaan (2.45) memberikan persamaan elemen hingga yang diperlukan untuk
elemen khusus. Persamaan elemen ini harus dirakit untuk mendapatkan sistem
2.16. Software Comsol
Comsol adalah software simulasi elemen hingga, yang pada dasarnya dapat
mensimulasikan berbagai aplikasi fisika dan teknik, seperti mensimulasikan
perpindahan panas melalui struktur yang kompleks, kristal fotonik pada skala
nano, lentur mekanik balok, aliran cairan, proses elektrokimia, fisika plasma dan
lainnya. Comsol Multiphysics 4.2 merupakan ekspansi yang signifikan dari
aplikasi software, fitur dan fungsi. Keuntungan utama dalam menggabungkan
simulasi komputer dan analisis prinsip-prinsip utama adalah bahwa penggguna
dapat mencoba banyak pendekatan yang berbeda untuk solusi dari masalah yang
sama yang diperlukan untuk mendapatkan solusi yang benar (atau setidaknya
mendekati benar).
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Darah merupakan komponen penting di dalam tubuh sebagai alat transportasi
untuk metabolisme tubuh. Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular
merupakan suatu sistem
pertukaran dengan sel-sel tubuh. Proses peredaran darah dipengaruhi oleh
kecepatan darah, luas penampang pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot
yang terdapat pada jantung dan pembuluh darah. Akibat dari aktivitas yang tidak
sehat, seperti merokok, mengonsumsi minuman keras, makan terlalu banyak
garam, tidak aktif berolahraga, dan sebagainya, mempengaruhi pengembangan
dan perkembangan penyakit arteri. Arteri yang menyempit disebabkan oleh
perkembangan plak (plaque) atau kerak yang berkembang pada dinding bagian
dalam arteri, dan menyempitkan luas pembuluh darah. Salah satu konsekuensi
paling serius adalah resistansi aliran meningkat dan terjadi pengurangan jumlah
aliran darah ketempat tertentu yang dipasok melalui arteri sehingga menyebabkan
kematian jaringan otot atau saraf dalam satu atau lebih arteri koroner, yang
mengalirkan darah yang membawa oksigen. Hal tersebut akan mengakibatkan
terjadinya Penyakit Kardiovaskuler yang umumnya mengakibatkan serangan
jantung atau stroke.
Gambar 1.1: Aliran Darah Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Tanpa
Cairan memberikan suatu gaya yang disebut tekanan hidrostatik terhadap
permukaan yang mengadakan kontak dengan cairan tersebut, dan tekanan inilah
yang menggerakkan cairan melalui pipa tersebut. Gaya hidrostatik yang diberikan
oleh darah terhadap dinding pembuluh darah disebut tekanan darah. Tekanan
darah adalah gaya utama yang mendorong darah dari jantung melalui arteri dan
arteriola kehamparan kapiler. Cairan selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi
ke daerah bertekanan rendah.
Dari permasalahan perubahan tekanan darah yang disebabkan perubahan
pengembangan arteri (pembuluh darah), maka peneliti akan melakukan analisis
pada penyempitan pembuluh darah. Analisis pembuluh darah ini cukup rumit dan
memerlukan perhitungan yang besar, oleh karena itu pemakaian komputer untuk
analisis ini akan mengurangi kesulitan
Teknik-teknik numerik berbasis komputer sangat luas digunakan untuk
menyelesaikan persoalan fluida yang rumit. Dari berbagai teknik yang tersedia
untuk penyelesaian numerik dari persamaan-persamaan differensial pengatur
aliran fluida, tiga jenis berikut adalah yang paling banyak digunakan: Metode
Beda Hingga, Metode Elemen Hingga (atau Volume Hingga), dan Metode Batas
Hingga. Dalam setiap metode ini medan aliran yang kontinu (misalnya kecepatan
atau tekanan sebagai fungsi ruang dan waktu) digambarkan dalam nilai-nilai
diskrit (bukan kontinu) pada lokasi yang telah ditentukan. Dalam teknik ini
persamaan diferensial digantikan dalam sehimpun persamaan-persamaan aljabar
yang dapat diselesaikan dengan komputer.
Dalam penelitian ini, persoalan aliran darah pada pembuluh darah akan
diselesaikan dengan menggunakan Metode Elemen Hingga (atau Volume Hingga)
pada persamaan Navier-Stokes. Untuk Metode Elemen Hingga (atau Volume
Hingga) , medan aliran dipecah menjadi sekumpulan elemen-elemen fluida kecil
(biasanya bidang segitiga jika aliran dua-dimensi). Persamaan-persamaan
kekekalan (yaitu kekekalan massa, momentum dan energi) dituliskan dalam
bentuk yang sesuai untuk setiap elemen dari himpunan persamaan aljabar yang
dihasilkan dengan penyelesaian secara numerik untuk medan aliran jumlah,
ukuran, dan bentuk dari elemen ini sebagian ditentukan oleh geometri aliran dan
Persamaan Navier-Stokes adalah persamaan differensial dasar yang
menggambarkan aliran dari fluida Newtonian tak mampu-mampat. Aplikasi dari
Metode Elemen Hingga banyak dilakukan pada problem kompleks seperti
rekayasa struktur, Steady State dan Time Dependent Heat Transfer, Fluid Flow,
dan Electrical Potential Problem, aplikasi bidang medikal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul penelitian
ini dengan, “Implementasi Metode Elemen Hingga dalam Persoalan Aliran
Darah pada Pembuluh Darah ”
1.1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana distribusi tekanan didalam
pembuluh darah yang mengalami penyempitan dengan menggunakan Metode
Elemen Hingga pada Persamaan Navier Stokes
1.2. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memiliki batasan dalam penelitian yang dilakukan
yaitu terbatas pada persoalan penyempitan aliran darah dalam pembuluh darah
arteri yang disimulasikan dengan software Comsol Multiphysics 4.2
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui bagaimana distribusi tekanan
aliran darah pada pembuluh darah yang tidak mengalami penyempitan dan yang
mengalami penyempitan
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai gambaran mengenai implementasi
Metode Elemen Hingga dalam distribusi tekanan pada pembuluh darah yang tidak
1.5. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian literatur yang disusun dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Memaparkan hubungan konsep aliran darah pada Persamaan Navier-Stokes.
2. Menentukan kondisi awal dan batas
3. Mencari formula weak dari persamaan Navier - Stokes
4. Menentukan model matematika dengan Metode Elemen Hingga
5. Perhitungan elemen matriks dan elemen vector dengan bantuan software
comsol 4.2
6. Menentukan model aliran jika terjadi penyempitan sebesar 25%, 50% dan
75% pada pembuluh darah
7. Menggunakan bantuan software comsol 4.2 untuk memberikan visualisasi
1.6. Kerangka Penelitian
Berikut adalah kerangka penelitian yang akan dilakukan dari keterangan
metodologi penelitian:
Aliran darah pada pembuluh darah
Persamaan Navier-Stokes
Metode Galerkin Kondisi Awal Dan Batas
Metode Elemen Hingga
IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH
ABSTRAK
Proses peredaran darah dipengaruhi oleh kecepatan darah, luas penampang
pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat pada jantung dan
pembuluh darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana distribusi
tekanan darah yang terjadi pada pembuluh darah yang tidak mengalami
penyempitan dan yang mengalami penyempitan oleh plak (plaque) sebesar 25%,
50% dan 75% dari radius pembuluh darah dengan mengimplementasikan metode
elemen hingga pada persamaan Navier-Stokes yang merupakan persamaan
differensial dasar yang menggambarkan aliran dari fluida Newtonian
takmampu-mampat. Dalam metode elemen hingga, medan aliran dipecah menjadi
sekumpulan elemen-elemen fluida kecil (diskritisasi domain), dalam penelitian ini
peneliti menggambarkan aliran darah 2D-Axisimetri, kemudian dipilih fungsi
interpolasi linier untuk elemen 2D-Axisimetri, dan menurunkan elemen matriks
dan vektor dengan metode Galerkin untuk mendapatkan persamaan global. Hasil
penelitian dari penelitian dengan bantuan komputer, memperlihatkan distribusi
tekanan aliran darah dari variasi bentuk pembuluh darah. Hasil simulasi Comsol
menunjukkan bahwa tekanan yang terjadi dari variasi bentuk pembuluh darah
tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun untuk tegangan yang terjadi
pada variasi bentuk pembuluh darah dapat disimpulkan bahwa semakin besar
penyempitan, maka semakin besar tegangan aliran darah.
IMPLEMENTATION OF FINITE ELEMENT METHOD FOR THE PROBLEM OF BLOOD FLOW IN BLOOD VESSEL
ABSTRACT
The process of blood circulation influenced by the speed of blood, sectional area
of blood vessels, blood pressure and muscle work which is at the heart and blood
vessels. This research aims to see how the distribution of blood pressure that
occurs in blood vessels that are not narrowed and narrowed by plaque (plaque) by
25%, 50% and 75% of the radius of the blood vessels. by implementing the finite
element method to the Navier-Stokes equations that constitute the basis of
differential equations that describe the flow of Newtonian fluid is incompressible.
In the finite element method, the flow field is broken down into a set of elements
of the fluid is small (discretization of the domain), in this study the researchers
describe the flow of water 2D, then have the function of a linear interpolation of
the element 2D, and derivation of element matrices and vectors with Galerkin
method to get the global equation. The results of the research with the help of
computers, the distribution of blood flow from the pressure variation in blood
vessels. COMSOL simulation results show that the pressure of the variation in
blood vessels did not change significantly, but for the stress that occurs in a
variety of shapes blood vessels can be concluded that the greater the constriction ,
the greater the stress bloodflow.
IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM
PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH
SKRIPSI
ABNIDAR HARUN POHAN
120803006
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM
PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai
gelar Sarjana Sains
ABNIDAR HARUN POHAN
120803006
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul
Kategori
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
Program Studi
Departemen
Fakultas
: Implementasi Metode Elemen Hingga Dalam Aliran
Persoalan Darah Pada Pembuluh Darah
: Skripsi
: Abnidar Harun Pohan
: 1208030006
: Sarjana (S1) Matematika
: Matematika
: Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Juni 2016
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Drs. Suyanto,M.Kom Prof. Dr. Tulus, M.Si, Ph.D
NIP. 19590813 198601 1 002 NIP. 19620901 198803 1 002
Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU,
Ketua,
Prof. Dr. Tulus, M.Si, Ph.D
PERNYATAAN
IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2016
Abnidar Harun Pohan
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya serta memberikan banyak kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi
Metode Elemen Hingga dalam persoalan Aliran Darah pada Pembuluh Darah”.
Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa
Sallam, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikutinya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Tulus, M.Si, Ph.D
selaku pembimbing 1 dan ketua Departemen Matematika yang banyak berjasa
kepada penulis dimana beliau telah meluangkan waktu dan pikirannya,
memberikan pengarahan, saran dan kritik terkait penulisan skripsi ini. Terima
kasih kepada bapak Drs. Suyanto, M.Kom selaku pembimbing 2, yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Sawaluddin, M.IT selaku
penguji 1 dan bapak Drs. Marihat Situmorang, M.Kom selaku penguji 2 yang
telah meluangkan waktu, pikiran dan memberikan kritik maupun saran untuk
perbaikan skripsi ini dan sebagai pembelajaran bagi penulis.
Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh dosen Matematika USU
yang telah membagikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan, Dekan dan
Wakil Dekan FMIPA USU, dan seluruh staff administrasi FMIPA USU.
Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada orang tua penulis
yang begitu sabar dan selalu mendukung penulis baik secara moril maupun
materi. Semoga Tuhan memberikan balasan kebaikan atas segala bantuan yang
telah semua berikan kepada penulis. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima
kasih, penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi
orang lain.
Medan, Juni 2016
IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH
ABSTRAK
Proses peredaran darah dipengaruhi oleh kecepatan darah, luas penampang
pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat pada jantung dan
pembuluh darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana distribusi
tekanan darah yang terjadi pada pembuluh darah yang tidak mengalami
penyempitan dan yang mengalami penyempitan oleh plak (plaque) sebesar 25%,
50% dan 75% dari radius pembuluh darah dengan mengimplementasikan metode
elemen hingga pada persamaan Navier-Stokes yang merupakan persamaan
differensial dasar yang menggambarkan aliran dari fluida Newtonian
takmampu-mampat. Dalam metode elemen hingga, medan aliran dipecah menjadi
sekumpulan elemen-elemen fluida kecil (diskritisasi domain), dalam penelitian ini
peneliti menggambarkan aliran darah 2D-Axisimetri, kemudian dipilih fungsi
interpolasi linier untuk elemen 2D-Axisimetri, dan menurunkan elemen matriks
dan vektor dengan metode Galerkin untuk mendapatkan persamaan global. Hasil
penelitian dari penelitian dengan bantuan komputer, memperlihatkan distribusi
tekanan aliran darah dari variasi bentuk pembuluh darah. Hasil simulasi Comsol
menunjukkan bahwa tekanan yang terjadi dari variasi bentuk pembuluh darah
tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun untuk tegangan yang terjadi
pada variasi bentuk pembuluh darah dapat disimpulkan bahwa semakin besar
penyempitan, maka semakin besar tegangan aliran darah.
IMPLEMENTATION OF FINITE ELEMENT METHOD FOR THE PROBLEM OF BLOOD FLOW IN BLOOD VESSEL
ABSTRACT
The process of blood circulation influenced by the speed of blood, sectional area
of blood vessels, blood pressure and muscle work which is at the heart and blood
vessels. This research aims to see how the distribution of blood pressure that
occurs in blood vessels that are not narrowed and narrowed by plaque (plaque) by
25%, 50% and 75% of the radius of the blood vessels. by implementing the finite
element method to the Navier-Stokes equations that constitute the basis of
differential equations that describe the flow of Newtonian fluid is incompressible.
In the finite element method, the flow field is broken down into a set of elements
of the fluid is small (discretization of the domain), in this study the researchers
describe the flow of water 2D, then have the function of a linear interpolation of
the element 2D, and derivation of element matrices and vectors with Galerkin
method to get the global equation. The results of the research with the help of
computers, the distribution of blood flow from the pressure variation in blood
vessels. COMSOL simulation results show that the pressure of the variation in
blood vessels did not change significantly, but for the stress that occurs in a
variety of shapes blood vessels can be concluded that the greater the constriction ,
the greater the stress bloodflow.
DAFTAR ISI
2.6 Hubungan Tegangan-Deformasi 15
2.7 Persamaan Navier-Stokes 16
2.8 Potensial Kecepatan 17
2.9 Fungsi Arus 17
2.10 Metode elemen hingga 18
2.11 Diskritisasi Domain 19
2.13 Menurunkan Elemen Matriks dan Vektor 23 2.13.1. Direct Approach (Pendekatan Langsung) 24 2.13.2. Varitional Approach (Pendekatan Variasi) 24 2.13.3.Weight Residual Approach (Pendekatan Residu
Bobot)
3.1 Perancangan Geometri 30
3.2 Tahapan Analisis 32
3.2.1.Memaparkan hubungan-hubungan pergerakan aliran darah pada persamaan Navier-Stokes
32
3.2.2 Menentukan kondisi awal dan batas 32 3.2.3 Menyelesaikan Persamaan Global 32 3.2.3 Simulasi Dan Visualisasi Model Dengan Comsol
Mutiphysics 4.2
32
3.3 Membuat Kesimpulan Dan Menyusun Laporan Penelitian
35
BAB 4 PEMBAHASAN 36
4.1 Persamaan Dasar Dalam Dinamika Fluida 36
4.2 Formulasi Fungsi Potensial 38
4.2.1. Bentuk Persamaan Differensial 38
4.2.2. Bentuk Variasi 38
4.3 Solusi Elemen Hingga 39
4.4 Simulasi Dengan Comsol Multiphysics 41
4.5 Tekanan Pada Pembuluh Darah 43
4.6 Distribusi Tekanan 45
4.7 Tegangan Pada Pembuluh Darah 50
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 55
5.1 Kesimpulan 55
5.2 Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 56
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Halaman
1.1 Aliran darah pada pembuluh darah 1
2.1. Tempat Kedudukan Partikel Yang Dinyatakan Dengan Vektor Posisinya
8
2.2 Pembuluh Darah Arteri 11
2.3 Kecepatan Dan Posisi Dari Partikel A Pada Waktu T. 12 2.4 Gaya – Gaya Permukaan Dalam Arah X Yang Bekerja Pada
2.9 Comsol Multiphysics Versi 4.2 29
3.1 Model Geometri Pembuluh Darah 31
3.2: Model Geometri Dari Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
33
3.3 Model Geometri Dari Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 25%
33
3.4 Model Geometri Dari Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 50%
34
3.5 Model Geometri Dari Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 75%
35
4.1 Mesh Pada Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan 41 4.2 Mesh pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan 25% 32 4.3 Mesh pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan 50% 42 4.4 Mesh pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan 75% 42 4.5 Tekanan pada permukaan pembuluh darah yang tidak mengalami
penyempitan
43
4.6 Tekanan pada permukaan pembuluh darah yang mengalami penyempitan 25%
44
4.7 Tekanan pada permukaan pembuluh darah yang mengalami penyempitan 50%
44
4.8 Tekanan pada permukaan pembuluh darah yang mengalami penyempitan 75%
45
4.9 Distribusi Tekanan Pada Pembuluh Darah tidak Mengalami Penyempitan
46
4.10 Distribusi Tekanan Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 25%
47
4.11 Distribusi Tekanan Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 50%
48
4.12 Distribusi Tekanan Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 75%
49
4.14 Tegangan Pada Pembuluh Darah Yang Tidak Mengalami Penyempitan
51
4.15 Tegangan Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 25%
51
4.16 Tegangan Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 50%
52
4.17 Tegangan Pada Pembuluh Darah Yang Mengalami Penyempitan Sebesar 75%
53