• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Proses Saintifk menggunakan Penilaian Produk pada Praktikum Biologi Konsep Jaringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Proses Saintifk menggunakan Penilaian Produk pada Praktikum Biologi Konsep Jaringan"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROSES SAINTIFIK MENGGUNAKAN

PENILAIAN PRODUK PADA PRAKTIKUM BIOLOGI

KONSEP JARINGAN

(Penelitian Deskriptif di SMAN 28 Kab. Tangerang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Novi Sartika Wahyuni

NIM. 1111016100070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses saintifik menggunakan penilaian produk pada praktikum biologi konsep jaringan. Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 28 Kab.Tangerang kelas XI IPA 3 yang berjumlah 32 siswa. Metode yang digunakan pada analisis ini adalah metode deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan saintifik aspek Mengamati 66.41% kategori baik, keterampilan mengamati menggunakan indera penglihatan dalam melakukan pengamatan. Menanya 70,32% kategori baik, siswa mengajukan satu sampai dua pertanyaan berkaitan dengan materi. Mencoba 69.54% kategori baik, keterampilan menggunakan alat dan bahan merupakan keterampilan yang mempengaruhi kualitas praktikum. Menalar 71.10% kategori baik, didapatkan dari pengetahuan awal sebelumnya yaitu keterampilan mengamati dan menanya. Serta mengkomunikasi 75,00% kategori baik, siswa menganalisa hasil pengamatan dengan penjelasan materi yang telah diberikan oleh guru sebelumnya. Penilaian produk yang digunakan dalam keterampilan saintifik sudah mampu mengukur secara objektif dan subjektif.

(6)

ii

Education Program, Department of Natural Science Education. Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2016.

This research aims to analyze scientific process using product assessment in tissue concept Biology experiment. The subject of this research was 32 students of XI Science 3 at SMA Negeri 28 Kab.Tangerang. The method used in this analysis was a descriptive method. The research instruments used in this research were observation sheet field notes and interview guides. The results showed that the students’ aspect of scientific process in observing 66.41% good category observing skills to use senses of vision in making observations. 70.32% questioning either category, students ask one or two questions relating to the material. Experimenting 69.54% good category, skills in using tools and materials are skills that affect the quality of the lab. Associating 71.70% good category, obtained from the previous initial knowledge skills to observe and questions. 75.00% and communicating of good category, students analyze the results of observation with an explanation of material that has been given by the previous teacher. The product assessment used in scientific process are already able to measure objectively and subjectively.

(7)

iii

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan para sahabatnya. Skripsi yang berjudul “Analisis Proses Saintifik menggunakan Penilaian Produk pada Praktikum Biologi Konsep

Jaringan” dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di program studi Pendidikan Biologi, jurusan Pendidikan IPA.

Terselesaikannya skripsi ini tepat pada waktunya tidak terlepas dari adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang selalu memberikan masukan, waktu, tenaga, dan pikiran serta motivasi kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Eny Rosyidatun, MA. selaku dosen pembimbing II, yang selalu

memberikan masukan, waktu, tenaga, dan pikiran serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Drs. Heru Prasusi, M.Pd selaku kepala SMA Negeri 28 Kab. Tangerang

(8)

iv

8. Siswa-siswa SMA Negeri 28 Kab. Tangerang kelas XI IPA 3 yang senantiasa memberikan dukungan dan kerjasama yang baik.

9. Rekan-rekan seperjuangan prodi pendidikan biologi angkatan 2011 atas segala mimpi, cita-cita, motivasi dan inspirasi serta semangat yang diberikan selama menutut ilmu dikampus tercinta, khususnya Ratna

Alfiani, Enny Zuita, Veronica Ribka Holia, Indah El Karim, Hasbi Asshidiqqi, dan Arfan Amrullah yang telah memberikan semangat dan hiburan bagi penulis.

10.Keluarga besar laboratorium Kimia-Biologi, terutama kepada bapak Iwan Setiawan S.Pd, kak Ayu Kurnia, S.Pd, dan rekan-rekan yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi, doa dan dukungannya.

11.Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda R. Djoko Wahyu Watyono dan Ibunda Hj. Siti Aisyah, kakek H. Munimin, dan adik tercinta Dwi Agustina yang selalu menjadi semangat, motivasi, perhatian, doa, dukungan (moril dan materil), dan kasih sayang kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

12.M. Iqbal Febriansyah, S.Pd yang senantiasa memberikan doa, dukungan, motivasi, dan hiburan kepada penulis.

13.Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dijadikan masukan bagi guru biologi dan mahasiswa sebagai referensi selanjutnya.

Ciputat, 21 April 2016

(9)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 8

A. Teori-teori yang Relevan dengan Variabel yang Diteliti ... 8

1. Pendekatan Saintifik ... 8

a. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 8

b. Jenis-jenis Pendekatan Saintifik ... 9

c. Peranan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sains ... 15

2. Penilaian Produk ... 16

a. Pengertian Penilaian Produk ... 16

b. Karakteristik Penilaian Produk ... 17

c. Langkah-langkah Merencanakan Penilaian Produk .. 18

d. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Produk ... 19

3. Kegiatan Praktikum ... 20

(10)

vi

b. KI dan KD Materi Jaringan ... 23

c. Kajian Materi Jaringan ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Kalibrasi Instrumen Penelitian ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Hasil Penilaian Produk (LKS) ... 44

2. Hasil Observasi Proses Saintifik ... 49

3. Hasil Catatan Lapangan... 60

4. Respon Observer terhadap Penilaian Produk ... 61

B. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aspek-aspek beserta Indikator-indikator Pendekatan Saintifik ... 14

Tabel 3.1 Kategori Skor Pendekatan Saintifik ... 42

Tabel 4.1 Data Hasil Penilaian Produk (LKS) Praktikum ke-1 ... 45

Tabel 4.2 Data Hasil Penilaian Produk (LKS) Praktikum ke-2 ... 46

Tabel 4.3 Data Hasil Penilaian Produk (LKS) Praktikum ke-3 ... 47

Tabel 4.4 Data Hasil Penilaian Produk (LKS) Praktikum ke-4 ... 48

Tabel 4.5 Kategori Rata-rata Hasil Penilaian Produk (LKS) Praktikum ke-1 sampai 4 ... 49

Tabel 4.6 Catatan Lapangan ... 60

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Jaringan Tumbuhan ... 26

Gambar 2.2 Macam-macam Jaringan Hewan ... 27

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 33

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 36

Gambar 4.1 Mengamati ... 50

Gambar 4.2 Mencoba ... 54

Gambar 4.3 Menalar ... 56

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP (Pertemuan ke-1) ... 77

Lampiran 2 RPP (Pertemuan ke-2)... 88

Lampiran 3 RPP (Pertemuan ke-3)... 99

Lampiran 4 RPP (Pertemuan ke-4)... 110

Lampiran 5 Rubrik Keterlaksanaan RPP (Pertemuan ke-1) ... 120

Lampiran 6 Rubrik Keterlaksanaan RPP (Pertemuan ke-2) ... 121

Lampiran 7 Rubrik Keterlaksanaan RPP (Pertemuan ke-3) ... 122

Lampiran 8 Rubrik Keterlaksanaan RPP (Pertemuan ke-4) ... 123

Lampiran 9 Rubrik Lembar Penilaian Produk (Pertemuan ke-1) ... 124

Lampiran 10 Rubrik Lembar Penilaian Produk (Pertemuan ke-2) ... 126

Lampiran 11 Rubrik Lembar Penilaian Produk (Pertemuan ke-3) ... 128

Lampiran 12 Rubrik Lembar Penilaian Produk (Pertemuan ke-4) ... 130

Lampiran 13 Rubrik Lembar Observasi (Pertemuan ke-4) ... 133

Lampiran 14 LKS (Pertemuan ke-1) ... 137

Lampiran 15 LKS (Pertemuan ke-2) ... 143

Lampiran 16 LKS (Pertemuan ke-3) ... 149

Lampiran 17 LKS (Pertemuan ke-4) ... 156

Lampiran 18 Catatan Lapangan ... 162

Lampiran 19 Lembar Wawancara ... 163

Lampiran 20 Data Penilaian Produk (Praktikum ke-1) ... 164

Lampiran 21 Perhitungan Penilaian Produk (Praktikum ke-1) ... 165

Lampiran 22 Data Penilaian Produk (Praktikum ke-2) ... 166

(14)

x

Lampiran 24 Data Penilaian Produk (Praktikum ke-3) ... 168

Lampiran 25 Perhitungan Penilaian Produk (Praktikum ke-3) ... 169

Lampiran 26 Data Penilaian Produk (Praktikum ke-4) ... 170

Lampiran 27 Perhitungan Penilaian Produk (Praktikum ke-4) ... 171

Lampiran 28 Perhitungan Rata-rata Penilaian Produk (Praktikum ke-1 s.d. 4) ... 172

Lampiran 29 Kategori Rata-rata Penilaian Produk (Praktikum ke-1 s.d. 4) ... 173

Lampiran 30 Keterampilan Menanya ... 174

Lampiran 31 Data Catatan Lapangan ... 179

Lampiran 32 Data Wawancara ... 180

Lampiran 33 Foto-foto Hasil Penelitian ... 182

Lampiran 34 Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI ... 183

Lampiran 35 Surat Bimbingan Skripsi Pembimbing I ... 184

Lampiran 36 Surat Bimbingan Skripsi Pembimbing II ... 185

Lampiran 37 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 186

(15)

1

Pada tahun 2013 mulai muncul kurikulum 2013 dengan karakteristik bukan

hanya mengutamakan pengetahuan saja, tetapi sikap dan keterampilan pada

implementasinya menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik

(scientific approach) digunakan pada kurikulum 2013 yang menekankan pada

dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran. Orientasi kurikulum 2013 adalah

terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),

keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Pendekatan ilmiah (scientific

approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk

semua mata pelajaran. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan

menggunakan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah diharapkan dapat membantu siswa dengan cara membangkitkan motivasi belajarnya, meningkatkan keaktifan dan kreatifitas, membantu siswa dalam memahami konsep serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendekatan ilmiah yang digunakan adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.1

Dengan keterampilan tersebut siswa dapat benar-benar aktif dan dituntut untuk kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga kemampuan fisik dan mental

siswa semakin meningkat dan lebih mudah dalam menemukan konsep-konsep dalam materi pembelajaran.

Aspek indikator pendekatan saintifik mencakup keterampilan mengamati, menanya, menalar, mencoba/mengeksplor, dan mengkomunikasi.2 Namun, pada kenyataannya indikator yang terdapat dalam pendekatan saintifik masih belum

1

Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 149.

2

(16)

digunakan semua. Hanya sebagian indikator yang sering digunakan dalam pembelajaran. Beberapa aspek pendekatan saintifik yang digunakan biasanya adalah mengamati, mencoba, dan mengkomunikasi.3

Pendekatan saintifik perlu diterapkan dalam pembelajaran dengan alasan: a) Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sehingga tidak mungkin guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Siswa harus berusaha untuk aktif mencari dan membangun pengetahuannya sendiri; b) Secara psikologis siswa dalam usia perkembangan lebih mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak

jika disertai contoh konkret dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari; c) Ilmu pengetahuan bersifat relatif, artinya suatu teori dapat terbantahkan bila ditemukan teori yang lebih baik; d) Dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak lepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik, selain mengajar guru seharusnya pandai memotivasi agar siswa memiliki rasa ingin tahu dan berusaha mencari jawaban atas keingintahuannya. Sehingga keterampilan proses saintifik berperan sangat besar dalam pengembangan konsep-konsep ilmiah.4

Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah salah satu cabang ilmu yang dapat mengggunakan pendekatan saintifik. Seperti layaknya para ilmuan terdahulu, mereka menemukan suatu konsep dengan melewati beberapa rangkaian proses terlebih dahulu seperti mengamati suatu kejadian, menafsirkan kejadian tersebut kemudian mereka mencoba mengulang kejadian tersebut (merancang) sehingga memunculkan konsep-konsep baru. Menurut Zulfiani pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses ”mencari tahu” dan ”berbuat”, hal ini akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang

3

Viki Laeli Zulfiatin, Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Dalam Kegiatan Praktikum Materi Elastisitas yang Dinilai Menggunakan Penilaian Kinerja, Skripsi Pendidikan Fisika, h. 48, Artikel diakses dari http://reporsitory.upi.edu/11513/1/S_FIS_0901942_Chapter3.pdf, pada tanggal 15 Januari 2015 pukul 15.39 WIB.

4

Amalia Sapriati, Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum Fototsintesis. Jurnal Pendidikan Volume 7, 2006, h. 1, Jurnal diakses dari

(17)

lebih mendalam.5 Proses mencari tahu ini dapat meliputi menemukan peristiwa, mengamati dan mengolahnya, sedangkan berbuat berarti melakukan proses di mana siswa melakukan kegiatan penemuan atau juga dapat disebut dengan penelitian. Penelitian dapat memberikan pengalaman belajar siswa dalam memahami konsep dan proses penemuan fakta, konsep, dan prinsip biologi. Untuk mengukur proses saintifik maka perlu adanya evaluasi secara holistik.

Penilaian dalam proses saintifik dapat dilakukan dengan berbagai macam

cara yaitu: penilaian autentik, penilaian kinerja, dan penilaian alternatif.6 Penilaian

alternatif terdiri dari penilaian produk dan penilaian portofolio. Penilaian

merupakan salah satu komponen pokok dalam proses pembelajaran. Tujuan

penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan

pembelajaran dan meliahat keefektifan proses belajar mengajar. Penilaian dalam

kurikulum 2013 menganut prinsip penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif

guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama dan

menilai diri sendiri. Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang

bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman

belajar siswa. Proses penilaian yang dahulu dilaksanakan secara sempit dan

terbatas yaitu hanya melakukan tes tertulis sekarang nampaknya harus bergeser ke

arah sistem penilaian yang lebih holistik dan menyentuh pada indikator hasil

pembelajaran sebagai bukti dari pengalaman belajar yang telah siswa alami. Perlu

adanya proses penilaian yang tidak hanya mengukur satu aspek kognitif saja,

tetapi juga perlu adanya penilaian baru yang bisa mengukur aspek produk siswa

secara aktual yang dapat mengukur kemampuan hasil belajar peserta didik secara

holistik atau keseluruhan. Sehingga diperlukan bentuk penilaian lain yang disebut

penilaian produk.7

5

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.1, h. 48.

6

Dr. K. O. Oloruntegbe, Approaches To The Assessment Of Science Process Skills: A Reconceptualist View And Option, Journal of College Teaching & Learning, Vol. 7, No. 6, 2010, h. 11, Jurnal diakses dari

http://www.cluteinstitute.com/ojs/index.php/TLC/article/download/125/122.pdf, pada tanggal 25 Desember 2014 pukul 16.25 WIB.

7

(18)

Penilaian produk biologi merupakan bagian dari ilmu IPA yang dapat diukur proses dan produknya dalam melakukan eksperimen-eksperimen atau kegiatan praktikum. Namun, pada kenyataannya tidak banyak pendidik yang melakukan kegiatan praktikum dalam proses dan produk pembelajaran. Padahal dengan kegiatan praktikum dapat memungkinkan siswa meningkatkan kualitas keterampilan saintifik yang mereka miliki. Meskipun kegiatan praktikum dilakukan, kegiatan praktikumnya belum berlangsung sesuai dengan tujuan pendekatan saintifik yaitu membangkitkan motivasi belajarnya, meningkatkan

keaktifan dan kreatifitas, membantu siswa dalam memahami konsep serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi di SMAN 28 Kab.Tangerang berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi biologi disekolah tersebut. Hasil survei yang dilakukan khususnya wilayah Sumatera Utara menunjukkan 65,5% SMA telah memiliki laboratorium namun kegiatan praktikum belum berlangsung sesuai yang diharapkan baik kuantitas maupun kualitasnya karena fasilitas laboratorium yang minim serta kurangnya kemampuan dan kemauan guru dalam mengelola laboratorium dan kegiatan praktikum.8 Oleh karena itu, kondisi tersebut diduga berlaku di SMAN 28 Kab.Tangerang.

Materi jaringan merupakan salah satu konsep IPA biologi yang memberikan

pengalaman nyata bagi siswa yang dilakukan dengan praktikum. Hal ini sesuai

dengan kompetensi dasar 4.3 dan 4.4 yang terdapat dalam materi jaringan yaitu:

1) Siswa diminta menyajikan data tentang struktur anatomi jaringan pada

tumbuhan berdasarkan hasil pengamatan untuk menunjukkan pemahaman

hubungan antara struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan terhadap bioproses

yang berlangsung pada tumbuhan; 2) Siswa diminta menyajikan data tentang

struktur anatomi jaringan pada hewan berdasarkan hasil pengamatan untuk

menunjukkan pemahaman hubungan antara struktur dan fungsi jaringan pada

8

(19)

hewan terhadap bioproses yang berlangsung pada hewan. Namun pada

kenyataannya nilai siswa pada materi jaringan lebih rendah daripada materi

lainnya.9

Rendahnya nilai biologi kelas XI pada materi jaringan di SMAN 28

Kab.Tangerang dapat diakibatkan dari jarangnya pembelajaran yang melakukan

kegiatan praktikum. Keterbatasan fasilitas laboratorium di tiap sekolah, sehingga

masih banyak siswa yang tidak terbiasa melakukan praktikum dan membuat

laporan hasil praktikum berupa produk (LKS). Padahal melakukan kegiatan

praktikum dan membuat hasil laporan praktikum merupakan salah satu aspek

proses saintifik. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka diperlukan

penelitian untuk mengetahui proses saintifik menggunakan penilaian produk pada

praktikum biologi konsep jaringan, sehingga dalam pembelajaran biologi siswa

akan lebih memahami konsep dan proses dalam pembelajaran praktikum melalui

penelitian yang berjudul “Analisis Proses Saintifik Menggunakan Penilaian

Produk Pada Praktikum Biologi Konsep Jaringan”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Indikator keterampilan saintifik belum semuanya digunakan.

2. Pembelajaran sains masih kurang memberi wawasan berpikir dan mengembangkan keterampilan saintifik.

3. Penilaian pada kegiatan praktikum hanya terbatas pada penilaian hasil tes tertulis.

C.Pembatasan Masalah

Masalah-masalah yang ditetapkan sebagai fokus kajian dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

9

(20)

1. Keterampilan saintifik dibatasi pada indikator: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mengeksplor, dan mengkomunikasi. Penilaian produk adalah penilaian keterampilan saintifik yang dilakukan oleh guru sebagai fasilitator. 2. Materi yang dibelajarkan pada penelitian ini adalah jaringan.

3. Sasaran pengguna produk yang akan diujikan ini adalah siswa kelas XI.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah proses saintifik yang dilakukan dengan praktikum biologi konsep jaringan berdasarkan penilaian produk?

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses saintifik menggunakan penilaian produk pada praktikum biologi konsep jaringan di SMA Negeri 28 Kab. Tangerang.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan penilaian produk untuk melihat proses saintifik, dan memberikan gambaran dan acuan yang jelas kepada para pendidik khususnya guru dalam penyusunan penilaian produk untuk menganalisis proses saintifik

pada praktikum biologi konsep jaringan. 2. Manfaat Praktis

(21)

IPA (biologi), mengetahui sejauh mana keterampilan saintifik yang dimiliki, sehingga dapat mengembangkan keterampilan saintifik untuk lebih aktif, kreatif, percaya diri dan mandiri dalam belajar.

b. Bagi Guru, dapat membantu guru untuk menyampaikan materi dalam bentuk praktikum, sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan saintifik, memberikan penilaian pada guru dalam menilai proses saintifik.

c. Bagi Sekolah, dapat menciptakan panduan penilaian untuk kemajuan proses

pembelajaran di masa yang akan datang dan sebagai perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan potensi belajar siswa.

(22)

8

1. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan keterampilan-keterampilan yang bisa digunakan ilmuan untuk memperoleh pengetahuan.1 Keterampilan saintifik adalah aktifitas pelaksanaan kegiatan seorang ilmuan ketika mereka mempelajari atau menginvestigasi suatu masalah, hal atau suatu pertanyaan.2 Keterampilan saintifik terdiri atas keterampilan-keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills).3 Berdasarkan pengertian tersebut dapat disampulkan bahwa keterampilan saintifik adalah suatu keterampilan dasar yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan untuk memperoleh penemuan dan pengetahuan dalam bidang sains.

Proses saintifik pada pendidikan dasar maupun menengah sangat diperlukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu keterampilan saintifik akan memberikan bekal kepada siswa untuk dapat membentuk suatu konsep dasar pemikiran pada masing-masing siswa dalam mempelajari atau menemukan suatu penemuan, sehingga kemampuan berpikir dan kreatifitas siswa dapat berkembang. Dengan keterampilan saintifik siswa juga akan mampu menemukan dan memahami

konsep materi yang diajarkan. Mengingat sains pada hakikatnya bukan saja produk, tetapi juga proses yang dinamis, maka mengembangkan keterampilan

saintifik dalam diri siswa sangat penting.

1

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.1, h. 51.

2

A.M Rambuda, dan W.J Faser, Perceptions of Teachers of the Application of Science Process Skills in the teaching of Geography in Secondary Schools in the Free State Province,

South African Journal of Education, Vol. 24 (1), 2004, h. 10, Jurnal diakses dari

http://www.ajol.info/index.php/saje/article/viewFile/24960/20645.pdf, pada tanggal 13 Januari 2015 pukul 16.31 WIB.

3

(23)

b. Jenis-jenis Pendekatan Saintifik

Keterampilan proses terbagi menjadi dua kategori yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi.4 Keterampilan proses dasar dan keterampilan terintegrasi dapat dikembangkan melalui latihan-latihan atau kegiatan-kegiatan praktikum, karena seluruh aspek tersebut akan dipakai dalam melakukan praktikum. Keterampilan terintegrasi tesebut merupakan pengembangan dari keterampilan-keterampilan dasar yang telah terintegrasi.

Terdapat enam keterampilan proses dasar dan sepuluh keterampilan

proses terintegrasi.5 Enam keterampilan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba/mengumpulkan data, mengkomunikasi, dan mencipta.6 Masing-masing keterampilan saintifik saling bergantung satu sama lain.7 Adapun penjelasan mengenai keterampilan saintifik:

Mengamati adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar.8 Keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan proporsional seluruh alat indera untuk menggambarkan obyek dan hubungan waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati.9 Indera yang digunakan adalah indera penglihatan, indera pendengaran, indera peraba, indera penciuman, dan indera perasa. Pengamatan dilakukan secara langsung dan tidak langsung, pengamatan juga dapat dilakukan dengan alat bantu maupun tidak. Pengembangan keterampilan proses sains harus memungkinkan siswa dapat melakukan pengamatan dengan menggunakan seluruh panca inderanya. Pada tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar, raba, rasa, dan cium. Pada tahap ini seseorang belajar mengumpulkan petunjuk. Kegiatan inilah yang membedakan antara pengamatan dengan penarikan kesimpulan atau pengajuan pendapat. Pengamatan akan lebih bermakna apabila hasil dari pengamatan tersebut

4

Ibid.

5

Ibid.

6

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, op.cit., h. 53-55.

7

Dimyati dan Mudjiono, op.cit., h. 141.

8

Conny Semiawan, A.F. Tangyong, S. Belen, dan Yulaelawati Matahelmual, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia, 1988), Cet. 4, h. 19.

9

(24)

dicatat atau dikumpulkan. Kegiatan dalam mengumpulkan data bergantung kepada pengamatan yang dilakukan. Apabila pengamatan yang dilakukan baik akan menungkinkan untuk mendapatkan data yang baik, namun sebaliknya maka akan mempersulit dalam pengolahan data nantinya karena data yang di dapatkan sedikit.

Menanya merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut.10 Keberanian siswa untuk bertanya, harus ditumbuhkan guru dalam setiap pembelajaran. Dalam

menghadapi suatu masalah siswa seharusnya mengajukan pertanyaan, karena mengajukan pertanyaan merupakan salah satu cara yang baik bagi siswa dalam mengidentifikasi suatu permasalahan. Jawaban dari permasalahan tersebut akan membantu siswa dalam menganalisa dan menyelesaikan masalah dalam melakukan percobaan. Jawaban sementara yang diminta dalam menanya yaitu berhipotesis untuk menyatakan hubungan antara variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu.11 Bila prediksi, inferensi dan interpretasi didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan dengan metode induktif, maka hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu teori atau konsep dengan metode deduktif. Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi.12 Hipotesis ini selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan melakukan percobaan atau eksperimen. Pada kondisi seperti ini siswa harus memiliki atau menguasai konsep-konsep materi yang disesuaikan dengan percobaan yang akan dilakukan.

Menalar merupakan proses pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau

pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi – mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi

10

Ibid.

11

Conny Semiawan, A.F Tangyong, S. Belen, dan Yulaelawati Matahelemual, op.cit., h. 25.

12

(25)

yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Menalar terdiri dari mengklasifikasi, menginterpretasi, dan memprediksi/meramalkan. Mengklasifikasi atau menggolongkan adalah memilih berbagai objek dan/atau peristiwa berdasarkan persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari objek atau peristiwa yang dimaksud.13 Suatu dasar mengklasifikasi atau mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai objek yang diamati, serta mengadakan klasifikasi berdasarkan ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Dasar dari

keterampilan mengklasifikasikan adalah kemampuan mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai objek yang diamati.14 Menginterpretasi adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan. Keterampilan mencatat hasil pengamatan dalam bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola keteraturan dari suatu pengamatan hingga memperoleh kesimpulan.15 Siswa harus memiliki keterampilan menafsirkan fakta, data, informasi, atau peristiwa. Keterampilan ini diperlukan untuk melakukan percobaan atau penelitian sederhana. Menginterpretasikan data dan menarik kesimpulan merupakan bagian yang kritis dalam aktifitas sains (praktikum).16 Menyimpulkan merupakan suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.17 Memprediksi atau meramalkan merupakan keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.18 Siswa harus memiliki keterampilan menghubungkan data, fakta, dan informasi. Dalam memprediksi berarti kita menduga sesuatu yang akan terjadi

13

Dimyati dan Mudjiono, op.cit., h. 142-143.

14

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, op.cit., h. 53.

15

Ibid.

16

Mary L. Ango, Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context, International Journal of Educology, 2002, h. 26, Jurnal diakses dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED494901.pdf, pada tanggal 13 Januari 2015 pukul 15.27 WIB.

17

Dimyati dan Mudjiono, op.cit., h. 145.

18

(26)

berdasarkan pola-pola peristiwa atau fakta yang sudah terjadi. Prediksi biasanya dibuat dengan cara mengenal kesamaan dari hasil berdasarkan pada pengetahuan yang sudah ada, mengenal bagaimana kebiasaan terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pola kecenderungan.19 Prediksi didasarkan pada observasi yang seksama dan penarikan kesimpulan yang sahih mengenai hubungan antara peristiwa-peristiwa yang diobservasi.

Mencoba merupakan kegiatan menggunakan pikiran. Mencoba termasuk kedalam jenis keterampilan untuk menentukan alat bahan yang diperlukan

untuk menguji atau menyelidiki sesuatu, dalam lembar kerja siswa tidak dicantumkan secara khusus alat-alat dan bahan yang diperlukan.20 Siswa dituntut untuk menentukan masalah-masalah dan variabel-variabel yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian dalam melakukan percobaan. Seorang guru juga perlu melatih siswa dalam merencanakan percobaan atau penelitian agar tidak terjadi pemborosan (waktu, tenaga, biaya, dan hasil yang mungkin tidak sesuai). Dengan diberikannya lembar kerja siswa menggunakan pertanyaan yang merangsang siswa dalam mencoba dengan benar dan pengantar sebelum melakukan percobaan diharapkan siswa dapat mencoba dengan benar. Menggunakan alat dan bahan adalah kegiatan merangkai dan menggunakan alat dan bahan untuk kegiatan pengujian atau kegiatan percobaan atau eksperimen. Keterampilan menggunakan alat dan bahan merupakan salah satu keterampilan saintifik yang penting karena dengan menggunakan alat percobaan akan menunjang keberhasilan dalam melakukan percobaan. Pengalaman menggunakan alat dan bahan merupakan pengalaman konkrit yang dibutuhkan oleh siswa untuk menerima gagasan-gagasan baru.21 Pentingnya keterampilan menggunakan alat dengan benar dapat menjaga keamanan dalam melakukan percobaan agar tetap terjaga dengan aman.

19

Ibid., h. 55.

20

Ibid., h. 55.

21

Susiwi, Achmad A. Hinduan, Liliasari, dan Sadijah Ahmad, Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada “Model Pembelajaran Praktikum D-E-H”, Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14, No.2, 2009, h. 90, Jurnal diakses dari

(27)

Mengkomunikasi merupakan penyampaian hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Dalam hal ini mengkomunikasi meliputi menerapkan konsep dan berkomunikasi. Menerapkan konsep merupakan keterampilan menggunakan konsep-konsep yang telah dipahami untuk menjelaskan peristiwa baru, menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru atau menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal baru.22 Keterampilan itu digunakan untuk menjelaskan tentang apa yang akan terjadi dan dialami siswa dalam proses

belajarnya. Siswa dapat menjelaskan kejadian atau peristiwa yang baru apabila mereka sudah mengetahui konsep yang ada. Keterampilan ini akan berkembang apabila siswa telah memiliki dan memahami konsep-konsep yang dibutuhkan siswa dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Setelah proses pengolahan data dilakukan, maka siswa akan memulai untuk menyimpulkan hasil pengamatan yang didapatkan pada saat melakukan kegiatan praktikum. Kesimpulan yang dibuat harus sesuai dengan data pengamatan dan pengolahan data yang dilakukan. Jika terjadi kesalahan dalam pengolahan data maka dapat dipastikan kesimpulan yang dibuat tidak tepat. Berkomunikasi dapat menginformasikan hasil pengamatan kepada orang lain. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram atau gambar. Ango mengemukakan “The skill of communication must be included in the early stages of teaching and studying of science”.23 Bertukar informasi dan berdiskusi mengenai percobaan merupakan salah satu contoh dari keterampilan berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang biasa dilakukan pada akhir percobaan. Dimana semua hal yang berkaitan dengan kegiatan praktikum dikomunikasikan kepada orang lain agar kegiatan tersebut bisa lebih dipahami, dimengerti orang lain. Sehingga praktikum yang

dilakukan menjadi lebih bermakna, bermanfaat dan menjadi lebih nyata jika dikomunikasikan kepada orang lain.

22

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, op.cit., h. 55.

23

(28)

Mencipta merupakan suatu karya yang dibuat berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari seperti menginovasi, mencipta, mendesain model, rancangan, dan produk (karya).

Aspek pendekatan saintifik beserta indikatornya seperti yang tertera pada Tabel 2.1.24

Tabel 2.1

Aspek-aspek beserta Indikator-indikator Pendekatan Saintifik

No Aspek Indikator

1 Observing

(mengamati)

-Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui.

-Mengamati dengan indera (membaca, mendengar, menyimak, melihat,

menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.

2 Questioning (menanya)

-Mengajukan pertanyaan tentang hal-halyang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk

mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.

-Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi

tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

3 Associatiang (menalar)

-Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. -Mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi

24

(29)

yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpilkannya. 4 Experimenting

(mencoba)

-Melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati

objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber.

-Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket,

wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan. 5 Networking

(membentuk jejaring)

-Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. -Menyajikan laporan dalam bentuk bagan,

diagram, atau grafik; menyususn laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

6 Creating

(mencipta)

-Menginovasi, mencipta, mendesain model, rancangan, produk (karya)

berdasarkan pengetahuan yang dipelajari. Sumber: Nuryani Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Penerbit

Universitas Negeri Malang, 2005), Cet. 1, h. 86-87.

Berdasarkan paparan aspek keterampilan proses sains beserta indikatornya terdapat enam aspek pendekatan saintifik yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), membentuk jejaring (networking), dan mencipta (creating).

c. Peranan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sains

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sains memiliki lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru.25 Pertama, memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena. Kedua, berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan diskusi

25

(30)

kelas. Ketiga, mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka. Keempat, mendorong siswa mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka yang telah dilakukan. Kelima, memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam berkomunikasi. Secara umum pengalaman dan peran guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan saintifik yang dimiliki

masing-masing siswa.

2. Penilaian Produk

a. Pengertian Penilaian Produk

Sebuah proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Untuk mengetahui berhasil tidaknya tujuan yang diharapkan guru, maka perlu adanya evaluasi.

Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli yang lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam yang mengatakan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Dalam hal ini terkait dengan prestasi atau hasil belajar.26

Penilaian merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dengan kegiatan belajar mengajar pada umumnya, karena efektifitas kegiatan belajar mengajar bergantung pada kegiatan penilaian. Kegiatan belajar mengajar akan efektif

apabila didukung oleh kegiatan penilaian yang efektif. Kenyataan menunjukkan bahwa seorang guru melakukan kegiatan penilaian hanya untuk memenuhi kewajiban formal, yaitu menentukan nilai bagi siswanya. Artinya

26

(31)

masih banyak guru yang kurang memahami dengan benar untuk tujuan apa kegiatan penilaian dilakukan dan manfaat apa yang dapat diambil dari kegiatan penilaian yang telah dilakukannya. Untuk itu perlu adanya sebuah model penilaian yang tidak hanya menjadikan momen ujian sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran, tetapi perlu adanya sebuah evaluasi yang benar-benar bisa mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

Sistem kurikulum 2013, model penilaian yang ditawarkan adalah

penilaian berbasis kelas yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran yaitu melalui pengumpulan kerja peserta didik (portofolio), hasil karya siswa (produk), penugasan pada siswa (proyek), kinerja siswa (performance) maupun tes tertulis (paper and pencil test). Tentunya tidak semua model penilaian tersebut bisa diterapkan pada seluruh mata pelajaran. Untuk mata pelajaran biologi, terutama pada materi-materi yang terkait dengan hasil karya siswa, maka guru harus bisa menggunakan penilaian produk (product assessment).

Penilaian produk adalah penilaian yang berpusat dari hasil kerja atau hasil karya siswa dimana penilaian ini akan dievaluasi menurut kriteria tertentu. Hasil karya tersebut dapat berupa: 1) Bentuk tertulis, biasanya berwujud laporan, jurnal, drama, karya tulis ilmiah, artikel, dan sebagainya; 2) Bentuk tidak tertulis, biasanya berbentuk tiga dimensi seperti pahatan, diorama, struktur benang irisan kerucut, benda-benda ruang matematika seperti balok, kubus dan lain-lain.

b. Karakteristik Penilaian Produk

Penilaian produk memiliki beberapa karakteristik antara lain:

Authenticity, Multiple foci, Fairnes, Feasibility, Scorability, Teachability, dan

Generability.27 Authenticity artinya tugas yang diberikan guru kepada siswa

harus sesuai dengan apa yang sering dihadapi oleh siswa tersebut dalam praktik

27

(32)

kehidupan sehari-hari. Multiple foci, yaitu tugas yang diberikan kepada siswa untuk mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan. Fairnes, yaitu tidak adanya bias dan harus adil. Feasibility, artinya seluruh tugas yang diberikan kepada siswa dalam bentuk penilaian produk harus memungkinkan untuk dilaksanakan dengan memerhatikan berbagai faktor seperti biaya, ruangan, waktu, dan peralatan. Scorability, artinya tugas yang diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliabel. Teachability, yaitu hasil dari tugas yang telaha diberikan semakin baik karena adanya prose pembelajaran bukan karena

faktor lain. dan Generability, artinya kemampuan seseorang siswa dalam mendemonstrasikan tugas yang diberikan guru. tugas dalam penilaian produk akan semakin baik jika dapat di generalisasikan dengan tugas-tugas yang lain.

c. Langkah-langkah Merencanakan Penilaian Produk

Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam merencanakan penilaian produk yaitu: 1) menentukan indikator kinerja yang akan dicapai siswa; 2) memilih fokus penilaian (menilai proses/prosedur, produk, atau keduanya); 3) memilih tingkatan realisme yang sesuai (menentukan seberapa besar tingkat keterkaitan dengan kehidupan nyata); 4) memilih metode observasi, pencatatan, dan penskoran; 5) menguji coba tugas dan rubrik pada pembelajaran; serta 6) memperbaiki tugas dan rubrik berdasarkan hasil uji coba untuk digunakan pada pembelajaran berikutnya.

Perangkat penilaian produk sebaiknya dikembangkan melalui uji coba dalam pembelajaran. Guru biologi dapat menguji dan mengembangkan tugas atau rubrik penilaian produk agar cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai dengan kemampuan siswa. uji coba dapat dilakukan guru mengajar di kelas. Hasil uji coba tersebut dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan

perangkat penilaian produk agar menjadi lebih feasible (dapat dikerjakan), lengkap, dan aman dilakukan.

(33)

kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali dan mengembangkan gagasan serta mendesain produk; 2) Tahap proses atau pembuatan produk yang meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, metode dan teknik; 3) Tahap penilaian produk, tahap ini meliputi penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.28 Sedangkan penilaian produk pada mata pelajaran biologi dipakai untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang sedang diajarkan, dalam penilaian ini juga dilakukan tiga

tahapan dalam menilai hasil kerja siswa itu sendiri, tahap yang pertama siswa diajak untuk memahami materi yang sedang diajarkan dari materi tersebut siswa disuruh untuk mencari permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran setelah itu siswa sisuruh mencari berbagai referensi dari mana saja sesuai dengan materi yang sedang dikerjakan, dan yang terakhir siswa di suruh mempresentasikan hasil dari pekerjaan siswa itu dan setelah itu hasil pekerjaannya disetorkan ke guru untuk dinilai secara keseluruhan.

d. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Produk

Penilaian keterampilan proses sains siswa menggunakan penilaian produkpasti memiliki kelebihan dan kekurangan pada saat penilaian. Kelebihan penilaian produk sebagai berikut: 1) Memungkinkan pendidik mengakses kemampuan peserta didik untuk merencanakan, membuat serta kemampuan dalam menghasilkan tugas-tugas akademik; 2) Memungkinkan pendidik menilai kecakapan atau keterampilan peserta didik; 3) Memungkinkan peserta didik untuk lebih tanggap dalam memahami suatu permasalahan dan mencari jawaban-jawaban dari permasalahan tersebut; 4) Memungkinkan pendidik untuk menyemangati siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas; 5)

Memungkinkan pendidik dalam hal membuat permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk membuat hasil karya yang dapat mengasah kreativitas belajar siswa.

28

(34)

Penilaian produk juga memiliki beberapa kekurangan yaitu: 1) Memerlukan kejelian dari seorang guru dalam memberikan tugas kepada siswa; 2) Pendidik harus sabar dan juga terampil dalam memberikan pengarahan kepada siswa; 3) Terkadang yang terjadi, apabila tugas yang dibebankan kepada siswa secara individu itu besar kemungkinan pengerjaannya terdapat campur tangan dari pihak yang lain.

3. Kegiatan Praktikum

a. Pengertian Kegiatan Praktikum

Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan ketika siswa belajar ilmu sains. Kegiatan praktikum merupakan cara penyampaian materi kepada siswa yang disajikan melalui serangkaian kegiatan dari keterampilan proses IPA (biologi) berupa kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasi. Kegiatan praktikum dapat memungkinkan siswa belajar konsep secara langsung melalui pengamatan dan bereksperimen, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.29

Kegiatan praktikum akan membantu siswa untuk memahami konsep dan memberikan pengalaman nyata dalam menciptakan pengalaman baru bagi siswa. Pembelajaran melalui praktikum akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar mengalami sendiri tentang proses tertentu sebagai cara untuk memperkenalkan fenomena dalam kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muchtar dan Simalango bahwa kegiatan praktikum yang telah diatur sebelumnya akan membuat siswa mengadakan kontak langsung dengan objek permasalahan, menghayati sendiri dan mampu memecahkan

29

Hilarius Jago Duda, Pembelajaran Berbasis Praktikum Dan Asesmennya Pada Konsep Sistem Ekskresi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI, VOX Edukasi 1(2), 2010, h. 31, Jurnal diakses dari

(35)

permasalahan hingga menemukan kesimpulan yang signifikan.30

Selain itu, praktikum bisa menjadi pengalaman kerja nyata dan merangsang siswa untuk berlatih berpikir dengan cara kritis dan ilmiah. Kegiatan praktikum memberikan pemahaman kepada siswa saat belajar tentang sains. Kegiatan praktikum juga akan membuat siswa makin aktif dalam pembelajaran, sehingga pengalaman belajar yang didapatkan oleh siswa akan semakin bermakna, serta siswa akan semakin menghayati sendiri jika dibandingkan dengan aktivitas siswa yang hanya mendengarkan penjelasan guru.

b. Kelebihan dan Kekurangan Kegiatan Praktikum

Penggunaan kegiatan praktikum memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan kegiatan praktikum yaitu: 1) Sedikitnya alat praktikum yang tersedia sehingga mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan untuk bereksperimen; 2) Kegiatan praktikum memerlukan waktu yang lama.

Kelebihan kegiatan praktikum yaitu: 1) Membuat siswa lebih percaya kebenaran/kesimpulan berdasarkan percobaan daripada menerima penjelasan guru; 2) Mengembangkan sikap siswa untuk melakukan studi eksplorasi tentang ilmu dan teknologi; 3) Terbinanya manusia yang dapat membawa terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk kesejahteraan manusia.

30

Astri Novita Simalago dan Zainuddin Muchtar, Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 3 (1), 2008,h.31, Jurnal diakses dari

(36)

4. Konsep Jaringan

a. Ruang Lingkup Materi Ajar Biologi

Biologi berasal dari kata bios yang berarti hidup dan logos yang berarti pengetahuan. Jadi biologi dapat didefinisikan ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu biologi mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan.

Objek biologi meliputi seluruh makhluk hidup. Perkembangan terakhir

dunia makhluk hidup diklasifikasikan menjadi 6 kingdom, yaitu Plantae, Animalia, Protista, Fungi, Eubacteria, dan Archaebacteria. Berdasarkan

tingkat organisasi kehidupan, objek biologi merupakan kehidupan yang dari berbagai tingkat struktur yang dimulai dari tingkat organisasi yang paling sederhana hingga yang paling kompleks, yaitu mulai dari tingkat molekul, organel, sel, jaringan, organ dan sistem organ, organisme, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer.31

Sel-sel memiliki struktur dan fungsi yang sama membentuk suatu jaringan. Jaringan dimiliki oleh makhluk hidup bersel banyak (multiseluler). Jaringan terbagi menjadi dua yaitu jaringan tumbuhan dan jaringan hewan. Jaringan tumbuhan merupakan sekelompok sel dengan ciri yang serupa dalam hal bentuk, fungsi, maupun sifat-sifatnya. Berdasarkan kemampuannya membelah, jaringan tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu jaringan meristem dan jaringan permanen. Sedangkan jaringan hewan adalah kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk membentuk suatu organ. Jenis jaringan yang umumnya dimiliki oleh vertebrata dan manusia ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

31

(37)

b. KI dan KD Materi Jaringan Kompetensi Inti 1:

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KD pada KI 1:

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada makhluk hidup.

1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan

mengamati bioproses.

1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengalaman ajaran agama yang dianutnya.

Kompetensi Inti 2:

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KD pada KI 2:

1.1 Berprilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertannyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.

(38)

Kompetensi Inti 3:

Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KD pada KI 3:

3.3 Menerapkan konsep tentang keterkaitan hubungan antara struktur sel pada jaringan tumbuhan dengan fungsi organ pada tumbuhan berdasarkan hasil pengamatan.

3.4 Menerapkan konsep tentang keterkaitan hubungan antara struktur sel pada jaringan hewan dengan fungsi organ pada hewan berdsarkan hasil pengamatan.

Kompetensi Inti 4 :

Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

KD pada KI 4:

4.3 Menyajikan data tentang struktur anatomi jaringan pada tumbuhan berdasarkan hasil pengamatan untuk menunjukkan pemahaman hubungan antara struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan terhadap bioproses yang berlangsung pada tumbuhan.

4.4 Menyajikan data tentang struktur anatomi jaringan pada hewan berdasarkan

(39)

c. Kajian Materi Jaringan

Sel-sel memiliki struktur dan fungsi yang sama membentuk suatu jaringan. Jaringan dimiliki oleh makhluk hidup bersel banyak (multiseluler). Jaringan terbagi menjadi dua yaitu jaringan tumbuhan dan jaringan hewan. Jaringan tumbuhan merupakan sekelompok sel dengan ciri yang serupa dalam hal bentuk, fungsi, maupun sifat-sifatnya. Berdasarkan kemampuan membelah, jaringan tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaringan meristem dan jaringan permanen.

Jaringan meristem atau jaringan muda merupakan jaringan yang terdiri dari sekelompok sel tumbuhan yang aktif membelah diri. Jaringan permanen adalah jaringan yang bersifat non-meristematik, yaitu tidak tumbuh dan tidak berkembang lagi. Jaringan permanen terbagi menjadi empat, yaitu jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penyokong, dan jaringan pengangkut.

Jaringan tunggal menyusun diri menjadi suatu pola yang jelas di seluruh bagian tumbuhan. Jaringan-jaringan sederhana (parenkim, sklerenkim, xilem, floem, dan lain-lain) bersatu membentuk kelompok besar yang disebut sistem jaringan. Sistem jaringan tumbuhan dikelompokkan menjadi sistem jaringan dermal, sistem jaringan pembuluh, dan sistem jaringan dasar pada Gambar 2.1.32

32

(40)

Gambar 2.1Sistem Jaringan Tumbuhan

Jaringan tumbuhan melakukan diferensiasi menjadi tiga bagian pokok

tumbuhan yaitu akar, batang, dan daun. Bagian lain yang dapat ditemukan pada tubuh tumbuhan dapat dipandang sebagai suatu modifikasi (berganti bentuk,

sifat, dan mungkin juga fungsi) dari salah satu atau mungkin kedua bagian pokok tersebut.

(41)

Gambar 2.2Macam-macam Jaringan Hewan

Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan tumbuh dan membatasi rongga tubuh. Jaringan epitel ditemukan hampir di seluruh tubuh. Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang memadat dan saling terikat erat. Jaringan epitel memiliki berbagai macam fungsi di antaranya melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan dan mengangkut zat-zat antar-jaringan atau rongga yang dipisahkannya.

Jaringan ikat merupakan jaringan yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Bentuk sel-sel menyusun jaringan ikat memiliki berbagai fungsi, yaitu menyokong dan memperkuat jaringan lain, melindungi organ-organ tubuh, menyimpan energi (jaringan lemak), membentuk struktur tubuh (tulang), dan menyusun sistem sirkulasi (darah).

(42)

B.Hasil Penelitian yang Relevan

Catherine Anne S. Balanay, dalam judul “Assessment on Students’ Science

Process Skills: A Student-Centered Approach” dapat disimpulkan bahwa

penelitian ini dilakukan untuk menilai kemampuan ilmiah mahasiswa berorientasi pada prosedur yang digunakan dalam pemantauan biologi serta rubrik yang digunakan dalam menilai kinerja mereka seperti menyiapkan peralatan, mengikuti prosedur, pengumpulan data, keamanan dan membersihkan prosedur. Pendekatan yang berpusat pada hand-on siswa digabung dengan pengajaran sains berdasarkan

penyelidikan telah secara signifikan meningkatkan keterampilan proses sains siswa.33

Chris Keil, Jodi Haney, Jennifer Zoffel, dalam judul “Improvements in Student Achievement and Science Process Skills Using Environmental Health

Science Problem-Based Learning Curricula” dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan serta melaksanaan penilaian kemampuan dan penilaian keterampilan proses menggunakan kurikulum kesehatan lingkungan berbasis masalah. Keterampilan proses sains di evaluasi menggunakan 21 pertanyaan. Instrumen penilaian kinerja dikembangkan untuk mengevaluasi keterampilan proses sains seperti: melakukan percobaan, menggunakan variabel, menginterpretasi dan menyajikan data. Hasil analisis penilaian kemampuan dan penilaian kinerja menunjukkan efek positif, pendidik dapat melanjutkan penggunaan kurikulum kesehatan lingkungan berbasis masalah.34

Allen A. Espinosa, Sheryl Lyn C. Monterola, Amelia E. Punzalan, dalam judul “Career Oriented Performance Task in Chemistry: Effect on Students’ Integrated Science Process Skills” dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilakukan untuk menilai keefektivitasan Tugas (COPT) pendekatan Karir

33

Catherine Anne S. Balanay, dan Elnor C. Roa, Assessment on Students’ Science Process Skills: A Student-Centred Approach, International Journal of Biology Education, Vol. 3 Issue 1, 2013, h. 24, Jurnal diakses dari http://www.ijobed.com/2_3/vol2issue3art2.pdf, pada tanggal 14 Januari 2015 pukul 14.25 WIB.

34

Chris Keil, Jodi Haney, Jennifer Zoffel, Improvements in Student Achievement and Science Process Skills Using Environmental Health Science Problem-Based Learning Curricula,

Electronic Journal of Science Education, Vol. 13 No. 1, 2009, h. 1, Jurnal diakses dari

(43)

Berorientasi terhadap pendekatan pengajaran tradisional (TTA) dalam meningkatkan keterampilan proses sains terpadu siswa. Integrasi contoh berorientasi pada karir di bidang kimia tidak efektif dalam meningkatkan keterampilan proses terintegrasi siswa yang diberikan waktu terbatas pada intervensi. Paparan lebih lama untuk intervensi diperlukan untuk meningkatkan keterampilan proses sains yang terintegrasi mahasiswa.35

Erica Dian Risanti dan Woro Setyarsih, dalam judul “Penerapan Kegiatan Laboratorium untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 1 Krian pada Materi Perpindahan Kalor” dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran dengan kegiatan laboratorium sains dengan rata-rata skor 81 (baik), penilaian kinerja skor rata-rata 86 (baik), penilaian sikap dengan skor rata-rata 85 (baik), penilaian keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan dengan skala gain ternormalisasi sebesar 0,66 (sedang), dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan skala gain ternormalisasi sebesar 0,69 (sedang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan laboratorium dengan menggunakan keterampilan proses sains untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan dan mengalami peningkatan.36

Bambang Subali, dalam judul “Pengembangan Tes Pengukur Keterampilan Proses Sains Pola Divergen Mata Pelajaran Biologi SMA” bertujuan untuk mengembangkan tes pengukur keterampilan berpikir divergen keterampilan proses sains mata pelajaran biologi SMA, meliputi keterampilan dasar, keterampilan mengolah/memproses, dan keterampilan melakukan investigasi. Hasil penelitian menujukkan bahwa dengan kriteria mean INFIT MNSQ sebesar 1,0 dan simpangan bakunya 0,0 terbukti tes fit dengan model. Dengan

35

Allen A. Espinosa, Sheryl Lyn C. Monterola, Amelia E. Punzalan, Career-Oriented Performance Tasks in Chemistry: Effects on Students’ Integrated Science Process Skill, Cypriot Journal of Educational Science, Vol. 8 Issue 2, 2013, h. 211, Jurnal diakses dari http://www.awer-center.org/cjes/, pada tanggal 16 Januari 2015 pukul 23.13 WIB.

36

Erica Dian Risanti dan Woro Setyarsih, Penerapan Kegiatan Laboratorium untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Krian pada Materi Perpindahan Kalor. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), Vol. 04 No. 01,

2015, h. 18, Jurnal diakses dari

(44)

menggunakan kriteria kisaran batas terendah INFIT MNSQ sebesar 0,77 dan batas tertinggi 1,30 ternyata hanya tiga dari 126 item tes pengukur keterampilan proses sains pola divergen yang tidak fit dengan model. Reliabilitas berdasarkan item separation sebesar 0,93 dan berdasarkan case/personseparation sebesar 0,71.37

Susiwi, Achmad A. Hinduan, Liliasari, Sadijah Ahmad, dalam judul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H” dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran MPP D-E-H: kemampuan “merumuskan hipotesis”, kemampuan “mengendalikan variabel” dan kemampuan “merancang percobaan” dapat dicapai secara tuntas baik pada kelompok SMA dengan prestasi akademik sedang maupun kelompok SMA dengan prestasi akademik tinggi. Untuk itu perlu diadakan diskusi dengan asisten untuk menindak lanjuti hasil rancangan yang dibuat siswa, terutama untuk mengevaluasi perencanaan alat dan bahan, serta cara kerja sehingga percobaan tersebut aman dan efisien untuk dilaksanakan.38

C.Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan serangkaian interaksi antara guru dan siswa dimana nantinya akan muncul proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran IPA Biologi seorang guru seharusnya tidak hanya sekedar penyampaian konsep/materi saja tetapi guru harus menjelaskan dan memberikan suatu pengalaman tertentu agar para siswa dapat menemukan konsep itu sendiri. Keterampilan proses sains merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah baik kognitif, psikomotor, maupun afektif yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya. Keterampilan saintifik juga merupakan suatu keterampilan dasar yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan untuk memperoleh

penemuan dan pengetahuan dalam bidang sains.

37

Bambang Subali, Pengembangan Tes Pengukur Keterampilan Proses Sains Pola Divergen Mata Pelajaran Biologi SMA, Prosiding Seminar Nasional Biologi, Lingkungan dan

Pembelajarannya, Jurdik Biologi, FMIPA, 2009, h. 581, Artikel diakses dari

http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Bambang%20Subali.%20Dr/semnas%20bio%20_Bam bang%20Subali_UNY-2009.pdf, pada tanggal 15 Januari 2015 pukul 14.27 WIB.

38

(45)

Keterampilan santifik berfokus pada proses selama pembelajaran. Selain itu, keterampilan santifik merupakan pembelajaran yang menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan atau keterampilan mendasar. Kemampuan atau keterampilan mendasar tersebut antara lain: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasi. Kemampuan atau keterampilan tersebut justru berproses dalam kerja ilmiah. Keterampilan santifik dalam pengajaran sains merupakan suatu alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Sehingga dari semua

kegiatan-kegiatan tersebut dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa.

Hakikat belajar sains tentu saja tidak cukup sekadar mengingat dan memahami konsep yang ditemukan oleh ilmuwan. Akan tetapi, yang sangat penting adalah pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.

Penilaian yang digunakan untuk mengukur keterampilan saintifik siswa adalah penilaian produk. Penilaian produk ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru sebagai pengamat. Dengan adanya penilaian produk ini siswa terlibat langsung untuk meningkatkan motivasi siswa karena melibatkan siswa secara aktif, dapat mengevaluasi dan memberikan umpan balik terhadap siswa lain dalam kelompoknya sehingga kelemahan dan kekurangan siswa lain dapat terdeteksi sejak dini, melatih evaluation skill yang berguna untuk life long learning dan mendorong deep learning, menyadarkan siswa akan tujuan dan hasil

(46)

Penilaian produk keterampilan saintifik dapat dilakukan dengan menggunakan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum merupakan cara penyampaian materi kepada siswa yang disajikan melalui serangkaian kegiatan dari keterampilan saintifik dalam memperoleh pengalaman belajar. Pengalaman-pengalaman tersebut akan didapatkan para siswa pada saat melakukan kegiatan praktikum. Dengan pengalaman tersebut, para siswa dapat memiliki keterampilan-keterampilan saintifik layaknya seorang ilmuan. Praktikum juga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan

sehari-hari secara obyektif dan rasional.

Gambar

Tabel 2.1 Aspek-aspek beserta Indikator-indikator Pendekatan Saintifik ... 14
Gambar 2.1 Sistem Jaringan Tumbuhan .........................................................
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Sistem Jaringan Tumbuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

MAZWAR ISMIYANTO: The Analysis of the Implementation of Curriculum 2013 in Biology Teaching Process Viewed from the Use of Laboratory and IT Facilities at Public Senior High

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan profil guru IPA yang baik dalam menggunakan penilaian proyek menurut tanggapan guru di MTs Negeri Cirebon II, (2)

Praktikalitas bahan ajar praktikum dan instrumen penilaian berbasis keterampilan proses sains pada mata kuliah Mikologi Program Studi Pendidikan Biologi Universitas

Berdasarkan pengertian persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang timbul untuk memberikan penilaian pada suatu produk melalui lima indra

Hasil penelitian analisis kompetensi pedagogik guru IPA dalam menggunakan penilaian proyek pada konsep pencemaran lingkungan di kelas VII MTs Negeri Cirebon II menunjukkan

Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti ingin melakukan penelitian analisis sentimen terhadap penilaian produk oleh masyarakat pada Toko Online Shop Amreta, alasan peneliti ingin