(LKPD) KAB. NGANJUK
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi
Oleh :
DAHLIA FIRDAUSI 201110170311128
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
i
Assalamu’allaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penerapan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk.” Sebagai syarat untuk mencapai derajad Sarjana Strata Satu.
Shalawat serta salam peneliti haturkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman jahilyah sampai ke zaman yang terang benderang dan penuh dengan hazanah keilmuan sampai saat ini.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini bisa terselesaikan berkat dukungan, bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati, melalui lembar ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Djoko Sigit Sayogo, SE., M.Acc., Ph.D dan Dra. Sri Wahjuni L, MM., Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan saran-saran demi menghasilkan tulisan ilmiah yang lebih baik.
ii
3. Dr. Nazaruddin Malik, M,Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Drs. Setu Setyawan Ec., MM selaku dosen wali kelas C angkatan 2011. 5. Dra. Sri Wibawani W.A., M.Si., Ak selaku Kepala Pusat Pengembangan
Akuntansi (PPA); Dra. Sri Wahjuni Latifah MM., Ak selaku Kepala Laboratorium Akuntansi dan juga Kepala Divisi Operasional Lutfirrahman AM., SE. atas pengayoman, tambahan ilmu soft skill, perhatian dan dukungan kepada peneliti selama bertugas sebagai Part-timer di PPA dan Lab. Akuntansi.
6. Seluruh dosen Program Studi Akuntansi FEB-UMM yang memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik sampai penulis dapat menyelesaikan studi.
7. Bapak Imam selaku Tata Usaha Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD); Ibu Lilik Supriati selaku Kasi Bagian Pelaporan sekaligus Responden dan seluruh pihak di DPPKAD atas kemudahan dan kerjasama selama perolehan dan pengolahan data skripsi. 8. Ayahanda Agoes Soebagijo dan Ibunda Nuning Suryaningsih atas
dukungan - baik moral maupun materiil, doa dan curahan kasih sayang yang tiada hentinya kepada peneliti selama ini.
9. Sodaraku tercinta, Merita Amalia yang juga sedang berjuang untuk kelulusan di Sekolah Menengah Atas.
iii
yang tidak hanya menjadi teman belajar, kerja kelompok dan diskusi di kelas namun juga teman yang menambah coretan warna – warni di kehidupan “perantauan” peneliti.
12.Teman-teman Part-time, Asisten Laboratorium Akuntansi 2011 dan adik- adik Asisten Lab. Akuntansi 2012 (Mas Didit, Wulan, Raffy, Eya, Gobel, Farhani, Uni, Panca, Luky, Anis, Easty, Joko, Azizah, Rian, Nurina, dll) 13.Teman-teman terbaik yang luar biasa (Vivi, Raffy, Santi, Indah, Eko,
Dyan, Vina, Wulan, Ayu “Kost”) dan pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih atas dukungannya selama penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk keberlanjutan penelitian. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Malang, 2 Februari 2015
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Malang, 2 Februari 2015
Mahasiswa
v
PERYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Batasan Masalah ... 8
D. Tujuan dan Manfaat ... 8
II. TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA ... 10
A. Revieu Penelitian Terdahulu ... 10
B. Landasan Teori ... 12
Standar Akuntansi Pemerintahan ... 12
Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010 ... 14
Dinas Daerah dan Keuangan Daerah ... 31
Akuntansi Keuangan Daerah ... 33
III. METODE PENELITIAN ... 34
A. Objek Penelitian ... 34
B. Jenis Penelitian ... 34
C. Jenis dan Sumber Data ... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ... 36
vi
IV. HASIL PENELITIAN ... 38
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 38
B. Deskripsi Data ... 42
B.1 Mendeskripsikan Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk ... 43
B.2 Mendeskripsikan Penerapan Perlakuan Akuntansi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk ... 44
B.2.1 Kebijakan Akuntansi Pendapatan ... 44
B.2.2 Kebijakan Akuntansi Belanja ... 45
B.2.3 Kebijakan Akuntansi Pembiayaan ... 47
B.2.4 Kebijakan Akuntansi Aset ... 49
B.2.5 Kebijakan Akuntansi Kewajiban ... 57
B.2.6 Kebijakan Akuntansi Ekuitas ... 58
B.3 Mendeskripsikan Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang Ada dalam Standar Akuntansi Pemerintah ... 58
B.4 Mendeskripsikan Penyajian Laporan Keuangan ... 62
C. Analisis Data ... 67
C.1 Basis Akuntansi ... 68
C.2 Laporan Keuangan ... 69
C.2.1 Neraca ... 69
C.2.2 Laporan Perubahan Ekuitas ... 72
C.2.3 Laporan Realisasi Anggaran ... 73
C.2.4 Laporan Arus Kas ... 74
C.2.5 Laporan Perubahan SAL ... 75
C.2.6 Laporan Operasional ... 76
C.2.7 Catatan Atas Laporan Keuangan ... 76
D. Pembahasan ... 78
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan PP No.24/2005 dan PP No. 71/2010 . ... 17
Tabel 2.2 Indikator Perlakuan Akuntansi PP 71/2010 Lampiran I ... 22
Tabel 4.1 Format Penyajian Neraca Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk 62
Tabel 4.2 Format Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk ... 65
ix
Lampiran 1 : Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Nganjuk Lampiran 2 : Neraca Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk
Lampiran 3 : Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kab. Nganjuk
Lampiran 4 : Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk
Lampiran 5 : Contoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP 71/2010
Lampiran 6 : Contoh Format Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP 71/2010
Lampiran 7 : Contoh Format Laporan Realaisasi Anggran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP 71/2010
Lampiran 8 : Contoh Format Laporan Perubahan Saldo Anggran Lebih Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP 71/2010
Lampiran 9 : Contoh Format Laporan Operasional Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP 71/2010
Lampiran 10 : Contoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP 71/2010
x
ABSTRAKSI
JUDUL : Evaluasi Penerapan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kab. Nganjuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara penerapan Standar Akuntansi Basis Akrual dalam PP 71/2010 pada LKPD Kab. Nganjuk Tahun Anggaran 2013. PP 71/2010 terdiri dari lingkup basis akuntansi akrual pada Lampiran I dan basis akuntansi kas menuju akrual (Cash Toward Accrual – CTA) pada Lampiran II. Basis CTA merupakan SAP yang diterapkan diseluruh entitas pelaporan baik Pemerintah Pusat maupun Daerah saat ini sebelum akhirnya diwajibkan untuk menerapkan basis akrual pada tahun 2015.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DP2KAD) menggunakan Peraturan Bupati 16/2013 tentang Kebijak-an AkuntKebijak-ansi Pemerintah Daerah Kab. NgKebijak-anjuk dKebijak-an PP 71/2010 seba-gai landasan dalam penyusunan LKPD Kab. Nganjuk TA 2013. Hasil Penelitian membuktikan, LKPD Kab. Nganjuk belum sepenuhnya menerapkan PP 71/2010. LKPD Kab. Nganjuk masih menerapkan Lampiran II PP 71/2010 yakni basis CTA. Hal ini disebabkan penerapan PP 71/2010 basis akrual (Lampiran I PP 71/2010) diwajibkan untuk diterapkan pada tahun anggaran 2015. Perlakuan akuntansi pada LKPD TA 2013 terkait penerapan basis akrual telah sesuai untuk pengakuan, penilaian dan penyajian di pos-pos dalam neraca, kecuali pengukuran piutang yang dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, bukan sebesar nilai nominal. Dalam menghadapi tahun akrual 2105, LKPD telah menyelenggarakan akuntansi penyusutan pada LKPD TA 2013.
xi
JUDUL : Evaluation of Implementation Government Regulation (PP) Number 71 on 2010 concerning Accrual Basis on Governmental Accounting Standard (SAP) on Local Government's Financial Reports (LKPD) of Nganjuk Regency.
The purpose of this research was to determine the suitability of the accrual basis implementation on Governmental Accounting Standards in Government Regulation number 71/2010 at Nganjuk Regency’s Financial Statements fiscal year 2013. Scope of PP 71/2010 consist of Accrual basis in Enclosure I and Cash Towards Accrual (CTA) basis of accounting in Enclosure II. CTA basis is currently applied for throughout the reporting entity both central and regional government is before finally obliged to apply the Accrual basis in 2015.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (Department of Revenue, Finance and Asset Management) using the regent’s decree 16/2013 on Nganjuk Regency’s Local Government Accounting Policies and PP 71/2010 as the basis for prepare Nganjuk Regency’s Financial Statement FY 2013. Research proves that Nganjuk Regency’s Financial Statements not yet fully implementing the PP 71/2010. Nganjuk Regency’s FS still apply Enclosure II of PP 71/2010 that is CTA accounting basis. This is due to the application of PP 71/2010 accrual basis (Enclosure I of PP 71/010) are required to be implemented in fiscal year 2015. The accounting treatment in LKPD FY 2013 related to the application of the accrual basis in accordance to the recognition, assessment and presentation in the balance sheet items, except for the measurement of receivables carried at net realizable value, not at their nominal value. In the face of years of accrual in 2105, LKPD has hosted accounting depreciation on LKPD FY 2013.
xii
Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan untuk :
Lelaki terhebat dihidupku Ayahanda Agoes Soebagijo, dan
86
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta
. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga Bastian, Indra. dan Soepriyanto, 2003. Sistem Akuntasni Sektor Publik, Jakarta :
Salemba Empat
Berita Wapres. 2014. Opini WTP Bukan Tujuan Akhir : Pembukaan Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah,
http://www.wapresri.go.id/index/preview/berita/24468. 21/11/2014 2:32PM
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah: Edisi 3, Jakarta: Salmba Empat
Hoesada, Jan. 2014. Ramalan 2014, http://www.ksap.org/sap/ramalan-2014. Accessed: 22/10/2014 7:03 AM
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. 2012. Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta : Salemba Empat
Permana, Irfan. 2011. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan Implikasinya pada Akuntabilitas, Unikom
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 .Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 : Perubahan Kedua
.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah
87
.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Teantang Keuangan Negara
Sugiarto dan Bagjana. 2013. Peran Akuntansi Pemerintahan Dalam Rangka Membangun Akuntabilitas, Transparansi dan Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah, Jurnal Akuntansi Vol. 5 No. 1 Mei : 23-35
Sukadi. 2013. Direktur dan Bendahara RSUD Nganjuk Tersangka, http://anjukzone.com/index.php/hukum/1325-direktur-dan-bendahara- rsud-nganjuk-tersangka-dugaan-kasus-korupsi-proyek-pengadaan-barang-farmasi-habis-pakai-dana-apbd-2012-rp-12-8-miliar. Accessed: 4/11/2014 11:25 AM
Susilawati dan Riana. 2014. Sistem Pengendalian Intern Sebagai Anteseden Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah, STAR – Studi and Accounting Research Vol. XI No 1 ISSN : 1693-4482
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara substansial, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18
menyatakan bahwa terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem
pemerintahan Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang lebih luas
cakupannya memberi arahan pada pemerintahan yang cakupannya lebih
sempit.
Undang-undang No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai pengganti
undang-undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan undang-undang-undang-undang
Nomor 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah telah menjadi tonggak perubahan sistem
pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik terbatas atau lebih
dikenal dengan istilah otonomi daerah.
Otonomi Daerah adalah usaha pemberdayaan daerah dalam
pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola
sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas dan
potensi daerah sendiri. Dengan pemberian Otonomi Daerah Kabupeten
2
Daerah. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan
daerah yang baik dalam rangka mengelola dana desentralisasi secara
transparan, ekonomis, efisien, efektif dan akuntabel sebagaimana
diamanatkan dalam tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government
Governance). Maka diselenggarakanlah Laporan Keuangan sebagai bentuk
akuntabilitas terhadap semua transaksi yang terjadi dalam satu periode
akuntansi. (Bastian dan Soepriyanto, 2003).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). SAP disusun oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah (KSAP) yang independen dan kemudian ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah yang terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari
Badan Pengawas Keuangan (BPK). SAP memiliki perbedaan penerapan
basis akuntansi dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun
IAI.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut,
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang merupakan SAP
pertama yang dimiliki Indonesia sejak kemerdekaannya. Standar
menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja
dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan
ekuitas dana.
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih
bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh karena
itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti, sebab basis
kas terkadang kurang sesuai dengan transaksi selain yang menggunakan
kas, hal ini mengakibatkan tidak adanya pencatatan pada jurnal keuangan
ketika terdapat transaksi yang sama sekali tidak mempengaruhi kas.
Artinya, penyelenggaraan keuangan tidak cukup dengan basis kas,
sehingga pemerintah membuat ketentuan penyelenggaraan akuntansi
berbasis akrual dengan menyusun standar akuntansi dalam peraturan
pemerintah pada PP No.71 Tahun 2010 yang menyatakan penyusunan
standar keuangan pemerintah berbasis akrual menjadi pedoman penyajian
informasi keuangan.
Sesuai Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010, penerapan SAP
4
menerapkan SAP basis kas menuju akrual (PP No. 24 Tahun 2005) paling
lama 4 (empat) tahun setelah tahun anggaran 2010 yakni pada tahun 2014.
Selanjutnya, setiap entitas pelaporan baik pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Laporan
Keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual
dimaksudkan dapat memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku
kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa Laporan Keuangan
pemerintah dan sebagai pemecahan masalah standar akuntansi
sebelumnya. Kerena basis akrual mengakui dan mencatat transaksi serta
peristiwa lainnya pada saat kejadian keuangan terjadi atau pada perolehan.
(Halim, 2007 dan Bastian, 2001).
Dengan demikian, tahun 2014 dapat dikatakan sebagai tahun akhir
penerapan akuntansi kas menuju akrual sekaligus tahun uji coba proses
penerapan akuntansi basis akrual pada tiap pemerintah daerah, maka
diharapkan seluruh entitas pelaporan telah menerapkan basis akuntansi
akrual pada pelaporan keuangannya. Dalam masa-masa transisi, evaluasi
penerapan PP No. 71 Tahun 2010 ini dirasa penting, sebab bagi KSAP,
tahun 2014 merupakan tahun penyelesaian berbagai Buletin Teknis Akrual
Paripurna sebagai landasan implementasi PP 71/2010 Akrual Paripurna
awal 2015. Pada akhir tahun 2014, diramalkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) berbasis akuntansi menuju akrual bertambah dan
opini WTP akan menurun untuk Laporan Keuangan yang berakhir pada
berada dalam tahun pertama (percobaan) menggunakan basis akuntansi
akrual paripurna.1
Opini WTP merupakan salah satu opini dari empat opini auditor
negara (Badan Pemeriksa Keuangan) terhadap audit Laporan Keuangan
Pemerintah yang berarti auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit
yang dikumpulkan perusahaan/pemerintahan dianggap telah menyajikan
Laporan Keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan tidak terdapat salah saji meterial yang mempengaruhi Laporan
Keuangan secara keseluruhan. (Sugiarto dan Bagjana, 2013).
Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono dalam Rapat
Kerja Nasional Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah pada
Jum’at 12 September 2014 menyatakan bahwa, tidak ada jaminan
Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah yang telah memperoleh
opini WTP telah benar-benar terbebas dari praktek-praktek KKN.2
Jika WTP tidak menjamin kualitas Laporan Keuangan, ketaatan
penerapan SAP dalam penyusunan Laporan Keuangan dapat menjadi
solusinya. Dijelaskan dalam penelitian Permana (2011) bahwa, Standar
Akuntansi Pemerintahan secara signifikan berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas Laporan Keuangan.
1
Hoesada, Jan. 2014. Ramalan 2014, http://www.ksap.org/sap/ramalan-2014. Accessed: 22/10/2014 7:03 AM
2
Berita Wapres. 2014. Opini WTP Bukan Tujuan Akhir : Pembukaan Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah,
6
Menurut PP No. 71/2010, entitas akuntansi adalah unit
pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya
wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan
untuk digabungkan pada entitas Pelaporan. Entitas Pelaporan adalah unit
pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas
Pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan.
Kerangka Konseptual pada Lampiran I PP No.71/2010 menyatakan
bahwa, entitas Pelaporan yakni: (a) Pemerintah Pusat, (b) Pemerintah
Daerah, (c) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di
lingkungan pemerintah pusat dan (d) Satuan organisasi dilingkungan
pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan
perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keungan – wajib menyajikan laporan keungan berupa Laporan
Keuangan yang bertujuan umum. Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintah (PSAP) No 1 menjelaskan bahwa Laporan Keuangan disusun
untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan
seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas Pelaporan selama satu
periode Pelaporan. Laporan Keuangan terutama digunakan untuk
mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi
dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk merupakan entitas
Pelaporan yang telah menerapkan PP No 71 Tahun 2010 pada
penyususnan Laporan Keuangannya dan memperoleh predikat Wajar
Tanpa Pengecualian pada Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2013 dan
2012. Namun, perolehan predikat WTP untuk Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk tampak janggal menengok beberapa
kasus korupsi yang terkuak pada tahun 2013 menyeret nama
pejabat-pejabat pada SKPD-SKPD di Kab. Nganjuk, contohnya kasus korupsi
pengadaan barang farmasi habis pakai yang dananya bersumber dari
APBD 2012 senilai Rp.12,8 Milyar oleh Direktur RSUD Nganjuk dan
Kepala Sub Bagian Perbendaharaan RSUD Nganjuk.3
Padahal, Laporan Keuangan merupakan gambaran kinerja dan
akuntabilitas penggunaan dan pengelolaan sumber daya ekonomis. Jika
kinerja entitas Pelaporan “tidak benar”, otomatis Pelaporan Keuangan
yang dihasilkan seharusnya juga tidak wajar. Maka perlu dilakukan
evaluasi atas penerapan SAP dalam Laporan Keuangan dimana SAP
merupakan kerangka konseptual Pelaporan Keuangan pemerintah untuk
mengevaluasi kualitas Laporan Keuangan Kab. Nganjuk dan menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
3
Sukadi. 2013. Direktur dan Bendahara RSUD Nganjuk Tersangka,
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga rumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
Bagaimana perlakuan akuntansi pada Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk sebagai entitas Pelaporan milik
pemerintah dalam menerapkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Nganjuk yang disusun oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk.
D. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelian ini adalah :
Untuk mengetahui kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Nganjuk dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang berlaku (PP 71/2010)
Manfaat
a. Memberikan gambaran penyajian Laporan Keuangan entitas
Pelaporan pada tingkat pemerintahan daerah dalam menerapkan
b. Sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk untuk
dapat mempertimbangkan kesesuaian penyajian Laporan Keuangan
berbasis akrual.
c. Sebagai kajian atau pengembangan penelitian menganai evaluasi
penerapan SAP dalam menyajikan Laporan Keuangan
10
BAB II
Tinjauan Teori dan Studi Pustaka
A. Reviu Penelitian Terdahulu
Permana (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh
penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah dan bagaimana implikasinya pada
akuntabilitas pada Dinas Kota Bandung secara parsial dan simultan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Dinas Kota Bandung
yang berjumlah 14 dinas. Pengujian statistik yang digunakan adalah
perhitungan korelasi Pearson Product-Moment, koefisien determinasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
Standar Akuntansi Pemerintahan signifikan dalam meningkatkan kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan implikasi SAP terhadap
Akuntabilitas pada Dinas Pemerintah Kota Bandung yaitu sebasar 55%.
Zeyn (2011), dengan penelitiannya mengenai pengaruh Good
Governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap akuntabilitas
keuangan, menggunakan komitmen organisasi sebagai pemoderasi dalam
penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan
verifikatif. Metode analisis menggunakan regresi berganda, korelasi
berganda dan determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas keuangan; Standar
Akuntansi Pemerintahan dengan komitmen organisasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap akuntabilitas keuangan; Good Governance dan
Standar Akuntansi Pemerintah dan Komitmen organisasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas keuangan.
Susilawati dan Riana (2014) melakukan penelitian mengenai
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Intern sebagai
anteseden kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Analisis dilakukan
menggunakan regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini adalah
17 dinas Pemerintah Daerah Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa standar akuntansi pemerintahan dan sistem pengendalian intern
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
Laporan Keuangan pemerintah daerah sebesar 52%. Standar Akuntansi
Pemerintahan berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah sebesar 13%, namun tidak signifikan. Sistem
pengendalian intern memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas
Laporan Keuangan pemerintah daerah sebesar 74,6%.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa penelitian Permana (2011), Zeyn (2011) dan Susilawati dan Riana
(2014) secara garis besar menyatakan, Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah. Oleh karena itu, kesesuaian atau ketaatan terhadap
12
berpengaruh pada Kualitas Laporan Keuangan. Semakin sesuai Laporan
Keuangan dengan SAP maka Laporan Keuangan akan semakin
berkualitas.
B. Landasan Teori
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi
Pemerintahan tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang
mempunyai kekuatan hukum untuk panduan penyusunan Laporan
Keuangan dalam upaya meningkatkan kualitas Laporan Keuangan
pemerintah di Indonesia.
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang merupakan konsep dasar
penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan. PSAP
bagi penyusun Laporan Keuangan, pemeriksa, dan pengguna Laporan
Keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003,
Pemerintah menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan
melalaui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. SAP ini merupakan
SAP pertama yang dimiliki Indonesia sejak kemerdekaannya. Standar
Akuntansi Pemerintahan dalam PP No. 24 Tahun 2005 tersebut
menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja
dan pembiayaan, selanjutnya menggunakan basis akrual untuk pengakuan
asset, kewajiban dan ekuitas dana. Penerapan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara. UU tersebut menyatakan bahwa, selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Uandang Nomor 17 Tahun 2003
dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Penerapan SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual ini diberlakukan untuk Laporan Keuangan atas
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran
2014. Selanjutnya, setiap entitas Pelaporan, baik pada pemerintah pusat
14
Walaupun entitas Pelaporan untuk sementara masih diperkenankan
menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas Pelaporan
diharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.
Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010
Dalam rangka peningkatan kualitas informasi Pelaporan Keuangan
pemerintah dan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik,
serta memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan
akuntabel, maka perlu penerapan akuntansi berbasis akrual yang
merupakan best practice di dunia internasional.
Berdasarkan fenomena tersebut, pemerintah membuat ketentuan
penyelenggaraan akuntansi berbasis akrual dengan menyusun standar
akuntansi dalam peraturan pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintahan
berbasis akrual ditetapkan pada PP No.71 Tahun 2010, yang menyatakan
penyusunan standar keuangan pemeritah berbasis akrual menjadi pedoman
penyajian informasi keuangan.
Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah No 71/2010 ini meliputi
SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP
Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I, berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis
Kas Menuju Akrual (PP 24/2005) pada Lampiran II berlaku selama masa
akrual. Lampiran III PP No 71 Tahun 2010 menjelasakan tentang Proses
Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Sesuai Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010, penerapan SAP
berbasis akrual dapat dilaksanakan scara bertahap. Pemerintah dapat
menerapkan SAP basis kas menuju akrual (PP No. 24 Tahun 2005) paling
lama 4 (empat) tahun setelah tahun anggaran 2010 yakni pada tahun 2014.
Selanjutnya, setiap entitas Pelaporan baik pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Laporan
Keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual
dimaksudkan dapat memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku
kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa Laporan Keuangan
pemerintah dan sebagai pemecahan masalah standar akuntansi
sebelumnya. Sebab basis akrual mengakui dan mencatat transaksi serta
peristiwa lainnya pada saat kejadian keuangan terjadi atau pada perolehan.
(Halim, 2007 dan Bastian, 2001).
Standar Akuntansi Pemerintahan dibutuhkan dalam rangka
penyusunan Laporan Keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Peraturan Pemerintahan ini juga merupakan pelaksanaan Pasal
184 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan
pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
16
Basis akuntansi yang digunakan dalam Laporan Keuangan
pemerintah yakni basis akrual, sehingga dalam menyelenggarakan
akuntansi dan penyajian Laporan Keuangan entitas Pelaporan
menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban,
maupun pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Entitas Pelaporan yang
menyelenggarakan akuntansi berbasis akrual menyajikan Laporan
Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan tentang anggran.
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set Laporan
Keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgeting reports)
dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai
berikut:
a) Laporan Realisasi Anggaran
b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
c) Neraca
d) Laporan Operasional
e) Laporan Arus Kas
f) Laporan Perubahan Ekuitas
g) Catatan Atas Laporan Keuangan
Komponen-komponen Laporan Keuangan tersebut disajikan oleh
setiap entitas Pelaporan kecuali :
a) Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang
b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya
disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas Pelaporan
yang menyusun Laporan Keuangan konsolidasiannya.
Untuk memperjelas perbandingan antara PP No 24/2005 (Lampiran
II PP 71/2010: SAP Basis Kas Menuju Akrual) dan PP No 71/2010
(Lampiran I: SAP Basis Akrual), disajikan tabel perbedaan PP No 24
Tahun 2005 dan PP No 71 tahun 2010 sebagai berikut :
Tabel 2.1
Perbedaan PP No 24/2005 dan PP 71/2010
PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010
LAPORAN PERUBAHAN SAL Tidak ada laporan tersendiri
NERACA
Ekuitas Dana terbagi;
• Ekuitas Dana Lancar: selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek,
LAPORAN PERUBAHAN SAL
Laporan Perubahan SAL menyajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos
berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun
Sebelumnya; dan
e. Lain-lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
NERACA
Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih
pemerintah yang merupakan selisih antara aset
18
termasuk sisa lebih pembiayaan
anggaran/saldo anggaran lebih
• Ekuitas Dana Investasi: mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam
dalam investasi jangka panjang, aset
tetap, dan aset lainnya, dikurangi
dengan kewajiban jangka panjang • Ekuitas Dana Cadangan: mencerminkan
kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
LAPORAN ARUS KAS
• Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Par. 15) • Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran
LAPORAN KINERJA KEUANGAN • Bersifat optional
• Disusun oleh entitas Pelaporan yang menyajikan laporan berbasis akrual • Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos :
a) Pendapatan dari kegiatan operasional;
b) Beban berdasarkan klasifikasi
fungsional dan klasifikasi ekonomi;
c) Surplus atau defisit.
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
laporan.
Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir
ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas
LAPORAN ARUS KAS
• Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum (Par 15) • Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris
LAPORAN OPERASIONAL
• Merupakan Laporan Keuangan Pokok • Menyajikan pos-pos sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO dari kegiatan
operasional;
b) Beban dari kegiatan operasional ;
c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non
Operasional, bila ada;
d) Pos luar biasa, bila ada;
e) Surplus/defisit-LO.
• Bersifat optional
• Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: a) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Anggaran;
b) Setiap pos pendapatan dan belanja
beserta totalnya seperti diisyaratkan
dalam standar-standa lainnya, yang
diakui secara langsung dalam ekuitas;
d) Efek kumulatif atas perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan yang mendasar diatur dalam
suatu standar terpisah
CALK
Pada dasarnya hampir sama dengan PP baru
• Merupakan Laporan Keuangan Pokok • Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos:
a) Ekuitas awal;
b) Surplus/defisit-LO pada periode
bersangkutan;
c) Koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mengurangi ekuitas,
misalnya: koreksi kesalahan mendasar
dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan
perubahan nilai aset tetap karena
revaluasi aset tetap.
d) Ekuitas akhir.
CALK
Perbedaan yang muncul hanya dikarenakan
komponen Laporan Keuangan yang berbeda
dengan PP lama.
Sumber : PP No. 71 Tahun 2010
Berdasarkan Lampiran I PP No. 71/2010 paragraf 35, karakteristik
kualitatif Laporan Keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya, yaitu: relevan; andal; dapat dibandingkan dan dapat dipahami
adalah prasyarat normatif yang diperlukan agar Laporan Keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas.
Pengakuan
Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau
20
a) Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan
dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau
masuk ke dalam entitas Pelaporan yang bersangkutan.
b) Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal.
Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi
kriteria pengakuan, perlu dipertimbangkan aspek materialitas.
Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap pos dalam Laporan Keuangan. Pengukuran
pos-pos dalam Laporan Keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset
dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang
digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos Laporan Keuangan menggunakan mata uang
rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih
dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Penyajian
Contoh format penyajian Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota terlampir, meliputi:
1. Neraca
3. Laporan Saldo Anggaran Lebih
4. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Berbasis Kas
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Operasional
Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang
penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka pengungkapan
yang memadai, antara lain:
(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi
makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD,
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian
target;
(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
Pelaporan ;
(c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan Laporan
Keuangandan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya;
(d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
22
(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan
dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas
(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka Laporan
Keuangan.
Berikut ini merupakan tabel indikator perlakuan akuntansi oleh PP
71/2010 yang berisi dimensi dan ukuran tiap-tiap pos dalam laporan
keuangan.
Tabel 2.1
Tabel Indikator Perlakuan Akuntansi PP 71/2010 Lampiran I
No Dimensi Ukuran
Laporan Keuangan
Neraca
Aset
Pengakuan Aset
Lancar
Sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimliliki
Potensi manfaat ekonomi dapat diukur
dengan andal
Memiliki manfaat ekonomi yang dapat
direalisasi dalam waktu 12 bulan sejak
tanggal pelaporan,
Meliputi :
(a) Kas atau setara kas
Diakui sejak uang diterima sampai
penyetoran ke Rekening Kas Umum
Pengakuan Aset Non
Lancar
Pengukuran
(b) Investasi jangka pendek
(c) Piutang / beban dibayar dimuka
Diakui berdasar prinsip akrual
(d) Persediaan
Sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki
Potensi manfaat ekonomi dapat diukur
dengan andal
Barang berwujud/ tidak berwujud
Masa manfaat > 12 bulan
Digunakan secara langsung atau tidak
langsung untuk kegiatan pemerintah atau
masyarakat umum, tidak untuk dijual
Mengalami penurunan nilai
Meliputi :
(a) Investasi jangka panjang
- Investasi Non permanen : Invesatsi
dalam Surat Utang Negara;
Penanaman modal dalam proyek
pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga ; Investasi non
permanen lainnya.
- Investasi permanen : Peneyertaan
modal pemerintah; invesatsi
permenen lainnya
(b) Aset tetap
(c) Dana cadangan
(d) Aset Non Lancar
Kas dicatat sebesar nilai nominal
Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai
24
Penyajian
Piutang dicatat sebesar nilai nominal
Persediaan dicatat sebesar :
(e) Biaya Perolehan apabila diperoleh
dengan pembelian
(f) Biaya Standar apabila diperoleh
dengan produksi sendiri
(g) Nilai wajar apabila diperoleh dengan
cara lainnya seperti donasi/rampasa
Investasi Jangka Panjang dicatat sebesar
biaya perolehan termasuk biaya tambahan
lainnya untuk memperoleh kepemilikan yang
sah atas invesatsi tersebut
Aset dicatat sebesar biaya perolehan, apabila
tidak memungkinkan maka didasarkan pada
nilai wajar saat perolehan
Selain tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan, seluruh aset tetap dapat
disusutkan sesuai dengan sifat dan
kharakteristik aset tersebut
Aset moneter dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah
Mengklasifikasikan aset dalam aset lancar
dan non lancar
Mengklasifikasikan kewjibannya menjadi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
dalam neraca
Mengungkapkan setiap pos aset dan
kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah
yang diharapkan akan diterima atau dibayar
dalam waktu 12 (duabelas) bulan setelah
Kewajiban Pengakuan
Pengukuran
diharapkan diterima atau dibayar dalam
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut :
a) Kas dan setara kas
b) Inevstasi jangka pendek
c) Piutang pajak dan bukan pajak
d) Persediaan
e) Investasi jangka panjang
f) Aset tetap
g) Kewajiban jangka pendek
h) Kewajiban jangka panjang
i) ekuitas
Saat dana pinjaman diterima
Dana pinjaman dapat berupa : sumber
pembiayaan pinjaman dari masyarakat,
lembaga keuangan, entitas pemerintah lain
atau lembaga internasional
Saat kewajiban timbul (adanya perikatan
dengan pegawai yang bekerja atau dengan
pemberi jasa lain)
Dilakukan pengeluaran sumber daya
ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban
tersebut diatas.
Kewajiban jangka pendek diakui jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12
(duabelas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Selain itu diaklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang.
26
daya ekonomi uang digunakan untuk
memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Diungkap secara rinci dalam bentuk skedul
utang
Menyajikan informasi :
(a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek
dan jangka panjang berdasarkan
klasifikasi pemberi pinjaman
(b) Jumlah saldo utang pemerintah
(c) Bunga pinjaman yang terutang pada
periode berjalan dan tingkat bunga
(d) Konsekuensi penyelesaian kewajiban
sebelum jatuh tempo
(e) Perjanjian restrukturisasi
(f) Jumlah tunggakan pinjaman
(g) Biaya pinjaman
Kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
pada tanggal laporan.
Menggunakan nilai perolehan historis
bagaimana aset dan kewajiban bersangkutan
dikukur
Menyajikan selisih antara aset dan kewajiban
Laporan Perubahan Ekuitas
Penyajian Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan
sekurang- kurangnya pos-pos:
Surplus/defisit-LO pada periode
bersangkutan
Koreksi-koreksi yang langsung menambah
atau mengurangi ekuitas
Ekuitas Akhir
Laporan Realisasi Anggaran (berbasis Kas)
Pengakuan Pendapatan-LRA
Pada saat kas diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau oleh enttitas
Pelaporan.
Belanja
a) Terjadinya pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi SAL
b) Khusus pengeluaran dari bendahara
pengeluaran pengakuannya terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan
Transfer;
Penerimaan atau pengeluaran uang dari
entitas Pelaporan ke entitas Pelaporan lain
Surplus/defisit-LRA;
Selisih antara pendapatan LRA dan Belanja
selama satu periode
Pembiayaan;
a) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat
diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/ Daerah
28
Pengukuran
Penyajan
saat dikelaurkan dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah
c) Pembiayaan Neto : selisih lebih/kurang
antara penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan selama satu periode
Pelaporan
a) Penerimaan Pembiayaan : azas bruto
b) Pengeluaran Pembiayaan : azas bruto
Menyajikan :
Pendapatan-LRA
Di kalsifikasikan menurut jenis pendapatan
Belanja;
Diklasifikasikan menurut klasifikasi
ekonomi (jenis belanja), organisasi, fungsi
Transfer;
Surplus/defisit-LRA;
Pembiayaan;
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.
Laporan Arus Kas Pengakuan
Penyajian
Penerimaan : semua aliran kas yang masuk
ke Bendahara Umum Negara/Daerah
Pengeluaran : semua aliran kas yang keluar
dari Bendahara Umum Negara/Daerah
Menyajikan informasi mengenai sumber
selama satu periode akuntansi dan saldo kas
dan setara kas pada tanggal pelaporan.
Klasifikasi berdasar aktifitas operasi,
investasi, pendanaan dan transitoris.
Menggambarkan saldo awal, penerimaan,
dan saldo akhir kas
Laporan Perubahan SAL
Penyajian Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut:
Saldo Anggaran Lebih awal;
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
tahun berjalan;
Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun
Sebelumnya; dan Lain-lain;
Saldo Anggaran Lebih Akhir
Laporan Operasional Pengakuan
Pengukuran
Pendapatan- LO
Timbul hak atas pendapatan
Realisasi / aliran masuk sumber daya
ekonomi
Beban – LO
Timbul kewajiban
Terjadi konsumsi aset
Terjadinya penurunan manfaat ekonomi dan
potensi jasa
30
Penyajian Menyajikan pos-pos
Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
Beban dari kegiatan operasional
Surplus/defisit dari Kegiatan Non
Operasional, bila ada;
Pos luar biasa, bila ada
Surplus/defisit-LO.
CALK
Penyajian Menyajikan :
Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan
dan Entitas Akuntansi;
Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan
dan ekonomi makro;
Ikhtisar pencapaian target keuangan selama
tahun Pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian
target;
Informasi tentang dasar penyusunan Laporan
Keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi
yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya;
Rincian dan penjelasan masing-masing pos
yang disajikan pada lembar muka Laporan
Keuangan;
Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
StandarAkuntansi Pemerintahan yang belum
disajikan dalam lembar muka Laporan
Keuangan;
Informasi lainnya yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
dalam lembar muka Laporan Keuangan;
Dinas Daerah dan Keuangan Daerah
Menurut Undang-Undang No 32 tahun 2004 pasal 124 (1), (2) dan
(3) Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas
daerah dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh
kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul
Sekretaris Daerah. Kepala dinas daerah bertanggung jawab kepada kepala
daerah melalui Sekretaris Daerah.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, Kepala Daerah
dibantu oleh perangkat daerah. Secara umum perangkat daerah terdiri dari
unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi,
diwadahi dalam lembaga sekretariat; unsur pendukung tugas Kepala
Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat
spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis daerah; serta unsur pelaksana
urusan daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah.
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana
secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti
dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah,
dengan mengacu kepada Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya
32
Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada
setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber
keuangan daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber
keuangan yang antara lain berupa: kepastian tersedianya pendanaan dari
Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan;
kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah
dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional
yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya; hak untuk
mengelola kekayaan Daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan
lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan. Di dalam
Undang-Undang mengenai Keuangan Negara, terdapat penegasan di bidang
pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan
negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan; dan kekuasaan
pengelolaan keuangan negara dari presiden sebagian diserahkan kepada
gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintah daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Ketentuan tersebut
berimplikasi pada pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa
gubernur/bupati/walikota bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan
daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dengan
demikian pengaturan pengelolaan dan peranggungjawaban keuangan
daerah melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan daerah,
Akuntansi Keuangan Daerah
Seperti halnya pemerintah pusat yang diwajibkan melakukan
pengakuntansian terhadap semua transaksinya, demikian juga dalam
pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah (pemda) diwajibkan
melakukan pengakuntansian terhadap semua transaksi yang terjadi. Dalam
Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa :
“ Sistem akuntansi pemerintahan daerah adalah kegiatan yang meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan Pelaporan Keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.”
Sistem akuntansi pemerintahan daerah sendiri sekurang-kurangnya
meliputi prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi
pengeluaran kas, prosedur akuntansi aset tetap atau barang milik daerah
dan prosedur selain kas. Sistem Akuntansi Pemerintahan daerah juga harus
berpedoman pada peraturan pemerintah yang mengatur tentang
pengendalian internal dan Peraturan Pemerintah tentang Standar
34
BAB III
Metode Penelitian
A. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pemerintahan Daerah Kabupaten
Nganjuk. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa
Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah (LKPD) Kabupaten Nganjuk
telah menerapkan PP 71/2010 dalam penyusuanan Laporan
Keuangannya. LKPD Kabupaten Nganjuk dengan opini Wajar Tanpa
Pengecualian kurang dapat menggambarkan kualitas Laporan
Keuangan berdasarkan fenomena KKN yang terjadi pada SKPD-SKPD
di Kabupaten Nganjuk. Sehingga sebagai entitas yang menerapkan
Standar Akuntansi Pemerintahan, penilaian kualitas Laporan Keuangan
dapat dilakukan dengan penilaian kesesuaian Laporan Keungan dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah deskriptif
evaluatif. Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana penerapan PP
71/2010 pada LKPD Kab. Nganjuk, kemudian menganalisis dan
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer berupa jawaban hasil wawancara pada
Narasumber yakni Bidang Akuntansi dan Pelaporan sebagai Bidang
Penyusun Laporan Keuangan. Data primer ini digunakan untuk
mengetahui dan menjelaskan hal-hal yang tidak dituangkan dalam Laporan
Keuangan berhubungan dengan penerapan PP 71/2010 pada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah seperti tantangan dan hambatan penerapan
PP 71/2010, dan seterusnya. Sedangkan data sekunder berupa Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk Tahun Anggaran 2013 yang
meliputi:
- Laporan Realisasi Anggaran
- Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
- Neraca
- Laporan Operasional
- Laporan Arus Kas
- Laporan Perubahan Ekuitas
akan digunakan sebagai bahan penilaian kesesuaian penerapan PP
71/2010 terkait dengan perlakuan akuntansi yang diterapkan dalam
36
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik-teknik berikut,
diantaranya:
1. Wawancara, merupakan pengumpulan data secara langsung dari
Narasumber dengan cara pengajuan pertanyaan-pertanyaan secara
lisan kepada Narasumber. Wawancara yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui hal-hal yang tidak tertuang dalam Laporan
Keuangan mengenai penerapan PP No 71 tahun 2010.
2. Dokumentasi, Pengumpulan data berupa dokumentasi dari
berbagai laporan dan catatan yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab atau memecahkan masalah dalam penelitian ini
dilakukan analisis data dan pembahasan dengan tahapan sebagai berikut:
Mendeskripsikan Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan Laporan
Keuangan Pemrintahan Daerah (LKPD) Kab. Nganjuk
Mendeskripsikan perlakuan akuntansi LKPD Kab. Nganjuk, yakni:
1) Mendeskripsikan pengukuran pos-pos dalam LKPD Kab. Nganjuk
2) Mendeskripsikan pengakuan pos-pos dalam LKPD Kab. Nganjuk
3) Mendeskripsikan penyajian pos-pos dalam LKPD Kab. Nganjuk
Melakukan analisis terhadap hasil deskripsi basis akuntansi dan
perlakuan akuntansi yang diterapkan pada LKPD Kab. Nganjuk
terhadap Lampiran I PP 71/2010 (basis akuntansi akrual). Untuk
menganalisis penerapan digunakan indikator pada Tabel 2.1 terkait
indikator perlakuan akuntansi pada PP 71/2010 Lampiran I.
Melakukan evaluasi penerapan SAP Berbasis Akrual pada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk menggunakan metode
wawancara terkait penerapan PP 71/2010.
Mengambil Simpulan
Penarikan simpulan penelitian dengan mendeskripsikan hasil
analisis dan evaluasi kesesuaian LKPD terhadap PP 71/2010 (Lampiran
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau
yang biasa disingkat dengan DPPKAD merupakan salah satu SKPD
pada pemerintah Kabupeten Nganjuk yang memiliki tugas pokok
untuk melaksanakan sebagian urusan pemrintahan daerah dibidang
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset. DPPKAD Kab. Nganjuk
dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada dibawah pemerintahaan dan
bertanggungjawab kepada Bupati Nganjuk. Kepala Dinas dibantu oleh
seorang Sekretaris dan enam Kepala Bidang, sedangkan Sekretaris
dibantu oleh tiga Kepala Sub Bagian.
Untuk menjalankan tugas pokoknya, DPPKAD menjalankan
fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset;
b. Penyelanggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan,
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
2. Struktur Organisasi DPPKAD Kab. Nganjuk (Bagan terlampir)
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupeten Nganjuk adalah sebagai
berikut :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, terdiri dari ;
1) Sub Bagian Umum
2) Sub Bagian Keuangan
3) Sub Bagian Program dan Evaluasi
c. Bidang Perencanaan dan Penetapan
1) Seksi Pendataan
2) Seksi Perencanaan dan Analisis Pengembangan
3) Seksi Penetapan
d. Bidang Penagihan dan Penerimaan
1) Seksi Pajak Daerah
2) Seksi Retribusi Daerah
3) Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lainnya
e. Bidang Anggaran
1) Seksi Anggaran Pendapatan
40
f. Bidang Perbendaharaan
1) Seksi Belanja Pegawai
2) Seksi Belanja NonPegawai
g. Bidang Akuntansi dan Pelaporan
1) Seksi Akuntansi
2) Seksi Pelaporan
h. Bidang Aset
1) Seksi Pendapatan dan Penilaian
2) Seksi Dokumentasi dan Tuntutan Ganti Rugi
3. Entitas Akuntansi pada Pemerintah Kabupaten Nganjuk untuk TA
Daerah
42. Kecamatan Ngluyu
42
B. Deskripsi Data
Dinas Pendapatan Pengelolaan Kuengan dan Aset Daerah
(DPPKAD) sampai saat ini telah membuat 4 (empat) jenis Laporan
Keuangan, yaitu Neraca, Laporan Realisasi Anggran Pendapatan dan
Belanja, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK).
Data penelitian yang digunakan adalah :
(1) Basis Akuntansi yang mendasari penyususnan Laporan
Keuangan yang didapatkan dari CaLK
(2) Basis pengakuan dan pengukuran yang mendasari
penyususnan Laporan Keuangan yang didapatkan dari
CaLK, meliputi :
- Kebijakan Akuntansi Pendapatan
- Kebijakan Akuntansi Belanja
- Kebijakan Akuntansi Pembiayaan
- Kebijakan Akuntansi Aset
- Kebijakan Akuntansi Kewajiban
- Kebijakan Akuntansi Ekuitas
(3) Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan
yang ada dalam Standar Akuntansi Pemerintah yang
didapatkan dari CaLK
(4) Penyajian Laporan Keuangan, yakni Laporan Realisasi
B.1. Mendeskripsikan Basis Akuntansi yang Mendasari Penyususnan
Laporan Keuangan
Basis Akuntasi yang digunakan dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Kab. Nganjuk adalah Basis Kas untuk pengakuan
pendapatan, belanja dan pembiayaan. Basis Akrual digunakan untuk
pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam Neraca. Basis
Akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas dana
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat
kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
Pemerintah Daerah, bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh
kas daerah.
Laporan Realisasi Anggaran menggunakan Basis Kas yaitu
basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Daerah atau
dikeluarkan dari Kas Daerah untuk pengakuan pendaptan, belanja
dan pembiayaan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk tidak menggunakan
istilah Laba melainkan menggunakan sisa perhituangan anggaran
(lebih/kurang) untuk setiap Tahun Anggaran. Sisa Perhitungan
anggaran tergantung pada selisish realisasi penerimaan pendapatan
44
B.2. Mendeskripsikan penerapan perlakuan Laporan Keuangan
Pemerintahan Darah (LKPD) Kab. Nganjuk
Laporan Keuangan Pemerintah Derah harus menyajikan setiap
kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang, agar
memungkinkan dilakukan analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
B.2.1 Kebijakan Akuntansi Pendapatan
a. Definisi
Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum daerah
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan
tidak perlu dibayar lagi oleh pemerintah.
Transfer masuk adalah peneriman uang dari entitas
Pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari
pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah
propinsi.
Akuntansi Pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).