KETERKAITAN
ANTTAM
FAKTOR EKONOMI,
SOSIAL
BUDAYA DAN FISIK LAHAN
DENGAN
PILiHAN
PENGGUNAAN LAHAN DI DAERAH PENYANGGA
TAMAN NASIONAL
(Studi
Kasus
di Wilayah Barat Taman Nasiol~al Bukit Barisan Selahn Lan~pung Barat)Oleh
:
EDARWAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANLm BOGOR
Abstrak
EDARWAN, Keterkaitan Antara Faktor Ekonomi, Sosial Budaya
dan
Fisik Lahan dengan PiIihan Penggunaan Lahan di Daerah Penyangga Taman Nasional (StudyKasus di Wilayah Barat Tarnan NasionaI Bukit Barisan Selatan Lampung Barat). Dibawah Komisi Penasehat Akademi k : KOOS WARDHONO MUDIKDJO,
BUNASOR SAMM dan
CECEP
KUSMANA.Penyelesaian
konflik
penggunaanIahan
membutuhkan
suatu pola penggunaan
lahan yang dapat memenuhi kepentingan ekonomi masyarakat lokal dan global serta
kepentingan negara atau sesuai prinsip-prinsip berkelanjutan. Pola penggunaan lahan
yang dikenal dengan nama repong damar yang dikembangan oleh penduduk asli
pesisir Krui Lampung Barat terbukti sebagai suatu pola penggunaan lahan yang memenuhi prinsip berkelanj utan. Sehubungan dengan ha1 tersebut menari k untuk
dilaku kan penelitian terhadap faktor-faktor apa saj a yang mempengaruhi pili han penggunaan lahan yang dilakukan oleh petani tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengkaji karakteristik faktor ekonomi, sosial budaya, dan fisik lahan yang terkait dan berpengaruh dengan pilihan penggunaan lahan yang dilakukan oleh petani. Tempat penelitian di daerah Krui Lampung Barat, dilakukan pada bulan JuIi sampai November 2001. Dengan jumlah responden sebanyak 240 petani. Data
dikumpulkan dengan wawancara yang menggunakan pedornan kuisioner dan anal isi s data menggunakan analisis diskriptif dan model multinomial logit. Hasil analisis data
menunjukkan
bahwa faktor ekonomi yang terkait dengan pilihan penggunaan lahanmeliputi luas Iahan, persepsi terhadap ketersedian lahan hutan, modal kerja, jaringan
pemasaran, persepsi terhadap lahan repong, dan non repong damar, jumlah anggota keluarga yang produktif, kondisi jalan dan pendapatan keluarga. Faktor sosial budaya yang terkait dengan pilihan penggunaan lahan meliputi suku, motif penguasaan lahan, sumber perolehan lahan, penguasaan teknik budidaya repong, frekuensi
gotong royong, rasa bangga memiliki lahan usaha, sistem pewarisan lahan repong damar, dan lahan non repong, sikap terhadap manfat ekonomi kawasan repong damar, status penguasaan lahan, persepdi t erhadap repong
damar.
Faktor fi si k lahanyang terkait denga pengunaan lahan adalah ketinggian lahan dari permukaan laut, dan kemiringan lereng lahan.
ABSTRACT
EDARWAN. Association among the Economic Factors, Social and Cultural and Physical Factor of the Land Area with the Optional Land use in the Buffer Zone of
National Park (A Case Study at the Western Part of South Bukit Barisan National Park, West Lampung) Under advisory committee: K O 0 SWARDHONO MUDIKDJO, BUNASOR
SANIM
and CECEP KUSMANA)The solution
of land use
conflict
needs
apattern
of
land
use thatcould
fulfill
economic interest of lokal people and global need and the National interest or in accordance with the sustainable principles. Pattern of land use is known with the
name of r e p n g &mar developed by lokal people of the coastal area of Krui West Lampung and is proved to be a pattern that fulfills the sustainable principles. In relation to the above, it is interesting to make a research to the factors that influence
option of the utilization of land by the farmer. This research is meant to study and examine characteristic of the economic factor, social and culture, and physical condition of the related land that influences the option of land use by the farmer.
Location for the research is Krui West Lampung, conducted in from July to November 200 1. The respondents consist of 240 farmers. The data was collected by
using questioners guide. Data analysis uses descriptive and multinomial logrt model. Result of the analysis and conclusion of the research shows that economic factors is
related to the option of land use consisting of size of land, perception to the availability of forest land, working capital, marketing chanel, perception to the
repong land and nwl-repong &mar, number of productive family, road conditions, family income. Social and cultural factor that is related to the use of land consists of ethnic, motive in authority the land, source of land acquisition, mastering of
technique for repong cultivation, frequency of mutual cooperation, pride for having of business land, inheritance system of repoi~g b a r land and non-repong land,
attitude toward the economic values of the reprtg h m m m zone, property right of
land, perception toward the repotlg &mar functions as a symbol of social status. Physical factor that is related to the land use is the land height seen from the surface level and the slope of the slanting land.
Key Word : Repong Damar, Buffer Zone, Land Use, Multinomial Logit Model,
SURAT
PERNYATAAN
Melalui surat ini saya menyatakan bahwa Desertasi be judul :
Keterhihn Antara Faktor Ekonomi, Sosisll Budaya Dan Fisik Lahan
Dengan Pilihan Penggunaan Lahan di Daerah Penyangga Taman Nasional. (Studi Kasus di Wilayah Barat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung Barat)
KETERKAITAN ANTARA FAKTOR EKONOMI, SOSIAL
BUDAYA DAN FISIK LAHAN DENGAN PILIHAN
PENGGUNAAN LAHAN DI DAERAH PENYANGGA
TAMAN NASIONAL
(Studi Kasus di Wilayah Barat Tamaa Nasional Bukit
Barism Selatan Lampung Barat)
Oleh
:EDARWAN
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar
Doktor
pada
Program
Studi Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan
Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul
Disertasi
:
Keterkaitan
Antara Faktor Ekonomi,
Sosial
budaya
Dan
Fisik
Lahan Dengan Pilihan Penggunaan
Lahan
di
Daerah Penyaagga Taman Nasional
(Studi Krmsus di Wilayrh Barat Taman Nasional Bukit Barisan Selatrn Lampang Barat)Nama : EDARWAN
NRP
: 965058Program Studi : Ilmu Pengelotm Sumberdaya Alarn d m Lingkungan
Menyetujui 1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. bnasor Sanirn, M.Sc. Prof. Dr. Ir.Cecep Kusmana, MS. *
Anggota Anggot a
n Sekolah Pascasarjana IPB
IUWAYAT HJDUP
Penulis dilahirkan di Sukadana, Lampung Timur pada tanggal 4 April
1962. Sebagai anak sulung dari pasangan Abdullah Alfian dan Umihani.
Pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung (UNILA) di Bandar Lampung, lulus pada bulan September
1986. Pada tahun 1993 penulis mendapat kesempatan tugas belajar dari
Pemerintah Daerah Provinsi Lampung pada Program Administrasi dan Kebijakan Publik pada Program Pascasarjana (52) Universitas Indonesia (UI) dan
menarnatkannya pada tahun 1995. Kesempatan melanjutkan ke Program Doktor
pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarj ana Institut Pert anian Bogor diperole h pada tahun 1 996.
Pada tahun 1987 d d 1989 penulis bekerja pada Sekretariat Daerah Provinsi Lampung. Sejak tahun 1990 sampai saat ini bekerja pada Kantor Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung. Pada tahun 1990 penulis menikah dengan Mevida S.Sos dm dikarunia 2 (dua) orang
anak,
Fathiannisa Sabila danPRAKATA
SegaIa puji hanya dipersembahkan kepada Allah SWT. Tuhan yang
menciptakan dan mengurus serta mendidik alam semesta yang memiliki segala ha1
yang terpuji dan berbagai kenikmatan. Salam dan sholawat semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya. Berkat karunia Allah
S
WT, penelitian dan penyusunan desertasi ini dapat terlaksana. Tema penelitian difokuskan pada Keterkaitan Antara Faktor Ekonomi, Sosial Budaya dan Fisik Lahan dengan Pilihan Penggunaan Lahan diDaerah Penyangga Taman Nasional. (Studi Kasus di Wilayah Barat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung Barat)
Pada kesernpatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Koeswardhono Mudikdjo, MSc. Selaku ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, MSc, Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. Sebagai anggota komisi pembimbing, atas segala pengarahan, bimbingan dan nasehatnya sehingga desertasi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. 2. Xbu Dr. Ir. Siti Nurbaya MSG (Sekjen DEPDAGRI) dan Prof. Dr. Ir. Dudung
Darusman MSG, yang berkenan untuk menjadi penguj i luar komisi saat ujian
terbuka.
3. Bapak Letjen (Purn) TNI. Poedjono Pranyoto, Bapak Drs. Oemarsono, masing-masing sebagai mantan Gubernur KDH Lampung, dan Bapak Drs. Tursandi Alwi Msi sebagai Pejabat Gubernur KDH Lampung, Bapak Ir. Rachman Abdullah, (Sekretaris Daerah propinsi Lampung). Atas kesempatan
4. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarj
ana
IPB beserta seluruh staf, Ketua Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam danLingkungan IPB yang telah berkenan memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti pendidikan Doktor.
5 . Bupati
KDH
Lampung Barat, para Camat Wilayah Pesisir dan tokoh masyarakatserta
PesisirLampung
Barat.6 .
Dr.
S. Sitomorang, Tjipto Nugroho SH.Msi, Ir. Satria Jaya Msi, Dr. HariNurcahya Murni SE. Msi, Nasrullah Manaf SH.MSi. atas dukungannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Serta semua teman yang
ada di Lampung, Jakarta serta Bogor yang tidak dapat diungkapkan satu persatu atas banturn dan kerjasama serta iringan do'a yang sangat besar art in y a.
7.
Secara Khusus penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan mertua atasbimbingan, keteladanannya, prinsip hidup yang ditanamkan kepada kami
serta do'a yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT, demi keberhasilan
an&-anaknya. Akhirnya, penghargaan yang setingi-tingginya penulis
sampaikan kepada istri tercinta Mevida S.Sos,
anak-anakku
tersayangFathiannisa Sabila, Muhammad Ghazy Alkindy atas pengertian, pengorbanan
dan do'a, serta kesabaran dan ketabahan dalam penantian selama rnasa pendidi
kan.
Semoga
karya
ilmiah
ini bermanfaat dan mendapatkanridho Allah
SWT,Arniin.
Bogor, Februari 2004
HASIL DAN PEMBAHASm
... .. ...
...
...
...
...
....
Karateristik Responden. .. . .
,.
. . .
. . . .. . . .
.
.
..
. . . .. . . .. . . .
. .
.
.
. .. . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . .
.
.
,.
,. .
. . . .
. . .
.
Analisis Keterkaitan Antara FaktorEkonomi
dengan PilihanPenggunaan Lahan
...
.. . . .
....
... ...
Analisis Keterkaitan Antara Faktor Sosial Budaya dengan Pilihan Penggunaan M a n. . .
.
. .. . . .. .
. . . .
. .
. . . .. . . .
. . .
. . . .
. . . .
. . . .
.
. .
. . .
. . . .
. . .
.
.
.
. . . .
Analisis Keterkaitan Antara Faktor Fisik Lahan dengan PilihanPenggunaan Lahan
..
...
....
....,...
... ... ... ....
... ...
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan Kecamatan dan Desa daerah
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2000
...
2. Jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin per Kecarnatandi Kabupaten Lampung Barat tahun 2000
...
3. kepadatan penduduk di wilayah pesisir Larnpung Barat tahun 2000.,..
4. Jumlah anak sekolah menurut status dan Kecarnatan
di Kabupaten Larnpung Barat t&un 2000
...
, ...unun.ununun....5 . Jurnlah fasilitas pendidikan dan tingkat pendidikan
di 3 Kecarnatan wilayah pesisir Lampung Barat tahun 2000
...
6. Perkembangan Peranan tiap sektor terhadap
PDRB
Kabupaten Larnpung Barat tahun 1995-1999, atas harga konstan 1993...
7. Luas lahan dan penggunaannya di wilayah pesisirLampung Barat tahun 2000
...
...
.
...
...
8. Penggunaan lahan untuk komoditi perkebunan danrepong darnar di wilayah pesisir Lampung Barat tahun 2000
...
9. Harga komodi tas di keempat desa contoh.. ,
. . . .
. . .
.
.
. .
. . .
. . . .
.
.
. . .
. . ..
.
. . . .
. . .
.
10. Kondisi fisik lahan responden menurut desa contoh
... ...
...
.
1 1. Penggunaan lahan oleh responden menurut desa contoh...
12. Pendugaan karakteristik faktor ekonomi model multinomial logi tuntuk pilihan penggunaan lahan
...+...~,
...
13. Pendugaan karakteristik faktor sosial budaya model multinomial logit
untuk pili han penggunaan lahan
.
.
.
.
. . .
. . .
. . .
. . .
..
. . .
. . . .
. ..
.
. . .
.
... .
,. . .
. . . .
. . .
14. Pendugaan karakteristik fisik lahan multinomial logitD A n A R GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran Keterkaitan Faktor Sosial Budaya, Ekonomi, Fisik Lahan dengan Pilihan Penggunaan Lahan Di Kawasan Penyangga
...
TNBBS Lampung Barat 10
...
2. Tahapan Pengembangan Repong Damar 37
3. Wilayah Lokasi Contoh Penelitian
...
.
.
.
.
...
48...
4. S kema Metode Penentuan Lokasi dan responden 5 1 5. Skema Hubungan Siqnifikansi antara Peubah Sosial Ekonomi
...
dengan Pilihan Penggunaan Lahan Repong Damar 93
...
6 . Skema Jaringan Pasar Perdagangan Getah Dmar Krui 103 7. Skema Hubungan Siqnifikansi antara Peubah Sosial Budaya...
dengan Pilihan Penggunaan Lahan Repong Damar 1 1 5
8. Skema Hubungan Siqnifikansi antara Peubah Fisik Lahan
...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Karakteristik Demografi Responden menurut desa contoh.
... ... .
164Karakteristik sosial kelembagaan responden menurut desa contoh
...
2 65 Karakteristik ekonomi menurut desa contoh...
..,... .. .
167 Penggunaan dan luas lahan responden menurut desa contoh...
168Status penguasaan lahan responden desa contoh
...
...
...
...
170 Output lengkap analisis model multinomial logit keterkaitanfaktor ekonomi dengan pilihan penggunaan lahan..
. .
.
. .
.. . . .
. . . .
. .
.. .
.. . .
. . .
1 73 Output lengkap analisis model multinomial logit keterkaitanfaktor sosial budaya dengan pilihan penggunaan lahan..
. .
.
.
. . .
. . . ..
.
..
. . .
176Output lengkap analisis model multinomial logit keterkaitan
faktor fisik dengan pilihan penggunaanlahan
...
.
.
...
179 DataPeubah
.
.
Sosial Ekonomi, Sosial Budaya, Faktox Fisik Lahan,PENDAHULUAN
Latar
Bela kang
Lahan merupakan sumber daya
alam
yang sangat strategis dan pentingbagi kelangsungan hidup manusia, karena menjadi masukan y ang dibutuhkan di
dalam
setiap bentuk
aktivitas manusia (Suparmoko, 1989). Penggunaan lahan di Indonesia, khususnya untuk sektor pertanianmengalami
peningkatan seiringdengan laju pertumbuhan penduduk dan globalisasi perdagangan internasional,
sehingga berakibat pada prilaku penggunaan lahan yang kurang bijaksana untuk
jangka
pendek. Lebih mernprihatinkan dan yang lebihmengkhawatirkan
prilakupenggunaan
Iahan
yang tidak didasarkan pola prinsip-prinsip pelestarian sumber daya Iahan, perilaku demikian tidak sajaterjadi
pada kawasan budidaya namuntelah terjadi pada kawasan yang seharusnya dikonservasi seperti pada lahan hutan lindung dan taman nasional. Secara nasional fenomena
ini
telah merata terjadi di seluruh propinsi di Indonesia.Khususnya di daerah propinsi Lampung jurnlah lahan dengan status
kawasan
hutan
(hutan suaka,hutan
lindungdan
hutanproduksi)
berjumlah1 -036.993 hektar, namun fakta di lapangan menunjukkan
bahwa
seluas 724.802,Z hektar (70%) tidak lagi berhutan dan telah dihuni sekitar 96.025 kepda keluarga(1996). Sebagian besar lahan yang
tidak berhutan
dimanfaatkan sebagai lahanpertanian guna memenu
hi
kebutuhan akan pangan masyarakat.
Pemanfaatan kawasan hutan telahrnemicu
timbulnyakonflik
penggunaan lahan yang berkepanjangandi
propinsiLampung,
baik
yang bersifat horizontal antarakelompok rnasyarakat maupun secara vert ikai antara
mas
y arakat denganantara pemerintah
dan
masyarakat yang berkepanjangan sehingga pada akhirnya akan mempersulit pemerintah rnenjalankan program kehutanandi
masa yang akan datang. Selain itu lahan dengan ketidakjelasan status penguasaannya atau dalamkondisi konflik akan cenderung tergolong pada kondisi sumber daya alam dengan status
open
accessdan
biasanya akan mempercepat degradasi sumber daya lahanitu sendiri.
Konflik penggunaan lahan yang terjadi di daerah Lampung dengan segala dampak sosial yang terjadi, mewajibkan pemerintah untuk menyelesaikan
persoalan konflik dengan kebijakan yang bersifat wiPl
win
solution, di mana kebijakan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakatkhususnya
kepada petani di satu pihak dan
di
lain pihak negara dapat menjamin pulihnyafungsi lingkungan dan ekologi dari lahan yang berstatus kawasan hutan.
Konflik
penggunaan lahan antara rakyat (petani) d m pemerintah dapat diselesaikan dengan suatu
bentuk pola
pengelolaansumber
dayalahan
yang dapatmemenuhi
kepent ingan masyarakat lokal, kepen t ingan negara dan kepent ingan komunitas
regional/global .
Pola penggunaan
lahan
di PropinsiLampung,
selain
menunjukkan adanyaprilaku yang cenderung dapat merusak kapasitas agronomis lahan dan degradasi
lahan yang sulit dihindari, namun juga terdapat suatu bentuk pola pengelolaan
sumber
daya lahan yang dapat memenuhi kepentingan kelompok masyarakat lokaf, negara danmas
yarakat global. Pola penggunaan ini telah dikem bangkan sejak pertengahan abad 19oleh masyarakat
pesisir KruiLampung
Barat. Pola penggunaan lahan tersebut menurut perspektip masyarakat Kruidikenal
dengandari berbasai jenis tanaman (hutan dan pertmian),
di
mana pohon damar menjadipohon utama yang rnenghasilkan getah damar. Ditinjau dari segi konservasi hayati, repong damar memberikan kontribusi yang besar terhadap keanekaragaman hayati (Michon, 94). Sedangkan bila ditinjau dari perspektip ekonomi, penggunaan
lahan
dapat menyediakan lapangan pekerjaan danpendapatan bagi rnasyarakat luas (pemilik, pekerja dan pedagmg)
serta
memberikan jasa linghngan
yang
dibutuhkan rnasyarakat global.Memperhatikan pola pengelolaan
lahan
dengan sistem repong d a msangat rnemungkinkan pola tersebut dapat diterapkan dm dijadikan kebijaksanaan pernerintah untuk menyelesaikan
konflik
penggunaan
lahan yang terns berkembang di propinsi Lampung. Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimanakah dapat mengaplikasikan
pola tersebut ? Untukmenj
awab pertanyaan itu diperlukansuatu kajian yang mendalam untuk rnengetahui faktor-War apa saja yang mempengaruhi petani menetapkan pilihannya
untuk
menggunakan lahannyauntuk
repong darnar atau untuk pilihan yang lain.
Perurnusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan,
maka perurnusanmasalah
padapenelitian ini adalah :
1 . Apakah faktor ekonomi, sosial budaya dan faktor fisik lahan memiliki keterkai tan dengan pili han penggunaan
lahan di
kawasan peny angga Taman2. Faktor-faktor ekonomi apa saja dan bagairnanakah keterkaitan dengan pilihan
penggunaan lahan?
3. Faktor-faktor sosial budaya apa saja dan bagaimanakah keterkaitannya dengan pilihan penggunaan lahan?
4, Faktor faktor fisik lahan apa saja dm bagaimanakah keterkaitannya dengan
pilihan penggunaan lahan?
TUJUAN
PENELITIAN
Sesuai dengan latar belakang masdah yang &an dikaji, maka penelitian ini mencakup beberapa tujuan, sebagai berikut :
1. Tujuan
Umum
Sscara umum, penelitian mengkaj
i
samapi sej auh mana keterkaitan factor ekonomi, sosial budaya dan factor fisik lahan dengan pilihan penggunaan lahan didaerah pesisir Krui dikawasan penyangga Taman Nasiod Bukit Barisan Selatan Larnpung Barat.2. Secara Spesifik
a. Mengkaji dan mempelajari beberapa faktor ekonomi yang berkaitan serta pengaruh dari faktor tersebut terhadap kecendrungan seseoranglpetani dalarn menetapkan pilihan penggunaan lahan.
b. Mengkaji dm mempelajari beberapa faktor sosial budaya yang berkaitan
c. Mengkaji dan mempelajari beberapa faktor fisik lahan yang berkaitan serta pengaruh dari tersebut terhadap keputusan seseorang/petani dalam menetapkan pilihan penggunaan lahan
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian hi diharapkan memberikan manfaat untuk :
1 . Pemerintah, dimana hasil penelitian dapat menjadi masukan di dalarn rangka
penyusunan strategi dm kebijaksanaan penggunaan sumber daya Iahan di
wilayah Pesisir Lampung Barat, khususnya di kawasan penyangga Taman Nasional Buki t Barisan Selatan, untuk j angka pendek maupun j angka panjang dm secara umum dapat berguna untuk masukan dalarn upaya penyelesaian konfli k penggunaan lahan di kaw asan hutan yang telah dirambah masyarakat
di propinsi Lampung.
2. Perkembangan ilrnu pengetahuan, dimana basil penelitian yang dapat menarnbah khasanah pengetahuan mengenai kmakteristik sosial budaya, sosial
ekonomi dan fisik lahan yang mempengaruhi pilihan penggunaan lahan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan surnber daya lahan yang berkelanjutan.
Kerangka Pemikiran
Penggunaan lahan addah suatu bentuk carnpur tangan manusia terhadap sumber daya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat material maupun spiritual (Vink, 1975). Pola penggunaan lahan bersifat
individu di dalam pilihan pengunaan lahan terkait dm dipengaruhi faktor fisi
k
lingkungan sumber daya lahan dan kondisi surnber daya manusia (Silalahi, 1981).Faktor fisik lahan biasanya meliputi kondisi alam,
sumber
daya lahan, bentuk lahan dan topografi serta karakteristik tanah. Beberapa karakteristik fisiklahan
ini
akan dipengaruhi secara bersamaan dalam membatasi apa yang dapatdan
apa yang tidak dapat dilakukan pada sebidang lahan (Sys, 1991, Barlow,1986, Oldeman, 1984). Di dalam penelitian ini faktor fisik lahan yang dikaji
dibatasi pada elevasi dan kemiringan lereng lahan. Peranan elevasi terkait dengan
iklim, terutarna dengan suhu dan curah hujan dan peluang untuk pengairan. Ssdangkan kemiringan
lahan
terkai t dengankemudahan
pengolahan
dan
kelestarian sumber daya lahan dan lingkungan.
Selain
faktor
fisik
lahan, faktor sosial ekonomi,sosial
budayaakan
mempengaru hi penggunaan lahan (Barlow, 1 986). Ketiga faktor tersebut termasukdi dalam domain dari sumber daya manusia (Silalahi, 1981). Faktor sosial
ekonomi
adalah
rnenj adi suatu persyaratan di dalam pengarnbiIan
keputusan untuk menetapkan pilihan penggunaan lahan. Hal ini penting karena penggunaan Iahanharus didukung
oleh
kondisi sosial ekonomi dari suatu masyarakatdm
layaksecara ekonomi, sehingga penggunaan lahan dapat dirasakan oleh individu atau masyarakat atau dapat memberikan hasil yang Iebih besar dari modal yang
dikorbankan (Barlow, 1 986). Karakteristik sosial ekonomi meliputi status strategi
penguasaan rumah, kondisi bangunan rumah, ketersediaan tenaga kerj a,
ketersediaan lahan hutan, ketersediaan modal usaha,
permintaan
hasil komoditas, lokasi, tempat penjualan hasil produksi persepsi terhadap komoditas yangproduktif, jar& lokasi lahan ke rumah, kondisi jalan ke lokasi lahan atau lokasi
pemasaran, dan luas lahan yang dimiliki.
Peranan faktor sosial budaya masyarakat tidak kalah pentingnya di dalarn pengambilan keputusan individu atau masyarakat untuk menentukan pilihan penggunaan lahan. Biasanya penggunaan
lahan
di suatu wilayah tidak akanbertentangan dengan kondisi sosial budaya, kebiasaan, tradisi atau kepercayaan
yang dianut oleh masyarakat seternpat (Komarsa, 2001). Karakteristik sosial
budaya meliputi tingkat pendidikan, umur, jenis pekerjaan utama dan sarnpingan,
suku, rnotivasi dan tujuan penguasaan lahan, sikap terhadap sistem pewarisan
lahan, sumber perolehan lahan, penguasaan pengetahuan dan teknologi budidaya.
Partisipasi di dalam kegiatan kemasyarakatan
di
tengah masyarakat, motivasi di dalam bekerja dan ketergantungan dengan pihak lain dalam bekerja, status penguasaan lahan dan sikap terhadap manfaat kawasan repong darnar.Sebagaimana telah diurailcan sebelumnya tentang peranan faktor sosial ekonomi, sosial budaya d m faktor fisik terhadap pilihan penggunaan lahan, maka penelitian ini mengkaji keterkaitan dari beberapa karakteristik faktor susial
ekonorni, sosial budaya, fisik lahan dengan pilihan penggunaan lahan di kawasan
penyangga atau wilayah Pesisir Barat Tarnan Nasional Bukit Barisan Selatan
di
kabupaten Lampung Barat. Pilihan penggunaan lahan yang
dilakukan
olehmasyarakat dapat dikelompokkan pada 3 (tiga)
pilihan.
Pilihan pertarna adalah penggunaan lahan untuk repongdamar.
Dalam perspektif ilmumodem,
repongdamar dapat dikelompokkan pada penggunaan lahan dengan pola Agriforest yyag
dengan pola monokultur yang digunakan untuk kornoditas perkebunan seperti
kopi, lada, kelapa, jeruk, melinjau dan tanaman pangan seperti padi dan tanaman
jagung dan kacang-kacangan. Dalam penelitian ini dikelompokkan dalam
penggunaan lahan non repong damar. Sedangkan pilihan ketiga, petani menggunakan lahannya sebagian untuk repong damar
dan
sebagian lagi untukperkebunan dan tanaman
pangan
yang bersifat monokultur atau non repongdamar. Pengkaj ian keterkatian antara karakteristik faktor sosial
ekonomi,
sosial budaya,fisik
lahan dan terhadap pilihan penggunaan lahan repong damar, nonrepong darnar atau kedua-duanya digunakan alat analisis model mullinom logrr. Di
dalam kajian ini diasumsikan penggunaan lahan untuk repong
damar adalah
suatubentuk penwnaan lahan yang memperhtikan prinsip-prinsip kelestarian.
Penggunaan lahan yang berdasarkan prinsip kelestarian sumber daya lahan dapat
sekaligus
berfungsi sebagai kawasan penyangga,bai
k secara
fisi
k
maupun ekonomi, padaakhirnya dapat mempertahankan
keleststrian Taman Nasiond BukitBarisan Selatan. Secara teoritis, penggunaan Iahan yang tidak mernperhatikan prinsip kelestarian akan mengakibatkan kerusakan sumber daya lahan bahkan
dapat memperluas daerab perambahan kawasan Taman Nasional sehingga pada
akhirnya mengancam keberadaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Hubungan keterkaitan antara faktor sosial ekonomi, sosial budaya,
fisik
lahanKebrlanjutan Pengeldaan sumber daya lahan
Gambar 1. Kerangka pemikiran keterkaitan faktor ekonorni, sosial budaya
dan faktor fisik lahan dengan pilihan penggunaan lahan di
EIPOTESIS
Berdasarkan pada latar belakang, kerangka pemikiran, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, diajukan hipotesa penelitian se bagai beri kut :
1. Penggunaan lahan dipengeruhi dan terkait dengan faktor ekonomi, sosial budaya dan karakteristik fisik lahan.
2. Faktor ekonomi yang terkait dengan pilihan penggunaan lahan meliputi: 1)
Luas lahan, 2) Persepsi petani terhadap kesediaan lahan hutan, 3) Kondisi jaringan pernasaran, 4) Persepsi petani terhadap
lahan usaha
repong damar dan lahan non repong, 5 ) Jumlah anggota keluarga yang produktif, 6) Kondisi jalan menuju lahan, 7)Pendapatan
keluarga pertahun.3. Faktor sosial
budaya
yang terkait dengan pilihan penggunaan lahan meliputi : 1) Jenissuku,
2) Motivasi penguasaan lahan, 3) Asal perolehan lahan, 4)Pernahaman teknik budidaya repong damar, 5) Frekwensi kegiatan gotong royong, 6 ) Sikap petani terhadap kelembagaan pewarisan lahan repong
damar
dan lahan non repong, 7) Status penguasaan lahan, 8) Persepsi terhadap
repong darnar sebagai lambang status sosial.
TZNJAUAN PUSTAKA
Sumberdaya Lshan
Manusia tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan sumberdaya lahan,
karena lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan untuk
mendukung kebutuhan hidup manusia. Lahan
berfungsi
sebagai
penyedia sumber bahan rnakanan, bahan bakar, sandang dan pangan (Mather, 1986), lahandi butuhkan manusia untu k tempat tinggal, bercocok tanam, beternak, pendukung berbagai jenis vegetasi dan bahan tarnbang (Soerianegara, 1978).
Sumberdaya lahan
memili
ki
pengertian yang lebih
luas dibandingkan dengan pengertian tanah(Komarsa,
200 1 ). Lahan adalah bagiandari
permukaan bumi tertentu termasuk didalamnya atmosfir, hidrologi, tanah dan vegetasidiatasnya, serta lapisan geologi dibawahnya, termasuk juga hasil-hasil kegiatan
manusia dan hewan pada masa lampau maupun yang masih berlangsung hingga
saat ini, yang rnempengaruhi potensi penggunaanya (Brikman
dan
Smyth, 1973, dalam Hall, War Greaves dan Cannel, 1979 dalam komarsa, 2001). Menurut F A 0 (1976),lahan
adalah suatu lingkunganfisik
yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhipenggunaannya.
Vink
(1975) menambahkan, bahwa lahan merupakan tempat dari berbagai ekosistem tetapi juga merupakan bagian dari ekosistem tersebut. Dalampemanfmtannya terdapat berbagai penilaian sehingga
menimbulkan
perbedaanakan rnempertimbangkan aspek kesediaan air, bagi seseorang pengembang
perurnahan akan lebih memperhatikan aspek ruang atau lokasi lahan.
Konsekuensi dari kedua pandangan yang berbeda akan memberikan
darnpak tertentu terhadap surnberdaya lahan sebagai sesuatu bentang alam
(Komarsa, 2001). Sedangkan tanah merupakan benda alami yang heterogen yang
terdiri dari fase padat, cair dan gas yang bersifat dinamik (Soepardi, 1987).
Menurut Arsyad (19891, tanah adalah benda alami yang heterogen dan dinamis,
merupakan interaksi hasil kerja antara iklim dan jasad hidup terhadap suatu bahan
induk yang dipengaruhi oleh relief dan waktu. Isard (1 972) mengatakan bahwa sebagai sumberdaya dam, tanah mempunyai sifat yang dapat dipulihkan dan tidak
dapat dipuli hkan kembali.
Penggunaan Lahan dan Faktor yang Menipengaruhinya.
Penelaahan terhadap struktur penguasaan lahan tidak dapat dilepaskan dari kajian terhadap pola penggunaan lahan. Penggunaan lahan merupakan manifestasi proses interaksi antar komponen lingkungan hidup yaitu antara
manusia sebagai komponen biotik, lahan sebagai komponen abiotik.
Interaksi kedua
komponen
tersebut berlangsung dengan bervariasi daritempat
ke
tempatdan dari waktu
ke
waktu (Suyana, 1988).Penggunaan
lahan merupakan bentuk prilakuusaha
manusia secara berkala atau tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik yang bersifat material maupun spiritualDitelaah dari aspek kegunaannya bagi manusia, penggunaan lahan ditujukan untuk memenuhi beberapa kebutuhan (Wallsworth dalam Sinderius, 1986) seperti, untuk pertanian tanaman pangan dan serat, peternakan, kehutanan,
pemukiman, rekreasi, penampungan air (konversi curah hujan menjadi sumber air yang berguna), cadangan biosfer. Badan Pertanahan Nasional rnengklasifi
kasi
kan penggunaan lahan menjadi beberapa ha1 menjadi penggunaan lahan perkotaan, penggunaan lahan pedesaan. Penggunaan lahan pedesaan terdiri untuk : 1.Perkampungan, 2. Sawah, 3. Tegalan, 4. Kebun dan kebun
campur,
5. Perkebunan, 6 . Tarnbak dan kolam ikan (perikanan), 7.Tanah tandus, alang-alangdm tanah kavling), 8. Hutan (belukar, sejenis dan lebat).
Temjudnya pola penggunaan lahan di suatu tempat dan
dalam
kurunwaktu tertentu dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab dan atau pembatas yang berkaitan dengan karakt erist ik manusia, yang tercermin dalam jumlah populasi serta bentuk atau tingkat kebudayaannya dan kondisi tanah yang dipengaruhi oleh komponen-komponen lingkurlgan fisik lainnya (Suyana, 1988). Menurut Murphey (19681,
faktor
kebudayaan seperti preferensi selera, sistem tradisi, teknikbertani
atau beternak atau sistem kelembagaan sosial mungkin Iebih penting daripada faktor lingkungan
fisik
dalam pembentukan polaekonomi.
Kondisi fisiklingkungan lebih bersifat sebagai faktor pembatas daripada faktor penyebab, yang
membatasi dan menentukan batas-batas kisaran pilihan atau dan tingkat
kesempatan yang terbuka bagi manusia. Kondisi
fisik
lingkungan yangmempengaruhi pola penggunaan lahan
adalah
iklim, jenis tanah, vegetasi,Menurut Murphey (1968) dm Sandy (1977), mengatakan bahwa, faktor
lereng lebih penting dari pada elevasi. Secara tegas Sandy rnengatakan bahwa, bisa atau tidak bisanya suatu usaha diatas sebidang tanah bergantung pada lereng
sedangkan baik atau tidak baiknya tergantung falctor Iainnya.
Sedangkan menurut Soerianegara (1977) penggunaan lahan ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1 . Jenis tanah dan kesuburannya.
2. Keadaan lapangan, topografi, relief dan ketinggian.
3. Aksebilitas.
4. Kemampuan atau kesesuaian lahan.
5. Tekanan penduduk.
Menurut Sumaryanto (1997), jenis penggunaan tanah di suatu wilayah atau
negara, berkaitan erat dengan kepadatan penduduk, struktur perekonomian,
kondisi biofisi k lingkungan serta keragaan geografi s dan geopoliti knya, Secara
makro tujuan umum dari semua kebijaksanaan penggunaan lahan selalu berkait
dengan substansi
permasalahan keamanan
negara,bai
k
dari aspek
politik
maupun militer, kemakrnuran dan keadilan ekonomi serta kelestarian lingkungan. Dengandemi kian dapat disimpulkan, kebijaksanaan negara dalam penggunaan
sumberdaya lahan tidak semata-mata mernpertimbangkan aspek teknis-ekonomi
saj a (Johnson dan Barlow
dalam
Hardjosudarmo, 1970dan Sumaryanto,
1997).Baik
Soerianegara (1977)dan
Sumaryanto (1997) menyebutkan bahwa, penggunaan lahan berkaitan dengan aspek kependudukan.Hal
ini berartitangga didalarn penggunaan lahan. Karateristik domografi rumah tangga yang rnempengaruhi priIaku penggunaan lahan meliputi aspek pendidikan dm umur
(Mather, 1986). Aspek pendidikan dapat dilihat dari tingkat pendidikan kepala
keluarga yang diukur dari lamanya rnweka mengikuti pendidikan secara formal. Hal ini penting mengingat daya serap pikiran dan daya adaptasi terhadap lingkungan ditentukan oleh wawasan yang dimiliki yang diperoleh dari bangku
sekolah. Selain itu tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan, keterarnpilan, sikap dan nilai-nilai yang bermanfaat untuk pengembangan bakat
maupun minat
untuk
berinovasi. Disamping aspek pendidikan , aspek umur juga dapat mernpengaru hi pritaku
penggunaan lahan, karena usia dapat menunjukkan
tingkat usia produktifitas kepaIa
rumah
tangga dan pengalaman didalam budidayausaha tani. Pengetahuan yang dikuasai kepala rumah tangga dan dibutuhkan didalam pengambilan
keputusan
untuk penggunaan lahan dapat meliputipengetahuan ilmiah moderen maupun pengetahuan tradisional atau budaya lokal
masyarakat asIi (traditional knowledge) y ang t elah berkembang S a r a turun temurun dalam suatu kornunitas disuatu wilayah tertentu.
Menurut
Barlow (1 986) penggunaanlahan
dipengaru hi oleh beberapa pertimbangan utama seperti faktorfisik
lahan,faktor
ekonomi,
faktorkelembagaan.
Faktor
kelembagaan yangdimaksud
meliputi aspekkondisi sosial
budaya, dan tradisi masyarakat, kepercayaan
yang
dianut masyarakat sertakebijaksanaan
pemerintah.
Ditinjaudari
aspekekonomi,
yang erat mempengaruhi prilaku penggunaanlahan
meliputi aspek struktur pembiayaan dari jenis komoditi,kemantapan, sistem pemasaran (Wijayanto, 200). Menurut Natural Recoerrces
dipengaruhi oleh sikap ierhadap berbagai manfaat atau nilai dari sumber daya
dam
dan faktor suku. Mengingat penggunaan lahan diwilayah Pesisir LampungBarat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, berkembang pengpnaan lahan untuk hutan kemasyarakatan atau repong damar, rnaka variabel sikap terhadap
ni lai pelestarian repong darnar menjadi salah satu variabel yang akan dilihat keterkaitannya terhadap prilaku penggunaan lahan.
Konsep Hak Milik (ProperQ Right)
Hak milik
atau
proper&right
memiliki
pengertian yang luas dari padabahasanya sehari-hari, karena tidak hanya terbatas
pada
lahan saja,akan
tetapimeliput
i
sumberdaya alarn dan lingkungan (Turner dan Pearce 1 994). Hak milik terkait dengan hak untuk memanfaatkan suatu sumberdayadan
keberadaanhak
ituakan
kokoh selama pihak yang lainnya menghormati hak tersebut. Rejim hak rnilik yang melekat dalamkonteks
sosial, politik, budayadan
perekonomianmerupakan suatu wadah
untuk
interaksi manusia dengan sumberday a lingkungan. Hasildari
interaksi tersebut telah mempengaruhi jumlah dan kualitas dari sumberdaya lingkungan. Pengetahuan mengenai bagaimana rejim atau sistemhak
milik sebagai model
dari
kelembagaan yang secarakhusus
dapat berfungsi dalam kaitannya dengan manusiadan
penggunaan mereka atas sumberdaya alammerupakan
ha1
yang penting untuk dapat merancang bangundan
Rejim-rejim hak rnilik menggambarkan hak dan kewajiban dalam pemanfaatan sumberdaya alam serta peraturan hak milik dimana semuanya h a s
dapat dijalankan (BromIey 199 1). Apabila pemanfaatan sumberdaya alam tanpa mernperhatikan keberdaan hak milik maka akan menyebabkan tejadinya
degradasi lingkungan (Scott Gordon, 1954, Warming 1991 dalam Word Bank
1994).
Menurut Bromley (1989) rejim kepemilikan didalam upaya pengelolaan sumber daya alam terbagi menjadi empat (4) kelompok. Secara terperinci dipaparkan berikut ini :
a. Rejim milik negara (state
proper@
regime)b.
Rejirn milik pribadi (private proper@ regime)c.
Rejim
milik bersama(common properg
regime)d.
Rejim non milik (open ucces)Ad. a. Rej im Mili k Negara (state property regime)
Rejim hak
milik
negara,adalah
suatu sistem dimana kepemilikan dan pengawasan pemanfaatannya oleh negara. Penggunaan dan pemanfaatannya selaindikelola oleh
negara secara langsung, jugadiberikan
kesempatan kepada individudm kelompok
untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut dengan izin dari negara. Apabila negara yang langsung memanfaatknya,maka
pengelolaannyadilaksanakan oleh agen-agen pemerintah atau
badan
usaha mili k negera ataumenyewakan kepada individu atau kelompok masyarakat yang yang diberikan
hak-hak
bagi hasil terhadap sumberdaya tertentudalam
periode waktu tertentu.Rejim milik pribadi adalah suatu sistern haic milik dimana individu- individu memiliki hak untuk memanfaatkan dan menggunakan suatu sumberdaya
alam. Dimana didalam memanfaatkannya dapat diterirna dan tidak mengganggu
masyarakat. Sedangkan individu atau anggota masyarakat yang lain berkewajiban menghormati hak individu tersebut.
Ad.
c.
Rej im Milik Bersama (conrmott proper@ regime)Rejirn
hak
milik bersarna adalah suatu sistem kepemilikan dimanakelompok
masyarakat(kelompok
management)memi
liki
hak untuk
meman faat
kan
dan menggunakan sesuatu sumberdaya serta memili
ki hak untukmelarang
individu
diluarkelompok
untuk menggunakannya. Hakmilik
bersamaini
juga disebut sebagai kepemilikan pribadi untuk kelompok, karena individu diluar anggota sudah disingkirkan dari penggunaan dan pembuatan keputusan.Didalam rejim hak milik bersama, setiap individu anggota kelompok
memiliki
hak dan
kewajiban yanghams
dilaksanakan (Ciriaci-Wantrup danBishop, 1975). Kelompok yang menguasai
hak
milik bersama rnemiliki variasi dalam h d sifatnya, ukurannyadm
struktur internalnya pada spektrum yang luas. Akan tetapi semuanya merupakan unit sosial dengan keanggotaan yang terbatas,memiliki kepentingan bersama tertentu, adanya interaksi diantara para anggota,
terdapat norma-norma kebudayaan yang sama, memiliki sistem otoritas dari
mereka sendiri. Contoh kongkret beberapa
kelompok
hak milik bersama adalahkelompok suku atau
subkelompok
atausub
desa, para tetangga, kelompokkecil
adat atas sumberdaya alam terte~ltu (lahan pertanian, lahan pengembalaan, ternak dan sumber mata air).
Insentif-insentif di dalarn sistem hak rnilik kelompok adalah :
- Prilaku anggota kelompok merupakan sasaran dari perahran-peraturan yang dapat diterirna dan bersifat terbuka. Pada umumnya kebudayaan
lokd
yangsesuai dengan norma-norma kelompok dapat menjadi sebuah sangsi yang efekt if bagi anggota yang melanggar atau melakukan tindakan anti sosial.
-
Sebuah sistem hak milik bersama, biasanya merniliki struktur insentifekonomi dan non ekonomi yang telah menyatu didalam
kelompok,
sehinggamampu
mendorong
penyesuaian dengan konvensi-konvensidan
kelembagaannya sendiri.
-
Didalam sistemhak
rnilikbersarna
terdapatsebuah
otoritas yangm a m p u
menjamin
bahwa
harapan dan tujuan dari anggota kelompok dapat terpenuhi.Kepatuhan yang dilindungi dan diberlakukan oleh sistem otoritas mempakan kondisi yang diperlukan untuk kehidupan rejim hak milik bersama.
Pada prinsipnya, cara kerja rejim hak milik bersama sebagai suatu sistem tidak berbeda dengan rejim hak milik yang lainnya. Dimana misalnya, rejim hak milik pribadi
mengandalkan
kepada otoritas negarauntuk
menjarnin kepatuhandan
untukmencegah
terjadinyagangguan
bagi
yangbukan
pemiliknyadan
apabila
otoritas tidak berfungsimaka regim
ituakan
runtuhdan
akan menjadiDua permasalahan yang akan muncul di dalam rejim hak milik bersama :
1 . Apabila anggota kelompok
melanggar
berbagai peraturan dan kelembagan yangtelah
ditetapkan yang sulit dicegah, sehingga berakibat kepada kegiatan penggunaan yang berlebihan atas sumberdaya lokal.2. Apabila negara kurang memberikan dukungan terhadap sistem
hak
milik
bersama, dimana negara mengabaikan kepentingan dan segmen populasi yang
sebagian besar bergantung pada sumberdaya
hak
milik
bersama.Ad.
d.
Rejim PengaksesanTerbuka
(Open Acces)Rejim opett acces yaitu kondisi sumberdaya a1 am dimana
didalamnya
tidak ada
kepemilikan
yangmelekat.
Sumberdaya dibawah rejimopen
acces ini,biasanya akan menjadi
milik
pihak yang pertamakali
yang menemukan dan memanfaatkannya, Penguasaanoleh
pi hak pertama ini di karenakan sumberday aalam
tersebut belum pernah dimasukkankedalarn
sistem sosial yang diatur sebelumnya atau karena disebabkan oleh kegagalan kelembagaan yang telah meruntuhkan berbagai peraturan kelembagaandari
sistem hak milik bersamamaupun kepemili kan pribadi.
Investasi yang
dikeluarkan
untuk upaya perbaikan kondisi sumberdayaalam yang bersifat open acces
akan
bermanfaat bila dimensi kelembagaankepemilikannya
diperbaiki dandibenahi
terlebih dahulu. Tanpa kejelasan statuskepemilikan dan manajemen atau
pengelolaannya maka investasi
akan berakibatkepada degradasi sumberdaya
alam dan lingkungan.
Timbulnya
regimopen
accesmemberlakukan norma-norma maupun nilai prilaku individu atau anggota kelompok terhadap sumberdaya alam.
Menurut Kei
Otsuka
dalam Koswardhono (2003), Iembaga kepemilikan lahan didalam pengelolaan sumber daya alam dikawasan Asia (Asia Tenggara, Selatan, dan beberapa daerah lainnya) menyebutkan taerdapat 3 jenis kelembagaan yaitu :1 . Communal ownership, adalah suatu sistem kepemili kan yang memberi kan hak penggunaaonya kepada individu dan dibawah pengendalian oleh keluarga.
2. Common Proper&, yaitu suatu sistem dimana sumber daya alam dimiliki dan digunakan
secara
bersama-sama oleh anggota masyarakat.3, State Ownership,
hak
kepemilikan oleh Negara, sebagian besarddam
kondisi open access.Dari ketiga sistem tersebut ditegaskannya bahwa sistem proper& right dengan communal ownersh* yang sesuai dan memberi
kan
insentif dalam rangka pengelolaan sumber daya alam yang efisiensi.Pendekatan Kepemilikan Lahan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
Secara umum terdapat tiga paradigma yang dapat digunakan didalam pengelolaan sumberdaya alam terutama untuk mengatasi masalah degredasi
lingkungan. pertama, paradigma ekonomi (pasar), paradigma
regulasi
(hukum),paradigma property. Didalam paradigma property dikenal adanya 4
regim
atau sistem kepemilikan sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya.diimplementasikan didalam konteks pengelolaan sumberdaya alam. Namun yang
jelas pendekatan apapun yang akan digunakan terlebih dahulu diupayakan
untuk
menghindari kondisi pengaksesan terbuka (open access). Langkah dan
kebijaksanaan selanjutnya adalah menetapkan alternatip untuk merubah status
kepemilikannya apakah akan dirubah atau akan digunakan regim atau sistem hak
milik pribadi (private property) atau akan
dirubah mcnjadi
sistemmilik
negara(state property), atau akan dirubah menjadi sistem hak milik bersama (common property). Terlebi h dahulu hams mempersiapkan serangkaian peraturan yang
diketahui dan dipaharni oleh individu-individu atau anggota kelompok masyarakat, mempersiapkan manajemen kelompok dan sistem otoritas sosial
yang harus diselenggarakan untuk menjamin agar berbagai peraturan dapat dipatuhi dan dihormati oleh anggota masyarakat (Bromley, 1998).
Pada prinsipnya, proses perubahan
atau
pergeseran sistem
hak
milikapakah dari
open access kesistem hak milik bersama, atau sistem kepemilikanbersama (kelompok) kesistem
hak milik
negara atau dirubah kesistem mifik pribadi merupakan proses yang komplek dan tidak cukup hanya dengan suatu keputusan dalam bentuk peraturandan
administrasi saja.Untuk
mengupaya perubahan sistemhak
milik pada suatu sumberdaya dibutuhkan suatu kajian dan analisa serta perhitungan dari beberapa variable yang umum dalam konteks lokal. Variable-variable yang dianalisa berkaitan dengan lingkunganfisik
dan sistemsosial kultural yang ada dikomunitas lokal (Bromley
dan
Corved, 1989). Menurut1. Sifat-sifat dari sumberdaya
2. Kondisi perrnintaan dan penawaran dari sumberdaya alam tersebut
3. Sifat-sifat dari para pengguna sendiri atas sumberdaya tersebut
4. Sifat-sifat dari pada lingkungan hukum dan politik dimana individu atau
anggota masyarakat itu tinggal
Menurut Alcorn dan Toledo (1 996), faktor kunci yang menentukan apakah masyarakat dapat menerima dan rnengadaptasikan
suatu
manajemen sumberdayaalam
yang sesuai dengan prinsip ekologi agarsumberdaya dapat
dilestarikanadalah
:1 . Nilai-nilai budaya, tradisi dan organisasi sosial politik
2. Pengendalian dan adanya insentif
3. Adany a perhat ian untuk memantau perubahan yang negat if
Pengukuhan atau pengakuan sistem
hak
milik &an mengembangkan dan memfasilitasi manajemensum
berdaya alam yang berkelanjutan. Oleh karenai
tukebij
akan
yanghams diimplementasikan
(Alcorn
dan
Toledo, 1994).Meliputi
berbagai langkah seperti :
1 . Memperhat kelembagaan berdasarkan atas
komunitas,
swasembada lokal maupun regional2. Menciptakan insentif
ekonomi.
3. Memberikan pengakuan sosial terhadap
upaya
dari
unitorganisasi
yang berbasis masyarakat.4.
Memberi
kan insenfif-insentif untuk komersialisasi bagiproduk
organik5 . Merumuskan program-program untuk bantuan tehnik yang sesuai dan
pinjaman untuk
mendukung
rnanajemen hutan oleh orang-orang pribumi lokaldan membantu mereka dengan penelitian pasar bagi pemilik modal yang
berbasis masyarakat.
6. Tradisi pribumi lokal dan tradisi modern perlu dipadukan dan diaplikasikan .
7. Memberikan sanksi secara tegas terhadap
individu
yatlgmelanggar
sumberdaya komunitas.
Menurut Barry Field (1 994), pendekatan
hak
mili k dapat bekerj a secarabenar dan efisien didalam pengelolaan sumberdaya alam akan memerlukan tiga kondisi pokok yang esensial yang harus dipenuhi. Kondisi dirnaksud addah :
1. Hak-hak milik hams ditegaskan pemiliknya
dan
dapat diberlakukanserta
ditrmsfer.
2. Harus ada kelembagaan yang efisien, kompotitif dan kompeten untuk
sebagai
wadah bag! pihak yang berkepentingan, guna dud& secara bersama dan
melakukan negosiasi serta membuat berbagai peraturan untuk dapat
mengendalikan pemanfaatan sumberdaya dam.
3. Para pemilik pribadi dapat memahami dengan
baik
nilai sosial yang terkaitdengan sumberdaya
alam.
Mengkaj
i
mengenai perananhak
mili k didalam upaya pengelolaansumberdaya darn yang berkelanjutan, diperlukan sistem otoritas yang mampu
menj amin bahwa harapan-harapan dari pemegang hak dapat terpenuhi karena
kepatuhan yang dilindungi dan diberlakukan oleh sistem otoritas. Hal ini
1989). Namun dernikian keberadaan struktur
khusus
dari rejimhak
milik itusendiri tidak dapat menjamin keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan tanpa adanya rejim hak milik yang telah dibangun melalui perencanaan terperinci dengan baik dan memiliki kesesuaian dengan konteks sosial dan kondisi ekologinya (Hanna dan Munasinghe, 1994).
Khusus untuk
hak
milik kelompok akan dapat dijalankan dengan baik jikaadanya suatu jaminan bahwa setiap anggota kelompok untuk mematuhi peraturan
dari
manajemen kolektif dan keinginan untuk konservasi sumberdaya slam bilasistem hak milik diterapkan
(Turner,
1996).Berdasarkan pertirnbangan sosial dan ekologi, rejim kepemilikan kolektif (commort
proper@)
yang merupakanrejim
desentralisasi adalah suatu rejirn yang memiliki struktur yang sesuai untuk pengelolaan sumberdaya lingkungan daripada rejim kepemif ikan pribadi.
Hasil penelitian yang tetah dilakukan oleh para pakar dan badan
internasional mengenai berbagai aplikasi sistem
hak
kepemilikan memberikan beberapa prinsif (Hanna, Carl Folkedan
Karl-GoranMaler,
1994) yaitu :1. Rejirn hak kepemilikan tidak tarnpil keberadaan apabila menjadi dua model yang bertentangan pada sepanjang spektrumnya dari pengaksesan secara
terbuka kepemili kan pribadi.
2. Rejim
hak
kepernilikan tidak mutlak dapat menjaminkesinambungan
sumberdaya alam narnun
merupakan
kondisi yang diperlukan tanpa adanyakeuntungan semata tanpa ada rasa tanggung jawab untuk mempertahankan
kesinambungan.
Tidak ada model rejim
kepemilikan
tunggal yang dapat diresepkan sebagai solusi untuk memecahkan berbagai permasalahan degradasi lingkungansebagai akibat dari penggunaan yang berlebihan.
Hal
inidisebabkan
oleh, pengendalian yang efektif maupuntidak efektif
dapatmuncul
keberadaan dibawah setiap model rejim kepemilikan. Oleh karena itu rejim-rejimkepemilikan
yang efektifhams
dispesifikasi kan
denganbai
k sesuai
dengankonteks
sosial dan ekologi, bersifat spesifik dan dapat diimplementasikan.Pengertian Sistem Agroforestry
Paradigma baru didalam
pengelolaan
hutan yang memperhatikan sistem produksi kayubersamaan dengan
komoditi pertanian dan peternakandalam
upayapengawetan
lingkungan
fisik maupunpemenuhan
kebutuhanpokok
rnasyarakattelah memunculkan berbagai konsep dan implernentasi
dari
sistem agroforestxy.Keberadaan
sistem
agroforestry dikajidan dikembangkan
lebih mendalamoleh ICRAF
me
Inlernafional Council For Research in Agroforestiy)pada
tahun1978 (Setiadi, 1998).
Berbagai
definisi agroforestry yang berkembangdapat diutarakan
sebagaiberi kut :
Menumt
Wiersum (1 98 I), Agroforestry adalah setiapbentuk
tata gunasecara bergilir dengan tanaman pertanian dan rnungkin juga dikembangkan
dengan peternakan.
Bila dil ihat dari aspek pencapaian tujuan, sistem agrofiestry di lakukan dengan rnengaplikasikan management praktis yang disesuaikan dengan kondisi
budaya
masyarakat tokal(King,
1978) dan mengkombinasikan tumbuhan kehutanan atau tegakan kayu dengan tanaman pangan atau hijauan makanan ternak (Setiadi, 1998).Menurut Boonkird (1979), pada umumnya maksud dari agroforestry
adalab
untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat lokal dan sekaligus berperan untukupaya
konservasi hutan dan konservasi tanah,Bentuk dari
agroforestry terdiri
dariempat
macam (King, 1979) yaitu :I. Sistem Agrisilvikultair
adalah
bentuk pengunaan lahan yang bertujuan untuk menghasilkan komoditi pertanian dan komoditi hasil hutan.2.
Sistem
Silvopastoral, y aitubentuk
penggunaanlahan
untuk memproduksi kayudan
pakan ternak ataumemelihara
ternak.3. Sistem Agri-Silvo~s~orai
addah
pemanfaat anlahan
untuk menghasilkan komodity pertanian dan kehutanan serta pakan ternak.4. Sistem kehutanan serbaguna
adalah
penggunaan lahanuntuk
rnenghasilkankomoditi kehutanan baik
berupa
kayu maupun nonkayu
seperti getah, kulit dan lain-lain.Memperhatikan
berbagai
pendapatdari
para ahli mengenai agroforestry,maka dapat disirnpulkan
bahwa
sistem agroforestry adalah : suatu sistembentuk
bahwa, penerapan sistem agroforestry dapat rneningkatkan pendapatan penduduk di wilayah Das Konto secara merata sampai tingkat berkecukupan, Sedangkan Manaf (1990) mengemukakan bahwa, fungsi utama pohon dan tanaman keras diddam sistem agroforestry adalah untuk memberikan penghasilan langsung
dalam bentuk buah-buahan, biji-bijian, memperkaya kesuburan tanah dengan
serasah yang gugur diatas dan dapat memperbaiki
iklim
mikro,serta
berfungsi
sebagai cadangan plasma nuftah (Setiadi, 1998).
Wiersum (198 1) dalam
Kusmana
(1 986) mengemukakanbahwa
berbagaimanfaat
yang akan diperoleh dari penanaman pohon dm tanaman pertanian yang ditanam secara bersama didalam sistem agroforestry adalah :Manfaat ekologis yaitu penggunaan sumber daya
alam
secara efisien.Manfaat ekonomis adalah jumlah produksi yang diperoleh
akan
lebih tinggi,kenaikan produksi kayu, pengurangan
biaya
pemeliharaan tegakankayu.
Manfaat sosial yaitu rnemberikan kesernpatan kerja sepanjang tahun, memberikan
hasil
produksi kayudan produksi
pertanian yangdiarahkan
kepada pemenuhan kebutuhan sendiri.
Keuntungan psikologis adalah
perubahan
yang relatifkecil
dari teknik produksi traditional dan lebih mudah untuk dapat diterima oleh penduduk dariRepong Damar Pengertian Repong Damar
Sebagaimana halnya penduduk di pedesaan di negara Afrika, Arnerika Latin, dm beberapa negara Asia yang telah lama mengembangkan Agroforestry
secara tradisional (Mergen, 1 997), masyarakat lokal daerah pesisir Lampung Barat
sejak ratusan tahun
lalu
telah menerapkan pola penggunaan Iahan melalui pembudidayaan, pemanfaatan dan pemeliharaan pohon darnar atau ShoreaJavrmica (Torquebiau, 1984) dan menurut Rappard (1937) pertama kali
dikembangkan tahun 1 885
Bila di
kaj
i dengan
terminologi ilmupengetahuan
moderen, sistempembudidayaan damar
ole
h
masyarakat Pesisir Krui Lampung Barat tersebut,selayaknya mendapatkan sebutan agroforest
(Mchon,
1985; De Foresfa danMichon
1991). Masyarakatlokal
Krui
menyebut sistem tersebut dengan istilah repong damar.Menurut perspektif masyarakat asli Krui, repong damar adalah : sebidang lahan kering yang ditumbuhi beraneka ragam jenis tumbuhan produktif umumnya
tanaman tua seperti damar, duku, durian, petai,
jengkol,
tangkil, manggis, kandis dm beragam jeniskayu
yang bernilai ekonornis serta beragam jenis tumbuhan liaryang dibiarkan hidup dan tegakan yang mendominasi
lahan
tersebut adalah pohondamar
(Lubis, 1997).Masyarakat Krui sangat
membedakan
damar yang hidup dihutan alam(pulan) dengan pohon damar hasil budidaya
dikawasan
agroforest (repong)repong damar tidak jauh berbeda karena keduanya menunjukkan tingginya diversitas dan heterogenitas biota afam yang menjadi komponennya (Lubis, 1997). Repong
damar
merupakan suatu bentuk keberhasilan dari apli kasi si stem yang dirancang dan diaplikasikan oleh rnasyarakat lokal sendiri dalam penggunaanlahan yang melalui proses pengolahan surnberdaya hutan secara berkelanjutan
baik dari aspek lingkungan maupun dari aspek sosial ekonomi dan sosial budaya. Sistem repong damar ini memiliki suatu keunikan, karena menekankan pada penguasaan ekologi sumberdaya
ekonomi
utama yakni pohon hutan bukan dengan jalan mendomestikasikan jenis pohon hutan atau memodifikasi ciri-ciri tanamanuntuk
disesuaikan
dengan ekosistem budidaya, mefainkan denganrekontruksi
yang
hampir
sempurna ekosistem hutan yang asli pada lahan-lahan pertanian @e Foresta dan Michon, 1995).