i
PENGARUH LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP
PROFITABILITAS PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL
ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajat Sarjana Ekonomi
Oleh:
Judha Dwinop Prasetya
201010160311360
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
i
PENGARUH LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP
PROFITABILITAS PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL
ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajat Sarjana Ekonomi
Oleh:
Judha Dwinop Prasetya
201010160311360
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tentang
“
Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Perusahaan Property
And Real Estate Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.”.
Adapun tujuan penyusunan laporan penelitian skripsi ini adalah sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1 (S1) pada Program
Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang. Atas
berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan untuk memberikan segala
yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, perkenankanlah penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Dr. Nazaruddin Malik, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.
2.
Drs. Marsudi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang atas kebijakan dalam
penyusunan mata kuliah sesuai konsentrasi penjurusan.
3.
Dra. Dewi Nurjannah,M.M. dan Drs.Mursidi, M.M selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran memberikan pengarahan,
xiii
4.
Drs. Dicky Wisnu Usdek Riyanto,M.M. selaku dosen wali yang telah
membimbing dan memberikan banyak masukan kepada penulis selama
menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Malang.
5.
Ibu, Ayah serta Kakak saya yang selalu memberikan doa, dukungan, fasilitas,
serta kasih sayang yang luar biasa hingga terselesaikan skripsi ini.
6.
Chalimatuz Sa’diyah yang menjadi semangat dan motivasi saya dalam
menyelesaikan skripsi ini dan teman-teman Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Malang khususnya kelas Manajemen G angkatan
2010.
Semoga amal dari bapak, ibu, saudara-saudara dan teman- teman mendapatkan
pahala yang setimpal kepada Allah SWT.
Penulis menyadari akan kekurangan kesempurnaan penulisan skripsi ini,
maka segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan agar kelak dikemudian hari dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Malang, 14 November 2014
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... .
i
LEMBAR PERSETUJUAN...
ii
LEMBAR PENGESAHAN... .
iii
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI... ..
iv
DAFTAR PERUBAHAN DRAF... ..
v
KARTU KENDALI BIMBINGAN SKRIPSI... ..
vi
SURAT PERNYATAAN...
ix
ABSTRAK (INDONESIA) ...
x
ABSTRAK (INGGRIS)... .
xi
KATA PENGANTAR ...
xii
DAFTAR ISI... ...
xiv
DAFTAR TABEL ...
xvi
DAFTAR GAMBAR ...
xvii
DAFTAR GRAFIK ...
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...
xix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian ...
1
B.
Rumusan Penelitian ...
6
C.
Batasan Penelitian ...
7
xv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Penelitian Terdahulu...
9
B.
Landasan Teori ...
10
C.
Kerangka Pikir Penelitian ...
24
D.
Hipotesis ...
24
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ...
25
B.
Jenis dan Sumber Data ...
25
C.
Populasi dan Sampel ...
26
D.
Teknik Pengumpulan Data ...
27
E.
Definisi Operasional Variabel ...
27
F.
Teknik Analisis Data ...
29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian ...
35
B.
Analisis Data ...
49
C.
Pembahasan Hasil Penelitian Analisis Data ...
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ...
68
B.
Saran ...
69
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
4.1
Daftar Nama Perusahaan
36
4.2
Variabel Likuiditas (
current ratio
)
50
4.3
Variabel Leverage (
debt to asset ratio
)
52
4.4
Variabel Profitabilitas (
return on asset
)
54
4.5
Pengujian Normalitas (
one sample kolmogorov
)
56
4.6
Pengujian Multikolinieritas
57
4.7
Pengujian Autokorelasi
57
4.8
Hasil Analisis Regresi Berganda
59
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pikir Penelitian
24
4.1
Pengujian Heteroskedastisitas
58
xviii
DAFTAR GRAFIK
Nomor
Keterangan
Halaman
xix
DAFTAR LAMPIRAN
NOMOR
KETERANGAN
1.
Pulling Data
2.
Pengujian Normalitas
one sample kolmogorov-smirnov
3.
Pengujian Multikolinieritas
4.
Pengujian Autokorelasi
5.
Pengujian Heteroskedastisitas
6.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
7.
Koefisien Determinasi
8.
Perhitungan Uji F
xx
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi,Said Kelana dan Chandra Wijaya, 2010, Pengantar Valuasi, Salemba
Empat, Jakarta.
Brealey, Myers dan Marcus, 2008, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan, Erlangga, Jakarta.
Brigham, dan Houston, 2001, Manajemen Keuangan jilid 1, Erlangga, Jakarta
Brigham dan Houston, 2010, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Salemba
Empat, Jakarta.
Ghozali Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,
Semarang: BP- UNDIP.
Indriantoro Nur, Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
Kasmir, 2011, Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta.
Marlina, 2012, Pengaruh Likuiditas dan Leverage Terhadap Profitabilitas
Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Munawir S,2002, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Santoso,Singgih, 2002, Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS. PT.
Gramedia, Jakarta.
xxi
Sundjaja Ridwan dan Inge Barlian, 2003, Manajemen Keuangan, Literata Lintas
Media,Jakarta.
Supranto J, 2009, Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta.
Thamrin Husni, 2004, Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Telekomunikasi Yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Tangkilisan dan Hessel Nogi, 2003, Memahami Kinerja Keuangan Perusahaan :
Aplikasi dan Analisis Balance Sheet,Balaiurung, Jogjakarta
Warsono, 2003, Manajemen Keuangan Perusahaan, Bayumedia Publising,
Malang.
Weston fred dan F. Brigham, 2006, Dasar- Dasar Manajemen Keuangan Erlangga,
Jakarta.
Van Horne James C dan M. Wachowicz,Jr, 2013, Prinsip- Prinsip Manajemen
Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Van Horne James C dan M. Wachowicz,Jr, 2009, Prinsip- Prinsip Manajemen
Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Yahya, 2011, Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Telekomunikasi di BEI Tahun 2006- 2010.
http://
www.bps.go.id
, diunduh tanggal 3 November 2014.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan property and real estate harus menjaga tingkat likuiditas
perusahaannya. Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi, akan sangat
menguntungkan jika dilihat dari posisi kreditur. Kreditur merasa perusahaan bisa
melunasi kewajibannya sesuai waktu yang telah disepakati. Berbeda halnya jika
dilihat dari sudut pandang pemegang saham. Kondisi demikian akan sangat
merugikan karena perusahaan menggunakan dananya bukan untuk operasional
perusahaan melainkan membayar kewajiban kepada kreditur. Sehingga
perusahaan harus mengatur tingkat likuiditasnya agar perusahaan tetap bisa
menggunakan dananya untuk kegiatan operasional perusahaan.
Likuiditas perusahaan berbanding terbalik dengan profitabilitas.
Maksudnya, semakin tinggi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba semakin rendah. Pengaruh yang negatif current ratio
terhadap ROA, sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Horne dan Wachowicz
(2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas berbanding terbalik dengan
likuiditas. Semakin besar dana yang ditempatkan untuk memenuhi likuiditas
perusahaan, maka perusahaan dapat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
2
Rasio leverage menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi
perusahaan dengan menunjukkan persentase aset perusahaan yang didukung oleh
pendanaan utang. Rasio ini juga menunjukkan bahwa semakin besar presentase
pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham, semakin besar jaminan
perlindungan yang didapat oleh kreditur perusahaan. Singkatnya, semakin tinggi
rasio utang terhadap total asset, semakin besar resiko keuangannya. Semakin
rendah rasio utang ini, maka akan semakin rendah resiko keuangannya.
Semakin tinggi rasio debt to asset ratio, semakin besar risiko
keuangannya. Maksudnya, dengan terjadinya peningkatan risiko karena
perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari hutang. Risiko gagal
bayar apabila terjadi, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengatasi masalah ini semakin besar. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas
yang dimiliki oleh perusahaan.
Profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh rasio likuiditas dan leverage
perusahaan. Semakin tinggi rasio likuiditas dan leverage perusahaan, akan
memperkecil perusahaan dalam memperoleh laba. Hal ini dikarenakan perusahaan
cenderung mengalokasikan dana untuk melunasi hutang, bukan untuk kegiatan
operasional perusahaan. Perusahaan menggunakan dana yang tersedia untuk
hutang perusahaan tanpa memikirkan alokasi dana untuk kegiatan operasional.
Kondisi demikian membuat perusahaan tidak bisa mengoptimalkan dana untuk
3
Penduduk potensial di Indonesia, menjadikan kebutuhan akan tempat
tinggal atau hunian yang nyaman sebagai prioritas utama. Banyak perusahaan
property and real estate yang menawarkan hunian bagi masyarakat dengan
berbagai fasilitas dan kenyamanan. Harga property and real estate yang setiap
tahun mengalami kenaikan yang signifikan, tidak menurunkan minat konsumen
untuk membeli rumah dan tanah berkualitas. Kondisi di Indonesia yang memiliki
jumlah penduduk banyak, maka peluang perusahaan property and real estate
sangat menjanjikan. Konsumen bisa membeli rumah atau tanah dengan harga
[image:23.612.130.511.388.575.2]yang mahal untuk dijadikan investasi beberapa tahun kemudian.
Grafik 1
Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Sumber : www.bps.go.id
Grafik diatas menunjukkan, dari tahun ke tahun pertumbuhan penduduk di
Indonesia mengalami peningkatan. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi
perusahaan property and real estate untuk menawarkan hunian atau rumah tinggal
0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000
4
yang menjadi salah satu kebutuhan utama bagi masyarakat Indonesia. Kenaikan
jumlah penduduk di Indonesia juga didukung oleh kenaikan permintaan akan
property and real estate.
Seperti pernyataan dalam www.neraca.com, bahwa pasar properti di
Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan baik dari sisi permintaan
maupun kenaikan harga jual dan sewa, seperti terlihat di sektor perkantoran
komersial, residential, retail dan sektor kawasan industri. Pada semester I-2012
Real Estate Indonesia (REI), mencatat perkembangan pasar properti tumbuh lebih
dari 20%, dan itu cukup menggambarkan secara umum kalau industri properti
masih mengalami pertumbuhan.
Banyak perusahaan property and real estate yang berekspansi dengan
membangun atau mendirikan bangunan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini
bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan yang ingin diraih oleh perusahaan.
Membangun pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, hotel dan apartemen bukan
tanpa kendala. Salah satu kendala yang dihadapi perusahaan untuk
mengembangkan bisnisnya adalah biaya yang sangat besar. Dana dari pemegang
saham pun terkadang masih belum mencukupi untuk membangun bisnis yang
lebih besar lagi. Perusahaan akan berhutang kepada kreditur untuk menutupi
besarnya biaya yang akan dikeluarkan.
Hutang akan diambil oleh perusahaan yang memang memerlukan
pinjaman dana untuk kegiatan ekspansi perusahaan. Ini sangat membantu
5
yang perusahaan miliki dan dana yang didapat dari hutang jangka pandek dan
hutang jangka panjang bisa dipergunakan untuk membangun jenis property and
real estate diseluruh wilayah Indonesia.
Kondisi dimana peningkatan konsumen yang diharapkan perusahaan
property and real estate tidak sesuai harapan, maka akan memberikan kerugian
bagi pihak perusahaan dan para pemegang saham. Bagi pihak pemegang
sahamnya, perusahaan yang tidak mendapatkan keuntungan, maka tidak akan
membagikan deviden. Artinya, para pemegang saham tidak mendapatkan
keuntungan dari kondisi harga sewa dan harga jual property yang mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Berbanding terbaik dengan permintaan konsumen yang
cenderung turun disetiap tahunnya.
Terkadang penurunan permintaan akan property and real estate juga
menjadi salah satu penyebab perusahaan mengalami kerugian. Perusahaan
property and real estate juga akan mengalami kerugian apabila perusahaan sudah
meminjam hutang pada pihak kreditor, tetapi belum bisa memaksimalkan
hutangnya untuk memperbesar laba perusahaan. perusahaan harus membayar
bunga pinjaman dan denda jatuh tempo kepada kreditor apabila telat dalam
membayar hutang perusahaan.
Terjadinya penurunan permintaan akan property and real estate bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kenaikan harga baham bakar
minyak yang akan memicu inflasi dan akan mempengaruhi harga secara
6
perusahaan agar bisa membayar hutang tepat pada waktu sebelum jatuh tempo
adalah dengan menggunakan dana yang masih tersedia di kas perusahaan.
Langkah ini diperkirakan semakin menambah beban perusahaan karena dana yang
di kas sebaiknya dipergunakan untuk kegiatan operasional perusahaan agar meraih
laba, bukan dipergunakan semuanya untuk membayar hutang perusahaan.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan akan dapat memberikan
keuntungan pula bagi karyawan dan juga pemegang saham. Keuntungan yang
didapat perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan
assetnya untuk kegiatan operasional, sehingga dalam kegiatan operasional yang
efisien dapat menghasilkan laba yang maksimal bagi perusahaan. Tingkat
profitabilitas suatu perusahaan dapat mencerminkan kondisi keuangan perusahaan
tersebut. Kondisi profitabilitas tinggi, menandakan perusahaan mempunyai kinerja
keuangan yang baik. Sebaliknya, jika profitabilitas rendah, maka kinerja keuangan
perusahaan tersebut dapat dikatakan tidak baik.
Mengukur profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan return on asset.
Return on asset adalah perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total asset
yang dimiliki oleh perusahaan. return on asset sering dipakai manajemen untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Tingkat presentase return
on asset perusahaan apabila mendekati angka 1, maka dapat dikatakan perusahaan
tersebut mampu menghasilkan laba dari asset dan semakin baik pula kinerja
perusahaan tersebut. Seiring permintaan property and real estate yang meningkat,
7
Berdasarkan alasan- alasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Property And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”.
B. Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan penelitian yang bisa
diambil adalah :
1. Apakah likuiditas dan leverage berpengaruh terhadap Profitabilitas
perusahaan Property and Real Estate ?
2. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap Profitabilitas
perusahaan Property and Real Estate ?
C. Batasan Penelitian
Dimaksudkan supaya penelitian ini lebih terarah dan pembahasan akan
penelitian yang dilakukan ini bisa terfokus, maka diperlukan adanya pembatasan
masalah. Pembatasan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang
digunakan adalah mulai tahun 2010-2013, mengukur rasio likuiditas
menggunakan current ratio, rasio leverage dengan DAR (debt to asset ratio),
mengukur tingkat profitabilitas perusahaan property and real estate menggunakan
ROA (Return On Assets) dan perusahaan property and real estate yang memiliki
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh Likuiditas dan Leverage terhadap
Profitabilitas perusahaan property and real estate.
b. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap
Profitabilitas perusahaan property and real estate.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dipergunakan sebagai referensi pengembangan penelitian
selanjutnya yang akan meneliti tentang profitabilitas perusahaan property
dan real estate menggunakan likuiditas dan leverage.
b. Bagi Investor
Dapat dipergunakan untuk pertimbangan dalam melakukan
investasi pada perusahaan Property and Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
c. Bagi Perusahaan
Dapat dipergunakan sebagai informasi untuk mengambil
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Husni Thamrin (2004) meneliti pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas
terhadap perusahaan Telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia periode
1999-2001. Teknik analisis data dalam penlitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda dan hasilnya menunjukkan bahwa likuiditas memberikan pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
Marlina (2012) meneliti tentang pengaruh likuiditas dan leverage terhadap
profitabilitas perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian tahun 2006-2011, menggunakan alat analisis regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian adalah terdapat pengaruh yang signifikan baik secara
simultan maupun parsial dan variabel leverage menjadi variabel yang dominan
berpengaruh terhadap profitabilitas.
Yahya (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh leverage
keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan Telekomunikasi di BEI tahun
2006-2010. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterkaitan atau pengaruh
rasio leverage keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan telekomunikasi di
BEI. Penelitian Yahya menghasilkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
10
B. Landasan Teori
1. Likuiditas
Bank dan para kreditor jangka pendek tertarik (yang terutama
memperhatikan) terhadap angka- angka ratio modal kerja, yaitu ratio yang
digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka
pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengevaluasi efisien
modal kerja yang digunakan oleh perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka
panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin
mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan
datang (Munawir, 2002).
Rasio likuditas dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kinerja
perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Asset perusahaan akan
digunakan sebagian untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahaan
kepada kreditor. Perusahaan belum tentu mempunyai kemampuan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya atau likuiditas dapat menjadi acuan untuk
menilai kondisi perusahaan yang baik.
Semakin cepat perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya, maka
asset perusahaan tidak dapat dipergunakan secara maksimal untuk mendapatkan
laba. Assetnya dipergunakan untuk membayar hutang, bukan dipergunakan untuk
kegiatan operasional perusahaan yang bila dimaksimalkan bisa menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan. Kondisi demikian akan menguntungkan bagi
kreditor karena perusahaan dapat membayar kewajiban jangka pendek dengan
11
Sebuah perusahaan menunjukkan likuiditas tinggi ketika saldo aktiva
lancarnya adalah besar dalam hubungannya dengan saldo hutang lancarnya, dan
perusahaan ini memiliki proporsi tinggi aktiva lancar dalam kas, surat- surat
berharga, dan piutang, sebagai lawan terhadap persediaan atau biaya yang dibayar
di muka. Rasio likuiditas menunjukkan apakah sebuah perusahaan memiliki
aktiva lancar likuid cukup untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo atau kewajiban
jangka pendek (Tangkilisan dan Hessel Nogi S, 2003).
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling
berkepentingan adalah perusahaan dan manajemen perusahaan guna menilai
kemampuan mereka sendiri. Pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan,
seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan.
Pihak distributor atau supplier yang menyalurkan atau menjual barang yang
pembayaran secara angsuran kepada perusahaan (Kasmir, 2011).
Perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun
juga bagi pihak luar perusahaan. Terdapat banyak manfaat atau tujuan analisis
rasio likuiditas bagi perusahaan, baik bagi pihak pemilik perusahaan, manajemen
perusahaan, dan pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan seperti
kreditor dan distributor atau supplier (Kasmir, 2011).
Likuiditas perusahaan diukur dengan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan kas dari berbagai sumber, seperti kredit bank, penjualan aset yang
berlebih (redundant assets), dan operasi. Rasio ini fokusnya sempit. Rasio ini
12
keuangan saat ini hingga 12 bulan ke depan dengan cara mengukur ketersediaan
kas dan aset lancar. Selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar (kewajiban
jangka pendek) dikenal sebagai modal kerja (Asnawi, Said Kelana dan Chandra
Wijaya dan 2010).
Salah satu aspek yang ada di dalam ratio likuiditas adalah current ratio.
Memang current ratio adalah ratio yang paling umum digunakan untuk
menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan. Menurut (Munawir, 2002),
bahwa current ratio dengan presentase 200% kadang- kadang sudah memuaskan
bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung
pada beberapa faktor, suatu standart atau ratio yang umum tidak dapat ditentukan
oleh seluruh perusahaan.
(Van Horne, dan Wachowicz, 2009), Likuiditas perusahaan berbanding
terbalik dengan profitabilitas. Maksudnya, semakin tinggi likuiditas perusahaan
maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah.
Pengaruh yang negatif current ratio terhadap ROA, sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Horne dan Wachowicz (2009) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berbanding terbalik dengan likuiditas. Semakin besar dana yang
ditempatkan untuk memenuhi likuiditas perusahaan, maka perusahaan dapat
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan dana karena dana yang
dimiliki tidak menghasilkan keuntungan.
Current ratio merupakan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor
jangka pendek. Suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu
13
karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan.
Misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat
penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan
menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo
piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih (Munawir, 2002).
Hasil pengukuran rasio ini, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Apabila hasil
pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi kondisi perusahaan sedang baik. Hal
ini dapat terjadi karena kas tidak digunakan dengan baik. Suatu kondisi
perusahaan yang dikategorikan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang
digunakan, misalnya rata- rata industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula
digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya, sekalipun kita
tahu bahwa target yang ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan
rata- rata industri untuk usaha yang sejenis (Kasmir,2011).
Masalah pokok dengan rasio lancar (dan rasio lain) adalah salah satu dari
komposisi ; yaitu, pemakaian total, semacam total aktiva lancar (atau kewajiban
lancar), mungkin menyamarkan informasi mengenai komponen individual rasio
ini. Pemakai mesti melihat pada neraca untuk melihat kelanjutan sampai dimana
aktiva lancar disusun dari item cairan relatif, semacam kas dan piutang (Hessel
Nogi S dan Tangkilisan, 2003).
Menurut (Brealey,Myers dan Marcus,2008), kewajiban lancar naik dan
begitu pula aset lancar. Kondisi demikian dapat disimpulkan bahwa modal kerja
14
jangka pendek bersih terhadap utang jangka pendek lebih disukai ketika
menghitung rasio lancar.
Current Ratio =
Selanjutnya, membahas tentang rasio likuiditas yang lain yaitu tentang
rasio cepat atau quick rasio. Menurut (Brealey,Myers dan Marcus,2008), beberapa
aset lebih dekat ke kas dibandingkan aset lainnya. Persediaan tidak dapat dijual
pada harga berapa pun di atas harga obral besar- besaran. Manajer sering
mengabaikan persediaan dan komponen aset lancar lain yang kurang likuid ketika
membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar. Sebagai gantinya, mereka
memutuskan perhatian pada kas, sekuritas, dan tagihan yang belum dibayar
pelanggan.
Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai sediaan kita
abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan
karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan,
apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya
dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya (Kasmir,2011).
Persediaan pada umumnya merupakan aset lancar perusahaan yang paling
15
terjadi kerugian jika terjadi likuidasi. Rasio yang mengukur kemampuan suatu
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan
penjualan persediaan sangat penting artinya (Brigham dan Houston, 2010).
Piutang usaha yang dapat ditagih, perusahaan bisa melunasi kewajiban lancarnya
tanpa harus melikuidasi persediaan.
Quick rasio seperti current rasio tetapi persediaan tidak diperhitungkan
karena kurang likuid dibandingkan dengan kas, surat berharga dan piutang. Quick
rasio memberikan ukuran yang lebih akurat dibandingkan dengan current rasio
tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
perusahaan (Made Sudana, 2011).
Quick Rasio =
Rasio Cash merupakan salah satu dari tiga rasio yang ada di dalam rasio
likuiditas. Cash rasio adalah kemampuan kas dan surat berharga yang dimiliki
perusahaan untuk menutup utang lancar. Rasio ini paling akurat dalam mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek karena hanya
memperhitungkan komponen aktiva lancar yang paling likuid. Semakin tinggi
rasio likuiditas menunjukkan semakin baik kondisi keuangan jangka pendek
perusahaan, dan sebaliknya (Made Sudana, 2011).
Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang
16
seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Rasio
ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar
utang- utang jangka pendeknya (Kasmir,2011).
Rasio ini membandingkan antara kas ditambah dengan sekuritas dengan
hutang lancar atau kewajiban lancar. (Brealey,Myers dan Marcus,2008)
mengungkapkan bahwa rasio kas yang rendah mungkin tidak menjadi masalah
jika perusahaan dapat meminjam dalam waktu yang singkat. Siapa yang peduli
apakah perusahaan sebenarnya meminjam dari bank atau apakah perusahaan
mempunyai lini kredit terjamin yang memungkinkan meminjam kapanpun
perusahaan mau. Standar yang belum memungkinkan “kekuatan cadangan
pinjaman” perusahaan.
Cash Ratio =
2. Leverage
Pada umumnya, seorang analis keuangan berkepentingan dengan hutang
jangka panjang sebab perusahaan harus membayar bunga dalam jangka panjang
dan pokok pinjamannya. Tuntutan terhadap kreditur harus didahulukan
dibandingkan dengan pembagian hasil kepada pemegang saham. Pemberi
pinjaman juga berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar
utang sebab semakin banyak hutang perusahaan, semakin tinggi pula
kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur
17
Umumnya, lebih banyak hutang perusahaan yang digunakan dalam
kaitannya dengan total aktiva, lebih besar lagi pengaruh keuangan yaitu sejumlah
hasil dan resiko yang ditimbulkan melalui penggunaan beban tetap keuangan
seperti hutang dan saham preferen. Artinya, semakin besar pengaruh keuangan
yang digunakan perusahaan, maka semakin besar hasil dan risiko yang
diharapkan.
Menurut (Van Horne, dan Wachowicz, 2009) semakin tinggi rasio debt to
total asset, semakin besar risiko keuangannya. Maksudnya, dengan terjadinya
peningkatan risiko adalah kemungkinan terjadinya default karena perusahaan
terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari hutang. Adanya risiko gagal
bayar, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi
masalah ini semakin besar.
Rasio leverage (utang) menekankan pada peran penting pendanaan utang
bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang
didukung oleh pendanaan utang. Berdasarkan Pecking Order Theory , semakin
besar rasio ini, menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung
perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini dapat
menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Leverage perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi atau membayar kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang
tidak solvabel dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki total hutang yang lebih
18
perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca (Ridwan
Sundjaja dan Inge Barlian, 2003).
Total hutang termasuk seluruh kewajiban lancar dan utang jangka panjang.
Kreditor lebih menyukai rasio utang yang lebih rendah karena semakin rendah
rasio utang, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor jika
terjadi likuidasi. Pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage
karena akan memperbesar laba yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2010).
Praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki
rasio leverage yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya risiko kerugian lebih
besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba juga besar. Sebaliknya, apabila
perusahaan memiliki rasio leverage lebih rendah tentu mempunyai risiko lebih
kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga
mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat
perekonomian tinggi (Kasmir,2011).
Rasio leverage (hutang) ini berfungsi dengan tujuan yang hampir sama
dengan rasio utang terhadap ekuitas. Rasio ini menekankan pada peran penting
pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aset
perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar persentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang
saham, semakin besar jaminan perlindungan yang didapat oleh kreditur
19
semakin besar risiko keuangannya, semakin rendah rasio ini, maka akan semakin
rendah risiko keuangannya (Van Horne dan Wachowicz, 2013).
Perusahaan meminjam uang dan berjanji melakukan sederet pembayaran
bunga dan kemudian mengembalikan jumlah uang yang dipinjamnya. Laba naik,
pemegang utang terus menerima pembayaran bunga tetap, jadi semua keuntungan
menjadi milik pemegang saham. Tentu saja, hal sebaliknya terjadi jika laba turun.
Kasus ini, pemegang saham menanggung semua kerugian. Masa cukup sulit
seperti ini maka, perusahaan yang meminjam dalam jumlah besar mungkin tidak
dapat membayar utangnya (Brealey,Myers dan Marcus, 2008).
Perusahaan itu kemudian bangkrut dan pemegang saham kehilangan
seluruh investasi mereka. Utang meningkatkan pengembalian bagi pemegang
saham dalam masa- masa baik dan menguranginya pada masa- masa buruk, utang
tersebut dikatakan menciptakan leverage keuangan. Rasio leverage mengukur
seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan.
Leverage keuangan biasanya diukur dengan rasio utang jangka panjang
terhadap total modal jangka panjang. Utang jangka panjang tidak hanya
mencangkup obligasi atau pinjaman lain, akan tetapi juga nilai sewa jangka
panjang dan karena itu mengharuskan perusahaan melakukan pembayaran
penyewaan reguler. Total modal jangka panjang, kadang – kadang disebut total
kapitalisasi, adalah jumlah utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham
20
Debt Asset rasio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva. Hasil pengukurannya apabila rasionya tinggi, artinya
pendanaan dengan utang semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi
utang- utangnya dengan aktiva yang dimilikinya dan begitu juga sebaliknya.
Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan
rasio rata-rata industri sejenis (Kasmir,2011).
Debt Asset Ratio =
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba pada periode tertentu. Laba sering kali menjadi salah satu
ukuran kinerja perusahaan. Perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti
kinerjanya baik dan juga sebaliknya. Laba perusahaan selain merupakan indikator
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga
merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang.
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan
keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombinasi
21
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Mengukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan
lima macam rasio yaitu: rasio margin laba kotor, rasio margin laba operasi bersih,
rasio margin laba bersih, rasio pengembalian atas investasi dan rasio
pengembalian atas ekuitas (Warsono, 2003).
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan
yang dilakukan oleh perusahaan (Weston dan Houston,2006). Profitabilitas dapat
memberikan petunjuk yang berguna dalam menilai keefektivan dari operasi
sebuah perusahaan, sehingga rasio profitabilitas akan menunjukan kombinasi dari
efek likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.
Profitabilitas sangat berkaitan dengan pengelolaan aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan, sehingga hal ini akan berkaitan dengan likuiditas perusahaan.
Menurut (Brigham dan Houston, 2001), rasio profitabilitas menunjukkan
pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil
operasi. Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, yang dihitung dengan membandingkan aktiva lancar
perusahaan dengan kewajiban lancar. Rasio likuiditas terdiri dari current ratio dan
Acid ratio. Rasio Manajemen Utang (leverage) mengetahui sejauh mana
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang (utang) perusahaan
yang digunakan untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan. Manajemen utang
terdiri dari Debts Ratio, Times Interest Earned (TIE), Fixed Charge Coverage
22
Menurut (Brealey, Myers dan Marcus, 2008), profitabilitas mengukur
fokus pada laba perusahaan. Perusahaan besar diharapkan menghasilkan lebih
banyak laba daripada perusahaan kecil, jadi untuk memfasilitasi perbandingan
lintas perusahaan, total laba diekspresikan dalam basis per-dolar. Misalnya,
pemegang saham ingin tahu berapa banyak laba yang telah dihasilkan untuk setiap
dolar yang telah mereka investasikan dalam perusahaan. Margin laba
memberitahu kita laba yang dihasilkan oleh setiap dolar penjualan. Analis
keuangan menerapkan beberapa ukuran profitabilitas.
Perusahaan ketika sebagian didanai oleh utang, laba dibagi antara
pemegang utang dan pemegang saham. Kita tidak ingin mengatakan bahwa
perusahaan semacam itu kurang menguntungkan hanya karena perusahaan
menerapkan pendanaan utang dan membayar sebagian labanya sebagai bunga.
Ketika kita menghitung margin laba, masuk akal bila kita menambahkan kembali
utang bunga ke laba bersih. Hal ini memberikan definisi lain dari margin laba,
yang juga mempunyai penerimaan luas dan yang kita sebut sebagai margin laba
operasi (Brealey, Myers dan Marcus, 2008).
Manajer sering mengukur kinerja perusahaan dengan rasio laba bersih
terhadap total aset. Meskipun demikian, karena laba bersih mengukur keuntungan
setelah dipotong beban bunga, praktik ini membuat profitabilitas yang jelas dari
perusahaan sebagai fungsi struktur modalnya. Lebih baik menggunakan laba
bersih ditambah bunga karena kita mengukur tingkat pengembalian seluruh aset
23
Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak.
Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan
efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan.
Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau
dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama, bisa dihasilkan laba yang lebih
besar, dan sebaliknya (Made Sudana, 2011).
Return on Asset (ROA) = ℎ ℎ
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk
beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan
perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan,
sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen
selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. (Kasmir, 2011)
juga mengatakan bahwa seperti rasio- rasio lain yang sudah dibahas sebelumnya,
rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak
pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak diluar perusahaan,
terutama pihak- pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan
24
C. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan suatu kerangka
pemikiran bahwa Likuiditas dan Leverage merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap profitabilitas perusahaan yang dalam penelitian ini menggunakan Return
On Assets (ROA). Kerangka pemikiran teori dari penelitian ini adalah sebagai
[image:44.612.126.512.287.458.2]berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian
Sumber : Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, tinjauan teoritis dan kerangka
pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Likuiditas dan leverage berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan property and real estate.
2. Variabel rasio leverage yang paling berpengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan property and real estate.
Current Rat io
Debt t o Asset Rat io