• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah Dasar Gugus 03 Kecamatan Tigaraksa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah Dasar Gugus 03 Kecamatan Tigaraksa"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

RITTAH RIANI ROMDIN

1112018200014

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Supervisi manajerial merupakan kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah di dalam pengelolaan dan administrasi sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data dan kesimpulan tentang supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah dasar gugus 03 Kecamatan Tigaraksa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi/pengamatan, studi dokumen dan wawancara. Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini diantaranya reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan supervisi manajerial pengawas sekolah dasar gugus 03 Kecamatan Tigaraksa sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari intensitas kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah seperti, pegawasan, penilaian dan evaluasi, pembinaan, dan tindak lanjut. Namun adanya keterbatasan waktu, jarak, dan dana masih menjadi sebuah faktor kurang optimalnya pelaksaaan supervisi di sekolah binaan. Untuk itu hendaknya pengawas sekolah melakukan kegiatan supervisi manajerial secara berkala, terjadwal, dan intensif agar pengawas sekolah dapat melaksanakan tugasnya secara lebih optimal.

(8)

ii ABSTRACT

Name: Rittah Riani Romdin; NIM: 1112018200014; Managerial Supervision of Elementary School Supervisor Cluster 03 at Tigaraksa District, Thesis of Bachelor Degree, Faculty of Science Education and Teaching, Islamic State University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Managerial supervision is professional activities carried out by the school supervisor in order to assist the headmaster in management and administration of the school. It aims to improve the quality and effectiveness of an education and learning in the school.

This study aims to describe the data and conclusions about the managerial supervision carried out by the supervisor of elementary school cluster 03 at Tigaraksa district.

The method that used in this research is descriptive qualitative method, the data collection in this research are using observation, study documents and interviews. The data analysis techniques that used in this research are data reduction, data presentation and conclusion.

Based on the finding research, it can be seen that the implementation of managerial supervision for the elementary school supervisor cluster 03 at Tigaraksa district has good enough. It can be seen from the intensity of the activities of managerial supervision carried out by the supervisor of school such as, monitoring, assessment and evaluation, coaching, and follow-up. But the limitations of time, distance, and funding still be a factor for less optimal the implementation of supervision in target school. For that the supervisor of school should carried out the managerial supervision activities regularly, scheduled, and intensified so the supervisor of school can do the duties optimally.

(9)

iii

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T,

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis

mendapatkan hidayah dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

seiring salam penulis limpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad S.A.W

yang teramat besar cintanya kepada umatnya dengan tuntunannya menuju jalan

yang di ridhai Allah, semoga kemuliaan senantiasa terarah kepada keluarga,

sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan

gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Manajemen Pendidikan,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis

tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Terselesaikannya skripsi ini

tidak lepas dari bantuan serta dorongan dari orang-orang sekeliling penulis baik

semasa penulis kuliah maupun semasa penulis menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan

ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis selama ini;

3. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed.M.Phill, selaku Dosen Penasehat Akademik

yang telah memberikan pengarahan dan motivasi dalam menjalani

perkuliahan;

4. Drs. Muarif SAM, M.Pd dan Drs. Yefnelty Z, M.Pd, selaku Dosen

(10)

iv

arahan di tengah kesibukannya. Berkat kesabaran dan ilmunya dalam

membimbing, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah

mendidik dan memberikan pelayanan terbaik dengan ketulusan dan

dedikasi yang tinggi selama penulis menjalani perkuliahan;

6. Teristimewa Ayahanda Romdin dan Ibunda Hodijah, kedua orangtua

penulis yang selalu merawat, mendidik, memberikan nasehat dan

dukungannya dengan penuh kasih sayang serta do’a yang tak pernah henti

dipanjatkan kepada Allah S.W.T untuk penulis. Semoga Allah selalu

memberikan kesehatan dan umur yang panjang serta keberkahan;

7. Edi Rosadi, S.Pd selaku Pengawas Sekolah Dasar Gugus 03 yang telah

memberikan izin, bantuan dan waktu luangnya kepada penulis dalam

melakukan penelitian;

8. Segenap Kepala Sekolah dan Guru-Guru Gugus 03 Kecamatan Tigaraksa

yang telah memberikan izin, bantuan dan waktu luangnya kepada penulis

dalam melakukan penelitian;

9. Keluarga dan sanak-saudara tercinta yang selalu mendukung, memberikan

semangat serta doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

10. Kawan-kawan terhebat Wulan, Memey, Nufus, Dea, April, Rifdah, Dita,

Rista, Nada, Desi, dan Tia Okta yang selalu beriringan memberikan

dukungan dan semangat serta canda tawa, terima kasih telah menjadi

tempat ternyaman untuk berkeluh kesah. Semoga kita semua akan terus

bersama melewati fase demi fase dalam kehidupan ini.

11. Sahabat seperjuangan, Rizka Zayanna, Fisma, Putri, Dea, Denti, Adel,

Uqoh, Anna, Harsya, Agung P, Farras, Basit, Aris, Akbar, Aziz Abdi,

Asqol, dan teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan

2012, terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran berharga selama

masa perkuliahan yang sangat luar biasa. Semoga kita semua sukses dan

berguna bagi bangsa dan agama;

12. Untuk Kakak-kakak Manajemen Pendidikan khusunya Kak Ramon dan

(11)

v

partisipasi yang diberikan kepada penulis, mendapatkan balasan yang berlipat

ganda dari Allah SWT.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak dalam

bidang kependidikan, khususnya bermanfaat bagi penulis sendiri. Penulis

memohon maaf apabila dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Hanya kepada

Allah SWT segala sesuatu penulis kembalikan.

Jakarta, 30 November 2016

(12)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH LEMBAR PENGESAHAN PENGAJUAN SIDANG SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

SURAT KETERANGAN UJI REFERENSI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengawas Sekolah 1. Pengertian Pengawas Sekolah ... 9

2. Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah ... 11

3. Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah ... 14

B. Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah 1. Pengertian Supervisi Manajerial ... 20

2. Ruang Lingkup Supervisi Manajerial ... 24

3. Metode Supervisi Manajerial ... 25

C. Penelitian yang Relevan ... 31

D. Kerangka Berpikir ... 32

(13)

vii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Kisi-kisi Instrumen ... 38

G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 42

H. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitan ... 45

1. Deskripsi Gugus 03 Kecamatan Tigaraksa ... 45

2. Profil Pengawas Sekolah Gugus 03 Kecamatan Tigaraksa ... 51

B. Deskripsi, Analisis, dan Interpretasi Data 1. Program Supervisi Manajerial ... 54

a. Program Pengawasan ... 54

b. Program Penilaian dan Evaluasi ... 66

c. Program Pembinaan ... 69

d. Program Tindak Lanjut ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

(14)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dimensi Tugas Pengawas Sekolah ... 16

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 41

Tabel 3.4 Daftar Ceklis Dokumen ... 41

Tabel 4.1 Riwayat Jabatan Pengawas Sekolah ... 52

Tabel 4.2 Program Pengawasan Aspek Pengelolaan ... 57

Tabel 4.3 Program Pengawasan Aspek Pembiayaan ... 59

Tabel 4.4 Program Pengawasan Aspek Sarana dan Prasarana ... 62

(15)

ix 2. Lampiran – 2 Surat Bimbingan Skripsi

3. Lampiran – 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

4. Lampiran – 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 5. Lampiran – 5 Hasil Wawancara

6. Lampiran – 6 Profil Pengawas Sekolah 7. Lampiran – 7 Akreditasi Sekolah 8. Lampiran – 8 Instrumen Supervisi 9. Lampiran – 9 Jadwal Pengawas Sekolah

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini peran pendidikan yang sesungguhnya tidak hanya untuk

menangani berbagai perubahan yang ada, namun lebih kepada kebutuhan

masyarakat dan perkembangan zaman. Dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan dibutuhkan inovasi dan kreatifitas terkait pengelolaan sekolah dan

penataan sumber daya manusia yang dilakukan oleh para stakeholder

pendidikan.

Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan

tersebut dibutuhkan manajerial yang cukup memadai dari kepala sekolah

dalam mengelola sekolah dan menata sumber daya manusia pendidikan.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling

berperan dalam merencanakan serta meningkatkan kualitas pendidikan.

Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan perencanaan

sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya untuk meningkatkan mutu, sekolah

harus melakukan analisis kebutuhan kemudian mengembangkan rencana

tersebut berdasarkan hasil analisis kebutuhan.

Kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator,

manajer, administrator, supervisior, leader, inovator, motivator (EMASLIM).1 Fungsi-fungsi tersebut harus melekat pada diri seorang kepala sekolah dan

bekerja secara integral. Telah disebutkan bahwa salah satu fungsi kepala

sekolah adalah sebagai seorang manajer, tingkat kemampuan manajerial

kepala sekolah akan ditunjukan dari seberapa besar keberhasilan kepala

sekolah memimpin sekolah.

Keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat

kepedulian seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu apa

yang telah dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan

1

(17)

pembinaan terhadap organisasi (organizational maintenance).2 Keberhasilan tersebut menjadi ideal untuk dimiliki oleh seorang kepala sekolah sebagai

pemimpin, namun kondisi yang nampak saat ini masih kurangnya tingkat

kemampuan manajerial kepala sekolah dalam mengelola organisasinya.

Sebagaimana E. Mulyasa mengungkapkan bahwa:

“Faktor penghambat (kelemahan dan tantangan) kepala sekolah profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan mencakup: sistem politik yang kurang stabil, rendahnya sikap mental, wawasan kepala sekolah yang masih sempit, pengangkatan kepala sekolah yang belum transparan, kurang sarana prasarana, lulusan kurang mampu bersaing, rendahnya kepercayaan masyarakat, birokrasi, dan rendahnya produktivitas kerja.”3

Keadaan tersebut merupakan fenomena yang terjadi di lapangan terkait

faktor penghambat profesionalisme kepala sekolah. Dengan demikian untuk

menunjang kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya diperlukan upaya

untuk meningkatkan kemampuannya terutama kemampuan dalam manajerial.

Pengembangan kemampuan profesionalisme kepala sekolah perlu

dilaksanakan secara terus menerus dan terencana, mengingat tuntutan akan

peningkatan kualitas pendidikan yang terus meningkat. Untuk membantu

kepala sekolah dalam meningkatkan kemampuan profesionalismenya

pemerintah telah mengangkat pengawas pendidikan yang salah satu tugasnya

adalah melakukan supervisi manajerial.

Sebagaimana Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan

Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya pada BAB I pasal 1 ayat

2 menyatakan bahwa, “Pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat

2

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, (Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2010), h. 49.

3

(18)

3

yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial

pada satuan pendidikan.”4

Seorang pengawas sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam

rangka membantu dan membina kepala sekolah, guru, dan tenaga

kependidikan dalam meningkatkan kinerja sekolah. Dalam hal ini pengawas

sekolah berfungsi sebagai supervisior dalam melakukan dua aspek supervisi

yaitu akademis dan manajerial.

Sebagai supervisior akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk

membantu guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sedangkan

sebagai supervisior manajerial, pengawas sekolah berkewajiban membantu

kepala sekolah dalam aspek pengelolaan dan administrasi sekolah agar

mencapai sekolah yang efektif.

Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah

terhadap kepala sekolah dan guru telah menjadi tugas pokok seorang

pengawas sekolah, sehingga tenaga pengawas sekolah harus memiliki

kualifikasi dan kompetensi yang lebih dari kepala sekolah dan guru.

Sebagaimana Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional

Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya pada BAB II pasal 5 menyatakan

bahwa:

“Tugas pokok pengawas adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan professional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.”5

Kepala sekolah dengan berbagai pemasalahan yang sangat kompleks

membutuhkan peran pengawas sekolah dalam melakukan supervisi.

Pelaksanaan pembinaan supervisi yang dilakukan pengawas ini bermuara

4

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya nomor 21 tahun 2010 pasal 1 ayat 2.

5Ibid.,

(19)

pada peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan melalui pengelolaan

sekolah dan proses pembelajaran terhadap sekolah binaan yang menjadi

tanggung jawab seorang pengawas sekolah.

Peran pengawas sekolah dalam melakukan supervisi terhadap sekolah

merupakan upaya membantu kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan

untuk meningkatkan mutu dan efektifitas penyelenggaran pendidikan dan

pembelajaran di sekolah.

Supervisi yang dilakukan pengawas sekolah dalam penelitian ini lebih

difokuskan pada supervisi manajerial yang menitik beratkan pada

pengamatan dalam aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang

berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran. Dalam tugasnya

sebagai supervisior pendidikan, pengawas sekolah harus peka terhadap situasi

dan kondisi baik intern maupun ekstern sekolah, agar dapat menjalankan

tugasnya dengan lebih baik dan mampu membantu kepala sekolah dengan

tepat dalam mengelola sekolah.

Sebagai pembina sekolah, pengawas sekolah juga harus menyusun

strategi yang dapat diimplementasikan melalui komunikasi secara intensif dan

memotivasi kinerja kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan, sehingga

mereka merasa aman dan bebas dalam mengembangkan potensi dan daya

kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Selain itu, pengawas sekolah

juga harus mampu mengevaluasi dan menindak lanjuti dari hasil pengawasan

sekolah binaannya.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

kinerja pengawas sekolah seperti, melaksanakan diklat kepengawasan dan

melaksanakan kelompok kerja pengawas sekolah (KKPS)/ musyawarah kerja

pengawas sekolah (MKPS). Akhir dari upaya peningkatan kinerja pengawas

sekolah ini adalah terciptanya pengawas sekolah yang memiliki kemampuan

profesional, sehingga mampu melakukan perubahan menuju ke arah yang

(20)

5

Pengawas sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memantau

8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kedelapan aspek ini adalah hal penting

yang harus benar-benar diperhatikan oleh pengawas sekolah. Karena

ketuntasan dan keberhasilan pengawas sekolah terhadap pemantauan 8

standar nasional pendidikan dapat menentukan mutu dan kualitas sebuah

lembaga pendidikan tersebut.

Semua aspek dalam standar nasional pendidikan saling memiliki

keterkaitan yang erat dalam pelaksanaannya. Misalnya dalam pengelolaan

yang baik akan berpengaruh terhadap aspek pembiayaan yang baik, sarana

dan prasarana dapat terpenuhi secara baik, dsb. Namun pada fenomena dalam

kegiatan supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah tidaklah sesuai

dengan harapan. Intensitas pengawas sekolah dalam melakukan tugasnya

belum dilakukan secara optimal. Kendala ini dirasakan oleh pengawas

sekolah karena banyaknya sekolah yang harus diawasi dengan banyaknya

tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengawas sekolah. Selain itu dengan

kurangnya intensitas pengawas sekolah, hal ini berpengaruh terhadap

pengawasan terhadap pembiayaan di sekolah. Sehingga kepala sekolah

kurang mampu menganalisis kebutuhan dan pemenuhan sarana dan prasarana

sekolah dengan baik.

Peran pengawas sekolah di sekolah dasar sangat dibutuhkan mengingat

permasalahan sekolah dasar yang masih memiliki beragam permasalahan,

baik di dalam pengelolaan sekolah maupun proses pembelajaran. Kepala

sekolah dasar banyak melakukan tugasnya sendiri tanpa memiliki wakil

kepala sekolah. Oleh karna itu, kepala sekolah dasar sangat membutuhkan

peran pengawas sekolah untuk membina dan membantunya dalam mengelola

sekolah.

Demikian halnya di kecamatan Tigaraksa yang memiliki 37 sekolah

dasar negeri dan 15 sekolah dasar swasta yang dibagi menjadi 5 daerah

(21)

setiap 1 gugus dibina oleh satu orang pengawas sekolah yang terdiri dari 10

sampai 11 sekolah.

Gugus 03 termasuk salah satu daerah binaan yang berada di Kecamatan

Tigaraksa yang dibina oleh satu orang pengawas. Terdapat 11 sekolah dasar

antara lain 7 sekolah dasar negeri dan 4 sekolah dasar swasta.

Sekolah-sekolah yang ada di gugus 03 diantaranya adalah SDN Kadu, SDN Pete,

SDN Guradog, SDN Kelapa Dua I, SDN Kelapa Dua II, SDN Cisereh I, SDN

Cisereh II, SD Pamberes, SD Ar-Ridwaniyah, SD Al-khaer, dan SD Dewi

Supraba.

Dalam penelitian ini akan difokuskan pada 5 (lima) sekolah yaitu SDN

Kadu, SDN Guradog, SDN Pete, SDN Kelapa Dua I, dan SDN Cisereh I.

Sekolah-sekolah ini merupakan sekolah dasar yang banyak diminati oleh

masyarakat, dilihat dari mutu sekolah yang tergolong sudah baik dan lokasi

sekolah-sekolah yang cukup strategis.

Menurut beberapa kepala sekolah di gugus 03, kegitan supervisi yang

dilaksanakan oleh pegawas sekolah sudah tergolong baik, kepala sekolah

merasa terbimbing dan terawasi oleh pengawas sekolah dalam mengelola

sekolahnya. Namun ternyata masih ditemukan beberapa kendala di dalamnya

seperti tidak menentu kunjungan supervisi yang dilakukan oleh pengawas

sekolah, kurang adanya pengawasan yang intensif dan berkala, kurang

memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan secara baik dan

memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah.

Padahal, jika hal ini jika benar-benar dilaksanakan oleh pengawas

sekolah dengan sebaik-baiknya, maka akan meningkatkan kempampuan dan

pemahaman lebih terhadap kepala sekolah dalam mengembangkan mutu

sekolah.

Berdasarkan pemaparan dari gambaran fenomena permasalahan dan

tuntutan kemampuan manajerial sekolah yang sinkron dengan tuntutan

(22)

7

tertarik untuk mengkaji mengenai “Supervisi Manajerial Pegawas Sekolah Dasar Gugus 03 Kecamatan Tigaraksa”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan beberapa

masalah yang muncul dari pengawas diantaranya:

1. Kurangnya intensitas pengawasan yang dilakukan oleh pengawas

sekolah.

2. Kurangnya pengawasan yang lebih intensif dan berkala pada aspek

pembiayaan di sekolah.

3. Kepala sekolah kurang optimal dalam mengelola sarana dan prasana di

sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan untuk membatasi penelitian

agar lebih fokus, maka penulis akan menitikberatkan pada permasalahan pada

supervisi manajerial pengawas sekolah dasar gugus 03 Kecamatan Tigaraksa.

Mengingat luasnya dimensi supervisi manajerial, maka penelitian ini

difokuskan pada aspek pengelolaan, pembiayaan, dan sarana dan prasarana.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang dikaji dalam

kajian ini dapat di paparkan lebih rinci menjadi:

1. Bagaimana supervisi manajerial pengawas sekolah pada aspek

pengelolaan?

2. Bagaimana supervisi manajerial pengawas sekolah pada aspek

pembiayaan?

3. Bagaimana supervisi manajerial pengawas sekolah pada aspek sarana

(23)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini adalah:

a. Bagi pengawas sekolah, hasil penelitian ini dijadikan masukan agar

dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi di dalam pengelolaan

sekolah binaan, terutama dalam pelaksanaan kegiatan supervisi

manajerial, dan dapat memahami perannya sebagai pengawas sekolah,

sehingga dapat melakukan supervisi khususnya supervisi manajerial

dengan lebih baik.

b. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

mengembangkan pengendalian pengelolaan sekolah dan

memanfaatkannya untuk kemajuan sekolah.

c. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

tambahan guna meneliti lebih jauh tentang supervisi manajerial

(24)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengawas Sekolah

Pengawasan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kegiatan manajemen dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu

sekolah. Hal tersebut tidak terlepas dari peran pengawas sekolah sebagai

supervisior yang menjalankan tugas pokok dan fungsinya untuk menilai,

membina teknis dan administrasi pendidikan.

1. Pengertian Pengawas Sekolah

Pengawas sekolah di dalam lembaga pendidikan memiliki

kedudukan sebagai jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup

tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan

pengawasan akademik dan pengawasan manajerial.

Peraturan yang menunjang terhadap keberadaan pengawas sekolah

ini yakni PERMENPAN Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan

Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya pada BAB I pasal 1

dinyatakan pada ayat 2 bahwa, “Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang

secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan

pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.”6

Berdasarkan peraturan menteri tersebut, maka pengawas sekolah

adalah pejabat yang berwenang dalam bidang pengawasan pada satuan

pendidikan melalui usaha membina, memantau, dan menilai dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas.

Selain itu, Syaiful Sagala mengatakan bahwa pengawas sekolah ialah

tenaga kependidikan profesional yang diberi tugas dan tanggung jawab

6

(25)

secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan tugas

pembinaan dan pengawasan pada satua pendidikan.7

Dalam persfektif lain menurut Sudarwan Danim pengawas sekolah

adalah:

“Pegawai Negri Sipil (PNS) yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan anak usia dini formal (PAUD, yang dulu sering disebut sebagai

pendidikan prasekolah), dasar dan menengah.”8

Nur Aedi mengemukakan pengertian yang lebih spesifik tentang

pengawas sekolah dasar yaitu:

“Pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam pelaksanaan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta, baik pengelolaan sekolah maupun seluruh mata pelajaran sekolah dasar kecuali mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan

jasmani dan kesehatan.”9

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pengawas sekolah

adalah seseorang yang diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang

dalam bidang pengawasan pendidikan, baik pengawasan akademik

maupun manajerial dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Dalam buku kerja pengawas dinyatakan bahwa pengawasan adalah

kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan,

melaksanakan program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program,

dan melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru.10 Pendapat lain dikemukakan Duncan yang dikutip Nur Aedi

menyatakan bahwa pengawasan merupakan usaha yang dilakukan

7

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.142

8

Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.116-117

9

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan; Tinjauan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.132

10

(26)

11

pengawas untuk memberikan bantuan kepada individu dalam

memperbaiki kinerjanya.11

Menurut Murdick seperti yang dikutip Nanang Fatah, pengawasan

memiliki proses dasar yang terdiri dari 3 tahap, yaitu:

a. Menentapkan standar pelaksanaan,

b. Pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar,

c. Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan

standar dan rencana.12

Kedudukan pengawas sekolah telah termaktub dalam PERMENPAN

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah

dan Angka Kreditnya pada BAB II pasal 4 dinyatakan pada ayat 1,

“Pengawas sekolah berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pengawasan akademik dan manajerial pada sejumlah satuan

pendidikan yang ditetapkan.”13 Peraturan tersebut menyiratkan bahwa pengawas sekolah memiliki wewenang dalam melakukan pengawasan

akademik dan pengawasan manajerial pada satuan pendidikan binaannya,

dilengkapi dengan tugas pokok yang meliputi perencanaan, pembinaan

dan penilaian.

2. Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah

Setiap pekerjaan profesional menuntut adanya standar kualifikasi

dan kompetensi yang dipersyaratkan agar tugas-tugas dan tanggung

jawab profesi dapat berjalan secara efektif. Pengawas sekolah dalam hal

ini dituntut untuk memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi yang

telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Sebagai jabatan profesi seorang pengawas sekolah dituntut memiliki

pendidikan khusus yang tinggi dan pelatihan intensif yang panjang

11

Nur Aedi, op.cit, h.4

12

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Remaja Rosdakarya, Bandung: 2011), cet. XI, h. 101

13

(27)

tentang kesupervisian, agar perannya sebagai pengawas sekolah dapat

dirasakan penuh oleh sekolah yang berada di bawah binaannya. Merajuk

pada PERMENPAN No. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas

Sekolah/Madrasah dijelaskan Standar Kualifikasi Pengawas TK/RA dan

SD/MI :

a. Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan dari perguruan tinggi terakreditasi;

b. Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di TK/RA atau kepala sekolah TK/RA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas TK/RA;

c. Guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru SD/MI dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI;

d. Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;

e. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;

f. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan/atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan

g. Lulus sebagai pengawas satuan pendidikan.14

Wiles dan Bondi seperti yang dikutip Kadim Masaong menegaskan

pengawas sekolah profesional dituntut memenuhi kompetensi khusus

sebagai berikut:

a. Pengembang tenaga pendidik dan kependidikan, b. Pengembang kurikulum,

c. Spesialis pembelajaran,

d. Mediator dan penghubung orangtua siswa, guru, dan stakeholder sekolah lainnya,

e. Pengembang staf, f. Seorang administrator, g. Manajer perubahan, dan h. Seorang evaluator.15

14

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas sekolah/Madrasah, h. 3

15

(28)

13

Kompetensi pengawas TK/RA dan SD/MI telah dicantumkan di

Permendiknas No.12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas

Sekolah/Madrasah yang terdiri dari kompetensi kepribadian, kompetensi

supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi

evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan, dan

kompetensi sosial.

Kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan pengawas

sekolah dalam melaksanakan pengawasan manajerial yakni menilai dan

membina kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain yang ada di

sekolah dalam mempertinggi kualitas pengelolaan dan administrasi

sekolah.16 Kemudian dijelaskan untuk dimensi kompetensi supervisi manajerial pengawas sekolah terdiri dari:

a. Menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

b. Menyusun program pengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan program pendidikan di sekolah

c. Menyusun metode kerja dan instrument yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah

d. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindak lanjuti untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah

e. Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah

f. Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah

g. Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah

h. Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.17

Selain kompetensi supervisi manajerial diatas dalam bukunya

Muhammad Fathurrohman dan Hindama Ruhyanani menambahkan

16

Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2011), Cet.II, h.58

17

(29)

beberapa poin untuk kompetensi supervisi manajerial pengawas sekolah

yaitu:

a. Membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu pendidikan di sekolah.

b. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.

c. Memotivasi pengembangan karier kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

d. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala sekolah.18

e. Mematau pelaksanaan inovasi dan kebijakan pendidikan di sekolah-sekolah binaannya.

3. Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah

Tugas pokok pengawas sekolah pada satuan pendidikan pada

dasarnya adalah melakukan pengawasan, pembinaan serta penilaian

dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik

maupun supervisi manajerial.

Tugas pokok pengawas sekolah dalam PERMENPAN Nomor 21

Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka

Kreditnya pada BAB II pasal 5 menyatakan sebagai berikut:

“Tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional Guru, evaluasi pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas

kepengawasan di daerah khusus.”19

Menurut Nana Sudjana seperti yang dikutip oleh Kompri

menyatakan bahwa tugas pengawas pendidikan adalah melakukan

penilaian dan pembinaan dengan melakukan fungsi-fungsi supervisi, baik

18

Muhammad Fathurrohman dan Hindama Ruhyanani, Sukses Menjadi Pengawas Sekolah Ideal, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), Cet. I, h.33-34

19

(30)

15

itu melakukan supervisi manajerial maupun supervisi akademik. Adapun

yang harus dilakukan oleh pengawas sekolah adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan seluruh staf sekolah,

b. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya,

c. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.20

Menurut Nana Sudjana seperti yang dikutip Kompri bahwa tugas

pokok pengawas sekolah yang pertama adalah melakukan supervisi

manajerial yang pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian, dan

bantuan/bimbingan mulai dari perencanaan program, proses, sampai

dengan hasil.21

Bantuan dan bimbingan yang dilakukan oleh pengawas sekolah

dalam supervisi manajerial diberikan kepada kepala sekolah dan staf

sekolah lainnya dalam pengelolaan sekolah atau penyelenggaraan

pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah.

Tugas pengawas sekolah yang kedua adalah melakukan supervisi

akademik yang berkaitan dengan membantu dan membina guru-guru di

sekolah dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan

dan kualitas hasi belajar siswa.22

Menurut Nur Aedi pengawas sekolah memiliki tugas yang menuntut

profesionalitas. Seorang pengawas sekolah wajib melaksanakan tugas

sebagai berikut:

a. Menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan membimbing dan melatih profesional guru;

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

20

Kompri, Manajemen Pendidikan; Komponen – Komponen Elementer Kemajuan Sekolah, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2015), h. 284

21

Ibid,. h. 285

22Ibid,.

(31)

c. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, nilai agama dan etika; dan

d. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.23

[image:31.595.108.517.181.701.2]

Tabel 2.1

Dimensi Tugas Pengawas Sekolah24

Dimensi Tugas Pengawas

Sasaran

Menyupervisi 1. Kinerja Kepala Sekolah 2. Kinerja Guru

3. Kinerja Staf Sekolah

4. Pelaksanaan kurikulum/mata pelajaran 5. Pelaksanaan pembelajaran

6. Ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya 7. Manajemen sekolah, dan lain-lain

Memberi Nasihat 1. Kepada Guru 2. Kepala Sekolah

3. Tim kerja sekolah dan staf 4. Komite Sekolah

5. Orang tua siswa

Memantau 1. Penjaminan/standar mutu pendidikan 2. Proses dan hasil belajar peserta didik 3. Pelaksanaan ujian

4. Rapat guru dan staf

5. Hubungan sekolah dengan masyarakat 6. Data statistik kemajuan sekolah Membuat laporan

perkembangan kepengawasan

1. Kepada Dinas Pendidikan Kab./Kota 2. Dinas Pendidikan Provinsi

3. Depdiknas 4. Publik

5. Sekolah binaan

Mengoordinasi 1. Mengkoordinasi sumber personal dan material 2. Kegiatan antarsekolah

3. Kegiatan pre/inservice training bagi guru dan kepala sekolah serta pihak lain

4. Pelaksanaan kegiatan inovasi sekolah

Memimpin 1. Pengembangan kualitas SDM di sekolah binaan 2. Pengembangan sekolah

23

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan; Tinjauan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.131-132

24

(32)

17

3. Partisipasi dalam kegiatan manajerial di Dinas Pendidikan

4. Berpartisipasi dalam perencanaan pendidikan di kabupaten/kota

5. Berpartisipasi dalam seleksi calon kepala sekolah/madrasah

6. Berpartisipasi dalam merekrut personel proyek atau program-program khusus pengembangan mutu sekolah

7. Pengelolaan konflik

8. Berpartisipasi dalam menangani pengaduan

Secara umum, pengawas sekolah berfungsi sebagai pemerbaik dan

peningkat kualitas pendidikan, dengan demikian segala aktifitas sekolah

yang berkaitan dengan upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pendidikan menjadi bagian bidang garapan pengawas.25

Menurut Nana Sudjana yang dikutip kompri, salah satu fungsi

pengawas sekolah dalam melakukan supervisi manajerial berkenaan

dengan aspek pengelolaan sekolah yang mencakup:

a. Perencanaan b. Koordinasi c. Pelaksanaan d. Penilaian

e. Pengembangan SDM kependidikan dan sumber daya lainnya.26

Kemudian sasaran dari supervisi manajerial adalah membantu kepala

sekolah dan staf sekolah dalam mengelola administrasi sekolah, seperti :

a. Administrasi kurikulum b. Administrasi keuangan

c. Administrasi sarana prasarana/perlengkapan d. Administrasi personal atau ketanagaan e. Administrasi kesiswaan

f. Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat g. Administrasi budaya dan lingkungan sekolah

h. Aspek-aspek administrasi lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.27

25

Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Ct. II, h. 225

26

Kompri, Manajemen Pendidikan ; Komponen-Komponen Elementer Kemajuan Sekolah, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2015), h. 289

27Ibid,.

(33)

Dalam hal ini pengawas berperan sebagai :

a. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah

b. Assessor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah binaannya

c. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya

d. Evaluator/judgement terhadap hasil pengawasan.28

Berdasarkan kajian konsep tentang pengawas sekolah dapat

disimpulkan bahwa, pengawas sekolah adalah seorang Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang dalam

hal mengawasi, membina, dan menilai sekolah, baik sekolah negeri

maupun swasta untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini

pengawas sekolah berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di

bidang supervisi akademik dan supervisi manajerial.

Sebagai pelaksana teknis fungsional dalam bidang supervisi,

pengawas sekolah harus memiliki kualifikasi dan kompetensi tertentu.

Kualifikasi pengawas pada umumnya adalah memiliki pangkat minimal

penata golongan ruang III/c, berusia maksimal 50 tahun sejak diangkat

sebagai pengawas satuan pendidikan, lulus seleksi pengawas satuan

pendidikan, dan menempuh pendidikan profesi pengawas. Kemudian,

kualifikasi khusus bagi pengawas didadasarkan pada tingkatan satuan

pendidikan. Kualifikasi khusus pengawas pada tingkat TK/RA, SD/MI

adalah berlatar belakang minimal S1 diutamakan S2 kependidikan

dengan keahlian pendidikan ke-TK/SD-an, pernah menjadi guru TK/SD

bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun atau

Kepala Sekolah TK/SD berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.

Pengawas sekolah harus memiliki 6 (enam) kompetensi, yaitu

kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik,

evaluasi pendidikan, penelitian dan pegembangan, serta kompetensi

sosial. Khusus untuk kompetensi supervisi manajerial seorang pengawas

28Ibid,.

(34)

19

harus bisa menguasai metode, teknik, dan prinsip supervisi dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan, mampu menyusun program pengawasan

sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan program sekolah, mampu menyusun

metode kerja dan instrumen untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi

pengawasan, mampu menyusun laporan hasil pengawasan dan

menindaklanjuti untuk perbaikan program pengawasan selanjutnya,

mampu membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi

sekolah, mampu membina guru, mampu memotivasi kepala sekolah dan

guru, dan memahami standar nasional pendidikan.

Tugas seorang pengawas sekolah pada umumnya adalah melakukan

pengawasan akademik dan pengawasan manajerial. Namun lebih

rincinya tugas seorang pengawas adalah melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap 8 Standar Nasional Pendidikan, melakukan

pembinaan untuk pengembangan kualitas sekolah dan kinerja pendidik

dan tenaga kependidikan, melakukan evaluasi dan monitoring serta

penilaian terhadap semua program sekolah.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, pengawas sekolah

melaksanakan fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun

supervisi manajerial. Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang

berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan

profesional pendidik dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan

bimbingan di sekolah. Sedangkan, supervisi manajerial adalah fungsi

supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait

langsung dengan peningkatan efesiensi dan efektivitas sekolah yang

mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian,

pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan sumberdaya lainnya.

B. Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah

Kehadiran pengawas sekolah dalam dunia pendidikan menjadi salah satu

(35)

pengawas sekolah memiliki tugas sebagai pelaksana teknis fungsional yang

salah satunya adalah supervisi manajerial.

1. Pengertian Supervisi Manajerial

Pengertian supervisi pada umumnya mengacu kepada usaha

perbaikan situasi belajar mengajar. Supervisi adalah sebuah bentuk

kepengawasan yang dilakukan oleh seorang supervisior. Perlunya

supervisi merupakan salah satu bentuk usaha meningkatkan kualitas

sumber daya manusia pendidikan. Akan tetapi nampaknya masih terdapat

banyak keragaman dalam menafsirkan istilah tersebut.

Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan definisi supervisi.

Oleh karna itu, untuk memberikan kerangka acuan mengenai supervisi,

penulis akan memaparkan beberapa pendapat para ahli tentang

pengertian supervisi pada sub bab ini.

Secara arti etimologis istilah “supervisi” atau dalam bahasa inggris disebut dengan “supervision” sering didefinisikan sebagai pengawasan.29 Pengawasan mengandung arti mengamati terus menerus (monitoring),

memperbaiki (correcting), mengevaluasi (evaluating), merekam

(recording), memberikan penjelasan dan petunjuk. Secara morfologis,

“supervisi” terdiri dari dua kata yaitu “super” yang berarti atas atau lebih

“visi” mempunyai arti lihat, pandang, tilik, atau awasi.30

Dalam Dictionary of Education menurut Good Carter seperti yang

dikutip oleh Piet A. Sahertian mengemukakan bahwa, supervisi adalah

usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan

petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi,

menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta

merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta

evaluasi pengajaran.31

29

Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Ct. II, h.228.

30

Ibid,.

31

(36)

21

Dalam bahan pembelajaran pendidikan dan pelatihan

mengungkapkan bahwa yang dimaksud supervisi adalah kegiatan

professional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka

membantu kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya guna

meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan

pembelajaran.32 Pendapat ini menjelaskan bahwa supervisi adalah sebuah bentuk kegiatan dari atasan yang berupa melihat, menilik, mengawasi

dan menilai terhadap kinerja dan hasil kerja bawahan untuk melakukan

perbaikan dan inovasi pengajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Piet A. Sahertian dalam bukunya mengemukakan bahwa supervisi

adalah suatu asaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing

secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual

maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam

mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.33

Rumusan di atas telah diperinci sedemikian rupa sehingga jelas di

mana sasaran supervisi. Tinjauan lain dikemukana oleh Alexander dan

Saylor seperti yang dikutip oleh H. M. Daryanto bahwa, supervisi

merupakan inservice education dan usaha memperkembangkan

kelompok (group) secara bersama.34

Boardmart sebagaimana dikutip Piet. A. Sahertian,

“Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir, dan membanding secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstimulir dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih

berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.”35

Menurut N. A. Ametembun seperti yang dikutip oleh Cicih Sutarsih,

Supervisi pendidikan adalah pembinaan kearah perbaikan situasi

32

Tim Penulis, Supervisi manajerial; Bahan Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan, (Jawa Tengah: LPPKS, 2015), h. 10

33

Ibid,.h.17

34

H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. VI, h. 170

35Ibid.,

(37)

pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan berupa bimbingan atau

tuntutan kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya, dan

peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.”36

Pendapat-pendapat di atas menunjukan bahwa istilah supervisi

mengandung makna yang banyak namun memiliki makna yang sama,

misalnya bantuan, pelayanan, penilaian, pembinaan, meningkatkan,

mengembangkan, memberikan arah dan perbaikan.

Dari konsep supervisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

supervisi merupakan usaha pembinaan dan pengawasan yang dilakukan

seorang supervisior dalam memperbaiki pengajaran secara kontinyu dan

terarah sebagai upaya pengembangan dalam dunia pendidikan.

Tujuan supervisi pada umumnya adalah membantu kepala sekolah,

guru dan staf sekolah agar lebih mengerti dan memahami apa yang

menjadi tujuan pendidikan di sekolah. N. A. Ametembun yang dikutip

Cicih Sutarsih mengemukakan beberapa tujuan supervisi yaitu:

a. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenernya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.

b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif.

c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan mengajar belajar, secara menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.

d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif, serta memperbesar kesedian untuk tolong menolong.

e. Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya secara maksimal dalam bidang profesinya (keahlian)

meningkatkan „achievement motive‟.

f. Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan. g. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi

aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik, dan

36

(38)

23

h. Mengembangkan „esprit de corps‟, guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.37

Dalam supervisi, seorang supervisior melakukan 2 (dua) teknis

fungsional dalam bidang pengawasan yaitu pengawasan akademik dan

pengawasan manajerial. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan

Fungsional Pengawas Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa, “Jabatan

Fungsional Pengawas Sekolah adalah jabatan fungsional yang

mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk

melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada

satuan pendidikan.”38

Supervisi akademik lebih menekankan pada layanan pembinaan dan

pengawasan yang dilakukan kepada guru-guru dalam meningkatkan mutu

pembelajaran. Sementara supervisi manajerial lebih menekankan pada

layanan pembinaan dan pengawasan kepada kepala sekolah dalam

pengelolaan dan administrasi sekolah sebagai pendukung pelaksanaan

pembelajaran.

Supervisi manajerial adalah kegiatan profesional yang dilakukan

pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan

tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas

penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran.39

Nur Aedi dalam bukunya mengemukakan tentang esensi dari

supervisi manajerial yaitu:

“Berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efesien

37

Ibid,. h. 316

38

Peraturan Menteri Pendayaguna Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi No.21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya BAB I Pasal 1 ayat 1

39

(39)

dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar

pendidikan nasional.”40

Supervisi manajerial adalah pemantauan dan pembinaan terhadap

pengelolaan dan administrasi sekolah. 41 Dalam arti lain supervisi manajerial adalah usaha pemberian bantuan yang diberikan supervisior

kepada pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka pembinaan,

penilaian dan bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai

dengan evaluasi, hasil dan laporan kegiatan.

Dalam buku kerja pengawas dijelaskan bahwa supervisi manajerial

atau pengawasan manajerial merupakan fungsi supervisi yang berkenaan

dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan

peningkatan efesiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup

perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan

kompetensi sumber daya pendidik dan kependidikan.42 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, supervisi manajerial adalah

sebuah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh

seorang pengawas sekolah kepada kepala sekolah yang berkaitan dalam

hal administrasi dan pengelolaan sekolah guna meningkatkan mutu

penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.

2. Ruang Lingkup Supervisi Manajerial

Ruang lingkup supervisi manajerial di dalam buku yang dikeluarkan

oleh Pusat Pengembangan Tenaga Pendidikan terdiri dari :

a. Pemantauan manajemen perubahan mengarah pada pencapaian 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditas sekolah.

40

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan; Tinjauan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.193

41

Tim penyusun, Metode dan Teknik Supervisi. (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008), h. 8

42

(40)

25

b. Penilaian terhadap kinerja kepala sekolah dalam hal menjadi agen perubahan pertama di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 sesuai dengan standar nasional pendidikan.

c. Pembinaan dilakukan pengawas tentang pengelolaan sekolah meliputi antara lain penyusunan kurikulum 2013, peminatan, penerimaan peserta didik baru, dsb. 43

Sedangkan di dalam buku kerja pengawas sekolah dipaparkan bahwa

ruang lingkup supervisi manajerial terdiri dari :

a. Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan sekolah berdasarkan SNP, baik rencana kerja tahunan maupun rencana kerja 4 tahunan, pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah dan sistem informasi manajemen.

b. Membantu kepala sekolah melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya dalam upaya penjaminan mutu pendidikan.

c. Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-sumber belajar lainnya.

d. Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing pengembangan program bimbingan konseling di sekolah.

e. Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah (supervisi manajerial), yang meliputi:

1) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

2) Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah.

3) Memberikan bimbingan kepala sekolah untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya.44

3. Metode Supervisi Manajerial

Metode pelaksanaan pengawasan manajerial dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai metode antara lain :

a. Monitoring dan Evaluasi

Metode utama yang dilakukan oleh pengawas manajerial adalah

monitoring dan evaluasi. Monitoring merupakan bagian penting

43

Tim penyusun, Supervisi Manajerial dan Supervisi akademik, (Jakarta Pusat: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, 2015), h. 7.

44

(41)

dalam pelaksanaan supervisi manajerial dengan dilakukannya

pengontrolan selama program berjalan.

Menurut Rochiat seperti yang dikutip dalam metode dan teknik

supervisi bahwa monitoring adalah:

“Suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program.”45

Melalui kegiatan monitoring, pengawas sekolah dapat melihat

ketercapaian program sekolah dari sisi keunggulan dan kelemahan

yang dapat dijadikan umpan balik oleh sekolah dan dijadikan sebagai

bahan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam

melakukan monitoring ini tentunya pengawas sekolah harus

melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat

seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.46

Setelah pengawas sekolah melakukan monitoring perlu adanya

evaluasi. Teknik evaluasi ditunjukan untuk mengetahui kesuksesan

pelaksanaan peyelenggaraan sekolah atau sejauh mana keberhasilan

yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu.47

Menurut Nanang Fattah, evaluasi adalah pembuatan

pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan

dapat dipertanggungjawabkan.48 Sedangkan menurut TR Marrison seperti yang dikutip Nanang Fattah evaluasi memiliki 3 faktor

penting yaitu evaluasi membutuhkan pertimbangan, deskripsi obyek

penilaian, dan kriteria yang bertanggung jawab.49

Tujuan evaluasi dalam supervisi manajerial adalah:

45

Tim penyusun, Metode dan Teknik Supervisi. (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008), h. 18

46

Ibid,.

47

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan; Tinjauan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.195

48

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 10, h. 107

(42)

27

a. Untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program; b. Untuk mengetahui keberhasilan program;

c. Untuk mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan

d. Untuk memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.50

Dengan evaluasi seorang pengawas sekolah dapat memperoleh

fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan yang terdapat di

sekolah. Selain itu, dengan evaluasi akan menjamin cara kerja yang

efektif dan efesien yang membawa organisasi kepada penggunaan

sumber daya pendidikan secara efesien.

b. Diskusi Kelompok Terfokus (Focused Group Discussion)

Hasil dari monitoring yang dilakukan pengawas sekolah

hendaknya terlebih dahulu disampaikan secara terbuka kepada pihak

sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite

sekolah dan guru.51 Pemberdayaan dan partisipasi yang dilakukan memberikan dampak atas keberhasilan atau pun kegagalan dalam

pelaksanaan program sekolah.

Diskusi kelompok terfokus ini memerlukan keterlibatan pihak

sekolah dalam melakukan refleksi terhadap data yang ada dalam

menemukan faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam

penyelenggaraan program sekolah. Pelaksanaannya dapat berbentuk

forum yang dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan

kebutuhan dengan melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah.

Diskusi kelompok terfokus atau Focused Group Discussion

(FGD) ini bertujuan untuk menyatukan pandangan stakeholder

sekolah mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan)

sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun

operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah.52

50

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan; Tinjauan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.195-196

51

Ibid, h.196

52

(43)

Peran pengawas sekolah dalam pelaksanaan diskusi kelompok

terfokus ini adalah sebagai narasumber sekaligus fasilitator untuk

memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

Langkah-langkah yang ditempuh agar FGD dapat berjalan

dengan efektif adalah sebagai berikut:

1) Sebelum FGD dilaksanakan, semua peserta sudah mengetahui maksud diskusi serta permasalahan yang akan dibahas.

2) Peserta FGD hendaknya mewakili beberapa unsur, sehingga diperoleh pandangan yang beragam dan komprehensif.

3) Pimpinan FGD hendaknya akomodatif dan berusaha menggali pikiran/pandangan peserta dari sudut pandangan masing-masing.

4) Notulen hendaknya benar-benar teliti dalam

mendokumentasikan usulan atau pandangan semua pihak.

5) Pimpinan FGD hendaknya mampu mengontrol waktu secara efektif, dan mengarahkan pembicaraan agar tetap fokus pada permasalahan.

6) Apabila dalam satu pertemuan belum diperoleh kesimpulan atau kesepakatan, maka dapat dilanjutkan pada putaran berikutnya. Untuk ini diperlukan catatan mengenai hal-hal yang telah dan belum disepakati.53

c. Delphi

Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas sekolah dalam

membantu pihak sekolah untuk merumuskan visi, misi dan

tujuannya.54 Perumusan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di dalam konsep MBS sangat penting dilakukan dalam rangka

merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah yang jelas dan realistis

yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta

pandangan seluruh stakeholder sekolah.

Dalam hal ini seorang pengawas sekolah merupakan sumber

informasi, tempat bertanya dan sebagai fasilitator bagi kepala

sekolah dan guru-guru dalam implementasi MBS secara efektif di

sekolah. Dalam realisasinya metode Delphi dapat disampaikan oleh

pengawas sekolah kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil

keputusan yang melibatkan banyak pihak.

53

Tim penyusun, Supervisi Manajerial dan Supervisi akademik, (Jakarta Pusat: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, 2015), h. 7

54

(44)

29

Langkah-langkah pelaksanaan metode Delphi dalam supervisi

manajerial dikemukakan oleh Gordon seperti yang dikutip dalam

panduan supervisi manajerial dan supervisi akademik Pusat

Pengembangan Tenaga Kependidikan Kemendikbud tahun 2015

adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah.

2) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas.

3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama. 4) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai

pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritas.

5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.55

d. Workshop

Workshop atau lokakarya ini merupakan salah satu teknik yang

bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah,

wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. 56 workshop sengaja dilakukan sebagai tempat untuk memecahkan

suatu permasalahan tertentu dengan jalan berdiskusi ataupun saling

memeberikan pendapat antar satu anggota dengan anggota lainnya.

Workshop atau lokakarya ini dapat menjadi salah satu metode

yang dapat dilakukan oleh pengawas sekolah dalam melakukan

supervisi manajerial. Pelaksanaan workshop ini memiliki tema yang

disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan workshop ini dapat

diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah

(KKKS) atau kegiatan oraganisasi sejenis lainnya.57

Dalam pelaksanaan supervisi manajerial pengawas sekolah

dapat menerapkan teknik supervisi secara individual maupun secara

55

Ibid,. h. 8

56

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan; Tinjauan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.198

(45)

kelompok. Penerapan teknik supervisi secara individual dilakukan

kepada salah satu kepala sekolah yang memiliki permasalahan yang

bersifat khusus di sekolah. Sedangkan penerapan supervisi secara

kelompok dilakukan kepada beberapa kepala sekolah yang memiliki

permasalahan yang sama di sekolah berdasarkan analisis kebutuhan

masalah atau kebutuhan yang sama. Kemudian layanan supervisi

tersebut dapat diberikan kepada suatu kelompok sesuai dengan

permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi.

Berdasarkan kajian konsep tentang supervisi manajerial dapat

dijelaskan bahwa supervisi merupakan usaha pembinaan dan

pengawasan yang dilakukan oleh seorang pengawas dalam

memperbaiki pengajaran dan pengelolaan sekolah secara kontinyu

dan terarah sabagai upaya pengembangan pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan

supervisi manajerial adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan

yang dilakukan pengawas sekolah kepada kepala sekolah dalam hal

administrasi dan pengelolaan sekolah untuk meningkatkan efesiensi

dan efektivitas sekolah serta meningkatkan mutu penyelenggaran

pendidikan dan pembelajaran.

Ruang lingkup supervisi manajerial berfokus pada 8 (delapan)

Standar Nasional Pendidikan (SNP) yaitu Standar Isi, Standar

Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Sarana Prasarana,

Standar Penilaian, Standar Pembiayaan, Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan, dan Standar Pengelolaan. Dalam hal ini yang

dilakukan oleh pengawas sekolah adalah melakukan pemantauan

terhadap pencapaian 8 SNP tersebut dan memanfaatkan hasilnya

untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.

Selain itu, pengawas sekolah melakukan pengawasan, pembinaan,

dan melakukan pendampingan kepada kepala sekolah dalam hal

(46)

31

Untuk melakukan tugas sebagai pengawas sekolah yang

berfungsi sebagai supervisor manajerial, pengawas sekolah harus

menguasai metode supervisi manajerial. Beberapa bentuk metode

supervisi manajerial adalah pertama, monitoring dan evaluasi.

Metode ini dilakukan ole

Gambar

Tabel 2.1       Dimensi Tugas Pengawas Sekolah ...........................................
Dimensi Tugas Pengawas SekolahTabel 2.1 24
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawacara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan program supervisi manajerial Pengawas Satuan Pendidikan di SD Negeri Joglo Surakarta dilakukan dalam bentuk pembinaan pembinaan kemampuan profesional Kepala

Pelaksanaan supervisi manajerial adalah kegiatan profesioal yang dilakukan pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah guna meningkatkan mutu dan efektifitas

Pengelolaan Supervisi Akademik Pengawas Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan. Universitas

Tesis ini berjudul ”Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Supervisi Akademik Melalui Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah di SMK Kota Binjai”,

faktual supervisi manajerial kurang optimal dalam fungsi pembinaan kepala sekolah, (2) model supervisi manajerial pengawas sekolah berbasis kesejawatan yang

Pada penelitian ini akan difokuskan pada Supervisi Akademik dan Manajerial. Penelitian ini sejalan dengan pelaksanaan pengawasan oleh pengawas sekolah yang harus

Supervisi manajerial dan supervisi akademik pengawas merupakan usaha yang dilakukan seorang pengawas untuk memperbaiki pola kerja dan kinerja sekolah termasuk

Sedang supervisi manajerial esensinya berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam