• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TENTANG AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH OLEH PT BANK SYARIAH MANDIRI KCP KALIANDA LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI TENTANG AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH OLEH PT BANK SYARIAH MANDIRI KCP KALIANDA LAMPUNG SELATAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah seharusnya bank hanya memberikan kredit kepada debitur yang layak serta dapat mengendalikan resiko kredit yang diberikan untuk menghasilkan laba yang optimal. Dilihat dari sisi nasabah, keberadaan bank sangat dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan keuangan. Pada prakteknya keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua macam yaitu bank yang berdasarkan prinsip konvensional, dan bank yang berdasarkan prinsip syariah1

Pada dua macam jenis bank tersebut sama-sama memiliki aktivitas berupa penghimpunan dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, maupun deposito berjangka. Oleh karena itu, agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada nasabah dalam bentuk bunga pada bank yang berbasis konvensional maupun persentasi bagi hasil untuk bank yang berbasis syariah. Bagi hasil adalah suatu sistem

1 Iskandar Jusuf, Lembaga Keuangan Syariah dalam Teori dan Praktik, 2008, Rineka

(2)

pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal (Shahibul Maal) dan pengelola (Mudharib)2

Bank konvensional dan Bank Syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.

Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini dikenal dengan istilah spread based. Bagi bank yang berdasakan prinsip Syariah tidak dikenal istilah bunga dalam memberikan jasa kepada penyimpan maupun peminjam. Di bank ini jasa bank yang diberikan disesuaikan dengan prinsip syariah sesuai dengan hukum Islam.

Uraian di atas sesuai dengan kenyataan bahwa perusahaan atau badan usaha sering kali dihadapkan pada masalah kebutuhan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan modal ini diperlukan baik untuk modal investasi atau modal kerja, dalam rangka memenuhi kebutuhan dana tersebut maka lembaga yang dapat memfasilitasi adalah perusahaan non Bank, seperti pegadaian dan leasing atau perusahaan bank yang memberikan kredit atau pembiayaan kepada nasabah. Perusahaan Bank atau non Bank memiliki prinsip yang sama yaitu memenuhi

(3)

kebutuhan nasabah dalam bentuk pembiayaan meskipun mekanisme dan perjanjian berbeda. Biasanya pada perusahaan non Bank produk pembiayaan lebih beragam dan bervariasi, sedangkan pada bank pembiayaan terbatas pada produk-produk tertentu saja.

Pembiayaan yang dilakukan bank dikarenakan bank tersebut berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana (simpanan, tabungan, deposito, dan lain lain) dengan masyarakat yang kekurangan dana (kredit, pembiayaan). Bagi masyarakat yang kekurangan dana atau membutuhkan dana dalam rangka membiayai suatu usaha atau kebutuhan rumah tangga mereka dapat menggunakan pinjaman ke bank dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi baik dalam bentuk bunga maupun biaya administrasi yang besarnya tergantung dari masing-masing bank.

Dalam praktek perbankan, Bank Syariah memiliki perbedaan dengan bank konvensional, diantaranya bahwa bank konvensional menaikkan tingkat suku bunga simpanan yang akan diikuti dengan suku bunga pinjamannya. Pada lembaga keuangan yang menerapkan sistem syariah, pengurangan uang beredar akan menekan laju inflasi dan menurunkan biaya produksi pada investasi Debitur sehingga Debitur akan memperoleh tambahan keuntungan yang akan dibagi hasilkan kepada bank. Tambahan keuntungan pada bank akan dibagihasilkan kepada nasabah penyimpan dana untuk mempercepat kegiatan ekonomi.3

3 Yusak Laksmana, Memahami Praktik Proses Pembiayaan Bank Syariah, 2009, Mizan

(4)

Bank Syariah dalam hal ini sebagai lembaga keuangan yang dalam aktivitasnya mempraktikkan konsep syariah Islam yang tidak memperbolehkan pengambilan bunga seperti dipraktikkan oleh lembaga keuangan konvensional. Kemunculan Bank Syariah didasari oleh adanya keinginan untuk mempraktikkan konsep transaksi di dalam syariah Islam yang tidak memperbolehkan pengambilan bunga seperti dipraktikkan oleh bank konvensional.

Dasar hukum pembiayaan oleh Bank Syariah adalah adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Selanjutnya disebut UU Perbankan Syariah). Pasal 1 Ayat (25) menyatakan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan musyarakah;

2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, Salam, dan istishna’; 4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

(5)

penting di mata semua stakeholder karena dalam kegiatan usahanya Bank Syariah menghindari transaksi keuangan yang bersifat spekulatif, mendorong transparansi, menghindari eksploitasi dan mendorong pertumbuhan sektor riil. Kegiatan operasional perbankan syariah mencakup seluruh aspek kehidupan ekonomi seperti kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), jual beli (murabahah, salam dan istishna), sewa (ijarah) dan jasa lainnya (rahn, sharf dan kafalah) telah menjadikan Bank Syariah lebih dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat (universal banking).

Prinsip syariah yang diterapkan oleh Bank Syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip pernyertaan modal (musharakah) prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Dewasa ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Selanjutnya disebut UU Perbankan), yang baru bank umum pun dapat menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah asal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia4

PT Bank Syariah Mandiri sebagai lembaga keuangan bank berbasis syariah, melaksanakan aktivitas dalam bidang ekonomi dengan mengacu pada nilai-nilai dan syariah Islam dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu aktivitas PT Bank Syariah Mandiri

(6)

adalah pemberian pembiayaan syariah atau yang dikenal dengan istilah mudharabah.

Pembiayaan dengan pola bagi hasil, memposisikan lembaga keuangan syariah dan nasabah untuk bekerja sama dalam suatu usaha. Lembaga keuangan terlibat dalam permodalan dan nasabah sebagai pelaku kegiatan ekonomi akan terlibat sebagai pelaksana usaha. Kedua belah pihak bersepakat apabila diperoleh hasil dari usaha tersebut akan dilakukan bagi hasil sesuai dengan nisbah atau proporsi bagi hasil yang disepakati. Apabila terdapat kerugian, maka lembaga keuangan akan menanggung kerugian berupa tidak diterimanya revenue (imbalan) sebagai bagi hasil yangsemestinya diterima. Pokok pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah menjadi tanggung jawab nasabah sepenuhnya untuk tetap dikembalikan kepada lembaga keuangan syariah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mendeskripsikan akad pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

(7)

2. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara terperinci:

a. Syarat dan prosedur pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan b. Hak dan kewajiban para pihak dalam Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha

Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari: a. Kegunaan Teoritis

(8)

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat berguna:

1) Menambah pengetahuan peneliti mengenai implementasi pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh lembaga keuangan perbankan berbasis syariah.

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Menurut Pasal 1 Angka 7 UU Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan Bank

Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank

pembiayaan rakyat syariah.

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang dalam aktivitasnya mempraktikkan

konsep syariah Islam yang tidak memperbolehkan pengambilan bunga seperti

dipraktikkan oleh lembaga keuangan konvensional. Kemunculan Bank Syariah

didasari oleh adanya keinginan untuk mempraktikkan konsep transaksi di dalam

syariah Islam yang tidak memperbolehkan pengambilan bunga seperti

dipraktikkan oleh bank konvensional.5

Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan

berdasarkan syariah (hukum) IIslam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh

larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga

atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang

dikategorikan haram, seperti usaha yang berkaitan dengan produksi

(10)

makanan/minuman haram, usaha media yang tidak Islami dan sebagainya, dimana

hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.6

2. Jenis-Jenis Bank Syariah

Berdasarkan Pasal 1 Angka 7 UU Perbankan Syariah, menurut jenisnya Bank

Syariah terdiri atas dua jenis yaitu bank umum syariah dan bank pembiayaan

rakyat syariah.

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 Angka 8 UU Perbankan Syariah). Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 Angka 9 UU Perbankan

Syariah).

B. Tinjauan Umum tentang Akad Mudharabah

Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana sesorang berjanji kepada orang lain atau

di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Menurut Pasal

1313 KUH Perdata, perjanjian adalah perbuatan dengan mana seseorang atau

lebih mengikatkan atau lebih untuk melakukan sesuatu.7

Ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata kurang begitu memuaskan karena ada

beberapa kelemahan, yaitu:

1) Hanya menyangkut sepihak saja

2) Kata perbuatan mencakup juga kata konsensus

(11)

3) Pengertian perjanjian terlalu luas

4) Tanpa menyebut tujuan8

Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan bahwa perjanjian adalah persetujuan

dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan dirinya untuk suatu hal

dalam harta kekayaan. Dari rumusan perjanjian tersebut dapat diketahui

unsur-unsur perjanjian yaitu ada pihak sedikitnya dua orang (subjek), ada persetujuan

antara pihak (konsensus), ada objek berupa benda, adanya tujuan yang bersifat

kebendaan (mengenai harta kekayaan) dan ada bentuk tertentu lisan dan tertulis.

Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum, di mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau

lebih untuk melaksanankan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Dalam

bentuknya perjanjian ini berupa rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji

atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Perjanjian merupakan suatu

perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan yang mana

pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang

lain berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan itu. Pihak yang berhak menuntut

sesuatu dinamakan kreditur sedangkan pihak yang berkewajiban untuk memenuhi

dinamakan debitur atau si berhutang.9

8 Loc cit.

(12)

Pasal 1320 KUH Perdata menjelaskan syarat-syarat sah perjanjian adalah :

1) Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian.

Persetujuan kehendak adalah kesepakatan seia sekata antara pihak-pihak

mengenai pokok perjanjian yang dibuat Di mana pokok perjanjian itu berupa

objek perjanjian dan syarat-syarat perjanjian apa yang dikehendaki oleh pihak

yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain, mereka menghendaki sesuatu

yang sama serta timbal balik. Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas artinya

betul-betul atas kemauan sukarela pihak-pihak, tidak ada paksaan sama sekali

dari pihak manapun. (Pasal 1324, KUH Perdata)

a. Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian

Pada umumnya orang itu dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum

apabila ia sudah dewasa, artinya sudah mencapai umur 21 tahun atau sudah

kawin walaupun belum 21 tahun. Menurut ketentuan Pasal 1330 KUH Perdata

dikatakan tidak cakap membuat perjanjian ialah orang yang belum dewasa,

orang yang ditaruh dibawah pengampunan dan wanita bersuami.

b. Adanya suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian merupakan prestasi yang perlu

dipenuhi dalam suatu perjanjian merupakan objek perjanjian. Prestasi itu harus

tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan mengenai

pokok perjanjian atau objek perjanjian ialah untuk memungkinkan

pelaksanaan hak dan kewajiban pihak-pihak.

c. Ada sebab yang halal

Sebab adalah suatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian yang

(13)

KUH Perdata itu bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang

mendorong orang membuat perjanjian melainkan sebab dalam arti perjanjian

itu sendiri yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak. 10

Perjanjian yang memenuhi syarat menurut undang-undang diakui oleh hukum dan

sebaliknya perjanjian yang tidak memenuhi syarat tidak diakui hak, walaupun

diakui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu selagi pihak-pihak

mengakui dan mematuhi perjanjian maka perjanjian itu berlaku bagi mereka.

Apabila sampai suatu ketika ada pihak yang tidak mengakuinya lagi, maka hakim

akan membatalkan atau menyatakan perjanjian terebut batal demi hukum.

Perjanjian pada Bank Syariah disebut dengan akad, yaitu suatu peristiwa di mana

seorang nasabah berjanji kepada Bank Syariah atau di mana dua pihak tersebut

berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Perjanjian ini merupakan suatu

perhubungan hak mengenai harta benda atau pihak dalam mana satu pihak

dianggap berjanji untuk melaksanakan sesuatu dan pihak lain berhak menuntut

pelaksanaan. 11

Akad mudharabah adalah satu akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama

(shahibul mal atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak

kedua (mudharib atau Nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan

membagi keuntungan usaha sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad. 12

10 Op.cit., hal. 7.

(14)

C. Tinjauan Umum tentang Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah suatu model perjanjian pembiayaan yang dilakukan oleh

perusahaan finansial atau lembaga keuangan kepada konsumen, untuk berbagai

keperluan baik konsumsi maupun usaha, di mana pengembalian pembiayaan

dilaksanakan secara angsuran. Pembiayaan konsumen termasuk ke dalam jasa

keuangan yang dapat dilakukan baik oleh bank ataupun lembaga keuangan non

bank dalam bentuk perusahaan pembiayaan.13

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 14

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas

pembiayaan adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan keyakinan pemberi pembiayaan bahwa pembiayaan

yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima

kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank,

dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah

baik secara intern maupun dari ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang

kondisi masa lalu dari sekarang terhadap nasabah pemohon pembiayaan.

13Ibid, hal.87.

(15)

b. Kesepakatan

Selain unsur percaya di dalam pembiayaan juga mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan penerima pembiayaan.

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing

pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka

waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati.

Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau

jangka panjang.

d. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko

tidak tertagihnya/macet pemberian pembiayaan. Semakin panjang suatu

pembiayaan semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini

menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai,

maupun oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau

bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa tersebut

yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya

administrasi pembiayaan merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank

yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 15

(16)

2. Pembiayaan Bank Syariah

Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) UU Perbankan Syariah maka diketahui bahwa

kegiatan usaha Bank Umum Syariah dalam hal pembiayaan terdiri dari:

a. Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad

musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad

istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah

c. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

d. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak

kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan

Prinsip Syariah;

Pasal 36 UU Perbankan Syariah mengatur bahwa dalam menyalurkan Pembiayaan

dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan/atau Unit

Usaha Syariah dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya.

3. Dasar Hukum Pembiayaan pada Bank Syariah

Dasar Hukum Pembiayaan pada Bank Syariah adalah UU Perbankan Syariah,

pada 19 Ayat (1) maka diketahui bahwa kegiatan usaha Bank Umum Syariah

(17)

berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah

Dasar hukum lainnya adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009

Tentang Bank Umum Syariah, dalam Penjelasan Umumdisebutkan bahwa

kegiatan operasional perbankan syariah yang mencakup seluruh aspek kehidupan

ekonomi seperti kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan

musyarakah), jual beli (murabahah, salam dan istishna), sewa (ijarah) dan jasa

lainnya (rahn, sharf dan kafalah) telah menjadikan Bank Syariah lebih dapat

memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat (universal banking).

4. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil

Prinsip Perbankan Syariah merupakan bagian dari ajaran Islam yang berkaitan

dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam adalah larangan riba

dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan sistem antara lain prinsip bagi hasil.

dengan prinsip bagi hasil, Bank Syariah dapat menciptakan iklim investasi yang

sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi baik keuntungan maupun

potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan posisi yang berimbang

antara bank dan nasabahnya, dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong

pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan tidak hanya dinikmati oleh

pemilik modal saja, tetapi juga oleh pengelola modal.

Lembaga keuangan syariah memakai prinsip-prinsip operasional sebagaimana

(18)

a. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip ini merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha

antara pemilik (sahibul maal) dan pengelola dana (mudharib). Pembagian

hasil usaha ini dapat terjadi antara lembaga keuangan syariah dengan nasabah.

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah dana musyarakah.

Prinsip bagi hasil menjadi karakteristik umum dan landasan dasar operasional

bank syari'ah secara keseluruhan secara prinsip dalam perbankan syari'ah yang

paling banyak dipakai adalah akad utama al musyarakah dan al mudharabah,

sedangkan al muzaro'ah dan al-musakoh dipergunakan khusus untuk

pembiayaan oleh beberapa Bank Syariah.

Secara umum prinsip-prinsip bagi hasil yang digunakan dalam perbankan

adalah mudharabah dan musyarakah. Mudharabah adalah kerjasama antara

dua pihak atau lebih dimana salah satu pihak menyediakan dana seluruhnya

dan pihak lain menjadi pengelola dan apabila terjadi kerugian di tanggung

oleh pihak yang mempunyai modal selama kerugian bukan kelalaian atau

disengaja oleh pengelola. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak

atau lebih untuk usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan

kontribusi dana dengan kesepakatan. Keuntungan dan resiko akan di tanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan ditentukan di awal perjanjian.

b. Prinsip Jual Beli dengan Margin Keuntungan

Prinsip ini merupakan tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya, di mana

(19)

untuk melakukan pembelian barang atas nama lembaga keuangan syariah,

kemudian lembaga keuangan syariah bertindak sebagai penjual yang menjual

barang tersebut kepada anggota/mitra dengan sejumlah harga beli, ditambah

dengan keuntungan bagi lembaga keuangan syariah (margin). Bentuk produk

berdasarkan prinsip ini adalah Mudharabah dan Bai’ bi Tsaman Ajil.

c. Prinsip non profit

Prinsip ini merupakan pembiayaan kebajikan, lebih bersifat sosial dan tidak

profit oriented. Anggota tidak perlu membagi keuntungan kepada lembaga

keuangan syariah, kecuali hanya membayar biaya riil yang tidak dapat

dihindari untuk terjadinya suatu kontrak, misalnya administrasi pembiayaan 16

D. Tinjauan Umum tentang Pembiayaan Mudharabah

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Menurut Penjelasan Pasal 19 Huruf (c) UU Perbankan Syariah maka diketahui

bahwa pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara pihak

pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh

modal dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau Nasabah) yang bertindak selaku

pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan

yang dituangkan dalam Akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh

Bank Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai

atau menyalahi perjanjian.

(20)

2. Karakteristik Pembiayaan Mudharabah

Beberapa karakteristik akad pembiayaan Mudharabah yang biasa dipraktekkan

oleh lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut:

a. Akad yang digunakan dalam pembiayaan Mudharabah adalah akad

pembiayaan dengan sistem bagi hasil. Implikasinya adalah dari penggunaan

akad pinjam meminjam mengharuskan adanya rukun yaitu pemberi pinjaman,

penerima pinjaman dan pembiayaan.

b. Besarnya nisbah atau bagi hasil yang ditetapkan oleh pihak lembaga keuangan

syariah dan nasabah di dalam akad, tidak dipengaruhi oleh frekuensi waktu

pembayaran, artinya, praktek Mudharabah menghendaki hanya ada satu

besaran nisbah yang telah disepakati pihak Bank Syariah dan nasabah.

c. Keuntungan dengan syarat-syaratnya yakni: (a) proporsi jelas. Keuntungan

yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas

persentasenya, seperti 60% : 40%, 50% : 50%, 70% : 30% dan sebagainya

menurut kesepakatan bersama. (b) Keuntungan harus dibagi untuk kedua

belah pihak, yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola (mudharib). (c)

Break Even Point (BEP) atau kembali modal harus jelas, karena BEP

menggunakan sistem revenue sharing dengan profit sharing berbeda. Revenue

sharing adalah pembagian keuntungan yang dilakukan sebelum dipotong

biaya operasional, sehingga bagi hasil dihitung dari keuntungan kotor/

pendapatan. Sedangkan profit sharing adalah pembagian keuntungan

dilakukan setelah dipotong biaya operasional, sehingga bagi hasil dihitung

(21)

Contohnya adalah nasabah yang meminjam uang sebesar Rp.48.000.000 dari

Bank Syariah dengan masa pinjaman selama 12 bulan dan nasabah akan

memberikan bagi hasil pendapatan dari usahanya berdasarkan nisbah porsi

bagi hasil dengan proyeksi bagi hasil dengan persentase nasabah 70% dan

Bank Syariah 30% setiap bulan dan membayarkan angsuran pembiayaan

pokok sebesar Rp4000.000.(empat juta) rupiah setiap bulan.

Berdasarkan ketentuan di atas maka perhitungan nisbah bagi hasil dan

pembayaran antara nasabah dengan Bank Syariah dalam pembiayaan

mudharabah selama satu tahun adalah sebagai berikut:

No Bulan Ke- Pembayaran Pokok (Rp)

Estimasi Laba Bersih Sebesar 5%

dari Total Pinjaman (Rp) Nisbah Nasabah Sebesar 70% (Rp) Bank Syariah Sebesar 30% (Rp)

1 Pertama 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

2 Kedua 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

3 Ketiga 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

4 Keempat 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

5 Kelima 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

6 Keenam 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

7 Ketujuh 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

8 Kedelapan 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

9 Kesembilan 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

10 Kesepuluh 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

11 Kesebelas 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

12 Keduabelas 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

Jumlah 48.000.000 28.800.000 20.160.000 8.640.000 Sumber: PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Tahun 2012

Berdasarkan perhitungan nisbah di atas maka diketahui bahwa atas pinjaman

sebesar Rp.48.000.000., dengan pembayaran pokok modalnya selama 1 tahun

dan besar angsuran per bulan adalah Rp.4.000.000. Sementara itu dengan

(22)

per bulan, maka pembagian nisbahnya adalah untuk nasabah sebesar 70%

yaitu Rp 1.680.000., dan untuk Bank Syariah sebesar 30% yaitu Rp 720.000.

Setelah satu tahun maka besarnya nisbah yang diperolehnya adalah Rp

20.160.000 dan untuk Bank Syariah adalah Rp.8.640.000. Dengan demikian

maka total pembayaran pokok dan nisbah selama satu tahun untuk Bank

Syariah adalah Rp.48.000.000., + Rp.8.640.000. = Rp.56.640.000.

d. Adanya Ijab Qobul, yaitu pemilik modal melafazkan ijab, misalnya: ”Aku

serahkan uang ini kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi

dua” dan Pihak pengelola mengucapkan kabul sebagai tanda persetujuan atas

diterimanya pembiayaan tersebut.

e. Tunai, maksudnya adalah hutang tidak dapat dijadikan modal Mudharabah.

Tanpa adanya setoran modal, berarti shahibul maal tidak memberikan

kontribusi apapun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’i dan

Maliki melarang hal itu karena merusak sahnya akad dan merupakan riba,

yaitu memberi tangguh kepada si berhutang yang belum mampu membayar

hutangnya dengan kompensasi si berpiutang mendapatkan imbalan tertentu.

f. Modal diserahkan sepenuhnya kepada pengelola secara langsung, apabila

tidak diserahkan kepada mudharib secara langsung dan tidak diserahkan

sepenuhnya (berangsur-angsur) dikhawatirkan akan terjadi kerusakan pada

modal, yaitu penundaan yang dapat mengganggu waktu mulai bekerja dan

akibat yang lebih jauh mengurangi kerjanya secara maksimal. Apabila modal

itu tetap dipegang sebagiannya oleh pemilik modal, dalam artian tidak

(23)

Syafi’iyah, akad Mudharabah tidak sah. Sedangkan ulama Hanabilah

menyatakan boleh saja sebagian modal itu berada di tangan pemilik modal,

asal tidak mengganggu kelancaran usahanya. 17

3. Manfaat Pembiayaan Mudharabah

Manfaat pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha

nasabah meningkat

b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan

secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank

hingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread

c. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang

benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungannya yang konkret

dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

d. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap

dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah

bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun

mengalami kerugian dan terjadi krisis ekonomi.18

E. Usaha Kecil dan Menengah

Pasal 1 Angka (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (Selanjutnya disingkat UU Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah), yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif

17 Yusak Laksmana, op cit, hal. 72.

(24)

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang ini.

Sementara usaha menengah menurut Pasal 1 Angka (3) UU Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

undang-undang ini.

Usaha kecil adalah suatu usaha yang mempekerjakan tenaga pelaksana dengan

jumlah yang minimal dan dijalankan pemiliknya yang juga mengawasi sendiri

sendiri semua fungsi pelaksana dengan jalan mendelegasikan pekerjaan kepada

pegawai-pegawainya dari hari ke hari, selain itu, usaha kecil didefinisikan sebagai

suatu usaha dalam mana pemiliknya langsung mengendalikan tenaga-tenaga

pelaksana dan tetap memegang pengendalian yang ketat atas seluruh kegiatan19

Usaha kecil menengah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelompok

usaha kecil menengah yang berada di Kabupaten Lampung Selatan, sebagai

wilayah operasional PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan.

(25)

F. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri

1. Sejarah Singkat PT Bank Syariah Mandiri

Pendirian PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dimulai dari adanya penggabungan

(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan

Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada

tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan

menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru

BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.

Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah

di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU

Nomor 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani

transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU

tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank

Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim

Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan

infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional

menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT PT

Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH,

No. 23 tanggal 8 September 1999.SM didirikan dengan dasar aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain. Terutama berkaitan dengan

(26)

yang sesuai dengan syariah. Sejumlah prestasi pernah diraih bank yang menganut

prinsip keadilan, kesederajatan, dan ketentraman ini.

2. Produk Perbankan PT Bank Syariah Mandiri

Produk perbankan pada PT Bank Syariah Mandiri terdiri dari:

a. BSM Implan

BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang

diberikan oleh bank kepada karyawan tetap. Perusahaan yang pengajuannya

dilakukan secara massal (kelompok).

b. Tabungan BSM

Tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad Mudharabah Mutlaqah yang

penarikannya berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati.

c. BSM Card

BSM Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan,

pembayaran, dan pemindahbukuan dana pada ATM BSM, ATM Mandiri,

jaringan ATM Prima-BCA dan ATM Bersama, serta ATM Bankcard. BSM

Card juga berfungsi sebagai kartu Debit yang dapat digunakan untuk transaksi

belanja di seluruh merchant yang menggunakan EDC Prima-BCA dan

NBSP.

d. Layanan Syariah Mandiri Prioritas

Yaitu nasabah menempatkan dana minimal Rp250juta dan berhak

mendapatkan layanan personal dengan fasilitas yang mengutamakan

kenyamanan dalam keseimbangan baik dalam layanan finansial maupun

(27)

menentukan pilihan perencanaan keuangan, termasuk konsultasi zakat, waqaf

hingga pembagian harta waris.

Selain itu PT Bank Syariah Mandiri juga memberikan pelayanan berupa

pembiayaan usaha kecil, warung mikro dan gadai emas.

3. PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda didirikan pada tanggal 18 Agustus 2011

dan beralamat di Jl. Raden Intan No. 255 E. 6 Kelurahan Way Urang Kecamatan

Kalianda Lampung Selatan. Adapun struktur organisasi PT Bank Syariah Mandiri

[image:27.612.62.575.375.607.2]

KCP Kalianda dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2

Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda

Sumber: PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Tahun 2012 Kepala Cabang

Operation Officer

Account Officer Kepala

Warung. Mikro

Asisten Analisis Mikro

Admin Pembiayaan

Mikro

Pelaksana Mikro

Teller

Marketing Support

Customer

(28)

G. Kerangka Pikir

[image:28.612.121.542.158.414.2]

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

Berdasarkan Gambar 1 di atas maka dapat dijelaskan bahwa tersebut penelitian ini

dilaksanakan untuk mendeskripsikan akad pembiayaan Mudharabah kepada

Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda

Lampung Selatan, yang terdiri dari syarat dan prosedur pembiayaan serta hak dan

kewajiban para pihak dalam pembiayaan Mudharabah. Alasannya adalah karena

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda merupakan salah satu Bank Syariah

yang telah melaksanakan aktivitas pembiayaan Mudharabah di wilayah Lampung

Selatan.

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan

Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah

(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif yaitu

pendekatan masalah yang dilakukan dengan menganalisis secara mendalam akad

pembiayaan mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank

Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan, yang terdiri dari syarat dan

prosedur pembiayaan serta hak dan kewajiban para pihak dalam Pembiayaan

Mudharabah.

B. Tipe Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan pokok dan bahasan dalam penelitian ini, maka

tipe penelitian ini adalah tipe deskriptif. Penelitian hukum deskriptif adalah

penelitian yang menggambarkan secara jelas dan lengkap tentang keadaan hukum

yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu, atau peristiwa hukum

tertentu yang terjadi dalam masyarakat.

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi bahan

hukum primer yaitu Akad pembiayaan mudharabah antara PT Bank Syariah

Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan dengan Usaha Kecil dan Menengah,

(30)

pembahasan. Bahan hukum sekunder diperoleh dari berbagai bahan hukum yang

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa literatur-literatur

hukum maupun literatur lainnya. Alasannya adalah data sekunder ini merupakan

data lapangan yang diperoleh dalam rangka menjawab permasalahan penelitian.

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah:

a. Studi pustaka, yaitu mempelajari, membaca, mencatat, memahami, dan

mengutip data yang diperoleh dari beberapa literatur berupa buku-buku dan

peraturan hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan.

b. Studi dokumen, yaitu mencatat data yang berhubungan dengan pokok

bahasan dalam penelitian dari berbagai dokumen, arsip, agenda atau sumber

dokumentasi lainnya.

2. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh atau terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Seleksi data, yaitu memeriksa data yang diperoleh secara selektif untuk

mengetahui apakah ada data yang salah dan apakah data tersebut sudah sesuai

dengan ketentuan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian.

b. Klasifikasi data, yaitu menempatkan data-data sesuai dengan kelompok dan

aturan yang telah diterapkan di dalam pokok bahasan sehingga diperoleh data

(31)

c. Sistematika data, yaitu menyusun data menurut tata urutan yang ditetapkan

sesuai dengan konsep, tujuan dan bahasan sehingga mudah untuk dianalisis.

F. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara

sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk

memperoleh suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan

yang bersifat umum20

20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1983, Universitas Indonesia Press, Jakarta, hal. 86

(32)

V. PENUTUP

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Syarat Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT

Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan terdiri dari: menjadi

nasabah PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda, mengisi formulir

permohonan pembiayaan, mempunyai usaha, berdomisili di wilayah

operasional PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda, menyerahkan

persyaratan administrasi, bersedia disurvey dan menyerahkan jaminan.

Prosedur Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan adalah pengisian

Formulir Permohonan oleh nasabah, pemeriksaaan kelengkapan berkas oleh

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda, penilaian kelayakan usaha nasabah,

keputusan pembiayaan dan realisasi pembiayaan.

2. Hak dan kewajiban dalam Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan

Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan

(33)

c. Hak nasabah adalah menerima pembiayaan dan mengetahui secara jelas

spesifikasi pembiayaan syariah, yang meliputi jumlah pembiayaan jangka

waktu pembiayaan nisbah bagi hasil dan pembayaran pokok teknis

pembayaran. Kewajiban nasabah adalah mengembalikan seluruh jaminan

pokok pembiayaan berikut bagian dari pendapatan/keuntungan bank sesuai

dengan nisbah, memberitahukan secara tertulis kepada bank dalam hal

terjadinya perubahan identitas atau usahaa, melakukan pembayaran atas

semua tagihan Pihak Ketiga, membebaskan seluruh harta kekayaan milik

nasabah dari beban penjaminan terhadap pihak lain, mengelola dan

menyelenggarakan pembukuan pembiayaan secara jujur dan benar,

menyerahkan setiap dokumen yang diminta bank, menjalankan usahanya

menurut ketentuan-ketentuan atau tidak menyimpang atau bertentangan

dengan prinsip-prinsip syariah.

d. Hak PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda adalah melakukan

penagihan atas keterlambatan pembayaran, mendapatkan nisbah atas usaha

yang dijalankan nasabah dan menerima jaminan pembiayaan dari nasabah,

memindahtangankan jaminan pembiayaan dari nasabah. Kewajiban PT

Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda adalah memberikan penjelasan

pembiayaan kepada nasabah merealisasikan pembiayaan kepada nasabah.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda diharapkan secara lebih

(34)

dan menengah untuk memudahkan masyarakat yang memiliki usaha kecil dan

menengah dalam rangka mengembangkan usaha yang ditekuninya.

2. Kepada masyarakat yang memiliki usaha kecil dan menengah hendaknya

memanfaatkan secara optimal pembiayaan syariah yang diberikan oleh PT

Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda, agar masyarakat yang memiliki usaha

kecil dan menengah tidak terbebani dengan sistem bunga yang diterapkan

(35)

i

MANDIRI KCP KALIANDA LAMPUNG SELATAN

Oleh

ABI AUFA ALQOHHAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(36)

ii

MANDIRI

KCP

KALIANDA

LAMPUNG

SELATAN

Nama Mahasiswa

:

ABI AUFA ALQOHHAR

No. Pokok Mahasiswa :

0642011008

Bagian

:

Hukum Keperdataan

Fakultas

:

Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Hj. Wati Rahmi Ria, S.H., M.Hum.

NIP 196504091990102001

Rohaini, S.H., M.H.

NIP 198102152008122001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

(37)

iii

1. Tim Penguji

Ketua

:

Hj. Wati Rahmi Ria, S.H, M.Hum.

...

…………

Sekretaris/Anggota

:

Rohaini, S.H., M.H.

………

Penguji

Bukan Pembimbing

:

Rilda Murniati, S.H, M.Hum.

………

2. Pj. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H, M.S.

NIP 19621109 198703 1 003

(38)

iv

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 30 Oktober 1987, merupakan anak ketiga

dari lima bersaudara, buah hati pasangan Bapak Sahal Hasan, S.H dan Ibu

Herlina.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Kartini

Bandar

Lampung pada tahun 1994, Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Sukajawa pada tahun

2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 13 Bandar Lampung

pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas di SMA YP Unila Bandar

Lampung pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai

(39)

v

Syukurku pada-Mu ya Allah, atas segala nikmat yang tak hentinya

Kau limpahkan dalam hidupku

Bismillahirrahmanirrahim

Kupersembahkan skripsi ini

sebagai tanda bukti hormat dan cintaku

kepada:

Kedua orang tuaku Sahal Hasan, S.H., dan Herlina

yang selalu memberikan cinta dalam balutan doa

Kakak-kakaku Herfisa Apriani, S.H., dan Herfira Hasrini, S.T.,

Serta adik-adikku

Herfina Mutia Sari dan Herfilia Yulia Sari

Desy Anggraini, S.Si.

(40)

vi

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan

manusia dari segunmpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.

Yang mengajar denganQalam. Dialah yang mengajar manusia

segala yang belum

diketahui”

(Q.S Al-

‘Alaq 1

-5).

Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu

dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu)

serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah

”.

(Abu Hurairah)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.

Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

(41)

vii

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini dengan judul:

“Deskripsi

Tentang Akad Pembiayaan Mudharabah pada Usaha Kecil dan Menengah

Oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu proses penyelesaian

skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Hj. Wati Rahmi Ria, S.H, M.Hum selaku Pembimbing Utama, atas segala

waktu, perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan.

4. Ibu

Rohaini, S.H., M.H. selaku Pembimbing Kedua, atas segala waktu,

perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan.

5. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum., selaku Pembahas I, atas seluruh masukan,

saran, serta kritikan-kritikan yang sangat membangun.

6. Ibu Nila Nargis, S.H., M.Hum., selaku Pembahas II, yang telah memberikan

(42)

viii

dan berguna.

8. Pimpinan PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan yang

telah memberikan izin penelitian dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi.

9. Kakak-kakaku Herfisa, S.H., dan Herfira, S.T., serta adik-adikku Herfina dan

Herfilia yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya.

10. Desy Anggraini, S.Si., beserta keluarga yang selalu memberikan motivasi dan

dukungannya

11. Teman-

teman kampus seperjuangan 06’ yang selalu memberikan motivasi d

an

dukungannya yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan penulis semoga skripsi ini dapat menjadi sumber

bacaan yang bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca umumnya.

Bandar Lampung, Mei 2012

Penulis,

(43)

ABSTRAK

DESKRIPSI TENTANG AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA

USAHA KECIL DAN MENENGAH OLEH PT BANK SYARIAH

MANDIRI KCP KALIANDA LAMPUNG SELATAN

Oleh

ABI AUFA AL QOHHAR

Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan bank berbasis syariah,

melaksanakan aktivitas dalam bidang ekonomi dengan mengacu pada nilai-nilai

dan syariah Islam, salah satu aktivitas tersebut adalah pemberian pembiayaan

syariah kepada nasabah atau

Mudharabah.

Alasan mengkaji pembiayaan

mudaharabah

adalah karena pembiayaan ini mencakup aspek kehidupan ekonomi

masyarakat yang menekuni usaha kecil dan menengah, tetapi mengalami

kekurangan dana dalam menjalankan usahanya. Perbedaannya dengan bank

konvensional adalah tidak diterapkannya sistem bunga, tetapi menerapkan

prinsip bagi hasil. Usaha kecil dan menengah merupakan usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah syarat dan prosedur

pembiayaan

Mudharabah

kepada Usaha Kecil dan Menengah olehBank Syariah

Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan? Bagaimanakah hak dan kewajiban para

pihak dalam Pembiayaan

Mudharabah

kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan? Tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis secara terperinci: Syarat dan prosedur pembiayaan

Mudharabah

kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri

KCP Kalianda Lampung Selatan. Hak dan kewajiban para pihak dalam

Pembiayaan

Mudharabah

kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank

Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif. Data yang

digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi

pustaka dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

(44)

Abi Aufa Al Qohhar

dan realisasi pembiayaan. Hak nasabah adalah menerima pembiayaan dan

mengetahui secara jelas spesifikasi pembiayaan. Kewajiban nasabah adalah

mengembalikan seluruh jaminan pokok pembiayaan dan keuntungan sesuai

dengan nisbah, memberitahukan bank jika terjadi perubahan identitas atau usahaa,

melakukan pembayaran atas semua tagihan Pihak Ketiga, membebaskan seluruh

harta kekayaan dari beban penjaminan terhadap pihak lain, mengelola dan

menyelenggarakan pembukuan secara jujur dan benar, menyerahkan dokumen

yang diminta bank, menjalankan usahanya menurut prinsip-prinsip syariah. Hak

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda adalah melakukan penagihan,

mendapatkan nisbah, dan menerima dan memindahtangankan jaminan

pembiayaan. Kewajiban Bank Syariah Mandiri adalah memberikan penjelasan dan

merealisasikan pembiayaan kepada nasabah.

Gambar

Gambar 2
Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis yang dilakukan terhadap hasil penelitian didapat perolehan bioetanol per jumlah bahan baku awal yang terbaik adalah 12,5 ml/kg dengan densitas sebesar 0,962

Untuk meningkatkan semangat kerja karyawan, salah satu langkah yang dilakukan perusahaan adalah dengan mengharuskan karyawan untuk mencapai target yang telah ditentukan, namun hal

b) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter. c) Penambahan

Berdasarkan PDRB dengan migas sektor yang memiliki pertumbuhan positif dan berdaya saing yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih, sektor

Sekretaris bidang login, untuk permohonan rapat sekretaris di mintak untuk menginputkan nama, ruangan, waktu, fasilitas, dan jumlah peserta, sistem melakukan validasi

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Inspektur, Sekretaris, Inspektur Pembantu Wilayah, Kepala Subbagian, Kelompok Jabatan Fungsional, Auditor dan Pengawas

Beberapa Ketentuan pada dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Some data comparison samples between the position obtained by simulation using the Solidworks Motion Study software and position measurement results obtained by