• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN DANA PENSIUN PEMBERI KERJA (Studi Pada PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN DANA PENSIUN PEMBERI KERJA (Studi Pada PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN DANA PENSIUN PEMBERI KERJA (Studi Pada PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

AMRI EKA SUMA

Dana pensiun PT Gunung Madu Plantation merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja yang dimana perusahaan itu sendiri yang mendirikan, mengelola dan melakukan pelaksanaan perjanjian dana pensiun untuk karyawannya yang menjadi peserta dana pensiun. Program iuran yang termuat dalam isi perjanjian pelaksanaan dana pensiun gunung madu adalah program pensiun iuran pasti yang dimana peserta dana pensiun gunung madu dipotong gajinya untuk iuran dana pensiun yang selanjutnya akan dikelola serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta sampai waktunya peserta masuk usia pensiun. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana pelaksanaan perjanjian Dana Pensiun pada PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah, apa perbedaan antara Perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja pada PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah dengan Perjanjian Asuransi Hari Tua dan akibat hukum apabila terjadi wanprestasi pada pelaksanaan perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif-terapan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan, data ini di peroleh dengan cara melakukan wawancara terhadap orang yang menjadi pengurus dana pensiun serta pekerja di PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Data yang diterkumpul dianalisis secara kualitatif.

(2)

oleh masing-masing penyelenggara, serta pada penerapan pelaksanaan perjanjiannya yang dituangkan dalam formulir aplikasi kepesertaan. Apabila terjadi wanprestasi antara para pihak maka akibat hukumnya bagi pihak Dana Pensiun Pemberi Kerja adalah bertanggung jawab atas kerugian yang dilakukannya, sedangkan bagi peserta yang melanggar kesepakatan dalam perjanjian maka perjanjian tersebut dinyatakan batal demi hukum. Selain hal tersebut penyelesaian wanprestasi dapat diselesaikan secara musyawarah dengan bantuan SPSI atau juga bisa melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).

(3)

Oleh

AMRI EKA SUMA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Amri Eka Suma. Penulis dilahirkan di Balerejo 15 Juli 1991, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Hartono dan Ibu Sri Giatmi.

Pendidikan pada Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita Balerejo Batanghari Lampung Timur diselesaikan pada tahun 1997, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Balerejo Batanghari Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Batanghari dan diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Metro dan diselesaikan pada tahun 2009.

(7)

MOTO

“Maha Suci Engkau, Tidak Ada Yang Kami Ketahui Selain Dari Apa Yang Telah Engkau Ajarkan Kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha

Mengetahui Lagi Maha Bijaksana.”

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa puji dan syukur Kehadirat Allah SWT pencipta alam semesta beserta isinya,

Skripsi Ini Kupersembahkan Kepada :

Ayah ( Hartono) dan Bunda ( Sri Giatmi) yang telah membesarkanku dengan sabar dan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan agar keselamatan dan

kesehatan selalu menyertaiku, anakmu yang tersayang,

Adikku tercinta, Ali Dwi Putra yang telah membuatku menjadi seorang yang dewasa serta selalu mendoakan keberhasilanku,

Seluruh Keluarga Besarku Tercinta

Serta Almamaterku Fakultas Hukum Universitas Lampung

(9)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “AnalisisPelaksanaan Perjanjian Dana Pensiun Pemberi

Kerja” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di

Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak bekerja sendiri melainkan atas bantuan dari berbagai pihak, yang pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Hukum Keperdataan;

3. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

(10)

Terima kasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu.

6. Ibu Yennie Agustine MR, S.H., M.H selaku Pembahas Kedua pada skripsi ini. Terima kasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu.

7. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H selaku Pembimbing Akademik.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukm, khususnya dosen bagian Hukum Keperdataan atas bimbingan dan arahan kepada penulis selama berada di bangku perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas Lampung.

10.Keluargaku tercinta Ayah, Bunda, adikku (Ali Dwi Putra) yang selalu memanjatkan do’a untuk kelancaran skripsi dan kesuksesanku serta dukungan

moral serta materil yang selalu mengiringi langkahku.

11.Keluarga besar penulis yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas semangat yang kalian berikan.

12.Bapak Ir. Gunawarman, selaku Kepala Departemen SBF PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara.

(11)

Kabupaten Lampung Tengah, dan Bapak Prihono selaku Sekretariat HRGS PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah serta para karyawan PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah yang telah banyak membantu memberikan informasi selama penelitian dan telah menerima baik penulis selama ini.

14.Untuk seseorang yang kusayangi, terimakasih atas perhatian dan dukungannya selama ini. Terima kasih dan maaf kalau selama ini aku banyak salah.

15.Untuk keluarga kecilku di kosan Imoet gang Kopi Arabika : Gandhi Wardana, Amin Fauzi, Jimmy Andrie Commando, Andi Sutioso, Febri Eka Pratama, Muhammad Riski Widhiarto dan Rido Thamrin Purba, Terima kasih kebersamaan dan rasa kekeluargaannya selama ini.

16.Seluruh teman-teman KKN Tematik Unila 2012 Desa Gunung Terang, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat (Radhit, Fajar, Fadli, Rulio, Ressi, Desi, Monica, Mercy, Eva, Ani, Hetty, Puri, Randi, Riski, Apri, Manda, Anton, Randi).

17.Teman-teman di Zig-Zag FC, Wandi, Yosan, Acep, Rian, Puja, Ais, Hari, Ruchiyat. Terima kasih kebersamaannya selama ini.

(12)

Merly, Lala, Rivan, Resky, Reky, Yuni, Danu, Zulfikar, Billy, Neny, Amin, Sari dan teman-teman yang laen. Semangat dan tetep berjuang.

20.Seluruh rekan-rekan Fakultas Hukum Universitas Lampung 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan kalian.

21.Seluruh teman, sahabat, kenalan, serta orang-orang yang telah memberikan motivasi, do’a, bantuan moril maupun imateril kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang berkepentingan pada umumnya untuk kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Allah SWT meridhoi segala usaha dan ketulusan yang diberikan pada penulis.

Bandar Lampung, November 2013 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

JUDUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Pokok Bahasan ... 7

1.2.1 Permasalah ... 7

1.2.2 Pokok Bahasan ... 7

1.3 Ruang Lingkup ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Perjanjian Pada Umumnya ... 10

2.1.1 Pengertian Perjanjian ... 10

2.1.2 Syarat Sahnya Perjanjian ... 12

2.1.3 Asas-Asas Perjanjian ...13

2.1.4 Jenis-Jenis Perjanjian ... 14

2.1.2 Prestasi, Wanprestasi dan Overmacht serta Resiko ... 15

2.2 Tinjauan Umum Perusahaan ... 16

2.2.1 Pengertian Perusahaan ... 16

2.3 Dana Pensiun ... 19

2.1.1 Pengertian Dana Pensiun ... 19

2.1.2 Asas-Asas Pokok dalam Ketentuan Dana Pensiun ... 20

2.1.2 Jenis dan Program Dana Pensiun ... 22

2.4 Pengertian dan Fungsi Bank ... 27

(14)

2.5.1 Pengertian Asuransi ... 30

2.5.2 Unsur-Unsur Asuransi... 31

2.6 Kerangka Pikir ... 37

III. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Tipe Penelitian ... 38

3.3 Pendekatan Masalah ... 39

3.4 Data dan Sumber Data ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.6 Metode Pengolahan Data ... 43

3.7 Analisis Data ... 43

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Pelaksanaan Perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja PT Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah ... 47

4.2 Perbedaan Antara Perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja Dengan Perjanjian Asuransi Hari Tua. ... 65

4.3 Akibat hukum apabila terjadi wanprestasi pada pelaksanaan perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah. ... 75

V. KESIMPULAN Kesimpulan ... 86

Daftar Pustaka

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, dimana bekerja merupakan sarana guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan tidak akan berhenti meski individu tersebut sudah tidak lagi produktif bekerja. Kebutuhan yang tercukupi merupakan suatu bentuk dari kesejahteraan yang didambakan oleh setiap orang, terutama ketika memasuki hari tua dengan tenang tanpa harus memikirkan lagi urusan pekerjaan, maka dibutuhkan suatu jaminan. Jaminan kesejahteraan adalah hal terpenting bagi setiap orang yang bekerja. Untuk itu, setiap pekerja berusaha melakukan kewajiban kerja dengan sebaik-baiknya.

(16)

peserta asuransi hari tua kebanyakan mereka menikmati masa berakhirnya usia produktifnya dengan tidak menggunakan jaminan kesejahterann pada dirinya.

Berdasarkan hal tersebut banyak perusahaan melakukan perubahan untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada para pekerjanya, dengan cara memberikan hadiah atau bonus kerja. Namun demikian dengan berusaha sebaiknya dalam bekerja tidak cukup tanpa adanya penyisihan pendapatan selama masa aktif bekerja di mana harapan untuk menikmati kesejahteraan di hari tua setelah pensiun sulit untuk terwujud. Mengingat hal tersebut, pada saat ini dalam masyarakat kita telah berkembang suatu bentuk tabungan masyarakat yang semakin banyak dikenal oleh para karyawan, yaitu dana pensiun. Proses dana pensiun ini dengan asuransi hari tua hampir sam tetapi ada perbedaan-perbedaan yang melatar belakangi kedua jaminan kesejahteraan ini.

Dana Pensiun ini merupakan badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Penyelenggaraan program dana pensiun ini dapat dilakukan oleh pemberi kerja atau dengan menyerahkan kepada lembaga keuangan lain yang menawarkan jasa pengelolaan program pensiun, misalnya bank umum atau perusahaan asuransi jiwa.1

Sebelumnya kita ketahui di masyarakat telah berkembang berbagai model penyelenggaraan program pensiun. Namun model ini dianggap mengandung berbagai kelemahan mendasar yang berpengaruh langsung terhadap stabilitas kesinambungan program pensiun maupun kendala dari aspek operasionalnya. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Peraturan ini dibentuk

(17)

dengan tujuan untuk menjadikan dana pensiun ini jauh dari praktik-praktik yang merugikan untuk para peserta atau karyawan. Dan juga Undang-Undang Dana Pensiun ini diharapkan membawa pertumbuhan Dana Pensiun di Indonesia secara lebih pesat, tertib dan sehat sehingga meningkatkan kesejahteraaan masyarakat.2

Kehadiran Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun ini memacu perkembangan institusi dana pensiun di Indonesia. Walaupun peraturan ini sebelumnya sekedar mengatur para pegawai negeri saja, mulai sekarang peraturan ini juga bisa di pakai oleh pekerja mandiri atau karyawan swasta, seperti contohnya di Gunung Madu Plantation. Walaupun perusahaan ini adalah swasta tetapi demi menjaga loyalitas dan keefektifan para karyawan perusahaan mempunyai inisiatif untuk memberi dana pensiun untuk karyawannya.

Dana pensiun diselenggarakan dalam upaya memberikan jaminan kesejahteraan pada karyawan. Jaminan tersebut diberikan dalam bentuk manfaat atau imbalan pensiun pada saat karyawan tersebut memasuki masa pensiun atau mengalami kecelakaan. Seperti halnya diterapkan oleh PT Gunung Madu Plantation, yang mana perusahaan ini merupakan perusahaan yang berdiri sejak tanggal 20 Oktober 1975, yang terbentuk antara perusahaan swasta asing dan swasta nasional yang berstatus perkebunan tebu modal asing yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Kwok Investment (Hongkong). Perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan tebu dan pabrik gula. Tujuan dari pembentukan perusahaan ini yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan kebijakan

2 Zulaini Wahab, Segi Hukum Dana Pensiun, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, terdapat di situs

(18)

pemerintah khususnya di industri gula yang berada diluar jawa untuk meningkatkan produksi gula agar indonesia menjadi negara yang berswasembada gula.

PT Gunung Madu Plantation ini terletak di Gunung Batin, Lampung Tengah, sekitar 90 km arah utara kota Bandar Lampung tepatnya pada jalan lintas Sumatera Bagian Timur. Total area yang dikelola 35.000 ha dengan luas kebun 24.500 ha. Sisanya merupakan jalan, bangunan pabrik, perkantoran, pemukiman, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sungai-sungai, rawa, dan kawasan konservasi. Sarana dan Prasarana umum ke Lokasi Pabrik tersedia dan cukup Lancar. Jaraknya ± 7 km dari jalan aspal.

Perusahaan ini tiap tahun harus menghasilkan rata-rata 200.000 ton/tahun. Sedangkan hasil lainnya berupa molasses rata-rata 75.000 ton/tahun yang dipasarkan di Luar Negeri yang biasanya digunakan sebagai bahan pakan ternak. Dengan target tersebut perusahaan ini memiliki tenaga sekitar 1.700 orang sebagai karyawan tetap, ditambah sekitar 8.500 orang sebagai tenaga kerja harian dan musiman pada waktu musim giling (April-Oktober). Di Luar musim giling (Oktober-Maret), tenaga kerja harian yang masih dapat diserap sekitar 4.000 orang.

(19)

bekerja di perusahaan tetapi juga disaat mereka sudah tidak bekerja lagi, karena setiap orang nanti pada waktunya untuk pensiun, maka dari itu perusahaan membentuk lembaga dana pensiun.

Dana pensiun ini menjadi salah satu fasilitas yang didapat para karyawan dari mulai usia kerja. Di dalam pengelolaan dana pensiun ini Gunung Madu Plantation sebelumnya para pemegang saham melakukan rapat umum yang akhirnya mindirikan lembaga baru diperusahaan yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja yang mana lembaga ini bertujuan untuk mengelola dan menberikan dana pensiun terhadap karyawan.

Jenis Dana Pensiun yang dipakai oleh perusahaan Gunung Madu Plantation ini adalah Dana Pensiun Pemberi Kerja yang diatur dalam BAB III Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun dari mulai Pasal 5 sampai dengan Pasal 39, semua penjelasan mengenai Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) ini terkandung didalam pasal-pasal tersebut. Untuk menindak lanjuti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, maka pemerintah menerbitkan peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja. Pengertian Dana Pensiun Lembaga Keuangan ini terdapat atau tercantum pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992.3

Dalam penjelasan pasal di atas ada Program Pensiun Iuran Pasti yang sebelumnya juga mempunyai peraturan tersendiri yang dibentuk oleh Menteri Keuangan yaitu di Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 343/KMK.017/1998 tentang Iuran Dan Manfaat Pensiun. Didalam Keputusan ini juga menjelaskan tentang berapa

(20)

iuran dan manfaat pensiun di Dana Pensiun Pemberi Kerja yang berada di BAB II bagian ketiga pada Pasal 16 dan Pasal 17 tentang Iuran Peserta Program Pensiun Iuran Pasti dan di bagian kelima pada Pasal 20, Pasal 21 dan Pasal 22 tentang Manfaat Pensiun Peserta Program Pensiun Iuran Pasti.4 Beberapa peraturan diatas sudah sedikit banyak memberikan pedoman bagi perusahaan dan karyawan mandiri bisa menentukan dan mengelola dana pensiun tersebut.

Dalam peraturan-peraturan diatas semua mengatur tentang dana pensiun dan di PT Gunung Madu Plantation ini juga memakai peraturan-peraturan ini untuk membuat perjanjian dana pensiun kepada karyawannya. Disini prosentase yang diberikan GMP untuk Dana Pensiun yaitu 4% untuk karyawan dan 8% untuk GMP (Perusahaan).

Dalam pelaksanaan perjanjian dana pensiun ini GMP juga bekerja sama dengan Lembaga Keuangan lainnya untuk mengelola dan mengawasi terkait dana pensiun ini. Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, maka penulis ingin meneliti dan mengetahui tentang perjanjian dana pensiun yang dikeluarkan oleh PT Gunung Madu Plantations. Maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Analisis Pelaksanaan Perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja (Studi pada PT Gunung Madu Plantation

Kabupaten Lampung Tengah).”

4

(21)

1.2Permasalahan dan Pokok Bahasan

1.2.1Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi fokus permasalahan skripsi ini adalah Bagaimana analisis perjanjian dana pensiun pemberi kerja pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah.

1.2.2 Pokok Bahasan

Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi pokok bahasan dalam penulisan ini adalah :

1. Pelaksanaan perjanjian Dana Pensiun pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah.

2. Perbedaan antara Perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah dengan Perjanjian Asuransi Hari Tua. 3. Akibat hukum apabila terjadi wanprestasi pada pelaksanaan perjanjian Dana

Pensiun Pemberi Kerja PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah.

1.3 Ruang Lingkup

(22)

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk memahami dan menganalisis pelaksanaan perjanjian Dana Pensiun pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah.

b. Untuk memahami dan menganalisis perbedaan antara Dana Pensiun Pemberi Kerja pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah dengan Asuransi Hari Tua.

c. Untuk memahami dan menganalisis Akibat hukum apabila terjadi wanprestasi pada pelaksanaan perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah.

1.5Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan perkembangan pengetahuan ilmu hukum ekonomi mengenai perjanjian khususnya perjanjian dana pensiun.

2. Kegunaan Praktis

(23)

b. Untuk Menambah bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan permasalahan dan pokok bahasan perjanjian dana pensiun;

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Perjanjian Pada Umumnya

2.1.1 Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

“Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang lain atau lebih lainnya". Namun ketentuan Pasal ini kurang tepat, karena memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Hanya menyangkut sepihak saja.

Hal ini dapat diketahui dari rumusan kata kerja “mengingatkan diri”, yang seolah-olah

sifatnyahanya dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Harusnya rumusan itu bertuliskan “saling mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara dua pihak.

b. Kata perbuatan mencankup juga kata konsensus.

Dalam pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan penyelenggaraan kepentingan

(zaakwaarneming), tindakan melawan hukum (onrechtmatigedaad) yang tidak mengandung konsensus. Seharusnya menggunakan istilah “persetujuan”.

c. Pengertian perjanjian terlalu luas.

(25)

mengenai harta kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam buku III KUHPerdata sebenarnya hanya meliputi perjanjian yang bersifat kebendaan.

d. Tanpa menyebut tujuan.

Dalam rumusan Pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa.

Berdasarkan alasan-alasan diatas, maka perjanjian dapat dirumuskan sebagai berikut “Perjanjian adalah sebagai suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling

mengikatkkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan. Perjanjian yang dibuat tersebut dapat berbentuk kata-kata secara lisan dan dapat pula dalam bentuk tertulis”.5

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.6 Sebagai perwujudan tertulis dan perjanjian. Kontrak adalah salah satu dan dua dasar hukum yang ada selain undang-undang yang dapat menimbulkan perikatan. Perikatan adalah suatu keadaan hukum dengan kewajiban-kewajiban yang berkaitan satu sama lain. Berdasarkan hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan (prestasi), perjanjian dibagi dalam tiga macam, yaitu:

a. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang b. Perjanjian untuk berbuat sesuatu;

c. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

(26)

Dari penjelasan diatas, menurut Abdul Kadir Muhammad dalam bukunya yang berjudul Hukum Perikatan, antara lain disebutkan bahwa didalam perjanjian itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Pihak-pihak, sedikitnya dua orang (subjek), b. Persetujuan antara pihak-pihak itu (consensus), c. Tujuan yang akan dicapai,

d. Prestrasi yang harus dilaksanakan, e. Bentuk tertentu, lisan, maupun tulisan, f. Syarat syarat tertentu.

2.1.2 Syarat Sahnya Perjanjian

Suatu perjanjian dapat dikatakan suatu perjanjian yang sah apabila memenuhi syarat-syarat tertentu, sehingga perjanjian itu dapat dilakukan dan diberi akibat hukum (legally concluded contract). Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, syarat-syarat sah suatu perjanjian adalah :7

a. Kesepakatan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (consensus). b. Kecakapan untuk membuat perjanjian (capacity). Pada asasnya setiap orang yang

sudah dewasa atau akhil balik dan sehat fikirannya (sehat menurut hukum atau telah berumur 21).

c. Suatu hal tertentu (a certain subject matter), artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan.

d. Suatu sebab yang halal (legal cause), artinya menyangkut isi perjanjian itu sendiri.

(27)

Dari uraian mengenai 4 (empat) syarat sahnya perjanjian bahwa jika tidak terpenuhinya salah satu syarat tersebut, akan menimbulkan akibat yang berbeda. Dalam hal syarat subyektif yang tidak terpenuhi, maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Apabila syarat objektifnya yang tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum. Maksudnya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan antara orang-orang yang bermaksud membuat perjanjian itu.

2.1.3 Asas-Asas Perjanjian

Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang merupakan dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan. Beberapa asas tersebut adalah sebagai berikut:8 a. Asas kebebasan berkontrak.

Asas ini berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu kebebasan menentukan "apa" dan dengan "siapa" perjanjian itu diadakan. Perjanjian yang dibuat sesuai dengan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, mempunyai kekuatan mengikat.

b. Asas kekuatan mengikat.

Di dalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan mengikat, terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan serta moral.

c. Asas konsensualisme.

Artinya bahwa suatu perjanjian lahir sejak adanya sepakat diantara para pihak. Dengan kata lain perjanjian itu sudah sah sejak tercapai kata sepakat mengenai hal-hal pokok dan tidak diperlukan formalitas.

(28)

Asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian itu (buku III) memperlihatkan bahwa sistem yang dianut pada buku III Kitab Undang- Undang Hukum Perdata adalah sistem terbuka yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang sesuai dengan apa yang dikehendaki, selama tidak bertentangan dan melanggar ketentuan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Jadi para pihak dapat membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian, bilamana dikehendaki. Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menganut sistem terbuka agar dapat mengikuti perkembangan masyarakat yang semakin maju, dimana muncul macam-macam perjanjian baru yang sesuai dengan kebutuhan.

2.1.4 Jenis-Jenis Perjanjian

Undang-undang memberikan kebebasan bagi setiap orang untuk melakukan perjanjian, mengingat banyaknya jenis perjanjian yang terdapat di dalam masyarakat tetapi perjanjian yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Secara garis besar perjanjian dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut :9

1. Perjanjian Timbal Balik adalah perjanjian yang dapat menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak yang melakukannya. Misalnya perjanjian jual beli.

(29)

2. Perjanjian Cuma-cuma adalah suatu perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak. Misalnya dalam hal pemberian sesuatu oleh salah satu pihak tanpa adanya imbalan dari pihak lainnya, jadi sama dengan pemberian hibah.

3. Perjanjian Konsensuil adalah adanya suatu perjanjian cukup dengan adanya kata sepakat dari para pihak. Misalnya masing-masing pihak sepakat untuk meniadakan perjanjian jual beli kambing.

Perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja apabila dikaitkan dengan jenis-jenis perjanjian maka termasuk dalam perjanjian timbal balik, dimana masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban. Dalam perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja masing-masing pihak yang terikat di dalamnya mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Selain itu perjanjian dalam bentuk peraturan dana pensiun ini tidak terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2.1.5 Prestasi, Wanprestasi dan Overmacht serta Resiko

Prestasi adalah hal-hal yang diperjanjikan dalam perjanjian untuk dilaksanakan.10 Pada dasarnya suatu perjanjian, merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu berdasarkan macamnya hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan.

Wanprestasi adalah pihak berutang (debitur) tidak melakukan apa yang diperjanjikan, melakukan kelalaian atau melanggar perjanjiandengan berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.11Akibat yang sangat penting dari tidak dipenuhinya perikatan (wanprestasi) ialah bahwa kreditur dapat minta ganti rugi atas ongkos, rugi dan bunga

(30)

yang dideritanya. Debitur dibebankan kewajiban ganti rugi ini bilamana telah dinyatakan berada dalam keadaan lalai.

Keadaan memaksa (overmacht) adalah suatu keadaan yang terjadi setelah dibuatnya persetujuan, yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya, dimana debitur tidak dapat dipersalahkan dantidak harus menanggung resiko serta tidak dapat menduga pada waktu persetujuan dibuat. Hal-hal tentang keadaan memaksa itu terdapat dalam ketentuanketentuan yang mengatur ganti rugi, Pasal 1244 dan Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.12

Resiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak.13 Persoalan resiko itu berpokok pangkal pada terjadinya suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang mengadakan perjanjian. Pasal yang mengatur tentang resiko yaitu Pasal 1237 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2.2 Tinjauan Umum Perusahaan

2.2.1 Pengertian Perusahaan

Istilah perusahaan untuk pertama kalinya terdapat di dalam Pasal 6 KUH Dagang yang mengatur mengenai penyelenggaraan pencatatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang yang menjalankan perusahaan. Meskipun demikian, KUH Dagang tidak memuat penafsiran otentik mengenai arti perusahaan.14 Mengenai definisi perusahaan dapat kita temukan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar

12 Ibid, Subekti, hlm 55 13 Ibid, Subekti, hlm 59.

(31)

Perusahaan (UU Wajib Daftar Perusahaan). Namun sebelum membahas pengertian perusahaan menurut UU Wajib Daftar Perusahaan, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian perusahaan menurut para ahli hukum.

Menurut Molengraaff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak ke luar untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.15 Rumusan yang dikemukakan oleh Molengraaff tersebut hanya meliputi jenis usaha dan tidak meliputi perusahaan sebagai badan usaha.16

Sedangkan menurut Polak, suatu usaha untuk dapat dimasukkan dalam pengertian perusahaan harus mengadakan pembukuan, yaitu perhitungan mengenai laba dan rugi.17 Pada perkembangan selanjutnya, Komar Andasasmita membedakan antara perusahaan dengan jabatan. Menurut Andasasmita, perusahaan adalah mereka yang secara teratur berkesinambungan dan terbuka bertindak dalam kualitas tertentu (pasti) mencapai atau memperoleh (dengan susah payah) keuntungan bagi diri mereka. Sedangkan jabatan adalah mereka yang bertujuan/bersifat idial atau yang menggunakan keahlian, seperti dokter, pendeta, pengacara dan notaris.18

Menurut ketentuan Pasal 1 huruf b UU Wajib Daftar Perusahaan, yang dimaksud dengan perusahaan adalah:

15. Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, hlm 7. 16. Ibid., hlm 8

(32)

“ Setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus

menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan.dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.”

Definisi perusahaan menurut ketentuan tersebut memuat dua unsur pokok, yaitu:19 1. Bentuk usaha (company) yang berupa organisasi atau badan usaha yang didirikan,

bekerja dan berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia.

2. Jenis usaha (business) yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian (perindustrian, perdagangan, perjasaan, pembiayaan) dijalankan oleh badan usaha secara terus menerus.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur perusahaan adalah sebagai berikut:20

1. Badan usaha.

Perusahaan memiliki bentuk tertentu, baik yang berupa badan hukum maupun yang bukan badan hukum. Contohnya Perusahaan Dagang, Firma, Persekutuan Komanditer, Perseroan Terbatas, Perusahaan Umum, Perusahaan Perseroan dan Koperasi. Kegiatan dalam bidang perekonomian, meliputi bidang perindustrian, perdagangan, perjasaan, dan pembiayaan.

2. Terus-menerus.

kegiatan usaha dilakukan sebagai mata pencarian, tidak insidental dan bukan pekerjaan sambilan.

3. Bersifat tetap

(33)

Kegiatan usaha yang dilaksanakan tidak berubah atau berganti dalam waktu singkat, tetapi untuk jangka waktu yang lama.

4. Terang-terangan

Kegiatan usaha ditujukan kepada dan diketahui oleh umum, bebas berhubungan dengan pihak lain, diakui dan dibenarkan oleh pemerintah berdasarkan undang-undang. Keuntungan dan atau laba, berarti tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan atau laba.

5. Pembukuan

perusahaan wajib untuk menyelenggarakan pencatatan mengenai kewajiban dan hak yang berkaitan dengan kegiatan usahanya.

2.3 Dana Pensiun

2.3.1 Pengertian Dana Pensiun

Pengertian dana pensiun adaalah :21

“suatu badan hukum yang dibentuk untuk mengelola dan menjalankan program yang

menjanjikan manfaat pensiun”.

Di dalam definisi diatas tertuang atau terdapat duaunsur penting yaitu: a. Dana pensiun menurut undang-undang adalah suatu badan hukum. b. Dana pensiun menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.

Para sarjana pada umumnya mendefinisikan badan hukum sebagai suatu bentukan hukum yang mempunyai hak dan kewajiban sendiri, sehinggadikatakan sebagai subjek hukum. Dikatakan bentukan hukum karena badan hukum memang merupakan ciptaan

(34)

atau fiksi hukum yang sengaja diciptakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.22

Dana pensiun memiliki status sebagai badan hukum dengan syarat dan tata cara yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dana Pensiun. Status badan hukum tersebut diperoleh dengan mengajukan permohonan untuk mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwenang, yaitu Menteri Keuangan. Dana pensiun memiliki status sebagai suatu dana pensiun sejak tanggal pengesahan Menteri Keuangan. Pembentukan tersebut wajib diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia agar diketahui olehseseorang yang berkepentingan.

2.3.2 Asas-Asas Pokok Dalam Ketentuan Dana Pensiun

Undang-Undang No. 11 tahun 1992 yang merupakan landasan hukum pembentukan Dana Pensiun dan penyelenggaraan program pensiun mengandung asas-asas pokok sebagai berikut :

1. Asas Pemisahan Kekayaan

Asas ini menggariskan agar -kekayaan dana pensiun dipisahkan dari kekayaan badan hukum pendirinya. Asas ini didukung oleh adanya badan hukum tersendiri bagi dana pensiun dan dikelola berdasarkan ketentuan undang-undang. Berdasarkan asas ini kekayaan dana pensiun, terutama yang bersumber dari iuran, terlindungi dari halhal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi pada pendirinya.

2. Asas Penyelenggaraan Dalam Sistem Pendanaan

(35)

Dengan asas ini penyelenggaraan program pensiun, baik bagi karyawan maupun bagi pekerja mandiri, harus dilakukan dengan pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri, sehingga cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta.

3. Asas Pembinaan dan Pengawasan

Pengelolaan dan penggunaan kekayaan dana pensiun harus dihindarkan dari pengaruh kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama pemupukan dana, yaitu memenuhi kewajiban pembayaran hak peserta. Pembinaan dan pengawasan dana pensiun dilakukan melalui evaluasi peraturan dana pensiun berdasarkan laporan keuangan dan laporan teknis, serta pemeriksaan langsung terhadap dana pensiun.

4. Asas Penundaan Manfaat

Penghimpunan dana dalam penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah pensiun, agar kesinambungan penghasilannya terpelihara. Sejalan dengan itu berlaku asas penundaan manfaat, yang mengharuskan bahwa pembayaran hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun, yang pembayarannya dilakukan secara berkala.

5. Asas Kebebasan

(36)

2.3.3 Jenis dan Program Dana Pensiun

Berdasarkab jenisnya dana pensiun ini menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:23

a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)

Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.

Pendiri DPPK adalah orang atau badan yang mempekerjakan karyawan sedangkan untuk pesertanya terbatas pada perusahaan yg mendirikan DPPK tersebut dan Mitra Pendiri apabila ada serta ada hubungan hukum ketenagakerjaan antara Pendiri, Mitra Pendiri dan Peserta. Pengurus dan Dewan Pengawas ditunjuk / diberhentikan oleh Pendiri.

Dalam DPPK untuk program pensiunnya ada dua pilihan yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Untuk satu DPPK tidak boleh menyelenggarakan 2 program sekaligus misalnya DPPK A dengan program PPMP dan PPIP ini dilarang tetapi kalau 1 Pendiri mau mendirikan 2 DPPK boleh, misalnya perusahaan B mendirikan 2 DPPK (DPPK B dengan PPMP dan DPPK B dengan PPIP).

Usia pensiun dalam DPPK sudah ditentukan dalam Peraturan Dana Pensiun (PDP) dan peserta tidak bisa menentukan usia pensiunnya sendiri-sendiri, rata-rata DPPK yang ada

(37)

di Indonesia ini menentukan untuk usia pensiun normal 55 tahun dan untuk usia pensiun dipercepat 45 tahun. Iuran pensiun bersumber dari 2 sumber :

1. Pemberi Kerja

2. Pemberi Kerja dan Peserta

Dalam DPPK dengan PPIP Total iuran baik dari Pemberi Kerja maupun dari Peserta (apabila Peserta diwajibkan mengiur) maksimal 20% dari PhDP (penghasilan dasar pensiun).

PhDP ini ditetapkan di dalam PDP unsur-unsurnya bisa gaji pokok, gaji pokok + tunjangan-tunjangan. Sebagai contoh : peserta DPPK A dengan PPIP PhDP-nya Rp 100.000, maka maksimal total iuran yang dikeluarkan oleh Pemberi Kerja dan peserta (apabila diwajibkan ikut mengiur) Rp 20.000 tidak boleh melebihi dari Rp 20.000,- (misalnya 15% dari Pemberi Kerja dan 5% dari Peserta) Iuran Peserta (apabila Peserta diwajibkan mengiur) max. 60% dari iuran Pemberi Kerja.

Untuk DPPK dengan PPMP iuran Pemberi Kerja Tidak Pasti (fluktuasi) tergantung dari kecukupan dana untuk memenuhi kewajiban membayar manfaat pensiun (apabila dana pensiun telah tercukupi dananya, maka Pemberi Kerja tidak perlu membayar iuran lagi). Iuran Pemberi Kerja besarnya berdasarkan perhitungan aktuaria, terdiri dari iuran normal dan iuran tambahan (apabila defisit) (KMK 510/2002) sedangkan iuran peserta Max. 3% atau Max. 3 x Faktor Penghargaan Per Tahun Masa Kerja x PhDP.

(38)

Besarnya pensiun sudah pasti dan dituangkan dalam Peraturan Dana Pensiun dengan rumus-rumus tertentu, sebagai berikut :

1. Manfaat Pensiun Normal (MPN) dibayarkan pada waktu peserta mencapai usia pensiun normal, rumusnya : F x MK x PhDP. Dibayarkan secara Bulanan dan Seumur Hidup (kecuali apabila jumlahnya ≤ ketentuan Menteri Keuangan (MK) dpt

dibayarkan sekaligus).

2. Manfaat Pensiun Dipercepat (MPD) dibayarkan pada waktu berhenti bekerja telah mencapai UPD (Usia Pensiun Dipercepat) [UU DP Psl 1 butir 11] rumusnya : FP x F x MK x PhDP [UU DP Psl 27 (4)] dibaryarkan secara Bulanan dan Seumur Hidup (kecuali apabila jumlahnya ≤ ketentuan MK dapat dibayarkan sekaligus).

3. Manfaat Pensiun Cacat (MPC) dibayarkan pada waktu Berhenti bekerja karena cacat, rumusnya : F x MK x PhDP. Dibayarkan secara Bulanan dan Seumur Hidup (kecuali apabila jumlahnya ≤ ketentuan MK dpt dibayarkan sekaligus).

4. Pensiun Ditunda (PD) Pada waktu berhenti bekerja belum mencapai UPD tetapi telah memiliki masa kepesertaan sekurang-kurangnya 3 tahun untuk pembayaran manfaat pensiunnya menunggu sampai mencapai UPD, rumusnya : FP x F x MK x PhDP. Dibayarkan secara Bulanan dan Seumur Hidup (kecuali apabila jumlahnya ≤

ketentuan MK dpt dibayarkan sekaligus).

(39)

Janda/Duda meninggal dunia atau Peserta/Pensiunan meninggal dunia tidak ada Janda/Duda Sama besarnya dengan Manfaat Pensiun Janda/Duda (min 60% dari MP Peserta, dibayarkan secara Bulanan dan wajib dibayarkan sampai Anak sekurang-kurangnya mencapai usia 21 tahun dan dapat diteruskan sampai Anak mencapai usia setinggi-tingginya 25 tahun. Dalam hal Anak cacat sebelum melampaui batas usia pembayaran manfaat pensiun, manfaat pensiun tersebut dapat dibayarkan melebihi usia tersebut di atas. Apabila peserta tidak mempunyai istri/suami atau anak, maka manfaat pensiun apabila peserta meninggal dunia dapat dibayarkan kepada Pihak yang ditunjuk oleh peserta, besarnya manfaat pensiun sama dengan manfaat pensiun peserta dan dibayarkan secara sekaligus.

Sedangkan untuk PPIP manfaat pensiunnya tidak pasti tergantung dari besarnya iuran dan hasil pengembanganya, apabila hasil pengembangan bagus, maka manfaat pensiunya pun akan bagus pula sedangkan apabila hasil pengembanganya jeblok/ kurang bagus, maka manfaat pensiunya pun menjadi kecil. Dan untuk manfaat pensiunya sendiri harus dialihkan ke perusahaan asuransi jiwa dengan membeli anuitas pensiun tidak dapat dibayarkan oleh DPPK itu sendiri dan untuk anuitas pensiun harganya mahal sehingga manfaat pensiunya otomatis menjadi kecil serta untuk membeli anuitas pensiun pajaknya dibayar di muka dengan tarif progresif, hal ini sangat merugikan peserta.

b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)

(40)

Pasti (defined contri-bution plan) bagi perseorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.

c. Dana Pensiun Berdasarkan Keuntungan (DPBK)

Yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti, dengan iuran hanya dari pemberi kerja yang didasarkan pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi kerja.

Sejalan dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tersebut di atas, maka bagi orang atau badan usaha yang akan menyelenggarakan program pensiun dapat memilih beberapa alternatif sebagai berikut:

a. Mendirikan sendiri Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) bagi karyawan. b. Membentuk DPPK bersama-sama dengan pemberi kerja lain.

c. Bergabung pada DPPK yang telah didirikan oleh pemberi kerja lain.

d. Mengikuti program pensiun yang diselenggarakan oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

Program pensiun yang boleh dijalankan menurut ketentuan ini adalah: a. Program pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit Plan)

yaitu program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan program pensiun iuran pasti.

(41)

yaitu program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya ditempatkan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun.

2.4 Pengertian dan Fungsi Bank

2.4.1 Pengertian Bank

Menurut Kuncoro, Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.24 Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan usahanya sehari-hari ban harus mempunyai dana agar dapat memberikan kredit kepada masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Berikut ada beberapa pengertian bank :25

1. Pengertian Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

24

Mudrajad Kuncoro dan Suharjono, Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2002, hlm 68

(42)

2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

Klasifikasi Bank Sentral

Pada Pasal 1 (butir 2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 07 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Usaha pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya.

2. Bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary) Maksudnya adalah bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank memiliki fungsi sebagai “Agen Pembangunan” (Agent of Development) Sebagai badan usaha, bank tidaklah

(43)

2.4.2 Fungsi Bank

Melihat atau merujuk dari pbeberapa kesimpulan pengertian bank diatas ada beberapa fungsi dari bank, yaitu :

1. Penciptaan uang

Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindah bukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan possisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral.

2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran

Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.

3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat

(44)

keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.

4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

2.5 Asuransi pada Umumnya

2.5.2 Pengertian Asuransi

Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda ”Verzekering atau Assurantie”. Oleh R

Sukardono diterjemahkan dengan pertanggungan, dalam bahasa Inggris disebut ”Insurance”. Istilah asuransi dan pertanggungan mempunyai persamaan pengertian,

istilah pertanggungan ini umum dipakai dalam literatur hukum dan kurikulum perguruan tinggi hukum di Indonesia, sedangkan istilah asuransi banyak dipakai dalam praktik dunia usaha.

(45)

“asuransi” diberi imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum “perasuransian” yang

berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan dengan asuransi ada 2 (dua) jenis, yaitu26:

a. Asuransi dibidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance business). Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi disebut Perusahaan Asuransi (insurance company).

b. Usaha dibidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha penunjang usaha asuransi. Perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usaha asuransi disebut Perusahaan Penunjang Asuransi.

Menurut ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pertanggungan atau asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.

4.5.2 Unsur-Unsur Asuransi

Menurut Abdulkadir Muhammad,27 berdasarkan definisi tersebut dapat di uraikan unsur-unsur asuransi atau pertanggungan sebagai berikut:

1. Unsur pihak-pihak

Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam asuransi, yaitu penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung dan tertanggung memiliki hak dan

(46)

kewajiban. Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi. Sedangkan tertanggung wajib membayar premi dan berhak memperoleh perlindungan dan ganti rugi atas harta miliknya.

2. Unsur status

Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum, dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Perseroan (Persero) atau Koprasi. Tertanggung berstatus sebagai perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang sebagai pemilik atau pihak berkepentingan atas harta benda yang diasuransikan.

3. Unsur objek

Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada benda dan sejumlah uang yang disebut sebagai premi.

4. Unsur peristiwa

Peristiwa asuransi adalah perbuatan hukum berupa persetujuan atau kesepakatan bebas antara penanggung dan tertanggung mengenai objek asuransi, peristiwa tidak pasti (evenemen) yang mengancam benda asuransi dan syarat-syarat yang berlaku dalam asuransi.

5. Unsur hubungan asuransi

(47)

asuransi kepada penanggung dan sejak itu pula penanggung menerima pengalihan risiko.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (UUUP) yaitu :

“asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan

mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan”.

Dari pengertian di atas, di dalam bukunya Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Emmy Pangaribuan berpendapat sebagai berikut:28

“Pertanggungan adalah suatu perjanjian dimana penanggung dengan menikmati suatu

premi mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan diri dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang belum pasti”.

Asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian yang belum pasti.29

(48)

Asuransi adalah upaya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kemungkinan timbul kerugian akibat terjadi peristiwa yang tidak pasti dan tidak diinginkan. Melalui perjanjian asuransi kemungkinan peristiwa yang menimbulkan kerugian yang mengancam kepentingan tertanggung itu dialihkan kepada Perusahaan Asuransi selaku penanggung dan sebagai imbalannya tertanggung bersedia untuk membayar sejumlah premi yang telah disepakati. Dalam hal ini, tertanggung yang berkepentingan akan merasa aman dari ancaman kerugian, sebab jika kerugian itu betul-betul terjadi penanggunglah yang akan menggantinya.

Menurut Abdulkadir Muhammad, asuransi dapat diklarifikasikan menurut berbagai kriteria yang dapat ditinjau dari segi ketentuan undang-undang yang mengaturnya yaitu30 :

a. Menurut Sifat Perikatannya 1. Asuransi Sukarela

Asuransi sukarela adalah asuransi secara bebas tanpa ada paksaan yang dilakukan antara penanggung dan tergugat sesuai dengan perjanjian secara sukarela. Contohnya asuransi kerugian dan asuransi jiwa.

2. Asuransi Wajib

Asuransi wajib adalah asuransi yang ditentukan oleh Pemerintah bagi warganya yang bersifat wajib dan ditentukan oleh undang-undang, salah satunya adalah asuransi sosial.

b. Menurut Jenis Risiko

Asuransi menurut jenis Risiko ada 2 macam yaitu :

(49)

1. Asuransi risiko perseorangan (personal lines)

Asuransi risiko perseorangan adalah asuransi yang bergerak dibidang perlindungan terhadap individu, risiko pribadi dari ancaman bahaya atau peristiwa tidak pasti misalnya rumah pribadi.

2. Asuransi risiko usaha

Asuransi risiko usaha dalah asuransi yang bergerak dibidang perlindungan terhadap usaha dari ancaman bahaya atau peristiwa tidak pasti berkaitan dengan risiko usaha yang mungkin dihadapi, misalnya armada angkutan, gedung, pertokoan.

c. Menurut Jenis Usaha

Berdasarkan jenis usahanya asuransi dibedakan menjadi 4 (empat) macam seperti yang diatur dalam undang-undang asuransi, yaitu:

1. Asuransi Kerugian

Asuransi kerugian adalah asuransi khusus yang bergerak di bidang jasa perlindungan terhadap harta kekayaan dari ancaman bahaya atau peristiwa tidak pasti, misalnya asuransi kebakaran, asuransi tanggung gugat, asuransi pengangkutan barang, asuransi kendaraan bermotor dan asuransi kredit.

2. Asuransi Jiwa

(50)

Reasuransi adalah asuransi kepada pihak ketiga atau asuransi ulang, dikarenakan perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa tidak ingin menanggung risiko yang terlalu berat.

4. Asuransi Sosial

(51)

2.6 Kerangka Pikir

Keterangan :

Perusahaan Gunung Madu Plantation melakukan perjanjian dana pensiun dengan karyawan yang ada diperusahaan yg terdaftar sebagai peserta atau karyawan dana pensiun. Didalam isi perjanjian ini terdapat syarat-syarat untuk karyawan yang akan mendapatkan dana pensiun, prosedur pengelolaan dana pensiun dalam hal persyaratan dan prosedurnya ada perbedaan antara perjanjian dana pensiun dengan perjanjian asuransi dan akibat hukum atau bisa juga disebut sanksi bagi yang melanggar perjanjian ini.

PERUSAHAAN

KARYAWAN DANA PENSIUN PERJANJIAN

DANA PENSIUN

SYARAT-SYARAT PERJANJIAN

PROSEDUR PENGELOLAAN

PERJANJIAN

AKIBAT HUKUM

PERBEDAAN PERJANJIAN DANA

PENSIUN DENGAN PERJANJIAN

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengumpulkan data-data serta keterangan keterangan yang diperoleh guna mengetahui gambaran mengenai Pelaksanaan Perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah. Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

2.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-terapan, yaitu penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (in abstracto) dalam hal ini ketentuan peraturan perjanjian dana pensiun pemberi kerja pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah. Fokus penelitian hukum normatif-terapan adalah pada “analisis hukum atau pemahaman” ketentuan hukum normatif (in absracto) pada peristiwa hukum tertentu (in concreto).

3.2Tipe Penelitian

(53)

tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.31 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara jelas dan rinci dalam memaparkan dan menggambarkan mengenai analisis perjanjian dana pensiun pemberi kerja pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah.

3.3Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif analitis subtansi hukum (approach of legal content analysis). Substansi hukum dalam hal ini substansi analisis perjanjian dana pensiun pemberi kerja pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah.

3.4Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

3.4.1 Data Primer

Data primer yang didapat dari lokasi penelitian yang terkait dengan perjanjian dana pensiun, yaitu General Meneger dan 4 orang Karyawan yang menangani langsung terkait dengan perjanjian dana pensiun pemberi kerja pada PT Gunung Madu Plantation. Sumber data yang ada di lokasi penelitian yaitu berdasarkan dokumen dan wawancara. Data primer diperoleh melalui wawancara yang terstruktur dari pimpinan dan karyawan perusahaan.

31

(54)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, dengan cara mengumpulkan dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat seperti peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain:

1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

4. Undang-Undang Nomor 02 Tahun 1992 tentang Usaha Peransuransian.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja.

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KMK.017/1993 tentang Tata Cara Permohonan Pengesahan Pendirian Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Pengesahan Atas Perubahan Peraturan Dana Pensiun dari Dana Pensiun Pemberi Kerja. Kemudian Pasal 3 dari keputusan tersebut diubah dengan Nomor 344/KMK.017/1998 tertanggal 13 Juli 1998.

(55)

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK.017/1998 tentang Iuran dan Manfaat Pensiun.

8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-349/KM.10/2009 tentang Pengesahan atas Peraturan Dana Pensiun dari Dana Pensiun Gunung Madu. 9. Keputusan Direksi PT Gunung Madu Plantations Selaku Pendiri Dana Pensiun

Gunung Madu Nomor : IR.002/ GMP-SEC/III/2009 tentang Peraturan Dana Pensiun Gunung Madu.

b. Bahan hukum sekunder yaitu, bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer berupa literatur-literatur mengenai penelitian ini, meliputi buku-buku ilmu hukum, hasil karya dari kalangan hukum dan lainnya.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang melengkapi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, diperoleh dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil penelitian, insiklopedia of law, dan jurnal ilmiah.

3.5Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data: 1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-undangan, buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan masalah perjanjian dana pensiun.

2. Studi Dokumen

(56)

analisis informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum berupa dokumen yang berkaitan dengan perjanjian dana pensiun pemberi kerja pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah.32

3. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang bersumber langsung dari responden penelitian ini di lapangan (lokasi). Wawancara sebagai data penunjang terhadap data yang diperoleh, dilakukan secara tatap muka langsung dengan informan dan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Daftar pertanyaan tersebut digunakan sebagai pedoman dan dikembangkan saat wawancara dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Wawancara dilakukan dengan:

a. Son Haji

Sekretariat Dana Pensiun Gunung Madu. b. Hj. Poniasih

Karyawan bagian Personalia sekaligus merangkap menjadi Sekertaris Pengurus Dana Pensiun Gunung Madu.

c. Asti Sri Purniyati

Karyawan bagian Kasubbag Legal. d. Syah Ayu Dewi Husodo, Spi

Karyawan bagian Kasubbag HRD. e. Prihono

Karyawan bagian Sekretariat HRGS.

32

(57)

3.6Metode Pengolahan Data

Pengolahan data umumnya dilakukan melalui tahap-tahap berikut ini:

a. Pemeriksaan data (editing) / Identifikasi data

Pembenaran apakah data yang terkumpul melalui studi pustaka, dokumen, wawancara sudah dianggap lengkap, relevan, jelas, tidak berlebihan, tanpa kesalahan.

b. Penyusunan/ sistematisasi data (constructing/systematizing)

Kegiatan menabulasi secara sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda itu dalam bentuk tabel-tabel yang berisi angka-angka dan presentase bila data itu kuantitatif, mengelompokkan secara sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda itu menurut klasifikasi data dan urutan masalah bila data itu kualitatif. Penyusunan/ sistematisasi data akan memudahkan analisis data.33

3.7 Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, komprehensif dan lengkap, artinya secara kualitatif adalah penjelasan dipertanggungjawabkan dengan disusun secara sistematis, ilmiah kemudian di interpretasikan/ ditafsirkan terhadap data yang diperoleh dari penelitian, selanjutnya data diuraikan secara teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif, sehingga memudahkan pembahasan dan pemahaman. Komprehensif artinya luas dan lengkap tentang isi dari pembahasan dalam penelitian ini dilakukan secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian.

33

(58)

Lengkap artinya tidak kurang, genap, segala sesuatunya tersiapkan, segala sesuatunya tersedia dan semua terpenuhi dengan mudah dalam pembahasan.34

34

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PT Gunung Madu Plantations (GMP) didirikan pada tahun 1975. PT GMP didirikan dengan Akta Notaris Ridwan Soesilo No. 131 tanggal 20 Oktober 1975 dan disyahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 10 Mei 1976 No. Y.A5/268/20 yang terakhir diubah dengan Akta Notaris Mudofir Hadi, S.H No. 9 tanggal 6 November 1997 yang sudah disyahkan melalui Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.C2.1311.HT.01.04.98 tanggal 2 Maret 1998.

(60)

Visi PT Gunung madu Plantaion adalah :

Menjadi produsen gula yang paling efisien dan kompetitif di ASEAN dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dan menciptakan peluang usaha berbasis pertanian serta pengembangan produk (diversifikasi).

Misi PT Gunung Madu Plantation :

1. Mendukung program pemerintah dalam usaha mencapai swasembada gula nasional. 2. Membantu pengembangan daerah sekitar

3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan 4. Meningkatkan keuntungan pemegang saham

Nilai Inti PT Gunung Madu Plantation :

1. Integritas 2. Profesionalisme

(61)

Struktur Organisasi PT Gunung Madu Plantations

Sumber: PT Gunung Madu Plantations

4.1 Pelaksanaan Perjanjian Dana Pensiun Pemberi Kerja pada PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah

Penyelenggaraan program pensiun dengan pembentukan dana pensiun merupakan suatu komitmen jangka panjang. Untuk itu diperlukan kejelasan mengenai peranan, hak dan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraannya. Batasan dan pengaturan tersebut semuanya harus tertuang dalam Peraturan Dana Pensiun.

(62)

menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun. Menurut Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Dana Pensiun, Dana Pensiun wajib diselenggarakan sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun dan wajib memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dana Pensiun maupun peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Dana Pensiun Pemberi Kerja ini didirikan oleh Perusahaan guna mensejahterakan karyawannya berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Perusahaan yang hendak mendirikan Dana Pensiun pemberi Kerja wajib mengajukan permohonan pengesahan kepada Menteri Keuangan dengan melampirkan Peraturan Dana Pensiun.

Peraturan tersebut memenuhi ketentuan Undang-Undang Dana Pensiun dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya, maka peraturan-peraturan tersebut wajib disahkan oleh Menteri Keuangan. Sebab Dana Pensiun memiliki status sebagai badan hukum dan dapat memulai kegiatannya sebagai suatu Dana Pensiun sejak tanggal pengesahan Menteri. Selanjutnya pembentukan tersebut wajib diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia.

Pendirian Dana Pensiun Pemberi Kerja dilakukan oleh Perusahaan, maka menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 227/KMK.017/1993 tentang Tata Cara Permohonan Pengesahan Pendirian Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Pengesahan Atas Perubahan Peraturan Dana Pensiun dari Dana Pensiun Pemberi Kerja, Perusahaan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(63)

2. Memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan Dana Pensiun Pemberi Kerja.

3. Menyanggupi untuk menyampaikan laporan hasil Iuran pensiun karyawan setiap sebulan sekali, baik untuk pengurus dan juga perusahaan pensiun pemberi kerja. 4. Siap menanggung apabila terjadi masalah dalam iuran pensiun yang terkumpul.

Dana Pensiun Pemberi Kerja PT GMP Kabupaten Lampung Tengah atau disingkat Dana Pensiun Gunung Madu, selanjutnya disebut Dana Pensiun dan berkedudukan di Jakarta. Dana Pensiun Gunung Madu merupakan suatu dana pensiun (badan hukum tersendiri) yang didirikan oleh PT Gunung Madu Plantation Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor KEP-139/KM.17/1998 tanggal 20 April 1998, kemudian diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor KEP- 349/KM.10/2009 tanggal 16 September 2009. Keputusan Menteri Keuangan tersebut merupakan pengesahan atas Peraturan Dana Pensiun dari Dana Pensiun Gunung Madu yang dibuat berdasarkan Keputusan Direksi PT Gunung Madu Plantion Kabupaten Lampung Tengah Nomor IR.002/GMP-SEC/III/2009 mengenai Pembentukan Dana Pensiun ini diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 91 tanggal 13 November 2009. Pengumuman dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Dana Pensiun. Diketahui bahwa Dana Pensiun Gunung Madu mendapatkan pengesahan dari Menteri Keuangan pada tanggal 16 September 2009.35

Aktivitas nyata Dana Pensiun Gunung Madu ini sudah dimulai sejak tahun 1998 tetapi untuk peraturan dana pensiunnya dari Dana Pensiun Gunung Madu terjadi banyak

(64)

perubahan dan terakhir peraturan tersebut diputus oleh Menteri Keuangan pada September 2009, Jarak waktu kurang lebih 6 bulan sejak diperoleh izin sampai siap beroperasi dimanfaatkan untuk mempersiapkan segala sesuatunya serta menyempurnakan berbagai sarana dan prasarana yang telah disiapkan sebelumnya, sehingga pada saat beroperasi, Dana Pensiun Gunung Madu benar-benar siap, tidak hanya dalam menghimpun peserta, mengelola iuran dan mengadministrasikan data kepesertaan dengan sebaik-baiknya, tetapi yang utama adalah k

Gambar

Tabel. Karyawan tetap GMP dari tahun 1980-2012 yang menjadi peserta Dana Pensiun Gunung Madu
Tabel. Perbedaan antara Dana Pensiun Pemberi Kerja dengan Asuransi Hari Tua

Referensi

Dokumen terkait

Keterkaitan dengan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan SBF pada PT Gunung Madu Plantations Lampung Tengah maka dalam penelitian ini menggunakan salah

POLA SEBARAN DAN INTENSITAS SERANGAN HAMA KUTU PERISAI (AULACASPIS TEGALENSIS ZEHNTN) PADA BEBERAPA VARIETAS TEBU DI PT GUNUNG MADU PLANTATIONS

Bagaimanakah interaksi perilaku sosial rusa sambar (Cervus unicolor) dan rusa totol (Axis axis) yang terdapat di Kandang Penangkaran PT Gunung Madu Plantations Lampung

(3) Dalam hal Pemberi Kerja dari kelompok Peserta yang dialihkan atau Mitra Pendiri yang dialihkan menjadi Mitra Pendiri dari Dana Pensiun yang menerima pengalihan, maka

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dimulai dari sejak peserta terdaftar di dana pensiun dan berakhir pada saat dilakukan pembayaran hak atas manfaat pensiun, pensiun

Berdasarkan hasil penelitian keanekaragaman hayati yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada areal Gunung Madu Plantations bulan September 2014, ditemukan

ketahanan terhadap penyakit bercak kuning dari 12 genotipe hasil persilangan beberapa varietas tebu di PT Gunung Madu Plantations yang diuji pada penelitian ini cukup luas

(3) Dalam hal Pemberi Kerja dari kelompok Peserta yang dialihkan atau Mitra Pendiri yang dialihkan menjadi Mitra Pendiri dari Dana Pensiun yang menerima pengalihan, maka