PROVINSI BANTEN
.
..
-..
'-1111
Oleh:
NURHASNAH NIM: 104011000028
Uit,'dIHH
'fad •
:''IIg. :. GBGjMGゥ[GZGHゥゥGゥGセG[ZGo[[GZsGGGGGGGGG ..
No. Inrluk :
<'?:.f!..::
':'?.L:::••LY...7.:J. .
klasifikasi : ._ .
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PADA PEMBELAJARAN PAl SMP DI GUGUS 02
WILAYAH CIPUTAT KABUPATEN TANGERANG
PROVINSI BANTEN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: Nurhasnah Nim: 104011000028
セィ
Bimbingan·unaedatul Munawarah M. A NIP: 150 228 871
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Provinsi Banten" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 18 Desember 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar SaIjana Pendidikan Islam (S.PdJ).
Jakarta, 18 Desember 2008
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua JurusaniProgram Studi) Dr. H.A. Fattah Wibisono, MA.
NIP. 150.236.009
Sekretaris (Sekretaris JurusaniProgram Studi) Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag
NIP. 150.299.477
Penguji I
Prof. Dr. Abudin Nata, MA NIP. 150.222.550
Penguji II
Drs. Muarif SAM, M. Pd NIP. 150.268.586
Tanggal
;LV:
, ('L-08
'%
,,' - 00"'
" セ
...
Tanda Tangan
..
セLNセ
Mengetahui Dekan,
JurusaniProdi Judul Skripsi
Nama : Nurhasnab
Tempat/tgl. Lahir Padang, 14 Agustus 1986
NIM 1040II000028
Pendidikan Agama Islam
Kesiapan Guru Agama Menerapkan KTSP pada Pembelajaran PAl SMP di Gugus 02 Wilayab Ciputat Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Dosen Pembimbing Dra. Hj. Djunaedatul Munawarah, M. Ag.
Dengan in saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya saya sendiri dan saya bertanggung j awab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 15 Desember 2008 Mahasiswa Ybs.
Fokus studi ini adalah Kesiapan Guru Agama Menerapkan KTSP pada Pembelajaran PAl SMP di Gugus 02 Wilayah Ciputat. Studi ini bermaksud mendeskripsikan secara rinci bagaimana kesiapan pengetahuan dan pemahaman guru PAl mengenai teori KTSP serta sikap dan penerapan KTSP dalam proses pembelajaran PAI.
Penelitianinidilakukan di SMP gugus 02 Wilayah Ciputat yang betjumlah 18 sekolah yang terdiri dari 5 SMP Negeri dan 13 SMP Swasta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang didahului dengan metode kuantitatif. Sampe1 pada penelitian ini yaitu semua guru PAI SMP di
Gugus 02 Wilayah Ciputat yang betjumlah 42 orang. Instrument yang digunakan yakni tes mengenai teori KTSP dan angket mengenai sikap serta penerapan KTSP pada pembelajaran PAL Tes dan angket ini diberikan untuk guru PAL Selain itu, digunakanjuga wawancara yang ditujukan untuk kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan guru agama dari segi pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep KTSP berkategorisasi kurang bai.dari hasil tes diperoleh angka presentase yang mendapat nilai A (Arnat Baik) tidak ada atau 0 %. Kemudian dengan nilai B (Baik) 2 orang (5 %), nilai C, 6 orang04 %), nilai D (Kurang), 19 orang (45 %) dan yang terakhir pada nilai E (Sangat kurang baik) 15 orang atau 36 %. Nilai rata-rata hasil tes pengetahuan dan pemahaman guru PAl SMP mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)adaiah 10,22 ylmg berada pada kategori kurang baik.
Sedangkan dari hasil angket, dapat diketahui bahwa guru agama yang menilai KTSP dan dapat menerapkannya dalam pembelajaran PAl dengan amat baik berjurnlah 32 orang atau 76 %. Sedangkan responden yang menyatakan KTSP dan dapat menerapkannya dalam pembelajaran PAI dengan baik beIjurnlah 10 orang atau 24 %. Nilai rata-rata yang diperoleh guru agama dari angket ini adalah 64,19 yang termasuk pada kategori amat baik. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa guru agama dapat menerapkan KTSP dengan amat baik.
Jakarta dan perpustakaan FITK yang telah memberikan fasilitasnya untuk
memperoleh literatur dan bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Asep Kusdiawan Wihendra, S. Ag, guru pamong ketika penulis
melakukan PPKT di SMPN 3 Ciputat yang telah membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
8. Kepala sekolah serta bapak/ibu guru PAl SMP yang berada di Gugus 02
Wilayah Ciputat Kabupaten Tangerang Provinsi Banten yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi ini.
9. Kepada Ayahanda Dr. H. Zuhalein Kuas, M.A dan Ibunda tercinta Refri
Anita, serta keluarga besarku, terima kasih atas segala doa, perhatian, motivasi
dan kasih sayang kepada penulis, terutama selama menyelesaikan skripsi ini.
10. Ternan-ternan sepeIjuangan di Jurusan PAl, khususnya Elis, Ayu, Dwi,
Fit-moeth, Arif, Imas, Toni, dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, yang telah memberikan semangat kepada penulis.
11. Ternan-ternan ketika sidang, Imas dan Toni, terima kasih atas motivasinya.
12. Ternan-ternan sepeIjuangan di Pondokan Assalam, khususnya A.ru, lim, Kio,
Moe-Moe, Mora, N-Cuy, Neng Huda, Sarah, Q-ting, dan Lillah, yang telah
memberikan motivasi kepada penulis.
13. Serta semua pihak yang telah beIjasa membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Akhimya penulis berdo'a semoga Allah Swt membalas jasa dan amal baik
mereka. Harapan penulis semoga skripsi ini bennanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Amin.
Daftar lsi iii
Daftar Tabel VI
Daftar Lampiran VII
BABI PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah I
B. Identifikasi Masalah 6
c.
Pembatasan Masalah 7D. Perumusan Masalah 7
E.
Tujuan Penelitian 7F.
Manfaat Penelitian 7BABII LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 8
A. Landasan Teori 8
I. Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 8 a. Latar Belakang Kebijakan KTSP 8
b. Pengertian KTSP 10
c. Karakteristik KTSP 12 d. Prinsip Pengembangan KTSP 15 e. Komponen KTSP serta Pengembangannya 19
f. Implementasi KTSP 21
g. Kelebihan dan Kelemahan KTSP 28
2. Hakikat Guru PAl 29
B. Kerangka Berpikir 52
BABIII METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 54
B. Populasi dan Sampel 54
C. Aspek Kajian 55
D. Tekhnik Pengumpulan Data 55 E. Uji Validitas dan Reliabel 59
F. Tekhnik Analisa Data 60
G. Waktu dan Tempat Penelitian 64
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 65
I. Latar belakang Pendidikan Responden 66 2. Aspek Masa KeJja Responden 68 3. Data Guru PAl tentang Mengikuti Pelatihan KTSP 69 4. Deskripsi Data Hasi! Tes Pengetahuan
dan Angket Guru Agama Mengenai KTSP a. Deskripsi data hasil tes pengetahuan
guru agama tentang KTSP
b. Deskripsi data hasiI angket guru agama mengenai KTSP
B. Analisa Hasil Penelitian Kesiapan Guru Agama Menerapkan KTSP pada Pembelajaran PAl SMP Gugus 02 WiIayah Ciputat
70
70
74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
2. Tabel2.2 Komponen Kompetensi Pengembangan Potensi 37 3. Tabel2.3 Komponen Kompetensi Penguasaan Akademik 38 4, Tabel3.1 Kisi-Kisi Tes tentang KTSP 56
5. Tabel3.2 Kisi-Kisi Angket tentang KTSP 57 6. Tabel3.3 Perincian Penilaian Hasil Tes tentang Teori KTSP 62 7. Tabel3.4 Perincian Penilaian Hasil Angket tentang KTSP 63 8. Tabel4.l Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 66 9. Tabel4.2 Data Responden Beradasarkan Lamanya Masa 68
KeJja sebagai Guru SMP PAl
10. Tabel 4.3 Data Guru yang Telab Mengikuti Pelatihan KTSP 69 II. Tabel 4.4 Perincian Penilaian Hasil Tes tentang Teori KTSP 71 12. Tabel 4.5 Nilai dan Rata-Rata Nilai Responden pada Tes 71
Pengetabuan KTSP
[image:10.595.65.470.113.558.2]2. Lampiran2 : Angket tentang sikap guru agama dan penerapan 94 KTSP pada pembelajaran PAl
3. Lampiran3 : Kunci Jawaban 99 4. Lampiran4 : Uji vaIiditas tes 100 5. Lampiran5 : Perhitungan validitas tes tentang KTSP 101 6. Lampiran6 : Perhitungan vaIiditas tes tentang KTSP 102 7. Lampiran 7 : Uji vaIiditas angket 104 8. Lampiran8 : Perhitungan realibilitas tes dan angket 105 9. Lampiran 9 : Pedoman wawancara 108 10. Lampiran 10 : Hasil wawancara 109 11. Lampiran 11 : Lembar pengesahan proposal
12. Lampiran 12 : Surat mohon menjadi pembimbing
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah aspek penting yang diperlukan o!eh setiap masyarakat dan negara. Karena pendidikan turut berperan untuk menciptakan tenaga-tenaga terdidik bagi pembangunan bangsa.
Masalah pendidikan adalah suatu masalah yang sangat kompleks. Akhir-akhir ini sering dibicarakan di ュ。ウケ。イセォ。エ mengenai mutu pendidikan yang sangat menurun. Hal ini dapat dilihat dari laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11107) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari
58 menjadi 62 diantara 130 negara di dunia.1
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya yaitu dengan mengadakan standarisasi pendidikan, di antaranya adalah standarisasi pendidik dan tenaga kependidikan serta standarisasi kurikulum. Dalam Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan
•
kompetensi sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Kompetensi yang dimaksud mencakup kompetensi akademik, professional dan sosial.2 Adapun kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah "seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapar pendidikan tertentu.,,3
Kbusus dalam masalah pembelajaran, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan melakukan perubahan atau penyempurnaan kurikulum. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam selurub proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan yang diinginkan.
Dalam peIjalanannya dunia pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan terakhir adalah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan pada tahun 2006.4
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, dalam arti kata pada kurikulum ini mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studio Kurikulum 1975 bersifat integrated curriculum organization. Kurikulum ini tidak menampakkan nama-nama mata pelajaran, belajar berangkat daripokok masalah yang hams dipecahkan. Kurikulum 1984 bersifat content based curriculum, kurikulum 1994 bersifat objective based curriculum. Kurikulum 1984 dan 1994, keduanya memusatkan pelajaran pada isi dari mata pelajaran. Adapun kurikulum 2004 (KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) lebih menekankan pada pengembangan komptensi siswa(competency
2 Suhadi Ibnu"Rancangan Peraturan Pemerintah Nomor... .IU/2004 tentang Standar Nasional
Pendidikan", dari http://jurnaljpLfiles.\Vordpress.com., 2 Jull 2008.
3 Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang SiSlem
based curriculum). Kurikulum 1968, 1975, 1984 dan 1994 bersifat sentralistik,
sedangkan KBK dan KTSP bersifat desentralistik. Dalam KTSP
pengembangannya dilakukan oleh guru dengan tetap berdasarkan kepada ketentuan yang telah ditetapkan oleh BSNP.
KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan efesiensi pendidikan agar dapat dimodifikasikan dengan keinginan masyarakat setempat, serta menjalin keIja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal tersebut dapat dilakukan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat.5
Dalam pelaksanaannya, KTSP dibuat oleh guru di setiap satuan pendidikan untuk menggerakkan kegiatan utama pendidikan, yaitu
pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum ini dapat lebih disesuaikan dengan kondisi disetiap daerah bersangkutan, serta memungkinkan untuk
memperbesar porsi muatan lokal.
KTSP memberi peluang bagi kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk
melakukan inovasi dan improvisasi sekolah, berkaitan dengan masalah
kurikulum, pembelajaran, managerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari
aktivitas, kreativitas dan profesionalisme yang dimiliki. Pelibatan masyarakat
dalam pengembangan kurikulum mendorong sekolah untuk lebih terbuka,
demokrasi dan bertanggung jawab. Dengan demikian, dibutuhkan guru-guru
yang profesional untuk dapat menerapkan KTSP dengan baik dalam
pembelajaran.
Pendidikan Agama Islam (PAl) sebagai salah satu bidang studi wajib di
setiap sekolah, harns menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah,
termasuk kebijakan dalam hal KTSP ini. Materi PAl harus dikembangkan
sesuai dengan standar KTSP. Pendidikan Agama Islam (PAl) tidak boleh
hanya memusatkan perhatiannya terhadap aspek kognitif semata tetapi juga
harns mengedepankan aspek afeksi dan psikomotorik.
Muhaimin berpendapat bahwa :
Sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, PAl memiliki beberapa kendala, antara lain yaitu kurikulum pendidikan agama yang terlampau padat materi, dan materi tersebut lebih mengedepankan aspek pemikiran ketimbang membangun kesadaran keberagamaan yang utuh. Selain itu, metodologi pembelajaran pendidikan agama di sekolah kebanyakan masih menggunakan cara-cara pembelajaran tradisional, serta terbatasnya sarana dan prasarana termasuk bahan-bahan bacaan keagamaan yang dapat membangun kesadaran beragama.6
Dalam konteks sistem pembelajaran, titik lemah pendidikan agama Islam lebih terletak pada komponen metodologinya. Kelemahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :
(I) kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi "makna" dan "nilai" atau kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik; (2) kurang dapat beIjalan dengan bersama dan bekeIja sama dengan program-program pendidikan non-agama; (3) kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang teIjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya, dan/atau bersifat statis akontekstual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.7
Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi belajar "bam" yang lebih memberdayakan slswa. Sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dipikiran mereka sendiri. Salah satu strategi belajar yang "bam" yaitu Constektual Teaching Learning(CTL). Dengan CTL memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pelaksanaan CTL dalam mata pelajaran PAl menjadi sebuah kehamsan, karena dapat membantu percepatan siswa dalam memahami, menghayati dan mempraktikkan ajaran agama Islam. CTL menjadi prioritas pendekatan dalam pembelajaran yang relevan dalam konteks KTSP. Para guru PAl hendaknya memiliki kesadaran
dan kesediaan untuk melaksanakan pendekatan CTL sebagai wujud mensukseskan program KTSP.
Dalam hal ini terdapat beberapa kendala dalam penerapan KTSP, antara
I ·am yaItu:. 8
I. Belum semua kabupaten/kota dan satuan pendidikan memperoleh sosialisasi dan pelatihan tentang KTSP.
2. Pemahaman warga sekolah (guru, kepala sekolah dan sebagainya) tentang KTSP belum merata. Bahkan ada yang sama sekali belum pemah memperoleh penjelasan tentang KTSP.
3. Sebagian besar guru belum mampu menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran masing-masing mata pelajaran yang diampunya.
Pembelajaran PAl SMP di Gugus 02 Wilayah Ciputat Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten ."
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Banyak guru agama yang belum siap untuk menerapkan KTSP dalam pembelajaran.
2. Belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai guna mendukung penerapan KTSP.
3. Masih banyak kepala sekolah belum melaksanakan dan menginformasikan KTSP kepada pihak terkait, terutama dalam usaha penerapan KTSP dalam pembe1ajaran khususnya pada mata pelajaran PAL
4. Masih teIjadi kebingungan dari berbagai pihak terutama guru dalam penerapan KTSP.
5. Masih perIu sosialisasi yang lebih untuk meningkatkan pemahaman warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa dan komite sekolah) mengenai KTSP.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberikan batasan-batasan agar penelitian ini lebih terfokus pada obyek yang diteliti, sehingga diharapkan bisa mendapatkan hasil yang komprehensif, yaitu : 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dimaksud adalah
mengenai teori KTSP serta penerapannya dalam proses pembeJajaran mata pelajaran PAL
2. Pembelajaran PAl yang dimaksud adalah pelaksanaan guru PAl memproses pembelajaran di kelas. Aspek yang akan dilihat adalah aspek aqidah, akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), al-Qur'an dan Hadits. 3. Kesiapan guru yang dimaksud adalah kesiapan dari segi akademik dan
Sedangkan dari segi administratif berhubungan dengan kesiapan guru agama dalam menerapkan KTSP dalam bidang studi PAL
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah maka perumusan masalah yang diajukan adalah: "Bagaimana kesiapan guru PAl SMP di Gugus 02 Wilayah Ciputat dalam menerapkan KTSP pada bidang studi PAI?"
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan guru PAI SMP di Gugus 02 Wilayah Ciputat dalam menerapkan KTSP pada bidang studi PAL
F. Manfaat Penelitian
I. Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan pengetahuan penuiis tentang kesiapan guru agama SMP di gugus 02 wilayah Ciputat dalam memahami dan menerapkan KTSP pada pembelajaran PAL
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada guru khususnya guru PAI mengenai kesiapannya dalam melaksanakan KTSP pada pembelajaran PAL
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kepala sekolah mengenai kesiapan para guru dalam memahami dan menerapkan KTSP, sehingga dapat ditentukan upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru.
A. Landasan
Teori
1. Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a. Latar Belakang Munculnya Kebijakan KTSP
Kurikulum-kurikulum yailg disusun secara nasional ternyata mengalami banyak kendala dan dirasakan kurang mampu menyentuh peIDlasalahan dan kenyataan pendidikan yang berada di sekolah dan masyarakat kalangan bawah karena apa yang dipikirkan oleh pemerintah pusat belum sepenuhnya sesuai dengan karakteristik, kondisi, potensi daerah, sekolah, masyarakat dan peserta didik. Sehingga apa yang ada dalam kurikulum sering kali tidak dapat dilaksanakan dengan baik disekolah.
Adapun dalam KBK, peserta didik diarahkan untuk menguasai
sejumlah kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditentukan.1
Namun dalam peJjalanannya, KBK mendapat kritikan antara lain:2
1). Masih ada sarat dengan materi sehingga ketakutan guru akan dikejar-kejar materi seperti yang teJjadi pada kurikulum 1994 akan terulang kembali.
2). Pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional masih terlalu intervensi terhadap kewenangan sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
3). Masih belum jelasnya (bias) pengertian kompetensi sehingga ketika diterapkan pada standar kompetensi kelulusan belum terlalu aplikatif
4). Adanya sistem penilaian yang belum begitu jelas dan terukur.
Melalui kebijakan pemerintah, KBK mengalami revisi, dengan
dikeluarkannya Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar lsi, Permen
Diknas Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Kelulusan, dan Permen
Diknas Nomor 24 tentang pelaksanaan kedua Permen di alas. Ketiga
Permen tersebut dikeluarkan pada tahun 2006. Pada tahun inilah,
pemerintah menerapkan KTSP sebagai penyempurnaan dari KBK.
KTSP muncul karena KBK dianggap masih sarat dengan beban
belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas masih dipandang
terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena :tu,
dalam KTSP beban belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat oatuan
pendidikan (sekolah, guru dan komite sekolah) diberikan kewenangan
untuk mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus
dan beberapa komponen kurikulum laiunya.
KTSP ini lahir seiring dengan pembelakuan Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Salah satu perbedaan KTSP dibandingkan dengan kurikulum yang
Kedua, sebagai kurikulum operasional, para pengembang KTSP,
dituntut dan harns memperhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan
bunyi Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ayat 2, yakni bahwa
kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik. Walaupun standar isi ditentukan oleh
pemerintah, akan tetapi dalam operasional pembelajarannya yang
direncanakan dan dilakukan oleh guru dan pengembang kurikulum
tidak terlepas dari keadaan dan kondisi daerah.6
Ketiga, sebagai kurikulum operasional, para pengembang
kurikulum di daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan
kurikulum menjadi unit-unit pelajaran, misalnya dalam
mengembangkan strategi dan metode pembelajaran, dalam
menentukan media pembelajaran, dalam menentukan evaluasi yang
dilakukan terrnasuk dalam menentukan berapa kali pertemuan dan
kapan suatu materi harns dipelajari siswa agar kompetensi dasar yang
telah ditentukan dapat tercapai.7
Dari uraian diatas, penulis berpendapat bahwa KTSP berbeda
dengan kurikulum-kurikulum sebelurnnya, misalnya kurikulum 1994.
Kurikulum ini dikembangkan secara terpusat atau sentralistik, satu
kurikulum berlaku untuk seluruh tanah air tanpa memperhitungkan
kebutuhan dan potensi daerah. Lain halnya dengan KTSP, kurikulu.m
disusun oleh satuan pendidikan, yaitu sekolah. Tiap sekolah menynsun
kurikulum sendiri dengan memperhatikan kepentingan daerah.
Pengelolaan pengembangan kurikulum ini bersifat desentralistik.
Namun demikian, pengembangan KTSP tetap harns berpedoman pada
ketetapan-ketetapan yang telah disusun pemerintah secara nasional,
seperti standar kompetensi lulusan, standar kompetensi, kompetensi
terpusat oleh BSNP. Penjabarannya da1am bentuk silabus, program pembelajaran tahunan/semester, satuan pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), rencana penilaian dan perangkat kurikulum lainnya dikembangkan oleh sekolah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa KTSP tidak murni desentralisasi, tetapi masih ada unsur sentralisasinya, sehingga dapat disebut sebagai pengembangan kurikulum sentral-desentral.
c. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Sebelum membahas karakteristik KTSP, akan diuraikan terlebih dahulu mengenai teori-teori belajar yang mendasari KTSP. Dalam literatur yang diperoleh, sedikitnya ada dua teori belajar yang mendasari lahirnya KTSP yaitu teori beJajar humanistik dan konstruktivis.
Teori belajar humanistik lebih mengutarnakan peranan Slswa. Konsep pendidikan ini bertolak dari anggapan dasar bahwa sejak dilahirkan, anak teJah memiliki potensi-patensi, baik potensi untuk berpikir, berbuat, memecahkan masalah' maupun untuk belajar dan berkembang sendiri. Pendidikan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Peserta didik menjadi subjek pendidikan, dialah yang menduduki tempat utama dalam pendidikan. Pendidik menempati posisi kedua, bukan lagi sebagai penyampai informasi atau sebagai model dan ahli dalam disiplin ilmu. Guru adalah pembimbing, pendorong (motivator), fasilitator dan pelayan bagi siswa.8
konstruktivis senng disebut pengajaran yang berpusat pada siswa
(student centered instruction). Di dalam kelas yang pengajarannya terpusat pada siswa, peranan guru adalah membantu siswa menemukan
fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan
ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.1O
Tujuan pembelajaran konstruktivis menekankan pada penciptaan
pemahaman, yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam
konteks nyata. Berdasarkan hal ini, maka teori konstruktivis menjadi
filosofis adanya srtategi belajar CTL (Contextual Teaching and Leraning). Dengan CTL diharapkan siswa belajar melalui pengalaman bukan menghafal. Dengan demikian siswa mampu mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks
kehidupan.
Dari penjelasan tentang teori humanistik dan konstruktivis diatas,
penulis menyimpulkan ciri-ciri dari kedua teori tesebut memiliki
kesamaan, yaitu: pertama, kedua cara belajar tersebut terpusat pada siswa(student centered). Kedua, guru bukan hanya pemberi infonnasi saja, namun juga sebagai fasilitator, motivator dan mediator. Kefiga, pendidikan dalam teori ini bertujuan untuk membentuk kepribadian
anak didik secara utuh dan seimbang antara kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada teori humanistik dan
konstruktivis inilah, penulis berpendapat bahwa KTSP dikemas dalam
kedua teori belajar ini. Hal mana dapat dilihat dari karakteristik KTSP
K d . 11
menurut unan ar yaltu :
1). Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.
2). KTSP berorientasi pada hasil belajar(learning outcomes).
3). Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4). Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5). Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Dari karakteristik KTSP yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa KTSP bertujuan untuk membentuk pribadi peserta didik secara seimbang baik segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam KTSP, sumber belajar bukan hanya guru. Fungsi guru bukan sekedar memberikan informasi, namun juga sebagai fasilitator, mediator, motivator dan lain sebagainya. Metode pembelajaran yang digunakan harus bervariasi yang dapat mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, siswa
ュ・セ。、ゥ pusat utama dalam pembelajaran(student centered).
Dari penjelasan mengenai karakteristik KTSP di atas, penulis berpendapat bahwa KTSP memiliki kesamaan dengan ciri teori belajar humanistik dan konstruktivis. Dari sinilah dapat dikatakan bahwa KTSP dikemas dalam teori belajar humanistik dan konstruktivis.
Selain itu, E. Mulyasa juga mengungkapkan karateristik KTSP, yakni :12
1). Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. 2). Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah me1alui bantuan keuangan, tetapi melalui komite seko1ah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3). Kepemimpinan yang demokratis dan professional
sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru yang direkrut oleh sekolah adalah pendidikan profesional dalam bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan pola kineJja professional yang disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran peserta didik.
4). Tim-KeJja yang kompak dan transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung oleh kineJja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan.
Jika dibandingkan antara karakteristik yang dikemukakan oleh
Kunandar dan E. Mulyasa, penulis berpendapat bahwa karakteristik
Kunandar dilihat dari segi penge10laan atau pengembangan kurikulum
oleh guru di kelas, sedangkan karakteristik KTSP yang diutarakan oleh
E. Mulyasa dipandang dari segi pengembangan kurikulum oleh
masing-masing satuan pendidikan yang melibatkan pihak-pihak
sekolah, seperti kepala sekolah, guru, siswa dan masyarakat sekitar.
d. Prinsip Pengembangan KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan oleh sekolah berpedoman pada standar
kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat oleh BSNP, dengan memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut :13
I). Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta
didik dan lingklmgannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki POSlSl sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.14
2). Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.15
3). Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4). Relevan dengan kebutuhan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia keJja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harns mempertimbangkan dan memperhatikan pengembangan integritas pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir (thinking skill), kreatifitas sosial, kemampuan akademik, dan keterampilan vokasional.16
14E. Mulyasa,Kurikulum Tingkal ... , 152.
5). Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulwn mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.17
6). Belajar sepanjang hayat
Kurikulwn diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulwn mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, informal dan nonformal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembanganh manusia seutuhnya.18 7). Seimbang antara kepentingan global, nasional dan loka!'
Kurikulwn dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara. Kepentingan global, nasional dan lokal hams saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya dalam pelaksanaan pengembangan, KTSP juga hams memperhatikan prinsip pelaksanaan KTSP, diantaranya sebagai berikut:19
I). Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
2). Pengembangan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
3). Keragaman potensi dan ka!akteristik daerah dan lingkungan 4). Tuntutan pengembangan daerah dan nasional
5). Tuntutan dunia keIja
17 Kunandar,Guru ... ,h. 141.
6). Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 7). Agama
8). Dinamika perkembangan global 9). Persatuan dan nilai-nilai kebangsaan
10). Kondisi sosial budaya masyarakat setempat 11). Kesetaraan gender
12). Karakteristik satuan pendidikan
Jika dilihat dari prinsip-prinsip pengembangan dan pelaksnaan KTSP diatas, penulis dapat menyatakan bahwa Indonesia bukanlah negara sekuler yang memisahkan antara pendidikan dengan agama. Hal ini dapat dibuktikan bahwa peningkatan iman dan takwa serta akblak mulia menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum. Selurub mata pelajaran yang disusun serta pengalaman belajar yang diberikan pada anak didik, semuanya diarahkan untuk membentuk keimanan, ketakwaan serta pembentukan akhlak yang mulia. Selain itu, Indonesia sangat menghargai kehidupan antar umat beragama. Hal ini dapat dilihat bahwa kurikulum harns dikembangkan agar peserta didik dapat berperilaku sesuai dengarl nilai-nilai agama yang dipeluknya dan dapat bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain.
desentralisasi namun tetap menjunjung persatuan dan nilai-nilai kebangsaan.
e. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan beserta
Pengembangannya
KTSP harns dikembangkan sesuai dengan VISI, misi, tujuan,
kondisi dan ciri khas satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya penyusunan KTSP mencakup komponen sebagai berikut:
1). Visi dan misi satuan pendidikan.
Kepala sekolah harns terlebih dahulu memaharni visi itu sendiri. Dalam mengembangkan visinya, kepala sekolah harns mampu mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang relevan bagi kegiatan internal sekolah. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, kekuatan yang berhubungan dengan apa yang sedang berlangsung di luar sekolah. Kedua, kekuatan yang berhubungan dengan klien pendidikan, yaitu latar belakang sosial, aspirasi keuangan, sumber-sumber masyarakat dan karakteristik lingkungan. 20
2). Tujuan pendidikan satuan pendidikan
Dalam pengembangan KTSP, satuan pendidikan harns menyusun program peningkatan mutu yang mencakup tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai, untuk program jangka pendek maupun program jangka panjang (strategis).21
3). Menyusun kalender pendidikan
didik: dan
masyarakat,
dengan memerbatikan kalender pendidikanba
.
dalam ----"-_ ..22se セュ。ョ。 tercantum :mlllu....lSI.
Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembangan
kurikulum hams mampu mengbitung jam belajar. efektif untuk
pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikannya dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu. Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efesiensi, efektifitas dan hak-hak peserta didik.
4). Struktur muatan KTSP
Struktur KTSP memuat : mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembagan diri, pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global?3 5). Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumberlbahan/alat belajar.24
6). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan standar isi dan dijabarkan dalam silabus.25
22Masnur MusJich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan,(Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), h. 15.
Dalam pengembangkan KTSP harus memperhatikan
komponen-komponen yang telah dijelaskan di atas. Sebelumnya telah dibahas
mengenai komponen kurikulum yang terdiri dari tujuan, bahan ajar,
proses belajar mengajar dan evaluasi. Komponen kurikulum ini
menjadi acuan pembelajaran secara umum. Adapun komponen KTSP
merupakan pengembangan komponen yang termuat dalam standar isi.
Standar isi adalah "Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu, yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus mata
pelajaran.,,26 Standar isi mencakup kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
kalender pendidikan akademik. Melihat dari cakupan ini dapat
dikatakan bahwa komponen-komponen KTSP merupakan
pengembangan dari standar isi yang telah ditetapkan oleh BSNP
(Badan Standar Nasional Pendidikan). Standar Nasional Pendidikan
bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak mulia serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
f. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Implementasi kurikulum adalah "operasionalisasi konsep
kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual
dalam bentuk kegiatan pembelajaran.,,27
Secara garis besar, implementasi kurikulum tingkat satuan
pendidikan mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan
program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi.:18
26 E. Mulyasa, Kuriku/um yang Disempurnakan Pengernbangan Standar Kompelensi dan
1) Pengembangan Program
Pengembangan kurikulum mencakup peengembangan program tahunan, program semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling?9
a). Program Tahunan, merupakan program umum setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program 1111 perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran. Adapun sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan ini antara lain daftar kompetensi standar, skope dan sekuensi setiap kompetensi.
b). Program Semester, berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Pada umumnya program semester ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan dan keterangan-keterangan.
c). Program Modul (pokok bahasan), merupakan penjabaran dari program semester. Pada umumnya dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Modul ini berisikan lembar kegiatan siswa, lembar keIja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban dan kunci jawaban.
d). Program Mingguan dan Harian, merupakan penjabaran dari program semester dan modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang, begi peserta didik.
pembe1ajaran. Jika terdapat peserta didik yang mencapai tujuan
kurang dari 65 % ataupun mengalami kesulitan belajar, maka
sekolah perlu memberikan kegiatan remedial. Adapun bagi
siswa yang mencapai tujuan lebih dari 65 % diberikanlah program pengayaan.
f). Program Bimbingan dan Konseling, sekolah berkewajiban memberikan bimbingan konseling kepada peserta didik yang
menyangkut pribadi, sosial, belajar dan karier.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran dimana hasil
belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem
penyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan
secara tertulis sejak perencanaan dimulai. Prinsip utama dalam
proses pembelajaran adalah adanya keterlibatan seluruh atau
sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan non fisik) dan
kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa yang
akan datang(life skill).
Pada umumnya, pelaksanaaan pembelajaran berbasis KTSP
mencakup tiga hal, yaitu :30
a). Tahap pra instruksional
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau
siswa pada tahapan ini, yakni :31
(1) Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran dapat dijadikan salah satu tolak ukur kemampuan guru mengajar.
(2) Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pembelajaran sebelumnya. Dengan hal ini guru dapat mengkaji atau mencek kembali ingatan siswa terhadap bahan yang telah diberikan.
(3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sarnpai dimana pemaharnan materi yang telah diberikan.
(4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasinya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. (5) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan
pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari itu, dan sebagai usaha dalarn menciptakan kondisi belajar siswa.
Tujuan tahapan ini pada hakikatnya adalah mengungkapkan kembali tanggapan sisiwa terhadap bahan yang telah diterimanya dan menumbuhkan kondisi belajar dalarn hubungannya dengan pembelajaran hari itu.
b). Tahap lnstruksional
Terdapat beberap kegiatan dalarn tahap ini, antara lain:32
(1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harns dicapai
(2) Menulis pokok materi yang akan dibahas hari itu (3) Membahas pokok materi yang akan dibahas hari itu (4) Memberikan contoh-contoh, pertanyaan dan tugas
kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemaharnan dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
(5) Penggunan alat bantu pengajaran untuk mempeIjelas pembahasan setiap pokok materi.
(6) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semuas pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan dapat juga dibuat guru bersarna-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
c). Tahap Evaluasi dan Tidak Lanjut.
mengetahui tingkat keberhasilan dari tahap inti. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :33
(1) Mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahap inti, baik lisan maupun tulisan. Apabila kira-kira 70 persen dari jumlah siswa di kelas tersebut dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, maka proses pengaj aran dikatakan berhasil.
(2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70 persen, maka guru hams mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa.
(3) Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rurnah yang ada hubungan dengan topik atau pokok materi yang telah dibahas.
(4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan materi atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
Ketiga tahapan yang telah dibahas di atas merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu tidak terpisahkan satu sarna lain. Kegiatan pembelajaran ini hendaknya dititikberatkan kepada siswa. Untuk itu maka haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif, misalnya CTL, life
skill, portopolio, dan lain sebagainya.
3) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi hasil belajar adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar peserta didik setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu.34
dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,
benchmarking,penilaian program dan tindak lanjut, yaitu :35
a). Penilaian Kelas
Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasiI belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Penilaian dapat dilakukan dalam situasi formal maupun informal, di dalam kelas maupun di luar kelas, terintegrasi dengan kegiatan belajar atau bisa pula dilakukan pada waktu tertentu.36
b). Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran. Tes kemampuan dasar ini dilakukan pada setiap tahun.37
c). Penilaian Akhir Satuan Pendidikan
[image:36.595.113.474.105.660.2]Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Dan untuk keperluan sertifikasi, kineJja, dan hasiI belajar dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar.38
d). Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kineJja yang sedang beJjalan, proses dan hasiI untuk mencapai
35E. Mulyasa,Kurikulum Tingka/... , 258-261.
36Mimin Haryati,Model Teknik Penilaian Pada Tingka/ Sa/uan Pendidikan, (Jakarta: Gaung
suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah dan nasional. Untuk memperoleh data tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. Hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memberikan nilai akhirpeserta didik. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru dan kineJja sekolah.39
e). Penilaian Program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinyu dan berkesinambungan. Penilaian program ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi. dan tujua:l pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tUIltutan perkembangan masyarakat.40
f). Tindak lanjut
Dalam KTSP. terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain mencakuP peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik. serta peningkatan motivasi belajar.41
EvaJuasi dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke indikator-indikator yang telah ditentukan. Sekolah menetapkan minimal 75 persen indikator-indikator yang dianggap sangat penting dan mewakili masing-masing kompetensi dasar dan hasil belajamya untuk dinilai.
Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 %-100 % . Krietria
ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60 %. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50 %, 60 % atau 70 %. Penetapan ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti kemampuan peserta didik dan guru serta ketersediaan prasarana dan sarana.
Agar kurikulum dapat diimplementasikan secara efektif, hendaklah guru meningkatkan kualitas pengetahuan serta memahami mengenai KTSP sehingga dapat mengimplementasikan KTSP dengan melakukan tiga kegiatan yang telah dijelaskan sebelwnnya. Dengan demikian guru dapat menerapkan KTSP dalam pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
g. Kelebihan dan Kekurangan KTSP
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan-kelebihan masing-masing tergantung kepada situasi dan kondisi saat dimana kurikulum tersebut dilakukan. Diberlakukannya KTSP secara menyeluruh di semua sekolah-sekolah di Indonesia memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah:42
I). Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
2). Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitas.1ya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
3). KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
4). KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20%.
Di samping memiliki kelebihan-kelebihan, penerapan KTSP juga
memiliki kelemahan-kelemahan, antara laian yaitu:
1). Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
2). Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
3). Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
4). Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang pendapatan para guru.43
Beberapa faktor kelemahan di atas hams menjadi perhatian bagi
pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak menambah daftar
persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan Indonesia. Jika
tidak, pemberlakuan KTSP tidak dapat dipastikan akan mampu
untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
2. Hakikat Guru PAl
a. Pengertian Guru PAl
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia "Gum adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.,,44
Pengertian ini memang dipandang terlalu sempit dimana hanya
seorang yang pekerjaannya mengajar maka dia disebut guru.
Undang-undang RI Nomor 14 Tahunn 2005 tentang Guru dan Dosen, memberikan pengertian guru dengan "Pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengall.',45 Pengertian ini mengarahkan pada profesionalisasi tugas
43Imam Hanafie, "Kelebihan nan Kekurangan KTSP", dali http://www.e-smartschool.com. 18
Desember 208.
keguruan, bahwa guru merupakan pengajar, pembimbing, pelatih, dan evaluator bagi anak didik.
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan dapatlah dinyatakan bahwa tugas seorang guru bukan hanya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, namun juga bertugas menanarnkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar mereka memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Pendidik bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, namun juga sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar beJjalan dengan baik.
Adapun agama Islam sebagai bidang studi yaitu :
Upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan s1kap hidup) seseorang. Pendidikan agama islam sebagai mata pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seorang atau sekelompok peserta didik dalam menanarnkan danJatau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dan keterampilan hidupnya sehari-hari.46
Dengan demikian seseorang yang mendidik pada bidang studi agama Islam di sekolah disebut Guru Pendidikan Agama Islam (PAl). Ia 「・イエオァ。セ untuk mengarahkan dan membimbing anak didik menjadi manusia yang dewasa, serta berusaha menanarnkan nilai-nilai Islam kepada siswa, serta berusaha untuk membangkitkan kesadaran pelajar agar dapat mengaplikasikan nilai-nilai Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan
dan bertugas sebagai pendidik. Bahkan orang-orang berilmu
pengetahuan yang mengajarkan ilmunya kepada mereka yang
membutuhkan disukai oleh Allah dan dido'akan oleh penghuni langit,
penghuni bumi, seperti semut dan ikan di dalam laut agar ia
mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan. Rasulullah Saw
bersabda:47
" -''" " . . " "'." ." "
セ :(JLt) Nセ ::;.; :;....;.. セL「M \.lA ZHセ
y\
JLt) (;;0\
=.,..81
"Muhammad bin Abdul-A 'la menceritakan kepada kami, Salmah bin
Raja' memberitahukan kepada kami, Al-Walid bin Jamil
memberitahukan kepada kami, Af.·Qasim Abu Abdur Rahman
memberitahukan kepada kami, dari Abu Umamah Al-Bahili berkata: "Disebutkan disisi Rasulullah SAW dua orang, yang satu seorang ahli ibadah, dan yang lain seorang 'alim (pandai), Rasulullah SA W bersabda: "Keutamaan orang pandai atas orang ahli ibadah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah diantara kamu, kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci, malaikat-Nya, penghuni-penghunu langit-Nya dan bumi-Nya termasuk semut dalam lubangnya dan termasuk ikan dalam laut akan mendo'akan keselamatan bagi orang-orang yang mengajar manusia kepada kebaikan. "
Hadits ini adalah hadits hasan gharib shahih.
Aku mendengar Abu Ammar AI-Husain bin Huraits Al-Khuzai' berkata: Aku mendengar Al-Fudhail bin Iyadh berkata: "Orang 'alim (pandai) yang mengamalkan dan mengajar dipanggil sebagai orang besar di kerajaan langil.49
b. Standar Kompetensi Guru PAl
1). PengertianStandarKomvetensi Guru PAl
Kompetensi adalah "Seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harns dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.,,50
Menurut Abdul Majid,
kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harns dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalanl bidang pekeljaan tertentu. Sifat inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harns ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Depdiknas merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampiulan dan
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.51
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitasnya dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya, guru bukan saja hams pintar tapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa standar52 kompetensi guru agama adalah seperangkat pengetahuan agama, keterampilan dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai aJaran Islam, penghayatan dan penguasaan nilai-nilai tersebut dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya sebagai guru agama.
2). Ruang Lingkup Standar Kompetensi Guru PAl
Menurut Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi yang hams dimiliki guru meliputi :
pertama, kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kedua, kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhJak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Ketiga, kompetensi professional, yakni kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Keempat, kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesame guru, orang tualwali peserta didik dan masyarakat sekitar.53
Adapun menumt Kunandar, kompetensi guru mencakup :
pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan
51 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan S/andar Kampe/ensi Guru,
(Bandung: PT Remaja RosdaKatya, 2007), Cet. 3, h. 5.
52 5tandar adalah suatu ktitetia yang telah dikel11bangkan dan ditetapkan herdasarkan atas
untuk menunjang berbagai aspek kineIja sebagai guru.
Kedua, kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai
guru dalam berbagai situasi. Ketiga, kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri. Kompetensi pribadi meliputi kemampuan-kemampuan dalam memahami diri, mengelola diri, mengendlikan dii dan menghargai diri. Keempat, kompetensi sosial meliputi kemampuan interaktif, dan pemecahan masalah kehidupan sosial. Kelima,kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan serta pengamalan kaidah-kaidah keagamaan.54
Jika diperhatikan, kompetensi guru yang dikemukakan oleh Kunandar tidak bertentangan dengan kompetensi menurut Undang-Undang Guru dan Dosen. Narnun, Kunandar membagi kompetensi kepribadian menjadi dua yaitu kompetensi pribadi dan kompetensi spiritual. Kompetensi intelektual menurut Kunandar sarna halnya dengan kompetensi profesional, dan kompetensi fisik sama dengan kompetensi pedagogik.
Adapun ruang lingkup standar kompetensi guru meliputi tiga komponen, yaitu:
Tabel2.1
Tabel Komponen Kompetensi Guru Komponen Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi Indikator 1. Penyusunan 1. Mampu mendeskripsikan
rencana tujuanlkompetensi pembelajaran pembelajaran
2.
Mampu memilih/menentukan materi3. Mampu mengorganisir materi
4. Mampu menentukan metodelSlrntegi pembelajaran
5.
Mampu menentukan sumberbelajar/media/alat peraga pembelajaran
6.
Mampu menyusun perangkat penilaian7.
Mampu menentukan tekhnik penilaian 8. Mampu mengalokasikan waktu2. Pelaksanaan 1. Mampu membuka pelajaran interaksi
2.
Mampu menyajikan pelajaranbelajar 3. Mampu menggunakan metodelmedia mengajar 4. Mampu menggunakan alat peraga
5.
Mampu menggunakan babasan yang komunikatif6.
Mampu memotivasi siswa7.
Mampu mengorganisasi kegiatan8. Mampu berinteraksi dengan Slswa secara komunikatif
9. Mampu menyimpulkan pembelajaran
10. Mampu memberikan umpan balik
[image:45.595.114.470.95.723.2]3. Penilaian prestasi belajar pesertadidik
4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik
I. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran
2. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda
3. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid
4. Mampu memeriksa jawab
5. Mampu mengklasifikasikan hasil-hasil penelitian
6. Mampu mengolahdanmenganalisis basil penilaian
7. Mampu mengolah hasil penilaian 8. Mampu membuat interpretasi
kecendrungan hasil penilaian 9. Mampu menentukan korelasi antara
soal berdasarkan hasil penilaian.
10. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian
II. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis.
I. Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian
2. Mengklasifikasikan kemampuan siswa 3. Mengidentifikasikan kebutuhan tindak
lanjut hasil penilaian 4. Melaksanakan tindak lanjut 5. Mengevaluasi hasil tindak lanjut 6. Menganalisis basil evaluasi program
b). lCornponen kornpetensi pengernbangan potensi yang diorientasikan pada pengernbangan profesi.56
Tabel2.2
Tabel Komponen Kompetensi Guru Komponen Kompetensi Pengembangan Potensi Kompetensi Indikator
I. Pengembangan I. Mengikuti infonnasi perkernbangan Profesi lPTElC yang rnendukung profesi
rnelalui berbagai kegiatan ilmiah
2.
Mengalihbahasakan buku pelajanmlkarya ilmiah3. Mengembangkan berbagai model pembdajaran
4. Menulis makalah
5. Menulislmenyusun diklat pelajaran
6.
Menulis buku pelajaran7.
Menulis modul8.
Menulis karya ilmiah9. Melalrukan penelitian ilmiah(action research)
10. Menemukan teknologi tepat guna
11. Mernbuat alat peragalmedia
12.
Menciptakan karyasem
13.
Mengikuti pelatihan terakreditasi14. Mengikuti pendidikan kualifikasi
[image:47.595.113.472.149.656.2]c). Komponen kompetensi penguasaan akademik yang mencakup (1) pemahaman wawasan kependidikan (2) penguasaan bahan kajian akademik.57
Tabel2.3
Tabel Komponen Kompetensi Guru Komponen Kompetensi Penguasaan Akademik Kompetensi Indikator
1.Pemahaman 1. Mernahami visi dan misi
wawasan 2. Memaharni hubungan pendidikan dan pengaJaran
3. Mernahami konsep pendidikan dasar dan rnenengah
4.
Memabami fungsi sekolab5.
Mengidentifikasi pennasa1aban umum pendidikan dalam hal proses dan hasil pendidikan6. Membangun sistem yang rnenunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah
2. Penguasaan 1. Mernahami struktur pengetabuan bahan kajian 2. Menguasai substansi rnaten
akademik 3. Menguasai substansi kelmasaan sesuai dengan jenis pelayan yang dibutuhkan slswa
hams memenuhi persyaratan tertentu. Dalam hal ini Prof Dr. M. Athiyah Al-Abrasyi menyebutkan beberapa syarat yang hams dipenuhi oleh seorangguruagama, yaitu :58
a). Zuhud, tidak mengutarnakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata. Syarat ini termasuk pada kompetensi pribadi.
b). Seorang guru hams bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan dan lain-lain sifat yang tercela. Syarat ini dikategorikan sebagai kompetensi pribadi.
c). IkhIas dalam pekerjaan. Keikhlasan dan kejujuran seorang guru didalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik kearah suksesnya didalam tugas dan sukses murid-muridnya. Syarat ini dapat dikategorikan sebagai kompetensi pribadi.
d). Seorang guru hams bersifat pemaaf terhadap murid-muridnya, ia sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan janganpemarah karena sebab-sebab yang kecil,. Berkepribadian dan mempunyai harga diri. Syarat ini dikategorikan sebagai kompetensi pribadi dan sosiaI. Karena dengan sifat-sifat tersebut diatas sangan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
e). Seorang guru hams mencintai murid-muridnya seperti cintanya terhadap anak-anaknya sendiri dan memikikirkan keadaan mereka seperti ia memikirkan keadaaan anak-anaknya sendiri.
{). Guru agama tidak asal mengajar saja, tetapi hams mengetahui tabi'at, adat, kebiasaan dan kemampuan berpikir agar dapat menentukan bahan pelajaran yang tepat bagi mereka. Syarat ini dapat disebut juga dengan kompetensi pedagogik, dengan demikian guru agama tidak hanya mempunyai teladan yang baik namun juga mampu untuk menyampaikan bahan pelajaran dengan tepat.
g). Memiliki ilmu agama yang cukup luas, memahami dan mengamalkannya. Syarat ini dapat dikategorikan sebagai kompetensi profesionaI.
Disamping itu, Abdurrahman an-Nahlawi menyarankan agar guru dapat melaksanakan tugas dengan baik harns memiliki sifat-sifat sebagai berikut:59
a). Tingkah laku dan pola poor guru bersifat Rabbani yaitu melihat dampak dan dalil-dalil atas keagungan AlIh Swt, khusyu' kepada-Nya dan merasakan keagungan-Nya pada setiap peristiwa, sejarah, sunnah, kehidupan, sunah alam atau hukmn alamo
b). Guru seorang yang ikhlas. Hendaknya dengan profesinya sebagai pendidik dan dengan keluasan ilmunya, guru hanya bermaksud mendapatkan keridhaan Allah Swt. c). Guru bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan
kepada anak-anak.
d). Guru jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya. Tanda kejujuran itu ialah menerapkan anjurannya itu pada dirinya sendiri. Jika ilmu dengan amalnya telah sejalan, maka para pelajar akan mudah meniru dan mengikutinya dalam setiap perkataan dan perbuatannya.
e). Guru senantiasa membekali diri dengan ilmu dan kesediaan membiasakan untuk terus mengkajinya.
f). Guru mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi, menguasainya dengan baik serta mampu menentukan dan memilih metode mengajar yang selaras bagi materi pengajaran serta situasi belajar mengaJarnya.
g). Guru mampu mengelola siswa, tegas dalam bertindak serta meletakkan berbagai perkara secara proporsional. h). Guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras
dengan masa perkembangannya ketika ia men..;ajar mereka, sehingga dia dapat memberlakukan mereka sesuai dengan kemampuan akal dan kesiapan psikis mereka.
i). Guru tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola piker angkatan muda. Disamping itu, hendaknya guru memahami pula berbagai problema kehidupan modem serta bagaimana cara menghadapi dan mengatasinya.
yang benar dan dengan memperhatikan setiap pelajar, sesuai dengan perbuatan serta kemampuannya.
Dari beberapa persyaratan di atas, penulis dapat mengatakan bahwa seorang guru agama hendaknya memiliki pengetahuan agama yang luas serta dapat mengamalkannya yang tampak dalam tingkah lakunya sehari-hari, misaInya penyabar, pemaaf, bersih jasmani dan rohaninya, serta ikhIas dalam menjalankan tugas mulia sebagai guru agama. Sehingga selain bertugas untuk mentransfer ilmu pengetahuan agama, guru agama juga menjadi teladan bagi anak didiknya. Selain itu, guru agama harus bekeIja sesuai dengan ilmu mendidik (metodik dan didaktik) yang sebik-baiknya disertai dengan ilmu pengetahuan yang cukup luas dalam bidangnya, yang dilandasi dengan rasa berbakti yang tinggi.
Bagi seorang guru agama, selain diperlukan syarat-syarat untuk menjadi guru, juga guru hendaknya mengetahui pula sekedar ciri perkembangan jiwa agama pacta anak dalam tiap tahap pada umur, serta mengetahui latar belakang dan pengaruh pendidikan, serta lingkungan di mana si anak lahir dan dibesarkan. Agar ia dapat melaksanakan tugasnya, dengan cara yang berhasil guna dan berdaya guna untuk mencapai tujuan pendidikan agama yang telah ditelltukan.60
c. Kesiapan Guru Agama Menerapkan KTSP
Kesiapan berasal dari kata "siap" yang artinya sudah sedia, sudah disediakan (tinggal mengenakan saja).,,61
Kesiapan adalah "keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi.,,62
60Zakiah Daradjat,llmu Jiwa Agama,(Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. 16, h. 123.
Dari pemyataan di atas dapat dikatakan bahwa kesiapan guru agama menerapkan KTSP adalah keseluruhan kondisi guru agama yang membuatnya bersedia untuk menerapkan KTSP dalam pembelajaran.
Menurut Slameto, kondisi-kondisi dalam kesiapan itu mencakup tiga aspek, yaitu:63
1. Kondisi fisik, mental dan emosional 2. Kebutuhan-kebutuhan, motiv dan tujuan
3. Keterampilan pengetahuan dan pengertian lain yang dipelajari. Ketiga aspek tersebut yang dimiliki seseorang akan memenuhi untuk berbuat sesuatu.
Agar guru agama mempunyai kesiapan dalam menerapkan KTSP, hendaknya guru PAl memiliki kondisi fisik, mental dan emosional yang stabil. Disamping itu, guru PAl baiknya mempunyai pandangan bahwa penerapan KTSP dalam pembelajaran merupakan suatu kebutuhan dalam rangka pencapaian セェオ。ョ pembelajaran. Dengan begitu, guru PAl terdorong untuk berusaha menerapkan KTSP. Kebutuhan yang disadari mendorong seseorang untuk berusaha atau membuat seseorang siap untuk berusaha. Selain itu, aspek yang tidak kalah pentingnya adalah guru PAl hendaknya mempunyal keterampilan dan pengetahuan yang luas, tidak saja mengenai agama namun juga meliputi pengetahuan-pengetahuan umum lainnya.
Mengenai "kesiapan" dibahas dalam teori belajar behavioristik.
Teori belajar ipj merupakan "proses perubahan tingkah Iaku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respon yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman barn. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respon dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.64
•
イNセ __. 0
Salah satu tokoh yang menganut teori behavioristikadalah Edward Lee Thorndike yang dikenal dengan teori koneksionisme. Menurut teori ini belajar adalah "pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon (S_R).,,65
Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar yang salah satunya adalah hukum kesiapan (law of readiness). Menurut hukum ini, hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu. Secara lengkap bunyi hukum ini adalah:
pertama, jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka tindakan atau respon yang dilakukannya akan memberi kepuasan, dan mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain. Kedua, jika seseorang memiliki kesiapan untuk merespon, kemudian tidak dilakukannya, maka dapat mengakibatkan ketidakpuasan, dan akibatnya orang tersebut akan melakukan tindakan-tindakan lain.
Ketiga, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk merespon, maka rcspon yang diberikan akan mengakibatkan ketidakpuasan. lmplikasi praktis dari hukum ini adalah, keberhasilan belajar seseorang sangat tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.66
Selain Thorndike, tokoh yang menganut teori belajar behavioristik adalah Robert Gagne. Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris
mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Berkaitan dengan hal tersebut, guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Dalam hal ini guru berperan dalam mengembangkan kurikulum dalam bentuk rencana yang operasional seperti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan membuat silabus dan RPP, guru dapat mengajar secara terprogram dan menjamin tercapainya kompetensi yang telah ditelapkan.
Dalam pelaksanaan KTSP dituntut tiga hal, yaitu:
pertama, kesiapan mentalitas sebagai tenaga edukatif. Kedua,
kesiapan profesional. Kesiapan profesional berkaitan dengan kemampuan "multiaspek", yakni: kemampuan dalam memahami proses, metodologi, tujuan KTSP sendiri sebagai sistem kurikulum yang partisipasif, kemampuan dalam bidang ilmu