• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Proses Fisik dan Proses Kimia Terhadap Produksi Pati Resisten Pada Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Proses Fisik dan Proses Kimia Terhadap Produksi Pati Resisten Pada Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

(Manihot esculenta)

SKRIPSI

Oleh:

NAZHRAH 090305036

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PROSES FISIK DAN PROSES KIMIA TERHADAP

PRODUKSI PATI RESISTEN PADA EMPAT VARIETAS UBI KAYU

(Manihot esculenta)

SKRIPSI

Oleh:

NAZHRAH

090305036/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Proses Fisik dan Proses Kimia Terhadap Produksi Pati Resisten Pada Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta)

Nama : Nazhrah

Nim : 090305036

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si Linda Masniary Lubis, STP, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui:

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP Ketua Program Studi

(4)

Penelitian ini disponsori oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk melalui Program

Indofood Riset Nugraha 2012, sesuai dengan Perjanjian Kerjasama Penelitian

(5)

ABSTRAK

NAZHRAH. Pengaruh Proses Fisik dan Proses Kimia Terhadap Produksi Pati Resisten Pada Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta), dibimbing oleh Elisa Julianti dan Linda Masniary Lubis.

Pati resisten adalah pati atau produk degradasi pati yang tidak tercerna dalam sistem pencernaan manusia sehingga pati ini dapat lolos dari sistem pencernaan pada usus halus tetapi dapat terfermentasi oleh mikroflora alami dalam usus besar. Pati resisten memiliki pengaruh positif bagi kesehatan tubuh, diantaranya adalah mencegah peningkatan kadar glukosa darah secara signifikan. Penelitian ini menggunakan ubi kayu karena memiliki sifat fungsional yaitu kandungan pati resisten yang dapat diperoleh melalui proses pengolahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pati alami dari empat varietas ubi kayu yang ada di Sumatera Utara yaitu ubi kayu ketan, ubi kayu kuning, ubi kayu gunting saga dan ubi kayu roti, mempelajari pengaruh proses fisik dan proses kimia terhadap produksi pati resisten pada empat varietas ubi kayu, dan untuk mengetahui karakteristik pati modifikasi yang dihasilkan dari beberapa proses modifikasi pati pada empat varietas ubi kayu. Proses fisik yang dilakukan adalah autoclavingdan proses kimia dilakukan dengan cara penambahan asam klorida.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu pembuatan pati alami dari empat varietas ubi kayu dan modifikasi pati dengan metode fisik dan kimia. Pada setiap tahap, dilakukan pengujian karakteristik fisik dan kimia meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, nilai pH, sifat amilografi dengan rapid viscoanalizer, bentuk dan ukuran granula pati, total gula, kadar pati, dan kadar pati resisten. Perlakuan modifikasi dengan cara autoclaving pada suhu 110oC menghasilkan kadar pati resisten tertinggi yaitu 36,78% dan perlakuan V2P2 (pati alami ubi kayu kuning yang

dimodifikasi dengan perlakuan autoclaving 121oC) memiliki kadar pati resisten tertinggi yaitu 53,22%.

Kata Kunci :Ubi Kayu, Pati Termodifikasi Fisik/Kimia, Varietas

ABSTRACT

NAZHRAH. The Effect of Physical and Chemical Process on Resistant Starch Production In Four Varieties of Cassava (Manihot esculenta), supervised by Elisa Julianti and Linda Masniary Lubis.

Resistant starch is a starch or starch degradation products that are not digested in the human digestive system so that the starch can escape digestion in the small intestine system but can be fermented by the natural microflora in the large intestine. Resistant starch has a positive impact on health, such as preventing the increase in blood glucose levels significantly. The research used cassava because it had functional properties i.e resistant starch content that can be obtained through the treatment process.

The purpose of this research was to determine the characteristics of the natural starch from four cassava varieties that exist in North Sumatra, namely ketan cassava, yellow cassava, gunting saga cassava and bread cassava, studying the influence of physical and chemical processes on the production of resistant starch of the four varieties of cassava, and to determine the characteristics of the modified starch through two starch modification process of four cassava varieties. The physical process was autoclaving and the addition of hydrochloric acid.

The research was conducted in two phases, making the natural starch from four varieties of cassava starch and modification by physical and chemical methods. At each phase, the physical and chemical characteristics were tested including moisture content, ash content, protein content, fat content, pH value, amilograph with rapid viscoanalizer, form and size of the starch granules, total sugars, starch content and resistant starch content. Modification treatment by autoclaving at 110oC produced the highest resistant starch content (36,78%) and treatment V2P2(yellow cassava natural

starch which is modified by autoclaving treatment 121oC) had the highest resistant starch content (53,22%).

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 09 Agustus 1991 dari Bapak

Alm. Sulaiman Effendi dan Ibu Almh. Hanifah. Penulis merupakan anak kedelapan

dari delapan bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Madrasah Aliyah Negeri 1

Medan dan pada tahun yang sama berhasil masuk ke Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN) di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (IMITP) USU, anggota Himpunan

Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI) dan sebagai asisten Laboratorium

Analisa Kimia Bahan Pangan pada tahun 2011-2013. Selain itu, penulis aktif dalam

organisasi ekstra yaitu sebagai anggota Badan Kenaziran Mushola (BKM)

Al-Mukhlisin FP USU pada tahun 2010-2011. Penulis juga termasuk dalam kelompok

PKM Pengabdian Masyarakat dari DIKTI dengan judul : “Peningkatan Mutu Melalui

Teknik Aseptik di Industri Pengolahan Singkong Desa Tambakrejo Kabupaten Deli

Serdang (2010)” dan lolos sebagai peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional

(PIMNAS) XXIV pada tahun 2011 di Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi

Selatan.

Penulis telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan Di Medan, Medan, Sumatera Utara dari tanggal 16 Juli

sampai 10 Agustus 2012. Penelitian ini disponsori oleh PT. Indofood Sukses

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengaruh Proses Fisik dan Proses Kimia Terhadap Produksi Pati Resisten

Pada Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta)”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk atas dana penelitiannya, Buya dan Ummi tercinta

yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini, kepada

abang-abang saya Hasanul Arifin, Hasnil Irfan, Ahmad Muhajir dan kakak-kakak

saya Syafrida Hafni, Meutia Hayati, Salmah, Laila Azizah atas doa dan

dukungannya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Elisa

Julianti, M.Si dan Ibu Linda Masniary Lubis, STP, M.Si. yang telah membimbing

dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan

judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP, Bapak Prof. Dr. Ir. Zulkifli

Lubis, M.App.Sc, dan Bapak Ir. Sentosa Ginting, MP. atas kritik dan saran kepada

penulis untuk menyempurnakan skripsi, Bapak Prof. Dr. F.G. Winarno, Bapak Dr. Ir.

Purwiyatno Hariyadi, dan Ibu Ir. Winarti, TK. selaku Dewan Pakar dari PT. Indofood

Sukses Makmur, Tbk atas saran serta motivasi dalam memberi masukan kepada

penulis untuk menyempurnakan skripsi.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf Pengajar

dan pegawai di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, teman-teman

(8)

Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan, adik-adik ITP 2010 dan 2011, dan

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2013

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Perumusan Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 7

Hipotesis Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu ... 9

Pati ... 11

Pati Resisten ... 14

Proses Fisik... 15

Proses Kimia... 17

Studi Pendahuluan yang Telah Dilaksanakan ... 18

BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

Bahan Penelitian ... 19

Reagensia ... 19

Alat Penelitian ... 20

Metode Penelitian ... 20

Model Rancangan ... 21

Pelaksanaan Penelitian ... 22

Ekstraksi pati ubi kayu ... 22

Modifikasi proses fisik ... 23

Modifikasi proses kimia ... 23

(10)

Kadar abu ... 25

Kadar lemak ... 25

Kadar protein ... 26

Nilai pH ... 27

Sifat amilografi dengan Rapid Visco Analyzer(RVA) ... 27

Kadar pati ... 27 Karakteristik Fisikokimia Pati Alami dari Empat Varietas Ubi Kayu... 33

Kadar air ... 33

Karakteristik Pasta Pati Alami dari Empat Varietas Ubi kayu... 37

Karakteristik Fungsional Pati Alami dari empat Varietas Ubi Kayu... 40

Kadar pati resisten... 41

Total gula... 42

Kadar pati ... 42

Modifikasi Pati dengan Proses Fisik dan Proses Kimia Pada Empat Varietas Ubi Kayu ... 43

Karakteristik Fisikokimia Pati Termodifikasi Dari Empat Varietas Ubi Kayu 43 Kadar air ... 44

Karakteristik Pasta Pati Termodifikasi dari Empat Varietas Ubi kayu... 52

Suhu gelatinisasi ... 53

Viskositas puncak ... 54

Viskositas breakdown... 55

Viskositas setback... 56

Viskositas Akhir... 57

(11)

DAFTAR PUSTAKA... 70

(12)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Data statistik penderita diabetes ... 2

2. Kandungan gizi dalam 100 gram ubi kayu ... 11

3. Komposisi amilosa dan amilopektin... 12

4. Karakteristik granula pati... 13

5. Sifat granula beberapa jenis pati... 14

6. Karakteristik gelatinisasi beberapa jenis pati ... 14

7. Karakteristik fisikokimia pati alami dari empat varietas ubi kayu... 33

8. Pengaruh varietas ubi kayu terhadap karakteristik pasta pati alami ubi kayu 38 9. Pengaruh varietas ubi kayu terhadap karakteristik fungsional pati alami Ubi kayu ... 41

10. Pengaruh varietas ubi kayu terhadap karakteristik fisikokimia pati ubi kayu termodifikasi ... 43

11. Pengaruh proses modifikasi pati ubi kayu terhadap karakteristik fisikokimia pati ubi kayu termodifikasi ... 44

12. Pengaruh varietas ubi kayu terhadap karakteristik pasta pati ubi kayu termodifikasi ... 53

13. Pengaruh proses modifikasi pati ubi kayu terhadap karakteristik pasta pati ubi kayu termodifikasi... 53

14. Pengaruh varietas ubi kayu terhadap karakteristik fungsional pati ubi kayu termodifikasi ... 60

15. Pengaruh proses modifikasi pati ubi kayu terhadap karakteristik fungsional pati ubi kayu termodifikasi ... 60

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Struktur molekul amilosa dan amilopektin... 13

2. Skema ekstraksi pati ubi kayu... 30

3. Skema modifikasi pati ubi kayu secara fisik... 31

4. Skema modifikasi pati ubi kayu secara kimia... 32

5. Kadar air pati alami dari empat varietas ubi kayu... 34

6. Kadar abu pati alami dari empat varietas ubi kayu ... 34

7. Kadar lemak pati alami dari empat varietas ubi kayu ... 35

8. Kadar protein pati alami dari empat varietas ubi kayu... 36

9. Nilai pH pati alami dari empat varietas ubi kayu... 36

10. Bentuk granula pati alami dari empat varietas ubi kayu dengan perbesaran 100 kali... 37

11. Karakteristik pasta pati alami dari empat varietas ubi kayu ... 38

12. Kadar pati resisten pati alami dari empat varietas ubi kayu ... 41

13. Total gula pati alami dari empat varietas ubi kayu ... 42

14. Kadar pati pati alami dari empat varietas ubi kayu ... 43

15. Kadar air pati termodifikasi dari empat varietas ubi kayu yang dimodifikasi dengan empat proses modifikasi pati yang berbeda ... 45

16. Kadar abu pati termodifikasi dari empat varietas ubi kayu yang dimodifikasi dengan empat proses modifikasi pati yang berbeda ... 46

17. Kadar lemak pati termodifikasi dari empat varietas ubi kayu yang dimodifikasi dengan empat proses modifikasi pati yang berbeda ... 47

18. Kadar protein pati termodifikasi dari empat varietas ubi kayu yang dimodifikasi dengan empat proses modifikasi pati yang berbeda ... 48

(14)

20. Bentuk granula pati termodifikasi dari varietas ubi kayu ketan dengan

empat metode modifikasi... 50

21. Bentuk granula pati termodifikasi dari varietas ubi kayu kuning dengan empat metode modifikasi... 51

22. Bentuk granula pati termodifikasi dari varietas ubi kayu gunting saga

dengan empat metode modifikasi... 51

23. Bentuk granula pati termodifikasi dari varietas ubi kayu roti dengan

empat metode modifikasi... 52

24. Karakteristik pasta pati dari varietas ubi kayu ketan dengan empat

metode modifikasi ... 58

25. Karakteristik pasta pati dari varietas ubi kayu kuning dengan empat

metode modifikasi ... 58

26. Karakteristik pasta pati dari varietas ubi kayu gunting saga dengan

empat metode modifikasi... 59

27. Karakteristik pasta pati dari varietas ubi kayu roti dengan empat

metode modifikasi ... 59

28. Total gula pati termodifikasi dari empat varietas ubi kayu yang

dimodifikasi dengan empat proses modifikasi pati yang berbeda ... 62

29. Kadar pati pati termodifikasi dari empat varietas ubi kayu yang

dimodifikasi dengan empat proses modifikasi pati yang berbeda ... 64

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Daftar analisis ragam kadar air pati alami dan uji LSR efek utama

pengaruh varietas ubi kayu terhadap kadar air pati alami... 74

2. Daftar analisis ragam kadar abu pati alami dan uji LSR efek utama

pengaruh varietas ubi kayu terhadap kadar abu pati alami ... 75

3. Daftar analisis ragam kadar protein pati alami dan uji LSR efek

utama pengaruh varietas ubi kayu terhadap kadar protein pati alami ... 76

4. Daftar analisis ragam kadar lemak pati alami dan uji LSR efek utama

pengaruh varietas ubi kayu terhadap kadar lemak pati alami ... 77

5. Daftar analisis ragam nilai pH pati alami dan uji LSR efek utama

pengaruh varietas ubi kayu terhadap nilai pH pati alami... 78

6. Daftar analisis ragam ukuran granula pati alami dan uji LSR efek

utama pengaruh varietas ubi kayu terhadap ukuran granula pati alami... 79

7. Daftar analisis ragam viskositas puncak pati alami dan uji LSR efek

utama pengaruh varietas ubi kayu terhadap viskositas puncak pati alami.. 80

8. Daftar analisis ragam viskositas breakdown pati alami dan uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu terhadap viskositas breakdown

pati alami... 81

9. Daftar analisis ragam viskositas setback pati alami dan uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu terhadap viskositas setbackpati

alami... 82

10. Daftar analisis ragam viskositas akhir pati alami dan uji LSR efek

utama pengaruh varietas ubi kayu terhadap viskositas akhir pati alami... 83

11. Daftar analisis ragam suhu gelatinisasi pati alami dan uji LSR efek

utama pengaruh varietas ubi kayu terhadap suhu gelatinisasi pati alami .... 84

12. Daftar analisis ragam kadar pati resisten pati alami dan uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu terhadap kadar pati resisten pati

alami... 85

13. Daftar analisis ragam total gula pati alami dan uji LSR efek utama

(16)

14. Daftar analisis ragam kadar pati pati alami dan uji LSR efek utama

pengaruh varietas ubi kayu terhadap kadar pati pati alami... 87

15. Daftar analisis ragam kadar air pati termodifikasi ... 88

16. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap kadar air pati termodifikasi ... 89

17. Daftar analisis ragam kadar abu pati termodifikasi ... 90

18. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap kadar abu pati termodifikasi... 91

19. Daftar analisis ragam kadar protein pati termodifikasi... 92

20. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap kadar protein pati termodifikasi ... 93

21. Daftar analisis ragam kadar lemak pati termodifikasi ... 94

22. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap kadar lemak pati termodifikasi... 95

23. Daftar analisis ragam nilai pH pati termodifikasi... 96

24. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap nilai pH pati termodifikasi ... 97

25. Daftar analisis ragam viskositas puncak pati termodifikasi... 98

26. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap viskositas puncak pati termodifikasi ... 99

27. Daftar analisis ragam viskositas breakdownpati termodifikasi... 100

28. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap viskositas breakdownpati termodifikasi ... 101

29. Daftar analisis ragam viskositas setbackpati termodifikasi ... 102

30. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap viskositas setbackpati termodifikasi ... 103

31. Daftar analisis ragam viskositas akhir pati termodifikasi ... 104

32. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

(17)

33. Daftar analisis ragam kadar pati resisten pati termodifikasi ... 106

34. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap kadar pati resisten pati termodifikasi... 107

35. Daftar analisis ragam total gula pati termodifikasi... 108

36. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap total gula pati termodifikasi ... 109

37. Daftar analisis ragam kadar pati pati termodifikasi... 110

38. Uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi kayu dan proses modifikasi

fisik dan kimia terhadap kadar pati pati termodifikasi ... 111

(18)

ABSTRAK

NAZHRAH. Pengaruh Proses Fisik dan Proses Kimia Terhadap Produksi Pati Resisten Pada Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta), dibimbing oleh Elisa Julianti dan Linda Masniary Lubis.

Pati resisten adalah pati atau produk degradasi pati yang tidak tercerna dalam sistem pencernaan manusia sehingga pati ini dapat lolos dari sistem pencernaan pada usus halus tetapi dapat terfermentasi oleh mikroflora alami dalam usus besar. Pati resisten memiliki pengaruh positif bagi kesehatan tubuh, diantaranya adalah mencegah peningkatan kadar glukosa darah secara signifikan. Penelitian ini menggunakan ubi kayu karena memiliki sifat fungsional yaitu kandungan pati resisten yang dapat diperoleh melalui proses pengolahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pati alami dari empat varietas ubi kayu yang ada di Sumatera Utara yaitu ubi kayu ketan, ubi kayu kuning, ubi kayu gunting saga dan ubi kayu roti, mempelajari pengaruh proses fisik dan proses kimia terhadap produksi pati resisten pada empat varietas ubi kayu, dan untuk mengetahui karakteristik pati modifikasi yang dihasilkan dari beberapa proses modifikasi pati pada empat varietas ubi kayu. Proses fisik yang dilakukan adalah autoclavingdan proses kimia dilakukan dengan cara penambahan asam klorida.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu pembuatan pati alami dari empat varietas ubi kayu dan modifikasi pati dengan metode fisik dan kimia. Pada setiap tahap, dilakukan pengujian karakteristik fisik dan kimia meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, nilai pH, sifat amilografi dengan rapid viscoanalizer, bentuk dan ukuran granula pati, total gula, kadar pati, dan kadar pati resisten. Perlakuan modifikasi dengan cara autoclaving pada suhu 110oC menghasilkan kadar pati resisten tertinggi yaitu 36,78% dan perlakuan V2P2 (pati alami ubi kayu kuning yang

dimodifikasi dengan perlakuan autoclaving 121oC) memiliki kadar pati resisten tertinggi yaitu 53,22%.

Kata Kunci :Ubi Kayu, Pati Termodifikasi Fisik/Kimia, Varietas

ABSTRACT

NAZHRAH. The Effect of Physical and Chemical Process on Resistant Starch Production In Four Varieties of Cassava (Manihot esculenta), supervised by Elisa Julianti and Linda Masniary Lubis.

Resistant starch is a starch or starch degradation products that are not digested in the human digestive system so that the starch can escape digestion in the small intestine system but can be fermented by the natural microflora in the large intestine. Resistant starch has a positive impact on health, such as preventing the increase in blood glucose levels significantly. The research used cassava because it had functional properties i.e resistant starch content that can be obtained through the treatment process.

The purpose of this research was to determine the characteristics of the natural starch from four cassava varieties that exist in North Sumatra, namely ketan cassava, yellow cassava, gunting saga cassava and bread cassava, studying the influence of physical and chemical processes on the production of resistant starch of the four varieties of cassava, and to determine the characteristics of the modified starch through two starch modification process of four cassava varieties. The physical process was autoclaving and the addition of hydrochloric acid.

The research was conducted in two phases, making the natural starch from four varieties of cassava starch and modification by physical and chemical methods. At each phase, the physical and chemical characteristics were tested including moisture content, ash content, protein content, fat content, pH value, amilograph with rapid viscoanalizer, form and size of the starch granules, total sugars, starch content and resistant starch content. Modification treatment by autoclaving at 110oC produced the highest resistant starch content (36,78%) and treatment V2P2(yellow cassava natural

starch which is modified by autoclaving treatment 121oC) had the highest resistant starch content (53,22%).

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang jumlahnya paling banyak dan

bervariasi dibandingkan dengan senyawa organik lainnya yang terdapat di alam.

Sumber utama karbohidrat, diantaranya adalah serealia (contoh gandum, jagung,

beras, dan sorgum), biji-bijian (contoh kacang merah, kacang kedelai, dan kacang

hijau), umbi-umbian (contoh ubi kayu, ubi jalar, dan kentang), buah-buahan,

sayur-sayuran, susu, dan lain-lain. Karbohidrat juga merupakan sumber energi utama dalam

kehidupan manusia. Karbohidrat menyediakan sekitar 40-75% asupan energi dan

memberikan nilai energi sebesar 4 Kkal/gram (Kusnandar, 2011).

Pangan (makanan) yang mengandung karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2

golongan, yaitu pangan (makanan) dengan kandungan karbohidrat sederhana

(contoh gula pasir, permen, minuman ringan, beberapa jenis produk bakery, dan

makanan yang diolah dengan panas yang tinggi) dan pangan (makanan) dengan

kandungan karbohidrat kompleks (contoh biji-bijian, umbi-umbian, serealia, dan

kacang-kacangan). Kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung

karbohidrat, terutama makanan dengan jumlah karbohidrat sederhana yang tinggi

tidak selalu berdampak baik bagi kesehatan. Hal ini disebabkan karena pankreas

akan kelelahan ketika harus memroses karbohidrat sederhana dalam jumlah besar,

sehingga tidak semua karbohidrat diproses menjadi energi. Sebagian karbohidrat

akan tetap menjadi gula darah yang mengendap di dalam darah. Hal ini akan

menimbulkan penyakit diabetes dan kegemukan. Data statistik jumlah penderita

(20)

diabetes di dunia versi WHO pada tahun 2000 dan proyeksi jumlah penderita

diabetes dunia pada tahun 2030 peringkat 1 sampai 5 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data statistik penderita diabetes

No. Negara Tahun 2000 Tahun 2030 Growth

1. India 31.705.000 79.441.000 151%

2 China 20.757.000 42.321.000 104%

3. USA 17.702.000 30.312.000 71%

4. Indonesia 8.426.000 21.257.000 152%

5. Jepang 6.765.000 8.914.000 32%

Sumber : Indodiabetes, 2012

Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan makanan yang tidak hanya

menghasilkan energi yang besar tetapi juga memberikan pengaruh yang baik bagi

kesehatan. Dewasa ini, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan melalui diet

semakin meningkat. Salah satu komponen pangan yang menjadi sorotan yaitu pati

resisten atau pati tahan cerna (Resistant Starch).

Pati resisten merupakan jenis pati yang tidak tercerna dalam

sistem pencernaan manusia (tahan terhadap hidrolisis enzim pencernaan

amilase dan perlakuan pulunase secara in vitro) yang memiliki sifat

fisiologis yang unik yang dapat digunakan untuk meningkatkan serat

pangan dengan sedikit perubahan dari penampakan dan sifat

organoleptiknya (Wikipedia, 2011). Pati resisten sulit dicerna di usus halus

sehingga pati ini memiliki sifat yang mirip seperti serat makanan yang langsung

masuk ke usus besar dan sedikit terfermentasi oleh mikroflora di dalam usus

besar dan memberikan pengaruh positif terhadap koloni di dalam usus meningkatkan

jumlah produksi bakteri baik (Fuentes-Zaragoza, et al., 2010).

Pati resisten dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe. Pati tipe pertama (RS I)

yaitu pati yang terperangkap di dalam jaringan seperti pada serealiadan biji-bijian.

(21)

pencernaan seperti pati pada pisang mentah, kentang mentah, dan tepung jagung. Pati

tipe ketiga (RS III) adalah pati yang terbentuk dari hasil retrogradasi pati. Pati tipe

keempat (RS IV) adalah pati hasil modifikasi kimia (Kusnandar, 2011).

Pati termodifikasi tipe RS III dan RS IV dapat diperoleh dengan beberapa

cara pengolahan. Proses pengolahan tersebut dikelompokkan menjadi 3 proses

modifikasi, yaitu proses fisik, proses kimia, dan proses biokimia. Proses fisik dapat

dilakukan dengan beberapa cara pengolahan, seperti pregelatinisasi, HMT (heat

moisture treatment), pemasakan dengan uap (steam cooking), pemasakan dengan uap

bertekanan tinggi (autoclaving), parboiling, pemanggangan (baking), dan ekstruksi

(Siljestrom dan Asp, 1985; Kusnandar, 2011).

Proses modifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan berbagai proses,

seperti ikatan silang (crosslinking), substitusi, hidrolisis asam, dan kombinasi ikatan

silang dengan substitusi (Kusnandar, 2011). Sedangkan proses modifikasi pati secara

biokimia dapat dilakukan dengan menambahkan enzim atau mikroba penghasil

enzim (Herawati, 2010).

Menurut Okoniewska dan Witwer (2007), pati resisten di dalam usus halus

dapat menurunkan respon glikemik dan insulemik pada penderita diabetes, penderita

hiperinsulemik, dan penderita disiplidemia. Pati resisten akan sampai di usus besar

tanpa mengalami perubahan dan berkontribusi sebagai serat pangan. Pati resisten

memiliki banyak manfaat selain perannya sebagai serat pangan dan mencegah

kenaikan gula darah. Di dalam usus besar, pati resisten akan terfermentasi oleh

bakteri anerobik. Proses fermentasi tersebut juga banyak memberikan efek positif

(22)

Proses fermentasi pati resisten yang terjadi di usus besar menghasilkan asam

lemak rantai pendek (butirat) yang lebih tinggi dan menurunkan pH di usus besar

sehingga pertumbuhan bakteri pathogen dapat terhambat. Proses fermentasi tersebut

terjadi secara sempurna dan fermentasi ini akan menstimulasi kolonisasi

Lactobacillus dan Bifidobacteria. Fermentasi yang terjadi tidak menghasilkan gas

dalam jumlah yang besar dan juga dapat menurunkan toksisitas air fekal. Selain itu,

proses fermentasi yang terjadi di usus besar akan menurunkan jumlah asam empedu

sekunder, meningkatkan penyerapan magnesium dan kalsium, meningkatkan rasa

kenyang dengan adanya peningkatan ekspresi genetik penstimulasi rasa kenyang

yang dihubungkan pada hormone GLP-1dan PYY di dalam usus besar, memperbaiki

sensitifitas hormon insulin, menstimulasi sistem imun, menurunkan faktor resiko

kanker kolon (Harmayani, 2008).

Pati resisten bersifat mudah mengikat dan memerangkap air. Hal ini

menyebabkan kadar air feses akan tetap terjaga sehingga mencegah terjadinya

sembelit. Selain itu, pati resisten juga memiliki efek hipoglikemik dan

hipokolesterolemik, menghambat akumulasi lemak, dan mengurangi pembentukan

batu empedu (Sajilata, et al., 2006).

Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan sejenis tanaman umbi-umbian yang

mengandung karbohidrat tinggi dengan kadar amilosa yang rendah dan amilopektin

yang tinggi sehingga dapat dijadikan bahan makanan sumber karbohidrat sebagai

pengganti beras (Rismayani, 2007). Ubi kayu memiliki sifat fungsional yaitu

kandungan pati resisten yang dapat diperoleh melalui proses pengolahan.

Pada penelitian ini, perlakuan modifikasi dilakukan dengan dua macam

(23)

dilakukan dengan cara autoclaving pada suhu 110oC dan 121oC, sedangkan

perlakuan modifikasi kimia dilakukan dengan cara perlakuan asam, yaitu dengan

penambahan HCl 1% dan 2%. Perlakuan modifikasi ini dilakukan pada empat

varietas ubi kayu khas Sumatera Utara, yaitu ubi kayu ketan, ubi kayu kuning, ubi

kayu gunting saga, dan ubi kayu roti.

Karakteristik fisik, kimia, dan fungsional pati ubi kayu

berhubungan erat dengan jenis, umur panen, dan tempat tanam ubi kayu

(Chatakanonda, et al., 2003). Ubi kayu dari jenis yang berbeda akan

menghasilkan karakteristik pati ubi kayu yang berbeda. Teknik pengolahan

(proses modifikasi) pati dalam hal ini pati alami ubi kayu juga akan

mempengaruhi karakteristik pati resisten yang dihasilkan (Sajilata, et al., 2006).

Lebih lanjut karakteristik pati ubi kayu termodifikasi tersebut dapat mempengaruhi

bagaimana pemanfaatan pati tersebut sebagai sumber bahan baku untuk olahan

pangan. Pati resisten tipe III memiliki sifat yang stabil terhadap panas pada proses

pengolahan sehingga baik digunakan sebagai bahan (ingridien) pada berbagai macam

makanan konvensional (Harmayani, 2008).

Pati resisten yang dimodifikasi secara fisik baik digunakan untuk produk

roti tawar, bubur instan, memperbaiki tekstur pada pembuatan cake, muffins

atau brownies, meningkatkan kerenyahan (crispness) permukaan produk

pangan yang diolah dengan menggunakan suhu tinggi seperti waffles dan

toaste, meningkatkan ekspansi produk pangan ekstrusi seperti snack dan sereal

(Anggi, 2011; Sajilata, et al., 2006). Pati resisten yang dimodifikasi secara kimia

baik digunakan produk makanan beku, bahan pengisi pie, bakery, puding, sup,

(24)

tentang produksi dan karakteristik pati resisten dari ubi kayu lokal di Sumatera Utara

belum banyak diperoleh. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

produksi dan karakteristik pati resisten dari ubi kayu jenis lokal di Sumatera Utara.

Perumusan Masalah

Karbohidrat merupakan sumber energi terbaik dibandingkan lemak dan

protein. Akan tetapi, banyak sekali masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat

mengonsumsi karbohidrat seperti obesitas, diabetes, dan lain-lain. Karbohidrat

sederhana seperti gula meja (gula pasir, sukrosa) akan menimbulkan peningkatan

kadar gula darah yang cepat apabila dikonsumsi dalam jumlah besar karena

penyerapan glukosa oleh usus halus juga terjadi dalam waktu yang cepat sehingga

jumlah glukosa yang dialirkan ke darah akan banyak dalam waktu yang singkat.

Proses pencernaan karbohidrat kompleks membutuhkan waktu antara 1 sampai 4 jam

untuk sampai ke usus halus sehingga kadar gula dalam darah juga lebih terkontrol.

Walaupun karbohidrat kompleks dapat mencegah peningkatan gula darah, tetapi

mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar juga akan menyebabkan kegemukan.

Oleh sebab itu, dibutuhkan bahan pangan yang tidak memberikan dampak yang

buruk bagi kesehatan.

Salah satu bentuk karbohidrat kompleks adalah pati resisten yaitu jenis pati

yang tidak tercerna dalam sistem pencernaan manusia yang memiliki sifat fisiologis

yang unik yang dapat digunakan untuk meningkatkan serat pangan dengan sedikit

perubahan dari penampakan dan sifat organoleptiknya. Pati resisten tersebut akan

dihasilkan melalui proses pengolahan pati seperti proses fisik, proses kimia, dan

(25)

Ubi kayu merupakan bahan pangan lokal yang ternyata tidak hanya

mengandung pati biasa dalam jumlah besar tetapi juga memiliki sifat fungsional yang

sangat bermanfaat bagi manusia. Sifat fungsional yang penting pada pati ubi kayu di

antaranya adalah kandungan pati resisten yang sifatnya mirip dengan serat pangan.

Kandungan dan karakteristik pati resisten ubi kayu akan berbeda-beda untuk

masing-masing varietas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang proses produksi

pati resisten dan karakteristik pati resisten dari berbagai varietas ubi kayu, dalam hal

ini adalah varietas ubi kayu yang banyak ditanam di Sumatera Utara yaitu ubi kayu

ketan, ubi kayu kuning, ubi kayu gunting saga, dan ubi kayu roti.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik pati alami

dari empat varietas ubi kayu yang ada di Sumatera Utara yaitu ubi kayu ketan, ubi

kayu kuning, ubi kayu gunting saga dan ubi kayu roti, mempelajari pengaruh proses

fisik dan proses kimia terhadap produksi pati resisten pada empat varietas ubi kayu,

dan untuk mengetahui karakteristik pati modifikasi yang dihasilkan dari beberapa

proses modifikasi pati pada empat varietas ubi kayu.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai sumber informasi ilmiah dan rekomendasi baik bagi pemerintah

maupun pihak industri dalam memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan pangan yang

(26)

modifikasi yang dihasilkan juga dapat menjadi peluang sebagai bahan baku bagi

industri pangan fungsional sehingga mendorong munculnya produk-produk ubi kayu

yang lebih beragam dan mendorong berkembangnya industri berbahan pati resisten

ubi kayu. Hal ini pada akhirnya akan dapat meningkatkan nilai jual komoditas ubi

kayu dan meningkatkan pendapatan petani ubi kayu.

Hipotesis Penelitian

Varietas ubi kayu, proses modifikasi pati ubi kayu (proses fisik dan proses

kimia), serta interaksi antara varietas dan proses modifikasi pati berpengaruh

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Ubi Kayu (Manihot esculenta)

Ubi kayu (Manihot esculenta) tumbuh dengan sangat baik di daerah-daerah

dengan suhu antara 25oC-29oC dengan ketinggian daerah sekitar 1.500 m. dpl.

ke bawah, dan dengan rata-rata curah hujan antara 1.000-1.500 mm per tahun. Akan

tetapi, tanaman ini juga dapat tumbuh di daerah kering dengan hasil yang lebih

rendah. Untuk hasil panen yang lebih baik dapat diperoleh dengan pemberian pupuk

potash (kalium karbonat). Beberapa varietas tanaman ubi kayu yang banyak

memberikan hasil adalah sebagai berikut:

1. Jenis Mangi yaitu umbi-umbian berbentuk panjang bertangkai, kadar zat tepung

sekitar 37%, rasanya manis, dan umbi yang dihasilkan sebanyak ±200

kuintal/hektar luas pertanaman.

2. Jenis Valenca yaitu umbi-umbian yang berukuran sedang sampai gemuk dan

bertangkai, kadar zat tepung 33,1%, rasanya manis, dan umbi yang dihasilkan

sebanyak 200 kuintal per hektar luas pertanaman.

3. Jenis Betawi yaitu umbi-umbian yang berukuran gemuk dan tidak bertangkai,

kadar zat tepung ± 34,4%, rasanya manis, dan umbi yang dihasilkan sebanyak

200-300 kuintal per hektar luas pertanaman.

4. Jenis Bogor yaitu umbi-umbian yang berukuran gemuk dan bertangkai, kadar zat

tepung 30,9%, rasanya pahit dan beracun, dan umbi yang dihasilkan sebanyak

400 kuintal per hektar luas pertanaman.

(28)

5. Jenis Basiorao yaitu umbi-umbian yang berukuran agak gemuk dan bertangkai,

kadar zat tepung 31,2%, beracun dan rasanya pahit, dan umbi yang dihasilkan

sebanyak 300 kuintal per hektar luas pertanaman.

6. Jenis Sao Pedro Petro yaitu umbi-umbian yang berukuran sedang sampai gemuk

dan bertangkai, kadar zat tepung 35,4%, pahit dan beracun, dan umbi yang

dihasilkan sebanyak 400 kuintal per hektar luas pertanaman.

7. Jenis Muara yaitu umbi-umbian yang berukuran gemuk, kadar zat tepung 26,9%,

sangat beracun, dan umbi yang dihasilkan sebanyak 400 kuintal per hektar luas

pertanaman

(Kartasapoetra, 1989).

Komponen fisik ubi kayu terdiri dari kulit, biasanya terdapat 2 lapis kulit

yaitu kulit luar dan kulit dalam. Diikuti oleh daging ubi kayu dengan lapisan

kambium dan daging ubi kayu yang berwarna putih, kuning atau gading.

Umbi-umbinya kaya akan karbohidrat dan dapat diolah dengan berbagai macam

pengolahan seperti peragian ubi yang disebut dengan tape ubi. Umbi yang mentah

dapat diolah menjadi tepung tapioka dan daunnya yang kering dimanfaatkan untuk

pakan ternak (Syarief dan Irawati, 1988).

Ubi kayu/singkong (Manihot esculenta) merupakan sejenis tanaman

umbi-umbian yang mengandung karbohidrat tinggi dengan kadar amilosa yang rendah dan

amilopektin yang tinggi sehingga dapat dijadikan bahan makanan sumber

karbohidrat sebagai pengganti beras. Karbohidrat yang tinggi pada ubi kayu ternyata

merupakan sifat yang tidak dimiliki oleh umbi-umbian lainnya sehingga ubi kayu

dapat dimanfaatkan secara luas (Rismayani, 2007). Kandungan gizi yang terkandung

(29)

Tabel 2. Kandungan gizi dalam 100 gram ubi kayu

Komponen gizi Kadar per 100 gram bahan

Energi 146 Kal

Karbohidrat 34,7 g

Protein 1,2 g

Lemak 0,3 g

Mineral 1,3 g

Zat besi 0,0007 mg

Kalsium 0,003 mg

Fosfor 0,004 mg

Vitamin C 0,003 mg

Vitamin B 0,006 mg

Air 62,5 g

Sumber : Suprapti (2005)

Pati

Pati merupakan karbohidrat yang terdiri atas amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah bagian polimer linier dengan ikatan α-(1,4) unit glukosa yang

memiliki derajat polimerisasi setiap molekulnya yaitu 102-104 unit glukosa. Sedangkan amilopektin merupakan polimer α-(1,4) unit glukosa yang memiliki

percabangan α-(1,6) unit glukosa dengan derajat polimerisasi yang lebih besar yaitu

104-105 unit glukosa. Bagian percabangan amilopektin terdiri dari α-D-glukosa

dengan derajat polimerisasi sekitar 20-25 unit glukosa (Kusnandar, 2011).

Jumlah pati yang dihasilkan dengan beberapa perbandingan molekul amilosa

dan amilopektin tergantung dari sumber tanaman asal, seperti tapioka yang hanya

mengandung amilosa sebesar 17% dan sisanya adalah amilopektin yaitu sebesar 83%

sedangkan pada jagung jumlah amilosa bisa mencapai 25% sampai 80% dan sisanya

amilopektin (Smith, 1982).

Menurut Winarno (1992), kandungan pati yang terdapat di dalam ubi kayu

adalah 34,6%. Amilosa merupakan fraksi pati yang terlarut. Molekul amilosa yang

(30)

semakin paralel dengan ikatan hidrogen. Apabila afinitas tersebut menurun maka

ukuran pati akan membesar sehingga pada konsentrasi rendah akan terjadi presipitasi

dan pada konsentrasi tinggi akan terbentuk gel. Hubungan antara molekul amilosa ini

disebut retrogradasi.

Amilopektin merupakan fraksi pati yang tidak larut. Berbeda dengan amilosa

dengan struktur yang lurus, struktur amilopektin yang bercabang cenderung tidak

sekuat dan sefleksibel amilosa (Winarno, 1992). Dalam struktur granula pati, posisi

amilosa dan amilopektin berada dalam suatu cincin-cincin dengan jumlah cincin

sekitar 16 buah dalam suatu granula pati. Cincin-cincin dalam suatu granula pati

tersebut terdiri atas lapisan-lapisan yaitu cincin lapisan amorf dan cincin lapisan

semikristal (Hustiany, 2006).

Saat dipanaskan maka granula pati akan mengalami pengembangan dan

bersifat tidak kembali ke bentuk semula yang disebut dengan gelatinisasi. Proses

gelatinisasi ini terjadi akibat hilangnya sifat polarisasi cahaya pada hilum yang akan

tercapai pada titik suhu tertentu. Ikatan granula yang bervariasi pada pati merupakan

faktor yang menentukan besarnya suhu untuk mencapai gelatinisasi. Kisaran suhu

gelatinisasi pada kentang 57-870C, tapioka 68-920C, gandum 50-860C, corn waxy

68-900C, jagung 70-890C (Swinkels, 1985). Komposisi amilosa dan amilopektin dapat

dilihat pada Tabel 3 dan Struktur amilosa dan amilopektin dapat dilihat pada

Gambar 1. Tabel 3. Komposisi amilosa dan amilopektin

Properti Amilosa Amilopektin

Struktur umum Lurus Bercabang

Ikatan α-1,4 α-1,4 dan α-1,6

Panjang rantai rata-rata ~ 103 20-25 Derajat polimerisasi ~ 103 104-105

Kompleks dengan iod Biru (~ 650 nm) Ungu-Coklat (~ 550 nm) Kemampuan membentuk

gel dan film

Kuat Lemah

(31)

Gambar 1. Struktur molekul amilosa dan amilopektin (Eliasson, 2004)

Granula pati berwarna putih, mengkilat, tidak berbau, dan tidak berasa

apabila dalam keadaan murni. Granula pati memiliki bentuk dan ukuran yang

bervariasi. Bentuk, ukuran, dan sifat granula pati tergantung dari sumber patinya, ada

yang berbentuk bulat, oval, atau tak beraturan (Koswara, 2006). Karakteristik

granula pati dapat dilihat pada Tabel 4, sifat granula beberapa jenis pati pada Tabel

5, dan karakteristik gelatinisasi beberapa jenis pati pada Tabel 6.

Tabel 4. Karakteristik granula pati

Sumber Diameter

Kisaran (µm) Rata-rata (µm)

Jagung 21-96 25

Kentang 15-100 33

Ubi Jalar 15-55 25-50

Tapioka 6-36 20

Gandum 2-38 20-22

Beras 3-9 5

(32)

Tabel 5. Sifat granula beberapa jenis pati

Pati Tipe Diameter Bentuk

Jagung Biji-bijian 15 µm Melingkar, poligon

Kentang Umbi-umbian 33 µm Oval, bulat

Gandum Biji-bijian 15 µm Melingkar, lentikuler

Tapioka Umbi-umbian 33 µm Oval, kerucut potong

Sumber : Beyum dan Roels (1985) di dalam Koswara (2006) Tabel 6. Karakteristik gelatinisasi beberapa jenis pati

Pati

Sumber : Beyum dan Roels (1985) di dalam Koswara (2006)

Pati Resisten

Pati dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok pati yaitu pati dengan

daya cerna cepat atau rapid digestible starch (RDS) dan pati dengan daya cerna

lambat atau slowly digestible starch (SDS). RDS adalah fraksi pati yang

menyebabkan kenaikan glukosa darah setelah makanan masuk ke dalam saluran

pencernaan, sedangkan SDS adalah fraksi pati yang dicerna sempurna dalam usus

halus dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan RDS. Selain itu, ada pula

pati resisten (resistant starch) yang merupakan fraksi pati yang tidak dapat dicerna

oleh usus halus tetapi dapat terfermentasi di dalam usus besar. Pati resisten dapat

diperoleh secara alami dari kentang mentah, pisang mentah, serealia, dan juga bahan

pangan lain melalui proses modifikasi (Kusnandar, 2011)

Pati resisten (Resistant Starch/RS) merupakan istilah yang digunakan dalam

ilmu gizi dan ilmu pangan sebagai jenis pati yang tidak tercerna (resisten) dalam

saluran sistem pencernaan manusia. Pati resistan memiliki sifat fisiologis yang unik

(33)

lainnya. Pati resistan dapat digunakan untuk meningkatkan serat pangan dengan

sedikit perubahan dari penampakan dan sifat organoleptik pangan. Menurut metode

pengukurannya, definisi pati resistan harus merefleksikan seberapa besar pati

dicerna serta apa yang terjadi pada pati tersebut saat melalui proses pencernaan

(Wikipedia, 2011).

Pati resisten memiliki cakupan yang luas dan berbagai macam jenis yang

terbagi menjadi empat jenis yaitu RS1, RS2, RS3, dan RS4. RS1 secara fisik

merupakan pati yang terperangkap diantara matriks, protein dan dinding sel tanaman

seperti pada biji-bijian atau leguminosa dan biji yang tidak diproses. RS2 merupakan granula pati yang tahan terhadap pencernaan oleh enzim α-amilase. RS2 terdapat

pada bahan pangan yang patinya dimakan secara mentah atau ketika granulanya tidak

tergelatinisasi selama proses pemasakan seperti kentang yang belum dimasak, pati

jagung atau pati pisang yang tinggi amilosa. RS3 adalah pati retrogradasi, nonanguler

atau pati yang untuk dimakan. RS jenis ini terbentuk akibat proses pengolahan dan

pendinginan seperti kentang yang dimasak lalu didinginkan. RS4 merupakan jenis

pati resisten yang terbentuk akibat modifikasi secara kimia melalui asetilasi dan

hidroksipropilasi yang akan mempengaruhi aksi dari enzim amilase (tahan

cerna). Daya hambat terhadap kerja enzim tergantung pada jenis dan panjang

ikatan (Wikipedia, 2011).

Proses Fisik

Proses gelatinisasi, propagasi, dan perlakuan panas dibutuhkan untuk

menghasilkan pati dengan kalori rendah yang erat kaitannya dengan sifat tahan cerna

pati tersebut selama proses pencernaan di dalam tubuh. Perlakuan panas dilakukan

(34)

digunakan pada proses pengolahan untuk menghasilkan pati resisten ini pada

umumnya di atas suhu gelatinisasi pati. Cara lain untuk memperoleh pati resisten

yaitu dengan secara simultan melalui proses pengeringan dengan menggunakan alat

seperti drum driers atau extruder(Sajilata, et al., 2006).

Proses pemanasan dan pendinginan dapat mempengaruhi karakteristik pati

resisten. Proses produksi pati resisten akan optimal pada titik suhu gelatinisasi pati

yaitu pada suhu 120oC selama 20 menit dan kemudian melalui proses pendinginan

pada suhu ruang (Kusnandar, 2011).

Proses pendinginan pati yang telah tergelatinisasi akan mengakibatkan

perubahan pada struktur pati tersebut. Perubahan struktur tersebut akan membentuk

pati teretrogradasi yaitu pati dengan kristal baru yang tidak larut. Gelatinisasi

dan retrogradasi pada proses pengolahan pati memiliki pengaruh terhadap

daya cerna pati pada proses pencernaan oleh enzim amilase di dalam usus halus

(Calixto dan Abia, 1991).

Peningkatan kadar pati resisten sebesar 1% pada bahan baku gandum dapat

dicapai melalui proses autoclaving atau pemanasan dengan uap bertekanan tinggi.

Proses autoclaving dapat meningkatkan kadar pati resiten tiga kali lebih banyak

pada tepung roti dan empat kali lebih banyak pada tepung produk pastry

(Siljestrom dan Asp, 1985).

Berdasarkan hasil penelitian Marsono dan Topping (1999) menunjukkan

bahwa proses parboiling dapat meningkatkan kandungan pati resisten pada beras.

Parboiling merupakan proses pemanasan terhadap pati sebelum proses pengolahan

lebih lanjut. Peningkatan kadar pati resisten juga dapat dicapai melalui proses

(35)

Proses Kimia

Proses produksi pati resisten, selain dengan proses fisik, juga dapat

dilakukan melalui modifikasi kimia. Proses kimia juga menggunakan pemanasan.

Pati yang dimodifikasi khususnya yang berkelembapan rendah. Hasil dari modifikasi

ini akan membentuk oligosakarida dan 1,6-anhidro-B-D-glukopiranosa yang

merupakan senyawa yang sangat reaktif. Proses kimia dapat membentuk pati

tahan cerna yang tidak dapat didegradasi atau dicerna oleh enzim amilase

(Calixto dan Abia, 1991)

Menurut Meisel (1941) di dalam Wulan, et al. (2007), kekuatan

pembentukan gel meningkat karena peningkatan asam dan menurunkan waktu reaksi

atau sebaliknya penurunan konsentrasi asam akan meningkatkan waktu reaksi

sehingga dapat dilakukan pati termodifikasi asam dengan tingkat pembentukan gel

yang berbeda-beda pada fluiditas yang sama. Apabila kadar asam ditingkatkan maka

viskositas dari pati termodifikasi tersebut juga akan menurun.

Proses produksi pati resisten yang sederhana dapat dilakukan dengan

perlakuan asam. Metode modifikasi hidrolisis asam merupakan metode modifikasi dengan cara menghidrolisis ikatan α-D glukosa dari molekul pati sehingga

terjadi pelemahan struktur granula pati, molekul pati yang lebih pendek dan dapat

mengubah kekentalannya menjadi lebih rendah saat pemasakan (Kusnandar, 2011).

Perlakuan asam dengan perbandingan pati dari HCl 160 : 1 pada suhu 90°C selama 1

jam dapat menghasilkan pati resisten 49,50%. Proses produksi pati resisten juga

dapat dilakukan melalui modifikasi HCl 1% (w/w) pada suhu 25°C selama

kurang lebih 78 jam yang menghasilkan pati resisten 35%. Modifikasi kimia

(36)

hingga 63,20%. Pada modifikasi secara kimiawi dengan menggunakan HCl,

keberadaan Cl- akan berikatan dengan polimer pati sehingga terjadi ikatan

silang yaitu interaksi antara Cl--amilosa dan Cl--amilopektin yang

menyebabkan struktur pati menjadi kuat dan mampu menahan hidrolisis

enzim sehingga meningkatkan pati resisten (Munoz, et al., 2001).

Studi Pendahuluan yang Telah Dilaksanakan

Penelitian pendahuluan yang telah dilaksanakan adalah optimalisasi proses

modifikasi pati untuk meningkatkan kadar pati resisten pada pati ubi kayu(manihot

esculenta crantz) dan pengaruhnya terhadap absorpsi glukosa, trigliserida dan

kolesterol secara in vivo. Penelitian ini menggunakan bahan dasar ubi kayu.

Modifikasi pati yang menghasilkan kadar pati resisten tertinggi akan diuji secara in

vivo untuk mengetahui pengaruh pati resisten terhadap penyerapan glukosa,

trigliserida dan kolesterol. Pengujian ini dilakukan pada tikus wistar. Pati yang

menghasilkan kadar pati resisten paling tinggi adalah pati debranching tanpa

modifikasi fisik/kimia (kadar pati resisten : 8,29%). Perlakuan debranching terbukti

memberikan pengaruh nyata terhadap kadar pati resisten. Penelitian selanjutnya

menunjukkan kemampuan pati resisten untuk menurunkan kadar glukosa darah dan

(37)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 – April 2013 di

Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan dan Teknologi Pangan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sedangkan pengujian sifat amilografi

dilakukan di Laboratorium PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor,

pengujian kadar pati resisten di Laboratorium CV. Chemix Pratama, Yogyakarta, dan

pengujian bentuk dan ukuran granula pati di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati alami dari

empat varietas ubi kayu lokal Sumatera Utara, yaitu ubi kayu ketan, ubi kayu kuning,

ubi kayu gunting saga dan ubi kayu roti. Empat varietas ubi kayu tersebut diperoleh

dari petani ubi kayu Desa Tambakrejo Kabupaten Deli Serdang dengan usia panen

rata-rata 10 bulan.

Reagensia

Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk modifikasi pati adalah HCl 1%

dan 2%, NaOH 0,1 N, dan akuades serta bahan-bahan untuk analisa sifat fisika-kimia

dan fungsional pati ubi kayu seperti etanol, NaOH, H2SO4 pekat, K2SO4, CuSO4,

(38)

Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk ekstraksi pati ubi kayu yaitu mesin

penggiling, oven, sieve shaker, saringan 80 mesh. Peralatan yang digunakan untuk

modifikasi pati ubi kayu dengan proses fisik adalah autoclave, refrigerator, oven.

Peralatan yang digunakan untuk modifikasi pati ubi kayu dengan proses kimia adalah

waterbath, oven. Peralatan yang digunakan untuk karakterisasi sifat fisika-kimia dan

fungsional pati alami dan pati termodifikasi adalah neraca analitik, cawan

aluminium, cawan porselin, desikator, mikroskop polarisasi, hot plate, Rapid Visco

Analyzer (RVA), soxhlet, kjedhal, oven, spektrofotometer, pH meter.

Metode Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu :

a. Tahap 1 : Pembuatan pati alami dari 4 varietas ubi kayu (V).

V1= Ubi kayu ketan

V2= Ubi kayu kuning

V3= Ubi kayu gunting saga

V4= Ubi kayu roti

Semua perlakuan dibuat dalam 5 kali ulangan. Parameter mutu pati yang diamati

meliputi karakteristik fisikokimia dan fungsional meliputi sifat amilografi

dengan Rapid Visco Analyzer (RVA), bentuk dan ukuran granula pati

(Mikroskop Polarisasi), kadar air (AOAC, 1995), nilai pH, kadar abu

(SNI-01-3451-1994), kadar lemak dengan metode Soxhlet (AOAC, 1995), kadar

protein dengan metode Mikro-Kjeldhal (AOAC, 1995), pengukuran kadar pati

resisten (Kim, et al., 2003), kadar pati dengan metode hidrolisis asam

(39)

b. Tahap 2 : Modifikasi pati dengan metode fisik dan kimia. Penelitian ini

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu pati

alami dari 4 varietas ubi kayu dan metode modifikasi pati resisten.

Faktor I : Varietas ubi kayu (V)

V1= Pati alami ubi kayu ketan

V2= Pati alami ubi kayu kuning (mentega)

V3= pati alami ubi kayu gunting saga

V4= Pati alami ubi kayu roti

Faktor II : Metode modifikasi pati resisten (P)

P1= Autoclaving(110oC)

P2= Autoclaving(121oC)

P3= Penambahan HCl 1%

P4= Penambahan HCl 2%

Semua perlakuan dibuat dalam 3 kali ulangan. Pati termodifikasi yang dihasilkan

kemudian dilakukan pengujian karakteristik fisikokimia dan fungsional meliputi

sifat amilografi dengan Rapid Visco Analyzer(RVA), bentuk dan ukuran granula

pati (Mikroskop Polarisasi), kadar air (AOAC, 1995), nilai pH, kadar abu

(SNI-01-3451-1994), kadar lemak dengan metode Soxhlet (AOAC, 1995), kadar

protein dengan metode Mikro-Kjeldhal (AOAC, 1995), pengukuran kadar pati

resisten (Kim, et al., 2003), kadar pati dengan metode hidrolisis asam

(Apriyantono, et al., 1989), dan analisis total gula (Dubois, et al., 1956).

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua

(40)

Ŷijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk

dimana:

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor V pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j

dalam ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor V pada taraf ke-i

βj : Efek faktor P pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor V pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j

εijk : Efek galat dari faktor V pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j dalam

ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range(LSR).

Pelaksanaan Penelitian

Ekstraksi pati ubi kayu

Ubi kayu (ubi kayu ketan, ubi kayu kuning, ubi kayu gunting saga, dan ubi

kayu roti) dikupas dan dicuci kemudian ditimbang beratnya. Bahan dihaluskan

dengan menggunakan alat penghalus sampai bahan halus menjadi bubur. Setelah itu,

bubur bahan ditambahkan air (1 bagian bubur ditambah dengan 3 bagian air) dan

diaduk-aduk agar pati lebih banyak keluar dari jaringan bahan. Kemudian bubur

bahan ubi kayu (ubi kayu ketan, ubi kayu kuning, ubi kayu gunting sagu, dan ubi

kayu roti) disaring dengan kain saring sehingga pati lolos dari saringan sebagai

suspensi pati dan serat tertinggal pada kain saring. Suspensi pati ditampung pada

wadah pengendapan. Lalu suspensi pati dibiarkan mengendap di dalam wadah

(41)

mengendap, pasta dicuci berulang kali. Kemudian pasta diletakkan di atas loyang dan

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 50oC selama 24 jam. Setelah pati

kering, selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan blender dan diayak dengan

ayakan yang berukuran 80 mesh. Dihasilkan pati ubi kayu dan dikemas di dalam

plastik dalam keadaan tertutup rapat.

Modifikasi proses fisik

Prosedur modifikasi proses fisik mengacu pada metode Sajilata, et al., (2006).

Pati alami ubi kayu (ubi kayu ketan, ubi kayu kuning, ubi kayu gunting saga, dan ubi

kayu roti) disuspensikan dengan cara menambahkan air dengan perbandingan pati

dan air yaitu 1:3. Kemudian suspensi tersebut dipanaskan dengan menggunakan

autoclavepada suhu tinggi selama 30 menit. Suhu pemanasan yang digunakan pada

penelitian ini adalah suhu 110oC (Berry, 1986 di dalam Herawati, 2010) dan suhu

121oC (Berry (1986) di dalam Herawati (2010); Bjorck dan Nyoman (1987) di dalam

Herawati (2010); Sievert dan Pomeranz (1989) di dalam Herawati (2010); Sievert

dan Wursch (1993) di dalam Herawati (2010)). Setelah dipanaskan, suspensi pati

didinginkan pada suhu ruang selama 20 menit dan dilanjutkan dengan penyimpanan

pada suhu 4oC selama 24 jam. Kemudian dikeringkan pada suhu 60oC selama 24 jam

dan setelah itu dihaluskan. Pati yang telah dihaluskan, diayak dengan menggunakan

ayakan 80 mesh. Pati yang lolos dikemas dengan menggunakan plastik dan tertutup

rapat.

Modifikasi proses kimia

Prosedur modifikasi proses kimia mengacu pada metode Haryati (2004). Pati

alami ubi kayu (ubi kayu ketan, ubi kayu kuning, ubi kayu gunting saga, dan ubi

(42)

Pada penelitian ini, 90 gr pati alami disuspensikan ke dalam 300 ml HCl dengan

konsentrasi 1% dan 2%. Suspensi pati tersebut dipanaskan dengan menggunakan

penangas air. Selama pemanasan, dilakukan pengadukan secara terus-menerus untuk

menghomogenkan pati yang tergelatinisasi. Pemanasan dilakukan selama 1 jam.

Setelah itu pati yang telah tergelatinisasi didinginkan pada suhu ruang selama 20

menit dan dilanjutkan dengan pengeringan pada suhu 50oC selama 24 jam. Pati yang

telah kering, dihaluskan dan disuspensikan kembali dengan 100 ml air kemudian

dinetralkan dengan menambahkan NaOH 0,1 N sampai pH netral (7). Setelah itu,

pati dibiarkan mengendap kembali kemudian airnya dibuang. Pati yang telah

mengendap dikeringkan kembali pada suhu 50oC selama 24 jam. Setelah kering,

dihaluskan dan disuspensikan dengan menambahkan air kembali lalu diendapkan dan

pati yang mengendap dikeringkan pada suhu 50oC selama 12 jam. Setelah kering,

pati dihaluskan dan diayak dengan ayakan 80 mesh. Pati yang lolos dikemas dengan

plastik tertutup rapat.

Pengamatan dan pengukuran data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa. Pada pati

ubi kayu baik yang alami maupun yang termodifikasi fisik dan kimia diamati

karakteristik fisiko kimia meliputi kadar air, nilai pH, kadar abu, kadar protein, kadar

lemak serta sifat fungsional meliputi sifat amilografi, bentuk dan ukuran granula pati,

kadar pati, kadar pati resisten, dan total gula.

Kadar air (AOAC, 1995)

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah

(43)

tersebut dipanaskan pada suhu 105oC selama tiga jam, kemudian didinginkan dalam

desikator sampai dingin kemudian ditimbang. Pemanasan dan pendinginan dilakukan

berulang sampai diperoleh berat sampel konstan.

Kadar air = Berat sampel awal – Berat sampel akhir x 100% Berat sampel awal

Kadar abu (SNI-01-3451-1994)

Sampel sejumlah 5 g dimasukkan ke dalam cawan porselin kering yang telah

diketahui beratnya (yang terlebih dulu dibakar dalam tanur dan didinginkan dalam

desikator). Kemudian sampel dipijarkan di atas pembakar mecker kira-kira 1 jam,

mula-mula api kecil dan selanjutnya api dibesarkan secara perlahan-lahan sampai

terjadi perubahan contoh menjadi arang. Arang dimasukkan ke dalam tanur dengan

suhunya 580 – 620oC sampai terbentuk abu. Cawan yang berisi abu dipindahkan ke

dalam oven pada suhu sekitar 100oC selama 1 jam. Setelah itu cawan yang berisi abu

didinginkan dalam desikator sampai mencapai suhu kamar dan selanjutnya ditimbang

beratnya. Pemijaran dan pendinginan diulangi sehingga diperoleh perbedaan berat

antara dua penimbangan berturut-turut lebih kecil dari 0,001 g. Kadar abu dihitung

dengan formula sebagai berikut.

Kadar abu =

(g) sampel bobot

(g) abu bobot

x 100 %

Kadar lemak (AOAC, 1995)

Analisa lemak dilakukan dengan metode Soxhlet. Sampel sebanyak 5 g

dibungkus dengan kertas saring, kemudian diletakkan diletakkan dalam alat ekstraksi

Soxhlet. Alat kondensor dipasang diatasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut

lemak heksan dimasukkan ke dalam labu lemak, kemudian dilakukan reflux selama ±

(44)

ada dalam labu lemak didestilasi dan ditampung kembali. Kemudian labu lemak

yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC hingga

mencapai berat yang tetap, kemudian didinginkan dalam desikator. Labu beserta

lemaknya ditimbang.

Kadar

(g) Sampel Bobot

(g) Lemak Bobot

Lemak  x 100 %

Kadar protein (metode kjeidahl, AOAC, 1995)

Sampel sebanyak 0,2 g yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu

kjedhal 30 ml selanjutnya ditambahkan dengan 1,5 ml H2SO4 pekat, 2 g katalis

(CuSO4 dan K2SO4). Sampel dididihkan selama 2 jam atau sampai cairan bewarna

hijau kebiruan. Labu beserta isinya didinginkan lalu isinya dipindahkan ke dalam alat

destilasi dan ditambahkan 15 ml larutan NaOH 40%. Kemudian dibilas dengan air

suling. Labu erlenmeyer 250 ml berisi H2SO40,025N diletakan di bawah kondensor,

sebelumnya ditambahkan ke dalamnya 2 – 4 tetes indikator mengsel (campuran metil

merah 0,02% dalam alkohol dan metil biru 0,02% dalam alkohol dengan

perbandingan 2:1). Ujung tabung kondensor harus terendam dalam labu larutan

H2SO4, kemudian dilakukan destilasi hingga sekitar 125 ml destilat dalam labu

erlenmeyer. Ujung kondensor kemudian dibilas dengan sedikit air destilat dan

ditampung dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi

perubahan warna ungu menjadi hijau. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang

sama.

Kadar Protein = ( A-B) X N X 0,014 X 6,25 x 100% Bobot Sampel

A = ml NaOH untuk tittrasi blanko B = ml NaOH untuk titrasi sampel

(45)

Nilai pH

Sampel ditimbang sebanyak 10 g, dimasukkan dalam beaker glass, ditambah

dengan 100 ml akuades, kemudian diaduk. Diukur Nilai pH dengan menggunakan

pH meter (Hanna Instrument).

Sifat amilografi dengan Rapid Visco Analyzer(RVA)

Karakteristik pasta diukur dengan menggunakan Rapid Visco Analyzer

(RVA). Sebanyak ± 3 g dilarutkan secara langsung pada akuades sebanyak ± 25 ml

pada canister. Pada pengukurannya digunakan standard dua dimana sampel akan

diatur suhu awalnya 50oC dalam satu menit pertama kemudian dipanaskan sampai

suhu 95oC dalam waktu 7,5 menit dan ditahan pada suhu tersebut selama 5 menit.

Setelah itu, suhu sampel didinginkan kembali pada suhu awal 50oC selama 7,5 menit

dan ditahan selama 2 menit. Kecepatan rotasi diatur pada 160 rpm selama proses

berlangsung. Parameter yang dapat diukur antara lain suhu awal gelatinisasi,

viskositas puncak (VP), viskositas pasta panas (VPP), viskositas akhir (FV) pada

akhir pendinginan, viskositas breakdown (BD=VP-VPP), viskositas setback

(SB=FV-VPP), suhu pada saat viskositas puncak.

Kadar pati (hidrolisis asam, Apriyantono et al., 1989)

Sampel sebanyak 2-5 g yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam beaker

glass 250 ml, selanjutnya ditambahkan 50 ml alkohol 80 % dan diaduk selama 1 jam.

Suspensi tersebut disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan air sampai volume

filtrat 250 ml. filtrat ini mengandung karbohidrat yang terlarut dan dibuang. Residu

pati yang terdapat pada kertas saring dicuci sebanyak 5 kali dengan 10 ml ether.

Gambar

Tabel 2. Kandungan gizi dalam 100 gram ubi kayu
Tabel 4. Karakteristik granula pati
Tabel 5. Sifat granula beberapa jenis pati
Gambar 2. Skema ekstraksi pati ubi kayu Dihaluskan dengan menggunakan blenderDikeringkan di oven dengan suhu 50o C selama 24 jam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada responden dengan pengetahuan tentang menggosok gigi yang kurang proporsi skor plak kurang lebih besar (79,8%) dibandingkan dengan yang skor

Menurut Hasbullah (2006: 75), dimensi inti telaah dari modal sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat untuk bekerjasama dalam membangun suatu

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dilengkapi Handout dapat meningkatkan

Assessment of each individual subject showed the average SPLA2 level of distal and proximal artery plaque decreased in 9 of 10 subjects with stable plaques as compared with

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Keberhasilan Revegetasi Lahan Pasca Tambang Timah di Bangka Tengah adalah karya saya dengan arahan dari

Skripsi Tindak Kekerasan Terhadap Anak di Perkotaan.. Sri

Secara simultan apakah terdapat pengaruh experiential marketing dan lokasi terhadap customer satisfaction pada Old Home 67 Cafe Sungailiat. 1.3

Faktor penyebab rendahnya keterpilihan perempuan dalam pemilihan legislatif pada tahun 2014 di Kabupaten Kepulauan Selayar Dapil 2 (Kec. Bontosikuyu) yaitu faktor