• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebebasan Pers Dikaitkan Dengan Berita Pemblokiran Situs Islam di Republika Online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebebasan Pers Dikaitkan Dengan Berita Pemblokiran Situs Islam di Republika Online"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

78

Daftar Referensi:

Abrar, Ana Nadhya (1997). Bila Fenomena Jurnalisme Direfleksikan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Ardyanto, Elvinaro & Q-Annes, Bambang (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Atmakusumah (2009). Tuntutan Zaman Kebebasan Pers dan Ekspresi. Jakarta: Spasi VHR Book kerjasama Yayasan Tifa

Bachyul JB, dkk (2013). Memahami Hukum Pers. Padang: LBH Pers Padang Barus, Sedia Willing (2010). Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:

Erlangga

Basit, Abdul (2006). Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: STAIN Purwekerto Press

Bungin, Burhan (2008). Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi. Tangerang: Karisna Publishing Group

Eriyanto (2001). Analisis Framing: Konstruksi Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS

(2002). Analisis Naratif Dasar-dasar dan Penerapannnya dalam Analisis Teks Media. Jakarta: Kencana

(2015). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS

Effendy, Onong Ucjhana (2004). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hamidi (2004). Metode Kualitatif. Malang: UMM Press

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat (2005). Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ishwara, Luwi (2011). Jurnalisme Dasar. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara Kukla, Andre (2003). Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta:

(2)

79

Manan, Bagir (2011). Menjaga Kemerdekaan Pers di Pusaran Hukum. Jakarta: Dewan Pers

McQuil, Denis (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Mulyana, Deddy (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

M. Romli, Asep Syamsul (2012). Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendekia Nasrullah, Rulli (2014). Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta:

Kencana

Nawawi, Hadari (1995). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: UGM Press Pohan, Syafruddin, dkk. (2012). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal

Penelitian. Medan: PT. Grasindo Monoratama

Santana K, Septiawan (2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayaysan Obor Indonesia

Shoemaker & Reese (1996). Mediating the Message: Theories of Influences on Mass Media Content, USA: Longman

Siregar, Ashadi (2000). Media Pers dan Negara: Keluar Dari Hegemoni. Yogyakarta: FISIPOL UGM

Sobur, Alex (2002). Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana. Analisis Semiotik dan Analisis Framing). Bandung: Remaja Rosdakarya

Stanley J. Baron & Dennis K. Davis (2010). Teori Dasar Komunikasi Pergolakan dan Masa Depan Massa Edisi 5. Jakarta: Salemba Humanika

Sudibyo, Agus. (2001) Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara.

Sugiyono (2010). Metode Peneitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta

Sumadiria, Haris. (2005). Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

(3)

80

Zamroni, Muhammad (2009). Filsafat Komunikasi; Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu.

Sumber internet:

September 2015

https://mediacommunica.wordpress.com/mahasiswa/informasi-tugas-

kuliah/sistem-informasi-islam-dalam-menghadapi-dunia-global/ diakses pada tanggal 20 Nopember pukul 08.00

09.00

Fachri, febrian. (21 Oktober 2015). Wawancara profil Republika Online via whatsup.

Skripsi:

Bakti, Andika (2013) Konstruksi Melayu Saat Revolusi Sosial Sumatera Timur di Kesultanan Langkat Dalam Surat Kabar. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Zahrawi, Muhammad (2015). Konstruksi Media Massa Dalam Sampul Depan Majalah. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utarara.

(4)

81

Riwayat Hidup Penulis

Peneliti lahir di Mangkai Baru, Batubara pada tanggal 23 Agustus 1993. Saya merupakan anak pertama dari pasangan Selamat dan Mariani. Sejak lahir hingga sekarang peneliti tinggal di Mangkai Baru Dusun 1, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

Peneliti menyelesaikan pendidikan SD di Mangkai Baru yaitu SD 013873, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bandar, Simalungun dan juga melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bandar, Simalungun. Pada tahun 2011 penulis diterima di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) Reguler.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi, diantaranya: Pers Mahasiswa PIJAR FISIP USU sejak tahun 2012 hingga 2014. Di organisasi tersebut penulis mengisi posisi sebagai sekretaris redaksi. UKMI As-siyasah FISIP USU sebagai staf Komunikasi Dakwah pada tahun 2012-2013. Kemudian, penulis juga sempat mengisi posisi sebagai sekretasis umum di Lembaga Jurnalistik Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ad-dakwah USU pada tahun 2014.

(5)

48 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III. 1 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan paradigma konstruktivis sebagai cara pandang dalam meneliti media. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis framing oleh Gamson dan Modigliani.

Analisis framing dapat menggunakan pendekatan paradigma konstruktivisme yang melihat representasi media baik berita maupun artikel yang terdiri atas package-package interpretif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Dalam pandangan konstruktivis, media dipandang sebagai wujud dari pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini, media bukan sarana yang netral yang menampilkan kekuatan dari kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang akan tampil dalam pemberitaan.

Bogdan dan Taylor (1997) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pelaku yang dapat diamati. Sedangkan Kirk dan Miller (1986) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (Moleong, 2000: 3).

Penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

1. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity)

2. Menggunakan metode kualitatif

3. Menggunakan analisis data secara induktif

(6)

49

5. Lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil karena hubungan bagian-bagian yang diteliti akan jauh lebih jelas bila diamati dalam proses

6. Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reabilitas dan objektivitas dalam versi lain dibanding yang lazim digunakan pada penelitian klasik 7. Penyusunan desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan

kenyataan lapangan.

III.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah media Republika Online.

III.2.1 Republika Online III.2.1.1 Profil

Republika Online (ROL) hadir sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah Harian Republika terbit. ROL merupakan portal berita yang menyajikan informasi secara teks, audio dan video, yang terbentuk berdasakan teknologi hipermedia dan hiperteks.

Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, ROL kini hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan percampuran komunikasi media digital. Informasi yang disampaikan diperbarui secara berkelanjutan yang terangkum dalam sejumlah kanal, menjadikannya sebuah portal berita yang bisa dipercaya. Selain menyajikan informasi, ROL juga menjadi rumah bagi komuitas. kini juga hadir dalam versi English.

III.2.2.2 Redaksi dan Manajemen

(7)

50

Asisten Redaktur Pelaksana ROL : Didi Purwadi, Djibril Muhammad, Muhammad Subarkah

Tim Redaksi:

Agung Sasongko, Bayu Hermawan,Bilal Ramadhan, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Erik Purnama Putra, Esthi Maharani, Hazliansyah, Ichsan Emrald Alamsyah, Ilham Tirta, Indah Wulandai, Indira Rezkisari, Israr Itah, Julkifli Marbun, M. Akbar, Taufik Rahman, Winda Destiana Putri, Yudha Manggala Putra, M. Amin Madani, Sadly, Rachman, Ririn Liecthiana, Fian Firatmaja, Casilda Amilah, Ani Nursalikah, Angga Indrawan, Dwi Murdaningsih, Siwi Tri Pudji, Nidia Zuraya, Nur Aini.

Tim Sosmed: Fanny Damayanti, Asti Yulia Sundari, Devi Irma Safitri, Dian Alfiah, M. Fauzul Abraar

Sales Coordinator: Heru Supriyatin

Tim Sales dan Promosi: W. K. Hadi Laga, Rani Kurniasari, Sri Hartini, Rizka Vardya, Ade Afriyani, Achmad Yani, Annisha Ravka Batra, Budhi Irianto

Tim IT dan Desain: Mohamad Afif, Mufti Nurhadi, Abdul Gadir, Nandra Maulana Irawan, Mardiah, KurniaFakhrini

Kepala Support dan GA: Slamet Riyanto

Tim Support: Esiska Gardana Purissima, Firmansyah Sekred: Erna Indriyanti

Rolshop: Riky Romadon

PT Republika Media Mandiri CEO Republika: Mira R Djarot

(8)

51 GM Marketing dan Sales: Yulianingsih Yamin

III.2.2.3 Visi dan Misi Republika VISI

Sikap Umum:

1. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar

2. Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat 3. Mengkritisi tanpa menyakiti

4. Mencerdaskan, mendidik, dan mencerahkan 5. Berwawasan kebangsaan

MISI Politik:

1. Mengembangkan demokrasi

2. Optimalisasi peran lembaga-lembaga negara

3. Mendorong partisipasi politiksemua lapisan msyarakat 4. Mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik 5. Penghargaan terhadap hak-hak sipil

6. Mendorong terbentuknya pemerintahanyang bersih

Ekonomi:

1. Mendukung keterbukaan dan demokrasi ekonomi 2. Mempromosikan profesionalisme

3. Berpihak pada kepentingan ekonomi domestik dari pengaruh globalisasi 4. Pemerataan sumber-sumber daya ekonomi

5. Mempromosikan etika dan moral dalam berbisnis 6. Mengembangkan ekonomi syariah

7. Berpihak pada usaha menengah, kecil, mikro, dan koperasi (UMKMK)

Budaya:

(9)

52

2. Mengembalikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, dan mempertajam kepekaan nurani

3. Menolak bentuk-bentuk kebudayaan/ kesenian yang merusak moral, akidah, dan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan

4. Menolak pornografi dan pornoaksi

Agama:

1. Mensyiarkan Islam

2. Mempromosikan semangat toleransi

3. Mewujudkan “Islam rahmatan lil ‘alamin” dalam segala bidang kehidupan

4. Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat

Hukum:

1. Mendorong terwujudnya masyarakat sadar hukum 2. Menjunjung tinggi supremasi hukum

3. Mengembangkan mekanisme checks and balances pemerintah dan masyarakat

4. Menjunjung tinggi HAM

5. Mendorong pemberantasan KKN secara tuntas

III.3 Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah kumpulan berita tentang pemblokiran situs Islam terkait Kebebasan Pers yang terbit di Republika Online sejak bulan Maret sampai bulan April 2015, berjumlah dua buah berita.

III.4 Kerangka Analisis

(10)

53

isu. Model ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media seperti berita dan artikel terdiri atas interpretative package yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam package ini terdapat dua struktur yaitu Core Frame dan Condensing Symbols. Berikut adalah model analisis framing Gamson dan Modigliani:

Gambar III. 1

Analisis Framing Model Gamson dan Modigliani

(Sumber: Sobur, 2001: 177)

Analisis framing yang dikembangkan Gamson dan Modigliani memahami media sebagai satu gagasan interpretasi (interpretative package) saat mengkonstruksi dan memberi makna pada isu. Model ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media seperti berita dan artikel terdiri atas interpretative package yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam package ini terdapat dua struktur yaitu Core Frame dan Condensing Symbols.

CONDENSINGSYMBOL

FRAMING DEVICES REASONING

DEVICES 1. Metaphors

2. Exemplars 3. Catchphrases 4. Depiction 5. Visual Image

1. Roots

2. Appeal to

Principle

3. Consequence MEDIA PACKAGE

(11)

54

Core frame (gagasan sentral) pada dasarnya berisi elemen-elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap peristiwa dan mengarahkan makna isu yang dibangun condensing symbol. Condensing symbol (simbol yang dimampatkan) adalah hasil pencermatan terhadap interaksi perangkat simbolik (framing device dan reasoning devices) sebagai dasar digunakan perspektif simbol dalam wacana terlihat wacana transparan apabila dalam dirinya terdapat perangkat bermakna yang mampu berperan sebagai panduan untuk menggantikannya sesuatu yang lain.

Struktur framing mencakup metaphors, exemplars, catchphrases, depiction dan visual images. Struktur ini menekankan aspek bagaimana melihat suatu isu. Metaphors diartikan sebagai cara memindahkan makna dengan menghubungkan dua fakta melalui analog atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana.

Exemplars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna lebih untuk dijadikan acuan. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif.

Chachphrases. Bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau semangat tertentu. Dalam teks berita, catchphrases mewujud dalam bentuk jargon, slogan, atau semboyan.

Depiction. Penggambaran fakta dengan memakai istilah, kata, kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangka, menyesatkan pikiran dan tindakan, serta efektif sebagai bentuk aksi politik. Depictions dapat berbentuk stigmatisasi, eufemisme, serta akronimisasi.

Visual Images adalah pemakaian foto, diagram, grafis, tabel, kartun, dan sejenisnya untuk mengekspresikan kesan, misalnya perhatian atau penolakan, dibesarkan-dikecilkan, ditebalkan atau dimiringkan, serta pemakaian warna. Visual images bersifat sangat natural, sangat mewakili realitas yang membuat erat muatan ideologi pesan dengan khalayak.

(12)

55

objek atau lebih yang dianggap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya adalah membenarkan penyimpulan fakta berdasarkan hubungan sebab-akibat yang digambarkan.

Appeal to principle adalah pemikiran prinsip yang digunakan sebagai argumentasi pembenaran membangun berita berupa pepatah, cerita rakyat atau mitos. Tujuannya adalah membuat khalayak tak berdaya menyanggah argumentasi. Fokusnya, memanipulasi emosi agar mengarah ke sifat, waktu, tempat, cara tertentu, serta membuatnya tertutup/keras dari bentuk penalaran lain. Sementara consequences adalah efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai.

Pada model Gamson dan Modigliani (dalam Eriyanto, 2002: 288-289), disertakan dalam unit analisis mereka apa saja elemen retoris yang perlu diperhatikan untuk menunjukkan perangkat framing. Yang ditekankan adalah penandaan dalam bentuk simbolik, baik lewat kiasan maupun retorika yang secara tidak langsung mengarahkan perhatian khalayak. Ini berbeda dengan model Murray Edelman dan Robert N. Entman yang tidak mengajukan gambaran detail mengenai elemen retoris tersebut, juga berbeda dengan model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki yang banyak diadaptasi pendekatan linguistik dengan memasukkan elemen seperti pemakaian kata, pemilihan struktur, dan bentuk kalimat yang mengarahkan bagaimana peristiwa dibingkai oleh media.

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research).

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang berasal dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 2. Penelitian Dokumen (Document Research)

(13)

56

bahan -bahan tertulis pada Republika Online yang memuat berita tentang pemblokiran situs Islam terkait kebebasan pers.

III. 6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan memusatkan pada penelitian kualitatif dengan perangkat metode analisis framing. Sebagaimana yang telah diuraikan penulis pada bagian metode penelitian, penulis menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani sebagai pisau analisis.

Sepanjang bulan Maret sampai April 2015, penulis menemukan dua buah berita mengenai pemblokiran situs Islam terkait kebebasan pers. Masing-masing berita akan dianalisis untuk melihat teks mana yang menjadi framing atau konstruksi berita lalu menentukannya sesuai dengan framing model Gamson dan Modligiani.

(14)

57 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berita mengenai pemblokiran situs Islam khususnya terkait Kebebasan Pers yang dimuat oleh Republika Online akan dianalisis menggunakan analisis framing dengan merujuk pada konsep Gamson dan Modligiani. Penulis akan menganalisis berita – berita mengenai pemblokiran situs Islam tersebut terkait Kebebasan Pers. Penulis menemukan dua berita yang terbit pada bulan Maret sampai Apri 2015.

Dalam analisis ini, perangkat framing dibagi menjadi beberpa struktur yaitu; media package, core frame, condensing symbols, framing device terdiri dari methapors, examplras, cathphrases, depictions, visual images dan roots, reasoning device terdiri dari roots dan appeal to principle.

(15)

58 IV. 1 Analisis Berita 1:

Blokir Situs, Pemerintah Alihkan Isu? Selasa, 31 Maret 2015, 23:48 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penutupan sejumlah situs Islam oleh Menkominfo dinilai merupakan suatu tindakan yang keliru, sebab penutupan tersebut tidak memiliki dasar.

“Kalau dinilai isinya menyebar ajaran radikalisme, siapa pihak yang paling berwenang menilai sebuah ajaran itu radikal? Saya pikir BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) bukan lembaga yang berwenang menilai sebuah ajaran itu radikal atau tidak, “ ujar pengamat media UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra, Selasa (31/3).

Ia pun mempertanyakan apakah pemerintah sudah lakukan analisis isi media yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, sehingga kemudian menyimpulkan situs tersebut menebar paham radikal.

Ia menilai penutupan situs Islam itu juga mencederai prinsip demokrasi, kebebasan pers dan kebebasan memperoleh informasi. “Dalam kasus pemberitaan terorisme, media mainstream biasanya menyajikan berita dari prespektif korban. Hal ini sebenarnya bagus untuk keseimbangan informasi, “jelasnya.

Menurut Iswandi, penutupan situs Islam seharusnya tidak terjadi jika pemerintah lebih persuasi dan tidak semena-mena.

(16)

59

kebebasan pers dilindungi oleh UU Pers sebagai hak asasi. Pers tidak boleh dibredel.”

Ia pun menilai, pemerintah terlalu gegabah ketika memutuskan menutup situs Islam tersebut. Malah, ia menduga adanya kepentingan lain terkait pemblokiran situs itu.

“Bisa saja kebijakan ini untuk mengalihkan isu dari sejumlah kebijakan lain yang lebih strategis. Kan selalu begitu, pemerintah menciptakan isu kontroversial untuk mengamankan kebijakan yang lebih substansial. Atau memang ada kekuatan asing yang sedang mempermainkan Indonesia. Kemarin nama Muhammad dan Ali diblokir di imigrasi bandara, sekarang giliran situs Islam diberangus, “ujar dia.

Analisis Berita 1

Judul : Blokir Situs, Pemerintah Alihkan Isu? Terbit : Selasa, 31 Maret 2015, 23:48 WIB

Frame: Pemblokiran situs Islam merupakan rencana Pemerintah untuk mengalihkan isu lain

Perangkat pembingkai (Framing Device)

Perangkat pembingkai didukung oleh pemakaian simbol-simbol untuk memberi penekanan dan penonjolan apa yang ingin disampaikan. Simbol-simbol itu berfungsi sebagai ikon yang memberi penekanan dan penonjolan agar penafsiran dan pemaknaan akan peristiwa lebih diterima dan dihayati oleh khalayak pembaca. Dalam berita ini, perangkat pembingkai framiing device) dapat dilihat melalui ilustrasi (examplras), methapors, visual image, depictions, dan cathphrase.

Examplars:

1. Penutupan sejumlah situs Islam oleh Kemenkominfo dinilai merupakan suatu tindakan yang keliru, sebab penutupan tersebut tidak memiliki dasar.

(17)

60

keislaman, berita internasional dan justru berisi mencegah tindkaan radikal, seperti mencegah syiah yang bukan merupakan bagian dari agama Islam. Teks diatas memberikan citra buruk kepada pemerintah, seperti yang terlihat dalam teks : tindakan pemerintah keliru atas pemblokiran situs Islam.

2. Dalam kasus pemberitaan terorisme, media mainstream selalu beritakan peristiwa dari prespektif penyelenggara negara. Sementara situs Islam, ini menyajikan berita dari prspektif korban. Hal ini sebenarnya bagus untuk keseimbangan informasi.

Berita diatas telah memberikan pandangan pembaca mengenai perbandingan media mainstream dengan media Islam yang memiliki dua pandangan berbeda dalam memberitakan suatu peristiwa, media mainstream dalam memberitakan kasus teroris melihat dari sisi penyelenggaraan negara. Hanya sedikit media mainstream yang mau memberitakan secara berimbang, karena disisi lain sumber berita media mainstream biasanya hanya dari aparat dan tidak mengutip sumber lain sebagai syarat keberimbangan berita. Akibatnya, banyak informasi dan fakta tidak disampaikan ke publik karena kepentingan tertentu. Sedangkan situs Islam memberitakannya dari prespektif korban yang jarang diberitakan oleh media mainstream. Teks ini menunjukkan bahwa situs Islam memiliki peran penting bagi keberimbangan informasi terutama peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Islam.

3. “Bisa saja kebijakan ini untuk mengalihkan isu dari sejumlah kebijakan lain yang lebih strategis. Kan selalu begitu, pemerintah menciptakan isu kontroversial untuk mengamankan kebijakan yang lebih substansial. Atau memang ada kekuatan asing yang sedang mempermainkan Indonesia. Kemarin nama Muhammad dan Ali diblokir di imigrasi bandara, sekarang giliran situs Islam diberangus, “ujar dia.

(18)

61

pada saat itu sedang marak isu mengenai kenaikan BBM di Indonesia sementara disisi lain harga minyak dunia turun. Examplar diatas juga memberikan contoh lain terkait agama Islam yaitu pemblokiran nama Ali dan Muhammad yang terjadi pada bulan Maret lalu, sebelum diblokirnya situs Islam. Berdasarkan teks diatas, hal ini dilakukan karena adanya campur tangan asing yang memang ingin kontra dengan Islam. Nama Muhammad dan Ali merupakan nama Islam. Muhammad adalah nama Nabi pembawa agama Islam dan Ali merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang diagungkan oleh kaum syiah.

Methapors: tidak ditemukan

Cathphrases:

Pers tidak boleh dibredel.

Cathpharses sebagai slogan yang menekankan bahwa pers tidak boleh diredel.

Depiction:

Penutupan situs Islam itu juga mencederai prinsip demokrasi, kebebasan memperoleh informasi.

Penutupan situs Islam berlawanan dengan Indonesia sendiri yang menganut sistem pemerintahan demokrasi. Teks ini mengarahkan pada situs Islam juga merupakan bagian dari prinsip demokrasi. Untuk itu, situs Islam juga berhak mengemukakan pendapatnya.

Visual Image:

(19)

62

komputer) maupun dalam keadaan berdiri. Kemudian pada gambar tersebut juga terdapat tulisan yang mengelilinginya dari sisi atas, kiri dan bawah. Namun, gambar tersebut tampak terpotong disebelah kiri hingga teks menjadi seperti berikut: teks sisi atas: “Situs tidak bisa diakses melalui jarin”, sisi kiri atas: “Acsess Denied”, dan sisi bawah, yaitu: “Kemungkinan mengandung salah satu unsur: Pornograf Phising/ Malware atau konten negatif lainnya.”

Reasoning Device:

Roots:

1. Saya pikir BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) bukan lembaga yang berwenang menilai sebuah ajaran itu radikal atau tidak 2. Pemerintah menciptakan isu kontroversial untuk mengamankan

kebijakan yang lebih substansial.

3. Atau memang ada kekuatan asing yang sedang mempermainkan Indonesia.

Teks diatas memberikan penekanan untuk memberikan citra buruk pemerintah. Bukan tugas BNPT dalam menilai ajaran radikal atau tidak. Teks tersebut memberi informasi kepada pembaca bahwa pemeritah memblokir situs Islam untuk menciptakan isu kontra agar kebjakan lain tidak dipedulikan masyarakat. Kemudia pada teks ketiga, peristiwa pemblokiran situs Islam dilakukan karena ada motif lain dibalik pemblokiran situs Islam.

Appeals to principle:

Jika pemerintah keberatan dengan pemberitaan situs tersebut, bisa menempuh jalur mediasi melalui Dewan Pers atau ajukan gugatan hukum. Penutup secara sepihak menunjukkan pemerintah telah bersikap semena-mena. Sebab kebebasan pers dilindungi oleh UU Pers sebagai hak asasi.

(20)

63

saja secara semena-mena. Teks juga menekankan bahwa situs Islam mereupakan salah satu kebebasan pers yang dilindungi oleh Undang-undang dan berhak untuk menerbitkan berita.

Consequence:

Ia menilai penutupan situs Islam itu juga mencederai prinsip demokrasi, kebebasan pers dan kebebasan memperoleh informasi.

Consequence teks diatas menyatakan bahwa akibat penutupan situs Islam, mencederai prinsip demokrasi, kebebasan pers dan kebebasan memperoleh informasi. Karena pengertian demokrasi ialah dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat yang memberikan kebebasan pada masyarakat untuk menerima dan menyampaikan pendapatnya dan melindugi hak asasi manusia.

IV.2 Analisis Berita 2

Pemblokiran Situs Dinilai Bukan Solusi Cegah Radikalisme Jum’at, 03 April 2015, 00:03

(21)

64

“Sebenarnya bukan situs yang perlu ditutup, tetapi langkah yang perlu dilakukan adalah memperkuat pemahaman kepada setiap warga negara, “kata juru bicara KWPSI Provinsi Aceh Muhammad Ifdhal di Banda Aceh, Kamis (2/4).

Pernyataan tersebut disampaikan Muhammad Ifdhal menanggapi penutupan puluhan situs Islam oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Republik Indonesia.

Sebelumnya Kementerian Komunikasi telah melakukan pemblokiran terhadap 22 situs yang dinilai radikal atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Muhammad Ifdhal menjelaskan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai agama, maka sulit untuk dipengaruhi oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra Islam dan mempengaruhi pola pikir setiap warga masyarakat.

“Jika semua warga memahami dengan kuat nilai-nilai agama, maka sulit untuk dipengaruhi baik melalui media sosial atau media lainnya, “ kata Muhammad Ifdhal yang juga wartawan LKBN Antara Biro Aceh.

Muhammad Ifdhal mengatakan penyebaran paham radikalisme tidak hanya melalui situs, tetapi juga bisa dilakukan dengan mendatangi warga. Mendatangi langsung warga ini memiliki efeknya yang lebih berat.

Oleh karena itu, Pemerintah Jokowi-JK perlu melibatkan semua elemen mulai dari guru, orang tua, ulama hingga pemangku kepentingan lainnya dalam menanamkan nilai-nilai agama sebagai benteng bagi setiap warga negara. “Kami yakin dengan benteng yang kuat sulit dpengaruhi oleh berbagai paham yang dapat merusak pola pikir dan tindakan dari paham itu, “ kata Muhammad Ifdhal.

Selain itu, KWPSI juga menilai penutupan situs Islam oleh Kemenkominfo atas dasar permintaan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) juga bagian dari pelanggaran undang-undang kebebasan pers dan mengerdilkan Islam.

“Pemblokiran terhadap situs Islam oleh BNPT telah menutup ruang dakwah bagi umat Islam di Tanah Air. Langkah BNPT telah mencederai semangat kebebasan berpendapat dan menganggap semua yang berbau Islam itu radikal yang harus dilenyapkan, “ tegas dia.

(22)

65

“Pemblokiran tersebut didasari oleh Surat dari BNPT No. 149/K.BNPT/3/2014 kepada Kemenkominfo untuk memblokir situs media Islam online yang disinyalir mengajarkan paham radikal,” katanya.

Oleh sebab itu, KWPSI mendesak BNPT dan Kemenkominfo mencabut kembali kebijakan itu dan membuka pemblokiran situs-situs Islam. Dan KWPSI mendesak BNPT merespon setiap persoalan di Tanah Air. Yang berkaitan dengan kegiatan bahaya radikalisme dengan pendekatan keagamaan, bukan pendekatan permusuhan.

Pendekatan permusuhan ini berujung kepada pemberangusan media-media Islam yang mulai tumbuh memberikan kontribusi besar bagi pemahaman keagamaan yang baik di dalam masyarakat, kata dia.

KWPSI yang didalamnya terdiri atas wartawan lintas media, akademisi dan ulama, mengajak semua elemen media Islam di Tanah Air untuk membangun satu wadah bersama menghadapi ketidakadilan bagi Islam dan muslimin di Tanah Air.

“BNPT sejatinya memberi solusi akademik, agamais, dan pendekatan kultural bagi penyelesaian persoalan paham radikal di Tanah Air. Bukan sebaliknya, melakukan perlawanan dalam kata perang yang akan melahirkan permusuhan berkepanjangan, “ kata Muhammad Ifdhal.

Analisis Berita 2

Judul : Pemblokiran Situs Dinilai Bukan Solusi Cegah Radikalisme Terbit : Jum’at, 03 April 2015, 00:03 WIB

Frame : Mencegah Radikalisme bukan dilakukan dengan memblokir situs Islam tetapi dengan melakukan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai agama Islam.

Perangkat Pembingkai (Framing Device)

(23)

66

wacana untuk menekankan makna atau mengedepankan pandangan tertentu agar lebih diterima oleh khalayak.

Semua elemen dalam perangkat pembingkai itu dipakai untuk memberikan konstruksi tertentu atas seseorang atau peristiwa tertentu. Dalam teks berita di atas, perangkat pembingkai dipakai untuk suatu tujuan, yaitu memberikan citra yang baik kepada situs Islam, situs Islam bukanlah penyebab munculnya paham radikal. Dalam teks juga digambarkan bahwa perlunya menanamkan nilai-nilai agama, terutama bagi kaum terpelajar seperti guru, ulama, orang tua yang mendidik anaknya dan pemangku kepentingan lainnya yang menggambarkan bahwa pemerintah juga harus perlu menanamkan nilai-nilai agama didalam dirinya agar tidak mudah terpengaruh oleh tindakan– tindakan yang merusak pola pikir. Konstruksi berita ini memberi gambaran bahwa orang–orang terpelajar harus menanamkan nilai agama didalam dirinya agar tidak terpengaruhi oleh pihak luar yaitu orang yang tidak paham agama. Dalam hal ini, agama ditekankan sebagai benteng yang kuat. Konstruksi ini dilakukan dengan pemakaian metafora (metaphors) seperti:

Methapors:

1. Pemerintah Jokowi-JK perlu melibatkan semua elemen mulai dari guru, orang tua, ulama hingga pemangku kepentingan lainnya dalam menanamkan nilai-nilai agama sebagai benteng bagi setiap warga negara.

2. Kami yakin dengan benteng yang kuat sulit dipengaruhi oleh berbagai paham yang dapat merusak pola pikir dan tindakan dari paham itu.

(24)

nilai-67

nilai agama agar dapat diajarkan kepada setiap warga negara. Kemudian, pada methapors kedua, benteng diartikan sebagai kekuatan menghadapi pengaruh dari pihak luar. Benteng itu ibarat pondasi di dalam rumah. Jika pondasi tersebut roboh /tidak kuat maka angin kencang pun dapat meruntuhkannya. Begitu juga nilai-nilai agama yang tertanam pada diri seseorang, jika seseorang memiliki nilai dan landasan agama yang kuat, ia akan berpikir lebih matang sehingga dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan baik dan benarnya. Benteng atau nilai agama yang kuat yang dimiliki seseorang bersumber dari pedoman hidup yaitu Al-qur’an dan Hadist. Karena segala urusan telah djelaskan didalam kitab tersebut.

Selain methapors, dalam teks ini juga terdapat catchphrase,

Catchphrases:

1. Langkah BNPT telah mencederai semangat kebebasan berpendapat dan menganggap semua yang berbau Islam itu radikal yang harus dilenyapkan.

(25)

68 Examplars:

1.Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Provinsi Aceh menyatakan pemblokiran situs Islam oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bukanlah solusi yang tepat untuk mencegah tindakan radikalisme di masyarakat.

Teks diatas memberi gambaran bahwa KWPSI menilai Kemenkominfo yang memblokir situs Islam bukan cara yang tepat. Namun, malah sebaliknya, hal ini semakin menimbulkan kontroversi yang melibatkan berbagai kalangan dirugikan.

Teks kedua yang termasuk examplars dalam berita diatas, yaitu:

2.Sebelumnya Kementerian Komunikasi dan Informatika telah melakukan pemblokiran terhadap 22 situs yang dinilai radikal atas permintaan

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Pada teks diatas dijelaskan bahwa BNPT meminta kepada Kemenkominfo untuk melakukan pemblokiran 22 situs Islam tersebut.

Kemudian, teks ketiga yaitu:

3. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai agama, maka sulit dipengaruhi oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra Islam dan mempengaruhi pola pikir setiap warga masyarakat.

Teks diatas mengajak pemerintah untuk melakukan pemahaman agama kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra dan nilai-nilai Islam khususnya untuk diri sendiri maupun orang banyak. Teks ini juga menggambarkan kurangnya pengetahuan agama Islam oleh masyarakat Indonesia.

(26)

69

KWPSI mendesak BNPT merespon setiap persoalan di Tanah Air. Yang berkaitan dengan kegiatan bahaya radikalisme dengan pendekatan keagamaan, bukan pendekatan permusuhan.

Pada teks diatas dijelaskan bahwa KWPSI meminta situs-situs Islam dibuka kembali. KWPSI menilai bahwa BNPT tidak memahami apa itu radikalisme hingga memblokir situs Islam padahal banyak masalah radikalisme yang terjadi di Indonesia namun tidak begitu dipersoalkan. KWPSI juga memandang bahwa BNPT melakukan pemblokiran situs Islam atas dasar ketidakberpihakan kepada Islam dan menganggapnya sebagai musuh.

Depiction: Tidak ditemukan

Visual Imange:

Gambar berisi teks yang bertuliskan keterangan dari peraturan Menteri Kominfo No. 19/2015 tentang internet sehat. Gambar ini dapat dilihat saat membuka stius yang diblokir. Pada gambar tersebut, teks “Accsess Denied” tertulis dengan font besar berwarna putih dan memiliki background merah. Dibawahya terdapat beberapa spasi yang berisi peraturan Menteri Kominfo No. 19/2015 tentang internet sehat yang tertulis dengan tinta merah.

Reasoning Device:

Roots:

1.Muhammad Ifdhal menjelaskan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai agama, maka sulit untuk dipengaruhi oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra Islam dan mempengaruhi pola pikir setiap warga masyarakat.

(27)

70

tidak memiliki dasar pengetahuan yang benar dalam urusan keagamaan sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra Islam itu sendiri.

2. BNPT tidak melakukan kajian matang atas pemblokiran yang dimintakan ke pihak Kemenkominfo.

Teks diatas menekankan bahwa BNPT tidak melakukan peninjauan lebih dalam atas situs-situs Islam yang akan diblokir. Seperti yang telah diperbincangkan yaitu dari 22 situs Islam yang diblokir menjadi 19 situs Islam, kemudian semakin berkurang. Hal ini menunjukkan kinerja BNPT yang terburu-buru.

3.BNPT sejatinya memberi solusi akademik, agamais, dan pendekatan kultural bagi penyelesaian persoalan paham radikal di Tanah Air. Bukan sebaliknya, melakukan perlawanan dalam kata perang yang akan melahirkan permusuhan berkepanjangan

Teks diatas memberitahukan bahwa apa yang seharusnya dilakukan BNPT dalam menghadapi paham radikal yaitu dengan memberi solusi akademik, agamais, dan pendekatan cultural. Fungsi BNPT sangat berpengaruh dalam menghadapi masalah tersebut. Dalam teks menjelaskan bahwa pemblokiran situs yang dilakukan BNPT adalah sebuah perlawanan kepada Islam yang akan menyebabkan permusuhan.

Appeals to Principle:

(28)

71

2.Dikatakannya, memberangus kebebasan berpendapat warga negara yang merupakan hak asasi yang diatur dalam Pasal 28F Undang-Undang Dasar 1945.

3.Pemblokiran tersebut didasari oleh Surat dari BNPT No. 149/K.BNPT/3/2014 kepada Kemenkominfo untuk memblokir situs media Islam online yang disinyalir mengajarkan paham radikal.

Appeals to Principal memberi penekanan dasar atas teks yang telah dbuat sehingga tidak dapat disangkal. Teks diatas memberikan jaminan hukum bahwa tindakan BNPT merupakan pelanggaran undang-undang kebebasan pers dan kebebasan berpendapat seperti yang termaktub dalam pasal 28 F UUD 1945.

Consequence:

1.Pemblokiran terhadap situs Islam oleh BNPT telah menutup ruang dakwah bagi umat Islam di Tanah Air. Langkah BNPT telah mencederai semangat kebebasan berpendapat dan menganggap semua yang berbau Islam itu radikal yang harus dilenyapkan.

2.Oleh sebab itu, KWPSI mendesak BNPT dan Kemenkominfo mencabut kembali kebijakan itu dan membuka pemblokiran situs-situs Islam. Dan KWPSI mendesak BNPT merespon setiap persoalan di Tanah Air. Yang berkaitan dengan kegiatan bahaya radikalisme dengan pendekatan keagamaan, bukan pendekatan permusuhan.

(29)

72 IV.2 Hasil dan Pembahasan

Setelah analisis data di atas, berita mengenai pemblokiran situs Islam terkait kebebasan pers dapat diketahui framing berita, yaitu :

Framing berita pertama diatas yaitu Pemerintah sengaja melakukan pemblokiran situs Islam tanpa melakukan analisis media terlebih dahulu. Berita juga mengarah pada pemblokiran situs Islam yang terjadi secara terburu-buru dilakukan untuk mengalihkan isu. Dengan dilakukannya pemblokiran situs Islam, maka akan tercipta isu kontroversial sehingga isu-isu lain mengenai kebijakan negara menjadi tidak dipedulikan oleh masyarakat.

Teks tersebut dapat dilihat di paragraf terakhir yaitu:

“Bisa saja kebijakan ini untuk mengalihkan isu dari sejumlah kebijakan lain yang lebih strategis. Kan selalu begitu, pemerintah menciptakan isu kontroversial untuk mengamankan kebijakan yang lebih substansial. Atau memang ada kekuatan asing yang sedang mempermainkan Indonesia. Kemarin nama Muhammad dan Ali diblokir di imigrasi bandara, sekarang giliran situs Islam diberangus, “ujar dia.”

Berita kedua berisi tindakan pemerintah dalam mencegah paham radikalisme bukan dilakukan dengan memblokir situs Islam. Tetapi banyak cara lain yang harus dilakukan. Frame berita tersebut memberikan solusi kepada pemerintah dalam mencegah radikalisme yaitu dengan memberikan solusi akademik.

(30)

73

informasi juga telah dilindungi oleh Undang-Undang yaitu pada UU 1945 pasal 28 F, yaitu:

“Setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk megembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Dalam framing teks berita diatas, pemblokiran situs Islam yang dilakukan secara terburu-buru tidak dbenarkan dalam memblokir sebuah situs. Pemerintah harus menganalis media terlebih dahulu. Sejak zaman Soeharto, pemerintah memblokir situs dengan alasan pemberitaan yang diterbitkan pada media telah menyinggung pemerintah. Namun, saat ini pemerintah Indonesia telah menetapkan kebebasan pers. Seperti pada teks diatas, apabila terdapat pemberitaan yang memberatkan pemerintah hal ini dapat dilakukan melalui jalur mediasi dengan Dewan Pers ataupun jalur hukum. Kedua berita tersebut sama-sama menyalahkan pemerintah, yaitu Kemenkominfo dan BNPT yang memblokir situs Islam secara semene-mena.

Menururt Stuart Hall, media secara aktif membentuk bingkai masalah, yakni hal-hal apa saja yang dianggap sebagai masalah dalam masyarakat. Perbuatan, sikap atau nilai yang menyimpang bukanlah sesuatu yang alamiah, yang terjadi dengan sendirinya melainkan dikonstruksi. Lewat konstruksi media secara akrif mendefinisikan peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang layak, apa yang baik, apa yang sesuai, dan apa yang dipandang menyimpang (Eriyanto, 2015: 232).

(31)

74

kecenderungan untuk memihak ataupun pro dan kontra terhadap sesuatu. Berita yang tersaji merupakan hasil dari konstruksi realitas untuk membenarkan peristiwa tertentu agar dapat dipercaya oleh masyarakat dan menganggap sesuatu yang menjadi “musuh media” (folk devis) menjadi berbahaya bagi orang kebanyakan.

Dalam hal ini yang menjadi folk devils Republika Online ialah pemerintah, termasuk didalamnya Badan Nasional Penaggulangan Teroris (BNPT) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Hal ini seperti terdapat dalam teks berita diatas, seperti:

“KWPSI juga menilai penutupan situs Islam oleh Kemenkominfo atas dasar permintaan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) juga bagian

dari pelanggaran undang-undang kebebasan pers dan mengerdilkan Islam”

“Penutupan situs Islam seharusnya tidak terjadi jika pemerintah lebih persuasi dan tidak semena-mena.

(32)

75 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Hasil analisis yang dilakukan peneliti pada pemberitaan tentang kebebasan pers terkait berita pemblokiran situs Islam yang terbit di Republika Online dalam rentang waktu bulan Maret sampai April 2015 berdasarkan analisis framing Gamson dan Modigliani, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam hal ini kaitan kebebasan pers berdasarkan berita pemblokiran situs Islam ialah pers tidak boleh dibredel karena pers telah dilindungi oleh Undang-Undang Pers dan kebebasan mengemukakan pendapat pada UUD 1945 pasal 28 F. Begitu juga sistem pemerintahan Indonesia yang telah menganut sistem demokrasi. Apabila pers melakukan kesalahan, hendaknya melalui Dewan pers, bukan dilakukan pemlbokiran secara sepihak. Dalam hal ini, pemblokiran situs Islam sendiri seharusnya tidak boleh dilakukan karena menghambat kebebasan pers.

2. Makna yang dibangun Republika Online dalam membingkai berita pemblokiran situs Islam ialah pemblokiran situs Islam terjadi atas kekeliruan tindakan pemerintah, yaitu Kemenkominfo dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) yang melakukan pemblokiran situs Islam secara sepihak, terburu-buru dan semena-mena. Hal ini karena tidak adanya pemahaman agama yang kuat dalam diri sendiri, khususnya para pemerintah. Selain itu, Republika Online juga menonjolkan bahwa situs Islam bukanlah situs radikal yang mengarah kepada hal negatif seperti pada anggapan pemerintah, namun pemerintah melakukan pemblokiran situs Islam untuk menghindari isu terkait kebijakan pemerintah itu sendiri.

(33)

76

dukungan penuh terhadap situs Islam yang bukan merupakan situs radikal.

IV.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran, diantaranya:

1. Secara teoritis, analisis framing merupakan kajian menganalisis media massa untuk mengetahui aspek-aspek apa yang ditonjolkan dalam sebuah teks berita. Peneliti harus cermat dan memerlukan wawaan yang luas dalam menilai berita di media massa karena tidak semua media sama dalam meberitakan suatu peristiwa. Analisis framing memiliki berbagai model analisis, namun pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seperti apa pemberitaan media massa mengenai suatu isu.

2. Secara akademis, peneliti menyarankan agar lebih sering dilakukan pembahasan mengenai analisis media. Kebebasan pers hendaknya menjadi rujukan akan betapa pentingnya pers bagi kehidupan. Mahasiswa yang berkonsentrasi dibidang jurnalistik harus menyadari bahwa tugas pers ialah bertanggung jawab terhadap khalayak. Kemudian, mahasiswa harus mengetahui bagaimana menggunakan media massa secara profesional, mengetahui penggunaan kebebasan pers, dan penerapannya dalam menilai sebuah berita agar tidak langsung memblokir media tertentu, seperti yang dilakukan pemerintah terhadap media Islam. Jika melihat media zaman dulu dengan sekarang, kita dapat menemui banyak perbedaan. Untuk itu, perlu juga untuk mengetahui perkembangan media massa dari masa ke masa sebagai perbandingan. Hal ini berguna untuk mencetak alumni Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang paham benar dalam mencermati media sebagai dasar literasi media.

(34)

77

(35)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II. 1 Paradigma

Paradigma diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Oleh karena itu, paradigma sangat menentukan bagaimana seorang ahli memandang komunikasi yang menjadi objek ilmunya (Vardiansyah, 2008: 27).

Paradimgma merupakan serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. Paradigma meliputi tiga elemen, yakni epistemologis yaitu untuk mengetahui realitas, ontologis untuk mengetahui hakikat dari realitas itu sendiri, dan metodologi yang memfokuskan diri dari bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari realitas tersebut. Paradigma akan mengarahkan peneliti untuk menggunakan teori-teori seperti apa yang menjadi landasan suatu masalah penelitian (Nasrullah, 2014: 161).

II.1.1 Paradigma Konstrutivisme

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima pesan sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap penalaman mereka (Ardianto, 2007: 154).

(36)

10

Pendekatan konstruktisionis menegaskan berita sesungguhnya adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan ideologi, nilai-nilai dari jurnalis atau media. Menururt pendekatan konstruksionis, hasil kerja jurnalis tidak dapat dinilai dengan standar yang rigid dan kaku. Aspek etika, moral, dan nilai-nilai juga akan mewarnai pemberitaan, karena hal-hal itu merupakan bagian yang integral dalam diri jurnalis. Dalam pandangan ini, junalis bukanlah robot yang dapat diprogram untuk senantiasa melaporkan fakta apa adanya (Sudibiyo, 2001: 259).

Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan objek material. Pengalaman manusia terdiri atas interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan pernyataan wartawan. Konstruksionis memiliki pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Menurut Berger, realitas merupakan sesuatu yang dibentuk dan dikonstruksi (Eriyanto, 2002:15).

Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Namun, subjek tersebutlah yang merupakan faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena itu, analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi (Ardianto, 2007: 151).

Dalam hal ini terdapat pesan sederhana yang memiliki satu tujuan dan pesan kompleks yang memiliki banyak tujuan. Pesan kompleks ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan orang lain lain dan komunikasi antarpesona dapat tercipta. Konstruktivisme dengan demikian dapat dikategorikan komunikasi yang berpusat pada orang dan diferensiasi kognitif menunjukkan adanya desain pesan (Ardianto, 2007: 158)

(37)

11

konstruktivis, pesan-pesan berbasis “diri “merefleksikan kewaspadaan dan adaptasi subjektif, afektif, serta aspek relasional dalam konteks komunikasi. Sebuah pesan berbasis “diri” merupakan suatu gagasan yang menyokong kebutuhan pendengarnya, perhatian atas situasi yang mungkin mengarah pada tujuan yang beragam (Ardianto, 2007: 159). Desain pesan didasarkan pada kecendrungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya.

Berdasarkan epistemologi ilmu komunikasi, cara pengembangan ilmu komunikasi melalui penelitian ilmiah dilakukan ke dalam tiga jenis penelitian, yaitu: 1. Analisis wacana (Discourse Analysis), 2. Analisis Semiotika (Semiotic Analysis), dan 3. Analisis Framing (Framming Analysis).

1. Analisis wacana

Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana (Sobur, 2004: 47-49).

Wacana tidak hanya mencakup percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di tempat umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Secara sederhana, analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dan telaah mengenai aneka fungsi pesan dalam komunikasi (Zamroni, 2009: 88-90).

Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto, 2001: xv).

(38)

12

Foucault, membedakan pengertian wacana menjadi tiga macam, yaitu:

a. Level Konseptual teoritis, wacana diartikan sebagai domain umum dari semua pertanyaan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata.

b. Konteks pengunaannya, wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.

c. Metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur dengan suatu cara tertentu, misalnya wacana imperialime dan wacana feminisme.

2. Analisis Semiotika

Silvian mengatakan bahwa komunikasi adalah negosiasi dan pertukaran makna dalam mana pesan dibangun oleh masyarakat berdasar budaya dan realitas, yang mampu berinteraksi karena menggunakan makna yang mereka bangun dan mereka pahami bersama untuk menumbuhkan saling pengertian (Zamroni, 2009: 91).

Menurut Preminger (dalam Sobur, 2004: 96), Semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika menganggap bahwa fenomena sosial/ masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Menururt Dan Mimmo Semiotika membahas tentang keragaman bahasa dari tiga prespektif: semantika, yaitu studi tentang makna; sintatika, yang berurusan dengan kaidah dan struktur yang menghubungkan tanda-tanda satu sama lain misalnya tata bahasa; dan pragmatika, yaitu analisis penggunaan dan akibat permainan kata (Zamroni, 2009: 93).

(39)

13

teks tertulis. Oleh karena semiologi, analisis teks, berarti menganalisis tentang segala hal yang berhubungan dengan sistem simbolik dan semantik dari peradaban manusia seluruhnya (Zamroni, 2009: 92).

3. Analisis Framing

Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Analisis framing sebagai suatu metode analisis teks banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan psikologi (Zamroni, 2009: 94).

Menurut Imawan (dalam Sobur, 2004: 162) pada dasarnya framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media memaknai, memahami dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subek sebagai sesuatu yang legitimatif, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan.

Analisis framing adalah salah satu metode penelitian yang termasuk baru dalam dunia ilmu komunikasi. Para ahli menyebutkan bahwa analisis framing ini merupakan perpanjangan dari analisis wacana yang dielaborasi terus menerus ini menghasilkan suatu metode yang up to date untuk memahami fenomena-fenomena media mutakhir (Sudibyo, 2001: 23).

(40)

14 II.2 Uraian Teoritis

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot (Nawawi, 2001: 39). Maka, teori yang relevan untuk penelitian ini adalah:

II. 2.1 Berita

Berita merupakan aktivitas inti dalam praktik jurnalistik. Menururt Lord Northeclife, (dalam Barus, 2010: 26) seorang raja pers asal Inggris, “News is anything out of ordinary”. Sementara Sumadiria (2005: 65) menjelaskan berita sebagai laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.

Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan memilah-milah dan menentukan peristiwa serta tema-tema tertentu dalam satu kategori tertentu. Seperti yang dikatakan MacDougal (dalam Eriyanto, 2002: 102), setiap hari ada jutaan peristiwa di dunia ini, dan semuanya secara potensial dapat menjadi berita. Dalam pandangan Fishman, berita bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada di luar sana. Berita adalah apa yang pemberita buat, penyajian berita merefleksikan sesuatu maka refleksi itu adalah praktik pekerja dalam organisasi yang memproduksi berita (Eriyanto, 2002: 100).

Berita bukanlah representasi dari realitas melainkan konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas sebuah realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya akan menghasilkan realitas yang berbeda pula (Eriyanto, 2002: 21).

(41)

15

dengan menggunkan rumus 5W+1H, yaitu what (apa), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), when (kapan), dan how (bagaimana).

Tidak semua peristiwa layak dilaporkan kepada publik. Karena sebuah berita yang siap dipublikasikan harus mengandung nilai berita, kalau tidak, maka sebuah peristiwa tidak layak dilaporkan atau dijadikan berita. Ada beberapa unsur atau aspek yang dijadikan acuan untuk menentukan nilai berita suatu kejadian atau fakta. Sumadiria (2005: 80) menjelaskan kriteria umum nilai berita yaitu :

1. Keluarbiasaan (unusualness)

Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa melainkan suatu peristiwa yang luar biasa (news is unusual).

2. Kebaruan (newness)

Berita adalah semua apa yang disebut hasil karya terbaru, karena semua hal yang baru, apa pun namanya, pasti memiliki nilai berita.

3. Akibat (impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. 4. Aktual (timeliness)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana, aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau sedang terjadi. 5. Kedekatan (proximity)

Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti, kedekatan geografis (suatu peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita) dan kedekatan psikologis (keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan objek peristiwa).

6. Informasi (information)

Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian.

7. Konflik (conflict)

(42)

16

merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis.

8. Orang Penting (public figure, news maker)

Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik.

9. Kejutan (surprising)

Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, dan tidak diketahui sebelumnya. 10. Ketertarikan Manusiawi (human interest)

Cerita human interest lebih banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengundang pemikiran. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah human interest ke dalam berita ringan atau soft news.

11. Seks (sex)

Berita adalah seks, seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita. Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya.

II. 2.2 Media Massa dan Konstruksi Realitas Sosial

Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak diluar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal. Manusia, melalui proses sosial dipandang sebagai pencipta realitas sosial.

Realitas sosial memiliki makna, apabila realitas sosial tersebut dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain hingga memantapkan realitas itu secara objektif. Individu yang mengkonstruksi realitas sosial, merekonstruksinya dalam dunia realitas, lalu memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya (Bungin, 2008: 189).

(43)

17

lebih baik atau bahkan lebih buruk, cenderung memarjinkan seseorang atau sekelompok orang tertentu (Eriyanto, 2001: 113).

Menururt Hacking dalam Kukla, kenyataan dalam kelompok konstruksi bukan saja banyak jumlahnya, tetapi juga sangat heterogen. Diantaranya manusia (people), objek tidak hidup, situasi dan kondisi, peristiwa, praktik, tindakan, pengalaman, relasi, zat, konsep, dan beberapa item yang diistilahkan Hacking sebagai “kata pengangkat” karena mampu mengangkatnya sampai ke tingkat wacana, baik secara retoris maupun semantik yaitu realitas, kebenaran, fakta, dan pengetahuan (Kukla, 2003:1).

Konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966. Menurut mereka, realitas tidak terbentuk sendiri, namun dibentuk dan dikonstruksi. Realitas berwajah ganda atau plural, setiap orang dapat memiliki konstruksi berbeda atas sebuah realitas, selain itu realitas juga bersifat dinamis dan statis karena ada relativitas sosial dari apa yang disebut pengetahuan dan kenyataan. Berger dan Lukman juga beranggapan bahwa realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi (Bungin, 2008: 192).

Peter L Berger dan Luckmann kemudian merevisi konstruksi sosial dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi. Inilah yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebenarnya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis (Bungin, 2008: 203).

(44)

18 1. Tahap menyiapkan materi konstruksi

Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap sebaran konstruksi

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas

Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kesediaan dikonstruksi oleh media massa ; (3) sebagai pilihan konsumtif.

4. Tahap Konfirmasi

[image:44.595.125.445.503.712.2]

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi.

Gambar II.1

Proses Konstruksi Sosial Media Massa

(45)

19

Pendekatan konstruktivisme juga menilai aspek etika moral dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dilihat. Etika, moral, atau keyakinan pada kelompok tertentu adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. Wartawan bukan hanya sebagai pelapor, disadari atau tidak ia menjadi partisan dari keragaman penafsiran dan subjektifitas dalam publik. Atas dasar hal tersebut, wartawan menulis berita bukan hanya sebagai penjelas, melainkan ia mengkonstruksi peristiwa dari drinya sendiri dengan realitas yang diamati (Sudibyo, 2001: 55).

Eriyanto melihat pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu:

a. Fakta/ peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat objektif. Realitas dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai panadangan berbeda.

b. Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bisa dan pemihakannya.

c. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya kontruksi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalis, bukan kaidah buku jurnalistik.

d. Berita bersifat subjektif/ konstruksi atas realitas opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

e. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. f. Etika, pilihan, moral dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang

integral dari produksi berita. Etika dan moral termasuk keberpihakan satu kelompok adalah bagian yang tak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas.

(46)

20

dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita (Zamroni, 2009: 95).

II. 2.3 Faktor Faktor yang Membentuk Isi Media

[image:46.595.134.440.414.592.2]

Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996), dalam Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content, menyusun berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan. Mereka mengidentifikasikan ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menentukan isi media: Individu; Rutinitas media; Organisasi; Ekstra media; dan ideolgi.

Gambar II.2

Model Hierarki Teori Pengaruh Isi Media

(Sumber: Soemaker dan Reese, 1996: 64)

II. 4. 1 Individual

(47)

21

ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, dan sedikit banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Latar belakang pendidikan, atau kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa mempengaruhi profesionalisme dalam pemberitaan media.

[image:47.595.110.522.437.696.2]

Terdapat tiga faktor intrinsik pada pekerja media yang dapat mempengaruhi isi media. Pertama ialah karakteristik pekerja, personaliti, dan latar belakang pekerja. Kedua ialah sikap, nilai, dan keyakinan pekerja. Contohnya ialah keberpihakan politik jurnalis atau keyakinan agama jurnalis. Ketiga ialah orientasi dan peran konsep profesi yang disosialisasikan kepada mereka. Sebagai contoh, apakah seorang jurnalis mempersepsikan diri mereka sebagai penyampai kejadian yang netral, ataukah sebagai partisipan yang aktif membangun cerita (Soemaker dan Reese, 1996: 64).

Gambar II.3

Cara Kerja Faktor Intrinsik Pekerja Media Mempengaruhi Isi Media

(48)

22

Gambar di atas menunjukkan hubungan di antara faktor-faktor intrinsik jurnalis yang melatabelakangi isi media. Karakteristik, latar belakang dan pengalaman individu mempengaruhi sikap, nilai dan keyakinan yang dimiliki jurnalis dan juga mempengaruhi pengalaman dan latar belakang dalam profesinya. Sebagai contoh, pendidikan terakhir, lingkungan tempat jurnalis dibesarkan, dan karakteristik pribadi jurnalis akan mempengaruhi sikap, nilai, dan keyakinan yang dipegangnya selama menjadi seorang jurnalis dan juga akan mempengaruhi pengalaman dan dedikasinya sebagai seorang jurnalis. Pengalaman dan dedikasi selama menjadi jurnalis kemudian membentuk bagaimana peranan dan etika jurnalis yang secara langsung mempengaruhi media. Sedangkan sikap, nilai dan keyakinan jurnalis secara tidak langsung mempengaruhi isi media sebatas wewenang jurnalis tersebut dalam organisasi media (Shoemaker dan Reese, 1996: 65).

II. 4. 2 Rutinitas Media

Berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran sendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya.

Karl Manheim, seorang sosiolog Jerman mengatakan bahwa tiap individu tidak berpikir dengan sendirinya. Seorang hanya berpartisipasi dalam memikirkan lebih jauh apa yang telah dipikirkan oleh orang lain sebelumnya. Mereka berbicara dalam bahasa kelompoknya, dan berpikir dengan cara pikir kelompoknya. Hal tersebut serupa dengan rutinitas yang terdapat pada organisasi media massa.

(49)

23

[image:49.595.149.483.259.455.2]

media tersebut bekerja dengan cara yang dapat diprediksi dan tidak mudah untuk dikacaukan. Hal-hal yang memengaruhi media adalah organisasi media itu sendiri (processor), sumber (supplier), dan target khalayak (consumer) (Shoemaker dan Reese, 1996: 105-108).

Gambar II.4

Hubungan Tiga Sumber yang Mempengaruhi Rutinitas Media

(Sumber: Soemakerdan Reese, 1996: 109).

II. 4. 3 Organisasi

(50)

24

tetapi bagian sirkulasi menginginkan agar berita lain yang ditonjolkan karena terbukti dapat menaikkan penjualan. Setiap organisasi berita, selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri, berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa disajikan dalam berita.

Menurut Turow (1984), sebuah organisasi media dapat didefinisikan sebagai entitas sosial, formal atau ekonomi yang mepekerjakan pekerja media dalam usaha untuk memproduksi isi media. Organisasi tersebut memiliki ikatan yang jelas dan dapat diketahui dengan mudah mana yang menjadi anggotanya dan mana yang bukan. Terdapat tujuan yang jelas yang menciptakan saling ketergantungan antara bagian-bagiannya dan struktur yang birokratis. Anggota-anggotanya memiliki spesialisasi fungsi yang jelas dan peran yang standardisasi. Bagan struktur organisasi yang dimiliki sebuah organisasi media massa membantu menjelaskan empat pertanyaan penting, yaitu: Apa peran organisasi; Bagaimana organisasi terstruktur; Apa saja kebijakan yang ada dan bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan; dan Bagaimana kebijakan tersebut dijalankan (Shoemaker dan Reese, 1996: 142-144).

Dalam organisasi media terdapat tiga tingkatan posisi. Pertama ialah pekerja garda depan seperti penulis, reporter, staf kreatif yang bertugas mengumpulkan dan mengemas bahan mentah. Kedua ialah tingkatan menengah, yaitu manajer, editor, produser dan lainnya yang bertugas mengkoordinasikan proses dan menjembatani komunikasi antara posisi atas dan bawah dalam organisasi. Ketiga ialah posisi tingkat atas dalam perusahaan yang bertugas membuat kebijakan organisasi, membuat anggaran, mengambil keputusan-keputusan penting, melindungi perusahaan dari kepentingan politik dan komersial, dan saat dibutuhkan melindungi pekerjaannya dari tekanan luar (Soemaker dan Reese, 1996: 151).

II. 4. 4 Ekstra media

(51)

25

sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar media:

1. Sumber berita

Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan opini publik, atau memberi citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya. Sebagai pihak yang mempunyai kepentingan, sumber berita tentu memberlakukan politik pemberitaan. Ia akan memberikan informasi yang sekiranya baik bagi dirinya, dan mengembargo informasi yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan sumber berita ini sering kali tidak disadari oleh media.

2. Sumber penghasilan media

Sumber penghasilan media berupa iklan, bisa juga berupa pelanggan atau pembeli media. Media harus survive, dan untuk bertahan hidup kadangkala media harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi mereka. Misalnya media tertentu tidak memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan pengiklan. Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk memaksakan versinya pada media. Ia tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi, itu dilakukan di antaranya dengan cara mem

Gambar

Gambar III. 1
Gambar II.1
Gambar II.2
Gambar II.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan Masjid Mahmud di Malmo dan pengorbanan Harta; Nasehat-nasehat amat penting dari Hadhrat Masih Mau’ud as kepada Jemaat kita tentang keharusan adanya,

“Demokrasi di Dunia Muslim; Negara, Politik dan Agama” dalam buku Islam dan Nilai-nilai Universal; Sumbangan Islam dan Pembentukan Dunia Plural, ed.. Hujjah

, investor merespon sebagai sinyal negatif pengumuman dividen meningkat yang diberikan oleh perusahaan tidak bertumbuh (terima Ha 5 ). Kata kunci

DPA- SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah Rekapitulasi Belanja Langsung menurut Program

5.1.3 Positional Accuracy : In this experiment, the mean value of offsets between spatial matched check-in data records and standard data records is 596.49 meters

YUSUF IBRAHIM, M.Si PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH. Tim Anggaran

Press, St. John’s, Newfoundland and Labrador, pp. Paul Ryan, “Brown Noser”? The Wikipedia Edit Wars Begin for Romney’s Running Mate. Citizens as Sensors: The World of

Seperti yang diungkapkan oleh Kotler (2009,) bahwa kegiatan pemasaran terdiri atas lima aspek, yaitu product (menjelaskan tentang barang/ jasa yang akan ditawarkan