• Tidak ada hasil yang ditemukan

NN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi juga meningkat pesat. Kegiatan ekonomi atau pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar

ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan menanggung biaya pemulihannya.

Dalam penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Izin

Lingkungan Hidup disebutkan bahwa arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada pembangunan industri diantaranya

menggunakan berbagai jenis bahan kimia dan zat radioaktif. Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan reaksi, antara lain dihasilkannya limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan

hidup itu sendiri dan kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lainnya.

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber

daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh

(2)

bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.(M. Daud Silalahi :36)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan

penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

yang ada di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan

kesehatan masyarakat. Dasar hukum Izin lingkungan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang "Izin Lingkungan”.

Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus diselenggarakan berdasarkan

prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, aktifitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha dan/atau kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan dan dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktifitas pembangunan tersebut maka perlu analisis sejak awal pada

perencanaan dan perizinan, sehingga setiap izin usaha dan/ atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL.

AMDAL adalah salah satu syarat untuk mendapatkan izin lingkungan, pada dasarnya proses

(3)

negatif pada lingkungan hidup, memberikan penjelasan prosedur, mekanisme dan kordinasi antar instansi dalam pemberian dan penyelenggaraan dalam pemberian izin untuk usaha dan/ atau

kegiatan.

Dalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat

merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28H Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada pembangunan

industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan kimia dan zat radioaktif. Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrilisasi juga

menimbulkan akses antara lain dihasilkanya limbah yang dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan hidup itu sendiri dan kelangsungan hidup, manusia serta makluk hidup lainya.

Dengan telah berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

memberikan kewenangan bidang lingkungan yang semakin terbatas di tingkat pusat dan propinsi, serta Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Setiap pembangunan yang apabila usaha dan atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak rekomendasi Amdal diterbitkan.menimbulkan dampak penting wajib melakukan Amdal untuk mencapai pembangunan yang berkesinambungan dalam usaha

peningkatan pada umumnya.

(4)

yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan Lingkungan hidup sebagai prasyarat

memperoleh izin usaha dan/ atau kegiatan. Setiap Izin usaha dan/ atau kegiatan yang wajib harus memiliki dokumen UPL-UKL izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha pemegang izin lingkungan berkewajiban untuk:

a. Menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam izin lingkungan;

b. membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban

dalam izin lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/waliKota; c. Menyediakan dana penjamin untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup.

Laporan disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan Pemegang izin yang melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif yang meliputi: a. teguran tertulis;

b. paksaan pemerintah;

c. pembekuan izin lingkungan; atau d. Pencabutan izin lingkungan

e. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/waliKota sesuai dengan kewenangannya. f. Dokumen lingkungan yang telah mendapat persetujuan sebelum berlakunya

Peraturan pemerintah ini,dinyatakan tetap berlaku dan dipersamakan sebagai izin lingkungan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012.

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan kehidupan

(5)

lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua para pihak yang peduli akan namanya lingkungan bagi kehidupan kita bersama. Pemanasan global (global warming) yang

semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim (climate change) sehingga memperparah penurunan kwalitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Sebagaimana yang diuraikan dalam latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul skripsi “Peranan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup dalam Pemberian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kota Bandar Lampung”.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah peranan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup dalam pemberian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Kota Bandar Lampung?

b. Apakah faktor-faktor penghambat dalam pemberian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Kota Bandar Lampung oleh Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitan

(6)

penghambat dari pemberian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Kota Bandar Lampung.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sejauh mana peranan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup dalam pemberian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Kota Bandar Lampung.

b. Untuk mengetahui penghambat dalam pemberian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Kota Bandar Lampung oleh Badan Pengelolaan dan Pengendalian

Lingkungan Hidup.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Selain tujuan yang telah disebutkan diatas, penulisan ini diharapkan mempunyai kegunaan, yaitu :

(7)

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan pengetahuan tentang Hukum Administrasi Negara yaitu mengenai prosedur pemberian

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan sumber informasi

bagi semua pihak yang ingin mengetahui prosedur pemberian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

2. Menambah literatur perpustakaan dan sumber data bagi peneliti lain.

(8)
(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

Analisis mengenai dampak lingkungan muncul sebagai jawaban atas keprihatinan tentang dampak negatif dari kegiatan manusia, khususnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri pada tahun 1960-an. Sejak itu AMDAL telah menjadi alat utama untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan manajemen yang bersih lingkungan dan selalu melekat pada tujuan pembangunan yang berkelanjutan.

AMDAL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23

tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP no 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Jika Indonesia mempunyai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang harus dibuat jika seseorang ingin mendirikan suatu proyek yang

(10)

pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang ‘Izin Lingkungan”. AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif

dari suatu rencana kegiatan atau proyek, yang diapakai pemerintah dalam memutuskan apakah

suatu kegiatan atau proyek layak atau tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi,

sosial-ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat.

Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang

tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif lebih besar daripada dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang diputuskan tidak layak

lingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.

Kriteria wajib AMDAL ini hanya diperlukan bagi proyek-proyek yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan yang pada umumnya terdapat pada rencana-rencana kegiatan

berskala besar, kompleks serta berlokasi di daerah yang memiliki lingkungan sensitif.

Pada dasarnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah keseluruhan proses yang meliputi penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur dalam PP nomor 27 tahun 2012 ,

bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yang terdiri dari 5 (lima) dokumen, yaitu:

(11)

• Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

• Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

• Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

• Dokumen Ringkasan Eksekutif

a. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak

penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan batas-batas studi ANDAL. Sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan penentuan metodologi yang akan digunakan untuk mengkaji dampak. Penentuan ruang lingkup dan kedalaman kajian ini

merupakan kesepakatan antara Pemrakarsa Kegiatan dan Komisi Penilai AMDAL melalui proses yang disebut dengan proses pelingkupan.

b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL):

ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak penting dari

suatu rencana kegiatan. Dampakdampak penting yang telah diindetifikasi di dalam dokumen KAANDAL kemudian ditelaah secara lebih cermat dengan menggunakan metodologi yang

telah disepakati. Telaah ini bertujuan untuk menentukan besaran dampak. Setelah besaran dampak diketahui, selanjutnya dilakukan penentuan sifat penting dampak dengan cara membandingkan besaran dampak terhadap kriteria dampak penting yang telah ditetapkan

(12)

dasar-dasar pengelolaan dampak yang akan dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif.

c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL):

RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta

memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL.

d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL):

RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari rencana kegiatan. Hasil

pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi efektifitas upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam

kajian ANDAL.

Sehubungan dengan prosedur/tata laksana AMDAL, Peraturan Pemeritah Nomor 27 Tahun 2012 telah menetapkan mekanisme yang harus ditempuh sebagai berikut:

1. Pemrakarsa menyusun Kerangka Acuan (KA) bagi pembuatan dokumen AMDAL. Kemudian disampaikan kepada Komisi AMDAL. Kerangka Acuan

(13)

tanggapan, maka dokumen Kerangka Acuan tersebut menjadi sah untuk digunakan sebagai dasar penyusunan ANDAL.

2. Pemrakarsa menyusun dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), kemudian disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab untuk

diproses dengan menyerahkan dokumen tersebut kepada komisi penilai AMDAL untuk dinilai.

3. Hasil penilaian dari Komisi AMDAL disampaikan kembali kepada instansi yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan keputusan dalam jangka waktu 75 hari. Apabila dalam jangka waktu yang telah disediakan, ternyata belum diputus oleh

instansi yang bertanggung jawab, maka dokumen tersebut tidak layak lingkungan. 4. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ternyata instansi yang

bertanggung jawab mengeluarkan keputusan penolakan karena dinilai belum memenuhi pedoman teknis AMDAL, maka kepada pemrakarsa diberi kesempatan untuk memperbaikinya.

5. Hasil perbaikan dokumen AMDAL oleh pemrakarsa diajukan kembali kepada instansi yang bertanggung jawab untuk diproses dalam memberi keputusan sesuai

dengan Pasal 19 dan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999. 6. Apabila dari dokumen AMDAL dapat disimpulakan bahwa dampak negatif tidak

dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi, atau biaya penanggulangan

dampak negatif lebih besar dibandingkan dampak positifnya.

(14)

lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah”. Dari ketentuan pasal 16 UULH dapat disimpulkan dua hal yaitu:

1. Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian dari proses perencanaan, dan instrumen pengambilan keputusan.

2. Tidak semua rencana kegiatan itu wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak

lingkungan, yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hanyalah yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.

Untuk mengukur atau menentukan dampak besar dan penting tersebut diantaranya digunakan kriteria mengenai:

1. Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan

2. Luas wilayah penyebaran dampak

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak 5. Sifat kumulatif dampak

6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

Menurut PP No. 27 Tahun 1999 Pasal 3 ayat (1), usaha dan atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi:

1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam

2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui 3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,

(15)

4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya

5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya

6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik

Jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 17 tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL. Jenis usaha dan/atau kegiatan wajib

AMDAL seperti pertahanan dan keamanan, pertanian, perikanan, kehutanan, kesehatan dan lain-lain.

1.2 Fungsi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

AMDAL berfungsi sebagai penetapan pengambilan keputusan seperti yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 PP 27 Tahun 1999, AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode

yang efisien sesuai dengan situasi.

Tujuan AMDAL secara umum adalah menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. AMDAL

(16)

Sasaran AMDAL adalah Untuk menjamin agar suatu usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat beroperasi secara berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan atau dengan

kata lain usaha atau kegiatan tersebut layak dari aspek lingkungan hidup. Pada hakikatnya diharapkan dengan melalui kajian AMDAL, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan mampu secara optimal meminimalkan kemungkinan

dampak lingkungan hidup yang negatif, serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien.

AMDAL merupakan bagian dari suatu sistem pembangunan secara keseluruhan, maka AMDAL tidak berdiri sendiri. Kegunaan dan manfaat AMDAL dapat dilihat dari beberapa pendekatan , yaitu:

1.Kegunaan dan manfaat bagi masyarakat

AMDAL dapat mempunyai kegunaan dan manfaat bagi masyarakat, karena AMDAL merupakan kajian yang juga melibatkan masyarakat dalam memberikan masukan atau informasi

pada kajian AMDAL. Sehingga perencanaan adanya pembangunan di wilayahnya dapat terinformasikan dari aspek postif dan negatifnya. Misalnya aspek positifnya, yaitu dapat

membantu wilayah disekitar perencanaan pembangunan dalam penyerapan tenaga kerja sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan, adanya sarana dan prasarana jalan dan listrik sehingga membantu dalam adanya sarana transportasipada wilayah tersebut dan lainnya.

2.Kegunaan dan manfaat AMDAL bagi pengambil keputusan;

AMDAL bermanfaat bagi pengambil keputusan sebagai bahan masukan dalam pengarahan dan

(17)

toleransi, dampak terhadap masyarakat, dampak terhadap kegiatan pembangunan lainnya, pengaruh terhadap lingkungan yang lebih luas. Kegunaan bagi hal lainnya adalah sebagai acuan

dalam penelitian bidang keilmuan dan pemanfaatan teknologi ; sebagai pembanding pelaksanaan AMDAL lainnya dan sebagai prasyarat dalam pendaan proyek dan perizinan.

3.Kegunaan dan manfaat AMDAL dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan;

Hasil studi Amdal dinyatakan dalam bentuk Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dengan adanya RKL dan RPL ini maka pelaksanaan

kegiatan pembangunan akan terikat secara hukum untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungannya, karena dalam RKL dan RPL terdapat prosedur pengembangan

dampak positif dan penanggulangan dampak negatif, serta prosedur pemantauan lingkungannya.

1.3 Pengaturan Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Di Indonesia dasar hukum untuk melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) adalh Ketentuan Pasal 16 Undang-undang No. 4 Tahun 1982 yang pelaksanaannya diatur pada Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Adapun rumusan Pasal 16 Undang-undang No. 4 Tahun 1982 yang isinya sebagai berikut: “Setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib

dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan

(18)

Untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tersebut di atas maka telah ditetapkan lima Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada tanggal

4 Juni 1987, sehari menjelang efektif berlakunya Peraturan Pemerintah N0. 29 Tahun 1986.

Adapun keputusan-keputusan sebagai berikut :

1. KEP-49/MENKLH/6/1987 tentang Pedoman Penentuan Dampak Penting,

2. KEP-50/MENKLH/6/1987 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,

3. KEP-51/MENKLH/6/1987 tentang Pedoman Penyusunan Studi Evaluasi Mengenai Dampak

Lingkungan,

4. KEP-52/MENKLH/6/1987 tentang Batas Waktu Penyusunan Studi Evaluasi Mengenai

Dampak Lingkungan,

5. KEP-53//MENKLH/6/1987 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi.

Peraturan perudang-undangan tersebut di atas sekarang tidak berlaku lagi semenjak dikeluarkannya Undang-undang yang baru berupa Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang

Pedoman Lingkungan Hidup.

Demikian juga halnya dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 telah dicabut dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah No51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan pada tanggal 23 Oktober 1993. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah No.

(19)

Adapun Keenam Keputusan Menteri Neegara Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :

1. KEP-10/MENKLH/3/1994 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-49 sampai dengan KEP-53 tersebut di atas.

2. KEP/11/MENKLH/6/1994 tentang Jenis Usaha dan Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

3. KEP-12/MENKLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

4. KEP-13/MENKLH/3/1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi AMDAL.

5. KEP-14/MENKLH/3/1994 tentang Pedoman Upaya Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

6. KEP-15/MENKLH/3/1994 tentang Pembentukan Komisis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Terpadu.

Dengan diundangkannya Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup maka perlu dilakukan penyesuaian terhadapPeraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993

tentang Amdal, oleh karena itu Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 dicabur, dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 yang mulai berlaku efektif tanggal 18 Nopember 2000.

1.4 Hubungan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dengan Izin Lingkungan

(20)

kegiatan yang akan dilakukan oleh pemohon izin. Izin menjadi alat hak dan kewajiban pemohon untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan tertentu. Seperti dikatakan pada latar belakang,

izin lingkungan merupakan salah satu syarat memperoleh izin usaha atau kegiatan. Izin usaha atau kegiatan yang wajib izin lingkungan tersebut adalah aktivitas atau kegiatan usaha yang wajib Amdal ataupun wajib UKL dan UPL.

Pasal 1 angka 35, “Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang

melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL- UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha

dan/atau kegiatan”.

Izin lingkungan yang termuat dalam UU-PPLH menggabungkan proses pengurusan keputusan kelayakan lingkungan hidup, izin pembuangan limbah cair, dan izin limbah bahan beracun

berbahaya (B3). Pada saat berlakunya UU No. 23 Tahun 1997, keputusan kelayakan lingkungan hidup diurus diawal kegiatan usaha. Bidang pertambangan, misalnya, diurus sebelum pembangunan konstruksi tambang. Setelah konstruksi selesai, pengusaha harus mengurus izin

pembuangan limbah cair dan B3. Sekarang ketiga perizinan itu digabungkan, diurus satu kali menjadi izin lingkungan. Syaratnya jelas, yaitu analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal)

atau upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL). Tanpa ketiga dokumen, izin lingkungan tak akan diberikan.

Berdasarkan Pasal 123 UU-PPLH, “Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang

(21)

limbah B3, izin pembuangan air limbah ke laut, dan izin pembuangan air limbah ke sumber air”. Kententuan Pasal ini kemudian dipersoalkan oleh pengusaha bidang lingkungan hidup, terutama

para pengusaha pertambangan.

Sebenarnya ketentuan adanya izin lingkungan pada masa Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 sudah ada, namun belum disatukan seperti Pasal 123 UU-PPLH. Izin lingkungan pada masa UU

No. 23 Tahun 1997 diberikan secara terpisah dan “seolah” tidak mengikat pengusaha untuk

melaksanakan. Hal ini disebabkan tidak jelasnya hubungan hukum antara izin-izin lingkungan

dengan izin usaha atau kegiatan lainya.

Izin lingkungan merupakan instrumen hukum administrasi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang. Izin lingkungan berfungsi untuk mengendalikan perbuatan konkrit individu dan

dunia usaha agar tidak merusak atau mencemarkan lingkungan. Sebagai bentuk pengaturan langsung, izin lingkungan mempunyai fungsi untuk membina, mengarahkan, dan menertibkan kegiatan-kegiatan individu atau badan hukum agar tidak mencemarkan dan/atau merusak

lingkungan hidup. Oleh karena itu, izin lingkungan merupakan insrtrumen kebijakan lingkungan yang sangat esensial dalam upaya mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan.

Fungsi utama izin lingkungan adalah bersifat preventif, yakni pencegahan pencemaran yang tercermin dari kewajiban-kewajiban yang dicantumkan sebagai persyaratan izin, sedangkan fungsi lainnya bersifat represif yaitu untuk menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan

(22)

Berbeda dengan dua undang-undang lingkungan hidup sebelumnya, dalam UU-PPLH-2009 telah diberikan batasan pengertian tentang izin lingkungan. Pengertian izin lingkungan terdapat pada

Pasal 1 angka 35 yang berbunyi :

Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.

Dari pengertian tersebut ada dua hal penting yang perlu dijelaskan. Pertama, bahwa izin lingkungan tidak perlu untuk semua izin usaha dan/atau kegiatan, melainkan hanya diwajibkan kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL. Hal ini selaras dengan fungsi

izin lingkungan untuk mengendalikan usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak terhadap lingkungan hidup. Kedua,izin lingkungan menjadi prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/

atau kegiatan. Ketentuan ini merupakan hal baru yang lebih progresif dari dua undang-undang lingkungan hidup sebelumnya. Izin lingkungan telah dipadukan dengan izin usaha( Muhammad Akib, 2012:194).

1.5 Wewenang Penerbitan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Wewenang pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup secara konstitusional bertumpu pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:

”Bumi dan air dan kekayaan alam yang yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarkemakmuran rakyat”.

Ketentuan di atas menegaskan adanya ” hak mengusai negara ” atas bumi, air da kekayaan alam

(23)

Melalui hak ini negara diberi wewenang untuk mengatur pemanfaatan dan pengelolaan bumi, air dan kekayaan alam tersebut agar digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Wewenang ini dapat sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah atau sebagian diserahkan kepada daerah, tergantung kepada sistem pemerintahan yang dianut.

Seiring dengan tuntutan reformasi, sejak berlakunya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah, yang kini diganti dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 10 ayat (1), telah terjadi perubahan paradigma sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik. Sejak saat itu terjadi arus balik kekuasaan

dari pusat ke daerah. Sayangnya, ketentuan ini dimentahkan sendiri oleh Pasal 11 ayat (1) bahwa di luar enam urusan pemerintahan yang merupakan wewenang penuh pesat, akan diurus bersama antara pusat dan daerah berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi (bersifat

concurent) .

Atas dasar sifat wewenang concurent itulah diadakan pembagian wewenang sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan PP ini, ada 31 urusan pemerintahan yang menjadi urusan bersama,

yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan (Muhammad Akib, 2011:65) .

Urusan di bidang pengelolaan lingkungan hidup termasuk dalam kelompok urusan wajib, artinya wajib dilaksanakan oleh semua daerah. Sementara yang bersifat pilihan, tergantung pada kondisi,

(24)
(25)

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah adalah suatu gerak langkah untuk mencari dan mendapatkan jawaban atas masalah yang diajukan. Untuk mendekati pokok permasalahan dalam penelitian ini digunakan

pendekatan secara yuridis empiris.

Pendekatan normatif dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji hukum sebagai norma atau peraturan-peraturan yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas guna menunjang

data-data yang dihasilkan melalui studi lapangan. Penelitian secara yuridis empiris adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara langsung kepada objek penelitian (Abdul Kadir Muhammad, 2004: 43).

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang dibagi menurut jenisnya. Kedua jenis data tersebut yaitu :

1. Data sekunder, yaitu data yang peneliti peroleh dari studi kepustakaan, yang berupa bahan-bahan hukum seperti :

a) Bahan hukum primer, yaitu: Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Undang-undang Pokok Lingkungan Hidup, serta peraturan perUndang-undangan-Undang-undangan lainnya. b) Bahan hukum sekunder, yaitu: berupa literatur-literatur, pendapat para ahli atau pakar,

(26)

c) Bahan hukum tersier yaitu: Berupa Kamus Hukum, Kamus Bahasa Inggris, media cetak dan elektronik.

Data primer, yaitu data yang penilti dapatkan penelitian dari lapangan, baik yang didapat dari hasil pengamatan maupun hasil suatu wawancara dengan pihak yang berkompeten.

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data

Adapun langkah- langkah yang penulis lakukan dalam pengumpulan data Adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data sekunder, yaitu dengan cara : a. Studi Kepustakaan

Hal ini penulis lakukan dengan cara membaca dan mengutip serta Mencatat dari berbagai literature/ buku, media masa dan peraturan Perundangan-undangan yang ada kaitanya dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Studi Dokumentasi

Hal ini penulis lakukan dengan cara menelaah dan menganalisa Dokumen-dokumen pada yang ada kaitanya dengan Analisis mengenai dampak lingkungan di Kota Bandar Lampung.

3.3.2 Pengolahan Data

(27)

a. Editing, yaitu memeriksa data yang diperoleh untuk mengetahui apakah data tersebut telah sesuai dengan apa yang diharapkan dan apabila ada data yang salah maka penulis akan

mengadakan perbaikan terhadap data yang kurang lengkap.

b. Mengklasifikasi data yaitu data yang telah diseleksi diklasifikasikan sesuai dengan bidang pembahasan guna mengetahui tempat dari masing-masing data tersebut.

c. Sistematika data adalah penyusunan data secara sistematis yaitu sesuai dengan pokok bahasan sehingga memudahkan menganalisis data tersebut.

3.4 Analisis Data

Merupakan tahap akhir dari penelitian yaitu menggunakan analisis kualitatif suatu teknik analisis

dengan cara mengkaji, membandingkan data sekunder yang didapat dan selanjutnya menarik kongklusi-kongklusi yang diuraikan dalam bentuk pernyataan dan aturan kalimat-kalimat secara

(28)

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.Peranan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup dalam pemberian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yaitu:

Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup mempunyai peranan untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan hidup salah satunya adalah dalam pemberian analisis mengenai

dampak lingkungan (AMDAL). Dalam menjalankan tugasnya Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup memiliki komisi penilai yang dibantu oleh tim teknis komisi

penilai yang selanjutnya disebut tim teknis dan sekretariat komisi penilai. Komisi Penilai mempunyai tugas:

a. menilai KA, ANDAL, RKL, dan RPL; dan

b. memberikan masukan dan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan KA dan kelayakan lingkungan hidup atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan kepada Menteri untuk komisi penilai pusat, gubernur untuk komisi penilai provinsi dan bupati/walikota untuk komisi

penilai kabupaten/kota.

Sedangkan tim teknis mempunyai tugas menilai secara teknis KA, ANDAL, RKL, dan RPL

(29)

a. Proses penapisan wajib AMDAL

b. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat, pemrakarsa wajib mengumumkan

rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan dan menanggapi masukan yang diberikan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.

c. Penyusunan dan penilian KA-ANDAL, merupakan proses untuk menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL. Proses penilaian KA-ANDAL,

setelah selesai disusun pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.

d. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL dan proses seleksi kegiatan wajib AMDAL,

yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Dalam proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL setelah selesai disusun, pemrakarsa

mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL antara lain:

1. Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.

2. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana

usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan

2. Faktor yang menjadi penghambat dalam pemberian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(30)

1. AMDAL belum sepenuhnya terintegrasi dalam proses perijinan suatu rencana kegiatan pembangunan, sehingga tidak terdapat kejelasan apakah Amdal dapat dipakai untuk

menolak atau menyetujui suatu rencana kegiatan pembangunan.

2. Proses partisipasi masyarakat belum sepenuhnya optimal. Selama ini LSM telah dilibatkan dalam sidang-sidang komisi AMDAL, akan tetapi suaranya belum sepenuhnya

diterima di dalam proses pengambilan keputusan.

3. Terdapatnya berbagai kelemahan di dalam penerapan studi-studi AMDAL. Dengan kata

lain, tidak ada jaminan bahwa berbagai rekomendasi yang muncul dalam studi AMDAL serta UKL dan UPL akan dilaksanakan oleh pihak pemrakarsa.

4. Masih lemahnya metode-metode penyusunan AMDAL, khususnya aspek sosial budaya,

sehingga kegiatan-kegiatan pembangunan yang implikasi sosial budayanya penting, kurang mendapat kajian yang seksama.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas,

maka peneliti mencoba memberikan saran demi perbaikan di masa mendatang sebagai berikut:

1. Sebaiknya AMDAL terintegrasi dalam proses perijinan suatu rencana kegiatan pembangunan, sehingga membuat kejelasan apakah Amdal dapat dipakai untuk menolak

atau menyetujui suatu rencana kegiatan pembangunan.

2. Sebaiknya lebih memperhatikan partisipasi masyarakat yang melalui LSM untuk

dilibatkan dalam sidang-sidang komisi AMDAL.

(31)

4. Sebaiknya kuatkan metode-metode penyusunan AMDAL, khususnya aspek sosial budaya, sehingga kegiatan-kegiatan pembangunan yang implikasi sosial budayanya

(32)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Helmi, 2012,Hukum Perizinan Lingkungan Hidup. Sinar Grafika.

I Made Arya Utama, 2008, Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gramedia. Muhammad Akib, 2011, Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Perspektif

HolistikEkologis, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Muhammad Akib, 2012, Politik Hukum Lingkungan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Muhamad Daud Silalahi, 2001, Hukum Lingkungan Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, P.T Alumni Bandung.

Muhamad Erwin, 2001, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup. Refika Aditama.

Philipus M. Hadjon, 1993,Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya. Sundari Rangkuti, 2001, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan

Dalam Proses Pembangunan Hukum Nasional Indonesia. Airlangga UP. Theo Huijbes, 2002,Hukum Negara, PT. Gramedia Pustaka.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan.

(33)

2

Referensi

Garis besar

NN

Dokumen terkait

Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus, jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah metode pengembangan sistem yang

Oleh karena itu, pemberian kompos pupuk kandang sapi disertai MPF diharapkan dapat membantu meningkatkan kandungan bahan organik, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan

Bersama ini diumumkan daftar nama peserta yang dinyatakan lulus tes Inteligensi dan berhak mengikuti Tes Akademik dan Bahasa Inggris Rekrutmen umum lokasi : Banda Aceh

Hal ini menunjukkan bahwa patahan pada spesimen terjadi pada daerah yang dekat dengan root dari blade.. Pasangan dari blade yang patah ini yang patah tidak

Off farm sudah berkembang Pengembangan inovasi teknologi 2 Teknologi budidaya belum maju Kelembagaan pelayanan terkait pertanian sudah mulai dibentuk Pemasaran produk sdh

Jadi, yang dimaksud dengan judul di atas adalah : daya yang timbul dari bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian tertentu, yang dilakukan oleh orang yang

Seperti sudah ditentukan pada contoh 1 dan contoh 2 diatas, bahwa ASET apabila bertambah akan dicatat di sebelah DEBET, dengan demikian kita harus menyepakati bahwa MODAL

Nilai signifikansi masing-masing variabel menunjukkan angka di atas 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Corporate Social Responsibility