• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Periode Desember 2015 s/d Januari 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Periode Desember 2015 s/d Januari 2016"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

Nomor Telepon : 087869594131

Email : prasnajaganadan31@gmail.com

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Selangor, 31 Januari 1992

Warga Negara : Malaysia

Agama : Hindu

Status Pendidikan : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing : Abdullah Oes,drg

Judul Penelitian : PENGETAHUAN MAHASISWA

(2)

LAMPIRAN 2

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp. 1.750.000,- dengan rincian berikut:

1. Biaya pengumpulan literatur Rp 80.000 2. Biaya pembuatan proposal Rp 100.000 3. Biaya print dan fotokopi Rp 250.000 4. Biaya penjilidan dan penggandaan Rp 150.000

5. Biaya seminar Rp 1.000.000

(3)

LAMPIRAN 3

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Skripsi

Kegiatan Bulan

Oktober Nopember Desember Januari Pebruari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan dan

Pembuatan Proposal

X X X X X X X X

Seminar Proposal X

Perbaikan Proposal X

Penelitian X X X

Pengolahan data X

Pembuatan Laporan Hasil Penelitian

X X

Seminar Hasil X

(4)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam Sejahtera, Dengan Hormat,

Nama saya Prasna Jaganadan, sedang menjalani pendidikan kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteraan Gigi FKG USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner”.

Prosedur bedah mulut adalah prosedur yang banyak mengandung tantangan, terlebih lagi apabila ada pertimbangan perawatan tambahan karena adanya pasien risiko tinggi. Pasien yang menyandang penyakit kardiovaskular memerlukan penanganan secara utuh, termasuk penanganan berbagai aspek diluar masalah kardiovaskular termasuk kelainan pada gigi. Pengetahuan mengenai pencegahan terhadap endokarditis infektif, perawatan gigi sehari hari pada pasien dengan penyakit jantung sangat diperlukan oleh dokter gigi yang menangani pasien tersebut.

Penyakit jantung koroner (PJK) ialah penyakit jantung akibat perubahan obstruksi pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan fungsi jantung terganggu. Sebab utama dari PJK adalah proses aterosklerosis, dimana prosesnya sudah mulai sejak saat lahir dan merupakan suatu proses yang progresif dengan terbentuknya plak pada dinding arteri dan menyebabkan sirkulasi koroner terganggu. Gangguan pada aliran darah koroner mengakibatkan ketidakseimbangan antara penyediaan oksigen dalam darah dengan kebutuhan miokard, sehingga menimbulkan gejala-gejala klinik.

(5)

Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada Sdra/Sdri mengenai:

a. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU tentang Penyakit Jantung Koroner.

b. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU tentang penanganan dental pada pasien Penyakit Jantung Koroner.

c. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU tentang keadaan darurat Penyakit Jantung Koroner. Wawancara akan kami lakukan sekitar 30 menit. Petugas pewawancara adalah mahasiswa Fakultas Kedokteraan Gigi USU bersama peneliti.

Partisipasi Sdra/Sdri bersifat sukarela dan tanpa paksaan dan dapat mengundurkan diri sewaktu- waktu. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini Sdra/Sdri tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Sdra/Sdri membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya:

Nama : Prasna Jaganadan

Alamat : Jln Dr Mansyur, Gang Sehat, No.12A. No. HP : 087869594131

Terima kasih saya ucapkan kepada Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikut sertaan Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbagkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan,………2015/16 Peneliti,

(6)

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,………..……….2015/16

(7)

LAMPIRAN 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

Nomor :

Tanggal :

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN BEDAH MULUT RSGM-P FKG USU TENTANG CARA PENANGANAN

DENTAL PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER.

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik yang sedang berada di klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU.

2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang dianggap benar.

3. Semua pertanyaan harus dijawab.

4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

(8)

LINGKARI JAWABAN PADA PEMILIHAN JAWABAN YANG TERSEDIA 1. Apakah yang dimaksudkan dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK)?

a. Kerusakan atau gangguan pada otot jantung sehingga dinding-dinding jantung menjadi tidak bergerak secara sempurna ketika memompa darah dan menyedot darah

b. Penyakit jantung akibat perubahan obstruksi pada pembuluh darah koroner

yang menyebabkan fungsi jantung terganggu.

c. Jantung yang tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh secara efektif.

d. Keadaan peninggian kadar glukosa dalam darah yang disertai dengan defisiensi insulin.

e. Peningkatan tekanan darah secara terus-menerus dengan perubahan curah jantung dan resistansi perifer.

2. Apakah yang menyebabkan terjadinya PJK?

a. Penumpukan deposit lemak pada dinding arteri di sekitar jantung (arteri koroner).

b. Peningkatan tekanan darah secara terus-menerus dengan perubahan curah jantung dan resistansi perifer.

c. Bawaan sejak lahir ataupun karena efek samping pengobatan. d. Disebabkan oleh gangguan organ lain.

e. Peningkatan tekanan darah dalam waktu yang lama (kronis) 3. Apakah yang dimaksudkan dengan aterosklerosis?

a. Selaput yang menyelimuti jantung dan bagian dalam jantung.

b. Gangguan pada otot jantung sehingga dinding-dinding jantung menjadi tidak bergerak secara sempurna ketika memompa darah dan menyedot darah.

c. Peningkatan deposit lemak/atheroma pada dinding arteri koroner yang membuat arteri lebih sempit dan membatasi aliran darah ke otot jantung.

d. Tekanan darah meningkat secara mendadak.

(9)

4. Faktor resiko PJK yang tidak dapat diubah adalah: a. Umur, Jenis kelamin, Keturunan

b. Hipertensi, Stres, Diabetes c. Diet, Alkohol, Merokok d. Stres, Diabetes, Diet

e. Alkohol, Merokok, Hipertensi

5. Faktor resiko PJK yang dapat diubah adalah: a. Umur, Jenis kelamin, Keturunan

b. Keturunan, Ras, Umur

c. Merokok, Hipertensi, Diabetes

d. Jenis kelamin, Umur, Ras

e. Golongan darah, Keturunan, Jenis kelamin

(10)

7. Yang manakah dibawah ini merupakan klasifikasi PJK?

a. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik, Penyakit Jantung Bawaan Sianotik b. Masalah Katup Jantung, Penyakit Jantung Bawaan

c. Penyakit Jantung Arterio Sklerotik, Angina Pektoris, Infark Miokard

d. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik, Masalah Katup Jantung e. Penyakit Jantung Bawaan, Penyakit Jantung Bawaan Asianotik 8. Yang manakah dibawah ini adalah patogenesis PJK?

a. Malformasi  Deformasi  Disrupsi  Displasia

b. Ketidakseimbangan antara kebutuhan miokardium atas oksigen dengan

penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner  kebutuhan dan penyediaan oksigen meningkat  untuk meningkatkan penyediaan oksigen, aliran pembuluh darah koroner harus ditingkatkan  pembuluh darah koroner dapat melebar dapat memenuhi kebutuhan miokardium  pembuluh darah dapat mengalami stenosis dan tersumbat  terjadinya aterosklerosis.

c. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang  terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap

d. spasme pada distal colon dan sphincter anus internal  terjadi obstruksi

 bagian yang abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian yang normal akan mengalami dilatasi di bagian proksimalnya  bagian aganglionik selalu terdapt dibagian distal rectum. e. Peningkatan tekanan glomerular menyebabkan hiperfiltrasi  hiperfiltrasi

(11)

9. Tahap-tahap terjadinya ateroskelorosis adalah:

a. Normal, Pre-hipertensi, Hipertensi tahap 1, Hipertensi tahap 2 b. Lapisan berlemak, plak fibrous, plak yang mengalami komplikasi

c. Malformasi, Deformasi, Disrupsi, Displasia

d. Perubahan retina, proteinuria, hematuria, papilledema

e. Hipertrofi ventrikular kiri, gangguan penglihatan, telinga berdering 10. Keadaan dibawah ini merupakan gejala klinis PJK, yaitu:

a. Angina, sesak napas, gagal jantung

b. Demam, mual muntah, sakit kepala c. Batuk, pilek, selsema

d. Mual muntah, sakit kepala, angina e. Selsema, demam, sesak napas

11. Yang manakah urutan yang betul untuk menegakkan diagnosis pada pasien PJK untuk perawatan gigi?

a. Pemeriksaan laboratorium, Anamnesa (wawancara), Pemeriksaan penunjang, riwayat medis, perawatan gigi.

b. Perawatan gigi, Pemeriksaan fisik, Anamnesa (wawancara), riwayat medis, pemeriksaan laboratorium.

c. Anamnesa (wawancara), Riwayat medis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan

penunjang, Pemeriksaan laboratorium.

d. Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang, Pemeriksaan laboratorium, anamnesa (wawancara), riwayat medis.

e. Pemeriksaan penunjang, Pemeriksaan laboratorium, Anamnesa (wawancara), Riwayat medis, Pemeriksaan fisik

12. Manifestasi oral dapat dijumpai pada pasien PJK yang mengkonsumi obat anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus adalah:

a. Xerostomia, Lichenoid Reaction, Hiperplasia Gingiva b. Kanker mulut, Ulser mulut, Penyakit Periodontal c. kandidiasis, Penyakit Periodontal, Leukoplakia d. Gingivitis, Periodontitis, Xerostomia

(12)

13. Tindakan yang diperlukan untuk persiapan sebelum perawatan gigi pada pasien PJK adalah:

a.Mengukur suhu badan sebelum perawatan, jika perlu beri premedikasi setengah/satu jam sebelum melakukan perawatan.

b.Mengukur tekanan darah, jika perlu beri premedikasi setengah/satu jam sebelum melakukan perawatan.

c.Memberi antibiotik sebelum perawatan, jika perlu beri premedikasi setengah/satu jam sebelum melakukan perawatan.

d.Memberi antihistamin, jika perlu beri premedikasi setengah/satu jam sebelum melakukan perawatan.

e.Memberi kortikosteroid, jika perlu beri premedikasi setengah/satu jam sebelum melakukan perawatan.

14. Perlukah diberi premedikasi jika tekanan darah antara 160-190mmHg/95-110mmHg?

a. Ya

b. Tidak c. Ragu-ragu d. Tidak sadar e. Tidak tahu

15. Apakah tindakan yang dilakukan pada pasien dengan tekanan darah melebihi 190/110mmHg?

a.Memberi premedikasi.

b.Lanjutkan perawatan bedah mulut.

c.Tidak boleh melakukan perawatan bedah mulut dan pasien harus segera konsultasi dengan dokter spesialis jantung.

(13)

16. Berikut ini yang manakah waktu terbaik untuk melakukan perawatan gigi pada pasien PJK?

a. Pagi b. Siang

c. Malam d. Semua diatas e. Tidak tahu

17. Jenis anastesi lokal yang manakah lebih efektif untuk pasien PJK? a. Epineprin

b. Prokain c. Kokain d. Semua diatas e. Tidak tahu

18. Berapakah konsentrasi epineprin untuk pasien PJK? a. 1 : 50000

b. 1 : 100000

c. 1 : 80000 d. 1: 60000 e. 1: 90000

19. Apakah tindakan pertama perlu dilakukan jika seorang mengalami nyeri dada/gejala agina?

a. Hentikan tindakan yang dilakukan

(14)

20. Kegunaan pemberian Nitroglycerin pada keadaan emergensi untuk penderita PJK adalah:

a. Mengurangi sesak napas/dispnoe b. Mengurangi sakit pada dada (angina)

c. Menurunkan tekanan darah

d. Menghentikan sakit dada (angina) e. Semua diatas

21. Dosis yang diperlukan dan cara pemberian nitroglycerin adalah: a. 0.04mg secara sublingual

b. 0.06mg dengan mengunyah dan menelan c. 0.08mg dengan menelan

d. Semua diatas e. Tidak tahu

22. Apakah maksud Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)? a.Tindakan pertolongan akhir.

b.Tindakan pertolongan pertama.

c.Tindakan pertolongan yang dilakukan ketika ambulans tiba ke tempat kejadian.

d.Semua diatas. e.Tidak tahu

23. Dibawah ini yang manakah urutan CPR yang seharusnya:

a.Buka jalan napas, berikan napas buatan sampai memperlihatkan dinding dada terangkat, kompresi dada, lanjutkan kompresi dan pemberian napas buatan sampai dapat bantuan.

b.Berikan napas buatan sampai memperlihatkan dinding dada terangkat, kompresi dada, buka jalan napas, lanjutkan kompresi dan pemberian napas buatan sampai dapat bantuan.

(15)

d.Kompresi dada, berikan napas buatan sampai memperlihatkan dinding dada terangkat, buka jalan napas, lanjutkan kompresi dan pemberian napas buatan sampai dapat bantuan.

e.kompresi dada, lanjutkan kompresi dan pemberian napas buatan sampai dapat bantuan, buka jalan napas, berikan napas buatan sampai memperlihatkan dinding dada terangkat

24. Teknik digunakan untuk membuka jalan napas adalah: a. Angkat hidung dan buka mulut

b. Angkat kepala dan Angkat dagu (Head Tilt and Chin Lift)

(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Peterson J. Oral and maxillofacial surgery. 4th ed. St. Louis: The C.V. Mosby Company; 2003: 101-2.

2. Rahayuningsih SE. Penatalaksanaan penderita kelainan kardiovaskular pada anak-anak dalam praktek dokter gigi. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_penatalaksanaan_penderita_kelainan_k ardiovaskular.pdf (Oktober 12.2013)

3. Pamplona MC, Soriano YJ, Sarrion-Perez MG. Dental considerations in patients with heart disease. Management of Cardiological Patients 2011; 3(2): e97-8. 4. Australian Institute of Health and Welfare. Cardiovascular disease mortality.

Trends at different ages: Australian Government; 2010: 1-2.

5. Kuswardani I. Terapi kultural dan spiritual penyakit jantung koroner. 2009; 1-4 6. Djohan TBA. Penyakit jantung koroner dan hipertensi. 2004: 1-7.

7. Riyanto BA. Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2013: 3-8.

8. Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan. Ester M ed. Jakarta: Penerbit buku 11. Singh VN. Coronary heart disease. http://www.emedicinehealth.com/coronary

heart_disease/page2_em.htm (April 11.2015).

12. Anonymous. Coronary heart disease-causes. http://www.nhs.uk/Conditions/ Coronary-heart-disease/Pages/Causes.aspx (Juni 09.2015)

13. Dane R. Emedicine health. http://www.emedicinehealth.com/ coronary_artery disease-. (Juni 09.2015)

(18)

HEARTORG/Conditions/Heart%ADHealthScreenings_UCM_428687_Article.js p#.VjopeNIrLIW (Oktober 21.2014)

16. Jawaharlal WB, Senaratne, Green FR. Pathobiology of atherosclerosis. In: Peter J. Morris, William C. Wood editor. Oxford textbook of surgery. 2nd edition. US: Oxford Press; 2000: 3.

17. Heart disease risk factors. Texas Heart Institute. http://texasheart.org/HIC/ Topics/HSmart/riskfact.cfm (Juli 15.2015)

18. Siregar AA, Lubis EN. Penyakit jantung koroner pada anak dan pencegahannya. http://usupress.usu.ac.id/files/Bunga%20Rampai%20Kardiologi_Normal_bab%2 01.pdf (April 9.2011)

19. Kariadi Semarang. Faktor-faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner (pjk) pada kelompok usia ≤ 45 year. RS Telogorejo Semarang. 2012: 2-3

20. World Heart Federation. Cardiovascular disease. http://www.world-heart federation.org/fileadmin/user_upload/documents/Fact_sheets/2012/PressBackgro Wulansari P, Mahanani DA editor. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003: 576-612 24. Corwin JC. Sistem kardiovaskular. Dalam: Yudha EK, dkk editor bahasa

Indonesia. Buku saku patofisiologi. Edisi revisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009: 471-81

25. Kusmana D, Hanafi M. Patofisiologi penyakit jantung koroner. Dalam: Ismudiati L editor. Buku ajar kardiologi. Jakarta: FK UI; 2003: 159-64

(19)

27. Kusmana D, Hanafi M. Patofisiologi penyakit jantung koroner. Dalam : Ismudiati L editor. Buku ajar kardiologi. Jakarta: FK UI; 2003: 159-64

28. American Heart Association. Atherosclerosis. http://www.heart.org/HEARTO RG/Conditions/Cholesterol/WhyCholesterolMatters/Atherosclerosis_UCM_3055 64_Article.jsp#.VrwG1LR97IU (April 21.2014)

29. Toth PP. Atherosclerosis: The underlying disease.

http://www.jfponline.com/pages.asp?id=8085 (Mei 15.2014)

30. National Heart Lung and Blood Institute. What are the signs and symptoms of coronary heart disease. http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topic/topics/cad/signs.html (Oktober 25.2015)

31. Arief I. Diagnosis dan pengobatan penyakit jantung koroner. http://www.pjnhk.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=205 (Januari 17.2007)

32. Shantala A. Adverse oral manifestations of cardiovascular drugs. Journal of Dental and Medical Sciences.2013; 7(5): 64-71.

33. Washington State Oral Health Association. Children with congenital cardiac disorders. 2010: 1-3

34. N.I. Jowett, L.B. Cabot. Patient with cardiac disease: Considerations for the dental practitioner. British Dental Journal 2000;189(6): 297-302.

35. Nishat S. Xerostomia: An overview. International Journal Of Dental Clinics 2011: 3 (2): 58-61.

36. Bhardwaj A. Gingival enlargement induced by anticonvulsants, calcium channel blockers and immunosuppressants: A Review. International Research Journal Of Pharmacy 2012: 3(7): 116-18

37. Fragiskos D. Oral surgery. New York: Elsevier Limited; 2007: 4-5.

38. Scully C. Medical problems in dentistry. China: Elsevier Limited; 2010: 40-47 39. Rose L., Mealey B. Oral care for patients with cardiovascular disease and stroke

2002: 1-4

(20)

41. Niwa H., Sugimura M., Tanimoto A. Cardiovascular response to epinephrine-containing local anesthesia in patients with cardiovascular disease. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontology. Japan: Elsevier Limited 2011; 6(92): 610-6

42. Peter B. Dental care of the medically complex patient. New York: Wright Publication; 2004: 1-22

43. Chris S. Essential human disease for dentists. Toronto: Elsevier Limited; 2006: 17-21.

44. Sue Protzman. Management of medical emergencies in the dental office 2015: 8-29

45. Joseph H. Review of allied health education. Lexington: The University Press of Kentucky 2015; 93

(21)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei deskriptif, maksudnya adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU terhadap penanganan dental pada pasien dengan Penyakit Jantung Koroner periode Desember 2015 s/d Januari 2016.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Jalan Alumni No.2 USU, Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU periode Desember 2015 s/d Januari 2016

3.3.2 Sampel

(22)

Kriteria inklusi :

1. Masih menjalani kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut 2. Telah selesai pendidikan Sarjana Kedokteran Gigi

3. Bersedia menjadi responden penelitian Kriteria eksklusi :

1. Jawaban kuesioner tidak lengkap

2. Mahasiswa yang menolak untuk menjadi responden penelitian 3. Mahasiswa yang tidak hadir selama penelitian dijalankan.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

Tabel 5. Variable dan definisi operasional

No. Variabel Definisi Operasional

1. Pengetahuan Mahasiswa

(23)

anestesi lokal dan keadaan darurat penyakit jantung koroner.

2 Gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa

Tingkat pengetahuan mahasiswa diukur melalui 24 pertanyaan. Jawaban yang benar diberi nilai 1, jawaban yang salah diberi nilai 0. Total nilai dijumlahkan dan dikategorikan. 3 Mahasiswa kepaniteraan klinik

periode Desember 2015 s/d Januari 2016

Mahasiswa yang telah selesai program pendidikan Sarjana Dokter Gigi di FKG USU dan masih menjalani kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden yang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan kuisioner diisi langsung oleh responden.

3.6 Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang diberikan kepada responden akan dikelompokkan sesuai dengan langkah-langkah berikut:

1. Editing, yaitu melakukan pemeriksaan pada data yang telah dikumpul,

tujuannya adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

2. Coding, adalah pemberian kode-kode pada data yang termasuk dalam kategori

yang sama. Pengkodean ini berguna untuk memudahkan pengolahan data, sehingga harus tetap terlebih dahulu diteliti oleh peneliti.

3. Tabulating, adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi

kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

(24)

3.7 Aspek pengukuran

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut FKG USU pada penanganan pasien penyakit jantung koroner periode Desember 2015 s/d Januari 2016 diukur melalui 24 pertanyaan. Pertanyaan dengan jawaban benar, nilainya 1; jika jawabannya salah, maka nilainya 0. Sehingga nilai tertinggi dari 24 pertanyaan yang diberikan adalah 24. Selanjutnya nilai tersebut dikategorikan atas pengetahuan baik, cukup dan kurang. Menurut Arikunto (2006)7, kategori baik apabila nilai jawaban responden ≥ 75% dari nilai tertinggi, kategori cukup apabila nilai jawaban responden 56% - 74% dari nilai tertinggi, dan kategori kurang jika nilai jawaban responden < 55% dari nilai tertinggi.

Tabel 6. Kategori Nilai Pengetahuan

Alat Ukur Hasil Ukur Kategori Penilaian Skor

Kuesioner (24

Data yang diperoleh dihitung dalam bentuk persentase. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik deskriptif dengan disajikan dalam bentuk tabel untuk melihat tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU terhadap penanganan dental pada pasien Penyakit Jantung Koroner. Analisis data dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian.

Kemudian, jumlah skor dari setiap responden dihitung dengan rumus:

P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah soal

(25)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian di klinik Bedah Mulut RSGM-P FKG USU dimulai pada Desember 2015 sampai Januari 2016 diperoleh data dari 60 responden yaitu mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut yang mengisi kuesioner secara langsung mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU tentang cara penanganan dental pada pasien Penyakit Jantung Koroner. Semua responden memenuhi syarat inklusi penelitian tersebut.

4.1Pengetahuan Responden tentang Penanganan Pasien Penyakit Jantung Koroner

Hasil penelitian tentang pengetahuan responden pada penanganan pasien Penyakit Jantung Koroner secara umum mencakup dalam hal definisi Penyakit Jantung Koroner, etiologi, faktor risiko, klasifikasi, patogenesis terjadinya, gejala klinis, diagnosis, manisfestasi oral yang timbul pada pasien Penyakit Jantung Koroner yang mengkonsumsi obat anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus, persiapan sebelum perawatan, waktu yang tepat melakukan perawatan, pemberian anestesi lokal dan keadaan darurat yang mungkin terjadi dapat dilihat dalam tabel 7 dimana 55% dari keseluruhan responden termasuk kategori berpengetahuan baik, 38.3% responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan 6.7% responden termasuk dalam kategori berpengetahuan kurang.

Tabel 7. Persentase tingkat pengetahuan responden terhadap penanganan pasien Penyakit Jantung Koroner.

Kategori JUMLAH Persentase (%)

Baik 33 55

Cukup 23 38.3

(26)

4.2Distribusi Pengetahuan Responden tentang Definisi Penyakit Jantung Koroner

Dari 60 responden yang mengisi kuesioner didapatkan data tentang pengetahuan definisi Penyakit Jantung Koroner seperti terlampir pada tabel 8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengetahui tentang definisi Penyakit Jantung Koroner sebesar 80% sedangkan yang tidak mengetahui sebesar 20%.

Tabel 8. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang definisi Penyakit Jantung Koroner

Pengetahuan Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Definisi Penyakit Jantung

Koroner

48 80 12 20

4.3 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Etiologi Penyakit Jantung Koroner

Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang etiologi dapat dilihat pada tabel 9. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui tentang etiologi sebesar 88.35% sedangkan yang tidak mengetahui yaitu sebesar 11.65%.

Tabel 9. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang etiologi Penyakit Jantung Koroner

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Penyebab terjadi PJK 54 90 6 10

Maksud aterosklerosis 52 86.7 8 13.3

(27)

4.4 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang faktor risiko dapat dilihat pada tabel 10. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui tentang faktor risiko sebesar 80.53% sedangkan yang tidak mengetahui yaitu sebesar 19.47%.

Tabel 10. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang faktor risiko Penyakit Jantung Koroner

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Faktor risiko PJK tidak

dapat diubah

56 93.3 4 6,7

Faktor risiko PJK dapat diubah

59 98.3 1 1.7

Kadar normal Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserid

30 50 30 50

Persentase rata-rata 80.53% 19.47%

4.5 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner

(28)

Tabel 11. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang klasifikasi Penyakit Jantung Koroner

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Klasifikasi Penyakit

Jantung Koroner

48 80 12 20

4.6 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Patogenesis Penyakit Jantung Koroner

Distribusi pengetahuan responden tentang patogenesis Penyakit Jantung Koroner dapat dilihat pada tabel 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengetahui tentang patogenesis Penyakit Jantung Koroner lebih besar sekitar 61,7% sedangkan yang tidak mengetahui sebesar 38,3%.

Tabel 12. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang patogenesis Penyakit Jantung Koroner

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Patogenesis Penyakit

Persentase rata-rata 75% 25%

4.7 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Gejala Klinis Penyakit Jantung Koroner

(29)

responden yang mengetahui tentang gejala klinis Penyakit Jantung Koroner lebih besar sekitar 86.7% sedangkan yang tidak mengetahui hanya sebesar 13.3%.

Tabel 13. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang gejala klinis Penyakit Jantung Koroner

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Gejala klinis 52 86.7 8 13.3

4.8 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Diagnosis Penyakit Jantung Koroner

Distribusi pengetahuan responden tentang diagnosis Penyakit Jantung Koroner dapat dilihat pada tabel 14. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengetahui tentang diagnosis Penyakit Jantung Koroner lebih besar sekitar 85% sedangkan yang tidak mengetahui hanya sebesar 15%.

Tabel 14. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang diagnosis Penyakit Jantung Koroner

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Cara mendiagnosis

Penyakit Jantung Koroner

51 85 9 15

4.9 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Manifestasi Oral pada Pasien Penyakit Jantung Koroner yang Mengkonsumsi Obat Anti hipertensi dan Diabetes Mellitus

(30)

Mellitus dapat dilihat pada tabel 15. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengetahui lebih besar yaitu sebesar 75% dan yang tidak mengetahui sebesar 25%.

Tabel 15. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang manifestasi oral pada pasien Penyakit Jantung Koroner yang mengkonsumsi obat anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Manifestasi oral 45 75 15 25

4.10 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Persiapan Sebelum Perawatan Pasien Penyakit Jantung Koroner

Distribusi pengetahuan responden tentang persiapan sebelum perawatan pasien Penyakit Jantung Koroner dapat dilihat pada tabel 16. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengetahui lebih besar yaitu sebesar 87.2% sedangkan yang tidak mengetahui sebesar 12.8%.

Tabel 16. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang persiapan sebelum perawatan pasien Penyakit Jantung Koroner

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Persiapan dilakukan sebelum

Tindakan dilakukan pada pasien dengan tekanan darah tinggi

56 93.3 4 6.7

(31)

4.11 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Waktu Melakukan Perawatan pada Pasien Penyakit Jantung Koroner

Distribusi pengetahuan responden tentang waktu yang sesuai untuk melakukan perawatan pada pasien Penyakit Jantung Koroner dapat dilihat pada tabel 17. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengetahui lebih besar yaitu sebesar 56.7% sedangkan yang tidak mengetahui hanya sebesar 43.3%.

Tabel 17. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang waktu melakukan perawatan pada Pasien Penyakit Jantung Koroner

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Waktu terbaik untuk

melakukan perawatan gigi

34 56.7 26 43.3

4.12 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Pemberian Anestesi Lokal pada pasien Penyakit Jantung Koroner

Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang pemberian anestesi lokal dapat dilihat pada tabel 18. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengetahui sebesar 65.8% dan yang tidak mengetahui sebesar 34.2%.

Tabel 18. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang pemberian anestesi lokal

Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Jenis anestesi lokal

untuk pasien Penyakit Jantung Koroner

(32)

Dosis maksimal epinefrin yang direkomentasikan

44 73.3 16 26.7

Persentase rata-rata 65.8% 34.2%

4.13 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Keadaan Darurat pada Penyakit Jantung Koroner

Distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut tentang keadaan darurat pada Penyakit Jantung Koroner (PJK) dapat dilihat pada tabel 19. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengetahui sebesar 83.9% sedangkan yang tidak mengetahui sebesar 16.1%

Tabel 19. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang keadaan darurat pada Penyakit Jantung Koroner

Dosis dan cara pemberian Nitroglycerin 48 80 12 20 Maksud Cardiopulmonary

(33)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU tentang cara penanganan dental pada pasien Penyakit Jantung Koroner pada Desember 2015 hingga Januari 2016 menunjukkan bahwa secara garis besar responden memiliki pengetahuan kategori baik yaitu 55% dalam hal definisi Penyakit Jantung Koroner, etiologi, faktor risiko, klasifikasi, patogenesis, gejala klinis, manifestasi oral yang mungkin timbul pada pasien mengkonsumsi obat Anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus, persiapan sebelum perawatan bedah mulut dan tindakan perawatan bedah mulut yang harus diperhatikan pada penderita Penyakit Jantung Koroner yaitu waktu perawatan bedah mulut, pemberian anestesi lokal serta keadaan darurat yang mungkin terjadi. Namun, terdapat 38.3% responden yang memiliki pengetahuan kategori cukup, sedangkan 6.7% masih memiliki pengetahuan kategori kurang.

Menurut Joseph Hamburg dalam Review of allied health education menyatakan bahwa kesehatan mulut merupakan bagian dari pelayanan kesehatan komprehensif dan dianjurkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kedokteran klinis sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kedokteran gigi dan berfungsi sebagai contoh teladan bagi mereka.45

Hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan pada penanganan pasien Penyakit Jantung Koroner menunjukkan 80% responden mengetahui definisi Penyakit Jantung Koroner. Penyakit Jantung Koroner didefinisikan dengan penyakit jantung akibat perubahan obstruksi pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan fungsi jantung terganggu. Dari data yang dikumpulkan, terdapat sebanyak 20% responden tidak mengetahui tentang definisi Penyakit Jantung Koroner.

(34)

manakala 10% responden tidak mengetahui penyebab terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Selain itu, sebanyak 86.7% responden mengetahui maksud aterosklerosis dan 13.3% responden tidak mengetahui maksud aterosklerosis. Penyebab terjadinya Penyakit Jantung Koroner adalah penumpukan deposit lemak pada dinding arteri di sekitar jantung (arteri koroner) sedangkan maksud aterosklerosis adalah peningkatan ateroma pada dinding arteri koroner yang membuat arteri lebih sempit dan membatasi aliran darah ke otot jantung.

Sebanyak 80.53% responden mengetahui tentang faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) manakala 19.47% responden tidak mengetahui tentang faktor risiko Penyakit Jantung Koroner. Sebanyak 93.3% responden mengetahui faktor risiko PJK tidak dapat diubah manakala 6.7% responden tidak mengetahui faktor risiko tidak dapat diubah. Selain itu, sebanyak 98.3% responden mengetahui tentang faktor risiko PJK dapat diubah sedangkan sebanyak 1.7% responden tidak mengetahui tentang faktor risiko PJK dapat diubah. Sebanyak 50% responden mengetahui dan sebanyak 50% responden tidak mengetahui tentang kadar normal Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserid. Faktor risiko PJK tidak dapat diubah adalah umur, jenis kelamin dan keturunan (termasuk ras) manakala faktor risiko PJK dapat diubah adalah merokok, hiperkolesterolemia, hipertensi, kurang aktifitas fisik, obesitas dan diabetes. Kadar Kolesterol Total normal adalah <200 mg/dl, Kadar Kolesterol LDL normal adalah <130 mg/dl, Kadar Kolesterol HDL normal adalah <45 mg/dl dan Kadar Trigliserid normal adalah <150 mg/dl.

Menurut Santosa M. dalam Penyakit Jantung Koroner, klasifikasi Penyakit Jantung Koroner (PJK) terdapat 3 jenis yaitu Penyakit Jantung Arteriosklerotik, Angina Pektoris dan Infark Miokardium.22 Berdasarkan data dikumpul, sebanyak 80% responden mengetahui tentang klasifikasi PJK sedangkan 20% respoden tidak mengetahui tentang klasifikasi PJK.

(35)

30% tidak mengetahui tentang tahap-tahap aterosklerosis. Urutan patogenesis yang benar adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan miokardium atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner menyebabkan kebutuhan dan penyediaan oksigen meningkat untuk meningkatkan penyediaan oksigen, aliran pembuluh darah koroner harus ditingkatkan yang menyebabkan pembuluh darah koroner dapat melebar dapat memenuhi kebutuhan miokardium serta pembuluh darah dapat mengalami stenosis dan tersumbat dan terjadinya aterosklerosis. Tahap-tahap aterosklerosis adalah lapisan berlemak, plak fibrous dan plak yang mengalami komplikasi.

Menurut National Heart Lung and Blood Institute, gejala klinis Penyakit Jantung Koroner terdapat 3 yaitu angina, sesak napas dan gagal jantung.30 Dari data dikumpul, sebanyak 86.7% responden mengetahui dan sebanyak 13.3% responden tidak mengetahui tentang gejala klinis Penyakit Jantung Koroner.

Seterusnya, sebanyak 85% responden mengetahui cara mendiagnosis Penyakit Jantung Koroner (PJK) manakala sebanyak 15% tidak mengetahui cara mendiagnosis Penyakit Jantung Koroner. Cara mendiagnosis PJK adalah mula-mula membuat anamnesa (wawancara), mengetahui riwayat medis pasien, membuat pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium.

Beberapa manifestasi oral yang sering terjadi pada penderita Penyakit Jantung Koroner yang mengkonsumsi obat anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus dapat berupa

Xerostomia, Lichenoid Reaction dan Hiperplasia Gingiva. Pengetahuan responden

mengenai manifestasi oral yang mungkin terjadi pada pasien Penyakit Jantung Koroner tergolong baik. Hasil penelitian juga menunjukkan 75% responden mengetahui dan 25% tidak mengetahui tentang manifestasi oral pada penderita Penyakit Jantung Koroner yang mengkonsumsi obat anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Menurut Jowett dalam Patient with cardiac disease: Considerations for the

dental practioner, penderita Penyakit Jantung Koroner yang mengkonsumsi obat anti

Hipertensi dan Diabetes Mellitus terdapat manifestasi oral seperti Xerostomia,

(36)

Seluruh responden mengetahui apakah persiapan yang perlu dilakukan sebelum memberi perawatan kepada pasien Penyakit Jantung Koroner. Hal ini penting untuk diketahui oleh seluruh responden agar dapat meminimalkan risiko yang mungkin timbul waktu saat perawatan.Persiapan sebelum perawatan pasien Penyakit Jantung Koroner adalah harus melakukan pengukuran tekanan darah setiap pasien. Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure, direkomendasi semua dokter gigi dan mahasiswa

kedokteran gigi melakukan pengukuran tekanan darah pada semua pasien sebelum memberi perawatan. Berdasarkan JNC VII report, American Dental Association mendukung bahwa hasil tekanan darah harus diambil pada setiap kunjungan.46 Secara keseluruhan, responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 87.2% mengetahui tentang persiapan sebelum perawatan pasien Penyakit Jantung Koroner. Sebanyak 85% responden mengetahui tentang tindakan yang harus dilakukan sebelum perawatan gigi. Sebanyak 83.3% responden mengetahui kondisi pasien yang perlu diberi premedikasi dan juga 93.3% responden mengetahui tentang tindakan dilakukan pada pasien Penyakit Jantung Koroner dengan tekanan darah tinggi.

Selanjutnya, sebanyak 56.7% responden mengetahui dan 43.3% responden tidak mengetahui tentang waktu melakukan perawatan pada pasien Penyakit Jantung Koroner. Ini menunjukkan kategori cukup. Menurut Crispian Scully dalam Medical

Problems in dentistry, kadar epineprin tertinggi pada waktu pagi. Oleh karena itu

akan memberi efek yang merugikan jika melakukan perawatan bedah mulut pada waktu pagi. Dengan ini, waktu yang paling baik untuk melakukan perawatan bedah mulut adalah pada siang hari.38

(37)

vasoconstrictor for dentistry in patients with cardiopathies epineprin yang alami

dihasilkan oleh medula adrenal, dapat meningkat hingga 20- 40 kali lipat pada keadaan stres. Stres tersebut dapat disebabkan oleh nyeri selama perawatan gigi.40

Berdasarkan data yang dikumpul, secara keseluruhan pengetahuan responden mengenai keadaan darurat pada Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah sebanyak 83.9% yaitu terdapat dalam kategori baik. Sebanyak 66.7% responden mengetahui tentang tindakan pertama perlu dilakukan saat mengalami nyeri dada, 71.7% responden mengetahui tentang kegunaan pemberian Nitroglycerin pada keadaan emergensi PJK, 80% responden mengetahui tentang dosis dan cara pemberian

Nitroglycerin, 90% responden mengetahui tentang maksud cardiopulmonary

resuscitation (CPR), 95% responden mengetahui tentang cara memlakukan CPR serta

100% responden mengetahui tentang teknik digunakan untuk membuka jalan napas. Jika seorang pasien mengalami nyeri dada atau gejala angina lainnya, kita harus hentikan tindakan dilakukan. Kalau tekanan darah pasien meningkat, diberi

Nitroglycerin untuk menurunkan tekanan darah. Nitroglycerin diberi dalam tablet

0,04mg secara sublingual, tidak boleh mengunyah dan menelan. Cardiopulmonary

Resuscitation (CPR) yaitu tindakan pertolongan pertama pada pasien yang mengalami

henti napas. Cara membuat CPR adalah dengan urutan ABCD yaitu Airway,

Breathing, Compressions dan Defibrillator. Mula-mula buka jalan napas dan berikan

napas buatan sampai memperlihatkan dinding dada terangkat. Kemudian, kompresi dada. Lanjutkan kompresi dan pemberian napas buatan sampai dapat bantuan. Seterusnya, membuka jalan napas pasien dengan menggunakan teknik mengangkat kepala dan dagu (head tilt and chin lift).

(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan responden pada penanganan pasien Penyakit Jantung Koroner termasuk kategori baik (≥75%) berkaitan dengan definisi Penyakit Jantung Koroner, etiologi, faktor risiko, klasifikasi, patogenesis, gejala klinis, manifestasi oral yang mungkin timbul pada pasien mengkonsumsi obat Anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus, persiapan sebelum perawatan bedah mulut serta keadaan darurat yang mungkin terjadi. Sedangkan pengetahuan responden termasuk kategori cukup (56% - 74%) dalam hal waktu melakukan perawatan pada pasien Penyakit Jantung Koroner dan pemberian anastesi lokal.

2. Pengetahuan responden paling banyak terdapat pada kategori baik sebesar 55%, diikuti kategori cukup sebesar 38.3% dan kategori kurang 6.7%.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada Departemen untuk menekankan teori tentang penanganan pasien Penyakit Jantung Koroner terutama di bidang kedokteran gigi terhadap mahasiswa kepaniteraan klinik.

2. Diharapkan kepada Departemen untuk memberikan himbauan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik yang akan memasuki klinik tentang pentingnya pengetahuan penanganan pasien Penyakit Jantung Koroner.

(39)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau diintervensi baik langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Filsuf pengetahuan yaitu Plato menyatakan pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan”(justified true belief).7

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.7

Tahapan pengetahuan menurut Benjamin S. Bloom (1956) ada 6 tahapan, yaitu;8

a. Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

b. Memahami

Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang sesuatu yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan.

c. Penerapan

(40)

d. Analisis

Analisis yaitu kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikolgi dengan fisiologi.

e. Sintesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi berarti kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

2.2Penyakit Jantung Koroner 2.2.1 Definisi

(41)

2.2.2 Anatomi Jantung 2.2.2.1 Anatomi Luar

Jantung terdiri dari 2 jenis ruang pompa, atrium dan ventrikel, masing-masing berjumlah 2 buah, kanan dan kiri, sehingga jantung memiliki 4 ruangan. Tampak luar, atrium terletak diatas ventrikel dan berukuran lebih kecil dibandingkan ventrikel, keduanya dipisahkan oleh arteri koroner kanan dan arteri sirkumfleks yang terdapat didalam sulkus koronarius, mengelilingi jantung. Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang disebut perikardium. Perikardium terdiri dari 2 lapisan, perikardium viseral yang biasa disebut epikardium dan perikardium parietal dibagian luar. Lapisan epikardium melapisi seluruh bagian jantung hingga pangkal aorta dan arteri pulmonalis di bagian atas untuk kemudian melipat keluar menjadi perikardium parietalis. Kedua lapisan perikardium yang saling berkelanjutan ini membentuk suatu ruangan yang berisi cairan, disebut sebagai cairan perikardium yang memudahkan pergerakan jantung saat terjadi proses pemompaan darah. Adanya perikardium dengan perlekatannya pada ligamentum-ligamentum juga berfungsi memfiksasi organ jantung di dalam rongga dada.10

2.2.2.2 Anatomi Dalam

(42)

Gambar 1. Anatomi Jantung10

2.2.3 Etiologi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner disebabkan oleh masalah dengan arteri koroner yang menjaga jantung dari mendapatkan darah kaya oksigen dan nutrien cukup. Penyebab paling umum sejauh adalah aterosklerosis.11

Penyakit jantung koroner (PJK) biasanya disebabkan oleh penumpukan deposit lemak pada dinding arteri di sekitar jantung (arteri koroner). Deposit lemak disebut ateroma, terdiri dari kolesterol dan zat limbah lainnya. Ini terjadi dari peningkatan ateroma pada dinding arteri koroner yang membuat arteri lebih sempit dan membatasi aliran darah ke otot jantung. Proses ini disebut aterosklerosis.12

Arteri dengan aterosklerosis lebih seperti pipa tersumbat. Plak mempersempit arteri dan membuatnya kaku. Ini membatasi aliran darah ke jaringan. Ketika jantung bekerja lebih keras, arteri yang kaku tidak dapat melentur untuk membiarkan lebih banyak darah melalui dan jaringan tidak mendapat cukup darah dan oksigen.13

(43)

2.2.4 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Aterosklerosis bukan merupakan akibat proses penuaan saja. Timbulnya bercak-bercak lemak pada dinding arteria koronaria bahkan sejak masa kanak-kanak merupakan fenomena alamiah dan tidak selalu harus menjadi lesi aterosklerotik. Sekarang dianggap bahwa terdapat banyak faktor yang saling berkaitan dalam mempercepat proses aterogenik. Telah ditemukan beberapa faktor yang dikenal sebagai faktor risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya aterosklerosis koroner pada individu tertentu.14

a) Faktor risiko mayor yang tidak dapat diubah (non modifiable):15 1) Umur.

2) Jenis kelamin.

3) Keturunan (termasuk ras).

b) Faktor risiko mayor yang dapat diubah (modifiable):15 1) Merokok.

2) Hiperkolesterolemia. 3) Hipertensi.

4) Kurang aktifitas fisik.

5) Obesitas dan berat badan lebih. 6) Diabetes.

c) Faktor lainnya yang dapat menyebabkan PJK:15 1) Stres.

2) Diet dan nutrisi. 3) Alkohol.

2.2.4.1 Faktor risiko mayor yang tidak dapat diubah (non modifiable) 1) Umur

(44)

sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause ( 45-50 tahun ) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause, kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki.6,16

2) Jenis kelamin

Penyakit aterosklerotik secara umum sedikit terjadi pada perempuan, namun perbedaan tersebut menjadi sedikit menonjol pada dekade akhir terutama masa menopause. Hal ini dimungkinkan karena hormon esterogen bersifat sebagai pelindung. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan metabolisme lemak pada laki-laki dan perempuan seperti tingginya kadar kolesterol HDL (High Density

Lipoprotein) dan besarnya aktifitas lipoprotein lipase pada perempuan, namun sejauh

ini belum terdapat jawaban yang pasti.16

Secara keseluruhan, pria memiliki risiko lebih tinggi serangan jantung dibandingkan wanita tetapi perbedaan menyempit setelah perempuan menopause. Setelah usia 65, risiko penyakit jantung hampir sama tiap jenis kelamin ketika memiliki faktor-faktor risiko lain yang serupa.17

3) Keturunan (termasuk ras)

Terdapat perbedaan geografi dalam insiden penyakit jantung koroner. Sejumlah penelitian post-mortem menunjukkan adanya perbedaan keterlibatan intima dengan aterosklerosis pada populasi berbeda. Yang menjadi perbincangan adalah apakah faktor ras ataukah faktor lingkungan. Salah satu penelitian yang dilakukan pada tiga kelompok ras dalam satu lokasi didapatkan bahwa komunitas orang-orang kulit hitam menunjukkan kejadian aterosklerosis lebih rendah dibandingkan komunitas orang-orang kulit putih atau orang-orang Asia.16

2.2.4.2 Faktor risiko mayor yang dapat diubah 1) Merokok

(45)

Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok 10x lebih besar daripada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4.5 kali lebih daripada bukan perokok. Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi oksigen akibat inhalasi karbon dioksida atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan takikardi, vasokonstriksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan mengubah 5-10 % Hb menjadi karboksi -Hb. Disamping itu, merokok dapat menurunkan HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas. Makin banyak jumlah rokok yang dihisap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan perokok laki-laki. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV abnormal pada Diabetes Mellitus (DM) disertai obesitas dan Hipertensi sehingga orang yang merokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis daripada yang bukan perokok.18,19

2) Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk faktor risiko utama PJK disamping Hipertensi dan merokok. Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet). Faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah disamping diet adalah keturunan, umur, jenis kelamin, obesitas, stres, alkohol dan aktifitas fisik.6

Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya risiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah; 6,18

a. Kolesterol Total.

(46)

Tabel 1. Kadar kolesterol total 6

Kadar Kolesterol Total

Normal Tinggi Agak tinggi

< 200 mg/dl 2-239 mg/dl >240 mg/dl

b. Kolesterol LDL

Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) karena kadar LDL yang meninggi akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar kolesterol LDL lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada kolesterol total.6

Tabel 2. Kadar Kolesterol LDL 6

Kadar Kolesterol LDL

Normal Tinggi Agak tinggi

< 130 mg/dl 130-159 mg/dl >160 mg/dl

c. Kolesterol HDL

Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis.6

Tabel 3. Kadar Kolesterol HDL 6

Kadar Kolesterol HDL

Normal Tinggi Agak tinggi

(47)

d. Rasio Kolesterol Total : Kolesterol HDL

Rasio kolesterol total pada kolesterol HDL sebaiknya (4.5 pada laki-laki dan 4.0 pada perempuan) makin tinggi rasio kolesterol total pada kolesterol HDL, makin meningkat risiko PJK.6

e. Kadar Trigliserid.

Trigliserid didalam terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak tunggal dan lemak jenuh ganda. Kadar trigliserid yang tinggi merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK.6

Tabel 4. Kadar Trigliserid 6

Kadar Trigliserid

Normal Tinggi Agak tinggi Sangat tinggi

< 150 mg/dl 150 – 250 mg/dl 250-500 mg/dl >500 mg/dl

3) Hipertensi.

Peninggian tekanan darah juga merupakan salah satu penyebab cedera pada endotel pembuluh darah yang merupakan awal kejadian aterosklerosis dan mempercepat proses aterosklerosis sehingga mempertinggi risiko penyakit jantung koroner.18,20

4) Kurang aktifitas fisik.

Masyarakat yang tidak aktif sedikitnya dua kali lebih besar ditemukan PJK daripada masyarakat yang aktif. Sedikit aktifitas fisik dapat memperburukkan faktor risiko PJK lainnya, seperti tinggi kolesterol dalam darah dan trigliserid, hipertensi, diabetes, prediabetes dan obesitas.21

(48)

 Memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miokard.

 Menurunkan berat badan (BB) sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan penurunan kolesterol LDL.

 Membantu menurunkan tekanan darah.

 Meningkatkan kesegaran jasmani.

5) Obesitas

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh sebanyak > 19 % pada laki-laki dan > 21 % pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan Hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan kolesterol LDL. Risiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20 % dari BB ideal.6

6) Diabetes Mellitus (DM)

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM risiko PJK 50% lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuaan risikonya menjadi 2x lipat.6

2.2.4.3 Faktor lainnya yang dapat menyebabkan PJK 1) Stres

Stres dan ansietas dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya PJK. Stres dan ansietas juga dapat menjadi pemicu vasokontriksi pembuluh darah arteri. Hal tersebut dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko dari serangan jantung.21

(49)

2) Diet dan nutrisi

Diet yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko PJK. Misalnya, makanan yang tinggi lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol akan meningkatkan kolesterol LDL. Dengan demikian, maka harus membatasi makanan tersebut.21

Lemak jenuh ditemukan di beberapa daging, produk susu, coklat, makanan yang dipanggang dan makanan goreng dan makanan yang diproses. Lemak trans ditemukan di beberapa makanan yang digoreng dan diproses. Kolesterol ditemukan pada telur, daging, produk susu, makanan yang dipanggang dan beberapa jenis kerang. Hal ini juga penting untuk membatasi makanan yang tinggi natrium (garam) dan tambahan gula. Diet tinggi garam dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.21

Tambahan gula akan memberi kalori tambahan tanpa nutrisi seperti vitamin dan mineral. Hal ini dapat menyebabkan berat badan meningkat, yang juga meningkatkan risiko PJK.21

3) Alkohol

Alkohol dapat mengurangi risiko PJK. Namun, mengkonsumsi terlalu banyak alkohol akan menjadi suatu risiko. Ketika diambil secara berlebihan, alkohol merugikan jantung dan organ lainnya. Hal ini secara langsung dapat menyebabkan kerusakan otot jantung dan detak jantung yang irreguler dari jantung. Alkohol dapat menyebabkan obesitas, trigliserida tinggi, tekanan darah tinggi, strok dan kanker. Hal ini juga akan menambah kalori yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan.21

2.2.5 Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung akibat insufisiensi aliran darah koroner dapat dibagi menjadi tiga jenis yang hampir serupa: 22

a) Penyakit jantung arteriosklerotik b) Angina pektoris

(50)

a) Penyakit Jantung Arteriosklerotik

Pembuluh arteri mengikuti proses penuaan yang karakteristik seperti penebalan tunika intima, berkurangnya elastisitas, penumpukan kalsium terutama di arteri-arteri besar menyebabkan fibrosis yang merata menyebabkan aliran darah lambat laun berkurang. Iskemik yang relatif ringan tetapi berlangsung lama dapat pula menyebabkan kelainan katup jantung.22

Manifestasi penyakit jantung koroner disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokrdium dengan masuknya. Masuknya oksigen untuk miokardium sebetulnya tergantung pada oksigen dalam darah dan arteria koronaria. Oksigen dalam darah tergantung oksigen yang dapat diambil oleh darah, jadi dipengaruhi oleh Hb, paru-paru dan oksigen dalam udara pernapasan.22

b) Angina pektoris

Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas dihentikan. Merupakan kompleks gejala tanpa kelainan morfologik permanen miokardium yang disebabkan oleh insufisiensi relatif yang sementara di pembuluh darah koroner.22

Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, punggung, rahang atau daerah abdomen. Penyebab angina pektoris adalah suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium dibandingkan kebutuhan.22

c) Infark miokardium

Infark miokardium adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan.22

(51)

2.2.6 Patogenesis Penyakit Jantung Koroner

Ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen menyebabkan PJK. Terdapat suatu keseimbangan kritis antara penyediaan dan kebutuhan oksigen miokardium. Berkurangnya penyediaan oksigen atau meningkatnya kebutuhan oksigen ini dapat mengganggu keseimbangan ini dan membahayakan fungsi miokardium. Bila kebutuhan oksigen meningkat maka penyediaan oksigen juga meningkat. Sehingga aliran pembuluh koroner harus ditingkatkan, karena ekstraksi oksigen miokardium dari darah arteri hampir maksimal pada keadaan istirahat. Rangsangan yang paling kuat untuk mendilatasi arteria koronaria dan meningkatkan aliran pembuluh darah koroner adalah hipoksia jaringan lokal. Pembuluh koroner normal dapat melebar dan meningkatkan aliran darah sekitar lima hingga enam kali di atas tingkat istirahat. Namun, pembuluh darah yang mengalami stenosis atau gangguan tidak dapat melebar, sehingga terjadi kekurangan oksigen apabila kebutuhan oksigen meningkat melebihi kapasitas pembuluh untuk meningkatkan aliran.23

Aterosklerosis pada arteri besar dan kecil ditandai dengan penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endothel) dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos).24

Pembuluh koroner pada penampang lintang akan terlihat 3 lapisan yaitu tunika intima (lapisan dalam), tunika media (lapisan tengah) dan tunika adventitia (lapisan luar). Permukaan pembuluh darah bagian dalam dilapisi dengan lapisan sel-sel yang disebut endotelium.25,26

(52)

Selain itu, endotel juga mempunyai daya regenerasi cepat untuk memelihara daya anti trombogenik arteri. Jaringan ikat menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan lapisan lain.25

Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang mempunyai 3 bagian yaitu bagian sebelah dalam disebut membran elastis internal, jaringan fibrous otot polos dan sebelah luar disebut membran jaringan elastis eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen memisahkan jaringan membran elastik eksterna dan yang terakhir ini memisahkan tunika media dan adventisia.25

Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol. Lapisan endothelium bertindak sebagai saringan selektif (selective filter) untuk dinding pembuluh darah dan bertindak sebagai penghubung (interface) antara darah dan dinding pembuluh darah karena endotel adalah lapisan terdalam dari pembuluh darah, mengadakan kontak langsung dengan darah.25

Pada proses aterosklerosis ada tiga tahap dan ketiga tahap ini dapat dijumpai pada satu penderita.9

1) Tahap I-Lapisan berlemak (fatty streak)

Intima arteri diinfiltrasi oleh lipid dan terdapat fibrosis yang minimal. Lapisan berlemak yang memanjang atau berkerut-kerut terdapat pada permukaan sel otot polos. Kelainan ini sudah dijumpai di aorta pada bayi yang baru lahir dan akan dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak pada anak-anak berumur 8 – 10 tahun pada aterosklerosis aorta di negara-negara barat. Lapisan berlemak pada arteri koronaria mulai terlihat pada umur 15 dan jumlahnya akan bertambah sampai pada dekade ke-3 dari umur manusia. Lapisan berlemak ini berwarna agak kekuning-kuningan dan belum atau sedikit menyebabkan penyumbatan dari arteri koronaria.9,27

(53)

ke dalam jaringan subendotelium, maka akan terjebak dan akan tetap berada di dalam jaringan subendotelium, hal ini disebabkan karena terikatnya LDL dengan glikominoglikan. LDL yang terjebak ini lama kelamaan akan mengalami modifikasi karena adanya radikal oksigen yang bebas di sel endotelial, yang merupakan inhibisi dari aterosklerosis.28

2) Tahap II-Fibrous plaque

Lapisan berlemak menjadi satu dan membentuk lapisan yang lebih tebal, yang berkomposisi lemak atau jaringan ikat. Plak ini kemudian mengalami perkapuran. Plak yang fibrous ini berwarna agak keputih-putihan. Karena plak yang fibrous ini agak tebal, ia dapat menonjol ke dalam lumen dan menyebabkan penyumbatan parsial dari arteri koronaria.28

3) Tahap III-Plak yang mengalami komplikasi

Bagian inti dari plak yang mengalami komplikasi ini akan bertambah besar dan dapat mengalami perkapuran. Ulserasi dan perdarahan menyebabkan trombosis, pembentukan aneurisma dan diseksi dari dinding pembuluh darah yang menimbulkan gejala penyakit.28

(54)

2.2.7 Gejala Klinis

Gejala umum dari PJK adalah angina. Angina adalah nyeri atau ketidaknyamanan di dada jika pada daerah otot jantung tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen. Angina mungkin terasa seperti tertekan atau seperti diremas di daerah dada. Dapat juga dirasakan di bahu, lengan, leher, rahang atau punggung. Nyeri cenderung memburuk saat aktifitas dan hilang saat istirehat. Stres emosional juga dapat memicu rasa sakit.30

Gejala umum lain PJK adalah sesak napas. Gejala ini terjadi jika PJK menyebabkan gagal jantung. Bila memiliki gagal jantung, jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh sehingga terbentuk cairan didalam paru-paru yang mengakibatkan sulit untuk bernapas.30

Tingkat keparahan gejala ini bervariasi, mungkin bisa lebih parah jika penumpukan plak terus menerus yang mempersempit arteri koroner. Beberapa orang yang memiliki PJK, mereka biasanya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala, suatu kondisi yang disebut “Silent CHD”. Penyakit ini tidak dapat didiagnosis sampai seseorang tersebut memiliki tanda-tanda atau gejala serangan jantung, gagal jantung atau aritmia yaitu detak jantung tidak teratur.30

2.2.8 Persiapan Sebelum Melakukan Perawatan Bedah Mulut 2.2.8.1 Diagnosis

(55)

Setelah itu, mengumpulkan keterangan semua faktor risiko PJK, antara lain apakah merokok, menderita darah tinggi atau penyakit gula (DM), pernahkah memeriksa kadar kolesterol dalam darah, adakah keluarga yang menderita PJK dan faktor risikonya. Lalu melakukan pemeriksaan fisik, dimaksudkan untuk mengetahui kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini dilakukan terutama dengan menggunakan stetoskop.31

Setelah itu, perlu melakukan beberapa pemeriksaan, yaitu; a) Pemeriksaan penunjang

- Elektrokardiogram (EKG)

Gambaran EKG yang dilakukan pada saat istirehat dan bukan pada saat serangan angina, sering menunjukkan hasil yang normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang-kadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina, dapat pula menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada saat serangan angina, EKG akan menunjukkan depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.22

- Foto ronsen dada

Foto ronsen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal, pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.22

b) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim Creatin Posfo Kirase (CPK), Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase (SGOT) atau Laktat Dehidrogenase (LDH). Enzim

tersebut akan meningkat kadarnya pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.22

Gambar

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Skripsi
Tabel 5.  Variable dan definisi operasional
Gambaran tingkat pengetahuan
Tabel 6. Kategori Nilai Pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya mobilitas di kota-kota besar, seperti Jakarta dan keterbatasan waktu belajar di ruang kelas yang dimiliki oleh Mahasiswa maupun Pengajar menyebabkan Mahasiswa

[r]

Web yang berisi informasi mengenai pendakian gunung, pengarungan sungai, dan pemanjatan tebing, pengetahuan dasar berpetulang, lokasi outdoor yang ada di Indonesia beserta peta

4 Tahun 2015 tentang perubahan keempat atas peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadan Barang/Jasa Pemerintah, pasal 83 ayat 1 huruf h, yang berbunyi:. “K elompok

[r]

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pengadaan Konsultan Pengawas Pembangunan Gedung dan Sarana

[r]