PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN,
PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI
KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP KINERJA DPRD
DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH
DENGAN KOMITMEN PROFESIONAL
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
TESIS
Oleh
WARDAYANI
087017080/Akt
S
E K O L A H
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN,
PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI
KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP KINERJA DPRD
DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH
DENGAN KOMITMEN PROFESIONAL
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
WARDAYANI
087017080/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN, PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP KINERJA DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Nama Mahasiswa : Wardayani
Nomor Pokok : 087017080
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Fachruddin, MSM, Ak) (Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa, B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 20 Desember 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Fachruddin, MSM, Ak Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec,Ac
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:
“Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran, Partisipasi Masyarakat,
Transparansi Kebijakan Publik terhadap Kinerja DPRD dalam Pengawasan
Keuangan Daerah dengan Komitmen Profesional sebagai Variabel Moderasi”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Desember 2010
Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah dengan Komitmen Profesional sebagai variabel moderating.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, metode pengumpulan data adalah menggunakan metode simple random sampling dengan menggunakan pertanyaan tertulis melalui pengisian kuesioner. Subjek penelitian ini adalah anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara pada komisi C dan panitia anggaran yang berjumlah 48 orang. Dari 48 kuesioner yang disebar dikembalikan dan yang dapat dievaluasi sebanyak 38 kuesioner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Penelitian ini menghasilkan 2 penemuan sesuai dengan hipotesis yang diajukan.Pertama Pengetahuan dewan tentang Anggaran, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Kedua tidak ditemukan pengaruh interaksi komitmen profesional terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influences of Parliament Member’s knowledge in Budgeting, Community participations, and Public policy Transparency towards the Parliament member (DPRD) performance in Province Finance Supervision by using Professional Commitment as the moderating varabel.
The data used in this research was primer data. The method used in collecting data was simple random sampling, thus by spreading the written questions which were filled by the responden. The subjects of the research were the DPRD of North Sumatera Province in Commission C and budgeting committee, which involved 48 people. The data were collected by using 48 questionnaires. Out of the 48 questionnaires, only 38 were returned and evaluated. The method used in this research was multiple regression analysis.
There were two fundings achieved as the result of this research that matched to the hypothesis proposed. Firstly, the Parliament Members knowledge in Budgeting, Community Participations, and Public Policy Transparency had significant influences towards the performance of Province Finance Supervision. Secondly, there was no professional commitment interaction influence towards the relationship of the Parliament Members knowledge in Budgeting, Community participations, and Public Policy Transparency on the Parliament member performance in Province Finance Supervision.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmat yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan, motivasi dan bantuan yang
begitu besar selama penulis mengikuti proses kegiatan perkuliahan dan penyusunan
tesis ini kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. Dr. Fachruddin, MSM, Ak selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing, dan memberi saran
kepada penulis.
5. Drs. M.Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberi saran
kepada penulis.
6. Drs. Firman Syarief, M.Si.Ak selaku Dosen Pembanding yang telah banyak
memberi saran perbaikan penyusunan tesis kepada penulis.
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberi saran perbaikan penyusunan tesis kepada penulis.
8. Seluruh staf pengajar Pascasarjana Ilmu-ilmu Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
9. Pengelola dan seluruh staf Pascasarjana Ilmu-ilmu Ekonomi Universitas
10. Kedua orang tua penulis: Wirdana dan Roslaini. Terima kasih untuk doa,
dukungan, nasehat yang tiada henti diberikan kepada penulis.
11. Suami ku tersayang Supriyanto terima kasih atas semua dukungan, doa,
kesabaran yang tidak pernah henti untuk penulis.
12. Anak-anak ku tercinta Ayu Winda Rizky, Syarinda Putri, Arsa Fawwazie.
Arrizqa Umari dan Arsyafi Fadhilla Umeira.
13. Adik-adiku tercinta, Ruaida, Ramawiyah, Didi Kusmana, Dede Ismail.
14. Sahabat-sahabat, rekan-rekan kuliah, dan rekan-rekan kerja. Terima kasih atas
persahabatan yang telah terjalin selama ini.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat menghargai saran dan kritik yang membangun terkait dengan tesis ini. Semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2010
RIWAYAT HIDUP
Nama : Wardayani
Tempat dan tanggal lahir : Paya Bakung, 15 Mei 1973
Pekerjaan : Politeknik LP3I Medan
Agama : Islam
Orang tua : Ayah Wirdana
Ibu Roslaini
Suami : Supriyanto
Anak : Ayu Winda Rizky,
Syarinda Putri
Arsa Fawwazie.
Arrizqa Umari
Arsyafi Fadhilla Umeira.
Riwayat Pendidikan : 2010 Program Studi Akuntansi
Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
1996 Sarjana Ekonomi dari Fakultas
Ekonomi Univesitas
Muhammadiyah Sumatera
Utara.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………..………... i
ABSTRACT…………..………... ii
KATA PENGANTAR ……….………. iii
RIWAYAT HIDUP ………... v
DAFTAR ISI ………...………... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... … 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ……… 6
1.4. Manfaat Penelitian ………... 7
1.5. Originalitas ……….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 9
2.1. Tinjauan Teori ………. 9
2.1.1 Pengertian Keuangan Daerah ….………... 9
2.1.2 Pengertian Kinerja ……… 9
2.1.3 Pengawasan Keuangan Daerah ……… ……… 10
2.1.4 Pengetahuan Anggaran dan Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah ………. 11
2.1.5 Partisipasi Masyarakat dan Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah ………. 12
2.1.6 Transparansi Kebijakan Publik dan Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah ………. 14
2.2 Review Penelitian Terdahulu ……… 17
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ……….…. 23
3.1 Kerangka Konsep……….………. 23
3.2 Hipotesis Penelitian……….…. 24
BAB IV METODE PENELITIAN ………. 25
4.1 Jenis Penelitian ……… 25
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….…. 25
4.3 Populasi dan Sampel ………..…. 25
4.3.1 Populasi ……… 25
4.3.2 Penentuan Sampel ……….. 26
4.4 Metode Pengumpulan Data ………. 26
4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel …… 27
4.5.1 Varabel Penelitian ……….. 27
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ……… 27
4.6 Pengukuran Variabel ……… 31
4.7 Metode Analisis ……… 34
4.7.1 Uji Kualitas Data ………. 36
4.7.1.1 Uji validitas ……….. 36
4.7.1.2 Uji reliabilitas ………... 36
4.7.2 Pengujian Asumsi Klasik ………... 36
4.7.2.1 Uji normalitas ……… ……….. 37
4.7.2.2 Uji multikolinearitas ………. 37
4.7.2.3 Uji heteroskedastisitas……….. 38
4.8 Pengujian Hipotesis ……….. 39
4.8.1 Pengujian hipotesis I ……….. 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 41
5.1 Hasil Penelitian ……….... 41
5.1.1 Deskripsi Data ……….. 41
5.1.2 Demograpi Responden ………. 41
5.1.3 Karakteristik Penelitian ……… 43
5.2 Analisis Data ………. 44
5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ……… 44
5.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ………. 46
5.2.2.1 Pengujian normalitas ………... 46
5.2.2.2 Pengujian heteroskedastisitas ………. 47
5.2.2.3 Pengujian multikolinearitas ……… 48
5.3 Pengujian Hipotesis ……….. 49
5.3.1 Pengujian Hipotesis I ……….. 49
5.3.2 Pengujian Hipotesis II ……… 52
5.4 Pembahasan ……….. 54
5.4.1 Pengaruh Pengetahuan tentang Anggaran terhadap Kinerja DPRD ………. 55
5.4.2 Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap kinerja DPRD……….. 56
5.4.3 Pengaruh Transparansi Kebijakan Publik terhadap Kinerja DPRD ………. 56
5.4.4 Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kinerja DPRD……….. 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 59
6.1 Kesimpulan ……… 59
6.2 Keterbatasan Penelitian ……… 60
6.3 Saran ………... 61
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu ……… 20
4.1 Distribusi Populasi dan Sampel ……… 26
4.2 Definisi Operasional Varabel ……… 32
5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……… 41
5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……….. …… 42
5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ……… 42
5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Komisi Bidang ………. 43
5.5 Karakteristik Penelitian ………. 43
5.6 Uji Validitas Data ……….. 45
5.7 Uji Reliabilitas Data ……….. …… 46
5.8 Pengujian Multikolinearitas ……….. 49
5.9 Ringkasan Pengujian Hipotesis 1 ……….. 50
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konsep ………. 23
5.1 Pengujian Normalitas Data……… 47
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Data Responden ……… 67
2 Uji Kualitas Data……… 69
3 Uji Asumsi Klasik………. 81
4 Uji Hipotesis………. 86
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah dengan Komitmen Profesional sebagai variabel moderating.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, metode pengumpulan data adalah menggunakan metode simple random sampling dengan menggunakan pertanyaan tertulis melalui pengisian kuesioner. Subjek penelitian ini adalah anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara pada komisi C dan panitia anggaran yang berjumlah 48 orang. Dari 48 kuesioner yang disebar dikembalikan dan yang dapat dievaluasi sebanyak 38 kuesioner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Penelitian ini menghasilkan 2 penemuan sesuai dengan hipotesis yang diajukan.Pertama Pengetahuan dewan tentang Anggaran, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Kedua tidak ditemukan pengaruh interaksi komitmen profesional terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influences of Parliament Member’s knowledge in Budgeting, Community participations, and Public policy Transparency towards the Parliament member (DPRD) performance in Province Finance Supervision by using Professional Commitment as the moderating varabel.
The data used in this research was primer data. The method used in collecting data was simple random sampling, thus by spreading the written questions which were filled by the responden. The subjects of the research were the DPRD of North Sumatera Province in Commission C and budgeting committee, which involved 48 people. The data were collected by using 48 questionnaires. Out of the 48 questionnaires, only 38 were returned and evaluated. The method used in this research was multiple regression analysis.
There were two fundings achieved as the result of this research that matched to the hypothesis proposed. Firstly, the Parliament Members knowledge in Budgeting, Community Participations, and Public Policy Transparency had significant influences towards the performance of Province Finance Supervision. Secondly, there was no professional commitment interaction influence towards the relationship of the Parliament Members knowledge in Budgeting, Community participations, and Public Policy Transparency on the Parliament member performance in Province Finance Supervision.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Perubahan sistem politik, sosial dan kemasyarakatan serta ekonomi yang
dibawa oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap
pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Pada prinsipnya terdapat tiga
pilar utama good governance, yaitu akuntabilitas, transparansi dan partisipasi
masyarakat luas yang telah menjadi komitmen pemerintah sejak dimulainya era
reformasi hingga saat ini.
Salah satu bagian dari reformasi adalah adanya desentralisasi keuangan dan
otonomi daerah. Dalam Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, mengatur penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang lebih mengutamakan
pelaksanaan asas desentralisasi. Adanya undang-undang tersebut terjadi perubahan
yang signifikan mengenai hubungan legislatif dan eksekutif didaerah karena kedua
lembaga tersebut memiliki kekuatan yang sama dan bersifat sejajar menjadi mitra.
Dalam pasal 14 ayat (1) dinyatakan bahwa didaerah dibentuk Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) sebagai Badan legislatif daerah dan Pemerintah daerah
sebagai Badan eksekutif daerah, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah
Kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya.
Implikasi positif dari berlakunya Undang-undang tentang Otonomi Daerah
yang selanjutnya disebut Dewan akan lebih aktif didalam menangkap aspirasi yang
berkembang dimasyarakat, yang kemudian mengadopsinya dalam berbagai bentuk
kebijakan publik didaerah bersama-sama Kepala Daerah.
Menurut PP Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
pada Pasal 132 menjelaskan bahwa: DPRD melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), Pasal 133 menjelaskan bahwa pengawasan pengelolaan keuangan daerah
perpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan, sehubungan dengan hal
itu maka peran Dewan menjadi sangat meningkat dalam mengontrol kebijakan
Pemerintah. DPRD sebagai Lembaga legislatif mempunyai tiga fungsi yaitu: 1)
fungsi legislasi (fungsi membuat peraturan perundang-undangan), 2) fungsi anggaran
(fungsi menyusun anggaran), 3) fungsi pengawasan (fungsi untuk mengawasi kinerja
Eksekutif).
DPRD Sebagai bagian dari unsur penyelenggaraan Pemerintah daerah yang
menjalankan fungsi pengawasan tentunya harus mampu mempersiapkan semua
kompetensi, agar dapat menjalankan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya,
Permasalahannya adalah apakah dalam melaksanakan fungsi pengawasan,
pengetahuan Dewan tentang anggaran merupakan masalah utamanya ataukah
disebabkan masalah lain yang bersifat eksternal misalkan partisipasi masyarakat dan
transparansi kebijakan publik.
Pengawasan anggaran yang dilakukan oleh Dewan dipengaruhi oleh faktor
dimiliki oleh Dewan, salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran, sedangkan
faktor eksternal adalah partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik.
Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2002), menyimpulkan bahwa
pengetahuan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan
daerah yang dilakukan oleh Dewan, beberapa penelitian yang menguji hubungan
antara kualitas anggota Dewan dengan kinerjanya diantaranya dilakukan oleh Indradi
(2001). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas Dewan yang diukur
dengan pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan keahlian berpengaruh terhadap
kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja pada saat melakukan fungsi pengawasan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan Sopanah (2003), membuktikan bahwa
pengetahuan Dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan
keuangan.
Di Indonesia saat ini terdapat beberapa mantan anggota dan anggota legislatif
yang divonis bersalah oleh pengadilan karena menyalahgunakan APBD, hal ini
dimungkinkan terkait dengan peran legislatif yang sangat besar dalam penganggaran,
terutama pada tahap perencanaan atau perumusan kebijakan anggaran dan
pengesahan anggaran.Dugaan adanya salah alokasi dalam anggaran karena politisi
memiliki kepentingan pribadi dalam penganggaran seperti dinyatakan Andriani
(2002)
Kondisi “powerful” yang dimiliki legislatif menyebabkan tekanan kepada
eksekutif menjadi semakin besar. Posisi eksekutif yang “lebih rendah” dari legislatif
sumberdaya yang memberikan keuntungan kepada legislatif sehingga menyebabkan
outcome anggaran dalam bentuk pelayanan publik mengalami distorsi dan merugikan
publik Winarna dan Murni (2007).
Hal yang sangat kritis pada tahap perencanaan anggaran adalah perlunya
penguatan pada sisi pengawasan.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
merupakan lembaga yang memiliki posisi dan peran strategis terkait dengan
pengawasan keuangan daerah. Peraturan Pemerintah (PP) RI No.58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan bahwa pengawasan atas
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilakukan oleh
DPRD.
Berdasarkan pada pekerjaan tersebut di atas, maka peranan DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis
untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel, walaupun pada kenyataanya masih terdapat masalah dan
kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah dari aspek lembaga legislatif.
Menurut Estiningsih (2005), secara umum adanya pengaturan tentang badan legislatif
dimaksudkan untuk: pertama, mencegah (defend) dari kepentingan kelompok tertentu
(privileged in the masses), kedua menjaga berlakunya hukum agar sesuai dengan
tujuan dan harapan pembentukan hukum, karena itu pengawasan yang dilakukan
legislatif penting untuk memantau dinamika berlaku dan efektifnya peraturan yang
Fenomena yang terjadi di DPRD provinsi Sumatera Utara yang
beranggotakan dari berbagai partai politik menyebabkan anggota DPRD sulit
melaksanakan perannya sebagai fungsi pengawas bila dalam suatu masalah terlibat
didalamnya dari anggota partai politik yang sama. Penyebabnya adalah pada awal
karir mereka anggota Dewan dari berbagai partai politik sudah tertanam partai adalah
rumah mereka, padahal seharusnya ketika mereka terpilih sebagai wakil rakyat maka
atribut partai tidak lagi jadi patokan utama tetapi amanat rakyat yang seharusnya
dikedepankan.
Lemahnya fungsi pengawasan legislatif merupakan faktor yang
mempengaruhi kinerja legislatif terhadap eksekutif (Werfete: 2009). Hal ini dapat
terlihat bahwa selama ini ada panitia anggaran, yang seharusnya melakukan
pengawasan dari mulai perencanaan sampai pada pelaporan tetapi dalam
pelaksanaannya fungsi pengawasan belum berjalan dengan baik. Di sinilah benang
merah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk meneliti Pengaruh Pengetahuan
Dewan tentang Anggaran, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik
terhadap Kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah dengan menambahkan
Komitmen Profesional sebagai variabel moderating yang merupakan suatu hal yang
sangat vital untuk memantau dinamika berlaku dan efektifnya peraturan yang dibuat
sebagai upaya pencegah dari adanya unsur kepentingan kelompok tertentu dan
menjaga berlakunya hukum agar sesuai dengan tujuan dan harapan pembentukan
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian
ini sebagai berikut:
1. Apakah pengetahuan Dewan tentang anggaran, partisipasi masyarakat, dan
transparansi kebijakan publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)?
2. Apakah Komitmen Profesional Anggota DPRD memperkuat / memperlemah
pengaruh pengetahuan Dewan tentang anggaran, partisipasi masyarakat, dan
transparansi kebijakan publik terhadap Kinerja DPRD dalam pengawasan
keuangan daerah (APBD)?
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas,maka tujuan
penelitian adalah:
1. Untuk memberikan bukti empiris bahwa pengetahuan Dewan tentang
anggaran, partisipasi masyarakat, dan transparansi kebijakan publik akan
mempengaruhi kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
2. Untuk memberikan bukti empiris bahwa komitmen profesional memperkuat
atau memperlemah pengaruh pengetahuan Dewan tentang anggaran,
partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik terhadap kinerja DPRD
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pikiran dan manfaat yang
berarti yaitu:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media untuk mengembangkan wawasan
dan pengetahuan yang berkaitan Akuntansi Sektor Publik.
2. Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan informasi
sejauhmana kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah di DPRD
Provinsi Sumatera Utara
3. Bagi Akademisi dan peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
1.5. Originalitas
Penelitian tentang anggaran berbasis kinerja pada Pemerintah daerah telah
banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya penelitian yang dilakukan
oleh Sari dan Anwar (2008) meneliti hubungan pengetahuan Dewan tentang anggaran
terhadap pengawasan keuangan daerah dengan akuntabilitas, partisipasi masyarakat
dan transparansi kebijakan publik sebagai pemoderating. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa pengetahuan Dewan tentang anggaran berpengaruh positif
terhadap pengawasan keuangan daerah, sedangkan Akuntabilitas, partisipasi
mempengaruhi hubungan antara pengetahuan Dewan tentang anggaran dengan
pengawasan keuangan daerah.
Peneliti lainnya Werimon et.al (2007) meneliti partisipasi masyarakat,
transparansi kebijakan publik sebagai pemoderating hubungan pengetahuan Dewan
tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah (APBD). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertama, terdapat hubungan yang positif signifikan antara
variabel pengetahuan dengan pengawasan keuangan daerah (APBD), kedua interaksi
antara pengetahuan Dewan tentang anggaran dengan partisipasi masyarakat
berpengaruh negatif signifikan terhadap pengawasan Keuangan Daerah, ketiga
interaksi antara pengetahuan Dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan
publik tidak berpengaruh positif signifikan terhadap pengawasan APBD, keempat
interaksi antara pengetahuan Dewan tentang anggaran dengan partisipasi masyarakat
dan transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh positif signifikan terhadap
pengawasan APBD.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari peneliti terdahulu dengan
menambahkan 1 (satu) variabel yaitu komitmen profesional, dan perbedaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lingkup penelitian, daerah penelitian,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Pengertian Keuangan Daerah
Dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang no.17 tahun 2003 menyatakan bahwa
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Pengertian keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara serta segala
sesuatu yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban tersebut yang dapat dinilai
dengan uang (Bazwir, 1999).
Dari pengertian keuangan di atas, maka pengertian keuangan daerah pada
dasarnya sama dengan pengertian keuangan negara di mana “negara” dianalogikan
dengan “daerah”. Hanya saja dalam konteks ini keuangan daerah adalah semua
hak-hak dan kewajiban daerah yang dapat menjadi kekayaan daerah berhubungan dengan
pelaksanaan hak-hak kewajiban tersebut dan tentunya dalam batas-batas kewenangan
daerah (Ichsan et.al,1997).
2.1.2. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu :kompetisi; berarti individu
atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.
Produktivitas; kompetisi tersebut dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau
kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja atau outcome
(Wibowo,2007).
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa dalam memahami kinerja DPRD
dapat menggunakan peran dan statusnya yang diimplementasikan kedalam tugas dan
fungsinya. Mengenai tugas dan fungsi DPRD bahwa “Tugas utama badan Legislatif
adalah dibidang perundang-undangan, menentukan policy (kebijakan) dan membuat
undang-undang,termasuk mengadakan amandemen terhadap perundang-undangan
yang diajukan oleh Pemerintah dan hak budget serta mengontrol badan-badan
eksekutif agar semua tindakannya sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan
(Budiardjo dan Ambong,1993).
2.1.3. Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah
disusun dapat berjalan secara efisien, efektif, dan ekonomis.
Pengawasan menurut Keputusan Presiden No.74 tahun 2001 (Tentang Tata Cara
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah) Pasal (16) menyebutkan bahwa
pengawasan Pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin agar Pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan
Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan dapat berupa pengawasan secara
langsung dan tidak langsung serta preventif dan represif. Pengawasan langsung
dilakukan secara pribadi dengan cara mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek
sendiri ditempat pekerjaan dan meminta secara langsung dari pelaksana dengan cara
inspeksi. Sedangkan pengawasan tidak langsung dilakukan dengan cara mempelajari
laporan yang diterima dari pelaksana. Pengawasan preventif dilakukan melalui
Pre-audit yaitu sebelum pekerjaan dimulai. Pengawasan represif dilakukan melalui
post-audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (Inspeksi).
Pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap pada
penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan
hanya pada tahap evaluasi saja (Mardiasmo,2001). Pengawasan yang dilakukan oleh
Dewan dimulai pada saat proses penyusunan APBD, pengesahan APBD, pelaksanaan
APBD, dan pertanggungjawaban APBD. Alamsyah (1997) menyebutkan bahwa
tujuan adanya pengawasan APBD adalah untuk: (1) menjaga agar anggaran yang
disusun benar-benar dijalankan, (2) menjaga agar pelaksanaan APBD sesuai dengan
anggaran yang telah digariskan, dan (3) menjaga agar pelaksanaan APBD
benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.
2.1.4. Pengetahuan Anggaran dan Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Dalam menjalankan fungsi dan peran anggota Dewan, kapasitas, dan profesi
Dewan sangat ditentukan oleh kemampuan bargaining position dalam memproduk
pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman dalam menyusun berbagai peraturan
daerah selain kepiawaian Dewan dalam berpolitik mewakili konstituen dan
kepentingan kelompok dan partainya. Beberapa penelitian yang menguji hubungan
antara kualitas anggota Dewan dengan kinerjanya diantaranya dilakukan oleh
(Indradi, 2001; Sutamoto, 2002, Sopanah, 2003). Hasil penelitiannya membuktikan
bahwa kualitas Dewan yang diukur dengan pendidikan, pengetahuan, pengalaman,
dan keahlian berpengaruh terhadap kinerja Dewan yang salah satunya adalah kinerja
pada saat melakukan fungsi pengawasan. Pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan
pengetahuan untuk masa yang akan datang. Yudono (2002) mengatakan bahwa
DPRD akan mampu menggunakan hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan
kewajibannya secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proporsional
jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis
penyelenggaraan Pemerintahan, kebijakan publik, dan lain sebagainya. Pengetahuan
yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan keuangan daerah salah satunya
adalah pengetahuan tentang anggaran.
Dengan meningkatnya pengetahuan Dewan khususnya tentang anggaran
diharapkan kinerja Dewan dalam pengawasan keuangan daerah pun semakin baik.
2.15. Partisipasi Masyarakat dan Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Secara umum pengertian partisipasi adalah suatu tindakan dalam keterlibatan
dan berbagi pengaruh didalam proses pengambilan keputusan (Zainuddin dan Gaffar,
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa
ikut serta dalam pengambilan keputusan;
2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan;
3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri;
4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang
atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu;
5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para
staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.
Achmadi et.al (2002) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan
kunci sukses dari pelaksanaan otonomi daerah karena dalam partisipasi menyangkut
aspek pengawasan dan aspirasi. Pengawasan yang dimaksud di sini termasuk
pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif. Peranan Dewan dalam
melakukan pengawasan keuangan daerah akan dipengaruhi oleh keterlibatan
yang mempengaruhi pengawasan yang dilakukan oleh Dewan, partisipasi masyarakat
diharapkan akan meningkatkan fungsi pengawasan.
2.1.6. Transparansi Kebijakan Publik dan Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Prinsip Transparansi memiliki 2 aspek, (1) komunikasi publik oleh pemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi.Transparan merupakan salah satu prinsip good governance. Mardiasmo (2003) menyebutkan bahwa, kerangka konseptual dalam membangun transparansi dan akuntabilitas organisasi sektor publik dibutuhkan empat komponen yang terdiri dari: 1) Adanya sistem pelaporan keuangan; 2) Adanya sistem pengukuran kinerja; 3) Dilakukannya auditing sektor publik; dan 4) Berfungsinya saluran akuntabilitas publik (channel of accountability).
2.1.7. Komitmen Profesional dan Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Komitmen profesional merupakan peristiwa di mana individu sangat tertarik
pada (mempunyai keterikatan terhadap) nilai-nilai, aturan-aturan dan tujuan dari
profesinya. Seorang professional dalam menjalankan tugasnya pasti akan berdasarkan
pada perilaku, sikap dan orientasi terhadap profesinya tersebut, hal ini akan
memunculkan loyalitas kepada profesinya. Komitmen profesional adalah tingkat
loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan individu tersebut,
Trisnaningsih (2003). Secara khusus, komitmen profesi yang tinggi seharusnya
mendorong seseorang ke perilaku yang sesuai dengan kepentingan publik dan
menjauh dari perilaku yang membahayakan profesi.
Aranya dan Ferris (1984) menyatakan bahwa komitmen adalah suatu
keyakinan dan penerimaan tujuan dalam nilai suatu profesi, kemauan untuk
memainkan upaya tertentu atas nama profesi. Dengan demikian komitmen
profesional adalah suatu bentuk penerimaan dan kesediaan terhadap pelaksanaan
tujuan dan nilai-nilai profesi. Komitmen profesional menjadi daya yang mendorong
seseorang untuk melaksanakan tugas-tugas profesinya sebaik mungkin atau daya
pemacu bagi pencapaian kinerja yang baik dalam pekerjaan. Komitmen membentuk
seseorang menjadi setia dan loyal, ulet, giat, dan aktif dalam melakukan
pekerjaannya.
Komitmen profesional dibangun atas dasar keprofesionalan anggota Dewan
kepentingan rakyat atau justru ikut dalam kepentingan politik masing-masing partai
politik. Jeffrey dan Weatherholt (1996) menguji hubungan antara komitmen
profesional, pemahaman etika dan sikap ketaatan terhadap aturan. Aturan yang
dimaksud adalah fungsi yang diberlakukan kepada para anggota legislatif yang
diantaranya fungsi pengawasan.
Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh DPRD sesuai dengan tugas dan fungsinya yakni sebagai perumus
peraturan daerah,penyusun anggaran, dan sebagai pengawas atas pelaksanaan
peraturan daerah yang dijalankan oleh Kepala Daerah. Ukuran kinerja adalah sebagai
berikut:
1. Produktivitas, untuk mengukur sejauhmana tingkat pencapaian hasil implementasi
tugas dan fungsi DPRD. Produktivitas ini ditentukan oleh: jumlah peraturan
daerah yang dihasilkan oleh DPRD dan jumlah keterlibatan DPRD dalam
penentuan pajak, retribusi, dan hutang yang membebani rakyat.
2. Efektifitas, untuk mengukur sejauhmana implementasi hak-hak dan fungsi DPRD
dapat mencapai tujuan dan sasaran. Efektivitas ini ditentukan oleh: tersalurkannya
aspirasi dan tuntutan rakyat dalam bentuk peraturan daerah, terealisasinya APBD
sesuai dengan tujuan dan sasaran.
3. Tanggung jawab atau responsibilitas, untuk mengukur sejauhmana kepekaan
DPRD dalam mengimplementasikan tugas dan fungsinya. Tanggung jawab ini
adanya tanggung jawab DPRD kepada rakyat dalam penyusunan APBD (Rahman
dan Azis, 2006).
Kinerja DPRD dalam pengawasan pelaksanaan anggaran Pemerintah Daerah
harus benar-benar optimal, hal ini untuk memantau apakah pelaksanaan anggaran
tersebut telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, serta berjalan
efisien, efektif dan ekonomis. Proses pengawasan di sini diartikan sebagai proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pelaksanaan Pemerintah daerah sesuai
dengan perencanaan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Keppres No.
74 Tahun 2001).
Penelitian ini, proses pengawasan akan difokuskan pada pengawasan yang
dilakukan oleh DPRD. Dalam melaksanakan tugas pengawasan tersebut, DPRD
memiliki bagian khusus yang disebut Panitia Anggaran. Pengawasan yang dilakukan
DPRD atau Dewan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung serta preventif
dan represif. Pengawasan yang bersifat langsung dilakukan secara pribadi dengan
cara mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri di tempat pekerjaan dan
minta secara langsung dari pelaksana dengan cara inspeksi. Sedangkan pengawasan
tidak langsung dilakukan dengan cara mempelajari laporan yang diterima dari
pelaksana.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan Anggaran dan Pengawasan keuangan daerah
(2009).Dalam penelitian tersebut pengetahuan Dewan sebagai variabel Independen,
Pengawasan keuangan daerah sebagai variabel dependen, sedangkan Akuntabilitas,
Partisipasi masyarakat, Transparansi kebijakan publik sebagai variabel Pemoderasi.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan Pengetahuan Dewan tentang anggaran
berpengaruh positif terhadap pengawasan keuangan daerah, sedangkan Akuntabilitas,
Partisipasi masyarakat, Transparansi Kebijakan publik bukan merupakan variabel
moderating yang dapat mempengaruhi hubungan pengetahuan Dewan tentang
anggaran dan pengawasan keuangan daerah (APBD).
Peneliti berikutnya Werimon et.al (2007) meneliti pengaruh partisipasi
masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap hubungan pengetahuan
Dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah. Dalam penelitian ini
pengetahuan Dewan tentang anggaran, partisipasi masyarakat dan transparansi
kebijakan publik dijadikan sebagai variabel Independen, dan pengawasan keuangan
daerah dijadikan sebagai variabel dependen. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa Pengetahuan anggaran berpengaruh positif signifkan terhadap pengawasan
keuangan daerah.namun interaksi antara pengetahuan Dewan tentang anggaran
dengan partisipasi masyarakat berpengaruh negatif signifikan terhadap pengawasan
keuangan daerah, interaksi pengetahuan Dewan dengan transparansi kebijakan publik
berpengaruh positif signifikan terhadap pengawasan APBD, Interaksi antara
pengetahuan Dewan terhadap anggaran dengan partisipasi masyarakat tidak
Selanjutnya Coryanata (2007) melakukan penelitian tentang Akuntabilitas,
partisipasi Masyarakat, transparansi kebijakan publik sebagai pemoderating
hubungan pengetahuan Dewan tentang anggaran terhadap Pengawasan keuangan
daerah pada anggota Dewan DPRD di kota Bengkulu. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan Dewan tentang
anggaran dengan pengawasan keuangan daerah, dengan tingkat signifikan 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa anggota Dewan sadar bahwa pengetahuan tentang anggaran
harus mutlak mereka kuasai dalam rangka pengawasan terhadap keuangan daerah
nantinya. Partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik serta akuntabilitas,
yang disebut dengan variabel moderating, semuanya ikut mempengaruhi hubungan
antara pengetahuan Dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan publik
secara signifikan dengan tingkat signifikan 0,000.
Peneliti berikutnya, Werfete (2009) melakukan kajian terhadap pelaksanaan
salah satu fungsi pada DPRD Kabupaten Kaimana yaitu fungsi pengawasan, hasil
penelitian ini menunjukan bahwa membenarkan dugaan tentang lemahnya
pelaksanaan pengawasan fungsi pengawasan DPRD Kabupaten Kaimana. Lemahnya
fungsi pengawasan ini disebabkan oleh kualitas SDM anggota Dewan, komitmen
para wakil rakyat, kontrol masyarakat, serta kemampuan Sekretariat Dewan yang
minim.Sopanah (2003) membuktikan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran
berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD) dan interaksi
antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan Partisipasi Masyarakat
interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan
publik tidak signfikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD).
Menurut Indradi (2001) hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa
kualitas Dewan yang diukur dengan Pendidikan, Pengetahuan, Pengalaman, dan
Keahlian berpengaruh terhadap Kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja pada saat
melakukan fungsi pengawasan. Hasil penelitian Winarna dan Murni (2007)
membuktikan bahwa Personal background dan political background tidak
berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, tetapi
pengetahuan dewan berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah.
Review penelitian sebelumnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1 Rida Perwita Sari, Syaiful Anwar
2009 Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan
transparansi kebijakan publik sebagai
pemoderating hubungan dewan tentang anggaran dan pengawasan keuangan daerah.
Variabel Independen: Pengetahuan dewan tentang anggaran kebijakan publik (variabel moderasi)
Pengetahuan Dewan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah sedangkan akuntabilitas, partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik bukan merupakan variabel moderating yang dapat mempengaruhi hubungan
2007 Pengaruh partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara pengetahuan Dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah
Variabel Independen: Pengetahuan dewan tentang anggaran,
Variabel dependen: pengawasan keuangan daerah
Variabel moderasi: Partisipasi masyarakat dan
transparansi kebijakan keuangan daerah, interaksi pengetahuan Dewan dengan transparansi kebijakan publik berpengaruh positif signifikan terhadap pengawasan APBD, Interaksi antara pengetahuan Dewan terhadap anggaran dengan partisipasi masyarakat tidak berpengaruh positif signifikan terhadap pengawasan APBD 3 Isma Coryanata 2007 Akuntabilitas, Partisipasi
Masyarakat dan Transparansi kebijakan publik sebagai
pemoderating hubungan pengetahuan Dewan tentang anggaran dan pengawasan keuangan daerah
Variabel Independen: Pengetahuan dewan tentang anggaran masyarakat dan transparansi kebijakan publik sebagai
menunjukkan hubungan yang sangat signifikan dengan tingkat signifikan 0,000. antara pengetahuan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah. Partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik serta akuntabilitas, yang disebut dengan variabel
moderating, semuanya ikut mempengaruhi hubungan antara pengetahuan Dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan publik secara signifikan dengan tingkat signifikan 0,000
4 Jafar Werfete 2009 Pengaruh kualitas SDM anggota dewan, Komitmen profesional, dan control masyarakat terhadap pengawasan keuangan daerah Kabupaten Kaimana
Variabel independen: Kualitas SDM dan Komitmen Profesional Variabel dependen: Pengawasan keuangan daerah
Menunjukan bahwa membenarkan dugaan tentang lemahnya pelaksanaan pengawasan fungsi pengawasan DPRD Kabupaten Kaimana. Lemahnya fungsi pengawasan ini disebabkan oleh kualitas SDM anggota Dewan, komitmen para wakil rakyat, kontrol masyarakat, serta kemampuan Sekretariat Dewan yang minim 5 Sopanah 2003 Pengaruh Partisipasi
Masya rakat dan transparansi kebijakan publik terhadap hubungan
Variabel independen: Pengetahuan dewan tentang anggaran
Lanjutan Tabel 2.1
antara pengetahuan Dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan Partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik
keuangan
daerah (APBD) dan interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan Partisipasi Masyarakat berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD), sedangkan interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan publik tidak signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD) 6 Syamsiar Indradi 2001 Pengaruh Pendidikan dan
Pengalaman anggota DPRD dengan Proses Pembuatan Peraturan Daerah
Variabel independen: Pendidikan dan Pengalaman anggota DPRD
Variabel dependen: Pembuatan peraturan Daerah
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas Dewan yang diukur dengan
Pendidikan, Pengetahuan, Pengalaman, dan Keahlian berpengaruh terhadap kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja pada saat melakukan fungsi pengawasan
7 Jaka Winarna dan
Sri Murni
2007 Pengaruh Personal Background, Political
Background, Pengetahuan
Dewan tentang Anggaran terhadap Peran DPRD dalam Pengawasan
dewan tentang anggaran Variabel dependen: Peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah
Personal background dan
39
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian,peneliti
mengidentifikasi variabel independen yaitu Pengetahuan Anggaran (X1), Partisipasi
Masyarakat (X2), Transparansi Kebijakan Publik (X3), variabel moderasi yaitu
Komitmen professional (Z), yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun
parsial terhadap variabel dependen yaitu Kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (Y).
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan
sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel moderasi Variabel dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Pengetahuan
Anggaran (X1)
Komitmen Profesional (Z)
Kinerja DPRD dalam pengawasan
keuangan Daerah (Y)
Partisipasi
Masyarakat (X2)
40
Keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Semakin tinggi/rendah pengetahuan Dewan tentang anggaran, Partisipasi
masyarakat dan Transparansi kebijakan publik maka semakin tinggi/rendah
kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah;
b. Semakian tinggi/rendah komitmen profesional anggota DPRD maka semakin
tinggi/rendah tinggi pengaruh pengetahuan anggaran, partisipasi masyarakat,
transparansi kebijakan publik terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan
keuangan daerah.
3.2. Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2008) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian.Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
hipotesis ditetapkan sebagai berikut:
H1: Pengetahuan Dewan tentang Anggaran, Partisipasi Masyarakat, Transparansi
Kebijakan Publik berpengaruh signifikan baik secara simultan dan parsial
terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
H2: Komitmen Profesional Anggota DPRD memperkuat atau memperlemah
pengaruh pengetahuan Dewan tentang anggaran, Partisipasi Masyarakat dan
Transparansi Kebijakan Publik terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk
melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2003) menyebutkan
desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen di mana
variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat
dampaknya pada variabel dependen secara langsung.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Anggota DPRD di Provinsi Sumatera Utara, adapun
alasan dipilihnya Provinsi Sumatera Utara sebagai objek penelitian karena Provinsi
Sumatera Utara merupakan Provinsi terbesar yang memiliki banyak Kota Madya
dan Kota Kabupaten sehingga perlu pengawasan dari legislatif terhadap keuangan
yang dijalankan Pemerintah Daerah.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari
– Mei 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota DPRD di Provinsi Sumatera
Utara. Sampel penelitian ini adalah anggota Dewan di komisi C dan panitia anggaran
42
4.3.2 Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling,
Menurut Erlina dan Mulyani (2007) dikatakan simple random sampling karena setiap
elemen populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi Sampel
penelitian. Keseluruhan populasi dalam hal ini seluruh anggota DPRD pada Komisi C
dan Panitia Anggaran sebanyak 48 orang, namun dalam pengembalian instrument
penelitian hanya terdapat 38 orang, hal ini disebabkan karena 4 orang dari Komisi C
juga merupakan anggota dari panitia anggaran dan 6 orang tidak mengembalikan
karena tidak berada ditempat.
Rincian distribusi populasi dan sampel dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Distribusi Populasi dan Sampel
No. Keterangan Anggota
Populasi
Jumlah Sampel
1 Anggota DPRD Komisi C 18 18
2 Panitia Anggaran 30 30
Total Populasi dan Sampel 48 48
Sumber: DPRD Provsu
4.4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008) bahwa “kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
43
dijawabnya”. Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner sebanyak 48 orang
adalah Anggota Dewan di Komisi C dan Panitia Anggaran.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, menurut Indriantoro dan
Supomo (1999) “data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara)”.
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang oleh
Coryanata (2007), Sopanah (2003) dan ditambah sendiri oleh peneliti pada
pertanyaan di variabel moderating .Sebagaimana pendapat Sugiyono (2008) bahwa
“peneliti-peneliti dalam bidang sosial instrument penelitian yang digunakan sering
disusun sendiri termasuk menguji validitas dan realibilitasnya”.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
4.5.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari 3 variabel meliputi: a).Variabel independen:
pengetahuan Dewan tentang anggaran (X1), Partisipasi Masyarakat (X2) dan
Transparansi Kebijakan Publik (X3) b) Variabel dependen: kinerja DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (Y), c) Variabel moderasi: komitmen professional (Z).
4.5.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari
hubungan antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Menurut
44
(operationalizing the concept) ke dalam elemen-elemen yang dapat di observsi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan”.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala interval. Erlina
dan Mulyani (2007) menyebutkan “skala interval adalah skala pengukuran yang
menyatakan kategori, peringkat dan jarak konstruk yang diukur tetapi tidak
menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan dan bukan angka absolut”.
Apabila skalanya interval maka rata-rata hitung dipakai sebagai ukuran nilai sentral
dan prosedur-prosedur statistik yang dapat dipakai adalah korelasi product moment,
uji F dan lain-lain uji parametrik.
Konsep dan definisi secara operasional masing-masing variabel yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan Anggaran
Pengetahuan anggaran adalah persepsi responden tentang anggaran (RAPBD/
APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau kegagalan dan kebocoran
anggaran. Indikator-indaktor yang digunakan untuk mengukur variabel
Pengetahuan Anggaran ini adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan terhadap penyusunan APBD
b. Pengetahuan terhadap pelaksanaan APBD
c. Pengetahuan untuk mendeteksi terjadinya kebocoran dalam pelaksanaan
APBD
d. Pengetahuan untuk mendeteksi terjadinya pemborosan atau kegagalan dalam
45
2.Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah persepsi responden tentang pemantapan dialog antara
masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan,
monitoring agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan
dampak sosial. Indikator-indaktor yang digunakan untuk mengukur variabel
partisipasi masyarakat ini adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi Masyarakat diperlukan untuk membantu Dewan dalam menjalankan
fungsi tugas sebagai pengawas keuangan daerah
b. Kritik dan saran masyarakat selalu dijadikan masukan dalam melakukan
pengawasan
c. Dalam konsultasi dan konfirmasi antara Dewan dan Pemerintah daerah
berkaitan dengan rancangan APBD selalu melibatkan masyarakat
d. Dalam Penyusunan APBD selalu melibatkan masyarakat
3. Transparansi Kebijakan Publik
Transparansi Kebijakan Publik adalah keterbukaan tentang anggaran yang mudah
diakses oleh masyarakat. Kebijakan publik merupakan tindakan yang dilakukan
oleh Pemerintah dan sebagai keputusan yang mempunyai tujuan tertentu.
Indikator-indaktor yang digunakan untuk mengukur variabel Transparansi
Kebijakan Publik ini adalah sebagai berikut:
a. Pengumuman atau pemberian informasi oleh Pemerintah daerah berkaitan
46
b. Kemudahan dokumen-dokumen kebijakan anggaran yang telah disusun oleh
Pemerintah daerah untuk diketahui publik.
c. Kemampuan transparansi anggaran dalam meningkatkan dan mengakomodasi
usulan masyarakat.
d. Adanya sistem penyampaian informasi anggaran kepada publik.
4. Komitmen professional
Komitmen professional adalah Komitmen responden sebagai wakil rakyat
bukan wakil sekelompok orang/golongan untuk melakukan pengawasan yang
optimal dalam pengawasan keuangan daerah.
Indikator-indaktor yang digunakan untuk mengukur variabel komitmen
profesional ini adalah sebagai berikut:
a. Komitmen bahwa anggota legislatif adalah wakil rakyat
b. Komitmen dalam pemahaman etika dan sikap ketaatan terhadap aturan
perundang-undangan.
c. Komitmen bahwa anggota legislatif mempunyai tanggung jawab untuk
menjaga kredibilitas Lembaga.
d. Dewan harus selalu bersikap netral dalam mempertimbangkan
usulan/kebutuhan masyarakat, tanpa melihat apakah mendukung partainya
ataukah pendukung partai lain.
5. Kinerja DPRD
Kinerja adalah hasil kerja yang dilakukan DPRD dalam Pengawasan Keuangan
47
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD). Indikator-indaktor yang digunakan untuk mengukur variabel kinerja
DPRD dalam pengawasan keuangan daerah ini adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan Dewan dalam penyusunan arah dan kebijakan umum APBD.
b. Keterlibatan Dewan dalam pengesahan APBD.
c. Kemampuan menjelaskan APBD yang telah disusun.
d. Keyakinan Dewan bahwa APBD telah memiliki transparansi.
e. Keterlibatan Dewan dalam memantau pelaksanaan APBD.
f. Evaluasi yang dilakukan Dewan terhadap Laporan Pertanggungjawaban.
g. Evaluasi yang dilakukan Dewan terhadap faktor-faktor atau alasan-alasan
yang mendorong timbulnya revisi APBD.
h. Permintaan keterangan oleh Dewan terhadap Laporan Pertanggungjawaban
(LPJ) APBD yang disampaikan Kepala Daerah.
i. Tindak lanjut dari Dewan jika terjadi kejanggalan dalam LPJ APBD.
4.6. Pengukuran Variabel
Alat pengukur dalam penelitian ini menggunakan kuisioner, sedangkan skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala likert,
yaitu skala yang mengukur respon subyek kedalam lima (5) poin skala dengan
interval yang sama, dengan demikian tipe data yang digunakan adalah tipe interval,
48
Skala masing-masing variabel diukur dengan model skala likert yaitu
mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidak setujuannya terhadap
pertanyaan yang diajukan dengan skor 5 yaitu:
1. 5 (SS=Sangat Setuju), 4 (S=Setuju), 3 (TT= Tidak Tahu), 2 (TS=Tidak Setuju),
dan 1 (STS= Sangat Tidak Setuju).
2. 5 (SP = Sangat Pernah), 4 (P=Pernah), 3 (J = Jarang), 2 (TP = Tidak Pernah) 1
(STP = Sangat Tidak pernah).
Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala
Dependen
Kinerja DPRD (Y)
hasil kerja yang dilakukan DPRD dalam menjalankan salah satu fungsi tugasnya sebagai pengawas keuangan daerah, yang meliputi pengawasan pada saat penyusunan, pengesahan, pelaksanaan, dan
pertanggung jawaban anggaran (APBD)
- Keterlibatan Dewan dalam penyusunan arah dan kebijakan umum APBD. - Keterlibatan Dewan dalam
pengesahan APBD. - Kemampuan menjelaskan
APBD yang telah disusun. - Keyakinan Dewan bahwa
APBD telah memiliki transparansi
- Keterlibatan Dewan dalam memantau pelaksanaan APBD. yang mendorong timbulnya revisi APBD.
49 (RAPBD/ APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau kegagalan dan kebocoran anggaran
Partisipasi masyarakat adalah partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama
Keterbukaan informasi tentang anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat
- Pengetahuan tehadap penyusunan APBD. - Pengetahuan terhadap
pelaksanaan APBD. - Pengetahuan untuk
mendeteksi terjadinya kebocoran dalam pelaksanaan APBD.
- Pengetahuan untuk mendeteksi terjadinya pemborosan atau kegagalan dalam pelaksanaan APBD - Pelibatan masyarakat untuk
membantu Dewan dalam menjalankan fungsi tugas sebagai pengawas keuangan daerah.
- Kritik dan saran masyarakat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan
pengawasan.
- Pelibatan masyarakat dalam penyusunan APBD. - Pelibatan masyarakat dalam
konsultasi dan konfirmasi antara Dewan dan Pemerintah daerah berkaitan dengan rancangan APBD.
- Pengumuman atau pemberian informasi oleh Pemerintah daerah berkaitan dengan kebijakan anggaran yang telah disusun.
- Kemudahan dokumen-dokumen kebijakan anggaran yang telah disusun oleh Pemerintah daerah untuk diketahui publik. - Ketepatan waktu
penyampaian laporan pertanggungjawaban. - Kemampuan transparansi
anggaran dalam meningkatkan dan mengakomodasi usulan masyarakat.
Interval
50
- Adanya sistem penyampaian informasi anggaran kepada publik sebagai wakil rakyat bukan wakil sekelompok orang/golongan untuk melakukan pengawasan yang optimal dalam pengawasan keuangan daerah
- Komitmen bahwa Anggota Legislatif adalah wakil rakyat - Komitmen dalam
pemahaman etika dan sikap ketaatan terhadap aturan perundang-undangan - Anggota Dewan mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga kredibilitas lembaga - Dewan harus selalu bersikap
netral dalam mempertimbangkan usulan/kebutuhan
masyarakat, tanpa melihat apakah mendukung partainya ataukah pendukung partai lain
Interval
4.7. Metode Analisis
Setelah data dikumpulkan dan diuji validitas dan reliabilitas, maka selanjutnya
dilakukan pengujian yang berhubungan dengan model statistik yang akan digunakan
dalam pengujian hipotesis.Alat analisis untuk menguji hipotesis–hipotesis tersebut
digunakan adalah analisis regresi berganda (multiple regression). Pengolahan data
dilakukan dengan SPSS versi 17 for windows. Pengujian hipotesis dilakukan setelah
model regresi berganda yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik, agar
hasil pengujian dapat diinterpretasikan dengan tepat, Persamaan regresi untuk
menguji hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji hipotesis 1 (H1)
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ e ... (1)
51
a = Konstanta
X1 = Pengetahuan anggaran
X2 = Partisipasi masyarakat
X3 = Transparansi kebijakan publik
b1,b2,b3 = Koefisien regresi
e = Error
2.Untuk menguji hipotesis 2 (H2)
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3 +b4 Z+ b5|X1 Z|+ b6 |X2 Z| + b7|X3 Z| + e... (2)
Keterangan :Y = Kinerja DPRD dalam Pengawasan keuangan daerah
a = Konstanta
X1 = Pengetahuan anggaran
X2 = Partisipasi Masyarakat
X3 = Transparansi Kebijakan Publik
Z = Komitmen Profesional
|X1 Z| = Interaksi antara Pengetahuan tentang anggaran dan
Komitmen professional diukur dengan nilai selisih
mutlak
|X2 Z| = Interaksi antara Partisipasi Masyarakat dan Komitmen
Profesional diukur dengan nilai selisih mutlak
|X3 Z| = Interaksi antara Transparansi Kebijakan Publik dan
Komitmen Profesional diukur dengan nilai selisih
mutlak
b1 b2 b3 b4 b5 b6b7 = Koefisien Regresi
52
4.7.1. Uji Kualitas Data
4.7.1.1. Uji validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini
dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan atau pernyataan
kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas
pertanyaan atau pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl
Pearson dengan ketentuan: jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir
pertanyaan atau pernyataan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil
dari r tabel, maka skor butir pertanyaan atau pernyataan kuesioner tidak valid.
4.7.1.2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil
pengamatan dengan instrument atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang
berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur realibilitas pengamatan
adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, yaitu instrumen dikatakan
reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Menurut Ghozali
(2002) “Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
cronbach alpha > 0,60”.
4.7.2. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian
53
4.7.2.1. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji model regresi (varibel bebas dan
variabel terikat) apakah mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas
dilakukan terhadap variabel-variabel independen dengan resuidual model penelitian yang
diajukan.Nilai - nilai residual berasal dari gabungan seluruh variabel independen. Uji
normalitas dilakukan untuk membandingkan distribusi kumulatif dari nilai data aktual
dengan kumulatif dari distribusi normal (Hair et al, 1998). Model regresi yang memiliki
variabel berdisribusi normal dapat dilihat secara grafis melalui grafik normal probability
plot. Apabila normal probability plot menunjukkan penyebaran titik-titik di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka mengindikasikan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola
seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji normalitas data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel
menggunakan pengujian satu sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan
tingkat signifikansi tertentu yaitu:
1. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.
2. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.
4.7.2.2. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak