• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian penggantian unit penangkapan payang di PPN Palabuhanratu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian penggantian unit penangkapan payang di PPN Palabuhanratu"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

WULAN MEGA SARI

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penilaian

Penggantian Unit Penangkapan Payang di PPN Palabuhanratu” adalah karya

saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

(3)

Payang di PPN Palabuhanratu. Dibimbing oleh DINIAH dan MOCH. PRIHATNA SOBARI.

Volume produksi payang pada tahun 2010 menurun 23,42% dari tahun 2006. Hal ini diduga akibat dari terjadinya overfishing di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian dalam. Satu upaya untuk mengurangi tekanan eksploitasi sumberdaya ikan di dalam teluk adalah mengalihkan daerah penangkapan ikan ke luar teluk. Unit penangkapan payang belum dapat beroperasi di perairan luar teluk. Oleh karena itu, perlu diadakan penggantian payang dengan unit penangkapan lain yang dapat beroperasi di luar teluk. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perikanan payang di PPN Palabuhanratu dan mengkaji unit penangkapan mini purse seine dan pancing rumpon untuk mengganti unit penangkapan payang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan studi kasus. Analisis data yang dilakukan berupa analisis teknis dan finansial. Berdasarkan analisis teknis, penggantian payang dengan mini purse seine dapat dilakukan karena metode pengoperasian, jumlah ABK dan hasil tangkapan yang hampir sama. Penggantian dengan pancing rumpon dapat dilakukan karena teknik yang digunakan dalam memancing lebih sederhana. Berdasarkan analisis usaha, payang mengalami kerugian sebesar Rp3.580.612,50 sedangkan keuntungan yang didapat usaha mini purse seine sekitar Rp108.168.500,00 dan pancing rumpon sebesar Rp52.451.187,50. Berdasarkan analisis finansial, usaha mini purse seine

dan pancing rumpon layak dijalankan karena nilai NPV>0, Net B/C>1 dan IRR lebih tinggi dari tingkat suku bunga. Apabila dilihat berdasarkan analisis sensitivitas dan karakteristik sosial, unit penangkapan pancing rumpon memiliki prospek yang lebih baik untuk menggantikan payang.

(4)

© Hak cipta IPB, Tahun 2011

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

(a) Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

(b) Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(5)

WULAN MEGA SARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Nama : Wulan Mega Sari

NRP : C44070024

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Ir. Diniah, M.Si. Ir. Moch.Prihatna Sobari, M.S. NIP. 19610924 1986022001 NIP. 19610316 1986011001

Diketahui :

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 19621223 19870301001

(7)

Unit penangkapan payang sangat umum digunakan di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan data Statistik PPN Palabuhanratu, hasil tangkapan payang terus mengalami penurunan hingga tahun 2010. Tulisan ini mengungkapkan kondisi usaha perikanan payang dari sisi teknik dan finansial di Perairan Teluk Palabuhanratu dan alternatif penggantian alat tangkap tersebut dengan mini purse

seine maupun pancing rumpon.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan untuk melengkapi karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis khususnya, para akademisi dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2011

(8)

Rampungnya penyusunan skripsi ini juga melibatkan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1) Kedua orangtua, Bapak Madzaini dan Ibu Munawaroh yang setiap saat mendoakan dan memberikan yang terbaik. Kedua adikku, Mayang Sari dan Zezen Sukrillah, teman bertengkar dan pemberi semangat;

2) Dr.Ir. Diniah, M.Si. sebagai ketua Komisi Pembimbing sekaligus Pembimbing Akademik dan Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya selama penulis melaksanakan studi hingga penyelesaian skripsi;

3) Dr.Ir. Muhammad Imron, M.Si. sebagai Ketua Komisi Pendidikan dan Ir.Wawan Oktariza, M.Si. sebagai dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi;

4) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi beserta staf, Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu beserta staf dan Kepala PPI Binuangeun beserta staf yang telah membantu di lapangan selama penelitian;

5) Bapak Syarif Budiman dan keluarga, Bapak Tandim, serta Tiffany dan keluarga yang telah banyak membantu selama penelitian;

6) Responden yang telah membantu perolehan data selama penelitian;

7) Sahabat terbaik, Annissa Milki Azizah, Nela Indah Ermawati dan Anindito Adi Nugroho untuk semua nasihat, semangat dan bantuannya;

8) Lili, Eneng, Hana raisa, Dede, Wawan, Ade Jamil, Vera, Tri, Ibay, Ris dan seluruh kawan seperjuangan di PSP 44;

9) Rekan-rekan DPM FPIK IPB periode 2009/2010 kabinet Dewan Pemersatu Samudera;

10)Salsabillah’s crew : Kak Siti, Kak Nina, Kak Sandra, Kak Lulus, Kak Baby, Kak Icha, Mega, Ayu, Bio, Lingga, Dinda untuk keceriaan dan semangatnya; 11)Rahmat Agi Setiawan atas pinjaman si mungil yang menemani penyelesaian

skripsi ini;

(9)

Penulis dilahirkan di Kota Depok pada tanggal 13 Oktober 1989. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Madzaini dan Ibu Munawaroh.

Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Depok. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007 dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Perikanan Tangkap 2008/2009. Selain itu, penulis aktif di beberapa kegiatan, diantaranya menjadi anggota Divisi Informasi dan Komunikasi Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) periode 2008/2009, Bendahara Wadah Silaturrahmi Mahasiswa Muslim Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Watasima) periode 2008/2009 dan Sekretaris Komisi II (Advokasi) Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor periode 2009/2010.

(10)
(11)
(12)

5.1.3.4 Metode pengoperasian pancing rumpon ... 58

5.1.3.5 Hasil tangkapan pancing rumpon ... 60

5.1.3.6 Daerah dan musim pengoperasian pancing rumpon . 61

5.1.4 Produktivitas ... 62

5.2 Analisis Finansial ... 63

5.2.1 Analisis usaha ... 63

5.2.2 Analisis kriteria investasi ... 69

5.3 Analisis Sensitivitas ... 71

5.4 Aternatif Penggantian Alat Tangkap Payang ... 73

6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1 Kesimpulan ... 78

6.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(13)

Halaman 1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi

tahun 2004-2008 ... 35 2 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 2006-2009 di Kabupaten

Sukabumi ... 35 3 Alat tangkap yang beroperasi di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 36 4 Jumlah armada penangkapan ikan Kabupaten Sukabumi tahun

2006-2009 ... 36 5 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten

Sukabumi tahun 2006-2009 ... 37 6 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2006-

2010 ... 38 7 Perkembangan alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2006-

2010 ... 38 8 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu

tahun 2006-2010 ... 39 9 Perkembangan volume dan nilai produksi di PPN Palabuhanratu

tahun 2006-2010 ... 40 10 Jumah hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang per unit pada

tahun 2010 di PPN Palabuhanratu ... 45 11 Hasil tangkapan rata-rata mini purse seine PPI Binuangeun tiap

unit dalam setahun ... 53 12 Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan pancing

rumpon tiap unit di PPN Palabuhanratu tahun 2010 ... 60 13 Produktivitas alat tangkap payang, mini purse seine dan pancing

rumpon ... 62 14 Biaya investasi usaha perikanan payang, mini purse seine dan

pancing rumpon (Rp) ... 63 15 Biaya tetap usaha perikanan payang, mini purse seine dan pancing

rumpon dalam setahun (Rp) ... 64 16 Biaya variabel usaha perikanan payang, mini purse seine dan

pancing Rumpon dalam setahun (Rp) ... 65 17 Penerimaan rata-rata usaha perikanan payang tiap unit di PPN

Palabuhanratu tahun 2010 ... 66 18 Penerimaan rata-rata usaha perikanan pancing rumpon tiap unit

(14)

20 Hasil perhitungan analisis usaha perikanan payang, mini purse

seine dan pancing rumpon ... 67 21 Hasil perhitugan analisis kriteria investasi usaha perikanan mini

purse seine dan pancing rumpon dengan modal sendiri dan modal

pinjaman dari bank ... 70 22 Perbandingan nilai kriteria investasi akibat kenaikan harga solar

sebesar 46,5% pada perikanan mini purse seine dan pancing

rumpon dengan modal sendiri ... 72 23 Perbandingan nilai kriteria investasi akibat kenaikan harga solar

sebesar 61% pada perikanan mini purse seine dan pancing rumpon

dengan pinjaman dari bank ... 72 24 Matriks rekapitulasi hasil analisis terhadap unit penangkapan

mini purse seine dan pancing rumpon ... 75

25 Biaya investasi awal usaha perikanan pancing rumpon ... 76 26 Perhitungan nilai sisa unit penangkapan payang ... 77

(15)

Halaman

1 Kerangka pendekatan studi ... 6

2 Desain baku pukat katong payang berbadan jaring panjang ... 9

3 Desain dan konstruksi purse seine ... 15

4 Alat tangkap pancing tonda ... 19

5 Bagan pola pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu... 40

6 Konstruksi alat tangkap payang di PPN Palabuhanratu ... 41

7 Kapal payang di PPN Palabuhanratu ... 43

8 Komposisi hasil tangkapan payang di PPN Palabuhanratu tahun 2010... 46

9 Konstruksi mini purse seine di PPI Binuangeun ... 48

10 Kapal mini purse seine di PPI Binuangeun ... 49

11 Kapal lampu yang digunakan pada operasional mini purse seine di PPI Binuangeun ... 50

12 Komposisi hasil tangkapan rata-rata mini purse seine PPI Binuangeun selama setahun ... 53

13 Konstruksi pancing jerigen ... 55

14 Konstruksi pancing kotrek ... 55

15 Konstruksi pancing tonda ... 56

16 Konstruksi pancing layang-layang ... 57

17 Kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu ... 57

(16)

Halaman

1 Peta lokasi penelitian dan daerah penangkapan ikan ... 84

2 Perhitungan produktivitas ... 85

3 Perhitungan analisis usaha payang ... 88

4 Perhitungan analisis usaha mini purse seine ... 89

5 Perhitungan analisis usaha pancing rumpon ... 90

6 Perhitungan cashflow usaha perikanan mini purse seine dengan modal sendiri ... 91

7 Perhitungan cashflow usaha perikanan mini purse seine dengan modal pinjaman dari bank ... 92

8 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing tonda dengan modal sendiri ... 93

9 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing tonda dengan modal pinjaman dari bank ... 94

10 Perhitungan cashflow usaha perikanan mini purse seine dengan modal sendiri ketika kenaikan solar 46,5% ... 95

11 Perhitungan cashflow usaha perikanan mini purse seine dengan modal pinjaman dari bank ketika kenaikan solar 61% ... 96

12 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing tonda dengan modal sendiri ketika kenaikan solar 46,5% ... 97

13 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing tonda dengan modal pinjaman dari bank ketika kenaikan solar 61%... 98

(17)

1.1 Latar Belakang

Palabuhanratu merupakan satu sentra produksi perikanan laut di selatan Jawa Barat. Produksi perikanan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di lokal Palabuhanratu, namun lebih dari 89% ikan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di luar daerah Palabuhanratu. Ikan yang didistribusikan berupa ikan segar, pindang maupun olahan ikan asin. Pada bulan-bulan tertentu, ketersediaan ikan di Palabuhanratu didatangkan dari luar. Hal ini menunjukkan tingginya animo pasar terhadap produksi ikan di Palabuhanratu.

Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memberikan kontribusi besar terhadap volume produksi PPN Palabuhanratu pada tahun 2004-2005. Kontribusi payang pada tahun 2005 mencapai 47,06% dan terus mengalami penurunan hingga 7,48% pada tahun 2010. Volume produksi payang di PPN Palabuhanratu mengalami penurunan dalam periode tahun 2004-2010. Volume produksi payang pada tahun 2004 sebesar 1.236.268 kg, pada tahun 2010 menjadi 504.323 kg. Penurunan volume produksi yang ekstrim terjadi pada tahun 2007 ke 2008, yaitu dari 1.444.282 kg menjadi 189.809 kg. Hal ini berdampak pula pada volume produksi perikanan keseluruhan di PPN Palabuhanratu.

Hasil penelitian Mudjizat (2008) menyatakan bahwa Perairan Teluk Palabuhanratu telah mengalami overfishing untuk ikan tongkol. Ikan tongkol merupakan hasil tangkapan utama payang. Tindakan nyata yang disarankan adalah mengurangi kegiatan penangkapan ikan di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian dalam, yaitu dengan mengurangi sekitar 50% dari jumlah unit penangkapan ikan yang beroperasi di perairan teluk bagian dalam.

Wacana yang berkembang pada tingkat Pemda berkaitan dengan

overfishing, yaitu adanya program penghapusan operasional penangkapan ikan

(18)

Daerah pengoperasian payang sampai tahun 2011 saat penelitian dilakukan adalah di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian dalam. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengurangi eksploitasi sumberdaya ikan di teluk bagian dalam adalah dengan mengalihkan daerah pengoperasian payang yang memiliki kontribusi cukup besar dalam volume produksi PPN Palabuhanratu ke Perairan Teluk Palabuhanratu bagian luar. Apabila dilihat dari armadanya, kegiatan perikanan payang yang memiliki home base di PPN Palabuhanratu belum dapat beroperasi di perairan luar teluk. Hal tersebut disebabkan ukuran perahu atau kapal yang digunakan tidak mampu mendukung kegiatan penangkapan ikan di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian luar. Alternatif lain adalah melakukan penggantian alat tangkap payang dengan alat tangkap lain yang dapat dioperasikan di teluk bagian luar.

Pancing rumpon di PPN Palabuhanratu memperlihatkan peningkatan jumlah yang signifikan sejak tahun 2005. Berdasarkan data statistik PPN Palabuhanratu, pancing rumpon berjumlah 9 unit pada tahun 2005. Pada 2007 jumlahnya meningkat menjadi 29 unit dan terus meningkat hingga 112 unit pada tahun 2010. Hal tersebut disebabkan maraknya penggunaan rumpon sebagai atraktor ikan. Rumpon ini diletakkan di posisi geografis 06030’LS - 08030’LS dan 105030’ BT - 106030’ BT. Penggunaan rumpon memberikan pengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil tangkapan pancing rumpon memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tuna mata besar (Thunnus obesus). Hal ini akan signifikan dengan penerimaan yang lebih tinggi. Oleh karena jumlah penerimaan yang lebih tinggi ini, diharapkan pancing rumpon dapat menjadi satu alternatif unit penangkapan payang.

Mini purse seine juga merupakan alat penangkap ikan pelagis. Metode

(19)

di daerah teluk bagian luar. Oleh karena itu, mini purse seine diharapkan dapat digunakan sebagai satu alternatif pengganti payang.

Kegiatan penggantian alat tangkap payang dengan pancing rumpon maupun mini purse seine memerlukan kajian ilmiah. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengevaluasi kegiatan perikanan payang dan mengkaji prospek penggunaan alat tangkap pancing rumpon dan mini purse seine di Perairan Palabuhanratu.

1.2 Perumusan Masalah

Payang merupakan alat tangkap yang memiliki kontribusi cukup besar dalam volume produksi PPN Palabuhanratu pada tahun 2004-2005. Tren yang semakin menurun pada volume produksi dari alat tangkap payang mengakibatkan turunnya tren volume produksi di PPN Palabuhanratu. Operasional payang dilakukan di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian dalam. Hasil penelitian Mudjizat (2008) menyatakan bahwa telah terjadi eksploitasi ikan tongkol yang berlebih di Perairan Teluk Pelabuhanratu bagian dalam. Untuk mengurangi tekanan ini, maka perlu dilakukan penggantian unit penangkapan payang, karena payang tidak mungkin dioperasikan di Perairan Teluk bagian luar. Hal ini menyebabkan nelayan payang kehilangan pekerjaan. Satu alternatif untuk mengatasinya adalah mengganti unit penangkapan payang dengan pancing rumpon atau mini purse seine agar operasi penangkapan ikan pelagis dapat dilakukan di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian luar.

Alih kegiatan ini memerlukan suatu kajian untuk mengetahui jumlah payang yang akan digantikan dengan pancing rumpon ataupun mini purse seine. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis melakukan penelitian tentang penilaian dalam penggantian unit penangkapan payang di PPN Palabuhanratu.

Penulis berharap dapat mengevaluasi kegiatan perikanan payang di perairan tersebut, serta mengkaji penggunaan pancing rumpon dan mini purse

seine sebagai alternatif pengganti unit penangkapan payang. Kedua alat tangkap

(20)

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mengevaluasi kegiatan perikanan payang di PPN Palabuhanratu;

2) Mengkaji unit penangkapan pancing rumpon dan mini purse seine sebagai alternatif pengganti unit penangkapan payang di PPN Palabuhanratu.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1) Bagi penulis sebagai bahan penyelesaian tugas akhir dalam penyelesaian studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, serta menambah wawasan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan penilaian penggantian suatu unit penangkapan ikan;

2) Bagi nelayan payang sebagai informasi tentang evaluasi kegiatan perikanan payang yang ditekuninya;

3) Bagi pemerintah daerah maupun Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai informasi tentang pengelolaan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di Perairan Teluk Palabuhanratu; dan

4) Pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi tentang evaluasi kegiatan perikanan payang di Teluk Palabuhanratu dan prospek penggunaan unit penangkapan mini purse seine ataupun pancing rumpon sebagai pengganti unit penangkapan payang di PPN Palabuhanratu.

1.5Kerangka Pendekatan Studi

Kontribusi unit penangkapan payang dalam volume produksi di PPN Palabuhanratu adalah dominan pada tahun 2004-2005, namun terus menurun hingga tahun 2010. Daerah pengoperasian alat tangkap ini adalah di perairan teluk bagian dalam. Untuk mengurangi tekanan eksploitasi sumberdaya ikan di teluk bagian dalam, maka unit penangkapan payang akan dihentikan operasionalnya. Efek yang dihindari adalah terjadinya peningkatan pengangguran, sehingga perlu dicarikan alternatif alat tangkap pengganti payang.

(21)

tangkap yang sedang trend dan berkembang baik di PPN Palabuhanratu. Alat tangkap mini purse seine dan pancing rumpon dapat dioperasionalkan di teluk bagian luar. Oleh karena itu, kedua alat tangkap ini dikaji sebagai alternatif pengganti payang di Perairan Teluk Pelabuhanratu. Evaluasi dan pengkajian dari kegiatan penangkapan ikan dengan payang dan mini purse seine serta pancing rumpon memerlukan informasi tentang konstruksi, jumlah hasil tangkapan, tingkat penerimaan dan pengeluaran, serta kelayakan usaha. Aspek yang menjadi kajian dari penelitian ini adalah aspek teknik, produksi dan finansial. Skema pendekatan studi dapat dilihat pada Gambar 1.

Unsur teknis dan produksi dievaluasi untuk mengetahui efektivitas payang apabila dioperasikan. Aspek finansial digunakan untuk mengetahui pendapatan nelayan serta kelayakan usaha perikanan payang, mini purse seine dan pancing rumpon. Analisis ini menggunakan pendekatan analisis usaha dan kriteria investasi. Hasil analisis teknis maupun finansial dari usaha perikanan payang,

mini purse seine dan pancing rumpon dibandingkan untuk mendapatkan jenis unit

(22)

Gambar 1 Kerangka pendekatan studi

Bandingkan mini purse seine dan pancing rumpon

- NPV

Unit penangkapan ikan alternatif pengganti payang Analisis Usaha

(23)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unit Penangkapan Payang

Unit penangkapan payang merupakan unit penangkapan ikan yang banyak digunakan di PPN Palabuhanratu. Berikut merupakan uraian teknis tentang unit penangkapan payang secara lebih lengkap.

2.1.1 Definisi dan klasifikasi

Subani dan Barus (1989) menyatakan bahwa payang termasuk dalam klasifikasi pukat kantong lingkar yang terbuat dari bahan jaring, secara garis besar terdiri atas kantong (bag), badan/perut (body/belly) dan kaki/sayap

(leg/wing). Bagian kantong biasanya terdiri atas bagian-bagian kecil yang tiap

bagiannya memiliki nama sendiri dan berbeda namanya di setiap daerah. Ukuran mata jaring mulai dari ujung kantong sampai ujung kaki berbeda-beda, yaitu kira-kira 1 cm di bagian kantong dan semakin besar hingga di bagian ujung kaki atau sayap sekitar 40 cm. Pada alat tangkap ini, bagian atas mulut jaring (upperlip) menjorok ke belakang, sedangkan bibir bawah (underlip) lebih menjorok ke depan. Hal ini disebabkan payang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang biasa hidup di kolom perairan bagian atas dan mempunyai sifat yang cenderung berenang ke lapisan bawah apabila telah terkurung jaring. Oleh karena bagian bawah mulut jaring lebih menjorok ke depan, maka kesempatan lolos menjadi terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring.

von Brandt (2005) menjelaskan bahwa payang termasuk dalam kelompok

seine net. Seine net adalah alat penangkap ikan yang mempunyai bagian badan,

sayap dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong. Alat ini dioperasikan dengan cara melingkari area seluas-luasnya, kemudian menarik alat tersebut ke kapal atau pantai. Payang merupakan salah satu dari seine net yang dioperasikan dengan cara melingkari kawanan ikan, lalu ditarik ke atas kapal yang tidak bergerak.

(24)

Menurut Badan Standardisasi Nasional tahun 2008 tentang pukat tarik, payang merupakan salah satu pukat tarik yang pengoperasiannya menggunakan satu kapal. Alat ini dioperasikan dengan tali selambar di permukaan perairan dan melingkarkan jaring pada gerombolan ikan pelagis, penarikan dan pengangkatan jaring dari atas kapal. Alat tangkap payang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu payang berbadan jaring panjang dan payang berbadan jaring pendek. Teknik pengoperasian kedua macam payang tersebut adalah sama. Hal yang membedakan diantara kedua payang tersebut yaitu hasil tangkapan utamanya. Payang berbadan jaring panjang digunakan untuk menangkap ikan selain jenis teri, sehingga disebut payang ikan. Payang berbadan jaring pendek diperuntukan menangkap teri, sehingga disebut payang teri. Oleh karena itu, konstruksi kedua macam payang tersebut memiliki sedikit perbedaan. Berdasarkan SNI yang dikeluarkan oleh BSN, alat tangkap payang baik yang berbadan jaring panjang maupun pendek termasuk dalam klasifikasi jaring lingkar (surrounding nets) tanpa tali kerut, sesuai dengan International Standard Statistical Classification

FishingGear – FAO, menggunakan singkatan LA dan berkode ISSCFG.01.2.0.

2.1.2 Alat tangkap

Payang adalah alat penangkapan ikan pelagis yang terbuat dari jaring. Jaring yang biasa digunakan terbuat dari bahan nilon. Menurut SNI yang dikeluarkan oleh BSN, payang memiliki beberapa bagian, yaitu :

1) Sayap / kaki jaring (wing), yaitu bagian jaring yang terpanjang dan terletak di ujung depan dari pukat kantong payang. Sayap jaring terdiri atas sayap atas

(upper wing) dan sayap bawah (lower wing).

2) Medan jaring bawah (bosoom), yaitu bagian jaring yang terletak di bawah mulut jaring yang menjorok ke depan. Medan jaring bawah merupakan selisih antara panjang sayap atas dengan panjang sayap bawah.

3) Badan jaring (body), yaitu bagian jaring yang terletak di antara bagian kantong dan bagian sayap jaring.

4) Kantong jaring (cod end), yaitu bagian jaring yang terpendek dan terletak di ujung belakang dari pukat kantong payang.

(25)

atas. Tali ris atas lebih panjang daripada tali ris bawah, sehingga menyebabkan bibir jaring bagian atas lebih menjorok ke belakang (Subani dan Barus 1989). 6) Tali ris bawah (ground rope), yaitu tali yang berfungsi untuk menghubungkan

kedua sayap jaring bagian bawah, melalui bagian medan jaring bawah.

7) Tali selambar (warp rope), yaitu tali yang berfungsi sebagai tali penarik pukat kantong payang ke atas geladak kapal.

Parameter dari alat tangkap ini adalah kesempurnaan mulut jaring dalam membuka. Desain payang berbadan panjang menurut SNI tahun 2005 dapat

(26)

2.1.3 Kapal

Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 TentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, yang dimaksud dengan kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan.

Diniah (2008) mengelompokkan kapal penangkap ikan menjadi :

1) Perahu tanpa motor- Non powered boat, yaitu perahu yang digerakkan menggunakan tenaga penggerak dayung dan atau layar. Ada kalanya tipe perahu ini dibuat dari satu batang pohon utuh yang dilubangi, namun ada juga yang ditambah dengan beberapa keping papan.

2) Perahu motor tempel- Outboard motor adalah kapal atau perahu yang digerakkan menggunakan tenaga penggerak mesin atau motor yang dipasang di perahu pada saat akan dioperasikan dan dilepaskan kembali pada saat selesai dioperasikan.

3) Kapal motor- Inboard motor, yaitu kapal yang menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak yang diletakkan di ruang mesin di dalam bangunan kapal.

Penangkapan ikan dengan alat tangkap payang dapat dilakukan baik dengan perahu layar maupun dengan kapal motor. Kapal yang umum digunakan pada pengoperasian payang adalah kapal tradisional, menggunakan motor tempel atau outboard engine. Kapal ini memiliki konstruksi khusus, yaitu memiliki tiang pengamat yang disebut kakapa (Ayodhyoa 1981 diacu dalam Irnawati 2004).

2.1.4 Nelayan

(27)

sedangkan untuk tujuan penangkapan ikan tongkol berjumlah 15-16 orang

2) Juru batu, sebagai pengawas haluan dan pembuang jangkar.

3) Penyelaga, bertugas sebagai perenang, menjaga umbel dan menakuti ikan. 4) Pengalian, bertugas menurunkan pemberat batu.

5) Penawuran, bertugas menurunkan payang.

6) Pengalang, bertugas untuk memperbaiki posisi jaring apabila mulut jaring tidak terbuka.

7) Pemantau, sebagai pengintai ikan di tiang pantau atau kakapa. Pemantau bertugas jika pengoperasian payang bertujuan untuk menangkap tongkol. 8) Tukang Sampek, bertugas melempar umpan. Tukang sampek bertugas jika

operasi penangkapan ikan bertujuan untuk menangkap tongkol. 9) Motoris, bertugas memperbaiki dan mengontrol mesin.

10) Koki, bertugas untuk memasak.

2.1.5 Metode pengoperasian payang

Payang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan yang berada di lapisan permukaan perairan menggunakan tali selambar yang panjang. Penarikan tali selambar bertujuan untuk menarik dan mengangkat kantong payang ke atas geladak kapal. Penarikan tali selambar dilakukan dengan atau tanpa menggunakan mesin bantu penangkapan ikan (fishing machinery). Pengoperasian payang dilaksanakan dengan tidak menghela (dragging) payang di belakang kapal atau tidak secara penghelaan (SNI 2005).

(28)

Menurut Standar Nasional Indonesia (2005), penarikan dan pengangkatan jaring (hauling) dilakukan dari sisi lambung kapal atau buritan kapal. Penarikan tersebut dilakukan tanpa atau dengan menggunakan mesin bantu penangkapan ikan (fishing machinery) dan kedudukan kapal berlabuh jangkar atau kedudukan kapal terapung (drifting). Agar tidak terjadi gerakan mundur kapal yang berlebihan, maka diupayakan bergerak maju dengan kecepatan lambat, sesuai beban atau kecepatan penarikan payang.

Payang dapat dioperasikan pada siang hari maupun malam hari. Pengoperasian payang pada malam hari dilakukan pada saat gelap bulan dan menggunakan alat bantu lampu petromaks, sedangkan pengoperasian payang pada siang hari dapat menggunakan alat bantu rumpon (Subani dan Barus 1989).

2.1.6 Hasil tangkapan payang

Ikan sasaran tangkapan payang adalah ikan pelagis, yaitu ikan yang hidup di kolom perairan bagian atas. Ikan yang umumnya ditangkap yaitu ikan tongkol

(Auxis thazard), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), kembung perempuan

(Rastrelliger branchysoma), selar (Caranx sp.), japuh (Saurida sp), lemuru

(Sardinella spp.), layang (Decapterus spp.) dan tembang (Sardinella spp.) (Subani

dan Barus 1989).

2.1.7 Daerah pengoperasian payang

(29)

Sadhori (1985) menjelaskan bahwa dalam mencari gerombolan ikan dapat dibantu dengan memperhatikan :

1) Perubahan warna air laut

2) Lompatan ikan ke permukaan laut 3) Riak-riak kecil di atas permukaan laut 4) Adanya buih-buih di permukaan laut

5) Burung-burung yang menukik dan menyambar ikan di permukaan laut.

2.2 Unit Penangkapan Purse Seine

Unit penangkapan purse seine terdiri atas alat tangkap purse seine, kapal atau perahu dan nelayan. Alat tangkap ini diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring lingkar dan surrounding net (von Brandt 2005). Berikut merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan purse seine.

2.2.1 Definisi dan klasifikasi

Menurut Subani dan Barus (1989), purse seine disebut juga pukat cincin, karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin-cincin pada pinggir jaring tempat tali kerut (purse line) dimasukkan ke dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut ini penting, terutama pada waktu pengoperasian jaring. Adanya tali kerut menyebabkan jaring yang asalnya tidak berkantong akan membentuk kantong pada akhir operasi penangkapan ikan.

Menurut Badan Standardisasi Nasional tahun 2008 tentang jaring lingkar,

purse seine masuk dalam kelompok jaring lingkar. Purse seine atau jaring lingkar

bertali kerut adalah jaring lingkar berbentuk empat persegi panjang atau trapesium yang dilengkapi dengan cincin dan tali kerut (purse line), pengoperasiannya mengerutkan jaring pada bagian bawah dengan cara menarik tali kerut (purse line) yang pengoperasiannya menggunakan satu kapal atau dua kapal.

von Brandt (2005) mengemukakan bahwa purse seine atau yang dikenal dengan pukat cincin yang berbentuk persegi panjang dengan dinding jaring yang sangat panjang. Alat tangkap ini terdiri atas badan jaring, selvedge (jaring pada pinggir badan jaring), kantong (bunt), tali ris atas (floatline), tali ris bawah

(leadline), pemberat dan pelampung serta cincin yang menggantung pada bagian

(30)

von Brandt (2005) menggolongkan purse seine ke dalam surrounding net. Pengelompokan tersebut karena purse seine memiliki karakreristik yang berbeda jika dibandingkan dengan lampara dan ring net yang termasuk ke dalam kelompok ini juga. Lampara dan ring net memiliki tali ris atas yang lebih panjang dari tali ris bawah, sedangkan purse seine memiliki tali ris atas lebih pendek dari tali ris bawahnya.

Menurut Nomura (1981), purse seine merupakan alat penangkap ikan pelagis. Alat ini dilingkarkan pada perairan seperti membuat dinding jaring sehingga tidak memungkinkan ikan untuk melarikan diri, baik dari samping maupun dari bagian bawah. Nomura dan Yamazaki (1977) mengklasifikasikan

purse seine ke dalam surrounding net. Pengoperasian alat ini dengan cara

melingkarkan seluruh badan jaring, sehingga memungkinkan ikan untuk tertangkap. Purse seine merupakan bagian dari surrounding net having purse-line

yang termasuk dalam surrounding net without pocket net.

2.2.2 Alat tangkap

Purse seine (Gambar 3) adalah alat penangkap ikan pelagis. Menurut

Subani dan Barus (1989), purse seine memiliki beberapa bagian, yaitu :

1) Badan jaring, terbuat dari nilon multifilamen dan berfungsi bukan untuk menjerat ikan, melainkan untuk menghalangi pergerakan ikan

2) Selvedge (srampat), terbuat dari bahan polyethylene dan berfungsi untuk

memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada saat penarikan jaring

3) Tali pelampung, terbuat dari bahan polyethylene dan berfungsi sebagai tempat melekatnya pelampung

4) Tali ris atas terbuat dari bahan polyethylene

5) Tali ris bawah terbuat dari bahan polyethylene

6) Tali pemberat, terbuat dari bahan polyethylene dan berfungsi sebagai tempat melekatnya pemberat

7) Tali kolor (purse line) terbuat dari bahan kuralon 8) Tali selambar terbuat dari bahan polyethylene

(31)

10) Pemberat, terbuat dari bahan timah hitam 11) Cincin, terbuat dari bahan besi.

Keterangan :

a. Float f. Sinker Line

b. Float Line g. Sinker

c. Breast Line h. Purse Line

d. Staplig i. Ring

e. Bridle Rope

Sumber : Nomura dan Yamazaki (1977); Nomura (1981);Sadhori (1985)

(32)

2.2.3 Kapal

Kapal purse seine adalah kapal ikan yang mempergunakan alat tangkap

purse seine. Alat ini tidak membutuhkan tenaga penarikan yang besar untuk

menghela jaring. Perhitungan tenaga ditujukan untuk mencapai kecepatan melingkar serta memiliki bentuk lambung yang dirancang khusus agar memiliki kemampuan olah gerak dan berputar yang baik (Fyson 1985).

Ukuran tonase dan daya motor penggerak kapal pukat cincin sangat bergantung pada dimensi panjang dan tinggi jaring. Selain itu, daerah pelayaran kapal serta sasaran penangkapan ikan pelagis besar atau kecil juga mempengaruhi. Umumnya kapal pukat cincin (purse seiner) dilengkapi dengan alat bantu penangkapan ikan berupa mesin (fishing machinery), seperti power block, purse

line hauler, skiff boat dan skiff boat winch, slip way. Penurunan pukat cincin

(setting) dilakukan dari buritan kapal, begitu pula pengangkatan pukat (hauling)

dari buritan kapal dengan menggunakan power block (SNI 2006).

Menurut Rasdani et.al (2006), ukuran tonase kapal yang digunakan dalam pengoperasian alat tangkap mini purse seine berkisar antara 10-15 GT. Ukuran panjang kapal berkisar antara 10-15 meter dan lebar 3-5 meter. Kekuatan mesin kapal sekiar 33-45 daya kuda.

2.2.4 Nelayan

Menurut Statistik Perikanan PPN Palabuhanratu (2009), nelayan adalah orang yang matapencahariannya melakukan penangkapan ikan. Pada pengoperasian alat tangkap purse seine, jumlah ABK yang diperlukan bergantung pada skala usaha penangkapan ikan. Pada usaha skala kecil, jumlah ABK unit penangkapan purse seine sekitar 15-20 orang. Pada skala besar, jumlah ABK bisa mencapai 40 orang atau lebih (Subani dan Barus 1989).

2.2.5 Metode pengoperasian purse seine

Prinsip pengoperasian alat tangkap purse seine yaitu dengan melingkari gerombolan ikan menggunakan jaring. Setelah itu, bagian bawah jaring dikerucutkan sehingga ikan terkumpul di bagian bunt. Fungsi mata jaring pada

purse seine adalah sebagai penghalang dan bukan sebagai penjerat. Oleh sebab

(33)

cepat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi seminim mungkin kesempatan lolos

schooling ikan yang sudah dikelilingi jaring dari adanya gangguan suara mesin

kapal, propeller, jaring dan proses penarikan purse line itu sendiri (von Brandt 2005).

Secara teknik, setelah jaring tersusun rapi dan tersambung dengan semua tali selambar, tali kolor, pelampung dan pemberat, maka kapal maju mengelilingi gerombolan ikan. Hal tersebut dilakukan sambil menurunkan purse seine sedikit demi sedikit dari lambung atau buritan kapal. Pada saat penurunan purse seine, posisi kapal terhadap arus dan angin perlu diperhatikan. Purse seine perlu dijaga agar tidak sampai terbawa oleh arus masuk ke bawah kapal. Jika kedua ujung jaring telah bertemu, maka kedua ujung jaring tersebut dinaikkan ke atas kapal dan penarikan tali kolor dengan bantuan power block dimulai hingga semua cincin naik ke atas permukaan laut. Setelah cincin naik ke sisi lambung kapal, maka badan jaring segera ditarik sedikit demi sedikit hingga ke bagian bunt . Lalu ikan dipindahkan ke dalam palkah dengan bantuan alat scoop net ataupun fish pump

(Rasdani et al. 2006).

2.2.6 Hasil tangkapan purse seine

Hasil tangkapan purse seine terutama di wilayah Jawa dan sekitarnya adalah layang (Decapterus spp.), bentong (Caranx crumenopthalmus), kembung

(Rastrelliger spp.), lemuru (Sardinella spp.) (Subani dan Barus 1989). Selain itu,

untuk ukuran alat tangkap dan kapal yang lebih besar, biasanya target utama penangkapannya yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis) dan ikan tuna yang

swimming layernya masih di pelagis seperti yellowfin tuna (Thunnus albacores).

2.2.7 Daerah pengoperasian purse seine

(34)

Sadhori (1985) mengemukakan beberapa persyaratan daerah penangkapan ikan yang dianggap baik untuk alat penangkapan purse seine, yaitu :

1) Pada perairan tersebut terdapat ikan hidup yang bergerombol (schooling) 2) Jenis ikan tersebut dapat dikumpulkan dengan alat pengumpul seperti lampu

dan rumpon

3) Kedalaman perairan lebih tinggi daripada alat tangkap yang digunakan.

2.3 Unit Penangkapan Pancing Tonda

Unit penangkapan pancing tonda terdiri atas rangkaian pancing, kapal atau perahu dan nelayan. Alat tangkap ini diklasifikasikan ke dalam kelompok pacing atau lines. Berikut merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan pancing tonda.

2.3.1 Definisi dan klasifikasi

Pancing tonda adalah alat tangkap berupa tali yang diberi umpan tiruan

(imitation bait) di sekitar mata pancing dan dioperasikan dengan cara menarik

pancing tersebut menggunakan kapal secara horisontal. Selain umpan tiruan, ada pula yang menggunakan umpan benar (true bait). Pancing tonda merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis seperti tuna, cakalang dan tongkol yang biasa hidup dekat permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi (Gunarso 1989).

Pancing tonda memiliki nama daerah yang beragam, diantaranya pancing irid atau klewer (Jawa), pancing kaladalam atau kabalancam (Sepulu, Madura), pancing lohmoloh atau palanggungan atau lemading (Pegagan, Madura), pancing pengenser (Bawean), Lor bebe (Penarukan, Jatim), pancing pengambes (Puger, Jatim), pancing pemalesan (Bali), dan kakahu atau sela (Ambon, Maluku Selatan) (Subani dan Barus 1989).

(35)

2.3.2 Alat tangkap

Pada umumnya pancing tonda memiliki bagian-bagian sebagai berikut: 1. Tali utama, bahan yang umum dipakai berupa nilon tunggal (monofilamen)

dan memiliki panjang yang bervariasi, namun pada umumnya antara 50-100 meter.

2. Kili-kili (swivel) 3. Tali kawat (wire rope)

4. Mata pancing (hook), dapat berupa mata pancing tunggal maupun ganda. 5. Umpan tiruan, berbentuk cumi-cumi, ikan, dan lain-lain (Subani dan Barus

1989).

Parameter utama yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan menggunakan pancing tonda adalah ukuran mata pancing. Gambar alat tangkap pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber : www.kp3k.kkp.go.id

Gambar 4 Alat tangkap pancing tonda

2.3.3 Kapal

(36)

mengoperasikan alat tangkap pancing tonda biasanya memiliki outrigger sebagai tempat tali pancing diikatkan. Biasanya terdapat satu atau lebih outrigger

terpasang pada bagian belakang kapal atau buritan.

2.3.4 Nelayan

Nelayan pancing tonda biasa disebut dengan pemancing. Pada operasi penangkapan ikan menggunakan alat ini, jumlah nelayan yang ikut menonda terdiri atas 4-7 orang (Adwino 1998).

2.3.5 Umpan

Umpan yang digunakan adalah umpan segar dan umpan palsu. Umpan yang biasa digunakan adalah umpan palsu yang biasanya berupa bulu ayam

(chicken feader), bulu domba (sheep wools), potongan kain yang berwarna

menarik, maupun bahan dari plastik berbentuk miniatur yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan tiruan dapat berupa cumi-cumi, ikan dan sebagainya (Subani dan Barus 1989).

2.3.6 Metode pengoperasian pancing tonda

Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditarik secara horizontal oleh perahu atau kapal yang bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Pancing diberi umpan segar atau umpan palsu. Umpan buatan dapat bergerak seperti ikan asli, karena adanya pengaruh tarikan dari kapal. Oleh karena itu, ikan pemangsa biasanya langsung menyambarnya. Kecepatan kapal yang menarik pancing tonda bergantung pada ikan target tangkapan. Kecepatan kapal saat kegiatan penarikan untuk ikan salmon biasanya 1-2 knot. Kecepatan kapal untuk ikan perenang cepat, seperti tuna dan cakalang, biasanya ditarik dengan kecepatan kapal antara 6-8 knot (Sainsbury 1971).

(37)

mencari kawanan ikan atau dapat juga dilakukan di sekitar rumpon (Subani dan Barus 1989).

2.3.7 Hasil tangkapan pancing tonda

Hasil tangkapan utama dalam pengoperasian alat tangkap berupa pancing tonda yaitu ikan tuna madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus

pelamis), salmon (Onchorhynchus sp.), dan setuhuk (Makaira sp.). Hasil

tangkapan sampingannya yaitu ikan Kuwe (Caranx spp.), tongkol (Euthynnus

spp.) dan ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) (Sainsbury 1971 ; Subani dan Barus 1989).

2.3.8 Daerah pengoperasian pancing tonda

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan daerah dimana operasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga sebagai tempat ikan bergerombol. Ikan merupakan organisme yang bersifat mobile, artinya ikan sering berpindah-pindah tempat. Hal ini menyebabkan sulitnya menentukan arah dan letak dari perpindahan daerah penangkapan ikan. Tuna hidup di perairan tempat pertemuan antara dua arus atau front, tempat terjadinya upwelling, konvergensi dan divergensi. Daerah ini merupakan daerah berkumpulnya plankton, yaitu perairan dengan salinitas sekitar 34 ppt serta temperatur optimum berkisar antara 150C-300C (Hetharuca 1983 dalam Handriana 2007).

Pengoperasian alat tangkap pancing tonda hampir terdapat di seluruh perairan Indonesia. Alat ini banyak digunakan di daerah Jawa barat, Jawa timur, Madura, Bali, Ambon dan Sumatera (Subani dan Barus 1989).

2.4 Analisis Finansial

(38)

sekarang (present value) yang telah didiskon dari arus manfaat dan harga selama umur kegiatan usaha.

Gray et al. (2005) juga mengatakan bahwa analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue- Cost Ratio), serta Payback-Period (PP). Menurut Rangkuti (2001), Return on Investment (ROI) dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan.

Analisis kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit

Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Gross Benefit-Cost Ratio

(Gross B/C) dan Profitability Ratio (PV’/K). Setiap kriteria investasi

menggunakan perhitungan nilai sekarang (present value) atas arus benefit dan biaya selama umur proyek (Gray et al. 2005).

Berdasarkan kelima kriteria tersebut, tiga kriteria pertama yaitu NPV, IRR

dan Net B/C lebih umum dipakai dan dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan

Gross B/C dan Profitability Ratio didasarkan atas salah pengertian tentang sifat

dasar biaya, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan dalam penyusunan urutan peluang investasi. Dengan kata lain, kedua kriteria ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan di Indonesia (Gray et al. 2005).

2.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Apakah kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis sensitif atau tidak terhadap perubahan yang terjadi (Nurmalina et al. 2009).

(39)

membantu menyarankan orang pada variabel-variabel yang penting untuk memperbaiki perkiraan-perkiraan dan memperkecil ketidakpastian.

Nurmalina et al. (2009) juga mengatakan bahwa analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR dan B/C). Perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Perubahan harga

2) Keterlambatan pelaksanaan (misal : mundurnya waktu implementasi) 3) Kenaikan dalam biaya (Cost Over Run)

(40)

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian lapangan dilaksanakan di PPN Palabuhanratu dan PPI Binuangen Banten pada Bulan Desember 2010 dan Februari 2011. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2 Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam peneitian ini adalah: 1) Kuesioner

2) Kamera 3) Penggaris.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Satuan kasus yang digunakan yaitu unit penangkapan payang dan pancing rumpon yang memiliki home base di PPN Palabuhanratu dan unit penangkapan mini purse seine di PPI Binuangeun.

Studi kasus merupakan penelitian yang terinci tentang suatu subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khusus dari keseluruhan personalitas. Unit penelitian memiliki lingkup yang kecil atau terbatas. Tujuan dalam menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh gambaran secara lengkap dan mendalam tentang suatu objek (Nazir 2005).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapang mengenai seluruh kegiatan unit penangkapan payang, pancing rumpon dan purse

seine. Selain itu, data primer juga berasal dari hasil wawancara terhadap

(41)

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain : 1) Aspek Teknik

(1)Konstruksi unit penangkapan payang, pancing rumpon dan mini purse seine;

(2)Metode pengoperasian payang, pancing rumpon dan mini purse seine; (3) Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh; dan

(4) Lokasi pengoperasian payang, pancing rumpon dan mini purse seine; 2) Aspek Finansial

(1) Pembiayaan, berupa biaya investasi, biaya operasional selama kegiatan berlangsung dan biaya tetap.

(2) Pendapatan nelayan per hari, per minggu, per bulan, per tahun; dan (3) Harga jual hasil tangkapan per kilogram, per ton.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

1) Keragaan unit penangkapan payang dan pancing rumpon yang beroperasi di Perairan Pelabuhanratu selama 5 tahun terakhir periode 2006-2010. Selain itu juga data mengenai jumlah kapal, alat tangkap, hasil tangkapan dan jumlah nelayan serta mini purse seine di daerah Binuangen;

2) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis dan keadaan perikanan tangkap secara umum di PPN Palabuhanratu.

Data tersebut diperoleh dari statistik perikanan PPN Palabuhanratu, statistik perikanan Kabupaten Sukabumi dan Laporan perikanan di PPI Binuangeun.

3.5 Metode Pengambilan Responden

Sample merupakan bagian dari populasi. Survei sample adalah prosedur

dimana hanya sebagian dari populasi yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat atau ciri yang dikehendaki populasi. Sample yang diambil dalam kegiatan ini menggunakan non probability sample, yaitu purposive

sampling berupa pengambilan sample yang bersifat tidak acak. Sample yang

(42)

Pertimbangan yang digunakan ditentukan berdasarkan tujuan penelitian. Pertimbangan-pertimbangannya yaitu :

1) Responden yang dipilih adalah pemilik unit penangkapan ikan, baik payang dan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu maupun mini purse seine di PPI Binuangeun;

2) Respoden berada di tempat penelitian saat wawancara dilakukan;

3) Responden tersebut menggunakan unit penangkapan payang, pancing rumpon maupun mini purse seine sepanjang tahun;

4) Payang, pancing rumpon maupun mini purse seine merupakan alat tangkap utama.

Wawancara dilakukan terhadap lima orang responden unit penangkapan payang di PPN Palabuhanratu, tiga orang responden unit penangkapan pancing rumpon dan tiga orang responden unit penangkapan mini purse seine di PPI Binuangeun.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian dianalisis menggunakan analisis teknik dan analisis finansial.

3.6.1 Analisis teknis

Analisis teknis dilakukan untuk melihat hubungan teknik yang mempengaruhi produksi, yaitu konstruksi, cara pengoperasian serta produktivitas alat tangkap, yaitu:

1) Unit penangkapan ikan, rancang bangun dan metode pengoperasian payang, pancing rumpon dan mini purse seine.

Rancang bangun dan metode pengoperasian payang, pancing rumpon dan mini

purse seine dianalisis secara deskriptif dan dilengkapi dengan studi pustaka

untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. 2) Produktivitas unit penangkapan payang. pancing rumpon dan mini purse

seine.

(43)

3.6.2 Analisis finansial

Analisis finansial dilakukan untuk menilai pengaruh-pengaruh proyek terhadap para pelaku proyek dan pihak lain yang turut serta di dalamnya. Salah satu tujuan dasarnya adalah menghasilkan suatu rencana yang menggambarkan keadaan finansial dan sumber-sumber dana berbagai peserta proyek, serta proyek itu sendiri, sehingga dapat diketahui kelayakan dari kegiatan proyek tersebut (Gittenger JP 1986). Analisis finansial dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi.

3.6.2.1 Analisis usaha

Analisis usaha digunakan untuk mengevaluasi usaha yang dijalankan dan bertujuan untuk membantu perbaikan pengelolaan suatu usaha. Analisis usaha dapat memberikan masukan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha. Pengukuran analisis usaha meliputi :

1) Keuntungan (π)

Keuntungan merupakan jumlah nominal yang diperoleh dari selisih antara total pemasukan yang diterima dengan total pengeluaran yang dikeluarkan. Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha yang dilakukan (Sugiarto et al. 2002).

Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan :

π = Keuntungan

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Kriteria :

(44)

2) Revenue Cost Ratio (R/C)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan (Sugiarto et al.

2002). Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan :

π = Keuntungan

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

R = Revenue (pendapatan)

C = Cost (biaya)

Kriteria :

Jika R/C > 1, maka kegiatan usaha tersebut untung sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan;

Jika R/C < 1, maka kegiatan usaha tersebut rugi sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan;

Jika R/C =1, maka kegiatan usaha tersebut tidak untung maupun rugi atau usaha tersebut berada dalam titik impas.

3) Payback Period (PP)

Payback period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Payback period juga dapat diartikan sebagai ratio antara initial cash

investment dengan cash inflownya yang hasilnya merupakan satuan waktu,

selanjutnya rasio nilai ini dibandingkan dengan Maximum payback period yang dapat diterima. Rumus yang digunakan (Umar 2003) adalah:

Keterangan:

PP = Payback Period

I = Investasi yang dikeluarkan

π = Keuntungan

4) Return on investment (ROI)

(45)

digunakan dalam evaluasi kinerja adalah membandingkan seluruh sumberdaya yang digunakan dengan laba yang diperoleh. Model pengukuran yang dipakai adalah analisis tingkat pengembalian investasi (Return on investment-ROI). ROI adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan terhadap ROI dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan (Rangkuti 2006). Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan:

ROI = Return on Investment (tingkat pengembalian)

π = Keuntungan

I = Investasi

3.6.2.2 Analisis kriteria investasi

Analisis ini digunakan untuk melihat apakah secara finansial suatu usaha penangkapan ikan bersifat menguntungkan atau tidak, serta untuk melihat prospek kelanjutan usaha tersebut. Analisis dilakukan dengan menghitung komponen-komponen Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal

Rate of Return (IRR) (Gray et al. 2005) :

1) Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total

present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value

dari manfaat bersih tambahan selama umur proyek (Nurmalina et al. 2009).

Keterangan :

NPV : Net Present Value

Bt : benefit sosial kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t

Ct : biaya kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t

i : Tingkat suku bunga

n : Umur teknik Ketentuan dari NPV adalah :

NPV≥ 0, artinya usaha penangkapan dapat dilanjutkan

NPV≤ 0, artinya usaha penangkapan tidak dapat dilanjutkan

(46)

2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan perbandingan sedemkian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas

present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu

bernilai positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor, yang dinyatakan dengan rumus (Gray et al. 2005):

Ketentuan:

Net B/C≥ 1, maka usaha tersebut mendapatkan keuntungan

Net B/C≤ 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian

Net B/C = 1, maka usaha tersebut impas

3) Internal Rate of Return (IRR)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan. Internal Rate of Return merupakan nilai

discount rate sosial yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yang

dinyatakan dengan rumus (Gray et al. 2005):

Keterangan :

IRR = Internal Rate of Return

i′ = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i″ = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

NPV′ = NPV pada suku bunga i′

NPV″ = NPV pada suku bunga i″ Ketentuan :

IRR i, usaha tersebut layak untuk dilanjutkan dan mendapatkan keuntungan;

IRR = i, usaha tersebut layak untuk dilanjutkan tanpa mendapatkan keuntungan;

(47)

3.6.3. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan pemaksaan manajer proyek untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin variabel-variabel yang belum diketahui dan mengungkapkan perkiraan-perkiraan yang menyesatkan atau perkiraan yang tidak tepat (Umar 2003). Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan (Nurmalina et al. 2009).

Menurut Gittenger (1986), perubahan yang mungkin terjadi adalah adanya kenaikan harga input atau bahan baku, sehingga biaya produksi meningkat serta penurunan harga jual atau jumlah produk yang menyebabkan berkurangnya keuntungan yang diharapkan semula. Kemungkinan perubahan lain misalnya adalah kenaikan biaya konstruksi (cost over run), karena perhitungan yang terlalu rendah ternyata pada pelaksanaannya biaya operasional meningkat, dan terjadi penundaan pelaksanaan kegiatan.

Dalam analisis ini harga bahan bakar ditentukan sebagai komponen analisis sensitivitas. Hal tersebut karena BBM merupakan biaya variabel dan harganya canderung mengalami kenaikan. Komponen tersebut merupakan komponen yang dianggap peka terhadap kelayakan usaha penangkapan ikan dengan mini purse seine, payang dan pancing rumpon.

Metode yang digunakan adalah Switching value. Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti

(switching value). Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur

perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai nilai NPV sama dengan nol (Nurmalina et al.2009).

Skenario yang akan digunakan pada alat tangkap yang menjadi alternatif pengganti payang dalam hal pembiayaan yaitu :

(48)

3.7 Batasan Penelitian

Batasan yang digunakan dalam kegiatan penelitian yaitu :

1) Wilayah penelitian adalah di PPN Palabuhanratu dan PPI Binuangeun;

2) Alat tangkap yang menjadi kajian penelitian adalah payang dan pancing rumpon yang memiliki home base di PPN Palabuhanratu dan mini purse seine

yang terdapat di PPI Binuangeun;

3) Aspek yang menjadi bahan kajian meliputi aspek teknik dan finansial;

4) Aspek teknik meliputi deskripsi unit penangkapan payang, pancing rumpon

dan mini purse seine, metode pengoperasian dan pendugaan produktivitas alat

tangkap;

5) Aspek finansial meliputi analisis usaha dan analisis kriteria investasi;

6) Analisis usaha merupakan analisis yang dilakukan berkaitan dengan analisis pendapatan usaha, revenue-cost ratio, payback period dan return on

investment;

7) Pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan dengan payang, pancing rumpon dan mini purse seine selama satu tahun;

8) Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi atau hasil tangkapan unit penangkapan payang pancing rumpon dan mini purse seine dengan harga hasil tangkapan per kilogram;

9) Biaya total adalah biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan proses produksi yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel;

10) Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah pengeluarannya tidak bergantung kepada volume produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan dan biaya perawatan unit penangkapan payang, pancing rumpon dan mini purse seine; 11) Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah pengeluarannya bergantung

kepada volume produksi. Biaya variabel terdiri atas biaya bahan bakar solar, minyak tanah, oli, perbekalan, SIUP dan upah ABK;

12) Revenue-cost ratio adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya

total dalam satu tahun;

13) Payback period adalah waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali

(49)

14) Return on investment adalah besarnya keuntungan yang diperoleh dari hasil perbandingan dengan investasi yang ditanamkan, dinyatakan dalam persentase (%);

15) Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahap persiapan berproduksi yang dinyatakan dalam satuan Rupiah;

16) Analisis finansial yang dilakukan meliputi NPV, Net B/C dan IRR;

17) Net present value merupakan proyeksi penerimaan laba bersih yang akan

diterima untuk usaha yang akan dilakukan di masa yang akan datang jika dinilai pada saat sekarang pada tingkat suku bunga tertentu, dinyatakan dengan NPV>0;

18) Net B/C adalah perbandingan dari jumlah kini (total present value) dari

keuntungan bersih (net benefit) bernilai positif dengan keuntungan bersih (net

benefit) bernilai negative, dinyatakan Net B/C >1;

19) Internal rate of return adalah tingkat suku bunga dari unit usaha dalam jang

waktu tertentu yang membuat nilai NPV sama dengan nol, dinyatakan IRR > tingkat suku bunga;

20) Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan metode switching value;

21) Cash flow atau arus manfaat bersih tambahan yang diterima penolah selama

(50)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4.1.1 Letak geografis

Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak di antara 6057` - 7025` LS dan 106049` - 070 00` BT. Kabupaten Sukabumi mempunyai luas daerah 4.128 km2 atau 14,39% dari luas Jawa Barat atau 3,01% dari luas Pulau Jawa, dengan batas-batas wilayah (BPS Kabupaten Sukabumi, 2009):

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor , 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia,

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudra Indonesia,

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.

Kabupaten Sukabumi terdiri atas 47 kecamatan. Kegiatan perikanan tangkap banyak dilakukan di 7 kecamatan yang menghadap ke Samudera Hindia yaitu Cikemas, Ciracap, Surade, Cibitung, Palabuhanratu, Simpenan dan Cisolok. Semua kegiatan perikanan tersebut terpusat di Kecamatan Palabuhanratu, karena adanya PPN Palabuhanratu.

4.1.2 Penduduk

(51)

Tabel 1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi yang bekerja sebagai nelayan pada tahun 2009 sebanyak 12.311 orang, terbagi atas 10.568 orang sebagai nelayan buruh dan 1.743 orang sebagai nelayan pemilik. Apabila dilihat sejak tahun 2006 hingga 2009, jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Sukabumi berfluktuatif, namun tidak terlalu jauh berubah. Perkembangan jumlah nelayan secara rinci tahun 2006-2009 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 2006-2009 di Kabupaten Sukabumi

Tahun Nelayan (orang) Jumlah (orang)

Nelayan buruh Nelayan Pemilik

2006 10.951 1.350 12.301

2007 10.745 1.603 12.348

2008 10.761 1.639 12.400

2009 10.568 1.743 12.311

Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi 2009

4.1.3.2 Alat tangkap

Gambar

Gambar 3  Desain dan Konstruksi Purse seine
Gambar alat tangkap pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 4.
Tabel 1  Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun 2004-2008
Tabel 3  Alat tangkap yang beroperasi di Kabupaten Sukabumi tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Distributif Perkalian Terhadap Penjumlahan4. 4 jam

Faktor pendukungnya adalah lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik, sedangkan faktor penghambat yaitu kesadaran siswa untuk menghindari perilaku menyimpang yaitu

Note that in order for the code to compile, the FictionalCharacter class or one of its super- classes (or, in general, ancestors in the inheritance heterarchy) must contain the

Penggunaan metode analisis semiotika komunikasi visual dalam penelitian berjudul: ‘’Tanda Verbal dan Tanda Visual Iklan Layanan Masyarakat (Analisis Semiotika pada

Berdasarkan teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai pengaruh desain kemasan terhadap pembelian impulsif yang dilakukan konsumen maka dapat

Jenis penelitianadalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian yang berperan sebagai pemberi tindakan adalah peneliti yang berperan sebagai guru kelas IV SDN 1

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi 1) Pengetahuan masyarakat tentang bencana gempa bumi tektonik, 2) Mengidentifikasi bentuk kesiapsiagaan masyarakat

Dalam bluetooth klasik dikategorikan menjadi 3 kelas berdasar jangkauan sinyalnya, yaitu kelas 1, 2 dan 3 berturut – turut adalah 100m, 10m dan 5m [3]. Semakin besar