• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Komunikasi dan Kesadaran Bernegara (Studi Korelasional Mengenai Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa Di Berastagi Dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Jaringan Komunikasi dan Kesadaran Bernegara (Studi Korelasional Mengenai Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa Di Berastagi Dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

JARINGAN KOMUNIKASI DAN KESADARAN BERNEGARA

(Studi Korelasional Mengenai Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa di Berastagi Dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh: IANA MENDA GINTING

080904102

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

F A K U L T A S I L M U S O S I A L D A N I L M U P O L I T I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

Lembar Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Iana Menda Ginting

NIM : 080904102

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : JARINGAN KOMUNIKASI DAN KESADARAN BERNEGARA (Studi Korelasional Mengenai Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa di Berastagi Dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara)

Medan, Maret 2012

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Syafruddin Pohan, Msi. Ph. D Dra. Fatma Wardi Lubis, MA Nip. 195812051989031002 Nip. 196208281987012001

Dekan FISIP USU

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Jaringan Komunikasi dan Kesadaran Bernegara (Studi Korelasional Mengenai Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa Di Berastagi Dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara).

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Jaringan Komunikasi dan Kesadaran Bernegara. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berhubungan dengan objek yang diteliti diantaranya Multi Step Flow, Jaringan Komunikasi, Teori Informasi, dan Simbolic Convergence Theory. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan penyebaran kuesioner.

Jumlah populasi dalam penelitian ini ada 255 keluarga yang merupakan masyarakat etnis Tionghoa yang bertempat tinggal di Berastagi. Penarikan sampel menggunakan rumus Arikunto dengan mengambil 15% dari jumlah keseluruhan populasi yakni sebanyak 38 responden, dimana setiap responden merupakan perwakilan tiap-tiap keluarga. Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Dimana dalalm teknik ini yang menjadi responden harus sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.

Analisis data menggunakan tabel tunggal dan tabel silang. Analisis tabel tunggal adalah analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel ke dalam beberapa kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisis tabel silang adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui apakah variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas, berkat, kasih dan anugrah-Nya yang tak berkesudahan selama proses pengerjaan skripsi ini. Sungguh besar Kasih Karunia dari Tuhan Yesus Kristus sehingga penulis mampu melewati masa-masa sulit dan berjalan sejauh ini sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang terhormat dan terkasih Bapak D. Ginting dan Ibu S. Sinulingga dan Bapak Uda Indra Ginting S.Pd yang selalu memberi perhatian serta mendukung lewat doa, dana dan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Skripsi berjudul Jaringan Komunikasi Dan Kesadaran Bernegara (Studi Korelasional Mengenai Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa di Berastagi Dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara) disusun guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan, bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(5)

3. Bapak Syafruddin Pohan, Msi, Ph.D, selaku pembimbing peneliti yang selalu memberikan bimbingan dan pengajaran selama penyusunan skripsi ini. Merupakan suatu kesempatan yang baik dan berharga mempunyai Dosen Pembimbing seperti beliau. Terima kasih untuk kesabaran, waktu, dan semua pikiran dan masukan yang telah dibagikan beliau kepada peneliti.

4. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku Dosen Wali penulis yang banyak memberikan masukan, nasehat, bimbingan dan dorongan kepada penulis.

5. Kakak dan Abang saya, Jenni Ginting, De Vega Della Ginting SE, dr.Nesa Ariasta Ginting, Ralo Nioga Ginting, Hesron Perangin-Angin SE, Ronald Purba yang selalu menyemangati saya.

6. Keponakan yang selalu mengirimkan semangat dan doa Kak Uwa Misa dan Andes serta selalu menghibur

7. Khairunnisa teman terbaik saya selama kuliah di FISIP ini, yang selalu membantu saya dan menyemangati saya.

8. Licen teman yang membantu saya selama penelitian dan membantu menyebarkan kuesioner.

9. Semua Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan Dosen FISIP USU pada umumnya, yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada peneliti selama perkuliahan

10.Kak Ros, Kak Cut, Kak Maya yang telah banyak membantu peneliti dalam segala urusan selama perkuliahan dan dalam penyelesaian skripsi ini

(6)

12.Kepada semua teman-teman Departemen Ilmu Komunikasi dan khususnya stambuk 08 terima kasih untuk semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

13.Kepada Bapak Lurah dan Kepling-Kepling Tiap lingkungan yang membantu peneliti dalam mengumpulkan data.

14.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap para pembaca berkenan menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran kepada setiap pembacanya.

Medan, Maret 2012

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...viii DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang...1

1.2Perumusan Masalah...6

1.3Pembatasan Masalah...7

1.4Tujuan Penelitian...7

1.5Manfaat Penelitian...8

1.6Kerangka Teori...8

1.6.1 Multi Step Flow...9

1.6.2 Jaringan Komunikasi...9

1.6.3 Teori Informasi...11

1.6.4 Simbolic Convergence Theory...12

1.7Kerangka Konsep...13

1.8Model Teoritis...14

1.9Variabel Operasional...15

1.10 Defenisi Variabel Operasional...16

1.11 Hipotesis...17

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Multi Step Flow...18

2.2 Jaringan Komunikasi...21

2.3 Teori Informasi...31

2.4 Simbolic Convergence Theory...37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Lokasi Penelitian...41

3.2Deskripsi Lokasi Penelitian...42

3.2.1 Letak Geografis...43

3.2.2 Keadaan Demografi ...45

3.3Populasi dan Sampel Penelitian...47

(8)

3.3.2 Sampel Penelitian...48

3.4Teknik Penarikan Sampel...48

3.4.1 Purposive Sampling...48

3.4.2 Snowball Sampling...49

3.5Teknik Pengumpulan Data...49

3.6Teknik Analisis Data...50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Teknik Pengumpulan Data...53

4.2Teknik Pengolahan Data...54

4.3Analisis Data Tabel Tunggal...57

4.3.1 Karakteristik Responden...58

4.3.2 Jaringan Komunikasi ...62

4.3.3 Kesadaran Bernegara...65

4.4Analisis Data Tabel Silang...70

4.5Pengujian Hipotesis...72

4.6Pembahasan...74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan...77

5.2Saran...78

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.2 : Variabel Operasional...16

Tabel 3.2 : Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Kec.Berastagi...46

Tabel 3.3 : Jumlah Rumah Tangga Masy. Tionghoa di Berastagi...47

Tabel 4.1 : Usia...58

Tabel 4.2 : Jenis Kelamin...59

Tabel 4.3 : Pendidikan...59

Tabel 4.4 : Pekerjaan...60

Tabel 4.5 : Tingkat Keseringan Diskusi...61

Tabel 4.6 : Memiliki Kelompok dalam Pergaulan...61

Tabel 4.7 : Pembentukan Organisasi dalam Masyarakat Tionghoa...62

Tabel 4.8 : Pelaksanaan acara Temu Ramah...63

Tabel 4.9 : Melakukan Diskusi ketika mendapatkan Informasi...63

Tabel 4.10 : Kepuasan dalam kekompakan Masy.Tionghoa...64

Tabel 4.11 : Memiliki Kelompok Pergaulan Lebih Dari Satu...65

Tabel 4.12 : Perasaan Sebagai Bangsa Indonesia...65

Tabel 4.13 : Kesesuaian Kerukunan Warga di Berastagi...66

Tabel 4.14 : Ketaatan dalam Membayar Pajak...67

Tabel 4.15 : Keikutsertaan Dalam Pemilu...67

Tabel 4.16 : Perasaan Melihat Penyiksaan di Luar Negri...68

Tabel 4.17 : Melihat Perjuangan Atlit dalam SeaGames...69

Tabel 4.18 : Perasaan ketika Malaysia mencaplok Budaya...70

Tabel 4.19 : Tabel Silang...71

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Catatan Bimbingan Skripsi Surat Penelitian

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Jaringan Komunikasi dan Kesadaran Bernegara (Studi Korelasional Mengenai Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa Di Berastagi Dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara).

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Jaringan Komunikasi dan Kesadaran Bernegara. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berhubungan dengan objek yang diteliti diantaranya Multi Step Flow, Jaringan Komunikasi, Teori Informasi, dan Simbolic Convergence Theory. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan penyebaran kuesioner.

Jumlah populasi dalam penelitian ini ada 255 keluarga yang merupakan masyarakat etnis Tionghoa yang bertempat tinggal di Berastagi. Penarikan sampel menggunakan rumus Arikunto dengan mengambil 15% dari jumlah keseluruhan populasi yakni sebanyak 38 responden, dimana setiap responden merupakan perwakilan tiap-tiap keluarga. Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Dimana dalalm teknik ini yang menjadi responden harus sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.

Analisis data menggunakan tabel tunggal dan tabel silang. Analisis tabel tunggal adalah analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel ke dalam beberapa kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisis tabel silang adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui apakah variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan, kita tidak pernah lepas dari yang namanya komunikasi. Salah satu fungsi komunikasi adalah sebagai komunikasi sosial yang berarti bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2007:5). Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok etnis, kelompok belajar, RT, RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

Implisit dalam fungsi komunikasi ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

(14)

penduduk kota, etnis Batak dengan etnis Tionghoa. Oleh karena fakta atau rangsangan komunikasi yang sama mungkin dipersepsi secara berbeda oleh kelompok-kelompok berbeda kultur atau subkultur, kesalahpahaman hampir tidak dapat dihindari.

Namun untuk mencapai komunikasi yang lebih efektif antara komunikator dengan komunikan itu harus memiliki kesamaan. Kesamaan itu termasuk dalam hal-hal tertentu misalnya ras (suku), agama, bahasa, tingkat pendidikan atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik. Kesamaan ras (suku) dan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami bahasa yang sama. Karena seringnya terjadi perbedaan persepsi maka tidak jarang setiap individu membentuk suatu kelompok .

Kelompok-kelompok itu dibentuk karena didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki kesamaan serta tujuan yang sama guna memperkuat kelompoknya (Santosa, 1992:82). Beberapa orang malah menganggap berkelompok merupakan suatu kebutuhan dalam arti tanpa kelompok seseorang tidak merasa nyaman untuk hidup, bahkan tidak bisa hidup (Wahjono, 2010:142). Kelompok yang terbentuk ini bisa disebut juga sebagai kelompok sosial. Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu.

(15)

berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antar anggota, jika pemimpin itu memiliki kekuatan merangkul setiap anggota maka simpati dan rasa kepercayaan itu akan tumbuh terus menerus didalam kelompoknya. Serta interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan anggota.

Yang paling menonjol dalam pembentukan kelompok sosial adalah pembentukan kelompok antaretnik. Kelompok etnis dan minoritas dimanapun saja selalu menemui kesulitan dan hambatan komunikasi ketika berhadapan dengan kelompok etnis mayoritas (Purwasiko, 2003: 147) salah satunya adalah etnis Tionghoa. Banyak pandangan orang bahwa etnis Tionghoa tidak mau berbaur dengan masyarakat pribumi sehingga tanpa disadari mereka membentuk kelompoknya sendiri. Banyak masyarakat pribumi memang remeh terhadap masyarakat Tionghoa sehingga terkadang masyarakat pribumi semena-mena terhadap masyarakat Tionghoa.

(16)

hanya yang makmur para penguasa saja). Kalau dirinya sendiri tak sanggup memberikan legitimasi sendiri , bagaimana Tionghoa mengharap legitimasi dari yang lain. Stigma Cina hanya cari duit, tak mau peduli dan ber-KKN di Indonesia

harus dicabut, demi kemajuan NKRI.

Masalah yang rawan terjadi di indonesia adalah masalah yang menyangkut SARA (Suku, Agama, dan Ras). Salah satunya adalah masalah rasialisme yang cukup serius, dimana terbukti adanya sejumlah tindakan kekerasan, bentrokan fisik, serta serangkaian tindakan ekstrim lainnya, baik pada zaman sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI maupun sesudahnya. Diantara masyarakat Tionghoa ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya mungkin 2 atau 3 orang atau mungkin secara keseluruhan (Muhammad, 2007: 102). Masyarakat Tionghoa yang merupakan golongan minoritas mereka membentuk serta mempertahankan kesatuan yang mereka bangun dalam suatu kelompok jaringan komunikasi.

(17)

termasuk inovator yang pertama kali menerapkan inovasi. Di pihak lain, pemuka-pemuka opini dari kelompok-kelompok yang konservatif juga bersikap agak konservatif.

Atau dengan kata lain proses komunikasi bertujuan untuk menciptakan kebersamaan, memunculkan “mutual understanding” dan persetujuan yang sama sehingga terbentuk tindakan dan perilaku yang sama (yang melandasi jaringan komunikasi). Dengan adanya jaringan komunikasi pada masyarakat Tionghoa di Berastagi maka kita akan mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan mereka dalam membuktikan bahwa mereka juga adalah masyarakat yang cinta akan tanah air. Kesadaran akan bernegara oleh setiap orang itu berbeda-beda bentuknya. Dalam kesadaran bernegara salah satu yang perlu itu adalah passion. Karena banyak orang Indonesia yang sudah menemukan passion sehingga mereka tidak hanya mendapatkan sebuah pencapaian yang membuat diri mereka sendiri bangga, tetapi juga sekitar mereka, bahkan bangsa mereka (Pandji, 2011:243).

(18)

Masyarakat Tionghoa yang bertempat tinggal di Berastagi merupakan kelompok masyarakat yang mau berinteraksi dengan masyarakat pribumi. Selain sangat akrab, masyarakat Tionghoa juga sudah memiliki marga sesuai dengan suku-suku yang ada di Berastagi. Bahkan masyarakat Tionghoa yang tinggal di Berastagi kebanyakan sudah sangat mahir berbahasa daerah, salah satunya bahasa Karo karena Berastagi adalah salah satu daerah yang banyak dihuni oleh masyarakat suku Karo. Dengan keakraban yang tidak memperlihatkan lagi perbedaan antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat pribumi maka hal ini sangat menarik untuk diteliti. Apakah kesadaran bernegara yang dimiliki masyarakat pribumi yang ada di Berastagi sudah hampir sama dengan masyarakat Tionghoa yang sudah lama tinggal di Berastagi. Serta untuk mengetahui peran opinion leader yang mereka pilih dalam menentukan passion mereka bagi bangsa atau dalam menumbuhkan kesadaran bernegara.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai Pengaruh Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa di Berastagi dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara.

1.2 Perumusan Masalah

(19)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu menganalisis Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa di Berastagi dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara.

2. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Tionghoa Berastagi Kecamatan Berastagi, dan setiap rumah tangga diwakilkan oleh 1 orang yang berusia dari 17 tahun ke atas.

3. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2011 dengan lama penelitian akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan jaringan komunikasi antar masyarakat Tionghoa di Berastagi dalam menumbuhkan kesadaran bernegara

2. Untuk mengetahui kontribusi Opinion Leader dalam Jaringan Komunikasi antar masyarakat Tionghoa di Berastagi dalam menumbuhkan kesadaran bernegara

(20)

1.5 Manfaat Penelitian

1) Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa FISIP USU, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi, dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

2) Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya berkaitan dengan kajian studi Ilmu Komunikasi, khusunya mengenai kajian Jaringan Komunikasi.

3) Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah khususnya pemda Berastagi atas peran jaringan komunikasi terhadap kesadaran bernegara

1.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi,2001:39).

Menurut Neumann (2003), teori merupakan suatu sistem gagasan dan abstraksi yang memadatkan dan mengorganisasi berbagai pengetahuan manusia tentang dunia sosial sehingga mempermudah pemahaman manusia tentang dunia sosial (Prasetya, 2005:64). Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan memberikan pandangan terhadap suatu permasalahan.

(21)

1.6.1. Multi Step Flow

Sebagian besar orang menerima efek media dari tangan kedua, yaitu opinion leader (para pemuka pendapat) yang memiliki akses lebih dahulu pada media massa. Pada tahap pertama, para pemuka pendapat akan mengakses informasi, kemudian tahap keduanya, para pemuka pendapat berbagi opini dengan anggota lingkaran dalam sosial mereka. Anggota yang tergabung dalam lingkaran sosial itu memiliki kelompok sosial lainnya, termasuk keluarga, bawahan dan anggota kelompok lain yang akan dipengaruhi oleh mereka.

Setiap tahapan dalam proses pengaruh sosial dimodifikasi oleh norma-norma dan kesepakatan dari setiap lingkaran sosial baru itu. Opini-opini ini akan dicampur dengan opini-opini lain yang asli dari sumber elit lainnya dan secara perlahan melebihi informasi yang disampaikan oleh media massa. Apabila variasi volume informasi dari opinion leader menyebabkan efek yang positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber, namun jika variasi dari opinion leader bersifat negatif, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya pengikisan volume informasi. Dengan kata lain para opinion leader menjadi kunci atau penjaga gawang (Ardianto, 2004:61).

1.6.2 Jaringan Komunikasi

(22)

kita juga dapat melihat pada kualitas atau sifat bagian-bagian itu atau menjelaskan fungsi-fungsi lain yang terdapat pada suatu hubungan dalam jaringan, seperti persahabatan yang terbentuk, bagaimana individu saling menukar informasi atau pengaruh-pengaruh dalam kelompok, dan aspek jaringan semacam ini disebut multiplexity (Morissan, 2009:52).

Suatu jaringan juga dapat dicirikan melalui sejumlah kualitas yang dimilikinya. Dalam hal ini kita dapat melihat pada keterhubungan yang mencakup (Morissan, 2009:52):

1. Fungsi Jaringan

Suatu organisasi tidak pernah terdiri atas hanya satu jaringan, tetapi memiliki banyak jaringan yang tumpang tindih. Namun walaupun sebagian besar jaringan bersifat multifungsi (multiplex), tetapi jaringan pada umumnya lebih berkonsentrasi atau lebih terfokus pada satu fungsi tertentu dibandingkan fungsi-fungsi lainnya.

2. Tingkat Keterhubungan

Jaringan yang memiliki keterhubungan tinggi adalah jaringan yang kuat dan dekat. Jaringan semacam ini dapat memasukkan banyak pengaruh kedalam hubungan dengan membangun norma-norma bagi pikiran dan perilaku.

3. Sentralitas dan Desentralitas

(23)

diantara para anggota secara keseluruhan dan tidak ada kelompok yang mengontrol hubungan tersebut.

4. Derajat Pemisah

Derajat pemisah adalah jumlah hubungan yang terdapat antara anda dengan orang lain.

1.6.3. Teori Informasi

Tujuan komunikasi adalah sebagai suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima pesan);di sini arti tingkah laku bersifat luas. Konsep teori informasi memberi wawasan dan itu sudah diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa. Seperti yang sudah disebutkan, teori ini telah memberikan landasan bagi banyak teori lain dalam proses komunikasi. Teori ini memberi wawasan tentang hubungan dalam banyak bentuk komunikasi. Weaver mengatakan bahwa teori ini begitu imajinatif, ia menyentuh inti komunikasi, hubungan yang terjadi dengan bentuk komunikasi apapun (Severin, 2008:58).

Teori informasi secara esensi adalah sebuah teori pengiriman sinyal. Pada awalnya mungkin agak mengecewakan bagi mahasiswa media massa karena teori ini tidak berkaitan dengan makna dan mungkin kelihatan agak aneh karena teori informasi menyamakan informasi dengan ketidakpastian. Seperti yang akan kita lihat, itulah aset terbesar dari teori ini, yang dengan aset ini teori komunikasi memberikan cara baru dan berhasil dalam memandang proses komunikasi.

(24)

ekspresi wajah atau banyak bentuk lain yang sudah kita miliki, pengirim mengolah pesan untuk menghasilkan sinyal yang sesuai untuk pengirimannya lewat sebuah saluran. Pesan itu hanya ada antara sumber dan pengirim dan antara penerima dan tujuan. Hanya sebuah sinyal yang bergerak di antara pengirim dan penerima.

Komunikasi manusia berisi banyak gabungan sistem ini. Penggabungan atau “antarmuka” antara dua sistem ini adalah titik penjaga gawang (gatekeeper). Schramm (1955:143) mencatat sejumlah ukuran yang diambil dari teori informasi yang menyodorkan cara baru untuk mempelajari aktivitas komunikasi dalam kelompok kecil. Beberapa diantaranya adalah: traffic (lalu lintas), siapa yang bertugas berbicara dan seberapa banyak pembicaraan dilakukan, closure (penutupan), seberapa terbuka kelompok itu pada orang luar dan pemikiran dari luar; dan congruence (kongruensi), persoalan apakah para anggota adalah pastisipan yang setara dalam komunikasi kelompok atau beberapa anggota adalah penggagas komunikasi sementara yang lain adalah penerima saja.

1.6.4 Simbolic Convergence Theory

(25)

Teori konvergensi simbolik dengan tokoh utamanya adalah Ernest Bormann adala teori umum yang mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran kelompok yang berimplikasi pada hadirnya makna, motif, dan persaan bersama. Artinya teori ini berusaha menerangkan bagaimana orang-orang secara kolektif membangun kesadaran simbolik bersama melalui suatu proses pertukaran pesan. Kesadaran simbolik yang terbangun dalam proses tersebut kemudian menyediakan semacam makna, emosi dan motif untuk bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat didalamnya. Gagasan pokok dari teori ini adalah bertukar fantasi yang terdiri dari lelucon, analogi, ritual atau sekedar permainan kata-kata akan membawa pada pemusatan makna dan perasaan dari orang-orang yang terlibat (Hamid, 2007:68).

1.7 Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:32). Konsep merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama (Bungin, 2001:73). Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dapat dicapai dan dapat menghantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001:40).

(26)

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau penghulu dari variabel yang lain ( Kriyantono,2008:21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Jaringan Komunikasi antar masyarakat Tionghoa yang bertempat tinggal di Berastagi.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Kriyantono,2008:22). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kesadaran Bernegara.

3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan sebagainya.

1.8 Model Teoritis

(27)

Sumber: Kriyantono, 2008:330

Gambar 1.1 Sosiometri

1.9 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian. Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

OPINION LEADER

Kelompok 1 1 2 3 4 5 6

Kelompok 3 1 2 3

Liason 2

Kelompok 2 1 2 3

(28)

Tabel 1.2 Variabel Operasional

1.10 Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengukuran variabel-variabel maka akan dibuat defenisi operasional. Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X), yaitu Jaringan Komunikasi antar masyarakat Tionghoa yang bertempat tinggal di Berastagi

2. Variabel terikat (Y), yaitu Kesadaran Bernegara No Variabel Teoritis Variabel Operasional 1 Variabel Bebas (X)

Jaringan Komunikasi

a. Fungsi Jaringan

b. Tingkat Keterhubungan c. Sentralitas dan Desentralitas d. Derajat Pemisah

2 Variabel Terikat (Y) Kesadaran Bernegara

a. Makna b. Motif

c. Perasaan Bersama 3 Karakteristik Responden a. Usia

(29)

3. Karakteristik Responden

a. Usia, yaitu umur responden

b. Jenis Kelamin, yaitu penggolongan jenis kelamin responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan

c. Tingkat Pendidikan, yaitu latar belakang pendidikan terakhir responden

d. Pekerjaan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarga.

1.11 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun,1995:43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara 2 variabel atau lebih.

Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Ho: Tidak terdapat hubungan antara Jaringan Komunikasi antar masyarakat Tionghoa di Berastagi dalam menumbuhkan kesadaran bernegara.

(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 MULTI STEP FLOW

Model aliran dua tahap ternyata tidak begitu efektif pada masyarakat yang tingkat buta hurufnya kecil. Masyarakat dengan kemampuan membaca dan mengintrepetasikan pesan yang di dengar dan di lihat sangat memungkinkan untuk menerima pesan-pesan dari media massa secara langsung. Meskipun itu tidak berarti mereka tidak menerima pesan-pesan dari opinion leader. Oleh karena itu untuk menyempurnakannya, muncullah model aliran banyak tahap (multi step flow model). Model ini mengatakan bahwa hubungan timbal balik dari media ke khalayak (yang juga berinteraksi satu sama lain), kembali ke media, kemudian kembali lagi ke khalayak dan seterusnya (Nuruddin, 2004:134).

(31)

Pada tahap pertama, para pemuka pendapat akan mengakses informasi kemudian tahap keduanya para pemuka pendapat berbagi opini dengan anggota lingkaran dalam sosial mereka. Anggota yang tergabung dalam lingkaran sosial itu memiliki kelompok sosial lainnya, termasuk keluarga, bawahan dan anggota kelompok lain yang akan dipengaruhi oleh mereka. Kita dipengaruhi dan mempengaruhi orang lain. Misalnya, seseorang mungkin mendengar dari radio bahwa pasar saham akan guncang. Kawan dari orang tersebut mungkin memperkuat keyakinan ini. Surat kabar sore justru mengemukakan keraguan atas keyakinan anda, atau malah barangkali memberikan alasan-alasan yang kuat bagi anda untuk mengubah keyakinan tersebut.

Diskusi dengan keluarga atau orang lain mungkin akan membuat seseorang itu mempertimbangkan kembali keyakinannya .Setiap tahapan dalam proses pengaruh sosial dimodifikasi oleh norma-norma dan kesepakatan dari setiap lingkaran sosial baru itu. Opini-opini ini akan dicampur dengan opini-opini lain yang asli dari sumber elit lainnya dan secara perlahan melebihi informasi yang disampaikan oleh media massa (Ardianto, 2004:61).

Apabila variasi volume informasi dari opinion leader menyebabkan efek yang positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber, namun jika variasi dari opinion leader bersifat negatif, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya pengikisan volume informasi. Dengan kata lain para opinion leader menjadi kunci atau penjaga gawang.

(32)

banyak tahap ini merupakan gabungan dari beberapa model (model alir satu tahap dan model alir dua tahap). Model aliran multi tahap ini tampaknya lebih akurat dalam menjelaskan apa yang terjadi dalam pembentukan opini dan sikap. Paling tidak, model ini penting untuk mengilustrasikan bahwa setiap orang itu dipengaruhi baik oleh media itu sendiri atau komunikasi antarpribadi dan bahkan mempengaruhi media dan orang lain (Nuruddin, 2004:136).

Pada seluruh proses ini, seseorang mempunyai pengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain. Bahkan seseorang juga bisa mempengaruhi media dengan berbagai cara. Bahkan Kathleen Hall Janieson dan Karlyn Campbell dalam The Interplay Influence (1998) mengatakan bahwa kita dapat secara efektif mempengaruhi media dengan empat cara utama, yaitu:

1. Menyampaikan keluhan individual (misalnya menulis surat pembaca atau kepada pihak yang berwenang)

2. Mengorganisasikan tekanan masyarakat untuk memboikot stasiun pemancar atau produk yang bersangkutan atau melakukan tindakan hukum 3. Mendesak pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan tertentu 4. Mengadu ke DPRD atau ke DPR

(33)

2.2 JARINGAN KOMUNIKASI

Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan ini melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya diantara dua orang, tiga atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam organisasi. Bentuk struktur dan jaringan itupun juga akan berbeda-beda (Muhammad 2007:102).

Jaringan komunikasi adalah penggambaran “how say to whom”(siapa berbicara kepada siapa) dalam suatu sistem sosial. Jaringan komunikasi menggambarkan komunikasi interpersonal, dimana terdapat pemuka-pemuka opini dan pengikut yang saling memiliki hubungan komunikasi pada suatu topik tertentu, yang terjadi dalam suatu sistem sosial tertentu seperti sebuah desa,sebuah organisasi, ataupun sebuah perusahaan (Gonzales, 1993). Pengertian jaringan komunikasi menurut Rogers (1983) adalah suatu jaringan yang terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Knoke dan Kuklinski (1982) melihat jaringan komunikasi sebagai suatu jenis hubungan yang secara khusus merangkai individu-individu. obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa.

(34)

jaringan komunikasi tertentu.

Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi. Untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranannya dapat digunakan analisis jaringan. Dari hasil analisis jaringan ini dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta dalam kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam suatu organisasi. Ada enam peranan jaringan komunikasi yaitu:

1. Opinion leader adalah pimpinan informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka.

(35)

keepers memutuskan bahwa informasi tersebut tidak penting, kemudian seseorang harus mendapatkan informasi tersebut, maka mungkin informasi tersebut tidak diberikan. Nyatalah bahwa peranan gate keepers ini sangat penting dalam jaringan komunikasi.

3. Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu pada lingkungannya.

4. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dnegan anggota kelompok lainnya. Individu ini membantu saling memberi informasi diantara kelompok-kelompok dan mengkoordinasi kelompok.

5. Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung diantara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan diantara kelompok-kelompok dalam organisasi.

6. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya.

(36)

bukan sebagai pengantara dan merupakan wakil-wakil yang kuat dalam struktur pimpinan. Orang yang sebagai pengantara ini terlibat lebih banyak dalam aktivitas komite daripada temannya dan juga menjadi anggota kelompok koordinasi pada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi. Menurut persepsi temannya orang yang sebagai pengantara mempunyai kontak yang banyak dan berbeda-beda dalam organisasi. Berinteraksi dengan orang sebagai pengantara adalah untuk mendapatkan lebih banyak pengaruh dalam struktur kekuasaan dari organisasi. Penemuan ini menunjukkan bahwa peranan komunikasi sebagai yang diidentifikasikan dari sosiometri mempunya konsekuensi nyata pada tingkatan kekuasaan (power) dan pengaruh individual dalam suatu organisasi dan konsekuensi ini tampak bagi yang lain (Muhammad 2007:103).

(37)

Selain daripada penelitian diatas ada pula penelitian diatas ada pula penelitian yang mempelajari peranan jaringan komunikasi dalam arus informasi informal. Davis (1953) mempelajari pemindahan desas desus dalam suatu organisasi. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ada kekompakan kelompok dalam menyampaikan pesan yang bersifat desas-desus ini. Individu mempunyai informasi yang relevan dengan kelompoknya mengkomunikasikan dengan cepat pesan itu kepada anggota kelompokknya yang lain, tetapi tidak dikomunikasikan kepada orang dari kelompok lain.

Davis menemukan bahwa beberapa individu secara konsisten keluar dari arus pesan yang bersifat desas-desus dan tidak mengambilnya sebagai sumber informasi. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan peranan informasi dalam suatu organisasi. Ada informasi yang saling dibagi dalam kelompok ada pula yang memngasingkan diri dari informasi. Studi selanjutnya mengenai desas-desus menunjukkan bahwa orang yang suka memindahkan desas-desus adalah orang yang berperan sebagai pengantara, dan orang yang banyak menerima desas-desus adalah orang yang berorientasi kepada tugas, dan orang yang tidak mau mengirimkan dan menerima desas-desus adalah orang yang mengasingkan diri dalam organisasi (Muhammad 2007: 105).

(38)

membentuk pola arus komunikasi interpersonal. Bila terjadi cukup lama akan memunculkan sebuah struktur komuniaksi (jaringan) yang relatif stabil dan dapat memprediksi perilaku individu (Kriyantono 2008:318).

Gagasan dasar yang sangat penting mengenai jaringan adalah “keterhubungan” atau “keterkaitan” yaitu ide bahwa terdapat jalur komunikasi yang relatif stabil diantara individu-individu anggota organisasi. Para individu yang saling berkomunikasi satu sama lain akan terhubung bersama-sama ke dalam kelompok-kelompok yang pada gilirannya kelompok-kelompok-kelompok-kelompok itu akan saling berhubungan membentuk jaringan keseluruhan. Setiap orang memiliki seperangkat hubungan yang unik dengan orang lain yang disebut “ jaringan personal” (personal network). Dengan kata lain, jaringan personal anda adalah hubungan yang anda miliki diantara banyak hubungan lainnya dengan siapa anda berkomunikasi dalam suatu organisasi, dan jaringan personal anda tidak akan persis sama dengan jaringan personal yang dimiliki rekan sejawat anda.

Jaringan dalam kelompok terbentuk karena individu cenderung berkomunikasi lebih sering dengan anggota organisasi tertentu lainnya. Organisasi pada dasarnya terbentuk dari kelompok-kelompok yang lebih kecil yang terhubung bersama-sama dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dalam jaringan organisasi (organizational network). Dalam menganalisis suatu jaringan maka kita dapat melihat beberapa hal, misalnya :

1. Kita dapat melihat cara-cara setiap dua orang saling berinteraksi atau berhubungan, hal ini disebut dengan analisis dyad

(39)

3. Kita dapat melakukan analisis kelompok dan bagaimana kelompok kemudian terbagi-bagi ke dalam beberapa subkelompok

4. Kita dapat melihat cara-cara bagaimana berbagai kelompok itu saling berhubungan satu sama lain dalam suatu jaringan global (global network) Dalam melakukan analisis jaringan, kita dapat menganalisis suatu jaringan ke dalam bagian yang membentuknya, namun selain mengidentifikasi bagian-bagian, kita juga dapat melihat pada kualitas atau sifat bagian-bagian itu atau menjelaskan fungsi-fungsi lain yang terdapat pada suatu hubungan dalam jaringan, seperti persahabatan yang terbentuk, bagaimana individu saling menukar informasi atau pengaruh-pengaruh dalam kelompok dan aspek jaringan semacam ini disebut multiplexity.

Unit organisasi yang paling dasar menurut teori jaringan adalah hubungan diantara dua orang. Sistem organisasi terdiri atas hubungan yang tak terhitung jumlahnya yang membentuk kelompok-kelompok yang terhubung dengan organisasi. Suatu hubungan dapat ditentukan melalui jumlah tujuan yang ingin dicapai (apakah memiliki satu atau beberapa tujuan), berapa banyak orang yang terlibat, dan fungsi suatu hubungan dalam organisasi. Pada umumnya, suatu hubungan memiliki lebih dari satu hubungan. Misalnya, anda dapat menggunakan suatu hubungan untuk tidak saja saling berbagi informasi, tetapi juga untuk menjalin persahabatan (Morissan 2009: 52).

(40)

yang anda lakukan terhadap orang lain, inisiatif hubungan dimulai dari diri anda sendiri.

Para peneliti juga dapat meneliti kualitas hubungan tertentu diantara orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, misalnya hubungan langsung dan hubungan tidak langsung. Hubungan dapat bersifat langsung (direct), yaitu hubungan secara langsung diantara dua orang atau tanpa melalui perantara. Hubungan tidak langsung (indirect) yaitu hubungan antara dua orang yang diperantarai atau dimediasi oleh orang ketiga (Morissan 2009: 53).

Suatu jaringan juga dapat dicirikan melalui sejumlah kualitas yang dimilikinya. Peneliti jaringan harus melihat berbagai variabel yang terkait dengan keterhubungan berbagai individu dalam jaringan. Dalam hal ini, kita dapat melihat pada:

1. Fungsi jaringan

Suatu organisasi tidak pernah terdiri atas hanya satu jaringan, tetapi memiliki banyak jaringan yang saling tumpang tindih. Namun, walaupun sebagian besar jaringan bersifat multifungsi (multiplex), tetapi jaringan pada umumnya lebih berkonsentrasi atau lebih terfokus pada satu fungsi tertentu dibandingkan fungsi-fungsi lainnya. Misalnya, kita mungkin menemukan jaringan yang lebih menggunakan pendekatan kekuasaan atau pengaruh, sering kali dinamakan jaringan kewenangan atau instrumental (misalnya organisasi militer). Jaringan lain lebih menggunakan persahabatan atau afiliasi (misalnya organisasi pecinta alam), informasi, produksi dan inovasi.

2. Tingkat keterhubungan

(41)

memiliki keterhubungan tinggi adalah jaringan yang kuat dan dekat. Jaringan semacam ini dapat memasukkan banyak pengaruh ke dalam hubungan dengan membangun norma-norma bagi pikiran dan perilaku. Seseorang akan merasa lebih dekat dan lebih terpengaruh dengan rekan-rekannya di kantor dibandingkan dengan tetangga mereka.

3. Sentralitas dan desentralitas

Sifat lain jaringan adalah sentralitas atau derajat keterhubungan antara individu dan kelompok. Organisasi yang sangat sentralistis memiliki garis hubungan dimulai dari kelompok hingga ke sejumlah pusat hubungan. Sistem terdesentralisasi memiliki keterhubungan lebih besar diantara para anggota secara keseluruhan dan tidak ada kelompok yang mengontrol hubungan tersebut. Jika sesorang harus selalu berhubungan dengan satu kelompok kecil individu, setiap kali kita membutuhkan sesuatu, maka orang itu akan terhubung secara kuat dengan anggota organisasi lainnya. Sebaliknya jika seseorang memiliki kebebasan untuk berhubungan dengan siap saja, maka orang itu akan terhubung dengan organisasi secara keseluruhan.

4. Derajat Pemisah

(42)

hubungan, yaitu jumlah hubungan yang A butuhkan untuk dapat menemui orang yang dicarinya.

Hubungan dan jaringan dapat dicirikan melalui sejumlah kualitas lain yang dimilikinya seperti berikut:

a. Ada kalanya suatu hubungan bersifat aksklusif, tetapi umumnya hubungan bersifat terbuka (inklusif).

b. Konsep lain adalah sentralitas (centrality), yang menunjukkan seberapa luas seseorang terhubung dengan orang lain.

c. Hubungan juga sangat beragam dalam hal frekuensi dan stabilitasnya, yaitu seberapa sering hubungan itu terjadi dan seberapa besar hubungan itu dapat diperkirakan atau diprediksi

d. Hubungan juga dapat ditinjau dari ukurannya, yaitu banyak sedikitnya jumlah anggota. Pada intinya, peneliti jaringan harus melihat berbagai variabel yang terkait dengan keterhubungan berbagai individu dalam jaringan.

Terdapat cukup banyak pemikiran yang membahas cara-cara jaringan berfungsi dalam organisasi, diantaranya:

1. Mengontrol aliran informasi

2. Menyatukan orang-orang dengan kepentingan yang sama 3. Membangun interpretasi yang sama

4. Mendorong pengaruh sosial

(43)

Banyak faktor yang mempengaruhi hakikat dan luasnya jaringan komunikasi, diantaranya hubungan dalam organisasi, arah dari arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan. Beberapa jaringan ditentukan oleh mekanisme yang sangat formal seperti jaringan yang digambarkan dalam struktur organisasi. Sementara itu ada juga jaringan komunikasi yang timbul tanpa perhatian dan perencanaan lebih dahulu, seperti jaringan komunikasi informal (Muhammad 2007:106).

Perubahan dan dinamika sosial di masyarakat tidak pernah menyangsikan sumbangan yang diberikan oleh komunikasi. Jaringan komunikasi mengawal perubahan, di samping pemberdayaan dan peran bidang yang lainnya seperti ekonomi, politik, dan budaya. Semua peranan bidang-bidang tersebut diletakkan dalam kemasan informasi sebagai upaya mendorong masyarakat ke arah perubahan yang lebih baik. Jadi, jaringan komunikasi perlu dianggap sebagai kanalisator yang sebuah aliran informasi yang membawa ide-ide multikultural baru (Purwasito 2002:327).

2.3 TEORI INFORMASI

(44)

Sumber Informasi pengirim penerima sasaran

sinyal sinyal diterima

Pesan pesan

[image:44.595.131.515.70.204.2]

Sumber gangguan

Gambar 2.1. Diagram Skematik Sistem Komunikasi Umum dari Shannon Sumber: C.Shannon dan W. Weaver, 1949:98

Dalam Proses ini, sumber informasi menghasilkan sebuah pesan yang harus dikomunikasikan dari serangkaian kemungkinan pesan. Pesan itu bisa dalam bentuk kata lisan atau tulisan, musik, gambar dan sebagainya. Transmitter (alat pengirim) mengubahnya menjadi sinyal yang cocok dengan saluran (channel) yang digunakan. Saluran adalah media untuk mengirimkan sinyal dan transmitter ke penerima. Dalam percakapan, sumber informasiya adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata lisan), yang di kirim lewat udara (saluran). Penerima melakukan kebalikan kerja yang dilakukan transmiter dengan cara merekontruksi pesan dan sinyal. Sasaran (destination) adalah orang atau benda yang dituju oleh pesan itu.

(45)

masalahnya fundamental, capaiannya mempunyai kesederhanaan dan kekuatan klasik” (Shannon dan Weaver, 1949:114). Weaver mengatakan teori ini cukup umum sifatnya sehingga bisa diaplikasikan ke bahasa tulis, partitur musik, bahasa lisan, musik, gambar dan banyak sinyal komunikasi yang lain. Istilah komunikasi digunakan dalam “arti yang sangat luas untuk menampung semua prosedur yang bisa digunakan oleh satu pikiran untuk mempengaruhi pikiran lain”(Weaver, 1949:95).

Tujuan komunikasi adalah sebagai suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima pesan);di sini arti tingkah laku bersifat luas. Konsep teori informasi memberi wawasan dan itu sudah diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa. Seperti yang sudah disebutkan, teori ini telah memberikan landasan bagi banyak teori lain dalam proses komunikasi. Teori ini memberi wawasan tentang hubungan dalam banyak bentuk komunikasi. Weaver mengatakan bahwa teori ini begitu imajinatif, ia menyentuh inti komunikasi, hubungan yang terjadi dengan bentuk komunikasi apapun.

Teori informasi secara esensi adalah sebuah teori pengiriman sinyal. Pada awalnya mungkin agak mengecewakan bagi mahasiswa media massa karena teori ini tidak berkaitan dengan makna dan mungkin kelihatan agak aneh karena teori informasi menyamakan informasi dengan ketidakpastian. Seperti yang akan kita lihat, itulah aset terbesar dari teori ini, yang dengan aset ini teori komunikasi memberikan cara baru dan berhasil dalam memandang proses komunikasi.

(46)

gerakan tubuh, ekspresi wajah atau banyak bentuk lainyang sudah kita miliki.pengirim mengolah pesan untuk menghasilkan sinyal yang sesuai untuk pengirimannya lewat sebuah saluran. Pesan itu hanya ada antara sumber dan pengirim dan antara penerima dan tujuan. Hanya sebuah sinyal yang bergerak di antara pengirim dan penerima.

Sinyal mempunyai bentuk yang berbeda-beda, bergantung pada sistem komunikasi yang berlangsung. Kita telah mengetahui bahwa dalam berbicara yang menjadi sinyal adalah aneka tekanan suara yang berjalan melalui udara (saluran). Saluran adalah media yang digunakan unruk mengirim sinyal dari pengirim ke penerima. Kapasitas saluran adalah informasi yang bisa dikirimkan oleh sebuah saluran atau kemampuan sebuah saluran untuk mengirimkan apa yang dikeluarkan oleh sumber informasi (Weaver, 1949:106).

(47)

Informasi menjadi ukuran tingkat kebebasan kita untuk memilih dalam menyeleksi pesan yang akan di kirim. Dalam teori informasi, informasi serupa dengan entropi dalam ilmu fisika. Entropi adalah ketidakpastian atau ketidakteraturan suatu situasi. Dalam teori informasi kita menghubungkannya dengan tingkat kebebasan memilih yang dimiliki seseorang dalam membangun sebuah pesan. Pesan yang sangat teratur tidak mempunyai tingkat keacakan, ketidakpastian, pilihan yang tinggi. Dalam hal ini entropi suatu informasi rendah karena suatu bagian dari pesan itu yang hilang saat diterima mempunyai tingkat probabilitas yang tinggi untuk diisi oleh penerima.

Bagian pesan yang bukan entropi atau informasi disebut redudancy (redudansi). Redudansi adalah bagian dari pesan yang ditentukan oleh aturan yang mengatur penggunaan lambang/simbol atau yang tidak ditentukan dari kebebasan memilih pengirim. Redudansi tidak diperlukan; artinya jika tidak ada redudansi sekalipun, pesan itu secara esensi sudah lengkap atau bisa dilengkapi (Weaver, 1949:104). Redudansi adalah ukuran kepastian atau kemampuan memprediksi. Semakin besar redudansi suatu pesan, semakin sedikit pesan yang dibawa. Tetapi kadang-kadang peningkatan redudansi akan meningkatkan pula efisiensi suatu sistem komunikasi.

(48)

pandang sasaran, ketidakpastian karena kesalahan atau gangguan tidak disukai. Untuk mendapatkan informasi yang berguna, sasaran harus mengurangi informasi palsu (gangguan) dari pesan yang diterima.

Setiap komunikasi manusia terdiri dari serangkaian sistem yang digabung menjadi rantai. Sistem tidak hanya meliputi saluran informasi tetapi juga sumber, pengirim (transmitter), penerima dan sasaran. Sistem harus digabungkan dengan yang lain untuk mengirim informasi. Komunikasi manusia berisi banyak gabungan sistem ini. Penggabungan atau “antarmuka” antara dua sistem ini adalah titik penjaga gawang (gatekeeper). Penjaga gawang akan menentukan informasi apa yang bisa lolos dan seberapa tepat reproduksinya. Prinsip ini berlaku bagi wartawan, editor, fotografer, komentator dan semuanya yang memutuskan informasi apa yang akan digunakan dalam media dari sekian banyak informasi yang tersedia. Sasaran manusia (pembaca, pendengar, pemirsa) juga bertindak sebagai penjaga gawang dengan cara memilih dan menerjemahkan bahan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri.

(49)

2.4 SIMBOLIC CONVERGENCE THEORY

Teori konvergensi simbolik yang dikembangkan oleh Ernest Bormann dengan kelompok mahasiswa dari Universitas Minnesota (1960-1970), menemukan proses sharing fantasi. Jadi konsep Teori Konvergensi Simbolik adalah tema fantasi. Tema fantasi adalah pesan yang didramatisi seperti permainan kata-kata, cerita, analogi, dan pidato yang menghidupkan interaksi dalam kelompok. Tema fantasi juga terfokus pada cerita suatu tokoh dengan karakter secara naratif. Setiap individu akan saling berbagi fantasi karena kesamaan pengalaman atau karena orang yang mendramatisi pesan memiliki kemampuan retoris yang baik.

Suatu cerita, lelucon, atau permainan kata-kata yang sering terjadi dalam suatu kelompok tampaknya tidak bermakna apa-apa. Semuanya tidak memiliki efek dalam interaksi selanjutnya. Akan tetapi, kadang-kadang salah seorang dari anggota kelompok mengambil pesan tersebut kemudian membumbui cerita itu dan mungkin mendramatisi pesan dengan gaya cerita masing-masing. Dalam teori konvergensi simbolik, partisipasi ini dikenal dengan rantai fantasi dan saat hal itu terjadi, individu-individu tersebut telah berbagi kelompok fantasi.

Symbolic Convergence Theory (SCT) bisa juga disebut teori komunikasi umum. SCT menjelaskan bahwa makna, emosi, nilai, dan motif untuk tindakan di retorika yang dibuat bersama oleh orang yang mencoba untuk memahami dari pengalaman yang umum, seperti keragaman kehidupan. Symbolic Convergence Theory adalah teori komunikasi umum karena menjelaskan bahwa fantasi oleh masyarakat umum tentang sebuah pengalaman yang memproduksi visi retorik dalam

semua masyarakat.

(50)

Teori ini mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran kelompok yang berimplikasi pada hadirnya makna, motif, dan perasaan bersama. Artinya teori ini berusaha menerangkan bagaimana orang –orang secara kolektif membangun kesadaran simbolik bersama melalui suatu proses pertukaran pesan. Kesadaran simbolik yang terbangun dalam proses tersebut kemudian menyediakan semacam makna, emosi dan motif untuk bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat didalamnya. Gagasan pokok dari teori ini adalah bertukar fantasi yang terdiri dari lelucon, analogi, ritual atau sekedar permainan kata-kata akan membawa pada pemusatan makna dan perasaan dari orang-orang yang terlibat (Hamid, 2007:68).

Fungsi dari teori ini adalah menganalisa interaksi yang terjadi di dalam skala kelompok kecil. Kelompok di sini dapat berupa kelompok sosial, kelompok tugas, atau kelompok dalam sebuah pergaulan. Ernest G Bormann dalam Communication and Organizations: an intepretive approach (Putnam and Pacanowsky, 1983: 110) menjelaskan konvergensi simbolik akan menghasilkan tema-tema fantasi drama-drama besar yang panjang dan rumit dari sebuah cerita yang dipaparkan visiretorik. Sebuah visiretorik merupakan sebuah pandangan berbagi, bagaimana sesuatu terjadi dan apakah mungkin terjadi? Bentuk impian merupakan asumsi pengetahuan kelompok yang didasarkan pada penciptaan strukturasi penguasaan realitas.

(51)

lokasi pelengkap dalam lingkungan sosiokultural. Sanksi agen adalah sumber yang melegitimasi cerita dan menjadi otoritas pada kredibilitas cerita.

Biasanya unsur ini diarahkan pada kepercayaan yang bersifat dogma. Sanksi agen biasanya berupa komitmen pada keadilan, demokrasi, bahkan agama. Stephen W Littlejohn dan Foss dalam Theories of Human Communication menambahkan bahwa cerita atau tema- tema fantasi diciptakan melalui interaksi simbolik dalam kelompok kecil dan kemudian dihubungkan dari satu orang ke orang lain dan dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menciptakan sebuah pandangan dunia yang terbagi (2008:165). Dalam konvergensi simbolik dibutuhkan adanya visi retorik, saga, dan consciousness sustaining. Jadi jelas dalam membuat konvergensi simbolik tidak perlu komunikasi besar-besaran seperti layaknya promosi yang menghabiskan biaya. Cukup melalui kelompok kecil yang memiliki kredibilitas menyebarkan informasi ke masyarakat. Dari sanalah diciptakan cerita-cerita fantasi kenegaraan melalui sosok presiden, wakil presiden dan pejabat pemerintah. Mereka harus

membawa saga-saga dalam cerit

Contoh aplikasi dari teori ini antara lain:

(52)

pemilihan kepala daerah, merupakan momen penting di mana semua mata tertuju pada keriaan tersebut dan panggung politik digelar dengan dramaturgi yang jelas dalam upaya perbaikan,kemajuan, dan kesejahteraan rakyat. Kenyataan menunjukkan sebaliknya. Para politisi bukan menciptakan fantasi yang menyejukkan,malah memuakkan: banyak kecurangan dalam kampanye,klaim tuntutan perhitungan suara ulang alasan tidak fair sampai kepada tindakan-tindakan kriminal dalam pemilu.

2. Dalam dunia seni bila kita menganggap fantasi itu ”omong kosong”, mungkin tidak akan ada karya-karya sastra, musik, dan film yang mampu membuai dan menciptakan fantasi di benak pemirsa, pendengar, dan pembaca. Berdasarkan insting sebagai organisme, manusia akan selalu berusaha keluar, menghindar dari tekanan dan ancaman pada dirinya. Wajar bila ada tekanan dan impitan hidup yang kian berat, banyak orang yang berusaha lari dari kenyataan yang ada. Sinetron (opera sabun) merupakan media murah meriah yang mampu mengisi khayalan-khayalan yang ada di benak orang. Karena itu, terlepas pada adanya kepentingan ekonomi politik dan bias selebritas, penulis begitu menghargai kehadiran sinetron dan film di masyarakat sebagai penghibur dan penciptaan fantasi masyarakat. Teori ini termasuk kedalam ranah Objektif karena orang lain atau manusia itu dianggap pasif dan dapat dikendalikan atau

diarahka

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

Tujuan dari bab ini adalah untuk memilih metode yang tepat yang dapat digunakan untuk mengarahkan dan menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana yang diuraikan dalam bab sebelumnya. Pemilihan metode yang tepat adalah sangat penting dalam menjawab/ mempertahankan keyakinan dari apa yang ditemukan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rakhmat, 2000:30).

Rakhmat memberikan batasan pengertian tentang metode korelasional sebagai berikut, “Metode Korelasional adalah lanjutan dari metode deskriptif dimana kita menghimpun sejumlah data, kemudian menyusunnya secara sistematis, faktual dan cermat. Metode Korelasional juga meneliti hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Hubungannya bersifat positif atau negatif” (Rakhmat, 2000:30).

Dalam penelitian ini, Metode Korelasional digunakan untuk mencari hubungan antara Jaringan Komunikasi antar Masyarakat Tionghoa di Berastagi dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara.

3.1. Lokasi Penelitian

(54)

3.2 Deskripsi Lokasi Penelitian

[image:54.595.177.501.142.693.2]

Sumber: BPS Kab.Karo

(55)

3.2.1 Letak Geografis

Berastagi merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Jarak Kecamatan ini dengan pusat pemerintahan kabupaten sendiri yakni Kabanjahe adalah 11 km, dengan ibukota provinsi yakni Medan adalah 65 km. Secara administratif Kecamatan Berastagi terdiri dari 6 desa yakni Desa Doulu, Desa Sempa Jaya, Desa Rumah Berastagi, Desa Guru Singa, Lau Gumba dan Desa Raya serta 4 daerah kelurahan yakni Kelurahan Gundaling I, Kelurahan Gundaling II, Kelurahan Tambak Lau Mulgap I dan Kelurahan Tambak Lau Mulgap II. Serta mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tiga Panah dan Barusjahe

(56)

Berastagi merupakan salah satu daerah penghasil tanaman pertanian terbesar di Tanah Karo sehingga untuk menunjang hal tersebut pemerintah setempat membuka pasar-pasar atau yang lebih dikenal dengan pajak baik pajak umum maupun pajak sayur sebagai tempat masyarakat baik petani maupun pedagang melaksanakan aktivitas ekonominya memperjual-belikan hasil pertanian tersebut. Pajak atau pasar ini umumnya tidak hanya digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Berastagi saja akan tetapi juga sering dikunjungi oleh masyarakat dari luar kecamatan tersebut atau bahkan dari luar kota seperti Medan, Kabanjahe, Sibolangit, Pancur Batu dan sebagainya dalam usaha membeli ataupun menjual barang-barang hasil pertanian dari dan ke daerah tersebut.

Berastagi juga merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan daerah pariwisata yang besar maka lahan di Berastagi juga banyak diperuntukkan sebagai lahan pengembangan daerah pariwisata serta bangunan-bangunan umum yang mendukung kegiatan tersebut serta kegiatan-kegiatan ekonomi 30 lainnya. Sehingga pembangunan sarana-sarana umum sudah meningkat sehingga taraf kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kecamatan tersebut juga turut meningkat.

(57)

Hal ini terjadi mengingat bahwa Berastagi merupakan daerah yang berhawa sejuk dengan potensi ataupun kekayaan alam yang sangat besar sehingga sangat menarik minat para wisatawan untuk mengunjunginya. Hal ini tentunya turut menyumbangkan pendapatan yang besar bagi daerah tersebut. Untuk itu, pemerintah setempat berusaha menyeimbangkannya dengan menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang cukup dalam bidang kepariwisataan tersebut, yakni dengan membangun hotel/ losmen/ penginapan, restoran/ rumah makan, toko souvenir/ cenderamata, dan keamanan serta kenyaman di daerah tersebut khususnya di daerah yang menjadi objek atau Daerah Tujuan Wisata (DTW). Pengangkutan juga merupakan hal yang diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat karena sarana pengangkutan tersebut sangat mendukung dan mempengaruhi para penduduk dalam melaksanakan aktifitasnya baik dalam aktifitas ekonomi maupun sosialnya. Selain itu sarana pengangkutan sangat mempengaruhi kehidupan kepariwisataan di daerah tersebut sebagai alat gerak menuju Daerah Tujuan Wisata yang hendak dikunjungi oleh para wisatawan.

3.2.2 Keadaan Demografi

(58)
[image:58.595.122.478.172.601.2]

Tabel 3.2.

Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Berastagi Tahun 2011

Sumber : Proyeksi Penduduk Kecamatan Berastagi

Catatan : Proyeksi penduduk adalah penduduk November 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dalam tiap tahunnya mengalami peningkatan yang lumayan banyak.

No Desa/ Kelurahan Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

1 Gurusinga 989 5012

2 Raya 1272 5791

3 Rumah Berastagi 1949 8493

4 Sempajaya 1461 6566

5 Lau Gumba 349 1418

6 Doulu 500 1741

7 Tambak Lau Mulgap I 677 2895

8 Tambak Lau Mulgap II 798 2566

9 Gundaling I 1137 6461

10 Gundaling II 1828 4144

Tahun 2011 10960 90196

Tahun 2010 10730 40600

(59)

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

[image:59.595.101.537.293.462.2]

Menurut Sugiyono (2002:55), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Tabel 3.3.

Jumlah Rumah Tangga Masyarakat Tionghoa menurut 4 Kelurahan di Kecamatan Berastagi Tahun 2011

No Kelurahan Jumlah rumah tangga Jumlah penduduk

1 Gundaling I 25 134

2 Gundaling II 58 345

3 Tambak Lau Mulgap I 69 362

4 Tambak Lau Mulgap II 103 432

Jumlah 255 1273

Sumber : Proyeksi Penduduk Kecamatan Berastagi

(60)

3.3.2 Sampel Penelitian

Pengertian sampel menurut Suharsimi Arikunto (2007:183) adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Dengan demikian sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sedangkan dalam tinjauan lain, Sugiyono (2002:55-56) berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Menurut Arikunto, “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau lebih”.

Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut , maka peneliti mengambil 15% dari jumlah populasi dengan perhitungan sebagai berikut:

Jumlah Sampel = 15% x 255 = 38,2

Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 orang.

3.4 Teknik Penarikan Sampel 3.4.1. Purposive Sampling

(61)

3.4.2 Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik penarikan sampel yang mula-mula dilakukan dalam jumlah kecil (informan kunci) kemudian sampel yang terpilih pertama disuruh memilih sampel berikutnya yang akhirnya jumlah sampel akan bertambah banyak seperti bola salju yang bergelinding makin lama makin besar (Kriyantono, 2008:158).

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada sampel penelitian dan melakukan observasi terhadap sampel penelitian.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah Data yang didapat dari orang/instansi lain. Data Sekunder cenderung siap “pakai”, artinya siap diolah dan dianalisis oleh penelitian. Contoh Instansi penyedia data: Kantor Kecamatan, Biro Pusat Statistik (BPS) Bank Indonesia Badan Meteorologi dan Geofisika

Yang mencakup ke dalam data sekunder adalah: 1. Data Kependudukan

Data Kependudukan adalah data jumlah penduduk dan nama-nama penduduk.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

(62)

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan olah data. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisis yaitu:

1. Analisis tabel tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel ke dalam beberapa kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisis ini merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu jumlah frekuensi dan presentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266)

2. Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui apakah variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya (Singarimbun, 1995:27)

3. Uji Hipotesis

Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, maka digunakan rumus korelasi Rank Order Correlation Coeficient oleh Spearman (Arikunto, 2002:247). Adapun rumus koefisien korelasinya, yaitu sebagai berikut:

(63)

Keterangan:

Rho = Koefisien korelasi rank order d = Perbedaan antara pasangan jenjang

∑ = sigma atau jumlah

N = Jumlah individu dalam sampel

Angka 1 = Bilangan Konstanta

Angka 6 = Bilangan Konstanta

Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rho < 0, maka hipotesis ditolak

Jika rho > 0, maka hipotesis diterima.

Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi, jika n>10, digunakan rumus:

t = r √ n-2

√1-r²

Keterangan:

t : uji statistik

r : nilai koefisien

n : jumlah sampel

Jika ttest > thitung maka hubungannya signifikan

(64)

Selanjutnya, untuk mengatur kekuatan derajat hubungan digunakan nilai koefisien korelasi Guilford, sebagai berikut (Kriyantono, 2008: 170-171), yaitu:

< 0,20 = hubungan rendah sekali ; lemas sekali

0,20-0,39 = hubungan rendah tapi pasti

0,40-0,70 = hubungan yang cukup berarti

0,71-0,90 = hubungan yang tinggi; kuat

(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Pengumpulan Data

(66)

Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa responden atau subjek riset, dari hasil pengisian kuesioner.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah Data yang didapat dari orang/instansi lain. Data Sekunder cenderung siap “pakai”, artinya siap diolah dan dianalisis oleh penelitian. Contoh Instansi penyedia data: Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan.

Setelah mendapatkan sebagian data di kantor kecamatan Berastagi, peneliti ditujukan ke 4 kelurahan yang dimana terdapat penduduk masyarakat Tionghoa. Dimana peneliti meminta ijin ke-4 kelurahan dalam menemukan data penduduk dan penyebaran kuesioner yang peneliti laksanakan.

4.2 Pengolahan Data

Sesuai dengan berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi 2 bagian maka dalam pengolahan data juga dibagi 2 yakni:

a. Data Primer

(67)

sama dengan masyarakat Pribumi khususnya masyarakat Karo. Pengumpulan data dimulai dengan penyebaran kuesioner kepada responden, yakni pada tanggal 19-21 Desember 2011. Peneliti dibantu oleh seorang teman yang merupakan masyarakat tionghoa dalam memudahkan penyebaran kuesioner. Berdasarkan proses penarikan sampel, maka kuesioner yang disebarkan berjumlah 38 responden dan menggunakan kriteria sampel berusia minimal 17 tahun. Melalui kuesioner ini peneliti memperoleh data-data yang mendukung penelitian ini karena kuesioner berisikan pertanyaan Jaringan Komunikasi dan Kesadaran Bernegara.

Berdasarkan kuesioner peneliti mendapatkan data mentah yang diproses untuk dianalisa. Proses pengolahn data mentah ini sendiri melalui beberapa tahapan yakni:

1. Penomoran Kuesioner

Data hasil kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut sebagai pengenal yang berjumlah 1-38.

2. Editing

Proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian data ke dalam kotak kode yang telah disediakan.

3. Pengkodean

(68)

4. Inventarisasi tabel

Data mentah yang diperoleh dimasukkan kedalam lembar FC (Forton Cobol), sehingga memuat seluruh data dalam satu kemasan.

5. Tabulasi data

Pada tahap ini, dari lembar FC dimasukkan kedalam tabel, terbagi atas tabel tunggal dan tabel silang.

6. Analisis data

Data yang sebelumnya disusun dalam bentuk tabel tunggal dan silang kemudian dianalisa dan diinterpretasikan. Untuk melakukan hal ini peneliti menggunakan perangkat lunak SPSS ( Statistisc Product and System Solution) versi 13.0

7. Uji H

Gambar

Gambar 1.1 Sosiometri
Tabel 1.2 Variabel Operasional
Gambar 2.1. Diagram Skematik Sistem Komunikasi Umum dari Shannon
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang terdapat di SMA Negeri 1 Paciran, guru junior tentu memiliki suatu modal untuk memperoleh posisi yang diinginkan dalam struktur organisasi sekolah,

Menurut Bahrudddin dkk (2011: 104) yang menyatakan bahwa Ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari

Pengukuhan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yang belum mendapatkan kekuatan hukum tersebut menimbulkan terjadinya masalah-masalah dalam pengelolaan dan

Tingkat persepsi kualitas pelayanan nasabah terhadap BNI Syariah dapat meningkatkan kepuasan religious nasabah BNI Syariah Semarang dengan memberikan ketanggapan

Hasil tangkapan udang mantis di perairan Arafura termasuk udang mantis yang mempunyai nilai ekonomis tinggi (&gt;20 cm), namun volume kecil, sebagian besar ukuran udang mantis

92 Menguntungkan pelaku bukan berarti memberi kesempatan padanya untuk berbuat penganiayaan kembali di waktu yang akan datang, akan tetapi proses pemaafan bisa menjadi

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep fisika siswa dengan penalaran formal tinggi dan siswa dengan penalaran formal rendah yang belajar dengan model

Dengan demikian bahan campuran yang masuk akan berputar dan ditekan keluar melalui lubang- lubang yang terdapat pada ring die press sesuai dengan ukuran cetakan produk yang