HUBUNGAN PEMBERIAN JUS JAMBU BIJI MERAH (
Psidium
guajava Linn)
TERHADAP KADAR KOLESTEROL MENCIT
(
Mus musculus)
DIABETIK
Oleh :
TIKA CITRA AYU LESTARI
080100090
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan kompleks yang disebabkan oleh kegagalan sel pankreas dalam mensekresikan jumlah insulin yang cukup, atau dikarenakan tubuh tidak mampu menggunakan insulin. Selain obat konvensional, pengobatan tradisional untuk Diabetes Mellitus (DM) sudah banyak dilakukan, salah satunya dengan mengkonsumsi buah jambu biji (Psidium guajava Linn.).
Tujuan
Mengkaji pengaruh jus jambu biji terhadap kadar kolesterol mencit diabetik.
Metode
Metode penelitian ini adalah pre-post test menggunakan sampel mencit yang diinduksi alloxan agar menjadi diabetik. Sampel dibagi 3 kelompok, yaitu: sehat (K1), kelompok DM-plasebo (K2) dan kelompok DM-uji (K3). Kelompok K3 diberi jus jambu biji (dosis 0.78 mg/20 gram beratbadan), peroral sekali sehari selama 2 minggu. Kolesterol diukur setelah induksi alloksan (pre-test) dan setelah pemberian jus jambu biji (post-test). Data dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney
Hasil
Setelah induksi rerata kolesterol mencit pada K1 (±111.36 mg/dl), K2 (± 211.55 mg/dl) dan K3 (± 234.73 mg/dl). Setelah pemberian jus jambu biji, rerata kolesterol pada K3 mengalami penurunan menjadi (± 158.27mg/dl).
Kesimpulan
Jus jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol mencit diabetik yang diinduksi alloxan.
ABSTRACT
Backgrounds
Diabetes mellitus (DM) is a complex disorder caused by a failure of cells in the pancreas secrete adequate amounts of insulin, or because the body is unable to use insulin. In addition to conventional medicine, traditional treatments for Diabetes Mellitus (DM) has been done, one of which by eating guavas (Psidium guajava Linn.)
Objective
Assessing the impact of guava juice on cholesterol levels of diabetic mice.
Methods
This research method is pre-post test using a sample alloxan mice induced to become diabetic. The sample is divided into 3 groups: healthy (K1), DM-placebo group (K2) and the DM-test (K3). K3 group were given guava juice (dose of 0.78 mg/20 g body weight), orally once daily for 2 weeks. Cholesterol was measured after induction alloxan (pre-test) and after administration of guava juice (post-test). Data were analyzed with the Kruskal-Wallis test and followed by Mann-Whitney test.
Result
After induction the mean of cholesterol in K1 mice (± 111.36 mg / dl), K2 (± 211.55 mg / dl) and K3 (± 234.73 mg / dl). After administration of guava juice, mean cholesterol decreased to K3 (± 158.27mg/dl).
Conclusion
Guava juice may lower cholesterol levels in alloxan-induced diabetic mice.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah tepat pada waktunya.Karya tulis ilmiah ini berjudul “Pengaruh
Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus) Diabetik”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak
memperoleh bimbingan, pengarahan, dan dorongan sehingga karya tulis ilmiah ini
dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Tri Widyawati,
Msi selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, membantu dan
meluangkan waktunya bagi penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini selesai serta
selirih staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.
Terima kasih dan penghargaan penulis kepada kedua Orangtua tercinta
dr.R.Dinamika Chandra Bimantara,SpOG dan Rr.Gayatri Lindri Saraswati, SKM,
Mkes serta adik Amalia Puspita Dewi atas segala nasehat, doa, dorongan dan
motivasi yang besar bagi penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rasa hormat penyusun menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Dairion Gatot, SpPD dan dr. Iqbal Pahlevi Nst, SpBA , selaku dosen
penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan penilaian terhadap
3. dr. Nurchaliza .H. Siregar, SpM selaku dosen pembimbing akademik saya
yang telah membimbing saya dari awal semester hingga sekarang.
4. Seluruh staf di bagian administrasi, laboratorium Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
5. Keluarga (Eyang Ono, Eyang Ina, Tante Ririn,Tante Santi, Tante Letta,
Mas Akbar) yang telah banyak memberi dukungan sehingga karya tulis
ilmiah ini selesai.
6. Teman-teman seperjuangan saya, Tami, Ade, Nana, Acit, Ican, Febrine,
Ijal dan seluruh mahasiswa-mahasiswi stambuk 2008 dan teman-teman
lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persat yang telah
membantu penulis sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.
7. Teman-teman satu dosen pembimbing saya, Astrawinata dan Willy yang
banyak berperan penting dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya “Loping You”, Boki, Kak lele,
Mika, Tika yang selalu memberikan dukungan penuh kepada penulis
untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga
karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 14 Desember 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……... 17
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 18
3.2.1. Variabel Independen... ... 18
3.2.2. Variabel Dependen... ... 18
3.2.3. Definisi Operasional... 18
3.3. Hipotesis ... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN……… 19
4.1. Rancangan Penelitian ... 19
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
4.3. Populasi dan Sampel ... 19
4.4. Alur Penelitian ... 21
4.5. Teknik Pengumpulan Data ... 21
4.5.1. Penentuan Dosis Alloksan dan Jambu Biji ... 21
4.5.2. Pemeliharaan Hewan Coba ... 21
4.5.3. Persiapan Hewan Coba ... 23
4.5.4. Perlakuan Hewan Coba ... 23
4.5.5. Alat dan Bahan ... 24
4.5.5.1. Alat ... 24
4.5.5.2. Bahan ... 24
4.5.6. Analisa Data ... 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25
5.1. Hasil Penelitian ... 25
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 25
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 25
5.2. Pembahasan ... 27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
6.1. Kesimpulan ... 29
6.2. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes 9
5.1
5.2
5.3
5.4
Data Deskriptif Statistik
Perbedaan Rata-rata Kolesterol Kelompok Penelitian
Perbedaan Rata-rata Kolesterol tiap Dua Kelompok
Hasil Uji Rata-rata Kelompok Dependen
25
26
26
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Jambu Biji Mengatasi Kolesterol 6
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Tabel Konversi Perhitungan Dosis
Lampiran 4 Data Induk
Lampiran 5 Output SPSS
ABSTRAK
Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan kompleks yang disebabkan oleh kegagalan sel pankreas dalam mensekresikan jumlah insulin yang cukup, atau dikarenakan tubuh tidak mampu menggunakan insulin. Selain obat konvensional, pengobatan tradisional untuk Diabetes Mellitus (DM) sudah banyak dilakukan, salah satunya dengan mengkonsumsi buah jambu biji (Psidium guajava Linn.).
Tujuan
Mengkaji pengaruh jus jambu biji terhadap kadar kolesterol mencit diabetik.
Metode
Metode penelitian ini adalah pre-post test menggunakan sampel mencit yang diinduksi alloxan agar menjadi diabetik. Sampel dibagi 3 kelompok, yaitu: sehat (K1), kelompok DM-plasebo (K2) dan kelompok DM-uji (K3). Kelompok K3 diberi jus jambu biji (dosis 0.78 mg/20 gram beratbadan), peroral sekali sehari selama 2 minggu. Kolesterol diukur setelah induksi alloksan (pre-test) dan setelah pemberian jus jambu biji (post-test). Data dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney
Hasil
Setelah induksi rerata kolesterol mencit pada K1 (±111.36 mg/dl), K2 (± 211.55 mg/dl) dan K3 (± 234.73 mg/dl). Setelah pemberian jus jambu biji, rerata kolesterol pada K3 mengalami penurunan menjadi (± 158.27mg/dl).
Kesimpulan
Jus jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol mencit diabetik yang diinduksi alloxan.
ABSTRACT
Backgrounds
Diabetes mellitus (DM) is a complex disorder caused by a failure of cells in the pancreas secrete adequate amounts of insulin, or because the body is unable to use insulin. In addition to conventional medicine, traditional treatments for Diabetes Mellitus (DM) has been done, one of which by eating guavas (Psidium guajava Linn.)
Objective
Assessing the impact of guava juice on cholesterol levels of diabetic mice.
Methods
This research method is pre-post test using a sample alloxan mice induced to become diabetic. The sample is divided into 3 groups: healthy (K1), DM-placebo group (K2) and the DM-test (K3). K3 group were given guava juice (dose of 0.78 mg/20 g body weight), orally once daily for 2 weeks. Cholesterol was measured after induction alloxan (pre-test) and after administration of guava juice (post-test). Data were analyzed with the Kruskal-Wallis test and followed by Mann-Whitney test.
Result
After induction the mean of cholesterol in K1 mice (± 111.36 mg / dl), K2 (± 211.55 mg / dl) and K3 (± 234.73 mg / dl). After administration of guava juice, mean cholesterol decreased to K3 (± 158.27mg/dl).
Conclusion
Guava juice may lower cholesterol levels in alloxan-induced diabetic mice.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma penyakit metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena defisiensi absolut sekresi
insulin atau penurunan aktivitas kerja insulin atau keduanya (Masharani et al.,2004). Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh
diabetes (Hans Tandra, 2008). Pada tahun 2000, WHO memperkirakan
sedikitnya 171 juta orang di seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau
sekitar 2,8% dari total populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat,
dan diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta
atau sekitar 4,4% dari populasi dunia. Daerah dengan angka penderita DM
paling tinggi di Indonesia, yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu
11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64
tahun yaitu 13,5%.
Hiperglikemia pada DM menyebabkan kenaikan kadar radikal bebas.
Adanya proses autooksidasi pada hiperglikemi memicu pembentukan radikal
bebas. Radikal bebas dapat merusak membran sel, menjadi lipid peroksida
atau malondialdehyde (MDA), bila berlanjut mengakibatkan kerusakan sistem membran sel dan kematian sel (Yasa et al., 2007). MDA merupakan produk yang sangat beracun yang sebagian diproduksi dari peroksidasi lipid yang
merupakan turunan dari produk radikal bebas. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa kadar MDA konsentrasinya cukup meningkat pada DM
(Slatter et al., 2000).
Biaya pengobatan DM cukup mahal, namun terkadang efek yang
diinginkan belum tentu tercapai, sehingga saat ini masyarakat mulai banyak
menggunakan pengobatan alternatif, yakni dengan menggunakan obat dari
karoten sehingga dapat berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan daya
tahan tubuh (Riana, 2000, dalam Pdpersi, 2004).Selain itu buah jambu biji
juga kaya serat yang larut dalam air dan pektin terutama dibagian kulitnya
sehingga dapat mengganggu penyerapan lemak dan glukosa yang berasal dari
makanan yang bisa mmbuat kondisi diabetes (Hariyadi, 2005, Achyat dan
Rasyidah 2000).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Tri Murini, dkk menjelaskan bahwa
pemberian jus jambu biji merah pada tikus putih dengan dosis 50mg/kgBB
dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliseridaa, LDL kolesterol dan
menaikkan HDL kolesterol.
Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
guna membuktikan efek pemberian jus jambu biji merah terhadap kadar
kolesterol mencit dalam kondisi diabetik.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Adakah Hubungan Antara Pemberian Jus Jambu Biji Merah Terhadap Kadar
Kolesterol pada Mencit Diabetik?”
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pemberian jus jambu biji merah
terhadap gambaran profil lipid pada mencit diabetik.
Tujuan Khusus
Mengetahui kadar kolesterol pada kelompok mencit yang telah diinduksi
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan bermanfaat untuk :
a. Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan
pada pasien diabetes.
b. Kalangan Medis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
pengobatan untuk pasien diabetes.
c. Peneliti
Peneliti akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang pengobatan
dengan jambu biji dan dapat menggunakannya untuk pasien-pasien
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Mellitus
2.1.1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala klinis (sindroma klinis) yang timbul oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
kronis akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Katzung, 2002).
Penyebab diabetes mellitus adalah kekurangan hormon insulin yang
berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesis
lemak.Akibatnya adalah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan
akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria).Oleh karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus sering kencing, merasa sangat
haus, berat badan menurun, dan merasa lelah.
2.1.2. Epidemiologi
Prevalensi penyakit diabetes melitus di dunia diperkirakan telah mencapai
2,8% pada tahun 2000 dan 4,4% pada tahun 2030. Total penduduk dunia yang
menderita diabetes melitus mencapai 171 juta penduduk pada tahun 2000 dan
pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 366 juta penduduk ( Sarahet al., 2004 ). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi
Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam
dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus
yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis.
Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria,
dan lebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial
rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat
dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM
dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya
aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.
2.1.3. Tipe Diabetes
Diabetes dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Diabetes mellitus tipe I (Insulin dependent)
DM tipe I umumnya timbul pada anak-anak dan dewasa muda. DM tipe I
terjadi karena destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme imunologik
sehingga menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin endogen. Penderita
DM tipe I mengalami ketergantungan terhadap insulin eksogen untuk
menurunkan kadar glukosa plasma dan menghindari ketoasidosis (KAD) serta
untuk mempertahankan hidupnya . Pada penderita DM tipe I perawatan insulin
adalah mutlak (Leslie, 1991).
b. Diabetes melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM tipe II biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun. Pada DM tipe II sel β pankreas tidak rusak tetapi terjadi resistensi terhadap kerja insulin. Produksi insulin biasanya dapat untuk mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila
ada stress berat (Woodley dan Whelan, 1995).
c. DM tipe lain
Dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi,
sebab imunologi dan sindrom genetika lain yang berkaitan dengan diabetes
mellitus (Katzung, 2002).
d. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes yang timbul selama kehamilan, artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa yang didapati selama masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua atau ketiga. Diabetes mellitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal (di sekitarwaktu melahirkan), dan sang ibu
memiliki resiko untuk dapat menderita penyakit diabetes mellitus yang lebih
besar dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun setelah melahirkan (Woodley dan
Tes-tes yang digunakan untuk pengukuran kadar glukosa adalah :
a. Kadar glukosa plasma. Penderita dikatakan DM bila kadar glukosa plasmanya
lebih dari 140 mg/dl yang ditunjukkan pada sedikitnya dua kali pemeriksaan.
b. Uji toleransi glukosa oral. Hasil yang normal menunjukkan kadar glukosa
plasma pada keadaan puasa kurang dari 115 mg/dl. Kadar glukosa plasma 2
jam sesudah pemberiaan glukosa meningkat menjadi 200 mg/dl (Woodley dan
Wheland, 1995).
Toleransi glukosa ditunjukkan oleh kurva glukosa darah sesudah pemberian
sejumlah glukosa untuk tes. Penyakit diabetes mellitus (DM tipe I) ditandai
dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai
respon terhadap pemberian glukosa (Harper dkk., 2003).
2.1.4. Faktor resiko
Beberapa faktor resiko dari diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Keturunan
Sekitar 50 % pasien diabetes tipe 2 mempunyai orangtua yang menderita
diabetes, dan lebih sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang
mengidap diabetes. Sedangkan untuk diabetes tipe 1, sekitar 20 % terjadi
pada penderita dengan riwayat keluarga terkena diabetes dan 80 % terjadi
pada penderita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan diabetes.
(WHO, 2002).
2. Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu, seperti suku indian di Amerika, Hispanik, dan orang
Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe
2.Sedangkan diabetes tipe 1 sering terjadi pada orang Finlandia dengan
presentase mencapai 40 %.
3. Usia
Pada diabetes tipe 1, usia muda merupakan awal terjadinya penyakit
tersebut, sedangkan pada diabetes tipe 2 umur puncak berada pada usia
4. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang
mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan
otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh
atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau perut. Lemak
ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke
dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
5. Sindroma Metabolik
Menurut WHO dan National Cholesterol Education Program : Adult
Treatment Panel III, orang yang menderita sindroma metabolic adalah
mereka yang punya kelainan seperti : tekanan darah tinggi lebig dari
160/90mmHg, trigliseridaa darah lebih dari 150mg/dl, kolesterol HDL <40
mg/dl, obesitas sentral dengan BMI lebih dari 30, lingkar pinggang
melebihi 102 cm pada pria atau melebihi 88 cm pada wanita, atau sudah
terdapat mikroalbuminuria.
6. Kurang Gerak Badan
Olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mengontrol berat badan.
Glukosa darah dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih
sensitive terhadap insulin.peredaran darah lebih baik dan resiko terjadinya
diabetes tipe 2 akan turun sampai 50%.
7. Faktor Kehamilan
Diabetes pada ibu hamil dapat terjadi pada 2-5 % kehamilan. Biasanya
diabetes akan hilang setelah anak lahir. Ibu hamil dengan diabetes dapat
melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4 kg. Apabila ini
terjadi, sangat besar kemungkinan si ibu akan mengidap diabetes tipe 2
kelak.
8. Infeksi
Infeksi virus dapat juga dijadikan penyebab timbulnya diabetes
2.1.5. Gejala Diabetes Mellitus
Gejala diabetes dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu :
a. Gejala Akut
Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu:
- Banyak makan (polifagia)
- Banyak minum (polidipsi)
- Banyak kencing (poliuria)
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus
bertambah, karena pada saat itu jumlah insulin masih mencukupi.
Apabila keadaan ini tidak segera diobati maka akan timbul keluhan
lain yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Keluhan tersebut
diantaranya:
- nafsu makan berkurang
- banyak minum
- banyak kencing
- berat badan turun dengan cepat
- mudah lelah
- bila tidak segera diobati,penderita akan merasa mual bahkan penderita
akan jatuh koma (koma diabetik).
b. Gejala Kronik
Gejala kronik akan timbul setelah beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah penderita menderita diabetes. Gejala kronik yang sering
dikeluhkan oleh penderita, yaitu:
- Kesemutan
- Kulit terasa panas
- Terasa tebal dikulit
- Kram
- Lelah
- Mudah mengantuk
- Mata kabur
- Gigi mudah goyah dan mudah lepas
- Kemampuan seksual menurun
- bagi penderita yang sedang hamil akan mengalami keguguran atau
kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg.
2.1.6. Diagnosis Diabetes Mellitus
Menurut kriteria International Diabetes Federation (IDF), American
Diabetes Association (ADA) dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(Perkeni), apabila gula darah pada saat puasa diatas 126mg/dl dan 2 jam sesudah
makan diatas 200mg/dl, diagnosis diabetes bisa dipastikan.
Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO)
Kadar Glukosa Darah
mg/dl mmol/dl
Diabetes Mellitus
Puasa ≥ 126 ≥ 7.0
2 jam sesudah makan ≥ 200 ≥ 11.1
Impaired Fasting Tolerance(IFT)
Puasa < 126 < 7.0
2 jam sesudah makan ≥ 140 &< 200 ≥ 7.8 &< 11.1
Impaired Fasting Glucose (IFG)
Puasa ≥ 110 &< 126 ≥ 6.1 &< 7.0
2 jam sesudah makan < 140 < 7.8
Jika kadar glukosa darah tidak normal tetapi belum termasuk kriteria
diagnosis untuk diabetes, keadaan ini disebut Toleransi Glukosa Terganggu(TGT)
atau IGT. Seseorang dengan TGT mempunyai risiko terkena diabetes tipe 2 jauh
2.1.7. Penatalaksanaan Diabetes
Berdasarkan cara pemberiannya obat hipoglikemik terdiri dari obat
hipoglikemik oral dan obat hipoglikemik suntik yang mengandung insulin (Tjay
dan Rahardja, 2002).
a. Obat antidiabetik oral
a.1). Golongan Sulfonilurea
Tolbutamid (Gambar 1) termasuk golongan sulfonilurea yang dapat
merangsang keluarnya insulin dari pankreas (Tjay dan Rahardja, 2007).
Tolbutamid mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari
101,0% C12H18N2O3S, terhitung dari zat yang telah dikeringkan.
Pemerian dari tolbutamid adalah serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
agak pahit.Tolbutamid merupakan obat turunan dari karbutamida, dengan
menggantikan gugus-P amino dengan gugus metil efek-efek sulfa
dilenyapkan.Daya hipoglikemik tolbutamid relatif lemah, maka jarang
menyebabkan hipoglikemia.Obat ini banyak digunakan pada penderita
diabetes tipe-2 (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada pasien lanjut usia secara
lebih amannya digunakan tolbutamid karena mempunyai durasi kerja
paling cepat (Neal, 2005). Plasma t½ - nya sekitar 4-5 jam, tetapi ternyata
bahwa penakaran single-dose pagi hari cukup efektif untuk mengendalikan kadar gula selama 24 jam. Zat ini dioksidasi menjadi metabolit inaktif
yang diekskresikan 80% lewat kemih. Dosis permulaan 0,5-1 g pada
waktu makan (guna menghindari iritasi lambung), bila perlu dinaikkan tiap
minggu sampai maksimal 1-2 g. Dosis di atas 2 g per hari diperkirakan
tidak ada gunanya (Tjay dan Rahardja, 2007). a.2). Golongan Inhibitor α-Glukosidase
Acarbose merupakan penghambat kompetitif alfa glucosidase usus dan memodulasi pencernaan pasca prandial dan absorpsi zat tepung dan
disakarida.Akibat klinis pada hambatan enzim adalah untuk
meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas dan menunda absorpsi
zat tepung dan disakarida yang masuk pada usus kecil bagian distal,
hemat insulin. Data farmakokinetik acarbose adalah onset efek pertama
kali muncul 0,5 jam, waktu paruh (t1/2) 1-2 jam, durasi 4 jam.
a.3). Golongan Biguanid
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh terhadap
insulin yang diproduksi oleh tubuh, tidak merangsang peningkatan
produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak berakibat
hipoglikemia. Contoh obat golongan biguanid antara lain metformin
(glucophage). Golongan Meglitinid ,Obat ini dapat dikombinasikan
dengan metformin digunakan dalampengobatan Diabetes Mellitus tipe-2
sebagai tambahan terhadap diet dan olah ragauntuk penderita yang
hiperglikemiknya tidak dapat dikontrol secara memuaskan dengan
cara-cara tersebut. Contoh obat dari golongan ini antara lain repaglinid
(novonorm), nateglinid (starlix) (Tjay dan Rahardja, 2002).
a.4). Golongan Thiazolidindion
Golongan ini dapat digunakan bersama sulfonilurea, insulin atau
metformin untuk memperbaiki kontrol glikemia. Contohnya antara lain
pioglitazon (actos), rosiglitazon (avandia) (Tjay dan Rahardja,2002).
b. Insulin
Pada diabetes mellitus tipe I, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis dan menurunkan peningkatan
kadar glukosa darah. Selain DM tipe I, insulin kadang digunakan oleh pasien
DM tipe II dan ibu hamil yang disertai Diabetes Mellitus, namun untuk waktu
yang singkat.
Penggunaan insulin dapat juga untuk indikasi sebagai berikut :
a) Kencing manis dengan komplikasi akut seperti gangren, ketoasidosis, dan
koma.
b) Kencing manis pada kehamilan yang tak terkontrol dengan dietary control. c) Penurunan badan yang drastis
d) Penyakit DM yang tidak berhasil dengan obat hipoglikemik dosis maksimal.
Ada 4 tipe utama insulin yang tersedia:
1). Ultra-short-acting, yang mempunyai mula kerja sangat cepat dan masa kerja yang pendek.
2). Insulin reguler, jenis insulin ini bekerja dalam waktu yang pendek dengan
mula kerja cepat.
3). Insulin lente, bekerja dalam waktu menengah.
4). Insulin yang bekerja dalam jangka waktu panjang dengan mula kerja lambat
(Katzung, 2002).
c. Ekstraksi Tanaman
Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif
yang semula berada dalam tanaman ditarik oleh cairan penyari sehingga zat
aktif larut dalam cairan penyari (Ansel, 1989). Farmakope Indonesia
menetapkan untuk proses penyari sebagai cairan penyari digunakan air, etanol,
air-etanol, eter yang digunakan sebagai penyari pada pembuatan obat
tradisional (Anonim, 1979).
2.2. Jambu Biji (Psidium Guajava Linn)
2.2.1. Profil Buah Jambu Biji
Jambu biji merupakan tanaman buah yang tumbuh dengan baik dan
banyak dijumpai didaerah tropis seperti Indonesia. Buah jambu biji dapat
dijumpai hamper diseluruh daerah di Indonesia dengan nama umum jambu biji,
jambu batu atau jambu klutuk. Namun demikian masih dijumpai nama lain jambu
biji tergantung varietasnya.
Jambu biji adalah tumbuhan yang termasuk famili Myrtaceae dan genus Psidium. Pohonnya adalah tipe yang selalu hijau (evergreen) setinggi 6 sampai 25 kaki dengan cabang yang lebar dan ranting yang berbulu halus . Batang pohonnya
Gambar 2.1. Jambu Biji Mengatasi Kolesterol (agnesblogs, 2010).
Jambu biji mengandung berbagai macam senyawa kimia (fitokimia) yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Fitokimia tersebut adalah alanine, α-humulene, asam α-linoleat, α-selinene, araban, arabinose, arginine, ascorbigen, asam askorbat, asam aspartate, benzaldehyd, benzene, β-bisabolene, β-karoten, β -caryophyllene, β-copaene, β-farnesene, β-humulene, β-ionone, β-pinene, β -selinene, butanal, cinnamylacetate, citral, asam sitrat, tembaga, D-galaktosa, asam
D-galacturonic, δ-cadinene, asam ellagic, fruktosa, asam gallic, asam glutamate,
glisisn, histidine, leusin, isoleusin, asam L-malat, asam laktat, leucocyanidine,
limonene, asam linoleat, lysine, magnesium, manganese, mecocyanin,
methylcinnamate, methylsopropylketone, mufa, asam myristat, asam oleat, asam
oxalate, asam palmitat, asam palmitoleat, asam pantotenat, pectin, phenylalamine,
fosfor, phytin-phosphorus, proline, pufa rhamnosa, riboflavin, serine, SFA, asam
stearate, sulfur, thiamin, threonine, tryptophan, turosine, valine, xylose, zinc,
pectin dan tannin.
Berdasarkan hasil penelitian, jambu biji merah juga mengandung berbagai
zat gizi, kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram jambu biji masak segar
adalah 0,9 g protein; 0,3 g lemak; 12,2 g karbohidrat; 14 mg kalsium; 28 mg
fosfor; 1,1mg besi; 25 SI vitamin A; 0,02 mg vitamin B1; vitamin C 87 mg dan air
86 g dengan total kalori sebanyak 49 kalori(Parimin,S.P, 2008). Buah jambu biji
dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Selain itu, buahnya juga dapat diolah
menjadi sirup, sari buah, nectar, buahvita, jeli, selai, kembang gula, dan dodol,
dan dapat juga digunakan sebagai obat yaitu dengan merebus buah jambu biji dan
menggunakan air rebusan tersebut untuk obat antidiabetes. Dosis yang biasa
Kandungan yang paling berfungsi dalam penurunan kadar kolesterol pada
penderita diabetes adalah pektin.Pektin adalah suatu karbohidrat polymer yang
terdiri atas parsial methoxylated polygalacturonic-acids.Berwarna putih
kekuningan, hampir tidak berbau dengan suatu mucilagenous, diperoleh dari kulit
pohon jeruk/buah bagian dalamnya atau dari buah apel pomace.Satu gram pektin
dapat larut dalam 20 ml air dalam suatu solusi merekat (Plumb, 1998).
2.2.2. Manfaat buah jambu biji
Pada umumnya buah jambu biji dikonsumsi seperti buah yang
lainnya.Namun sebenarnya buah jambu biji memiliki manfaat yang lebih dari
buah lainnya. Daun dan buah jambu biji banyak digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Mengkonsumsi buah
jambu biji setiap hari dapat memberikan dampak positif terhadap pencernaan dan
pengaturan lambung. Beberapa manfaat jambu biji diantaranya adalah :
1. Sebagai tonik. Buah jambu biji dibuat jus dicampur dengan buah lain
seperti pisang atau jeruk ditambah dengan madu diminum sebagai
minuman kesehatan.
2. Mengatasi masalah pencernaan dan lambung. Jus buah jambu biji
dicampur dengan jeruk dan diminum tiga kali sehari dapat mengatasi
gangguan pencernaan. Buah jambu ditambah garam dan dikonsumsi
setelah makan dapat mengeliminasi gas dilambung dan meningkatkan
nafsu makan. Air rebusan daun jambu biji dapat menghilangkan sakit
perut.
3. Menghilangkan konstipasi. Mengkonsumsi jambu biji pada waktu makan
pagi dapat mengaktifkan pencernaan dan menghilangkan konstipasi. Buah
jambu biji dicampur dengan papaya, jeruk nipis dan garam dikonsumsi
setelah makan dapat menormalkan aktivitas gerakan lambung.
4. Air rebusan daun dan akar jambu biji dapat menghentikan diare non
spesifik dan menghilangkan sariawan.
Disamping manfaat tersebut di atas, buah jambu biji juga dinilai dapat
mempunyai potensi sebagai antimikroba tertentu seperti Staphylococcus aureus dan beta-streptococcus grup A (Maryanto, 2003).
2.3. Profil Lipid
Profil lipid adalah tes darah yang dilakukan untuk menilai status
metabolism lemak dalam tubuh. Tes ini melibatkan pengukuran total kolesterol
dalam darah, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), very low density lipoprotein (VLDL) dan trigliseridaa. Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, dan genetic mempengaruhi profil lipid. Beberapa aspek tertentu dalam
gaya hidup termasuk diet, tingkat aktivitas fisik, tingkat control diabetes, alcohol,
status merokok, serta gangguan kronis seperti hipotiroidisme, penyakut hati
obstruktif, diabetes, dan penyakut ginjal turut mempengaruhi profil lipid.
Tes profil lipid ini tidak hanya membantu untuk mengidentifikasi
kandungan total lipoprotein dalam darah, tetapi juga merinci komponen lipid
dalam rangka untuk menentukan berapa banyak masing-masing elemen yang
hadir.
2.3.1. Lemak darah
2.3.1.1. Kolesterol
Kolesterol adalah bahan penyusun membran dan merupakan komponen
lipoprotein yang penting disamping merupakan zat bakal bagi asam empedu dan
sejumlah hormon.Pengangkutan kolesterol oleh lipoprotein terutama dalam
bentuk ester yang berada didalam inti lipoprotein. Senyawa ini masuk dan keluar
jaringan tubuh melalui dua proses. Salah satu proses adalah berkaitan dengan
proses pergantian lipoprotein, sedangkan proses yang lain melibatkan pergantian
asam empedu. Kolesterol dan senyawa-senyawa yang berasala darinya terutama
dikeluarkan bersama feses.Kolesterol yang hilang ini sebagian diganti oleh
kolesterol diet dan sebagian lagi oleh kolesterol yang disentesis oleh tubuh dari
asetil-koA.
Sebagian besar kolesterol yang berasal dari diet sehari-hari maupun yang
hilang bersama feses. Pda orang dewasa normal hanya sekitar 0,5 gr kolesterol
tiap hari yang diubah menjadi asam empedu.
2.3.1.2. Trigliserida
Trigliserida atau triasilgliserol sering dinamakan lemak atau lemak netral
adalah lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam
lemak.Trigliserida merupakan molekul hidrofobik non polar, tidak mengandung
muatan listrik dan tidak larut dalam air tetapi lebih larut dalam pelarut non polar
seperti chloroform, benzene dan eter.Trigliseridaa disimpan dalam jumlah besar
dibawah kulit dan dirongga abdominal sebagai lemak cadangan di dalam jaringan
lemak sebagai sumber bahan bakar.
2.3.1.3. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Lipoprotein ini mengandung trigliserida terbanyak setelah kilomikron,
tersusun atas 7-10% protein.VLDL dibentuk di dalam hati, ukurannya lebih kecil
dari kilomikron tetapi berat jenisnya lebih besar.Waktu paruh VLDL 26nzi min
pendek kira-kira 12 jam, tetapi pembentukannya bersifat konstan walaupun dalam
keadaan puasa. VLDL di ,etabolisme oleh LPL pada permukaan sel endotel
kapiler, akibatnya secara progresif ukuran partikel menjadi kecil dan akhirnya
menjadi IDL (intermediate density lipoproyein). Sekitar 50 % IDL diubah oleh enzim HTGL (hepatic triglyceride lipase) menjadi LDL.26nzi mini terdapat pada endotel vascular hepar dan menyebabkan bertaambahnya pelepasan asam lemak
dan apo E dari IDL.
2.3.1.4. LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL merupakan lipoprotein yang disintesis didalam sirkulasi darah dari
hasil hidrolisis IDL maupun intra hepatic dari VLDL.LDL berperan dalam
pengangkutan kolesterol ke sel-sel perifer.Waktu paruh LDL lebih panjang
disbanding dengan VLDL, akibat konsentrasi LDL dan kolesterol dalam sirkulasi
lebih stabil dan benar-benar tidak dipengaruhi oleh keadaan post prandial.Sekitar
bagian kolesterol bebas berada pada daerah permukaan lipoprotein, sisanya
terdapat dibagian inti sebagai ester kolesterol.
2.3.1.5. HDL (High Density Lipoprotein)
HDL merupakan molekul lipoprotein yang paling kecil dengan diameter
75-100 A°, mempunyai berat jenis paling tinggi dan kandungan protein serta
fosfolipid paling besar. Ada tiga mcam HDL yaitu, HDL1, HDL2 dan HDL3.
Kolesterol bebas diambil oleh HDL untuk diesterifikasi oleh LCAT dan bergerak
kearah inti dari partikel HDL sehingga HDL kaya akan ester kolesterol. Perana
HDL adalah melindungi lipoprotein dari oksidasi dan menghambat oksidasi LDL.
American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan bahwa
individu-individu yang menderita diabetes dengan kadar lemak yang perlu
dikoreksi harus menjalani profil lipid sekurang-kurangnya setiap tahun. Menurut
ADA, kadar kolesterol yang beresiko rendah pada orang dewasa dengan diabetes
adalah kadar LDL di bawah 100 mg/dl, kadar HDL diatas 40mg/dl (diatas 50
mg/dl untuk wanita), dan trigliseridaa dibawah 150 mg/dl. Individu-individu
dengan diabetes yang memiliki kadar kolesterol selain dari rentang beresiko
rendah dapat diberikan tes ulang untuk memverifikasi hasil (Dinsmoor, Robert.,
2006).
Analisa kolesterol HDL dan LDL dilakukan dengan metode presipitasi dan
enzimatik. Kadar kolesterol LDL sebaiknya diukur secara langsung, atau dapat
juga dihitung menggunakan rumus Friedewald kalau kadar trigliseridaa < 400
mg/dl :
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitan di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Independen
- Adapun variabel independen adalah jus jambu biji
3.2.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam percobaan ini adalah profil lipid (Kolesterol).
3.2.3 Definisi Operasional
- Adapun definisi operasional, antara lain:
a. Mencit diabetik : mencit yang setelah diinduksi dengan alloxan memiliki
kadar > 200 mg/dl
b. Kolesterol : kadar Kolesterol yang menurun akibat pemberian jus
jambu biji merah.
3.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara pemberian jus jambu biji merah dengan
penurunan kadar kolesterol dalam darah mencit diabetik.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan
pendekatan pre test and post test group design. Rancangan penelitian ini dilakukan pada tiga kelompok hewan percobaan mencit strain DDW.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Universitas Sumatera
Utara. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 sampai Desember
2011. Penelitian ini akan mulai dilaksanakan setelah mendapat ethical clearance
dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah mencit umur jantan dengan umur 3-4
bulan dengan berat badan 20-35 gr dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang
aktif, diperoleh dari Laboratorium Biologi Fakultas MIPA USU.
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini berdsaarkan rumus
Federer (1963) dalam Wahyuni.:
- t = kelompok perlakuan ( 3 kelompok)
- n = jumlah sampel tiap kelompok
Banyaknya sampel pada penelitian ini adalah : (t-1) (n-1) ≥ 15
2n-2 ≥ 15
Dari penelitian ini ada tiga kelompok penelitian. Dari rumus di atas maka jumlah
sampel ditiap kelompok ada sembilan ekor mencit, namun peneliti memutuskan
untuk memakai 10 ekor mencit tiap kelompok dengan perincian sebagai berikut:
1. K = kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan
(sehat) sebanyak 11 ekor
2. P1 = kelompok perlakuan yang diinduksi alloksan dan
diberikan placebo sebanyak 16 ekor tikus selama 2 minggu
3. P2 = kelompok perlakuan yang diinduksi alloksan dan
diberikan jus jambu biji merah dengan dosis
4.4. Alur Penelitian
L1
L2
Gambar 4.1 Alur Penelitian
42 ekor mencit (Mus musculus) strain SW umur 3-4 bulan
Adaptasi selama 1 minggu
Randomisasi
Pemeriksaan kolesterol pertama (pre-test) 11 ekor mencit diberi diet
standar selama 1 minggu (Kontrol Negatif)
Diberikan diet standar dan minuman secara ad libitum dengan porsi yang 32 ekor mencit diinduksi alloksan
dan diberi diet standar selama 1 minggu (Kontrol Positif)
Randomisasi
K (11 ekor) Kontrol Negatif dengan
plasebo
P1 (16 ekor) Kontrol Positif dengan
plasebo
P2 (16 ekor) Kontrol positif dengan jus buah jambu biji (0,78
mL/20gr BB/ hari)
Pemeriksaan kolesterol kedua (post-test)
Keterangan:
K : Kelompok Kontrol
P1 : Kelompok Perlakuan 1
P2 : Kelompok Perlakuan 2
L1 : Pengambilan darah dan pemeriksaan kolesterol 1 (pemeriksaan awal)
L2 : Pengambilan darah dan pemeriksaan kolesterol 2 (pemeriksaan akhir)
4.5.Teknik Pengumpulan Data
4.5.1.Penentuan Dosis Alloxan dan Jus Jambu Biji
Dosis ditentukan dengan menggunakan tabel konversi menurut (Laurence
and Bacarach, 1964) yaitu manusia berat badan 70 kg dikonversi pada mencit
berat badan 20 gr dengan angka konversi 0,0026. Dosis alloksan yang digunakan
adalah 150 mg/kgBB hewan (Cheng dan Yang, 1983). Maka dosis alloksan yang
digunakan pada mencit dengan berat badan 20 gr adalah:
150 mg x (20/1000)gr = 3 mg/20 grBB
Sedangkan konsumsi jus jambu biji pada manusia rata-rata 300 mg/hari,
dikonversikan menjadi:
300 x 0,0026 = 0,78 mg/20 grBB.
4.5.2. Pemeliharaan Hewan percobaan
Mencit yang digunakan untuk penelitian adalah mencit jantan, sehat
dengan berat badan 20-35 gr. Kandang percobaan dibersihkan setiap hari untuk
mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat kotoran tikus tersebut dan tikus dapat
tetap sehat.Kandang ditempatkan dalam suhu kamar, ventilasi yang cukup, dan
cahaya menggunakan sinar matahari tidak langsung.Makanan hewan percobaan
diberikan berupa pellet.Makanan dan minuman diberikan secukupnya dalam
4.5.3. Persiapan Hewan Percobaan
Setiap kelompok hewan percobaan dipersiapkan dalam kandang yang
terpisah dan disiapkan untuk beradaptasi selama satu minggu sebelum dilakukan
penelitian.Sebelum perlakuan setiap mencit ditimbang berat badannya terlebih
dahulu dan diamati kesehatan fisiknya (gerakannya, berat badan, makan dan
minum). Bila terdapat mencit yang sakit pada saat berdaptasi maka mencit diganti
yang baru dengan kriteria yang sama dan diambil secara acak.
4.5.4. Perlakuan Hewan Percobaan
Setelah persiapan selesai maka hewan percobaan kelompok I, kelompok
II, dan kelompok III diberikan perlakuan sebagai berikut :
- Kelompok I dijadikan kontrol kolesterol yang normal dan tidak diberi
intervensi
- Kelompok II dijadikan kelompok uji tanpa diberi jus jambu biji merah.
Mencit mula-mula diadaptasikan dalam lingkungan baru selama
seminggu, dan setelahnya dipuasakan selama 12 jam dengan air
minum ad libitum. Kemudian mencit disuntikkan dengan alloksan dengan dosis 0,78 mg/20grBB secara intramuskular untuk
menginduksi DM. Mencit lalu diberi makanan standar selama
seminggu dan diperiksa kadar kolesterolnya untuk memastikan tikus
mengalami DM.
- Kelompok III dijadikan kelompok uji dengan diberi jus jambu biji.
Induksi DM dilakukan seperti pada kelompok II, namun pada
kelompok III diberi jus jambu biji dengan dosis 0,78 mg/20grBB satu
kali sehari selama penelitian.
Setelah 2 minggu, hewan percobaan diambil darahnya dan kemudian
4.5.5 Alat Dan Bahan
4.5.5.1. Alat
Alat-alat yang digunakn antara lain alat strip test, spuit 1 mL, oral sonde, lemari pendingin, dan alat-alat pemeliharaan mencit.
4.5.5.2. Bahan
a. Hewan Uji
Hewan yang dipakai dalam penelitian adalah mencit jantan dengan galur Swiss Webster yang sehat, berusia 3-4 bulan, dan berat 20-35 gram. Mencit diperoleh dari Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Mencit yang diikutkan dalam
penelitian harus sehat dengan tanda mata jernih dan berkilau, bulu tidak berdiri,
tingkah laku normal, nafsu makan dan minum yang baik dan berat badan yang
termasuk ideal untuk penelitian.
b. Jus Buah Jambu Biji
Adapun jus jambu biji merah yang digunakan untuk penelitian ini adalah jus
jambu biji merah siap pakai dengan merek dagang “Lie-Lie”.
c. Alloksan
Bahan yang dipakai untuk menginduksi DM pada mencit adalah alloksan
tetrahidrat yang dilarutkan dan disuntikkan secara intraperitoneal.
4.5.6.Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan bantuan program
Statistical and Product Service Solution (SPSS) nomor 17.0. Apabila data yang didapat berdistribusi normal, maka metode yang digunakan adalah Analysis of Variance (Anova). Bila data yang didapat tidak berdistribusi normal, maka yang digunakan adalah Uji Kruskal-Wallis.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan selama 4 minggu mulai dari bulan Juni sampai Juli
2011 di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Hewan coba
ditempatkan dalam ruangan khusus dan dibagi sesuai kelompok perlakuan.
Kelompok pertama (sehat) diletakkan dalam kandang satu (K1), kelompok kedua
(kontrol, DM, dan diberi plasebo) diletakkan dalam kandang dua (K2) dan
kelompok ketiga (uji, DM, dan diberi jus jambu biji) diletakkan dalam kandang
tiga (K3).
5.1.2. Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah mencit jantan galur Swiss Webster berusia 3-4 bulan, berat 20-35 gram, tidak ada abnormalitas anatomi dan aktif. Di
bagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok sehat (K1), kelompok
kontrol-plasebo(K2) dan kelompok uji (K3).
Berat badan mencit ditimbang tiap hari dan dosis jus jambu biji berubah
setiap harinya mengikuti berat badan tiap mencit.
Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas tersebut dapat dilihat
pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Data Deskriptif Statistik
Kelompok Kolesterol pre-test Kolesterol post-test Mean S.E S.D Mean S.E S.D K1(sehat) 111.36 6.519 21.621 110.45 5.987 19.856 K2(DM+plasebo) 211.55 2.172 7.202 206.27 2.552 8.463 K3(DM+uji) 234.73 6.151 20.401 158.27 10.487 34.782
Dari tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal,
sehingga uji Anova tidak dapat dilakukan dan dipilih uji non parametrik yaitu
Kruskal-Wallis Test.
Tabel 5.2. Perbedaan Rata-rata Kolesterol Kelompok Penelitian
Variabel Derajat
Kebebasan
Chi-Square Hitung P-Value
Kolesterol pre-test
Berdasarkan uji Kruskal Wallis di atas dapat dilihat bahwa p-value dari kedua kelompok baik pre-test ataupun post-test menunjukkan angka <0.05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kolesterol yang bermakna diantara ketiga
kelompok penelitian sebelum dan sesudah perlakuan.
Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan signifikan
terhadap Kadar Kolesterol-nya, dilakukan uji lanjutan yaitu uji Mann-Whitney yang membandingkan dua kelompok independen. Berikut adalah hasil uji Mann-Whitney pada tiap dua kelompok:
Tabel 5.3. Perbedaan Rata-rata Kolesterol tiap Dua Kelompok
Variabel Kolesterol
Post-test
Nilai Mann-Whitney U P-Value
K1&K2
K2 : Kelompok kontrol
K3 : Kelompok uji
Dari hasil uji Mann-Whitney diatas, dapat dilihat p-value dari tiap dua kelompok menunujukkan nilai <0.05, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna terhadap nilai kolesterol pada tiap dua kelompok penelitian.
Setelah melakukan uji kelompok independen, maka untuk mengetahui
perbedaan kolesterol tiap-tiap kelompok sebelum dan sesudah penelitian,
dilakukan uji Wilcoxon Signed Ranks Test dan didapati hasil berikut:
Tabel 5.4. Hasil Uji Rata-rata Kelompok Dependen
Variabel Kolesterol pre dan
post-test
Dari hasil uji Wilcoxon di atas memperlihatkan p-value pada K1 dan K2 >0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kolesterol yang bermakna
pada K1 dan K2 baik sebelum dan sesudah penelitian.
Dari hasil diatas juga didapati p-value pada K3 (0.003) <0.05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kolesterol yang bermakna sebelum dan
sesudah pemberian jus jambu biji.
5.2. Pembahasan
Dari uji Kruskal-Wallis terhadap kolesterol pre-test dan post-test dijumpai adanya perbedaan yang bermakna pada semua kelompok penelitian (p<0.05).
mengalami penurunan kolesterol yang signifikan. Maka dari itu dilakukan uji
lanjutan yaitu uji Mann-Whitney tiap dua kelompok percobaan.
Uji Mann-Whitney menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol yang bermakna antara kelompok yang diberi jus jambu biji merah dengan kelompok
yang diberi plasebo (dilihat dari nilai p<0.05).
Untuk mengamati apakah ada perubahan kolesterol tiap-tiap kelompok
sebelum dan sesudah pengujian, maka dilakukan uji Wilcoxon (analog uji t-dependen untuk statistik parametrik). Dari pengolahan data menggunakan uji
Wilcoxon diperlihatkan bahwa terjadi penurunan kolesterol pada kandang yang diberi perlakuan jus jambu biji merah (K3) sesudah percobaan. Ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Murini dkk bahwa pemberian jus jambu biji
merah dapat menurunkan kadar kolesterol. Dalam penelitian tersebut dikatakan
hasil dari pemberian jus jambu biji dengan dosis 50gr/kg bb selama 30 hari dapat
menurunkan kadar kolesterol sebanyak 29.60%.
Hal ini membuktikan bahwa jambu biji merah yang mengandung banyak
vitamin C benar berfungsi menurunkan kadar kolesterol dan sebagai antioksidan
serta pembentuk kolagen yang akan menghambat terjadinya penyumbatan
pembuluh darah oleh kolesterol (Harlinawati, 2008).
Vitamin C mempunyai aktifitas antioksidan yang dapat mencegah
terjadinya stres oksidatif pada kolesterol LDL, sedangkan pektin yang terdapat
pada jambu biji merah mempunyai kemampuan menurunkan konsentrasi
kolesterol serum. Diduga vitamin C yang terdapat dalam jambu biji merah dapat
mencegah penyakit jantung (aterosklerosis) melalui kemampuannya untuk
menangkap radikal bebas sebelum mereka dapat mengawali oksidasi LDL .
Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jus buah
jambu biji mempunyai potensi antihiperlipedemia sehingga dapat dimanfaatkan
BAB 6
KESIMPULAN dan SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang
telah diuraikan, penulis berkesimpulan bahwa hasil ini menjawab tujuan
penelitian, yaitu:
1. Pemberian jus jambu biji dosis 0,78ml/20grBB dapat menurunkan kadar
kolesterol mencit diabetik dari 234,73 menjadi 158,27 mg/dl.
2. Terdapat perbedaan bermakna penurunan kadar kolesterol mencit antara
kelompok yang diberi jus jambu biji dengan kelompok kontrol.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis jus
jambu biji merah yang lebih tinggi atau dosis bertingkat untuk mengetahui
tingkat efektifitasnya lebih lanjut.
2. Perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap
kadar kolesterol dengan menggunakan sampel selain mencit atau pada
manusia langsung.
3. Perlu dilakukan penelitian yang menguji efek jus jambu biji terhadap
sampel yang lebih besar.
4. Perlu dilakukan juga pemeriksaan histopatologi pada pankreas hewan
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association, 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care Vol.33: 562-569.
Achyad, DE dan Rasyidah, R. (editor).2000.Jambu Klutuk (Psidium guajava l.).
pada tanggal 8 april 2011)
Chang, W.S., 1982. Studies on active principles of hypoglycemic effect
fromPsidium grajava (I). The Graduate Institute of Pharmacy, TaipeiMedical College (Tesis).
Cheng, J.T., dan Yang, R.S., 1983. Hypoglycemic effect of guava juice in mice
andhuman subjects. American Journal of Chinese Medicine (11): 74–76. Dweck, A.C., 2001. A review of Psidium guajava. Malayan Journal of Medical
Science (8): 27–30.
Gambar
Gutierrez, R.M.P., Mitchell S., dan Solis V.R., 2008. Psidium guajava: A review of its traditional uses,phytochemistry and pharmacology. Journal of Ethnopharmacology (117): 1–27
Imron, Moch., Munif, Amrul,. 2010. Langkah dan Rancangan Penelitian
Eksperimen (Murni). Dalam: Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto, 125-132.
Info Dunia.Kandungan dan Manfaat Jambu Biji.Available from
Lab Test Online.Profile Lipid. Available from
tanggal 8 april 2011)
Mansjoer, A., dkk. 2001. Diabetes Melitus. Dalam: Mansjoer, A., dkk.
2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius, hal. 580-588
Maryanto, Sugeng. Pengaruh Pemberian Serat Buah Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Profil Lipid Serum Tikus Sprague Dawley Hiperkolesterolemia.Universitas Diponegoro.2003
PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Murray RK.Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. Biokimia Harper. Edisi 25, 2003.
Tandra, Hans. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes.PT Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI.Jakarta.2007.
Tri Murini , Fiki Fernandes, Marda Ade S. Siti Muchayat, Totok Utoro. Pengaruh Jus Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) terhadap Profil Lipid Darah dan Kejadian Arterosklerosis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus )yang diberi Diet Tinggi Lemak.Fakultas Kedokteran UGM.
Wahyuni, A.S., Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication. Artanti, D. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pare(Momordica charantia) terhadap
Kadar Trigliserida Serum Tikus Wistar jantan yang diberi Diet Tinggi Lemak.
Soegondo, S, Gustaviani, R.Sindrom Metabolik.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Wijaya,ir.Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS). Alfabeta Bandung
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Tika Citra Ayu Lestari
Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta / 10 April 1990
Agama : Islam
Alamat : Jl. Eka Surya, Gg.Eka Dewi No.39, Medan.
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Swasta Al-Azhar Medan (1996-2002)
2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Harapan 3 Medan
(2002-2005)
3. Sekolah Menengah Atas Swasta Harapan Mandiri (2005-2008)
Riwayat Pelatihan :
1. Resusitasi Jantung Paru Otak TBM FK USU 2008
Riwayat Organisasi :
Lampiran 3
Tabel Konversi Perhitungan Dosis
(Laurence & Bacharach, 1964)
Lampiran 4
Tabel 1. Kolesterol sebelum pengujian
No Sehat (K1) Kontrol (K2) Uji (K3)
1 102 222 252
2 111 214 277
3 106 205 214
4 152 204 211
5 82 207 245
6 97 201 251
7 124 213 221
8 114 224 225
9 79 212 231
10 128 215 240
11 130 210 215
Tabel 2. Kolesterol setelah pengujian
No Sehat (K1) Kontrol (K2) Uji (K3)
1 105 215 180
2 110 200 115
3 107 201 175
4 151 200 160
5 80 205 100
6 100 210 110
7 121 200 187
8 116 220 198
9 82 211 178
11 125 213 188
Lampiran 5
Analisis Statistik
Descriptives
kelompok Statistic Std. Error
kolesterol pre test kelompok sehat Mean 111.36 6.519
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 96.84
Upper Bound 125.89
5% Trimmed Mean 110.90
Median 111.00
Variance 467.455
Std. Deviation 21.621
Minimum 79
Maximum 152
Range 73
Interquartile Range 31
Skewness .206 .661
Kurtosis -.105 1.279
kelompok kontrol Mean 211.55 2.172
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 206.71
Upper Bound 216.38
5% Trimmed Mean 211.44
Variance 51.873
Std. Deviation 7.202
Minimum 201
Maximum 224
Range 23
Interquartile Range 10
Skewness .377 .661
Kurtosis -.483 1.279
kelompok uji Mean 234.73 6.151
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 221.02
Upper Bound 248.43
5% Trimmed Mean 233.70
Median 231.00
Variance 416.218
Std. Deviation 20.401
Minimum 211
Maximum 277
Range 66
Interquartile Range 36
Skewness .759 .661
Kurtosis .132 1.279
kolesterol post test kelompok sehat Mean 110.45 5.987
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 97.11
Upper Bound 123.79
5% Trimmed Mean 109.89
Variance 394.273
Std. Deviation 19.856
Minimum 80
Maximum 151
Range 71
Interquartile Range 21
Skewness .295 .661
Kurtosis .896 1.279
kelompok kontrol Mean 206.27 2.552
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 200.59
Upper Bound 211.96
5% Trimmed Mean 206.30
Median 205.00
Variance 71.618
Std. Deviation 8.463
Minimum 192
Maximum 220
Range 28
Interquartile Range 13
Skewness .011 .661
Kurtosis -.884 1.279
kelompok uji Mean 158.27 10.487
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 134.91
Upper Bound 181.64
5% Trimmed Mean 159.30
Median 175.00
Std. Deviation 34.782
Minimum 100
Maximum 198
Range 98
Interquartile Range 72
Skewness -.745 .661
Kurtosis -1.051 1.279
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kolesterol pre test .271 33 .000 .871 33 .001
kolesterol post test .160 33 .031 .891 33 .003
a. Lilliefors Significance Correction
Kruskal-Wallis Test
Ranks
kelompok N Mean Rank
kolesterol pre test kelompok sehat 11 6.00
kelompok kontrol 11 18.27
kelompok uji 11 26.73
Total 33
kolesterol post test kelompok sehat 11 7.82
kelompok kontrol 11 27.91
kelompok uji 11 15.27
Test Statisticsa,b
kolesterol pre
test
kolesterol post
test
Chi-Square 25.566 24.295
df 2 2
Asymp. Sig. .000 .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
kolesterol pre test kelompok sehat 11 6.00 66.00
kelompok kontrol 11 17.00 187.00
Total 22
Test Statisticsb
kolesterol pre
test
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 66.000
Z -3.973
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
Test Statisticsb
kolesterol pre
test
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 66.000
Z -3.973
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
kolesterol post test kelompok sehat 11 7.82 86.00
kelompok uji 11 15.18 167.00
Total 22
Test Statisticsb
kolesterol post
test
Mann-Whitney U 20.000
Wilcoxon W 86.000
Z -2.661
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .007a
a. Not corrected for ties.
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
kolesterol post test kelompok kontrol 11 16.91 186.00
kelompok uji 11 6.09 67.00
Total 22
Test Statisticsb
kolesterol post
test
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 67.000
Z -3.911
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
kolesterol sehat post test -
kolesterol sehat pre test
Negative Ranks 6a 6.17 37.00
Positive Ranks 5b 5.80 29.00
Total 11
a. kolesterol sehat post test < kolesterol sehat pre test
b. kolesterol sehat post test > kolesterol sehat pre test
c. kolesterol sehat post test = kolesterol sehat pre test
Test Statisticsb
kolesterol sehat
post test -
kolesterol sehat
pre test
Z -.358a
Asymp. Sig. (2-tailed) .720
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
kolesterol kontrol post test -
kolesterol kontrol pre test
Negative Ranks 9a 5.94 53.50
Positive Ranks 2b 6.25 12.50
Ties 0c
Total 11
a. kolesterol kontrol post test < kolesterol kontrol pre test
b. kolesterol kontrol post test > kolesterol kontrol pre test
c. kolesterol kontrol post test = kolesterol kontrol pre test
kolesterol kontrol
post test -
kolesterol kontrol
pre test
Z -1.827a
Asymp. Sig. (2-tailed) .068
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
kolesterol uji post test -
kolesterol uji pre test
Negative Ranks 11a 6.00 66.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 11
a. kolesterol uji post test < kolesterol uji pre test
b. kolesterol uji post test > kolesterol uji pre test
c. kolesterol uji post test = kolesterol uji pre test
Test Statisticsb
kolesterol uji post
test - kolesterol
uji pre test
Z -2.936a
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Based on positive ranks.