• Tidak ada hasil yang ditemukan

engaruh produk domestik bruto (PDB) dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap kemiskinan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "engaruh produk domestik bruto (PDB) dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap kemiskinan di Indonesia"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK)

TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Prasyarat Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1 )

Disusun Oleh : ANWAR RASYADI

( 106084003555 )

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

i

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP KEMISKINAN

DI INDONESIA SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Anwar Rasyadi

106084003555

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Pheni Chalid,SF, MA, Ph.D M. Hartana I. Putra M.Si

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 15 juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 1. Nama : Anwar Rasyadi

2. NIM : 106084003555

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

4. Judul skripsi : PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA. Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 juni 2011

1. Prof Dr. Abdul Hamid, MS (________________________) Ketua

2. Utami Baroroh, M.Si (________________________) Sekertaris

3. Dr. Lukman, M.Si (________________________) Penguji Ahli

4. Pheni chalid, SF,MA.Ph.D (________________________) Pembimbing I

(4)

iii

Hari ini Jum’at Tanggal 8 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Anwar Rasyadi NIM: 106084003555 dengan judul skripsi “PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Oktober 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Drs. Lukman M. Si M. Hartana I. Putra M.Si Ketua Sekretaris

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Anwar Rasyaadi

NIM : 106084003555

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 15 Juni 2011

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Anwar Rasyadi

2. Tempat & tgl. Lahir : Jakarta, 01 Agustus 1987 3. Tinggal di : Jakarta

4. Alamat : Jl. R.S Fatmawati No.45 002/005 12410 5. Telepon : 0857-815 888 80 – 021 921 88 379

II. PENDIDIKAN

1. SD : SDI Darul Ma’arif

2. SMP : MTS Darul Ma’arif

3. SMA : SMA Darul Ma’arif

4. S1 : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN BERORGANISASI

1. BEM JURUSAN IESP 2006-2007 2. FORSA UIN JAKARTA 2008-2010

3. BG34 2006-2011

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Drs. H.Zainal Arifin

2. Ibu : Hj Maspah

3. Jumlah Saudara Kandung : 6 Bersaudara

(7)

vi ABSTRACT

Poverty is an issue that often arises, especially in developing countries. Someone may say poor if their income is insufficient to meet basic needs for life, such as clothing, food and shelter. There are various factors that may affect the level of poverty.

This research analyzes the factors that influence the level of poverty in Indonesia 1984-2009, that are Gross Domestic Products (GDP), labor force participation and dummy crisis. The analytical method is used an multiple regression with time series analysis.

The results showed that GDP variable has significant impact and negative relationship with the number of poor people in Indonesia. Where as if the GDP increases, the number of poor people decreases. And variable of economic crisis has significant impact in decreasing the number of poor people in Indonesia. But the variable of labor force participation rate has unsignificant impact to the number of poor people.

(8)

vii ABSTRAK

Kemiskinan adalah suatu permasalahan yang kerap kali muncul khususnya dinegara-negara yang sedang berkembang. Seseorang dapat dikatakan miskin apabila pendapatanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, seperti sandang, pangan dan papan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan.

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1984-2009, dimana faktor-faktor yang digunakan diantaranya Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Krisis Ekonomi. Adapun Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda dengan analisis runtut waktu (time series)

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel PDB berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan negatif terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Dimana apabila PDB mengalami penigkatan/kenaikan, maka jumlah penduduk miskin akan menurun. Variabel krisis ekonomi berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Sedangkan variabel tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dan Tingakat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia”.

Penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, ungkapan rasa trimakasih ini penulis tujukan kepada :

1. Abahku Drs. H.Zainal Arifin dan mamaku tercinta, Hj. Maspah, yang telah memberikan begitu banyak perhatian, bimbingan, kebahagiaan dan kasih sayangnya selama ini, sejak penulis kecil hingga seperti sekarang. Penulis dedikasikan skripsi dan gelar sarjana ini untuk abah dan mama.

2. Bapak Prof. DR. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang secara tidak langsung mengajarkan penulis bagaimana menjadi ekonom yang baik.

3. Bapak Pheni Chalid,SF, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing satu, terima kasih telah membimbing dan memberikan support kepada penulis selama ini, dari mulai menulis sampai selesai.

4. Bapak M. Hartana I.Putra.M.Si selaku dosen pembimbing II, terimakasih atas saran, perhatian, dan kesabarannya selama membimbing penulis dalam menulis skripsi ini.

5. Dr. Lukman, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(10)

ix

7. Seluruh dosen Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Terimakasih atas ilmu yang Bapak Ibu telah berikan kepada penulis.

8. Niken Natasya, sebagai salah satu motivasi penulis dalam kuliah, yang selalu setia menemani dan memberikan semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Atdeeehh…!! Pohon, Anda, Ikel, Rezi, Arsy, Cakung, Iwan, Pepeng, Bakar burn, Babeh, Reza, Randi, Aris yang telah memberikan kedamaian di kampus.

10. Seluruh kawan-kawan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2006, terima kasih atas pengalaman dan kenangan yang kalian berikan selama ini.

Dan tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan doa dan dukungan semangat yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari penulis skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan untuk membuat suatu perubahan yang lebih baik.

Akhirnya penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik kepada penulis maupun kepada semua pihak yang berkesempatan membaca skripsi ini.

Jakarta , Juni 2011 Penulis

(11)

x DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi... ii

Lembar Pengesahan Uji komprehensif ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel………... xiii

Daftar Gambar ………. xiv

Daftar Lampiran……… xv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

(12)

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. kemisikinan………... .. 13

1. Pengertian Kemiskinan….……… 13

2. Penyebab kemiskinan…..……….. 16

3. Ukuran Kemiskinan……… 19

4. Kreteria Kemiskinan……….. 21

5. Garis Kemiskinan... 22

6. Ciri-ciri Kemiskinan……….. 24

7. Teori Kemiskinan……….. 25

B. Produk Domestik Bruto (PDB)……… 26

1. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)... 26

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 29

C. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)..………. 34

D. Penelitian Terdahulu……… 36

E. Kerangka Pemikiran ……… 42

F. Hipotesis Penelitian………. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN….……….. 47

A. Ruang Lingkup Penelitian ………..………… 47

B. Metode Pengumpulan Sampel………. 47

C. Metode Pengumpulan Data….……… 47

(13)

xii

1. Uji Asumsi Klasik……… . 49

2. Metode Aanalisis Regresi Berganda ………... 54

3. Uji Hipotesis……… 55

E. Oprasional Variabel Penelitian... 57

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 59

B. Hasil dan Pembahasan ... 68

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 68

a. Hasil Uji Normalitas ... 68

b. Hasil Uji Liniearitas ... 69

c. Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71

e. Hasil Uji Autokorelasi ... 71

2. Hasil Uji Hasil Uji Regresi Berganda OLS…... 72

3. Hasil Uji Hipotesis……… 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

1.1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2000 4 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Harga Konstan,

Tahun 1997-2000 7

1.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia Tahun

1998-2001 9

2.1 Kajian Sebelumnya 41

3.1 Uji Durbin-Watson 53

4.1 Hasil Uji Linieritas 69

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas 70

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas 71

4.4 Hasil Uji Autokorelasi 72

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keteranggan Hal

2.1 Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian

Secara Keseluruhan 44

4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

Tahun 1984-2009 60

4.2 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)

di Indonesia Tahun 1984-2009 64

4.3 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di

Indonesia Tahun 1984-2009 66

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Hal

1 Data Variabel Penelitian 86

2 Hasil Uji Asumsi klasik 88

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu ekonomi dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang bagaimana pembangunan ekonomi harus ditangani untuk mengejar keterbelakangan. Sampai akhir tahun 1960-an para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sehingga dapat melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut angka pendapatan perkapita akan meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran masyarakat. Akibatnya sasaran utama dalam pembangunan ekonomi lebih ditekankan kepada usaha-usaha pencapain tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Esmara 1998). Dalam periode ini teori-teori pertumbuhan seperti Harrod-Domar, Rostow dan Lewis menjadi sangat popular dan dipercaya sebagai refrensi bagi para ahli pembangunan. Teori-teori tersebut meyakini bahwa proses pemerataan pendapatan dan pengurangan tingkat kemiskinan akan berlangsung dengan sendirinya melalui proses penyebaran. Wie, 1981. (Dian Octaviani, 2003 :219)

(18)

1970-2 an muncul pendapat bahwa apabila pembangunan tidak disertai pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada penduduk miskin maka mustahil akan memberikan hasil yang optimal. Dalam priode tersebut muncul teori-teori baru seperti pertumbuhan dan distribusi New Keynesian oleh Kaldor (1955) dan Passireti (1962). Secara umum teori-teori ini menyatakan bahwa pembangunan ekonomi akan mencapai hasil yang optimal jika peningkatan GNP disertai dengan pemerataan pendapatan bagi seluruh kelompok masyarakat. Peningkatan GNP seharusnya diimbangi dengan semakin berkurangnya jumlah masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan (Tambunan, 1996) . (Dian Octaviani, 2003 :220)

Sejalan dengan semakin berkembangnya pendapatan bahwa pembangunan ekonomi akan memberikan hasil yang lebih optimal jika peningkatan GNP disertai dengan perbaikan kualitas hidup bagi seluruh kelompok masyarakat, termasuk yang berpendapatan rendah, para ahli ekonomi mencoba menganalisa dan meramalkan tentang pengaruh dari variabel-variabel ekonomi makro tertentu terhadap tingkat kemiskinan. Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat secara lebih spesifik ditentukan variabel-variabel kebijakan fiskal dan moneter yang tepat dalam mengurangi tingkat kemiskinan.

(19)

3 Berbagai studi menggunakan pendekatan yang berbeda-beda untuk mengukur kemiskinan. Di Indonesia sendiri dikenal tiga model pengukuran kemiskinan. Pertama, model tingkat konsumsi (Basic Needs), digunakan oleh BPS, sebagai alat pengukuran resmi kemiskinan di Indonesia, dan oleh Sayogyo (1971). BPS menggunakan standar minimum makan dan non makanan sebagai patokan untuk menetukan garis kemiskinan. Batasan garis kemiskinan menurut BPS adalah 2100 kalori/orang/hari untuk kebutuhan minimum makan ditambah dengan kebutuhan minimum bukan makanan seperti perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan dan transportasi. Sedangkan Sayogya menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras perkapita, 240kg/orang/tahun untuk daerah perdesaan dan 360kg/orang/tahun untuk daerah perkotaan. Kedua, model kesejahteraan keluarga yang digunakan oleh BKKBN model ini lebih melihat sisi kesejahteraan keluarga dari pada sisi kemiskinan. Keluarga pra sejahtera (sangat miskin) diartikan sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar secara minimal meliputi kebutuhan akan penganutan agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan. Ketiga, model pembangunan manusia yang diperomosikan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang di Indonesia dikembangkan oleh BPS dan BAPPENAS dengan nama pembangunan manusia seutuhnya, dimana konsep ini menjadikan kesejahteran manusia sebagai tujuan akhir.

(20)

4 Indonesia yang cenderung yang tak stabil terutama sektor ekonomi, maka angka jumlah orang Indonesia yang harus hidup dibawah garis kemiskinan kembali meningkat pada tahun 2000 sebesar 37,3 juta orang (Togar Saragih, 2006:54). Perkembangan jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 1995-2000 dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

TABEL 1.1

PERKEMBANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1995-2000

TAHUN TOTAL

(Dalam Jiwa)

1995 32.600.000

1996 31.400.000

1997 38.700.000

1998 49.500.000

1999 47.970.000

2000 38.700.000

Sumber : BPS dalaam laporan Indonesia 2000

(21)

5 pada tahun 1999 jumlah pnduduk miskin sedikit berkurang hingga menjadi 47,97 juta orang. Pada tahun 2000 jumlah penduduk miskin juga kembali mengalami penurunan walaupun tidak sebesar pada tahun 1999, yakni 9270 ribu orang menjadi 38,7 juta orang.

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan sejahtera. Sejalan dengan Tujuan pembangunan tidak semata-mata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada pemerataan pendapatan. Ini berarti tujuan dari pembangunan erat kaitannya dengan usaha mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin.

Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur kemapanan suatu negara. Mempercepat pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang merupakan upaya untuk lebih mengejarketertinggalan dengan lain serta dapat lebih mensejajarkan diri dengan negara-negara yang lebih maju. Namun, sebagian besar negara berkembang mengalami hambatan terutama dalam hal dana untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunan.

(22)
(23)

7 Tabel 1.2

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Harga Konstan Tahun 1997-2000

Sumber:Badan Pusat Statistik

Sejak krisis melanda pertengahan tahun 1997 menjadi guncangan besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis moneter yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mengalami minus -13,1%. Laju pertumbuhan ekonomi seburuk ini lebih banyak dipengaruhi situasi nasional. Mulai tahun 1999 perekonomian nasional menunjukkan proses pemulihan dengan pertumbuhan yang semaikin membaik. Hal ini diperkirakan bahwa kterpurukan ekonomi telah sampai batas terendah dan kemabali ke suatu perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 1999 mulai positif meski hanya tercatat 0,79% setelah sebelumnya pada tahun 1998 mengalami penurunan yang sangat besar. Tanda-tanda awal proses pemulihan ekonomi telah mulai Nampak, stabilitas moneter mulai terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang menguat, keadaan social politik yang sudah lebih membaik.

Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat belum tentu jaminan yang paling baik terhadap ciri suatu daaerah itu makmur, bila tidak diikuti perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga- tenaga kerja baru yang setiap tahun. Memasuki angkatan kerja, dalam hal ini pertumbuhan ekonomi

Tahun PDB (MiliarnRp) Pertumbuhan (%)

1997 1,512,780,600 4,7

(24)

8 nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh model alam dan teknologi. Oleh pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja agar angkatan kerja yang ada dapat diserap.

Pertumbuhan penduduk dan hal- hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dan merangsang pertumbuhan ekonomi artinya semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik, dengan catatan mereka mempunyai daya beli, sehinga permintaan akan meningkat (Todaro, 1998:63). Namun apabila Pertumbuhan penduduk sangat pesat akan berakibat pada peningkatan jumlah kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama.

Tabel 1.3

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia 1998-2001

Sumber data : sakernas 2010

Pertumbuhan ekonomi didalam perekonomian dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tingkat partisipasi angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada pertengahan

Tahun TPAK (%)

2001 68,7

2002 67,76

2003 65,72

(25)

9 tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis ekonnomi, sehingga terjadi perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan perkembangan kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang terserap dari berbagai lapangan pekerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami penurunan 0,94, persen, ditahun 2003 juga mengalami penurunan sebesar 2,24 persen. Pada tahun 2004 mengalami kenaikan 1,82 persen..

Berdasarkan pada uraian tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil judul “PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN TINGAKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1984 -2009 ”

B. Rumusan Masalah

(26)

10 partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Begitu pun pada pendapatan per kapita. meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi berkurangnya tingkat kemisknan. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan 1997 menyebabkan inflasi yang meningkat tajam. Tingkat harga terutama harga barang kebutuhan pokok melonjak drastis sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Selain itu banyak perusahaan/ investor baik swasta domestik maupun asing yang mempersempit wilayah usahanya dan mengurangi pekerja bahkan sampai gulung tikar. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya pengangguran dan kemisiskinan.

Dengan demikian penelitian mencoba menganalisis :

1. Sejauh mana pengaruh produk domestik bruto (PDB) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?

2. Sejauh mana pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?

(27)

11 c. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (PDB) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Sebagai syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatiullah Jakarta. Selain itu guna menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan serta dapat membandingkan secara teoritis dan praktek yang secara nyata terjadi di lapangan.

2. Bagi Instansi Terkait

Diharapkan mampu memberikan informasi dan penambahan wawasan bagi pihak-pihak pengambil kebijakan, sehingga diharapkan dapat menentukan kebijakan dengan tepat.

3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan

(28)
(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu fenomena sosial bahkan juga dianggap sebagai suatu problem yang dihadapi oleh setiap masyarakat diseluruh dunia sepanjang masa dimana, kemiskinan merupakan suatu keadaan seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya, juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. (Todaro, 2006:152)

(30)

14 Menurut Badan Pusat Statistik (1999) dari kutipan jurnal oleh (Eko Udi Hartati, 2004), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar kebutuhan hidup minimum, yang meliputi makanan dan non makanan, nilai standar kebutuhan minimum digunakan sebagai garis batas kemiskinan atau garis kemiskinan, yang terdiri dari dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Batas kecukupan makanan ditetapkan sebesar nilai pengeluarann untuk makanan yang mampu menghasilkan energi sebebsar 2.100 kalori per kapita per hari. Batas kecukupan non makanan adalah sebesar nilai rupiah yang dikeluarkan penduduk kelas bawah untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum non makanan yaitu perumusan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang-barang serta jasa lainnya.

Menurut Badan Pusat statistik (2006) kemiskinan adalah suatu problem yang sulit dipecahkan, kemiskinan tersebut muncul karena ketidak mampuan memenuhi kebutuhan hidupnya, yakni jasmaniah secara utuh. Adapun pendapatan yang mereka terima selama ini pada kenyataannya sulit untuk menutupi seluruh kebutuhan hidupnya (Deficit) baik pangan, sandang maupun papan. Padahal tidak ada seorangpun pertumbuhan ekonomi yang tidak serta merta dapat menekan angka kemiskinan.

(31)

15 tingkat pendapatan atau standar hidupnya secara absolut berada dibawah tingkat subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat diproksi dengan garis kemiskinan, secara umum, kemiskinan adalah ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar standar atas setiap aspek kehidupan. Menurut (Sen, 1999) kemiskinan lebih terkait pada ketidak mampuan untuk mencapai standar hidup tersebut dari pada apakah standart hidup tersebut tercapai atau tidak.

(32)

16 mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar warga desa antara lain terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertahanan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindakan kekerasan dan hak unuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik, baik perempuan maupun laki-laki.

Menurut Esmara (1996), Woon (2000), Sahdan (2005) dari kutipan jurnal Evi susanti tarsi, (2006:189), persoalan pengertin kemiskinan bukanlah hal yang mudah. Kemiskinan sebagai gejala ekonomi berbeda dengan kemiskinan sebagai gejala sosial. Kemiskinan berbagai gejala yang terjadi disekitar lingkungan penduduk miskin dan biasanya dikaitan dengan masalah kekurangan pendapatan. Sebaliknya kebudayaan miskin sebagai gejala sosial lebih banyak terletak dalam diri penduduk miskin itu sendiri seperti cara hidup, tingkah laku dan sebagainya.

2. Penyebab Kemiskinan

(33)

17 terlepas dengan keadaan yang ada diluar negri secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan antara lain dari segi pendapatan pembangunan.

Dengan demikian, kemiskinan dapat diminati sebagai kondisi anggota masyarakat yang tidak atau belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan. Ketidak ikut sertaan dalam proses pembangunan ini dapat disebabkan karena secara alamiah tidak atau belum mampu mendayagunan faktor produksinya, dapat pula terjadi secara tidak alamiah. Pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah yang tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk partispasi berakibat manfaat pembangunan tidak menjangkau mereka.

(34)

18 masyarakat tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.

Tiga hal penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2003:107) apabila dipandang dari sisi ekonomi, yaitu;

a. Kemiskinan muncul karena ketidaksamaan kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah.

b. Kemiskinan muncul akibat adanya perbedaan kualitas sumberdaya manusia, kualitas sumber daya manusia rendah berarti produktivitas rendah, yang pada upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karma rendah nya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan

c. Kemiskinan muncul akibat adanya perbedaan akses dan modal.

3. Ukuran Kemisikinan

Ada 3 macam ukuran kemiskinan dilihat dari tingkat pendapatan yang mampu digunakan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif (Arsyad, 2001: 238-240).

a. Kemiskinan Absolut

(35)

19 diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini sering disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makan, pakaian dan perumahan untuk menjalani kelangsungan hidup.

Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menetukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan berbagai faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian. Untuk dapat hidup layak seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebuutuhan fisik dan sosialnya.

b. Kemiskinan Relatif

Orang yang sudah memepunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti “tidak miskin” ada ahli yang berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan dimasyarakat disekitarnya, maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemisikinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang bersangkutan.

(36)

20 konsep kemiskinan absolut, konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis, sehingga kemiskinan akan selalu ada.

c. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan ini disebabkan oleh pemahaman suatu sikap, kebiasaan hidup dan budaya seseorang atau masyarakat yang merasa cukup dan tidak kekurangan. Kelompok ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan dan cenderung tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya meskipun ada usaha pihak luar untuk membantu. Dengan ukuran absolut mereka dapat dikatakan miskin, tetapi tidak merasa miskin dan tidak mau disebutkan.

Sedangkan ada empat macam ukuran kemiskian dilihat dari pola waktu diteropong (Erani Yustika, 2005:26):

a. Persistent Poverty, adalah kemiskinan yang telah kronis atau turun menurun

b. Cycliacal Poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan.

c. Seasonal Poverty, adalah kemiskinan musimam yang sering dijumpai seperti kasus nelayan dan pertanian tanaman pangan.

(37)

21 4. Kreteria Kemiskinan

Ada berbagai macam kreteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan, salah satunya kreteria miskin menurut Sayogyo. Komponen yang digunakan sebagai dasar untuk ukuran garis kemiskinan Sayogyo adalah pendapatan keluarga yang disertakan dengan nilai harga beras yang berlaku pada saat itu dan rata anggota tiap rumah (lima orang). Berdasarkan kereteria tersebut, Sayogyo membedakan masyarakat ke dalam beberpa kelompok, yaitu :

1. Sangat Miskin

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya dibawah setara 240 kg beras ekuivalen setiap orang dalam setahun penduduk yang tinggal diperkotaan

2. Miskin

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras selama setahun untuk penduduk tertinggal di pedesaan, dan 360 kg beras sampai 480 kg beras pertahun untuk tinggal diperkotaan.

3. Hampir Cukup.

(38)

22 4. Cukup

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara dengan lebih 480kg beras setiap orang selama setahun dipedesaan, dan di atas 720 kg beras setiap orang pertahun untuk penduduk yang tinggal di perkotaan.

5. Garis Kemiskinan.

Garis kemiskianan menurut Kuncoro (2003:103) yang di dasarkan pada konsumsi terdiri tas dua elemen:

a. Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya.

b. Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dalam rangka pengentasan kemiskinan, pengenalan teoritis tentang garis kemiskinan menjadi suatu titik awal yang penting. Siapakah penduduk miskin, dimana mereka berada mereka berada dan pada kelompok-kelompok mana saja kemiskinan tersebut terlihat paling besar dapat dikenali dengan cermat berdasarkan garis kemiskinan. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menatapkan tingkat pendapatan minimum yang dimiliki, melalui penggunaan standar baku yang dikenal dengan garis kemiskinan ini.

(39)

23 pemenuhan kebutuhan hidupnya. Selanjutnya perhitungan garis kemiskinan dengan menggunakan pendekatan pendapatan rumah tangga tidak mudah dikumpulkan dilapangan, karena nilai produksi rumah tangga atau individu tidak tercatat dengan baik, untuk mengatasi kesulitan pengumpulan data pendapatan, maka garis kemiskinan ditentukan dengan pendekatan pengeluaran.

Garis kemiskinan tersebut dapat mengambil beberapa bentuk, seperti jumlah pendapatan dalam arti unit uang, atau jumlah konsumsi dalam jumlah unit uang, ataupun jumlah konsumsi kalori perhari dimana garis kemiskinan memberi batas kemampuan untuk memenuhi kebutuhan minimum individu atau kebutuhan dasar individu.

Garis kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS,2002) adalah batas kemiskinan (Poverty Line) yang digunakan dalam pengukuran ini adalah setara dengan besarnya rupiah perkapita perbulan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan 2.100 kalori ditambah dengan beberapa komoditi penting non makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Konsep ini menghasilkan data penduduk yang bersifat agregat (makro).

6. Ciri-ciri Kemiskinan

Emil Salim (1982) dari kutipan jurnal (Togar Saragih, 2006:59), mengemukakan bahwa ciri-ciri orang miskin adalah :

(40)

24 b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperoleh tidak cukup memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha, dismping itu tidak terpenuhinya syarat untuk mendapatkan keredit perbangkan, menyebabkan mereka berpaling ke renternir.

c. Tidak memiliki tanah, jika adapun relatif kecil. Mereka umumnya jadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian. Pekerjaan pertanian bersifat musiman menyebabkan kesinammbungan kerja kurang terjamin. Mereka umumnya sebagai pekerja bebas, akibatnya dalam situasi penawaran tenaga kerja tingkat upah menjadi rendah dan mendukung atau mempertahankan mereka untuk selalu hidup dalam kemiskinan.

7. Teori Kemiskinan

Dari segi teori pengaruh pertumbuhan ekonomi dan kemajuan kota terhadap pendapatan dan kemiskinan dapat diterangkan melalui empat pendektaan teori (Firdausi dikutip dalam Tulus Tambunan, 2001:51).

a) Michael P.Todaro. salah satu cara atau mekanisme yang utama dalam mengurangi kemiskinan atau dengan mengurangi pengangguran karena cara paling ampuh untuk mengetaskan kmiskinan atau dengan menangulangi masalah pengangguran dan ketenagakerjaan.

(41)

25 permintaan tenaga kerja yang mengakibatkan masalah pengangguran, ketimpangan pendapatan dan tenaga kerja.

c) Teori Kuznetz (Firdausi, 1994), teori ini menunjukan pertumbuhan ekonomi Negara-negara miskin pada awalnya cenderung menyebabkan semkin tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat pemerataan distribusi pendapatan, namun bila Negara-negara miskin maju dan berkembang maka tingkat kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan akan semakin menurun. d) Teori para Ekonom Klasik seperti Roberty (1974), Hayami dan Retten (1985)

dan Pralad Char (1983). Mereka menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan selalu cenderung mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan walaupun masih dalam tahap awal pertumbuhan.

B. Produk Domestik Bruto (PDB)

1. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk domestik bruto (PDB) diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di Negara-negara maju maupun di Negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain ( Sadono Sukirno, 2004:34).

(42)

26 PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan output semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah Indonsia dalam jangka waktu tertentu yang dihitung adalah semua barang dan jasa yang digunakan oleh pengguna akhir dan bukan yang digunakan untuk proses produksi selanjutnya.

Beberapa definisi tentang PDB/GDP (Gross Domestic Product), meliputi (Blancard,2000 dalam Hamid Ponco Wibowo, 2006:37) :

1. GDP adalah nilai “barang dan jasa final” yang dihasilkan dalam suatu ekonomi dalam priode tertentu.

2. GDP adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu ekonomi dalam priode tertentu.

3. GDP adalah jumlah pendapatan dalam suatu ekonomi pada priode tertentu. Mankiw (2006) merumuskan persamaan indentitas yang menggambarkan komponen-komponen dari PDB, persamaan tersebut adalah sebagai berikut :

Y = C + I + G + NX

Keterangan : Y = PDB C = Konsumsi I = Investasi

G = Belanja Pemerintah NX = Ekspor Netto

(43)

27 Konsumsi (Consumption) adalah pembelajaan barang dan jasa oleh rumah tangga. “barang” mencangkup pembelanjaan rumah tangga barang yang lama, seperti kendaraan dan perlengkapan dan barang tiddak tahan lama seperti makanan dan pakaian. “ jasa” mencangkup barang yang tidak berwujud konkret, seperti pangkas rambut dan perawatan kesehatan. Pembelanjaan rumah tangga atas pendidikan juga dimaksudkan sebagai konsumsi jasa (walaupun seseorang dapat saja berpendapat bahwa hal itu lebih cocok berda di komponen selanjutnya). 2. Investasi

Investasi (Investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. Investasi adalah jumlah dari pembelian peralatan modal, persediaan, dan bangunan atau struktur. Invetasi pada bangunan mencangkup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru. Menurut kesepakatan brsama, pembelian tempat tinggal baru. Menurut kesepakan berama, pembelian tempat tinggal baru merupakan satu bentuk pembelanjaan rumah tangga yang dikatagorikan sebagai investasi dan bukan konsumsi.

3. Belanja Pemerintah

Belanja pemerintah (Government Purchase) mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah mencangkup upah pekerja pemerintah dan pembelanjaan kepentingan umum.

4. Ekspor Neto

(44)

28 Negara (import). Penjualan yang dilakukan sebuah perusahaan dalam negeri kepada pembeli di Negara lain seperti penjualaan Boeing kepada British Airways akan meningkatkan ekspor neto AS.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi adalah teori-teori yang menerangkan faktor-faktor yang menimbulkan dan menentukan lajunya pertumbuhan ekonomi, teori tentang pertumbuhan ekonomi telah dikemukakan sejak zaman historimus, seiring dengan perkembangan zaman dimana terjadinya perubahan ideologi, revolusi dan inovasi teknologi, membuat perkembangan twori dan konsep pemikiran tentang pertumbuhan ekonomi berkembang sangat pesat (Adelman, dalam Arsyad (2010: 55-56)). Oleh karena itu peneliti menggunakan beberapa teori pertumbuhan yang mendukung penelitian ini sebagai berikut :

Teori Ricardian

Asumsi Teori Ricardo :

(45)

29 Diasumsikan pula, bahwa kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu, serta sektor pertanian sangat dominan.

David Ricardo mengungkapkan pandangannya bahwa, dengan terbatasnya jumlah tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan produk marginal yang kemudian dikenal dengan istilah Law of deminishing return

atau hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Selama tenaga kerja yang dipekerjakan pada tanah tersebut dapat menerima upah diatas tingkat upah alamiah, jumlah tenaga kerja akan terus bertambah. Hal tersebut akan menurunkan lagi produk marginal tenaga kerjanya dan pada gilirannya akan menurunkan tingkat upah.

Menurut Ricardo (Arsyad, 2010: 81), peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi akan cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dengan kata lain akan memperlambat terjadinya the law of deminishing return

yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup kearah tingkat hidup minimal.

Teori Keynes

(46)

30 • Teori Harrod-Dommar

Teori Harrod-Domar merupakan teori pertumbuhan jangka panjang, karena teori ini menerangkan syarat-syarat apa saja harus dipenuhi agar suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth.. Analisis Harrod-Dommar menggunakan pemisalan-pemisalan berikut (Sadono, 2004: 435) :

“(i) barang modal telah mencapai kapasitas penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, (iii) rasio modal-produksi nilainya tetap, (iv) perekonomian terdiri dari dua sektor.”

Menurut Arsyad (2010: 84-85), Teori ini menunjukan bahwa perekonomian dapat menyisihkan sejumlah proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal seperti gedung, peralatan dan lain-lain yang telah rusak. Namun demikian untuk dapat meningkatkan laju perekonomian, diperlukan pula investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Teori Harrod-domar memandang bahwa ada hubungan ekonomis antara besarnya stok modal dan output total, misalnya, jika 3 rupiah modal diperlukan untuk menghasilkan output sebesar 1 rupiah, maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal output tersebut.

Teori Schumpeter

(47)

31 memunculkan masalah-masalah non ekonomi, terutama sosial politik yang akhirnya dapat menghancurkan kapitalis itu sendiri (Sadono, 2007:434).

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship). Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan seluruh faktor-faktor produksi lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan kebutuhan bagi masyarakat (Sadono, 2007:251).

Teori Robert Solow

Robert Solow (dikutip dari Siregar dan Wahyuniarti, 2008:26) mengemukakan model pertumbuhan ekonomi yang disebut model pertumbuhan Solow. Model tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut:

Y = A . F (K,L)

Dimana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L adalah tenaga kerja dan A merupakan teknologi. Faktor yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh karena itu pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga pertumbuhan total faktor produktivitas.

(48)

32 dengan memasukkan sumberdaya manusia sebagai modal (Human Capital). Dalam literatur, teori pertumbuhan seperti ini terkategori sebagai pertumbuhan endogen dengan pionirnya Lucas dan Romer. Lucas menyatakan bahwa akumulasi modal manusia, sebagaimana akumulasi modal fisik menentukan pertumbuhan ekonomi, sedangkan Romer berpandangan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh tingkat modal manusia melalui pertumbuhan teknologi.

Secara sederhana dengan demikian fungsi produksi agregat dapat dimodifikasi menjadi sebagai berikut:

Y = A . F (K,H,L)

(49)

33 C. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Menurut Sadono (2004:18), angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur yang sedang mencari pekerjaan, Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.

Sedangkan, Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja. Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah berusia 15-64 tahun yang berpotensi memproduksi barang dan jasa.

Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas untuk kategori usia kerja (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, penduduk usia kerja adalah yang telah berusia 15 tahun atau lebih.

(50)

34 menghitung tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus sebagai berikut :

TPAK = Angkatan kerja X 100% Penduduk Usia Kerja

Semakin besar tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan dampak dari semakin besar jumlah angkatan kerja. Begitupun sebaliknya, semakin besar jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja (masih bersekolah dan mengurus rumah tangga) semakin kecil jumlah angkatan kerja, yang membuat persentase TPAK juga mengecil.

Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi PDB. Begitu pun pada pendapatan per kapita. meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya TPAK meliputi : a. Jumlah penduduk bersekolah dan mengurus rumah tangga

(51)

35 b. Tingkat umur

Umur berkaitan dengan TPAK, dengan adanya kenyataan bahwa penduduk berumur muda umumnya mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan mereka umumnya bersekolah.

c. Tingkat upah

Kaitan antara tingkat upah TPAK adalah melalui kenyataan bahwa semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin tinggi TPAK.

d. Tinggi pendidikan

Tingkat pendidikan berhubungan dengan TPAK karena semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja.

D. Penelitian Terdahulu 1. Latief Kharie (2007)

(52)

36 yang optimal, yakni dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperbaiki distribusi pendapatan dan menciptakan stabilitas rupiah.

2. Evi Susanti Tarsi (2006)

(53)

37 3. Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuni (2008)

Melakukan penelitian tentang dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan jumlah penduduk miskin (impact of economic growrh on the ereduction of poor people). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah poverty, PDRB, agrishare, indutrishare, populasi, inflasi, SMP<SMA, DIPLM, dummy krisis. Dalam penelitian ini metode analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Analisis deskriptif dilakuakan dengan mnyajikan data dalam bentuk table dan grafik, sedangkan analisis ekonometrik, yang dilakukan dengan menggunakan panel data, dilakukan untuk menelaah pengaruh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi terhambat oleh krisis ekonomi yang menerapa kawasan asia timur. Setelah krisis berlalu ternyata pertumbuhan ekonomi yang dicapai belum dapat sampai pertumbuhan yang terjadi sebelum krisis. Jumlah penduduk miskin meningkat signifikan setelah krisis ekonomi dan terjadi sampai saat ini, belum berhasil dikurangi bahkan cenderung meningkat. Persebaran penduduk miskin berpusat di Pulau jawa dan sumatera, dimana kemiskinan terutama terjadi di daerah pedesaan dengan pertanian sebagai mata pencarian.

(54)

38 4. DR Togar Saragih (2006)

Melakukan penelitian tentang analisis kemiskinan di Indonesia. Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel dependen, dan pengangguran dan pendidikan sebagai variabel independen. Analisis data secara kuantitatif didekati dengan melalui satu persamaan regresi berganda yang dikondisikan untuk priode 1992-2005. dari hasil estimasi penelitian ini terlihat bahwa kemiskinan yang dipengaruhi oleh pengangguran dan tingkat pendidikan signifikan secara statistik .berdasarkan temuan tersebut pemerintah perlu merangsang terciptanya lapangan pekerjaan baru, seharusnya pemerintah lebih peduli terhadap usaha kecil dan menengah (UMKM) karena pada sektor itulah kalangan masayarakat miskin banyak bekerja.

5. Gary Moser dan Ichida Toshihiro (2006)

(55)

39 6. Richad H Adams,Jr (2002)

Melakukan penelitian tentang pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan kemiskinan di Eropa timur dan tengah. Dengan menggunakan variabel dependen kemiskinan dan PDB dan ketimpangan pendapatan sebagai variabel independen. Dengan menggunakan sampel 50 negara dan 101 interval termasuk dalam kumpulan data menunjukan bahwa ketimpangan pendapatan naik rata-rata kurang dari 1% per tahun. Selain itu, analisis ekonometrik menunjukan bahwa bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh statistik terhadap pendapatan. Bahwa dengan mengukur $ 1 per orang standart hari, maka banyak orang yang dalam garis kemsikinan. Dari variabel tersebut menyatakan bahwa PDB dan pendapatan kemiskinan berpengaruh signifikan.

Tabel 2.1 Kajian Sebelumnya

(56)

40

(57)

41 pemerintah dan pihak yang terkait mengenai penyebab kemiskinan di Indonesia untuk dapat merumuskan suatu kebijakan yang relevan dalam upaya pengentasan kemiskinan.

Produk domestik bruto (PDB) dapat mempengaruhi kemiskinan dengan teori ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, yang menunjukan semakin banyak output nasional, mengidentifikasi semakin banyak yang bekerja, sehingga seharusnya akan mengurangi kemiskinan. pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Begitu pun pada pendapatan per kapita. meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi berkurangnya tingkat kemisknan.

(58)

42 belum teratasi secara berarti. Selain itu, menggeser titik aman perekonomian dan iklim usaha kearah yang kurang aman, sehingga banyak perusahaan/ investor baik swasta domestik maupun asing yang mempersempit wilayah usahanya dan mengurangi pekerja bahkan sampai gulung tikar. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya pengangguran dan kemiskinan

Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan. (halaman berikut)

(59)

43

• Uji Koefisien Determinasi (R2)

(60)

44 F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah serta tujuan penelitian, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:

1. PDB diduga mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, dimana kenaikan tingkat output akan menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Ho : Tidak terdapat pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

Ha : Terdapat pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia

2. TPAK diduga mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, dimana kenaikan tingkat TPAK yang produktif menghasilkan output yang tinggi, begitu pula dengan pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang akan menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

(61)

45 3. Krisis ekonomi diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan, dimana terjadinya krisis ekonomi akan meningkatkan kemiskinan di Indonesia.

Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel Dummy Crisis terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

(62)

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A . Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel tidak bebas (dependent variable) dan dua variabel bebas (independent variable) yaitu:

a. Variabel bebas yaitu Prouduk Domestik Bruto (PDB) , Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Dummy Crisis (DM)

b. Variable tidak bebas yaitu Tingkat Kemiskinan.

Data-data yang digunakan adalah data tahunan yaitu pada saat tiga belas tahun sebelum krisis moneter dan dua belas tahun setelah krisis moneter (1984-2009).

B. Metode Penentuan Sampel

Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah tingkat kemiskinan, produk dometik bruto, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy crisis.

Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah tingkat kemiskinan, produk dometik bruto, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy crisis selama periode 1984 - 2009 dengan berupa data per tahun di Indonesia. C. Metode Pengumpulan Data

(63)

47 1. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data time series, yaitu merupakan data atau informasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta

2. Metode Pengumpulan Data

a. Field research

Penulis melakukan penelitian ketempat-tempat yang menyediakan data-data sekunder yang diperlukan sebagai bahan referensi seperti BPS.

b. Library research

Landasan dan teori yang kuat dibutuhkan dalam pemecahan masalah, sehingga penulis melakukan penelitian kepustakaan dan LIPI dengan mengumpulkan buku-buku, jurnal-jurnal, dan sumber dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

c. Internet Research

Terkadang buku refrensi atau literature yang kita miliki atau diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu yang selalu berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh up to date seperti : www.google.com dan www.wikipedia.com. D. Metode Analisis data

(64)

48 1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat yang diestimasi telah memenuhi asumsi klasik dari regresi berganda atau belum, sehingga nilai koefisien regresinya mendeteksi nilai sebenarnya. Jika model yang digunakan memenuhi syarat tersebut, berarti tidak ada masalahnya dalam menggunakan metode regresi berganda. untuk memperoleh model yang baik, model harus terbebas dari masalah-masalah dalam regresi yaitu multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. (Gujarati, 2006: 183).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai model regresi yang baik. Model regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Jargue-Bera Test atau J-B test.

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis

Ho: residual berdistribusi tidak normal Ha: residual berdistribusi normal

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (distribusi data normal)

(65)

49 b. Uji Linieritas

Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama

Ramsey RESET test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier.

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis

Ho: model tidak linier Ha: model linier

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (model linier) • Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak (model

tidak linier).

c. Uji Multikolinearitas

(66)

50 Menurut Montgomery dan Hinies dalam blog Dicky Rahardiyantoro (2006) dijelaskan bahwa multikolinearitas data mengakibatkan koefisien regresi yang dihasilkan oleh analisis regresi berganda menjadi sangat lemah atau tidak dapat memberikan hasil analisis yang mewakili sifat atau pengaruh dari variable bebas yang bersangkutan. Dalam banyak masalah multikolinearitas dapat menyebabkan uji t menjadi tidak siginifikan.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan matriks korelasi (Corelation Matrix).

Dengan langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis:

Ho: tidak bersifat Multikolinearitas Ha: bersifat Multikolinearitas

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

• Bila hubungan antara X1 dan X2 > 0.8 → Ho ditolak, model bersifat multikolinearitas

• Bila hubungan antara X1 dan X2 < 0.8 → Ho diterima, model tidak bersifat multikolinieritas

d. Uji Heteroskedastisitas

(67)

51 Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui Uji White. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

Hipotesis;

Ho: tidak terjadi Heteroskedastisitas Ha: Terjadi Heteroskedastisitas

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

• Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak, terjadi heteroskedatisitas • Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima, tidak terjadi

heteroskedatisitas. e. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi liniear terdapat korelasi atau tidak.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terdapat problem autokorelasi.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : a. Bila D-W di bawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif.

b. Bila D-W diantara -2 s.d. +2 tidak terdapat autokorelasi. c. Bila D-W di atas +2 terdapat autokorelasi negatif.

(68)

52

Ho: tidak terdapat Autokorelasi Ha: Terdapat Autokorelasi

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

• Bila nilai DW tidak berada antara 1.54 – 2.46 → Ho ditolak, model terdapat autokorelasi

• Bila nilai DW berada antara 1.54 – 2.46 → Ho diterima, model tidak terdapat autokorelasi

Selain dengan menggunakan uji Durbin Watson, untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier

(LM Test) dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α = 0.05 (Gujarati: 2006)

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis:

(69)

53 Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

• Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak, terjadi autokorelasi Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima, tidak terjadi autokorelasi

2. Metode Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan dan pengujian hipotesis, maka akan digunakan metode analisis regresi linear berganda secara umum model yang digunakan adalah sebagai berikut:

LNKM = βo + β1 LNPDB + β2 LNTPAK + β3 DM + ε

Dimana:

KM = Jumlah penduduk miskin di Indonesia

TPAK = Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia PDB = Produk Domestik Bruto di Indonesia

DM = Dummy krisis ekonomi, D=0 (1984-1997), D=1 (1998-2009) βo = konstanta

(70)

54 3. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan kebenaran hipotesa yang di ajukan dalam analisa ini menggunakan suatu uji terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi linear berganda tersebut diatas. Uji statistik ini disebut juga uji signifikan.(Gujarati, 1999).

a. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji hubungan regresi secara parsial. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat signifikan setiap variabel bebas terhadap variabel terikatnya dalam model regresi.

• Jika t statistik < t table, maka Ho diterima dan ha ditolak, artinya tidak ada pengaruhnya antara Variabel independen terhadap Variabel dependen.

• Jika t statistik > t table, maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada pengaruh antara Variabel independen terhadap Variabel dependen. Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikan tertentu adalah 5%, yang artinya tingkat kesalahan suatu variable adalah 5% atau 0,05 sedangkan tingkat keyakinannya adalah 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu Variabel > 5% atau 0,05 berarti Variabel tersebut tidak signifikan.

b. Uji F

(71)

55 • F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara bersama-sama variable bebas (independen variabel) berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (dependen variabel).

• F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya secara bersama-sama Variabel bebas (independen variabel) tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (dependen variabel).

Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen yang berarti menolak Ho dan menerima Ha dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro, 2003:219).

c. Koefisiean Determinasi

Koefisien determinasi yaitu koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi pengaruh variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas. Besarnya koefisiean determinasi dinyatakan dengan koefisien determinasi (KP), maka untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

KP = R2

(72)

56 Adjusted R-Squared ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Dan besarnya R-Squared ini berkisar antara 0 < R2 < 1.

E. Operasional Variabel Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka variable-variabel dalam penelitian ini, adalah :

1). Variabel tidak bebas (dependent variable)

Variabel tingkat kemiskinan (KM) : banyaknya jumlah penduduk yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan standar hidup yang layak yang dibahas penulis dalam skripsi ini adalah jumlah orang yang berada dibawah garis kemiskinan yang terjadi di Indonesia (dalam juta jiwa).

2). Variabel bebas (independent variable)

a. Variabel Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

adalah perbandingan antara angkatan kerja penduduk dalam usia kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja di Indonesia (dalam %).

b. Variabel Produk Domestik Bruto (PDB )

Gambar

TABEL 1.1 PERKEMBANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1995-2000
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Harga Konstan
Tabel 1.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tabel 2.1 Kajian Sebelumnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini diharapkan dapat menganalisis bagaimana pengaruh PDRB, tingkat pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah, sehingga dapat

Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari : (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai

Dari hasil pengolahan data pembiayaan bank syariah (PBS), dimana pembiayaan bank syariah sektor perdagangan, hotel dan restoran berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

Penelitian ini merupakan bagian dari teori ekonomi makro yang mengalisis pengaruh investasi, belanja pemerintah, dantenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi

Kaitan desentralisasi fiskal dengan PDRB dan kemiskinan dapat dijelaskan dari beberapa teori bahwa desentralisasi fiskal membuat pemerintah lebih responsif terhadap aspirasi dan

Karena jika ekspor lebih banyak dari pada impor, di ma na hal tersebut bisa berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi Negara.11 Hipotesis dalam survey ini adalah : H1 : kenaikan harga

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rochmah dan Raditya Sukmana 2019 yang berjudul “Pengaruh Faktor-faktor Makro Ekonomi Terhadap Islamic Human Development Index IHDI Di

Kerangka Konseptual Berdasarkan tujuan yang dicapai penelitian ini dengan berbagai dukungan dari teori-teori serta penelitian sebelumnya, maka kerangka konseptual mengenai pengaruh