PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN DI SMP ISLAM
PARUNG BOGOR
Oleh
ANDRIANI NIM 204011002680
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR`AN DI SMP ISLAM PARUNG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
Andriani NIM 204011002680
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Rif`at Syauqi Nawawi, MA Drs. Safiuddin Shidiq, MA
NIP 150 202 339 NIP 150 299 477
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBItYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... i
LEMBAR PERNYATAAN... ii
ABSTRAK... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI.... vi
DAFTAR TABEL... viii
BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah... 8
D. Perumusan Masalah... 8
E. Kegunaan Hasil Penelitian... 9
BAB II. KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an ... 10
1. Pengertian Pembelajaran... 10
a. Pengertian Baca Tulis Al-Qur`an ... 14
b. Manfaat Baca Tulis Al-Qur`an ... 16
2. Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an ... 18
3. Aspek-aspek Metode Pembelajaran... .20
4. Aspek-Aspek Pembelajaran BTQ... 23
5. Macam-Macam Metode Pembelajaran ... 29
B. Kerangka Berfikir ... 36
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 37
B. Populasi dan Sampel... 37
C. Teknik Pengumpulan Data... 38
1. Teknik Pengolahan Data ... 38
2. Teknik Analisa Data ... 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Islam Parung ... 42
1. Sejarah Singkat SMP Islam Parung. ... 42
2. Visi dan Misi SMP Islam Parung ... 43
3. Keadaan Siswa SMP Islam Parung ... 44
4. Personalia dan Pengajar SMP Islam Parung ... 44
5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 44
6. Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP Islam Parung ... 46
B. Deskripsi Data ... 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 69
B. Saran-saran. ... 70
DAFTAR TABEL
1. Keadaan siswa Smp Islam Parung... 44
2. Personalia dan Pengajar SMP Islam Parung Bogo ... 44
3. Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP Islam Parung ... 46
4. Guru mempraktekkan materi pembelajaran baca tulis Al-Qur`an ... 47
5. Guru memberikan materi pembelajaran BTQ diikuti dengan latihan... 48
6. Guru memberikan keterangan jelas dengan materi yang disampaikan... 48
7. Uraian materi BTQ mudah dipahami... 49
8. Guru memberikan materi siswa memperhatikan dengan baik... 49
9. Hal yang mendorong siswa mengikuti pembelajaran BTQ... ... 50
10.Pembelajaran yang disampaikan menambah keinginan belajar BTQ ... 50
11.Baca tulis Al-Qur`an diperlukan dalam kehidupan sehari-hari... 51
12.Guru memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara individual ... 51
13.Guru memantau kemajuan baca Tulis Al-Qur`an secara individual ... 52
14.Di adakannya ujian/tes pembelajaran baca tulis Al-Qur`an siswa... ... 52
15.Mengalami kesulitan dalam mengikuti baca tulis Al-Qur`an ... 53
16.Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.. ... 53
17.Masalah yang menyebabkan kesulitan siswa dalam baca tulis Al-Qur`an ... 54
18.Cara mengatasi kesulitan baca tulis Al-Qur`an ... 54
19..Tempat siswa belajar baca tulis Al-Qur`an ... 55
20.Hafalan surat-surat pendek Al-Qur`an... 55
21.Siswa belajar baca tulis Al-Qur`an dengan sungguh-sungguh... 56
22.Guru memberikan pertanyaan sebelum materi di mulai ... 56
23.Menambah pengetahuan materi yang disampaikan... 57
24.Pentingnya menguasai materi pembelajaran BTQ guru ... 57
25.Pentingnya memiliki kemampuan dalam baca tulis Al-Qur`an ... 58
26.Kemampuan BTQ dalam kehidupan sehari-hari ... 58
27.Pembelajaran melalui diskusi dalam kelompok belajar... 59
28.Tanggapan membaca Al-Qur`an dengan tartil ... 59
29.Membawa Al-Qur`an ketika materi berlangsung ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
AL-Qur`an bagi kaum muslimin adalah kalamullah yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat jibril. Kitab suci ini
memiliki kekuatan luar biasa yang berada di luar kemampuan apapun,
kandungan pesan ilahi yang disampaikan kepada rasul pilihan-Nya pada
permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individu dan
sosial kaum muslimin dalam segala aspeknya.1
Pembacaan Al-Qur`an di pandang sebagai tindak kesalehan dan
pelaksanaan ajarannya merupakan kewajiban setiap muslim. Dengan
mempelajari dan sering membaca Al-Qur`an, berarti kita telah berupaya
melestarikan ajaran agama melalui kitab suci yang diturunkan kepada Rasul
pilihan-Nya. Dan kita akan mengetahui petunjuk-petunjuk ilahi dan rasul-Nya
sebagai pedoman hidup.
Pemahaman terhadap Al-Qur`an bukan hanya dijadikan untuk
memperoleh teoritik saja . tetapi harus diaplikasikan ke dunia pendidikan dalam
arti praktek. Pendidikan dalam arti praktek adalah suatu proses pemindahan
pengetahuan ataupun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subyek
didik untuk mencapai perkembangan secara optimal, serta membudayakan
manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama.2
Setiap mukmin mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap
Al-Qur'an. Di antara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan
mengajarkannya. Sebagai kitab suci yang diagungkan dan sumber tertinggi
norma hukum hidup dan kehidupan, Al-Qur'an sendiri dalam ayat-ayatnya
banyak memberi norma-norma yang secara langsung memotivasi umatnya
1
Taufik Adnan Amai, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur`an, (Jakarta:pustaka Alvabet, 2005), cet ke-1 h.1
2
untuk belajar, mentradisikan, dan mengaplikasikan kemampuan tulis menulis
dalam kehidupan.
Secara eksplisit Al-Qur'an menyebutkan hal tersebut dalain wahyu
pertama kali turun, yaitu surat Al-Alaq:
!"#$
%
&
'
(
)
*
+
,
(-
./
–
3
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang menciptakan. Dia yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan-Mulah Yang Maha Pemurah”.
Bagi Thanthawi Jauhari,4 ayat-ayat ini mendobrak kejumudan masyarakat Arab kala itu yang hanya mementingkan tradisi penginderaan,
hafalan dan tutur kata, dengan menyodorkan hal lain yang tak kalah penting,
yaitu budaya baca tulis. Bahkan tidak semata menyodorkan, melainkan
mewajibkan membaca dan menulis. Di sini Al-Qur'an yang secara eksplisit
memerintahkan ummatnya untuk belajar menulis yaitu, "Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam". Pena (kalam) dijadikan sebagai sarana
komunikasi antara sesama manusia, sekalipun letaknya paling berjauhan.
sekaligus menjadi awal mula sejarah pembelajaran baca tulis Al-Qur'an.
Selain norma-norma eksplisit, dalam banyak kesempatan Al-Qur'an
juga menyebut seperangkat alat-alat tulis yang secara implisit memposisikan
aktivitas menulis sebagai sesuatu yang bersejarah, penting dan mesti didalami.
Urgenitas tersebut dapat terlihat antara lain pada aktivitas perdagangan,
sebagaimana firman Allah :
012,34
2
+56
7
89(: &
;
<= >
?;@: 2
A<
CD 6
A
E F >
G'
H,
IJ !1&
9
/LM
<*
N
…
3
Al-Our`an dan terjemah digital 4
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan,hendaklah kamu menuliskannya dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya"
Secara pararel, perintah tulis menulis kemudian disebutkan lagi untuk
diaplikasikan, salah satunya, sebagaimana sabda Rasulullah:
! "#$%
&' () *#+ &,-. (
$ . "/
& 0 ﻡ
2 3 .!
4!#
5
"Sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya".
Dalam hadis lain disebutkan:
"/
5$ 0 & -. (
*5-! *#+ *#+ ی 7 ﺏ9
3.: + .
. ;#< . 4=ﻡ > 3 .!
?#ﻡ ﺏ
6
“Belajarlah Al-Qur’an kemudian bacalah”.
Uraian tersebut di atas memberikan wawasan pemahaman bahwa Islam
mengarahkan dan memandu umat untuk mempelajari agamanya secara
sistematis dan terencana melalui metode membaca. Dalam pengertian lain,
Islam mewajibkan kepada pemeluknya untuk belajar membaca dan menulis
Al-Qur’an. Bagi umat Islam, melalui membaca dan menulis Al-Qur’anlah mereka
berharap kontinuitas dakwah Islamiyah terus berlanjut.
Meskipun A1-Qur’an (hadits) tidak pernah menyebutkan secara
eksplisit bagaimana pembelajarannya, dan karenanya Islam memiliki
kelenturan dan resistensi dalam menghadapi setiap perubahan zaman. Dari
tujuan yang dihasilkannya, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berkaitan
dengan proses belajar seperti SDM, metode pembelajaran, instrument evaluasi,
sarana dan prasarana serta dukungan lingkungan juga tidak dapat diabaikan
sebagai penyebab keberhasilan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an itu sendiri.
5
Abu Abdillah Muhammad bin Isma'il al-Buhari, Shahih Buhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), juz II, h. 224.
6
Al-Qur’an menjelaskan:
' P
,
Q
;R S> G
TUV R <
@ﻡA$
B
“Bacalah Al-Qur'an dengan tartil”
Di dalam kitab “Al-Burhan fi Ulumul Qur’an” Az-Zarkasyi
menyebutkan, bacaan tartil yang sempurna adalah dengan memperjelas
lafaznya, huruf-hurufnya dan memperfasih semua bacaannya. Membaca dengan
ceroboh atau terlalu cepat, sehingga panjang pendeknya bacaan dan makhraj
hurufnya menjadi tidak jelas atau menghilangkan sebagian dari kata katanya.7 Dalam konteks Indonesia, pemerintah memberikan perhatiannya
terutama dalam kemampuan baca tulis Al-Qur'an di kalangan umat Islam
dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Agama RI no. 128/44 Tahun 1982 tentang Peningkatan Membaca dan
Menulis Al-qur'an di Kalangan Umat Islam, Instruksi Menteri Agama No. 3
Tahun 1990 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Membaca Al-Qur'an
serta instruksi Dirjen Dinas Islam dan Urusan Haji No. 3 Tahun 1991 Tentang
Upaya Peningkatan Kemampuan Peningkatan Membaca Al-Qur'an di kalangan
umat Islam.8
Sejalan dengan hal tersebut, sesuai muatan wajib kurikulum pendidikan
dasar dan menengah, pemerintah menyebutkan bahwa satuan pendidikan dasar
dan menengah harus menempatkan kemampuan baca tulis Al-Qur'an sebagai
salah satu kompetensi yang akan dicapai peserta didik dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Agama.9 Pemerintah juga memberikan peluang bagi sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah,
berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain
7
Sebagaimana dikutip oleh Munif Suratmaputra & KK, Indahnya Hidup dan Berjuang Bersama A1-Qur'an, (Jakarta, PT. Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta dan Bank Muarnalat Indonesia (BMW. Cet. Pertama, April 2007. h. 22
8
Syamsul Bahri, Cepat Pintar Membaca Menulis Al-Qur'an, (Bumi Aksara: Jakarta,1993), h. 23
9
sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang
dimiliki.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang pokok di
sekolah, dan salah satu materi atau bahan yang dipelajari dalam pendidikan
Agama Islam adalah baca tulis Al-Qur`an. Materi baca tulis Al-Qur`an ini
sangatlah penting dan merupakan pedoman hudup bagi setiap muslim dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap umat Islam dituntut untuk dapat membaca
Al-Qur`an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Untuk itu para Guru
Pendidikan Agama Islam tidak saja dituntut untuk mengajarkan bagaimana cara
membaca Al-Qur`an dengan baik dan benar, tetapi juga dituntut untuk
mengajarkan bagaimana cara menulis dan menyalin tulisan latin kedalam
tulisan Al-Qur`an (bahasa arab).
Kemampuan membaca Qur`an adalah kemampuan hasil belajar
Al-Qur`an yang diperoleh siswa dengan diperlihatkannya setelah mereka
menempuh pengalaman belajar. Kemampuan membaca Al-Qur`an dipengaruhi
oleh banyak faktor salah satunya adalah minat. Siswa yang mempunyai minat
yang tinggi dalam belajar akan senantiasa berusaha untuk mengatasi segala
hambatan dan tantangan.
Dalam implementasinya, SMP Islam Parung sebagai satuan pendidikan
juga tidak terlepas dari upaya sistematis pembelajaran baca tulis Al-Qur'an
dalam upaya peningkatan kemampuan baca tulis Al-Qur'an siswa. Setiap siswa
pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik
(academic performance) yang memuaskan. Namun, dalam realitas sehari-hari
tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan yang
terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya berikut
kesulitan dalam mempelajari baca tulis Al-Qur'an, sehingga menyebabkan
adanya implikasi serius pada proses pembelajaran yang menghambat
tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan dan perbedaan pada
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Pada dasarnya prestasi siswa sangat dipengaruhi oleh lembaga yang
dimiliki siswa sebagian besar bertumpu pada kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh tenaga pendidik, di samping komponen-komponen
pendidikan di sekolah yang meliputi sistem pendidikan, sarana dan prasarana
yang memadai.
Mengacu substansi uraian tersebut di atas jelas sekali bahwa
pembelajaran yang berkualitas sangat berpengaruh besar terhadap prestasi
siswa; Artinya, keberhasilan yang diraih siswa terlebih dulu didesain oleh guru
yang berkompeten. Guru dalam konteks pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang yang profesional harus menguasai bahan ajar,
menguasai landasan-landasan kependidikan, menguasai psikologi belajar siswa,
dan kompetensi lainnya.
Sebagai penjabarannya, dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, guru
dituntut menyusun pembelajaran yang tidak sekadar sebagai kegiatan transfer
ilmu (transfer of knowledge), tetapi, lebih dari itu, guru sebagai pelaksana
kurikulum dituntut untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran supaya dapat
memberikan dan mengembangkan berbagai pembelajaran yang bervariasi dan
menarik, sehingga dapat mengakomodasi perbedaan individual siswa
(perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa),
mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya kemampuan Baru,
menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, siswa diharapkan
memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memberikan kesempatan luas
untuk berkembang.
Pada akhirnya siswa memiliki motivasi tinggi untuk belajar dan
pembelajaran dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik
dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu,
memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah
dipelajari selama proses pembelajaran.
Dengan demikian, secara filosofis maupun praktis guru harus paham
hal-hal mendasar seperti prinsip belajar, pendekatan dan penerapannya di kelas.
Dari kondisi seperti itulah maka "pembelajaran yang berkualitas" menjadi lebih
menjadi obsesi guru. Titik berat terletak pada upaya sistematis pemberdayaan
proses pembelajaran melalui tindakan optimal terhadap pembelajaran sehingga
memiliki kontribusi optimal terhadap penciptaan mutu proses dan hasil
pembelajaran
Dalam konteks SMP Islam Parung Bogor, pembelajaran baca tulis
Al-Qur'an merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah,
intensif, efektif dan efisien. Guru harus mempunyai fleksibilitas dalam
mengatur pembelajaran sesuai dengan kondisi dan potensi satuan pendidikan
(sekolah). Karena pembelajaran sejatinya merupakan cerminan serius atau
tidaknya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Kedua, refleksi dari
prioritas guru ke depan.
Dari latar belakang yang ada, masalah pembelajaran baca tulis
Al-Qur`an di SMP Islam Parung sangat serius. Maka dari itu penulis merasa perlu
untuk mengadakan penelitian atau mengkaji lebih luas lagi. Supaya lebih fokus
maka penulis tuangkan dalam sebuah judul "Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an di SMP Islam Parung Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa belajar baca tulis Al-Qur'an siswa SMP Islam
Parung Bogor
2. Fasilitas serta sarana yang kurang memadai khususnya pembelajaran BTQ
di SMP Islam Parung.
3. Metode pembelajaran yang kurang berjalan dengan baik dalam baca tulis
C. Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan untaian identifikasi masalah, maka perlu
adanya pembatasan masalah supaya penelitian dapat lebih terarah serta
mendekati pada fokus pencapaian tujuan. Masalah yang diangkat dalam
penelitian ini dibatasi pada pembelajaran baca tulis Al-Qur'an di SMP Islam
Parung Bogor.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,
maka masalah yang hendak dirumuskan untuk diteliti adalah:
"Bagaimana pembelajaran baca tulis Al-Qur'an di SMP Islam Parung Bogor?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan solusi perbaikan bagi guru di SMP Islam Parung dalam hal
memilih pembelajaran yang paling tepat sesuai dengan materi baca tulis
Al-Qur'an yang akan diajarkan pada masa mendatang.
2. Dengan menyusun rekomendasi-rekomendasi berdasarkan kendala dan
potensi yang ada diharapkan bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan
bagi para praktisi (sekolah, guru), orang tua, masyarakat, maupun akademis
berkenaan dengan pembelajaran baca tulis Al-Qur'an dan upaya
memperbaiki kebijakan-kebijakan dalam penerapan pembelajaran baca tulis
Al-Qur'an selanjutnya.
3. Sebagai bahan masukan bagi guru maupun calon guru agar dapat
memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada peserta
didik agar dalam proses belajar mengajar terutama dalam pembelajaran
baca tulis Al-Qur`an siswa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Baca Tulis A1-Qur'an a. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan
suatu proses perubahan melalui pengalaman. Proses tersebut
mempersyaratkan perubahan yang relatif permanen berupa sikap,
pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan melalui
pengalaman.
Para ahli mengemukakan pengertian belajar secara terminologi
dengan rumusan yang bervariasi, James O. Whittaker menyatakan
"belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman".10 Dengan kata lain tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,
seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.11
Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar
tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah, yaitu ;
ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Dapat disederhanakan
bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana
perubahan tersebut dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih
baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang
lebih buruk.
10
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1990), Cet. 3, h. 99 11
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui
usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau
berarti dengan pengalaman atau latihan. Hal ini ditegaskan oleh Nana
Sujana yang berpendapat bahwa belajar adalah "proses yang ditandai
dengan adanya perubahan di mana perubahan tersebut ditujukan dalam
berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, kecakapan dan kemampuan daya kreasi, daya penerimaan
dan lain-lain yang ada pada individu".12
Menurut Gagne, "belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi
atau kapabilitas manusia".13 Menurutnya, belajar terdiri dari dua komponen penting yaitu kondisi eksternal berupa stimulus dari
lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan
keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang
menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan
motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Selanjutnya Robert M Gagne mengemukakan delapan tipe
belajar, yaitu:
1) Belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning)
2) Belajar Hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)
3) Belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning)
4) Belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Vebal Assosiation)
5) Belajar membedakan atau diskriminasi (Diskrimination Learning)
6) Belajar konsep-konsep (Concept Learning)
7) Belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning)
8) Belajar memecahkan masalah (Problem Solving)14
12
Nana Sujana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Aglesindo, 1988), h. 28
13
Gagne, Robert, M., The Conditions of Learning, (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1977), h. 49-50
14
Belajar dalam prakteknya dilakukan di sekolah dan atau di luar
sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada
perubahan perilaku yang baik atau positif. Menurut Drs.H.M Arifin,
M.Ed. Sebagaimana dikutip oleh Ramayulis menyatakan bahwa,
"Belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi
serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar,
yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan".15
Sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh
individu dapat menghasilkan perubahan-perubahan perilaku yang positif
atau negatif. Dalam hal ini Cronbach sebagaimana yang dikutip oleh
Sumadi Suryabrata, menegaskan "Belajar yang sebaik-baiknya adalah
dengan mengalami, dan dalam mengalami ini si pelajar dengan
menggunakan inderanya".16
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapatlah dipahami bahwa
belajar adalah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk mencapai
sesuatu baik pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman yang
dapat diketahui melalui perubahan tingkah laku yang baru.
Pembelajaran dalam istilah adalah sub bagian dari pendidikan
merupakan suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan
sumber belajar dan anak dengan pendidik. Dengan demikian,
pembelajaran mensyaratkan adanya interaksi dan proses. Interaksi
dimaksud merupakan suatu aktivitas gabungan yang melibatkan guru,
peserta didik dan mata pelajaran.
Sebagai suatu proses di mana seseorang dengan sengaja dikelola
agar memungkinkan dapat belajar melakukan hal tertentu dalam kondisi
tertentu atau memberikan respons terhadap hal tertentu, "Pembelajaran
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002 ), Cet. I, h. 26 16
pada dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah tujuan,
bahan, metode, alat dan penilaian"17, demikian pendapat Tabrani. Menurut Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.P.D adalah pembelajaran
dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa
agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran
sebagai upaya membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak dari
tindakan pembelajaran adalah siswa akan (1) belajar sesuatu yang
mereka tidak akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, atau (2)
mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efisien.
Sasaran utama ilmu pembelajaran adalah mempreskripsikan
strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong prakarsa dan
memudahkan belajar siswa. Ilmu ini lebih tepat dipandang sebagai ilmu
terapan yang menjembatani teori belajar dan praktik pembelajaran,
sesuatu yang oleh Dewey (1960), kemudian oleh Glaser (1976)
dikatakan merupakan kebutuhan yang amat mendesak. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pembelajaran menaruh perhatian
pada upaya meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses
pembelajaran.
Sementara itu, Gagne dan Briggs memandang bahwa
pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dapat
mempengaruhi siswa, sehingga terjadi proses belajar.18 Artinya, pembelajaran juga merupakan upaya untuk menciptakan suasana
sedemikian rupa, sehingga hubungan antara stimulus dan respons dapat
ditingkatkan.
Secara garis besar dapat dipahami, pembelajaran merupakan
suatu proses interaksi antar pengajar sebagai katalisator dengan pelajar
sebagai katalis dan mengkoordinasikannya terus menerus melalui
usaha-usaha yang terencana dan sistematis agar terjadi proses belajar
untuk mencapai perubahan-perubahan tertentu.
17
A. Fabrani, Pendekatan Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja Karya, 1989), Cet. 1, h.
18
b. Pengertian Baca Tulis Al-Qur'an
Secara etimologi kata "baca" adalah bentuk kata benda dari kata
kerja "membaca" dan "tulis" adalah bentuk kata benda dari kata kerja
"menulis". Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, membaca
diartikan "melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang
tertulis itu".19 Sementara menulis diartikan "Membuat huruf atau angka, melahirkan pikiran atau gagasan".20 Melahirkan pikiran atau perasaan tidak dapat dilukiskan tanpa membaca sesuatu yang menjadi sasaran
atau objek tulisan.
Membaca dalam hal berkenaan dengan Al-Qur'an dapat
diartikan melihat tulisan yang terdapat pada Al-Qur'an dan
melisankannya. Akan tetapi membaca Al-Qur'an bukan hanya
melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan, meresapi isinya,
serta mengamalkannya. Iman Al-Gha7Ali mengungkapkan sebagai
berikut:
“Adapun kalau menggerakkan lidah saja, maka akan makin sedikit yang diperolehnya, karena yang dinamakan membaca harus ada perpaduan antara lidah, akal dan hati. Pekerjaan lidah adalah membenarkan bunyi huruf dengan jalan tartil (membaca perlahan-lahan dan teratur). Pekerjaan akal mengenang makna dan tujuannya, sedangkan pekerjaan hati adalah menerima nasehat dan peringatan dari apa yang dipahaminya”.21
Membaca adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh
struktur mental manusia sebagai seorang individu. Meski demikian,
bukan berarti membaca Al-Qur'an dalam arti melisankan huruf-huruf
yang terdapat di dalamnya tidak ada gunanya, is tetap merupakan suatu
kebaikan, asal sesuai dengan kaidah-kaidah membaca yang berlaku.
19
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 1058
20
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia..., h.1058 21
Sementara itu, dalam hal kemampuan menulis terdapat dua
pendekatan, yaitu proses dan produk. Setiap siswa pada prinsipnya
berbeda baik dari segi kemampuan, minat, kebutuhan, gaya belajar dan
sebagainya. Pendekatan proses memandang kegiatan menulis harus
dilaksanakan berdasarkan perbedaan tersebut. Hal mana siswa
membentuk sendiri topik dan gaya menulis. Sedangkan pada
pendekatan siswa diberi rambu-rambu oleh guru.
Menulis bukan hanya aktivitas melukiskan lambang-lambang
grafik melainkan proses berpikir. tulisan dapat menolong manusia
dalam melatih dan berpikir kritis. Untuk menumbuhkan budaya menulis
siswa pada Al-Qur'an dapat dilakukan dengan mengajarkan kepada
siswa bagaimana bentukbentuk tulisan yang benar.
Jadi, baca tulis Al-Qur'an merupakan kegiatan seseorang dalam
melisankan serta melambangkan huruf-huruf Al-Qur'an. Sementara
kompetensi baca tulis Al-Qur'an merupakan kesanggupan seseorang
dalam melisankan dan atau membunyikan serta melambangkan
huruf-huruf Al-Qur'an.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan
Al-Qur`an merupakan salah satu materi atau bahan pelajaran dalam
pendidikan Agama Islam untuk mengarahkan siswa kepada kemampuan
membaca, menulis, memahami dan menghayati Al-Qur`an
menjadikannya sebagai pedoman hidupnya.
c. Manfaat Baca Tulis Al-Qur'an
Membaca Al-Qur'an mempunyai beberapa manfaat. Al-Qur'an
secara tegas menyebutkan tentang hal tersebut sebagaimana yang
D6
(X0 PZ[<
;
\]^ G
_` a9b \ 2
c
`
de ` ,fU
g4 <G3,h
Q9(: &<(2
e `
^
& ,
R Sd^ 2
e `
g4 <G3,h3<*
(Xbj
Q,k]l <2 m
22
“Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya,
mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu
beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka
Smereka Itulah orang-orang yang rugi”
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa membaca AI-Qur'an
merupakan kegiatan mulia dan terdapat banyak manfaat serta
keuntungan sehingga akan merugi orang-orang yang mengabaikannya.
Membaca Al-Qur'an adalah jalan untuk mengingat Allah, memuja,
memuji dan memohonkan do'a kepadaNya. Karena dalam membaca
Al-Qur'an terjadi hubungan rohani antara manusia dengan Tuhan-Nya.
Quraish Shihab menambahkan bahwa "Dengan membaca
Al-Qur'an yang berulang-ulang dapat menambah kesucian jiwa serta
kesejahteraan batin".23
Lebih lanjut, keutamaan bagi orang yang senantiasa membaca
Al-Qur'an disebutkan secara tegas dalam hadis Rasulullah, sebagaimana
yang dijelaskan dalam hadis riwayat Muslim berikut:
C+
7# Dﻡ#ﻡ9 ﺏ9
$- *#+
E
*5-!
0Fی ﻥHI "/
.J +K *5 ی (
#L (MN Dﻡ#( O5ی
ﺏ#P Q
R
& <ﻡ 3 .!
24
"Dari Abu Umamah Al-Bahili, RA, is berkata saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda: Bacalah Al-Qur'an karena is pada hari
22
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemah, (Semarang : Depag RI, 1989), h. 179 23
M. Quraish Shihab, Wawasan AI-Qur'an; Tafsir maudu'i atas Berbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. 1, h. 5
24
kiamat nanti akan datang untuk memberi syafaat kepada para
pembacanya"
Rasulullah SAW kemudian memberi tuntunan agar umatnya
membaca Al-Qur'an dengan sabda bcliau yang lain. Karena pahala
membaca satu huruf Al-Qur'an sama dengan satu amal kebajikan,
seperti disebutkan dalam hadis riwayat al-Turmudzi, yaitu:
ﺏ
*#+
! S5 <ﻡ
*5-! *#+
& -. (
9 + ﻡ
#LI ﺡ
UD <ﺡ I
V#>' ﻡ
W
D <P .
X ﺏ
*5+9Y Z#[ #%ﻡ9
\
& /
\
ﺡ
U]
@ﺏ
9
ﺡ ^
U]
UOY.
.
ﺡ U&(ﻡ
U]
R
4=ﻡ > 3 .!
25
"Dari Abdullah bin masud, RA, is berkata Rasulullah bersabda
"barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur'an) maka
ia akan memperoleh pahala satu amal kebajikan dan satu amal
kebajikan itu dilipatkan sepuluh kali. Saya tidak mengatakan bahwa
'alif-lam, mim' itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf dan mim juga
satu huruf"
Sementara itu, Al-Qur'an maupun hadits tidak menyebutkan
secara spesifik mengenai manfaat menulis Al-Qur'an kecuali keterangan
mengenai sejarah penulisan Al-Qur'an itu sendiri. Meski demikian,
menulis Al-Qur'an memiliki manfaat yaitu mengetahui dan memahami
huruf dari kitab Allah (Al-Qur'an) dengan baik dan benar. Selain itu
juga dapat memelihara dan mendekatkan diri dengan kitab Allah
(Al-Qur'an).
2. Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an a. Pengertian Metode Pembelajaran
25
Kata "Metode" dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Greek (Yunani). "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan
"Hodos" yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara
yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan.26 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah
"cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam
mencapai maksudnya".27
Dalam metodik khusus pengajaran agama Islam pengertian
metode adalah "Suatu cara kerja yang sistematik dan umum seperti cara
kerja ilmu pengetahuan".28
Pengertian metode yang lebih khusus diartikan sebagai "Suatu
cara atau siasat menyampaikan bahan pelajaran agar murid memahami,
mempergunakan dengan kata lain menguasai bahan pelajaran tersebut.29 Dari perumusan tentang pembelajaran sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, pembelajaran tidak hanya berarti sekedar
menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan
atau tindakan yang harus dilakukan agar hasil belajar bisa efektif. Hal
ini sesuai dengan pendapat Tabrani bahwa, "Pembelajaran pada
dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah tujuan, bahan,
metode, alat dan penilaian".30
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan dari pembelajaran ialah
agar pihak yang diberi pelajaran dapat menerima bahan yang disajikan,
dapat menguasai bahan-bahan yang telah diterima dan dikuasainya.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, setidaknya
dibutuhkan 4 unsur pokok pada proses pembelajaran yaitu, "(1) guru
26
Abdurrahman Getteng, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Ujung Pandang: Al-Thahiriyah Indonesia, 1987), h. I
27
Peter Salim, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English,1991), h. 1126
28
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi/IAIN, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1984, Cet. 2, h. 1
29
Departemen Agama RI, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: DEPAG RI, 1984), Cet. 2, h.1
30
yang berpengetahuan, memiliki pengalaman dan terampil, (2) siswa
yang sedang berkembang, (3) metode penyampaian informasi atau
keterampilan penyampahan pesan, dan (4) respons atau perubahan
perilaku siswa"31
Unsur metode pembelajaran dalam hal ini adalah "suatu tekhnik
penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar
murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat
dicerna oleh murid dengan baik."32
Istilah metodologi pengajaran sebenarnya sama dengan metodik,
yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau teknik
menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.33
Sementara Zuhairini menjelaskan bahwa metode mengajar
adalah; "Merupakan salah satu komponen daripada proses pendidikan,
Merupakan alat untuk mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat
bantu mengajar, Merupakan kebulatan dalam suatu sistem
pendidikan".34
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapatlah diambil suatu
pengertian mengenai metode pembelajaran yaitu, bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang terencana dan berfungsi
sebagai alat yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Dan definisi-definisi yang telah diuraikan, maka dapat dikatakan
adanya beberapa prinsip penting yang mencirikan metode pembelajaran,
yaitu:
31
Lutan, Rusli, Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode, (Jakarta: Depdikbud, 1988) h. 97
32
Zakiyah, Drajat, Metodologi Pengajaran Islam, (Bumi Aksara: Jakarta, 1983) ,h. 60 33
M. Basyaruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. I, h. 3
34
1) Menyenangkan, yaitu metode dirancang secara khusus dalam
suasana yang mengembirakan dan menimbulkan kepuasan peserta
didik.
2) Menarik, pemahaman terhadap istilah "menarik diartikan dengan
metode yang "hidup", artinya dibawakan dalam suasana serius tetapi
santai, artinya siswa dapat mengikuti pelajaran tanpa merasakan
'beban atas apa yang dipelajarinya, karena siswa sudah menyenangi
pelajaran tersebut.
3) Efektif, yaitu metode harus dapat membangun proses pembelajaran
yang diarahkan kepada Sasaran akhir ketercapaian tujuan
pengajaran dengan baik dan berhasil.
4) Efisien, yaitu metode hendaknya diarahkan kepada Sasaran akhir
ketercapaian tujuan pengajaran dengan cepat dan tepat dalam
kurun waktu tertentu.
5) Fleksibel, metode yang digunakan hendaklah terbuka terhadap
perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu peserta
didik dalam memperoleh hasil yang diinginkan.
6) Keseimbangan, metode hendaknya memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan
perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi
sekolah.
b. Aspek-aspek Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran mencakup 8 (delapan) aspek, yaitu
"Peragaan, Minat dan perhatian, Motivasi, Apersepsi, Korelasi dan
konsentrasi, Kooperasi, Individualisasi, Evaluasi".35
1) Peragaan
Salah satu kegiatan yang tidak boleh diabaikan dalam
keseluruhan proses pembelajaran adalah peragaan. Substansi
35
peragaan adalah "suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan
maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang
disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa".36 Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana
pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
dengan menekankan penerapan konsep belajar sambil melakukan.
Terdapat dua peragaan yang dapat diterapkan guru dalam
proses pembelajaran, yaitu:
a) Peragaan langsung; dengan menunjukkan benda aslinya atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa;
b) Peragaan tidak langsung; dngan menunjukkan benda tiruan atau suatu model. Sebagai contoh: gambargambar, boneka, foto, film, dan sebagainya.37
2) Minat dan perhatian
Pada prinsipnya minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan atau dapat
dikatakan suatu rasa lebih suka dan merasa terikat pada suatu
kegiatan tanpa adanya suatu perintah atau paksaan dari pihak luar.
Dalam pengertian ini, minat menghasilkan kecenderungan
yang tetap untuk perhatian penuh terhadap kegiatan pembelajaran.
Kegiatan yang diminati akan diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa senang dan tidak mudah bosan karena kegiatan
tersebut pada dasarnya tidak bertentangan dengan keinginan.
Artinya siswa dapat mengikuti pelajaran tanpa merasakan 'beban
atas apa yang dipelajarinya, karena siswa sudah menyenangi
pelajaran tersebut.
3) Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan yang menjadi sebab
timbulnya segala suatu tingkah laku. Alisuf Sabri membagi motivasi
36
M. Basyaruddin Usman; Metodologi Pembelajaran Agama Islam..., h. 7 37
menjadi dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.38 Dalam pengertian kegiatan pembelajaran, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang
erat hubungannya dengan tujuan belajar. Sementara motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri individu dan
tidak berkaitan dengan tujuan belajar.
4) Apersepsi
Yaitu bersatunya memori lama dengan baru pada saat
tertentu. Apersepsi itu penting dalam kegiatan pembelajaran untuk
membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui. Tujuannya agar anak dengan mudah mempelajari sesuatu
yang baru, sekaligus untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang perkembangan pengetahuan dan keterampilan siswa.
5) Korelasi dan konsentrasi
Yang dimaksud korelasi ialah konsep belajar yang membuat
hubungan/ mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan mata
pelajaran lain untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu
mata pelajaran. Dengan konsep ini, konsentrasi siswa akan
terbentuk dan hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa.
Sehubungan dengan itu, guru dituntut menerapkan suatu
proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan Penilaian dapat dilakukan
dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa
proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
c. Aspek-aspek Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an 1) Tajwid
38
Tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada,
yujawwidu, tajwidan yang artinya membaguskan atau membuat
jadi bagus. Dalam pengertian lain membaguskan menurut lughah,
tajwid dapat pula diartikan sebagai:
_(` #ﺏ "#(0Y
Segala sesuatu yang mendatangkan kebajikan.
Sedangkan pengertian tajwid menurut istilah adalah:
ﻡ P><ﻡ. ﺡ a] ﺡ @' :#b
ﺏ ] ی U&
#$75Pﻥ. &(2M> #' c d (e. S._$ . f#Mg
Ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf,baik hak-hak huruf (haqqul harf) maupun hukum-hukum baru
yang timbul setelah hak-hak huruf (mustahaqqul harf) dipenuhi,
yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd, dan lain
sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqiq, tafkhim, dan yang
semisalnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, ruang lingkup
Ilmu Tajwid secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua bagian:
a) Haqqulharf ( ), yaitu segala sesuatu yang wajib ada
(lazimati) pada setiap huruf. Hak huruf meliputi sifat-sifat
huruf (shifatul harf) dan tempat-tempat keluarnya huruf
(makharijul harf). Apabila hak huruf ditiadakan, maka semua
suara yang diucapkan tidak mungkin mengandung makna
karena bunyinya menjadi tidak jelas. Begitu pun lambang suara
tidak mungkin diwujudkan dalam bentuk tulisan. Contohnya
ialah suara-suara alam yang sukar dipahami.
b) Mustahaqqul harf ( ), yaitu hukum-hukum baru
('aridlah) yang timbul oleh sebab-sebab tertentu setelah
hak-hak huruf melekat pada setiap huruf. Hukum-hukum ini
berguna untuk menjaga hak-hak huruf tersebut, makna-makna
dikehendaki oleh setiap rangkaian huruf (lafazh). Mustahaqqul
harf meliputi hukum-hukum seperti Izhhar, Ikhfa', Iqlab,
Idgham, Qalqalah, Ghunnati, Tafkhfm, Tarqiq, madd, waqaf,
dan lain-lain.
Al-Quran merupakan firman Allah yang agung, yang
dijadikan pedoman hidup oleh seluruh kaum Muslimin.
Membacanya bernilai ibadah dan mengamalkannya merupakan
kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim
harus mampu membaca ayat-ayat al-Quran dengan baik sesuai
dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.. Inilah salah satu
tujuan mempelajari Ilmu Tajwid, sebagaimana diterangkan oleh
Syekh Muhammad al-Mahmud rahimahullah:
0 #ﻡ
"
hM "# 0
I Dی#[ i5 ﺏ >ی#e
"5
>ی#e @(+. D(PgIY Dی5
CP
ﻡ
# 0
V#>' I :#b2
"#<
Tujuan (mempelajari Ilmu Tajwid) ialah agar dapat membaca
ayat-ayat al-Qur’an secara betul (fasih) sesuai dengan yang
diajarkan oleh Nabi saw., Dengan kata lain ,agar dapat
memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca kibat
Allah Ta’ala.
Hukum mempelajari Ilmu Tajwid sebagai disiplin ilmu
adalah fardu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Ini
artinya, mempelajari Ilmu Tajwid secara mendalam tidak
diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa
orang saja. Namun, jika dalam satu kaum tidak ada seorang pun
yang mempelajari Ilmu Tajwid, berdosalah kaum itu.
Adapun hukum membaca al-Quran dengan memakai
aturan-aturan tajwid adalah fardu ain atau merupakan kewajiban
dilaksanakan sesuai ketentuan. Ketentuan itulah yang terangkum
dalam Ilmu Tajwid. Dengan demikian, memakai Ilmu Tajwid
dalam membaca al-Quran hukumnya wajib bagi setiap orang, tidak
bisa diwakili oleh orang lain. Apabila seseorang membaca
al-Quran dengan tidak memakai tajwid, hukumnya berdosa.39 2) Qiraat
Ilmu Qiraat adalah ilmu yang membahas bermacam-macam
bacaan (qiraat) yang diterima dari Nabi saw. dan menjelaskan sanad
serta penerimaannya dari Nabi saw.. Dalam ilmu ini, diungkapkan
qiraat yang sahih dan yang tidak sahih seraya menisbatkan setiap
wajah bacaannya kepada seorang Imam Qiraat.
Asal muasal terjadinya perbedaan ini adalah karena bangsa
Arab dahulu mempunyai berbagai dialek bahasa (latyati) yang
berbeda antara' satu kabilah dengan kabilah lainnya. Dan al-Quran
yang ditu-runkan Allah swt. kepada rasul-Nya saw. menjadi
semakin sempurna kemukjizatannya karena ia dapat menampung
berbagai macam dialek tersebut sehingga tiap kabilah dapat
membaca, menghafal, dan mema-hami wahyu Allah.
Qiraat yang bermacam-macam ini telah mantap pada masa
Rasulullah saw. dan beliau mengajarkannya kepada para shahabat
r.a. sebagaimana beliau menerimanya dari Jibril a.s.. Kemudian
pada masa shahabat muncul para ahli bacaan al-Quran yang menjadi
panutan masyarakat. Yang termasyhur di antara mereka antara lain
Ubay bin Ka'b, 'Utsman bin Wfan, 'Ali bin Abi Thalib, 'Abdullah
bin Mas'ud, Zaid bin Tsabit, dan Abu Musa al-Asy'ari. Mereka
inilah yang menjadi sumber bacaan bagi sebagian besar shahabat
dan tabi’in .
Namun dalam perkembangan selanjutnya, perbedaan qiraat
ini menghadapi masalah yang serius karena munculnya banyak versi
39
bacaan yang semuanya mengaku bersumber dari Nabi saw.. Untuk
itu dilakukanlah penelitian dan pengujian oleh para pakar qiraat
dengan menggunakan kaidah dan kriteria dari segi sanad, Rasm
'Utsmani, dan tata bahasa Arab.
Setelah melalui upaya yang keras serta penelitian dan
pengujian yang mendalam terhadap berbagai qiraat al-Qur’an yang
banyak bereda tersebut, ternyata yang memenuhi syarat mutawatir,
menurut kesepakatan para ulama, ada tujuh qiraat. Tujuh qiraat ini
selanjutnya dikenal dengan sebutan Qiraat Sab'ab (bacaan yang
tujuh). Qiraat Satfah ini masing-masing dibawa dan dipopulerkan
oleh seorang imam qiraat, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh
orang imam qiraat. Sebagai penghargaan dan agar mudah diingat,
nama-nama mereka selanjutnya diabadikan pada qiraatnya
masing-masing. Contohnya: qiraat 'Ashim, qiraat Naff, qiraat Ibnu Katsir,
dan seterusnya. Tetapi patut dipahami, hal ini bukan berarti bahwa
merekalah yang menciptakan qiraatnya sendiri. Qiraat yang mereka
anut dan gunakan tetap bersumber dari Rasulullah saw. yang
diperolehnya secara talaqqi U dari generasi-generasi sebelumnya.40 3) Makhraj Huruf
Makhraj ditinjau dari morfologi berasal dari fi’il madli:
yang artinya keluar. Lalu,dijadikan ber-wazan yang ber-sighat
isim makan, maka menjadi . Bentuk jamaknya adalah: .
Karena itu, makha-rijul huruf ( ) yang diindonesiakan
menjadi makhraj huruf, artinya: tempat-tempat keluar huruf.
Secara bahasa, makhraj artinya:
j. 2 k 5ﻡ
Tempat keluar.
Sedangkan menurut istilah makhraj adalah:
] P
ﻡ FX ی l= @P$ U&- 57
40
Suatu nama tempat, yang padanya huruf dibentuk (atau diucapkan).
Dengan demikian, makhraj huruf adalah tempat keluarnya
huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan.
Ketika membaca al-Quran, setiap huruf harus dibunyikan
sesuai makhraj hurufnya: Kesalahan dalam pengucapan huruf atau
makhraj huruf, dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan
arti pada bacaan yang tengah dibaca. Dalam kondisi tertentu,
kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran manakala
seseorang melakukannya dengan sengaja dan sadar.
Contoh kesalahan dalam pengucapan makhraj huruf adalah
pada ayat ! (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam). Jika lafazh dibaca " (huruf 'ain berubah menjadi
hamzati), maka artinya menjadi: segala puji bagi Allah "rajanya segaja penyakit". Contoh lainnya, lafazh # $ی pada potongan ayat:
# $ی &' ( ) (Tiada yang dapat memberi syafaat) dibaca # ی
(suara syin berubah menjadi sin), maka artinya menjadi: tiada yang
dapat memberikan "tempelengan". Demikian pula bila kata *ﺵ
(bersyukur) dibaca *ﺱ, artinya berubah menjadi "mabuk".
Cara Mengetahui Makhraj Huruf
Untuk mengetahui makhraj suatu huruf, hendaklah huruf
tersebut disukunkan atau ditasydidkan, kemudian tambahkan satu
huruf hidup di belakangnya, lalu bacalah! Tatkala suara tertahan,
maka tampaklah makhraj huruf dari huruf yang bersangkutan.
Kaidah menerangkan:
@ 5 A$7 ( @)_0. 3S_X0 . ] P
m<0 "
? 2ﻡ "#' f5g kb ﻥ n(PI (
og0 &ﺙ
Hendaklah kamu menyukunkan huruf atau mentasydidkannya, lalu
(dan dengarkan). Saat suara tertahan, maka di sanalah letak
makhrajnya. 41 Contoh:
(huruf ba’) menjadi (dibaca : ab) atau (dibaca: abb)
(huruf sin) menjadi - (dibaca : ab) atau (dibaca: abb)
(huruf qaf) menjad . (dibaca : ab) atau (dibaca: abb)
4) Metode Imla (dikte)
Metode imla atau dikte adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan menyuruh peserta didik apa-apa yang dikatakan
guru. Alat penyajian bahan yang digunakan guru dalam metode ini
adalah bahasa lisan. Sedangkan alat peserta didik yang terutama
dalam menyalin bahan pelajaran ialah berupa alat tulis dengan
perhatian mendengarkan guru.
Manfaatnya:
a) Membenarkan dan memperbaiki bacaan siswa sebelum mereka
menghafal
b) Memantapkan lisan ketika melafalkan ayat-ayat al-Qur’an
secara benar dan tartil.42
d. Macam-Macam Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an Sesuai dengan kekhususan-kekhususan yang ada pada
masing-masing bahan/materi pelajaran, baik sifat maupun tujuan maka
diperlukan metode-metode yang berlainan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya. Apabila dijabarkan secara terinci,
faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya metode belajar-mengajar
antara lain adalah:
1) Tujuan yang berbeda dari masing-masing pelajaran sesuai dengan sifat maupun isi meteri pelajaran masmg-masmg. Misalnya dari segi tujuan dan sifat pelajaran Tauhid yang membicarakan tentang masalah keimanan tentunya lebih bersifat p mhilosophis, daripada
41
Ibid., h. 20-21 42
mata pelajaran Fiqih yang bersifat praktis dan menekankan pada aspek keterampilan. Oleh karena itu cara penyajiannya/metode yangdipakai harus berbeda.
2) Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berptkintya. Oleh karena itu cara mengajar untuk tingkat perguruan tinggi tidak dapat disamakan dengan mengajar di Sekolah Dasar.
3) Perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung; dengan pengertian bahwa di samping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah) masingmasing, juga letak geografis dan perbedaan social kultural ikut menentukan metode yang dipakai oleh guru.
4) Perbedaan pribadi dan kemampuan dart para pendidik masmg-masmg. Seorang guru yang pandai menyampaikan sesuatu dengan lisan, disertai mimik, gerak lagu tekanan suara, akan lebih berhasil dengan memakai metode ceramah daripada guru lain yang karena pembawaannya dia tidak pandai berbicara dan
5) Karena adanya sarana/fasilitas yang berbeda baik dari segi ……segi kuantitasnya. Suatu sekolah yang sudah lebih lengkap peralatan sekolahnya baik sarana pergeduangan, kelas dan….metode demonstrasi dan eksperimen sarana pendidikannya.43
6) Konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
7) Kooperasi
Kooperasi diartikan belajar bersama atau belajar dalam tim. Yaitu proses pembelajaran yang berlangsung dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting karena belajar akan lebih bermakna dan anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
8) Individualisasi
Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya. Pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan. Di sini basil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
43
9) Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
Dalam pembelajaran Al-Qur'an, metode memegang peranan
yang tidak kalah penting dengan komponen-komponen lain. Metode
baca dan baca Al-Qur'an adalah suatu cara atau jalan untuk
memudahkan pelaksanaan pembelajaran Al-Qur'an. Untuk dapat
membaca dan menulis Al-Qur'an seseorang harus terlebih dahulu
mengenal huruf-hurufnya, karena tanpanya adalah tidak dimungkinkan
bisa membaca ataupun menulis Al-Qur'an.
Pada dasarnya, metode yang digunakan dalam pembelajaran
Al-Qur'an dibagi dua metodik yaitu, metodik umum dan metodik khusus.
Termasuk dalam metodik umum adalah:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan
di mana Cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada
anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.
Untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat bantu
mengajar lain misalnya, gambar-gambar, peta, denah dan alat peraga
lainnya".44 Demikian penjelasan Zuhairini dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agama.
Pelaksanaan metode ceramah yang wajar terletak dalam
pemberian fakta atau pendapat dalam waktu yang singkat kepada
jumlah pendengar yang besar dan apabila cara lain tidak mungkin
ditempuh, misalnya : karena tidak adanya bahan bacaan dan atau
untuk menyimpulkan dan untuk memperkenalkan sesuatu yang
baru.
44
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya yang
paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Metode ini juga
dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau
rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya bell dan daya paham
siswa.
Namun pada kenyataannya ditemukan beberapa kelemahan
metode ceramah tersebut yaitu : 1) Membuat siswa pasif. 2)
Mengandung unsur paksaan siswa. 3) Menghambat daya kritis
siswa.45
Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru apabila:
a) Untuk memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran. b) Waktu terbatas, sedangkan materi/informasi banyak yang akan
disampaikan.
c) Lembaga pendidikan sedikit memiliki staf pengajar, sedangkan jumlah siswa banyak.46
Ciri yang menonjol pada metode ceramah, dalam
pelaksanaannya adalah peranan guru yang sangat dominan, di mana
murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang
disampaikan oleh guru.
Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur'an metode ini tepat
digunakan misalnya jika ingin menerangkan pelajaran mengenai
pengertian tajwid dan lain sebagainya.
2) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan
jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawabnya. Atau
suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedang
murid menjawab tentang bahan/materi yang ingin diperoleh.47 Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan,
fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang
45
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 204
46
Martinis Yam in, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), h. 65
47
perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai appersepsi, selingan
dan evaluasi).
Metode ini biasanya digunakan apabila pelaksanaannya
ditujukan untuk:
a) Meninjau pelajaran atau ceramah yang lalu, agar anak didik memusatkan perhatian lagi pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajaran berikutnya.
b) Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian anak didik, atau dengan perkataan lain untuk mengikutsertakan mereka.
c) Mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka.48
Dalam proses pembelajaran baca tulis Al-Qur'an, bertanya
memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik
dengan teknik pengajaran yang tepat akan:
a) Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap masalah yang dibicarakan.
b) Meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar.
c) Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif murid.
d) Menentukan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.
e) Menuntun proses berfikir siswa, sebab pertanyaan yang akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.49
Sebagai metode pembelajaran, seharusnya
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru disusun sedemikian rupa
sehingga pertanyaan yang satu mempunyai hubungan dengan
pertanyaan yang lain. Untuk itu perlulah pertanyaan-pertanyaan
disusun sekitar satuan pelajaran.
Guru mengharapkan dari murid-murid jawaban yang tepat
berdasarkan fakta. Dalam tanya jawab, pertanyaan ada kalanya dari
48
H.Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka:1995), Cet. 1, h.122
49
pihak murid, (dalam hal ini guru atau murid yang menjawab).
Apabila murid-murid tidak menjawab barulah guru memberik an
jawabannya.
Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur'an, metode tanya
jawab dapat diterapkan dalam menyajikan bahan pelajaran tajwid
serta pokok-pokok bahasan lainnya yang mengandung nilai tanya
jawab.
Kelebihan metode tanya jawab adalah:
a) Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih efektif bila dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapat sehingga nampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti
c) Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat dibawa ke arah suatu diskusi50
Di antara kelemahan dari metode Tanya jawab adalah bahwa
tanya jawab bisa menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan,
terlebih lagi jika kelompok siswa memberi jawaban atau
mengajukan pertanyaan yang dapat menimbulkan masalah barn dan
menyimpang dari pokok persoalan.51 3) Metode Drill/Latihan Siap
Metode drilVlatihan siap ialah suatu metode dalam
pembelajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan
pelajaran yang sudah diajarkan.
Metode drill/latihan siap biasanya digunakan pada
pelajaran-pelajaran yang bersifat motoris seperti : pelajaran menulis, pelajaran
bahasa dan pelajaran keterampilan, dan pelajaran-pelajaran yang
bersifat kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak berfikir
cepat.
50
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam..., h 68 51
Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur'an, metode ini sering
dipakai untuk melatih ulangan pelajaran Al-Qur'an.
Kelebihan metode ini dalam waktu singkat, cepat dapat
diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan, para siswa
akan memiliki pengetahuan siap, dan akan menanamkan pada
anak-anak kebiasaan belajar secara kontinu dan disiplin.
Kekurangan dari metode ini adalah menghambat
perkembangan dan daya inisiatif murid, kurang memperhatikan
penyesuaiannya dengan lingkungan, membentuk
kebiasaan-kebiasaan yang kaku dan otomatis, membentuk pengetahuan
verbalis dan mekanis.
Sementara yang termasuk dalam metodik khusus mengutip
dari beberapa pakar yang dapat dijadikan acuan, antara lain:
1) Metode Iqra'
Metode Iqra' adalah metode temuan KH. As'ad Human
dari Yogyakarta. Metode ini terdiri dari 6 jilid dengan waktu
belajar 6 bulan, Model pengajaran metode Iqra' yaitu, a) Cara
belajar siswa aktif, guru tak lebih hanya sebagai penyimak,
bukan penuntun bacaan, b) Privat, guru menyimak seorang
dengan seorang, c) Asistensi, yaitu jika guru tidak mencukupi,
murid yang mahir bisa turut membantu mengajar murid-murid
yang lainnya.52
2) Metode Qa'dah Baqdhadiyyah
Metode Qa'dah Baqdhadiyyah berasal dari Baghdad Irak
dan dianggap sebagai metode tertua. Karena metode ini terlalu
mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil
(jelas dan tepat).
3) Metode Qiro'ati
52
Metode Qiro'ati adalah cara mengajar membaca Al -
Qur'an dengan buku Qiro'ati dan menawarkan pengajaran yang
sistematis dan mendetail. Metode ini di antaranya mengajarkan
bacaan gharib (bacaan yang langka, aneh) dalam Al-Qur'an
yang tidak terdapat dalam metode yang lain.
Metode Qiro'ati adalah yang mujawwad murattal
(mengajarkan tajwid dan cara baca tartil), dilakukan secara
klasikal yaitu, beberapa murid membaca dan menyimak bersama
dalam satu ruangan. Adapun sasarannya adalah untuk anak
sekitar 4-6 tahun, 6-12 tahun dan mahasiswa. Metode
pengajaran Qiro'at memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Praktis
b) Sederhana (realis, tidak teoritis)
c) Sedikit demi sedikit (tidak menambah sebelum bisa dengan lancar)
d) Merangsang murid untuk Baling berpacu e) Tidak menuntun membaca
f) Waspada/teliti terhadap bacaan salah, terutama pada bacaan yang salah kaprah
g) Driil (bisa karena dibiasakan)53 4) Metode Hattahiyyah
Metode hattahiyyah adalah metode baca Al-Qur'an yang
paling fantastis karena membaca Al-Qur'annya hanya dalam
waktu 4,5 jam saja, dan dengan pendekatan Bahasa Indonesia,
metode ini diperuntukkan dan diterapkan untuk peserta didik
yang sudah mampu baca tulis huruf latin.
5) Metode Insani
Yaitu metode yang hanya memakai satu jilid dengan 71
halaman, metode ini disusun sejak tahun 1994. Waktu belajar
yang diperlukan adalah 6 bulan, yaitu melafazkan Al-Qur'an
secara baik.
53
B. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur'an dapat dipandang sebagai
suatu proses selama siswa mengalami pengalaman-pengalaman pendidikan
untuk mencapai suatu tujuan belajar (hasil belajar) yaitu memiliki kemampuan
membaca dan menulis Al-Qur'an dengan baik dan benar, sedangkan untuk
mencapai kemampuan yang diharapkan, diperlukan suatu dukungan
pembelajaran yang berkualitas.
Pembelajaran yang berkualitas berhubungan erat dengan 8 (delapan)
aspek metode pembelajaran, yaitu "peragaan, minat dan perhatian, motivasi,
apersepsi, korelasi dan konsentrasi, kooperasi, individualisasi, evaluasi hasil
belajar. Makin berkualitas pembelajaran yang dilakukan, maka tingkat
keberhasilannya akan tinggi. Sebaliknya, makin tidak berkualitas pembelajaran
yang dilakukan, maka tingkat keberhasilannya akan rendah.
Dapat diduga bahwa pembelajaran baca tulis Al-Qur'an yang dilakukan
di SMP Islam Parung Bogor berkualitas, maka tingkat keberhasilan akan tinggi
pula, sedangkan pembelajaran yang tidak berkualitas, akan mencapai tingkat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian i