POLA KERJASAMA ANTARA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAK DAN SHODAQOH (LAZIS) PLN P3B JAWA BALI DENGAN
POS KEADILAN PEDULI UMAT (PKPU) DALAM PEMBERDAYAAN DANA ZAKAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
DARMIYANTI 203046101685
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
POLA KERJASAMA ANTARA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAK DAN SHODAQOH (LAZIS) PLN P3B JAWA BALI DENGAN
POS KEADILAN PEDULI UMAT (PKPU) DALAM PEMBERDAYAAN DANA ZAKAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh:
DARMIYANTI NIM: 2030461683
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I, Pembimbing II,
Euis Nurlailawati, MA., Ph.D. Fahmi M. Ahmadi, M. Si
NIP. 150 277 922 NIP. 150 326 914
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul POLA KERJASAMA ANTARA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAK SHODAQOH (LAZIS) PLN P3B JAWA BALI DENGAN POS KEADILAN PEDULI UMMAT (PKPU) DALAM PEMBERDAYAAN DANA ZAKAT telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 3 Juni 2008 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma,SH,MA,MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA (………..) NIP. 130 789 745
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA (………..)
NIP. 150 269 678
Pembimbing I : Euis Nurlaelawati, MA., Ph.D. (………..) NIP. 150 277 922
Pembimbing II : Fahmi M. Ahmadi, M. Si (………..)
NIP. 150 326 914
Penguji I : Indoyama Nasarudin, SE, MAB (………..) NIP. 150 317 593
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini Saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, karena dengan limpahan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat
mencapai gelar sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syaria’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw serta para
keluarga dan sahabatnya.
Banyak hambatan dan tantangan yang akhirnya dapat terlewati berkat
pertolongan-Nya dan bantuan dari berbabagai pihak. Maka dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
memotivasi dan mendukung dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Khususnya terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Yang paling saya hormati yaitu Ayahanda H. Dahlan (Alm) dan Ibunda tercinta
Hj. Mariamah yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta kasih
kasih sayang dan kesabarannya dalam menghadapi penulis (you are the best
mother and I love you so much...)
2. Bapak Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat, dan Bapak Azharuddin
Lathif, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah meluangkan waktu
4. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA. Selaku Ketua Program Tehnis Non
Reguler, dan juga Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag. selaku Sekretaris Program
Tehnis Non Reguler Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Euis Nurlaelawati, MA., Ph.D. selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Fahmi M. Ahmadi, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
mencurahkan waktunya untuk bimbingan, pengarahan, saran-saran selama
penulisan skripsi ini.
6. Bapak Muklas, selaku Manager Prospek PKPU, Bapak Dedi Ruspendi, selaku
Dewan Pembina LAZIS PLN P3B JB, Bapak Budi Essa, selaku Pendamping
SDM PKPU dan Bapak Abu Yazid Al-Bustami, selaku Pendamping LAZIS PLN
P3B JB yang telah meluangkan waktunya, arahannya, wawancara serta
memberikan data-data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
7. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang memberikan
ilmu-ilmunya dengan tulus dan ikhlas, sehingga penulis mendapatkan bekal tuk
menghadapi bahtera kehidupan selanjutnya.
8. Untuk kakak-kakakku B’Herman, P’ Kokom, B’Choir, B’Arul dan adik-adikku
Ros, Rom and Ida makasih karena selalu mengingatkan skripsi ini. Dan tak lupa
keponakanku Wildan and Riris.
9. Untuk sepupu-sepupuku yang baik Indah, Intan, Lia, Dede and Rafillah yang
10.Untuk Aini thank you so much….yang telah menemani penulis selama
mengerjakan skripsi tak lupa juga untuk Lia& Ida @ngel atas waktu tenaga dan
pikiran yang selalu memberikan motivasi dikala penulis merasa bosan.
11.Untuk Cika thank’s dah memberikan fasilitas plus selama penulis membuat
skripsi. And Milla makasih buat masakannya and dah banyak menggangu penulis
dalam membuat skripsi.
12.Untuk Oline&Q2 thank’s yang dah membuat penulis selalu tertawa dengan
candaannya and makasih juga kiriman makanannya.
13.Untuk temen-temen PS A Balqis, Suci, Irma, Lily, Dillah, Dessy, Fahri, Awal,
Dik2, Zaini, Ridwan, Arizan, Hendra, Mahmal, Komeng, Edo, De2 Thank’s atas
kebersamaannya semoga kita selalu tetap kompak!!!!
Akhirnya, semoga Allah membalas jasa dan amal baik mereka. Harapan
penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Jakarta, 18 Mei 2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Kajian Pustaka
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pola kerjasama
B. Pemberdayaan Zakat
1. Pengertian Pemberdayaan
2. Pengertian Zakat
1. Pengertian Lembaga Amil Zakat
2. Dasar Hukum Lembaga Amil Zakat
BAB III : PROFIL LAZIS PLN P3B JAWA BALI DAN POS KEADILAN PEDULI UMMAT
A. Profil LAZIS PLN P3B Jawa Bali
1. Latar Belakang LAZIS PLN P3B Jawa Bali
2. Visi Misi dan Tujuan
3. Struktur Organisasi
B. Profil Pos Keadilan Peduli Ummat
1. Latar Belakang Pos Keadilan Peduli Ummat
2. Visi Misi dan Tujuan
3. Program Kerja
4. Struktur Organisasi
C. Prospek
1. Visi dan Misi
2. Sumber Daya Prospek
3. Sumber Dana
BAB IV : ANALISIS POLA KERJASAMA ANTARA LAZIS PLN P3B JAWA BALI DENGAN PKPU
A. Mekanisme Kerjasama ANTARA LAZIS PLN P3B Jawa Bali
B. Aplikasi Pola Kerjasama antara LAZIS PLN P3B Jawa Bali
dengan PKPU
C. Dampak Kerjasama antara LAZIS PLN P3B Jawa Bali dengan
PKPU
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Perkembangan Dana Zakat LAZIS PLN P3B Jawa Bali
Tahun 2003-2004
2. Tabel 4.2 Metode Penyaluran/Pemberdayaan Dana Zakat
3. Tabel 4.3 Alokasi Penyaluran Dana Zakat LAZIS PLN P3B Jawa Bali
4. Tabel 4.4 Daftar Kegiatan dan Tolak Ukur Kinerja.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis moneter pada pertengahan 1997 membawa perekonomian Indonesia
kearah kemunduruan, sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah
pengangguran dan orang miskin. Kemiskinan dan pengangguran tersebut
nampaknya masih menjadi problematika yang harus kita hadapi sampai sekarang,
berdasarkan data tahun 2006 tingkat kemiskinan mencapai 39.5 persen dan
pengangguran mencapai 11 persen. Hal ini menjadi indikator bahwa kita masih
belum mampu melepaskan diri dari keterpurukan.1
Pertambahan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
bukanlah karena persoalan kekayaan yang tidak sebanding dengan jumlah
penduduk, akan tetapi karena persoalan distribusi dan akses ekonomi yang tidak
adil disebabkan tatanan sosial yang buruk serta rendahnya rasa kesetiakawanan
diantara sesama masyarakat. Adapun beberapa penyebab kemiskinan, antara lain:2
kemiskinan natural, serperti alam yang tandus, kering dan sebagainya; kemiskinan
1
Didin Hafidhuddin, “Islam dan Strategi Penangulangan Kemiskinan”, Makalah Seminar Peranan Wakaf, Zakat, dan Lembaga Syariah Dalam Mambangun Perekonomian Ummat dan Pengentasan Kemiskinan di Auditorium Perum Pegadaian (Jakarta: Auditorium Perum Pegadaian, 2007), h. 1-2, t.d.
kultural yaitu karena perilaku yang malas, tidak mau bekerja dan mudah
menyerah; dan kemiskinan struktural yaitu karena adanya berbagai peraturan dan
kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada masyarakat miskin, seperti
kebijakan dalam ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Dan lingkaran kemiskinan
yang terbentuk dalam masyarakat kita lebih banyak disebabkan oleh kemiskinan
struktural sehingga untuk mengatasi dibutuhkan instrument yang dapat mengatasi
masalah-masalah kemanusiaan, seperti pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
sosial akibat perbedaan dalam kepemilikan kekayaan, instrument tersebut adalah
zakat.
Zakat adalah rukun Islam yang kelima, perintah zakat banyak disejajarkan
dengan perintah sholat.3 Dalam Al-qur’an terdapat 28 ayat yang menjelaskan
perintah tersebut, salah satunya seperti dijelaskan dalam surat QS. Al-Baqarah
(2): 43
☺
⌧
⌧
)
ةﺮﻘ۹ﻟا
/
:
(
Artinya: “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku”.
Dengan demikian menurut sebagian ulama besar, jika sholat adalah tiang
agama maka zakat adalah mercusuarnya. Dengan kata lain sholat merupakan
ibadah jasmani yang paling mulia, sedangkan zakat dipandang sebagai ibadah
3
yang berhubungan dengan kemasyaratan yang paling mulia, jadi sholat
merupakan wakil dari hubungan kita dengan Allah, sedangkan zakat merupakan
wakil dari hubungan kita terhadap sesama manusia.
Zakat sebagai salah satu rukun Islam, memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Sebagaimana digambarkan dalam
surat At-Taubah (9):60
☺
☺
☺
⌧
⌧
☺
)
ﺔ۸ﻮﺘﻟا
/
٦
:
٩
(
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Keunikannya adalah terletak pada penyebutan amilin (para petugas zakat)
secara eksplisit. Artinya, zakat adalah satu-satunya ibadah yang memiliki petugas
khusus dalam pelaksanaannya, dimana tidak ada ibadah lain yang memiliki ciri
yang serupa dengan zakat, tentunya ini memberikan gambaran kepada kita akan
pentingnya peranan amilin di dalam proses pelaksanaan zakat. Hal ini
efektivitas dan keberhasilan pelaksanaan zakat sebagai instrument pengentasan
kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Mengingat pentingnya peranan amil zakat maka pemerintah mengeluarkan
undang-undang No. 38 Tahun 1999 mengenai badan atau organisasi pengelola
zakat yang memiliki tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.4Dengan dikeluarkannya
undang-undang tersebut, perkembangan dan pertumbuhan lembaga pengelola
zakat dalam beberapa tahun terakhir berkembang positif dengan berjamurnya
organisasi dan lembaga pengelola zakat tak hanya di masyarakat, bahkan kini
juga muncul di lembaga-lembaga resmi pemerintah maupun badan usaha swasta.
Salah satunya lembaga pengelola zakat yang saat ini sedang berkembang adalah
LAZIS PT PLN (PERSERO) P3B Jawa Bali.
Tugas lembaga pengelola zakat mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakan zakat, dan lembaga pengelola zakat juga dapat mengumpulkan
infak dan sodaqah dari masyarakat. Sehingga dana ZIS sangat dimungkinkan
digunakan untuk membiayai program-program kreatif antara lain: pengembangan
sumber daya manusia, pengembangan ekonomi, perbaikan mutu kesehatan, serta
santunan guna memenuhi kebutuhan pokok. Makin besar dana ZIS yang dikelola
oleh lembaga pengelola zakat, maka makin besar pula kontribusinya terhadap
pengentasan kemiskinan.
4
Namun ternyata badan dan lembaga zakat yang ada saat ini belum cukup
mengatasi hal tersebut, karena jumlah kaum miskin dari tahun ke tahun semakin
meningkat, sedangkan perolehan zakat, infak dan sodaqoh (ZIS) belum dapat
mengimbangi jumlah peningkatan penduduk miskin. Padahal potensi dana zakat
di Indonesia sangat besar, pada tahun 2006 mencapai Rp 19.3 Triliun, namun
dana yang dapat dihimpun dari ratusan lembaga amil zakat hanya sebesar Rp 830
Miliar. Angka ini menggumpal di lembaga perintis LAZ berbasis LSM dan BAZ
yang dikelola pemerintah atau BUMN.5
Masalah ini banyak disebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada
lembaga pengelola zakat karena dipandang belum amanah, sehingga sebagian
masyarakat masih menggunakan pola tradisional yakni memberikan zakat
langsung kepada ulama dan tokoh masyarakat lainnya untuk kemudian
didistribusikan kepada umat, selain itu adanya perbenturan antara organisasi
pengelola zakat yang menimbulkan kekhawatiran terjadinya persaingan secara
tidak sehat, perasaan merasa lahannya terganggu, sehingga terkesan
lembaga-lembaga tersebut berjalan sendiri-sendiri. Dan yang terakhir masih adanya
kelemahan dalam aspek Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola zakat, selain
minimnya tenaga profesional, para pengelola zakat tidak sedikit hanya bekerja
part time (paruh waktu saja) sehingga hasilnya tidak maksimal.6
5
Edy Suriyanto,“LAZISMU mulai melirik Non-Zakat”, artikel diakses pada tanggal 28 Agustus2007darihttp://www.muhamadiyah.or.id/index.php?option=comcontent&task=view&id=3928 &itemid=2&lang=id
6
Hal itu pula yang dialami oleh Lembaga Amil Zakat yang sedang
berkembang yaitu Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shodaqoh PT PLN
(PERSERO) Penyaluran dan Pusat Pembagian Beban Jawa Bali yang selanjutnya
disingkat menjadi LAZ PT PLN (PERSERO) P3B JB. Lembaga yang selalu
berusaha untuk menjadi lembaga pengelola zakat yang jujur, cerdas, amanah dan
informatik dalam pelaksanaannya dengan berusaha memperoleh kepercayaan dari
seluruh muzakki dengan mensosialisasikan secara transparan dan bertanggung
jawab dalam penerimaan, pengelolaan dan penyaluran dana zakatnya.
Untuk mencapai tujuannya tersebut maka LAZIS PLN P3B JB melakukan
kerjasama dengan lembaga pengelola zakat yang sudah berpengalaman sehingga
potensi zakat yang cukup besar itu dapat kita manfaatkan dengan sebaiknya agar
dapat megembangkan perekonomian umat yang dapat berdampak pada masalah
pengentasan kemiskinan. Oleh sebab itu penulis tertarik membahas masalah ini
dan mengambil judul: “Pola Kerjasama Antara Lembaga Amil Zakat Infak Shodaqoh (LAZIS) PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) dalam Pemberdayaan Dana Zakat”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat masalah LAZIS PLN P3B JB dan PKPU sangat luas maka
dalam penulisan skripsi, penulis melakukan pembatasan masalah yaitu: Peranan
dan pola kerjasama yang terbentuk antara LAZIS PLN P3B dan PKPU.
Sedangkan perumusan masalah yang akan penulis uraikan adalah:
1. Bagaimana pola kerjasama yang terbentuk antara LAZIS PLN P3B dengan
PKPU?
2. Bagaimana kerjasama antara LAZIS PLN P3B JB dengan PKPU dalam
proses peningkatan dan pemberdayaan dana zakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui lebih jauh pola kerjasama yang terbentuk antara LAZIS PLN
P3B JB dengan PKPU.
2. Mengetahui apa program yang dilakukan oleh LAZIS PLN P3B JB dengan
PKPU.
3. Memberikan gambaran tentang pola kerjasama yang terbentuk antara LAZIS
PLN P3B JB dengan PKPU.
4. Secara teoritis memberiken gambaran khazanah keilmuan kepada penulis.
5. Menambawah wawasan kepada pembaca skripsi tentang pola kerjasama
LAZIS PLN P3B JB dengan PKPU.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan
teori-teori yang diperoleh ke dalam praktek yang sesungguhnya, khususnya
2. Bagi jurusan muamalat, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
yang berharga perihal kerjasama antara lembaga zakat.
3. Bagi LAZIS PLN P3B JB dan PKPU, diharapkan menghasilkan informasi
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan kerjasama
antara keduanya, sehingga dalam bekerjasama dapat lebih efektif.
4. Bagi dunia pustaka, hasil penelitian ini diharapka dapat digunakan sebagai
sumbangan yang berguna untuk memperkaya koleksi dalam ruang lingkup
karya penelitian.
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis melihat masalah ini tampaknya masih kurang mendapat
perhataian, untuk itu penulis menggunakan kajian pustaka penulisan ini adalah:
1. Eva Rianti pada tahun 20057 sifat penelitiannya kualitatif, tentang efektifitas
pendayagunaan zakat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat,
disimpulkan bahwa zakat yang efektif adalah zakat yang penyalurannya
harus produktif.
2. Muhammad Andhi Fakhri tahun 20068 sifat penelitian kualitatif, tentang
peran LAZ PT. PLN (Persero) P3B dalam pengembangan masyarakat di desa
7
Eva Rianti, “Efektivitas Pendayagunaan Zakat dalam Pemberdayaaan Ekonomi Masyarakat,” (Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005)
8
Blok Tangki Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo Depok, disimpulkan
bahwa dalam mengembangkan masyarakat di sana LAZ PLN P3B
membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
3. Wahyudi tahun 20059 sifat penelitan kualitatif, tentang sistem komunikasi
LAZ dalam mensosialisasikan zakat profesi di PT. PLN (Persero) P3B Jawa
Bali, disimpulkan bahwa sistem komunikasi antara sesama pengurus dalam
mensosialisasikan zakat adalah sistem komunikasi organisasi.
Penelitian di atas saling berkesinambungan dimana LAZ PLN P3B
melakukan penghimpunan dana dari para karyawan melalui zakat profesi setelah
itu untuk memberdayakan dana zakat tersebut mereka membentuk KSM dengan
bekerjasama dengan lembaga lain.hal inilah yang sekarang penulis ingin teliti
tentang efektifitas dari kerjasama tersebut.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena dilakukan dengan
melakukan penelitian langsung ke LAZIS PLN P3B JB dan PKPU untuk
melihat kerjasama antara keduanya.
Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis, penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang merujuk pada data deskriptif (deskriptif
9
analysis). Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat
terhadap fenomena tertentu, serta mengembangkan konsep dan menghimpun
fakta tetapi tidak melakukan uji hipotesa.10
Penelitian ini cenderung deskriptif dana analisis, yang akan
dideskripsikan adalah bentuk kerjasama antara LAZIS PLN P3B JB dengan
PKPU. Sedangkan yang akan dianalisis adalah kerjasama yang terjadi antara
keduannya dalam pemberdayaan dana zakat.
2. Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan terdiri dari dua macam yaitu:
a. Data Primer (Primary Data)
Yaitu data yang diambil dari sumber pertama, yakni dari LAZIS PLN P3B
JB dan PKPU, dalam bentuk laporan keuangan, dokumentasi LAZIS PLN
P3B JB dan PKPU berupa notulen, Surat Keputusan (SK), proposal
kegiatan, kemudian media cetak yang berkaitan dengan masalah yang
sedang dibahas.
b. Data Sekunder (Secundary Data)
Yaitu data yang diambil atau didapat dari sumber kedua, yakni dari studi
pustaka atau library reseach terutama dari buku-buku, majalah, makalah,
surat kabar, website dan sebagainya.
10
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode yang penulis gunakan dalam rangka pengumpulan data
sebagai bahan penyusunan skipsi ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi, yakni mengamati dan melihat dari dekat kerjasama yang
dilakukan antara LAZIS PLN P3B JB dan PKPU.
b. Wawancara, yakni teknik tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada
pertanyaan terbuka kepada pihak LAZIS PLN P3B JB dan PKPU yang
berkompeten dalam masalah ini.
c. Studi dokumentasi, yakni mengumpulkan data dokumentasi tentang
LAZIS PLN P3B JB dan PKPU berupa laporan keuangan, proposal
kegiatan, notulen rapat, Surat Keputusan (SK). Dan media cetak yang
diterbitkan LAZIS PLN P3B JB dan PKPU.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif, sedangkan untuk data
kuantitatif hanya sebagai data pendukung dan pelengkap data kualitatif.
Dalam pengelolahan data kualitatif dilakukan dengan cara menstranskip hasil
wawancara, mengedit data dan mengkatagorikan atau mengklasifikasikan
datanya sesuai dengan masalah atau tema yang sedang dibahas, dan untuk
mengelola data kuantitatif hampir sama dengan data kualitatif, yaitu mengedit
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang dipakai dalam menganalisis data kualitatif
yaitu dengan menggunakan beberapa tahapan. Tahapan pertama dengan
menggunakan analisis domein yaitu menganalisis hasil observasi dan hasil
wawancara terfokus terhadap LAZIS PLN P3B JB dan PKPU. Tahap kedua
analisis taksonomi, yaitu menganalisis hasil observasi dan wawancara dengan
manajemen LAZIS PLN P3B JB dan PKPU, artinya data tersebut dianalisis
berdasarkan pengelompokan data sesuai tema atau masalah yang dibahas.
Tahap ketiga analisis komponen, yaitu analisis data berdasarkan unsur-unsur
atau bagian dari hasil observasi dan wawancara dengan manajemen LAZIS
PLN P3B JB dan PKPU, dan yang terakhir analisis tema, yaitu analisis data
dari hasil komponen disesuaikan dan diarahkan sesuai dengan tema skripsi
yang sedang dibahas atau diteliti. Sedangkan analisis data kuantitatif dengan
berpatokan pada laporan keuangan yang diberikan LAZIS PLN P3B JB dan
PKPU.
6. Pedoman Skipsi
Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab dan tiap bab terbagi dalam
sub bab dengan urutan pembahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab I, penulis akan menguraikan: latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab II, penulis membahas tentang tinjauan umum tetang pola
kerjasama, pemberdayaan, zakat dan lembaga amil zakat terdiri:
pengertian, landasan hukum, dasar hukum , tugas dan fungsi, serta
persyaratan.
BAB III : TINJAUAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT
Dalam bab III, penulis membahas tentang: sejarah berdirinya, visi
dan misi, nilai-nilai dasar dan tujuan, legalitas dan struktur serta
program kerja lembaga amil zakat LAZIS PLN P3B JB dan PKPU.
BAB IV : ANALISIS POLA KERJASAMA LAZIS PLN P3B JAWA BALI DAN PKPU
Dalam bab IV, penulis membahas tentang: bentuk, mekanisme
dana zakat, aplikasi bentuk kerjasama, dan dampak dari kerjasama
tersebut.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab V, penulis mengambil kesimpulan berdasarkan
penelaahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelummnya, serta
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pola Kerjasama
Kata “ pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk atau
sistem.11 Sedangkan kata “pola” dalam kamus popular artinya model, contoh, atau
pedoman (rancangan).12 Pada pembahasan ini maka pola lebih tepat diartikan
sebagai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang merangkainya
yaitu pola kerjasama, yang berarti bentuk kerjasama.
Sedangkan kerjasama berasal dari bahasa Inggris yaitu “cooperate”,
“cooperation”, atau “cooperative”. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan
istilah kerjasama atau bekerjasama. Adapun pengertian kerjasama adalah kegiatan
atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah) untuk
mencapai tujuan bersama.13
Secara sederhana istilah kerjasama menggambarkan bahwa orang atau
lembaga dalam mencapai tujuannya tidak bekerja sendiri, akan tetapi melibatkan
orang atau pihak lain agar harapan dan tujuannya mendapatkan hasil yang lebih
baik bersama.
11
Departemen Kebudayaan dan Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. III h.536
12
Puls A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Artaloka, 1994), h. 605
13
B. Pendayagunaan Zakat
1. Pengertian Pemberdayaan
Kata pemberdayaan adalah terjemah dari istilah bahasa Inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power
yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.
Awalan em berasal dari bahasa latin dan Yunani, yang berarti di dalamnya,
karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu
kretivitas. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan
diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang
sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.14
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison
pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pemberdayaan potensi, pemanfaat
yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.15 Amrullah Ahmad
menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sistem tindakan nyata yang
menawarkan alternatif model pemecahaan masalah ummah dalam bidang
sosial, ekonomi dan lingkungan. Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan
kemampuan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga menghasilkan
nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar.
14
Lili Badriadi, dkk, ZakatdanWirausaha (Jakarta: CED, 2005), h. 53
15
2. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi kata zakat mempunyai beberapa arti yaitu al-barakatu
“keberkahan”, al-namaa “pertumbuhan dan berkembang”, ath-thaharatu
“kesucian” dan ash-shalahu “keberesan” sedangankan secara istilah meskipun
para ulama beberapa pendapatan akan tetapi pada prinsipnya sama yaitu zakat
dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu.16
Zakat secara bahasa atau etimologi berarti suci, bersih atau tumbuh
sedangkan menurut istilah atau syara, zakat berarti mengeluarkan sejumlah
harta tertentu untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syara.17
Adapun beberapa pengertian dari zakat yaitu:18
a. Zakat ialah suatu yang diberikan orang sebagai hak Allah kepada yang
berhak meneriman antara lain para fakir miskin menurut ketentuan agama
Islam.
b. Zakat menurut etimologi berarti berkembang dan bertambah, kalau
diucapkan makna az-zur’u maka artinya tanaman untuk berkembang dan
16
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h.7
17
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, cet. II, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995), h. 427
18
bertambah. Sedangkan kalau diucapkan banfakah artinya berkembang dan
mendapat berkah atau mendapatkan berkah kata zakat juga berarti suci.
c. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan
yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
d. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dasar hukum yang kewajibancukup
banyak dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadist.
Hubungan pengertian zakat menurut bahasa dan menurut istilah, sangat
nyata dan erat sekaligus yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan
menjadi berkah, tumbuh, berkembang, bertambah, suci, dan beres (baik).19
1. Dasar Hukum Zakat
Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang memerintahkan kaum
muslimin untuk mengeluarkan zakat. Diantaranya dalam surat At-Taubah
(9): 103.
⌦
☺
)
ﺔ۸ﻮﺘﻟا
/
٩
:
(
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
19
Didin Hafiduddin, Anda Bertanya Tentang Zakat, Infak dan Sedekah Kami Menjawab
Dalam surat Al- Baqarah (2): 43
☺
⌧
⌧
)
ةﺮﻘ۹ﻟا
/
:
(
Artinya: “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku”
2. Manfaat dan Hikmah Zakat
Zakat mengandung hikmah dan manfaat yang sangat besar dan
mulia, baik bagi orang yang berzakat (muzakki), penerimanya (mustahik),
harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat
keseluruhan.20Hikmah dan manfaat tersebut sebagai berikut:
Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT,
mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa
kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan
materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan
dan mengembangkan harta yang dimiliki. Kedua, zakat merupakan hak
mustahik, maka zakat berfungsi menolong, membantu dan membina
mereka terutama fakir miskin, kearah kehidupan yang lebih baik dan lebih
sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
20
layak yang berdampak hilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin
timbul karena melihat orang kaya yng memiliki harta yang cukup banyak.
Ketiga, sebagai pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang
hidupnya berkecukupan dengan para mujahid yang seluruh waktunya
digunakan untuk berjihad di jalan Allah SWT. Selain itu zakat merupakan
salah satu bentuk kongret dari jaminan social yang disyariatkan oleh ajaran
Islam. Keempat sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana
dan prasana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, social maupun ekonomi, sekaligus sarana
pengembangan kualitas sumber daya manusia muslim. Kelima, untuk
memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukan
membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak
orang lain dari harta kita yang diusahakan dengan baik dan benar sesuai
dengan ketentuan syara.
Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat
merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan, sebab jika zakat
dapat dikelola dengan baik dapat membangun pertumbuhan ekonomi
sekaligus pemerataan pendapatan. Ketujuh, dengan adanya dorongan untuk
membayar zakat, infak, dan sedekah kepada orang-orang yang beriman,
3. Orang yang Berhak Menerima Zakat
Berdasarkan firman Allah SWT surat At-Taubah ayat 60, zakat
diberikan kepada delapan ashnaf.21
a. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai mata pencaharian atau
penghasilan tetap dan kehidupannya di bawah garis standar hidup
minimal.
b. Miskin adalah orang yang mempunyai mata pencaharian atau
penghasilan tetapi belum cukup untuk memenuhi standar hidup bagi
diri dan keluarganya.
c. Amil adalah orang, lembaga atau badan yang bertugas mengurus
(menerima dan menyalurkan) zakat.
d. Muallaf adalah orang yang diharapkan kecenderungan dan hati dan
keyakinannya untuk beriman atau tetap beiman kepada Allah SWT
dan mencegas agar mereka tidak berbuat jahat bahkan diharapkan
meraka akan membela atau menolong kaum muslimin.
e. Riqab adalah budak yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari
tuhannya. Pada perkembangannya pengertian budak adalah golongan
atau bangsa yang sedang membebaskan diri dari ekspolitasi pihak lain.
21
f. Gharim adalah orang yang karena kesulitan hidupnya karena terlilit
hutang sehingga tidak dapat membayar hutangnya. Pengertian ini
berkembang pada orang yang dinyatakan pailit pada usahanya,
sehingga ia kesulitan dalam memenuhi keperluan hidupnya disamping
kewajiban hutang yang harus dibayar
g. Sabilillah adalah orang yang berjuang dij alan Allah SWT untuk
kejayaan agama Islam. Oleh karena itu sabilillah dapat diartikan pula
sebagai usaha perorangan atau badan yang bertujuan untuk kejayaan
agama atau kepentingan umum
h. Ibnu sabil adalah orang yang kehabisan ongkos dalam perjalanan
(bukan maksiat), baik karena tidak mencukupi, atau karena kehilangan
atau dirampas.
Dalam perkembangannya orang-orang yang sangat tidak berdaya
dalam ekonomi berhak menerima zakat, seperti anak yatim, orang jompo,
penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak
terlantar, orang yang yang terlilit hutang, pengungsi yang terlantar dan
korban bencana alam.
Adapun pemberdayaan adalah penyaluran zakat yang disertai target
merubah keadaan penerimaan (lebih dikhususkan kepada golongan fakir
miskin) dan kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzakki. Target ini
adalah target besar yang tidak dapat dicapai dengan mudah dalam waktu yang
terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahan adalah
kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga kita
dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang direncanakan.
Pemanfaatan dan pendayagunaan alokasi dan zakat dapat digolongkan
sebagai berikut: Petama, konsumtif tradisional, zakat dimanfaatka dan
digunakan langsung oleh muzakki, untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Kedua, konsumtif kreatif, zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dari jenis
barang semula, misalnya beasiswa. Ketiga, produktif tradisional, zakat yang
diberikan dalam bentuk barang-barang produksi, seperti sapi, mesin. Keempat,
produktif kreatif, pendayagunaan zakat diwujudkan dalam bentuk modal, baik
untuk membangun suatu proyek sosial maupun menambah modal pedagang
berwirausaha. Dengan demikian penyaluran dana zakat dapat dibagi menjadi
dua bentuk, yakni bantuan sesaat dengan pola tradisional (konsumtif) dan
pemberdayaan (produktif).22
C. Lembaga Amil Zakat
1. Pengertian Lembaga Amil Zakat
Berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat, Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang
sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat,
pengelolaan Lembaga Amil Zakat dilakukan oleh amil-amil dengan kriteria
22
tertentu antara lain: memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, profesional, dan
berintregritas tinggi.
Pengukuran sebuah Lembaga Amil Zakat dilakukan oleh pemerintah
berdasarkan jenjang atau level organisasi berdasarkan permohonan Lembaga
Amil Zakat setelah memenuhi syarat sebagai berikut::
1. Berbadan hukum
2. Memiliki dana muzakki dan mustahik
3. Telah beroperasi minimal 2 tahun
4. Memiliki laporan keuangan yang telah di audit oleh akuntan publik selama
2 tahun terakhir
5. Memiliki wilayah operasi secara nasional minimal 10 provinsi
6. Mendapat rekomendasi dari Forum Zakat (FOZ)
7. telah mengumpulkan dana Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar) dalam satu
tahun.
8. melampirkan surat pernyataan bersedia disurvei oleh yang dibentuk oleh
Departemen Agama dan diaudit oleh akuntan public.
9. dalam melaksanakan kegiatan bersedia berkoordinasi dengan BAdan Amil
Zakat tingkat provinsi (BAZNAS) dan Dpartemen Agama.
Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan memiliki kewajiban
sebagai berikut:
1. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat.
3. mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh media masa.
4. Menyerahkan laporan kepada pemerintah.
Dalam organisasi Lembaga Amil Zakat minimal harus terdapat
komponen badan pendiri, badan pertimbangan/dewan pengawas, komisi
pengawas/internal auditor, pimpinan, bagian perhimpunan, bagian keuangan
dan bagaian pendayagunaan. Lembaga amil zakat yang telah dikukuhkan
dapat ditinjau kembali, apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telah ditetapkan.
2. Dasar Hukum Lembaga Amil Zakat
Pengelolaan zakat melalui Lembaga Amil Zakat pada saat ini menjadi
sebuah kebutuhan, hal ini karena banyak nilai positif yang dapat diambil dari
pengeloaan zakat yang dilakukan secara terorganisir jika dibandingkan
dengan pengelolaan zakat yang dilakukan secara pribadi atau perorangan.
Ibnu Asyir sebagaimana dikutip Yusuf Al-Qardhawi mengemukakan
bahwa asas pelaksanaan pengelolaan zakat didasarkan pada firman Allah
SWT yang terdapat dalam suarat At-Taubah ayat 60:23
☺
☺
☺
⌧
⌧
☺
23
)
ﺔ۸ﻮﺘﻟا
/
٩
:
٦
(
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” .
Berdasarkan ayat tersebut dapatlah diketahui bahwasanya pengelolaan
zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individu oleh muzakki
diserahkan langsung kepada mustahik, akan tetapi dilakukan oleh lembaga
yang khusus menangani zakat dan telah memenuhi persyaratan tertentu yang
disebut amil zakat. Amil zakat inilah yang memiliki tugas melakukan
sosialisasi kepada masyarakat, melakukan penagihan dan pengambilan serta
mendistribusikannya secara tepat dan benar.
Selain Ibnu Asyir, tokoh lain yang menyatakan bahwa pengelolaan
zakat oleh amil zakat sebenarnya adalah perintah Allah dan tidak hanya
berkaitan dengan Undang-Undang zakat adalah Abdurahman Qadir.24 Ada
beberapa kelebihan dalam pengelolaan zakat melalui amil zakat antara lain:
Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin membayar zakat.
Kedua, menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan
langsung menerima haknya dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai
efisiensi, efektifitas dan sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat
24
menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat,
memperlihatkan syiar Islam dalam semangat menyelenggarakan dan
pemerintahan yang Islami.
Kelebihan pengelolaan zakat melalui amil zakat tersebut diperkuat
dengan Undang-Undang zakat yang mengemukakan bahwa pengelolaan zakat
melalui Lembaga Amil Zakat bertujuan:
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai
dengan tuntutan agama.
2. Meningkatkan fungsi dan peranan dan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3. Meningkatkan hasil guna dan dayaguna zakat.
Meskipun awalnya pengelolaan amil zakat dikelola secara swadaya
dan swakarsa tanpa diperkuat dengan perangakat hukum perundang-undangan
yanga berlaku (hukum positif), namun berkat perjuangan bersama yang
dilakukan oleh masyarakat, kini pengelola zakat melalui Lembaga Amil Zakat
kuat kedudukannya di mata hukum setelah dikeluarkannya Undang-Undang
pengelolaan zakat yaitu undang-undang No.38 Tahun 1999. selain itu juga
diperkuat dengan Keputusan Menteri Agama RI No. 581 Tahun 1999 tentang
BAB III
PROFIL LAZIS PT.PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI DAN POS KEADILAN PEDULI UMAT (PKPU)
A. Profil LAZIS PLN P3B Jawa Bali
1. Latar Belakang Berdirinya LAZIS PLN P3B Jawa Bali
LAZIS PLN P3B JAWA-BALI merupakan organisasi sosial yang
berrgerak di bidang zakat profesi. Organisasi ini lahir dari sebuah pemikiran
yang sama dari beberapa orang yang mempunyai keinginana untuk
menjalankan syariat Islam dalam hal zakat, dengan harapan dapat membantu
orang-orang tidak mampu di sekitar kantor PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali.
Ditambah lagi dengan melihat potensi zakat, infak dan shodaqoh di PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali. Hal inilah yang mendorong beberapa rekan lainnya
untuk mengelola zakat karyawan secara profesional.
Sebelum terbentuknya LAZIS PLN P3B JB team perumusan melakukan
berbagai upaya, salah satunya mengadakan seminar Inhouse Training dan
manajemen ZIS (zakat, infak dan shodaqoh), di kantor PLN USB P3B pada
tanggal 22-26 April 2002. Acara ini diikuti oleh masing-masing bidang antara
lain, Bidang Perencanaan, Bidang Teknik, Bidang Keuangan, Bidang
pembicara yaitu: KH. Dr. Didin Hafidhuddin, MSi, Hertanto Widodo, Ak dan
Drs. H. Muchlis Harun, MSM.25
Akhirnya, keinginan untuk membentuk Lembaga Amil Zakat di
lingkungan PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali terwujud. Beberapa lembaga
internal di PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali seperti Badan Kesejahteraan
Karyawan (BKK) dan Badan Pembinaan Rohani Islam (BINROHIS)
mendukung rencana ini.
Pembentukkan Lembaga Amil Zakat tersebut mengacu pada Surat
Keputusan (SK) Genderal Manajer PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Strategis
(UBS) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Jawa Bali. No:
041.K/021/GM.UBS-P3B/2002 tentang Pembentukan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) PT. PLN (Persero), dan Surat Keputusan (SK) Genderal Manager No:
042.K/021/GM.UBS-P3B/2002 tentang Bantuan Mekanisme Pemungutan
Zakat Profesi Pegawai untuk disampaikan kepada Lembaga Amil Zakat
(LAZ) di PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat
Pengaturan Beban Jawa Bali (UBS-P3B). Ditetapkan di Jakarta pada tanggal
14 Agustus 2002 yang ditandatangani oleh Genderal Manager PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali Bapak Basuki Prijatno dengan Bapak Helmi
25
Najaruddin sebagai Direktur LAZIS dan Imam Samsidi sebagai Ketua Dewan
Pertimbangan Syariah periode 2002-2005.26
Tujuan pembentukkan LAZIS PLN P3B Jawa Bali tersebut antara
lain: Pertama, adalah menjamin kepastiandan disiplin pembayaran zakat bagi
para muzakki terutama karyawan PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali yang
beragama Islam dan mampu. Kedua, menjaga perasaan rendah diri para
mustahik apabila berhadapan langsung untuk menerima haknya dari para
muzakki. Ketiga,mencapai efesiensi, efektivitas dan sasaran yang tepat dalam
menggunakan harta zakat menurut skala prioritas. Keempat, memperlihatkan
syiar Islam yang lebih humanis pada masyarakat bahwa dakwah Islam pad
dakwah billhall lebih menjadi prioritas utama dalam upaya mencegah
Kristenisasi yang ada dan berkembang di wilayah sekitar PT. PLN (Persero)
P3B Jawa Bali.
Tahap awal pelaksanaan pemungutan zakat bagi pegawai muslim PT.
PLN (Persero) P3B kantor pusat dimulai pada tanggal 10 Oktober 2005.27 PT.
PLN (Persero) P3B dalam laporan daftar pegawai yang beragama Islam
berjumlah 289 (dua ratus delapan puluh sembilan) dengan pegawai yang
26
Lembaran SK General Manager PT. PLN (Persero) P3B. No: 041. K/021/GM. UBS-P3B/2002, Tentang Pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan SK No: 042, Tentang Bantuan Mekanisme Pemungutan Zakat Propesi Pegawai.
27
membayar zakat profesi ke LAZIS PLN P3B JB sampai dengan bulan Januari
2005 berjumlah 236 (dua ratus tiga puluh enam) pegawai.28
Zakat profesi yang dikeluarkan oleh pegawai PT. PLN (Persero) P3B
Jawa Bali dari penghasilan setiap bulan dan penghasilan lainnya yang
dibayarkan oleh PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali kepada pegawai yang
bersangkutan. Besarnya zakat yang dikeluarkan pegawai kepada LAZ PT.
PLN (Persero) P3B berpedoman kepada ketentuan syariat Islam yaitu sebesar
2.5 % (dua setengah persen). Namun dalam pelaksanaannya ketentuan di atas
belum berjalan secara keseluruhan, besarnya zakat profesi yang diterima oleh
PT. PLN (Persero) P3B Jawa Balibervariatif.
Penghimpunan dana zakat, infak dan shodaqoh dari pegawai PT. PLN
(Persero) P3B JB tidak adanya unsur keterpaksaan secara institusi dalam
pemotongan gaji dari total penghasilan, karena hal ini telah diatur oleh
General Manager PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali dalam lampiran Surat
Kepputusan (SK) No: 042. K/021/GM. USB-P3B/2002, tanggal 14 Agustus
2002 tentang Pemberitahuan Perubahan Besar Pemotongan Total Penghasilan
untuk Zakat Profesi di PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali, yang di sampaikan
kepada Direktur Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shodaqoh (LAZIS) PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali.
Unsur kesadaran secara moral yang dikembangkan oleh para pengurus
LAZIS PLN P3B JB dalam menghimpun dana zakat propesi dari pegawai, hal
28
itu terbukti sampai saat ini pegawai PT. PLN (Persero) P3B masih konsisten
mengeluarkan zakat profesi. Sebagai Lembaga Pengelola Zakat yang sedang
berkembang, LAZIS PLN P3B JB dituntut untuk selalu belajar lebih banyak
dari Lembaga Pengelola Zakat lainnya yang telah mapan dan terpercaya.
2.Visi Misi dan Tujuan
Visi: “Menjadi lembaga terdepan dan terpercaya di lingkungan PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali dalam memberdayakan mustahik agar menjadi
muzakki.”
Misi:
1. Memungut zakat dari para muzakki untuk disalurkan kepada para
mustahiq sesuai dengan ketentuan syariat, terutama mustahik di sekitar
kantor atau instansi PLN P3B
2. Mengelola dan memberdayakan dana zakat secara professional, amanah
dan transfaran untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan umat
dalam arti yang seluas-luasnya.
3. Bekerjasama dengan lembaga manajemen Amil Zakat lainya untuk
menuju tercapinya visi LAZ PLN P3B.29
Sedangkan tujuan dari terbentuknya LAZIS PLN P3B JB adalah:
Pertama, untuk membantu pegawai yang beragama Islam di PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali dalam menunaikan zakat serta untuk
29
memperbanyak infak dan shodaqoh. Kedua, meningkatkan pemberdayaan
muzakki di lingkungan kaum muslimin yang berada di wilayahnya. Ketiga,
menyalurkan dana infak shodaqoh kepada yang berhak menerimanya,
dilakukan pengelolaan agar penyalurannya tidak salah sasaran.
Keempat, memenuhi kebutuhan mustahik dengan melakukan
pelakukan pelatihan yang beroriantasi kepada pengembangan skill dan
kemampuan masyarakat yang hasilnya untuk kebutuhan mereka sendiri.
Kelima, mendorong peningkatan kualitas SDM mustahik yang masih rendah
agar lebih maju menatap masa depan dan lebih optimis. Keenam, mendorong
potensi yang ada paa diri mustahik dengan pola pendampingan agar mustahik
dapat diberdayakan. Ketujuh, menciptakan lapangan kerja bagi mustahik
dalam upaya mengembangkan diri mereka sendiri tanpa bergantung dari orang
lain.30
3.Struktural Organisasi
LAZIS PT. PLN (Persero) P3B , secara struktural berada di bawah
Baadan Kesejahteraan Karyawan (BKK) dan Bidang Pembinaan Rohani Islam
(BINROHIS). Lembaga ini bersifat Independen, Netral, tidak berpolitik dan
Non-Diskriminati. LAZIS PT. PLN (Persero) P3B dibentuk berdasarkan SK
No: 041.K/021/GM.UBS-P3B/2002 dan sesuai lampiran I SK tersebut diatas
telah disusun bagan Organisasi sebagai berikut.
30
Gambar 3.1
STUKTUR ORGANISASI LAZIS PLN P3B JB
PENGURUS LAZIS PLN P3B JB PERIODE 2007-2009 1. DEWAN PEMBINA
KETUA : Muljo Adji AG
Ketua BKK (Ex. Officio) Ketua BINROHIS (Ex. Officio) Haris Effendi
Helmi Najaruddin Dedi Ruspendi 2. DIREKTUR : Imam Samsidi
3. DEWAN PENGAWAS
KETUA : Suwarto ANGGOTA Abu Bakar
Yudi Ahmadin DEWAN PEMBINAAN Ketua Anggota-anggota BADAN PENGAWAS Ketua Anggota-Anggota DEWAN PERTIMBANGAN SYARIAH Ketua Anggota-anggota DIREKTUR SEKRETARIS JENDERAL SEKJEN Wakil SEKJEN DIV.PENGHIMPUNA N & PERENCANAAN
Ketua Anggota-anggota DIV. KEUANGAN Ketua Anggota-anggota DIV. PEMBERDAYAAN Ketua Anggota-anggota
4. DEWAN PERTIMBANGAN SYARIAH
KETUA : Abdy Idris
ANGGOTA : Andly Dharma Setiawan Ishak
5. DIVISI PERHIMPUNAN DAN PERENCANAAN
KETUA : Said Joenaidi ANGGOTA : Irwanto
Adji Tedja Sukmana
6. DIVISI KEUANGAN
KETUA : Miscbahul Munir ANGGOTA : Okky Zuljahmi
Supriyadi Yanuar
7. DIVISI HUMAS & TI
KETUA : Giri Triona
ANGGOTA : Novrizal Erdiansyah
Teuku Yusuf
B. Profil Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) 1. Latar Belakang berdirinya PKPU
Krisis yang terjadi pada 1997 mempengaruhi kondisi perekonomian
bangsa dan rakyat Indonesia. Mensikapi krisis yang berkembang, 17
September 1998, sejumlah anak-anak muda yang enerjik melakukan aksi
sosial di sebagian besar wilayah Indonesia.Menindak lanjuti aksinya, mereka
kemudian menggagas entitas kepedulian publik yang bisa bergerak secara
sistematis. Maka pada 10 Desember 1999 lahirlah lembaga sosial yang
bernama Pos Keadilan Peduli Ummat.
Dalam perkembangannya, PKPU menyadari bahwa potensi dana
ummat yang berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqah sangat besar. Sebagai
negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia bisa
Tanggal 8 Oktober 2001, PKPU mendapat pengukuhan sebagai Lembaga
Amil Zakat Nasional sesuai dengan SK. Menteri Agama RI No 441. Hal itu
membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat kepada PKPU semakin besar
Dalam rangka memfasilitasi antara dermawan (aghniya) disatu pihak dengan
fakir miskin (dhuafa) dilain pihak, kerja yang Amanah dan Profesional
merupakan keharusan bahkan tuntutan yang kami wujudkan dalam kultur dan
etos kerja lembaga. Menunaikan dan menyampaikan kewajiban serta hak
sesuai dengan amanah secara profesional, adil dan transparan hingga
kepercayaan donatur dan bantuan yang diberikan pada dhuafa meningkat.31
2. Visi Misi dan Tujuan PKPU
Visi: “Menjadi Lembaga Terpercaya Dalam Membangun Kemandirian.”
Misi:
Misi Kemanusiaan yang kami lakukan meliputi kegiatan:
a. Mendayagunakan program rescue, rehabilitasi dan pemberdayaan untuk
mengembangkan kemandirian.
b. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat, perusahaan, pemerintah,
dan lembaga swadaya masyarakat dalam dan luar negeri.
c. Memberikan pelayanan informasi, edukasi dan advokasi kepada
masyarakat penerima manfaat (beneficiaries).
31
Sedangkan tujuan dari PKPU antara lain: Pertama, tercapainya
pelayanan, informasi dan komunikasi, edukasi dan pemberdayaan umat,
melalui penanganan kegawat darurat (rescue), pemulihan (rehabilitasi), dan
pengembangan komunitas (community development). Kedua, tercapainya
peran mediator antara muzakki dan mustahik dengan sistem mutu yang
standarisasi. Ketiga, tercapainya peran fasilisator dalam menggugah
kepedulian muzakki dan memenuhi kebutuhan mustahik melalui zakat, infak,
shodaqoh, wakaf, kemanusiaan dan dana sosial lainya. Keempat, tercapainya
networking (jaringan kerja) dalam merealisasikan program sesuai kebijakan
lembaga dengan azas saling memberi manfaat. Kelima, mebangun lembaga
berskala internasional dalam berbagai aspek.32
Untuk merealisasikan visi dan misi tersebut. Pos Keadilan Peduli
Ummat, mempunyai 4 strategi pemberdayaan ummat yaitu:
1. Pengumpulan Dana dan Bantuan Masyarakat
a. Zakat, Infaq, Shodaqah (ZIS) dan Wakaf
b. Dana Khusus bencana kemanusiaan
c. Pakaian, bahan makanan (sembako) dan obat-obatan.
d. Hewan qurban
2. Misi Penyelamatan Kemanusiaan
a. Daerah-daerah konflik (Maluku, Maluku Utara, Poso, Aceh, dll)
b. Daerah-daerah bencana alam
c. Daerah kritis dan minus; Gunung kidul
d. Rehabilitasi Kemanusiaan
e. Rehabilitasi fasilitas kesehatan dan air bersih
f. Rehabilitasi fasilitas pendidikan
g. Rehabilitasi fasilitas ibadah
h. Rehabilitasi fasilitas ekonomi
3. Pembangunan Masyarakat
a. Pemberdayaan ekonomi ummat
b. Pendidikan alternatif
c. Pembangunan pelayanan kesehatan mandiri
d. Distribusi hewan qurban
3. Program Kerja PKPU
a. Peduli Pendidikan
1. SWADAYA (Bea Siswa Dhu'afa dan Yatim)
Program beasiswa yang diperuntukkan bagi siswa tidak mampu
(dhu'afa) dan yatim, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi
2. SWADESI (Beasiswa Pendidikan Berprestasi).
Program beasiswa yang dipersembahkan kepada siswa tidak mampu
yang berprestasi mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
3. Diklat (Pendidikan Alternatif)
diperuntukkan bagi anak-anak pengungsi, korban bencana, yatim dan
dhu'afa.
b. Peduli Da'wah dan Sosial
1. KKD (Kuliah Kerja Da'wah)
Program bagi calon da'I yang diterjunkan di daerah pasca bencana
2. DUTA (Da'wah Nusantara)
Program pengiriman para da'I ke daerah terpencil di seluruh pelosok
nusantara.
3. MUSLIMS' VISION (Visi Para Muslim)
Program Pengajian Reguler lepas kerja bagi para eksekutif dan kaum
profesional.
c. Peduli Kesehatan
1. Kik Peduli (Klinik Peduli)
Program penyediaan klinik-klinik kesehatan didaerah-daerah miskin
dan kurang terjangkau
2. Pro Smiling (Program Kesehatan Masyarakat Keliling)
Program pelayanan kesehatan masyarakat dengan biaya murah dan
terjangkau. Guna melengkapi tingkat mobilitas pelayanan, kebutuhan
wakaf tunai mobil ambulance dari para muzaki sangat diperlukan
d. Peduli Ekonomi Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi (ProSPEK)
Program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok swadaya
ini, kelompok petani gurem, peternak, pengrajin, pedagang kecil, tukang
ojek dan nelayan.33
4. Struktur Organisasi
Secara garis besar dibagi menjadi empat bagian yang terdiri dari:
a. Dewan pendiri, mereka yang pertama kali mendirikan yayasan ini dan
mempunyai wewenang penuh untuk mengangkat dewan pengurusan,
dewan pembina dan dewan pengawasan.
b. Dewan pembina, mereka memberikan pembinaan dan pemasukan untuk
pelaksanaan program.
c. Dewan pengawasan, mereka yang menjalani program yang dilakukan oleh
lembaga.
d. Dewan pengurusan, mereka yang melaksanakan progaram kerja dari
pengurusan yayasan.
PENGURUSAN POS KEADILAN PEDULI UMAT
1. Dewan Pembina Drs. Agus Nurhadi
Drs. Salim Segaf Al Jufri
Drs. Ahmad Satori Ismail
2. Dewan Pengawas Ust. Abdul Habib, Lc Dr. Surahman Hidayat
Drg. Hardiono
3. Dewan Pengurusan Dr. H. Naharus Surur Suryaman M Sastra, Psi
Ahmad Zaki, Ak
4. Direktur Utama Sahabudin, Ak
5. Deputi Direktur Utama Sri Adi Bramasetyo
6. Direktur Keuangan/Sekretaris Lembaga Dedi Sularso, Amd
7. Manajer Akutansi Siti Arifah
8. Manajer Administrasi Yanti Sri Widayanti
9. Manajer Kerumah Tanggaan Muhammad Yusuf
10.Manajer PO dan SDM Dedi Sularso, Adm
11.Direktur Penghimpunan Wildhan Dewayana, ST
12.Manajer Layanan Mustahik Heru Kusnanto
13.Manajer Pemberdayaan Masyarakat Muklas
14.Manajer Pendayagunaan Agus Notowigono, ST
15.Manajer Pengembangan Wakaf dan dakwah Muhammad Suharsono
16.Manajer Pendidikan Suharyanto
17.Manajer Kesehatan Amir Zuhri, dr
18.Manajer Rescue Boy Muslim
C. PROSPEK
Prospek Indonesia adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di
bawah koordinasi Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU. Lahir pada 13
Maret 2006 hasil dari pengembangan Divisi Pemberdayaan Masyarakat di
bawah Direktorat Pendayagunaan PKPU Pusat Jakarta.
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia, Prospek
Indonesia melihat sejumlah faktor yang menyebabkan kemiskinan yang saling
terkait dan seolah sulit diputus dan menjadi lingkaran setan serta perangkap
kemiskinan. Upaya tersebut harus mampu memutus rantai kemiskinan
sekurang-kurangnya pada 3 aspek kehidupan, yaitu aspek ekonomi,
pendidikan dan kesehatan.
Prospek Indonesia percaya bahwa sinergi program dan kerjasama
kemitraan antar lembaga Pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi dan LSM
merupakan strategi yang ampuh dan tepat dalam menanggulangi
kemiskinan.34
1. Visi dan Misi
Visi: Mempercepat transformasi mustahik menjadi muktafi menuju
muzakki
Misi Prospek:
1. Membuka pintu perubahan perilaku masyarakat secara islami
34
2. Menghimpun potensi dan kerjasama antara masyarakat, pemerintah,
swasta, Perguruan Tinggi dan LSM dalam menanggulangi kemiskinan
3. Lembaga Pemberdayaan Ummat yang Mandiri, Mengakar dan
Memasyarakat.
Dalam meleksanakan program-programnya Prospek memiliki tiga
pilar yaitu:
1. Community Development Consultan (CDC)
a. Merawat dan mengembangkan KSM sesuai 5 BHP (Bidang Hasil
Pokok) meliputi : organisasi, administrasi, permodalan, usaha produktif
dan jejaring, menuju kemandirian Organisasi, Individu dan Usaha.
b. Memfasilitasi KSM membuka kantor kas baru bagi pengembangan
layanan KSU Busra untuk anggota KSM dan Masyarakat sekitar
c. Memfokuskan pendampingan usaha produktif dan jejaring.
d. Merekrut Community Development Assistence (pendamping lokal)
e. Menumbuhkan KSM baru
2. Bussiness Development Center (BDC)
a. Mengelola dan Mengembangkan KSU Busra dengan cabang dan
unitnya di 6 propinsi
b. Mengelola dan mengembangkan BLK menjahit dan BLK komputer
c. Mengelola dan mengembangkan Bengkel Motor dan Wartel
e. Mengelola dan mengembangkan perdagangan umum (sembako,
saprodi)
3. Research & Project Development (RnPD)
a. Pengembangan Proyek Kelompok Swadaya: Menjalin kemitraan
dengan LAZ, BUMN dan Corporat swasta untuk melakukan tanggung
jawab sosial (CSR/CD) dan Bina Lingkungan.
b. Konsultansi dan Pelatihan
Melayani jasa konsultansi dan pelatihan untuk tenaga pendamping
program pemberdayaan di lingkungan LAZ, BUMN dan Corporat
swasta
c. Dialog Kebijakan
Melakukan study banding dan komunikasi dengan pengambil kebijakan
yang menyangkut kepentingan orang miskin di PEMDA, Swasta,
Perguruan Tinggi dan LSM.
d. Penelitian produk, dampak program dan pengembangan metodologi
pendampingan.
Sumber Daya Manusia Prospek
General Manajer : Muklas
Corporate Secretary : Lusy
Manager Bussiness Development Center (BDC) : Nashrullah S
Manager Community Development Assistence (CDA) : D.Imam Zarkasi
Manager Kospin (KSU BUSRA bidang pembiayaan) : PJS
Staff Accounting KSU BUSRA : Nubzatussania
Staff Grosling : Irwan
: Ali
Staff Pendampingan : Sopiyan
: Nurzaman
: Muslimin
Sumber Dana
1. Internal PKPU (dana utama) dalam program pemberdayaan
masyarakat
2. Gabungan KSM (Dana Mandiri Masyarakat) dalam program dana
bergulir dan asset reform
3. Dana Kemitraan BUMN dan LAZ
4. Dana CSR atau CD Perusahaan
BAB IV
ANALISIS POLA KERJASAMA ANTARA LAZIS PLN P3B JAWA BALI DENGAN PKPU
A. Mekanisme Kerjasama Antara LAZIS PLN P3B Jawa Bali dengan PKPU
LAZIS PLN P3B JB adalah sebuah lembaga yang dibentuk oleh
manajemen PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Hal ini dilakukan mengingat
besarnya potensi zakat yang dapat diperoleh dari gaji karyawan yang sebagian
besar muslim dan telah mencapai nisab. Akhirnya, tahun 2002 LAZIS PLN P3B
JB berdiri sebagai sarana karyawan yang ingin menyalurkan dana zakat profesi.
Namun, pada awal kepengurusannya LAZIS PLN P3B JB belum memiliki
manajemen yang baik dan program yng jelas, seperti belum adanya pembukuan
yang jelas atau pencatatan yang baik dan program-program yang bersifat
pemberdayaan ekonomi umat belum dijalankan. Hal ini dikarenakan keuangan
LAZIS PLN P3B JB belum banyak, sehingga dana zakat yang disalurkan hanya
diberikan di wilayah sekitar LAZIS PLN P3B JB. Adapun bentuk penyalurannya
hanya berupa charity (amal sesaat), seperti: beasiswa, pembangunan masjid,
bantuan kesehatan dan sunatan massal.35
Setelah kepemimpinan Bapak Helmi Najaruddin keuangan LAZIS PLN
P3B JB mulai berkembang, hal ini didukung setelah keluarnya SK Genderal
35
manager No. 042.K/021/GM.UBS-P3B/2002 tentang Bantuan Mekanisme
Pemungutan Zakat Profesi Pegawai. Meningkatnya keuangan LAZIS PLN P3B
JB membuat para pengurus mengalami kesulitan dalam mengelola dana zakat
tersebut.
Hal ini terjadi karena SDM yang dimiliki oleh LAZIS PLN P3B JB
belum memadai, selain itu kesibukan pengurus-pengurus LAZIS PLN P3B JB
dalam pekerjaannya, mengingat pengurus-pengurus tersebut merupakan pegawai
PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali yang sibuk dengan tugas-tugas kedinasannya,
sehingga tidak terlalu fokus terhadap LAZIS PLN P3B JB dan tidak bisa
sepenuhnya mengelola dana zakat yang telah dihimpun dari para karyawan. Oleh
karena itu, LAZIS PLN P3B JB perlu menggandeng atau bekerjasama dengan
pihak-pihak lain yang telahberpengalaman dalam mengelola dana zakat, dalam
hal ini LAZIS PLN P3B JB melakukan kerjasama dengan PKPU.36
PKPU adalah lembaga kemanusiaan nasional yang selalu berupaya untuk
konsisten menggugah nurani setiap orang untuk peduli kepada siapapun. Dalam
menghimpun dan mendayagunakan dana zakat, infak, dan shodaqoh senantiasa
mengedepankan pelayanaan yang amanah, transparan, dan profesional untuk
menumbuhkan kepercayaan dan kemandirian.
Dengan memfokuskan diri pada usaha membangun kemandirian yang
meliputi bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, pembangunan
fisik dan pembinaan mental dengan senantiasa mengembangkan kemitraan
36
dengan masyarakat, pemerintah dan NGO (Non Government Organisasion) luar
negeri. Dengan terus menerus memberikan pelayananan , edukasi, dan advokasi
kepada masyarakat penerima manfaat, sehingga mendapatkan kepercayaan
masyarakat luar. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya donator
dari dalam dan luar negeri yang mengamanahkan donasinya melalui PKPU.
Berdasarkan data PKPU hingga tahun 2007. Program recue PKPU telah
menangani bencana alam dalam dan luar negeri seperti: Afganistan, Pakistan,
Libanon, dan Palestina, didalam negeri PKPU telah menjangkau 21 propinsi, 44
kota di Indonesia dengan melibatkan 3.221 relawan dan telah membantu sekitar
1.966.864 pengungsi. Di bidang pendidikan PKPU memberikan beasiswa kepada
6.893 siswa di 15 propinsi, melalui Program Sinergis Pemberdayaan Komunitas
(Prospek) di bidang ekonomi, PKPU telah membentuk 103 KSM yang tersebar di
14 propinsi dengan 1.699 anggotanya. Sedangkan di bidang ksehtan melalui
Klinik Peduli yang tersebar di 11 propinsi, PKPU telah melayani sekitar 152.783
pasien.37
Melihat prestasi yang banyak dari PKPU dan didukung dengan
program-program yang sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh LAZIS PLN P3B JB
maka LAZIS PLN P3B JB tertarik untuk melakukan kerjasama dalam mengelola
lembaga zakat dengan PKPU. Adapun meknisme dari kerjasama kedua belah
pihak diawali dengan penandatanganan MOU (Memorandum Of Understanding)
37
oleh kedua belah pihak yakni perwakilan LAZIS PLN P3B dan pihak PKPU
sebagaai mitra kerja, pada tanggal 25 Mei 2005.38
Dalam pertemuan tersebut, baik PKPU maupun LAZIS PLN P3B JB
sepakat mengadakan perjanjian kerjasama untuk melaksanakan program
pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan serta
mental spiritual dalam rangka perwujudan kepedulian LAZIS PLN P3B JB
terhadap permasalahan masyarakat, terutama di lingkungan sekitar LAZIS PLN
P3B JB dan manajemen pengelolaan dana zakat. Selain itu LAZIS PLN P3B JB
sebagai pihak pertama membiayai seluruh program pemberdayaan yang
dilaksanakan PKPU dalam kegiatan-kegiatannya yang telah disepakati oleh
kedua lembaga. Sedangkan PKPU sebagai pihak kedua melaksanakan program
pemberdayaan masyarakat yang disepakati oleh kedua belah pihak, memberikan
pembelajaran program pemberdayaan ekonomi dan manajemen pengelolaan dana
zakat kepada LAZIS PLN P3B JB. Selain itu PKPU juga memberikan laporan
perkembangan pelaksanaan program yang telah disepakati.
38
“LAZ PT. PLN P3B Jawa Bali dan PKPU Lakukan MoU Program Pemberdayaan
Masyarakat”, artikel diakses pada tanggal 20 April 2008 dari
Gambar 4.1
Mekanisme Kerjasama LAZIS PLN P3B JB dengan PKPU
Keterangan:
1. Pihak PKPU mengajukan proposal untuk melakukan kerjasama dengan LAZIS PLN P3B Jawa Bali.
2. Pihak LAZIS PLN P3B Jawa Bali melakukan rapat dengan pengurus-pengurus LAZIS (Dewan Syuro) untuk memutuskan diterima atau tidak proposal yang diajukkan tersebut.
3. Dewan Syuro LAZIS PLN P3B menyetujui proposal yang diajukan PKPU, kemudian memberikan wewenang kepada LAZIS PLN P3B JB untuk ditindak lanjuti.