• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektivan Magang di PKBM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektivan Magang di PKBM"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KEEFEKTIVAN MAGANG Dl PKBM

(Kasus PKBM ALPA di Kelurahan Cirangrang,

Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung)

Oleh:

SLAMET SUDARTO BUDIONO

PROGRAM STUD1 ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN

PROGRAM PASCASARJANA

(114)

ABSTRAK

SLAMET SUDARTO BUDIONO. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektivan Magang di PKBM (Kasus PKBM ALPA di Kelural~an Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung). Dibimbing oleh RICHARD W.E. LUMINTANG, DJOKO SUSANTO dan SUMARDJO.

Pembangunan kualitas inanusia inelalui pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis untuk menyiapkan manusia Indonesia yang inemiliki kemampuan daya saing yang tinggi di tengah-tengah kehidupan global. Salah satunya yaitu melalui pendidikan luar sekolah, dalam bentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Kegiatan pendidikan yang diadakan di PKBM ALPA adalah inagang peinbuatan suku cadang {spare part) sepeda motor. Tujuan magang adalah tnenyiapkan warga belajar untuk mampu meraih kesempatan kerja guna meningkatkan pendapatannya.

Tujuan penelitian adalah mengungkapkan faktor-faktor yang ineinpengaruhi tingkat partisipasi warga belajar dalam kegiatan magang di PKBM ALPA, dan inenganalisa hubungan tingkat partisipasi warga belajar dengan tingkat keefektivan inagang di PKBM ALPA. Penelitian ini merupakan penelitian survai yang bersifat (explainatoryl. Penentuan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purpos~ve), yaitu di Pusat Kegatan Belajar Masyarakat (PKBM) ALPA di Desa Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2002. Penelitian h i menggunakan inetode sensus, sehingga populasi sekaligus sampelnya, dengan jumlah 35 responden. Untuk melihar pengaruh dan hubungan antar ariabel yang

diarnati digunakan uji korelasi Tau b-Kendall.

Faktor karakteristik internal inenunjukkan bahwa, umur warga belajar rata- rata (80%) antara 27 hingga 37 tahun Tingkat pendidikan warga belajar baru 23% telah menempuh pendidikan setara SLTA. Tingkat pendapatan sebagian besar (43%) warga belajar berpendapatan pada kategori sedang (574.000- 1.650.000/bln). Sebagian besar warga belajar (97%) memiliki motivasi bekerja dalam kategori tinggi. Sebagian besar warga belajar (51%) ineinpunyai sifat kekosmopolitan dalam kategori sedang, dan tidak ada warga belajar yang memiliki sifat kekosmopolitan yang tinggi.

Faktor karakteristik eksternal Hasil menunjukkan bahwa kredibilitas penyelenggara magang cenderung dinilai tinggi oleh sebagian besar (89%) warga belajar Warga. Seluruh warga belajar menilai scunber belajar (pennagang) tinggi. Sebagan besar (94%) warga belajar menilai sarana dan prasarana yang ada tinggi. Jarak tempat tinggal warga belajar dengan tempat magang relatif dekat. Sebagian besar warga belajar (97%) menilai tingkat persaingan untuk bisa mendirikan usaha sendiri atau kerja di perusahaan spare part lain cenderung sedang. Kendala utama adalah keterbatasan modal.

Tingkat partisipasinya dalam tahap perencanaan kegiatan magang tergolong rendah Sedangkan di dalam tahap pelaksanaan, sebagian besar warga belajar (80%) menilai tingg. Pada tahap penilaian, sebagan besar warga belajar (89%) menilai tingkat partisipasinya cenderung rendah.

(115)

warga belajar (69%) berkemauan kuat untuk memperoleh kesempatan kerja tergolong sedang. Sebagian besar (54%) warga belajar merniliki kemanpuan meraih kesempatan yang tinggi dengan bisa membuat usaha secara mandiri.

Faktor karakteristik internal dan faktor karaktristik eksternal warga belajar berpengaruh terhadap tingkat partisipasi warga belajar dalam mengikuti kegiatan magang di PKBM ALPA. Karakteristik internal warga belajar yang berpenganrh nyata positif dengan tingkat partisipasi warga belajar adalah; sifat kekosmopolitan, tingkat pendapatan dan unur. Faktor eksternal warga belajar yang berpengaruh nyata positif dengan tingkat partisipasi warga belajar adalah kredibilitas penyelenggara magang.

(116)

SURAT PERNYATAAN

Bahwa sesungguhnya sebuah karya ilmiah yang disusun atas dasar pemikiran dan rancangan ilmiall adalah hak pribadi, maka dengan ini saya:

Nama : Slanet Sudarto Budiono NRP : P.05500002

Program Studi : Imu Penyuluhan Pembangunan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,

dengan ini menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektivan Magang di PKBM (Kasus PKBM ALPA di Kelurahan Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung)" adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua informasi dan data lengkapnya telah terangkum di dalam tesis ini.

Demikian pemyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

(117)

FAKTOR-FAKTOR YANC MEMPENGARUHI TINGKAT

KEEFEKTIVAN MACANG DI PKBM

(Kasus PKBM ALPA di Kelurahan Cirangrang,

Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung)

Oleh:

SLAMET SUDARTO BUDIONO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

PROGRAM STUD1 ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN

PROGRAM PASCASARJANA

(118)

Tesis : Faktor-Faktor yang Mempenganlhi Tingkat Keefektivan Magang di PKBM.

Nama : Slamet Sudarto Budiono

NRP : P.05500002

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Menyetujui,

1. Komisi Petnbimbing

Ir. Richard W.E. Lurnintann, MSEA. Ketua

Dr. Ign. Dloko Susanto. SKM., APU. Anggota

2. Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

i

\+

Prof. Dr. lI. . Margono Slamet. M

(119)

RXWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bojonegoro, Jawa Timur 26 Juli 1972, putra pertama dari empat bersaudara keluarga Kusnan dan Samiati.

Riwayat pendidikan, penulis menyelesaikan Sekolah Dasar tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama tahun 1988, Sekolah Pendidikan Guru Tahun 1991 semua di Bojonegoro. Menyelesaikan program sarjana tahun 1996 di IKIP Surabaya Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan (PSRK) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS). Penulis juga pernah mengkuti Short Course di Syariah Bankrng

Institute (SBI) Surabaya selama enam bulan pada tahun 1995. Pada tahun 2000 penulis

berkesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor, dengan bantuan beasiswa dari BPPS.

Selma kuliah penulis aktif dalam berbagai organisasi kampus, yaitu di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), antara lain; sebagai Ketua Bidang Pembinaan Keluar Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) tahun 1993-1994, sebagai anggota Litbang (Penelitian dan Pengembangan) UKKI (1994-1995). Selain itu penulis juga sebagai anggota Bidang Kesejahteraan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PSRK (1993- 1994), sebagai redaktur majalah JOGLO Jurusan PSRK (1 993-1 995), sebagai ketua panitia pernbangunan mushola Jurusan PSRK (1994-1995) dan sebagai anggota Bidang Kesejahteraan dan Kerohanian di Senat Mahasiswa (SM) tahun 1994-1995. Di Asrama Mahasiswa A1 Mufidah penulis sebagai anggota Departemen Pengembangan (1992-1996) dan bagian distribusi bulletin bulanan Ar Ribat (1992-1996).

(120)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaiakan tesis dengan judul "1;aktor-1;aktor yang Mempengaruhl Ilingkat Keefektrvan Magang dr PKBM" sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilinu Penyuluhan Pembangunan, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada kese~npatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA., selaku ketua komisi dan pembimbing utatna, (2) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM., APU., (3) Dr. Ir. Sumardjo, M.S., keduanya selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan arahan dan bimbingan mulai dari proses perencanaan penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini, dan (4) Ir. Ismail Pulungan, M.Sc., selaku penguji luar komisi. Penulis juga ~nenyampaikan teriina kasih kepada teman-teman mahasiswa Pascasarjana Program Studi Penyuluhan Pembangunan, terutama Angkatan T h u n 2000, atas inasukan dan sarannya dalam penulisan tesis serta kerjasamanya selama ini yang telah terjalin dengan penuh keakraban dan kekeluargaan. Ucapan terima kasih disatnpaikan pula kepada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STlPER) UNISDA Lamongan yang telal~ memberikan kese~npatan kepada penulis untuk menernpuh pendidikan program strata dua di Institut Pertanian Bogor.

Akhirnya, ungkapan terirna kasih untuk Ayah, Ibu dan Saudara-Saudaraku tercinta yang selalu mendorong, inembantu dan lnengiringi penulis dengan

(121)

Walaupun bukan yang sempurna, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Setnoga Allah SWT memberikan Rahmat dan Hidayah kepada kita seinua.

Bogor, November 2002

(122)

DAFTAR IS1

Teks Hala~n an

[image:122.616.112.512.63.810.2]

...

...

DAFTAR TABEL

111

DAFTAR GAMBAR ... v ...

DAFT AR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN ... I ...

Latar Belakang 1

...

Masalah Penelitian 4

. .

...

Tujuan Penelltlan 5

...

Kegunaan Hasil Penenelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6 PKBM Merupakan bagian dari Pendidikan Luar Sekolah ... 6 ...

Pengertian Magang 9

... Faktor-Faktor yang dipertimbangkan dalam Pelaksanaan Magang 1 1

...

Langkah-Langkah Pelaksanaan Magang 12

. . .

...

Pengertian Partlslpasi 16

...

Macam dan Arti Pentingnya Partisipasi 18

... Hubungan Karakteristik Individu dengan Partisipasi 20

...

Tingkat Keefektivan Magang 22

... KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 27

...

Kerangka Berpikir 27

...

Hipotesis Penelitian 30

...

METODOLOGI PENELITIAN 3 1

. .

...

Rancangan Penehtlan 3 1

...

Lokasi dan Waktu Penelitian 31

...

Populasi dan Sampel 32

...

Instrumen Penelitian 32

...

Pengumpulan Data 32

...

Jenis Data 32

...

Teknik Pengumpulan Data 33

...

(123)

Validitas ... 34 Uji Reliabilitas ... 35

...

Analisis Data 35

...

Variabel, Definisi Operasional dan Pengukurannya 36

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42 ...

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 42

...

Letak Geografis 42

Keadaan Penduduk Kelurahan Cirangrang. Kec . Babakan Ciparay.

Kota Bandung Menurut Utnur dan Jenis Kelamin ... 42 Keadaan Penduduk Kelurahan Cirangrang Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43

...

Sejarah Berdirinya ALPA 45

...

Munculnya Istilah PKBM 48

...

Proses Pembelajaran di PKBM ALPA 49

...

Materi Pelajaran 51

...

Karakteristik Warga Belajar Magang 5 1

Karakteristik Internal Warga Belajar ... 5 1 Karakteristik Eksternal Warga Belajar ... 57

...

Tingkat Partisipasi Warga Belajar dalam Kegatan Magang 62

...

Tingkat Keefektivan Magang 65

Hubungan Karakteristik Internal Warga Belajar dengan Tingkat

...

Partisipasi Warga Belajar di dalam Kegiatan Magang 69

Hubungan Karakteristik Eksternal Warga Belajar dengan Tingkat

Partisipasi Warga Belajar di dalarn Kegiatan Magang ... 73 Hubungan Tingkat Partisipasi Warga Belajar dengan Tingkat Keefektivan

...

Magang 76

...

KESIMPULAN DAN SARAN 80

...

Kesimpulan 80

...

S a r a n 80

...

(124)

DAFTAR TABEL

Teks Halaman

1 . Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan

Cirangrang Tahun 2002 ... 43 2 . Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Cirangrang Tahun 2002 ... 44 3 . Keadaan Penduduk Kelurahan Cirangrang Berdasarkan Mata Pencaharian .... 44 4 . Sebaran Umur Warga Belajar Magang ... 5 3 5 . Sebaran Warga Belajar Magang Menurut Pendidikan Formal ... 53 6 . Sebaran Pendapatan Warga Belajar Magang ... 54 7 . Sebaran Motivasi Warga Belajar Magang ... 55 8 . Sebaran Sifat Kekosmopolitan Warga Belajar Magang ... 56 9 . Sebaran Kredibilitas Penyelenggara Magang ... 57 10 . Sebaran Sumber Belajar Magang Menurut Kecukupan Sumber Belajar ... 59 1 1 . Sebaran Sarana dan Prasarana Magang Menurut Kecukupan Sarana dan

...

Prasarana 60

.

1 2 Sebaran Warga Belajar Menurut Lokasi Magang ... 61 .

13 Sebaran Persaingan UsahaIKerja ... 62 14 . Sebaran Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada Tahap Perencanaan ... 63 15 . Sebaran Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada Tahap Pelaksanaan ... 64 16 . Sebaran Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada Tahap Penilaian ... 65 17 . Sebaran Pengetahuan (Kognitif) Warga Belajar untuk Meraih

...

Kese~npatan Kerja 66

18 . Sebaran Keinauan (Afektif) Warga Belajar untuk Meraih

...

Kesempatan Kerja 67

19 . Sebaran Kemampuan (Konatif) Warga Belajar untuk Meraih

...

Kesempatan Kerja 68

20 . Sebaran Umur Menurut Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada

...

Tahap Perencanaan 70

2 1 . Sebaran Umur Menurut Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada . .

...

(125)

22. Sebaran Tingkat Pendapatan Menurut Tingkat Partisipasi Warga

...

Belajar pada Tahap Penilaian 72

23. Sebaran Sifat Kekosmopolitan dengan Tingkat Partisipasi Warga Belajar .

.

...

pada Tahap Penilasan 72

24. Nilai Hubungan Karakteristik Internal Warga Belajar dengan Tingkat ...

Partisipasi Warga Belajar 73

25. Sebaran Kredibilitas Penyelenggara dengan Tingkat Partisipasi Warga ...

Belajar pada Tahap Pelaksanaan 74

26. Sebaran Kredibilitas Penyelenggara dengan Tingkat Partisipasi Warga ...

Belajar pada Tahap Penilaian 75

27. Nilai Hubungan Karakteristik Eksternal Warga Belajar dengan Tingkat ...

Partisipasi Warga Belajar 76

28. Nilai Hubungan Tingkat M s i p a s i Warga Belajar dengan Tingkat

(126)

DAFTAR GAMBAR

Teks Halarnan

. ...

1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Kegiatan Magang 13 2. Bagan Kerangka Berpikir "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(127)

DAFTAR LAMPIRAN

Teks Halainan

1. Peta Lokasi Penelitian (Kelurallan Cirangrang, Kec. Babakan Ciparay,

(128)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perubahan keempat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pada pasal 3 1 ayat 4 yang menyatakan bahwa anggaran pendidikan hams berada pada besaran 20 persen dari APBN dan APBD akhirnya disahkan ole11 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada hari Sabtu (1018) malam pukul 23.55 (Konipa.~, I 1 Agustus 2002). Peristiwa ini inenjadi tonggak sejarah barn bagi perjalanan pembangunan bidang pendidikan di Indonesia, dengan rnulai munculnya kembali kesadaran baru pada seluruh elemen bangsa untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Sebab selama ini pendidikan belum pernah menjadi panglima b a g proses peinbangunan nasional yang sanggup memberdayakan kehidupan bangsa Indonesia secara menyeluruh.

Pembangunan kualitas manusia inelalui pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis untuk menyiapkan manusia Indonesia yang lnelniliki kemampuan daya saing yang tinggi di tengah-tengah kehidupan global. Proses pendidikan perlu dikembangkan sehingga menjadi suatu proses pemberdayaan untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada keberdayaan masyarakat lokal, kepada rnasyarakat bangsanya dan pada akhimya kepada masyarakat global.

(129)

masyarakat sebagai subyek, bukan sebagai obyek dalam pembangunan masyarakat (Surnardjo, 2000). Menurut Sihombing (2000) pemberdayaan ~nasyarakat mengandung inakna inembangunkan kekuatan inasyarakat agar mereka mampu bersaing menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi silih berganti dalam kehidupannya. Masyarakat yang mampu menghadapi tantangan ini hanyalah mereka yang memiliki kekuatan dalarn dirinya atau inner dynamic (McClelland) dalatn arti inemiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang siap digunakan untuk inengatasi permasalahannya. Masyarakat yang inengabaikan ketiga faktor tersebut akan cenderung lari dari pennasalahan, sementara permasalahan akan terus mengejamya.

Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistern pembangunan nasional meiniliki dua sub siste~n pendidikan yaitu pendidikan sekolah (in-school education) dan pendidikan luar sekolah (off school education). Sub sistem kedua disebut pendidikan nonformal dan pendidikan infonnal

Program pendidikan luar sekolah oleh Harbinson digolongkan menjadi tiga katagori (Sudjana, 1981) yaitu; (1) program pendidikan untuk ineningkatkan keinainpuan kerja bagi mereka yang telah mempunyai pekerjaan, (2) program pendidikan untuk mempersiapkan angkatan kerja, terutama bagi generasi muda, yang akan memasuki lapangan kerja dan (3) program pendidikan untuk memperluas dan meningkatkan peinal~aman masyarakat tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tentang dunia kerja.

(130)

dianut ole11 inasyarakat, sehingga kehadirannya meinpunyai akar yang kuat pada budaya yang dianut masyarakat. Salah satu bentuk pendidikan luar sekolah yang berkeinbang saat ini adalal~ Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). PKBM merupakan salah satu program dari Pendidikan Masyarakat (Diktnas) di b a w d Departetnen Pendidikan Nasional.

Banyak program-program yang dilaksanakan oleh Dikmas diakui metniliki kelernahan. Menurut penilaian banyak pihak program-program yang disusun cenderung bersifat top down (ditentukan dari atas) dan belwn melibatkan masyarakat secara optimal. Dikinas harus mulai lebih proaktif dalam menyikapi kebutuhan riel masyarakat sesuai dengan keadaan mereka. Dikrnas juga hams berani tnemberi kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam merencanakan, melaksanakan dan meilgevaluasi program kegiatan mereka. Mereka perlu diberi kesempatan untuk ikut bersama- sama bertanggungjawab terhadap program belajar mereka sendiri, yang tidak lagi hanya tergantung kepada petugas Dikrnas (pemerintah). Salah satu upaya untuk mengatasi semua kelemahan tadi mulai pertengahan tahun 1998 telah dirintis Program Layanan Pendidikan Luar Sekolah yang berbasis masyarakat inelalui PKBM. Di Jawa Barat terdapat 47 PKBM dan 2 diantaranya berada di Kota Bandung, yaitu PKBM ALPA di Kelurahan Cirangrang Kecamatan Babakan Ciparay dan PKBM CIBADAK di Kelurahan Cibadak Kecamatan Astanaanyar.

(131)

kemanusian, di antaranya menyukseskan wajib belajar dan program pemberdayaan ekonomi masyarakat seperti latihan ketrampilan praktis, pembinaan kelompok belajar usaha dan magang pembuatan suku cadang (spare part) sepeda motor.

Kegiatan magang mempunyai tujuan yaitu memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu masyarakat melalui pendidikan, meningkatkan proses belajar mengajar untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal, dan mempersiapkan warga belajar untuk mengembangkan diri pribadinya atau untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih besar (Sihombing, 2001). Penekanan kegiatan magang adalah perubahan perilaku anggota, baik pengetahuan, ketrampilan, maupun sikapnya, guna mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja, sehingga pendapatannya meningkat.

Kenyataan di lapangan mas& banyak kegiatan yang dijalankan PKBM masih bersifat top down, sehingga kegiatan tersebut terasa kurang efektif. Penelitian menarik untuk mengkaji faktor-faktor apa saja yang meinpengaruhi tingkat keefektivan kegiatan magang tersebut.

Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang di atas pennasalahan yang tilnbul dari penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi warga belajar dalam kegiatan magang di PKBM ALPA.

(132)

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang masalah penelitian yang dikemukakan terdahulu, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi warga belajar dalam kegiatan magang di PKBM ALPA

2. Menganalisa hubungan tingkat partisipasi warga belajar dengan tingkat keefektivan inagang di PKBM ALPA.

Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perluasan wawasan akademis tentang keefektivan kegiatan magang di PKBM.

(133)

TINJAUAN PUSTAKA

PKBM Merupakan Bagian dari Pendidikan Nonformal

Pada akhir abad ke XX, kita dihadapkan pada suatu aliran baru sekitar pendidikan nonfonnal. Munculnya aliran baru ini, secara kliusus memasalahkan pendidikan dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat pedesaan di dunia ketiga atau di negara-negara sedang berkembang dengan counter attack terhadap keletnahan-kelemahan pendidikan fonnal yang dianggap gaga1 dalan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi penduduk pedesaan. Bercokolnya lembaga-lembaga pendidikan formal atau persekolal~an telah dikritik oleh banyak ahli, karena disamping menghabiskan dana dalam jumlali besar, kehadirannya hanya dianggap untuk me~npertahankan supremasinya bagi segolo~igan kecil masyarakat (Sudomo, 1987).

Penganut aliran baru ini, adalah mereka yang menjadi peinbela masyarakat kecil dan lemah, yang tidak berdaya dan telah dikuasai oleh mereka yang kuat terhadap mayoritas terbesar jumlah penduduk yang tinggal di pedesaan. Di antara pembawa aliran baru tersebut, muncul nama-nama seperti; (1) Coombs dan Manzoor ( 1 974) inenghubungkan pendidikan non formal dengan penanggulangan kemiskinan di daerah pedesaan; dan (2) Freire (1972), menganggap sekolah sebagai tempat pendidikan bagi kaum yang tertindas.

(134)

dan (2) Sudjana (1 98 1) balkan telah merinci manfaat pendidikan nonformal, yang kehadirannya merupakan alternatif baru untuk memecahkan masalah-masalah pendidika: di pedesaan, baik yang disebabkan ole11 keterbatasan pendidikan fonnal, maupun usaha untuk mencari bentuk atau aliran yang cocok b a g masyarakat kita.

Pendidikan formal bukan satu-satunya jalan untuk meningkatkan upaya pembangunan masyarakat, akan tetapi perlu didukung oleh pendidikan nonformal secara terpadu yang menjangkau sasaran masyarakat yang luas. Pendidlkan nonformal mempunyai peranan penting, khususnya dalam meningkatkan kemampuan mental, kemampuan intelektual dan kemanpuan bertindak bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, guna meningkatkan kesejahteraan khususnya di daerah pedesaan (Slamet, 1986).

Sementara itu Coombs dan Manzoor (1974) mengatakan bahwa bila bentuk pendidikan formal tidak mampu dilakukan oleh penduduk miskin, maka pemerintah negara berkembanglah yang hams membuat kebijakan pendidikan nonformal untuk mengatasi kelangkaan kesempatan kerja, meningkatnya urbanisasi, peningkatan pendapatan, dan perbaikan kesehatan serta gizi. Pendidikan nonformal dapat berupa penyuluhan, penataran, kursus, maupun bentuk teknis lainnya. Sasaran dan tujuannya untuk meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan kaum petani, pengrajin, nelayan, buruh, pengusaha kecil, pedagang dan sebagainya.

(135)

masyarakat; (3) kelenturan program pembelajaran yang selalu siap disesuaikan dengan kebutuhan calon warga belajar; (4) keanekaragaman program pembelajaran rnernbuka peluang luas bagi setiap warga belajar untuk mernilih program yang sesuai untuknya; (5) program pembelajaran yang tidak dirancang untuk mengejar ijazah tetapi untuk kebennaknaan bagi masyarakat; (6) kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan warga belajar bukan ilusi para perencana prograni; (7) program kegiatan belajar dikelola oleh masyarakat; dan (8) arah yang jelas dari setiap program yaitu membuat warga belajar menjadi bisa bukan menjadi tahu atau disebut belajar untuk hidup, bukan belajar untuk belajar.

Salah satu bentuk pendidikan nonfonnal adalah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). PKBM sebagai lembaga pendidikan nonfonnal dibentuk dan dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat. Maju mundurnya PKBM tergantung pada kesungguhan pengelola, warga belajar, dan masyarakat sekitarnya yang memberikan dukungan terhadap keberadaan dan kegiatan yang dilaksanakan oleh PKBM. Pemerintah lebih berfungsi sebagai fasilisator dan motivator bagi kegiatan

PKBM. Model ini dilakukan untuk menghindari kesalahan pemerintah selama ini

(136)

Program-program pendidikan nonformal (PKBM) yang dikembangkan ole11 Direktorat Pendidikan Masyarakat Depdiknas (2000), meliputi kategori; ( I ) kelompok belajar Paket A, Paket B dan Paket C, yang menitik beratkan pada pendidikan dasar yang diintegrasikan dengan mata pencaharian; (2) kelompok belajar usaha, menitikberatkan pada ketrampilan belajar dan berusaha; (3) kursus- kursus ketrampilan yang dapat digunakan sebagai sarana untuk membuka dan persiapan memasuki lapangan kerja; (4) program magang yang tnenekankan pada kegiatan bekerja, berusaha sambil belajar; dan (5) program belajar mandiri, menitik beratkan pada peningkatan kemampuan masyarakat terhadap penguasaan mata pencaharian tertentu.

Pengertian Magang

Magang merupakan salah satu sistem belajar tertua dalam sejarah pendidikan. Magang banyak digunakan dalam penyebaran dan penerimaan informasi karena dapat dilakukan oleh sernua tingkatan manusia sejak tingkat kehidupan sederhana sampai tingkat kehidupan modern. Magang adalah sebuah metode di mana seorang murid belajar dengan cara bekerja secara dekat dengan seorang praktisi yang terlatih. Magang adalah belajar dengan cara memperhatikanlmenyimak dan bekerja atau melakukan. Hubungan langsung antara sesorang dengan orang lain dalam penyampaian dan penerimaan informasi disebut dengan istilah magang (Sudjana, 1993).

(137)

pengembangan kemampuan dengan inenge~nbangkan prinsip belajar sambil bekerja. Pemagang bukan hanya melihat dan mendengar teori pekerjaan, tetapi harus melakukan secara langsilng. Melalui proses seperti ini secara langsung pemagang selain inemperoleh ketrampilan, juga akan mengalami perubahan dalam pengetahuan dan sikap dalam menghadapi pekerjaan tersebut.

Menurut Direktlrr Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga (1990), ciri-ciri magang adalah sebagai berikut;

( I ) proses magang adalah petnagang dan pennagang berada dalain tempat

pemagang bekerja. Pemagang melihat dan mencoba menggunakan alat yang digunakan sehingga mereka tahu, bisa dan biasa menggunakan, bagairnana ineinperbaiki kalau rusak, bagaimana merawatnya, di inana disimpannnya, di inana dibelinya serta di inana dibuatnya;

(2) proses magang adalah para peinagang sebaiknya bekerja dan belajar, belajar bekerja sesuai dengan urutan pekerjaan yang dikerjakan pemagang. Pemagang dapat metnulai belajar bekerja dan belajar dari mana saja, dari awal, di tengah atau di ujung proses pekerjaan itu;

(3) bahwa pemagang belajar bekerja dan belajar tidak diawali ole11 teori, melainkan langsung praktek (langsung bekerja);

(4) dilihat dari sudut sumber magang (permagang), sumber inagang tidak hams orang yang mengetahui teori. Sumber inagang atau permagang adalah orang yang pintar dan biasa inelaksanakan pekerjaan yang dimagangi;

( 5 ) dilihat dari sudut pemagang, mereka bukan hanya memperoleh pengetahuan,

(138)

Faktor-Faktor yang dipertimbangkan dalam Pelaksanaan Magang

Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan magang

antara lain:

(1) Pernagang (orang yang belajar bekerja), antara lain; (a) bakat dan minat

yang akan inempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan magang, sebab

seseorang yang tnengikuti magang tetapi tidak sesuai dengan bakat yang

dimiliki serta Ininat yang dikehendaki, kemungkinan besar akan

mengalami kesulitan baik dalam proses belajar bekerja inaupun

pencapaian tujuan; (b) keinampuan mengikuti magang untuk menyadap

pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang dibenkan sumber

magang, maupun kemampuan untuk membiayai dirinya dalarn mengkuti

magang; (c) kebutuhan magang maupun kebutuhan pasar kerja, agar tidak

mengalami kesulitan setelah selesai mengikuti magang; dan (d) kesediaan

mandiri setelah mengkuti kegiatan magang.

(2) Sumber magang (orang yang dimagangi atau pennagang), antara

lain; (a) kesediaan sukarela sumber magang untuk menularkan

pengetahuan dan ketranpilan yang dimiliki kepada peinagang, baik secara

sukarela maupun dengan iinbalan; (b) sumber magang hendaknya

meinpunyai kemampuan untuk menularkan pengetahuan dan ketrampilan

yang dimiliki; dan (c) ketnauan sumber magang untuk menyalurkan

pemagang setelah selesai inengikuti magang.

(3) Dana inagang: Masalah dana perlu dipertimbangkan secara efektif dan

efisien. Dana dibutuhkan untuk keperluan biaya transpotasi, makan dan

(139)

untuk mendukung proses magang. Walau demikian, magang bisa saja tanpa biaya atau justru digaji, asal ada kesepakatan antara pemagang dengan pengelola magang.

(4) Magang perlu dipertitnbangkan batas waktunya, ha1 ini juga tergantung dengan jenis pekerjaan yang dimagangi.

(5) Tujuan magang hendaknya dipertimbangkan secara matang, untuk tnenghindari ketidakberhasilan serta kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi.

Dalam studi ini, keterlibatan warga belajar dalarn kegiatan di PKBM ALPA masih dikatagorikan magang dengan pertimbangan, peserta dapat memilill karir diluar atau mengembangkan usaha mandiri bila memang kondisi ekonolni dimungkinkan.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Magang

(140)

IDENTIFIKASI (sifat dan jenis pekerjaan,

kebutuhan belajar, minatlbakat, calon pemagang dan sumber

magandpermagang)

I

PENYUSUNAN PROGRAM KEGIATAN MAGANG PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN PENILAIAN KEGIATAN MAGANG

/

TINDAK LANJUT KEGIATAN

PENINGKATAN

*

BEKERJA DI DALAM

PKBM ALPA

Ganbar 1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Kegiatan Magang

( I ) Langkah Pertama: Identifikasi

(141)

diidentifikasi mengenai; (a) sifat dan jenis pekerjaan, meliputi; sifat mata pencaharian tetap, sifat mata pencaharian sambilan, mata pencaharian tetap dan sambilan dan jenis mata pencaharian adalah prodiksi atau jasa; (b) mninat dan bakat kemampuan calon pemegang dikaitkan dengan mata pencaharian; (c) kebutuhan belajar, yakni kebutuhan yang berkaitan dengan mata pencaharian yang diinginkan calon pemagang atau warga belajar; (d) kebutuhan pasar kerja; dan (e) sumber magang, berkenaan dengan jenis kelamin, umur, minat dan kesanggupan memenuhi kebutuhan magang.

Mengidentifikasi dapat dilakukan dengan cara langsung atau cara tidak langsung atau gabungan keduanya. Cara langsung paling efektif dilakukan dengan wawancara baik terhadap pemagang maupun pengelola magang. Data atau informasi dapat diperoleh dari warga belajar, tokoh masyarakat, pemerintah maupun pengusaha swasta. Hasil indentifikasi diolah, dianalisis dan disajlkan dalam bentuk tabel, bagan dan narasi sebagai masukan pada penyusunan rencana kegiatan magang.

(2) Langkah Kedua: Penyusunan Program Kegiatan Magang

Program kegiatan magang adalah rencana kegiatan magang yang akan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan belajar pennagang. Program kegiatan magang ini akan menjadi arah dan kendali pelaksanaan kegiatan magang. Komnponen-komponen program kegiatan magang hendaknya mencakup ha1

sebagai berikut; (a) jenis kegiatan magang; (b) latar belakang diadakan program magang; (c) tujuan magang; (d) pokok-pokok materi magang; (e) peserta mnagang;

(142)

(3) Langkah Ketiga: Melaksanakan Kegiatan Magang

Proses pelaksanaan magang dilaksanakan sesuai dengan program kegiatan

magang yang telah disusun. Keinudian pelaksanaan peinantauan dilaksanakan

oleh pihak penyelenggara. Memantau kegiatan inagang adalah mengikuti

perkembangan dan mencatat keadaan atau kejadian pada kegiatan magang. Aspek

yang dipantau meliputi; (a) proses palaksanaan magang; (b) hasil magang yang

dicapai; dan (c) faktor pendukung dan penghambat.

(4) Langkah Keempat: Penilaian Kegiatan Magang

Penilaian kegiatan Inagang adalah mengukur sejauh mana ketepatan

pelaksanaan (proses) kegiatan magang dan sejauh mana hasil tnagang tercapai

sesuai dengan program dan tujuan magang. Aspek yang dinilai adalah hasil

inagang, dengan tolak ukur tujuan program magang. Penilaian dapat dilakukan

dengan cara; (a) tes tulis dan lisan; (b) observasi; dan (c) pengisian angket.

Pelaksanaan program magang yang terjadi di lapangan sering penilaian ini

belum dapat dilakukan sebagaimana lazimnya pelaksanaan program pendidikan.

Menurut Sihombing (2001), ada beberapa ketnungkinan inengapa ha1 ini terjadi

antara lain; (a) penyelenggara inagang merasa direpotkan bila dituntut

inelaksanakan pembelajaran yang sistematis, misalnya harus inembuat persiapan

pembelajaran, lne~nbuat jadwal, membelajarkan teori lebih dulu kemudian

praktek, dan inengadakan pengujianlpenilaian; (b) tidak ada panduadacuan untiik

melaksanakan pembelajaran secara sistematis; dan (c) pada dasarnya memang

tidak perlu dilakukan pembelajaran sebagainlana yang terjadi pada letnbaga

pendidikan, karena inagang pada hakikatnya adalah belajar, berlatih bekerja,

(143)

(5) Langkah Kelima: Tindak Lanjut

Kegiatan tindak lanjut dari suatu kegiatan magang dapat berupa; (a) peningkatan (program lanjutan), inisalnya seseorang telah selesai lnengikuti magang cara membuat kemeja, kemudian ia magang kembali untuk dapat melnbuat jas; dan (b) penerapan hasil inagang, yang dapat berupa bekeja pada tempat magang, bekerja pada tempat atau perusahaan lain dan bekerja mandiri atau kelompok.

Pengertian Partisipasi

Keberhasilan suatu program pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta ditentukan adanya partisipasi dari pihak-pihak yang terkait. Para ahli mendefinisikan partisipasi dengan berbagai pengertian, seperti yang dikeinukakan oleh Siagian (1972). Partisipasi masyarakat luas, mutlak diperlukan oleh karena mereka itulah yang pada akhirnya melaksanakan berbagai kegiatan pembangur~an. Masyarakat banyak inemegang peranan penting sekaligus sebagai objek dan subyek pembangunan. Menurut Wardojo dalam Vitayala et. el. (1995) pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan, secara sederhana adalah keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan maupun dalain kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk sebagai akibat terjadi interaksi sosial antara idividu atau kelompok inasyarakat lain di dalam pembangunan. Sebagai bentuk kegiatan, partisipasi inasyarakat dalam pembangunan mencakup partisipasi dalam pembuatan keputusan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegatan, peinantauan dan pemanfaatan hasil, serta peinanfaatan hasil pembangunan.

(144)

suinbangan dalam pembangunan; dan (3) adanya kesediaan bertanggung jawab. Ada dua macain tingkatan partisipasi, menurut Ghazali (1 975) yaitu; ( I ) tingkatan

yang paling penting yakni masyarakat secara aktif ainbil bagian dalain suatu

pembangunan secara penuh; dan (2) tingkatan yang iebih rendah dimana setiap usaha pe~nbangunan yang dilancarkan pemerintah ole11 pihak swasta inendapat

dukungan dari masyarakat balk dalam bentuk moril ataupun spirituil.

Menunlt Slamet &lam Mardikanto (1 994) untuk tumbullnya partisipasi

sebagai suatu tindakan yang nyata, diperlukan adanya tiga persyaratan yang

inenyangkut; (1) adanya kemauan untuk berpartisipasi, secara psikologis,

kemampuan berpartisipasi dapat muncul oleh adanya motif intrinsik (dari dalam

diri sendiri) maupun ekstrinsik (karma rangsangan, dorongan atau tekanan dari

luar); (2) kemanpuan untuk berpartisipasi, adanya keinauan untuk berpartisipasi

belum tentu akan menjamin partisipasi yang diharapkan jika yang bersangkutan

tidak memiliki kemalnpuan yang memada~ untuk dapat berpartisipasi dalam

pembangunan yang bersangkutan; (3) kesempatan untuk berpartisipasi, adanya

kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi yang dimiliki oleh warga

inasyarkat untuk berpartisipasi saja, sebenarnya beluln menjamin tumbuhnya

partisipasi, jika kepada mereka diberikan kesempatan untuk berpartisipasi.

Beberapa pendapat para ahli yang sudah dipaparkan di atas tentang

partisipasi, terdapat beberapa unsur penting yang inerupakan eksistensi dari

partisipasi yaitu; (1) dalam partisipasi terdapat unsur keterlibatan mental dan emosionai individu yang berpartisipasi; (2) dalam partisipasi terdapat unsur

kesediaan meinberikan kontribusi atau suinbangan untuk mencapai tujual

(145)

tatlggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan dalam usaha mencapai tujuan bersama; dan (4) tingkat partisipasi ditentukan oleh kadar keterlibatan masyarakat untuk menentukan segala sesuatu sendiri, tidak ditentukan ole11 pihak lain.

Macam dan Arti Pentingnya Partisipasi

Menurut Yadav (1 980), ada empat macam kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangpnan yaitu; (1) partisipasi dalam pembuatan perencanaan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan; (3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi dan (4) partisipasi dalam peinanfaatan hasil-hasil pembangunan.

Menurut Madrie (1986), partisipasi dapat berbentuk; (1) mau menerima dan inemberi informasi; (2) menyumbang pemikiran; (3) merencanakan suatu kegiatan; (4) melaksanakan pekerjaan; (5) menerima hasil kegiatan; dan (6) menilai hasil kegiatan.

Hoofsteede (1971) inembagi partisipasi menjadi tiga tingkatan yaitu: (1) partisipasi inisiasi adalah partisipasi yang mengandung inisiatif dari pimpinan desa, baik formal lnaupuil informal maupun dari anggota masyarakat mengenai suatu program, proyek atau kegiatan, yang nantinya program, proyek atau kegiatan tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat; (2) partisipasi legitimasi adalah partisipasi tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tetang program, proyek, kegiatan tersebut; dan (3) partisipasi eksekusi adalah partisipasi pada tingkat pelaksanaan.

(146)

bentuk khusus dari suatu interaksi dan komunikasi. Matlusia akan merasa menjadi manusia jika ia berinteraksi dan berkomunikasi. Ada pengakuan dari anggota masyarakat yang lain, sedangkan pengakuan terhadap diri seseorang merupakan ha1 yang penting; (2) partisipasi masyarakat dalan pembangunan lnenlpakan kenyataan hak warga untuk menyatakan pendapatnya dan menentukan nasibnya. Masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan akan cenderung lebih cepat meningkatkan taraf hidupnya; (3) alasan sifat sosiologis, pembangunan merupakan kegiatan berjangka panjang, dalam pembanpnan perlu melibatkan orang sebanyak-banyaknya; (4) partisipasi dalarn pembangunan akan dapat ineningkatkan kemampuan dan ketrampilan sehingga partisipasi merupakan syarat penting untuk perkembangan manusia; (5) suatu program pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam inenganbil keputusan akan memberikan jaminan keberhasilan program; (6) adanya partisipasi masyarakat dalam menentukan program pembangunan dilaksanakan di lingkungan masyarakat berarti terjalin kerjasama. Hal ini akan saling menumbuhkan saling pengertian antara anggota masyarakat; dan (7) adanya partisipasi dalaln pembangunan, berarti masyarakat ikut dalam proses pembangunan, ha1 ini berarti mengembangkan ketrampilan anggota masyarakat, memupuk rasa kekeluargaan, tumbuh rasa percaya diri. Rasa percaya diri merupakan tenaga atau sumber untuk bertindak produktif.

Pada hakekatnya partisipasi tidak lain adalah keterlibatan seseorang atau

(147)

Keterlibatan ini bisa terjadi pada tahap perencanaan, pelaksanaan ataupun evaluasi

kegiatan.

Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Partisipasi

Menurut Madrie (1 986) partisipasi individu dipengmhi oleh faktor-faktor

pribadi seperti tingkat pendidikan, umur, kekosmopolitan. Sikap dan ketrainpilan

seseorang sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan, karena pendidikan

pada dasarnya berupaya ineningkatkail pengetahuan, sikap dan ketrampilan

seseorang.

Faktor yang inempengmhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan

magang di PKBM yaitu umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, motivasi

dan sifat kekosmopolitan.

Umur

Uinur individu akan dipengaruhi pertumbuhan individu dalam aspek

biologis maupun psikis. Pertumbuhan psikis akan ditunjukkan pada kematangan

aspek kejiwaan (kedewasaan). Powel (1983), menyatakan bahwa bertambahnya

usia seseorang akan bertambah pengalamannya.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan sebagai suatu prioritas yang berpengaruh pada pembentukan

sikap, karena pendidikan meletakkan dasar pengetahuan dan konsep moral dalain

diri individu. Sedangkan Faisal (1 98 1 ), inengemukakan bahwa latar belakang

pendidikan perlu dipertimbangkan, terutama dalam rangka penentuan titik berat

(148)

Tingkat Pendapatan

Klausinier dan Goodwin (1966), menyatakan bahwa latar belakang rumah tangga warga belajar inerupakan salah satu karakteristik yang mempengaruhi efisiensi belajar. Menurut Muhajir (1 982), keseinpatan meinperoleh pendidikan akan cenderung jatuh pada golongan yang kemampuan ekonominya tidak minimal, maka kesempatan kerja golongan berpendapatan rendah menjadi minim pula.

Motivasi.

Motivasi menurut Kartono (2001) adalah; (1) gambaran penyebab yang akan meniinbulkan tingkah laku, menuju sasaran tertentu; (2) alasan dasar, pikiran dasar, dorongan dasar bagi seseorang untuk berbuat; dan (3) ide pokok yang sementara berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia, biasanya merupakan satu peristiwa masa lampau.

Motivasi adalah dorongan atau alasan yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau sekelompok orang sebagai anggota masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan magang. Motivasi berupa kebutuhan atau keingnan untuk mencapai atau memperoleh sesuatu dengan berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan kursus ketrampilan. Motivasi bersumber de&dalam diri anggota (motivasi intinsik) dan dari luar din anggota (motivasi ekstrinsik).

Kosmopolitan

(149)

sifat keterbukaan seseorang kepada dunia luas, serta dapat ~nenerima bentuk ide- ide baru yang belum dikenal dalam rangka pembaharuan.

Kemalnpuan berpartisispasi warga lnasyarakat dapat ditingkatkan, rnaka lnasyarakat perlu tnengalarni suatu proses belajar atau latillan. Melalui proses belajar, seseorang sering dapat menpbah perilakunya ke arah yang lebih menunjang kemanpuan berpartisipasi.

Tingkat Keefektivan Magang

Konsep keefektivan sering dihubungkan dengan keberhasilan kegiatan dalan rnencapai tujuannya. Menurut Ensiklopedia Uinum (Shadily, 1 977), keefektivan menunjukkan taraf pencapaian tujuan. Secara idealnya, taraf keefekJivan dapat dinyatakan dengan ukuran yang pasti. Suatu kegatan yang lebih

'

berhasil dalarn mencapai tujuannya, dipandang sebagai kegiatan yang efektif. Soedijanto (1981) mengemukakan, keefektivan yang berasal dari kata cfli.c/us merujuk pada derajat pencapaian tujuan, usaha yang dilakukan dalam mencapai tiijuan dan tingkat kepuasan terhadap tujuan yang sudah dicapai.

Indikator keefektivan kegatan magang adalah dengan tercapainya tujuan dari kegiatan magang, yaitu meningkatnya: (1) pengetahuan (kognitif) warga belajar untuk meraih kesempatan kerja; (2) kemauan (afektif) untuk meraih keselnpatan kerja; dan (3) kema~npuan (konatif) meraih keselnpatan kerja.

Kesempatan Kerja

(150)

nilai sosial yang berlaku. Kesempatan kerja (employmenl) adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja orang. Penggunaan istilah "emnployment" sehari-hari dinyatakan dengan jumlah orang, dan yang dimaksudkan ialah sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau yang mempunyai pekerj aan. Pengertian ini mempunyai dua unsur, yaitu lapangan atau kesempatan kerja, dan orang yang dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut.

Salah satu tolak-ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan haruslah mencakup terpenuhinya kesempatan kerja bagi segenap anggota masyarakat yang memerlukannya. Upaya perluasan lapangan kerja dan kesempatan-kerja apabila tidak diperhatikan, maka untuk tahun-tahun yang akan datang akan terjadi penambahan jumlall penganggur. Penyebab utama penggangguran adalah banyaknya pencari kerja atau penawaran tenaga kerja yang melebihi jumlah kesempatan kerja atau permintaan tenaga kerja di pasar kerja. Selain itu disebabkan pula oleh kualitas pencari kerja yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah pengangguran dalam jangka panjang adalah dengan membekali ketrampilan dengan cara magang kepada para pencari kerja. Oleh karena itu pembekalan ketrampilan dilakukan melalui jalur pendidikan formal (baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan) dan pendidikan non-formal melalui berbagai bentuk latihan kerja dan magang. Salah satu

(151)

Kegiatan magang bisa disama artikan dengan occupational education, yaitu suatu bentuk pendidikan yang mengacu kepada pekerjaan, seperti yang dimaksudkan ole11 Villaneuva dalarn Mardikanto (1993). Hal ini berarti, magang merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga terdidiknya agar segera setelah inenamatkan pendidikannya dapat bekerja guna meinperole11 penghasilan bad kebutuhan nafiahnya, baik bekerja mandiri maupun bekerja pada pihak lain.

Mandiri berarti secara utuh inemilih dan mengarallkan kegiatan usahanya sesuai dengan kehendaknya sendiri, yang diyakini manfaatnya, akan tetapi bukan sikap menutup diri, inelainkan dengan rendah hati inenerima situasi masyarakat dan aturan-aturan yang ada di dalamnya dan motif-motof tindakannya berasal dari seluruh kenyataan (Sumardjo, 1999).

Pendidikan yang relevan dengan kesempatan ke rja adalall pendidikan yang mampu inenyiapkan seluruh lulusannnya untuk siap bekerja (Shoemaker, 197 1 ). Artinya, lulusan yang dihasilkan tidak sekedar dapat lnengerjakan sesuatu inenurut ukuran pemberi pekerjaan, melainkan juga harus merasakan suatu kepuasan. Di lain pihak, Jhontson (1971) inengartikan relevansi pendidikan sebagai keberhasilan program pendidikan untuk menyiapkan lulusannya memasuki dunia kerja. Artinya, lulusan yang dihasilkan harus inrunpu lnengerjakan sesuatu pekerjaan (yang telah dipelajarinya) guna memperoleh nafkah bagi kel~idupannya. Burkett (1 97 1 ) mengartikan relevansi pendidikan dengan keseinpatan kerja diukur melalui seberapa jauh lulusannya manpu mengembangkan profesinya sehingga inampu memberikan kepuasan dan

(152)

Faktor utama yang menentukan tingkat relevansi setiap program pendidikan, terutama program magang adalah ketersediaan lapangan kerja yang membuka keseinpatan bagi para lulusannya. Secara konsepsual, kesempatan kerja merupakan keseinpatan yang ditawarkan kepada pencari kerja untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja pada lapangan kerja tertentu, yang ketersediaannya sangat tergantung pada ketersediaan lapangan kerja yang bersangkutan. Oleh karena itu, ketersediaan kesempatan kerja merupakan salah satu peuball utama yang akan menentukan tingkat relevansi kegiatan inagang dengan kesempatan kerja.

Kemampuan manusia merupakan keseluruha. dari suatu proses atau pelaksanaan dan merupakan hasil dari suatu perubahan perilaku yang relatif permanen. Kemampuan tersebut dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan atau kedua-duanya (Klausmeier dan Goodwin, 1966). Lima ciri kemampuan menurut Fleishinan dan Bartlett dalarn Klausmeier dan Goodwin (1966) yaitu; (1) kemampuan adalah hasil dari pendewasaan dan pembelajaran; (2) kemampuan terbentuk selama bertahun-tahun sampai masa dewasa; (3) kemarnpuan yang dimiliki saat ini ole11 seseorang mempengaruhi h a i l yang akan diperoleh ketika ia mempelajari tugas baru; (4) satu ke~nampuan mungkin akan mentranfer hasil yang lebih beragam dibanding yang lain; dan (5) kemampuan lebih fondainental dibanding keahlian.

Menurut Slamet dalarn Suinardjo (1988) keinampuan untuk berpartisipasi

(153)

pengetahuan (kognitif) tentang peluang kerja yang tersedia atau ditawarkan,

ketnauan untuk memasukinya (afektif) dan kemampuan ketrampilan yang

(154)

KERANGKA BERPTKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir

Kegiatan magang bertujuan untuk ~nemperluas keikutsertaan masyarakat dalam pernerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu masyarakat melalui pendidikan, meningkatkan proses belajar mengajar untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal, dan mempersiapkan warga belajar untuk mengembangkan diri pribadinya atau untuk memperoleh kesemnpatan kerja yang lebih besar (Sihombing, 2001). Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga (1990) ciri-ciri utatna dari kegiatan magang adalah; (1) lebih banyak mengajarkan ketrampilan; (2) petnagang belajar bekerja dan bekerja belajar tidak diawali oleh teori, melainkan langsung praktek (langsung bekerja); dan (3) lulusannya dapat bekerja yang sesuai dengan hasil belajamya untuk memperoleh penghasilan.

Partisipasi terus menerus dari warga belajar untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut sangat dibutuhkan. Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat

.-

baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan (Vitayala et. al, 1995). Empat macam kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu; ( I ) partisipasi

dalam pembuatan perencanaan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan; (3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi; dan (4) partisipasi dalam peinanfaatan hasil-hasil pembangunan (Yadav,

1980).

(155)

inotivasi, dan sifat kekosmopolitan. Sedangkan karaktristik eksternal yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, yaitu kredibilitas penyelenggara, sumber belajar, sarana dan prasarana, lokasi dan tingkat pesaingan usahakerja.

Tingkat partisipasi warga belajar akan berpengaruh kuat terliadap perubahan perilakunya. Dari kegiatan magang diharapkan terjadi perubal~an yang utama pada ranah (domain) psikomotor/konatihya, karena setelah selesai magang, warga belajar diharapkan langsung dapat bekerja dengan menerapkan ilmu yang didapat di tempat magang.

Tiga ha1 yang mempengaruhi tingkat keefektivan tnagang adalah; (1) kesempatan (kognitif), (2) kemauan (afektif) dan (3) kemampuan (konatif) untuk meraih kesempatan kerja bagi warga belajar magang. Konsep keefektivan sering dihubungkan dengan keberliasilan kelompok dalam mencapai tujuannya. Menurut Soedijanto (1981) keefektivan kegiatan dapat bersurnber dari; (1) derajat pencapaian tujuan; (2) banyaknya usaha atau kegiatan yang efisien yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan mempertahankan kehdupannya;

Terjadinya perubahan perilaku positif pada warga belajar akan berpengaruh langsung terhadap tingkat keefektivan magang. Kegiatan magang merupakan suatu sistem pendidikan non formal yang bertujuan menghasilkan lulusan siap kerja atau segera dapat memasuki dunia kerja, balk bekerja mandiri (benviraswasta) maupun bekerja pada pihak lain.

(156)

ara kteristik Internal:

1. Tahap Perencanaan

Karakteristik Eksternal: 1. Kredibilitas

Penyelenggara 2. Sumber Belajar 3. Sarana dan Prasarana 4. Lokasi Magang 5. Persaingan

UsahaIKerja

r

Tingkat Keefektivan Magang

1. Kesempatan (Kognitif) 2. Kemauan (Afektif)

3. Kemampuan (Konatif)

Gambar 2. Bagan kerangka berfikir " Faktor-Faktor yang

[image:156.612.85.507.106.668.2]
(157)

Hipotesis Penelitian

1 . Tingkat partisipasi warga belajar berhubungan nyata dengan karakteristik internal dan karakteristik eksternal warga belajar di dalarn mengkuti

kegiatan magang di PKBM ALPA.

2. Tingkat keefektivan magang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi

(158)

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survai yang bers~fat penjelasan (eksplanatory), yaitu menjelaskan hubungan yang dapat terjadi pada variabel-variabel yang diamati. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif sebagai tunpuan analisis. Jenis data yang digunakan terdiri atas; data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner terhadap responden terpilih dan menggali dari berbagai infonnasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber (Infomlan) di dalam pelaksanaan penelitian sebagai data kualitatihya. Data sekunder diperoleh dari berbagai surnber data yang relevan dengan penelitian. Data yang diperoleh di dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis untuk menjelaskan tingkat hubungan yang mungkin terjadi diantara beberapa peubah-peubah yang diamati (Malo,

2000; Singarimbun dan Effendi, 1989).

Lokasi dan Waktu Penelitian

(159)

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari satnpai dengan Agustus

2002, sedangkan waktu pengumpulan data di lokasi penelitian dilaksanakan pada

bulan Juni sainpai dengan Juli 2002.

Populasi dan Sampel

Penelitian menggunakan teknik sensus, sehingga populasi sekaligus

sebagai sanpelnya. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 35 responden (warga

belajar) inagang pembuatan suku cadang sepeda motor pada PKBM ALPA yang

lebih dari 10 tahun. Menurut Champion dalam Malo (2000) untuk menetapkan

aturan tentang besaran sampel, 30 responden adalall jumlah minimum yang

disebutkan oleh ahli-ahli metodologi penelitian, teristimewa jika peneliti ingin

menggunakan perhitungan statistik. Bilamana analisis yang dipakai adalah teknik

korelasi, maka sampel yang h a s diambil minimal 30 (Singarimbun dan Effendi

1989).

Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat ukur yang digunakan sebagai pengurnpul data

penelitian ini adalah kuisioner dan bentuk angket tertutup (telah tersedia alternatif

jawaban untuk setiap item angket) sebagai alat pengumpulan data primer dan

daftar pedoinan wawancara untuk kepentingan kelengkapan penjelasan

(eksplanasi) data primer (yang diperoleh dari skor nilai angket) termasuk

kepentingan pengarnatan.

Pengumpulan Data Jenis Data

Data yang diklunpulkan dalam penelitian ada dua jenis, yaitu data primer

(160)

(1) Data primer, yaitu data mengenai variabel utama yang meliputi beberapa indikator variabel-variabel yang diteliti. Data atau informasi ini diperoleh inelalui wawancara (panduan kuesioner) dengan responden. Selain itu data juga digali dari tokoh inasyarakat setempat dan pengelola PKBM ALPA.

(2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi atau leinbaga terkait, sertahasil penelitian yang telali dipublikasikan. Data ini meliputi; (1 ) gambaran keadaan umum/potensi aktual mengenai kondisi geografis dan deinografis dari Kantor Kelurahan Cirangrang; (2) data inengenai perkembangan PKBM ALPA yang diperoleh dari Seksi Dihnas (Pendidikan Masyarakat) Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandung dan dokumen dari sekretariat PKBM ALPA; dan (3) hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan di lokasi penelitian, serta infonnasi lainnya yang relevan dengan tujuan penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan, menggunakan teknik pengunpulan data, antara lain;

(1) Wawancara, yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan kepada responden, tokoh inasyarakat, dan petugas yang terkait berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan (wawancara terstruktur), serta mengajukan pertanyaan mendalam yang bersifat in-depth srzldy dengan sejumlah responden.

(161)

(3) Pengamatan, yaitu dengan melihat secara langsung kondisi dan kegiatan responden di lapangan, yang berguna untuk melengkapi data yang diperoleh dari kedua cara tersebut diatas.

Bagi yang sudah mampu mandiri dalam berusaha, digunakan metode recall, untuk menggali infonnasi ketika proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan magang.

Validitas dan Reliabilitas Instrument Validitas

Alat ukur (instrumen) untuk suatu penelitian harus benar-benar dapat diketahui tingkat kesahihannya. Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila msunpu mnengukur apa yang ingin diukur. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejumlah mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari garnbaran tentang variabel yang dimaksud atau yang diteliti.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) cara mengukur kesahihan alat ukur dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan cara; (1) bangun kesahihan (contruct validiv), artinya peneliti menyusun tolak ukur berdasarkan kerangka konsep yang akan diukur; (2) validitas isi (content validily), artinya isi alat telah mewakili semua aspek yang dianggap (ditemukan) dalan kerangka konsep; (3) validitas eksternal (eksternal validityl, yaitu alat ukur yang digunakan tidak berbeda hasilnya jika dibandingkan dengan alat ukur lama yang sudah sahih.

(162)

pada variabel dan indikator-indikator yang diteliti; (2) konsultasi dengan

pembimbing dan pihak yang dianggap memiliki kornpetensi tentang materi alat

ukur (sebagai expert judgement).

1Jji Relia bilitas

Suatu alat ukur dikatakan reliable apabila alat ukur tersebut ~nelnberikan

hasil yang tatap selama variabel yang diukur tidak bembah. Reliabilitas

menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya

sebagai alat ukur dalam pengympulan data. Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika

alat ukur tersebut mantap, dalam pengertian alat ukur itu stabil, dapat diandalkan

dan diramalkan serta cocok dengan yang diukur. Instrumen penelitian ini

diramalkan serta cocok dengan yang diukur.

Teknik untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian ini, yaitu

menggunakan teknik belali dua (split half method.). Responden berjumlah 7

orang yang mengikuti kegiatan magang di PKBM ALPA yang lebih dari 10 tahun.

Hasil pengujian menunjukkan r tot (angka korelasi belahan pertama dan belahan

kedua) sebesar 0,5

Gambar

TABEL ... .......................................................................... 111
Gambar 2. Bagan kerangka berfikir " Faktor-Faktor yang
Tabel 1. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Di kelurahan Cirangrang Tahun 2002
Tabel 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Meskipun perpustakaan bermanfaat sebagai salah satu sumber belajar untuk semua mata pelajaran (termasuk pelajaran sejarah), namun dalam kenyataan ada kecenderungan

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa persinggungan antara ajaran agama (Islam) yang dibawa oleh Ki Ageng Gribig, modernitas, dan budaya (Jawa) tergambar dalam ritual dan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

masyarakat dalam mencari informasi tempat ibadah yang berada di kecamatan Toboali.tempat ibadah merupakan hal yang penting yang harus ada disetiap daerah. Sarana tempat

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi