SKRIPSI
PENGARUH KUALITAS AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN
SEBELUMNYA, DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP
PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
RUTH TIVANY MANURUNG 100503135
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 19 Januari 2015
100503135
ABSTRAK
PENGARUH KUALITAS AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT
GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menunjukkan pengaruh kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, dan rasio keuangan yang terdiri dari: leverage, likuiditas, profitabilitas, serta operating cash inflow ratio
terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, dan rasio keuangan yang terdiri dari: leverage, likuiditas, profitabilitas, serta operating cash inflow ratio terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, dan rasio keuangan yang terdiri dari: leverage, likuiditas, profitabilitas, serta operating cash inflow ratio berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan auditor independennya melalui website www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan regresi logistik.
Pada hipotesis pertama hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern. Regresi logistik menunjukkan hanya satu variabel yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern yaitu opini audit tahun sebelumnya. Variabel lainnya yang terdiri dari rasio keuangan yaitu leverage, likuiditas, profitabilitas, serta operating cash inflow ratio tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kata Kunci : kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, rasio keuangan, leverage, likuiditas, profitabilitas, operating cash inflow ratio dan opini audit going concern.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF QUALITY AUDIT, PRIOR AUDIT OPINION, AND FINANCIAL RATIOS ON RECEIVING GOING CONCERN AUDIT OPINION IN
MANUFACTURING COMPANIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE The goal of this research is to show the influence of audit quality, prior audit opinion, and financial ratios which consists of leverage, liquidity, profitability, and operating cash inflow ratio on a company receiving going concern audit opinion in manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange.
The hypotheses of this research are audit quality, prior audit opinion, and financial ratios which consists of leverage, liquidity, profitability, and operating cash inflow ratio influence on a company receiving going concern audit opinion in manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange.
Data collection is done by acessing audited financial report along with
each independent audit report thr
quantitatif using logistic regression.
First hypothesis of the research shows that quality audit has no influence on going concern audit opinion. Logistic regression shows there is only one variable, prior opinion, that influences going concern audit opinion. Other variables which is part of financial ratios: leverage, liquidity, profitability and operating cash inflow ratio do not influence going concern audit opinion.
KATA PENGANTAR
Segala pujian, hormat, dan juga syukur penulis berikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang atas berkatNya semata penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, bantuan, saran serta dukungan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dan bantuan, yaitu kepada::
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua tercinta, Drs. B. Manurung dan Dra. E. Nainggolan, adik-adikku Maria Regatha, Regina Isabella, Renata Graciella, dan Rosalia Kristanty, serta alm. opung doli R.M Nainggolan dan opung boru T. Doloksaribu yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayang serta selalu mendoakan dan mendukung dalam penyelesaian studi dan skripsi.
6. Kak Henny Sipayung dan AKK Danke yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman akuntansi 2010 yang telah memberikan semangat serta bantuan teknis dalam proses penulisan skripsi ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa yang membalas kebaikan tersebut.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi dan penelitian ini jauh dari kata sempurna namun penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan acuan yang bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 5
1.3 Perumusan Masalah ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 37
4.1.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model ... 37
4.1.2 Menilai Kelayakan Model Regresi .... 39
4.1.3 Koefisien Determinasi ... 40
4.1.4 Matrik Klasifikasi ... 41
4.2 Hasil Pengujian Hipotesis ... 42
4.3 Pembahasan ... 45
4.3.1 Hubungan Kualitas Audit terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern ... 45
4.3.2 Hubungan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern ... 46
4.3.3 Hubungan Leverage terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern ... 46
4.3.4 Hubungan Likuiditas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern ... 47
4.3.5 Hubungan profitabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern ... 48
4.3.6 Hubungan operating cash inflow ratio terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Keterbatasan ... 50
5.3 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu 18
3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria 26
3.2 Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian 26
3.3
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Penelitian 31
4.1 Tabel Likelihood Block 0 38
4.2 Tabel LikelihoodBlock 1 38
4.3 Tabel Hosmer and Lemeshow Test 39
4.4 Tabel Nagelkerke R Square 40
4.5 Tabel Classification Table Prediksi 41
4.6 Tabel Variables in the Equation 42
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Gambar Judul Halaman
1
Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur
Tahun 2011 – 2013 54
2
Daftar Opini Audit Going Concern dan Opini Audit
Non Going Concern 58
3
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur dengan Kualitas
Auditnya 59
4
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur dan Opini Audit
Tahun sebelumnya 60
5
Nilai Leverage (debt to asset) Sampel Perusahaan
Manufaktur Tahun 2011 61
6
Nilai Leverage (debt to asset) Sampel Perusahaan
Manufaktur Tahun 2012 62
7
Nilai Leverage (debt to asset) Sampel Perusahaan
Manufaktur Tahun 2013 63
8
Nilai Likuiditas(current ratio) Sampel Perusahaan
Manufaktur Tahun 2011 64
9
Nilai Likuiditas(current ratio) Sampel Perusahaan
Manufaktur Tahun 2012 65
10
Nilai Likuiditas(current ratio) Sampel Perusahaan
Manufaktur Tahun 2013 66
11
Nilai Profitabilitas(ROA) Sampel Perusahaan
Manufaktur Tahun 2011 67
12
Nilai Profitabilitas(ROA) Sampel Perusahaan
Manufaktur Tahun 2012 68
13
Nilai Profitabilitas(ROA) Sampel Perusahaan
ABSTRAK
PENGARUH KUALITAS AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT
GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menunjukkan pengaruh kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, dan rasio keuangan yang terdiri dari: leverage, likuiditas, profitabilitas, serta operating cash inflow ratio
terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, dan rasio keuangan yang terdiri dari: leverage, likuiditas, profitabilitas, serta operating cash inflow ratio terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, dan rasio keuangan yang terdiri dari: leverage, likuiditas, profitabilitas, serta operating cash inflow ratio berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan auditor independennya melalui website www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan regresi logistik.
Pada hipotesis pertama hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern. Regresi logistik menunjukkan hanya satu variabel yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern yaitu opini audit tahun sebelumnya. Variabel lainnya yang terdiri dari rasio keuangan yaitu leverage, likuiditas, profitabilitas, serta operating cash inflow ratio tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kata Kunci : kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, rasio keuangan, leverage, likuiditas, profitabilitas, operating cash inflow ratio dan opini audit going concern.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF QUALITY AUDIT, PRIOR AUDIT OPINION, AND FINANCIAL RATIOS ON RECEIVING GOING CONCERN AUDIT OPINION IN
MANUFACTURING COMPANIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE The goal of this research is to show the influence of audit quality, prior audit opinion, and financial ratios which consists of leverage, liquidity, profitability, and operating cash inflow ratio on a company receiving going concern audit opinion in manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange.
The hypotheses of this research are audit quality, prior audit opinion, and financial ratios which consists of leverage, liquidity, profitability, and operating cash inflow ratio influence on a company receiving going concern audit opinion in manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange.
Data collection is done by acessing audited financial report along with
each independent audit report thr
quantitatif using logistic regression.
First hypothesis of the research shows that quality audit has no influence on going concern audit opinion. Logistic regression shows there is only one variable, prior opinion, that influences going concern audit opinion. Other variables which is part of financial ratios: leverage, liquidity, profitability and operating cash inflow ratio do not influence going concern audit opinion.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
“Teori keagenan menggambarkan hubungan dimana pihak prinsipal
mendelegasikan kekuasaan kepada pihak agen” (Ittonen, 2010). Lebih lanjut, teori
keagenan menyangkut tentang solusi dari masalah yang terjadi dalam hubungan
agen-prinsipal sebagai akibat dari conflict of interest. Agency cost terjadi dalam kontrak antara hubungan agen-prinsipal ini sebagai akibat dari ketidakmampuan
prinsipal untuk memonitor aktivitas agen secara sempurna. Di sisi lain, “asimetri
informasi antara manajer dan investor kemudian menciptakan kebutuhan akan
informasi akuntansi yang objektif dan dapat dipercaya untuk mengurangi agency cost” (Hao et al, 2011). Peran auditor independen sangat dibutuhkan disini untuk memastikan bahwa laporan keuangan tersebut benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak, dalam hal ini terutama kepada
kreditor dan investor.
Sebuah perusahaan diasumsikan beroperasi untuk jangka waktu yang
panjang dan bukan hanya untuk sementara waktu. Tetapi di tengah masa
operasionalnya perusahaan dapat mengalami permasalahan keuangan (financial distress) seperti kerugian atau kewajiban yang gagal dibayar sehingga auditor menyangsikan kemampuan perusahaan untuk tetap dapat beroperasi. Berdasarkan
kondisi-kondisi seperti itu, auditor berhak untuk memberikan paragraf penjelas
apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit.
Kondisi ekonomi yang mempengaruhi going concern antara lain krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008. Kondisi ini berawal dari subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat yang kemudian menyebabkan krisis skala global dan berdampak ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia,
IHSG menurun drastis, dari sebesar 2.830 pada awal tahun 2008 menurun menjadi
1.355 pada akhir tahun 2008 (Bank Indonesia, 2009). Kondisi ini mencerminkan
semakin menurunnya kemampuan pendanaan eksternal bagi perusahaan. Dari segi
internal perusahaan sendiri mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan
tingkat PHK yang saat itu mencapai 10.306 orang hingga Desember 2008 (Bank
Indonesia, 2009). Krisis tersebut berdampak pada kemampuan perusahaan dalam
menjaga kelangsungan hidupnya dan asumsi going concern dibutuhkan untuk menjadi pedoman bagi pihak eksternal. Investor yang menginvestasikan dananya
dalam sebuah perusahaan tentu menginginkan dividen dalam jangka panjang dan
lembaga keuangan seperti bank yang meminjamkan dananya kepada perusahaan
tersebut tentu berasumsi perusahaan akan mampu beroperasi untuk jangka waktu
yang panjang.
Penerimaan paragraf penjelas non going concern sendiri dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi pihak perusahaan.
Dikhawatirkan bahwa perusahaan akan benar-benar bangkrut sebagai dampak dari
concern dalam laporan auditor independennya. Ini menjadi suatu self-fulfilling prophecy yang dilakukan oleh auditor. Carey et al (2008) menyatakan bahwa “a going-concern-modified opinion might cause additional financial hardships if it leads to further loss of customers, reduced access to credit and loan funds and an unnecessary decline in share price” yang isinya kira-kira “opini audit non going concern akan memperburuk masalah finansial perusahaan karena dapat menyebabkan perusahaan kehilangan klien, berkurangnya akses perusahaan
terhadap dana pinjaman dan penurunan harga saham perusahaan”. Namun Purba
(2009) tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa paragraf penjelas
non going concern dalam opini audit akan menciptakan pesimisme pembaca laporan keuangan. Menurutnya “pemberian warning lebih awal justru lebih baik karena perusahaan dapat mengidentifikasi masalah lebih dini sehingga manajemen
perusahaan dapat menanggapinya dengan segera dan bagaimanapun akuntan
publik tetap harus bersifat independen serta objektif dalam memberikan opini dan
penilaian atas kondisi perusahaan”.
Ruiz-barbadillo (2004) menyatakan “Audit quality is defined as the probability of an auditor both discovering and reporting a breach in the client’s accounting system” yang artinya sebagai berikut “kualitas audit diartikan sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan
penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien”. KAP yang berafiliasi
menginvestasikan dana yang lebih besar dalam pelatihan auditor mereka untuk
menjamin kompetensi” (Hao et al, 2011).
Kasus bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh
terjadinya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Widyantari (2011) menyatakan bahwa
“dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95
perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum
terjadinya kebangkrutan”.
“Penilaian going concern didasarkan pada keadaan finansial, operasional, dan aspek lainnya” (Hao et al, 2011). Lebih lanjut, “auditor sering memberikan opini going concern dengan pertimbangan berdasarkan kondisi keuangan yang dilaporkan” (Bruynseels dan Willekens, 2006). “Semakin dekat perusahaan
dengan kebangkrutan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima
opini non going concern” (Lennox, 2000). “Indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami financial distress, yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban
lancarnya” (Widyantari, 2011). Pada akhirnya, financial distress ini akan mengarah pada kebangkrutan perusahaan sehingga kelangsungan usaha
perusahaan diragukan. Hao et al (2011) menyatakan bahwa “bukti empiris bahwa rasio keuangan tertentu, terutama cash flow/total debt, memberikan tanda yang cukup signifikan sebelum sebuah perusahaan benar-benar bangkrut”.
kecenderungan auditee menerima opini audit going concern dari auditor. Independensi audit dalam penelitian ini diproksikan dengan fee ratio audit yang dibayarkan auditee, sementara kualitas audit diproksikan dengan KAP yang berafiliasi dengan big four atau yang tidak berafiliasi dengan big four. Ukuran rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage yang diproksikan dengan debt to asset, likuiditas yang diproksikan dengan current ratio, profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset, dan operating cash inflows ratio. Dipilihnya variabel-variabel tersebut berdasarkan pertimbangan:
current ratio mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kepada pemasok; return on asset memberikan investor gambaran mengenai efektivitas perusahaan dalam mengelola aset mereka menjadi laba
bersih; leverage menjelaskan kemampuan aset perusahaan menjamin utang; dan oleh sebab itu, operating cash inflows ratio juga menjadi faktor yang penting dalam memprediksi kebangkrutan.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah waktu
dan tempat serta adanya perubahan variabel. Penelitian Hao et al (2011) menggunakan sampel perusahaan-perusahaan non finansial di China selama tahun
2004-2007, sementara penelitian ini menggunakan sampel perusahaan-perusahaan
manufaktur di Indonesia selama tahun 2011-2013. Variabel independen yaitu
opini audit tahun sebelumnya ditambahkan dalam penelitian ini, sementara
variabel independensi audit tidak digunakan sebagaimana dipakai dalam
penelitian terdahulu dikarenakan kurangnya data. Maka peneliti mengambil judul
Sebelumnya, dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
1.2 Batasan Masalah
Adapun keterbatasan penulis dalam waktu, pengetahuan, dan tenaga maka
dibuatlah batasan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Kualitas audit diproksikan oleh KAP big four dan non big four
2. Rasio keuangan yang digunakan hanya leverage, likuiditas, profitabilitas, dan operating cash inflows ratio. Lebih lanjut, rasio leverage yang digunakan hanya Debt to Asset Ratio, rasio likuiditas yang dipergunakan hanya current ratio, dan rasio profitabilitas yang dipergunakan hanya
return on asset.
3. Periode penelitian dibatasi pada tahun 2011 s/d 2013
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kualitas audit berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan opini
audit going concern?
2. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara parsial terhadap
penerimaan opini audit going concern?
3. Apakah leverage berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan opini audit
4. Apakah likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan opini
audit going concern?
5. Apakah profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan opini
audit going concern?
6. Apakah operating cash inflows ratio berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan opini audit going concern?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh dari kualitas audit
terhadap penerimaan opini audit going concern.
2. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh dari opini audit
tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern.
3. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh dari leverage
terhadap penerimaan opini audit going concern.
4. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh dari likuiditas
terhadap penerimaan opini audit going concern.
5. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh dari profitabilitas
terhadap penerimaan opini audit going concern.
6. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh dari operation cash inflows ratio terhadap penerimaan opini audit going concern.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain
1) Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
pemahaman peneliti tentang pengaruh kualitas audit, opini audit tahun
sebelumnya, dan rasio keuangan terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan manufaktur. 2) Bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber referensi
dan bahan kajian lanjut bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan opini audit going concern.
3) Bagi Investor dan calon investor
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi informasi
dan sebagai bahan pertimbangan mengenai going concern
(kelangsungan usaha suatu perusahaan) sehingga para investor dan
calon investor, terkhususnya para investor dan calon investor
perusahaan manufaktur, dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
melakukan investasi.
4) Bagi Manajemen Perusahaan Manufaktur
Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi
penentuan kebijakan-kebijakan oleh pihak manajemen perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Opini Audit
Rahayu (2010) mendefinisikan “auditing sebagai suatu proses yang
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan
kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang
membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen”. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011): SA Seksi 110,
“Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya
adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
Laporan audit penting untuk dicantumkan dalam suatu audit karena
laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan
auditor dan kesimpulan yang diperolehnya, yang mana didalamnya termasuk opini
audit. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit.
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011): SA Seksi 508, jenis-jenis opini
audit adalah sebagai berikut:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan
dalam laporan auditor bentuk baku apabila suatu audit telah dilaksanakan
berdasarkan standar auditing.
Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku
Keadaan tertentu seringkali mengharuskan auditor menambahkan paragraf
penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk
baku. Seperti adanya kondisi yang menyebabkan auditor sangsi akan
kelangsungan hidup entitas, tapi setelah mempertimbangkan rencana
manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut
dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu
telah memadai, dan sebab hal lain.
2. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang
dikecualikan, yaitu bukti-bukti kurang cukup, adanya pembatasan lingkup
audit, dan sebab hal lain.
3. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini
keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
4. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor
tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Kondisi yang
menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: pembatasan
yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit dan auditor tidak
independen dalam hubungannya dengan klien.
2.2 Paragraf Penjelas going concern
“Paragraf penjelas going concern dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah entitas dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya” (Institut Akuntan
Publik Indonesia, 2011: SA seksi 341). Keraguan yang besar tentang kemampuan
satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas (atau bahasa penjelasan
lain) dalam laporan audit tanpa mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion) yang dinyatakan oleh auditor.
Kelangsungan hidup entitas (going concern) dipakai sebagai suatu asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang
berlawanan. Beberapa informasi tersebut mungkin akan menjadi signifikan
setelah ditinjau bersama-sama dengan kondisi lain. Menurut Institut Akuntan
Publik Indonesia (2011): SA seksi 341, peristiwa atau kondisi tersebut adalah
1. Trend negatif, sebagai contoh: kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio
keuangan penting yang jelek.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh:
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa,
penolakan dari pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit
biasa, atau penjualan sebagian besar aset, dan hal lain.
3. Masalah intern, sebagai contoh: pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, dan hal lain.
4. Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh: pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang-undang yang kemungkinan membahayakan
kemampuan entitas untuk beroperasi, dan hal lain.
Asumsi going concern ini berlaku tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit, yang mana periode tersebut disebut
dengan jangka waktu pantas. Auditor tidak perlu merancang prosedur audit
dengan tujuan khusus untuk mengevaluasi adakah peristiwa-peristiwa yang
menunjukkan perusahaan tidak akan going concern selama jangka waktu pantas. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2001): SA Seksi 341, kemampuan
perusahaan untuk going concern dievaluasi dengan cara sebagai berikut:
a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan
dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuanaudit,
dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas.
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuansatuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
waktu pantas, ia harus:
1) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, misal rencana
menjual aset, rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang, rencana
untuk mengurangi atau menunda pengeluaran, dan rencana untuk
menaikkan modal pemilik.
2) menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas.
2.3 Kualitas Audit
Auditor memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengevaluasi laporan
keuangan sehingga menghasilkan informasi berkualitas yang akan berguna bagi
para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Tamba (2009)
menyatakan bahwa perusahaan yang gagal dan tidak menjelaskan going concern
aspek komersial, hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya
kepercayaan investor terhadap perusahaan auditan.
Widyantari (2011) menyatakan pengukuran kualitas audit masih tetap
merupakan sesuatu yang tidak jelas, tetapi pemakai laporan keuangan biasa
mengaitkannya dengan reputasi auditor. Menurut Ruiz-barbadillo (2004),
kualitas audit diartikan sebagai “gabungan probabilitas seorang auditor untuk
dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem
akuntansi klien”. Widyantari (2011) menyatakan klien biasanya mempersepsikan
bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan
KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor
tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti
pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review. KAP besar juga dianggap lebih berkompetensi. KAP yang berafiliasi dengan big four dianggap menyediakan kualitas audit yang lebih baik karena dikenal menginvestasikan dana
yang lebih besar dalam pelatihan auditor mereka untuk menjamin kompetensi
(Hao et al, 2011).
Tampubolon (2011) menyatakan alasan pemilihan ukuran KAP sebagai
proksi kualitas audit sebagai berikut:
a. KAP The big four umumnya memiliki reputasi yang lebih baik dibanding dengan KAP non-big four.
b. KAP The big four memiliki sumber daya manusia yang banyak sehingga mampu memperoleh tenaga kerja yang lebih terampil dan
c. KAP The big four juga lebih cenderung mengungkapkan apa yang ada karena siap menghadapi resiko proses pengadilan.
Kualitas audit diproksikan dengan kantor akuntan publik (KAP)
yangberafiliasi dengan The Big Four maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan
The Big Four. Ukuran kantor akuntan publik the big four didasarkan atas besarnya jumlah pendapatan yang diterima atas jasa audit atau jasa lainnya. KAP yang
termasuk dalam the big four dan afiliasinya di Indonesia adalah (Pandiangan, 2013):
1. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP
Osman Bing Satrio dan rekan.
2. KAP Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantoro,
Sarwoko dan Sandjaja.
3. KAP Price Waterhouse, yang bekerja sama dengan KAP Haryanto
Sahari dan rekan.
4. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama
dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.
2.4 Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam
Januarti (2008) menganalisis tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going concern. Sehingga apabila auditee menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, maka kemungkinan auditee untuk menerima kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya akan semakin besar.
Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap
prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima
perusahaan (Tamba, 2009). Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model
yang lain. Mutchler (1985) juga melakukan wawancara dengan praktisi auditor
yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern
pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada
tahun berjalan (Tamba, 2009).
2.5 Rasio Keuangan
Menurut Insitut Akuntan Publik Indonesia (2011: SA Seksi 341) petunjuk
tentang kesulitan keuangan seperti kegagalan memenuhi kewajibannya,
penunggakan pembayaran deviden dan lain-lain adalah kondisi yang
untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata
lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Semakin tinggi rasio
ini, artinya pendanaan perusahaan melalui utang semakin tinggi dan
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang dengan aktiva yang
dimilikinya. Rumusnya sebagai berikut:
����������������
����������
Likuiditas yang diproksikan dengan current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2008). Rumusnya sebagai berikut:
������������
������������������
Profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2008). Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik.
Rumusnya sebagai berikut:
���������
����������
Operating cash inflow ratio merupakan rasio yang mengukur kas masuk dari aktivitas operasional yang dihasilkan oleh jumlah aktiva. Semakin tinggi
rasio ini, semakin baik perusahaan dalam mengelola asetnya. Rumusnya sebagai
���ℎ�����������������
����������
2.6 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah
Hao, Zhang, Wang, Yang, Zhao (2011) dengan judul “Audit quality and independence in China: Evidence from Going-Concern Qualifications Issued During 2004-2007”, Pandiangan (2013) dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Aiisiah (2012) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Kualitas
Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan
Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Tamba (2009) dengan judul “Pengaruh
Debt Default, Kualitas Audit dan Opini Audit terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Januarti (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas
Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
Tamba client tenure, opini sebelumnya,
Debt default, ukuran perusahaan, kondisi audit lag, opinion shopping, dan 2.7 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah kualitas
audit, opini audit tahun sebelumnya, leverage, likuiditas, profitabilitas, operating cash inflow ratio, dan yang menjadi variabel dependen adalah opini audit going concern. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui
pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi
logistik hanya dapat menguji secara parsial.
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji
secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat
dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk
yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena (Erlina, 2008).
Penelitian ini merujuk kepada penelitian Hao et al (2011) yang meneliti pengaruh rasio keuangan, independensi audit, dan kualitas audit terhadap
kecenderungan auditee menerima opini audit going concern dari auditor. Peneliti mengambil variabel kualitas audit dan rasio keuangan dari penelitian terdahulu
dan menambahkan variabel opini audit tahun sebelumnya.
Auditor berskala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari
kritik yang menyebabkan kerusakan reputasi mereka dibandingkan auditor skala
kecil sebab KAP besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan
terhadap kecendrungan auditee menerima opini audit going concern. Atas dasar ini penulis memutuskan hipotesis yang pertama:
H1: Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
Januarti (2008) menyatakan auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya dianggap tidak memiliki masalah dalam menjaga kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk
mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Penelitian yang dilakukan oleh Lennox (2000) menyimpulkan perusahaan yang pada tahun
sebelumnya menerima opini audit going concern akan kembali menerima opini audit yang sama pada tahun berikutnya. Atas dasar ini penulis memutuskan
hipotesis yang kedua:
H2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini
going concern.
Auditor sering memberikan opini going concern dengan pertimbangan berdasarkan kondisi keuangan yang dilaporkan (Bruynseels dan Willekens, 2006).
Tingkat kesehatan suatu perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik maka
auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going concern (Ramadhany, 2004). Semakin dekat perusahaan dengan kebangkrutan maka semakin besar
kemungkinan perusahaan menerima opini non going concern (Lennox, 2000). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hao (2011) pada perusahaan
non finansial di China menyimpulkan auditor cenderung memberikan opini audit
Variabel leverage yang diproksikan dengan debt to asset dipilih untuk menjelaskan kemampuan aset perusahaan menjamin utang, likuiditas yang
diproksikan dengan current ratio untuk mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kepada pemasok, profitabilitas yang diproksikan
dengan return on asset untuk memberikan investor gambaran mengenai efektivitas perusahaan dalam mengelola aset mereka menjadi laba bersih; dan oleh
sebab itu, operating cash inflows ratio juga menjadi faktor yang penting dalam memprediksi kebangkrutan.
H3: Leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
H4: Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
H5: Profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
H6: Operating cash inflows ratio berpengaruh terhadap penerimaan opini
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah
jenis asosiatif kausal. Penelitian kausal bertujuan untuk menguji hipotesis dan
merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar
variabel (Erlina, 2008). Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini
adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, leverage, likuiditas,
profitabilitas, dan operating cash inflow ratio sementara variabel dependennya adalah opini audit going concern.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa
orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu (Erlina, 2008).
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013 yang berjumlah 143 perusahaan.
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi penelitian. Hasil penelitian yang menggunakan sampel,
maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh sebab itu, sampel
yang digunakan harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika tidak, akan
mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga
nilai populasi sesungguhnya (Erlina, 2008). Dengan demikian, jumlah sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Dalam metode ini pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan perimbangan
(judgement) atau berdasarkan kuota tertentu (Erlina 2008). Dengan metode
purposive sampling ini, sampel diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Kriteria penentuan sampel dalam
penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode pengamatan (2011 – 2013).
2. Perusahaan sudah terdaftar di BEI sejak 1 Januari 2010.
3. Perusahaan tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan (2011-2013).
4. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen selama periode pengamatan (2011 – 2013).
5. Mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya dua periode
laporan keuangan (dua tahun) selama periode pengamatan (tahun 2011 -
2013). Hal ini dikarenakan auditor hampir tidak pernah mengeluarkan
opini going concern pada perusahaan yang mempunyai laba bersih setelah pajak (Januarti, 2008).
Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel perusahaan berjumlah
17 perusahaan, dengan 3 tahun pengamatan, sehingga total jumlah sampel yang
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Jumlah
pelanggaran kriteria
Akumulasi
1. Total perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan (2011 - 2013)
143
2. Perusahaan sudah terdaftar di BEI sejak 1 Januari 2010
(13) 130
3. Perusahaan yang tidak keluar (delisting) dari BEI selama periode pengamatan (2011 – 2013)
(5) 125
4. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama periode pengamatan (2011 – 2013)
(13) 112
5. Mengalami rugi bersih
sekurang-kurangnya dua periode laporan keuangan (dua tahun) selama periode pengamatan (tahun 2011 - 2013)
(95)
Jumlah sampel total selama tahun penelitian (2011-2013)
17
Setelah dilakukan teknik purposive sampling, berikut adalah emiten yang lolos uji:
Tabel 3.2
Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1 Mulia Industrindo Tbk MLIA
2 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk JKSW
3 Krakatau Steel (Persero) Tbk KRAS
4 Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL
5 Barito Pacific Tbk BRPT
6 Alam Karya Unggul Tbk AKKU
7 Lotte Chemical Titan Tbk FPNI
8 SLJ Global Tbk SULI
9 Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT
10 Argo Pantes Tbk ARGO
11 Century Textile Industry Tbk CNTX
12 Ever Shine Tex Tbk ESTI
13 Apac Citra Centertex Tbk MYTX
14 Asia Pacific Fibers Tbk POLY
15 Sunson Textile Manufacturer Tbk SSTM
16 Unitex Tbk UNTX
17 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI
Sumber :
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif
yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik (Kuncoro, 2009). Data
yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dengan data cross section (pooled data).Data time series adalah data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dari beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan,
sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu
(Umar, 2009).
3.3.2 Sumber Data
Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder
merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan
dipubilkasikan kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2008). Data penelitian
berupa laporan keuangan yang telah dipublikasikan dan diambil dari database
Bursa Efek Indonesia dengan mengunduh data melalui website resmi Bursa Efek
Indonesia
keuangan beserta laporan auditor independen perusahaan yang diamati.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:
1. Studi Pustaka
Mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap permasalahan
yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur
dan bahan pustaka lainnya seperti jurnal, buku, dan penelitian
terdahulu.
2. Studi Dokumenter
Pengumpulan data sekunder berupa cara mengumpulkan, mencatat,
dan mengkaji laporan keuangan tahunan masing-masing perusahaan.
Data yang digunakan dicari dengan cara mendapatkannya dari luar
laba/rugi dikumpulkan guna melihat apakah perusahaan mengalami
rugi atau laba selama periode penelitian dan juga mendapatkan data
untuk rasio keuangan. Data dalam laporan auditor independen juga dikumpulkan guna melihat auditor yang mengaudit laporan keuangan
auditee dan opini audit yang diperoleh auditee pada tahun sebelumnya.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel independen
dan variabel dependen.
3.5.1 Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat
memengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan
yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya (Erlina, 2008). Dalam
penelitian ini, variabel independennya adalah kualitas audit, opini audit tahun
sebelumnya, dan rasio keuangan yang terdiri dari leverage yang diproksikan dengan debt to asset, likuiditas yang diproksikan dengan current ratio,
profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset, dan operating cash inflow ratio .
1) Kualitas audit
Kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP. Ukuran KAP
dibedakan menjadi dua, yaitu KAP yang berafiliasi dengan The big four
Variabel ini diukur dengan variabel dummy dimana angka 1 menjadi kode
bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan The big four dan angka 0 menjadi kode bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP
non big four. Data kualitas audit disajikan dalam skala nominal. 2) Opini audit tahun sebelumnya
Data untuk variabel opini audit tahun sebelumnya diperoleh dari
laporan auditor independen dalam laporan keuangan masing-masing
perusahaan untuk tahun 2010, 2011, dan 2012. Variabel ini diukur dengan
variabel dummy dimana angka 1 menjadi kode jika perusahaan menerima
opini going concern pada tahun sebelumnya dan angka 0 menjadi kode jika perusahaan tidak menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya. Data opini audit tahun sebelumnya disajikan dalam skala
nominal.
3) Leverage
Leverage diproksikan dengan debt to asset ratio. Debt to asset ratio ialah kemampuan perusahaan untuk membayar utang dengan aset, atau total utang per total aset. Hasil perhitungan debt to asset ratio
disajikan dalam skala rasio.
4) Likuiditas
Likuiditas diproksikan dengan current ratio. Current Ratio
merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
5) Profitabilitas
Profitabilitas diproksikan dengan return on asset. Return on asset
merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Hasil perhitungan return on asset disajikan dalam skala rasio.
6) Operating Cash Inflow Ratio
Operating Cash Inflow Ratio merupakan kas masuk dari aktivitas operasional yang dihasilkan oleh jumlah aktiva. Hasil perhitungan
operatingcash inflow ratio disajikan dalam skala rasio.
3.5.2 Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan
atau dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina, 2008). Dalam penelitian ini,
variabel dependennya adalah opini audit going concern. Opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup
perusahaan dalam menjalankan operasinya (Institut Akuntan Publik Indonesia,
2011: SA Seksi 341). Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini
Tabel 3.3
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian Variabel Variabel
Penelitian
Defenisi Operasional
Pengukuran Skala
Independen Kualitas audit Probabilitas
auditor untuk
Profitabilitas hasil (return) atas jumlah aktiva
Dependen Opini audit
going usaha auditeenya
1, jika opini
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis
Statistik Inferensial. Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian
hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik (logistic regresion), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik
(nominal). Regresi logistik adalah regresi yang digunakan sejauh mana
probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel
independen. Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji
normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Regresi
logistik juga mengabaikan heteroscedary, artinya variabel dependen tidak perlu diuji untuk masing-masing variabel independennya. Model regresi logistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
GCAO= a + b1 ADTR + b2 PRIOP + b3 LEV + b4 CR + b5 ROA + b6 OCF + e
Keterangan:
GCAO = Opini audit going concern (variabel dummy, 1 jika opini
going concern dan 0 jika opini non going concern)
a = Konstanta
ADTR = Ukuran KAP yang menjadi proksi dari kualitas auditor
(variabel dummy, 1 jika auditor tergabung dalam the big four
dan afiliasinya dan 0 jika bukan)
PRIOP = Opini tahun sebelumnya (variabel dummy, 1 jika opini going concern dan 0 jika opini non going concern)
LEV = Total utang dibagi total aset
ROA = Net income dibagi total asset
OCF = Cash flow from operation dibagi total asset
b1, b2, b3,
b4, b5, b6 = Koefisien Regresi
E = Error (Kesalahan Residual)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariate dengan
menggunakan regresi logistik, yang variabel bebasnya merupakan kombinasi
antara metrik dan non metrik (nominal). Teknik analisis ini tidak menggunakan
lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006).
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
3.6.1.1Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah:
H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data, maka H0 harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada
fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji
hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL.
Dengan alpha (α) 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut :
1.Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang
2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang
berarti bahwa model tidak fit dengan data.
Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal (initial -2LL
fungcion) dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “ Sum of Squere Error” pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelhood
menunjukkan model regresi yang semakin baik.
3.6.1.2 Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodnes of Fit Test. Adapun hipotesis untuk menilai kelayakan model ini adalah:
Ho : Tidak ada perbedaan antara model dengan data
Ha : Ada perbedaan antara model dengan data
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model
diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006).
3.6.1.3Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas
variabilitasvariabel dependen. Nilai Koefisien determinasi merupakan
bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai
Nagel Karke R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Koefisien determinasi dapat diinterprestasikan seperti nilai R Square pada multiple regression.
3.6.1.4Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification Table.
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien
regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan
antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara
nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (α).
Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /α) maka
berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel dependen. Begitu pula
sebaliknya, bila asymtotik signifikan > dari 0,05 (tingkat signifikansi/α) maka
berarti H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel independen tidak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik yang menggunakan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan
mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan
pengujian menggunakan regresi logistik. Pengujian analisis statistic inferensial
dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software program SPSS versi 17. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke
program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis
yang telah ditentukan.
4.1.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah :
H0 : model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan kedalam model. Dari
hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit
dengan data. Likehood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang
Tabel 4.1 Tabel Likehood Block 0
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 63.465 .745
2 63.449 .783
3 63.449 .783
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 63,449
c. Estimation terminated at iteration number 3
because parameter estimates changed by less than
,001.
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 17
Tabel 4.2
Tabel Likehood Block 1
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 17
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 63,449
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai -2LogL (-2LL) pada awal
(Block 0) dengan nilai -2LogL pada akhir (Block 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit
dengan data (Ghozali, 2006).
Output SPSS pada tabel 4.2 menunjukkan selisih kedua -2LogL sebesar 48,021 (63,449-15,428) atau terjadi penurunan nilai -2LogL sebesar 48,021.
Penurunan nilai -2LogL ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke
dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
4.1.2 Menilai Kelayakan Model Regresi
Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi
logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi dilakukan
dengan menggunakan Hosmer and Lamershow’s Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi-Square, probabilitas signifikan yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan tingkat signifikan (α) 5%.
Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi :
H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data
H1 : Ada perbedaan model dengan data
Tabel 4.3
Tabel Hosmer and Lameshow Test Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
Tabel diatas menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lameshow.
Dengan probabilitas signifikan yang menunjukkan angka 0,886, nilai signifikan
yang diperoleh ini jauh lebih besar dari pada 0,05 (α) 5%. Hal ini berarti model
regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada
perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati, atau dapat dikatakan bahwa model mampu mengamati nilai observasinya.
4.1.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas varabilitas variabel
dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai
Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diintepretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya.
Tabel 4.4
Tabel Nagelkerke R Square Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 15.428a .610 .857
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 17
sebesar 85,7% sisanya sebesar 14,3% (100%-85,7%) dijelaskan variabilitas
variabel-variabel lain diluar model penelitian.
4.1.4 Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan diterimanya opini audit going concern oleh
auditee.
Tabel 4.5
Tabel Classification Table Prediksi Classification Tablea,b
Observed
Predicted
GCAO
Percentage
Correct
0 1
Step 0 GCAO 0 0 16 .0
1 0 35 100.0
Overall Percentage 68.6
a. Constant is included in the model.
Classification Tablea
Observed
Predicted
GCAO Percentage
Correct
0 1
Step 1 GCAO 0 15 1 93.8
1 1 34 97.1
Overall Percentage 96.1
a. The cut value is ,500
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17
model ini adalah 34/35 atau 97,14%. Dan menurut prediksi, auditee yang menerima opini non going concern adalah 16, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini non going concern adalah 15. Jadi, ketepatan model ini adalah 15/16 atau 93,75%. Ketepatan prediksi
keseluruhan model ini adalah 95,44%.
4.2 Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh
variabel-variabel bebas yaitu kualitas auditor, opini audit tahun sebelumnya (PRIOP),
leverage, likuiditas, profitabilitas dan operating cash inflow ratio dengan menggunakan hasil uji regresi yang ditunjukkan dalam variabel in the equation.
Dalam uji hipotesis dengan regresi logistic cukup dengan melihat variabel in the equation, pada kolom significant dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima.
Tabel 4.6
Tabel Variables in the Equation
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a ADTR .451 1.508 .089 1 .765 1.570 .082 30.141
PRIOP 6.531 2.028 10.369 1 .001 686.401 12.885 36565.722
LEV -.416 .806 .266 1 .606 .660 .136 3.203
CR -.074 .560 .017 1 .895 .929 .310 2.781
ROA .042 .185 .052 1 .819 1.043 .726 1.498
OCF -.149 .240 .389 1 .533 .861 .539 1.377