LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ronauli Agnes Marpaung
Tempat / TanggalLahir : Pagar Batu / 23 Agustus 1994
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jalan Mandolin No. 10 Medan Riwayat Pendidikan :
1. TK Santa Theresia Balige (1999-2000)
2. Sekolah Dasar Negeri 173524 Balige (2000-2006)
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Balige (2006-2009) 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Balige (2009-2012)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012- Sekarang) Riwayat Organisasi :
1. Anggota KMK USU UP FK (2012-2013)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya yang bernama Ronauli Agnes Marpaung, NIM 120100272, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadimya Keputihan pada Siswi SMK Negeri 8 Medan”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Negeri 8 Medan. Penelitian ini memberikan informasi kepada siswi dan masyarakat tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan serta mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian dan mengasah kemampuan analisis. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan siswi yang bersangkutan menjadi partisipan dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang akan diberikan dengan jujur dan apa adanya. Tidak ada biaya yang dikenakan kepada siswi untuk penelitian ini. Identitas pribadi partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.
Jika terdapat hal yang kurang dipahami, partisipan dapat bertanya langsung kepada peneliti atau melalui nomor 082363973277. Jika siswi bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.. Atas perhatian dan kesediaan Saudari berpartisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.
Medan,...2015
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Alamat :
No. HP :
Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian,
Judul Penelitian : Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan pada Siswi SMK Negeri 8 Medan
Nama Peneliti : Ronauli Agnes Marpaung
Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi subjek penelitian dengan sukarela dan tanpa paksaan.
Medan,...2015
LAMPIRAN 4 KUESIONER
FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA
SISWI SMK NEGERI 10 MEDAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
A1 Nama :
A2 Umur :
A3 Kelas :
A4 Apakah saudara pernah mengalami keputihan
Ya / Tidak
A5 Apakah saudara pernah mengalami keputihan yang cairannya encer, bening, tidak gatal, tidak berbau ?
Ya / Tidak
A6 Apakah pernah mengalami keputihan yang disertai rasa gatal, berbau, dan rasa panas di vagina?
Ya / Tidak
B. PENGETAHUAN
1. LINGKARI jawaban yang menurut anda paling benar
2. Mohon jawaban diisi sendiri sesuai dengan apa yang anda ketahui, demi
tercapainya hasil yang diharapkan.
B1 Apa yang dimaksud dengan keputihan :
a. Cairan yang keluar dari vagina yang berwarna bening/
putih yang biasanya keluar mejelang haid / pada masa
kehamilan
b. Cairan yang keluar dari dubur yang berwarna putih
c . Cairan yang keluar dari vagina berwarna merah hanya keluar menjelang haid atau pada masa kehamilan
B2 Macam keputihan adalah :
a. Keputihan normal dan tidak normal
b. Keputihan sehat dan tidak sehat c. Keputihan dan tidak keputihan
B3 Bagaimana gejala keputihan yang normal :
a. Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau
b. Cairan encer, bening dan terkadang berwarna, terasa gatal, berbau
B4 Yang termasuk gejala keputihan tidak normal adalah :
a. Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau
b. Cairan encer/kental, bening dan terkadang berwarna, terasa gatal, berbau
c. Cairan encer, berwarna merah, terasa nyeri dan berbau
B5 Yang termasuk penyebab keputihan normal adalah
a. Infeksi jamur
b. Keturunan
c. Pengaruh hormon semasa siklus haid
B6 Yang termasuk penyebab keputihan tidak normal adalah
a. Rangsangan saat berhubungan intim
b Keturunan c Infeksi Bakteri
B7 Dibawah ini mikroorganisme yang dapat menyebabkan gejala keputihan
seperti adanya rasa gatal di vagina , warna cairan seperti putih susu dan
menggumpal seperti keju adalah :
a. Parasit
b. Jamur c. Bakteri
B8 Berapakah PH normal vagina?:
a. 3,6-4,0
b. 3,0-4,7 c. 3,8-4,5
B9 Yang bukan penyebab keputihan adalah :
a. Infeksi jamur
b. Kebersihan diri yang jelek c. Keturunan
B10 Jika didapatkan tanda cairan terlalu banyak , bau busuk , sering disertai
darah tidak segar, maka anda harus curiga adanya penyakit:
a. Kanker payudara
b. Tumor
c. Kanker leher Rahim
B11 Di bawah ini termasuk cara mengatasi keputihan, kecuali:
a. Memakai celana sampai 2 hari
B12 Dampak dari keputihan yang tidak normal adalah :
a. Infeksi pada panggul
b. Perdarahan Kanker payudara
B13 Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat mengakibatkan :
a. Mematikan flora yang tidak normal
b. Mematikan flora normal vagina
Membuat flora jahat dan normal subur berkembang biak
B14 Tindakan yang benar apabila kita mengalami keluhan keputihan yang
disertai bau amis/busuk dan adanya rasa gatal adalah :
a. Langsung meminum antibiotic
b. Langsung curiga adanya kanker Langsung memeriksakan diri ke dokter
C.SIKAP TERHADAP PENCEGAHAN
KEPUTIHAN : Pilihan jawaban adalah :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
LINGKARILAH salah satu jawaban yang saudara anggap paling sesuai
dengan pendapat saudara seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan
yang tersedia.
C1 Membasuh daerah kewanitaan menurut saya penting supaya vagina
dan anus bersih
a. SS
b. S
c. TS
d. STS
C2 Menurut saya dengan menjaga kebersihan daerah kewanitaan
keputihan dapat dicegah
a. SS
C3 Selalu memakai cairan antiseptik pembersih vagina saat
membersihkan daerah kewanitaan sangat perlu, karena bisa
menghilangkan kuman-kuman yang berbahaya
a. SS
b. S
c. TS
d. STS
C4 Saya selalu memakai celana dalam yang dapat menyerap keringat dan
tidak ketat, untuk menjaga daerah kewanitaan saya agar tidak lembab
a. SS
b. S
c. TS
d. STS
C5 Bagi saya, memakai pembalut atau pantyliner sepanjang hari sangat
baik untuk kesehatan daerah kewanitaan kita
a. SS
b. S
c. TS
d. STS
C6 Menurut saya membersihkan daerah kewanitaan dengan memakai air
dan sabun serta diberi bedak wangi sangat baik untuk menghindari
keputihan :
a. SS
b. S
c. TS
C7 Keputihan yang disertai rasa gatal dan berbau adalah hal yang
biasa saja dan dapat sembuh dengan sendirinya
a. SS
b. S
c. TS
d. STS
C8 Saat mengalami keputihan yang lendirnya berwarna, berbau dan gatal,
maka harus segera memeriksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan
terdekat
a. SS
b. S
c. TS
d. STS
C9 Bila mengalami keputihan yang lendirnya bening dan tidak
berbau saya tidak melakukan pengobatan karena tidak
berbahaya
a. SS
b. S
c. TS
d. STS
C10 Berolahraga secara teratur dan makanan yang bergizi juga
berpengaruh dengan kejadian keputihan
a. SS
b. S
D.TINDAKAN SEHAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN
1. LINGKARI jawaban yang menurut anda paling benar
2. Mohon jawaban diisi sendiri sesuai dengan apa yang anda ketahui, demi tercapainya hasil yang diharapkan
D1 Berapa kali Anda melakukan olahraga dalam 1 minggu
a. Tidak pernah
B 1 kali c ≥ 3 kali
D2 Kebiasaan apa saja yang anda lakukan untuk mencegah
keputihan
a. Memakai pantyliner setiap harinya
b. Terkadang memakai cairan pembersih vagina
c. Menjaga kebersihan vagina dan pastikan vagina tidak lembab
D3 Untuk menjaga kebersihan vagina berapa kali Anda mengganti
celana dalam?
a. Bila celana dalam basah saja tanpa memperhitungkan hari pakainya
b. 1 kali dalam sehari
c. ≥ 2 kali dalam sehari
D4 Apakah Anda sering menggunakan cairan pembersih vagina?
a. Sering
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
D5 Apakah Anda menggunakan bedak talcum, tissue dan sabun
dengan pewangi pada daerah vagina ?
a. Sering
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
D6 Bagaimana cara anda cebok setiap buang air?
a. Dari depan ke belakang dan bersih
b. Dari belakang ke depan dan bersih c. Dari mana saja yang penting bersih
D7 Selain itu untuk menjaga kebersihan vagina, saya merasa perlu
melakukan
a. Memakai cairan pembersih vagina setiap harinya
D8 Selama berteman kadang-kadang untuk menjaga kebersihan
diri, saya melakukan ?
a. Meminjam pakaian dalam teman
b. Memakai handuk teman c. Meminta parfum
D9 Waktu BAB/BAK di WC umum
a. Langsung menggunakan closet duduk
b. Mengelapnya dulu apabila WC duduk
c. Membersihkan kemaluan dengan air bak wc umum
D10 Untuk mejaga daerah kewanitaan saya melakukan :
a. Memakai celana ketat setiap harinya
b. Sering memakai celana jelana jeans
LAMPIRAN 9
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
p1 10.03 15.757 .760 .921
p2 10.03 15.620 .809 .920
p3 10.10 15.541 .726 .922
p4 10.10 15.679 .682 .923
p5 10.07 16.616 .424 .931
p6 10.10 16.300 .490 .930
p7 10.13 15.775 .619 .926
p8 10.13 15.499 .702 .923
p9 10.07 15.237 .877 .917
p10 10.10 15.679 .682 .923
p11 10.07 15.926 .646 .925
p12 10.13 15.292 .766 .921
p13 10.07 15.995 .623 .925
p14 10.13 15.844 .598 .926
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
s1 27.23 32.806 .758 .921
s2 27.03 32.861 .909 .913
s3 27.00 34.138 .838 .917
s4 27.13 35.430 .679 .925
s5 27.07 35.237 .567 .930
s6 27.07 35.237 .604 .928
s7 27.07 32.754 .799 .918
s8 26.90 32.990 .764 .920
s9 26.87 35.499 .633 .927
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
t1 9.63 14.861 .742 .816
t2 9.60 15.490 .633 .827
t3 9.33 14.851 .623 .827
t4 9.53 15.775 .430 .847
t5 9.43 16.047 .548 .834
t6 9.47 15.637 .543 .835
t7 9.60 16.110 .450 .843
t8 9.57 15.909 .512 .837
t9 9.33 16.161 .520 .837
t10 9.30 16.355 .524 .837
LAMPIRAN CHI SQUARE
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Pengetahuan *
Keputihan_gejala2
381 100.0% 0 0.0% 381 100.0%
Pengetahuan * Keputihan_gejala2 Crosstabulation Count
Keputihan_gejala2 Total Tidak Ya
Pengetahuan
Kurang 29 35 64
Sedang 101 65 166
Baik 104 47 151
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 10.571a 2 .005
Likelihood Ratio 10.450 2 .005
Linear-by-Linear Association 10.033 1 .002 N of Valid Cases 381
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.69.
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Sikap * Keputihan_gejala2 381 100.0% 0 0.0% 381 100.0%
Sikap * Keputihan_gejala2 Crosstabulation Count
Keputihan_gejala2 Total Tidak Ya
Sikap
Kurang 5 21 26
Sedang 54 34 88
Baik 175 92 267
Total 234 147 381
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 21.445a 2 .000
Likelihood Ratio 21.364 2 .000
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.03.
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Tindakan *
Keputihan_gejala2
381 100.0% 0 0.0% 381 100.0%
Tindakan * Keputihan_gejala2 Crosstabulation Count
Keputihan_gejala2 Total Tidak Ya
Tindakan
Kurang 24 32 56
Sedang 82 45 127
Baik 128 70 198
Total 234 147 381
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.544a 2 .008
Likelihood Ratio 9.283 2 .010
Linear-by-Linear Association 5.899 1 .015 N of Valid Cases 381
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Z., 2013. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X tentang Keputihan di SMK Batik 1 Surakarta tahun 2013. Surakarta: Kebidanan STIKES Kusuma Husada.
Ayuningtyas, D.N., 2011. Skripsi Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA N 4 Semarang. Semarang: FK UNDIP.
Badaryati, E., 2012. Skripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan Patologis pada Siswi SLTA atau Sederajat di Kota Banjarbaru Tahun 2012. Depok: FKM UI.
BKKBN, 2011. KAJIAN PROFIL PENDUDUK REMAJA (10-24 THN) : Ada
apa dengan Remaja? Diakses pada:
http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%20Penelitian/Karakteristik%2
0Demografis/2011/Kajian%20Profil%20Penduduk%20Remaja%20%2810
%20-%2024%20tahun%29.pdf . [diakses tanggal 11 Mei 2015].
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong., 2009. Obstetri William edisi 23. Jakarta: EGC, 16-30.
Dahlan, M.S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Efendi, F. & Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Egi, Y.R., et al, 2014. Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan pada Remaja Putri. Riau: FIK Unri.
26
Keputihan Pengetahuan
Sikap Tindakan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
3.2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur 1 Pengetahuan
remaja tentang keputihan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam penelitian ini yang diamati adalah respon siswi terhadap pernyataan pengetahuan remaja tentang keputihan pada saat pengambilan data
Mengisi kuesioner :Kusioner pengetahuan responden tentang keputihan, pertanyaan B1-B14 Kuesioner dengan skor. Dimana jawaban benar = 1, salah = 0 dengan total nilai 14
Kategori penilaian : Pengetahuan
baik jika skor ≥ 75% Pengetahuan cukup jika skor 56-74% Pengetahuan kurang jika skor <55% Ordinal
2 Sikap remaja tentang keputihan
Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam penelitian ini yang diamati adalah respon siswi terhadap pernyataan sikap remaja tentang keputihan Mengisi Kuesioner : Kuesioner sikap responden terhadap keputihan, pertanyaan C1 -C10
Kuesioner dengan skor. Untuk pernyataan positif : Sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1 Untuk pernyataan negatif : Sangat tidak setuju = 4,
Kategori penilaian : Sikap baik
jika skor ≥ 75%
Sikapcukup jika skor 56-74%
Sikapkurang jika skor <55%
28
tidak setuju = 3, setuju = 2, sangat setuju = 1 3 Tindakan
remaja terhadap keputihan
Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Dalam penelitian ini yang diamati adalah respon siswi
terhadap pernyataan tindakan sehat remaja terhadap keputihan. Mengisi Kuesioner : Kuesioner tindakan responden terhadap keputihan, pertanyaan D1 -D10
Kuesioner dengan skor. Dimana jawaban benar = 2, kurang tepat =1 salah = 0 dengan total nilai 20
Kategori penilaian : Tindakan
baik jika skor ≥ 75%
Tindakancuk up jika skor 56-74% Tindakankur
ang jika skor <55%
Ordinal
4 Keputihan Keputihan adalah setiap cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah.
Dalam penelitian ini ada kuesioner yang berisi pertanyaan “apakah saudara pernah
mengalami keputihan yang disertai rasa gatal, berbau, dan rasa panas di vagina?”
Kuesioner Jawaban pernah atau tidak pernah
29
3.3. Hipotesis
3.3.1. Hipotesis nol (H0)
a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
b. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
c. Tidak ada hubungan antara tindakan dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
3.3.2. Hipotesis alternatif (Ha)
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
b. Ada hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
30
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan desain cross sectional, dimana penelitian ini akan mencari
hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian keputihan, hubungan sikap
dengan kejadian keputihan dan hubungan tindakan dengan kejadian keputihan.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 8 Medan yang berlokasi di Jl.Dr.
Mansyur/Jl SMTK Medan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari
bulan September hingga November 2015.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XII SMK Negeri 8
Medan
4.3.2. Besar Sampel
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode total
sampling dimana semua subjek populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dimasukkan ke dalam sampel penelitian.
b. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah :
- Tidak menjawab kuesioner dengan lengkap
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer yaitu data yang
dikumpulkan dengan pengisian kuesioner oleh siswi dan dipandu langsung dengan
memberikan penjelasan pada setiap soal kuesioner oleh peneliti, sehingga
diharapkan diperoleh jawaban yang lebih objektif.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:
(1) editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data
yang telah dikumpulkan; (2) coding, data yang telah terkumpul dikoreksi,
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan kedalam program komputer; (4)
cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam
computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data; (5)
saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6) analisis data (Hidayat,
2007).
4.5.2. Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner diproses
32
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 8 Medan yang berlokasi di
Jalan dr. T. Mansur/ Jalan SMTK Medan. Sekolah ini memilki infrastruktur seperti
ruangan kelas, perpustakaan, laboratorium khusus untuk setiap jurusan, laboratorium
komputer, aula, open stage, lapangan voli dan lapangan basket. Sekolah ini memiliki
kompetensi keahlian dalam bidang Akomodasi Perhotelan, Tata Boga, Tata
Kecantikan dan Tata Busana.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 381 orang siswi kelas
XII SMK Negeri 8 Medan yang berstatus aktif dan masih bersekolah. Gambaran
karakteristik responden yang diamati berupa umur, keputihan, keputihan fisiologis,
keputihan patologis, tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mereka terhadap
keputihan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada
tabel-tabel yang ada di bawah ini.
Tabel 5.1. Frekuensi Usia Responden
Usia (tahun) Frekuensi (n) Persen (%)
16 96 25.2
17 239 62.7
18 40 10.5
19 6 1.6
Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, didapati bahwa responden terbanyak berusia
17 tahun yaitu sebanyak 239 orang (62,7%).
Tabel 5.2. Frekuensi Responden yang Pernah Mengalami Keputihan
Keputihan Frekuensi (n) Persen (%)
Ya 319 83.7
Tidak 62 16.3
Total 381 100
Berdasarkan tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas
XII SMK Negeri 8 Medan yang menjadi responden penelitian, sebanyak 319 orang
(83,7%) pernah mengalami keputihan dan yang tidak pernah mengalami keputihan
sebanyak 62 orang (16,3%).
Tabel 5.3. Frekuensi Responden yang Mengalami Keputihan Patologis
Keputihan Patologis Frekuensi (n) Persen (%)
Ya 147 38.6
Tidak 234 61.4
Total 381 100
Berdasarkan tabel 5.3. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas
XII SMK Negeri 8 Medan yang mengikuti penelitian, sebanyak 147 siswi (38,6%)
pernah mengalami keputihan patologis dan yang tidak pernah mengalami keputihan
34
5.1.3. Deskripsi Faktor Perilaku
Penelitian ini menggunakan kuesioner. Dalam lembar pengisian kuesioner
penelitian terdapat 34 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner
tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Terdapat 3 domain faktor perilaku
yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Semakin tinggi skor suatu domain, semakin
baik perilaku berdasarkan domain tersebut.
Tabel 5.4. Frekuensi Responden Tentang Tingkat Pengetahuan terhadap Keputihan
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 151 39.6
Sedang 166 43.6
Kurang 64 16.8
Total 381 100
Berdasarkan tabel 5.4. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas
XII SMK Negeri 8 Medan yang mengikuti penelitian, sebanyak 151 orang (39,6%)
mempunyai pengetahuan yang baik terhadap keputihan, 166 orang (43,6%)
mempunyai pengetahuan sedang dan 64 orang (16,8%) mempunyai pengetahuan
yang kurang terhadap keputihan.
Tabel 5.5. Frekuensi Responden Tentang Sikap terhadap Keputihan
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 267 70.1
Cukup 88 23.1
Kurang 26 6.8
Berdasarkan tabel 5.5. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas
XII SMK Negeri 8 Medan yang menyertai penelitian sebanyak 267 orang (70,1%)
mempunyai sikap yang baik terhadap keputihan, 88 orang (23,1%) mempunyai sikap
yang cukup dan 26 orang (6,8%) mempunyai sikap yang kurang baik terhadap
keputihan.
Tabel 5.6. Frekuensi Responden Tentang Tindakan Mencegah Keputihan
Pengetahuan Frekuensi Persen (%)
Baik 198 52.0
Cukup 127 33.3
Kurang 56 14.7
Total 381 100
Berdasarkan tabel 5.6. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas
XII SMK Negeri 8 Medan yang menyertai penelitian sebanyak 198 siswi (52%)
mempunyai tindakan yang baik dalam mencegah terjadinya keputihan, 127 siswi
(33,3%) mempunyai tindakan yang cukup dalam mencegah terjadinya keputihan dan
56 siswi (14,7%) mempunyai tindakan yang kurang baik dalam mencegah terjadinya
36
[image:30.612.106.511.156.288.2]5.1.4. Hasil Analisa Statistik Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Keputihan Tabel 5.7. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kejadian Keputihan
Tingkat Pengetahuan
Keputihan (+) Keputihan(-) Jumlah
p n n n
Baik 47 104 151
0.005
Sedang 65 101 166
Kurang 35 29 64
Total 147 234 381
Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa jumlah siswi yang memiliki tingkat
pengetahuan baik tetapi pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 47
orang (12,3 %) sedangkan jumlah siswi yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan
tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 104 orang (27,3%)
Proporsi siswi yang memiliki tingkat pengetahuan sedang tetapi pernah
mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 65 orang (17,1 %) sedangkan jumlah
siswi yang memiliki tingkat pengetahuan sedang dan tidak pernah mengalami
keputihan patologis ada sebanyak 101 orang (26,5%)
Proporsi siswi yang memiliki tingkat pengetahuan buruk dan pernah
mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 35 orang (9,2 %) sedangkan jumlah
siswi yang memiliki tingkat pengetahuan buruk tapi tidak pernah mengalami
keputihan patologis ada sebanyak 29 orang (7,6%).
Berdasarkan hasil analisa tabulasi silang di atas, analisa uji statistik chi-square
dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p sebesar 0,005 (p<0,05)
maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
5.1.5. Hasil Analisa Statistik Sikap dengan Kejadian Keputihan Tabel 5.8. Hasil Analisa Sikap dengan Kejadian Keputihan
Tingkat Sikap
Keputihan (+) Keputihan(-) Jumlah
p
n n n
Baik 92 175 267
0.000
Sedang 34 54 88
Kurang 21 5 26
Total 147 234 381
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa jumlah siswi yang memiliki tingkat
sikap yang baik tetapi pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 92
orang (24,1%) sedangkan jumlah siswi yang memiliki sikap yang baik dan tidak
pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 175 orang (45,9%)
Proporsi siswi yang memiliki sikap sedang tetapi pernah mengalami keputihan
patologis yaitu sebanyak 34 orang (8,9%) sedangkan jumlah siswi yang memiliki
sikap sedang dan tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 54 orang
(14,2%)
Proporsi siswi yang memiliki sikap yang buruk dan pernah mengalami
keputihan patologis yaitu sebanyak 21 orang (5,5 %) sedangkan jumlah siswi yang
memiliki sikap yang buruk tapi tidak pernah mengalami keputihan patologis ada
sebanyak 5 orang (1,3%).
Berdasarkan hasil analisa tabulasi silang di atas, analisa uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p sebesar 0.000 (p<0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan.
38
[image:32.612.106.515.155.308.2]5.1.6. Hasil Analisa Statistik Tindakan dengan Kejadian Keputihan Tabel 5.9. Hasil Analisa Tindakan dengan Kejadian Keputihan
Tindakan Pencegahan
Keputihan
Keputihan (+) Keputihan(-) Jumlah
p n n n
Baik 70 128 198
0.008 Sedang 45 82 127
Kurang 32 24 56
Total 147 234 381
Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa jumlah siswi yang memiliki
tindakan yang baik dalam mencegah keputihan tetapi pernah mengalami keputihan
patologis yaitu sebanyak 70 orang (18,4 %) sedangkan jumlah siswi yang memiliki
tindakan yang baik dan tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak
128 orang (33,6%)
Proporsi siswi yang memiliki tindakan cukup tetapi pernah mengalami
keputihan patologis yaitu sebanyak 45 orang (11,8 %) sedangkan jumlah siswi yang
memiliki tindakan yang cukup dan tidak pernah mengalami keputihan patologis ada
sebanyak 82 orang (26,5%)
Proporsi siswi yang memiliki tindakan pencegahan yang kurang dan pernah
mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 32 orang (8,4%) sedangkan jumlah
siswi yang memiliki tindakan pencegahan yang kurang tapi tidak pernah mengalami
keputihan patologis ada sebanyak 24 orang (6,3%).
Berdasarkan hasil analisa tabulasi silang di atas, analisa uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p sebesar 0,008 (p<0.05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara tindakan dengan kejadian
5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2 didapatkan bahwa 319 orang
(83,7%) pernah mengalami keputihan. Hal ini bisa dikaitkan dengan usia mereka
yang sudah memasuki usia reproduktif. Dimana pada usia reproduktif keputihan bisa
muncul menjelang atau sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke-
10-16 siklus menstruasi (Manuaba, 2009). Selain itu Indonesia adalah negara yang
beriklim tropis sehingga menyebabkan sekitar 90 % wanita Indonesia berpotensi
mengalami keputihan (Nurul et al, 2001 dalam Badaryati, 2012).
Pada tabel 5.3 didapatkan bahwa, angka kejadian keputihan patologis di SMK
Negeri 8 Medan sebesar 38,6 %, angka ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Badaryati (2012) dimana sebanyak 43% siswi SMA Negeri 2 Banjarbaru
dan sebanyak 45% siswi SMK Negeri 3 Banjarbaru pernah mengalami keputihan
patologis. Keputihan patologis dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
adalah karena infeksi pada organ kewanitaan (Manuaba, 2003). Infeksi bisa terjadi
bila perilaku menjaga kebersihan dan pencegahan keputihan itu sendiri masih kurang.
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang memuat skor yang dibuat oleh
Arikunto. Dimana peneliti mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan dari
responden penelitian.
Hasil uji statistik berdasarkan tabel 5.7, didapatkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian keputihan (nilai p=0,005),
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2011) di SMA Negeri 4
Semarang.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2007). Dengan pengetahuan yang baik maka
mereka juga akan memiliki tindakan yang baik juga dalam menjaga organ kewanitaan
mereka agar tetap bersih dan terhindar dari keputihan. Hal ini terbukti pada penelitian
ini, dimana orang yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak yang tidak
40
Hasil uji statistik berdasarkan tabel 5.8, didapatkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan kejadian keputihan (p=0,000). Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingsih (2012), dimana didapatkan ada
hubungan antara sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian
keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten.
Menurut Notoadmodjo (2007), sikap adalah faktor pendukung untuk
bertindak. Jika kita memiliki sikap yang positif / baik maka kita juga akan bertindak
yang baik. Hal ini terbukti pada penelitian ini, dimana orang yang memilik sikap baik
lebih banyak yang tidak mengalami keputihan patologis.
Pada hasil uji statistik berdasarkan tabel 5.9, didapatkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara tindakan dengan kejadian keputihan (p=0,008). Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingsih (2012) dimana didapatkan ada hubungan
antara tindakan tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan
pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Juga pada penelitian yang
dilakukan Egi et al (2014) didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
tindakan dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 1 Rumbio Jaya.
Menurut Notoadmodjo (2007), tindakan kesehatan adalah hasil respons
seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan
penyakit. Apabila respon seseorang baik terhadap pentingnya menjaga kebersihan
organ kewanitaannya, maka dia juga akan berperilaku baik. Hal ini terbukti pada
penelitian ini, dimana orang yang memiliki tindakan baik lebih banyak yang tidak
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan mengenai faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya keputiha
sebagai berikut:
1. Jumlah siswi yang mengalami keputihan fisiologis adalah sebanyak 244
orang (64%) dan jumlah siswi yang mengalami keputihan patologis adalah
sebanyak 147 orang (38,6%).
2. Jumlah siswi yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 151 orang
(39,6%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 168 orang (43,6%) dan
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 64 orang (16,8%).
3. Jumlah siswi yang memiliki sikap baik sebanyak 267 orang (70,1%),
tingkat pengetahuan sedang sebanyak 88 orang (23,1%) dan tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 26 orang (6,8%).
4. Jumlah siswi yang memiliki tingkat tindakan baik sebanyak 198 orang
(52%), tingkat tindakan sedang sebanyak 127 orang (33,3%) dan tingkat
tindakan kurang sebanyak 56 orang (14,7%).
5. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian keputihan
(p=0,005)
6. Terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan (p=0,000).
42
6.2. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya dimasukkan pelajaran kesehatan reproduksi dalam mata
pelajaran bimbingan konseling. Karena banyak dari siswi yang mempunyai
pengetahuan yang salah tentang cara membersihkan daerah kewanitaan,
antiseptik vagina dan beberapa hal lainnya.
2. Bagi Peneliti
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Peneliti
tidak terjun lapangan langsung karena pihak sekolah kurang menyetujui. Hal
ini untuk menjaga keamanan dan kenyamanan siswi dalam proses belajar
mengajar. Jadi apabila ada pertanyaan, responden tidak dapat menanyakan
langsung dan peneliti tidak dapat mengawasi jalannya pengisian kuesioner.
Serta ruang lingkup penelitian masih terbatas hanya pada satu sekolah.
Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk memperluas populasi.
3. Bagi Masyarakat
Penulis menghimbau agar setiap masyarakat lebih perduli dengan
kebersihan organ kewanitaannya, sebab kurang bersihnya organ kewanitaan
bisa menyebabkan terjadinya keputihan yang jika dibiarkan lama dapat
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Reproduksi Wanita
2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan
organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk
sanggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi,
tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh
[image:37.612.150.455.360.604.2]kembang janin.
Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita
6
Organ Genitalia Eksterna
Vulva atau pudenda
Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari
pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia
minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular.
Mons veneris (mons pubis)
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan.
Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas
simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
Labia mayora
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan
yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora
bertemu dan membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan
skrotum pada pria.
Labia minora (nymphae)
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris
membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk
frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan
membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi labia minora mengandung
banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir
kecil sangat sensistif.
Klitoris
7
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan
yang dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke
belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir
kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette). Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara.
Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan
diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan
otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini.
Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di
daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma
urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot
8
Gambar 2.2. Anatomi Uterus
Dikutip dari: Paulsen, F. & Waschke, J. 2010. Sobotta. Munchen: Elsevier.
Organ Genitalia Interna
Vagina (Liang Sanggama)
Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus.
Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain,
masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina
sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan rugae. Di tengah-tengahnya ada
bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinkan
vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian
lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi.
Vagina dapat darah dari (1) arteri uterine, yang melalui cabangnya ke
serviks dan vagina memberikan darah ke vagina bagian tengah 1/3 atas; (2)
9
Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar
diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam
keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk
sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut
dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan
(3) serviks uteri.
Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang
terdapat di dinding uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba
yang sempit seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk
sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum,
yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunya
fimbria
Ovarium (indung telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri.
Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri
dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm
(Prawirohardjo, 2010).
2.2. Keputihan (Fluor Albus)
2.2.1. Definisi Keputihan
Leukorea (Keputihan) adalah semua pengeluaran cairan dari genitalia yang
bukan darah. Keputihan merupakan keluhan yang paling banyak dikemukakan oleh
10
kepada dokter swasta. Leukorea bukanlah penyakit tersendiri tetapi manifestasi klinis
(Manuaba,2003).
2.2.2. Etiologi dan Klasifikasi
Keputihan terbagi dua macam yaitu :
Fisiologis (normal)
- Menjelang atau sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke
10-16 menstruasi
- Melalui rangsangan seksual
- Pada saat hamil
- Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon esterogen
dan progesteron sang ibu.
Patologis (abnormal)
- Karena infeksi genitalia
- Benda asing, khususnya pada anak-anak
- Peserta KB IUCD
- Tumor Jinak
- Manifestasi klinis keganasan (Manuaba, 2009).
Keputihan itu sendiri bisa mengandung tissue fluid, debris sel, karbohidrat, laktobasilus dan asam laktat.
Sumber keputihan dilihat dari anatomi organ reproduksi adalah:
- Vulva : Kelenjar vestibulum dan kelenjar kulit vulva
- Vagina :Umumnya deskuamasi sel epitel yang mengandung glikogen lalu
laktobasilus memetabolisme glikogen tersebut menjadi asam laktat.
- Serviks: Mukosa yang alkali disekresikan secara berlebihan dan encer selama
11
2.2.3. Patogenesis
Derajat pH yang baik untuk menghambat bertumbuhnya mikroorganisme yaitu
4,5. Keputihan diakibatkan oleh perubahan pH disekitar alat genital yang awalnya
bersifat asam menjadi lebih basa. PH asam pada genital wanita berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan alat genital terhadap patogen-patogen didaerah tersebut, pH
yang berubah menjadi basa tidak hanya menyebabkan patogen bisa menginvasi
daerah genital tetapi juga flora-flora normal yang ada pada daerah genital menjadi
bersifat patogen. Adanya keadaan ini menyebabkan vagina mengeluarkan sekret yang
tergantung kepada penyebab ataupun mikroorganisme yang menyebabkan keputihan
(Sibagariang, 2010).
2.2.4. Tampilan Klinis (Clinical Features)
Volume : Kebutuhan memakai tampon yang berkelanjutan memperlihatkan
pengeluaran keputihan yang berlebihan.
Onset : Onset yang tiba-tiba artinya infeksi. Onset bisa juga berhubungan
dengan akhir kehamilan, pil kontrasepsi, efek antibiotik atau akibat perilaku seksual.
Warna : Warna keputihan normal itu putih bening. Keputihan yang berwarna
kuning kehijauan mengindikasikan infeksi bakteri pyogenik, umumnya disertai
dengan bau yang tidak sedap. Merah atau coklat gelap mengindikasikan darah.
Iritasi : Beberapa keputihan bisa mengelupas vulva tapi hanya kandida dan
12
Tabel 2.1. Karakteristik Keputihan
Dikutip dari: Swarts, M.H., 2007. Textbook of Physical Diagnosis:History and
Examination. Amsterdam: Elsevier.
2.2.5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis jika menderita keputihan patologis adalah sebagai berikut :
- Gatal
- Keputihan bergumpal
- Dispareunia
- Keputihan berbau dan berbuih
- Campur darah
- Kontak berdarah (Manuaba,2009).
2.2.6. Pemeriksaan Penunjang
Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti
perlu ditetapkan. Oleh karena itu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar
13
Hampir 20% dari semua pasien yang datang berobat ke klinik ginekologi
mengeluh keputihan indikasinya adalah infeksi. Agen infeksinya dibagi dalam 3
grup:
1. Pada 90% kasus infalamasi biasanya ringan dan disebabkan oleh
a. Candida albicans b. Gardnerella vaginalis c. Trichomonas vaginalis
2. Sisanya 10% lagi lebih serius. Mereka bisa menyebabkan nyeri yang sakit, lesi
yang seperti tumor, penyebaran ke pelvis atau bisa menyebabkan infeksi menyeluruh.
3. Chalmydia trachomatis adalah penyebab terbanyak morbiditas ginekologi (Hart
dan Norman, 2000).
Keputihan dapat juga menjadi penuntun diagnostik terhadap kemungkinan
keganasan yang dapat berasal dari :
- Karsinoma tuba fallopi
- Karsinoma endometrium
- Karsinoma serviks uteri
- Karsinoma genitalia bagian bawah
Keputihan sebagai gejala penyakit dapat ditentukan melalui berbagai pertanyaan
yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa gejala penyertanya (gumpalan
atau encer, ada luka di sekitar alat kelamin, pernah disertai darah, ada bau busuk,
menggunakan AKDR), adakah demam, rasa nyeri di daerah kemaluan. Dan untuk
memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan fisik
umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan terhadap
leukorea.
Pemeriksaan terhadap keputihan mencakup pewarnaan Gram (untuk infeksi
14
kultur/pembiakan (menentukan jenis bakteri penyebab), dan pap smear ( untuk
menentukan adanya sel ganas).
Pada wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya
pengeluaran cairan “keputihan” sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan khusus atau
rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba,2009).
[image:46.612.117.515.243.492.2]2.2.7. Manajemen untuk wanita < 25 tahun
Tabel 2.2. Manajemen Keputihan
Dikutip dari: Public Health England, 2013. Management and laboratory diagnosis of
Abnormal Vaginal Discharge Quick Reference Guide for Primary Care [diakses
tanggal 30 Mei 2015].
Tatalaksana Keputihan :
Trichomonas : Metronidazole 400-500 mg oral, 2×/ hari selama 5-7 hari.
atau
Metronidazole 2 gr oral, dosis tunggal
B.vaginosis : Intravaginal metronidazol gel, 1×/hari selama 5 hari
15
Clindamycin 300 mg oral , 2×/ hari selama 7 hari
V.candidiasis : Fluconazole 150 mg oral, single dose
Itraconazole 200 mg oral, 2×/ hari untuk 1 hari
Clotrimazole vaginal tablet 500 mg sekali atau 200 mg 1×/hari
selama 3 hari (Sherrard, Donders dan White, 2011).
Pencegahan
Berbagai pencegahan yang dilakukan akan berguna untuk mengurangi insidensi
keputihan, dimana keputihan merupakan penyakit yang hampir pernah dialami oleh
setiap wanita. Pencegahan/edukasi yang dapat diberikan yaitu:
1. Menyeka daerah kelamin dari depan ke belakang
2. Mencuci daerah kelamin dengan air hangat
3. Menghindari sabun atau produk kesehatan feminim
4. Menghindari krim steroid (kecuali diresepkan)
5. Memakai celana dalam katun
6. Menghindari pemakaian celana ketat
7. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar
vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel halus
yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengandung jamur dan
bakteri untuk bersarang ditempat itu.
8. Jaga kesterilan alat vital. Penggunaan tisu basah atau produk pantyliner harus betul-betul steril.
9. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian (Koronek dan Muhammad
dalam Putriani, 2012).
2.3. Masa Remaja (Masa Adolesensi)
Masa Remaja (Masa Adolesensi) adalah suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari
masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,
16
masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas.
Pubertas itu sendiri ditekankan kepada proses biologis yang pada akhirnya mengarah
kepada kemampuan bereproduksi (IDAI, 2005).
Buku-buku Pediatri pada umumnya mendefiniskan remaja apabila telah
mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak
laki-laki. WHO mendefiniskan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun.
Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah (IDAI,
2005).
Masa Remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing masing ditandai
dengan isu-isu biologis,psikologik dan sosial, yaitu: Masa Remaja Awal (10-12
tahun), Menengah (13-15 tahun) dan Akhir (16-19 tahun). Masa Remaja Awal
ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik.
Pada saat yang sama penerimaan dari kelompok sebaya sangatlah penting. Masa
Remaja Menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pubertas, timbulnya
keterampilan-keterampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap
datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan
psikologis dengan orang tua.Masa Remaja Akhir ditandai dengan persiapan untuk
peran sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan
internalisasi suatu sistem nilai pribadi.
2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
2.4.1. Pertumbuhan Remaja
Perlu diketahui pertumbuhan dan perkembangan somatik remaja ditandai dengan
beberapa ciri khas yaitu :
- Pertama, perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas.
17
dan panjang badan, perubahan dalam komposisi tubuh dan jaringan tubuh dan
timbulnya ciri-ciri seks primer dan sekunder yang menghasilkan
perkembangan “boy into a man” dan “girl into a woman”
- Kedua, perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan
berakhirnya, kecepatan dan sifatnya, tergantung dari masing-masing individu.
Karena itu umur yang normal saat tercapainya suatu perubahan dalam
pertumbuhan tidak dapat di tentukan dengan pasti melainkan menggunakan
umur rata-rata anak.
- Ketiga, meskipun terdapat variasi umur saat timbulnya perubahan-perubahan
selama pubertas tetapi setiap remaja mengikuti urutan yang sama dalam
[image:49.612.130.283.401.551.2]pertumbuhan somatik.
Gambar 2.3.Urutan kejadian yang berhubungan dengan pubertas pada anak
perempuan.
Dikutip dari: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.
- Keempat, timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatik
dari aktivitas gonad yang dipakai oleh Tanner untuk menentukan Sex
Maturity Rating (SMR), dikenal sebagai Stadium Tanner: SMR 1-5
18
Tabel 2.3. Stadium Maturitas Seks anak perempuan
Stadium Rambut Pubis Payudara
1 Pra-pubertas Pra-pubertas
2 Jarang, sedikit berpigmen, lurus
batas medial labia
Payudara dari papilla menonjol sebagai
bukit kecil, diameter areola bertambah
3 Lebih hitam, mulai keriting,
jumlah bertambah
Payudara dan areola membesar. Tidak
ada pemisahan garis bentuk
4 Kasar, keriting, banyak tetapi lebih
sedikit daripada orang dewasa
Areola dan papilla membentuk bukit
kedua
5 Segitiga wanita dewasa. Menyebar
ke permukaan medial paha
Bentuk dewasa, papilla menonjol, areola
merupakan bagian dari garis bentuk
umum payudara
Dikutip dari: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.
2.4.2. Perkembangan Remaja
Masa remaja menurut cara perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1. Masa remaja awal dengan cirri khas antara lain: ingin bebas, lebih dekat dengan
teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya,
2. Masa remaja tengah, dengan cirri khas antara lain: mencari identitas diri, timbul
keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai
rasa cinta yang mendalam.
3. Masa remaja akhir dengan cirri khas antara lain: mampu berpikir abstrak, lebih
19
2.4.3. Perubahan Kejiwaan
Pada masa remaja perubahan kejiwaan lebih lambat dari fisik dan labil meliputi:
1. Perubahan emosi: sensitif (mudah menangis,cemas,tertawa dan frustasi),
mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah
berkelahi
2. Perkembangan inteligensia: mampu berpikir abstrak dan senang member
kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba
hal yang baru.
Ciri perubahan ini sangat penting diketahui agar penanganan masalah dapat dilakukan
dengan baik. Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba hal-hal baru di
dorong oleh rangsangan seksual yang jika tidak dibimbing dengan baik dapat
membawa remaja, khususnya remaja perempuan terjerumus dalam hubungan seks
pranikah dengan segala akibatnya.
2.5. Konsep Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(mahluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas
dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis. Perilaku (manusia)
adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang
mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut atau cemas, dan sebagainya. Oleh karena
itu perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang ada dalam diri
manusia atau unsur kejiwaannya. Meskipun demikian, faktor lingkungan merupakan
faktor yang berperan serta mengembangkan perilaku manusia.
Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosial atau
budaya. Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal
20
atau budaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia.
Yang termasuk lingkungan sosial atau budaya adalah sosial ekonomi, sarana dan
prasarana sosial, pendidikan, tradisi, kepercayaan, dan agama.
Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif.
Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek
diluar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan
menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang
diketahuinya tadi. Setelah rangsangan tadi diketahui dan disadari sepenuhnya, akan
timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan.
2.6. Domain Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku.Faktor penentu atau determinan perilaku sulit untuk dibatasi
karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya , ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek
fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis
yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku
manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan,
21
demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang
menentukan perilaku seseorang.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan
totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau
resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan
perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang
sangat luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikolog pendidikan membagi perilaku
manusia itu kedalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a)kognitif (cognitive), b)afektif (affective), c)psikomotor (psychomotor) Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
1.Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior) 2.Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Allport
(1954), sikap ada 3 komponen yaitu:
a. Kepercayaan(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
22
3.Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinan, antara lain adalah fasilitas.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoadmodjo, 2007).
2.7. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Sehat Terhadap
Penanganan dan Pencegahan Keputihan
Perilaku manusia mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif. Subjek
atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek di luar
dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan
menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang
diketahuinya tadi. Setelah rangsangan tadi diketahui dan disadari sepenuhnya, akan
timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan.
Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan (overt behavior). Menurut penelitian Notoadmojo (1990),
perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan yang tanpda
dilandasi pengetahuan.
Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang
berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan penyakit. Bentuk operasional perilaku
kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud, yaitu:
1. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni tanggapan dengan mengetahui situasi
atau rangsangan dari luar yang berupa konsep sehat, sakit dan penyakit.
23
berkaitan dengan mahluk hidup lainnya; dan lingkungan sosial yakni
masyarakat sekitarnya.
3. Perilaku dalam wujud tindakan yang sudah nyata, yakni berupa perbuatan
terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
Ada ahli yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari :
1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
pemeliharaan kesehatan (behavior mention)
2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya ( social support)
3. Ada atau tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of
information)
4. Otonomi pribadi dari orang yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan
untuk bertindak (personal autonomy)
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).
Penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak ada empat yaitu:
1. Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, perspeksi, sikap,
kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan.
2. Perilaku kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan cenderung akan
dicontoh.
3. Sumber data yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak
ke fasilitas kesehatan akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap
perilaku kesehatan seseorang.
4. Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama sebagai akibat
kehidupan masyarakat bersama, akan berubah baik secara cepat maupun
lambat sesuai dinamika masyarakat. Kelompok masyarakat yang terbiasa
bersih akan menunjang perilaku kesehatan indvidu dan masyarakat
24
2.8. Kerangka Teori
Menurut Lawrence Green perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau orang lain yang menjadi panutan
(Notoadmodjo, 2007 ; Budiharto 2010).
B= f (PF,EF,RF)
Dimana:
B = Behaviour RF = Reinforcing factors
PF = Predisposing factors f = fungsi
EF = Enabling factors
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
25
Faktor Predisposisi
Pengetahuan Sikap
Persepsi Keinginan
Faktor Pendukung
Ketersediaan fasilitas
Keterjangkauan pelayanan Perubahan Perubahan perilaku Perilaku Kemampuan petugas
Dukungan pemerintah Keterpaparan informasi
Faktor Pendorong
Keluarga Guru Idola
Tenaga Kesehatan Media
Tokoh Masyarakat
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang khusus dan penting karena merupakan
masa transisi yang ditandai dengan perubahan fisik, emosi dan psikis. Pada masa
remaja, perubahan organobiologik terjadi cepat namun tidak seimbang dengan
perubahan mental emosional (Pinem, 2009).
Ciri–ciri perubahan ini sangat penting diketahui oleh remaja agar
penanganan masalah dapat dilakukan dengan baik, oleh karena itu perlu dukungan
dan bimbingan dari lingkungan sekitarnya. Dari segi kesehatan reproduksi,
perilaku ingin mencoba hal-hal baru di dorong oleh rangsangan seksual yang jika
tidak dibimbing dengan baik bisa membawa remaja, khususnya remaja perempuan
terjerumus dalam seks pranikah dan obat-obatan terlarang dengan segala
akibatnya (Pinem, 2009).
Menurut WHO (World Health Organization) (2014), 1 dari 6 orang di
dunia adalah remaja (usia 10-19 tahun) yang berjumlah ± 1,2 milyar jiwa. Di Asia
Tenggara, jumlah remaja ± 350 juta jiwa dan Indonesia mempunyai persentase
sebanyak 21,6% remaja dari 350 juta jiwa.
Masalah kesehatan reproduksi remaja mencakup kehamilan dini, HIV
(Human Immuno Deficiency Virus), penyakit menular seksual, penyakit infeksi
lain, kesehatan mental, kekerasan dan lain-lain (WHO, 2014).
Penyakit menular seksual sendiri banyak ditandai dengan gejala keputihan
(Pinem, 2009). Keputihan adalah setiap cairan yang keluar dari vagina yang bukan
darah (Manuaba, 2003).
WHO menyatakan bahwa 5% remaja di dunia terjangkit Penyakit Menular
Seksual (PMS) dengan gejala keputihan setiap tahunnya, bahkan di Amerika
Serikat 1 dari 8 remaja (Badaryati, 2012).
berkemb