• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus) Diabetik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus) Diabetik"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN JUS JAMBU BIJI MERAH (

Psidium

guajava Linn)

TERHADAP KADAR KOLESTEROL MENCIT

(

Mus musculus)

DIABETIK

Oleh :

TIKA CITRA AYU LESTARI

080100090

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan kompleks yang disebabkan oleh kegagalan sel pankreas dalam mensekresikan jumlah insulin yang cukup, atau dikarenakan tubuh tidak mampu menggunakan insulin. Selain obat konvensional, pengobatan tradisional untuk Diabetes Mellitus (DM) sudah banyak dilakukan, salah satunya dengan mengkonsumsi buah jambu biji (Psidium guajava Linn.).

Tujuan

Mengkaji pengaruh jus jambu biji terhadap kadar kolesterol mencit diabetik.

Metode

Metode penelitian ini adalah pre-post test menggunakan sampel mencit yang diinduksi alloxan agar menjadi diabetik. Sampel dibagi 3 kelompok, yaitu: sehat (K1), kelompok DM-plasebo (K2) dan kelompok DM-uji (K3). Kelompok K3 diberi jus jambu biji (dosis 0.78 mg/20 gram beratbadan), peroral sekali sehari selama 2 minggu. Kolesterol diukur setelah induksi alloksan (pre-test) dan setelah pemberian jus jambu biji (post-test). Data dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney

Hasil

Setelah induksi rerata kolesterol mencit pada K1 (±111.36 mg/dl), K2 (± 211.55 mg/dl) dan K3 (± 234.73 mg/dl). Setelah pemberian jus jambu biji, rerata kolesterol pada K3 mengalami penurunan menjadi (± 158.27mg/dl).

Kesimpulan

Jus jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol mencit diabetik yang diinduksi alloxan.

(3)

ABSTRACT

Backgrounds

Diabetes mellitus (DM) is a complex disorder caused by a failure of cells in the pancreas secrete adequate amounts of insulin, or because the body is unable to use insulin. In addition to conventional medicine, traditional treatments for Diabetes Mellitus (DM) has been done, one of which by eating guavas (Psidium guajava Linn.)

Objective

Assessing the impact of guava juice on cholesterol levels of diabetic mice.

Methods

This research method is pre-post test using a sample alloxan mice induced to become diabetic. The sample is divided into 3 groups: healthy (K1), DM-placebo group (K2) and the DM-test (K3). K3 group were given guava juice (dose of 0.78 mg/20 g body weight), orally once daily for 2 weeks. Cholesterol was measured after induction alloxan (pre-test) and after administration of guava juice (post-test). Data were analyzed with the Kruskal-Wallis test and followed by Mann-Whitney test.

Result

After induction the mean of cholesterol in K1 mice (± 111.36 mg / dl), K2 (± 211.55 mg / dl) and K3 (± 234.73 mg / dl). After administration of guava juice, mean cholesterol decreased to K3 (± 158.27mg/dl).

Conclusion

Guava juice may lower cholesterol levels in alloxan-induced diabetic mice.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah tepat pada waktunya.Karya tulis ilmiah ini berjudul “Pengaruh

Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus) Diabetik”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak

memperoleh bimbingan, pengarahan, dan dorongan sehingga karya tulis ilmiah ini

dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Tri Widyawati,

Msi selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, membantu dan

meluangkan waktunya bagi penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini selesai serta

selirih staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

Terima kasih dan penghargaan penulis kepada kedua Orangtua tercinta

dr.R.Dinamika Chandra Bimantara,SpOG dan Rr.Gayatri Lindri Saraswati, SKM,

Mkes serta adik Amalia Puspita Dewi atas segala nasehat, doa, dorongan dan

motivasi yang besar bagi penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rasa hormat penyusun menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Dairion Gatot, SpPD dan dr. Iqbal Pahlevi Nst, SpBA , selaku dosen

penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan penilaian terhadap

(5)

3. dr. Nurchaliza .H. Siregar, SpM selaku dosen pembimbing akademik saya

yang telah membimbing saya dari awal semester hingga sekarang.

4. Seluruh staf di bagian administrasi, laboratorium Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

5. Keluarga (Eyang Ono, Eyang Ina, Tante Ririn,Tante Santi, Tante Letta,

Mas Akbar) yang telah banyak memberi dukungan sehingga karya tulis

ilmiah ini selesai.

6. Teman-teman seperjuangan saya, Tami, Ade, Nana, Acit, Ican, Febrine,

Ijal dan seluruh mahasiswa-mahasiswi stambuk 2008 dan teman-teman

lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persat yang telah

membantu penulis sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.

7. Teman-teman satu dosen pembimbing saya, Astrawinata dan Willy yang

banyak berperan penting dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya “Loping You”, Boki, Kak lele,

Mika, Tika yang selalu memberikan dukungan penuh kepada penulis

untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih

jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga

karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 14 Desember 2011

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……... 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 18

(7)

3.2.1. Variabel Independen... ... 18

3.2.2. Variabel Dependen... ... 18

3.2.3. Definisi Operasional... 18

3.3. Hipotesis ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 19

4.1. Rancangan Penelitian ... 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel ... 19

4.4. Alur Penelitian ... 21

4.5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

4.5.1. Penentuan Dosis Alloksan dan Jambu Biji ... 21

4.5.2. Pemeliharaan Hewan Coba ... 21

4.5.3. Persiapan Hewan Coba ... 23

4.5.4. Perlakuan Hewan Coba ... 23

4.5.5. Alat dan Bahan ... 24

4.5.5.1. Alat ... 24

4.5.5.2. Bahan ... 24

4.5.6. Analisa Data ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 25

5.2. Pembahasan ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA... 30

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes 9

5.1

5.2

5.3

5.4

Data Deskriptif Statistik

Perbedaan Rata-rata Kolesterol Kelompok Penelitian

Perbedaan Rata-rata Kolesterol tiap Dua Kelompok

Hasil Uji Rata-rata Kelompok Dependen

25

26

26

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Jambu Biji Mengatasi Kolesterol 6

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 18

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Tabel Konversi Perhitungan Dosis

Lampiran 4 Data Induk

Lampiran 5 Output SPSS

(11)

ABSTRAK

Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan kompleks yang disebabkan oleh kegagalan sel pankreas dalam mensekresikan jumlah insulin yang cukup, atau dikarenakan tubuh tidak mampu menggunakan insulin. Selain obat konvensional, pengobatan tradisional untuk Diabetes Mellitus (DM) sudah banyak dilakukan, salah satunya dengan mengkonsumsi buah jambu biji (Psidium guajava Linn.).

Tujuan

Mengkaji pengaruh jus jambu biji terhadap kadar kolesterol mencit diabetik.

Metode

Metode penelitian ini adalah pre-post test menggunakan sampel mencit yang diinduksi alloxan agar menjadi diabetik. Sampel dibagi 3 kelompok, yaitu: sehat (K1), kelompok DM-plasebo (K2) dan kelompok DM-uji (K3). Kelompok K3 diberi jus jambu biji (dosis 0.78 mg/20 gram beratbadan), peroral sekali sehari selama 2 minggu. Kolesterol diukur setelah induksi alloksan (pre-test) dan setelah pemberian jus jambu biji (post-test). Data dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney

Hasil

Setelah induksi rerata kolesterol mencit pada K1 (±111.36 mg/dl), K2 (± 211.55 mg/dl) dan K3 (± 234.73 mg/dl). Setelah pemberian jus jambu biji, rerata kolesterol pada K3 mengalami penurunan menjadi (± 158.27mg/dl).

Kesimpulan

Jus jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol mencit diabetik yang diinduksi alloxan.

(12)

ABSTRACT

Backgrounds

Diabetes mellitus (DM) is a complex disorder caused by a failure of cells in the pancreas secrete adequate amounts of insulin, or because the body is unable to use insulin. In addition to conventional medicine, traditional treatments for Diabetes Mellitus (DM) has been done, one of which by eating guavas (Psidium guajava Linn.)

Objective

Assessing the impact of guava juice on cholesterol levels of diabetic mice.

Methods

This research method is pre-post test using a sample alloxan mice induced to become diabetic. The sample is divided into 3 groups: healthy (K1), DM-placebo group (K2) and the DM-test (K3). K3 group were given guava juice (dose of 0.78 mg/20 g body weight), orally once daily for 2 weeks. Cholesterol was measured after induction alloxan (pre-test) and after administration of guava juice (post-test). Data were analyzed with the Kruskal-Wallis test and followed by Mann-Whitney test.

Result

After induction the mean of cholesterol in K1 mice (± 111.36 mg / dl), K2 (± 211.55 mg / dl) and K3 (± 234.73 mg / dl). After administration of guava juice, mean cholesterol decreased to K3 (± 158.27mg/dl).

Conclusion

Guava juice may lower cholesterol levels in alloxan-induced diabetic mice.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma penyakit metabolisme yang

ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena defisiensi absolut sekresi

insulin atau penurunan aktivitas kerja insulin atau keduanya (Masharani et al.,2004). Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh

diabetes (Hans Tandra, 2008). Pada tahun 2000, WHO memperkirakan

sedikitnya 171 juta orang di seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau

sekitar 2,8% dari total populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat,

dan diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta

atau sekitar 4,4% dari populasi dunia. Daerah dengan angka penderita DM

paling tinggi di Indonesia, yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu

11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64

tahun yaitu 13,5%.

Hiperglikemia pada DM menyebabkan kenaikan kadar radikal bebas.

Adanya proses autooksidasi pada hiperglikemi memicu pembentukan radikal

bebas. Radikal bebas dapat merusak membran sel, menjadi lipid peroksida

atau malondialdehyde (MDA), bila berlanjut mengakibatkan kerusakan sistem membran sel dan kematian sel (Yasa et al., 2007). MDA merupakan produk yang sangat beracun yang sebagian diproduksi dari peroksidasi lipid yang

merupakan turunan dari produk radikal bebas. Banyak penelitian

menunjukkan bahwa kadar MDA konsentrasinya cukup meningkat pada DM

(Slatter et al., 2000).

Biaya pengobatan DM cukup mahal, namun terkadang efek yang

diinginkan belum tentu tercapai, sehingga saat ini masyarakat mulai banyak

menggunakan pengobatan alternatif, yakni dengan menggunakan obat dari

(14)

karoten sehingga dapat berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan daya

tahan tubuh (Riana, 2000, dalam Pdpersi, 2004).Selain itu buah jambu biji

juga kaya serat yang larut dalam air dan pektin terutama dibagian kulitnya

sehingga dapat mengganggu penyerapan lemak dan glukosa yang berasal dari

makanan yang bisa mmbuat kondisi diabetes (Hariyadi, 2005, Achyat dan

Rasyidah 2000).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Tri Murini, dkk menjelaskan bahwa

pemberian jus jambu biji merah pada tikus putih dengan dosis 50mg/kgBB

dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliseridaa, LDL kolesterol dan

menaikkan HDL kolesterol.

Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

guna membuktikan efek pemberian jus jambu biji merah terhadap kadar

kolesterol mencit dalam kondisi diabetik.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Adakah Hubungan Antara Pemberian Jus Jambu Biji Merah Terhadap Kadar

Kolesterol pada Mencit Diabetik?”

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pemberian jus jambu biji merah

terhadap gambaran profil lipid pada mencit diabetik.

Tujuan Khusus

Mengetahui kadar kolesterol pada kelompok mencit yang telah diinduksi

(15)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat untuk :

a. Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan

pada pasien diabetes.

b. Kalangan Medis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

pengobatan untuk pasien diabetes.

c. Peneliti

Peneliti akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang pengobatan

dengan jambu biji dan dapat menggunakannya untuk pasien-pasien

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus

2.1.1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala klinis (sindroma klinis) yang timbul oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

kronis akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Katzung, 2002).

Penyebab diabetes mellitus adalah kekurangan hormon insulin yang

berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesis

lemak.Akibatnya adalah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan

akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria).Oleh karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus sering kencing, merasa sangat

haus, berat badan menurun, dan merasa lelah.

2.1.2. Epidemiologi

Prevalensi penyakit diabetes melitus di dunia diperkirakan telah mencapai

2,8% pada tahun 2000 dan 4,4% pada tahun 2030. Total penduduk dunia yang

menderita diabetes melitus mencapai 171 juta penduduk pada tahun 2000 dan

pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 366 juta penduduk ( Sarahet al., 2004 ). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi

Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam

dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus

yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis.

Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria,

dan lebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial

rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat

dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM

(17)

dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya

aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.

2.1.3. Tipe Diabetes

Diabetes dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Diabetes mellitus tipe I (Insulin dependent)

DM tipe I umumnya timbul pada anak-anak dan dewasa muda. DM tipe I

terjadi karena destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme imunologik

sehingga menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin endogen. Penderita

DM tipe I mengalami ketergantungan terhadap insulin eksogen untuk

menurunkan kadar glukosa plasma dan menghindari ketoasidosis (KAD) serta

untuk mempertahankan hidupnya . Pada penderita DM tipe I perawatan insulin

adalah mutlak (Leslie, 1991).

b. Diabetes melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

DM tipe II biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun. Pada DM tipe II sel β pankreas tidak rusak tetapi terjadi resistensi terhadap kerja insulin. Produksi insulin biasanya dapat untuk mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila

ada stress berat (Woodley dan Whelan, 1995).

c. DM tipe lain

Dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,

penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi,

sebab imunologi dan sindrom genetika lain yang berkaitan dengan diabetes

mellitus (Katzung, 2002).

d. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes yang timbul selama kehamilan, artinya kondisi diabetes atau

intoleransi glukosa yang didapati selama masa kehamilan, biasanya pada

trimester kedua atau ketiga. Diabetes mellitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal (di sekitarwaktu melahirkan), dan sang ibu

memiliki resiko untuk dapat menderita penyakit diabetes mellitus yang lebih

besar dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun setelah melahirkan (Woodley dan

(18)

Tes-tes yang digunakan untuk pengukuran kadar glukosa adalah :

a. Kadar glukosa plasma. Penderita dikatakan DM bila kadar glukosa plasmanya

lebih dari 140 mg/dl yang ditunjukkan pada sedikitnya dua kali pemeriksaan.

b. Uji toleransi glukosa oral. Hasil yang normal menunjukkan kadar glukosa

plasma pada keadaan puasa kurang dari 115 mg/dl. Kadar glukosa plasma 2

jam sesudah pemberiaan glukosa meningkat menjadi 200 mg/dl (Woodley dan

Wheland, 1995).

Toleransi glukosa ditunjukkan oleh kurva glukosa darah sesudah pemberian

sejumlah glukosa untuk tes. Penyakit diabetes mellitus (DM tipe I) ditandai

dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai

respon terhadap pemberian glukosa (Harper dkk., 2003).

2.1.4. Faktor resiko

Beberapa faktor resiko dari diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

1. Keturunan

Sekitar 50 % pasien diabetes tipe 2 mempunyai orangtua yang menderita

diabetes, dan lebih sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang

mengidap diabetes. Sedangkan untuk diabetes tipe 1, sekitar 20 % terjadi

pada penderita dengan riwayat keluarga terkena diabetes dan 80 % terjadi

pada penderita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan diabetes.

(WHO, 2002).

2. Ras atau Etnis

Beberapa ras tertentu, seperti suku indian di Amerika, Hispanik, dan orang

Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe

2.Sedangkan diabetes tipe 1 sering terjadi pada orang Finlandia dengan

presentase mencapai 40 %.

3. Usia

Pada diabetes tipe 1, usia muda merupakan awal terjadinya penyakit

tersebut, sedangkan pada diabetes tipe 2 umur puncak berada pada usia

(19)

4. Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang

mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan

otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh

atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau perut. Lemak

ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke

dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.

5. Sindroma Metabolik

Menurut WHO dan National Cholesterol Education Program : Adult

Treatment Panel III, orang yang menderita sindroma metabolic adalah

mereka yang punya kelainan seperti : tekanan darah tinggi lebig dari

160/90mmHg, trigliseridaa darah lebih dari 150mg/dl, kolesterol HDL <40

mg/dl, obesitas sentral dengan BMI lebih dari 30, lingkar pinggang

melebihi 102 cm pada pria atau melebihi 88 cm pada wanita, atau sudah

terdapat mikroalbuminuria.

6. Kurang Gerak Badan

Olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mengontrol berat badan.

Glukosa darah dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih

sensitive terhadap insulin.peredaran darah lebih baik dan resiko terjadinya

diabetes tipe 2 akan turun sampai 50%.

7. Faktor Kehamilan

Diabetes pada ibu hamil dapat terjadi pada 2-5 % kehamilan. Biasanya

diabetes akan hilang setelah anak lahir. Ibu hamil dengan diabetes dapat

melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4 kg. Apabila ini

terjadi, sangat besar kemungkinan si ibu akan mengidap diabetes tipe 2

kelak.

8. Infeksi

Infeksi virus dapat juga dijadikan penyebab timbulnya diabetes

(20)

2.1.5. Gejala Diabetes Mellitus

Gejala diabetes dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu :

a. Gejala Akut

Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu:

- Banyak makan (polifagia)

- Banyak minum (polidipsi)

- Banyak kencing (poliuria)

Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus

bertambah, karena pada saat itu jumlah insulin masih mencukupi.

Apabila keadaan ini tidak segera diobati maka akan timbul keluhan

lain yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Keluhan tersebut

diantaranya:

- nafsu makan berkurang

- banyak minum

- banyak kencing

- berat badan turun dengan cepat

- mudah lelah

- bila tidak segera diobati,penderita akan merasa mual bahkan penderita

akan jatuh koma (koma diabetik).

b. Gejala Kronik

Gejala kronik akan timbul setelah beberapa bulan atau beberapa tahun

setelah penderita menderita diabetes. Gejala kronik yang sering

dikeluhkan oleh penderita, yaitu:

- Kesemutan

- Kulit terasa panas

- Terasa tebal dikulit

- Kram

- Lelah

- Mudah mengantuk

- Mata kabur

(21)

- Gigi mudah goyah dan mudah lepas

- Kemampuan seksual menurun

- bagi penderita yang sedang hamil akan mengalami keguguran atau

kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg.

2.1.6. Diagnosis Diabetes Mellitus

Menurut kriteria International Diabetes Federation (IDF), American

Diabetes Association (ADA) dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(Perkeni), apabila gula darah pada saat puasa diatas 126mg/dl dan 2 jam sesudah

makan diatas 200mg/dl, diagnosis diabetes bisa dipastikan.

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO)

Kadar Glukosa Darah

mg/dl mmol/dl

Diabetes Mellitus

Puasa ≥ 126 ≥ 7.0

2 jam sesudah makan ≥ 200 ≥ 11.1

Impaired Fasting Tolerance(IFT)

Puasa < 126 < 7.0

2 jam sesudah makan ≥ 140 &< 200 ≥ 7.8 &< 11.1

Impaired Fasting Glucose (IFG)

Puasa ≥ 110 &< 126 ≥ 6.1 &< 7.0

2 jam sesudah makan < 140 < 7.8

Jika kadar glukosa darah tidak normal tetapi belum termasuk kriteria

diagnosis untuk diabetes, keadaan ini disebut Toleransi Glukosa Terganggu(TGT)

atau IGT. Seseorang dengan TGT mempunyai risiko terkena diabetes tipe 2 jauh

(22)

2.1.7. Penatalaksanaan Diabetes

Berdasarkan cara pemberiannya obat hipoglikemik terdiri dari obat

hipoglikemik oral dan obat hipoglikemik suntik yang mengandung insulin (Tjay

dan Rahardja, 2002).

a. Obat antidiabetik oral

a.1). Golongan Sulfonilurea

Tolbutamid (Gambar 1) termasuk golongan sulfonilurea yang dapat

merangsang keluarnya insulin dari pankreas (Tjay dan Rahardja, 2007).

Tolbutamid mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari

101,0% C12H18N2O3S, terhitung dari zat yang telah dikeringkan.

Pemerian dari tolbutamid adalah serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

agak pahit.Tolbutamid merupakan obat turunan dari karbutamida, dengan

menggantikan gugus-P amino dengan gugus metil efek-efek sulfa

dilenyapkan.Daya hipoglikemik tolbutamid relatif lemah, maka jarang

menyebabkan hipoglikemia.Obat ini banyak digunakan pada penderita

diabetes tipe-2 (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada pasien lanjut usia secara

lebih amannya digunakan tolbutamid karena mempunyai durasi kerja

paling cepat (Neal, 2005). Plasma t½ - nya sekitar 4-5 jam, tetapi ternyata

bahwa penakaran single-dose pagi hari cukup efektif untuk mengendalikan kadar gula selama 24 jam. Zat ini dioksidasi menjadi metabolit inaktif

yang diekskresikan 80% lewat kemih. Dosis permulaan 0,5-1 g pada

waktu makan (guna menghindari iritasi lambung), bila perlu dinaikkan tiap

minggu sampai maksimal 1-2 g. Dosis di atas 2 g per hari diperkirakan

tidak ada gunanya (Tjay dan Rahardja, 2007). a.2). Golongan Inhibitor α-Glukosidase

Acarbose merupakan penghambat kompetitif alfa glucosidase usus dan memodulasi pencernaan pasca prandial dan absorpsi zat tepung dan

disakarida.Akibat klinis pada hambatan enzim adalah untuk

meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas dan menunda absorpsi

zat tepung dan disakarida yang masuk pada usus kecil bagian distal,

(23)

hemat insulin. Data farmakokinetik acarbose adalah onset efek pertama

kali muncul 0,5 jam, waktu paruh (t1/2) 1-2 jam, durasi 4 jam.

a.3). Golongan Biguanid

Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin yang diproduksi oleh tubuh, tidak merangsang peningkatan

produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak berakibat

hipoglikemia. Contoh obat golongan biguanid antara lain metformin

(glucophage). Golongan Meglitinid ,Obat ini dapat dikombinasikan

dengan metformin digunakan dalampengobatan Diabetes Mellitus tipe-2

sebagai tambahan terhadap diet dan olah ragauntuk penderita yang

hiperglikemiknya tidak dapat dikontrol secara memuaskan dengan

cara-cara tersebut. Contoh obat dari golongan ini antara lain repaglinid

(novonorm), nateglinid (starlix) (Tjay dan Rahardja, 2002).

a.4). Golongan Thiazolidindion

Golongan ini dapat digunakan bersama sulfonilurea, insulin atau

metformin untuk memperbaiki kontrol glikemia. Contohnya antara lain

pioglitazon (actos), rosiglitazon (avandia) (Tjay dan Rahardja,2002).

b. Insulin

Pada diabetes mellitus tipe I, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk

memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis dan menurunkan peningkatan

kadar glukosa darah. Selain DM tipe I, insulin kadang digunakan oleh pasien

DM tipe II dan ibu hamil yang disertai Diabetes Mellitus, namun untuk waktu

yang singkat.

Penggunaan insulin dapat juga untuk indikasi sebagai berikut :

a) Kencing manis dengan komplikasi akut seperti gangren, ketoasidosis, dan

koma.

b) Kencing manis pada kehamilan yang tak terkontrol dengan dietary control. c) Penurunan badan yang drastis

d) Penyakit DM yang tidak berhasil dengan obat hipoglikemik dosis maksimal.

(24)

Ada 4 tipe utama insulin yang tersedia:

1). Ultra-short-acting, yang mempunyai mula kerja sangat cepat dan masa kerja yang pendek.

2). Insulin reguler, jenis insulin ini bekerja dalam waktu yang pendek dengan

mula kerja cepat.

3). Insulin lente, bekerja dalam waktu menengah.

4). Insulin yang bekerja dalam jangka waktu panjang dengan mula kerja lambat

(Katzung, 2002).

c. Ekstraksi Tanaman

Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif

yang semula berada dalam tanaman ditarik oleh cairan penyari sehingga zat

aktif larut dalam cairan penyari (Ansel, 1989). Farmakope Indonesia

menetapkan untuk proses penyari sebagai cairan penyari digunakan air, etanol,

air-etanol, eter yang digunakan sebagai penyari pada pembuatan obat

tradisional (Anonim, 1979).

2.2. Jambu Biji (Psidium Guajava Linn)

2.2.1. Profil Buah Jambu Biji

Jambu biji merupakan tanaman buah yang tumbuh dengan baik dan

banyak dijumpai didaerah tropis seperti Indonesia. Buah jambu biji dapat

dijumpai hamper diseluruh daerah di Indonesia dengan nama umum jambu biji,

jambu batu atau jambu klutuk. Namun demikian masih dijumpai nama lain jambu

biji tergantung varietasnya.

Jambu biji adalah tumbuhan yang termasuk famili Myrtaceae dan genus Psidium. Pohonnya adalah tipe yang selalu hijau (evergreen) setinggi 6 sampai 25 kaki dengan cabang yang lebar dan ranting yang berbulu halus . Batang pohonnya

(25)

Gambar 2.1. Jambu Biji Mengatasi Kolesterol (agnesblogs, 2010).

Jambu biji mengandung berbagai macam senyawa kimia (fitokimia) yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Fitokimia tersebut adalah alanine, α-humulene, asam α-linoleat, α-selinene, araban, arabinose, arginine, ascorbigen, asam askorbat, asam aspartate, benzaldehyd, benzene, β-bisabolene, β-karoten, β -caryophyllene, β-copaene, β-farnesene, β-humulene, β-ionone, β-pinene, β -selinene, butanal, cinnamylacetate, citral, asam sitrat, tembaga, D-galaktosa, asam

D-galacturonic, δ-cadinene, asam ellagic, fruktosa, asam gallic, asam glutamate,

glisisn, histidine, leusin, isoleusin, asam L-malat, asam laktat, leucocyanidine,

limonene, asam linoleat, lysine, magnesium, manganese, mecocyanin,

methylcinnamate, methylsopropylketone, mufa, asam myristat, asam oleat, asam

oxalate, asam palmitat, asam palmitoleat, asam pantotenat, pectin, phenylalamine,

fosfor, phytin-phosphorus, proline, pufa rhamnosa, riboflavin, serine, SFA, asam

stearate, sulfur, thiamin, threonine, tryptophan, turosine, valine, xylose, zinc,

pectin dan tannin.

Berdasarkan hasil penelitian, jambu biji merah juga mengandung berbagai

zat gizi, kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram jambu biji masak segar

adalah 0,9 g protein; 0,3 g lemak; 12,2 g karbohidrat; 14 mg kalsium; 28 mg

fosfor; 1,1mg besi; 25 SI vitamin A; 0,02 mg vitamin B1; vitamin C 87 mg dan air

86 g dengan total kalori sebanyak 49 kalori(Parimin,S.P, 2008). Buah jambu biji

dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Selain itu, buahnya juga dapat diolah

menjadi sirup, sari buah, nectar, buahvita, jeli, selai, kembang gula, dan dodol,

dan dapat juga digunakan sebagai obat yaitu dengan merebus buah jambu biji dan

menggunakan air rebusan tersebut untuk obat antidiabetes. Dosis yang biasa

(26)

Kandungan yang paling berfungsi dalam penurunan kadar kolesterol pada

penderita diabetes adalah pektin.Pektin adalah suatu karbohidrat polymer yang

terdiri atas parsial methoxylated polygalacturonic-acids.Berwarna putih

kekuningan, hampir tidak berbau dengan suatu mucilagenous, diperoleh dari kulit

pohon jeruk/buah bagian dalamnya atau dari buah apel pomace.Satu gram pektin

dapat larut dalam 20 ml air dalam suatu solusi merekat (Plumb, 1998).

2.2.2. Manfaat buah jambu biji

Pada umumnya buah jambu biji dikonsumsi seperti buah yang

lainnya.Namun sebenarnya buah jambu biji memiliki manfaat yang lebih dari

buah lainnya. Daun dan buah jambu biji banyak digunakan sebagai obat

tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Mengkonsumsi buah

jambu biji setiap hari dapat memberikan dampak positif terhadap pencernaan dan

pengaturan lambung. Beberapa manfaat jambu biji diantaranya adalah :

1. Sebagai tonik. Buah jambu biji dibuat jus dicampur dengan buah lain

seperti pisang atau jeruk ditambah dengan madu diminum sebagai

minuman kesehatan.

2. Mengatasi masalah pencernaan dan lambung. Jus buah jambu biji

dicampur dengan jeruk dan diminum tiga kali sehari dapat mengatasi

gangguan pencernaan. Buah jambu ditambah garam dan dikonsumsi

setelah makan dapat mengeliminasi gas dilambung dan meningkatkan

nafsu makan. Air rebusan daun jambu biji dapat menghilangkan sakit

perut.

3. Menghilangkan konstipasi. Mengkonsumsi jambu biji pada waktu makan

pagi dapat mengaktifkan pencernaan dan menghilangkan konstipasi. Buah

jambu biji dicampur dengan papaya, jeruk nipis dan garam dikonsumsi

setelah makan dapat menormalkan aktivitas gerakan lambung.

4. Air rebusan daun dan akar jambu biji dapat menghentikan diare non

spesifik dan menghilangkan sariawan.

Disamping manfaat tersebut di atas, buah jambu biji juga dinilai dapat

(27)

mempunyai potensi sebagai antimikroba tertentu seperti Staphylococcus aureus dan beta-streptococcus grup A (Maryanto, 2003).

2.3. Profil Lipid

Profil lipid adalah tes darah yang dilakukan untuk menilai status

metabolism lemak dalam tubuh. Tes ini melibatkan pengukuran total kolesterol

dalam darah, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), very low density lipoprotein (VLDL) dan trigliseridaa. Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, dan genetic mempengaruhi profil lipid. Beberapa aspek tertentu dalam

gaya hidup termasuk diet, tingkat aktivitas fisik, tingkat control diabetes, alcohol,

status merokok, serta gangguan kronis seperti hipotiroidisme, penyakut hati

obstruktif, diabetes, dan penyakut ginjal turut mempengaruhi profil lipid.

Tes profil lipid ini tidak hanya membantu untuk mengidentifikasi

kandungan total lipoprotein dalam darah, tetapi juga merinci komponen lipid

dalam rangka untuk menentukan berapa banyak masing-masing elemen yang

hadir.

2.3.1. Lemak darah

2.3.1.1. Kolesterol

Kolesterol adalah bahan penyusun membran dan merupakan komponen

lipoprotein yang penting disamping merupakan zat bakal bagi asam empedu dan

sejumlah hormon.Pengangkutan kolesterol oleh lipoprotein terutama dalam

bentuk ester yang berada didalam inti lipoprotein. Senyawa ini masuk dan keluar

jaringan tubuh melalui dua proses. Salah satu proses adalah berkaitan dengan

proses pergantian lipoprotein, sedangkan proses yang lain melibatkan pergantian

asam empedu. Kolesterol dan senyawa-senyawa yang berasala darinya terutama

dikeluarkan bersama feses.Kolesterol yang hilang ini sebagian diganti oleh

kolesterol diet dan sebagian lagi oleh kolesterol yang disentesis oleh tubuh dari

asetil-koA.

Sebagian besar kolesterol yang berasal dari diet sehari-hari maupun yang

(28)

hilang bersama feses. Pda orang dewasa normal hanya sekitar 0,5 gr kolesterol

tiap hari yang diubah menjadi asam empedu.

2.3.1.2. Trigliserida

Trigliserida atau triasilgliserol sering dinamakan lemak atau lemak netral

adalah lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam

lemak.Trigliserida merupakan molekul hidrofobik non polar, tidak mengandung

muatan listrik dan tidak larut dalam air tetapi lebih larut dalam pelarut non polar

seperti chloroform, benzene dan eter.Trigliseridaa disimpan dalam jumlah besar

dibawah kulit dan dirongga abdominal sebagai lemak cadangan di dalam jaringan

lemak sebagai sumber bahan bakar.

2.3.1.3. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)

Lipoprotein ini mengandung trigliserida terbanyak setelah kilomikron,

tersusun atas 7-10% protein.VLDL dibentuk di dalam hati, ukurannya lebih kecil

dari kilomikron tetapi berat jenisnya lebih besar.Waktu paruh VLDL 26nzi min

pendek kira-kira 12 jam, tetapi pembentukannya bersifat konstan walaupun dalam

keadaan puasa. VLDL di ,etabolisme oleh LPL pada permukaan sel endotel

kapiler, akibatnya secara progresif ukuran partikel menjadi kecil dan akhirnya

menjadi IDL (intermediate density lipoproyein). Sekitar 50 % IDL diubah oleh enzim HTGL (hepatic triglyceride lipase) menjadi LDL.26nzi mini terdapat pada endotel vascular hepar dan menyebabkan bertaambahnya pelepasan asam lemak

dan apo E dari IDL.

2.3.1.4. LDL (Low Density Lipoprotein)

LDL merupakan lipoprotein yang disintesis didalam sirkulasi darah dari

hasil hidrolisis IDL maupun intra hepatic dari VLDL.LDL berperan dalam

pengangkutan kolesterol ke sel-sel perifer.Waktu paruh LDL lebih panjang

disbanding dengan VLDL, akibat konsentrasi LDL dan kolesterol dalam sirkulasi

lebih stabil dan benar-benar tidak dipengaruhi oleh keadaan post prandial.Sekitar

(29)

bagian kolesterol bebas berada pada daerah permukaan lipoprotein, sisanya

terdapat dibagian inti sebagai ester kolesterol.

2.3.1.5. HDL (High Density Lipoprotein)

HDL merupakan molekul lipoprotein yang paling kecil dengan diameter

75-100 A°, mempunyai berat jenis paling tinggi dan kandungan protein serta

fosfolipid paling besar. Ada tiga mcam HDL yaitu, HDL1, HDL2 dan HDL3.

Kolesterol bebas diambil oleh HDL untuk diesterifikasi oleh LCAT dan bergerak

kearah inti dari partikel HDL sehingga HDL kaya akan ester kolesterol. Perana

HDL adalah melindungi lipoprotein dari oksidasi dan menghambat oksidasi LDL.

American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan bahwa

individu-individu yang menderita diabetes dengan kadar lemak yang perlu

dikoreksi harus menjalani profil lipid sekurang-kurangnya setiap tahun. Menurut

ADA, kadar kolesterol yang beresiko rendah pada orang dewasa dengan diabetes

adalah kadar LDL di bawah 100 mg/dl, kadar HDL diatas 40mg/dl (diatas 50

mg/dl untuk wanita), dan trigliseridaa dibawah 150 mg/dl. Individu-individu

dengan diabetes yang memiliki kadar kolesterol selain dari rentang beresiko

rendah dapat diberikan tes ulang untuk memverifikasi hasil (Dinsmoor, Robert.,

2006).

Analisa kolesterol HDL dan LDL dilakukan dengan metode presipitasi dan

enzimatik. Kadar kolesterol LDL sebaiknya diukur secara langsung, atau dapat

juga dihitung menggunakan rumus Friedewald kalau kadar trigliseridaa < 400

mg/dl :

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitan di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Independen

- Adapun variabel independen adalah jus jambu biji

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam percobaan ini adalah profil lipid (Kolesterol).

3.2.3 Definisi Operasional

- Adapun definisi operasional, antara lain:

a. Mencit diabetik : mencit yang setelah diinduksi dengan alloxan memiliki

kadar > 200 mg/dl

b. Kolesterol : kadar Kolesterol yang menurun akibat pemberian jus

jambu biji merah.

3.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara pemberian jus jambu biji merah dengan

penurunan kadar kolesterol dalam darah mencit diabetik.

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan

pendekatan pre test and post test group design. Rancangan penelitian ini dilakukan pada tiga kelompok hewan percobaan mencit strain DDW.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Universitas Sumatera

Utara. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 sampai Desember

2011. Penelitian ini akan mulai dilaksanakan setelah mendapat ethical clearance

dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah mencit umur jantan dengan umur 3-4

bulan dengan berat badan 20-35 gr dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang

aktif, diperoleh dari Laboratorium Biologi Fakultas MIPA USU.

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini berdsaarkan rumus

Federer (1963) dalam Wahyuni.:

- t = kelompok perlakuan ( 3 kelompok)

- n = jumlah sampel tiap kelompok

Banyaknya sampel pada penelitian ini adalah : (t-1) (n-1) ≥ 15

2n-2 ≥ 15

(32)

Dari penelitian ini ada tiga kelompok penelitian. Dari rumus di atas maka jumlah

sampel ditiap kelompok ada sembilan ekor mencit, namun peneliti memutuskan

untuk memakai 10 ekor mencit tiap kelompok dengan perincian sebagai berikut:

1. K = kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan

(sehat) sebanyak 11 ekor

2. P1 = kelompok perlakuan yang diinduksi alloksan dan

diberikan placebo sebanyak 16 ekor tikus selama 2 minggu

3. P2 = kelompok perlakuan yang diinduksi alloksan dan

diberikan jus jambu biji merah dengan dosis

(33)

4.4. Alur Penelitian

L1

L2

Gambar 4.1 Alur Penelitian

42 ekor mencit (Mus musculus) strain SW umur 3-4 bulan

Adaptasi selama 1 minggu

Randomisasi

Pemeriksaan kolesterol pertama (pre-test) 11 ekor mencit diberi diet

standar selama 1 minggu (Kontrol Negatif)

Diberikan diet standar dan minuman secara ad libitum dengan porsi yang 32 ekor mencit diinduksi alloksan

dan diberi diet standar selama 1 minggu (Kontrol Positif)

Randomisasi

K (11 ekor) Kontrol Negatif dengan

plasebo

P1 (16 ekor) Kontrol Positif dengan

plasebo

P2 (16 ekor) Kontrol positif dengan jus buah jambu biji (0,78

mL/20gr BB/ hari)

Pemeriksaan kolesterol kedua (post-test)

(34)

Keterangan:

K : Kelompok Kontrol

P1 : Kelompok Perlakuan 1

P2 : Kelompok Perlakuan 2

L1 : Pengambilan darah dan pemeriksaan kolesterol 1 (pemeriksaan awal)

L2 : Pengambilan darah dan pemeriksaan kolesterol 2 (pemeriksaan akhir)

4.5.Teknik Pengumpulan Data

4.5.1.Penentuan Dosis Alloxan dan Jus Jambu Biji

Dosis ditentukan dengan menggunakan tabel konversi menurut (Laurence

and Bacarach, 1964) yaitu manusia berat badan 70 kg dikonversi pada mencit

berat badan 20 gr dengan angka konversi 0,0026. Dosis alloksan yang digunakan

adalah 150 mg/kgBB hewan (Cheng dan Yang, 1983). Maka dosis alloksan yang

digunakan pada mencit dengan berat badan 20 gr adalah:

150 mg x (20/1000)gr = 3 mg/20 grBB

Sedangkan konsumsi jus jambu biji pada manusia rata-rata 300 mg/hari,

dikonversikan menjadi:

300 x 0,0026 = 0,78 mg/20 grBB.

4.5.2. Pemeliharaan Hewan percobaan

Mencit yang digunakan untuk penelitian adalah mencit jantan, sehat

dengan berat badan 20-35 gr. Kandang percobaan dibersihkan setiap hari untuk

mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat kotoran tikus tersebut dan tikus dapat

tetap sehat.Kandang ditempatkan dalam suhu kamar, ventilasi yang cukup, dan

cahaya menggunakan sinar matahari tidak langsung.Makanan hewan percobaan

diberikan berupa pellet.Makanan dan minuman diberikan secukupnya dalam

(35)

4.5.3. Persiapan Hewan Percobaan

Setiap kelompok hewan percobaan dipersiapkan dalam kandang yang

terpisah dan disiapkan untuk beradaptasi selama satu minggu sebelum dilakukan

penelitian.Sebelum perlakuan setiap mencit ditimbang berat badannya terlebih

dahulu dan diamati kesehatan fisiknya (gerakannya, berat badan, makan dan

minum). Bila terdapat mencit yang sakit pada saat berdaptasi maka mencit diganti

yang baru dengan kriteria yang sama dan diambil secara acak.

4.5.4. Perlakuan Hewan Percobaan

Setelah persiapan selesai maka hewan percobaan kelompok I, kelompok

II, dan kelompok III diberikan perlakuan sebagai berikut :

- Kelompok I dijadikan kontrol kolesterol yang normal dan tidak diberi

intervensi

- Kelompok II dijadikan kelompok uji tanpa diberi jus jambu biji merah.

Mencit mula-mula diadaptasikan dalam lingkungan baru selama

seminggu, dan setelahnya dipuasakan selama 12 jam dengan air

minum ad libitum. Kemudian mencit disuntikkan dengan alloksan dengan dosis 0,78 mg/20grBB secara intramuskular untuk

menginduksi DM. Mencit lalu diberi makanan standar selama

seminggu dan diperiksa kadar kolesterolnya untuk memastikan tikus

mengalami DM.

- Kelompok III dijadikan kelompok uji dengan diberi jus jambu biji.

Induksi DM dilakukan seperti pada kelompok II, namun pada

kelompok III diberi jus jambu biji dengan dosis 0,78 mg/20grBB satu

kali sehari selama penelitian.

Setelah 2 minggu, hewan percobaan diambil darahnya dan kemudian

(36)

4.5.5 Alat Dan Bahan

4.5.5.1. Alat

Alat-alat yang digunakn antara lain alat strip test, spuit 1 mL, oral sonde, lemari pendingin, dan alat-alat pemeliharaan mencit.

4.5.5.2. Bahan

a. Hewan Uji

Hewan yang dipakai dalam penelitian adalah mencit jantan dengan galur Swiss Webster yang sehat, berusia 3-4 bulan, dan berat 20-35 gram. Mencit diperoleh dari Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Mencit yang diikutkan dalam

penelitian harus sehat dengan tanda mata jernih dan berkilau, bulu tidak berdiri,

tingkah laku normal, nafsu makan dan minum yang baik dan berat badan yang

termasuk ideal untuk penelitian.

b. Jus Buah Jambu Biji

Adapun jus jambu biji merah yang digunakan untuk penelitian ini adalah jus

jambu biji merah siap pakai dengan merek dagang “Lie-Lie”.

c. Alloksan

Bahan yang dipakai untuk menginduksi DM pada mencit adalah alloksan

tetrahidrat yang dilarutkan dan disuntikkan secara intraperitoneal.

4.5.6.Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan bantuan program

Statistical and Product Service Solution (SPSS) nomor 17.0. Apabila data yang didapat berdistribusi normal, maka metode yang digunakan adalah Analysis of Variance (Anova). Bila data yang didapat tidak berdistribusi normal, maka yang digunakan adalah Uji Kruskal-Wallis.

(37)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama 4 minggu mulai dari bulan Juni sampai Juli

2011 di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Hewan coba

ditempatkan dalam ruangan khusus dan dibagi sesuai kelompok perlakuan.

Kelompok pertama (sehat) diletakkan dalam kandang satu (K1), kelompok kedua

(kontrol, DM, dan diberi plasebo) diletakkan dalam kandang dua (K2) dan

kelompok ketiga (uji, DM, dan diberi jus jambu biji) diletakkan dalam kandang

tiga (K3).

5.1.2. Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mencit jantan galur Swiss Webster berusia 3-4 bulan, berat 20-35 gram, tidak ada abnormalitas anatomi dan aktif. Di

bagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok sehat (K1), kelompok

kontrol-plasebo(K2) dan kelompok uji (K3).

Berat badan mencit ditimbang tiap hari dan dosis jus jambu biji berubah

setiap harinya mengikuti berat badan tiap mencit.

Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah

data berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas tersebut dapat dilihat

pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Deskriptif Statistik

Kelompok Kolesterol pre-test Kolesterol post-test Mean S.E S.D Mean S.E S.D K1(sehat) 111.36 6.519 21.621 110.45 5.987 19.856 K2(DM+plasebo) 211.55 2.172 7.202 206.27 2.552 8.463 K3(DM+uji) 234.73 6.151 20.401 158.27 10.487 34.782

(38)

Dari tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal,

sehingga uji Anova tidak dapat dilakukan dan dipilih uji non parametrik yaitu

Kruskal-Wallis Test.

Tabel 5.2. Perbedaan Rata-rata Kolesterol Kelompok Penelitian

Variabel Derajat

Kebebasan

Chi-Square Hitung P-Value

Kolesterol pre-test

Berdasarkan uji Kruskal Wallis di atas dapat dilihat bahwa p-value dari kedua kelompok baik pre-test ataupun post-test menunjukkan angka <0.05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kolesterol yang bermakna diantara ketiga

kelompok penelitian sebelum dan sesudah perlakuan.

Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan signifikan

terhadap Kadar Kolesterol-nya, dilakukan uji lanjutan yaitu uji Mann-Whitney yang membandingkan dua kelompok independen. Berikut adalah hasil uji Mann-Whitney pada tiap dua kelompok:

Tabel 5.3. Perbedaan Rata-rata Kolesterol tiap Dua Kelompok

Variabel Kolesterol

Post-test

Nilai Mann-Whitney U P-Value

K1&K2

(39)

K2 : Kelompok kontrol

K3 : Kelompok uji

Dari hasil uji Mann-Whitney diatas, dapat dilihat p-value dari tiap dua kelompok menunujukkan nilai <0.05, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna terhadap nilai kolesterol pada tiap dua kelompok penelitian.

Setelah melakukan uji kelompok independen, maka untuk mengetahui

perbedaan kolesterol tiap-tiap kelompok sebelum dan sesudah penelitian,

dilakukan uji Wilcoxon Signed Ranks Test dan didapati hasil berikut:

Tabel 5.4. Hasil Uji Rata-rata Kelompok Dependen

Variabel Kolesterol pre dan

post-test

Dari hasil uji Wilcoxon di atas memperlihatkan p-value pada K1 dan K2 >0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kolesterol yang bermakna

pada K1 dan K2 baik sebelum dan sesudah penelitian.

Dari hasil diatas juga didapati p-value pada K3 (0.003) <0.05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kolesterol yang bermakna sebelum dan

sesudah pemberian jus jambu biji.

5.2. Pembahasan

Dari uji Kruskal-Wallis terhadap kolesterol pre-test dan post-test dijumpai adanya perbedaan yang bermakna pada semua kelompok penelitian (p<0.05).

(40)

mengalami penurunan kolesterol yang signifikan. Maka dari itu dilakukan uji

lanjutan yaitu uji Mann-Whitney tiap dua kelompok percobaan.

Uji Mann-Whitney menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol yang bermakna antara kelompok yang diberi jus jambu biji merah dengan kelompok

yang diberi plasebo (dilihat dari nilai p<0.05).

Untuk mengamati apakah ada perubahan kolesterol tiap-tiap kelompok

sebelum dan sesudah pengujian, maka dilakukan uji Wilcoxon (analog uji t-dependen untuk statistik parametrik). Dari pengolahan data menggunakan uji

Wilcoxon diperlihatkan bahwa terjadi penurunan kolesterol pada kandang yang diberi perlakuan jus jambu biji merah (K3) sesudah percobaan. Ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Murini dkk bahwa pemberian jus jambu biji

merah dapat menurunkan kadar kolesterol. Dalam penelitian tersebut dikatakan

hasil dari pemberian jus jambu biji dengan dosis 50gr/kg bb selama 30 hari dapat

menurunkan kadar kolesterol sebanyak 29.60%.

Hal ini membuktikan bahwa jambu biji merah yang mengandung banyak

vitamin C benar berfungsi menurunkan kadar kolesterol dan sebagai antioksidan

serta pembentuk kolagen yang akan menghambat terjadinya penyumbatan

pembuluh darah oleh kolesterol (Harlinawati, 2008).

Vitamin C mempunyai aktifitas antioksidan yang dapat mencegah

terjadinya stres oksidatif pada kolesterol LDL, sedangkan pektin yang terdapat

pada jambu biji merah mempunyai kemampuan menurunkan konsentrasi

kolesterol serum. Diduga vitamin C yang terdapat dalam jambu biji merah dapat

mencegah penyakit jantung (aterosklerosis) melalui kemampuannya untuk

menangkap radikal bebas sebelum mereka dapat mengawali oksidasi LDL .

Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jus buah

jambu biji mempunyai potensi antihiperlipedemia sehingga dapat dimanfaatkan

(41)

BAB 6

KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang

telah diuraikan, penulis berkesimpulan bahwa hasil ini menjawab tujuan

penelitian, yaitu:

1. Pemberian jus jambu biji dosis 0,78ml/20grBB dapat menurunkan kadar

kolesterol mencit diabetik dari 234,73 menjadi 158,27 mg/dl.

2. Terdapat perbedaan bermakna penurunan kadar kolesterol mencit antara

kelompok yang diberi jus jambu biji dengan kelompok kontrol.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis jus

jambu biji merah yang lebih tinggi atau dosis bertingkat untuk mengetahui

tingkat efektifitasnya lebih lanjut.

2. Perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap

kadar kolesterol dengan menggunakan sampel selain mencit atau pada

manusia langsung.

3. Perlu dilakukan penelitian yang menguji efek jus jambu biji terhadap

sampel yang lebih besar.

4. Perlu dilakukan juga pemeriksaan histopatologi pada pankreas hewan

(42)

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus. Diabetes Care Vol.33: 562-569.

Achyad, DE dan Rasyidah, R. (editor).2000.Jambu Klutuk (Psidium guajava l.).

pada tanggal 8 april 2011)

Chang, W.S., 1982. Studies on active principles of hypoglycemic effect

fromPsidium grajava (I). The Graduate Institute of Pharmacy, TaipeiMedical College (Tesis).

Cheng, J.T., dan Yang, R.S., 1983. Hypoglycemic effect of guava juice in mice

andhuman subjects. American Journal of Chinese Medicine (11): 74–76. Dweck, A.C., 2001. A review of Psidium guajava. Malayan Journal of Medical

Science (8): 27–30.

Gambar

Gutierrez, R.M.P., Mitchell S., dan Solis V.R., 2008. Psidium guajava: A review of its traditional uses,phytochemistry and pharmacology. Journal of Ethnopharmacology (117): 1–27

Imron, Moch., Munif, Amrul,. 2010. Langkah dan Rancangan Penelitian

Eksperimen (Murni). Dalam: Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto, 125-132.

Info Dunia.Kandungan dan Manfaat Jambu Biji.Available from

Lab Test Online.Profile Lipid. Available from

tanggal 8 april 2011)

(43)

Mansjoer, A., dkk. 2001. Diabetes Melitus. Dalam: Mansjoer, A., dkk.

2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius, hal. 580-588

Maryanto, Sugeng. Pengaruh Pemberian Serat Buah Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Profil Lipid Serum Tikus Sprague Dawley Hiperkolesterolemia.Universitas Diponegoro.2003

PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Murray RK.Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. Biokimia Harper. Edisi 25, 2003.

Tandra, Hans. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes.PT Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI.Jakarta.2007.

Tri Murini , Fiki Fernandes, Marda Ade S. Siti Muchayat, Totok Utoro. Pengaruh Jus Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) terhadap Profil Lipid Darah dan Kejadian Arterosklerosis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus )yang diberi Diet Tinggi Lemak.Fakultas Kedokteran UGM.

Wahyuni, A.S., Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication. Artanti, D. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pare(Momordica charantia) terhadap

Kadar Trigliserida Serum Tikus Wistar jantan yang diberi Diet Tinggi Lemak.

Soegondo, S, Gustaviani, R.Sindrom Metabolik.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.

Wijaya,ir.Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS). Alfabeta Bandung

(44)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tika Citra Ayu Lestari

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta / 10 April 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Eka Surya, Gg.Eka Dewi No.39, Medan.

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Swasta Al-Azhar Medan (1996-2002)

2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Harapan 3 Medan

(2002-2005)

3. Sekolah Menengah Atas Swasta Harapan Mandiri (2005-2008)

Riwayat Pelatihan :

1. Resusitasi Jantung Paru Otak TBM FK USU 2008

Riwayat Organisasi :

(45)

Lampiran 3

Tabel Konversi Perhitungan Dosis

(Laurence & Bacharach, 1964)

(46)

Lampiran 4

Tabel 1. Kolesterol sebelum pengujian

No Sehat (K1) Kontrol (K2) Uji (K3)

1 102 222 252

2 111 214 277

3 106 205 214

4 152 204 211

5 82 207 245

6 97 201 251

7 124 213 221

8 114 224 225

9 79 212 231

10 128 215 240

11 130 210 215

Tabel 2. Kolesterol setelah pengujian

No Sehat (K1) Kontrol (K2) Uji (K3)

1 105 215 180

2 110 200 115

3 107 201 175

4 151 200 160

5 80 205 100

6 100 210 110

7 121 200 187

8 116 220 198

9 82 211 178

(47)

11 125 213 188

Lampiran 5

Analisis Statistik

Descriptives

kelompok Statistic Std. Error

kolesterol pre test kelompok sehat Mean 111.36 6.519

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 96.84

Upper Bound 125.89

5% Trimmed Mean 110.90

Median 111.00

Variance 467.455

Std. Deviation 21.621

Minimum 79

Maximum 152

Range 73

Interquartile Range 31

Skewness .206 .661

Kurtosis -.105 1.279

kelompok kontrol Mean 211.55 2.172

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 206.71

Upper Bound 216.38

5% Trimmed Mean 211.44

(48)

Variance 51.873

Std. Deviation 7.202

Minimum 201

Maximum 224

Range 23

Interquartile Range 10

Skewness .377 .661

Kurtosis -.483 1.279

kelompok uji Mean 234.73 6.151

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 221.02

Upper Bound 248.43

5% Trimmed Mean 233.70

Median 231.00

Variance 416.218

Std. Deviation 20.401

Minimum 211

Maximum 277

Range 66

Interquartile Range 36

Skewness .759 .661

Kurtosis .132 1.279

kolesterol post test kelompok sehat Mean 110.45 5.987

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 97.11

Upper Bound 123.79

5% Trimmed Mean 109.89

(49)

Variance 394.273

Std. Deviation 19.856

Minimum 80

Maximum 151

Range 71

Interquartile Range 21

Skewness .295 .661

Kurtosis .896 1.279

kelompok kontrol Mean 206.27 2.552

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 200.59

Upper Bound 211.96

5% Trimmed Mean 206.30

Median 205.00

Variance 71.618

Std. Deviation 8.463

Minimum 192

Maximum 220

Range 28

Interquartile Range 13

Skewness .011 .661

Kurtosis -.884 1.279

kelompok uji Mean 158.27 10.487

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 134.91

Upper Bound 181.64

5% Trimmed Mean 159.30

Median 175.00

(50)

Std. Deviation 34.782

Minimum 100

Maximum 198

Range 98

Interquartile Range 72

Skewness -.745 .661

Kurtosis -1.051 1.279

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kolesterol pre test .271 33 .000 .871 33 .001

kolesterol post test .160 33 .031 .891 33 .003

a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok N Mean Rank

kolesterol pre test kelompok sehat 11 6.00

kelompok kontrol 11 18.27

kelompok uji 11 26.73

Total 33

kolesterol post test kelompok sehat 11 7.82

kelompok kontrol 11 27.91

kelompok uji 11 15.27

(51)

Test Statisticsa,b

kolesterol pre

test

kolesterol post

test

Chi-Square 25.566 24.295

df 2 2

Asymp. Sig. .000 .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Mann-Whitney Test

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol pre test kelompok sehat 11 6.00 66.00

kelompok kontrol 11 17.00 187.00

Total 22

Test Statisticsb

kolesterol pre

test

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 66.000

Z -3.973

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

(52)

Test Statisticsb

kolesterol pre

test

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 66.000

Z -3.973

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol post test kelompok sehat 11 7.82 86.00

kelompok uji 11 15.18 167.00

Total 22

Test Statisticsb

kolesterol post

test

Mann-Whitney U 20.000

Wilcoxon W 86.000

Z -2.661

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .007a

a. Not corrected for ties.

(53)

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol post test kelompok kontrol 11 16.91 186.00

kelompok uji 11 6.09 67.00

Total 22

Test Statisticsb

kolesterol post

test

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 67.000

Z -3.911

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol sehat post test -

kolesterol sehat pre test

Negative Ranks 6a 6.17 37.00

Positive Ranks 5b 5.80 29.00

(54)

Total 11

a. kolesterol sehat post test < kolesterol sehat pre test

b. kolesterol sehat post test > kolesterol sehat pre test

c. kolesterol sehat post test = kolesterol sehat pre test

Test Statisticsb

kolesterol sehat

post test -

kolesterol sehat

pre test

Z -.358a

Asymp. Sig. (2-tailed) .720

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol kontrol post test -

kolesterol kontrol pre test

Negative Ranks 9a 5.94 53.50

Positive Ranks 2b 6.25 12.50

Ties 0c

Total 11

a. kolesterol kontrol post test < kolesterol kontrol pre test

b. kolesterol kontrol post test > kolesterol kontrol pre test

c. kolesterol kontrol post test = kolesterol kontrol pre test

(55)

kolesterol kontrol

post test -

kolesterol kontrol

pre test

Z -1.827a

Asymp. Sig. (2-tailed) .068

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol uji post test -

kolesterol uji pre test

Negative Ranks 11a 6.00 66.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 11

a. kolesterol uji post test < kolesterol uji pre test

b. kolesterol uji post test > kolesterol uji pre test

c. kolesterol uji post test = kolesterol uji pre test

Test Statisticsb

kolesterol uji post

test - kolesterol

uji pre test

Z -2.936a

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Based on positive ranks.

Gambar

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO)
Gambar 2.1. Jambu Biji Mengatasi Kolesterol (agnesblogs, 2010).
Gambar 4.1 Alur Penelitian
Tabel 5.1. Data Deskriptif Statistik
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pembagian tugas dalam pekerjaan bagi para pegawai diperlukan untuk men- dukung proses pelayanan secara bersamaan demi kelancaran proses pelayanan publik yang dilakukan

Kajian ini cuba mengembangkan teori kepimpinan Islam untuk pengurusan kualiti dengan memberi fokus utama kepada pembinaan satu instrumen bagi mengukur kepimpinan

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata skor management self care fatigue pada klien ESRD yang menjalani terapi hemodialisa pada kelompok kontrol sebelum

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari website BPS mengenai Indeks Pembangunan Manusia beserta faktor-faktor

pada pembuluh darah arteri maka darah yang mengalir ke penis berkurang sehingga kemampuan penis untuk ereksi berkurang (Wimpie, 2008). Selain itu disfungsi ereksi

Perkembangan zaman telah merubah berbagai aspek kehidupan manusia, teknologi informasi dan komunikasi mendorong perubahan hubungan antar bangsa yang tidak bisa lagi

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sekolah-sekolah swasta yang be- rada di bawah yayasan keagamaan memiliki visi dan misi yang terkait dengan kesadaran akan pentingnya

Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : KEP- 1031/KPU.01/2013 tanggal 15 Februari 2013 tentang Penetapan Atas Keberatan Terhadap Penetapan Yang Dilakukan Oleh Pejabat Bea