1 dipastikan, fungsi mental selalu tergantung pada otak. Dalam tulisannya, Jeffey, dkk (t.t) menceritakan tentang pemahaman stres ini dari cerita sejarah yang diterangkan pengaruh filsuf Prancis abad ke 17, Descartes (1596-1650), yang mempengaruhi pemikiran modern dengan keyakinannya tentang dualisme atau keterpisahan antara pikiran dan tubuh. Sekarang, para klinis dan ilmuwan menyadari bahwa pikiran dan tubuh terjalin sangat kuat, tidak seperti yang diperkirakan oleh model dualistik, yaitu faktor psikologis mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fungsi fisik. Dengan kata lain, kesehatan mental dan kesehatan fisik tidak terpisahkan
Kesehatan adalah aspek terpenting bagi kehidupan manusia dalam menjalani hidup sehari-hari sebaiknya selalu mengedepankan kesehatan, karena sehat itu nikmat dan begitu pentingnya kesehatan sehingga individu rela membayar milyaran rupiah untuk kesehatan di saat sakit (Maulandari, 2011). Kesehatan harus tetap dijaga agar kondisi tubuh tetap sehat dan tidak mudah terserang oleh penyakit yang dapat menyebabkan kematian karena menderita penyakit yang kronis.
Pembahasan tentang hubungan antara pikiran dan tubuh diawali dengan mendalami peranan stres dalam fungsi fisik maupun mental. Istilah stres menurut Jefeyy dkk (dalam Sukmono, 2009), menunjukkan tekanan atau kekuatan pada tubuh; dalam psikologi dikenal dengan istilah stress; sumber stress dikenal dengan nama stressor. Istilah stres berbeda dengan istilah distres. Istilah distres mengacu pada penderitaan fisik ataupun mental.
2
depresi atau kecemasan atau keluhan fisik seperti kelelahan, meningkatnya asam lambung, dan sakit kepala sampai pada tingkat serius lainnya.
Menurut penelitian yang dikemukakan dalam buku Training Meditasi “NSR” (Sukmono, 2009), penyebab stres yang sangat penting adalah kecemasan. Kecemasan dapat mencakup berbagai hal. Pada saat mengalami kecemasan atas hal-hal penting atau sesuatu yang dapat memberikan efek besar pada kehidupan, seperti masa depan, keuangan, kehidupan, cinta dan lain-lain, biasanya timbul stres berat. Makna penting setiap kecemasan bervariasi dari satu orang ke orang lainnya dan biasanya belumlah memadai mengatakan kepada orang-orang yang mengalami kecemasan untuk tidak menghawatirkan.
Merawat hewan piaraan juga dapat mengurangi stres orang dewasa dan anak. Tanpa disadari, kegiatan setiap hari; pagi sekolah, siang bermain dan ikut berbagai kursus, malam belajar, nonton TV membuat badan dan pikiran lelah akhirnya menimbulkan stres. Tanda-tandanya yaitu lebih cepat lelah, gampang tersinggung, sering sedih atau mudah sakit.
Pada kehidupan lingkungan keluarga, hewan kesayangan yang aktif dan suka bermain akan membantu anggota keluarga untuk santai dan mengembangkan antusiasme kehidupan, serta mengalihkan perhatian dari hal-hal yang membosankan (stress). Bagi anak-anak, hewan kesayangan dapat membantu mengatasi kegelisahan, mengendalikan sifat agresi dan mengembangkan kesadaran diri.
Seperti layaknya menonton film, mendengarkan musik dan lain-lain, memelihara atau merawat hewan juga termasuk hiburan, sedikit banyaknya pikiran yang menumpuk dengan berbagai masalah kehidupan, bisa dialihkan atau dikurangi.
3
suatu wilayah hunian ataupun perkebunan dan peternakan. Para ahli psikologi dan kesehatan juga memanfaatkan hewan dalam proses penyembuhan (terapi) bagi pasien-pasien kejiwaan dan lanjut usia
Sekarang ini telah dikembangkan metode terbaru mengenai terapi hewan atau pet therapy. Menurut Sharon Moore (Indarpuri, 2009) dalam bukunya yang berjudul “Lupus Terapi-terapi Alternatif yang Berhasil”, menyebutkan bahwa penelitian mutakhir membuktikan bahwa hewan kesayangan bisa sangat membantu proses penyembuhan melebihi social support dari keluarga. Selain itu penelitian selama 5 tahun pada 600 anak-anak yang berumur 3-18 tahun menunjukkan bagaimana anak-anak-anak-anak dengan keluarga yang memiliki hewan peliharaan, yang menderita karena memiliki kesulitan belajar atau percerian orang tua mereka, dapat mengatasi stresnya lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki hewan peliharaan.
4
mengajaknya berlari dan bermain di luar rumah. Center for Physical Activity and Nutrition Research di Deakin University, Australia mengatakan bahwa anak-anak atau orang dewasa dalam keluarga yang memilihara anjing, lebih aktif secara fisik dan kecil kemungkinannya untuk menjadi gemuk. Sedangkan bagi anak yang menderita autisme, dalam kegiatan sehari-harinya terutama yang melibatkan keadaan sosial baru, merupakan hal yang sangat sulit bagi mereka. University of Montreal (2010) menerbitkan sebuat peneltian yang ditulis pada jurnal Psychoneuroendocrinology, menemukan bahwa binatang peliharaan dapat menurunkan tingkat stres dan kecemasan anak autis.
Studi di New York State Psychiatric Institute (2009) menunjukkan bahwa kepemilikan binatang peliharaan memberikan sumbangan besar terhadap terapi dan rehabilitasi untuk orang dewasa dan mengurangi risiko penyakit mental yang serius. Adanya bintang peliharaan, membuat kita merasa selalu ada yang menemani dan mendorong interaksi sosial yang baik untuk kesehatan mental.
Misalnya saja Lumba-lumba (Tarigan, 2009) termasuk salah satu hewan yang cerdas di dunia. Selain membantu mengarahkan kapal di lautan, para peneliti juga menemukan kalau lumba-lumba bisa membantu mereka yang menderita gangguan saraf, khususnya anak-anak autisme. Terapi lumba-lumba (dolphin therapy) diklaim bisa meningkatkan kemampuan berbicara dan keahlian motorik anak-anak penderita autisme.
Terapi lumba-lumba ini tidak bisa menyembuhkan sepenuhnya. Tetapi bisa meredakan beberapa gejala autisme dengan cara menguatkan proses penyembuhan mereka. Para peneliti yang mengambil sampel darah sebelum dan sesudah anak melakukan terapi menemukan adanya perubahan hormon endorphin dan enzim-enzim serta T-cells. Akan tetapi, proses perubahan ini, menurut peneliti, belum diketahui penyebab pastinya.
5
emosional yang mendalam dan memicu pelepasan perasaan dan emosi yang mendalam. para peneliti meyakini, anak-anak lebih responsif terhadap terapi karena mereka bermain di lingkungan yang menyenangkan. Para ahli hewan mengatakan bahwa mahluk peliharaan kita memiliki intuisi dan mampu melihat apa yang tidak bisa kita lihat. Seekor anjing seperti merasa akan ditinggal tuannya yang akan menjalani operasi. Dan ternyata pemilik anjing tersebut meninggal dunia setelah operasi. Asosiasi Jantung Amerika (t.t) mengatakan bahwa hanya dua belas menit pertemuan dibutuhkan antara manusia dengan hewan peliharaan dan pertemuan singkat tersebut mampu menurunkan tekanan darah, membuang hormon jahat sehingga terhindar dari serangan jantung. Terapi dengan menggunakan binatang sudah mulai dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun penelitian mengenai manfaat memelihara hewan terhadap manusia belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini dapat menjadi referensi awal untuk dikembangkan terhadap penelitian selanjutnya.
Ketika dilakukan survey awal semenjak bulan September dan Oktober (2011), dapat terlihat bahwa subjek mengalami stres berdasarkan kriteria-kriteria gejala stres, seperti cemas, marah, tertekan dan lain-lain. Namun stres tersebut dapat diredam dengan keberadaan hewan peliharaan masing-masing. Melihat tingkah laku hewan dan bermain dengan hewan tersebut membuat stres dapat diredam. Hal ini tentu saja memberikan pengaruh positif terhadap subjek dan juga kehidupan sosialnya itu. Terbukti dengan sebelum adanya hewan peliharaan itu, subjek-subjek tersebut sering menyendiri dan sering berdiam diri dan kurang bersosialisasi, namun perubahan yang tanpa disadari terjadi pada subjek tersebut. Mereka menjadi mudah untuk membuka diri dan bersosialisasi kepada orang lain, selain itu mereka juga tidak trlihat menyendiri lagi.
6
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana manfaat memelihara hewan pada penderita penyakit kronis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui manfaat memelihara hewan pada penderita penyakit kronis.
D. Manfaat Penelitian
MANFAAT MEMELIHARA HEWAN
PADA PENDERITA PENYAKIT KRONIS
SKRIPSI
Oleh
Firdiani Setianingrum
07810058
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb
Alhamdulillah dengan Rahmat-Nyalah karya tulis ilmiah ini terselesaikan, meskipun banyaknya rintangan dan hambatan dalam proses penulisan pada akhirnya penelitian ini terselesaikan dengan baik. itu semua karena adanya motivasi dari semua pihak untuk peneliti.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada banyak pihak. Pertama-tama tentu saja kepada kedua Guru Besar hidupku yang pertama kali sebagai pendidik yakni Ayahanda Bambang Setiawan, S.E, sebagai pahlawan kehidupan yang mendidikku untuk independent dan iringan doa yang begitu syahdunya membuat penulis bisa menembus rintangan yang cukup berat. Dan kepada Ibunda Yuliani, S.Pd, S.H, dengan doa yang cukup menggetarkan hati membuat penulis memiliki impian yang tinggi sehingga berdampak pada penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis kepada:
1. Ibu Drs. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Salis Yuniardi, S.Psi, M.Si sebagai dosen wali yang selama ini membimbing peneliti dan memberikan ilmunya kepada peneliti.
3. Ibu Dr. Diah Karmiyati, S.Psi, M.Si (Dosen Pembimbing I) dan Bapak Salis Yuniardi, S.Psi, M.Si (Dosen pembimbing II) atas segenap waktu luang untuk bimbingannya baik dari segi teori maupun mental, yang karena itu penulis bisa menyelesaikan penelitian dengan baik.
4. Bapak dan Ibu dosen program studi Ilmu Psikologi UMM, yang telah memberikan banyak hal mengenai ilmu Psikologi pada penulis.
5. Teruntuk JB dan juga AB beserta keluarga, terimakasih atas kesediaannya untuk menjadi subyek penelitian penulis.
6. Teruntuk Mbotel my guardian angel, terima kasih atas dukungan dan waktunya selama ini.
7. Teruntuk Fitria, Nayla, Karina, Ririf, Diah, Happy, dan semua teman-teman kelas B, terima kasih untuk kebersamaan dan persahabatan yang tidak akan terlupakan.
9. Teruntuk Lab Psikologi atas kesempatannya untuk menjadi asisten
10.Spesial untuk semua angkatan 2007 Fakultas Psikologi, atas kenangan yang indah
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk terwujudnya penyusunan skripsi yang lebih sempurna. Akhirnya besar harapan penulis semoga penyususunan ini dapat bermanfaat bagi kita semua Fakultas Psikologi UMM
Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang, 16 Mei 2012
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
INTISARI... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan... 5
D. Manfaat... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Kronis... 6
1. Definisi penyakit kronis... 6
2. Macam-macam penyakit kronis... 6
3. Faktor-faktor penyakit kronis... 8
4. Dampak penyakit kronis... 8
5. Respon terhadap penyakit kronis... 9
6. Psikodinamika penyakit kronis... 9
B. Manfaat Memelihara Hewan... 11
B. Batasan Istilah... 17
C. Subyek Penelitian... 17
D. Tempat dan Waktu Penelitian... 18
E. Tahap-tahap Penelitian... 18
F. Teknik Pengumpulan Data... 18
G. Jenis Data dan Instrumen Penelitian... 19
H. Analisa Data... 19
I. Keabsahan Data... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 21
1. Gambaran Subyek Penelitian... 21
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian... 21
B. Analisa Data... 24
C. Pembahasan... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 30
B. Saran... 30
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Sulandra, Sambas. (2011, 6 Januari). Asuhan Keperawatan Klien dan
Ketidakmampuan. Diperoleh dari www.asuhankeperawatan.com
Fakultas Psikologi UMM. (2010). Pedoman Penyusunan Skripsi. Malang: UMM Press, Moleong, J., (2007). Metode penelitian kualitatifedisi revisi.Bandung: Rosda
Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta
Sukmono, J, R., (2009). Training meditasi “NSR” natural stress reduction. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Indarpuri, I., (2009). Mengapa anakku harus mengidap lupus?. Yogyakarta: Qiyas isadur dari (1967).Jenis-jenis penyakit kronik/serius yang boleh diberi pertimbangan bagi maksud seksyen 44 (6)
Maulandari, N,. (2010). Strategi koping menghadapi stres pada penderita kanker paru
(Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah) Ekasari, Ayaka. (23 Februari 2011). 5 manfaat sehat dari memelihara hewan. Diambil pada
tanggal 25 April. Diperoleh dari www.wolipop.com
Tarigan, Ikarowa. (4 Agustus 2009). Terapi lumba-lumba untuk anak autisme. Diambil pada tanggal (25 April 2012). Diperoleh dari www.mediaindonesia.com
Kezmantech. (1 Mei 2010). Manajemen stres. Diambil pada tanggal (25 April 2012). Diperoleh dari http://saithanz.wordpress.com
Untung, Raja. (14 Desember 2011). Pengertian stres. Diambil pada tanggal (25 April 20012). Diperoleh dari http://id.shvoong.com
Ahira, Anne. (24 Desember 2008). Antara akut dan kronis. Diambil pada tanggal (25 April 2012). Diperoleh dari www.AnneAhira.com
Akta pajak 1967. Jenis-jenis penyakit kronik/serius yang bisa diberi pertimbangan bagi
maksud seksi 44 (6). (1967). Diambil pada tanggal (25 April 2012). Diperoleh
dari www.hasil.gov
ICBS, Inc. (2007). Pet theraphy. Diambil pada tanggal (25 April 2012). Diperoleh dari www.holisticonline.com
Pengaruh stress terhadap respon imunitas tubuh. (2009, 15 Mei). Copy editor. Diambil pada tanggal (25 April 2012). Diperoleh dari www.kesimpulan.com