• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Sayuran Selada dan Kol yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Sayuran Selada dan Kol yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb) PADA SAYURAN SELADA DAN KOL YANG DIJUAL DI PASAR KAMPUNG LALANG MEDAN BERDASARKAN

JARAK LOKASI BERDAGANG DENGAN JALAN RAYA TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

WIDYA EKA PUTRI NIM : 111000179

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb) PADA SAYURAN SELADA DAN KOL YANG DIJUAL DI PASAR KAMPUNG LALANG MEDAN BERDASARKAN

JARAK LOKASI BERDAGANG DENGAN JALAN RAYA TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

WIDYA EKA PUTRI NIM: 111000179

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Pencemaran udara di Indonesia sebesar 70% disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang menyumbangkan hampir 98% timbal ke udara. Timbal (Pb) adalah logam berat beracun dan berbahaya yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Lingkungan yang dapat tercemari dapat berupa udara, air, tanah, makanan dan lain-lain. Sayuran merupakan contoh makanan yang dapat tercemar oleh timbal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada sayuran selada dan kol yang dijual di Pasar Kampung Lalang Medan berdasarkan jarak lokasi berdagang dari jalan raya. Metode penelitian yaitu survei yang bersifat deskriptif. Pemeriksaan dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom.

Hasil penelitian menunjukkan kadar timbal tertinggi pada sayuran selada terdapat pada selada yang dijual di lokasi berdagang 0 meter dari jalan raya sebelum dicuci yaitu sebesar 1,43 mg/kg, setelah selada dicuci kadar timbalnya berkurang menjadi 1,07 mg/kg, dan selada yang ditutup kadar timbalnya sebesar 0,69 mg/kg. Kadar timbal tertinggi pada sayuran kol terdapat pada kol yang dijual di lokasi berdagang 0 meter dari jalan raya sebelum dicuci yaitu sebesar 0,57 mg/kg, setelah kol dicuci kadar timbalnya berkurang menjadi 0,39 mg/kg, dan kol yang ditutup kadar timbalnya sebesar 0,29 mg/kg.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin dekat jarak lokasi berdagang dengan jalan raya maka semakin tinggi kadar timbal yang terdapat pada sayuran. Kadar logam timbal (Pb) yang diperiksa masih berada di bawah persyaratan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh SK Dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan yaitu 2 mg/kg. Disarankan kepada pedagang agar lebih memperhatikan kebersihan sayuran selada dan kol, misalnya memberikan penutup pada dagangannya agar tidak terkontaminasi oleh polutan. Kepada para konsumen disarankan untuk mencuci terlebih dahulu sayuran sebelum dikonsumsi menggunakan air yang mengalir.

(5)

ABSTRACT

Air pollution in Indonesia 70% has caused by motor vehicle emissions that contribute almost 98% of lead into the air. Lead (Pb) is a toxic and dangerous distance of trade locations from the highway. The research method is descriptive survey. The examination using Atomic Absorption Spectrophotometer.

The study found that the highest lead levels found in lettuce that sold at trade location 0 meter from the highway before washing in the amount of 1.43 mg/kg, once washed lettuce levels of lead decreased to 1.07 mg/kg, and lettuce which closed the levels of lead of 0.69 mg/kg. The highest lead levels in cabbage that sold at trade location 0 meter from the highway before washing in the amount of 0.57 mg/kg, once washed cabbage levels of lead decreased to 0.39 mg/kg, and cabbage which closed the levels of lead 0.29 mg/kg.

The conclusion of this study was the closer the location of trade to the highway, the higher the lead levels found in vegetables. Metal content of lead (Pb) that is checked is still below the threshold limit value requirements established by the Director General of POM Decree No: 03725/B/SK/VII/89 on the maximum limit metal contamination in food that is 2 mg/kg. Traders are advised to pay more attention to the cleanliness of vegetables lettuce and cabbage, for example, provide cover on the vegetables being contaminated by pollutants. To consumers are suggested to wash vegetables before consumed using flowing water.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya, salawat dan salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhamad SAW. Alhamdulillahirobbil alamin atas limpahan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Sayuran Selada dan Kol yang Dijual di

Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis

untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan, motivasi, bimbingan dan arahan, serta adanya kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

(7)

3. Ibu Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D , selaku Dosen pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I atas koreksi dan arahannya serta kesabarannya dalam membimbing.

4. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, MKes, selaku Dosen penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan.

5. Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan waktu dan fikiran dalam membimbing kepada penulis sehingga skripsi ini dapat di selesaikan.

6. Ibu drh. Hiswani, MKes, selaku Dosen penasehat akademik.

7. Seluruh Dosen dan staff serta seluruh pegawai FKM USU yang telah membimbing dan membantu selama perkuliahan.

8. Bapak Martias, selaku Kepala Lab Instrumen di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian. 9. Ayahanda Sumaidi dan Ibunda Ingan Malem yang telah banyak memberikan

didikan dan kasih sayang baik materi dan moril kepada penulis.

10.Adik-adik penulis, Yudi, Tiwi, Wita, dan anggota keluarga lainnya yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis.

11.Sahabat-sahabat terbaikku Lathifah, Haris, Dewi, Ade, Halis, Lisa, Sitisun, Saadah, Riski, yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan serta kritik untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan PBL Cici, Molidar, Dian Z, Dian A, Tere, Kak Gina yang turut memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

(8)

tidak dapat saya sebutkan semua , yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan serta kritik untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman-teman di HMI Komisariat FKM USU yang juga telah membantu selama proses pendidikan di FKM USU.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermamfaat bagi kita semua khususnya di bidang kesehatan masyarakat.

Medan, Agustus 2015

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Widya Eka Putri

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 1 Juli 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Status perkawinan : Belum kawin

Alamat rumah : Jalan Klambir 5, Deli Serdang

Nama Ayah : Sumaidi

Suku Bangsa Ayah : Jawa

Nama Ibu : Ingan Malem Br. Ginting Manik

Suku Bangsa Ibu : Karo

Pendidikan Formal

1. SD Swasta Teladan Sumatera Utara2005 : 1999-2005

2. SMP Negeri 18 Medan 2008 : 2005-2008

3. SMA Swasta Kartika I-2 Medan 2011 : 2008-2011

(10)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara ... 8

2.1.2 Jenis-Jenis Bahan Pencemar Udara ... 8

2.1.3 Sumber Pencemaran Udara ... 9

2.1.4 Pencemaran Logam Berat di Udara ... 10

2.2Timbal (Pb) ... 11

2.2.1 Pengertian dan Karakteristik Timbal (Pb) ... 11

2.2.2 Sifat-Sifat Timbal ... 12

2.2.3 Penggunaan Timbal ... 13

2.2.4 Sumber Pencemaran Timbal ... 14

2.2.5 Keracunan Timbal ... 17

2.2.6 Mekanisme Toksistas Timbal(Pb) ... 18

2.2.7 Dampak Pencemaran Timbal... 19

2.2.8 Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Timbal ... 22

2.3Sayuran ... 24

2.3.1 Selada... 24

2.3.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Selada... 25

2.3.1.2 Jenis-Jenis Selada ... 26

2.3.1.3 Kandungan Gizi dan Manfaat Selada ... 28

2.3.2 Kol atau kubis ... 28

2.3.2.1 Klasifikasi dan morfologi Kol (Kubis) ... 28

2.3.2.2 Jenis-Jenis Kol (Kubis) ... 29

2.3.2.3 Kandungan Gizi dan Manfaat Kol (Kubis) ... 31

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.5Definisi Operasional... 34

3.6Instrumen Penelitian... 37

3.6.1 Alat Penelitian ... 37

3.7.4 Menghitung Jumlah Kendaraan ... 38

3.7.5 Penyiapan Sampel untuk Pemeriksaan Laboratorium ... 39

3.7.6 Pembuatan Pereaksi ... 39

3.7.7 Proses Destruksi ... 39

3.7.8 Pemeriksaan Kuantitatif ... 40

3.8Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.2 Hasil Penelitian ... 42

4.2.1 Kadar Timbal pada Sayuran Selada ... 43

4.2.2 Kadar Timbal pada Sayuran Kol ... 44

4.2.3 Jumlah Kendaraan Bermotor yang Melintas di Jalan Raya Pasar Kampung Lalang ... 46

4.3 Karakteristik Responden ... 46

4.4 Informasi tentang Sayuran yang Dijual... 47

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ukuran Partikel Debu dalam Saluran Pernapasan ... 9 Tabel 2.2 Limit Rekomendasi untuk Kandungan Pb dalam Udara,

Makanan, dan Minuman (WHO) ... 17 Tabel 4.1 Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran Selada yang Dijual di Pasar

Kampung Lalang Medan Tahun 2015 ... 43 Tabel 4.2 Persentase Penurunan Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran Selada

Sebelum dan Sesudah Dicuci ... 44 Tabel 4.3 Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran Kol yang Dijual di Pasar

Kampung Lalang Medan Tahun 2015 ... 45 Tabel 4.4 Persentase Penurunan Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran Kol

Sebelum dan Sesudah Dicuci ... 45 Tabel 4.5 Jumlah Kendaraan Bermotor yang Melintas di Jalan Raya Pasar

Kampung Lalang Tahun 2015 ... 46 Tabel 4.6 Karakteristik Responden Pedagang Sayuran Selada dan Kol di

Pasar Kampung Lalang Medan Tahun 2015 ... 47 Tabel 4.7 Informasi tentang Sayuran yang Dijual di Pasar Kampung

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 03725/B/SK/VII/89 ... 64 Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ... 66 Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 68 Lampiran 4. Perhitungan Acceptable Daily Intake (ADI) untuk Timbal (Pb)

(14)

ABSTRAK

Pencemaran udara di Indonesia sebesar 70% disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang menyumbangkan hampir 98% timbal ke udara. Timbal (Pb) adalah logam berat beracun dan berbahaya yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Lingkungan yang dapat tercemari dapat berupa udara, air, tanah, makanan dan lain-lain. Sayuran merupakan contoh makanan yang dapat tercemar oleh timbal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada sayuran selada dan kol yang dijual di Pasar Kampung Lalang Medan berdasarkan jarak lokasi berdagang dari jalan raya. Metode penelitian yaitu survei yang bersifat deskriptif. Pemeriksaan dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom.

Hasil penelitian menunjukkan kadar timbal tertinggi pada sayuran selada terdapat pada selada yang dijual di lokasi berdagang 0 meter dari jalan raya sebelum dicuci yaitu sebesar 1,43 mg/kg, setelah selada dicuci kadar timbalnya berkurang menjadi 1,07 mg/kg, dan selada yang ditutup kadar timbalnya sebesar 0,69 mg/kg. Kadar timbal tertinggi pada sayuran kol terdapat pada kol yang dijual di lokasi berdagang 0 meter dari jalan raya sebelum dicuci yaitu sebesar 0,57 mg/kg, setelah kol dicuci kadar timbalnya berkurang menjadi 0,39 mg/kg, dan kol yang ditutup kadar timbalnya sebesar 0,29 mg/kg.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin dekat jarak lokasi berdagang dengan jalan raya maka semakin tinggi kadar timbal yang terdapat pada sayuran. Kadar logam timbal (Pb) yang diperiksa masih berada di bawah persyaratan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh SK Dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan yaitu 2 mg/kg. Disarankan kepada pedagang agar lebih memperhatikan kebersihan sayuran selada dan kol, misalnya memberikan penutup pada dagangannya agar tidak terkontaminasi oleh polutan. Kepada para konsumen disarankan untuk mencuci terlebih dahulu sayuran sebelum dikonsumsi menggunakan air yang mengalir.

(15)

ABSTRACT

Air pollution in Indonesia 70% has caused by motor vehicle emissions that contribute almost 98% of lead into the air. Lead (Pb) is a toxic and dangerous distance of trade locations from the highway. The research method is descriptive survey. The examination using Atomic Absorption Spectrophotometer.

The study found that the highest lead levels found in lettuce that sold at trade location 0 meter from the highway before washing in the amount of 1.43 mg/kg, once washed lettuce levels of lead decreased to 1.07 mg/kg, and lettuce which closed the levels of lead of 0.69 mg/kg. The highest lead levels in cabbage that sold at trade location 0 meter from the highway before washing in the amount of 0.57 mg/kg, once washed cabbage levels of lead decreased to 0.39 mg/kg, and cabbage which closed the levels of lead 0.29 mg/kg.

The conclusion of this study was the closer the location of trade to the highway, the higher the lead levels found in vegetables. Metal content of lead (Pb) that is checked is still below the threshold limit value requirements established by the Director General of POM Decree No: 03725/B/SK/VII/89 on the maximum limit metal contamination in food that is 2 mg/kg. Traders are advised to pay more attention to the cleanliness of vegetables lettuce and cabbage, for example, provide cover on the vegetables being contaminated by pollutants. To consumers are suggested to wash vegetables before consumed using flowing water.

(16)

Pencemaran udara di Indonesia sebesar 70% disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang menyumbangkan hampir 98% timbal ke udara. Emisi tersebut merupakan hasil samping pembakaran dalam mesin kendaraan yang menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang dapat meningkatkan bilangan oktan. Penambahan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketukan pada mesin kendaraan (Suharto, 2005 dalam Farista P, 2010 ).

Timbal (Pb) dihasilkan dari pembakaran yang kurang sempurna pada mesin kendaraan. Logam Pb di alam tidak dapat didegradasi atau dihancurkan dan disebut juga sebagai non essential trace element yang paling tinggi kadarnya, sehingga ia sangat berbahaya jika terakumulasi pada tubuh dalam jumlah yang banyak.

(17)

2

Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Medan, pada tahun 2009 jumlah sarana transportasi jalan raya di Kota Medan berjumlah 2.708.511 kendaraan, yang terdiri dari mobil penumpang sebanyak 222.891 kendaraan, mobil gerobak sebanyak 144.865 kendaraan, bus sebanyak 22.123, dan sepeda motor sebanyak 2.318.632 kendaraan. Dari tahun 2004 sampai tahun 2009 menunjukkan kenaikan 23,82% per tahun. Pertumbuhan yang sangat signifikan nampak pada sepeda motor dengan rata-rata pertumbuhan 31,23% per tahun (Pemkomedan). Dengan rata-rata kenaikan sebesar 23,82% dalam 5 tahun, diperkirakan pada tahun 2014 jumlah sarana transportasi di kota Medan mencapai 3.353.678 kendaraan.

Kontaminasi kimia dari sumber seperti industri, kendaraan dan pestisida dapat mempengaruhi keamanan pangan. Logam berat adalah salah satu dari berbagai jenis kontaminan terpenting yang dapat ditemukan di permukaan dan di dalam jaringan sayuran segar.

Sayuran merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat, dimana di dalamnya banyak sekali terkandung zat-zat gizi seperti vitamin dan mineral. Ada banyak sekali jenis sayuran yang terdapat di dunia ini khususnya di Indonesia. Sayuran biasanya diolah atau dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Namun, ada juga beberapa jenis sayuran yang dikonsumsi langsung (sebagai lalapan) tanpa harus dimasak sebelumnya, sebagai contoh yaitu selada dan kol.

(18)

pada bagian sayur tersebut dan mengakibatkan dampak buruk bagi manusia apabila terakumulasi di dalam tubuh. Timbal mudah sekali mengakumulasi pada sayur-sayuran dalam bentuk daun dan umbi-umbian. Akumulasi timbal secara terus-menerus dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan gangguan sistem syaraf, kelumpuhan, dan kematian dini serta penurunan tingkat kecerdasan anak-anak. Batas kandungan timbal dalam sayuran berdasarakan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 03725/B/SK/VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan adalah sebesar 2,0 mg/kg.

Penelitian di kota Medan menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pertambahan intensitas kendaraan bermotor terhadap kandungan timbal di udara kota Medan. Kandungan Pb udara paling tinggi adalah di Terminal Amplas pada waktu pengamatan pukul 16.00-17.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), yaitu 32,67 μg/m3, kemudian di Pinang Baris pada pengamatan pukul 07.30-08.30 WIB dan di Jalan Brigjen Katamso pada waktu pengamatan pukul 13.00-14.00 WIB yaitu 23.00 μg/m3. Kandungan Pb udara yang lebih rendah adalah di Komplek Setia Budi Indah pada waktu pengamatan pukul 07.30-08.30 WIB, yaitu 5,87 μg/m3. Kadar Pb di udara Terminal Bus Amplas dan Terminal Bus Pinang Baris

di kota Medan yang diteliti oleh Girsang pada tahun 2008 sebesar lebih dari 2 μg/m3 (3,228±0 μg/m3) pada pos-pos yang padat kendaraan bermotornya dan

(19)

4

Hasil penelitian Pasaribu (2004) menunjukkan kadar timbal (Pb) pada beberapa jenis sayuran di Kota Medan dan Berastagi yaitu: bayam sebelum dicuci sebesar 2,170 mg/kg dan sesudah dicuci sebesar 1,745 mg/kg, kangkung sebelum dicuci sebesar 2,140 mg/kg dan sesudah dicuci sebesar 1,695 mg/kg, daun singkong sebelum dicuci sebesar 2,295 mg/kg dan sesudah dicuci sebesar 1,885 mg/kg, sawi sebelum dicuci sebesar 2,150 mg/kg dan sesudah dicuci sebesar 1,700 mg/kg, kol sebelum dicuci sebesar 1,895 mg/kg dan sesudah dicuci sebesar 1,645 mg/kg serta kembang kol sebelum dicuci sebesar 1,970 mg/kg dan setelah dicuci sebesar 1,660 mg/kg. Pada sayuran bayam, kangkung, daun singkong dan sawi sebelum dicuci kadar timbal yang terkandung sudah melebihi nilai ambang batas kandungan timbal dalam sayuran berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 2 mg/kg.

Hasil penelitian yang dilakukan Widiriani tahun 1996 di Kebun Teh Gunung Mas menyebutkan kandungan Pb dalam pucuk teh yang diambil setiap 10-12 hari sebesar 5,264 ppm pada jarak 0-10 meter dari jalan raya, 3,613 ppm pada jarak 10-20 meter dari jalan raya dan 3,103 pada jarak 20-30 meter dari jalan raya (Qadafi, 1998).

(20)

Kelurahan Kampung Lalang merupakan pintu gerbang bagian barat Kota Medan yang dilintasi Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) dari arah Binjai, Stabat dan Aceh. Itulah sebabnya jalur tersebut selalu sibuk setiap hari. Volume kendaraan yang lewat sangat padat dan terkesan semrawut. Hal itu menjadikan kawasan tersebut menjadi salah satu titik kemacetan di Kota Medan.

Selain terminal dan jalur lintas, faktor lain yang menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi di sana adalah keberadaan Pasar Kampung Lalang. Salah satu pasar terbesar di Medan itu mampu menampung hampir 1.000 pedagang, baik pedagang formal maupun pedagang kali lima (PKL). Pasar ini juga menjadi salah satu sarana bagi warga sekitar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Pekuwali, 2013). Banyak pedagang yang berjualan di sepanjang jalan raya, tidak terkecuali pedagang sayur yang menjajakkan sayuran dagangannya dalam kondisi terbuka. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi asap kendaraan yang mengandung timbal terhadap sayuran yang dijual di pasar Kampung Lalang tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti kadar timbal pada sayuran selada dan kol yang dijual di pasar Kampung Lalang Medan sebelum dicuci, sesudah dicuci dan yang ditutup berdasarkan jarak lokasi berdagang sayur dengan jalan raya. Lokasi ini dipilih disebabkan oleh tingginya arus kendaraan di sepanjang jalan tersebut baik kendaraan pribadi, angkutan umum, becak bermotor, taksi, bus-bus antarkota maupun truk.

1.2 Perumusan Masalah

(21)

6

raya tersebut. Sehingga dikhawatirkan terjadi pencemaran pada sayuran yang dijual.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui adanya kandungan logam timbal pada sayuran selada dan kol yang dijual di pasar Kampung Lalang Medan. 1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui kandungan timbal (Pb) dalam sayuran selada dan kol berdasarkan jarak lokasi berdagang dari jalan raya sebelum dilakukan pencucian

2. Mengetahui kandungan timbal (Pb) dalam sayuran selada dan kol berdasarkan jarak lokasi berdagang dari jalan raya setelah dilakukan pencucian

3. Mengetahui kandungan timbal (Pb) dalam sayuran selada dan kol yang ditutup berdasarkan jarak lokasi berdagang dari jalan raya

4. Mengetahui jumlah kendaraan yang melewati jalan raya pasar Kampung Lalang

5. Mengetahui asal sayuran selada dan kol yang dijual di pasar Kampung Lalang Medan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada konsumen untuk mengetahui kadar timbal yang terkandung dalam sayuran selada dan kol yang dijual di Pasar Kampung Lalang Medan.

(22)

3. Sebagai informasi kepada Pemerintah Kota Medan dan pihak-pihak terkait tentang dampak timbal agar dapat mewujudkan penggunaan bensin bebas timbal.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara

2.1.1 Pengertian pencemaran udara

Pencemaran udara adalah adanya bahan atau zat-zat asing yang terdapat di udara dalam jumlah yang dapat menyebabkan perubahan komposisi atmosfer dari keadaan normal (Sunu, 2001).

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999).

2.1.2 Jenis-jenis bahan pencemar udara

Menurut Sumantri (2010), pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari

sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran.

2. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.

Jenis polutan udara menurut Chandra (2005) dapat dibagi berdasarkan struktur kimia dan penampang partikelnya, seperti berikut ini :

1. Struktur kimia

(24)

b. Gas anorganik seperti NO, CO, SO2, amonia, dan hidrogen

c. Gas anorganik seperti hidrokarbon, benzen, etilen, asetilen, aldehide, keton, alkohol, dan asam-asam organik

2. Penampang partikel

Partikel dalam udara dapat melekat pada saluran pernapasan manusia yang tentunya dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan manusia.

Tabel 2.1 Ukuran Partikel Debu dalam Saluran Pernapasan

Ukuran Saluran pernapasan

8-25 mikron Melekat di hidung dan tenggorok

2-8 mikron Melekat di saluran bronkial

0,5-2 mikron Deposit pada alveoli

< 0,5 mikron Bebas keluar masuk melalui pernapasan Sumber : Chandra, 2005

2.1.3 Sumber pencemaran udara

Sumber utama pencemaran udara ialah sebagai berikut (Dix, 1981 dalam Suyono 2014):

1. Pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan energi panas dan tenaga, biasanya berasal dari industri, komersial, dan rumah tangga

2. Bahan buang kendaraan bermotor, yaitu bensin, solar, dan minyak tanah, termasuk kereta api dan pesawat udara

3. Gas buang, debu, dan energi panas dari beberapa kawasan industri, termasuk pabrik kimia, peleburan besi dan baja, industri semen dan keramik, aktivitas galian/pertambangan, dan stasiun pembangkit listrik

(25)

10

sampah, pembakaran hutan untuk membuat ladang atau perkebunan serta dari hasil kegiatan merokok

Kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran udara. Kendaraan bermotor seperti bus, truk, jeep, sedan, sepeda motor dan sejenisnya menggunakan sumber energi dari bensin atau minyak diesel. Pb yang ditambahkan dalam bensin berupa tetraethyllead (TEL) dengan formula Pb(C2H5)4 (Sarutdji, 2010). Partikulat yang berasal dari pembakaran batu bara

akan banyak mengandung oksida logam (Wawerka, 1977 dalam Connel dan Miller,1995).

2.1.4 Pencemaran logam berat di udara

Penggunaan logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi kesehatan manusia melalui 2 jalur, yaitu (Widowati dkk, 2008):

1. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan udara, air, tanah, dan makanan.

2. Perubahan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri bisa mempengaruhi kesehatan manusia.

Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup (Palar, 2008).

(26)

tanaman, maupun lingkungan. Terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat itu dibagi ke dalam dua jenis, yaitu (Widowati dkk, 2008):

1. Logam berat esensial: yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya.

2. Logam berat tidak esensial; yakni logam yang keberadaannya masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain-lain.

Tingkat toksisitas logam berat terhadap hewan air, mulai dari yang paling toksik, adalah Hg, Cd, Zn, Pb, Cr, Ni, dan Cu. Sementara itu, tingkat toksisitas terhadap manusia dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Widowati dkk, 2008).

2.2 Timbal (Pb)

2.2.1 Pengertian dan karakteristik timbal (Pb)

(27)

12

Logam timbal di bumi jumlahnya sangat sedikit, yaitu 0,0002% dari jumlah kerak bumi bila dibandingkan dengan jumlah kandungan logam lainnya yang ada di bumi (Palar, 1994 dalam Widowati dkk, 2008).

Timbal (Pb) merupakan logam yang mendapat perhatian karena bersifat toksik melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb. Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parenteral (Rahde, 1994 dalam Widowati dkk, 2008).

2.2.2 Sifat-sifat timbal

Logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut (Palar, 2008):

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah

2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating

3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 derajat Celcius

4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri

5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik

Menurut Sunu (2001), timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan terutama baterai kendaraan. Hal tersebut dikarenakan, timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang antara lain:

(28)

b. Mempunyai titik cair yang rendah sehingga bila digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana.

c. Membentuk alloy dengan logam lainnya, sehingga dapat menghasilkan sifat logam yang berbeda.

d. Mempunyai densitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya, kecuali merkuri dan emas.

e. Mempunyai sifat kimia yang menyebabkan timbal ini dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung, jika kontak dengan udara lembab.

2.2.3 Penggunaan timbal

Logam Pb digunakan dalam industri baterai, kabel, penyepuhan, pestisida, sebagai zat antiletup pada bensin, zat penyusun patri atau solder, sebagai formulasi penyambung pipa sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air rumah tangga dengan Pb (Widowati dkk, 2008).

Timbal sebagai salah satu zat yang dicampurkan ke dalam bahan bakar (premium dan premix), yaitu (C2H5)4Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead) yang

digunakan sebagai bahan aditif, yang berfungsi meningkatkan angka oktan sehingga penggunaannya akan menghindari mesin dari gejala “ngelitik” yang

berfungsi sebagai pelumas bagi kerja antarkatup mesin (intake & exhaust valve) dengan dudukan katup valve seat serta valve guide. Keberadaan Octane booster dibutuhkan dalam bensin agar mesin bisa bekerja dengan baik (Nasution, 2004 dalam Widowati dkk, 2008).

(29)

14

untuk membuat keramik. Komponen timbal (PbO) ditambahkan dalam glaze untuk membentuk sifat yang mengkilap yang tidak dapat dibentuk oleh oksida lainnya (Sunu, 2001).

Komponen timbal dapat digunakan sebagai pewarna cat karena kelarutannya di dalam air rendah, dapat berfungsi sebagai pelindung, dan terdapat dalam berbagai warna. Timbal putih paling banyak digunakan, sedangkan timbal merah berupa bubuk berwarna merah cerah yang digunakan sebagai pewarna cat yang tahan karat. Timbal juga digunakan untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, bahan kimia, pewarna, pipa, dan solder, dan sebagainya (Sunu, 2001).

2.2.4 Sumber pencemaran timbal

Pencemaran Pb bersumber kendaraan bermotor yang dibubuhkan ke dalam BBM dalam bentuk Tetra Etil Lead (TEL) sebanyak 0,42 mg/l sejak 1990. Sebelumnya kadar yang dibubuhkan lebih tinggi lagi. Berbagai penelitian telah dilakukan tentang Pb dan dikorelasikan terhadap kepadatan lalu lintas menghasilkan korelasi yang baik sekali dilihat dari kepadatan dan jarak. Pemeriksaan yang dilakukan Rahadjo (1995) pada humus, akar, batang, dan daun teh di daerah Puncak, Bogor dan Rancabali, Bandung memperlihatkan bahwa permukaan humus mengandung Pb terbesar dan konsentrasinya berkurang dengan kedalaman tanah. Selanjutnya tinggi konsentrasi secara berurutan didapat pada akar, daun teh, dan batang (Soemirat, 2005).

(30)

Kandungan timbal dalam tanah bervariasi misalnya karena kepadatan lalu lintas, jarak dari jalan raya dan kondisi transportasi (Naria, 2005).

Timbal terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi Pb2+, dan dikeluarkan oleh sejumlah industri dan pertambangan. Timbal dapat masuk dalam ke perairan melalui pengkristalan di udara yang merupakan pembakaran hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dengan bantuan hujan. Dapat pula sebagai akibat proses korosifikasi bahan mineral akibat hempasan dan angin. Timbal (Pb) yang masuk kedalam bahan perairan sebagai dampak aktifitas manusia, di antaranya dalam air buangan (limbah) industri yang berkaitan dengan timbal (Pb) yang jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak sungai dan terbawa menuju laut (Mustamu, 2013).

Industri juga berpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) yaitu semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:

1. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).

2. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.

(31)

16

4. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.

5. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate (Sudarmaji dkk, 2006 dalam Marbun, 2010)

Pencemaran timbal pernah terjadi pada minuman beralkohol yang diproduksi sebagai industri rumah yang disimpan dalam wadah keramik yang dilapisi glaze. Berdasarkan hasil uji dari contoh minuman beralkohol tersebut diperoleh data bahwa sumber pencemaran timbal berasal dari solder timbal yang digunakan dalam tabung-tabung unit distilasi dan dari radiator mobil yang mengandung timbal yang digunakan sebagai konseder. Distilasi yaitu proses memanaskan benda cair atau padat hingga berubah menjadi uap yang disalurkan ke dalam bejana yang terpisah, kemudian dikondensasikan dengan pendingan (Sunu, 2001).

(32)

(Kesmas, 2013). Batas kandungan timbal dalam sayuran adalah sebesar 2,0 mg/kg (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 1989).

Tabel 2.2 Limit Rekomendasi untuk Kandungan Pb dalam Udara, Makanan, dan Minuman (WHO)

Bahan Limit Konsentrasi

Udara (µg/m3) 30-60

Makanan (mg/kg) 0,1-2,0

Minuman (mg/l) 0,05

Sumber: Vettorazzi (1982) dalam Darmono (2001)

2.2.5 Keracunan timbal

Pencemaran timbal sudah terjadi di hampir semua daerah dalam dosis yang bervariasi dan sulit dibersihkan serta sering kali dampaknya sulit dihilangkan. Keracunan yang diakibatkan pencemaran timbal pada dosis rendah sulit untuk diteliti, kalaupun dapat diketahui sepertinya diabaikan misalnya sakit kepala, maka amat sulit untuk menimbulkan keresahan umum (Sunu, 2001).

Menurut Sartono (1999), keracunan timbal dapat terjadi secara akut dan kronik, seperti berikut ini:

1. Keracunan akut

Keracunan akut dapat terjadi melalui mulut, suntikan senyawa timbal yang larut, atau absorpsi melalui kulit yang terjadi dengan cepat. Gejala yang timbul antara lain rasa logam, sakit perut, muntah, diare, feses berwarna hitam, oliguria, kolaps, dan koma.

2. Keracunan kronik

(33)

mula-18

mula nafsu makan berkurang, berat badan turun, apatis, iritasi, kadang-kadang muntah-muntah, lelah, sakit kepala, badan lemah, rasa logam, garis-garis hitam pada gusi, dan dapat mengakibatkan anemia. Selanjutnya, lebih sering muntah-muntah, rasa sakit yang tidak jelas pada kaki, sendi dan perut, gangguan saraf pada kaki dan tangan, kelumpuhan otot kaki dan tangan, dan pada wanita dapat terjadi gangguan siklus haid selain aborsi.

2.2.6 Mekanisme toksisitas timbal (Pb)

Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sebagai berikut (Darmono, 2001):

a. Sistem hemopoietik : Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia

b. Sistem saraf pusat dan tepi : dapat menyebabkan gangguan ensefalopati dan gejala gangguan saraf perifer

c. Sistem ginjal : dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati, fibrosis, dan atrofi glomerular

d. Sistem gastro-intestinal : menyebabkan kolik dan konstipasi

e. Sistem kardiovaskuler : menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah

f. Sistem reproduksi dapat menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada wanita serta hipospermi dan teratospermia pada pria

(34)

pengecatan), pembuatan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan. Toksisitas akut bisa terjadi jika Pb masuk ke dalam tubuh seseorang melalui makanan atau menghirup gas Pb daam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi (Widowati dkk, 2008).

2.2.7 Dampak pencemaran timbal 1. Dampak terhadap lingkungan

a. Timbal yang ada di dalam air dapat masuk dan mencemari organisme di perairan, dan jika air tersebut merupakan sumber air konsumsi masyarakat maka timbal tersebut tentunya akan masuk ke dalam tubuh manusia. Jika air tersebut digunakan untuk menyiram tanaman akan menimbulkan resiko masuknya timbal ke dalam tanaman (Naria, 2005).

b. Logam Pb yang mencemari udara dapat menempel di atas permukaan sayuran dan masuk ke dalam jaringan daun melalui celah stomata. Bukan hanya pada sayuran, partikel Pb di udara juga dapat mencemari makanan yang dijajakkan di pinggir jalan (Juwita, 1994).

c. Pb yang berasal dari polusi udara sebagian besar berupa debu menempel di permukaan tanaman. Tanaman yang tertutupi debu polusi pada permukaan daunnya, menyebabkan fungsi fotosintesis dan transpirasi terhambat (Onggo, 2009).

(35)

20

mencemari tanah, baik melalui proses sedimentasi maupun presipitasi (Novandi R, 2014).

2. Dampak terhadap manusia

Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh, seperti berikut:

1. Efek Pb terhadap sintesa Haemoglobin

Timbal yang diabsorbsi oleh tubuh akan mengikat gugus aktif dari enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidratase), dimana enzim ini berfungsi pada sintesa sel darah merah. Adanya senyawa timbal akan mengganggu kerja enzim ini sehingga sintesa sel darah merah menjadi terganggu (Palaar, 1994 dalam Naria, 2005).

Penghambatan sintesis Hb mengakibatkan terjadinya anemia. Senyawa Pb dalam tubuh akan mengikat gugus aktif enzim ALAD sehingga mengakibatkan pembentukan porfobilinogen dan tidak berlanjutnya proses reaksi (Widowati dkk, 2008).

2. Efek Pb pada sistem syaraf

Efek Pb terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing (Gusnita, 2012).

(36)

akibat dari keracunan Pb adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar, dan delirium, yaitu sejenis penyakit gula (Palar, 2008).

3. Efek Pb terhadap sistem urinaria

Ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) dapat mengakibatkan kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan membentuk aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urine (Palar, 2008).

4. Efek Pb terhadap sistem reproduksi

Pajanan Pb pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek Pb antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal (Gusnita, 2012).

Pada wanita hamil yang terpapar, timbal melewati plasenta wanita hamil tersebut yang dapat menyebabkan janin dalam kandungannya ikut terpapar sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), toksisitas dan bahkan kematian (Naria, 2005).

5. Efek Pb terhadap jantung

Sejauh ini perubahan dalam otot jantung sebagai akibat dari keracunan Pb baru ditemukan pada anak-anak. Perubahan tersebut dapat dilihat dari ketidaknornalan EKG. Tetapi setelah diberikan bahan khelat, EKG akan kembali normal.

(37)

22

2.2.8 Pencegahan dan penanggulangan pencemaran timbal

Berbagai upaya untuk mencegah dan menghindari efek toksik Pb antara lain (Widowati dkk, 2008) :

1. Melakukan sosialisasi yang berkaitan dengan bahaya pencemaran timbal bagi kelangsungan hidup manusia dan perubahan ekosistem pada alam semesta 2. Penyelenggaraan uji emisi gas buangan dari kendaraan bermotor secara

berkala dan pembentukan sistem pemantauan pencemaran udara di setiap sudut kota

3. Penerapan program 3 in 1 pada kendaraan pribadi selama jam-jam sibuk, terutama di jalan-jalan protokol di pusat kota

4. Melakukan tes medis (Pb dalam darah), terutama bagi pekerja yang beresiko terpapar Pb

5. Menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan/minuman yang mengandung Pb (keramik, wadah atau kaleng yang dipatri atau mengandung cat)

6. Pemantauan kadar Pb di udara dan kadar Pb dalam makanan atau minuman secara berkesinambungan

7. Mencegah anak menelan/menjilat mainan bercat atau berbahan mengandung cat

8. Tidak makan, tidak minum, tidak merokok di kawasan yang tercemar Pb 9. Menyediakan fasilitas ruang makan yang terpisah dari lokasi pencemaran Pb 10.Tempat penyimpanan makanan atau minuman tertutup sehingga tidak kontak

dengan debu atau asap Pb

(38)

12.Tidak berjualan di sekitar sumber pencemaran timbal

13.Mencuci sayur atau buah-buahan yang dibeli sebelum dikonsumsi

Program langit biru yang dikumandangkan oleh pemerintah Indonesia adalah salah satu program untuk mengurangi pencemaran udara, khususnya dari akibat transportasi. Ada 3 tindakan yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi yaitu mengganti bahan bakar, mengubah mesin kendaraan, dan memasang alat-alat pembersih polutan pada kendaraan. Mempertahankan “paru -paru” kota dengan memperluas pertamanan dan penanaman berbagai jenis

tumbuh-tumbuhan sebagai penangkal pencemaran udara (Harahap, 2013). 2.3Sayuran

Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium, dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayuran daun berwarna hijau, dan sayuran berwarna jingga/oranye seperti wortel dan tomat mengandung lebih banyak provitamin A berrupa beta-karoten daripada sayuran tidak berwarna. Sayuran berwarna hijau di samping itu kaya akan kalsium, zat besi, asam folat dan vitamin C. Contoh sayuran berwarna hijau adalah bayam, kangkung, daun singkong, daun kacang, daun katuk, dan daun pepaya. Semakin hijau warna daun sayur, semakin kaya akan zat-zat gizi. Sayur kacang-kacangan seperti buncis dan kacang panjang kaya akan vitamin B (Almatsier, 2009).

(39)

24

2.3.1 Selada

Selada (Lactuca sativa) adalah tanaman yang paling banyak digunakan untuk salad. Tanaman ini merupakan sayuran musim dingin utama yang beradaptasi paling baik pada lokasi iklim sedang, yang banyak sekali ditanam. Di beberapa negara, konsumsi selada cukup besar untuk memberikan kontribusi gizi secara nyata. Produksi selada dunia diperkirakan sekitar 3 juta ton, yang ditanam pada lebih dari 300.000 ha lahan (Rubatzky, 1998).

Selada merupakan tanaman semusim. Bunganya mengumpul dalam tandan membentuk sebuah rangkaian. Selada biasanya disajikan sebagai sayuran penyegar. Daunnya mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C yang berguna untuk kesehatan tubuh (Sunarjono, 2004).

Menurut catatan sejarah selada sudah lama dikenal dalam peradaban manusia. Tanaman ini sudah dibudidayakan selama kira-kira 2500 tahun yang lalu dan diperkirakan merupakan tanaman asli benua Eropa dan Asia Tengah. Di Indonesia, selada(Lactuca sativa) merupaka sayuran yang tergolong baru dikenal oleh masyarakat luas. Dahulu, jenis sayuran yang di dunia internasional dikenal dengan nama lettuce ini hanya dinikmati oleh masyarakat Indonesia dan Amerika saja. Namun, kini selada sudah banyak dikenal diberbagai lapisan masyarakat. Mula-mula sayuran ini memang diimpor, tetapi sekarang sudah banyak dibudidayakan, bahkan telah diekspor pula (Novary, 1999).

2.3.1.1Klasifikasi dan morfologi selada

Klasifikasi sayuran selada yaitu (Haryanto dkk, 2007): Divisi : Spermatophyta

(40)

Class : Dicotyledoneae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Lactuca Spesies : Lactuca sativa

Selada termasuk tanaman setahun atau semusim yang banyak mengandung air (herbaceous). Batangnya pendek berbuku-buku, tempat kedudukan daun. Daun-daun selada bentuknya bulat panjang, mencapai ukuran 25 cm dan lebarnya 15 cm atau lebih (Rukmana, 1992).

Sistem perakaran tanaman selada adalah akar tunggang dan cabang-cabang akar yang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 25-50 cm di daerah yang beriklim sedang (sub-tropis), tanaman selada mudah berbunga. Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji. Biji selada berbentuk pipih, berukuran kecil-kecil, serta berbulu tajam (Rukmana, 1992).

2.3.1.2Jenis-Jenis Selada

Jenis selada banyak ragamnya, tetapi pada dasarnya dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu (Rukmana, 1992):

1. Selada mentega atau selada bokor, atau selada telor. Ciri-ciri jenis selada ini adalah: daun-daunnya dapat membentuk krop (telur) tetapi kerpos, lunak dan citarasanya enak.

(41)

26

3. Selada potongan (cut-lettuce). Ciri-ciri jenis selada ini, daun-daunnya mampu membentuk krop yang lonjong (bulat panjang), citarasanya enak tetapi agak liat.

Menurut Novary (1999), di pasar dikenal 4 jenis selada, yaitu selada kepala atau selada telur, selada rapuh, selada daun, dan selada batang. Masing-masing terdiri dari banyak varietas yang disukai seperti berikut ini:

a. Selada kepala atau selada telur (lettuce head)

Jenis selada ini mempunyai krop berbentuk bulat dengan daun yang saling merapat dan berwarna hijau terang sampai gelap. Sebenarnya selada kepala memiliki batang, tetapi tidak terlihat karena berukuran sangat pendek. Rasanya lunak dan renyah.

b. Selada rapuh (cos lettuce atau romaine)

Jenis selada ini berperawakan mirip petsai, yaitu kropnya lonjong dengan daun yang tegak. Ukurannya cukup besar dengan warna hijau tua agak terang sampai gelap. Rasanya cukup enak walaupun liat.

c. Selada daun (leaf lettuce)

Ciri khas selada daun adalah tidak membentuk krop sehingga daunnya lepas. Daunnya berwarna hijau atau merah dengan tepi daun bergerigi dalam. Umumnya selada daun digunakan sebagai hiasan sajian walaupun rasanya juga eak bila dikonsumsi.

d. Selada batang (stem lettuce)

(42)

bertangkai lebar menyebabkan selada batang ini justru kurang diminati oleh konsumen.

2.3.1.3Kandungan gizi dan manfaat selada

Selada banyak mengandung vitamin A dan C serta mineral Ca, Fe, dan K. sayuran ini juga dikenal sebagi penyumbang serat yang baik. Dari 100 gram selada diperoleh energi hanya sebesar lebih kurang 5 kalori. Daun yang lebih hijau mengandung lebih banyak vitamin dan zat besi (Novary, 1999).

Jenis selada air dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan peternakan ayam. Selain itu, selada (daun selada) dapat digunakan untuk lalap, gado-gado, dan salad. Akan tetapi, selada tidak baik bagi penderita sakit perut. Berbeda dengan sayuran lainnya, selada tidsk pernah dimasak karena rasanya menajadi agak liat dan sulit dicerna (Sunarjono, 2004).

2.3.2 Kol atau Kubis

Kubis atau kol atau engkol yang kita kenal sekarang, pada mulanya merupakan tumbuhan liar di daerah sub-tropik. Tanaman ini berasal dari Eropa dan Asia Kecil, terutama tumbuh di daerah Great Britain dan Mediterranean (Rukmana, 1994).

(43)

28

2.3.2.1 Klasifikasi dan morfologi kol (kubis)

Klasifikasi kol atau kubis adalah sebagai berikut (Pracaya, 2001): Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian) Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleracea var. capitata L.

Kubis-kubisan adalah tanaman herba dikotil setahun dan dua-tahunan; bentuk dua-tahunan umumnya ditanam sebagai tanaman setahun. Ketika berupa kecambah muda, berbagai tanaman kubis-kubisan sulit dibedakan, tetapi tidak lama kemudian masing-masing mengembangkan karakteristik yang dapat dibedakan.

(44)

2.3.2.2 Jenis-jenis kol (kubis)

Ada beberapa jenis tanaman kubis yang banyak diusahakan, diantaranya adalah kubis krop, kubis daun, kubis umbi, kubis tunas dan kubis bunga. Pada saat ini jenis yang dikembangkan secara komersial adalah kubis putih dan kubis bunga (Sunarjono, 2004).

Kubis krop (telur) atau yang terkenal dengan istilah kubis putih (Brasscia oleracea L. var capitata L.) berdaun membentuk krop. Kubis daun kampung (Brasscia oleracea L. var. achapala DC) seperti kale dan kailan merupakan kubis terkenal dengan varietasnya benten dan tsoi-sim. Jenis kubis lainnya ialah kubis tunas atau kubis babat. Kubis tunas (Brasscia olerace L. var. bullata DS) ini biasanya membentuk krop, bahkan tunas sampingnya pun dapat membentuk krop kecil. Kubis umbi (Brasscia oleracea L. var. gongylodes L.) pada bagian dasar batang di bawah tanah atau di atas tanah membesar hingga merupakan umbi besar. Jenis kubis yang terakhir adalah kubis bunga (Brassica oleracea L. var. botrytis L.). jenis kubis ini bakal bunganya mengembang dan membentuk masa bunga. Bunga tersebut berbentuk kerucut terbalik dan berwarna putih kekuning-kuningan (Sunarjono, 2004).

Menurut Novary (1999) secara umum kubis terbagi dalam 3 kelompok besar, yaitu:

1. Kubis putih

(45)

30

2. Kubis merah

Sesuai dengan namanya, daun kubis merah berwarna merah keunguan. Di bagian daun sebelah luar terdapat lapisan lilin. Pada umumnya kubis merah mempunyai bentuk bulat.

3.. Kubis savoy

Kubis savoy mempunyai daun yang sangat khas, yaitu kering. 2.3.2.3 Kandungan gizi dan manfaat kol (kubis)

Kubis sangat kaya vitamin A. selain itu, gizi lain yang dikandung kubis antara lain kalsium (Ca), kalium (K), fosfor (P), dan zat besi (Fe). Vitamin B1 dan

B3 juga terdapat di dalam sayuran ini. Dalam 100 gram bahan mentah kubis

terdapat 24 kalori (Novary, 1999).

Kubis atau kol dikonsumsi sebagai sayuran daun, diantaranya sebagai lalab (lalap) mentah dan dimasak, lodeh, campuran bakmi, lotek, pecal, asinan, dan aneka makanan lainnya (Rukmana, 1994).

Selain enak dan lezat untuk sayur-mayur, ternyata kubis juga mempunyai kegunaan sebagai tanaman obat. Dalam buku “ Tanaman Obat Penyembuh Ajaib”’ karangan seorang pakar kesehatan Fillipina bernama Herminia de

Guzman Ladion, disebutkan bahwa kubis berkhasiat untuk obat “Hyperaciditas”’.

(46)
(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada sayuran selada dan kol berdasarkan jarak lokasi berdagang dengan jalan raya di Pasar Kampung Lalang Medan sebelum pencucian, sesudah pencucian, dan kadar timbal selada dan kol yang ditutup. Pemeriksaan Laboratorium dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dilakukan untuk mengetahui kadar timbal (Pb) secara kuantitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Pasar Kampung Lalang Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi pengambilan sampel adalah:

1. Banyak pedagang yang berjualan di pinggir jalan raya sepanjang Pasar Kampung Lalang.

2. Volume kendaraan yang lewat di sepanjang jalan Pasar Kampung Lalang sangat padat. Hal itu menjadikan kawasan tersebut menjadi salah satu titik kemacetan di Kota Medan.

3. Pasar Kampung Lalang merupakan salah satu pasar teramai di Kota Medan. Pemeriksaan kadar timbal (Pb) secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.

3.2.2Waktu Penelitian

(48)

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sayuran selada dan kol yang dijual di Pasar Kampung Lalang Medan. Teknik pemilihan sampel sayuran digunakan purposive sampling, dilakukan pemilihan sayuran berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria-kriteria tersebut adalah:

1. Sayuran selada dan kol yang dijual di lokasi penelitian yang disebutkan di atas.

2. Sayuran selada dan kol yang dijual oleh pedagang pada jarak 0 meter, 5 meter, 20 meter dan 25 meter dari jalan raya.

3. Sayuran selada dan kol yang terletak pada tumpukan paling atas serta masih dalam keadaan bagus dan segar.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara dengan pedagang sayur selada dan kol dan hasil pemeriksaan kadar timbal pada sayuran selada dan kol yang dijual di Pasar Kampung Lalang Medan.

3.4.2Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari buku dan literatur-literatur yang mendukung penelitian.

3.5 Defenisi Operasional

(49)

34

2. Jarak lokasi berdagang 5 meter dari jalan raya adalah: jarak pedagang yang menjual sayuran selada dan kol 5 meter dari jalan raya, lalu diambil sampelnya dan diperiksa kadar timbalnya.

3. Jarak lokasi berdagang 20 meter dari jalan raya adalah: jarak pedagang yang menjual sayuran selada dan kol 20 meter dari jalan raya, lalu diambil sampelnya dan diperiksa kadar timbalnya.

4. Jarak lokasi berdagang 25 meter dari jalan raya adalah: jarak pedagang yang menjual sayuran selada dan kol 25 meter dari jalan raya, lalu diambil sampelnya dan diperiksa kadar timbalnya.

5. Sayur selada adalah sayuran yang berwarna hijau dan memiliki daun keriting, biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika, dan banyak digunakan untuk salad.

6. Sayur kol atau kubis merupakan sayuran yang daunnya tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih. Daun dari sayur kol yang digunakan untuk penelitian adalah daun pada lapisan pertama atau lapisan terluar.

7. Pemeriksaan kadar timbal adalah pengukuran jumlah timbal yang terkandung dalam sayur selada dan kol di laboratorum Balai Riset dan Standarisasi Industri dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom.

8. Kadar timbal pada sayuran selada dan kol sebelum dicuci adalah jumlah timbal yang ditemukan dalam sayuran selada maupun kol sebelum dilakukan pencucian dalam satuan mg/kg.

(50)

10. Kadar timbal pada sayuran selada dan kol yang ditutup adalah jumlah timbal yang ditemukan dalam sayuran selada maupun kol yang diberi perlakuan penutupan oleh peneliti dalam satuan mg/kg.

11.Jumlah kendaraan bermotor adalah banyaknya kendaraan bermotor yang melewati jalan raya pasar Kampung Lalang yang dihitung dari pukul 6 pagi selama 2 jam.

12.Wawancara dengan pedagang adalah proses tanya jawab dengan pedagang yang diambil sampel sayur selada dan kolnya dengan metode kuesioner untuk mendapatkan data primer mengenai sayuran selada dan kol yang dijual.

13.NAB adalah batas aman yang ditetapkan oleh Dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan.

14.Memenuhi syarat adalah jika kadar timbal (Pb) dalam sayuran selada dan kol berada di bawah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan yaitu 2 mg/kg.

15.Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar timbal (Pb) dalam sayuran selada berada di atas Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan yaitu 2 mg/kg.

3.6 Instrumen Penelitian 3.6.1Alat Penelitian

(51)

36

3. Neraca listrik 4. Tanur

5. Lemari asam 6. Hot plate 7. Blender

8. Pisau stainless steell 9. Spatula

10.Krus porselen 50 ml 11.Botol kaca

12.Alat-alat gelas (Pyrex).

3.6.2Bahan Penelitian

Sayuran selada, sayuran kol, larutan standar timbal 1000 mcg/ml, ammonium hidroksida, dithizon, Kristal kalium sianida, asam nitrat, kloroform, dan air suling.

3.7Tata Cara Penelitian 3.7.1Cara Pengambilan Sampel

1. Datang ke Pasar Kampung Lalang pada pukul 5.30 pagi

2. Memilih pedagang yang menjual selada dan kol pada jarak 0 meter, 5 meter, 20 meter, dan 25 meter dari jalan raya. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 sampel, yanng terdiri dari 12 sampel selada dan 12 sampel kol. 3. Mengambil sayuran selada dan kol masing-masing sebanyak 150 gram,

kemudian dibagi menjadi 3 bagian. Dua bagian dibiarkan dalam keadaan terbuka dan satu bagian lainnya ditutup.

(52)

a. Mencuci Sayuran Selada dan Kol

Pencucian sayuran dilakukan selama 2 menit pada air yang mengalir. b. Menutup Sayuran Selada dan Kol

Sayuran selada dan kol ditutup oleh peneliti menggunakan plastik. 3.7.3Wawancara dengan Pedagang

Wawancara dengan pedagang dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data tentang sayuran selada dan kol yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini.

3.7.4Menghitung Jumlah Kendaraan

Perhitungan jumlah kendaraan yang melintas di jalan raya Pasar Kampung Lalang Medan dilakukan selama 2 jam sebelum sampel diambil untuk diteliti kadar timbalnya. Perhitungan dilakukan secara manual dengan menggunakan tabel perhitungan. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak kendaraan bermotor yang melintasi jalan raya Pasar Kampung Lalang, sehingga dapat diperkirakan berapa kadar timbal di udara yang dapat mencemari sampel.

3.7.5Penyiapan Sampel untuk Pemeriksaan Laboratorium

1. Bagian selada yang digunakan sebagai sampel adalah bagian batang dan daun selada yang biasa dikonsumsi masyarakat.

2. Bagian kol yang digunakan sebagai sampel adalah bagian lapisan terluar kol yang memiliki kemungkinan terpapar oleh asap kendaraan dari jalan raya.

(53)

38

3.7.6Pembuatan Pereaksi

a) Larutan HNO3 5N v/v

Larutan HNO3 65% v/v sebanyak 350 ml diencerkan dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1979 dalam Jaimin, 2012).

b) Larutan Dithizon 0,005% b/v

Dithizon sebanyak 5 mg dilarutkan dalam 100 ml kloroform (Vogel,1990 dalam Jaimin 2012 ).

c) Larutan NH4OH 1 N v/v

Ammonium hidroksida 25% v/v sebanyak 15,6 ml diencerkan dalam 100ml (Ditjen POM, 1979 dalam Jaimin, 2012).

3.7.7Proses Destruksi

Sampel ditimbang seksama lebih kurang 10 gram didalam krus porselen lalu diarangkan di atas hot plate hingga tidak mengeluarkan asap lagi. Kemudian dipindahkan ke dalam tanur dan diabukan pada suhu 450°C selama 16 jam. Abu yang dihasilkan dibiarkan dingin pada suhu kamar. Bila masih terdapat sisa karbon tambahkan 2 ml HNO3 65% v/v kemudian panaskan kembali di atas hot plate hingga kering. Selanjutnya diabukan lagi pada suhu 450°C selama 1 jam hingga diperoleh abu yang berwarna putih (Bratu dan Georgescu, 2005; SNI 0-2896-1998 dalam Jaimin, 2012). Perlakuan yang sama diulang sebanyak 6 kali.

3.7.8 Pemeriksaan Kuantitatif a) Pembuatan Larutan Sampel

(54)

labu tentukur 25 ml kemudian ditambahkan masing-masing 2,5 ml larutan standar timbal (konsentrasi 50 mcg/ml) lalu dicukupkan volumenya hingga garis tanda dengan air suling. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman nomor 42 dengan membuang beberapa mililiter filtrat pertama untuk membasahi kertas saring. Larutan hasil penyaringan digunakan untuk uji kuantitatif logam timbal (Bratu dan Georgescu, 2005; SNI 01-2896-1998 dalam Jaimin, 2012).

b) Pembuatan Kurva Kalibrasi Timbal

Larutan baku timbal (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5N dan ditepatkan dengan air suling hingga garis tanda (konsentrasi 100 mcg/ml). Dari larutan tersebut dipipet 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5N dan ditepatkan dengan air suling hingga garis tanda, diperoleh larutan dengan konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 mcg/ml lalu diukur pada panjang gelombang 217,0 nm.

c) Penetapan Kadar Timbal dalam Sampel

Larutan sampel hasil destruksi diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang 217,0 nm untuk timbal. Konsentrasi setelah ditambah timbal standar ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi masing-masing logam, sehingga konsentrasi timbal dalam sampel (Csampel) dapat diketahui yakni:

Csampel = C2 – C1

(55)

40

Selanjutnya kadar timbal sebenarnya dapat dihitung dengan rumus berikut (Harmita, 2004 dalam Jaimin, 2012) :

Kadar mg kg = Konsentrasi mcg ml × Volume (ml) Berat sampel (g)

3.8 Analisis Data

(56)

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan dengan luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) ini memiliki beberapa kelurahan, salah satunya adalah kelurahan Kampung Lalang. Lokasi pengambilan sampel penelitian yaitu di Pasar Kampung Lalang yang terdapat di kelurahan Kampung Lalang Medan.

Kampung Lalang merupakan pintu gerbang bagian barat Kota Medan yang dilintasi Jalan Lintas Sumatera dari arah Binjai, Stabat dan Aceh. Hal ini menyebabkan jalur tersebut selalu sibuk setiap hari. Volume kendaraan yang lewat sangat padat dan terkesan semrawut. Hal itu menjadikan kawasan tersebut menjadi salah satu titik kemacetan di Kota Medan.

Selain terminal dan jalur lintas, disana juga terdapat Pasar Kampung Lalang. Salah satu pasar terbesar di Medan yang dapat menampung hampir 1.000 pedagang, baik pedagang formal maupun pedagang kali lima (PKL). Pasar ini juga menjadi salah satu sarana bagi warga sekitar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Pekuwali, 2013). Banyak pedagang yang berjualan di sepanjang jalan raya Kampung Lalang, tidak terkecuali pedagang sayur.

4.2 Hasil Penelitian

(57)

42

4.2.1 Kadar Timbal pada Sayuran Selada

Hasil pengukuran kadar timbal pada sayuran selada dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Kadar timbal (mg/kg) NAB Dirjen POM No: berdagang 0 meter dari jalan raya sebelum dilakukan pencucian yaitu sebesar 1,43 mg/kg, setelah dilakukan pencucian sebesar 1,07 mg/kg dan pada sayuran selada yang ditutup kadar timbalnya sebesar 0,99 mg/kg. Sedangkan kadar timbal terendah sayuran selada terdapat pada sayuran selada yang dijual pada jarak lokasi berdagang 25 meter dari jalan raya sebelum dilakukan pencucian yaitu sebesar <0,02 mg/kg, setelah dilakukan pencucian sebesar <0,02 mg/kg dan pada sayuran selada yang ditutup kadar timbalnya sebesar <0,02 mg/kg.

Tabel 4.2 Persentase Penurunan Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran Selada Sebelum dan Sesudah Dicuci

(58)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa kadar timbal pada selada mengalami penurunan setelah dilakukan pencucian. Pada selada yang dijual 0 meter dari jalan raya kadar timbal berkurang dari 1,43 mg/kg menjadi 1,07 mg/kg dengan persentase penurunan sebesar 25,17%. Pada selada yang dijual 5 meter dari jalan raya kadar timbal berkurang dari 0,77 mg/kg menjadi 0,42 mg/kg dengan persentase penurunan sebesar 45,45%. Pada selada yang dijual 20 meter dari jalan raya kadar timbal berkurang dari 0,18 mg/kg menjadi 0,09 mg/kg dengan persentase penurunan sebesar 50%. Pada selada yang dijual 25 meter dari jalan raya, persentase penurunan tidak dapat dihitung karena kadar timbal pada selada sebelum dan sesudah pencucian hasilnya di bawah batas nilai uji yaitu <0,02 mg/kg.

4.2.2 Kadar Timbal pada Sayuran Kol

Hasil pengukuran kadar timbal pada sayuran kol dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

(59)

44

ditutup kadar timbalnya sebesar 0,29 mg/kg. Sedangkan kadar timbal terendah sayuran kol terdapat pada sayuran kol yang dijual pada jarak lokasi berdagang 25 meter dari jalan raya sebelum dilakukan pencucian yaitu sebesar 0,05 mg/kg, setelah dilakukan pencucian sebesar <0,02 mg/kg dan pada sayuran kol yang ditutup kadar timbalnya sebesar <0,02 mg/kg.

Tabel 4.4 Persentase Penurunan Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran Kol Sebelum

20 meter 0,11 <0,02 Tidak dapat dihitung

25 meter 0,05 <0,02 Tidak dapat dihitung

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa kadar timbal pada kol mengalami penurunan setelah dilakukan pencucian. Pada kol yang dijual 0 meter dari jalan raya kadar timbal berkurang dari 0,57 mg/kg menjadi 0,39 mg/kg dengan persentase penurunan sebesar 31,58%. Pada kol yang dijual 5 meter dari jalan raya kadar timbal berkurang dari 0,46 mg/kg menjadi 0,35 mg/kg dengan persentase penurunan sebesar 23,91%. Pada kol yang dijual 20 meter dan 25 meter dari jalan raya, persentase penurunan tidak dapat dihitung karena kadar timbal pada kol sebelum dan sesudah pencucian hasilnya di bawah batas nilai uji yaitu <0,02 mg/kg.

4.2.3 Jumlah Kendaraan Bermotor yang Melintas di Jalan Raya Pasar Kampung Lalang

(60)

Tabel 4.5 Jumlah Kendaraan Bermotor yang Melintas di jalan Raya Pasar Kampung lalang Tahun 2015

NO Jenis Kendaraan Jumlah

1. Sepeda motor 7.996 kendaraan

2. Mobil 3.576 kendaraan

Total 11.572 kendaraan

4.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan terakhir responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Pedagang Sayuran Selada dan Kol di Pasar Kampung Lalang Medan Tahun 2015

Nomor Responden Umur Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir

1 48 Perempuan SMP

2 42 Perempuan SMA

3 38 Perempuan SMA

4 49 Perempuan SMP

Dari tabel 4.6 tersebut dapat dilihat umur responden terdiri dari rentang 38 tahun sampai 49 tahun. Seluruh responden adalah berjenis kelamin perempuan. Terdapat dua orang responden yang berpendidikan SMP dan dua responden lainnya berpendidikan SMA.

4.4 Informasi tentang Sayuran yang Dijual

(61)

46

Tabel 4.7 Informasi tentang Sayuran yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan pada Tahun 2015

No. Pertanyaan Jawaban Responden Jumlah Responden

yang Menjawab

(62)

Gambar

Tabel 2.1 Ukuran Partikel Debu dalam Saluran Pernapasan
Tabel 2.2 Limit Rekomendasi untuk Kandungan Pb dalam Udara, Makanan, dan Minuman (WHO)
Tabel 4.1 Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran Selada yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan Tahun 2015
Tabel 4.3 Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran Kol yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat

Hal ini menandakan bahwa pengguna jasa yang melakukan kegiatan pelayanan kesehatan merasa sangat puas dengan kejelasan informasi yang diberikan oleh petugas medis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) mayoritas profil konsumen Go-ride dan Grab-bike mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur adalah perempuan, dengan uang saku perbulan kurang dari

Perubahan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Pemilihan Over The Counter (OTC di Desa Giwangretno dan Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Menggunakan Community

A prior knowledge of the higher-order semantic groupings of prompts allows test takers to prepare more efficiently by target- ing their preparation efforts at learning

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa dalam Kitab Kimia al- Sa‟adah , al-Ghazali memaparkan ranah afektif berupa hakikat hati sebagai raja

 Terdapatnya hambatan impuls supra atau intraventrikular Aritmia adalah kelainan eletrofisiologi dalam hal kecepatan, irama, tempat asal dari rangsangan (impuls), atau

Hubungan sikap dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar bayi pada analisis diperoleh hasil uji statistic chi- square nilai α = 0,001 (&lt;0,05), Nilai tersebut