• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA DAN KAKI DENGAN HASIL SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW DI SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA DAN KAKI DENGAN HASIL SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW DI SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA DAN KAKI DENGAN HASIL SEPAK MULA DALAM

PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW

DI SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO

Oleh: TRI WIBOWO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan data mengenai seberapa besar

hubungan keseimbangan dan koordinasi mata dan kaki dengan hasil sepak mula dalam permainan sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler sepak takraw di SMA Negeri 1 Purbolinggo.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan teknik total sampling. Teknik pengambilan data untuk tes keseimbangan menggunakan stork stand , tes koordinasi mata dan kaki menggunakan soocer wall volley test dan untuk tes sepak mula dengan mengarahkan bola takraw dengan sepakan kaki ke daerah sasaran dan waktu kecepatan bola jatuh ke daerah sasaran. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment dan korelasi ganda yang dilanjutkan dengan mencari koefisien determinan untuk menentukan berapa besar kontribusi yang diberikan. Hasil penelitian menunjukan : Pertama, diperoleh koefisiensi korelasi sebesar 0,54 artinya ada hubungan yang positif/kuat antara keseimbangan dan hasil sepak mula dengan kontribusi sebesar 29,16%. Kedua, didapat koefisien korelasi sebesar 0,87 artinya ada hubungan yang positif/kuat antara koordinasi mata dan kaki dan hasil sepak mula, dengan kontribusi/sumbangan sebesar 75,69%. Ketiga, didapat koefisien korelasi ganda 0,87 ini berarti terdapaat hubungan yang positif/kuat antara keseimbangan dan koordinasi mata dan kaki dengan hasil sepak mula dengan kontribusi/sumbangan sebesar 75,69%.

(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN BALANCE AND COORDINATION OF EYE AND FOOT WITH THE RESULTS OF THE FIRST KICK GAME OF

SEPAK TAKRAW ON STUDENT EXTRACURRICULAR SEPAK TAKRAW SMA IN STATE 1 PURBOLINGGO

By :

TRI WIBOWO

This research aims to identify and obtain data on how much the relationship of balance and coordination of eye and foot with the results in the first football game of sepak takraw in sepak takraw extracurricular student at SMAN 1 Purbolinggo. The sample used in this research is 20 people with a total sampling technique. Techniques for data retrieval using stork stand test and foot-eye coordination tests using soocer wall volley test and to test first with direct football by kicking leg takraw ball to the target area and a speed ball fall to the target area. Data analysis techniques using Product Moment Correlation technique and multiple correlation coefficients, followed by looking for the determinant to determine how much the contributions made.

The results show: First, the correlation coefficient obtained for 0.54 means there is a positive / strong between the balance and the results of football beginning with a contribution of 29.16%. Second, the obtained correlation coefficient of 0.87 means that there is a positive / strong coordination between eye and feet and results of football first, with a contribution / donation of 75.69%. Third, the multiple correlation coefficient of 0.87 obtained means terdapaat positive relationship / strong balance and coordination between eye and feet with the results of the early football with a contribution / donation of 75.69%.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik,

neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional. Oleh karena itu,

pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu

sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani itu sendiri maka tentu saja

aktivitas jasmani yang diberikan pada jam pelajaran Pendidikan Jasmani di

sekolah tidaklah cukup. Karena keterbatasan waktu dan kurikulum sehingga aktivitas jasmani yang diberikan belum secara keseluruhan mengembangkan

kebugaran ataupun keterampilan. Oleh karena itu diperlukan suatu wadah untuk mengembangkan aspek kebugaran, maupun keterampilan melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Sebagai olahraga pendidikan serta pencapaian tujuan pendidikan,

(4)

serta pembinaan sportifitas dan pengembangan sifat-sifat lainnya. Kegiatan ektrakurikuler memberikan kemungkinan perkembangan sosial, kultural, dan

keterampilan yang dapat dilakukan siswa untuk mengembangkan prestasinya yang dapat berguna bagi anggota masyarakat. Pemilihan kegiatan

ekstrakurikuler yang biasanya dihadirkan di sekolah adalah bentuk kegiatan

yang masih berhubungan dengan kegiatan pendidikan jasmani dan kesehatan.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Purbolinggo ternyata sekolah ini memilki fasilitas tergolong

lengkap untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler misalkan saja pada kegiatan ekstrakurikuler sepak takraw SMA Negeri 1 Purbolinggo memiliki lapangan, net, dan sebagainya. Permainan sepak takraw dijadikan salah satu

cabang olahraga yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler bersamaan dengan cabang olahraga lainnya seperti pencak silat, bola voli, sepak bola, dan atletik. Perkembangan olahraga sepak takraw ini sangat pesat di

Indonesia, dari perkotaan sampai ke daerah pedesaan khususnya di lembaga-lembaga pendidikan yang sudah maju. Dalam upaya pengenalan sekaligus

peningkatan prestasi cabang olahraga sepak takraw, SMA Negeri 1 Purbolinggo memasukkan cabang olahraga sepak takraw dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Ektrakurikuler sepak takraw ini perlu diusahakan

pembinaan secara terarah dan berkelanjutan guna pemanduan bakat dan pengembangan bakat, pembibitan, pendidikan serta pelatihan olahraga yang

(5)

Dari pengalaman penulis yang merupakan alumni sekolah dan pernah membantu proses kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Purbolinggo,

kegiatan ekstrakurikuler cabang sepak takraw dilakukan satu kali dalam satu minggu dengan alokasi waktu dalam setiap latihan yaitu (2 x 60 menit). Karena keterbatasan waktu itulah maka hasilnya belum bisa dikatakan

maksimal, hal itu terlihat dengan sering gagal/ kurang tepatnya para siswa melakukan teknik gerak dasar sepak takraw seperti gerakan servis, gerakan

servis yang terkadang gagal dilakukan adalah seperti keluar lapangan, serta menyangkut di net dan arah bola yang tidak tepat sasaran atau yang

diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memandang perlu untuk

mengadakan penelitian yang berjudul ”Hubungan keseimbangan dan koordinasi mata dan kaki dengan hasil sepak mula dalam permainan sepak takraw di SMA Negeri 1 Purbolinggo”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalah yang

muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Rendahnya kemampuan sepak mula pada siswa ekstrakurikuler sepak

takraw di SMA Negeri 1 Purbolinggo.

2. Siswa kurang memaksimalkan keseimbangan pada pelaksanaan sepak

(6)

3. Siswa kurang memaksimalkan koordinasi mata dan kaki pada pelaksanaan sepak mula pada permainan sepak takraw.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk

memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah ini adalah hanya pada hubungan keseimbangan dan koordinasi mata dan kaki terhadap kemampuan sepak

mula dengan populasi penelitian adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak takraw di SMA Negeri 1 Purbolinggo.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara keseimbangan dengan ketepatan sepak mula

dalam permainan sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Purbolinggo?

2. Apakah ada hubungan antara koordinasi mata dan kaki dengan ketepatan

sepak mula dalam permainan sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Purbolinggo?

(7)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan atara keseimbangan dengan

ketepatan sepak mula siswa ekstrakurikuler sepak takraw di SMA Negeri

1 Purbolinggo.

2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara koordinasi mata dan

kaki dengan ketepatan sepak mula siswa ekstrakurikuler sepak takraw di

SMA Negeri 1 Purbolinggo.

3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan keseimbangan dan koordinasi

mata dan kaki dengan ketepatan sepak mula

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi siswa

Meningkatkan keterampilan gerak dasar sepak mula pada permainan sepak takraw.

2. Bagi guru atau tenaga pendidik

Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam mengembangkan prestasi

(8)

3. Bagi sekolah

Untuk memberikan masukan program latihan sepak mula pada kegiatan

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral

dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk

mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

berpikir kritis, stabilitas emosional keterampilan social penalaran dan

tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.

Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan

pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung

pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan

mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan melalui aktivitas jasmani

mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas

jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang

berupa gerak jasmani atau olahraga.Aktivitas jasmani tersebut harus dikelola secara

sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat kematangan,

(10)

meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. (Sudirman Husein , 2008 : 11 dalam

Semilokakarya Penjas-Olahraga Unila)

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup

sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar

diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa.

Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami

mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara

aman, efisien dan efektif.

1. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMA/MA meliputi

aspek-aspek sebagai berikut :

a. Permainan dan olahraga meliputi : olahraga tradisional, permainan,

eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan

manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket,

bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta

(11)

b. Aktivitas pengembangan meliputi : mekanika sikap tubuh, komponen

kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

c. Aktivitas senam meliputi : ketangkasan sederhana, ketangkasan

tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas

lainnya.

d. Aktivitas ritmik meliputi : gerak bebas, senam pagi, senam

kebugaran jasmani, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.

e. Aktivitas air meliputi : permainan di air, keselamatan air,

keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

f. Pendidikan luar kelas, meliputi : piknik/karyawisata, pengenalan

lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

g. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam

kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan

tubuh agar tetap sehat, merawat ligkungan sehat, memilih makanan

dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, megatur

waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan

pertolongan pertama pada kecelakaan dan usaha kegiatan sekulah.

2. Keberhasilan Program Pendidikan Jasmani

Karateristik seseorang yang terdidik jasmanianya adalah sebagai berikut :

a. Memiliki keterampilan-keterampilan yang penting untuk melakukan

(12)

1) Bergerak menggunakan konsep-konsep kesadaran tubuh,

kesadaran ruang, usaha, dan hubungannya.

2) Menunjukkan kemampuan dalam aneka ragam keterampilan

manipulatif, lokomotor, dan non-lokomotor.

3) Menunjukkan kemampuan dalam aneka ragam keterampilan

manipulatif, locomotor dan non-locomotor baik yang dilakukan

secara perorangan maupun dengan orang lain.

4) Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktifitas

jasmani.

5) Menunjukka penguasaan pada beberapa untuk aktivitas jasmani.

6) Memiliki kemampuan tentanng bagaimaa cara mempelajari

keterampilan baru.

b. Bugar secara fisik

1) Menilai, meningkatkan, dan mempertahankan kebugaran

jasmaninya.

2) Merancang program kesegaran jasmani sesuai dengan prinsip

latihan tetapi tidak membahayakan.

c. Berpartisipasi dalam program pembinaan kesehatan melalui aktivitas

jasmani minimal 3 x per minngu.

d. Mengetahui manfaat dari keterlibatan dalam aktivitas jasmani.

1) Mengidentifikasi masalah, pegorbanan, dan kewajiban yang

(13)

2) Menyadari akan faktor resiko-resiko dan keselamatan yag

berkaitan dengan teraturnya partisipasi dalam aktivitas jasmani.

3) Menerapkan kosep-konsep dan prinsip-prinsip pegembangan

keterampilan gerak.

4) Memahami bahwa hakekat sehat tidak sekedar fisik yang bugar.

5) Mengetahui aturan, strategi, dan perilaku yang harus dipenuhi

pada aktivitas jasmani yang dipilih.

6) Mengetahui bahwa partisipasi dalam aktivitas jasmani dapat

memperoleh dan meningkatkan pemahaman terhadap budaya

majemuk dan budaya iternasioal.

7) Memahami bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk

mendapatkan kesenangan, aktualisasi diri dan berkomunikasi.

e. Menghargai aktivitas jasmani dan kontribusinya terhadap gaya hidup

yang sehat

1) Meghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalam aktivitas jasmani.

2) Hormat terhadap peraturan yang terdapat dalam aktivitas jasmani sebagai cara untuk mecapai kesehatan dan kesejahteraan

sepanjang hayat.

(14)

B. Karateristik Siswa SMA

Siswa ektrakurikuler sepak takraw di SMA Negeri 1 Purbolinggo berada

dalam rentang usia 16 – 19 tahun. Dalam tahap-tahap pengembangan, usia

tersebut berada pada kategori remaja akhir atau postpuberty / adolecence

(Bompa, 2000: 11). Remaja akhir mempunyai berbagai karakteristik dalam

pertumbuhan dan perkembagan baik secara fisik maupun psikisnya.

Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Fisiologis

Pertumbuhan fisik remaja akhir berada dalam periode yang maksimal. Pertumbuhan pada masa remaja yang berupa pertumbuhan ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), proporsi tubuh, organ reproduksi, dan

pertumbuhan endoktrinikal mulai mecapai kematangan pada masa remaja akhir. Sedangkan Bompa (2000: 11) menjelaskan bahwa pertumbuhan fisik remaja akhir mulai menurun, berada dalam

perkembangan yang seimbang, dan mulai pada tahap pematangan fungsi fisiologis.

b. Karakteristik Psikologis

Ranah psikologis mencakup ranah kognitif dan afektif. Ranah kognitif

merupakan suatu domain di mana manusia mejalankan fungsinya dengan

alur pikiran, sedangkan ranah afektif merupakan kawanan di mana

manusia menjalankan fungsi perasaan dan emosinya. Seperti halnya

(15)

Dalam kajian olahraga Pate Rotellaa (1993: 206) mengemukakan bahwa

remaja akhir mempunyai kecenderungan untuk berpartisipasi dalam

pertandingan yang bersifat rekreatif, dan menghargai keberhasilan. Atlet

sering mencari lingkungan di mana ia dapat ambil bagian. Keluarga dan

pelatih mempunyai peran penting dalam keberhasilan atlet, selain itu

ligkungan pergaulan dan adat kebiasaan masyarakat di sekitarnya akan

turut menentukan jenis aktivitas yang hendak diikuti.

Dari uraian di atas bahwa karakteristik siswa ekstrakurikuler sepak

takraw SMA secara fisiologis mulai berkembang dalam tahap maturasi

antropometri serta terjadi pematangan fungsi fisiologis. Secara

psikologis siswa dalam keadaan yang labil, mulai kritis, bergaul dengan

sebayanya, mencari komunitas di mana bisa diterima, dan mencari jalan

meniti karir.

C. Kegiatan ekstrakurikuler

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal.

Pelaksanaan pendidikan tidak lepas dari kurikulum pendidikan yang

bertujuan untuk merencanakan dan mengatur tujuan, isi dan bahan

pengajaran guna tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum tingkat

satuan pendidikan disebutkan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap

dikembangkan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk

kompetensial individual. Kegiatan ekstrakurikuler memberikan

(16)

dimanfaatkan oleh anggota masyarakat. Bentuk pandidikan diluar sekolah

yang tidak formal mengakibatkan tidak adanya keseragaman pola yang

bersifat nasional dan memiliki model yang sangat seragam (Tirtaraharja dan

Lasula, 2000:11). Kegiatan ekstrakurikuler yang biasanya dihadirkan di

sekolah adalah bentuk kegiatan yang masih berhubungan dengan kegiatan

pendidikan jasmani dan kesehatan. Hal ini dikarenakan pendidikan jasmani,

olahraga, dan kesehatan merupan media untuk mendorong pertumbuhan

fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan

penalaran, penghayatan nilai-nilai

(sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang

seimbang.

D. Kondisi Fisik

Menurut Harsono (1988: 153) kondisi fisik atlet memegang peranan yang

sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik

haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh

sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi

yang lebih baik.

Apabila kondisi fisik baik maka :

(17)

2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, daya tahan, daya ledak, keseimbangan, reaksi, koordinasi dan ketepatan.

3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.

4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.

5. Akan ada respon yang lebih cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian dibutuhkan.

Kalau faktor-faktor tersebut tidak atau kurang tercapai setelah pembelajaran

atau latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini perencanaan dan sistematik

pembelajaran atau latihan kurang sempurna. Karena sukses dalam

pembelajaran olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam

situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik

memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi

pembelajaran motorik.

Dalam melakukan pembelajaran motorik kondisi fisik dan perkembangan

kebugaran jasmani yang optimal, banyak tekanan harus diberikan pada

perkembangan tubuh secara keseluruhan yang teratur harusditambah dalam

intensitasnya. Dalam pembelajaran motorik atau psikomotor perlu diberikan

berulang-ulang sesuai dengan tingkat kesulitan pembelajaran yang

diberikan, tentu untuk menguasai pola gerak yang baik dan efektif

(18)

E. Teori Belajar Gerak

Menurut Lutan (1988: 101) Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku

yang relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui

pengalaman dan latihan dan dapat diamati melalui penampilannya.

Sedangkan menurut Schimid dalam Lutan (1988: 102) mengatakan bahwa

belajar motorik adalah suatu proses yang berkaitan dengan latihan atau

pengalaman yang relatif permanen dalam reabilitasnya untuk merespon.

Belajar gerak berperan dalam hal upaya peningkatan kualitas gerak tubuh

dalam olahraga.

Di dalam melakukan gerak yang harus dipelajari adalah pola-pola

keterampilan olahraga selain itu siswa berusaha untuk mengerti gerakan

tersebut yang kemudian dikomandokan kepada otot-otot untuk diwujudkan

dalam gerakan tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian saja. Untuk

meningkatkan kapasitas fungsi atau kemampuan kerja organ-organ tubuh,

peningkatan bisa dilakukan dengan berbentuk daya tahan fisik, koordinasi

dan kontrol tubuh.

F. Tahapan Belajar Gerak

Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan yag harus dilalui oleh siswa

untuk mecapaitingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan

belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap sebelumnya

(19)

Winkel (1984: 53) tahapan belajar gerak adalah sebagai berikut :

1. Tahap Kognitif

Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus dilakukan adalah

memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak medapatkan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktekkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

2. Tahap Asosiatif/Fiksasi

Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap latihan. Pada tahap latihan ini siswa diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hedak dikuasai dengan cara mengulang-ngulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari. Apabila siswa telah melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.

3. Tahap Otomatis

Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk melakukan. Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah bila seorang siswa dapat

(20)

G. Keseimbangan

Barrow dan McGee dalam Harsono (1988: 223). Balance atau

keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem

neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem sistem

neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien

selagi kita bergerak Menurut Oxendine dalam Harsono (1988: 223),

balance adalah ”ease in maintaining and controlling body position,”

atau mudahnya orang untuk mengontrol dan mempertahankan posisi

tubuh. Sedangkan Bucher dalam Harsono (1988: 223) mengatakan

bahwa balance adalah ”....the ability of the individual to control

organic equipment neuromusculary.”

Jadi ada dua macam keseimbangan :

a. keseimbangan statis (static balance) dalam static balance, ruang

geraknya biasanya sangat kecil, misalnya berdiri di atas dasar yang

sempit (balok keseimbangan, rel kereta api), melakukan handstand,

mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar di tempat.

b. Keseimbangn dinamis (dynamic balance), yaitu kemampuan orang

untuk bergerak dari satu titik atau ruang (space) ke lain titik atau

ruang dengan mempertahankan keseimbangan (equilibrium),

misalnya menari, latihan pada kuda-kuda atau palang sejajar, ski

(21)

Bucher dalam Harsono (1988: 224) juga mengatakan bahwa “....

balance is related to components of coordination and, in some skills,”

artinya, keseimbangan berhubungan dengan koordinasi, dan dalam

beberapa keterampilan, juga dengan agilitas. Keseimbangan yang baik

akan dapat menghindarkan kita dari jatuh apabila pola berjalan kita

terganggu, misalnya saat kita tersandung batu, kita dapat memposisikan

diri kita karena mempunyai keseimbangan yang baik.

H. Koordinasi Mata dan Kaki

a. Pengertian koordinasi

Menurut Bompa dalam Harsono (1988: 219), koordinasi adalah suatu

kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Koordinasi erat

hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan

fleksibilitas dan sangat penting untuk mempelajari dan

menyempurnakan teknik dan taktik. Barrow dan McGee dalam

Harsono (1988: 219), malah menambahkan bahwa dalam koordinasi

termasuk juga agilitas, balance (keseimbangan), dan kinesthetic

sense. Koordinasi juga penting kalau kita berada dalam situasi dan

lingkungan yang asing seperti misalnya perubahan lapangan

pertandingan, peralatan, cuaca, lampu penerangan, dan lawan yang

dihadapi. Demikian pula koordinasi penting untuk orientasi ruang

(space), seperti pada waktu berada di udara, misalnya dalam loncat

indah, lompat tinggi, lompat-lompat membuat manuver di trampolin,

(22)

Tingkat koordinasi atau baik tidaknya koordinasi gerak seseorang

tercermin dalam kemampuan untuk melakukan suatu gerakan secara

mulus, tepat (precise), dan efisien. Seorang atlet dengan koordinasi

yang baik bukan hanya melakukan suatu keterampilan secara

sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan

keterampilan yang masih baru baginya. Dia juga dapat mengubah dan

berpidah secara cepat dari pola gerak yag satu ke pola gerak yang

lainnya sehingga gerakannya menjadi efisien.

Keterampilan atau skillnya sendiri bisa melibatkan koordinasi mata

dan kaki (foot-eye coordination) seperti misalnya dalam skill

menendang bola atau koordinasi mata dan tangan (eye-hand

coordination) seperti misalnya dalam skill melempar suatu obyek ke

suatu sasaran tertentu. Beberapa aktifitas membutuhkan koordinasi

menyeluruh (over-all coordination) dari tubuh, misalnya skill

keterampilan senam pada palang sejajar yang memerlukan timing

(perhitungan waktu) yang sempurna, pemain sepak bola harus lincah

dan mempunyai kecepatan gerak ( speed of movement) yang baik,

menarik busur dan melepaskan anak panah membutuhkan gerakan

yang halus, smooth, dan rhytem (irama) yang baik.

Barrow dan McGee dalam Harsono (1988: 220) berpendapat bahwa

koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam

(23)

dengan yang dikatakan Bucher dalam Harsono (1988: 220), yaitu “....

the ability to integrate movement of different kinds into one single

pattern. Wilmore dalam Harsono (1988: 221) mengatakan “ the act of

movement in a organized controlled, and precise manner.”

Atlet yang koordinasinya tidak baik biasanya melakukan

gerakan-gerakannya secara kaku, dengan ketegangan, dan dengan enersi yang

berlebihan jika tidak efisien.

Seperti diterangakan di atas, kecepatan, kekuatan, daya tahan,

kelentukan, kinesthetic sense, kesimbangan, dan ritme, semua

menyumbang dan terpadu di dalam koordinasi gerak, oleh karena satu

sama lain memang mempunyai hubungan yang erat. Kalau salah satu

unsur tidak ada atau kurang brkembang, maka hal ini akan

berpengaruh terhadap kesempurnaan koordinasi.

c. Koordinasi mata dan kaki

Keterampilan biasanya melibatkan koordinasi antara dua organ tubuh.

Pada keterampilan yang melibatkan objek selain organ tubuh,

koordinasi antara mata dengan organ tubuh lain mutlak dibutuhkan.

Kinerja koordinasi mata-kaki dipusatkan pada pengembangan sistem

dasar visual sederhana yang dilakukan dengan ketepatan baik.

Keterampilan menendang, mengonrol dan smash kedeng

(24)

mengkombinasikan antara kemampuan melihat dan keterampilan kaki.

Sebagai misal dalam gerakan servis pada permainan sepak takraw,

mata berfungsi antara lain untuk mempersiapkan objek yang dijadikan

sasaran berdasarkan besarnya, jaraknya dan tingginya. Sedangkan

kaki akan melakukan sentuhan dengan memperkirakan kekuatan yang

digunakan agar hasil servis tepat sasaran.

I. Permainan Sepak Takraw

Sepak takraw adalah jenis olahraga permainan, campuran dari sepakbola

dan bola voli , dimainkan di lapangan ganda bulutangkis, dan pemain tidak

boleh menyentuh bola dengan tangan. Permainan sepak takraw dapat

dimainkan di dalam maupun di luar ruangan dan permainan ini dimainkan

oleh dua regu yang berhadapan di lapangan yang dipisahkan oleh jaring

(net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu

yang berhadapan terdiri atas tiga orang pemain yang bertugas sebagai

tekong yang berdiri paling belakang, dua orang pemain lainnya menjadi

pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri

dan kanan.

Kesalahan atau kegagalan dalam melakukan sepak mula berarti bukan saja

hilangnya kesempatan untuk regu itu untuk mendapatkan angka tetapi juga

menambah angka bagi lawan. Disini jelaslah bahwa seorang tekong itu perlu

(25)

mencari sasaran yang lemah dan sulit untuk diterima atau dikontrol oleh

lawan.

Untuk bermain sepak takraw yang baik, seseorang dituntut untuk

mempunyai keterampilan yang baik. Keterampilan yang dimaksud adalah

keterampilan dasar bermain sepak takraw. Tanpa kemampuan itu seseorang

tidak akan bisa bermain sepak takraw dengan baik. Keterampilan yang

dimaksud adalah menyepak dengan menggunakan bagian-bagian kaki,

memainkan bola dengan kepala, dengan dada, dengan paha, dengan bahu

(membahu), dan dengan telapak kaki.

Keterampilan dasar di atas itu antara yang satu dengan yang lainnya

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tanpa menguasai

keterampilan dasar atau teknik dasar, sepak takraw tidak dapat dimainkan

dengan baik. Teknik dasar dimiliki dengan baik apabila berlatih baik dan

kontinyu. Keteramipalan dasar ini, secara umum terbagi menjadi tiga

kelompok, yaitu (1) keterampilan lokomotor, (2) keterampilan non

lokomotor, dan (3) keterampilan manipulatif. Gerak lokomotor dalam sepak

takraw tercermin dari dalam gerakan berpindah tempat berupa gerakan

melangkah, lari beberapa langkah, melompat dengan dua kaki (misalnya ;

untuk menanduk bola dalam teknik serangan di atas jaring/net), dan

melompat dengan satu kaki (misalnya ; ketika melakukan serangan

akrobatik di depan jarring). (Ucup Yusup.dkk, 2004:26). Gerak non

(26)

berpidah tempat yang hanya melibatkan sendi otot dalam keadaan badan si

pelaku menetap, statis, tetap menumpu pada bidang tumpu seperti:

menyepak bola takraw dilakukan satu kaki, membungkuk, meliuk. (Ucup

Yusup.dkk, 2004:26). Gerak manipulatif dalam permainan sepak mula

tercermin dalam gerakan menyepak atau menendang, mengontrol bola,

menimang bola. (Ucup Yusup.dkk, 2004:27).

Menurut Drs. Sudrajat Prawirasaputra, M.Pd teknik dasar sepak takraw

terdiri dari beberapa macam, yaitu :

a. Teknik dasar permainan sepak takraw

1. Sepak Sila

Cara melakukannya sebagai berikut :

a) Pemain berdiri pada kaki kiri dan kaki kanan memantul-mantulkan bola dengan kaki kanan. Bola menyentuh bagian bawah mata kaki kaki kanan. Pandangan difokuskan kepada bola.

b) Pantulan bola dipertinggi dengan cara sepakan diperkuat. c) Bila gerak kaki kiri yang dipergunakan untuk menapakan

tubuh tetap berdiri relative diam di tempat maka ini menunjukan bahwa anda sudah mahir melakukan sepak sila.

(27)

2. Sepak Kuda

Cara melakukannya sebagai berikut :

1) Pemain berdiri pada kedua kaki menghadap datangnya bola.

2) Kedatangan bola disambut dengan ayunan kaki kanan dan

bola memantul setelah menyentuh arah punggung kaki

kanan tersebut. Pandangan mata difokuskan pada bola.

3) Gerakan tersebut dilakukan dengan konsentrasi pikiran

ditujukan kepada kawan regunya atau ke arah daerah lawan

melalui atas net (jaring) .

3. Sepak Badak

Sepak badak dilakukan dengan gerakan sebagai berikut :

1) Pemain berdiri pada kedua kaki menghadap datangya bola. 2) Bola dengan kecepatan tinggi diperkirakan akan jatuh

kebelakang sehingga badan tidak sempat berputar, maka tumit menyambut bola.

3) Pantulan bola diharapkan melambungakan supaya pemain lain punya kesempatan untuk meraih bola tersebut.

4) Mata diusahakan mengikuti jalannya bola walaupun hanya mampu melirik ke belakang.

4. Sepak Cungkil

Sepak cungkil dilaksanakan sebagai berikut :

(28)

2) Kedatangan bola yang cepat sehingga pemain tidak sempat melangkahkan kaki untuk berdiri lebih dekat dengan bola di tempat bola akan jatuh. Oleh karena itu upaya terakhir dari pemain adalah dengan cara menjangkau bola sambil

melangkahkan kaki kanan jauh ke depan untuk menyambut kedatangan bola yang hampir menyentuh tanah / lantai. 3) Ujung kaki khususnya jari kaki sangat berperan untuk

mengangkat bola dengan “cungkilan”.

5. Menyundul

Untuk melaksanakan teknik sundulan kepala, sikap dasar dan

pelaksanaan gerakannya sebagai berikut :

1) Berdiri pada kedua kaki menghadap kedatangan bola. 2) Heading bisa dilakukan dengan dahi samping kanan/kiri

kepala, dan belakang kepala.

3) Bola datang setinggi kepala, maka kepalanya menyambutnya dengan suatu gerakan kaki atau dan kepala guna membantu tenaga pantulan atau arah yang diperlukan.

4) Bola berkecepatan tinggi cukup disambut dengan kepala dan mengarahkannya.

5) Benturan bola pada kepala cukup keras, sehingga si pemain harus memperhitungkan akan “resiko” yang akan dirasakan.

6. Memaha

Gerakan teknik memaha dilakukan dengan sikap dasar dan pelaksanaan gerak sebagai berikut :

(29)

3) Pantulan bola tergantung pada ayunan paha dan “pengencangan” otot paha.

7. Menapak

1) Pemain berdiri pada kedua kaki menghadap kedatangan bola.

2) Pemain melakukan lompatan dan ayunan kaki untuk menjangkau bola yang melambung di atas bibir net

kemudian ditekan oleh telapak kaki sehingga bola langsung jatuh di daerah lawan.

8. Sepak mula

Untuk melaksanakan teknik sepak mula, sikap dasar dan

pelaksanaan gerakannya sebagai berikut :

1) Tekong berada pada kedua kaki menghadap pelambung bola (apit kiri/kanan).

2) Lingkaran yang berada di lapangan sebagai tempat tekong melakukan sepak mula.

3) Satu kaki boleh berada di luar lingkaran, tetapi salah satu kaki tidak boleh menginjak apalagi ke luar lingkaran ketika tekong melakukan sepak mula.

4) Setelah bola melewati net/jaring menyentuh atau tidak maka tekong boleh keluar dari lingkaran itu.

(30)

9. Smash kedeng

Smash kedeng dilaksanakan dengan sikap dasar dan gerakan

sebagai berikut :

1) Smash dapat dilakukan dengan bagai cara.

2) Smash kedeng dilakukan pemain pada waktu bola umpan berada di bibir net dengan cara mengayunkan kaki sampai di atas kepala dengan sepak kuda diarahkan ke daerah lawan.

10. Blocking

Untuk melaksanakan teknik bendungan, pemain melakukan

sikap dasar dan gerakan sebagai berikut :

1) Blocking dapat dilakukan dengan menggunakan tungkai maupun badan bagian belakang.

2) Pemain berdiri pada kedua kaki mempertahankan bola yang dimainkan lawan didaerahnya.

(31)

J. Kerangka Pikir

Keberhasilan dalam belajar teknik tergantung kekhususan unsur kondisi

fisik yang dominan, yang merupakan peningkatan dari

komponen-komponen fisik dasar daya tahan, kekuatan, kelentukan dan koordinasi yang

baik. Teknik yang baik akan mempertiggi performa dalam permainan sepak

takraw yang erat kaitannya dengan kemapuan gerak, kondisi fisik,, taktik

dan mental.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem

neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem sistem

neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi

kita bergerak. Koordinasi mata dan kaki merupakan mengkombinasikan

antara kemampuan melihat dan keterampilan kaki.

Dalam melakukan keterampilan gerak dasar sepak mula dibutuhkan

keseimbangan dan koordinasi mata dan kaki. Keseimbangan dibutuhkan

pada saat melakukan sepak mula agar hasil sepakan lebih maksimal.

Sedangkan koordinasi mata dan kaki dibutuhkan untuk mengontrol bola saat

melakukan sepak mula sehingga bola dapat dengan mudah diarahkan ke

daerah sasaran yang diinginkan. Dengan perpaduan antara keseimbangan

dan koordinasi mata dan kaki dapat dipastikan keberhasilan sepak mula.

Hubungan keseimbangan dan korrdinasi mata dan kaki terhadap hasil

(32)
[image:32.595.159.363.124.256.2]

Gambar 1 : Kerangka pikir

Keterangan :

X1 : Keseimbangan

X2 : Koordinasi mata dan kaki Y : Ketepatan sepak mula

Penulis menduga bahwa kedua unsur komponen fisik keseimbangan dan

koordinasi mata dan kaki memberikan kontribusi yang berarti terhadap

kemampuan ketepatan sepak mula pada permainan sepak takraw.

K. Hipotesis

Berdasarakan deskripsi teori dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1: Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan ketepatan sepak mula dalam permainan sepak takraw pada siswa SMA Negeri 1

Purbolinggo. X1

X2

(33)

H2: Ada hubungan yang signifikan antara koordinasi mata dan kaki dengan ketepatan sepak mula dalam permainan sepak takraw pada siswa SMA

Negeri 1 Purbolinggo.

H3: Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dan koordinasi mata dan kaki dengan ketepatan sepak mula dalam permainan sepak

(34)

III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan,

direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan

berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 17)

Menurut Arkunto (2002: 23) penelitian deskriptif korelasional atau penelitian

korelasional yaitu untuk mengetahui sebarapa erat hubungan antara ke dua variabel atau

lebih. Tujuan penelitian korelasional untuk menemukan ada tidaknya suatu hubungan

korelasional dan apabila terdapat suatu hubungan, seberapa eratnya hubungan serta berarti

atau tidaknya hubungan itu.

Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara keseimbangan

dan koordinasi mata dan kaki dengan hasil sepak mula pada siswa ekstrakurikuler sepak

takraw SMA 1 Purbolinggo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif korelasional. Yaitu suatu metode yang digunakan untuk memperoleh

informasi-informasi yang terjadi pada masa sekarang dengan melihat hubungan antara du gejala

(35)

1. Variabel

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian

(Suharsimi Arikunto, 2002:118). Variabel penelitian ini ada dua yakni variabel bebas

dan satu variabel terikat.

1) Variabel bebas

Variabel bebas adalah dalam penelitian ini ada 2, yaitu :

1. Keseimbangan (X1).

2. Koordinasi mata dan kaki (X2).

2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil melakukan sepak mula dalam

permainan sepak takraw (Y).

2. Data

Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatau kenyataan atau fakta dapat

berupa angka-angka, huruf, simbol-simbol khusus atau gabungan dari ketiga nya. Data

masih belum dapat bercerita banyak sehingga perlu diolah lebih lanjut. Data juga dapat

diartikan kumpulan file atau informasi dengan tipe tertentu baik suara, gambar atau

lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah keterangan yang benar dan nyata

atau keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan bahan kajian (analisis atau

(36)

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam

penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai berikut. 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indoneseia (2005 : 358), hubungan adalah

keadaanberhubungan atau sangkut paut. Korelasi merupakan angka yang menunjukan

arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam

bentuk hubungan positif dan negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam

besarnya koefisien korelasi. (Sugiyono, 2008: 224)

2. Balance atau keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem

neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem sistem

neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita

bergerak (Barrow dan McGee : 1979).

3. Barrow dan McGee (1979) berpendapat bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk

memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola gerak khusus.

4. Kemampuan berasal dari kata “mampu”. Kemampuan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (2005 : 628) adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan

dalam melakukan sesuatu. Dari pendapat tersebut, kemampuan dalam penelitian ini adalah kecakapan atau kesanggupan dalam melakukan sepak mula dalam permainan sepak takraw.

5. Sepak mula adalah serangan pertama dalam permainan sepak takraw selain juga sebagai awal dari permainan. Sepak mula dilakukan oleh pemain yang disebut tekong. Gerakannya ialah bola dipegang oleh apit dan kemudian diberikan atau

(37)

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 108).

Populasi dibatasi oleh jumlah subjek atau individu paling sedikit mempunyai sifat

yang sama. Maksud dari pengertian di atas adalah keseluruhan individu yang akan

dijadikan objek penelitian dan paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Adapun

sifat yang sama dimaksud dalam penelitian ini adalah:

Anggota ektrakurikuler sepak Takraw SMA Negeri 1 Purbolinggo.

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai objek penelitian adalah keseluruhan

anggota ektrakurikuler sepak takraw SMA Negeri 1 Purbolinggo yang berjumlah 20

siswa.

b. Sampel

Menurut Arikunto (1997: 108) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika

subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15%. Karena siswa yang

mengikuti ekstrakurikuler sepak takraw tidak lebih dari 100 orang, maka sampel

(38)

Untuk pengambilan data dalam penelitian ini maka diperlukan suatu alat ukur yang baku.

Valid atau tidaknya suatu data ditentukan oleh alat ukurnya. Teknik pengumpulan data

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data keseimbangan, koordinasi mata dan

kaki dan data kemampuan sepak mula dalam permainan sepak takraw.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen adalah alat atau fasilitas yang

digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan

one-shot-model yaitu pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data.

1. Instrumen Tes Keseimbangan

Pengukuran keseimbangan statis, dimaksudkan untuk megetahui seberapa lama

keseimbagan dengan cara mempertahakan tubuh para sampel menggunakan alat yang

dinamakan stork stand.

Tujuan : Untuk mengukur keseimbangan statis.

Alat dan Fasilitas : Blanko hasil pengukuran dan alat tulis

Pelaksanaan :

a. Testi berdiri di atas satu kaki yang dominan, kaki yang lain diletakkan di samping lutut, tangan berada di pinggang.

b. Dengan diberi aba-aba ”ya” testi mengangkat tumitnya dari lantai (jinjit) dan mempertahankan sikap ini selama mungkin tanpa gerakan apapun atau meletakkan tumitnya menyentuh lantai.

(39)

e. satuan ukuran dinyatakan dalam satuan detik.

Hasil pengukuran keseimbangan :

Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, hasil yang terbaik digunakansebagai data penelitian.

b. Instrumen tes koordinasi mata dan kaki

Tes yang digunakan untuk mengukur koordinasi mata dan kaki menggunakan soccer wall volley test.

Tujuan : Mengukur kemampuan koordinasi mata dan kaki, koordinasi seluruh tubuh dan kelincahan.

Alat : bola, stop watch.

Perlengkapan : Lapangan yang terdiri atas :

a. Daerah sasaran dibuat dengan garis di dinding yang rata dengan ukuran panjang 2,44 m dan tinggi dari lantai 1,22 m. b. Daerah tendangan dibuat di depan daerah sasaran berbentuk

segi empat dengan ukuran 3,65 m dan 4,23 m. Daerah tendangan berjarak 1, 83 m dari dinding daerahsasaran.

Pelaksanaan :

a. Testy berdiri di daerah tendangan, siap menendang bola.

b. Dengan diberi aba-aba “ya”, testi mulai menendang bola sebanyak-banyaknya, boleh menggunakan kaki yang manapun. Sebelum menendang kembali, bola harus diblok atau dikontrol dengan kaki yang lain.

c. Setiap menendang bola harus diawali dengan sikap menendang yang benar. d. Testy melakukan 3 kali ulangan, masing-masing 20 detik.

(40)

terbiasa.

Penilaian : Tiap tendangan yang mengenai sasaran memperoleh nilai satu.

a. Bola harus mengenai sasaran

b.Bola harus dikontrol atau diblok terlebih dahulu sebelum ditendang kembali. c.Pada waktu menendang atau mengontrol bola testy tidak boleh keluar dari

daerah tendangan.

d.Bila testy mengontrol atau meghentikan bola dengan tangan maka nilainya dikurangi satu.

e. Bila bola tidak mengenai sasaran tidak mendapat nilai.

f. Nilai total yang diperoleh adalah jumlah nilai tendangan yang terbanyak dari tiga ulangan yang dilakukan.

c. Tes ketepatan sepak mula dalam permainan sepak takraw

Tes dan pengukuran ketepatan sepak mula atau servis.

Tes dan pengukuran ketepatan sepak mula dengan tepat dilaksanakan di lapangan SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur dilakukan sebanyak lima kali. Tujuan : Untuk mengetahui ketepatan sepak mula atau servis oleh testee.

Alat : Bola dan stop watch Petugas : Pemandu tes Pelaksanaan :

a. Skor diambil dari skor yang terdapat di daerah sasaran di mana bola jatuh dan waktu kecepatan bola jatuh ke daerah sasaran.

b. Bola melewati di bawah tali hasil dikalikan dengan skor daerah dimana bola jatuh dipetak lapangan.

c. Stop watch dijalankan pada waktu bola tersentuh kaki dan dihentikan pada saat bola menyentuh lantai, waktunya dicatat.

(41)

G. Analisis Data

Analisis data atau pengolahan data merupakan suatu langkah penting dalam suatu

penelitian. Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis,

yaitu analisis statistik dan analisis non statistik.

Pada dasarnya statistik mempunyai dua pengertian yang luas dan yang sempit. Dalam

pengertian yang luas statistik merupakan cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk

mengumpulkan, mengajukan, dan menganalisis, data yang berwujud angka. Sedangkan

dalam pengertian yang sempit statistik merupakan cara yang digunakan untuk

menunjukkan semua kenyataan yang berwujud angka. Data yang dinilai adalah data

variabel bebas : keseimbangan (X1), koordinasi mata dan kaki (X2), serta variabel terikat

yaitu hasil sepak mula atau servis (Y).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi ganda (

multiple corelation ). Menurut Arikunto (2002), untuk menguji hipotesis antara X1 dengan

Y dan X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus

sebagai berikut:

 

 

2 2

2

 

2

. .

    Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan :

r xy = Koefesien korelasi N = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y

(42)

∑X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y

Untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus :

 

 

 

  2 2 2 1 2 1 1 1 . . 1 Y Y N X X N Y X Y X N rxy

Keterangan :

1 x y

r = Koefesien korelasi N = Jumlah sampel X1 = Skor variabel X1 Y = Skor variabel Y

∑X1 = Jumlah skor variabel X1 ∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X1 ∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y

Untuk menguji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus :

 

 

 

  2 2 2 2 2 2 2 2 . . 2 Y Y N X X N Y X Y X N rxy

Keterangan :

2 x y

r = Koefesien korelasi N = Jumlah sampel X2 = Skor variabel X2 Y = Skor variabel Y

(43)

∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y

Menurut Arikunto (2002), harga r yang diperoleh dari perhitungan hasil tes

dikonsultasikan dengan Tabel r product moment. Interprestasi tersebut adalah sebagai

[image:43.595.95.386.306.400.2]

berikut:

Tabel 1: Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.

Interval Koefisien Korelasi Interpretasi Hubungan 0,80 – 1,00 Sangat kuat 0,60 – 0,79 Kuat 0,40 – 0,59 Cukup kuat 0,20 – 0,39 Rendah 0,00 – 0,19 Sangat rendah Sumber : Riduwan. 2005

Setelah diketahui besar kecilnya r xy maka taraf signifikan dilihat dengan :

2

r n-2 t =

1-r

Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika thitung > ttabel, dan terima Ho jika thitung < t

tabel. Untuk dk distribusi t diambil n-2 dengan α = 0,05, dan untuk mencari besarnya sumbangan ( kontribusi ) antara variabel X dan variabel Y maka menggunakan rumus

Koefisian Determinansi :

Keterangan:

KP = Nilai Koefisien Detreminansi r = Koefisien Korelasi

(44)

statistik F melalui model korelasi ganda antara X1 dengan X2, dengan rumus :



  2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 X X N X X N X X X X N rxx

Keterangan:

r x1x2 = Koefesien korelasi antara X1 dengan X2 N = Jumlah sampel

X1 = Skor variabel X1 X2 = Skor variabel X2

∑ X1 = Jumlah skor variabel X1 ∑ X2 = Jumlah skor variabel X2

∑ X12 = Jumlah dari kuadrat skor variabel X1 ∑ X22 = Jumlah dari kuadrat skor variabel X2

Setelah dihitung r x1x2, selanjutnya dihitung dengan rumus korelasi ganda. Analisis

korelasi ganda dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan yaitu untuk

mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y)

baik secara terpisah maupun secara bersama-sama. Pengujian hipotesis menggunakan

rumus Korelasi Ganda dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

R X1 X2 = Koefisien Korelasi Ganda antar variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y

r X1.Y = Koefisien Korelasi X1 terhadap Y r X2.Y = Koefisien Korelasi X2 terhadap Y

(45)

Dilanjutkan dengan uji F untuk mencari taraf signifikan antara variabel X1, X2 dan Y,

dengan rumus sebagai berikut :

2

2

R

K

F =

(1 R )

n k 1

 

Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika F hitung > F tabel, dan terima H0 F hitung < F tabel.

Dimana distribusi dk pembilang k=2 dan dk penyebut (n-k-1) dengan mengambil taraf

(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dibuktikan dengan analisis data dengan

menggunakan teknik analisis korelasi ganda (multiple corelation) maka

penelitian ini dapat disimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan hasil sepak

mula pada siswa ekstrakurikuler sepak takraw di SMA Negeri 1

Purbolinggo.

2. Ada hubungan yang signifikan antara koordinasi mata dan kaki dengan

hasil sepak mula pada siswa ekstrakurikuler sepak takraw di SMA Negeri

1 Purbolinggo.

3. Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dan koordinasi mata

dan kaki dengan hasil sepak mula pada siswa ekstrakurikuler sepak

takraw di SMA Negeri 1 Purbolinggo.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan

(47)

1. Bagi para peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Penjaskesrek dapat

terus-menerus memperbaiki penelitian ini dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

2. Bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas

Keguruan Ilmu Pendidikan agar giat berlatih kondisi fisik yang berguna

untuk meningkatkan kemampuan gerak umum untuk meningkatkan yang

sangat mendukung dalam penguasaan keterampilan olahraga khususnya

dalam olahraga permainan sepak takraw.

3. Bagi Program Studi Penjaskesrek diharapkan dapat dijadikan salah satu

acuan dalam program dan pembelajaran cabang olahraga permainan sepak

takraw sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam bermai sepak

(48)

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA DAN KAKI DENGAN HASIL SEPAK MULA DALAM

PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW

DI SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO (ektrakurikuler)

Oleh

Tri Wibowo

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(49)
(50)

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA DAN KAKI DENGAN HASIL SEPAK MULA DALAM

PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW

DI SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO

(Skripsi)

Oleh

Tri Wibowo

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Emzir, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kuantitatif dan Kuantitatif. PT Rajagafindo Persada. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003 Tes kebugaran Jasmani Untuk anak Usia Umur 13-15 Tahun. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta.

Ibnu Hadjar. 1996. Dasar-dasar Metodologi Peneltian Kuantitatif Dalam Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Harsono. 2004. Perencanaan Program Latihan. Jakarta : KONI Pusat.

--- Latihan Kondisi Fisik. Jakarta : KONI Pusat.

Hermawan, R. 2002. Ilmu Faal: Fisiologi. Buku Ajar. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Lampung, Universitas. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Lutan, Rusli, dkk. 2002. Pendidikan Kebugaran Jasmani : Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikaan Dasar dan Menengah Dirjen OR. Jakarta. Nasution. 2008. asas-asas kurikulum. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. FPOK IKIP Bandung. Bandung. ---2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Dirjen Olahraga. Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia. 1999. Mari Bermain Sepak Takraw. PB.

PERSETASI. Jakarta.

Prawirasaputra, Sudrajad. 1999. Sepak Takraw. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Riduwan M. B. A. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru., Karyawan, Dan Peneliti

Pemula. Bandung ; Alfabetha.

(52)

Sudjana. 1992. Teknik Analisa Regresi dan Korelasi. Penerbit Tarsito. Bandung. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung

Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. CV Alfabetha. Bandung. Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.

(53)

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ... 31

2. Diagram Lingkaran Nilai Tengah Dari Hasil Tes Keseimbangan (X1) 46

3. Diagram Lingkaran Nilai Tengah Dari Hasil Tes Koordinasi

Mata dan Kaki (X2) ... 48

(54)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv DAFTAR GAMBAR ... xv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

1. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 3 C. PembatasanMasalah ... .4

D. Perumusan Masalah ... 4 E. Tujuan Penelitian ... 5 F. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7 A. Pendididkan Jasmani ... 7 1. Ruang Lingkup Pendididkan Jasmani ... 8 2. Keberhasilan Program Pendidikan Jasmani ... 9 B. Karakteristik Siswa SMA ... 12 C. kegiatan Ekstrakurikuler ... 13 D. Kondisi Fisik ... 14 E. Teori Belajar Gerak ... 16 F. Tahapan Belajar Gerak ... 17 1. Tahap Kognitif ... 17 2. Tahap Asosiatif ... 18 3. Tahap Otomatis ... 18 4. Keseimbangan ... 19 5. Koordinasi Mata dan Kaki ... 20 G. Permainan Sepak Takraw ... 23 H. Kerangka Pikir ... 30 I. Hipotesis ... 31

(55)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44 A. Hasil Penelitian ... 44

1. Deskripsi Data Penelitian ... 44 2. Variabel Keseimbangan ... 45 3. Varibel Koordinasi Mata dan Kaki ...47 4. Variabel Hasil Sepak Mula ...49 5. Pengujian Hipotesis ...51 a. Hubungan Antara Keseimbangan Dengan Hasil Sepak Mula

Pada Sepak Takraw ... 51 b. Hubungan Antara Koordinasi Mata dan Kaki Dengan

Hasil Sepak Mula Pada Sepak Takraw ... 51 c. Hubungan Antara Keseimbangan dan Koordinasi Mata dan Kaki Dengan Hasil Sepak Mula Pada Sepak Takraw ... 52

B. Pembahasan Penelitian ... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57 A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA

(56)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 41 2. Deskripsi Data Penelitian ... 44 3. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Keseimbangan (X1) ... 45

4. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Koordinasi Mata dan Kaki (X2) ... 47

(57)

MATA DAN KAKI DENGAN HASIL SEPAK MULA PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW DI SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO

Nama Mahasiswa : TRI WIBOWO

Program Studi : Pendidikan Jasmani

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : KeguruandanIlmuPendidikan

MENYETUJUI

1. KomisiPembimbing

Pembimbing I PembimbingII

Drs. Surisman, S.Pd., M. Pd. Drs. Usman Adam, M.Pd.

NIP. 19620808 198901 1 001 NIP. 19520229198303 1 004

2. a. n Ketua Jurusan Imu Pendidikan

Drs. Baharuddin, M.Pd.

(58)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, S.Pd., M.Pd. ...

Sekretaris : Drs. Usman Adam, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

(59)
(60)

MOTTO

”Ilmu Bukanlah segalanya,

(61)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : TRI WIBOWO

NPM : 0613051051

Tempattanggallahir : Taman Bogo, 17 September 1987

Alamat : Ds. Taman Asri Kec. Purbolinggo Kab. Lampung Timur

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Hubungan Antara Keseimbangan Dan

Koordinasi Mata Dan Kaki Dengan Hasil Sepak Mula Dalam Permainan Sepak Takraw Pada Siswa Ekstrakurikuler Sepak Takraw Di SMA Negeri 1 Purbolinggo” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2011. Skripsiinibukanhasilmenjiplak, danataupunhasilkarya orang lain.

Demikianpernyataaninipenulisbuatdengansebenarnya, atasperhatiannyasayaucapkanterimakasih.

Bandar Lampung, 12Februari2013 Penulis

(62)

PERSEMBAHAN

PujisyukurkuucapakankehadiratAllah SWT atassemuaanugerah yang telahdiberikankepadaku

KaryainikupersembahkankepadaPurwantoroKisworobapak danRadiyemibu

yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang begitu besar sampai sepanjang masa

Untuk kakak ku Ria dan Andra yang selalu menjadi penyemangat bagiku

Pendampinghidupkukelak di duniahinggaakhirat

Untuk teman-teman ku yang juga telah memberikan motivasi dan dukungan yang begitu besar

Terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian kalian sehingga membuat aku semakin dewasa

dan bertanggung jawab

(63)

RIWAYAT HIDUP

Penulisdilahirkan di Taman Bogo, padatanggal 17 September 1987,

sebagaianakketigadaritigabersaudarapasanganBapakPurwantoroKisworod

anIbuRadiyem.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Taman Cari Kec. Purbolinggo yang diselenggarakan pada

tahun 2000

2. SekolahLanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP N 2 PurbolinggoKec.Purbolinggo

yang diselesaikanpadatahun2003

3. SekolahMenengahAtas (SMA) Negeri 1 PurbolinggoKec.Purbolinggo yang

diselesaikanpadatahun 2006.

Padatahun 2006

penulisterdaftarsebagaimahasiswapadaFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas

Lampung pada Program StudiPendidikanJasmaniKesehatan Dan Rekreasi

ditempuhmelaluijalur SPMB.

Pengalaman yang telah dicapai penulis antara lain, yaitu:

1. Juara I CabangAtletik/Lari 100 m (putera)

padaPekanOlahragadanSeniAntarPondokPesantren Tingkat Daerah (POSPEDA II)

(64)

Nasional (POSPENAS III) di Medan-Sumatera Utara Tahun 2005.

3. Juara I SepakBola pada Pekan Olahraga Kota (PORKOT) Bandar Lampung Tahun

2006.

4. Juara III SepakBola pada Piala Gubernur Provinsi Lampung ke-II Tahun 2006

5. Sebagai peserta pada Kejuaraan Nasional Futsal Antar Mahasiswa di Bandar Lampung

Tahun 2007.

6. Sebagai peserta Cabang Olahraga SepakBola Pekan Olahrga Mahasiswa Nasional

(POMNAS) XI di Sumatera Selatan Tahun 2009.

7. Juara I Wilayah II Tingkat Perguruan Tinggi Kompetisi SepakBola Liga Pendidikan

Indonesia Piala Presiden di Palembang-Sumatera Selatan Tahun 2009.

8. Sebagai peserta Tingkat Perguruan Tinggi Kompetisi SepakBola Liga Pendidikan

Indonesia Piala Presiden di Yogyakarta tahun 2009.

9. Juara I Futsal Mahasiswa pada Hari Olahraga Nasional ke- XXVII di Bandar Lampung

Tahun 2010.

10.Juara I Kejuaraan Daerah (Kejurda) Sepak Bola Antar Perguruan Tinggi Se-Lampung

di Universitas Lampung Tahun 2010.

Pada bulan Agustus 2009, penulis mengikuti PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMA

(65)

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA DAN KAKI DENGAN HASIL SEPAK MULA DALAM

PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW

DI SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO

(ektrakurikuler)

Oleh

Tri Wibowo

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(66)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA DAN KAKI DENGAN HASIL SEPAK MULA DALAM

PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW

DI SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO

Oleh:

TRI WIBOWO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan data mengenai seberapa besar hubungan keseimbangan dan koordinasi mata dan kaki dengan hasil sepak mula dalam permainan sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler sepak takraw di SMA Negeri 1 Purbolinggo.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan teknik total

sampling. Teknik pengambilan data untuk tes keseimbangan menggunakan stork stand ,

tes koordinasi mata dan kaki menggunakan soocer wall volley test dan untuk tes sepak

mula dengan mengarahkan bola takraw dengan sepakan kaki ke daerah sasaran dan waktu kecepatan bola jatuh ke daerah sasaran. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment dan korelasi ganda yang dilanjutkan dengan mencari koefisien determinan untuk menentukan berapa besar kontribusi yang diberikan.

Hasil penelitian menunjukan : Pertama, diperoleh koefisiensi korelasi sebesar 0,54

artinya ada hubungan yang positif/kuat antara keseimbangan dan hasil sepak mula

dengan kontribusi sebesar 29,16 %. Kedua, didapat koefisien korelasi sebesar 0,87

artinya ada hubungan yang positif/kuat antara koordinasi mata dan kaki dan hasil

sepak mula, dengan kontribusi/sumbangan sebesar 75,69 %. Ketiga, didapat koefisien

korelasi ganda 0,87 ini berarti terdapaat hubungan yang positif/kuat antara keseimbangan dan koordinasi mata dan kaki dengan hasil sepak mula dengan kontribusi/sumbangan sebesar 75,69 %.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) keseimbangan memberikan kontribusi sebesar 29,16 % dengan hasil sepak mula dalam sepak takraw (2) koordinasi mata dan kaki memberikan kontribusi sebesar 75,69 % dengan hasil sepak mula dalam sepak takraw dan (3) keseimbangan dan koordinasi mata dan kaki memberikan

(67)

Judul Skripsi : HUBUNGAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA DAN KAKI DENGAN HASIL SEPAK MULA PADA SISWA

EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW DI SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO

Nama Mahasiswa : TRI WIBOWO

Program Studi : Pendidikan Jasmani

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I PembimbingII

Drs. Surisman, S.Pd., M. Pd. Drs. Usman Adam, M.Pd.

NIP. 19620808 198901 1 001 NIP. 19520229198303 1 004

2. a. n Ketua Jurusan Imu Pendidikan

Drs. Baharuddin, M.Pd.

(68)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, S.Pd., M.Pd. ...

Sekretaris : Drs. Usman Adam, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

(69)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : TRI WIBOWO

NPM : 0613051051

Tempat tanggal lahir :

Gambar

Gambar  1 : Kerangka pikir
Tabel 1: Interpretasi  Koefisien Korelasi Nilai r.

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN, KELINCAHAN DAN KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN DRIBBLING DI SSB KECAMATAN KATAPANG: Studi Deskriptif pada Klub Sepakbola di SSb Kab,

Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa, kedua teknik sepak mula, baik dengan menggunakan punggung kaki maupun dengan kaki bagian dalam

Koordinasi mata-kaki, kelincahan, keseimbangan dan fleksibilitas togok pada kemampuan menggiring bola sangat dibutuhkan, karena pada saat pemain menggiring bola ke daerah

Dari hasil pengujian hipotesis keempat yang menunjukkan adanya kontribusi secara simultan antara koordinasi mata kaki, kelincahan dan keseimbangan dengan kemampuan

Dalam permainan sepak takraw keseimbangan juga sangat berperan dalam permainan,karena untuk membuat atau menciptakan operan yang bagus kesimbangan sangat di butuhkan

Pengujian hipotesis menunjukkan, bahwa dari hasil analisis data diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan koordinasi mata-kaki, kelentukan, dan keseimbangan

Hipotesis yang pertama diuji dalam penelitian ini yaitu “ada hubungan koordinasi mata kaki terhadap kemampuan menggiring bola pada permainan sepak bola siswa SMA Negeri 11 Makassar”,

Hipotesis ketiga Ho diterima Ha ditolak yaitu; ada kontribusi yang sihnifikan antara keseimbangan dinamis dan Kelentukan pinggang terhadap kemampuan melakukan sepak mula pada permainan